LAP RESMI 2

28
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.................................................... ..................................................1 BAB 1 PENDAHULUAN............................................ .....................................2 1.1 LATAR BELAKANG............................................... ............................2 1.2................................................. T UJUAN............................................. .................................................. ..2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................ ..............................3 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN.............................................. ...................9 3.1 ALAT DAN BAHAN............................................... ...................................9 3.1.1 ALAT..............................................

Transcript of LAP RESMI 2

Page 1: LAP RESMI 2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................2

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................2

1.2 TUJUAN.................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN.................................................................9

3.1 ALAT DAN BAHAN..................................................................................9

3.1.1 ALAT..................................................................................................9

3.1.2 BAHAN...............................................................................................9

3.2 PROSEDUR PERCOBAAN........................................................................9

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................11

4.1 HASIL PEMBAHASAN...........................................................................11

4.2 PERHITUNGAN.......................................................................................11

4.3 PEMBAHASAN........................................................................................12

BAB 5 PENUTUP..................................................................................................16

5.1 KESIMPULAN..........................................................................................16

5.2 SARAN......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

1

Page 2: LAP RESMI 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam percobaan ini akan dilakukan beberapa percobaan yang

berkaitan erat dengan keterampilan dasar dalam bekrja di laboratorium

kimia. Hal-hal yang perlu diketahui dalam bekerja adalah terlebih dulu

harus mengenal beberapa alat yang diperlukan untuk membuat larutan,

diantaranya adalah gelas kimia, batang pengaduk, corong kaca, labu takar

dan neraca analitik.

Untuk menyatakan kepekatan dan konsentrasi suatu larutan dapat

dilakukan dengan berbagai cara bergantung pada tujuan

penggunaannya.Adapun sdatuan yang digunakan untuk menentukan

kepekatan larutan adalah molaritas, molalitas, persen berat, persen volume,

ppm dan sebagainya.

Larutan disusun oleh komponen yaitu zat terlarut dan pelarut.Pelarut

yang banyak digunakan adalah air. Peranan larutan dalam kehidupan sangat

menentukan. Zat makanan yang di serap manusia, hewan maupun tumbuhan

harus berbentuk larutan.Hampir semua reaksi kimia dilakukan dalam bentuk

larutan, agar reaksinya berlangsung cepat.Oleh karena itu pokok

pembahasan tentang larutan perlu dibahas dan diketahui lebih banyak lagi.

1.2 Tujuan

- Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan

konsentrasi tertentu.

- Mempelajari cara perhitungan molaritas, molalitas, persen berat, fraksi mol

serta pengenceran setelah larutan dibuat.

- Mengetahui konsep dasar pembuatan larutan.

2

Page 3: LAP RESMI 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

Larutan adalah suatu campuran myang terdiri atas zat cair sebagai

pelarutnya sedangkan zat terlarutnya dapat berupa zat padat atau zat cair.

Kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam larutan.Suatu larutan

terdiri dari pelarut (komponen utama) dan suatu zat terlarut (komponen

minor).Salah Satu faktor utama dalam pembentukan cair adalah soluasi,

antaraksi antara molekul pelarut dengan partikel zat terlarut untuk

membentuk agregat kecil.Air, suatu senyawa polar dengan ketetapan

dielektrik tinggi adalah pelarut yang sangat bagus untuk kebanyakan akan

zat ionic maupun kovalen polar (sejenis melarutkan sejenis).Serapan uap air

oleh jenis-jenis tertentu Kristal disebut bahan pengering (dessicant).Kristal

yang melepaskan air kristalnya ke udara memperagakan effioresensi

(pelapukan).

Banyak zat sebenarnya tak dapat larut dalam suatu pelarut tertentu

(cairan yang saling tak dapat larut dalam cairan lain) dikatakan tak dapat

campur (immiscible).Bergantung pada kuantitas relative zat terlarut yang

ada.Suatu larutandapat diperikan secara kualitatif sebagai encer atau

pekat.Kelarutan suatu zat yang melarut adalah kuantitas zat tersebut yang

menghasilkan suatu larutan jenuh sendiri adalah larutan dengan kadar

maksimum zat terlarut pada suhu tertentu dan keadaan seimbang.Kadar

tidak berubah walaupun lebih banyak zat terlarut yang ditambahkan.

