Lapkas Keratitis

31
BAB I PENDAHULUAN Kornea adalah bagian anterior mata, merupakan selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata depan. Kornea juga berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea terdiri atas lima lapisan yaitu epitel, membran Bowman, stroma, membran Descement, dan endotel. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea (Ilyas, 2011). Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgenses. Epitel yang terdapat pada kornea ini adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea (Biswell, 2010). Infiltrasi sel radang pada kornea akan menyebabkan keratitis, hal ini mengakibatkan kornea menjadi keruh. Kekeruhan ini akan menimbulkan gejala mata merah dan tajam penglihatan akan menurun. Keratitis dapat 1

description

mata

Transcript of Lapkas Keratitis

Page 1: Lapkas Keratitis

BAB I

PENDAHULUAN

Kornea adalah bagian anterior mata, merupakan selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola

mata depan. Kornea juga berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang

dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea terdiri atas lima lapisan yaitu epitel,

membran Bowman, stroma, membran Descement, dan endotel. Trauma atau

penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel

terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea (Ilyas, 2011).

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan

transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus

cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan

deturgenses. Epitel yang terdapat pada kornea ini adalah sawar yang efisien

terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea (Biswell, 2010).

Infiltrasi sel radang pada kornea akan menyebabkan keratitis, hal ini

mengakibatkan kornea menjadi keruh. Kekeruhan ini akan menimbulkan gejala

mata merah dan tajam penglihatan akan menurun. Keratitis dapat diakibatkan oleh

beberapa faktor seperti infeksi, mata yang kering, alergi ataupun konjungtivitis

kronis (Ilyas, 2004).

Infeksi keratitis adalah salah satu penyebab utama kebutaan. Manajemen

yang tepat dapat mengurangi insidensi kehilangan penglihatan dan membatasi

kerusakan kornea. Keterlambatan diagnosis infeksi adalah salah satu faktor yang

berperan terhadap terapi awal yang tidak tepat. kebanyakan gangguan penglihatan

dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini

dan diobati secara memadai (Gokhale, 2012).

1

Page 2: Lapkas Keratitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. A. Kornea

A. 1. Anatomi Kornea

Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan,

berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki

indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara

dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia.

Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik. Dalam

nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan

oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea

perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu

organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan

sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf

siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan

suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran

Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi

sampai pada kedua lapis terdepan. Sensasi dingin oleh Bulbus Krause

ditemukan pada daerah limbus (Ilyas, 2008).

2

Page 3: Lapkas Keratitis

Gambar 2.1 Anatomi Mata

Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk,

merupakan selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus

cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah

depan dan terdiri atas : (Ilyas, 2008; Weng, 2005).

1. Epitel

Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis

sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan

sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh

lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan dari

media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda

ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan

menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di

sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan

makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan

glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang

melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan

erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan.

Epitel memiliki daya regenerasi.

3

Page 4: Lapkas Keratitis

2. Membran bowman

Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran

basal dari epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur

seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini

tidak mempunyai daya generasi

3. Stroma

Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.

Merupakan lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-

fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang saling menjalin yang hampir

mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman

yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang;

terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang

sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan

fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio

atau sesudah trauma

4. Membran Descemet

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang

stroma kornea yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan

jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron,

membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal + 40

mm. Lebih kompak dan elastis daripada membran Bowman. Juga lebih

resisten terhadap trauma dan proses patologik lainnya dibandingkan

dengan bagian-bagian kornea yang lain

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk

heksagonal, tebal antara 20-40 mm melekat erat pada membran descemet

melalui taut. Endotel dari kornea ini dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan

endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya

regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan

mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada

4

Page 5: Lapkas Keratitis

regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan

yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena

kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi

(kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel

dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini

mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada

lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea

A. 2. Fisiologi Kornea

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui

berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh

strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau

keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa”

bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam

mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel. Kerusakan

kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan

pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan

hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya

menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-

sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal

menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata tersebut. Hal ini

mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial

dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.

Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme

kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular

dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam

organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.

Adapun faktor-faktor yang sering menyebabkan kelainan pada kornea adalah :

1. Dry eye

2. Defisiensi vitamin A

3. Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea

5

Page 6: Lapkas Keratitis

KERATITIS

Superfisial

Profunda

epitel

subepitel

stroma

Herpes zoster, herpes simplek, punctata

Numularis, disiform

neuroparalitik

interstitial

disiformis

sklerotikan

4. Distrofi kornea

5. Trauma kornea

2. B. Keratitis

B. 1. Definisi Keratitis

Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea

yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis dapat terjadi pada

anak-anak maupun orang dewasa. Bakteri umumnya tidak dapat menyerang

kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan kornea

terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme

pertahanan kornea.

B. 2. Epidemiologi

Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, di mana

negara dengan industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakaian

softlens yang rendahm sehingga bila dihubungkan dengan pemakai softlens

dan terjadinya infeksi menunjukkan hasil penderita yang rendah juga.

B. 3. Klasifikasi

Menurut lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila

mengenai lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis

(atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma

(Ilyas, 2009).

6

Page 7: Lapkas Keratitis

1. Keratitis Superfisial, dapat dibagi menjadi:

a. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:

1) Keratitis pungtata:

merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman dengan

infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata disebabkan

oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada moluskum

kontagiosum, akne rosasea, herpes zoster, herpes simpleks, blefaritis,

keratitis neuroparalitik, infeksi virus, dry eyes, vaksinia, trakoma dan

trauma radiasi, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin,

tobramisin dan bahan pengawet lain. Mata biasanya terasa nyeri, berair,

merah, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit

kabur (Ilyas, 2008).

2) Keratitis herpeti

Disebabkan oleh herpes simplek dan herpes zoster.Yang disebabkam

herpes simplek dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stroma.Yang

murni epitelial adalah dendritik sedangkan stromal adalah diskiformis.

Pada yang epitelial kerusakan terjadi aibat pembelahan virus di dalam sel

epitel yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak

kornea superficial (Ilyas, 2008).

3) Infeksi Herpes zoster

Bila telah terdapat vesikel di ujung hidung, berarti N.Nasosiliaris terkena,

maka biasanya timbul kelainan di kornea, di mana sensibilitasnya

menurun tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini disebut anestesia

dolorosa. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai

injeksi perikornea.Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar

sembuh. Kadang-kadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis

disiformis. Kadang juga tampak edema kornea disertai lipatan-lipatan

dari membran Descement (Ilyas, 2008).

b. Keratitis subepitelial, tes fluoresin (-), misalnya:

1) Keratitis numularis, dari Dimmer

7

Page 8: Lapkas Keratitis

Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas, di

kornea terdapt infiltrat bulat-bulat subepitelial, dimana ditengahnya

lebih jernih, disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan

sikatrik yang ringan.

2) Keratitis disiformis dari Westhoff

Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau jawa.

Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di

kornea tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat dari

pada dipinggir. Umumnya menyarang usia 15-30 tahun.

c. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:

1) Keratitis neuroparalitik

2) Keratitis et lagoftalmus

Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada

ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma di

mana mata tidak terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang

terkena adalah kornea bagian bawah

2. Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya:

a. Keratitis interstisial

Penyebab paling sering adalah lues kongenital dan sebagian kecil TBC.

