Lap.anpertum Meristem

9
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI PERKEMBANGAN TUMBUHAN Jaringan Meristem dan Jaringan Dasar Tanggal Praktikum : 14 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 28 April 2012 Oleh : DYNA KHOLIDAZIAH 1210702018 Biologi A/4 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2012

Transcript of Lap.anpertum Meristem

Page 1: Lap.anpertum Meristem

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Jaringan Meristem dan Jaringan Dasar

Tanggal Praktikum : 14 April 2012

Tanggal Pengumpulan : 28 April 2012

Oleh :

DYNA KHOLIDAZIAH

1210702018

Biologi A/4

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012

Page 2: Lap.anpertum Meristem

JARINGAN MERISTEM DAN JARINGAN DASAR

Tanggal Praktikum : 14 April 2012

Waktu : 9.20 – 11.00 WIB

Tempat : Lab. Biologi

I. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

- Melihat jaringan meristem pada ujung akar dan batang

- Melihat macam-macam bentuk parenkim

1.2 Dasar Teori

Jaringan adalah sel-sel penyusun tubuh organisme yang berasal dari

pembelahan sel secara embrional yang berdiferensiasi menjadi bermacam-macam

susunan (Rifa’i, 2002).

Pertumbuhan pada tanaman biasa terjadi pada jaringan meristematik

misalnya, dalam jaringan meristem apical, lateral dan interlateral. Pertumbuhan

ujung cenderung menghasilkan pertambahan panjang, pertumbuhan lateral

menghasilkan pertambahan lebar, dan pemanjangan batang serta daun terjadi di

dalam meristem interkalar yang semuanya memerlukan hormon pertumbuhan

(Purwati, 2004).

Menurut posisi meristem dalam tubuh tumbuhan jaringan ini dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu meristem apikal yang terdapat di ujung batang dan

ujung akar, meristem interkalar terletak diantara jaringan dewasa misalnya

dipangkal ruas batang, dan meristem lateral terletak sejajar dengan lingkaran

organ. Sedangkan menurut asal-usul meristem maka dibagi menjadi dua, yaitu

meristem primer yaitu jaringan yang sel-selnya secara langsung berkembang dari

sel-sel embrio dan meristem sekunder ialah jaringan yang berkembang dari

jaringan dewasa yang sudah menjalani diferensiasi (Karmana, 2007).

Pada taraf awal perkembangan embrio semua sel menjalani pembelahan

diri, namun dengan pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut maka

pembelahan sel dan pelipat gandaannya m,enjadi terbatas dibagian-bagian khusus

tumbuhan yang menunjukkan diferensiasi sangat sedikit, dalam keadaan ini

Page 3: Lap.anpertum Meristem

jaringan tetap bersifat embrionik dan sel-sel tersebut mempertahankan

kemampuannya untuk membelah diri. Jaringan embrionik ini pada tumbuhan

dewasa disebut meristem. Klasifikasi meristem dibuat dibuat berdasarkan bebagai

kriteria yaitu posisinya dalam tubuh tumbuhan dan asal usulnya. Menurut posisi

meristem dalam tubuh tumbuhan jaringan ini dapat dibagi menjadi P: 1.meristem

apikal yang terdapat di ujung pucuk utama dan lateral serta akar, 2.meristem

interkalar yang ada diantara jaringan dewasa misalnya dipangkal ruas batang dan

3. meristem lateral yang terletak sejajar dengan lingkaran organ misalnya pada

kambium pembuluh dan felogen. Sedangkan menurut asal-usul meristem maka

dibagi menjadi 1 meristem primer yaitu jaringan yang sel-selnya secara langsung

berkembang dari sel-sel embrio dan yang ke 2 meristem sekunder ialah jaringan

yang berkembang dari jaringan dewasa yang sudah menjalani diferensiasi (Fahn,

1991).

Jaringan dasar pada tumbuhan adalah jaringan yang mengisi sebagian

besar tumbuh tumbuhan. Fungsi utamanya adalah mengisi biomassa, menjalankan

berbagai fungsi fisiologi vital, dan menopang serta memberi bentuk tubuh

tumbuhan. Karena memiliki fungsi yang khas sebagai tempat berlangsungnya

fotosintesis, sebagian parenkima yang mengandung klorofil disebut juga

klorenkima (Kertassapoetra, 1991).

Parenkima adalah jaringan dasar yang utama. Sel-sel parenkim

ditemukan pada akar dan batang terutama sebagai pengisi bagian korteks, daun,

bunga, buah, dan biji (Woelaningsih, 1987). Parenkim di daun yang berfungsi

sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis disebut juga klorenkima, yaitu

jaringan mesofil, yang mencakup jaringan tiang/ palisade dan jaringan spons.

Disebut klorenkima karena ia mengandung klorofil. Fungsi jaringan parenkim

menurut Campbel (2002) diantaranya yaitu jaringan yang berklorofil untuk

berfotosintesis, untuk transportasi ekstrafasikuler, tempat penyimpanan makanan

cadangan.