3

Page 4: LAP RESMI 2

4

Suatu larutan tak jenuh mengandung zat terlarut yang kurang

dibandingkan dengan suatu larutan jenuh.Larutan tak jenuh adalah larutan

yang belum jenuh dengan zat terlarut sehingga masih dapat melarutkan zat

tersebut.Suatu larutan lewat jenuh mengandung zat terlarut lebih daripada

yang mungkin secara normal pada temperature tersebut ; akhirnya kuantitas

yang berlebih itu akan mengendap.

Suatu zat yang sedikit sekali larut dalam suatu pelarut, dapat sangat larut

dalam pelarut pertama.Inilah dasar untuk proses ekstraksi pelarut.

Tanggapan larutan jenuh apa saja terhadap perubahan temperature

selalu sesuai dengan azas le chatelier, yang menyatakan tiap system

kesetimbangan menanggapi suatu paksaan, agar dapat dikurangi secara

umum. Zat padat lebih banyak larut dengan naiknya temperature ( proses

larutan adalah endoterm ) ini dasar suatu pemurnian suatu zat padat dengan

pengkristalan ulang dari dalam larutan. Kebanyakan gas menjadi kurang

larut dengan naiknya temperatur. Sesuai dengan hukum henrg. Suatu gas

tertentu lebih banyak larut banyak dengan bertambahnya tekanan yang

dilakukan gas itu terhadap larutan.

Cara yang terbaik untuk mengungkapkan konsentrasi suatu larutan

bergantung pada sifat dasar larutan, cara dibuat dan dimaksud mengapa

konsentrasi itu haru diketahui. Cara yang paling sederhana ialah sebagai

persen bobot dan persen volume. Seringkali digunakan untuk mengetahui

fraksi mol dari pelarut dan zat terlarut ; fraksi mol dikali seratus adalah

persen mol. Tiga cara yang berguna untuk menyatakan konsentrasi adalah

molalitas ( m ), molaritas ( M ) dan normalitas ( N ). Yang masing masing

mempunyai penjelasan sebagai berikut :

a. Molalitas (m)

Adalah jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut dapat dinyatakan

dengan rumus :

Page 5: LAP RESMI 2

5

Gr zat terlarut

Molalitas = mol zat terlarut = Gr mol

Kg pelarut kg pelarut

b. Molaritas (M)

Adalah jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut dapat dinyatakan

dengan rumus :

Gr zat terlarut

Molalitas = mol zat terlarut = G/mol

L larutan C larutan

c. Normalitas (M)

Adalah banyak ekuivalen zat terlarut perliter larutan.Konsentrasi larutan

yang ditanyakan dalam normalitas digunakan dalam normalitas digunakan

dalam reaksi oksidasi – reduksi dan dalm reaksi asam – basa.

Normalitas seperti halnya dengan molaritas dan formalitas sistem

konsentrasi ini berdasarkan volume larutan, didefinisikan sebagai berikut :

Normalitas = jumlah ekivalen solute perliter larutan atau

ek

N = v

Page 6: LAP RESMI 2

6

Dengan ketentuan N adalah normalitas, ek jumlah ekivalen dan v volume

larutan dalam liter, karena

g

ek= Be

dengan ketentuan g adalah gram solut dan BE berat ekivalen, maka berarti

g

N= BexN

Persamaan ini dapat diselesaikan untuk gram solute, yang memberikan

G= N x V x BE

Dengan ketentuan n adalah jumlah mol ion hidrogen, electron atau kation

univalent yang tersedia / perreaksi dengan zat yang bereaksi.

2.2 Larutan standar

Larutan standar adalah larutan yang memiliki konsentrasi atau

kandungan yang pasti dan memerlukan persyaratan sebagai acuan atau

standar dalam analisis atau reaksi kimia.

