Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

83
LAPORAN RESIDENSI MASALAH RAWAT INAP BAB III GAMBARAN UNIT RAWAT INAP RUANG MAWAR – RS. SUKMUL SISMA MEDIKA A. Gambaran Umum Rawat Inap Pelayanan rawat inap mempunyai kapasitas 86 tempat tidur terdiri dari 4 ruangan yaitu paviliun Mawar, Paviliun Anggrek, Arum Dalu, dan Paviliun Melati. Masing-masing Paviliun dipimpin oleh seorang kepala seksi. Untuk pelayanan bedah, kebidanan dan kandungan tersedia kamar operasi, kamar bersalin dan ruang perawatan bayi. Tabel 1 Jumlah Tempat Tidur ( TT ) Rawat Inap Berdasarkan Kelas Perawatan No Kelas Kamar Jumlah Tempat Tidur Proporsi 1 VIP 3 3 3.5% 2 Utama 6 6 7% 3 Eksekutif 4 8 9.3% 4 Kelas 1 5 10 11.6% 5 Kelas 2 6 16 18.6%

Transcript of Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Page 1: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

LAPORAN RESIDENSI MASALAH RAWAT INAP

BAB III

GAMBARAN UNIT RAWAT INAP

RUANG MAWAR – RS. SUKMUL SISMA MEDIKA

A. Gambaran Umum Rawat Inap

Pelayanan rawat inap mempunyai kapasitas 86 tempat tidur terdiri dari 4

ruangan yaitu paviliun Mawar, Paviliun Anggrek, Arum Dalu, dan Paviliun

Melati. Masing-masing Paviliun dipimpin oleh seorang kepala seksi. Untuk

pelayanan bedah, kebidanan dan kandungan tersedia kamar operasi, kamar

bersalin dan ruang perawatan bayi.

Tabel 1

Jumlah Tempat Tidur ( TT ) Rawat Inap

Berdasarkan Kelas Perawatan

No Kelas Kamar Jumlah Tempat

Tidur

Proporsi

1 VIP 3 3 3.5%

2 Utama 6 6 7%

3 Eksekutif 4 8 9.3%

4 Kelas 1 5 10 11.6%

5 Kelas 2 6 16 18.6%

6 Kelas 3 6 24 27.9%

7 Kelas 3b 2 4 4.7%

8 Kelas 3a 4 15 17.4%

Jumlah 36 86 100%

Berdasarkan pembagian kelas perawatan dari total kapasitas tempat tidur, kelas 3

merupakan proporsi terbesar ( 50% dari total kapasitas ).

Page 2: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

B. Misi dan Falsafah Pelayanan Keperawatan RS. Sukmul Sisma

Medika

Misi

1. Memberikan pelayanan keperawatan profesional yang holistik dan

berkualitas mengacu pada standar asuhan keperawatan dan standar prosedur

operasional keperawatan, kode etik profesi dan menghormati hak pasien.

2. Meningkatkan kualitas SDM Keperawatan melalui pelatihan dan pendidikan.

3. Memberikan pelayanan dan kepuasan p....

Falsafah Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

kepada klien yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal

dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama dan status sosial.

C. Tujuan Umum Pelayanan Keperawatan

Terwujudnya pelaksanaan pelayanan di RS. Sukmul Sisma Medika

berpenampilan, berprofesi dan beretik, serta memenuhi standar mutu .

D. Tujuan Pelayanan Keperawatan Instalasi Rawat Inap

1. Tujuan Umum

Terwujudnya pelaksanaan pelayanan keperawatan di RS. Sukmul Sisma

Medika berpenampilan, berprofesi dan beretik, serta memenuhi standart mutu

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien berdasarkan etika

keperawatan dengan menggunakan Standar Asuhan Keperawatan dan Standar

Prosedur Operasional sebagai pedoman pelaksanaan.

b. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara

komprehensif (Bio-Ps

c. Meningkatkan pengetahuan pasien

Page 3: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

E. Struktur Organisasi

1. Bidang Keperawatan

2. Instalasi Rawat Inap

F. Uraian Hasil Diagnosis Perilaku Organisasi Bidang Keperawatan.

1. Karakteristik Responden

DIREKTUR RS.SUKMUL SISMA MEDIKA

WAKIL DIREKTUR MEDISRS.SUKMUL SISMA MEDIKA

KEPALA RUANGAN RAWAT JALAN

KEPALA BAGIAN KEPERAWATANRS.SUKMUL SISMA MEDIKA

SUPERVISOR/ SUSTER KONTROL

KEPALA RUANGAN RAWAT INAP

SUPERVISOR/ SUSTER KONTROL

KEPALA RUANGAN PAV.

ANGGREK

KEPALA RUANGAN PAV.

ARUM DALU

KEPALA RUANGAN PAV. MAWAR

KEPALA RUANGAN PAV. MELATI

KEPALA BAGIAN KEPERAWATANRS.SUKMUL SISMA MEDIKA

Page 4: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Dari 30 kuesioner yang dibagikan, yang terisi dan dikembalikan hanya

sebanyak 23 responden. Sebanyak 86.96% responden berlatar belakang

pendidikan D3 Keperawatan, S1 Kep.4.35%, SPK 8.7%. Responden terbanyak

( 73.91% ) adalah Ketua Tim/ perawat pelaksana. 17.39% Kepala Ruangan, 8.7%

Supervisor. Sebanyak 65.2% responden sudah bekerja di RS. Sukmul Sisma

Medika selama lebih dari 3 tahun, 1 – 3 tahun 21.74%. Kelompok usia 31 – 40

tahun merupakan proporsi terbesar yaitu 43.48% dan usia 20 – 30 tahun 34.78%.

( Tabel distribusi karakteristik responden sebagai lampiran ).

2. Tabulasi Data Kuesioner

Pernyataan dan pilihan jawaban dari tiap dimensi menggunakan Metode

Likert. Adapun skala nilai dari tiap pernyataan yang diukur adalah sebagai

berikut:

1 = Sangat tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya

2 = Tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya

3 = Kurang sesuai dengan kenyataan yang sesuangguhnya

4 = Sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya

5 = Sangat sesuai dengan kenyataan yang sesuangguhnya

Terdapat 2 kelompok pernyataan yang akan diukur yaitu kelompok pernyataan

untuk kondisi saat ini dan harapan/ keinginan.

Dari pilihan skala nilai tersebut diatas, pilihan nilai yang sesuai adalah skala

nilai 4 dan 5, sedangkan skala nilai yang tidak sesuai adalah 1 sampai 3. Pilihan

jawaban dari tiap pernyataan dari tiap dimensi dikelompokkan atas jawaban yang

sesuai artinya jawaban yang diharapkan dan jawaban yang tidak sesuai artinya

jawaban yang tidak diharapkan. Hasil seluruh jawaban dari tiap pernyataan pada

masing-masing dimensi dihitung persentasenya dengan rumus:

Total nilai dari tiap skala nilai x 100%

Total responden x jumlah pernyataan

Page 5: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Selanjutnya untuk mendapatkan rata-rata hasil tiap dimensi menggunakan rumus

penjumlahan proporsi skala nilai 4 dan 5 untuk jawaban yang sesuai dan

penjumlahan proporsi skala nilai 1 sampai 3 untuk jawaban yang tidak sesuai.

( Notoatmodjo, 2010; 171 ).

Kategori penilaian ditentukan oleh jumlah skala nilai 4 dan 5 ( jawaban

yang sesuai/ diharapkan ) dari tiap dimensi. Untuk penilaian data maka ditentukan

kategori sebagai berikut:

Stamps Paula.L ( 1997 ). Nurses and Work Satisfaction: An Index for

Measurement. 2nd edition. Chicago: Health Administration Press.

3. Hasil Tabulasi Data Kuesioner

Dari penghitungan tiap pernyataan masing-masing dimensi diperoleh hasil

yaitu empat dimensi mendapat kategori cukup memadai, diantaranya dimensi

tujuan organisasi, struktur organisasi, mekanisme penunjang, dan kepemimpinan..

Kategori nilai baik pada dimensi tata hubungan antar manusia, sedangkan dimensi

sistem penghargaan dan konsekuensi termasuk kategori kurang memadai.

( Rincian hasil tabulasi sebagai lampiran ).

G. Gambaran Umum dan Lokasi Paviliun Mawar

Paviliun Mawar berada di lantai 1, berdekatan dengan bagian Medical

Check Up. Paviliun Mawar terdiri dari 26 tempat tidur, dengan rincian 15 tempat

tidur untuk kelas 3 ( 3 kamar ), 9 tempat tidur kelas 2 ( 3 kamar ), dan 2 tempat

tidur kelas 1. BOR rata-rata berkisar antara 70% - 80%.

