Lap. skripsi anang
-
Upload
anang-f-rachman -
Category
Education
-
view
1.947 -
download
13
description
Transcript of Lap. skripsi anang
STRATEGI OPTIMALISASI TAMBAT LABUH DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) PONDOKDADAP KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
ANANG F. RACHMAN
NIM. 0810820001
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
STRATEGI OPTIMALISASI TAMBAT LABUH DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) PONDOKDADAP KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
ANANG F. RACHMAN
NIM. 0810820001
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
SKRIPSI
STRATEGI OPTIMALISASI TAMBAT LABUH DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) PONDOKDADAP KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
Oleh :
ANANG F. RACHMAN
NIM. 0810820001
telah dipertahankan di depan penguji
pada tanggal 17 Januari 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Dosen Pembimbing I
Ir. Alfan Jauhari, MS
Tanggal:
Dosen Pembimbing II
Ir. Martinus, MP
Tanggal:
Mengetahui, Ketua Jurusan PSPK
Ir. AIDA SARTIMBUL, M.Sc, Ph.D
Tanggal:
Dosen Penguji I
Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si Tanggal:
Dosen Penguji II
Ir. Iman Prajogo R, MS
Tanggal:
Pernyataan Orisinalitas Skripsi
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
benar merupakan hasil karya sendiri. Dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 25 Desember 2012
Mahasiswa
Anang F. Rachman 0810820001
i
RINGKASAN
ANANG F. RACHMAN. Penelitian Skripsi Tentang Strategi Optimalisasi Tambat Labuh Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap Kabupaten Malang Jawa Timur (Di bawah bimbingan Ir. Alfan Jauhari, MS. dan Ir. Martinus, MP)
Suatu pelabuhan harus mempunyai fasilitas yang baik guna memperlancar
aktivitas di pelabuhan tersebut. Tambat labuh termasuk dalam salah satu aktivitas pokok suatu pelabuhan, untuk itu fasilitas tambat labuh merupakan fasilitas yang harus diperhatikan dalam suatu pelabuhan. Fasilitas pokok tambat labuh yaitu dermaga dan kolam labuh.
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mudah rusak, oleh karena itu proses bongkar ikan di dermaga harus dilakukan dengan cepat untuk menjaga kualitas ikan yang didaratkan, pengaturan sistem tambat dan perhitungan panjang dermaga diperlukan agar aktivitas tersebut dapat berjalan dengan lancar. Kolam labuh digunakan untuk kapal berlabuh dan berlindung dari ombak besar, dalam kolam labuh hal yang harus diperhatikan yaitu kedalaman kolam dan luas kolam pelabuhan, karena bila kedalaman kolam kurang dari draft kapal maka lambung kapal dapat terbentur dasar perairan dan kapal akan karam, untuk luas kolam pelabuhan harus disesuaikan dengan banyaknya kapal yang ada di pelabuhan, agar pada saat badai atau cuaca buruk datang kapal dapat berlabuh di kolam pelabuhan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kelayakan fasilitas tambat labuh kapal perikananan dan merumuskan strategi perencanaan pengembangan tambat labuh kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif. Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil skoring dari kuesioner yang diajukan kepada responden. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 50 yang diambil dari pegawai UPPPP Pondokdadap, nelayan dan pemilik kapal. Data sekunder bersumber dari laporan tahunan PPP Pondokdadap, kantor Desa Tambakrejo dan melalui studi pustaka yang lain, teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Analisa data dalam penelitiain ini menggunakan analisa SWOT dan QSPM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas tambat labuh seperti dermaga bongkar memiliki panjang 97 m sedangkan yang dibutuhkan 93,1 m. Dermaga apung untuk muat barang yang bisa digunakan hanya 1 sedangkan yang dibutuhkan 3 dermaga apung. Kolam pelabuhan memiliki luas 18.000 m2, sedangkan yang dibutuhkan 18.245,7 m2.
Hasil dari analisa SWOT diperoleh skor faktor internal 2,58 dan faktor eksternal 2,41, yang berarti dalam strategi optimalisasi tambat labuh kapal perikanan faktor internal lebih berpengaruh dari pada faktor eksternal. Pada analisa matriks grand strategi didapat nilai koordinat faktor internal sebagai sumbu x=0,19 sedangkan untuk faktor eksternal sebagai sumbu y=0,20. Titik koordinat tersebut berada pada kuadran 1 yang menggunakan strategi Strength Opportunuties (SO) yang berarti strategi ini dijalankan dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Sedangkan dari analisa QSPM didapatkan alternatif strategi yang diimplementasikan terlebih dahulu adalah institution development sebesar 6,854 dan dilanjutkan strategi dari environment policy sebesar 6,363.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan
judul “Strategi Optimalisasi Tambat Labuh Di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Pondokdadap Kabupaten Malang Jawa Timur”. Tak lupa shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunutun kita dari jalan kegelapan menuju kejalan yang terang benderang.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga adanya kritik dan saran dari pembaca nantinya penulis
harapkan agar dapat menambah kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan perikanan
khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca.
Malang, 25 Desember 2012
Penulis
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini tidak akan tersusun tanpa
bantuan dari berbagai pihak, rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini.
2. Ibu, Ayah, Mbak Anis, dan Mas Arif yang selalu tulus memberikan kasih
sayang, dukungan serta do’a yang diberikan selama ini.
3. Bapak Ir. Alfan Jauhari, MS dan bapak Ir. Martinus, MP selaku dosen
pembimbing yang telah memberi dorongan, masukan serta kritikan
sampai terselesaikannya laporan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si dan bapak Ir. Iman Prajogo R, MS selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dalam penyusunan laporan
skripsi.
5. Angelia Norma Wulandari yang selalu memberi semangat, serta
perhatiannya kepada saya agar saya tetap sehat dan bisa mengerjakan
laporan skripsi dengan baik.
6. Semua teman-teman PSPK 2008 atas saran, kritik dan dukungannya
selama ini, semoga SKRIPSI kita dapat berjalan dengan lancar dan
memperoleh hasil yang memuaskan, Amin.
7. Teman-teman kontrakan Candi Sewu (Dhani, Fajar, Saka, Fahrul, Radik,
Andrian) dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
atas semangat yang diberikan kepada saya.
Semoga ALLAH SWT memberikan balasan yang lebih atas jasa dan
kebaikan mereka.
Malang, Desember 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................. iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3 1.5. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 3
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1. Pelabuhan Perikanan ........................................................................ 4 Pengertian Pelabuhan Perikanan ............................................... 4 2.1.1. Fungsi Pelabuhan Perikanan ...................................................... 5 2.1.2. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ................................................. 7 2.1.3. Fasilitas Pelabuhan Perikanan ................................................... 10 2.1.4. Organisasi Pelabuhan Perikanan ............................................... 11 2.1.5.
2.2. Tambat Labuh ................................................................................... 133 Tambat ....................................................................................... 13 2.2.1. Labuh ......................................................................................... 13 2.2.2.
2.3. Dermaga Pelabuhan ......................................................................... 14 Pemilihan tipe dermaga .............................................................. 15 2.3.1. Fender ........................................................................................ 16 2.3.2. Bolder (Bollard)........................................................................... 17 2.3.3.
2.4. Kolam Pelabuhan .............................................................................. 18 2.5. Konsep Manajemen Strategi ............................................................. 19
Pengertian Manajemen Strategi ................................................. 19 2.5.1. Tahap Manajemen Strategi......................................................... 20 2.5.2. Manfaat Manajemen Strategi ...................................................... 21 2.5.3.
3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 23
3.1. Lokasi Penelitian ............................................................................... 23 3.2. Metode Penelitian .............................................................................. 23 3.3. Jenis Data ......................................................................................... 23 3.4. Metode Pengambilan Data ................................................................ 24
Wawancara ................................................................................ 24 3.4.1. Observasi ................................................................................... 25 3.4.2. Dokumentasi .............................................................................. 25 3.4.3.
3.5. Metode Analisa Data ......................................................................... 26 Analisa SWOT ............................................................................ 26 3.5.1. Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) ........................ 31 3.5.2.
3.6. Metode Pemilihan Responden ........................................................... 33
v 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 34
4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian...................................................... 34 Keadaan Geografi dan Topografi ................................................ 34 4.1.1.
4.2. Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap ...................................... 36 Struktur Organisasi Pelabuhan ................................................... 36 4.2.1.
4.3. Armada kapal perikanan .................................................................... 41 Alat tangkap yang digunakan...................................................... 42 4.3.1. Jumlah Produksi Ikan ................................................................. 43 4.3.2.
4.4. Analisa Kondisi Tempat Tambat dan Labuh Kapal ............................ 44 Kolam Labuh .............................................................................. 44 4.4.1. Dermaga..................................................................................... 45 4.4.2.
4.4.2.1. Dermaga pendaratan (dermaga bongkar) .............................. 45 4.4.2.2. Dermaga perlengkapan (dermaga muat)................................ 46
4.5. Isu/Permasalahan di PPP Pondokdadap ........................................... 47 4.6. Identifikasi SWOT .............................................................................. 48
Identifikasi variabel kekuatan (Strength) ..................................... 50 4.6.1. Identifikasi variabel kelemahan (Weakness) ............................... 51 4.6.2. Identifikasi variabel peluang (Opportunities) ............................... 53 4.6.3. Identifikasi variabel ancaman (Threats) ...................................... 55 4.6.4.
4.7. Analisa Matrik Internal Factory Analysis Strategi (IFAS).................. 57 4.8. Analisa Matrik Eksternal Factory Analysis Strategi (EFAS) ............. 59 4.9. Analisa Matrik SWOT ...................................................................... 60 4.10. Analisa Matrik Grand Strategi ......................................................... 61 4.11. Analisa QSPM ................................................................................. 63
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 67 5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 67 5.2. Saran ................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69 LAMPIRAN ................................................................................................... 71
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Matrik SWOT ............................................................................................ 30 2. Topografi desa Tambakrejo ...................................................................... 35 3. Pembagian luas lahan Desa Tambakrejo .................................................. 36 4. Jumlah Armada Di PPP Pondokdadap Malang 2007-2011 ....................... 42 5. Jumlah Alat Tangkap Di PPP Pondokdadap Malang ................................ 43 6. Jumlah Produksi Ikan di PPP Pondokdadap tahun 2007-2011 ................. 44 6. Matrik IFAS ............................................................................................... 57 7. Matrik EFAS ............................................................................................. 59 8. Analisa QSPM .......................................................................................... 63
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pantai di Wilayah Kabupaten Malang (Hermawan,2006). ......................... 2 2. Dermaga ................................................................................................... 14 3. Analisa Strategi dalam kuadran ................................................................ 30 4. Kolam labuh PPP Pondokdadap ............................................................... 45 5. Dermaga pendaratan ................................................................................ 46 6. Dermaga perlengkapan ............................................................................ 47 8. Lempeng tektonik. (BMKG, 2012). ............................................................ 56 9. Kuadran matrik grand strategi ................................................................... 62
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 71 2. Layout Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap ....................... 72 3. Perhitungan Swot ..................................................................................... 73 4. Matriks Grand Strategi SO ....................................................................... 67 5. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 86 6. Perhitungan Dermaga dan kolam labuh ................................................... 89
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi ikan yang terdiri atas perikanan pelagis dan
perikanan demersal tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia
dan diperkirakan terdapat sebanyak 6,26 juta ton pertahun yang dapat dikelola
secara lestari dengan rincian sebanyak 4,4 juta ton dapat ditangkap di perairan
Indonesia dan 1,86 juta ton dapat diperoleh dari perairan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI). Pemanfaatan potensi perikanan laut Indonesia ini
belum dapat memberi kekuatan dan peran yang lebih kuat terhadap
pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan
Indonesia (Yahya, 2001).
Potensi perikanan yang besar tersebut dalam pemanfaatannya harus
didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, salah satunya
adalah pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan. Pelabuhan
perikanan atau pangkalan pendaratan ikan adalah tempat untuk berlabuh kapal
perikanan dan untuk pendaratan hasil tangkapan ikan, hal tersebut sebagai
penunjang dalam kelancaran kegiatan produksi disektor perikanan tangkap.
Pelabuhan perikanan dengan berbagai aktivitas dan kelengkapan fasilitas yang
dimiliki dapat berguna sebagai pusat kegiatan dibidang produksi, pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan tangkap.
Dalam pasal 41 Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan
menyebutkan, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan dan membina
pelabuhan perikanan yang berfungsi sebagai tempat tambat labuh kapal
perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan,
tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta
pengembangan masyarakat nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan
operasional kapal perikanan.
2
Pelabuhan perikanan sebagai tempat tambat labuh kapal perikanan,
untuk itu pengaturan tambat labuh diperlukan untuk mengatur kapal yang
melakukan aktivitas di pelabuhan yang dimulai dari kapal tambat ke pelabuhan
hingga kapal berlabuh di kolam pelabuhan, hal tersebut untuk memberikan
pelayanan dan kemudahan bagi pengguna jasa pelabuhan perikanan khususnya
bagi nelayan setempat.
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan pada saat ini menjadi salah
satu prioritas pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten
Malang. Kebijakan tersebut ditempuh mengingat Kabupaten Malang memiliki 14
pantai dengan panjang garis pantai 77 km seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Pantai Kabupaten Malang berada di perairan Samudera Hindia yang kaya akan
sumber daya ikan pelagis besar, seperti madidihang (Thunnus albacares), tuna
mata besar (Thunnus obesus), albakora (Thunnus allalunga), tuna sirip biru
selatan (Thunnus macoyii), dan tuna abu-abu (Thunnus tonggol) dan cakalang
(Katsuwonus pelamis) (Hermawan, 2006).
Gambar 1. Pantai di Wilayah Kabupaten Malang (Hermawan,2006).
3 1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Kurangnya lahan/tempat kapal untuk berlabuh.
2. Belum adanya alternatif strategi perencanaan pengoptimalan tambat
labuh kapal perikanan di PPP Pondokdadap.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui kelayakan fasilitas tambat labuh kapal perikanan.
2. Merumuskan pilihan strategi perencanaan pengembangan tambat
labuh kapal perikanan di PPP Pondokdadap.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu data yang diperoleh dapat digunakan
sebagai acuan dalam membuat suatu kebijakan sistem tambat labuh maupun
pembangunan fasilitas tambat labuh di PPP Pondokdadap.
1.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai
Pondokdadap kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Jawa Timur
pada bulan Februari 2012.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelabuhan Perikanan
Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.1.1.
Pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan adalah
tempat yang tediri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batasan-
batasan tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang, dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran.
Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan khusus perikanan yang
merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek
produksi maupun pemasarannya. Pembangunan pelabuhan perikanan dirancang
sesuai dengan kemampuan sumber daya wilayah, termasuk sumber daya
kelautan, serta sesuai dengan volume usaha perikanan di wilayah
pengembangan perikanan yang telah ditetapkan (Dinas Informasi dan
Komunikasi Pemprov Jatim, 2009).
Pengertian pelabuhan perikanan pantai (PPP) adalah tempat bertambat
dan berlabuh perahu atau kapal perikanan, tempat pendaratan hasil perikanan
dan merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal
perairan dan daratan. Sesuai fungsinya diperuntukkan bagi pelayanan
masyarakat nelayan utamanya nelayan dengan kapal-kapal ukuran kecil dengan
jangkauan daerah penangkapan di sekitar pantai (Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap, 2002).