Larutan standar terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Larutan standar primer adalah larutan baku yang diperoleh langsung dari

pembuatnya.

b. Larutan standar skunder adalah larutan yang dapat berfungsi sebagai larutan

baku setelah di lakukan pembekuan.

2.3 Sifat dasar Larutan

Page 7: LAP RESMI 2

Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunanya dapat berubah

ubah. Disebut homogennya karena susunnya begitu seragam sehingga tak

7

dapat diamati adanya bagian bagian yang berlainan, bahkan dengan

mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan

permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian - bagian atau fase- fase

yang terpisah.

Meskipun semua campuran fase gas bersifat homogeny dank arena itui

apat disebut larutan, molekul molekulnya begitu terpisah sehingga tidak

dapat saling menarik dengan efektif. Larutan fase padat sangat berguna dan

dikenal baik. Contoh antara lain ialah perunggu ( tembaga dan zink sebagai

penyusun utama ), emas perhiasan ( biasanya emas dan tembaga ), dan

ambalgam kedokteran gigi ( merkurium dan perak ).

Biasanya dengan larutan dimaksudakan fase cair. Lazimnya salah satu

komponen ( penyusun ) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum

campuran itu dibuat, campuran ini disebut medium pelarut atau pelarut (

solvent ) komponen lain, yan dapat berbentuk gas. Cairan atau pun at padat

dibayangkan sebagai terlarut ke dalam komponen pertama.

Zat yang terlarut disebut zat terlarut ( solute ) dalm hal – hal yang

meragukan, zat yang kuantitasnya lebih kecil disebut zat terlarut.

Seperti diduga, mungkin dijumpai kesulitan dalam menerapkan pedoman

ini. Manakah zat terlarut pada suatu campuran 50 : 50 dari etil alcohol dan

air ? atau suatu sirup yang terdiri dari 80 % gluklosa ( gula + pasir ) dan 20

% ? dalam hal pertama, baik alcohol dan air ? dalam hal pertama, baik

alcohol maupun air dapat disebut zat terlarut.

Dalam hal kedua, karena air tetap mempertahankan keadaan fisiknya dan

gula berubah keadaan fisiknya. Kebanyakan orang memilih menyebut air

sebagai pelarut.

2.4 Mengapa zat terlarut… ?

Page 8: LAP RESMI 2

Terdapat kecendrungan kuat bagi senyawa non polar untuk larut

kedalam pelarut non polar dan bagi senyawa kovalen polar atau senyawa ion

8

untuk larut kedalam pelarut polar. Dengan perkataan lain, sejenis

melarutkan sejenis.

Page 9: LAP RESMI 2

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Labu Takar 100 ml

- Batang Pengaduk

- Gelas kimia

- Neraca analitik

- Pipet

- Corong kaca

- Plastic almunium / Almunium foil

3.1.2 Bahan

- Aquadest

- Na OH 1 gr

- HCl(p) 2 ml

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Percobaan I

- Ditimbang dengan tepat 1 gr NaOH dengan menggunakan almunium foil.

- Di pindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas kimia yang bersih.

- Di tambahkan 20 ml aquadest dan diaduk hingga larut sempurna.

- Di pindahkan larutan kedalam labu takar 100 ml secara kuantitatif hingga

larutan didalam gelas kimia habis.

Page 10: LAP RESMI 2

9

10

- Dibilas gelas kimia, batang pengaduk, almunium foil dengan aquadest

dimana hasil bilasannya dimasukan kedalam labu takar 100 ml.

- Ditambah aquadest kedalam labu takar hingga batas di leher labu takar, dan

di tutup.

- Di bolak – balik hingga homogen

- Di diamkan dan di amati.

3.2.2 Percobaan II

- Di ambil 1 ml Hcl pekat dengan menggunakan pipet ukur.

- Di masukan kedalam labu takar 100 ml yang telah diisi aquadest 50 ml.

- Di biarkan hingga labu takar terasa dingin.

- Di tambahkan aqudest hingga tinggi permukaan 0,5 sampai 1cm.