H. Tujuan Khusus Rawat Inap Paviliun Mawar

Kategori Persentase rata-rata

Baik 69 % - 100%

Cukup memadai 35% - 68%

Kurang memadai 0 – 34%

Page 6: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

1. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien berdasarkan kode etik profesi

dengan menggunakan Standar Asuhan Keperawatan dan Standar Prosedur

Operasional sebagai pedoman pelaksanaan.

2. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara komprehensif (Bio-

Psiko-Sosial dan Spiritual).

3. Meningkatkan pengetahuan pasien melalui pendidikan kesehatan dalam

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.

4. Meningkatkan kualitas perawat rawat inap melalui pendidikan dan pelatihan

untuk meningkatkan mutu pelayanan

Tujuan khusus ini perlu pengembangan lebih lanjut sebagai rencana tindak lanjut

aplikasi dalam kegiatan kerja dan praktik nyata.

I. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Paviliun Mawar

1. Struktur Organisasi Paviliun Mawar – RS. Sukmul Sisma Medika

2. Uraian Tugas

Jabatan : Kepala Ruangan

1. Tugas pokok

Mengelola kegiatan pelayanan keperawatan meliputi fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi serta

mengendalikan kegiatan pelaksanaan asuhan keperawatan di masing- masing

paviliun yang berada di wilayah tanggung jawabnya

2. Uraian Tugas

a. Menyusun dan mengatur jadwal dinas sesuai kebutuhan dan ketentuan yang

berlaku di Rumah Sakit.

b. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan.

c. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan- bahan l

Page 7: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

d. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi

e. Melaksanakan pengawasan terhadap peserta didik untuk memperoleh penga

f. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan k

Jabatan : Ketua Tim

1. Tugas pokok

Membantu kepala ruangan dalam melaksanakan pelayanan keperawatan sesuai

dengan peran dan fungsinya, serta melaksanakan asuhan keperawatan pasien di

ruang rawat, agar pelayanan berjalan dengan baik dan lancar.

2. Uraian Tugas

a.Mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien

b. Mencatan hal- hal yang terjadi pada pasien terutama yang tidak diinginkan

c.Melakukan revisi keperawatan apabila diperlukan

d. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan serta kesulitan ya

e.Memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan.

f. Memberi pengarahan serta membahas masalah & Menjaga komunikasi yang

Jabatan : Pelaksana

1. Tugas pokok

Melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan diruang yang berada diwilayah

tanggung jawabnya sore, malam dan hari libur

2. Uraian Tugas

a. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan Asuhan Keperawatan

b. Bertanggung jawab pengobatan pasien, antara lain :

1) Memberikan suntikan sesuai prosedur dan instruksi dokter

Dalam mengoplos suntikan harus didepan pasien dan pasien tanda tangan

di formulir obat yang sudah disediakan.

2) Menyiapkan dan membagi obat kepada pasien serta bertanggung jawab

sampai pengisian status.

Page 8: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

3) Mengganti balutan.

c. Bertanggung jawab atas sterilisasi alat- alat

d. Monitoring infus

Lakukan balance cairan , dalam penggantian cairan infus harus ditulis flabot

ke berapa, jam penggantian dan jumlah tetesan.

e. Inventarisasi alat- alat

f. Pengantaran resep- resep kebagian IF dan pengambilan obat/ resep

g. Memandikan pasien

h. Menyiapkan keperluan pasien akan pulang, antara lain :

1) Membuat rekomendasi untuk ke F.O

2) Menyiapkan obat- obat untuk dibawa pulang.

Tulis jumlah dan jenis obat yang dibawa pulang ke dalam status.

Dapat disimpulkan bahwa uraian tugas sudah tersedia,namun perlu

pengembangan dan tindak lanjut dalam aplikasi dan praktik nyata. Ada

ketidakkonsistenan uraian tugas dengan pelaksanaan dilapangan dan uraian

tugas ini belum sesuai dengan standar tugas pokok manager lini berdasarkan

referensi ” Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit ”, Departemen

Kesehatan, tahun 2002.

J. Sumber Daya Manusia

Paviliun Mawar dibawah tanggung jawab seorang Kepala Ruangan dengan

latar belakang pendidikan D3 Keperawatan dan SK pengangkatan sejak 2004.

Jumlah staf sebanyak 12 orang perawat yang seluruhnya memiliki latar belakang

pendidikan D3 Keperawatan, memiliki pengalaman > 5 tahun sebanyak 4 orang

( 33.3% ), < 3 tahun 2 orang ( 16.7% ), dan < 1 tahun 6 orang ( 50% ). Selain

perawat terdapat tenaga penunjang lain yaitu Pembantu orang sakit ( POS ) 1

orang untuk shift pagi dan sore, tenaga ini bertanggung jawab untuk kebersihan

ruangan dan penanganan laundry baik yang kotor maupun bersih.

K. Sistem Penugasan Asuhan Keperawatan

Page 9: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Keperawatan maupun

dengan Kepala Ruangan dan dokumen bagan struktur dari ruang Mawar, sistem

penugasan asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Mawar adalah metode

Tim Keperawatan. Namun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan metode yang

digunakan adalah kombinasi antara metode tim keperawatan dan metode

fungsional.

L. ALUR PELAYANAN RUANG MAWAR

Untuk memperlancar pelayanan kesehatan di rawat inap RS. Sukmul

Sisma Medika dibuat suatu sistem atau alur pelayanan pasien rawat inap. Pasien

masuk rawat inap ke Ruang Mawar melalui rawat jalan dan UGD, mendaftar ke

loket pendaftaran rawat inap, kemudian pasien diantar oleh petugas ke ruang

Mawar. Setelah pasien tiba di ruang Mawar, perawat akan memberitahukan kepada

dokter yang merawat/ dokter jaga. Selanjutnya dokter akan melakukan

pemeriksaan pasien dan pemberian resep untuk pengobatan. Bila diperlukan

pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium atau radiologi, dokter akan membuat

surat permintaan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan penunjang tersebut digunakan

untuk mendiagnosa penyakit.

Page 10: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Berikut ini bagan alur pasien masuk rawat inap di Ruang Mawar.

Pasi

Selama dalam perawatan pasien dapat dirawat oleh 1 orang dokter spesialis atau

bila dibutuhkan dokter penanggung jawab akan melakukan konsultasi dengan

dokter spesialis lainnya sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika pasien sudah

Pasien datang

Rawat Jalan

UGD

Loket Pendaftaran Rawat Inap

Pasien tiba di ruangan

Pemeriksaan dan pengobatan oleh

dokter

Selesai

Page 11: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

memenuhi dengan kriteria pasien pulang secara medis, dokter akan

mempersiapkan pasien untuk pulang, misalnya resep obat untuk di rumah dan

rencana kontrol setelah pulang rawat. Pada hari pasien diperbolehkan pulang,

perawat akan mempersiapkan semua administrasi dan memberitahukan ke bagian

administrasi pasien pulang, selanjutnya penyelesaian administrasi dilakukan di

loket pasien pulang rawat inap.

Berikut ini bagan alur persiapan pasien pulang rawat inap dari Ruang Mawar

M. Pencapaian Kinerja Pelayanan Paviliun Mawar

Dengan kapasitas 26 tempat tidur, tingkat hunian ( BOR ) berkisar 70% -

80%.

BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH

A. Kerangka Teori

Keperawatan merupakan suatu seni yang berorientasi kepada manusia,

perasaan untuk menghargai sesama individu dan suatu naluri kesusilaan serta

tindakan apa yang harus dikerjakan. ( Myrtle Aydelotte,1992, dalam

Sumijatun,2010 ). Profesi Keperawatan merupakan salah satu profesi luhur bidang

kesehatan. ( Aditama,T.Y., 2002). Sesuai WHO Expert Commitee on Nursing

tahun 1982 pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni

melayani/ merawat ( care ), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan,

filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi, dan ilmu sosial. Dipertegas lagi

dalam WHO Expert Commitee on Nursing Practice ( 1996 ), menyatakan bahwa

keperawatan adalah ilmu dan seni sekaligus. Menurut ICN ( 2003 ), setiap negara

mengakui bahwa perawat merupakan anggota kunci dari pelayanan kesehatan,

memiliki peran dan status, dipersiapkan pendidikannya, profesional, memiliki

status legal dan diatur, mereka bekerja pada semua kondisi yang tidak stabil sesuai

dengan adanya perubahan yang terjadi sangat cepat di dunia.

Sementara itu, Gillies dalam buku Nursing Management a System

Approach (1989 ) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah

Page 12: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman bagi pasien,

keluarga, dan masyarakat. Pelayanan keperawatan menurut Kementerian

Kesehatan R.I., 2001, adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,

ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat

yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan

berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kemampuan

melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Pelayanan keperawatan

di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan

kesehatan secara menyeluruh, bahkan sebagai salah satu faktor penentu bagi mutu

pelayanan dan citra rumah sakit di mata masyarakat.