5
Fungsi Pelabuhan Perikanan 2.1.2.
Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.06/MEN/2007
disebutkan fungsi pelabuhan perikanan sebagai berikut :
1. Perencanaan, pembangunan, pengembangan, pemeliharaan pengawasan
dan pengendalian serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan
perikanan
2. Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan
perikanan
3. Pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan
4. Pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat
perikanan
5. Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan
produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan
6. Pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil
perikanan di wilayahnya
7. Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari
8. Pelaksanaan pengawasan penangkapan sumber daya ikan, dan
penanganan, pengolahan, pemasaran, serta pengendalian mutu hasil
perikanan
9. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data perikanan serta
pengelolaan sistem informasi
10. Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan kebersihan
kawasan pelabuhan perikanan
11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Bagakali (2000) merinci fungsi umum pelabuhan perikanan meliputi
penyediaan :
6 1) Pintu alur masuk yang baik dan aman dengan alur pelayaran menuju
pelabuhan yang lebar serta cukup aman
2) Kolam pelabuhan yang lebar, dalam dan terlindung untuk melayani kegiatan
yang diperlukan
3) Semua alat bantu navigasi, visual dan elektrik untuk membantu kapal-kapal
agar dapat menggunakan pelabuhan secara aman
4) Pemecah gelombang (break water) dengan desain struktur yang memadai
serta tata letak yang cocok untuk mengurangi pengaruh gelombang dan
badai dalam alur masuk dan kolam pelabuhan hingga batas tidak
mengganggu
5) Dermaga yang memadai untuk melayani berbagai tipe dan ukuran kapal
yang akan menggunakan pelabuhan
6) Sarana pelayanan yang diperlukan untuk melayani penyediaan perbekalan
7) Gedung-gedung beserta perlengkapan yang perlu untuk memudahkan
pengoperasian di dalam komplek pelabuhan secara lancar dan effisien ;
8) Areal yang cukup untuk perluasan kegiatan baik di darat maupun di laut
9) Jalan penghubung utama yang cukup, baik menuju maupun dari arah areal
pelabuhan dengan sistem jaringan yang dirancang secara baik untuk
melayani semua aktifitas di pelabuhan
10) Ruang parkir yang cukup luas untuk semua kendaraan industri atau pribadi,
disamping ruang yang cukup di sekitar gedung-gedung dan pabrik untuk
keperluan kendaraan muat dan bongkar tanpa mengganggu kelancaran arus
lalu lintas.
7
Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.3.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi
menjadi 4 kategori utama yaitu :
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-
masing pelabuhan untuk menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan
posisi pelabuhan.
Berikut ini adalah karakteristik Pelabuhan di Indonesia :
1. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dikenal juga sebagai pelabuhan
perikanan tipe A, atau kelas 1. Suatu pelabuhan dapat dikategorikan dalam PPS
jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
Daerah Operasional kapal ikan yang dilayani yaitu berada di Wilayah laut
teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan perairan
internasional
Mempunyai fasilitas tambat labuh kapal untuk kapal >60 GT
Panjang dermaga dan kedalaman kolam >300 m dan >3 m
Kapasitas menampung kapal >6000 GT (ekivalen 100 buah kapal
berukuran 60 GT)
Volume ikan yang didaratkan rata-rata 60 ton/hari
Memberikan pelayanan untuk ekspor
Luas lahan lebih besar dari 30 Ha
8
Luas kolam labuh 20.872,5 m2.
2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) dikenal sebagai pelabuhan
perikanan tipe B atau kelas 2, pelabuhan dapat dikategorikan dalam Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
Daerah Operasional kapal ikan yang dilayani yaitu berada di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan laut teritorial
Mempunyai fasilitas tambat labuh kapal untuk kapal 30-60 GT
Panjang dermaga dan kedalaman kolam 150-300 m dan >3 m
Kapasitas menampung kapal >2250 GT (ekivalen 75 buah kapal
berukuran 30 GT)
Volume ikan yang didaratkan rata-rata 30 ton/hari
Memberikan pelayanan untuk ekspor
Luas lahan 15- 30 Ha
Luas kolam labuh 10.302,19 m2.
3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dapat disebut sebagai pelabuhan
perikanan tipe C atau kelas 3, pelabuhan dapat dikategorikan dalam PPP bila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
Daerah Operasional kapal ikan yang dilayani yaitu berada di perairan
pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial dan Wilayah Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI)
Mempunyai fasilitas tambat labuh kapal untuk kapal 5-15 GT
Panjang dermaga dan kedalaman kolam 100-150 m dan >2 m
Kapasitas menampung kapal >300 GT (ekivalen 30 buah kapal berukuran
10 GT)
9
Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15-20 ton / hari atau sekitar 4000 ton
/ tahun
Luas lahan 5-15 Ha
Luas kolam labuh 2.598,75 m2.
4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pangkalan pendaratan ikan merupakan pelabuhan kecil yang umumnya
dikelola oleh Daerah, PPI biasanya berskala kecil pada suatu perairan pantai,
kriteria PPI antara lain :
Daerah Operasional kapal ikan yang dilayani yaitu berada di perairan
pedalaman dan perairan kepulauan
Mempunyai fasilitas tambat labuh kapal untuk kapal 3-10 GT
Panjang dermaga dan kedalaman kolam 50-100 m dan >2 m
Kapasitas menampung kapal >60 GT (ekivalen 20 buah kapal berukuran
3 GT)
Jumlah ikan yang didaratkan setiap hari sekitar 10 ton atau 2000 ton /
tahun
Luas lahan 2-5 Ha
Luas kolam labuh 759 m2.
Sedangkan menurut Triatmodjo (2009), macam pelabuhan ditinjau dari
letak geografisnya dibedakan menjadi :
1. Pelabuhan alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindung dari badai
dan gelombang secara alami, seperti pulau, terletak di teluk, estuari atau muara
sungai. Di daerah pelabuhan alam ini pengaruh gelombang sangat kecil.
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap merupakan contoh pelabuhan alam
10 yang daerah perairannya terlindung oleh Pulau Sempu sehingga pengaruh
gelombang kecil.
2. Pelabuhan buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang terlindungi dari
pengaruh gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang
(breakwater). Bangunan ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut
sehingga gelombang yang datang dapat terhalang oleh bangunan tersebut.
3. Pelabuhan semi buatan
Pelabuhan ini merupakan campuran dari pelabuhan alami dan pelabuhan
buatan, contohnya suatu pelabuhan berada pada muara sungai yang kedua
sisinya dilindungi oleh jetty yang berfungsi menahan masuknya pasir sepanjang
pantai ke muara sungai, yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Fasilitas Pelabuhan Perikanan 2.1.4.
Untuk menunjang kegiatan operasional suatu pelabuhan perikanan
dibutuhkan berbagai fasilitas, suatu pelabuhan dapat dikatakan baik ataupun
buruk dengan melihat kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Fasilitas pelabuhan
dapat dikelompokkan menjadi fasilitas utama/pokok, fasilitas fungsional dan
fasilitas pendukung.
Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006
pelabuhan yang berfungsi dengan baik yaitu pelabuhan yang dapat melindungi
kapal yang berlabuh dan beraktivitas di dalam areal pelabuhan. Agar dapat
memenuhi fungsinya maka pelabuhan perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
Fasilitas pada pelabuhan perikanan dapat kita kelompokkan menjadi sebagai
berikut :
11 a. Fasilitas pokok
Terdiri atas fasilitas perlindungan seperti breakwater, reventment, dan groin,
dalam hal secara teknis diperlukan, fasilitas tambat seperti dermaga dan jetty,
dan fasilitas perairan pelabuhan seperti kolam dan alur pelayaran,
penghubung seperti jalan, drainase, gorong-gorong, dan jembatan, serta
lahan pelabuhan perikanan.
b. Fasilitas fungsional
Terdiri atas berbagai fasilitas pelayanan kebutuhan lain di areal pelabuhan
seperti bantuan navigasi, layanan transportasi, persediaan kebutuhan bahan
bakar, penanganan dan pengolahan ikan, perbaikan jaring, bengkel,
komunikasi, dan sejenisnya.
c. Fasilitas penunjang
Terdiri atas penunjang kegiatan seperti mess operator, pos jaga, pos
pelayanan terpadu, peribadatan, MCK, kos, dan fungsi pemerintahan.
d. Fasilitas penyelenggaraan fungsi pemerintahan
keselamatan pelayaran, kebersihan, keamanan dan ketertiban, bea dan cukai,
keimigrasian, pengawas perikanan, kesehatan masyarakat dan karantina ikan.
Organisasi Pelabuhan Perikanan 2.1.5.
Secara umum, Pelabuhan Perikanan Tipe C (PPP) dan tipe D (PPI)
dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis yang ada dibawah Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi. UPT ini dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggug jawab
langsung kepada kepala Dinas Perikanan dan Kelautan. Susunan organisasi
PPP adalah :
1) Kepala PPP mempunyai tugas memimpin seluruh kegiatan
operasional di PPP
12
2) Tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan admiinistrasi,
kepegawaian, dan rumah tangga PPP
3) Sub seksi sarana yang bertugas melaksanakan pengoperasian
parawatan dan perbaikan sarana PPP
4) Sub seksi pengusahaan jasa bertugas melaksnakan pengaturan
kepengusahaan nelayan
5) Sub seksi kenelayanan yang mempunyai tugas pengaturan dan
pembinaan nelayan di kawasan PPP
6) Satuan pengamanan yang bertugas membina dan mengatur
ketertiban serta keamanan di sekitar PPP (Direktorat Jendral
Perikanan Tangkap, 2002).
Sedangkan dalam KEPMEN Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.02/MEN/2006 tentang Organisasi dan tata Kerja Pelabuhan Perikanan,
susunan organisasi Pelabuhan Perikanan Tipe C dan Tipe D, terdiri dari :
1) Pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan
2) Petugas Tata Usaha yang bertugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan anggaran pengelolaan urusan administrasi
keuangan dan barang kekayaan milik negara, administrasi
kepegawaian dan jabatan fungsional, persuratan, kearsipan,
perlengkapan, serta rumah tangga pelabuhan
3) Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pengawasan mutu hasil perikanan dan kegiatan fungsional
lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
13 2.2. Tambat Labuh
Tambat 2.2.1.
Menurut PERDA Propinsi Lampung No.3 tahun 2000 tentang retribusi
tempat pendaratan kapal perikanan, tambat adalah tempat bersandar atau
mengikat tali di dermaga untuk melakukan kegiatan membongkar hasil
tangkapan dan memuat bahan perbekalan untuk berangkat ke laut.
Kapal dikatakan bertambat apabila bersandar atau mengikatkan tali di
tempat tertentu untuk melakukan kegiatan bongkar hasil tangkapan, waktu
tambat dihitung selama kapal membongkar hasil tangkapan di dermaga atau di
tempat tambat yang lain, uang tambat adalah imbalan jasa bagi kapal yang
bersandar di tempat yang dihitung berdasarkan etmal. Etmal adalah sebuah
satuan dimana 1 Etmal sama dengan 24 jam atau 1 hari, fasilitas tambat berupa
jembatan/jetty, dermaga bongkar, tepian atau bagian tepi baik sungai maupun
pantai, tubuh kapal lain (Solihin, 2008).
Labuh 2.2.2.
Menurut PERDA Propinsi Lampung No.3 tahun 2000 tentang retribusi
tempat pendaratan kapal perikanan, labuh adalah tempat bersandar atau
mengikat tali ditempat tertentu yang bukan tempat bongkar dan muat untuk
beristirahat dan menunggu keberangkatan ke laut atau yang menunggu naik dock
atau dalam keadaan perbaikan/perawatan kapal.
Kapal dikatakan berlabuh apabila setelah membongkar hasil tangkapan,
kapal bersandar atau mengikat tali ditempat tertentu yang bukan tempat bongkar,
untuk beristirahat dan menunggu keberangkatan ke laut atau menunggu naik
dock atau dalam keadaan floating repair (perbaikan dalam keadaan
mengapung). Waktu labuh adalah waktu yang dihitung sesudah kapal selesai
membongkar sampai keberangkatannya kembali ke laut (waktu sejak kapal
14 bersandar di dermaga sampai berangkat kembali ke laut dikurangi dengan waktu
tambat). Uang labuh adalah jasa sebagai penggganti akibat pemakaian kolam
pelabuhan atau tempat berlabuh lainnya yang dihitung berdasarkan etmal.
Tempat berlabuh merupakan kolam pelabuhan atau tempat yang dibangun
khusus untuk berlabuh (Solihin, 2008).
2.3. Dermaga Pelabuhan
Suatu pelabuhan mempunyai fasilitas-fasilitas tambat labuh guna
memberikan pelayanan pada kapal-kapal yang keluar masuk, salah satunya yaitu
dermaga yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang
melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Dalam
Bentuk dan ukuran dermaga didasarkan pada jenis kapal yang akan berlabuh
serta jarak minimal untuk menjaga agar kapal dapat sandar, lepas sandar dan
melakukan kegiatan bongkar muat dengan aman. Ukuran panjang dermaga
tersebut dapat dihitung dengan rumus dibawah ini (Bambang, 2009 ) :
Panjang Dermaga (Lp) = n.Loa + ( n – 1 ) 15m + 50m
dimana :
n : Jumlah kapal yang dapat merapat
Loa : Ukuran panjang kapal yang di tambat
15m : ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke kapal lain)
50m : ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan
kapal)
Gambar 2. Dermaga
15
Pada umumnya kapal-kapal perikanan berukuran relatif kecil sehingga
tidak memerlukan jarak aman yang besar antara kedua kapal yang sedang
sandar/tambat secara berurutan sejajar dermaga maupun berdampingan. Jarak
aman pada posisi kapal yang sandar/tambat secara sejajar dengan sisi dermaga
antara 0,1 – 0,2 kali panjang kapal. Sedangkan untuk kapal-kapal yang
sandar/tambat dengan posisi berdampingan antara sisi kapal maka cukup
diberikan jarak aman antara dua kapal 0,3 – 0,5 kali lebar kapal.
Pemilihan tipe dermaga 2.3.1.
Dermaga dibangun untuk melayani kebutuhan tertentu. Pemilihan tipe
dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani, ukuran kapal,
arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut, dan yang
paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang
paling ekonomis. Pemilihan tipe dermaga didasarkan pada tinjauan berikut ini :
1. Tinjauan topografi daerah pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari
darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan
pengerukan yang besar. Sedang lokasi di mana kemiringan dasar cukup curam,
pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang pancang di perairan
yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembutan
wharf adalah lebih tepat.
2. Jenis kapal yang dilayani
Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga barang potongan
(general cargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan bongkar
muat barang yang besar, jalan kereta api, gudang dan lain-lain. Untuk melayani
kapal tersebut pengguna pier akan lebih ekonomis.
16
Untuk kapal tanker atau kapal barang curah yang sangat besar, pembuatan
dermaga untuk menerima kapal tersebut menjadi tidak ekonomis karena
diperlukan kedalaman perairan yang sangat besar, sementara kapal sebesar itu
jarang menggunakan pelabuhan. Untuk melayani kapal tersebut dibuat tambatan
di lepas pantai, dan bongkar-muat barang dilakukan oleh kapal yang lebih kecil
atau menggunakan pipa bawah laut.
