lapkas inversio uteri

38
KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT telah menciptakan keanekaragaman ilmu pengetahuan alam semesta ini. Dan karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan case report ini. Penyelesaian dari case report ini tidak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan referat ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan memberikan imbalan yang setimpal kepada kami. Setiap manusia pasti memiliki kesalahan. Begitu pula dengan buah karya dari tangan manusia itu sendiri yang masih memerlukan beberapa perbaikan dalam pembuatan case report selanjutnya. Karena itu penulis sangat memerlukan saran, kritik, dan komentar, agar dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan case report selanjutnya. Semoga case report ini dapat berguna bagi para pembaca. Cirebon, 30 Januari 2013 1

description

Case presentation

Transcript of lapkas inversio uteri

Page 1: lapkas inversio uteri

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT telah menciptakan keanekaragaman ilmu

pengetahuan alam semesta ini. Dan karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan case report ini.

Penyelesaian dari case report ini tidak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini izinkanlah penulis

menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan

referat ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan memberikan imbalan yang setimpal

kepada kami.

Setiap manusia pasti memiliki kesalahan. Begitu pula dengan buah karya dari tangan

manusia itu sendiri yang masih memerlukan beberapa perbaikan dalam pembuatan case

report selanjutnya.

Karena itu penulis sangat memerlukan saran, kritik, dan komentar, agar dapat

dijadikan pedoman dalam pembuatan case report selanjutnya. Semoga case report ini dapat

berguna bagi para pembaca.

Cirebon, 30 Januari 2013

1

Page 2: lapkas inversio uteri

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA….....…………………………………....…. 5

2.1. Definisi ....................................................................................................... 5

2.2. Epidemiologi............................................................................................... 5

2.3. Etiologi.…………..……………………………………………………….. 5

2.4. Klasifikasi...……….………………………………………………………. 6

2.5. Gejala Klinis......…....…………………………………………………….. 9

2.6. Diagnosis...………………………………………………………...…...... 11

2.7. Penatalaksanaan………………………………………………………...... 12

BAB III. LAPORAN KASUS………………………………………………... 16

BAB 4. PEMBAHASAAN………………………………………………....... 23

BAB 5. KESIMPULAN…………………………………………………........ 25

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: lapkas inversio uteri

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan pasca persalinan masih menjadi satu dari penyebab kematian ibu yang

paling banyak di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, negara-negara industri dan negara

berkembangpun, perdarahan pasca persalinan masih menempati urutan pertama dari

tiga etiologi kematian ibu, disamping emboli dan hipertensi. WHO memperkirakan

bahwa ada lebih dari 585.000 kasus kematian ibu pada tahun 1990 diseluruh dunia,

dimana 25%nya akibat perdarahan pasca persalinan.1

Walaupun inversio uteri adalah kasus yang jarang, tetapi masih merupakan salah

satu penyebab dari perdarahan pasca persalinan dini. Inversio uteri adalah suatu

keadaan dimana fundus uteri terputar balik keluar, baik sebagian atau seluruhnya ke

dalam uterus atau ke dalam vagina, bahkan dapat juga keluar vagina. Pada keadaan

yang ekstrim, kita dapat menjumpai endometrium yang berwarna keunguan dengan

plasenta yang masih melekat.3-6

Berdasarkan sejarahnya inversio uteri dilaporkan pertama kali dalam kepustakaan

Ayuverde, yaitu sisem kesehatan Hindu (2500-600 SM). Hippocrates adalah orang yang

pertama kali mengetahui dan menamakan inversio uteri (460-370 SM). Arvicenna (980-

1037 SM) adalah seorang dokter Arab, yaitu orang yang pertama kali mendeskripsikan

dengan jelas diagnosis banding antara inversio uteri dengan prolapsus uteri.7,8

Angka kejadian yang pasti dari beberapa peneliti mendapatkan angka yang

berbeda dan bervariasi berkisar antara 1:10009 sampai 1:15.00010. Menurut Mc Cullagh

memperkirakan 1 kasus dari 30.000 kelahiran, sedangkan Mochtar R mencatat 1 dari

20.000 kelahiran, dan Watson juga mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, Hakimi mencatat

1:5000 sampai dengan 1:10.000 kelahiran.5,6 Di India kejadiannya 1 dari 8.573

persalinan, di Inggris 1 dari 27.992 persalinan, di Amerika 1 dari 23.127 persalinan7, di

Canada 1 dari 3737 persalinan11 dan di Peramcis 1 dari 20000 persalinan.12

Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan

merupakan kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok bahkan

sampai menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri dapat

terjadi tanpa gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut menimbulkan

3

Page 4: lapkas inversio uteri

keadaan yang serius dan fatal, dimana angka mortalitasnya cukup tinggi yaitu 15-70%

dari jumlah kasus.3,12

Upaya pencegahan dengan cara penatalaksanaan kala III yang baik yaitu dengan

cara memperhatikan saat dan cara yang tepat untuk melepaskan plasenta, melalui

tarikan yang ringan pada tali pusat setelah kontraksi uterus atau setelah ada tanda-tanda

lepasnya plasenta. Serta mengenal secara dini dan penatalaksanaan yang adekuat dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian.3,10