Patogenesisnya belum jelas, disangka merupakan reaksi alergi. Biasanya

mengenai umur 5-15 tahun jarang ditemukan pada waktu lahir atau usia

tua. Merupakan manifestasi lambat dari lues kongenital. Biasanya

didahului trauma. Pada umumnya 2 mata atau 1 mata terkena lebh dahulu

kemudian mata yang lain mengikuti. Tanda klinis : injeksi silier, infiltrat di

stroma bagian dalam. Kekeruhan bertambah dengan cepat disertai

pembentukan pembuluh darah di lapisan dalam yang berjalan dari limbus

ke sentral.

b. Keratitis sklerotikans

Merupakan penyulit dari skleritis yang letaknya biasanya di bagian

8

Page 9: Lapkas Keratitis

temporal, berwarna merah sedikit menonjol disertai nyeri tekan. Keluhan

dari kertatitis ini : mata sakit, fotofobia dan di mata timbul skleritis. Di

kornea kemudian timbul infiltrat berbentuk segitiga di stroma bagian

dalam yang berhubungan dengan benjolan yang terdapat di sklera.

c. Keratitis disiformis

Penyebabnya herpes simplek, banyak yang menduga dasarnya adalah

reaksi alergi terhadap virusnya. Biasanya unilateral. Berlangsung beberapa

bulan. Biasanya timbul bila pada kerusakan primer yang diberikan

pengobatan dengan Iodium atau dalam pengobatan dahulu pernah diberi

kortikosteroid. Kekeruhan kornea tampak di lapisan dalam kornea, di

pinggirnya lebih tipis daripada bagian tengah. Sensibilitas kornea

menurun. Hampir tidak pernah disertai neovasklarisasi. Kadang-kadang

sembuh dengan meninnggalkan kekeruhan yang tetap.

B. 4. FAKTOR RESIKO

1. Blefaritis

2. Infeksi pada organ asesoria bulbi (seperti infeksi pada aparatus lakrimalis)

3. Perubahan pada barrier epitel kornea (seperti dry eyes syndrom)

4. Pemakaian contact lens

5. Lagoftalmos

6. Gangguan Neuroparalitik

7. Trauma

8. Pemakaian imunosupresan topikal maupun sistemik

B. 5. ETIOLOGI KERATITIS

1. Bakteri

- Diplokok pneumonia

- Streptokok hemolotikus

- Pseudomonas aerogenosa

- Moraxella liquefaciens

- Klebsiela pneumoniae

9

Page 10: Lapkas Keratitis

2. Virus

- Herpes simpleks

- Herpes zoster

- Adenovirus

3. Jamur

- Candida

- Aspergilin

- Nocardia.

4. Alergi

- Alergi terhadap stafilokokus

- Terhadap tuberkuloprotein

- Toksin yang tak diketahui penyebab tepatnya

5. Defisiensi Vitamin, misalnya : avitaminosis A

6. Idiopatik, misalnya : ulkus Moorens

B. 6. PATOFISIOLOGI

Permukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah

mengalami trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar

penyakit pada jaringan ini. Kelainan kornea sering menjadi penyebab

timbulnya gejala pada mata. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya

infiltrat sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi

keruh.

Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar

longus dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan

mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi

endotel dan terjadi edema kornea. Kornea merupakan bagian mata yang tembus

cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Karena kornea avaskular,

maka pertahanan sewaktu peradangan tak dapat segera datang. Maka badan

kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag

baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan

tampak sebagi injeksi perikornea.Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang

10

Page 11: Lapkas Keratitis

tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin.

Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat

menyebar ke permukaan dalam stroma.

Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris

dan badan siliar dengan melalui membran descement dan endotel

kornea.Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbulah

kekeruhan di cairan COA, disusul dnegan terbentuknya hipopion. Bila

peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran descement dapat

timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau

descementocele. peradangan yang dipermukaan penyembuhan dapat

berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut.Pada peradangan yang dalam

penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa

nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul

perforasi yang dapat mengakibatkan endophtalmitis, panophtalmitis, dan

berakhir dengan ptisis bulbi.

11

Page 12: Lapkas Keratitis

BAB III

LAPORAN KASUS

II.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. Lisuhardi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 38 tahun

Alamat : Jalan Ahmad Yani 2

Suku : Tionghoa

Pekerjaan : Salesman

Agama : Budha

Tanggal Masuk RS : 26 Oktober 2015

Anamnesa dan pemeriksaan fisik dilaksanakan tanggal 26 Oktober 2015.