3. Daya dukung tanah
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada
umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar dari
pada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum
padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding penahan
tanah lebih menguntungkan. Tetapi, apabila tanah dasar berupa karang
pembuatan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier akan
lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berimpit
dengan garis pantai atau agak menjorok ke laut. Wharf dibangun apabila garis
kedalaman laut hampir merata dan sejajar dengan garis pantai. Wharf biasanya
digunakan suatu halaman terbuka yang cukup luas untuk menjamin kelancaran
angkutan barang. Perencanaan wharf harus memperhitungkan tambatan kapal,
peralatan bongkar muat barang dan fasilitas transportasi darat. Karakteristik
kapal yang akan berlabuh mempengaruhi panjang wharf dan kedalaman yang
diperlukan untuk merapatnya kapal (Bambang, 2009).
Fender 2.3.2.
Sistem fender adalah suatu cara melindungi kapal agar terhindar dari
kerusakan pada saat kapal merapat (mooring) ke dermaga. Pada saat merapat
kecepatan gerak kapal masih dapat menimbulkan gaya benturan yang dapat
17 merusak bagian badan kapal yang terbentur maupun dinding dermaga. Untuk
meredam gaya benturan kapal tersebut maka dermaga dilengkapi dengan
penahan benturan atau sistem fender. Gaya yang dapat ditangkal oleh fender
terutama adalah gaya yang sejajar dinding dermaga, sedangkan gaya yang
tegak lurus dermaga harus ditahan oleh dinding dermaga itu.
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga.
Fender akan menyerap enegi benturan antara kapal dengan dermaga dan
meneruskan gaya ke struktur dermaga. Fender juga dapat melindungi cat badan
kapal karena gesekan antara kapal dan dermaga yang disebabkan oleh gerak
karena gelombang, arus dan angin. Fender harus dipasang sepanjang dermaga
dan letaknya harus sedimikian rupa sehingga dapat mengenai kapal. Menurut
Triatmodjo (2009) tipe fender ada dua yaitu :
a. Fender kayu
Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang horisontal
atau vertikal di sisi depan dermaga. Panjang fender sama dengan sisi atas
dermaga sampai muka air. Fender ini mempunyai sifat untuk menyerap energi
benturan.
b. Fender karet
Fender karet dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
Fender yang dipasang pada struktur dermaga.
Fender terapung yang ditempatkan antara kapal dan struktur dermaga, seperti
pada fender pneumatic.
Bolder (Bollard) 2.3.3.
Bolder digunakan untuk pengikatan tali tambat dikapal maupun didarat
pada saat melakukan sandar di dermaga, selain itu bolder juga digunakan
pengikatan tali pada waktu kapal ditarik oleh kapal tunda atau kapal lain saat
18 akan masuk pelabuhan atau kegiatan yang lain. Dengan demikian konstruksi
bolder harus lebih kuat dari tali tambat (mooring). Untuk menambat atau
mengikat kapal-kapal perikanan yang kecil bolder dapat terbuat dari bahan kayu,
sedangkan untuk pelabuhan besar umumnya dibuat dari beton, besi atau baja.
Supaya tidak mengganggu kalancaran kegiatan di dermaga (bongkar muat
barang) maka tinggi bolder dibuat tidak boleh lebih dari 50cm diatas lantai
dermaga. Tipe bolder yang sering digunakan dikapal antara lain Bambang, et al.
(2009) :
Bolder yang berdiri vertikal (Vertikal type bollard)
Bolder membentuk sudut (oblique type bollard)
2.4. Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah bagian dari sarana dan fasilitas palabuhan
berbentuk perairan yang mempunyai kedalaman dan berada di depan dermaga.
Fungsi kolam pelabuhan adalah untuk menampung kapal dalam melakukan
berth time (waktu sandar) selama dalam pelabuhan, bongkar muat barang,
pengisian ulang bahan bakar, air bersih, perbaikan dan lain-lain dengan mudah
tanpa terganggu oleh gelombang. Kolam pelabuhan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut Triatmojdo (2009) :
Kolam pendaratan
Kolam perbekalan
Kolam tambat
Kolam manuver
Syarat kolam pelabuhan yaitu :
Perairan harus cukup tenang, yaitu daerah yang terlindung dari angin,
gelombang, dan arus sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan kapal di
pelabuhan tidak terganggu
19 Lebar dan kedalaman perairan disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan.
Kapal yang bersandar memiliki kemudahan bergerak (maneuver)
Areal harus cukup luas sehingga menampung semua kapal yang datang
berlabuh dan kapal masih dapat bergerak dengan bebas
Radius harus cukup besar sehingga kapal dapat melakukan gerakan memutar
dengan leluasa dan sebaiknya memiliki lintasan gerakan memutar melingkar
yang tidak terputus
Perairan cukup dalam supaya kapal terbesar masih dapat masuk saat kondisi
muka air surut terendah.
2.5. Konsep Manajemen Strategi
Pengertian Manajemen Strategi 2.5.1.
Manajemen Strategi adalah proses penetapan tujuan organisasi,
pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut,
serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kabijakan dan
merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategi
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu
bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategi adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan
pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat
memungkinkan suatu perusahaan mencapai sasarannya (Willy, 2010).
Menurut Nawawi (2005), pengertian manajemen strategik ada 4 (empat).
Pengertian pertama Manajemen Strategik adalah “proses atau rangkaian
kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh,
disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak
dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk
mencapai tujuannya”.
20
Pengertian manajemen strategik yang kedua adalah “usaha manajerial
menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang
yang muncu guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi
yang telah ditentukan”.
Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategik adalah “arus keputusan dan
tindakan yang mengarah pada pengembangan strategi yang efektif untuk
membantu mencapai tujuan organisasi”
Pengertian yang keempat, “manajemen strategik adalah perencanaan
berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada
jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai
keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang berkualitas,
dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan
Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.”
Tahap Manajemen Strategi 2.5.2.
Proses manajemen strategi (strategy management process) terdiri atas 3
tahap, yaitu (David, 2008) :
1. Formulasi strategi
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan
kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.
21 2. Implementasi strategi
Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan
tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan
mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan
dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya
yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan
mengarahkan usaha pemasaran, menyiapakan anggaran, mengembangkan
dan memberdayakan sistem informasi dan menghubungkan kinerja karyawan
dengan kinerja organisasi. Implementasi strategi sering kali disebut tahap
pelaksanaan dalam manajemen strategi. Tantangan dalam implementasi
adalah mendorong seluruh manajer dan karyawan perusahaan untuk bekerja
dengan antusias dan penuh kebanggaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi (strategy evaluation) adalah tahap final dalam
manajemen strategi. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang
karena faktor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktifitas
dasar evaluasi strategi adalah :
Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi
saat ini
Mengukur kinerja
Mengambil tindakan korektif.
Manfaat Manajemen Strategi 2.5.3.
Manfaat yang dapat dipetik adalah “manajemen strategik dapat
mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun perencanaan
sebagai fungsi manajemen, dan dalam proses pelaksanaan pekerjaan dengan
22 menggunakan semua sumber daya yang secara nyata dimiliki melalui proses
yang terintegrasi dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat dinilai
hasilnya berdasarkan tujuan organisasi”.
Manfaat yang diperoleh dari implementasi manajemen strategi adalah :
- Organisasi menjadi dinamis.
- Fungsi kontrol berjalan dengan efektif dan efisien.
- Meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan
keunggulan.
- Memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi
yang akan dilaksanakan.
- Mendorong perilaku proaktif bagi semua pihak untuk ikut serta mewujudkan
keunggulan.
- Meningkatkan perasaan ikut memiliki, berpartisipasi aktif dan tanggung jawab
bagi semua komponen organisasi (Siswanto, 2007).
23
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan untuk penelitian ini yaitu di Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Malang. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan Pelabuhan Perikanan
Pantai Pondokdadap merupakan pelabuhan perikanan di Jawa Timur yang
mempunyai break water alami yaitu Pulau Sempu.
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang diteliti secara
obyektif. Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap obyek dan terhadap
responden dengan melakukan penyebaran kuesioner untuk dianalisis. Seluruh
data yang diperoleh kemudian diproses dan diolah dengan metode analisa
Strengths, Weaknesses, Opportunity and Threats (SWOT) dan Quantitative
Strategies Planning Matrix (QSPM).
3.3. Jenis Data
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 1986). Data primer merupakan sumber
data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).
Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,
hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer dilakukan
24 dengan cara wawancara, partisipasi langsung dan dokumentasi. Data primer
yang dibutuhkan meliputi :
1. Proses tambat labuh di Pondokdadap.
2. Pendapat masyarakat sekitar tentang fasilitas tambat labuh yang ada.
3. Kondisi tempat kapal perikanan tambat labuh.
3.3.2 Data Sekunder
Menurut Marzuki (1983), data sekunder adalah data yang pengumpulannya
bukan diusahakan secara langsung oleh pelaksana atau peneliti tetapi diambil
dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan serta media publikasi.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Data tersebut meliputi:
1. Layout pelabuhan.
2. Data monitoring pelabuhan.
3. Jumlah kapal di pelabuhan.
4. Luas tempat tambat labuh.
3.4. Metode Pengambilan Data
Wawancara 3.4.1.
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam
proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi
dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara,
responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi
wawancara (Masri dan Effendi, 1989).
25
Peneliti menyiapkan daftar pertanyaan sebelum melakukan penelitian,
daftar pertanyaan yang dibuat sesuai dengan tujuan penelitian dan klasifikasi
responden atau narasumber, pada saat wawancara berlangsung peneliti
membawa daftar pertayaan tersebut agar wawancara sesuai dengan tujuan
penelitian dan data yang didapatkan tidak ada yang terlewatkan. Responden
yang diambil dalam penelitian ini yaitu :
1. Pegawai pada instansi UPPPP Pondokdadap
2. Nelayan
3. Pemilik kapal.
Observasi 3.4.2.
Pengumpulan data dengan observasi adalah pengambilan dan pencatatan
data secara sistematis terhadap gejala yang diselidiki tanpa alat bantu dan aktif
melibatkan diri secara langsung dalam penelitian (Natzir, 1983). Dalam penelitian
ini observasi dilaksanakan dengan melaksanakan pengamatan secara langsung
di tempat tambat labuh kapal perikanan untuk mengindentifikasi proses tambat
labuh yang ada. Selain itu observasi langsung dilakukan ketika kegiatan tambat
labuh kapal perikanan PPP Pondokdadap.
Dokumentasi 3.4.3.
Teknik dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data dengan cara
mengumpulkan gambar yang diperoleh di lokasi. Teknik ini berguna untuk
memperkuat data-data yang telah diambil dengan menggunakan teknik
pengambilan data sebelumnya (Arikunto, 1996).
Hasil dari dokumentasi dari Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
yaitu berupa gambar seperti kondisi dermaga apung, posisi kapal pada saat
berlabuh, kondisi dermaga.
26 3.5. Metode Analisa Data
Analisa SWOT 3.5.1.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats). Dengan demikian perencanaan strategi (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2006).
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats) (Herdiyanto, 2009).
1. Strength and Weakness (Kekuatan dan Kelemahan)
Tujuan perusahaan adalah menumbuh kembangkan kekuatan yang dimiliki
dan mengatasi kelemahan yang ada pada perusahaan. Jika kekuatan yang ada
pada perusahaan lebih besar dari pada pesaingnya, maka perusahaan dapat
dikatakan memiliki keuntungan. Sedangkan apabila perusahaan tidak bisa
mengantisipasi kelemahan yang ada, maka perusahaan lain yang merupakan
pesaing akan memanfaatkan kelemahan tersebut untuk kepentingan
perusahaannya. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengantisipasi
kelemahan tersebut untuk menghadapi pesaing yang ada.
2. Opportunity and Threats (Peluang dan Ancaman)
Ancaman menggambarkan seberapa besar bahaya yang akan dihadapi
oleh perusahaan. Kemungkinan perusahaan akan berhasil bila dapat
27 memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang dimiliki serta memiliki keunggulan-
keunggulan yang lebih tinggi dari pesaingnya.
Analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan ”Internal Factor
Evaluation” (IFE) dan ”External Factor Evaluation” (EFE), dengan tahapan
sebagai berikut ini:
a. Identifikasi faktor internal dan eksternal dengan cara penelusuran literatur,
wawancara dan observasi. Hasil identifikasi faktor-faktor tersebut selanjutnya
diberi bobot dan peringkat.
b. Penentuan bobot setiap faktor dalam kuesioner dilakukan dengan jalan
mengajukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut
kepada manajemen dan pakar. Masing-masing faktor diberi bobot yang
menggambarkan tingkat kepentingannya terhadap kesuksesan perusahaan
dalam industri. Penentuan bobot dilakukan dengan cara memberikan
kesempatan kepada responden untuk melihat derajat pentingnya masing-
masing faktor jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya.
c. Pemberian peringkat dalam kuesioner ditentukan berdasarkan kondisi
masing-masing faktor di dalam perusahaan. Menurut David (dalam Rangkuti,
2008), skala peringkat yang digunakan adalah: Untuk analisis faktor internal: 1
(kelemahan mayor), 2 (kelemahan minor), 3 (kekuatan minor), 4 (kekuatan
mayor); Untuk analisis faktor eksternal (peluang dan ancaman): 1 (kurang), 2
(sedang), 3 (baik) dan 4 (sangat baik). Untuk faktor peluang, peringkat yang
diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang
yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi.
d. Selanjutnya, masing-masing nilai bobot dikalikan dengan nilai peringkatnya
untuk mendapatkan skor untuk semua faktor penentu. Semua skor
28
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total skor untuk perusahaan. Jumlah
total skor berkisar dari 1,0 sampai 4,0 dengan nilai rata-rat 2,5.
Model yang akan dipakai pada penelitian menggunakan analisis SWOT
antara lain adalah :
a. Model Eksternal Factor Analysis Strategi (EFAS)
Model Faktor Strategi Eksternal digunakan untuk mengetahui terlebih dahulu
faktor strategi eksternal yang mancakup peluang dan ancaman bagi
perusahaan.
b. Model Internal Factor Analysis Strategi (IFAS)
Model Faktor Strategi Internal suatu perusahaan disusun untuk merumuskan
faktor-faktor strategi internal dalam kerangka kekuatan dan kelemahan
perusahaan.
Dalam merumuskan suatu strategi diperlukan beberapa tahap analisis,
antara lain :
a) Tahap pengumpulan data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data.
Tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis.
Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan
data internal. Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari Matriks Faktor
Strategi Eksternal dan Matriks Faktor Strategi Internal.
Matriks Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, perlu diketahui
terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut adalah cara
penentuan EFAS :
1. Susunlah dalam kolom beberapa peluang dan ancaman.
29
2. Beri bobot masing-masing faktor sesuai prioritasnya. Faktor-faktor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor
strategi.
3. Hitung rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi yang ada.
4. Diperoleh skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Diperolah nilai total pembobotan yang dapat menentukan tindakan
sebagai reaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.
