LAPAK FARKOL LOKOMOTOR

29
PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR I. Tujuan Percobaan ini bertujuan mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan yang dimasukkan ke dalam “roda putar” (wheel cage), berdasarkan pengamatan jumlah putaran roda. II. Prinsip Pengujian aktivitas lokomotor hewan percobaan mencit dilakukan dengan cara menempatkan mencit dalam roda putar (wheel cage) dan kemudian jumlah putaran yang dihasilkan dihitung. Pada mencit yang diberi stimulan (kafein), jumlah putaran yang dihasilkan akan lebih banyak daripada mencit kelompok kontrol yang hanya diberi PGA 2%, dan pada mencit yg diberi depresan (fenobarbital), jumlah putaran yang dihasilkan akan lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Kemudian jumlah putaran yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghitung % aktivitas stimulan dan depresan yang digunakan. III. Teori Dasar Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf, yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam

description

Lokomotor, Farmakologi

Transcript of LAPAK FARKOL LOKOMOTOR

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTORI. TujuanPercobaan ini bertujuan mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage), berdasarkan pengamatan jumlah putaran roda.

II. PrinsipPengujian aktivitas lokomotor hewan percobaan mencit dilakukan dengan cara menempatkan mencit dalam roda putar (wheel cage) dan kemudian jumlah putaran yang dihasilkan dihitung. Pada mencit yang diberi stimulan (kafein), jumlah putaran yang dihasilkan akan lebih banyak daripada mencit kelompok kontrol yang hanya diberi PGA 2%, dan pada mencit yg diberi depresan (fenobarbital), jumlah putaran yang dihasilkan akan lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Kemudian jumlah putaran yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghitung % aktivitas stimulan dan depresan yang digunakan.

III. Teori DasarSistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf, yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh (Sloane, 2003).Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek (Campbell, 2004).Aktivitas lokomotor merupakan aktivitas gerak sebagai akibat adanya perubahan aktivitas listrik yang disebabkan oJeh perubahan permeabelitas membran pascasinaptik dan oleh adanya pelepasan transmitter oleh neuron prasinaptik pada sistem syaraf pusat (Gilman,1991).Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsi melindungi cairan sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat bertranspor aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain (Zaifbio, 2010).Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian dinamakanpolarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar membran plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi pada membran plasma (Zaifbio, 2010).Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakandepolarisasiataupotensial aksi (Zaifbio, 2010).Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membran Fase ini dinamakanrepolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik (Zaifbio, 2010).Kondisi depolarisasi ini akan berlangsung secara terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan demikian, impuls sarafakan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang mengalami depolarisasi akan mengalami fase istirahat kembali dan tidak ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakanfase refraktoriatau undershoot (Zaifbio, 2010).Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara spesifik atau secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat lain. Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif merupakan penghambat SSP yang bersifat umum (Ganiswarna, 1995).Obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP) dapat bersifat merangsang atau mendepresi. Berdasarkan kegunaan terapeutiknya, obat SSP dapat dibagi dalam tiga golongan :A. Depresan Sistem Syaraf Pusat Depresan adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Kumpulan obat depresan (penekan) sistem saraf pusat merupakan sekumpulan obat yang bertindak terhadap sistem otak sehingga membuat orang yang mengkonsumsinya tidak sedarkan diri secara berlebih. Umumnya, obat jenis ini dibagi dalam empat kelompok utama yaitu golongan anestesia umum, golongan alkohol alifatik (seperti arak), golongan obat penahan sakit narkotik, dan golongan obat sedatif/hipnotik (Ganiswarna, 1995).Salah satu contoh obat anti depresan adalah Fenobarbital. Senyawa ini bersifat hipnotik dan dapat memblokir pelepasan muatan listrik diotak. Resorpsinya diusus baik ( 70 90 %) dan lebih kurang 50% terikat pada protein. Efek samping obat ini yaitu sedasi yakni pusing, mengantuk, dan ataksia. Dosisnya 1-2 dd 30 125 mg, maksimal 400 mg ( dalam 2 kali) (Tjay dan Kirana,2002).