4

Page 5: lapkas inversio uteri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

 Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum

uteri,dapat secara mendadak atau terjadi perlahan.6

 Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri )

memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalamkavum uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.5

 

Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melaluiserviks (leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina.6

II.2 Epidemiologi

Angka kejadian yang pasti dari beberapa peneliti mendapatkan angka yang berbeda

dan bervariasi berkisar antara 1:10009 sampai 1:15.00010. Menurut Mc Cullagh

memperkirakan 1 kasus dari 30.000 kelahiran, sedangkan Mochtar R mencatat 1 dari

20.000 kelahiran, dan Watson juga mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, Hakimi mencatat

1:5000 sampai dengan 1:10.000 kelahiran.5,6 Di India kejadiannya 1 dari 8.573

persalinan, di Inggris 1 dari 27.992 persalinan, di Amerika 1 dari 23.127 persalinan7, di

Canada 1 dari 3737 persalinan11 dan di Peramcis 1 dari 20000 persalinan.12

Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan merupakan

kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok bahkan sampai

menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri dapat terjadi tanpa

gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut menimbulkan keadaan yang serius

dan fatal, dimana angka mortalitasnya cukup tinggi yaitu 15-70% dari jumlah kasus.2,10

II.3 Etiologi

Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya dengan pasti

dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari miometrium. Inversio uteri

5

Page 6: lapkas inversio uteri

sebagian dapat terjadi apontan dan lebih sering terjadi karena prosedur tindakan

persalinan dan kondisi ini tidak selalu dapat dicegah.3,6

Berdasarkan etiologinya inversio uteri dibagi menjadi dua, yaitu inversio uteri

nonobstetri dan inversio uteri puerperalis.9,11

Pada inversio uteri nonobstetri biasanya diakibatkan oleh perlengketan mioma uteri

submukosa yang terlahir, polip endometrium dan sarkoma uteri. yang menarik fundus

uteri ke arah bawah yang dikombinasikan dengan kontraksi miometrium yang terus

menerus mencoba mengeluarkan mioma seperti benda asing.11,12

Faktor-faktor predisposisi terjadinya inversio uteri pada yang berasal dari kavum

uteri antara lain; 1. Keluarnya tumor dari kavum uteri yang mendadak, 2. Dinding

uterus yang tipis, 3. Dilatasi dari serviks uteri, 4. Ukuran tumor, 5. Ketebalan tangkai

dari tumor, 6. Lokasi tempat perlekatan tumor.7

Pada inversio uteri purperalis dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih sering

disebabkan oleh pertolongan persalinan yang kurang baik.3

Bila terjadi spontan, lebih banyak didapatkan pada kasus-kasus primigravida

terutama yang mendapat MgSO4 IV untuk terapi PEB2,3,4 dan cenderung untuk berulang

pada kehamilan berikutnya.2,8 Hal ini kemungkinan berhubungan dengan abnormalitas

uterus atau kelainan kongenital uterus lain. Keadaan lain yang dapat menyebabkan

inversio uteri yaitu pada grandemultipara, atau pada keadaan atonia uteri, kelemahan

otot kandungan, atau karena tekanan intra abdomen yang meningkat, misalnya ada

batuk, mengejan ataupun dapat pula terjadi karena tali pusat yang pendek.3-6 Pada kasus

inversio uteri komplit hampir selalu akibat konsekuensi dari tarikan tali pusat yang kuat

dari plasenta yang berimplantasi di fundus uteri.11

Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah baik kala II ataupun kala III

sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong (4/5 kasus)4,6. Dibuktikan bahwa lebih

banyak kasus didapatkan oleh tenaga tidak terlatih/dukun beranak dan hampir tidak

pernah oleh ahli kebidanan selama prakteknya mendapatkan kasus inversio uteri. Harer

dan Sharkly mendapatkan 76% kasus disebabkan oleh teknik penanganan persalinan

yang salah.3

6

Page 7: lapkas inversio uteri

Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu inversio uteri

yaitu:

A. Faktor predisposisi 3,4,8,10

1. Abnormalitas uterus

a. Plasenta adhesiva

b. Tali pusat pendek

c. Anomali kongenital (uterus bikornus)

d. Kelemahan dinding uterus

e. Implantasi plasenta pada fundus uteri (75% dari inversio spontan)

f. Riwayat inversio uteri sebelumnya

2. Kondisi fungsional uterus

a. Relaksasi miometrium

b. Gangguan mekanisme kontraksi uterus

c. Pemberian MgSO4

d. Atonia uteri

B. Faktor pencetus, antara lain:3,4,6,10

1. Pengeluran plasenta secara manual

2. Peningkatan tekanan intrabdominal, seperti batuk-batuk, bersin, mengejan dan

lain-lain.

3. Kesalahan penanganan pada kala uri, yaitu:

a. Penekanan fundus uteri yang kurang tepat

b. Prasat Crede

c. Penarikan tali pusat yang kuat

7

Page 8: lapkas inversio uteri

d. Penggunaan oksitosin yang kurang bijaksana

4. Partus presipitatus

5. Gemelli

II.4 Klasifikasi

Ada beberapa macam klasifikasi dari inversio uteri.