Matriks Faktor Strategi Internal
Untuk menyusun matriks faktor strategi internal perlu diketahui terlebih
dahulu faktor strategi internal (IFAS). Penentuan IFAS dilakukan sama
seperti langkah penentuan EFAS.
b) Tahap analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh, tahap
selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model -
model kuantitatif perumusan strategi. Beberapa model yang dapat digunakan
diantaranya yaitu: Matriks SWOT dan Matriks Grand Strategi.
Matriks SWOT
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategi. Bentuk matrik SWOT dapat dilihat pada
tabel 1.
30 Tabel 1. Matrik SWOT
STRENGTH (S)
Tentukan faktor-faktor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan faktor-faktor
kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan faktor peluang
eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk menggapai
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
TREATH (T)
Tentukan faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Matriks Grand Strategi
Matriks Grand Strategi dapat ditentukan dengan menggambarkan analisa
strategis yang sudah dirumuskan dalam kuadran. Bentuk matrik Grand
Strategi dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.
(iii) Mendukung strategi (i) Mendukung strategi
turn-around agresif
(iv) Mendukung strategi (ii) Mendukung strategi
defensive diversifikasi
Gambar 3. Analisa Strategi dalam kuadran
PELUANG
KEKUATAN KELEMAHAN
ANCAMAN
EFAS
IFAS
31
Kuadran i : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Karena dalam
kondisi ini selain kekuatan, peluang yang dimiliki juga dapat
dimanfaatkan. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
Oriented Strategy).
Kuadran ii : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, masih ada kekuatan
internal yang dapat dimanfaatkan. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.
Kuadran iii : Fokus dalam strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.
Kuadran iv : Merupakan kondisi yang sangat tidak menguntungkan dengan
menghadapi ancaman dan kelemahan internal sekaligus.
Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) 3.5.2.
QSPM merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi
alternatif yang diprioritaskan. Dalam mengadakan perencanaan strategi dalam
suatu organisasi, QSPM sangat diperlukan sebagai metode pengambilan
keputusan setelah tahap input dan tahap analisis dilakukan. QSPM sangat
berhubungan dengan metode-metode lain yang digunakan dalam tahap input
dan analisis sebagai bentuk informasi untuk tahap QSPM sendiri. Kondisi
eksternal-internal organisasi sangat diperlukan dalam penggunaan metode ini,
sehingga dapat diputuskan pemilihan prioritas strategi mana yang akan
digunakan sesuai dengan keadaan organisasi tersebut.
Langkah-langkah pengembangan suatu QSPM sebagai berikut :
32 langkah 1 : Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan
organisasi yang diambil dari metode EFE dan metode IFE.
langkah 2 : Memberi weight atau pembobotan pada masing-masing eksternal
dan internal faktor kunci kesuksesan dengan jumlah keseluruhan
bobot harus sebesar 1 seperti yang ada di metode EFE dan IFE.
langkah 3 : Meneliti metode yang ada pada tahap analisis di perencanaan
strategik dan mengidentifikasi strategi alternatif yang
pelaksanaannya harus dipertimbangkan sebelumnya oleh
organisasi. Strategi yang dimaksud adalah strategi alternatif yang
dapat direkomendasikan, yaitu hasil dari metode SWOT.
langkah 4 : Menetapkan Attractiveness Score (AS) yaitu nilai ketertarikan relatif
dari masing-masing strategi yang dipilih, dengan cara meneliti
masing-masing eksternal dan internal faktor kunci kesuksesan.
Kemudian menentukan peran dari tiap faktor dalam proses
pemilihan strategi yang sedang dibuat.
Langkah 5 : Menghitung Total Attractiveness Score (TAS) dengan mengalikan
Weight (Langkah 2) dengan Attractiveness Score (Langkah 4) pada
masing-masing baris. TAS ini menunjukkan ketertarikan relatif dari
masing-masing alternatif strategi.
Langkah 6 : Menghitung Total Attractiveness Score dengan menjumlahkan TAS
dari masing-masing kolom QSPM. Nilai TAS dari alternatif strategi
yang tertinggi adalah yang menunujukkan pilihan utama dari
alternatif strategi dan nilai TAS dari alternatif strategi yang terkecil
menunjukkan pilihan terakhir dari alternatif strategi (Novita. et al,
2009).
33 3.6. Metode Pemilihan Responden
Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan atau pemilihan secara acak dengan pertimbangan responden adalah
aktor atau pengguna lahan (stakeholders) yang terdiri dari lembaga pemerintah,
swasta, dan masyarakat. Responden yang dimaksud adalah responden yang
terlibat langsung atau responden yang dianggap mempunyai kemampuan dan
mengerti permasalahan terkait dengan tambat labuh PPP Pondokdadap, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk memperoleh informasi dilakukan
kegiatan wawancara menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden.
Pada tahun 2012 jumlah nelayan di Sendang Biru pada bulan Februari adalah
2.269 orang, pegawai UPPPP Pondokdadap 11 orang, dan pemilik kapal 109
orang.
Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah :
1. Pegawai pada instansi UPPPP Pondokdadap
2. Nelayan
3. Pemilik kapal
Teknik pengambilan sampel ini menggunakan rumus Taro Yamane yaitu :
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
α2 : Estimasi kesalahan yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 14%
34
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian
Keadaan Geografi dan Topografi 4.1.1.
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru terletak ± 77 km
ke arah selatan dari kota Malang. Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai
(UPPPP) Pondokdadap terletak di Dusun Sendang Biru Desa Tambakrejo
Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.
UPPPP ini dibangun di atas lahan seluas 3,26 ha dan berada pada koordinat LS
80 28’ BT 1120 40’. Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan pelabuhan yang lain yaitu Pulau Sempu yang
memiliki luas ± 877 ha yang secara resmi telah ditetapkan sebagai daerah cagar
alam sejak tahun 1982 dan mempunyai fungsi melindungi pelabuhan dari
gelombang besar yang datang dari Samudera Hindia dan juga melindungi
perairan Sendang Biru dari bahaya gelombang pasang Tsunami.
Batas wilayah Dusun Sendang Biru adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Kedungbanteng
Sebelah Timur : Desa Tambaksari
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat : Desa Sitiarjo
Berdasarkan keadaan topografinya Dusun Sendang Biru Desa Tambakrejo
Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur
berada pada ketinggian 15 meter di atas permukaan laut. Dusun Sendang Biru
Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang
memiliki luas 2.735,850 km2. Luas tersebut meliputi daratan 19,63%, perbukitan/
pegunungan 80,37%, seperti terlihat pada tabel 2 berikut ini, dari topografi
tersebut dapat dilihat bahwa daerah perbukitan/pegunungan lebih luas dari
daratan yang berarti jalan yang dilalui untuk menuju Dusun Sendang Biru Desa
35 Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang merupakan
jalan dengan tanjakan dan turunan. Untuk itu diperlukan kewaspadaan saat
berkendara menuju Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap karena selain
jalan tanjakan dan turunan keadaan jalan bisa menjadi licin pada saat turun
hujan.
Tabel 2. Topografi desa Tambakrejo
Keadaan Lahan Luas Lahan
(km2) Prosentase
(%)
Daratan 537,965 19,63
Perbukitan/pegunungan 2.197,870 80,37
Jumlah 2.735,835 100
(Sumber : Kantor Desa Tambakrejo)
Sebagian besar wilayah Dusun Sendang Biru Desa Tambakrejo
Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang adalah hutan dan ladang,
sebagian kecil berupa pekarangan, sawah, perumahan penduduk, jalan desa,
prasarana umum dan lain-lain seperti pada tabel 3 berikut ini. Banyaknya hutan
pada Desa Tambakrejo disebabkan karena keadaan topografi desa yang
sebagian besar berupa pegunungan sehingga keadaan tanah tidak rata dan
dengan kemiringan yang curam menyulitkan warga untuk memanfaatkan lahan
yang ada, selai itu jarak antara desa satu dengan yang lain relatif berjauhan.
36 Tabel 3. Pembagian luas lahan Desa Tambakrejo
Penggunaan lahan Luas (ha)
Pemukiman
Pertanian sawah
Ladang
Hutan
Bangunan umum
Rekreasi dan olahraga
Perikanan darat/tambak
Lain-lain
263
87
297
911
4
1,25
13
-
Total luas lahan 1.576,25
(sumber : Kantor Desa Tambakrejo)
4.2. Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap di Sendang Biru didirikan pada
tahun 1989, pelabuhan perikanan ini pertama kali didirikan dengan nama Unit
Manajemen Pangkalan Pendaratan Ikan (UMPPI), setelah berjalan empat tahun
pelabuhan perikanan ini berubah nama menjadi Badan Pengelola Pangkalan
Pendaratan Ikan (BPPPI) pada tahun 1993. Kemudian diturunkannya
SK.KEPALA DINAS PERIKANAN DAERAH TK. I JAWA TIMUR
No.061/6614/116.01/2010 tanggal 30 April 2010 nama Badan Pengelola
Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI) berubah menjadi Unit Pengelola Pelabuhan
Perikanan Pantai (UPPPP) sampai sekarang.
Struktur Organisasi Pelabuhan 4.2.1.
Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap (UPPPP)
mempunyai susunan organisasi sebagai berikut :
37
Gambar 3. Struktur Organisasi (UPPPP Pondokdadap tahun 2012)
Tugas pokok dan fungsi Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP)
Pondokdadap sebagai berikut :
1. Kepala UPPPP
Memimpin, mengawasi, mengkoordinasi, mengendalikan dan
mengevaluasi seluruh kegiatan operasional di Unit Pengelola Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap.
Melakukan Koordinasi dengan pihak – pihak lain yang terkait.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Dinas Perikanan
Dan Kelautan Provinsi Jatim.
2. Sub bagian tata usaha
Melaksanakan pengolahan surat menyurat, urusan rumah tangga dan
kearsipan.
Melaksanakan pengolahan administrasi kepegawaian.
Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan.
Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor.
STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI
PONDOKDADAP KEPALA UPPPP
SEKSI
KESYAHBANDARAN
SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
SUBBAG TU
38
Melaksanakan tugas keamanan dan ketertiban dilingkungan Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap.
Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala UPPPP
Pondokdadap
3. Seksi pelayanan teknis
Melaksanakan pengumpulan dan penyiapan bahan dalam rangka
penyusunan perencanaan pengembangan dan pelayanan jasa serta
pemeliharaannya.
Melaksanakan penyusunan dan penyiapan rencana program
pelaksanaan penyelenggaraan keamanan serta koordinasi pemanfaatan
sarana Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap.
Melaksanakan penyusunan rencana pelaksanaan dan penyelenggaraan
ketertiban dan kebersihan lingkungan kawasan Pelabuhan Perikanan
Pantai Pondokdadap.
Menyusun dan penyiapan rencana program pelaksanaan koordinasi
pengawasan mutu hasil perikanan.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan serta evaluasi terhadap
pengguna jasa Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap.
Melaksanakan penyusunan laporan hasil penyelenggaraan pelayanan
teknis.
Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala UPPPP
Pondokdadap.
4. Seksi kesyahbandaran
Melaksanakan perencanaan kebutuhan sarana/prasarana keselamatan
pelayaran.
Melaksanakan pengawasan penggunaan sarana/prasarana keselamatan
pelayanan.
39
Melaksanakan pelayanan keselamatan pelayaran.
Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan serta penyajian data
kesyahbandaran.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPPPP
Pondokdadap.
4.2.2. Fasilitas Pelabuhan
Guna menunjang kegiatan operasional UPPPP Pondokdadap dilengkapi
sarana dan prasarana meliputi :
1. Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang harus diperlukan dalam
kegiatan disuatu pelabuhan. Fasilitas ini befungsi untuk menjamin
keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk
pelabuhan malaupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok
yang ada di PPP Pondokdadap antara lain :
a. Tanah : 5 ha
b. Tanah urugan/lahan baru : 5,86 ha
c. Turap/plengsengan : 1.900 m2
d. Jalan komplek : 300 m2
e. Jalan menuju ke TPI baru : 1.600 m2
f. Dermaga Ponton : 250 m2
g. Dermaga baru : 946 m2
h. Pengerukan Kolam Labuh : 1,8 ha
2. Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi meninggikan nilai guna
dari fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan yang dapat
menunjang aktifitas pelabuhan. Fasilitas fungsional di PPP Pondokdadap
antara lain :
a. Gedung TPI lama : 720 m2
b. Gedung TPI Baru : 1.200 m2
40
c. Area parkir : 2.000 m2
d. Gudang garam : 60 m2
e. Reservoir air : 16 m2
f. Tandon Air baru : 20 m2
g. Tangki solar dan dispenser : 1 Unit
h. Gedung genset : 60 m2
i. Genset ( 65 KVA ) : 2 Unit
j. Gedung bengkel lama : 60 m2
k. Gedung Bengkel Baru : 180 m2
l. Balai Pertemuan Nelayan lama : 130 m2
m. Balai Pertemuan Nelayan baru : 150 m2
n. Cold Storage : 200 m2
o. Gedung MCK : 60 m2
p. Pager keliling BRC : 600 m
q. Radio SSB : 1 Unit
r. Gedung pemindangan : 3 Unit
s. Los Ikan Segar : 7 Unit
t. Mess Nelayan : 8 Unit
u. Area parkir baru : 1972 m2
3. Fasilitas penunjang yaitu fasilitas yang secara tidak langsung
meningkatkan peranan pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini antara lain:
a. Rumah tamu type 150 : 224 m2
b. Rumah tinggal type 120 : 126 m2
c. Rumah tinggal type 70 : 95 m2
d. Rumah Direksi type 45 : 1 Unit
e. Kantin : 38 m2
f. Pos Keamanan : 2 Unit
41
4.2.3. Visi Misi Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
Visi dan misi Pelabuhan Perikanan Pantai pondokdadap sebagai berikut :
Visi
Mendorong tumbuhnya sistem usaha perikanan tangkap yang
berkelanjutan berbasis pada Pelayanan Prima.
Misi
Menyediakan fasilitas dan jasa yang berorientasi pada tingkat kebutuhan
pertumbuhan usaha perikanan tangkap.
Menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi peran serta masyarakat
dalam pengembangan perikanan tangkap.
Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan nelayan tangkap.
Mewujudkan usaha perikanan tangkap sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi.
4.3. Armada kapal perikanan
Armada kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor dengan
ukuran <30 GT. Perahu tanpa motor yaitu perahu yang menggunakan tenaga
manusia sebagai tenaga penggeraknya, sedangkan perahu motor tempel adalah
perahu yang menggunakan motor tempel (motor yang bisa dilepas) di bagian
buritan kapal, dan kapal motor yaitu kapal yang menggunakan tenaga mesin
sebagai penggerak utamanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4
berikut ini :
42 Tabel 4. Jumlah Armada Di PPP Pondokdadap Malang 2007-2011
Tahun Perahu Tanpa Motor
Motor Tempel
Kapal Motor
Jumlah < 10 GT
Buah
10 – 20 GT
(Buah)
20 – 30 GT
(Buah)
2007 57 31 318 29 - 435
2008 51 480 420 33 - 984
2009 33 497 465 32 - 1.027
2010 33 79 437 32 - 581
2011 33 81 415 29 - 558
(Sumber : UPPPP Pondokdadap)
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah armada di Pelabuhan Perikanan
Pantai Pondokdadap mengalami fluktuasi, hal ini dikarenakan adanya nelayan
andon yang berada di pelabuhan. Bila hasil banyak nelayan andon berdatangan
dan bila hasil berkurang maka nelayan andon tersebut kembali ke daerahnya
atau berpindah ke pelabuhan yang lain. Nelayan andon di PPP Pondokdadap
yaitu nelayan yang berasal dari Bugis dan Kalimantan.