II.2. Anamnesis

Keluhan Utama:

Mata merah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang laki-laki, 38 tahun, datang dengan keluhan mata merah sejak 3 hari

yang lalu . Pasien juga merasakan nyeri di mata kiri, pandangan menjadi kabur,

berbayang, silau, pusing dan keluar air mata. Saat pertama kali mengetahui mata

kirinya merah, pasien hanya memakai obat mata “Rohto” tapi tidak ada

perubahan. Pasien adalah seorang salesman. Pasien mengaku sering terkena

pajanan debu saat diperjalanan, pasien tidak memakai kacamata pelindung.

Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat mengalami keluhan yang sama sebelumnya disangkal

• Riwayat memakai kacamata (-)

• Riwayat hipertensi (-)

• Riwayat diabetes melitus disangkal

• Riwayat trauma pada mata disangkal

12

Page 13: Lapkas Keratitis

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat mengalami keluhan yang serupa dengan pasien disangkal

Riwayat kedua orang tua memakai kacamata (-)

Riwayat pterigium pada keluarga disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

1. Pemeriksaan Fisik

Kondisi Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital :

a. Tekanan darah: 140/90 mmHg

b. Nadi : 88 x / menit

c. Frek. Napas : 20 x/ menit

Pemeriksaan fisik : Kepala : Normosefali

Thoraks : Cor : Dalam batas normal

Paru : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Dalam batas normal

2. Status Oftalmolgi

a. Visus:

a. OD : tidak dilakukan

b. OS : tidak dilakukan

13

Page 14: Lapkas Keratitis

b. Pemeriksaan Luar

Injeksi silier

Infiltrate

Pd jam 5

Bentuk Halo

OD OS

Orthofori Posisi Bola Mata Orthofori

Pergerakan ( +), Ptosis ( -),

Lagoftalmos (-), Edema (-),

hematom ( -)

Palpebra Pergerakan (+ ), Ptosis ( -),

Lagoftalmos (-), Edema (+),

hematom ( -)

injeksi konjungtiva/siliaris (-) Konjungtiva injeksi siliaris (+)

sekret (+)

Jernih Kornea Terdapat infiltrat pada arah

jam 5

Dalam (normal)

Hifema (-) Hipopion (-)

Bilik mata depan Dalam (Normal)

Hifema (-) Hipopion (-)

Iris : Coklat

Refleks pupil langsung & tak

langsung (+)

Iris/pupil Iris : Coklat

Refleks pupil langsung & tak

langsung (+)

Jernih Lensa Jernih

Tidak dilakukan Fundus Tidak dilakukan

14

Page 15: Lapkas Keratitis

c. Pergerakan Bola Mata

d. Palpasi tekanan intra ocular mata kanan dan kiri : Tidak dilakukan

e. Tes Lapang Pandang

OD : Baik

OS : Baik

3. Resume

Seorang laki-laki, 38 tahun, datang dengan keluhan mata merah sejak 3

hari yang lalu . Pasien juga merasakan nyeri di mata kiri, pandangan menjadi

kabur, berbayang, silau, pusing dan keluar air mata. Saat pertama kali

mengetahui mata kirinya merah, pasien hanya memakai obat mata “Rohto”

tapi tidak ada perubahan. Pasien adalah seorang salesman. Pasien mengaku

sering terkena pajanan debu saat diperjalanan, pasien tidak memakai kacamata

pelindung. Hasil pemeriksaan oftalmologis pasien menunjukkan pada

konjungtiva terdapat injeksi siliar dan kornea terdapat infiltrat pada arah jam

5. Terdapat pembengkakan pada kelopak sebelah kiri dan terdapat sekret.

4. Diagnosis

Diagnosis kerja : Keratitis

Diagnosis banding : Ulkus kornea

5. Rencana pemeriksaan lanjutan :

Pemeriksaan Flouresen. Kultur .