A. Berdasarkan gradasi beratnya:5,12

1. Inversio uteri ringan: jika fundus uteri terputar balik menonjol ke dalam

kavum uteri, tetapi belum keluar dari kavum uteri.

2. Inversio uteri sedang: jika fundus uteri terbalik masuk ke dalam vagina.

3. Inversio uteri berat: bila semua bagian fundus uteri bahkan terbalik dan

sebagian sudah menonjol keluar vagina atau vulva.

B. Berdasarkan derajat kelainannya: 3,6,9,12

1. Derajat satu (inversio uteri subtotal/inkomplit): bila fundus uteri belum melewati

kanalis servikalis.

2. Derajat dua (inversio uteri total/komplit): bila fundus uteri sudah melewati

kanalis servikalis.

3. Derajat tiga (inversio uteri prolaps): bila fundus uteri sudah menonjol keluar dari

vulva.

C. Berdasarkan pada waktu kejadian:3,6,11

1. Inversio uteri akut: suatu inversio uteri yang terjadi segera setelah kelahiran

bayi atau plasenta sebelum terjadi kontraksi cincin serviks uteri.

2. Inversio uteri subakut: yaitu inversio uteri yang terjadi hingga terjadi kontraksi

cincin serviks uteri.

3. Inversio uteri kronis: yaitu inversio uteri yang terjadi selama lebih dari 4 minggu

ataupun sudah didapatkan gangren.

8

Page 9: lapkas inversio uteri

D. Berdasarkan etiologinya:9,11

1. Inversio uteri nonobstetri

2. Inversio uteri puerpuralis

II.5 Gejala Klinis

Inversio uteri sering kali tidak menampakkan gejala yang khas, sehingga dignosis

sering tidak dapat ditegakkan pada saat dini. Syok merupakan gejala yang sering

menyertai suatu inversio uteri.3,4,5,12 Syok atau gejala-gejala syok terjadi tidak sesuai

dengan jumlah perdarahan yang terjadi, oleh karena itu sangat bijaksana bila syok yang

terjadi setelah persalinan tidak disertai dengan perdarahan yang berarti untuk

memperkirakan suatu inversio uteri.7,8,9 Syok dapat disebabkan karena nyeri hebat,

akibat ligamentum yang terjepit di dalam cincin serviks dan rangsangan serta tarikan

pada peritoneum atau akibat syok kardiovaskuler.6,10,11

Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula terjadi

perdarahan yang hebat, menyusul inversio uteri prolaps dimana bila plasenta lepas atau

telah lepas perdarahan tidak berhenti karena tidak ada kontraksi uterus. Perdarahan

tersebut dapat memperberat keadaan syok yang telah ada sebelumnya6,10,11 bahkan dapat

menimbulkan kematian. Dilaporkan 90% kematian terjadi dalam dua jam postpartum

akibat perdarahan atau syok.10

Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus uteri, bahkan

kadang-kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya fundus uteri dijumpai

pada pemeriksaan tersebut. Pada pemeriksaan dalam teraba tumor lunak di dalam atau

di luar serviks atau di dalam rongga vagina, pada keadaan yang berat (komplit) tampak

tumor berwarna merah keabuan yang kadang-kadang plasenta masih melekat3,4 dengan

ostium tuba dan endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah.5,10

Tetapi hal ini dibedakan dengan tumor / mioma uteri submukosa yang terlahir, pada

mioma uteri yang terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan berada pada tempatnya

serta jarang sekali mioma submukosa ditemukan pada kehamilan dan persalinan yang

9

Page 10: lapkas inversio uteri

cukup bulan atau hampir cukup bulan.12 Pada kasus inversio uteri yang kronis akan

didapatkan gangren dan strangulasi jaringan inversio oleh cincin serviks. 11

Mengingat kasus ini jarang didapatkan dan kadang-kadang tanpa gejala yang khas

maka perlu ketajaman pemeriksaan dengan cara :6

1. Meningkatkan derajat kecurigaan yang tinggi

2. Palpasi abdomen segera setelah persalinan

3. Periksa dalam

4. Menyingkirkan kemungkinan adanya ruptur uteri

II.6 Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri didapatkan tanda-tanda sbb :5,10

A. Pada penderita pasca persalinan ditemukan :

1. Nyeri yang hebat

2. Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai

3. Perdarahan

4. Nekrosis / gangren / strangulasi

B. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :

1. Bila inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cekung ke dalam

2. Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di dalam vagina

teraba tumor lunak

3. Kavum uteri tidak ada ( terbalik )

II.7 Penatalaksanaan

Mengingat bahaya syok dan kematian maka pencegahan lebih diutamakan pada

persalinan serta menangani kasus secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan.

10

Page 11: lapkas inversio uteri

A. Pencegahan3,4,11

1. Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya inversio uteri,

terutama pada wanita dengan predisposisinya.

2. Jangan dilakukan tarikan pada tali pusat dan penekanan secara Crede sebelum ada

kontraksi.