Alat tangkap yang digunakan 4.3.1.
Di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap jenis alat tangkap yang
digunakan yaitu payang, gill net, pancing tonda, pancing jukung, kunting dan
purse sein. Alat tangkap yang paling banyak digunakan di pelabuhan ini adalah
pancing tonda, karena salah satu hasil tangkapan pancing tonda adalah ikan
tuna yang merupakan penghasil utama di pelabuhan perikanan pondokdadap.
Namun pada tahun 2010 alat tangkap pancing tonda mengalami penurunan
jumlah armada yang disebabkan musim paceklik dan sering terjadi cuaca yang
buruk sehingga para nelayan dilarang melaut oleh Unit Pengelola Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap untuk keselamatan para nelayan, dan pada
tahun 2011 mengalami penurunan lagi karena jumlah hasil tangkapan yang
kurang memuaskan. Sedangkan alat tangkap purse sein pada tahun 2011
mengalami penambahan jumlah armada, penambahan ini dikarenakan hasil
43 tangkapan alat tangkap purse sein mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
alat tangkap kunting mengalami peningkatan yang pesat, hal ini disebabkan
jumlah hasil tangkapan yang lumayan banyak, selain digunakan untuk
menangkap ikan, perahu kunting juga digunakan nelayan untuk kembali ke
pelabuhan setelah kapal berlabuh dengan pelampung penambat yang terletak
antara pulau sempu dengan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah alat
tangkap yang digunakan di pelabuhan perikanan pantai Pondokdadap dapat
dilihat pada tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Jumlah Alat Tangkap Di PPP Pondokdadap Malang
JENIS ALAT TANGKAP
T A H U N
2007 2008 2009 2010 2011
Payang
Gill Net
Pancing Tonda
Pancing Jukung
Kunting
Purse seine
28
11
318
85
-
1
32
11
409
78
-
1
32
13
437
91
-
1
32
20
427
79
33
1
23
10
410
81
33
6
J U M L A H 435 531 574 592 563
(Sumber : UPPPP Pondokdadap)
Jumlah Produksi Ikan 4.3.2.
Jumlah produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap pada
tahun 2011 sebesar 5.454.192 kg, ikan yang didaratkan pada TPI Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondodadap yaitu ikan cakalang, Tuna, tongkol, baby tuna,
marlin, layang dan ikan-ikan kecil yang lain. Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa
jumlah produksi ikan dari tahun 2007 sampai 2011 mengalami fluktuasi jumlah
produksi ikan, salah satu faktor yang menyebabkan fluktuasi jumlah produksi
44 ikan di PPP Pondokdadap yaitu perubahan cuaca yang tidak menentu yang
menyebabakan nelayan tidak bisa melaut.
Tabel 6. Jumlah Produksi Ikan di PPP Pondokdadap tahun 2007-2011
Tahun Jumlah produksi
(kg)
2007 5.999.900
2008 4.163.227
2009 4.809.154
2010 4.618.754
2011 5.454.192
4.4. Analisa Kondisi Tempat Tambat dan Labuh Kapal
Kolam Labuh 4.4.1.
Kolam berlabuh kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai
Pondokdadap berada di samping tempat pelelangan ikan yang baru mempunyai
luas 1,8 ha dengan kedalaman 2-4 meter, seperti yang terlihat pada gambar 4 di
bawah ini, dengan mempunyai kedalaman ini maka kolam labuh di PPP
pondokdadap telah memenuhi standar kedalaman kolam labuh PPP yang
memiliki standar kedalaman 2 meter. Kedalaman 2 meter dinilai cukup aman bila
digunakan oleh kapal-kapal dengan bobot 10-20 GT karena draft kapal dengan
bobot 10-20 GT hanya 1-1,5 meter, sehingga dengan kedalaman kolam labuh 2-
4 meter lambung kapal tidak menyentuh dasar perairan, jika kedalaman kolam
labuh kurang dari draft kapal yang ada maka lambung kapal dapat menyentuh
dasar perairan dan mengakibatkan kapal tenggelam.
45
Gambar 4. Kolam labuh PPP Pondokdadap
Dermaga 4.4.2.
4.4.2.1. Dermaga pendaratan (dermaga bongkar)
Dermaga pendaratan adalah dermaga yang digunakan untuk membongkar
hasil tangkapan ikan dari kapal ikan. Dermaga pendaratan di PPP
Pondokdadap masih dalam proses pembangunan sehingga belum dapat
digunakan untuk mendaratkan hasil perikanan. Dermaga pendaratan di PPP
Pondokdadap berbentuk pier. Pemilihan dermaga bentuk pier ini dikarenakan
garis kedalaman berada agak jauh dari pantai, selain itu pemilihan dermaga ini
dapat menghemat pengeluaran untuk pengerukan kolam. Bentuk dermaga
pendaratan dapat dilihat pada gambar 5.
46
Gambar 5. Dermaga pendaratan
4.4.2.2. Dermaga perlengkapan (dermaga muat)
Dermaga perlengkapan adalah dermaga yang digunakan untuk pengisian
bahan bakar dan pemuatan perbekalan yang diperlukan kapal untuk melaut
seperti air bersih, es, dan sebagainya. Selain itu dermaga perlengkapan ini
digunakan untuk membongkar hasil tangkapan, hal ini dikarenakan tempat
pelelangan ikan dan tempat pendaratan ikan yang baru masih belum digunakan.
Kondisi dermaga perlengkapan yang berada di Pondokdadap sangat
memprihatinkan, karena dari tiga dermaga apung yang ada, hanya satu yang
dapat digunakan dan kondisinya pun sudah berkarat sehingga membahayakan
pengguna dermaga. Kondisi dermaga perlengkapan dapat dilihat pada gambar 6
berikut ini.
47
Gambar 6. Dermaga perlengkapan
4.5. Isu/Permasalahan di PPP Pondokdadap
Isu/permasalahan yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
yaitu :
Variabel kekuatan
1. Mempunyai break water alami (Pulau sempu).
2. Kedalaman kolam labuh yang memenuhi standar.
3. Kondisi perairan yang tenang.
4. Pembangunan dermaga bongkar yang baru.
5. Pengembangan fasilitas tambat labuh.
6. Kapal terlindung dari gelombang yang datang dari samudera Hindia.
Variabel kelemahan
1. Jumlah dan kualitas sumberdaya manusia pengelola PPP
Pondokdadap.
2. Bengkel kapal yang kecil.
48
3. Tempat berlabuh sempit.
4. Penempatan kapal yang kurang strategis.
5. Belum ada syahbandar.
6. Fasilitas tambat labuh yang kurang memadai.
Variabel peluang
1. Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Adanya rencana program pembangunan dan pengembangan
Sendang Biru sebagai sentra kegiatan perikanan Kabupaten
Malang.
3. Adanya rencana pengangkatan syahbandar perikanan di Sendang
Biru.
4. Dapat menyerap tenaga kerja.
5. Pelampung penambat dapat ditambah untuk berlabuhnya kapal.
6. Rencana perbaikan dermaga angkut.
Variabel ancaman
1. Rusaknya ekosistem dan lingkungan.
2. Pengaruh gelombang terhadap tambat labuh kapal.
3. Merupakan kawasan bencana alam (banjir dan tsunami).
4. Pengembangan kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
dibatasi oleh lahan.
5. Terjadinya abrasi dan sedimentasi.
6. Konflik antara nelayan lokal dengan nelayan andon.
4.6. Identifikasi SWOT
Identifikasi SWOT menggunakan faktor IFAS dan EFAS yang terdiri dari
variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh dari
observasi lapang di PPP Pondokdadap, berikut ini adalah faktor dari IFAS dan
EFAS :
49 1. Faktor IFAS
Variabel Kekuatan
1. Mempunyai break water alami (Pulau sempu).
2. Kedalaman kolam labuh yang memenuhi standar.
3. Kondisi perairan yang tenang.
4. Pembangunan dermaga bongkar yang baru.
5. Pengembangan fasilitas tambat labuh.
6. Kapal terlindung dari gelombang yang datang dari samudera Hindia.
Variabel kelamahan
1. Jumlah dan kualitas sumberdaya manusia pengelola PPP
Pondokdadap.
2. Bengkel kapal yang kecil.
3. Tempat berlabuh sempit.
4. Penempatan kapal yang kurang strategis.
5. Belum ada syahbandar.
6. Fasilitas tambat labuh yang kurang memadai.
2. Faktor EFAS
Variabel Peluang
1. Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Adanya rencana program pembangunan dan pengembangan Sendang
Biru sebagai sentra kegiatan perikanan Kabupaten Malang.
3. Adanya rencana pengangkatan syahbandar perikanan di Sendang Biru.
4. Dapat menyerap tenaga kerja.
5. Pelampung penambat dapat ditambah untuk berlabuhnya kapal.
6. Rencana perbaikan dermaga angkut.
Variabel Ancaman
1. Rusaknya ekosistem dan lingkungan.
50
2. Pengaruh gelombang terhadap tambat labuh kapal.
3. Merupakan kawasan bencana alam (banjir dan tsunami).
4. Pengembangan kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dibatasi
oleh lahan.
5. Terjadinya abrasi dan sedimentasi.
6. Konflik antara nelayan lokal dengan nelayan andon.
Identifikasi variabel kekuatan (Strength) 4.6.1.
a. Mempunyai break water alami (Pulau sempu)
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap memiliki keunggulan dari
pelabuhan-pelabuhan lain yaitu memiliki pemecah gelombang (Break water)
alami yaitu Pulau Sempu yang berfungsi untuk menahan gelombang besar yang
datang dari Samudera Hindia. Dengan adanya pulau sempu ini Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap tidak lagi memerlukan pembangunan break
water lagi sehingga dapat menghemat dana pengeluaran.
b. Kedalaman kolam labuh yang memenuhi standar
Salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan kolam labuh
adalah kedalaman yang memenuhi standar, berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.16/MEN/2006 tentang pelabuhan
perikanan untuk Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dan Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) kedalaman kolam labuh >3m, untuk Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) kedalaman kolam
labuh >2m untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada halaman 9-10, sedangkan
kedalaman kolam pelabuhan pada Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
yaitu 4m.
c. Kondisi perairan yang tenang
Dengan adanya Pulau Sempu sebagai break water alami, gelombang
besar dari Samudera Hindia dapat dihalau, sehingga gelombang yang datang
51 kecil dan tidak berpengaruh pada kegiatan bongkar muat dan berlabuhnya kapal
yang berada di pelabuhan. Faktor lain yang mempengaruhi keadaan perairan
yang tenang di Sendang Biru yaitu kedalaman yang mencapai 20 m.
d. Pembangunan dermaga bongkar yang baru
Pembangunan dermaga bongkar yang baru di Pelabuhan Perikanan Pantai
Pondokdadap akan sangat berpengaruh pada tambat labuh kapal di pelabuhan,
karena dengan dermaga bongkar yang baru ini kapal perikanan dapat melakukan
kegiatan bongkar ikan di dermaga dengan aman dan tidak perlu mengantri,
karena dermaga sebelumnya hanya dapat digunakan 1 kapal saja.
e. Pengembangan fasilitas tambat labuh
Pengembangan fasilitas ini mendapat dukungan dari pemerintah kota
Malang yang terdapat pada peraturan daerah kota Malang nomor 3 tahun 2010
tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Malang yang menyebutkan
Kecamatan Sumbermanjing Wetan sebagai wilayah pengembangan dengan
prioritas pengembangan infrastruktur, pengembangan infrastruktur ini dapat
dilakukan dengan menambah kedalaman dan luas kolam labuh dan perbaikan
dermaga.
f. Kapal terlindung dari gelombang dari samudera hindia
Keuntungan lain dengan adanya Pulau Sempu yaitu kapal dapat terlindung
dari gelombang besar yang datang dari Samudera Hindia, karena gelombang di
laut selatan lebih besar dari pada gelombang yang ada di laut utara, keberadaan
Pulau Sempu sangat bermanfaat bagi pelabuhan.
Identifikasi variabel kelemahan (Weakness) 4.6.2.
a. Kualitas dan jumlah sumberdaya manusia pengelola PPP Pondokdadap
terbatas.
Kualitas dan jumlah sumberdaya manusia yang mengelola PPP
Pondokdadap dirasa kurang untuk memberikan pelayanan prima pada
52 masyarakat, karena jumlah sumberdaya yang mengelola PPP Pondokdadap
hanya 11 orang dengan lulusan paling tinggi sarjana dan lulusan paling rendah
yaitu sekolah dasar, hal ini mempengaruhi kemampuan dan ketrampilan dalam
mengelola tambat labuh kapal di pelabuhan, ditambah lagi belum adanya
syahbandar pelabuhan yang dapat mengatur keluar masuk kapal dan
mengeluarkan Surat Izin Berlayar (SIB), sehingga pemilik kapal kesulitan dalam
mengurus SIB.
b. Bengkel kapal yang kecil.
Untuk meminimalisir pengeluaran saat kapal memerlukan perbaikan, maka
suatu pelabuhan diharuskan mempunyai bengkel kapal agar pemilik kapal tidak
perlu repot membawa kapal yang akan diperbaiki ke bengkel kapal diluar
pelabuhan yang menyebabkan penambahan pengeluaran untuk memperbaiki
kapal.
c. Tempat berlabuh sempit
Kolam labuh merupakan fasilitas pokok suatu pelabuhan, suatu kolam
labuh harus dapat menampung semua kapal yang ada di pelabuhan tersebut.
karena pada saat cuaca buruk, kapal berlindung di kolam labuh agar kapal tidak
karam oleh ombak yang besar saat cuaca buruk.
d. Belum ada syahbandar
Belum adanya syahbandar di pelabuhan perikanan pantai pondokdadap
sangat merugikan bagi para pamilik kapal, karena pemilik kapal harus mengurus
surat-surat kapal untuk mendapatkan Surat Ijin Berlayar (SIB) ke daerah lain
seperti Pasuruan atau Probolinggo agar kapal mereka dapat berlayar dengan
legal untuk menangkap ikan.
e. Penempatan kapal yang kurang strategis.
Dalam mengoptimalkan kolam labuh untuk berlabuhnya kapal maka
penempatan kapal harus diatur dengan baik sehingga pada saat cuaca buruk
53 atau masa paceklik dapat menampung kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan
dengan teratur.
f. Fasilitas tambat labuh yang kurang memadai.
Tambat labuh merupakan suatu hal pokok di pelabuhan, oleh karena itu
kelengkapan dan keadaan fasilitas tambat labuh harus selalu diperhatikan untuk
menunjang kinerja suatu pelabuhan, untuk itu perawatan dan perbaikan fasilitas
tambat labuh harus dilakukan agar fasilitas tersebut dalam kondisi baik, bila
keadaan fasilitas tambat labuh baik maka kinerja pelabuhan juga akan berjalan
lancar.
Identifikasi variabel peluang (Opportunities) 4.6.3.
a. Penambahan pelampung penambat untuk berlabuhnya kapal
Untuk mengatasi tempat kolam labuh yang terbatas maka diperlukan
penambahan pelampung penambat, agar kapal dapat berlabuh di tengah-tengah
selat serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal perikanan.
b. Adanya rencana program pembangunan dan pengembangan Sendang Biru
sebagai sentra kegiatan perikanan Kabupaten Malang.