- Di tambahkan lagi aquadest hingga batas di leher labu takar dan ditutup.

- Di kocok dan diletakkan di meja lalu di amati.

Page 11: LAP RESMI 2

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembahasan

No Nama larutan

1. Larutan NaOH

2. Larutan HcL

Konsentrasi

Molaritas 0,25 M

Persen(b/v) 1 %

Molalitas 0,25 M

Fraksi mol 4,48 x 10-3

Molaritas 0,1196 M

4.2 Perhitungan

4.2.1 Larutan NaoH

a.mol

m = n = gr/mr = 1/40 = 0,025 = 0,25 mol

L L 0,1 0,1

b.Molaritas

M = gr x 1000 = 1 x 1000 = 10 = 0.25 mol

MR V 40 100 40

c.Persen Volume

% Volume = 1 x 100 = 1%

Page 12: LAP RESMI 2

100

11

12

d.Fraksi mol

Xzat terlarut = n Zt

nzt + nzp

= 0.025

0,025 + 5,556

= 0,00448

4.2.2 Larutan Hcl (pekat)

m1. V1 = M2 . V2 mp = p x 10 x %

mp. 1 = m2 .100 mr

11,96 . 1 = m2 .100 = 1,18 x 10 x 37

m2 = 11,96 36,5

100 = n,96 m

= 0,1196

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pembuatan larutan dari bahan cair atau padat

a. Pembuatan Larutan dari bahan padat :

Ditimbang bahan yang akan dibuat larutan, kemudian

ditambahkan aquades secukupnya dalam beker gelas, dan

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, diencerkan hingga tanda

batas, kemudian homogenkan.

b. Pembuatan Larutan dari bahan cair :

Page 13: LAP RESMI 2

Diambil pipet ukur lalu diambil ± 1 ml bahan cair yang

akkan dijadikan larutan lalu dipindah secara perlahan-lahan ke dalam

13

labu takar 100 ml melalui dinding labu takar, kemudian diencerkan

hingga tanda batas. Lalu dihomogenkan.

4.3.2 Faktor – factor kesalahan dalam percobaan :

1. Apabila dalam pengambilan bahan untuk membuat larutan

kelebihan atau kekurangan dari hasil yang diinginkan, maka

akan mempengaruhi konsentrasi larutan yang kita inginkan.

2. Dalam melakukan percobaan, harus menggunakan

perlengkapan praktikum dengan baik dan benar, apabiula

tidak, akan membahayakan praktikan. Contoh : sarung

tangan, apabila dalam pengambilan bahan cair. Bisa saja

airan tersebut jatuh atau tumpah ketangan praktikan,

3. Kurang waspadanya praktikan pada peralatan laboraorium

yang mudah pecah, bias menyebabkan pecahnya peralatan-

pealatantersebut yang dapat merugikan pihak laboratorium

atau praktikkan.

4.3.3 Larutan jenuh dan larutan tak jenuh

a. larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat

terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga sudah tidak dapat

lagi melarutkan zat terlarut. Pada keadaan ini terjadi

kesetimbangan antara solute yang larut dan tak larut atau

kecepatan pelarut sama dengan kecepatan pengendapan.

b. Larutan tak jenuh adalah suatu larutan yang masih dapat

melarutkan zat terlarut dan mengandung jumlah solute lebih

sedikit dari pada larutan jenuh.

Page 14: LAP RESMI 2

4.3.4 Pembuatan Larutan dengan Normalitas

Larutan yang akan dibuat dengan/secara normalitas

dengan menyamakan jumlah atau menormalkan jumlah mol

14

zat terlarut pada tiap liter larutan tersebut sehingga terbentuk

larutan normalitas.

- Larutan standar primer yaitu larutan yang dibuat dengan

menggunakan konsentrasi yang diinginkan atau tertentu

tanpa adanya proses pengenceran. Misalnya kita membuat

larutan HCl 0,1 m sebanyak 100 ml.