3. Penatalaksaan aktif kala III dapat menurunkan insiden inversio uteri.

4. Tarikan pada tali pusat dilakukan bila benar-benar plasenta sudah lepas.

B. Pengobatan7

1. Perbaikan keadaan umum dan atasi komplikasi

2. Reposisi.1,2

Pada kasus yang akut biasanya dicoba secara manual dan bila gagal dilanjutkan

metode operatif, sedangkan pada kasus yang subakut dan kronis biasanya

dilakukan reposisi dengan metode operatif.

a. Manual : cara Jones, Johnson, O’Sullivan

b. Operatif:

- Transabdominal : cara Huntington, Haulstain

- Transvaginal : cara Spinelli, Kustner, Subtotal histerektomi

Keberhasilan penatalaksanaan dari inversio uteri tergantung dari deteksi penyakit

yang lebih cepat. Semakin lama uterus terbalik maka semakin sulit untuk

mengembalikannnya. Terapi terhadap hipovolemia dan syok sebaiknya diberikan segera

dengan jarum intravena besar (18) dan penggantian cairan.10 Penggantian cairan yang

hilang diberikan dengan larutan kristaloid selama 15-30 menit. Volume dari resusitasi

awal dihitung sebanyak tiga kali dari perkiraan darah yang hilang. Dipertimbangkan

untuk memasang akses intravena tambahan, kesiapan anestesia, persiapan kamar

operasi, dan asisten bedah. Lakukan pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dan

faktor pembekuan, golongan darah. Lakukan transfusi darah. Monitor tanda vital ibu

sesering mungkin oleh satu individu. Pasang kateter menetap untuk menilai pengeluaran

11

Page 12: lapkas inversio uteri

urin. Pemberian antibiotika bermanfaat untuk mencegah timbulnya sepsis

paskapersalinan.10

Oksitosin sebaiknya ditunda dan dicoba resposisi uterus secara manual melalui

vagina. Kebanyakan penulis merekomendasikan usaha reposisi secara manual sebelum

plasenta dilepaskan dan sebelum tindakan reposisi secara operatif dilakukan.12 Bila

plasenta dilepaskan sebelum reposisi intrauterin, pasien beresiko untuk mengalami

kehilangan darah dan syok. Plasenta biasanya akan mudah dilepaskan setelah reposisi.

A. Reposisi manual cara Johnson

Pada kebanyakan kasus plasenta telah lepas, jika plasenta belum lepas atau

sudah lepas tetapi belum dilahirkan maka plasenta dilepaskan setelah reposisi

berhasil atau dilakukan bersama-sama. Bila plasenta dilepaskan sebelum reposisi

maka dapat terjadi perdarahan hebat. Reposisi manual yang tervaforit adalah dengan

metode Johnson (1949). Teknik dari metode Johnson yaitu memasukkan seluruh

tangan ke dalam jalan lahir, sehingga ibu jari dan jari-jari yang lain pada cervical

utero junction dan fundus uteri dalam telapak tangan. Uterus diangkat ke luar dari

rongga pelvis dan dipertahankan di dalam rongga abdomen setinggi umbilikus.

Tindakan ini membuat peregangan dan tarikan pada ligamentum rotundum akan

memperlebar cincin servik, selanjutnya akan menarik fundus uteri ke arah luar

melewati cekungan. Bila spasme miometrium dan kontriksi cincin menghambat

reposisi dapat diberikan anestesi seperti halothane atau tokolitik . MgSO4 dapat

diberikan intravena 1 g permenit selama 4 menit. Bila tidak efektif dapat diberikan

terbutaline 0,125-0,25 mg intravena,4,6,9 ritrodrine 0,150 mg intravena. Bahkan

nitroglycerin dapat digunakan untuk secara efektif merelaksasikan cincin konstriksi

menggantikan kebutuhan akan anestesia umum.Untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan maka posisi tersebut dipertahankan selama 3 – 5 menit hingga fundus

uteri berangsur – angsur bergeser dari telapak tangan. Setelah uterus direposisi,

tangan operator tetap didalam kavum uteri hingga timbul kontraksi uterus yang

keras dan hingga diberikan oksitosin intravena.3,6,8,9 Beberapa penulis menganjurkan

pemberian oksitosin atau ergot alkaloid dan pemasangan tampon uterovaginal

diteruskan sampai 24 jam.8,9,11 Pada keadaan dimana kontraksi uterus tetap lemah

12

Page 13: lapkas inversio uteri

dapat ditambahkan dengan injeksi Prostin 15M (15[s]-15 methyl prostaglandin)

intravenous.2,7

B. Reposisi manual cara Jones

Jari tangan yang terbungkus handscoen ditempatkan pada bagian tengah dari

fundus uteri yang terbalik, sementara itu diberikan tekanan ke atas secara lambat.

Sementara itu serviks ditarik dengan arah yang berlawanan dengan ring forceps.9

C. Reposisi manual cara O’Sullivan

O’Sullivan pertama kali menggunakan tekan hidrostatis untuk mereposisi

inversio uteri pueperalis (1945). Dua liter cairan garam fisiologis ditempat pada

tiang infus dan lebih kurang dua meter dari permukaan lantai. Dua buah tube karet

ditempatkan pada fornik posterior vagina. Sementara itu cairan dibiarkan mengalir

cepat, dan tangan operator menutup introitus untuk mencegah keluar cairan.