Pemerintah kota malang berencana membuat pelabuhan perikanan pantai
sendang biru sebagai pusat kegiatan perikanan laut kota malang. Peluang ini
dapat dilakukan dengan cara perbaikan, perluasan fasilitas, penggunaan
teknologi alat tangkap yang tepat, peningkatan TPI, dan peningkatan pelayanan
pada masyarkat. Jika hal tersebut dapat terlaksana maka tentunya ikan yang
didaratkan dapat meningkat, pedagang banyak yang datang, harga ikan
meningkat karena kualitas ikan yang didaratkan juga bagus.
c. Rencana pengadaan syahbandar perikanan di Sendang Biru.
Syahbandar sangat diperlukan dalam sebuah pelabuhan agar pelabuhan
dapat berjalan dengan lancar, selain itu dengan adanya syahbandar dapat
mempermudah pemilik kapal mengurus surat-surat ijin kapal agar kapal dapat
54 segera berlayar. Namun di PPP Pondokdadap belum mempunyai syahbandar,
sehingga pengadaan syahbandar harus segera dilakukan untuk memperlancar
administrasi kapal.
d. Dapat menyerap tenaga kerja.
Pembangunan dermaga pelabuhan yang baru menyebabkan jarak ke TPI
lebih panjang dibandingkan dengan dermaga yang lama, untuk mempercepat
proses pembongkaran ikan dibutuhkan kuli panggul yang lebih banyak agar tidak
terjadi antrian di dermaga.
e. Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan dibangunnya dermaga pendaratan yang baru pengaturan berlabuh
kapal harus segera dilakukan agar pembayaran retribusi berlabuh dapat
diberlakukan kembali, dengan diselesaikannya dermaga bongkar yang baru
maka proses bongkar ikan dapat dilakukan dengan cepat, karena dengan proses
bongkar yang cepat maka kualitas ikan tetap baik dan harganya pun tidak turun,
dengan ini kapal dari daerah lain akan tertarik untuk melelang hasil tangkapan
mereka di TPI Pondokdadap sehingga retribusi dari pelelangan tersebut naik dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga akan bertambah.
f. Rencana perbaikan dermaga.
Perawatan fasilitas tambat labuh perlu dilakukan untuk mengurangi biaya
saat perbaikan dan untuk memperpanjang masa pakai fasilitas tersebut. Namun
hal ini belum dilakukan pada fasilitas tambat labuh di pelabuhan perikanan pantai
Pondokdadap, hal ini sangat disayangkan mengingat dermaga pelabuhan terbuat
dari kayu dan besi, kurangnya perawatan dermaga ini menybabkan dermaga
tersebut tidak bisa digunakan lagi dan berakibat antrian kapal saat muat barang
maupun bongkar ikan.
55
Identifikasi variabel ancaman (Threats) 4.6.4.
a. Terganggunya ekosistem dan lingkungan
Ekosistem pantai dapat terganggu oleh banyak faktor diataranya yaitu ulah
manusia yang membuang sampah ke laut, limbah produksi perikanan yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan dan berubahnya ekosistem perairan.
Sampah dapat mempengaruhi pertumbuhan plankton yang menjadi makanan
ikan kecil, jika tidak ada makanan ikan kecil pun akan berkurang, bila ikan kecil
berkurang maka ikan besar pun akan berkurang karena ikan kecil adalah
makanan dari ikan besar. Bila ikan besar berkurang maka hasil tangkapan
nelayan pun akan berkurang, oleh karena itu ekosistem dan lingkungan perairan
pun harus dijaga agar kelangsungan hidup ikan terus berjalan.
b. Pengaruh gelombang terhadap tambat labuh kapal
Pada saat cauaca buruk tinggi gelombang di pantai selatan bisa mencapai
tinggi 2 meter, gelombang ini dapat mempengaruhi kapal yang berlabuh di
pelabuhan perikanan pantai pondokdadap, bila posisi kapal tidak teratur kapal
dapat berbenturan dengan kapal lain yang mengakibatkan kapal rusak dan
karam, oleh karena itu pengaturan posisi kapal sangat diperlukan untuk
mengurangi resiko benturan.
c. Merupakan kawasan bencana alam (banjir dan tsunami)
Pantai selatan terkenal dengan ombak yang besar, jika cuaca sedang
buruk tinggi gelombang bisa mencapai 2 meter sehingga dapat membahayakan
nelayan yang berangkat melaut. Selain itu daerah jawa bagian selatan juga
merupakan pertemuan 2 lempeng bumi yaitu lempeng INDO-AUSTRALIA dan
lempeng EURASIA lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8, jalur pertemuan
lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempa bumi besar dengan
kedalaman dangkal maka berpotensi menimbulkan tsunami (BMKG, 2012).
56
Gambar 8. Lempeng tektonik. (BMKG, 2012).
d. Pengembangan kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dibatasi oleh
lahan.
Daerah pelabuhan Pondokdadap terdiri bukit, sawah dan hutan, tanah
tersebut merupakan milik perhutani sedangkan pihak perhutani menolak
penggunaan tanah oleh pelabuhan.
e. Terjadinya abrasi dan sedimentasi.
Abrasi adalah pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak, abrasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu proses alami
dan aktivitas manusia, di PPP Pondokdadap abrasi disebabkan faktor alami yaitu
arus laut yang menyebabkan rusaknya plengsengan di pelabuhan, sedangkan
sedimentasi adalah pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es atau gletser, di PPP Pondokdadap sedimentasi disebabkan oleh arus
laut dan aktivitas manusia yang membuang sampah ke laut, pada kolam labuh
disebabkan oleh kapal besar yang berlabuh ke pinggir pantai yang
mengakibatkan pasir di pinggir pantai terbawa ke tengah saat kapal
meninggalkan pantai.
f. Konflik antara nelayan lokal dengan nelayan andon.
Konflik antara nelayan lokal dengan nelayan andon terjadi karena antrian
saat akan membongkar ikan di dermaga, tidak hanya dengan nelayan andon,
57 sesama nelayan lokal pun dapat terjadi konflik bila antrian saat bongkar ikan
lama.
4.7. Analisa Matrik Internal Factory Analysis Strategi (IFAS)
Dari analisa variabel kekuatan dan kelemahan faktor internal tambat
labuh kapal perikanan di PPP Pondokdadap diperoleh nilai bobot, rating dan
skor, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3, selanjutnya dilakukan
perhitungan bobot dan rating untuk memperoleh matrik Internal Factor Analysis
Strategi (IFAS), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
Jumlah bobot IFAS harus satu, maka :
Jumlah bobot variabel S + jumlah bobot variabel W = 873 + 852 = 1725
Total nilai bobot S = 873 : 1725 = 0,506
Total nilai bobot W = 852 : 1725 = 0,494
Tabel 6. Matrik IFAS
No Kekuatan Bobot Rating Skor
1 Pulau sempu sebagai break water 0,089 4 0,312
2 Kedalaman kolam labuh memenuhi standar
0,085 3 0,237
3 Kondisi perairan yang tenang 0,086 3 0,240
4 Pembangunan dermaga yang baru 0,084 3 0,232
5 Pengembangan fasilitas tambat labuh 0,079 3 0,200
6 Kapal terlindung dari gelombang besar dari samudera Hindia
0,083 3 0,255
Jumlah 0,506
1,477
58
No Kelemahan Bobot Rating Skor
1 Jumlah dan kualitas sumberdaya manusia yang mengelola PPP Pondokdadap
0,081 3 0,218
2 Bengkel kapal yang kecil 0,085 1 0,124
3 Tempat berlabuh sempit 0,079 2 0,125
4 Penempatan berlabuh kapal kurang strategis
0,078 2 0,125
5 Belum adanya syahbandar di pelabuhan 0,083 3 0,242
6 Fasilitas tambat labuh kurang memadai 0,086 3 0,264
Jumlah 0,494
1,099
Jumlah keseluruhan 1
2,54
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah skor variabel kekuatan (Strength)
lebih besar dari pada jumlah skor kelemahan (Weakness), sehingga dapat
dikatakan bahwa dalam optimalisasi tambat labuh di PPP Pondokdadap variabel
kekuatan (Strength) lebih berpengaruh dibandingkan dengan variabel kelemahan
(Weakness). Hal ini dikarenakan responden telah merasa cukup dengan variabel
kekuatan yang ada, namun di sisi lain beberapa variabel kelemahan memiliki nilai
total skor yang tinggi dibanding dengan beberapa variabel kekuatan, seperti
pada variabel kelemahan : belum adanya syahbandar dan fasilitas tambat labuh,
ini menunjukkan bahwa 2 variabel tersebut juga dianggap penting oleh
responden. Variabel kekuatan pulau sempu sebagai break water memiliki bobot
0,089 dan rating 4 yang merupakan nila paling tinggi dibandingkan dengan
variabel kekuatan yang lain, hal ini berarti variabel kekuatan ini memiliki
pengaruh yang tinggi terhadap tambat labuh kapal dan sangat layak untuk
dimanfaatkan. Sangat layak disini mengartikan bahwa pulau sempu yang besar
tersebut bisa dimanfaatkan sebagai penahan gelombang agar proses tambat
labuh dapat berjalan dengan lancar.
59 4.8. Analisa Matrik Eksternal Factory Analysis Strategi (EFAS)
Dari analisa variabel peluang dan ancaman faktor eksternal tambat labuh
kapal perikanan di PPP Pondokdadap diperoleh nilai bobot, rating dan skor,
untuk lebih jelasnya dpat dilihat pada lampiran 3, selanjutnya dilakukan
perhitungan bobot dan rating untuk memperoleh matrik Eksternal Factory
Analysis Strategi (EFAS), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 dibawah
ini. Jumlah bobot EFAS juga harus satu, maka :
Jumlah bobot variabel O + jumlah bobot variabel T = 856 + 756 = 1612
Total nilai bobot O = 856 : 1612 = 0,531
Total nilai bobot T = 756 : 1612 = 0,469
Tabel 7. Matrik EFAS
No Peluang Bobot Rating Skor
1 Pelampung penambat dapat ditambah 0,079 2 0,195
2 Rencana pengembangan sendang biru sebagai sentra perikanan laut di malang
0,092 3 0,246
3 Rencana pengangkatan syahbandar di pelabuhan
0,084 3 0,250
4 Dapat menyerap tenaga kerja 0,094 3 0,251
5 Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
0,082 2 0,195
6 Rencana perbaikan dermaga angkut 0,100 3 0,272
Jumlah 0,531
1,409
No Ancaman Bobot Rating Skor
1 Terganggunya ekosistem dan lingkungan 0,071 2 0,164
2 Pengaruh gelombang terhadap tambat labuh kapal
0,047 2 0,094
3 Berpotensi terjadi banjir dan tsunami 0,079 2 0,154
4 Terbatasnya pengembangan area labuh kapal
0,110 2 0,264
5 Berpotensi terjadi abrasi dan sedimentasi 0,117 2 0,267
6 Terjadinya konflik antar nelayan 0,045 1 0,059
Jumlah 0,469
1,002
Jumlah keseluruhan 1
2,41
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah skor variabel peluang
(Opportunities) lebih besar dibandingkan dengan jumlah skor variabel ancaman
60 (Threats) sehingga dapat dikatakan bahwa dalam optimaslisasi tambat labuh di
PPP Pondokdadap variabel peluang (Opportunities) lebih berpengaruh dari pada
variabel ancaman (Threats). Namun beberapa variabel ancaman seperti pada
variabel terbatasnya pengembangan area labuh dan potensi terjadi abrasi dan
sedimentasi memiliki nilai bobot yang lebih tinggi dari pada variabel peluang,
yang berarti variabel tersebut dianggap penting oleh responden, sehingga
peneliti harus memperhatikan variabel tersebut dalam membuat strategi
optimalisasi tambat labuh agar ancaman tersebut tidak terlalu berpengaruh pada
tambat labuh di pelabuhan. Pada variabel ancaman terjadinya konflik antar
nelayan memiliki jumlah bobot 0,45 dan rating 1 yang merupakan jumlah bobot
dan rating terkecil pada faktor EFAS, hal ini berarti tingkat ancaman berupa
terjadinya konflik antar nelayan tidak berpengaruh terhadap proses tambat labuh
kapal karena konflik antar nelayan di pelabuhan perikanan pantai Pondokdadap
kurang berjalan, maksud kurang berjalan disini yaitu konflik antar nelayan tidak
sering terjadi di pelabuhan perikanan pantai Pondokdadap.
4.9. Analisa Matrik SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan
strategi memanfaatkan kekuatan dan peluang serta meminimalisir kelemahan
dan ancaman. Analisa SWOT ini dapat digunakan untuk menemukan
rekomendasi terhadap permasalahan yang ada. Dalam menganalisis data
digunakan teknik deskriptif guna menjawab rumusan permasalahan mengenai
apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian
dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus
dihadapinya. Setelah dilakukan identifikasi variabel Kekuatan (Strengths),
Peluang (Opportunities), Kelemahan (Weakness), dan Ancaman (Threaths).
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan penghitungan bobot dan rating untuk
menentukan skor masing-masing variabel. Dari hasil penghitungan tersebut akan
61 didapatkan jumlah skor yang digunakan dalam menentukan letak kuadran mana
strategi yang akan digunakan dalam optimalisasi tambat labuh di PPP
Pondokdadap. Untuk masing-masing perhitungan strategi lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 3.
4.10. Analisa Matrik Grand Strategi
Dari perhitungan data variabel internal dan eksternal diperoleh total skor
dari masing-masing faktor :
1. Total skor untuk faktor kekuatan : 1,477
2. Total skor untuk faktor kelemahan : 1.099
3. Total skor untuk fator peluang : 1,409
4. Total skor untuk faktor ancaman : 1,002
Jumlah total skor faktor internal (2,58) sedangkan jumlah dari faktor
eksternal (2,41), jumlah faktor internal labih besar dibandingkan dengan jumlah
faktor eksternal yang berarti faktor internal labih berpengaruh dalam optimalisasi
tambat labuh dibandingkan dengan faktor eksternal, jadi dalam optimalisasi
tambat labuh di PPP Pondokdadap digunakan strategi mengoptimalkan faktor
internal sehingga bisa mengurangi faktor eksternal.
Dari hasil perhitungan skor faktor internal dan eksternal digunakan dalam
menentukan titik koordinat strategi optimalisasi tambat labuh di PPP
Pondokdadap. Dalam menentukan titik koordinat diperlukan dua titik dari sumbu
X dan Y, sumbu X didapat dari faktor internal yaitu faktor kekuatan dikurangi
faktor kelemahan dibagi dua, sedangkan sumbu Y didapat dari faktor eksternal
yaitu faktor peluang dikurangi faktor ancaman dibagi dua.
