Lap. Struktur

17
1. UMUM 1.1. Unit Unit yang harus digunakan dalam desain adalah sistem SI ( meter, kg, dan detik ). Penggunaan N, kN dan ton pada beberapa perhitungan diizinkan. 1.2. Peraturan dan Standar Pada prinsipnya seluruh peraturan dan standar berikut ini ( edisi terakhir ) yag digunakan. 1) PPIUG 1983 : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 2) RSNI 03-1726-201x : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. 3) SNI 03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. 4) SNI 03-12847-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. 5) UBC - 97 : Uniform Building Code 1997 6) ACI 318 M – 11 : Building Code Requirements for Structural Concrete. 7) AISC-LFRD-99 : American Institute of Steel Construction – Load and Resistance Factor Design 1999 8) IBC -09 : International Building Code 2009 9) ASCE 07-10 : Minimum Design Load for Building and Other Structure 2010

description

struktur

Transcript of Lap. Struktur

1. UMUM

1.1. Unit

Unit yang harus digunakan dalam desain adalah sistem SI ( meter, kg, dan detik ).

Penggunaan N, kN dan ton pada beberapa perhitungan diizinkan.

1.2. Peraturan dan Standar

Pada prinsipnya seluruh peraturan dan standar berikut ini ( edisi terakhir ) yag

digunakan.

1) PPIUG 1983 : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung

2) RSNI 03-1726-201x : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

Bangunan Gedung.

3) SNI 03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk

Bangunan Gedung.

4) SNI 03-12847-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk

Bangunan Gedung.

5) UBC - 97 : Uniform Building Code 1997

6) ACI 318 M – 11 : Building Code Requirements for Structural Concrete.

7) AISC-LFRD-99 : American Institute of Steel Construction – Load and

Resistance Factor Design 1999

8) IBC -09 : International Building Code 2009

9) ASCE 07-10 : Minimum Design Load for Building and Other

Structure 2010

10) AWS D.1.1 : American Weiding Society.

11) SKBI-2.3.53.1987 : Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan

Rumah dan Gedung.

12) D1-PPL-0901-02 : Pedoman Perencanaan Struktur di bawah 8 lantai.

13) Manual Book : ETABS versi 8 – Manual Book

2. KONDISI DESAIN

2.1 Lokasi Bangunan

Bangunan berada di dalam YOGYAKARTA

2.2 Kondisi Bangunan

Tinggi bangunan 2 lantai

2.3 Kondisi Tanah

Dari hasil laporan penyelidikan tanah, berdasarkan hasil sondir bahwa tanah keras berada pada qc 150 kg/cm2. Sedangkan dari hasil boring load, tanah keras berada pada N-SPT > 40. Untuk jenis tanah pada kedalaman tertentu dapat diketahui dari laporan boring log (SPT).

2.4 Kondisi Klimatik

Perencanaan beban angin diambil 25 kg/m2.

3. MATERIAL

1) Beton : Kuat tekan beton 20 Mpa untuk ketahanan pemikul beban gempa

( SNI 03-2847-02 Pasal 23.2.(4).(1))

2) Baja : Mutu biasa ST -37 / ASTM A36 / SS400 / JIS G3101

3) Tulangan : BJTD 40

( ASTM A706 & SNI 03-2847-02 Pasal 23.2.(5))

4) Tul. Wire Mesh : ASTM A185 ( Deformed U-50)

5) Baut : ASTM A325

6) Baut Angkur : ASTM A36

7) Portland Cemen : ASTM C 150 Tipe I ( Normal )

8) Electroda Las : ASW D1.1 / Elektroda A5.1 (E 7061 atau E7018 atau setara)

9) Steel Deck : ASTM A653 Grade Leleh Minimal 320 Mpa

4. KEKUATAN IJIN MATERIAL

4.1. Beton

URAIANMUTU

(kg/cm2)

Pondasi Tiang Pancang K-400

Struktur Beton untuk Kolom K-350

Struktur Beton untuk Balok dan Pelat K-300Mutu di atas adalah kekuatan tekan karakteristik kubus pada 28 hari.