Sel parenkim dapat mempertahankan kemampuannya untuk membelah

sehingga berperan penting dalam proses menutup luka atau regenerasi sel. Sel

parenkim juga dapat bergabung dengan sel-sel yang lain sehingga membentuk

jaringan yang kompleks. Ciri-ciri jaringan ini adalah selnya hidup, dinding selnya

Page 4: Lap.anpertum Meristem

tipis, ada yang mengandung kloroplas, banyak dan besar, sel-selnya berukuran

besar, dan letak sel tidak merapat (Kertassapoetra, 1991).

Parenkim disebut juga sebagai jaringan dasar karena merupakan jaringan

penyusun sebagian besar organ tumbuhan. Parenkim tersusun oleh sel-sel yang

relatif tidak mempunyai tugas khusus karena sel-sel tadi hanya mengalami

diferensiasi sederhana. Asal parenkim berbeda-beda, dapat berasal dari meristem

apikal batang atau akar, dari meristem marginal daun, dari kambium atau bahkan

dari felogen pada jaringan dewasa yang mengadakan pertumbuhan pertumbuhan

sekunder. Parenkim pada umumnya tersusun oleh sel-sel yang berdinding tipis,

bervakuola besar dengan protoplasma yang hidup. Bentuk sel pada umumnya

isodiametris, poliendris dan ada yang bercabang seperti bintang sehingga

diantaranya terdapat banyak ruang antar sel. Parenkim merupakan tempat utama

berlangsungnya aktifitas tumbuhan yang penting, misalnya fotosintesis, respirasi,

penimbunan zat makanan cadangan, sekresi, ekskresi dan bentuk aktifitas tersebut

tergantung pada protoplas sel-sel penyusunnya (Woelaningsih. 1984).

II. METODE

2.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

- Mikroskop

- Pipet Tetes

- Kaca Objek

- Kaca Penutup

- Kuas Halus

- Jarum Preparat

- Silet

- Akar Aloe sp. (Lidah Buaya)

- Batang Sambucus javanicus (Sangitan)

- Tangkai daun Eichornia crassipes (Eceng gondok)

- Daun Canna sp. (Bunga Tasbih)

- Daun Pinus merkusii (Pinus)

- Daun pilihan

Page 5: Lap.anpertum Meristem

2.2 Prosedur Kerja

2.2.1 Pengamatan jaringan meristem

2.2.2 Pengmatan jaringan dasar

III. HASIL

Sayatan daun pinus

Pembesaran 16x10

Preparat daun pinus

Pembesaran 16x10

Sayatan daun nangka

Pembesaran 16x10

a b

a b c

a b

Keterangan :a. Mesofil, b.

Epidermis

Keterangan :a. Mesofil, b.

Lipatan parenkim, c.

Epidermis

Keterangan :a. Jaringan

epidermis, b. Dinding sel

1•preparat dari bahan-bahan tersebut dibuat

2•ciri-ciri meristem yang terlihat pada bahan-bahan tersebut diamati dan gambar

1•preparat dari bahan-bahan tersebut dibuat

2•dan jaringan parenkim yang terdapat pada preparat tersebut diamati dan gambar

Page 6: Lap.anpertum Meristem

Sayatan Tangkai eceng gondok

Pembesaran 16x10

Sayatan daun Canna sp.

Pembesaran 16x10

a b

a b

Keterangnan : a. Ruang antar

sel, b. parenkim penyimpan

udara

Keterengan : a. jaringan

parenkim, b. aktinenkim

IV. PEMBAHASAN

Pada praktikum mengenai pengamatan jaringan meristem dan jaringan

tumbuhan pada jenis tumbuhan pinus (Pinus merkusii), lidah buaya (aloe sp),

sangitan, bunga tasbih, nangka, dan eceng gondok.

Berdasarkan gambar pada hasil pengamatan yang dilakukan praktikan

ketika membuat sayatan daun pinus dan diamati dibwah mikroskop ini dengan

menggunakan pembesaran 10×10 ini terdapat misofil dan jaringan epidermis,

juga terdapat lipatan parenkim.

Sedangkan pada sayatan daun nangka ini ketika diamti pada sayatan

tersebut terlihat jaringan epidermis dan dinding sel. Kemudian pada daun Canna

sp. ini ketika diamati terdapat jaringan parenkim dan aktinenkim.

Karena Jaringan parenkim ditemukan pada semua organ dan disemua

bagian, yaitu pada korteks, empulur, jari-jari empulur, perisikel, endosperm,

floem dan xylem. Bentuk parenkim bervariasi, ini disesuaikan dengan fungsinya.

Secara umum sel parenkim pada tumbuhan memiliki bentuk umum yaitu sel

berbentuk segi enam dan memiliki diameter yang sama keberbagai arah

(isodiametris), memiliki dinding sel yang tipis dengan ruang interseluler yang

cukup banyak. Letak inti sel mendekati dasar sel. Pada daun Canna sp., daun

Page 7: Lap.anpertum Meristem

Pinus merkusii (pinus), dan daun nangka sebagian besar banyak ditemukan

klorenkim yaitu jaringan parenkim pada daun yang banyak mengandung

kloroplas. Banyak sel parenkim berisi tanin dan garam mineral, dapat pula berisi

bermacam-macam kristal, contoh kristal druze.