Nilai koordinat X = (1,477 – 1,099) : 2 = 0,19
Nilai koordinat Y = (1,409 − 1,002) : 2 = 0,20
62
Jadi titik koordinat untuk strategi optimalisasi tambat labuh di PPP
Pondokdadap adalah (0,19 ; 0,20), hasil dari kuadran matrik grand strategi dapat
dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Kuadran matrik grand strategi
Hasil dari analisa matrik grand strategi diatas titik koordinat untuk strategi
optimalisasi tambat labuh di PPP Pondokdadap berada pada kuadran 1, ini
merupakan situasi yang sangat menguntungkan, strategi ini memiliki kekuatan
dan peluang sehingga dapat menggunakan kekuatan untuk menggapai peluang
yang ada, strategi ini mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
Oriented Strategy) menggunakan strategi Strength Oppurtunities (SO) dan
diterapkan menggunakan kekuatan untuk menggapai peluang yang dimiliki PPP
Pondokdadap. Untuk Strategi SO dapat dilihat pada lampiran 4.
0,19; 0,20
-0,7
-0,6
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
-1E-15
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
-0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1-1E-15 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Kuadran 1 O
W
T
S
Kuadran 3
Kuadran 2 Kuadran 4
63 4.11. Analisa QSPM
Pada tahap penentuan strategi dengan matriks QSPM (Quantitative
Strategic Planning Matrix) ini menggunakan data dari hasil analisa tahap 1
(Matrik IFAS dan EFAS) dan analisa tahap 2 (Matrik SWOT), pada tahap ini
ditambahkan nilai daya tarik (AS) untuk masing-masing faktor kunci dengan
melihat seberapa pengaruhnya terhadap strategi yang telah ditentukan. Tujuan
QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang
telah dipilih, sehingga didapatkan prioritas strategi yang akan digunakan dalam
optimalisasi tambat labuh kapal perikanan di PPP Pondokdadap, analisa QSPM
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Analisa QSPM
No Strategi Institution
Development Environment
policy
Faktor Kunci Kekuatan Bobot AS TAS AS TAS
1. Pulau sempu sebagai break water 0,089 4 0,356 2 0,178
2. Kedalaman kolam labuh memenuhi standar
0,085 2 0,17 4 0,34
3. Kondisi perairan yang tenang 0,086 3 0,258 3 0,258
4. Pembangunan dermaga yang baru
0,084 4 0,336 4 0,336
5. Pengembangan fasilitas tambat labuh
0,079 3 0,237 2 0,158
6. Kapal terlindung dari gelombang besar dari samudera Hindia
0,083 3 0,249 4 0,332
64
No Strategi Institution
Development Environment
policy
Faktor Kunci Kelemahan Bobot AS TAS AS TAS
1. Jumlah dan kualitas sumberdaya pengelola PPP Pondokdadap
0,077 4 0,324 4 0,324
2. Bengkel kapal yang kecil. 0,085 4 0,340 3 0,255
3. Tempat berlabuh sempit. 0,079 3 0,237 3 0,237
4. Penempatan berlabuh kapal 0,083 4 0,312 4 0,312
5. Belum adanya syahbandar di pelabuhan
0,085 3 0,249 3 0,249
6. Fasilitas tambat labuh yang kurang memadai.
0,085 4 0,344 2 0,172
No Strategi Institution
Development Environment
policy
Faktor Kunci Peluang Bobot AS TAS AS TAS
1. Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
0,079 2 0,158 3 0,237
2. Rencana pengembangan sendang biru sebagai sentra peikanan laut di malang
0,092 4 0,368 3 0,276
3. Rencana pengangkatan syahbandar di pelabuhan
0,084 4 0,336 4 0,336
4. Dapat menyerap tenaga kerja 0,094 4 0,376 4 0,376
5. Pelampung penambat dapat ditambah
0,082 3 0,246 3 0,246
6. Rencana perbaikan dermaga angkut.
0,100 4 0,4 4 0,4
65
No Strategi Institution
Development Environment
policy
Faktor Kunci Ancaman Bobot AS TAS AS TAS
1. Terganggunya ekosistem dan lingkungan
0,071 3 0,213 4 0,284
2. Pengaruh gelombang terhadap tambat labuh kapal
0,047 3 0,141 2 0,094
3. Berpotensi terjadi banjir dan tsunami
0,079 4 0,316 3 0,237
4. Terbatasnya pengembangan area labuh kapal
0,110 3 0,33 3 0,33
5. Berpotensi terjadi abrasi dan sedimentasi
0,117 4 0,468 3 0,351
6. Terjadinya konflik antar nelayan 0,045 2 0,09 1 0,045
Total 6,854 6,363
Keterangan Skoring AS :
1 = Tidak memiliki dampak terhadap strategi alternatif
2 = Tidak memiliki daya tarik
3 = Daya tariknya rendah
4 = Daya tariknya sedang 5 = Daya tariknya tinggi
TAS diperoleh dari bobot dikalikan dengan AS yang berarti strategi
tersebut memiliki gabungan antara kepentingan dan kemenarikan sehingga
strategi dengan nilai TAS paling besar merupakan strategi pertama yang akan
digunakan pada strategi optimalisasi tambat labuh di PPP Pondokdadap. Dari
hasil analisa QSPM di atas diperoleh jumlah TAS dari institution development
lebih besar dari environment policy yang berarti rekomendasi strategi yang harus
diimplementasikan terlebih dahulu adalah institution development yang ada
sebagai pendukung untuk perkembangan tambat labuh Pondokdadap dengan
jumlah TAS sebesar 6,854. Dilanjutkan dengan strategi dari environment policy
dengan jumlah TAS 6,363.
66
Dalam penelitian ini yang merupakan institution development adalah
Lembaga pengembang berupa pengelola PPP Pondokdadap. Sedangkan pada
environment policy meliputi tokoh masyarakat yang terlibat pada pengembangan
tambat labuh, nelayan dan pemilik kapal.
67
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Fasilitas tambat labuh seperti dermaga pendaratan berdasarkan
perhitungan telah memenuhi kebutuhan, namun dermaga angkut untuk
memuat barang dirasa belum layak dan harus segera diperbaiki dan
ditambah agar pelayanan untuk memuat barang dapat berjalan dengan
lancar, sementara untuk kolam labuh kedalaman kolam pelabuhan telah
memenuhi standar dengan kedalaman 2-4 meter, luas kolam pelabuhan
1,8 hektar sedangkan luas kolam yang dibutuhkan yaitu 1,82 hektar,
untuk mengatasinya luas kolam dan pelampung penambat harus
ditambah. Untuk meminimalisir pendangkalan kolam pelabuhan maka
penempatan kapal motor tempel berada pada pinggir pantai sedangkan
untuk kapal motor berada pada dermaga labuh.
2. Sesuai dengan hasil analisa SWOT dan QSPM maka strategi
pengembangan tambat labuh kapal di PPP Pondokdadap terletak pada
kuadran 1 dengan strategi SO yang diimplementasikan oleh institution
development dan dilanjutkan environtment policy. Strategi SO yaitu :
Pembangunan dermaga bongkar yang baru harus segera diselesaikan,
sehingga penyerapan tenaga kerja dengan menambah jumlah kuli
angkut dan penggunaan gerobak dapat dilakukan.
Pengembangan fasilitas tambat labuh dilakukan dengan cara
memperbaiki dermaga angkut yang rusak dan penambahan
penerangan pada dermaga agar aktifitas tambat labuh pada malam
hari dapat berjalan dengan lancar.
68
Penambahan pelampung penambat dilakukan agar kapal dapat
berlabuh di kolam labuh dengan teratur.
Pembangunan dan pengembangan fasilitas tambat labuh harus segera
diselesaikan sehingga dapat menarik nelayan dari daerah lain untuk
melelang hasil tangkapan di TPI Pondokdadap dan dapat menambah
PAD.
5.2. Saran
1. Dalam menentukan isu yang berkembang sebaiknya dilakukan dengan
pendekatan pada masyarakat dan stakeholder yang lebih cermat dan
obyektif sehingga isu yang didapatkan lebih akurat.
2. Pengangkatan syahbandar di PPP Pondokdadap harus segera dilakukan
agar pemilik kapal tidak kesulitan dalam administrasi kapal karena jumlah
kapal di PPP Pondokdadap semakin bertambah.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Adi, D. Bambang Setiono dan I.K. Djaja. 2009. Nautika kapal penangkap ikan.
Jakarta. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012.
http://inatews.bmkg.go.id/tentang_eq.php diakses pada tanggal 09 oktober 2012 pukul 07.30 WIB
Bagakali, Y. 2000. Pedoman Pengoperasian, Pengelolaan dan Perawatan
Pelabuhan Perikanan, Pelatihan Manajemen Pengelolaan
Operasionil Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan, Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB Bogor.
Dian P Novita. 2009. Metode QSPM. Universitas Airlangga Dinas Informasi dan Komunikasi Pemprov Jatim. 2009.
http://www.antarjatim.com/lihat/berita/19051/produksi-perikanan-laut-pacitan-meningkat.
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2002. Pedoman Pengelolaan Pelabuhan
Perikanan. Jakarta. Fred, D. 2008. Manajemen Strategis Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat Hadari, N. 2005. Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta Hendri, J. 2009. Riset Pemasaran. Universitas Gunadarma Herdiyanto, W. 2009. Manajemen Organisasi Analisa-SWOT.
http://www.blogger.com/favicon.ico. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 pukul 09.13 WIB.
Hermawan, D. 2006. Prospektif Pengembangan Kawasan Pesisir Sendang Biru
Untuk Industri Perikanan Terpadu. Universitas Muhammadiyah Malang.
Marzuki. 1986. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta Masri, S. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Lembaga Penelitian
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta. Natzir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nikijuluw. 2002 dalam Rahardjo B. 2008. Evaluasi Daya Dukung Pangkalan
Pendaratan Ikan Klidang Lor Kabupaten Batang Untuk Pengembangan Perikanan Tangkap. Universitas Diponegoro. Semarang.
70 Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Siswanto. 2007. Konsep manajemen strategik sebagai paradigma baru di
lingkungan organisasi pendidikan. Solihin, I. 2008. Jasa pelabuhan perikanan. http://iinsolihin.com/2008/10/08/jasa-
pelabuhan-perikanan/. Diakses tanggal 20 april 2012 pukul 11.00 WIB.
Triatmodjo, B. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Beta offset. Yogyakarta. Willy. 2010. Model manajemen strategi.
http://anthempart.blogspot.com/2010/01/model-manajemen-strategi.html. Diakses tanggal 24 Agustus 2012 pukul 15.00 WIB.
Yahya, A.M. 2001. Perikanan Tangkap Indonesia. http://www.tumountou.net.
Diakses tanggal 13 November 2012 pukul pukul 16.00 WIB.
71 Lampiran 1
Lokasi Penelitian
Sumber : Googleearth.com
72 Lampiran 2
Layout Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap
(Sumber : Unit Pengelola PPP Pondokdadap)
73 Lampiran 3
PERHITUNGAN SWOT
A. Variabel kekuatan
Bobot Kekuatan
Sampel
Parameter 1 2 3 4 5 6 1 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 1 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 3 3 3 6 3 3 3 2 3 4 7 3 2 2 4 3 2 8 4 4 4 3 3 4 9 2 4 3 4 4 3 10 3 3 2 3 3 3 11 2 2 3 3 2 4 12 2 3 4 2 4 2 13 4 2 2 3 3 3 14 4 2 2 1 2 4 15 3 3 1 2 4 2 16 4 1 3 4 2 2 17 2 2 3 3 3 4 18 3 2 2 2 2 3 19 4 3 2 3 3 2 20 3 3 3 4 2 2 21 4 3 4 3 2 3 22 2 3 4 4 3 3 23 2 3 2 4 3 2 24 2 2 3 4 3 2 25 4 3 3 3 3 2 26 4 2 4 3 3 3 27 3 3 4 2 3 4 28 3 4 3 3 2 2 29 2 3 2 2 2 1 30 3 2 4 4 3 3 31 4 2 3 3 4 2 32 2 4 4 3 3 4 33 4 2 3 4 3 2 34 3 4 4 4 2 3 35 2 2 3 2 4 3