Dinding vagina mulai teregang dan fundus uteri mulai terangkat. Setelah inversio

terkoreksi, cairan dalam vagina dikeluarkan secara lambat. Kemudian pasien diberi

0,5 mg ergonovine intravena. Lalu diberikan infus 1000 cc dekstrose 5% dengan

oksitosin 20 unit. Reposisi dari uterus biasanya didapatkan dalam 5-10 menit. 6,8,9

D. Reposisi operatif cara Huntington

Pada tindakan reposisi operatif perabdominam sebaiknya dicoba dahulu

dengan cara Huntington. Pendekatan Huntington yaitu setelah tindakan laparatomi

dilanjutkan dengan menarik fundus uteri secara bertahap dengan bantuan forsep

Allis. Forsep Allis dipasang + 2 cm di bawah cincin pada kedua sisinya, kemudian

ditarik ke atas secara bertahap sampai fundus uteri kembali pada posisinya semula.

Selain tarikan ke atas maka dorongan dari luar ( pervaginam ) oleh asisten

akan mempermudah pelaksanaan prosedeur tersebut.3,6,8,9

E. Reposisi operatif cara Haultin

13

Page 14: lapkas inversio uteri

Pada reposisi dengan cara Haultin, dilakukan insisi longitudinal sepanjang

dinding posterior uterus dan melalui cincin kontriksi. Jari kemudian dimasukkan

melalui insisi ke titik di bawah fundus uteri yang terbalik dan diberikan tekanan

pada fundus atau tekanan secara simultan dari tangan asisten. Bila reposisi telah

komplit, luka insisi dijahit dengan jahitan terputus dengan chromic.9

F. Reposisi operatif cara Spinelli

Tindakan operatif menurut Spinelli dilakukan pervaginam yaitu dengan cara

dinding anterior vagina dibuat tegang berlawanan dengan arah tarikan dari retraktor

dan dilakukan insisi transversal tepat di atas portio anterior. Kemudian plika

kandung kemih dipisahkan dari serviks dan segmen bawah rahim. Insisi mediana

dibuat melalui serviks pada jam 12, secara komplit membagi cincin konstriksi. Insisi

dilakukan pada linea mediana sampai fundus uteri. Uterus dibalik dengan cara

telunjuk mengait ke dalam insisi pada permukaan endometrium yang terbuka dan

membuat tekanan yang berlawanan dengan ibu jari pada bagian peritoneal.9

G. Reposisi operatif cara Kustner

Tindakan operatif menurut Kustner dilakukan pada inversio uteri kronis.

Dengan cara membuka dinding posterior kavum douglas. Dilakukan kolpotomi

transversa transvaginal dengan insisi sedalam ketebalan serviks pada jam 6 sampai

dinding posterior uterus. Kemudian dengan menggunakan ibu jari uterus direversi

sepanjang sisi insisi. Setelah uterus direversi, insisi dinding posterior uterus dan

servik diperbaiki, demikian juga dengan insisi transversa dan kolpotomi pada

vagina. Luka ditutup dengan jahitan terputus dan uterus ditempatkan kembali ke

dalam kavum pelvis.2,3

Bila inversio uteri sudah terjadi gangren atau inversio uteri terjadi pada wanita

yang usianya sudah mendekati akhir masa reproduksi dapat dilakukan

histerektomi pervaginam.2,6

Kerugian dari teknik ini adalah mempunyai resiko yang besar untuk terjadinya

perlengketan pelvis. Pada kehamilan selanjutnya dapat terjadi ruprura uteri yang

tersembunyi.

14

Page 15: lapkas inversio uteri

H. Subtotal vaginal histerektomi

Dilakukan jahitan seperti rantai melingkari korpus uterus dengan benang

zeyde no.1 untuk hemostasis. Kemudian dilakukan sayatan melingkar pada korpus

uterus distal dari jahitan sedikit demi sedikit sehingga tidak mengenai organ

adneksa yang terperangkap di kantung inversio. Perdarahan yang terjadi dirawat.

Keadaan pangkal tuba ovarium, ligamentum rotundum dan jaringan lain

dievaluasi. Dengan bantuan sonde transuretra diidentifikasi vesika urinaria.

Selanjutnya dilakukan jahitan seperti rantai melingkari korpus uterus tahap II

kurang lebih 2 cm di luar introitus vagina. Setelah itu dilakukan pemotongan

melingkar lagi terhadap korpus uterus di bagian distal jahitan tahap II. Langkah

selanjutnya kedua ligamen rotundum diklem, dipotong dan dijahit dengan chromic

catgut no.2. Jika diyakini tidak ada perdarahan, tunggul uterus dimasukkan ke

dalam vagina. Operasi selesai.12

II.8 Prognosis

Walaupun inversio uteri kadang-kadang terjadi tanpa banyak gejala dan penderita

tetap dalam keadaan baik, tetapi sebaliknya dapat pula terjadi keadaan darurat sampai

terjadi kematian penderita baik karena syoknya sendiri ataupun karena perdarahannya.