15

Page 16: Lapkas Keratitis

6. Tatalaksana

Non-medikamentosa :

1. Edukasi pada pasien untuk mengurangi iritasi akibat debu, lingkungan

yang kering, maupun sinar Ultraviolet dengan menggunakan kacamata

hitam dengan proteksi sinar Ultraviolet ketika berada di luar ruangan.

Menganjurkan penggunaan topi bertepi lebar ketika terpapar sinar

matahari yang kuat.

2. Membersihkan sekret setiap hari dengan kassa.

Medikamentosa :

1. Pemberian antibiotik oral dan topikal serta steroid topikal

oFloxacin tetes mata 4 x 1 OS

Clamixin tab 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.

2. Pemberian re-epitel

Reepithel tetes mata 4 x 1 Os

3. Pemberian air mata buatan

Lyters tetes mata 4 x 1 OS

7. Prognosis

a. Quo Ad vitam : Bonam

b. Quo Ad functionam : Dubia ad bonam

c. Quo Ad sanationam : Dubia ad bonam

BAB IV

16

Page 17: Lapkas Keratitis

PEMBAHASAN

Seorang laki-laki, 38 tahun, datang dengan keluhan mata merah sejak 3 hari

yang lalu . Pasien juga merasakan nyeri di mata kiri, pandangan menjadi kabur,

berbayang, silau, pusing dan keluar air mata. Saat pertama kali mengetahui mata

kirinya merah, pasien hanya memakai obat mata “Rohto” tapi tidak ada

perubahan. Pasien adalah seorang salesman. Pasien mengaku sering terkena

pajanan debu saat diperjalanan, pasien tidak memakai kacamata pelindung. Hasil

pemeriksaan oftalmologis pasien menunjukkan pada konjungtiva terdapat injeksi

siliar dan kornea terdapat infiltrat pada arah jam 5. Terdapat pembengkakan pada

kelopak sebelah kiri dan terdapat sekret.

Dari anamnesa menunjukan bahwa pasien mengalami suatu infeksi didaerah

mata bagian kiri dengan keluhan mata merah, silau (fotofobia), berair (epifora)

dan pandangan kabur. Dari gejala yang timbul tersebut menunjukan diagnosis

mengarah ke diagnosis keratitis.

Penderita mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut

nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun

yang  sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat

oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai

media untuk  refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang

masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan

terutama apabila lesi terletak sentral pada kornea.

Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris

yang  meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang

disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga

berair mata namun tidak disertai dengan pembentukan kotoran mata yang  banyak

kecuali pada ulkus kornea yang  purulen. Hal ini juga akan memberikan gejala

mata merah, silau, merasa kelilipan, penglihatan kabur. 

Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah

tanda yang  kita temukan merupakan proses yang  masih aktif atau merupakan

kerusakan dari struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah

17

Page 18: Lapkas Keratitis

tanda dan pemeriksaan sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan

penyebab dari suatu peradangan kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea,

lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan dengan fluoresin, neovaskularisasi,

derajat defek pada epithel, lokasi dari infiltrat pada kornea, edema kornea, keratik

presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda yang  ditemukan ini juga

berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon terhadap

pengobatan. 

Terapi yang diberikan yaitu pemberian antibiotik topikal dan tetes air mata

buatan dan reepitel. Pasien juga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca

mata hitam) untuk melindungi dari pajanan luar seperti debu dan sinar ultraviolet.

Pada pasien diberikan ofloxacin yang merupakan antibiotik golongan kuinolon

yang digunakan untuk menghilangkan gejala-gejala infeksi pada mata. Pasien juga

diberikan antibiotik clamixin yang merupakan kombinasi antibiotik dari

amoxicilin dan asam klavulanat. Amoksisilin merupakan antibiotik golongan

betalaktam yang bersifat bakteriosida. Asam klavulanat adalah golongan

antibiotik penghambat betalaktamase. Amoksisilin merupakan antibiotik spektrum

luas yang menghambat sintesis dinding sel bakteri gram positif maupun negatif,

seperti staphylokokus, streptokokus, H. Influensa dan N. Gonorea. Ada beberapa

jenis bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik golongan penisilin

(betalaktam), hal itu disebabkan antara lain karena bakteri memproduksi ennzim

betalaktamase sehingga dapat menghancurkan antibiotik golongan betalaktam ini.