74
36 2 3 4 4 2 2 37 4 4 2 3 3 4 38 3 3 4 3 1 2 39 4 4 3 2 3 3 40 3 2 2 3 2 4 41 3 3 3 2 1 2 42 2 4 2 2 2 4 43 2 2 3 2 3 2 44 4 3 4 4 2 4 45 2 4 3 2 1 3 46 3 3 2 2 3 4 47 4 4 3 3 4 2 48 2 3 4 2 3 3 49 2 4 3 3 2 2 50 4 3 3 2 3 3 Jumlah 153 147 149 145 136 143 Total 873 S&W 1725
Bobot 0,089 0,085 0,086 0,084 0,079 0,083 0,506
Rating kekuatan
Sampel
Parameter 1 2 3 4 5 6 1 4 2 1 2 1 4 2 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4 2 4 3 2 2 5 2 3 2 3 3 3 6 3 4 3 2 3 3 7 4 3 3 4 2 4 8 4 3 2 2 3 3 9 4 4 3 3 2 2 10 3 3 3 4 4 4 11 4 2 4 3 3 2 12 3 2 3 2 2 3 13 3 3 2 4 3 3 14 4 4 3 3 2 3 15 4 3 3 2 3 2 16 3 3 3 2 3 4 17 3 3 3 2 3 4 18 4 2 2 2 2 3 19 4 3 3 3 4 3 20 4 4 3 2 3 3 21 4 2 3 3 2 3
75
22 3 2 4 3 3 4 23 4 3 2 3 3 3 24 4 4 3 3 3 2 25 2 3 2 3 3 2 26 3 3 3 3 2 4 27 3 2 2 4 3 2 28 4 3 3 3 2 3 29 3 2 3 2 4 3 30 4 4 3 3 3 2 31 3 2 3 3 3 4 32 4 2 3 4 2 3 33 4 4 2 3 3 2 34 3 3 4 3 2 4 35 4 3 2 3 2 3 36 3 2 3 3 4 2 37 4 3 2 3 3 4 38 4 2 2 2 3 3 39 3 3 3 3 3 3 40 4 2 3 3 2 4 41 3 3 2 2 1 3 42 4 3 3 3 2 2 43 3 3 2 2 3 4 44 3 2 3 2 2 3 45 4 2 4 2 3 4 46 4 2 2 3 2 3 47 3 4 3 3 1 3 48 4 3 3 3 1 4 49 3 2 4 2 2 3 50 4 3 3 3 3 3 Jumlah 176 139 139 138 127 154 Total 873
Rating 3,52 2,78 2,78 2,76 2,54 3,08 17,46
Bobot 0,089 0,085 0,086 0,084 0,079 0,083
Rating 4 3 3 3 3 3
Skor 0,312 0,237 0,240 0,232 0,200 0,255 Total 1,477
B. Variabel kelemahan
76
Bobot Kelemahan
Sampel Parameter
1 2 3 4 5 6 1 2 4 4 3 3 4
2 3 4 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3
4 2 3 2 3 3 4
5 3 3 3 2 4 3
6 3 4 3 3 3 2
7 3 3 2 2 4 3
8 3 2 3 2 3 3
9 2 2 2 3 4 3
10 2 2 3 3 4 2
11 3 3 3 2 3 3
12 3 3 3 3 4 3
13 2 3 3 3 4 3
14 2 3 3 3 3 3
15 3 2 2 4 2 3
16 4 3 3 2 3 3
17 3 4 3 3 3 4
18 2 3 3 3 2 3
19 2 3 3 2 3 3
20 3 2 3 3 2 3
21 3 3 2 3 3 3
22 3 4 3 4 3 2
23 2 2 3 3 4 3
24 2 3 3 3 2 3
25 3 2 3 3 3 3
26 4 3 3 1 3 4
27 2 3 2 3 3 2
28 3 3 3 3 2 2
29 4 2 2 3 3 4
30 3 3 3 3 3 3
31 2 3 3 2 3 2
32 3 4 3 3 3 4
33 4 4 3 3 2 3
34 3 3 2 3 3 3
35 3 3 3 2 3 2
36 2 3 3 3 3 3
37 3 4 2 3 3 3
38 3 3 2 3 3 3
39 2 3 3 1 2 4
40 3 3 2 3 3 2
77
41 3 2 3 3 2 3
42 3 4 3 2 3 2
43 4 3 3 3 2 3
44 3 2 2 1 3 4
45 3 3 3 2 2 2
46 3 2 2 3 1 3
47 4 3 3 4 2 3
48 3 3 3 3 3 4
49 2 2 3 1 3 3
50 2 3 2 3 2 3
Jumlah 140 147 137 135 144 149 Total 852 S&W 1725
Bobot 0,081 0,085 0,079 0,078 0,083 0,086
0,494
RATING Kelemahan
Sampel
Parameter
1 2 3 4 5 6 1 3 1 1 1 3 3
2 2 2 1 2 2 2
3 2 1 2 1 4 3
4 2 1 1 1 2 2
5 3 2 3 3 3 3
6 3 2 2 1 3 3
7 3 1 1 1 4 4
8 2 2 1 2 4 3
9 4 1 1 1 2 2
10 3 2 1 2 4 3
11 2 1 2 3 2 3
12 3 2 1 2 3 4
13 4 1 2 2 4 3
14 2 2 1 1 2 3
15 2 1 3 3 3 2
16 2 2 2 1 2 2
17 3 1 1 2 2 3
18 2 2 1 3 3 3
19 4 2 2 2 4 3
20 2 1 1 1 3 4
21 3 2 3 3 3 2
22 4 2 1 1 2 3
23 3 1 1 1 4 3
24 2 2 2 3 3 4
25 3 1 3 1 3 3
26 4 2 1 1 4 4
78
27 2 1 2 3 3 3
28 2 1 3 2 3 3
29 3 1 1 1 4 2
30 2 2 1 2 2 4
31 2 2 2 1 3 3
32 3 1 1 1 4 4
33 4 1 1 3 3 3
34 3 2 1 2 3 4
35 2 2 2 1 4 3
36 3 1 2 1 2 4
37 3 1 2 1 3 3
38 2 2 2 2 2 2
39 2 2 1 1 2 4
40 3 1 1 1 2 3
41 3 1 2 1 3 4
42 2 2 2 1 2 2
43 3 1 3 2 2 4
44 3 1 1 1 3 3
45 2 1 2 1 3 2
46 3 1 1 2 2 3
47 3 2 2 1 3 3
48 2 1 1 1 2 3
49 3 2 1 2 4 4
50 2 1 1 1 3 3
Jumlah 134 73 79 80 145 153 Total 664
Rating 2,68 1,46 1,58 1,6 2,9 3,06
13,28
Bobot 0,081 0,085 0,079 0,078 0,083 0,086
Rating 3 1 2 2 3 3
Skor 0,218 0,124 0,125 0,125 0,242 0,264 Total 1,099
C. Variabel peluang
79
Bobot Peluang
Sampel Parameter
1 2 3 4 5 6
1 2 2 3 3 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 2 3 2 2 3 2 5 3 3 4 2 4 3 6 3 3 2 3 3 4
7 2 2 2 3 4 3
8 2 3 3 2 3 2
9 3 3 2 3 3 3
10 3 3 2 2 3 4
11 2 3 3 3 3 3
12 2 4 2 2 2 3
13 2 2 3 4 3 4
14 3 3 3 3 3 4
15 2 3 2 2 4 3
16 2 3 2 3 3 4
17 3 2 3 3 3 4
18 3 3 2 4 2 3
19 2 4 2 3 2 3
20 2 3 2 3 3 4
21 3 3 4 2 1 3
22 2 4 2 4 4 3
23 2 3 3 3 3 4
24 3 3 2 4 1 3
25 2 2 3 4 4 2
26 3 3 4 3 3 4
27 3 2 2 2 3 3
28 4 3 3 2 4 3
29 3 3 3 3 1 4
30 2 2 2 4 2 4
31 2 3 4 3 4 4
32 4 3 3 4 1 4
33 2 4 2 3 2 3
34 2 4 3 3 4 4
35 3 3 2 4 2 3
36 2 4 3 3 4 2
37 2 3 4 3 1 4
38 3 4 2 3 3 3
80
39 2 4 3 4 4 2
40 4 3 4 2 1 4
41 2 4 2 3 1 3
42 4 3 3 4 4 2
43 2 2 4 3 2 4
44 3 2 2 4 1 2
45 2 3 3 3 1 3
46 3 3 3 2 3 4
47 2 2 2 4 2 3
48 3 3 4 3 1 3
49 2 4 2 4 3 2
50 3 3 3 2 1 2
Jumlah 127 149 136 151 132 161 Total 856 O&T 1612
Bobot 0,079 0,092 0,084 0,094 0,082 0,100
0,531
RATING Peluang
Sampel Parameter
1 2 3 4 5 6
1 3 3 4 4 1 4
2 3 3 4 4 3 4
3 2 3 4 4 1 4
4 3 3 4 4 2 4
5 2 3 4 4 1 4
6 3 3 2 4 3 4
7 2 2 4 2 1 4
8 2 2 4 4 1 4
9 2 2 3 2 2 3
10 3 4 4 1 3 3
11 3 3 2 3 3 3
12 2 2 2 2 2 4
13 3 2 3 2 3 3
14 2 3 4 3 2 3
15 3 3 3 2 2 2
16 2 2 2 3 3 2
17 3 4 3 3 3 2
18 3 2 3 2 2 3
19 3 3 3 2 3 2
20 2 3 4 3 2 2
21 2 2 2 2 3 3
22 2 2 3 3 2 3
81
23 3 2 3 2 3 2
24 3 3 2 3 3 2
25 3 3 4 3 3 2
26 2 3 3 2 1 3
27 2 2 3 2 2 3
28 2 4 3 3 2 2
29 3 3 2 3 2 3
30 3 3 2 2 3 3
31 2 2 4 3 3 2
32 2 3 2 3 3 2
33 3 3 4 2 3 3
34 2 3 3 3 2 2
35 3 3 3 3 2 2
36 2 2 3 2 3 2
37 3 2 2 3 3 2
38 2 2 2 2 2 2
39 3 3 3 3 2 2
40 2 3 3 3 3 2
41 3 2 3 3 3 3
42 3 4 2 2 3 3
43 3 2 2 2 2 2
44 3 3 3 3 2 2
45 2 2 2 2 3 3
46 2 3 4 3 3 2
47 2 2 2 3 2 3
48 2 2 3 2 2 2
49 2 2 3 2 2 2
50 2 3 2 2 4 3
Jumlah 124 133 148 134 119 136 Total 794
Rating 2,48 2,66 2,96 2,68 2,38 2,72
15,88
Bobot 0,079 0,092 0,084 0,094 0,082 0,100
Rating 2 3 3 3 2 3
Skor 0,195 0,246 0,250 0,251 0,195 0,272 Total 1,409
D. Variabel ancaman
82
Bobot Ancaman
Sampel
Parameter
1 2 3 4 5 6 1 3 1 4 4 4 1
2 2 3 2 4 4 1
3 2 1 2 3 4 1
4 2 1 2 3 3 3
5 3 1 4 4 4 1
6 2 3 2 4 4 1
7 2 1 2 3 4 1
8 2 1 2 3 3 3
9 3 1 4 4 4 1
10 2 3 2 4 4 1
11 2 1 2 3 4 1
12 2 1 2 3 3 3
13 3 1 4 4 4 1
14 2 3 2 4 4 1
15 2 1 2 3 4 1
16 2 1 2 3 3 3
17 2 1 2 3 4 1
18 2 1 2 3 3 3
19 3 1 4 4 4 1
20 2 3 2 4 4 1
21 2 1 2 3 4 1
22 2 1 2 3 3 3
23 3 1 4 4 4 1
24 2 3 2 4 4 1
25 2 1 2 3 4 1
26 2 1 2 3 3 3
27 3 1 4 4 4 1
28 2 3 2 4 4 1
29 2 1 2 3 4 1
30 2 1 2 3 3 3
31 3 1 4 4 4 1
32 2 3 2 4 4 1
33 2 1 2 3 4 1
34 2 1 2 3 3 3
35 3 1 4 4 4 1
36 2 3 2 4 4 1
37 3 1 4 4 4 1
38 2 3 2 4 4 1
39 3 1 4 4 4 1
40 2 3 2 4 4 1
83
41 2 1 2 3 4 1
42 3 1 4 4 4 1
43 3 1 4 4 4 1
44 2 3 2 4 4 1
45 2 1 2 3 4 1
46 2 1 2 3 3 3
47 3 1 4 4 4 1
48 2 3 2 4 4 1
49 2 1 2 3 4 1
50 2 1 2 3 3 3
Jumlah 114 76 128 177 189 72 Total 756 O&T 1612
Bobot 0,071 0,047 0,079 0,110 0,117 0,045
0,469
Rating Ancaman
Sampel Parameter
1 2 3 4 5 6 1 2 2 3 3 2 1
2 2 4 1 1 4 1
3 2 4 2 1 3 1
4 2 4 4 1 3 1
5 3 3 3 3 3 1
6 2 4 4 2 3 1
7 3 2 1 2 4 1
8 2 2 2 3 3 2
9 1 2 3 3 2 1
10 2 2 1 2 2 2
11 2 1 2 2 3 2
12 2 2 2 3 3 2
13 3 1 1 3 3 1
14 2 2 1 2 2 1
15 4 1 2 2 3 1
16 2 2 2 3 1 1
17 1 1 2 2 2 1
18 3 2 2 3 3 1
19 2 1 1 2 4 1
20 3 2 1 3 3 2
21 1 2 2 3 2 1
22 2 2 1 3 1 1
23 3 1 2 2 2 2
24 2 2 1 2 3 1
25 2 1 3 2 2 2
26 3 2 2 2 2 2
84
27 2 2 3 3 1 1
28 2 1 2 3 3 2
29 3 2 1 2 2 1
30 2 1 2 2 1 2
31 3 2 2 2 3 1
32 3 2 3 3 2 1
33 2 1 2 2 1 2
34 3 1 1 3 3 1
35 2 2 1 3 3 2
36 3 2 2 2 2 1
37 2 3 1 3 1 2
38 3 2 2 2 3 1
39 2 3 1 3 3 2
40 3 2 2 2 3 1
41 2 3 3 3 2 1
42 3 2 2 3 2 1
43 2 2 1 2 2 1
44 1 3 2 2 1 2
45 3 2 1 2 1 1
46 2 2 3 3 1 1
47 2 2 3 2 1 2
48 3 1 1 3 2 1
49 3 1 3 2 1 1
50 2 2 2 3 2 1
Jumlah 116 100 97 120 114 66 Total 613
Rating 2,32 2,00 1,94 2,40 2,28 1,32
12,26
Bobot 0,071 0,047 0,079 0,110 0,117 0,045
Rating 2 2 2 2 2 1
Skor 0,164 0,094 0,154 0,264 0,267 0,059 Total 1,002
Kriteria Rating
Kriteria Total bobot Rating
kurang layak Kurang berjalan 1 s/d 1,50 1
Cukup layak Cukup berjalan 1,51 s/d 2,50 2
Layak Berjalan 2,51 s/d 3,50 3
Sangat layak Sangat berjalan >3,50 4
67
STRENGTH (S)
1. Mempunyai break water alami (Pulau sempu).
2. Kedalaman kolam labuh yang memenuhi standar.
3. Kondisi perairan yang tenang.
4. Pembangunan dermaga bongkar yang baru.
5. Pengembangan fasilitas tambat labuh.
6. Kapal terlindung dari gelombang yang datang dari samudera Hindia.
OPPORTUNIES (O)
1. Dapat menambah Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
2. Adanya rencana program pembangunan
dan pengembangan Sendang Biru
sebagai sentra kegiatan perikanan
Kabupaten Malang.
3. Adanya rencana pengangkatan
syahbandar perikanan di Sendang Biru.
4. Dapat menyerap tenaga kerja.
5. Pelampung penambat dapat ditambah
untuk berlabuhnya kapal.
6. Rencana perbaikan dermaga angkut.
STRATEGI SO
1. Pembangunan dermaga bongkar yang baru harus segera diselesaikan,
sehingga penyerapan tenaga kerja dengan menambah jumlah kuli angkut
dan penggunaan gerobak dapat dilakukan.
2. Pengembangan fasilitas tambat labuh dilakukan dengan cara memperbaiki
dermaga angkut yang rusak dan penambahan penerangan pada dermaga
agar aktifitas tambat labuh pada malam hari dapat berjalan dengan lancar.
3. Penambahan pelampung penambat dilakukan agar kapal dapat berlabuh di
kolam labuh dengan teratur.
4. Pembangunan dan pengembangan fasilitas tambat labuh harus segera
diselesaikan sehingga dapat menarik nelayan dari daerah lain untuk
melelang hasil tangkapan di TPI Pondokdadap dan dapat menambah PAD.
Matriks Grand Strategi SO
Lam
pir
an
4
IFAS
EFAS
Lam
pir
an
4
85
86
Lampiran 5
Dokumentasi Penelitian
Sampah di kolam pelabuhan Bengkel kapal
Ponton yang rusak Ponton yang digunakan sudah berkarat
Kolam labuh Pembangunan dermaga bongkar
87
Kondisi bongkar ikan saat malam hari
Wawancara dengan pegawai pelabuhan
Wawancara dengan pemilik kapal
88
Kapal berlabuh dengan pelampung penambat
Kapal berlabuh di pinggir pantai
89
Lampiran 6
Perhitungan Dermaga dan kolam labuh
No. Jenis alat tangkap
Panjang Total (m)
Lebar (m) Dept (m) draft (m)
1 Payang 19 6 1,8 0,6
2 Sekoci (tonda)
13,45 3,5 1,4 0,5
3 Gill Net 5 1 1,2 0,5
4 Purse seine 15,5 3 1,3 0,9
Panjang dermaga bongkar
Panjang Dermaga (Lp) = n.L + ( n – 1 ) 0,2.L + 0,3.L
Dimana : n = jumlah kapal yang dapat merapat
L = Panjang kapal yang ditambat
0,2 L = ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke
kapal lain)
0,3 L = ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan
haluan kapal)
Lp = 4.19 + (4-1) 0,2.19 + 0,3.19
= 76 + (3) 3,81 + 5,7
= 76 + 11,4 + 5,7
= 93,1 m
Jadi panjang dermaga bongkar yang dibutuhkan yaitu 93,1 m
Luas kolam labuh
Luas kolam labuh L = ∑ (1,1.L) . (1,5.B)
Dimana ∑ = jumlah kapal yang berlabuh dalam 1 hari
L = Panjang kapal
B = lebar kapal
L = 97 (1,1.19) . (1,5.6)
= 18.245,7 m2
Jadi luas kolam labuh yang dibutuhkan yaitu 18.245,7 m2