B. Stimulan, Merangsang Sistem Syaraf PusatStimulan adalah berbagai jenis zat yang dapat merangsang syaraf pusat dan meningkatkan kegairahan (segar dan bersemangat) dan kesadaran. Obat perangsang (stimulan) bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi nafsu makan dan menghasilkan insomnia, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pernapasan, serta mengerutkan urat nadi, dan membesarkan biji mata. Obat perangsang yang paling banyak dipakai adalah: nikotin (dari nikotin tembakau), kafein (terdapat dalam kopi, teh, cokelat, minuman ringan), amfetamin, kokain (dari erythroxylum pohon koka), dan crack (kristalisasi bentuk dasar kokain)(Ganiswarna,1995).Kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar, dan mengantuk juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih ringan dan singkat daripada amfetamin. Kafein juga berefek inotrop positif terhadap jantung, vasodilatasi perifer dan diuresis. Efek sampingnya bila diminum lebih dari 10 cangkir kopi dapat berupa debar jantung, gangguan lambung, tangan gemetar, gelisah, ingatan berkurang dan sukar tidur. Dosis pada rasa letih 1-3 dd 100-200 mg, sebagai adjuvans bersama analgetik 50 mg sekali, bersama ergotamin pada migrain 100 mg (Tjay dan Kirana,2002).IV. Alat dan BahanHewan percobaan: Mencit putih jantan dengan berat badan 20-25 gram.Bahan obat: - Obat depresan atau stimulan yg diuji Larutan NaCl fisiologis atau larutan suspensi gom arab 1-2%Alat: - Alat suntik 1 mL Sonde oral mencit Stopwatch Timbangan mencit Wadah penyimpan mencit Alat roda putar (Wheel cage)Gambar

Alat suntik 1ml Sonde oral mencit Stopwatch Timbangan mencit

Wadah penyimpan mencit Wheel cage

V. Prosedur PercobaanPada praktikum uji aktivitas lokomotor pertama-tama 3 hewan uji mencit ditimbang, lalu diberi tanda pada ekornya. Mencit dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kontrol negatif dan kelompok uji (2 dosis) . Kelompok uji 2 dosis terdiri dari 1 dosis obat stimulan dan 1 dosis obat depresan. Dosis obat dihitung untuk setiap mencit berdasarkan berat badannya. Mencit kelompok kontrol negatif diberi larutan PGA 2% sebanyak 0,25125 ml , mencit kelompok uji (2 dosis) diberi larutan obat stimulan yaitu kafein sebanyak 0,405 ml dan diberi larutan obat depresan yaitu fenobarbital sebanyak 0,4125 ml. Pemberian obat dilakukan secara per oral. 30 menit kemudian setelah pemberian obat, ketiga mencit di masukkan ke dalam wheel cage atau roda putar. Aktivitas mencit amati dan dicatat selama 30 menit dengan interval tiap pengamatan 5 menit. Aktivitas diamati dengan menghitung putaran roda dari wheel cage. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis variansi dan kelompok uji dianalisis dengan Students t-test . Lalu data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