Bangsal atau ruang pasien adalah bagian penting yang tidak terpisahkan

dari suatu tatanan rumah sakit. Dapat dikatakan, bangsal sebagai ujung tombak

pelayanan kesehatan rumah sakit dan ikut menentukan baik buruknya rumah sakit

atau mutu layanan yang diberikan kepada konsumen rumah sakit.

( Kuntoro,Agus.2010 ). Di bangsal ini bergabung perawat pelaksana asuhan

keperawatan yang memonopoli waktu pasien secara terus menerus selama 24 jam.

Untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di tingkat ruangan rawat/

bangsal, maka dibutuhkan adanya seorang manajer keperawatan tingkat lini yang

secara profesional bertanggung jawab untuk menjamin terlaksananya manajamen

pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.(Dep.Kes.R.I, 2002). Sebagai

Manajer keperawatan tingkat lini sangat besar perannya dalam mendukung

suksesnya pelayanan keperawatan di rumah sakit, bertanggung jawab dalam

mengelola staf keperawatan dan asuhan keperawatan (Ganong, 1980). Dalam

melaksanakan tugasnya, seorang Manajer Keprawatan tingkat lini harus di bekali

dengan 3 jenis keterampilan yaitu : Human skill, Conseptual skill dan Tehnical

skill. Peran manajemen keperawatan dalam mengelola sumber daya keperawatan

dan sumber daya lainnya sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan

Page 13: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

keperawatan. Manajer keperawatan secara terus menerus, dihadapkan dengan

proses pengambilan keputusan sangat menentukan kualitas keputusan yang

diambilnya. Dalam hal ini kepala ruangan sebagai manajer lini yang berada

langsung dalam pengelolaan pemberian asuhan keperawatan sangat menentukan

mutu pelayanan keperawatan.

Berdasarkan standar tenaga keperawatan di rumah sakit yang ditetapkan

oleh Direktorat Pelayanan Keperawatan, Departemen Kesehatan R.I tahun 2002,

standar tugas pokok manajer keperawatan tingkat lini adalah sebagai berikut:

Kriteria struktur:

a. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pelayanan keperawatan

b. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan

c. Adanya tujuan pelayanan keperawatan di unit kerjanaya mengacu kepada visi,

misi, falsafah dan tujuan pelayanan di rumah sakit

d. Adanya buku kode etik perawat dan bidan serta pedoman pembinaan etik

e. Adanya program pembinaan etik perawat dan bidan

f. Adanya perawat dan bidan yang menduduki jabatan manajer tingkat bawah

Kriteria proses:

a. Menyusun rencana kerja kegiatan tahunan

b. Menyusun rencana kebutuhan sumber daya ( tenaga, fasilitas, alat, dan dana )

keperawatan.

c. Menyusun jadwal dinas

d. Menyusun jadwal cuti

e. Menyusun rencana pengembangan staf

f. Menyusun rencana kegiatan pengendalian mutu

g. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan protap/ SOP

pelayanan keperawatan

h. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan kegiatan keperawatan dengan unit

terkait

i. Melaksanakan program orientasi bagi perawat baru dan/ atau peserta didik/

peserta pelatihan

Page 14: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

j. Melaksanakan program bimbingan bagi peserta didik dan/ atau peserta

pelatihan

k. Melaksanakan penilaian kinerja dan mutu pelayanan

Kriteria hasil:

a. Adanya dokumen rancana kegiatan tahunan

b. Adanya dokumen rencana kebutuhan sumber daya

c. Adanya dokumena jadwal dinas dan cuti

d. Adanya dokumen rapat koordinasi

e. Adanya dokumen usulan kebutuhan dan pengembangan staf

f. Adanya dokumen penilaian kinerja dan pengendalian mutu

g. Adanya dokumen asuhan keperawatan yang menyatu pada dokumen rekam

medik

h. Adanya tenaga keperawatan yang menduduki jabatan manajer tingkat bawah

i. Adanya dokumen sistem penugasan setiap unit kerja

j. Adanya dokumen laporan kondisi pasien setiap shift

Setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek pelayanan, baik yang bersifat

fisik maupun non fisik agar efektivitas pelayanan kesehatan dapat terwujud.

Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Sondang P. Siagian (2001) memberikan definisi efektivitas adalah

pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Siagian

juga mengungkapkan bahwa efektivitas dapat diukur dari berbagai hal, yaitu:

kejelasan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan strategi pencapaian tujuan, proses

analisa dan perumusan kebijakan yang mantap, perencanaan yang matang,

penyusunan program yang tepat, tersedianya sarana dan prasarana kerja,

pelaksanaan yang efektif dan efisien, sistem pengawasan dan pengendalian yang

mendidik. Komaruddin (2000) mendefinisikan efektivitas adalah suatu keadaan

Page 15: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

yang menunjukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Arens dan Loebecke

(1999) efektivitas adalah derajat dimana tujuan organisasi telah dicapai.

Efektivitas dapat juga didefinisikan sebagai tingkat ketepatan dalam memilih atau

menggunakan suatu metode untuk melakukan sesuatu ( efektif = do right things ).

( Triton, 2010 ). Efektivitas dalam literatur bisnis didefinisikan sebagai

keberhasilan atau kelangsungan keuangan dan organisasi. (Price & Mueller,1986).

Dalam keperawatan, definisi efektivitas terutama berkaitan dengan

kualitas hasil yang dicapai. (Barnum & Mallard, 1989). Efektifitas dideskripsikan

sebagai derajat dimana pelayanan keperawatan disediakan dengan cara yang tepat

untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan klien. (JCAHO,1993b). Manajemen

keperawatan semula ditekankan pada sentralisasi kewenangan dan tanggung

jawab, kini melalui desentralisasi melalui pendelegasian wewenang dan tanggung

jawab dengan memfokuskan kegiatan koordinasi, integrasi, dan kegiatan

penunjang. (Kuntoro,Agus.2010). Prof. Dr. Azrul Azwar, dr, MPH

mengemukakan dalam seminar Peran Kepemimpinan Keperawatan Masa Kini:

From Manager to Leader (1 Mei 2010) bahwa untuk tercapainya tujuan

organisasi secara efektif dan efisien diperlukan kinerja kepemimpinan yang baik

(leadership behavior).  Untuk dapat berperilaku kepemimpinan yang sesuai

seorang pemimpin harus memahami perilaku diri sendiri serta perilaku orang lain.

Perilaku inisiasi dan konsiderasi hanya akan terwujud jika ada keterbukaan antara

pihak - pihak yang terlibat dalam kepemimpinan. Sedangkan Prof. Diane Brown

seorang ahli dalam bidang keperawatan mengemukakan bahwa paradigma baru

dalam Kepemimpinan Keperawatan meliputi: Empowerment of all workers,

Multidisciplinary team work, truly patient-centred care, continuous quality

improvement, open disclosure & discussion about errors, appointment by merit,

nurses have an equal place at the table, Nurse leaders on the Hospital Executive.

( Disampaikan pada seminar Peran Kepemimpinan Keperawatan Masa Kini:

From Manager to Leader, 1 Mei 2010 ).

Empowerment/ pemberdayaan staf merupakan ciri dari kepemimpinan

transformasional (Marquis,B.L dan Huston,C.J. 2000). Marquis,B.L dan

Page 16: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Huston,C.J. juga mengatakan pemberdayaan merupakan suatu proses interaktif

yang membangun dan meningkatkan kekuatan melalui kerjasama, saling berbagi,

dan bekerja sama. Strader dan Decker (1995) mendefinisikan pemberdayaan

sebagai suatu proses dimana seorang manajer atau pemimpin membagi

kekuasaannya dengan orang lain. Pemberdayaan menanamkan benih

kepemimpinan, kesejawatan, harga diri, dan profesionalisme staf. Selain itu,

pemberdayaan staf akan membebaskan staf dari pemikiran mekanis dan

mendorong kearah berpikir kritis, pemecahan masalah, dan penerapan ilmu

pengetahuan dalam melaksanakan praktiknya. ( Baker & Young, 1994).

Pemberdayaan staf menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang berbicara

tentang nilai-nilai dan memfasilitasi pilihan staf untuk diaplikasikan dalam

tindakan dan perilaku diri sendiri yang menghasilkan kontribusi positif terhadap

misi organisasi. ( Cassidy & Koroll,1994;Rodwell,1996).