E beton harus dihitung dengan formula :

Ec = (Wc)1,5 0.043 fc’

Atau

Ec = 4700 fc’ dalam Mpa

dimana fc’ = 0,83 x Kekuatan Tekan Karakteristik Beton Kubus (kg/cm2) dibagi 10 dan Wc =

berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3

4.2. Tulangan

Diameter ulir (mm) : D(10), 13 D 32, BJTD 40, fy (tegangan leleh) = 4000 kg/cm2

Diameter ulir (mm) : 13 D 32, BJTD 50, fy (tegangan leleh) = 5000 kg/cm2

Mutu U-50 hanya dapat dipergunakan untuk elemen struktur yang tidak mensyaratkan

daktilitas, misalnya pelat lantai, pile cap, tie-beam, dan dinding penahan tanah.

Diameter tulangan yang dapat dipergunakan adalah : Diameter 10, 13, 16, 19, 22, 25, dan 32

mm

Tebal Selimut Beton Minimum :

Komponen StrukturSelimut Minimum

(mm)

Beton yang berhubungan langsung dengan tanah 75

Beton yang berhubungan langsung dengan cuaca 50

Beton yang tidak berhubungan langsung dengan cuaca luar dan tidak berhubungan langsung dengan tanah

Pelat dan Dinding 20 dan 25

Balok 30

Kolom 40

Untuk proyek ini, diameter tulangan yang dipergunakan adalah :

1) Tulangan utama balok menggunakan diameter ulir 16, 19, dan 22 mm (BJTD 40)

2) Tulangan utama kolom menggunakan diameter ulir 16, 19, 22 dan 25 mm (BJTD 40)

3) Tulangan pelat biasa menggunakan diameter ulir 10 mm (BJTD 40)

4) Tulangan sengkang menggunaan diameter ulir 10 mm (BJTD 40)

4.3. Struktur Baja

Mutu baja yang dapat dipergunakan adalah mutu biasa ST-37 / ASTM A36 / SS400 / JIS G3101

dengan tegangan leleh minimum : 2400 kg/cm2

4.4. Steel Deck

Steel Deck yang dipergunakan harus sesuai ketentuan ASTM A653 dengan Grade Leleh

minimal 320 Mpa atau 3200 kg/cm2. Steel Deck tersebut harus anti karat dengan cara hot dip

galvanised Z275. Penggunaannya harus mengikuti brosur steel deck sesuai spesifikasi pabrik

yang memproduksi.

4.5. Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolts)

Untuk sambungan baja pada bagian-bagian umum menggunakan Baut Mutu Tinggi (High

Strength Bolts) ASTM A325.

Diameter yang diperlukan : M16, M20, M22, dan M24

: M27 dan M30 dipakai pada kondisi sangat khusus saja.

4.6. Baut Biasa (Common Bolts)

Baut mutu biasa sesuai ASTM-A 307.

4.7. Las (Welds)

Untuk sambungan struktur baja pada umumnya maka elektroda las harus mengikuti ketentuan

dari AWS D1.1. Tipe elektroda yang digunakan harus Elektroda Low Hydrogen AWS A5.1 - E

7016 atau A5.1 - E 7018 atau setara.

4.8. Baut Angkur (Anchor Bolts)

Baut angkur sesuai ASTM-A 307.

4.9. Stek Tulangan (Starter Bar) yang belum terpasang

Apabila dibutuhkan stek tulangan atau starter bar sesudah beton cor, maka dapat digunakan

angkur tulangan mutu ST 41 dengan kapsul chemical (dari Fisher, HILTI, atau Ramset).

5. STRUKTUR BAWAH

Pemilihan Pondasi dan Kedalaman Pondasi

Dengan mempertahankan lokasi dan jarak bangunan dengan tetangga cukup dekat, maka dipilih

pondasi footplat atau telapak.

6. DESAIN STRUKTUR

6.1 Umum

Struktur harus di desain untuk mampu menopang beban tetap ( beban mati dan beban

hidup ) dan kombinasi beban tetap dan beban gempa.

Desain Struktur beton harus dilakukan sesuai dengan metode LFRD atau yang diatur

sesuai dengan SNI 03-1729-02, Tata cara pengitungan struktur beton untuk bangunan

gedung.

Desain struktur baja harus dilakukan sesuai dengan metode LFRD atau yang diatur

sesuai dengan SNI 03-1729-02 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan

gedung.

6.2 Sistem Struktur Yang Dipilih

Sistem struktur yang dipilih untuk struktur bangunan ini adalah sistem rangka beton

bertulang pemikul momen khusus untuk kategori desain seismik ≤ C dan sistem rangka

beton bertulang pemikul momen biasa untuk kategori desain seismik ≤ B.