VI. Data Pengamatan

PERLAKUANBB MENCIT(gr)VOLUME PEMBERIAN(ml)JUMLAH PUTARAN

51015202530

PGA 2%1. 10,050,2512525514972665932253,67

2. 160,4651800008313,83

3. 160,449535411714828647,67

46,3340,6736,3326,6745,6735,67691115,17

KAFEIN 32,5 mg/kg BB1. 16,20,40551566576445034257

2. 160,435555145479332654,33

3. 16,70,41753417821799616

4042,6741,3347,3332,6750,67764127,33

FENOBARBITAL 19,5 mg/kg BB1. 16,50,41254733021079916,5

2. 170,4252500000254,167

3. 12,50,31253256238110217

34,6729,670,671,6762,6722637,67

VII. Perhitungan dan Grafik

Perhitungan Penetapan dosis

TABEL PEMBERIAN DOSIS PADA MENCIT Kelompok Berat MencitDosis

Cafein (32,5 mg/kg BB mencit)16,20 g x 0,5 mL = 0,405 mL

Fenobarbital(19,5 mg/kg BB mencit) 16,50 g x 0,5 mL = 0,4125 mL

Larutan Gom(2%)10,05 g x 0,5 mL = 0,25125 mL

Persen Aktivitas1. = = 6,21% 2. = = 69,26%

Tabel Anava1) Model LinearKelompokKontrol NegatifCafeinFenobarbital

I32234299

II8332625

III28696102

Jumlah691764226

Yij = Aktivitas lokomotor (jumlah putaran roda) yang mendapat obat ke-i ulangan ke-j = efek rata-rata i = pengaruh obat ke-iijk = pengaruh galat dari obat ke-i ulangan ke-j2) HipotesisH0: 1 = 2 = 3 = 0 Tidak ada pengaruh jenis obat terhadap aktivitas lokomotor (jumlah putaran) H1: paling sedikit ada satu i dimana 1 0 Ada pengaruh jenis obat terhadap aktivitas lokomotor (jumlah putaran) 3) Analisis Ragam Degree or Freedom (df)df Total= N - 1 = 18 - 1 = 17df Treat = t 1= 3 - 1 = 2db Error = df Total df Treat = 17 - 2 = 15 Sum of Squares (SS)SSobat= + = = = 130925,5

SStotal= = ( - = 1112253 - 54450 = 1057803

SSerror= SStotal SSobat= 1057803 - 130925,5= 926877,5

Mean of Square (MS)MSobat= = = 65462,75

MSerror= = = 61791,83333

Fhitung= = = 1,059407797 Tabel ANAVASource of VarianceDfSum of SquaresMean of SquareFhitungF0.05 (2,15)

Treatment(obat)2130925,565462,751,0594077973,68

Error15926877,5

61791,83333

Total17-

Kesimpulan:Ftabel = 3,68Terima H0 jika Fhitung < Ftabel1,059407797 < 3,68 Terima H0 Kesimpulan: Dengan keyakinan 95% (resiko 5 %) menunjukkan bahwa tidakterdapat perbedaan pengaruh jenis obat terhadap aktivitaslokomotor (jumlah putaran roda).Grafik