B. Metode Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan proses penyederhanaan masalah yang

rumit dan kompleks, dirumuskan menjadi masalah yang dapat diteliti dan dicari

alternatif pemecahan masalahnya. Identifikasi masalah dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif yaitu melalui :

1. Wawancara dengan Direktur dan Wakil Direktur Pelayanan Medis RS.

Sukmul Sisma Medika, Kepala Bagian Keperawatan, Kepala Ruangan

Paviliun Mawar, dan perawat pelaksana.

2. Distribusi kuesioner untuk diagnosa organisasi rumah sakit dan diagnosa

organisasi bidang keperawatan.

3. Observasi nonpartisipatif yaitu melalui pengamatan langsung terhadap

aktifitas yang ada di Bagian Rawat Inap khususnya paviliun Mawar .

4. Data sekunder dengan menggunakan data dari Bagian Rekam Medis, Bagian

SDM, Bidang Keperawatan, dan Paviliun Mawar.

C. Analisis Diagnosa Organisasi Rumah Sakit Hubungannya Dengan

Analisis Diagnosa Organisasi Bagian Keperawatan.

Page 17: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Berdasarkan hasil tabulasi data diagnosa organisasi tingkat rumah sakit

terhadap 6 dimensi organisasi yaitu dimensi visi, misi, dan tujuan organisasi,

struktur organisasi, mekanisme penunjang, sistem ganjaran/ penghargaan, tata

hubungan antar manusia, dan kepemimpinan kemudian dihubungkan dengan hasil

tabulasi diagnosa organisasi di tingkat bidang keperawatan dapat diuraikan

sebagai berikut:

Page 18: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Tabel 2

ANALISA DATA HASIL DIAGNOSA ORGANISASI RUMAH SAKIT

HUBUNGANNYA DENGAN DIAGNOSA ORGANISASI BIDANG KEPERAWATAN

No. Dimensi Perilaku

Organisasi

Tingkat Rumah Sakit Tingkat Bidang Keperawatan

AnalisisJawaban yang

sesuai

Kategori

Hasil

Jawaban

yang sesuai

Kategori

Hasil

1. Tujuan Organisasi 10.37% Kurang

memadai

45.90% Cukup memadai Data menggambarkan bahwa di tingkat bidang

keperawatan pemahaman staf keperawatan

terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi bidang

keperawatan cukup memadai bila dibandingkan

dengan tingkat rumah sakit. Namun demikian

hanya 8.7% staf mengatakan terlibat dalam

penyusunan visi, misi, dan falsafah pelayanan

keperawatan dan 30.43% memahami program dan

rencana kegiatan bidang keperawatan dan RS.

2. Struktur organisasi 17.50% Kurang

memadai

47.28% Cukup memadai Dimensi yang berkaitan dengan struktur

organisasi di bidang keperawatan termasuk

kategori cukup memadai, sedangkan di tingkat

responden RS termasuk kurang memadai. Ini

mengindikasikan bahwa di bidang keperawatan

Page 19: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

pengorganisasian sudah cukup sesuai dengan

fungsi manajemen keperawatan. Namun

demikian, 52.17% responden mengatakan

penempatan staf belum sesuai kompetensi/

kemampuannya, 56.54% mengatakan uraian tugas

belum tersedia di unit kerja, 69.57% mengatakan

uraian tugas tidak disusun bersama pimpinan

keperawatan dan staf, 56.54% mengatakan uraian

tugas belum dipahami dengan demikian belum

bekerja sesuai dengan uraian tugasnya.

3. Mekanisme

penunjang

9.78% Kurang

memadai

46.38% Cukup memadai Data menggambarkan perbedaan yang signifikan

pada dimensi mekanisme penunjang. Di bidang

keperawatan dimensi termasuk kategori cukup

memadai, sedangkan di tingkat responden RS

termasuk kurang memadai. Namun, 56.52%

responden mengatakan staf belum semuanya

memiliki inisiatif dan kreativitas, 56.52%

informasi yang menunjang pelaksanaan kerja

belum mudah diperoleh, 69.57% mengatakan

mekanisme kerja belum tersusun dengan baik,

78.53% mengatakan protap/ SOP belum tersedia

Page 20: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

untuk berbagai jenis, 73.91% mengatakan protap/

SOP tidak disusun bersama pimpinan

keperawatan dan staf, dan 69.57% mengatakan

peralatan kerja belum cukup tersedia.

4. Sistem Penghargaan

dan konsekuensi

10% Kurang

memadai

34.06% Kurang memadai Data menggambarkan bahwa dari pernyataan

responden baik pada bidang keperawatan maupun

responden tingkat RS sama yaitu termasuk

kategori kurang memadai. 52.17% mengatakan

kesempatan pengembangan diri dan karir belum

terbuka bagi seluruh staf, 8.70% mengatakan

keseimbangan antara beban kerja dan penghasilan

cukup baik, 82.61% mengatakan penghargaan

terhadap prestasi kerja belum dijalankan secara

konsisten dan objektif, 69.57% mengatakan

sangsi terhadap pelanggaran disiplin belum

dijalankan dengan konsekuen.

Untuk dimensi system penghargaan dan

konsekuensi seyogyannya diperlukan

pembenahan internal. Disamping itu, minimal

perlu mempertimbangkan program

pengembangan staf sebagai bagian dari reward

Page 21: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

non material.

5. Tata hubungan antar

manusia

44.44% Cukup

memadai

77.54% Baik Data untuk dimensi tata hubungan antar manusia

ini menunjukkan kategori yang cukup baik.

6. Kepemimpinan 71.11% Baik 68.84% Cukup memadai Untuk dimensi kepemimpinan di tingkat RS,

masuk kategori baik dan di tingkat bidang

keperawatan kategori cukup memadai. Namun

demikian berdasarkan hasil observasi, masih perlu

peningkatan monitoring dan evaluasi secara

berkala termasuk pelaporan dan pengawasan dari

Manajer tingkat madya dan tingkat bawah.

Rata-rata 25.47% Kurang

memadai

53.33% Cukup memadai

Secara umum dari hasil rata-rata ke-enam dimensi

perilaku organisasi di tingkat RS masuk kategori

kurang memadai, sedangkan di tingkat bidang

keperawatan termasuk cukup memadai, namun

perlu peningkatan berbagai kebijakan dan

prosedur, serta peningkatan peran dan fungsi

manajer tingkat madya dan lini.

Page 22: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

D. Analisa Hasil Observasi Nonpartisifatif/ Pengamatan langsung dan

wawancara

Observasi atau pengamatan adalah cara menghimpun bahan - bahan

keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena - fenomena yang dijadikan obyek

pengamatan.

Pengamatan adalah proses di mana peneliti atau pengamat melihat situasi

penelitian. Metode ini sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang meliputi

pengamatan kondisi/ interaksi belajar-mengajar, tingkah laku, dan interaksi

kelompok. Pengamatan juga sebagai metode pengumpulan data yang banyak

digunakan untuk mengamati tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu

kegiatan yang dapat diamati. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observer tidak

mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator

berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama menjalankan proses

residensi di RS. Sukmul Sisma Medika, khususnya di Paviliun Mawar, ditemukan

beberapa hal yang dapat dijadikan peluang untuk peningkatan dimasa mendatang,

diantaranya:

1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab perawat manajer belum optimal

2. Pemberdayaan perawat staf dalam pelaksanaan program – program di

pelayanan keperawatan belum dioptimalkan

3. Kompetensi staf perawat dan perawat manajer belum maksimal

4. Wadah komunikasi antar perawat dan Kepala Ruangan belum dioptimalkan

5. Model sistem penugasan asuhan keperawatan belum mencerminkan praktik

keperawatan yang komprehensif.

6. Standar praktik keperawatan belum dijalankan sesuai ketentuan

E. Analisis Sistem

Sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling

berhubungan satu sama lain dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju suatu

kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit

Page 23: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

macet/ terganggu, unit lainnya pun akan terganggu untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan tersebut ( Gaol,J.L. 2008 ).

Organisasi/ perusahaan adalah tempat sumber daya manusia bekerja sama

dan berinteraksi untuk merealisasikan formulasi tujuan yang telah ditetapkan.

Oleh akrena itu sebuah system dengan sendirinya sangat rumit. Dipihak lain,

sistem membantu masalah yang esensial dan rumit sehingga nantinya dapat

bekerja di dalam lingkungan tempat dioperasikannya. Tiap system memiliki

masukan ( input ) maupun keluaran ( output ) dan dapat dipandang sebagai suatu

unit yang bekerja dengan sendirinya. Yang penting diperhatikan bahwa sistem

organisasi dalam versi apapun merupakan suatu bagian dalam sistem yang lebih

besar.