Untuk pengamatan pada sayatan daun eceng gondok didapatkan jaringan

epidermis yang memiliki stomata dengan jumlah yang banyak serta jaringan

parenkim yang tersusun rapat dengan bentuk sel yang besar. Jumlah stomata yang

banyak. Sedangkan pada tangkai eceng gindok ini terdapat tangkai daun eceng

gondok didapatkan bagian parenkim udara (aerenkim) dan ruang antar sel. Sel-sel

pada parenkim udara yang teramati bentul selnya bulat teratur dan hampir rapat.

Sementara ruang antar sel yang dikelilinginya berbentuk lebih besar dengan

rongga udara untuk menyimpan cadangan udara di dalamnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kertassapoetra (1991), bahwa menurutnya parenkim udara

adalah parenkim yang ruang antar selnya besar, sel-sel penyusunnya bulat atau

seperti bintang. Karena eceng gondok merupakan jenis tumbuhan hidrofit

(tumbuhan yang hidup/ habitatnya di air), maka sel tubuhnya berdiferensiasi

untuk memperoleh cadangan udara melalui jaringan parenkim udara (aerenkim).

Tidak seperti tumbuhan lain yang memperoleh gas yang dibutuhkan untuk

fotosintesis dari stomata pada daun baik di bagian atas maupun bawah daun. Serta

dilengkapi akar yang dapat mengikat ion-ion hasil hidrolisis gas-gas tertentu

melalui pori udara di tanah.

Dan pada ujung akar lidah buaya dapat terlihat jelas sel

meristematiknya, sel meristem ini tepat terletak di bawah lapisan ujung akar dan

terletak agak terpisah karena adanya suatu rongga. Sel meristem pada ujung akar

lidah buaya ini berbentuk agak lonjong, saling tindih dan bentuk selnya sangat

tipis, polos serta dinding selnya tidak begitu tebal. Meristem pada ujung akar

lidah buaya ini akan terus membelah sehingga ujung akar akan terus bertambah

panjang karena daerah tersebut merupakan daerah titik tumbuh pada tumbuhan

sehingga keduanya mengandung sel-sel embrionik. Pada penampang melintang

dari akar lidah buaya tersebut terlihat suatu bakal sel yang nantinya menjadi

epidermis yaitu dermatogen. Selain itu terdapat juga pleurom (yang akan

Page 8: Lap.anpertum Meristem

berkembang menjadi silinder pusat) dan periblem (yang akan berkembang

menjadi korteks).

Dari hal tersebut bahwa dermatogen, pleurom dan periblem merupakan

meristem primer karena suatu jaringan muda yang berasal dari sel-sel initial yang

disebut promeristem. Promeristem akan berkembang menjadi protoderm,

prokambium, dan meristem dasar. Protoderm akan berdeferensiasi menjadi

jaringan epidermis, prokambium akan berdeferensiasi menjadi sistem jaringan

pengangkut, sedangkan meristem dasar akan berkembang menjadi parenkim

(jaringan dasar). Menurut Kertassapoetra (1991), jaringan meristem adalah

jaringan yang sel-sel penyusunnya mampu terus-menerus membelah diri dan

merupakan sel muda yang belum mengalami diferensiasi atau spesialisasi.

Terdapat pada lembaga (embrio), ujung batang, kuncup, kambium, dan ujung

akar.

V. KESIMPULAN

Daun pinus terdapat misofil dan jaringan epidermis, juga terdapat

lipatan parenkim. daun nangka terlihat jaringan epidermis dan dinding sel. pada

daun Canna sp. terdapat jaringan parenkim dan aktinenkim. Pada sayatan daun

eceng gondok didapatkan jaringan epidermis yang memiliki stomata dengan

jumlah yang banyak serta jaringan parenkim yang tersusun rapat dengan bentuk

sel yang besar. Pada tangkai eceng gindok ini terdapat tangkai daun eceng gondok

didapatkan bagian parenkim udara (aerenkim) dan ruang antar sel. Sel-sel pada

parenkim udara yang teramati bentuk selnya bulat teratur dan hampir rapat.

Sementara ruang antar sel yang dikelilinginya berbentuk lebih besar dengan

rongga udara untuk menyimpan cadangan udara di dalamnya

VI. DAFTAR PUSTAKA

Campbel, N.A., L.G. Mitchell., J.B. Reece. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Fahn, A. 1991.Anatomi Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta : Universitas

Gajah MadaPress.

Page 9: Lap.anpertum Meristem

Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama.

Bandung

Kertassapoetra, A. G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang

Sel dan Jaringan). Jakarta: Rineka Cipta.

Purwati, E. 2004. Pengaruh Konsentrasi GA-3, Lama Perendaman Dan

Varietas Terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu Mete (Anacardium

occidentale L.) Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Rifa’I, A. 2002. Kamus Biologi Umum. Jakarta: Balai Pustaka.

Woelaningsih, Sri. 1987. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.