VIII. PembahasanPercobaan kali ini berjudul efektivitas lokomotor dengan tujuan untuk mengetahui efek suatu obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan yaitu mencit yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage), berdasarkan pengamatan dari jumlah putaran roda. Prinsip dari percobaan ini adalah dengan cara menempatkan mencit dalam roda putar (wheel cage) dan kemudian jumlah putaran yang dihasilkan dihitung. Pada mencit yang diberi stimulan (kafein), jumlah putaran yang dihasilkan akan lebih banyak dai pada mencit kelompok kontrol yang hanya diberi PGA 2% dan pada mencit yang diberi depresan (fenobarbital), jumlah putaran yang dihasilkan akan lebih sedikit dari pada kelompok kontrol. Kemudian jumlah putaran yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghitung % aktivitas stimulan dan depresan yang digunakan.Gerak dasar lokomotor merupakan salah satu domain dari gerak dasar fundamental, di samping gerak non-lokomotor dan gerak dasar manipulatif. Gerak dasar lokomotor diartikan sebagai gerakan atau keterampilan yang menyebabkan tubuh berpindah tempat, sehingga dibuktikan dengan adanya perpindahan tubuh (traveling) dari satu titik ke titik lain. Gerakan-gerakan tersebut merentang dari gerak yang sifatnya sangat alamiah mendasar seperti merangkak, berjalan, berlari, dan melompat, hingga ke gerakan yang sudah berupa keterampilan khusus seperti meroda, guling depan, hingga handspring dan back-handspring.Pada percobaan ini mencit dibagi menjadi tiga kelompok. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit, karena mencit merupakan hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini juga mudah ditangani, bersifat penakut, fotofobik (takut cahaya), cenderung berkumpul dengan sesamanya, suka bersembunyi, aktivitas di malam hari lebih aktif, dan kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya, suhu normal badan 37,4C, dan laju respirasi normal 163/menit. Dengan alasan-alasan itulah maka percobaan kali ini digunakan mencit. Sebagai hewan yang digunakan dalam percobaan, mencit harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu bersifat homogen baik dari segi galur, berat, umur, dan jenis kelaminnya karena akan mempengaruhi dalam pemberian dosisnya. Jenis kelamin mencit yang digunakan sebaiknya mencit jantan karena mencit betina tidak stabil. Mencit betina mengalami menstruasi dan pada saat menstruasi makan hormonnya akan meningkat sehingga mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kenaikan hormon ini juga akan berpengaruh pada efek obat.Prosedur selanjutnya masing-masing mencit dari ketiga kelompok ditimbang bobot badan dan diberi tanda menggunakan spidol pada bagian ekor untuk membedakan jenis kelompoknya. Pada saat penimbangan mencit, terlebih dahulu timbangan dikalibrasi. Pengkalibrasian timbangan dimaksudkan agar timbangan memberikan hasil yang sebenarnya atau mendekati nilai sebenarnya (akurasi tinggi). Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya dan dilakukan dengan cara menggeserkan alat pemberat pada skala timbangan hingga didapatkan kestabilan. Kemudian, mencit ditimbang satu persatu dengan cara meletakkannya diatas piringan timbangan, lalu diatur pemberatnya pada bagian kanan timbangan sampai terjadi keseimbangan pada alat. Setelah itu dilihat berapa nilai massa yang ditunjukkan oleh alat. Hasil yang didapat yaitu mencit 1 = 10,05 gram , mencit 2 = 16,50 gram , dan mencit 3 = 16,20 gram. Hal ini dilakukan untuk perhitungan dosis obat yang akan diberikan kepada masing-masing mencit. Pemberian tanda pengenal pada mencit dilakukan setelah penimbangan agar pada saat percobaan tidak salah dalam pemberian obat dan dosisnya serta tidak terjadi keterulangan dalam pemberian obat dan mudah teramati. Pada mencit I tidak diberikan tanda garis pada bagian ekornya , mencit II diberikan satu tanda garis, dan mencit III diberikan dua tanda garis.Setelah mengetahui berat masing-masing mencit, maka dihitung volume obat yang akan diberikan dengan menggunakan rumus : Didapat volume obat yang diberikan untuk kelompok 1 = 0,25125 