Kematian karena kasus inversio uteri cukup tinggi yaitu 15 – 75% dari kasus. Oleh

karena itu makin cepat dan tepat diagnosis ditegakkan dan segera dilakukan tindakan

reposisi, maka prognosisnya makin baik. Sebaliknya makin lambat diatasi maka

prognosisnya menjadi buruk. Akan tetapi bila penderita dapat bertahan dengan keadaan

tersebut setelah 48 jam maka prognosisnya berangsur – angsur menjadi baik.3,12

15

Page 16: lapkas inversio uteri

BAB III

LAPORAN KASUS

Data Pasien Data Suami

Nama : Ny. E/SMA Nama : Tn. F/SMA

Umur : 20 tahun Umur : 20 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Sukapura, Kejaksan

Tanggal masuk RS : 01-01-2013 Waktu : Pk 20:35 WIB

Rujukan : Bidan Neny Agustiani

Keterangan rujukan : P1A0 Postpartum dengan perdarahan

Tindakan yang dilakukan : Tampon

III.1 Anamnesa

Keluhan Utama

Keluar darah pasca persalinan dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang

Wanita P1A0 datang ke VK RSUD Gunung Jati pada tanggal 01 Januari 2013 pada

pukul 20.35 WIB. OS datang karena mengeluh keluar darah dari jalan lahir setelah

melahirkan pada jam 19.40 WIB di bidan. OS juga mengeluh sesak nafas dan sakit di

daerah kemaluan. Perdarahan mulai terjadi pada pukul 20.00 WIB di perdarahan terjadi

terus menerus. Kemudian OS dirujuk oleh bidan ke Rumah Sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak didapatkan riwayat penyakit terdahulu.

Riwayat Operasi

Riwayat operasi disangkal oleh pasien.

Riwayat Pernikahan

Pasien mengaku, ini merupakan kehamilan dari pernikahan yang pertama dengan lama

perkawinan adalah 9 bulan.

16

Page 17: lapkas inversio uteri

Riwayat Obstetri

NO KEHAMILAN/PARTUS UMUR KEADAAN ANAK KET

1. Sekarang -

Kehamilan Sekarang

Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 12-04-2012

Hari perkiraan lahir (HPL) : 19-01-2013

Riwayat ANC

-

III.2 Status Praesens

Keadaan Umum : Sedang

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 80/50 mmHg

Frekuensi Nadi : 111 kali/menit

Frekuensi Nafas : 38 kali/men it

Suhu : 36,7C

Tinggi Badan : 156 cm

Berat Badan : 58 kg

Konjungtiva Anemis : Anemis

Konjungtiva Ikterik : Tidak

Mammae : Simetris dan puting menonjol

Jantung : BJ I/II reguler dan tidak ada suara jantung tambahan

Paru-paru : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-

Edema :

III.3 Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Luar

Tinggi Fundus Uteri : Tidak teraba (tidak dapat dinilai)

Letak Anak : -

DJJ : -

His : -

17

- -

- -

Page 18: lapkas inversio uteri

Pemeriksaan Dalam

Keluar darah banyak pervaginam, terpasang tampon dua rol dari bidan, dilakukan

eksplorasi didapatkan stolsel lebih kurang 300cc dan teraba massa atau uterus yang

terputar, tampak rupture perineum.

III.4 Pemeriksaan Penunjang

Darah

Pukul 20.46

Leukosit : 23,1 x 103/mm3

Eritrosit : 3,69 x 106/mm3

Hemoglobin : 9,4 gr/dL

Hematokrit : 30,7 %

Trombosit : 323 x 103/mm3

Prokalsitonin : 0,221 %

DIFF

% Limfosit : 9,5 L Limfosit : 2,1 103/mm3

% Monosit : 6,0 L Monosit : 1,3 L 103/mm3

% Granulosit : 84,5 H Granulosit : 19,7 H 103/mm3

Pukul 22.19

Leukosit : 34,3 x 103/mm3

Eritrosit : 1,89 x 106/mm3

Hemoglobin : 5,1 gr/dL

Hematokrit : 15,6 %

Trombosit : 296 x 103/mm3

Prokalsitonin : 0,203 %

DIFF

% Limfosit : 11,6 L Limfosit : 3,9 103/mm3

% Monosit : 9,0 L Monosit : 3,0 L 103/mm3

% Granulosit : 79,4 H Granulosit : 27,4 H 103/mm3

III.5 Diagnosis

P1A0 partus maturus spontan dengan perdarahan post partum ec Inversio Uteri

18

Page 19: lapkas inversio uteri

III.6 Penatalaksanaan

Terapi: Pemberian Infus RL+Koloid

Drip Tramadol 1 amp

Inj. Epinephrine 1 amp

Tranfusi darah (PRC) 4 labu

Monitoring: Perbaiki KU, pasang alat monitor TTV

III.7 Resume

Wanita P1A0 datang ke VK RSUD Gunung Jati pada tanggal 01 Januari 2013 pada

pukul 20.35 WIB. OS datang karena mengeluh keluar darah dari jalan lahir setelah

melahirkan pada jam 19.40 WIB di bidan. OS juga mengeluh sesak nafas dan sakit di daerah

kemaluan. Perdarahan mulai terjadi pada pukul 20.00 WIB di perdarahan terjadi terus

menerus. Kemudian OS dirujuk oleh bidan ke Rumah Sakit.