Pendekatan sistem merupakan salah satu cara yang dapat dipakai untuk

memecahkan masalah, berikut ini akan diuraikan analisis sistem di unit rawat

inap, khususnya Paviliun Mawar, dengan menggunakan pendekatan model SMF

( Struktur, Metode, dan Fungsi ), dengan pendekatan ini diharapkan dapat melihat

secara rinci aspek – aspek apa saja yang terkait dan perlu dibenahi untuk

mencapai tujuan organisasi. ( Kodyat, A.G, 2004; 4 – 13 ).

Skema 1. analisa sistem pada halaman berikut:

Page 24: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )
Page 25: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Berdasarkan hasil analisa sistem model SMF, manajemen pelayanan

keperawatan ruang rawat Paviliun Mawar belum efektif sesuai dengan tujuan

khusus yang ditetapkan oleh Bidang Keperawatan RS. Sukmul Sisma Medika.

Belum ada rencana kerja/ kegiatan tahunan dan sasaran kinerja sebagai dasar

pengukuran, uraian tugas dan tanggung jawab manajer lini belum mencerminkan

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dan kepemimpinan pada umumnya,

pelaksanaan standar praktik keperawatan belum dilaksanakan secara konsisten

oleh semua perawat dan belum menjadi fokus perhatian dari manajer keperawatan

dari tingkat madya sampai lini, masih menggunakan metode penugasan

fungsional, media komunikasi antar staf belum dijalankan secara konsisten,

program mutu keperawatan belum dijalankan secara konsisten dan terstruktur,

umpan balik customer belum dijalankan secara optimal, belum melibatkan staf

dalam penyusunan maupun pelaksanaan program-program pelayanan

keperawatan, dan program pendidikan dan pelatihan belum dikembangkan secara

sistematis dan terarah untuk pengembangan kompetensi dan sistem penghargaan.

F. Identifikasi Masalah

Melalui analisis diagnosa organisasi bidang keperawatan dan analisis

sistem menggunakan pendekatan SMF tersebut diatas, ditemukan beberapa

masalah pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Paviliun Mawar sebagai

berikut:

1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab perawat manajer lini belum optimal

a. Belum adanya rencana kerja/ kegiatan tahunan dan sasaran kinerja

sebagai dasar pengukuran.

b. Uraian tugas dan tanggung jawab manajer lini belum mencerminkan

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dan kepemimpinan.

c. Manajer lini belum melaksanakan tugas dan tanggung jawab

manajerial dan kepemimpinan.

2. Pemberdayaan perawat staf dalam pelaksanaan program – program di

pelayanan keperawatan belum dioptimalkan

Page 26: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

a. Belum melibatkan staf dalam penyusunan maupun pelaksanaan

program-program pelayanan keperawatan

3. Kompetensi staf perawat dan perawat manajer belum maksimal

4. Media komunikasi antar staf dan Kepala Ruangan belum dijalankan secara

konsisten

5. Pelaksanaan standar praktik keperawatan belum dilaksanakan secara

konsisten oleh semua perawat dan belum menjadi fokus perhatian dari

manajer keperawatan.

6. Masih menggunakan metode penugasan fungsional

7. Program mutu keperawatan belum dijalankan secara konsisten dan

terstruktur

8. Umpan balik customer belum dijalankan secara optimal

9. Program pendidikan berkelanjutan belum dikembangkan secara sistematis

dan terarah untuk pengembangan kompetensi dan sistem penghargaan.

Page 27: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Tabel 3

Identifikasi Masalah Variabel Keluaran

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Peran, fungsi, dan

tanggung jawab

perawat manajer lini

a. Ada rencana strategis bidang keperawatan dan rencana kegiatan tahunan, serta sasaran kinerja di ruang rawat

b. Uraian tugas dan tanggung jawab manajer lini/ Kepala Ruangan mencerminkan fungsi-fungsi manajemen ruang rawat dan kepemimpinan

c. Uraian tugas dipahami oleh Manajer lini dan dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari

Peran, fungsi, dan tanggung jawab perawat manajer lini belum optimal a.Belum ada rencana kegiatan tahunan dan sasaran kinerja ruang rawat

b.Uraian tugas dan tanggung jawab belum mencerminkan fungsi – fungsi manajerial dan kepemimpinanc. Manajer lini belum melaksanakan tugas dan tanggung jawab manajerial dan kepemimpinan

+

2. Pemberdayaan staf Terbentuknya kelompok-kelompok kerja yang anggotanya terdiri dari perawat-perawat pelaksana yang memiliki potensi dan kepedulian terhadap mutu pelayanan keperawatan

Pemberdayaan staf

keperawatan belum

dioptimalkan:

- Belum melibatkan staf dalam penyusunan maupun pelaksanaan program.- Kelompok-kelompok kerja perawat belum dioptimalkan

+

3. Kompetensi staf Tenaga keperawatan di semua lini mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai standar kompetensi yang

Kompetensi staf perawat dan manajer keperawatan di semua lini kurang optimal

+

Page 28: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

dipersyaratkanNo. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

4. Media komunikasi Adanya jadwal rapat rutin di tingkat ruang rawat, minimal 1 x sebulan

Media komunikasi antar staf dan Kepala Ruangan belum konsisten:- Belum ada jadwal rapat sebagai media komunikasi antar staf dan kepala ruangan atau bagian lain secara konsisten.

+

5. Standar praktik keperawatan

Standar Praktik keperawatan dilaksanakan secara konsisten, dan terdokumentasi menggunakan format baku dalam setiap rekam medis pasien, terdapat audit asuhan keperawatan secara berkala dan rencana tindak lanjut sebagai upaya perbaikan.

Standar praktik keperawatan belum dilaksanakan secara konsisten: - Sudah ada format baku pelaksanaan standar praktik keperawatan tetapi belum digunakan secara konsisten, - audit pelaksanaan asuhan keperawatan belum dilaksanakan secara konsisten. - Staf belum memahami aspek legal asuhan keperawatan

+

6. Metode penugasan Minimal metode tim diimplementasikan sesuai konsep, sehingga dapat mendukung pelaksanaan standar praktik keperawatan

Masih menggunakan metode fungsional, sehingga sangat dimungkinkan asuhan keperawatan tidak dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. Metode tim belum dipahami dan dilaksanakan sesuai konseptual.

+

7. Program mutu

keperawatan

Ada program mutu keperawatan dengan kerangka acuan yang jelas, ada tim mutu

Aktivitas program mutu keperawatan belum menjadi budaya staf keperawatan dan belum

+

Page 29: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

keperawatan, dan sistem monitoring dan evaluasi, serta tindak lanjut sebagai upaya perbaikan

ada kerangka acuan yang jelas.

8. Umpan balik customer

Pelaksanaan survey kepuasan pasien rawat inap dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus, ada bagian yang melakukan pengolahan data, dan dievaluasi serta disajikan kepada bagian terkait.

Survey kepuasan pasien rawat inap sebagai tolok ukur mutu pelayanan belum konsisten dijalankan

+

9. Program pendidikan

berkelanjutan

Ada program pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan dengan arah pengembangan RS dan kebutuhan staf

Program pendidikan dan pelatihan belum dikembangkan secara terstruktur dan sistematis

+

G. Metode Penetapan Prioritas Masalah

Metode penetapan prioritas masalah ini dirumuskan dengan

mempertimbangkan beberapa hal, antara lain adalah adanya keterbatasan

kemampuan mengatasi masalah secara sekaligus atau adanya keterkaitan satu

masalah dengan masalah lain. Oleh karena itu perlu dibuat prioritas masalah

dengan menggunakan skoring yaitu metode Tehnik Kriteria Matriks ( Matrix

Criterias ) sebagai berikut:

1. Pentingnya masalah ( Importancy )

Ukuran pentingnya suatu masalah banyak macamnya, diantaranya ;

1.1. Prevalensi masalah ( Prevalency )

Apabila masalah lebih banyak ditemukan ( prevalensi tinggi ), maka

masalah yang dimaksud selayaknya lebih diprioritaskan.

1.2. Akibat timbulnya masalah oleh masalah itu ( Severity )

Apabila akibat yang ditimbulkan oleh suatu masalah lebih serius, maka

masalah tersebut selayaknya di prioritaskan.

1.3. Kenaikan jumlah masalah ( Rate of Increase )

Page 30: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Apabila kenaikan jumlah masalah lebih tinggi dan lebih cepat

dibandingkan periode sebelumnya, maka masalah tersebut selayaknya di

prioritaskan.

2. Teknologi yang tersedia untik mengatasi masalah tersebut ( Technical

Feasibility ), Makin tersedianya teknologi tersebut, makin diprioritaskan

masalah yang dimaksud.

3. Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah tersebut.

Sumber daya yang dimaksud adalah mencakup dana ( Money ), sarana (

Material ) dan tenaga ( Man ). Apabila sumber daya yang diperlukan untuk

menyelesaikan suatu masalah tersedia, maka masalah tersebut selayaknya

untuk diprioritaskan.