Contoh bakteri tersebut antara lain adalah S.aureus, H. Influenza, gonokokus dan

berbagai batang gram negatif.

Penghambat betalaktamase saja belum bisa membunuh bakteri sehingga tidak

bisa digunakan sebagai obat tunggal untuk menangulanggi penyakit infeksi,

sehingga asam klavulanat selalu dikombinasikan. Bila dikombinasikan dengan

antibiotik betalaktam (amoksisilin), maka penghambat ini bisa mengikat

betalaktamase sehingga antibiotika pasanganya bebas dari pengerusakan enzim

tersebut dan dapat mencapai tujuan dan menghancurkan dinding sel bakteri.

Pemberian air mata buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang

dipakai sebagai pelumas oftalmik, meningkatkan viskositas, dan memperpanjang

18

Page 19: Lapkas Keratitis

waktu kontak kornea dengan lingkungan luar. Pemberian reepithel tetes

dimaksudkan untuk mengembalikan dan mempercepat penyembuhan epitel

kornea.

BAB V

KESIMPULAN

19

Page 20: Lapkas Keratitis

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi yang telah dilakukan

kepada pasien dalam kasus ini, pasien didiagnosis keratitis, namun untuk lebih

memastikan penyebabnya apakah dikarenakan jamur, bakteri maupun jamur perlu

di lakukan pemeriksaan kultur dan tes flouresei untuk melihat kedalaman luka

pada kornea. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah dengan

memberikan antibiotika, tetes air mata buatan dan reepithel.Terapi non

medikamentosa diberikan untuk memberikan pemahaman pada pasien mengenai

faktor resiko keratitis yang dapat disebabkan oleh pajanan sinar matahari, pajanan

debu dan lensa kontak sehingga dapat mengunakan kacamata hitam.

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: Lapkas Keratitis

American Academy of opthalmology. Externa disease and cornea. San Fransisco

2007 : 8-12, 157-160

Biswell R. Cornea. In: Vaughan D, Asbury T, Riordon-Eva P. General

Ophthalmology. 15th edition. Connecticut ; Appleton & Lange; 1999. p.

119-41

Cariello AJ, Passos RM, Yu MC, Hofling-Lima AL. Microbial keratitis at a

referral center in Brazil. Int Ophthalmol. Jun;31(3):197-204.

G.Lang. Flexybook Ophtalmology. 2nd edition. New York. Thieme. 2006. p.115,

125, 130.

Ilyas, Sidarta : ”Anatomi dan Fisiologi mata” dalam ”Ilmu Penyakit Mata”.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 1-12.

Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2000 : 52

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2005 :

147-158

K.Weng Sehu et all. Opthalmologic Pathology. Blackwell Publishing. UK. 2005.

p.62

McLeod SD. Bacterial keratitis. In: Yanoff M, Duker JS, eds. Ophthalmology. 3rd

ed. San Francisco: Mosby; 2009:262-270.

Nikhil S Gokhale. Medical management approach to infectious keratitis. Indian

Journal of Opthalmology. 2012.

Ocular Diagnosis and Theraphy. 5th edition. Philadelphia; Lippincott Williams &

Wilkins; 2002. p. 67-129

Oliver.J. Ophthalmology At a Glance. Blackwell Science. London. 2005. p.33

Pavan-Langston D. Cornea and External Desease. In: Pavan-Langston D. Manual

of Ocular Diagnosis and Theraphy. 5th edition. Philadelphia; Lippincott

Williams & Wilkins; 2002. p. 67-129

Srinivasan M, et al. Distinguishing infectious versus non infectious keratitis.

Indian Journal of Opthalmology. 2006. 56:3;50-56

Vaughan, Deaniel. Ofthalmology Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya

Medika Jakarta, 2000 : 4-6

21

Page 22: Lapkas Keratitis

22