6.3 Pembebanan

Komponen elemen struktur harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama

atau melebihi pengaruh beban terfaktor dengan kombinasi sebagai berikut :

Pembebanan harus dilakukan sesauai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk

Gedung (PPIUG) dan RSNI 03-1726-201x, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Bangunan Gedung).

6.3.1 Beban Mati (DL)

a) Berat jenis beton bertulang 2400 kg/m3.

b) Berat jenis beton rabat untuk finishing 2200 kg/m3.

c) Berat jenis tanah, lempung dan lanau 1700 kg/m3.

d) Beban finishing lantai /cm tebal 24 kg/m2.

e) Beban dinding bata 250 kg/m2.

f) Beban dinding Celcon tebal 10 cm 113 kg/m2.

g) Beban dinding hebel

- Tebal 7,5 cm dengan finishing plester 2 sisi 80 kg/m2.

- Tebal 10 cm dengan finishing plester 2 sisi 100 kg/m2.

h) Beban Curtain Wall ( Glass / Alumunium Panel ) 50 kg/m2.

i) Beban kaca tebal 10 mm 25 kg/m2.

j) Beban instalasi M&E 45 kg/m2.

k) Beban plafon 18 kg/m2.

6.3.2 Beban Hidup (DL)

Beban hidup disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing lantai.

a) Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana 125 kg/m2.

b) Lantai dan tangga rumah tinggal kecuali yang disebut (a) 200 kg/m2.

c) Lantai sekolah, kantor, toko,rumah sakit,hotel 250 kg/m2.

d) Lantai ruang olah raga 400 kg/m2.

e) Lantai untuk ruang pertemuan,mesjid,bioskop 400 kg/m2.

f) Lantai gedung untuk parkir 400 kg/m2.

6.3.3 Beban Gempa

a) Gempa rencana

Menurut RSNI 03-1726-201x gempa rencana ditetapkan sebagai gempa

dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur

bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 persen. Untuk berbagai kategori

resiko dan faktor keutamaan struktur bangunan gedung diatur dalam

pasal 4.1.2 dan untuk tipe kelas situs tanah diatur dalam tabel 3.

Untuk penentuan koefisien dan parameter spektrum respons percepatan

gempa harus sesuai dengan peta peta gerak tanah dan koefisien resiko sesuai

pasal 14.

b) Parameter percepatan spektral desain

Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek SDS dan perioda 1 detik

SD1. Ditentukan berdasarkan perumusan :

SDS =23

SMS dimana SMS = Fa . Ss

SD1 =23

SM1 dimana SD1 = Fv . S1

c) Spektrum respons desain

Untuk kategori desain seismik diatur dalam pasal 6.5 yang dapat ditabelkan sebagai

berikut

Sedangkan faktor reduksi gempa masing-masing nilai R ,harus dikenakan pada

setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur yang termuat dalam Tabel 9.

d) Periode Getar Fundamental

T = Periode getar fundamental struktur

Untuk perioda yang lebih kecil dari T0,

Untuk perioda lebih besar atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama

dengan Ts,

Sa = SDS

Untuk perioda lebih besar dari Ts

Dimana :

Untuk prosedur analisis yang dapat digunakan diatur pada tabel 13

e) Penentuan perioda fundamental

Penentuan perioda fundamental struktur T dari hasil analisa ETABS atau SAP

tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada perioda yang di

hitung (Cu). Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan

perioda T diijinkan secara langsung menggunakan perioda pendekatan Ta.

Dan Tmax = Ta. Cu

Dimana hn = adalah ketinggian struktur

f) Prosedur gaya lateral ekivalen

Prosedur gaya lateral ekivalen diatur dalam pasal 7.8, dengan gaya geser dasar

V seismik sesuai dengan :

V = Cs.W dimana Cs = SDS/(R/Ie)

Ket : Cs = koefisien respons seismik

W = berat seismik efektif

Nilai Cs tidak perlu melebihi :

Dan tidak kurang dari

g) Distribusi vertikal gaya gempa

Gaya gempa Fx yang timbul dinsemua tingkat harus ditentukan dari persamaan :

Dan

Dimana:

Cvx = faktor distribusi vertikal

V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)

wi dah wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan

atau dikenakan pada tingkat i atau x.

hi dan hx = tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x

k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur

untuk perioda ≤ 0,5 detik k=1,

untuk 0,5< k < 2,5 detik nilai k ditentukan dengan interpolasi

linier,

untuk k 2,5 detik k = 2.