Dari setiap masalah yang ditemukan dapat dinilai sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan menggunakan skala penilaian 1 sampai dengan 5, dengan rincian

sebagai berikut:

a. Bobot untuk prevalency ( P )

1 = bila kemungkinan terjadi masalah sangat kecil

2 = bila kemungkinan terjadi masalah kecil

3 = bila kemungkinan terjadi masalah cukup besar

4 = bila kemungkinan terjadi masalah besar

5 = bila kemungkinan terjadi masalah sangat besar

b. Bobot untuk akibat yang ditimbulkan ( S )

1 = jika akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut hampir tidak ada

2 = jika akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut ringan

3 = jika akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut sedang

4 = jika akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut berat

5 = jika akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut sangat besar

c. Bobot untuk kenaikan jumlah masalah ( RI )

1 = bila tidak ada kenaikan jumlah masalah dari periode sebelumnya

2 = bila kenaikan jumlah masalah dari periode sebelumnya kecil

Page 31: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

3 = bila kenaikan jumlah masalah dari periode sebelumnya cukup besar

4 = bila kenaikan jumlah masalah dari periode sebelumnya besar

5 = bila kenaikan jumlah massalah dari periode sebelumnya sangat besar

d. Bobot untuk teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah ( T )

1 = bila tehnologi untuk mengatasi masalah tidak ada

2 = bila tehnologi untuk mengatasi masalah belum memadai

3 = bila tehnologi untuk mengatasi masalah cukup memadai

4 = bila tehnologi untuk mengatasi masalah memadai

5 = bila tehnologi untuk mengatasi masalah sangat memadai

e. Bobot untuk sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi masalah ( R )

1 = sumber daya yang dimaksud tidak memiliki kemampuan mengatasi

masalah

2 = sumber daya yang dimaksud memiliki sedikit kemampuan untuk

mengatasi masalah

3 = sumber daya yang dimaksud memiliki kemampuan yang cukup untuk

mengatasi masalah

4 = sumber daya yang dimaksud memiliki kemampuan yang besar untuk

mengatasi masalah

5 = sumber daya yang dimaksud memiliki kemampuan yang sangat besar

untuk mengatasi masalah

Kriteria Importancy ( I ) dijumlahkan, kemudian totalnya dikalikan dengan

kriteria tehnologi (T ) dan sumber daya ( R ).

H. Prioritas Masalah

Tabel 4

Prioritas Masalah

Page 32: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

No Uraian Masalah P S RI T R I=P x S x RI

Σ I x T x R

Prioritas

1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab perawat manajer lini belum optimal

4 4 4 3 4 64 768 1

2. Pemberdayaan staf keperawatan belum optimal

3 3 4 3 4 36 432 3

3. Kompetensi tenaga keperawatan belum maksimal

3 3 2 2 3 18 108 7

4. Media komunikasi antar staf dan Kepala Ruangan belum dijalankan secara konsisten

4 4 3 2 3 48 288 5

5. Standar Praktik keperawatan dan system pendokumentasiannya belum dilaksanakan secara konsisten

3 4 3 4 4 36 576 2

6. Metode penugasan

fungsional masih

digunakan

3 3 2 3 4 18 162 6

7. Program mutu keperawatan belum dijalankan secara konsisten dan terstruktur

3 4 3 3 3 36 324 4

8. Umpan balik customer belum dijalankan secara optimal

2 2 2 2 2 8 32 8

9. Program pendidikan

dan pelatihan

berkelanjutan belum

dikembangkan

secara sistematis

3 2 1 2 1 6 12 9

I. Penjabaran Masalah

Page 33: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Berdasarkan hasil rumusan masalah pada teknik kriteria matrik tersebut

diatas yang mendapat bobot nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas masalah

utama untuk dapat diselesaikan. Dari hasil tersebut didapatkan masalah

berdasarkan bobot nilai tertinggi adalah peran, fungsi, dan tanggung jawab

perawat manajer lini belum optimal, standar praktik keperawatan dan sistem

pendokumentasian belum dilaksanakan secara konsisten, pemberdayaan staf

belum dijalankan secara optimal, program mutu keperawatan belum dijalankan

secara konsisten dan terstruktur, dan media komunikasi antar staf dan perawat

manajer belum dijalankan secara teratur.

Tabel 5PENJABARAN MASALAH

NO KRITERIA KETERANGAN1 What / Apa yang menjadi

masalah

1. Peran fungsi perawat manajer lini belum

optimal kemungkinan disebabkan uraian

tugas perawat manajer lini belum

mencerminkan fungsi – fungsi manajerial

dan kepemimpinan.

2. Standar praktik keperawatan dan sistem

pendokumentasian belum dilaksanakan

secara konsisten, akibat fungsi pengawasan

dan peran kepemimpinan yang belum

optimal, serta pemahaman perawat terhadap

aspek legal pendokumentasian.

3. Pemberdayaan staf perawat yang berpotensi

di setiap ruangan belum dioptimalkan

sehingga berbagai program yang

mendukung mutu pelayanan dan

keselamatan pasien belum dijalankan secara

konsisten.

4. Program mutu keperawatan belum

dijalankan secara konsisten dan terstruktur

Page 34: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

karena belum adanya kerangka acuan yang

jelas dan kelompok kerja keperawatan yang

terdiri dari para perawat dari berbagai

ruangan yang seminat.

5. Media komunikasi antar staf dan perawat

manajer belum dijalankan secara teratur,

sehingga rapat rutin ruangan tidak

dijadwalkan dan tidak dijadikan sebagai

media evaluasi ruangan, informasi, inovasi,

dan edukasi.

2 Who / Siapa yang terlibat

dalam masalah

1. Kepala Bagian

Keperawatan

2. Kepala Ruangan

3. Seluruh staf

keperawatan

3 When / Kapan Masalah

teridentifikasi

1. Pada saat wawancara dengan Kepala

Bidang keperawatan, dengan Kepala

Ruangan, dan staf perawat.

2. Pada saat melakukan observasi non

partisifatif di Paviliun Mawar

3. Pada saat melakukan tabulasi dan analisa

data kuesioner diagnosa organisasi.

4 Where / Dimana masalah

teridentifikasi.

Bagian rawat inap Rumah Sakit Sukmul Sisma

Medika, di Paviliun Mawar.

5 Why / Alasan terjadinya 1. Uraian tugas perawat manajer lini belum

mencerminkan fungsi – fungsi manajerial,

sehingga di tingkat ruangan tidak tersedia

rencana kerja dan sasaran kerja tahunan

yang mengacu pada rencana kerja bidang

keperawatan.

2. Fungsi pengawasan dan peran

Page 35: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

kepemimpinan yang belum optimal, serta

tingkat pemahaman perawat terhadap aspek

legal pendokumentasian belum memadai.

3.Belum ada kerangka acuan yang jelas dan

kelompok kerja keperawatan

4. Tidak ada kebijakan rapat rutin ruangan dan

evaluasinya.

6 How / Bagaimana

permasalahannya bisa

diatasi

1. Meningkatkan pemahaman perawat

manajer lini terhadap peran, fungsi dan

tanggung jawab manajerial.

2. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan

dari perawat manajer lini terutama pada

fungsi pengawasan

3. Meningkatkan pemahaman perawat

terhadap standar praktik keperawatan dan

aspek legal pendokumentasian asuhan

keperawatan.

4. Membentuk kelompok-kelompok kerja

keperawatan yang bertujuan untuk

mendukung pelaksanaan program-program

yang ada di bidang keperawatan, mendapat

pengakuan dari Direktur RS melalui SK.

Direktur

5. Menetapkan kebijakan dan jadwal rapat

rutin di tiap ruangan dan evaluasinya.

J. ANALISA PENYEBAB MASALAH

Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, menggunakan pendekatan

analisa sebab akibat ( Cause and Effect Diagram ) atau diagram tulang ikan (

fishbone diagram ) atau disebut juga diagram Ishikawa, ditemukan oleh Prof.

Kouru Ishikawa. ( Pande,P.S. and Neuman,R.P., 2002:205). Diagram ini

Page 36: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi, menganalisa dan menemukan

kemungkinan penyebab suatu masalah. Dari identifikasi dan analisa masalah yang

dilakukan baik melalui analisa diagnosa organisasi maupun melalui pendekatan

sistem SMF ditemukan beberapa prioritas masalah pelayanan keperawatan di

ruang rawat inap, khususnya di Paviliun Mawar diantaranya peran, fungsi, dan

tanggung jawab perawat manajer lini belum optimal, standar praktik

keperawatan dan sistem pendokumentasian asuhan keperawatan belum

dilaksanakan secara konsisten, pemberdayaan staf keperawatan belum optimal,

program mutu keperawatan belum dijalankan secara konsisten dan terstruktur, dan

media komunikasi antar staf dan Kepala Ruangan belum dijalankan secara

teratur. Dengan demikian secara umum masalah utama yang ada adalah

pengelolaan pelayanan keperawatan di rawat inap belum efektif.