- Larutan standar sekunder pada jenis larutan ini merupakan

larutan yang telahdibuat pada larutan standar primer dan

mendapat perlakuan tambahan yaitu proses pengenceran

dimana proses larutan ditambahkan lagi zat pelarutnya

(air). Sehingga dapat mengakibatkan proses larutan akan

berkurang.

Macam-macam satuan untuk menentukan kepekatan suatu larutan :

a. Molaritas, merupakan jumlah mol persatuan volum. Sehingga

molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut

perliter larutan.

M = mol zat terlaru M = gr x 1000

Liter larutan mr V

b. Molalitas, merupakan suatu larutan yang menyatakan at

terlarut dalam 1 kg (1000 gr) pelarut satuannya mol/kg

m = n M = 1000 x gr

p p mr

Page 15: LAP RESMI 2

c. Normalita, menyatakan banyak gram ekuivalen (ek) za

terlarut dalam tiap liter larutan.

BE = air atau Mr

Valensi Valensi

15

d. Persentase Volume (%V)

Menyatakan banyaknya volume zat terlarut dalam100 ml

larutan

%V = Volume zat terlarut x 100%

Volume zat campuran

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan/daya larut :

- perbedaan massa jenis zat

- perbedaann titik didih zat

- sifat kepolaran zat

Page 16: LAP RESMI 2

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Larutan adalah suatu campuran myang terdiri atas zat cair sebagai

pelarutnya sedangkan zat terlarutnya dapat berupa zat padat atau zat cair.

Kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam larutan.Suatu larutan

terdiri dari pelarut (komponen utama) dan suatu zat terlarut (komponen

minor).Salah Satu faktor utama dalam pembentukan cair adalah soluasi,

antaraksi antara molekul pelarut dengan partikel zat terlarut untuk

membentuk agregat kecil.Air, suatu senyawa polar dengan ketetapan

dielektrik tinggi adalah pelarut yang sangat bagus untuk kebanyakan akan

zat ionic maupun kovalen polar (sejenis melarutkan sejenis).

- Tiga cara yang berguna untuk menyatakan konsentrasi adalah molalitas ( m ),

molaritas ( M ) dan normalitas ( N ). Yang masing masing mempunyai

penjelasan sebagai berikut :

Gr zat terlarut

-Molalitas(m) = mol zat terlarut = Gr mol

Kg pelarut kg pelarut

Gr zat terlarut

-Molalitas = mol zat terlarut = G/mol

L larutan C larutan

-Normalitas = ek

N = v

(jumlah ekivalen solut perliter)

Page 17: LAP RESMI 2

16

17

Cara yang terbaik untuk mengungkap konsentrasi suatu larutan bergantung

pada sifat dasar larutan, cara dibuat dan maksud mengapa konsentrasi itu

harus diketahui.

Cara yang paling sederhana ialah sebagai persen bobot dan persen volume.

Seringkali digunakan untuk menentukan fraksi mol,dari pelarut dan zat

terlarut : fraksi mol kali seratus adalah persen mol.

5. 1 SARAN

- Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya yang akan dilakukan

digunakan bahan bahan yang lebih variatif lagi tetapi dalakm zat

yang sejenis, missal zat cair atau zat padat saja, agar kita dapat

membandingkan reaksi antara satu dengan yang lainnya.

- Sebaiknya pda saat penambahan aqauades kedalam labu takar agar

memperhatikan meniscus atas, meniscus bawah.

Page 18: LAP RESMI 2

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James, E. 1991. KIMIA UNIVERSITAS. Binarupa Aksara: Jakarta.

HAM, Mulyono. 2006 Pembuatan Reagen Kimia di Laboratorium. Bumi

Aksara: Jakarta.

HAM, Mulyono. 2006 Kamus Kimia. Bumi Aksara: Jakarta.

Keenam, dkk. 1989. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta

Pudjaatmaka,A dkk. 1993.glosariom kimia.Balai Pustaka : Jakarta

Mengetahui ; Samarinda, 30 Oktober 2009

Asisten, Praktikan,

Soraya Adlina Kelompok 6

NIM. 06550570221308

Page 19: LAP RESMI 2

18