Status Praesens

Keadaan Umum : Sedang

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 80/50 mmHg

Frekuensi Nadi : 111 kali/menit

Frekuensi Nafas : 38 kali/men it

Suhu : 36,7C

Tinggi Badan : 156 cm

Berat Badan : 58 kg

Konjungtiva Anemis : Anemis

Konjungtiva Ikterik : Tidak

Mammae : Simetris dan puting menonjol

Jantung : BJ I/II reguler dan tidak ada suara jantung tambahan

Paru-paru : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-

Edema :

19

- -

- -

Page 20: lapkas inversio uteri

Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Luar

Tinggi Fundus Uteri : Tidak teraba (tidak dapat dinilai)

Pemeriksaan Dalam

Keluar darah banyak pervaginam, terpasang tampon dua rol dari bidan, dilakukan

eksplorasi didapatkan stolsel lebih kurang 300cc dan teraba massa atau uterus yang terputar,

tampak rupture perineum.

Pemeriksaan Penunjang

Darah

Pukul 20.46

Leukosit : 23,1 x 103/mm3

Eritrosit : 3,69 x 106/mm3

Hemoglobin : 9,4 gr/dL

Hematokrit : 30,7 %

Trombosit : 323 x 103/mm3

Pukul 22.19

Leukosit : 34,3 x 103/mm3

Eritrosit : 1,89 x 106/mm3

Hemoglobin : 5,1 gr/dL

Hematokrit : 15,6 %

Trombosit : 296 x 103/mm3

20

Page 21: lapkas inversio uteri

III.8 Follow Up Kamar Bersalin

01 Januari 2013

Jam TD N RR T

20.35 80/50 mmHg 111 x/menit 38 x/menit 36,3C

20.50 80/50 mmHg 108 x/menit 38 x/menit 36,5C

21.05 70/50 mmHg 116 x/menit 36 x/menit 36,3C

21.20 68/50 mmHg 113 x/menit 37 x/menit 36,0C

21.35 67/48 mmHg 112 x/menit 36 x/menit 35,8C

21.50 72/54 mmHg 118 x/menit 35 x/menit 36,0C

22.05 77/58 mmHg 118x/menit 33x/menit 36,2C

22.20 75/58 mmHg 115 x/menit 30 x/menit 35,9C

22.35 74/57 mmHg 115 x/menit 32 x/menit 35,5C

22.50 81/63 mmHg 125 x/menit 26 x/menit 36,2C

23.05 55/35 mmHg 102 x/menit 33 x/menit 35,2C

23.20 40/palpasi 35,0C

Pk. 20.40

Pervaginam keluar darah banyak, terpasang tampon 2 roll dari bidan. Dilakukan

eksplorasi didapatkan stolsel 300cc dan teraba massa seperti uterus yang terputar.

Tampak ruptur perineum dan dilakukan hecting jelujur.

Pk. 21.40

Konsul kepada dokter jaga ruangan dikarenakan pasien gelisah.

Advis: loading RL+Koloid

Pre Transfusi 2 kolf

Konsul dr. Hardiansyah, Sp.OG (tunggu balasan)

Pk. 23.00

Konsul kepada dr. Doddi, Sp.OG dikarenakan pasien kembali gelisah dan sesak.

Advis: Perbaiki KU

Transfusi 4 kolf

Infus RL+Tramadol (perlahan)

21

Page 22: lapkas inversio uteri

Rawat VK

Pk. 23.10

Pasien mengalami apneu RJP (+) Bagging (+) diinjeksikan epinefrin 1 ampul

apneu(+) RJP(+) Bagging(+)

Pk. 23.40

Apneu(+), pupil midriasis maksimal, EKG flat, pasien dinyatakan meninggal dunia

oleh dokter jaga ruangan di hadapan koas, bidan, dan keluarga pasien.

22

Page 23: lapkas inversio uteri

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien dengan inisial Ny. E, 20 tahun, P1A0, datang ke kamar bersalin RS Gunung

Jati, karena adanya perdarahan dari jalan lahir setelah melahirkan anak pertama di bidan.

Perdarahan mulai terjadi terus menerus kurang lebih sejak 1 jam post partum. Pasien

kemudian dikirim ke RSUD Gunung Jati dengan rujukan dari bidan dan dinyatakan

bahwa terjadi perdarahan post partum dengan teraba adanya massa pada jalan lahir.

Kemudian selama di ruang VK mulai pukul 20.35, pasien datang dengan keadaan

tekanan darah 80/50 mmHg, denyut nadi 111x/menit, pernapasan 38x/menit, dan suhu

36,3C, kemudian dilakukan periksa dalam pada pukul 20.40 didapatkan pada pasien

terpasang tampon 2 roll dari bidan, dilakukan eksplorasi ditemukan adanya stolsel

sebanyak 300cc dan teraba adanya massa seperti uterus yang terputar. Kemudian tampak

adanya ruptur perineum dan dilakukan hecting jelujur.

Pada pukul 20.50 dicoba untuk melakukan reposisi namun gagal oleh karena

pasien tidak kooperatif dan perdarahan menjadi semakin banyak dengan nyeri yang

bertambah serta keadaan umum pasien yang menurun. Dicarikan donor darah untuk

transfusi dan dari pihak bank darah mengatakan darah baru tersedia pada pukul 22.00

karena menunggu proses.