Berikut ini adalah fishbone diagram untuk mengidentifikasi penyebab dari

masalah utama yang ditemukan.

Page 37: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

FISHBONE DIAGRAM

Pengelolaan pelayanan

keperawatan di rawat inap belum efektif

Monitoring dan Evaluasi

Kebijakan danProsedur

Tugas Pokok dan Fungsi

Kerangka Acuan Program belum jelas

Kerangka Acuan pelaksanaan program

belum jelas

Tidak ada data monitoring yang terstruktur

Belum ada tim pelaksana / pokja yang terstruktur

Pelaksanaan standarpraktek keperawatan

belum konsisten

Metode penugasan masih fungsional

Metode tim kep belum dipahami sesuai

konseptual

Uraian T ugas tidak disusun bersama staf dan pimpinan Uraian T ugas Ka.Ru

belum mencerminkan fungsi manajerial dan

kepemimpinan

Tidak ada rencana kerja tahunan

Tidak ada sasaran kinerja

SOP belum tersedia untuk berbagai jenis

SOP belum disusun bersama staf dan pimpinan kep

Rapat rutin ruangan kurang teratur

dijalankan dan tidakterjadwal

Peran manajerial dan kepemimpinan Ka. Ru. belum

Program diklat secara terstruktur belum dioptimalkan

Kesempatan pengembanga

n diri staf belum

Media komunikasi kurang dioptimalkan

Kurang pemahaman aspek legal pendokumentasian askep

Kompetensi belum

memadaiUraian tugas kurang dipahami

Pendokumentasian askep tidak konsisten dilaksanakan

Peran manajerial dan kepemimpinan perawat

manajer kurang dipahami

Kurang melibatkan staf

Sumber Daya Manusia

Kurang pemahaman aspek legal pendokumentasian askep

Page 38: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

BAB V

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu proses aktif yang dimulai dengan

suatu masalah dan diakhiri dengan adanya solusi atau keputusan. ( Kelly,P.

2010). Menurut Stevens, 1985 (dalam Sumijatun, 2009), strategi pengambilan

keputusan dapat menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan

pendekatan kualitatif. Beberapa model yang termasuk pendekatan kuantitatif

diantaranya decision tree ( pohon keputusan ), Gantt charts ( peta/ bagan Gantt ),

Pert Charts ( Program Evaluation and Review Technique ), dan lain-lain.

Decision Tree ( pohon keputusan ) adalah suatu metode grafik yang dapat

membantu manajer memvisualisasikan alternatif – alternatif yang tersedia, hasil-

hasil, resiko – resiko dan informasi yang diperlukan untuk masalah yang spesifik.

( Sumijatun, 2009 ). Pohon keputusan juga dapat membantu untuk melihat

kemungkinan arahan yang dilakukan dari masing – masing maksud keputusan

serta dapat mengevaluasi konsekuensi – konsekuensi dari beberapa keputusan

yang dibuat.

Berikut ini alternatif pemecahan masalah dan pngambilan belum

efektifnya pengelolaan pelayanan keperawatan ruang rawat inap, Paviliun Mawar

RS. Sukmul Sisma Medika menggunakan Decision Tree ( Pohon Keputusan ).

Page 39: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

SKEMA 2. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Efektivitas pengelolaan pelayanan keperawatan

Meningkatkan kompetensi perawat manajer

Meningkatkan peran manajerial dan kepemimpinan Manajer lini

Pemberdayaan staf perawat dalam mendukung program-program bidang keperawatan

Program pengembangan staf yang sistematis dan terstruktur

Kerjasama dengan pihak luar

Review dan revisi Uraian Tugas

Sosialisasi Uraian Tugas

Pengarahan, supervisi, monitoring, dan evaluasi dari perawat manajer madya

Pembentukan kelompok kerja perawat

Penunjukan pionir – pionir perawat di tiap ruangan

Menyusun rencana pendidikan berkelanjutan

Sistem Mentorship

Memilih dan menetapkan perawat yang memiliki potensi sebagai trainer

Workshop peran, fungsi dan tanggung jawab Manajer lini

Menetapkan sasaran kinerja manajer lini, ronde keperawatan, pengawasan , monitoring dan evaluasi dari manajer madya

Menetapkan jumlah pokja sesuai indikator mutu yang dikembangkan dan SK dari Direktur RS

Workshop kerangka acuan dan membangun komitmen

Page 40: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Tabel 6

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

TUJUAN STRATEGI SASARAN TINDAKAN

Efektivitas pengelolaan pelayanan keperawatan

Meningkatkan kompetensi perawat manajer ( pengetahuan, sikap, dan ketrampilan manajerial)

1. Program pengembangan staf yang sistematis dan terstruktur

2. Kerjasama dengan pihak luar

1. Menyusun rencana pendidikan berkelanjutan

2. Mendiskusikan penerapan sistem Mentorship

3. Memilih dan menetapkan perawat yang memiliki potensi sebagai trainer

Meningkatkan peran kepemimpinan Manajer lini- Pendelegasian

wewenang- Pengendalian- Pengambilan

keputusan- Motivasi

1. Review dan revisi rumusan Uraian Tugas

2. Sosialisasi Uraian Tugas

3. Pengarahan, supervisi, monitoring, dan evaluasi dari perawat manajer madya secara berkala

1. Workshop peran, fungsi dan tanggung jawab Manajer lini

2. Menetapkan sasaran kinerja perawat manajer lini

3. Ronde keperawatan

4. Pengawasan, monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja secara berkala dari manajer madya

Pemberdayaan staf perawat dalam mendukung program-program bidang keperawatan

1. Pembentukan kelompok kerja perawat

2. Penunjukan pionir – pionir perawat di tiap ruangan

1. Menetapkan jumlah pokja sesuai indikator mutu yang dikembangkan dan SK dari Direktur RS

2. Workshop kerangka acuan dan membangun komitmen bersama

Page 41: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

B. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Prioritas alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan

memperhatikan beberapa aspek diantaranya :

1. Waktu yang dibutuhkan

2. Efisiensi biaya

3. Kemudahan pelaksanaan

4. Peran serta manajemen

( Sondang P Siagian 2004: 1-7 dan Tjandra Yoga A 2003: 15-25 )

Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang telah dijabarkan, perlu diambil

satu langkah pemecahan yang dianggap paling tepat. Hal ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya penggunaan pemecahan masalah yang tidak efisien.

Dalam menentukan prioritas pemecahan masalah, penulis menggunakan metode

kriteria matriks dengan menggembangkan beberapa kriteria matriks berikut ini:

1. Efektifitas program

Makin tinggi kemampuan program dalam mengatasi penyebab masalah

yang ditentukan, maka makin efektif penerapan suatu program dalam

menyelesaikan masalah. Untuk dapat mengukur tingkat efektifitas program

terdapat beberapa pedoman yang digunakan antara lain :

a. Magnitudo ( M )

Adalah besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar

penyebab masalah yang dapat diselesaikan, maka makin efektif cara

penyelesaian masalah tersebut.

b. Importancy ( I )

Makin pentingnya penyelesaian masalah dalam mengatasi penyebab

masalah, penyelesaian masalah ini biasanya dikaitkan dengan kemampuan

cara penyelesaian masalah dalam kurun waktu jangka panjang. Jika cara

penyelesaian masalah dapat meniadakan masalah untuk kurun waktu yang

cukup lama atau masalah untuk selamanya, maka cara penyelesaian masalah

tersebut dapat dinilai lebih penting.

Page 42: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

c. Vulnerability ( V )

Adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah yang biasanya dikaitkan

dengan kemampuan penyelesaian masalah sesegera mungkin. Makin cepat

diselesaikan, maka makin sensitif cara penyelesaian tersebut.

d. Efisiensi Program ( C )

Adalah efisiensi program yang menunjukan pada pemakaian sumber daya.