mL; kelompok 2 = 0,4125 mL; dan kelompok 3 = 0,405 mL. Kelompok pertama adalah kelompok mencit yang hanya diberikan larutan suspensi gom arab (PGA) 2 % tanpa penambahan obat-obatan yang lain sebagai kontrol negatif. Obat kontrol negatif adalah obat yang diberikan pada hewan percobaan tetapi tidak menimbulkan efek terapeutik. Sehingga mencit pada kelompok ini bekerja alami tanpa ada pengaruh obat. Oleh karena itu, jumlah putaran kelompok-kelompok yang lain dapat dibandingkan dengan jumlah putaran kelompok kontrol ini. Kelompok kedua adalah kelompok mencit yang diberikan obat fenobarbital yang berfungsi sebagai obat antidepresan. Kelompok ketiga adalah kelompok mencit yang diberi obat kafein yang berfungsi sebagai obat stimulan. Masing-masing obat diberikan secara peroral dengan menggunakan sonde. Pemberian obat secara peroral dilakukan dengan menempelkan sonde oral pada langit-langit atas mulut mencit, kemudian masukkan secara perlahan sampai esofagus. Setelah sonde masuk ke dalam esofagus mencit, secara perlahan turunkan piston sonde agar obat ke luar. Pemberian obat secara peroral rentan akan kegagalan, hal ini dikarenakan sering terjadinya kesalahan dalam memasukkan sonde yang berakibat mencit tersedak dan akhirnya terjadi kematian.Selanjutnya ketiga mencit tersebut didiamkan selama 30 menit sebelum dimasukkan ke dalam roda putar. Hal ini agar obat tersebut dapat diabsorpsi terlebih dahulu oleh mencit, sehingga efeknya akan lebih terlihat pada saat mencit dimasukkan ke dalam roda putar. Setelah 30 menit, mencit dimasukkan ke dalam roda putar dan diamati jumlah putaran roda setiap 5 menit selama 30 menit waktu pengamatan.Aktivitas mencit yang dilihat berdasarkan jumlah putarannya setelah 30 menit yaitu jumlah putaran pada kelompok PGA 2% sebanyak 691 putaran, pada kelompok kafein sebanyak 764 putaran dan pada kelompok fenobarbital sebanyak 226 putaran.Pada percobaan kali ini di kelompok praktikum 1, mencit yang tidak diberikan obat uji tidak terlalu memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap perubahan aktivitas yang ditunjukkan dengan peningkatan atau penurunan jumlah putaran roda putar setiap 5 menitnya. Pada 5 menit pertama jumlah putaran roda tidak sebanyak jumlah putaran pada 5 menit selanjutnya, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini dimungkinkan karena mencit masih dalam tahap penyesuaian tempat. Sedangkan untuk mencit yang diberikan obat uji berupa fenobarbital, seiring dengan berjalannya waktu pengamatan ternyata aktivitas mencit perlahan mengalami penurunan, hal tersebut di tunjukkan dengan berkurangnya jumlah putaran roda putarnya. Penurunan aktivitas pada mencit ini disebabkan karena fenobarbital termasuk golongan barbiturat, obat yang bersifat hipnotik sedatif sehingga mengakibatkan mencit perlahan mengalami rasa sedasi yang cukup kuat dan apabila dosisnya ditingkatkan maka kemungkinan mencit tersebut akan tertidur atau tidak melakukan aktivitas apapun. Untuk mencit yang diberikan obat kafein, pada awalnya mengalami peningkatan aktivitas yang ditandai dengan peningkatan jumlah putaran rodanya, namun lama-kelamaan aktivitasnya menurun yang ditandai penurunan jumlah putaran roda, walaupun penurunannya hanya sedikit dan masih lebih banyak dari jumlah putaran roda pada 5 menit pertama. Penurunan aktivitas terjadi pada menit ke-25 dan 30. Peningkatan aktivitas mencit terjadi karena kafein meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Dengan demikian maka mencit akan terus aktif bergerak selama efek obat tersebut masih ada namun seiring dengan berjalannya waktu pengamatan maka lama-lama efeknya akan menurun karena ketersediaan obat makin berkurang di dalam tubuh mencit. Hal ini ditandai dengan berkurangnya jumlah putaran roda.Berdasarkan percobaan kali ini dapat dilihat pengaruh pemberian obat fenobarbital maupun kafein pada mencit. Data pengamatan yang didapat diolah berdasarkan statistika melalui metode analisis variansi (ANAVA). Hipotesis nol (H0) ialah bahwa ketiga perlakuan memberikan efek yang sama pada mencit. Statistik uji ialah f = P/E yang kemudian akan dibandingkan dengan f tabel. Dari perhitungan dengan menggunakan kekeliruan 5 % didapat bahwa jika H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari efek pemberian obat-obat tersebut sedangkan jika H0 diterima maka perlakuan memberikan efek yang sama pada mencit.Perhitungan anava menghasilkan F hitung > F tabel dan menunjukkan H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan pengaruh jenis obat terhadap aktivitas lokomotor (jumlah putaran roda). Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh fenobarbital dan kafein tidak terlalu signifikan pada efektivitas lokomotor. Selain itu, % aktifitas stimulan dan depresan pun dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Maka didapat % aktivitas stimulant sebesar 6,21% dan % aktivitas depresan sebesar 69,26%.Pada grafik mencit dengan pemberian kafein, terlihat bahwa grafik meningkat sampai puncak kemudian menurun kembali. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pada grafik yang meningkat mencit mulai merasakan efek kafein yaitu adanya peningkatan kondisi fisik dan psikis mencit, namun pada grafik yang menurun setelah puncak, efek dari kafein mulai berkurang dan mencit mulai kelelahan sehingga jumlah putaran rodanya menjadi semakin sedikit.Pada grafik mencit dengan pemberian PGA 2%, terlihat grafik yang naik-turun (tidak konstan). Hal ini dikarenakan mencit pada menit tertentu mengalami kelelahan kemudian aktif kembali tanpa pengaruh dari obat (sifat alamiah). Jumlah putaran roda pada kelompok mencit PGA 2% dan kafein, perbedaannya tidak terlalu besar karena pada kelompok PGA 2% mencit sudah sangat aktif sehingga putaran rodanya pun banyak dan karena aktivitas stimulan kafein cukup kecil yaitu 6,21% sehingga perubahan aktivitasnya tidak terlalu terlihat.Sedangkan pada grafik mencit dengan pemberian fenobarbital dapat dikatakan bahwa grafik semakin menurun, walaupun pada kenyataan tidak konstan (naik-turun). Hal tersebut dapat diartikan bahwa efek sedasi dan hipnosis yang diberkan fenobarbital pada mencit semakin meningkat sehingga putaran rodanya semakin sedikit. Sedangkan ketidakkonstanan terjadi dimungkinkan karena sifat dasar mencit yang aktif dan efek fenobarbital mulai sedikit berkurang pada menit ke-25 dan 30.Jadi dapat dikatakan bahwa banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi jumlah putaran. Salah satunya adalah absorpsi obat yang dipengaruhi oleh berat badan mencit, karena berpengaruh pada luasnya daerah absorpsi. Sedangkan perbedaan jumlah putaran mencit tiap 5 menitnya dipengaruhi bagaimana ketersediaan obat dalam mencit. Semakin lama obat dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya dan kemudian lama-lama efeknya akan menurun karena ketersediaan obat makin berkurang. Sifat alamiah dari mencit pun menjadi faktor yang mempengaruhi jumlah putaran roda.

IX. KesimpulanEfek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan dapat diketahui dengan memasukkan hewan uji yang telah diberi larutan obat ke dalam roda putar (wheel cage) dan mengamati jumlah putaran roda dari setiap mencit tersebut. Didapatkan hasil pengamatan jumlah putaran roda masing-masing yaitu untuk kontrol negatif (PGA 2%) sebanyak 322 putaran ; untuk kontrol uji stimulan (kafein) sebanyak 342 putaran; dan untuk kontrol uji obat depresan (fenobarbital) sebanyak 99 putaran.

DAFTAR PUSTAKAEthel,S. 2003.Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.Gilman R. 1991. Ecovillage Definiton. Tersedia online di http://www.contect.org/ICCIB/Jc29/103gilman.html [diakses pada 20 april 2013].

Rochmah, S. N. 2009. Biologi: SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004.Biologi EdisiKelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.Ganiswarna, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Gaya baru..Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya Edisi kelima Cetakan kedua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.Zaifbio. 2010. Sistem Saraf Manusia. Tersedia online di http://zaifbio865590.com/2010/01/14/sistem-saraf-manusia/ [Diakses tanggal 26 April 2012].