Sekitar pukul 21.30 melakukan konsul ke dr. Hardiansyah, Sp.OG namun telepon

tidak diangkat, kemudian dicoba menghubungi dr. Jaga ruangan pada pukul 21.40

dikarenakan pasien menjadi gelisah dan mendapat advis loading infus RL+Koloid, pro

transfusi 2 kolf dan cek darah kembali post transfusi. Transfusi labu pertama baru

didapatkan pada pukul 22.40. Selain itu dr. Jaga ruangan juga mencoba konsul dengan dr.

Hardiansyah, Sp.OG via telpon dan pesan singkat namun belum mendapatkan balasan

sampai pukul 22.45.

Pada pukul 23.00 keadaan pasien semakin memburuk dan mengalami sesak

sehingga melalui dokter jaga berusaha konsul kepada dr.Doddi, Sp.OG (K) dan

didapatkan advis untuk perbaikan KU dengan transfusi 4 kolf, Infus RL + tramadol dan

observasi di VK. Pukul 23.10 pasien mengalami apneu dan dilakukan RJP + bagging dan

diberikan injeksi epinefrin 1 ampul namun pasien tetap mengalami apneu kemudian

diberikan salbutamol drip pada pukul 23.25 dan dilanjutkan dengan RJP + bagging. Pukul

23.40 nadi tidak teraba, pupil midriasis, gambaran EKG flat, apneu, RJP dan bagging

23

Page 24: lapkas inversio uteri

tidak berhasil, pasien dinyatakan meninggal oleh dokter jaga pada pukul 23.40 dihadapan

koas, bidan, dan keluarga pasien.

Dari keterangan yang diperoleh, bahwa pasien datang ke tempat praktek bidan

dalam keadaan baik dan partus pervaginam. Dalam pelaksanaan memimpin bersalin

sedang berlangsung pelatihan APN di tempat praktek dengan didampingi satu bidan

supervisi. Kesalahan yang terjadi pada kala III kemungkinan dilakukan oleh peserta

pelatihan dimana terjadi ketidakselarasan antara penarikan tali pusat terkendali dengan

dorsocranial akibatnya terjadi tarikan paksa pada plasenta yang belum ada tanda-tanda

pelepasan. Selain itu rentang waktu yang cukup lama saat perdarahan dimulai kemudian

dirujuk ke RS cukup lama sehingga mempersulit dilakukannya reposisi. Dalam

penatalaksaan semestinya di tempat praktek bidan dilakukan observasi dan dilakukan

tindakan reposisi sesegera mungkin.

24

Page 25: lapkas inversio uteri

BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan suatu kasus seorang wanita usia 20 tahun dengan perdarahan post

partum dengan partus maturus spontan di bidan. Perdarahan didiagnosis dengan sebab

inversio uteri. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Prinsip

utama penatalaksanaan menurunkan resiko perdarahan pervaginam dan melakukan reposisi

fundus uteri serta memperbaiki keadaan umum pasien.

25

Page 26: lapkas inversio uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. Diidy GA. Post partum haemorrhage: New management option. Clin Obstet

Ginecol 2002: 32-33

2. Mochtar R. Sinopsis obstetri I. Edisi kedua, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteraan EGC, 2002; 304-6

3. Tala MR. Inversio uteri. Workshop vaginal surgery.2008. Jakarta: Subbagian

Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri & Ginekologi

FKUI/RSUPN-CM

4. Nichols DH. Inversion of the uterus. In: Gynecologic and Obstetric Surgery.

Missouri: Mosby-Year Book, 2003; 1147-51

5. Baskett TF. Acute uterine inversion: a review of 40 cases. J Obstet Gynaecol

Can 2002; 24: 953-956

6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2008: 880-2

7. Cunningham FG, Mc Donald PC, Gant NF. Abnormalities of the third stage of

labor. In: Williams obstetrics. 21st ed, New York: Appleton & Lange, 2006;

642-3

8. Kapernick PS. Postpartum hemorrhage & the abnormal puerperium. In:

Current obstetrics & gynaecologic diagnosis & treatment. 9th ed, Kansas City:

Baltimore, William & Wilkins Co, 2000; 568-87

9. Pribakti B. Teknik Yunizaf: Vaginal histerektomi subtotal pada inversio uteri.

Medika 2002; 14-17

10. Decherney AH, Pernoll ML. Postpartum hemorrhage & the abnormal

puerperium. In: Current obstetrics & gynecologic diagnosis & treatment. 11 th

edition, Connecticut: Appleton & Lange, 2005; 581-582

11. Studzinski Z, Branicka D. Acute complete uterine inversion: case report.

Ginekol Pol 2001; 72: 881-884

12. Wiknjosastro H, Saifuddin BA, Rachimhadhi T. Ilmu bedah kebidanan. Edisi

pertama, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 195-6

26

Page 27: lapkas inversio uteri

Presentasi Kasus

P1A0 Partus Maturus Spontan dengan perdarahan post partum

ec. Inversio Uteri

Disusun oleh:

Nama : Risyad Alamsyah H.

NIM : 1102008220

Pembimbing : dr. H. Doddi S. Sp.OG(K)

KEPANITERAAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

RSUD GUNUNG JATI

27