Apabila suatu cara penyelesaian mampu menyelesaikan masalah dengan

biaya yang kecil, maka penyelesaian masalah tersebut efisien. Adapun setiap

alternatif pemecahan masalah dapat dinilai berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan dengan menggunakan skala penilaian 1 sampai dengan 5, artinya

5 sangat penting, 4 penting, 3 cukup penting, 2 kurang penting, dan 1 tidak

penting, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Magnitudo ( M )

1 = Penyebab masalah tidak dapat diselesaikan

2 = Penyebab masalah kurang dapat diselesaikan

3 = Penyelesaian masalah cukup dapat diselesaikan

4 = Penyebab masalah dapat diselesaikan

6 = Penyebab masalah sangat dapat diselesaikan

2.Importancy ( I )

1 = Cara penyelesaian masalah tidak penting

2 = Cara penyelesaian masalah kurang penting

3 = Cara penyelesaian masalah cukup penting

4 = Cara penyelesaian masalah penting

5 = Cara penyelesaian masalah sangat penting

3. Vulnerability ( V )

1 = Sensitivitas cara penyelesaian masalah tidak ada

2 = Sensitivitas cara penyelesaian masalah kurang besar

3 = Sensitivitas cara penyelesaian masalah cukup besar

4 = Sensitivitas cara penyelesaian masalah besar

5 = Sensitivitas cara penyelesaian masalah sangat besar

Page 43: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

4. Effisincy ( C )

1 = Biaya yang digunakan dalam mengatasi masalah tidak ada

2 = Biaya yang digunakan dalam mengatasi masalah kurang besar

3 = Biaya yang digunakan dalam mengatasi masalah cukup besar

4 = Biaya yang digunakan mengatasi masalah besar

5 = Biaya yng digunakan mengatasi masalah sangat besar.

Tabel 7.

Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

NoALTERNATIF PEMECAHAN

MASALAHEFEKTIFITAS EFISIENSI

NILAI

(MxIxV)

CM I V C

1. Program pengembangan staf yang

sistematis dan terstruktur

4 5 3 3 20

2. Kerjasama dengan pihak luar

dalam penyelenggaraan pelatihan

perawat

3 3 4 2 18

3 Review dan revisi rumusan uraian

tugas kepala ruangan

( manajerial dan kepemimpinan )

5 5 4 1 100

4 Sosialisasi uraian tugas yang sudah

direvisi

5 5 5 2 62.5

5 Pengarahan, supervisi, monitoring,

dan evaluasi dari perawat manajer

madya secara berkala

5 5 5 2 62.5

6 Pembentukan kelompok kerja

perawat

4 5 5 2 50

7 Penunjukan pionir – pionir perawat

di tiap ruangan

4 5 5 2 50

Berdasarkan besarnya nilai diatas maka yang menjadi prioritas alternatif

pemecahan masalah adalah :

Page 44: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

1. Review dan revisi uraian tugas kepala ruangan (manajerial dan kepemimpinan)

2. Sosialisasi uraian tugas

3. Pengarahan, supervisi, monitoring, dan evaluasi dari perawat manajer madya

secara berkala

4. Pembentukan kelompok kerja perawat

5. Penunjukan pionir – pionir perawat di tiap ruangan

6. Program pengembangan staf yang sistematis dan terstruktur

7. Kerjasama dengan pihak luar dalam penyelenggaraan pelatihan perawat

Page 45: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

BAB VI

RENCANA PEMECAHAN MASALAH

A. Rencana Kegiatan

Setelah prioritas alternatif pemecahan masalah utama teridentifikasi,

selanjutnya disusun rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Rencana kegiatan ini disusun berdasarkan kesepakatan bersama dengan

mempertimbangkan kesibukan dan kegiatan di rumah sakit, serta waktu yang

tersedia. Rencana kegiatan ádalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi manajerial perawat manajer

2. Meningkatkan peran kepemimpinan perawat manajer lini

3. Pemberdayaan staf dalam mendukung program – program bidang

keperawatan

Page 46: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

B. JADWAL PELAKSANAAN TINDAKAN

No KegiatanJanuari Februari Maret April

Penanggung JawabI II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Diskusi dengan Kepala Bagian Keperawatan tentang masalah dan alternatif pemecahan masalah

Siti Komariah

2 Mendiskusikan rencana workshop keperawatan dengan Direktur RS dan Kepala Bagian Keperawatan

Siti Komariah

3 Menyusun materi seminar dan workshop keperawatan

Siti Komariah

4 Melaksanakan seminar dan workshop keperawatan tentang aspek legal penndokumentasian asuhan keperawatan

Ka. Bidang

Keperawatan

5 Membentuk Tim perumus uraian tugas kepala ruangan

Ka. Bidang

Keperawatan

6 Merumuskan uraian tugas kepala rungan

Ka. Bidang

Keperawatan

7 Sosialisasi uraian tugas kepala ruangan hasil revisi

Ka. Bidang

Keperawatan

8 Pemberlakuan uraian tugas Kepala Ruangan hasil revisi

Direktur RS

Page 47: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

9 Diskusi dengan Kepala Bidang Keperawatan tentang rencana kegiatan tahunan, sasaran kinerja ruangan, ronde manajemen, dan pengawasan

Siti Komariah

10 Diskusi dengan Kepala Bidang Keperawatan tentang Kelompok Kerja

Siti Komariah

12 Rapat pembentukan Pokja

11 Monitoring dan Evaluasi Ka. Bidang

Keperawatan

Page 48: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )
Page 49: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

ANALISA PERMASALAHAN DAN

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN

6.1..Visi dan Misi

Rawat inap RS S telah memiliki visi, misi, falsafah dan motto, akan tetapi

para personelna tidak sepenuhnya memahami makna yang terkandung,

berdasarkan kuesioner tentang diagnosis organisasi, walauppun terpasang di

ruangan rawat inap. Saat ini telah diupayakan untuk lebih memahami tetang visi,

misi tersebut melalui sosialisasi yang dilakukan setelah ape pagi dengan cara

pembacaan visi dan misi.

6.2..Masalah fisik bangunan.

Fisik bangunan RS S agak sempit. Namun bersih. Untupk ruangan

laboratoriupmp dan ronptgen agak terpencar.

Untuk pengembangan gedung harus membuat pengajupan ke Yayasan.

6.3..Manajemen SDM

Permasalahn yang ditemukan dari Sumber daya Manusia di Rawat inap

aantaa lain, Jumlah tenaga dokter spesialis kurang,jumlah tenga perawat kurang

memenuhi standar kuaitas dan kuantitas. Berdasarkan perhitungan kebutuhan

perawat rawat inap RS S masih membutuhkan tambahan perawat sekitar 5 orang.

Jumlah tenaga perawat dari segi pendidikan masih ada yang berpendidikan SPK

(40%), yang akan menyebabkan kurangnya mutu pelayanan. Tenaga adinistrasi

hanya bekeja satu shift yang seharusnya bekerja 24 jam atau tiga shif, sehingga

keluarga pasien merasa kejauhan dan kurang efektif dalam pelayanan

Upaya yang dapat dilakukan adalah: menambah jumalah tenaga perawat,

berdasarkan rata-rata jumlah pasien rawat inap//hari : 80 pasien.

Melakukan rotasi diruangan dengan cara menarik dan mengganti perawat.

Mengadakan kerjasama dengan dokter spesialis yang bersangkutan, menambah

jumlah tenaga administrai sehingga pelayanan dapat 24 jam. Membuat dasar

perhitungan jumlah kebutuhan tenaga berdasaran beban kerja.

6.4..Manajemen Mutu.

Page 50: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Untuk mewujudkan zero complaint, zero accident dan zero cost pmaka telah

dibuat Standar Pelayanan minimal (SPM) yang mengacu DepKes. Survei

kepuasan pasien telah dilakukan setiap 6 buan dengan hasil cukup baik.

Melakukan survei indikator secara berkala perlu di tingkatkan. Juga survei ILO,

INOS dan revisi SO serta Standar Asuhan Keperawatan.

6.5..Manajemen Pelayan Medis dan Penunjang Medis.

Pelayanan medis di rawat inap telah berjaan dengan baik yang didukung SOP

walauun ditunjang dengan personel yang terbatas. Berpencarya posisi antara OK,

Laboratorium dan Rontgen membuat pelayanan yang diberikan menjadi kurang

optimal. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain dengan kerja sama pihak ketiga

(KSO)

6.6..Manajemen Keperawatan.

Permasalahan yang ditemukan: pengetahuan manajerial di tingkat manajerial

madya dan lini kurang, komposisi dan jumlah perawat dengan pendidikan

minimal contoh SPK masih tinggi.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain, melakukan workshop manajrial secara

berkelanjutan, pelatihan bidang tertentu yang berhubungan dengan keperawatan di

rawat inap, clinical instructur. Meningkatkan komitmen perawat, kompetensi

dengan penjenjangan karir perawat klinik I,II, III dan IV. Meningkatkan pelatihan

tentang service excellent. Melakukan

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari laporan hasil kegiatan

residensi yang dilakukan di RS. Sukmul Sisma Medika dan saran – saran.

A. Kesimpulan

Page 51: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

Berdasarkan hasil diagnosa organisasi melalui penyebaran kuesioner baik

pada tingkat rumah sakit, dimana responden terdiri dari para Kepala Seksi dan

Kepala bagian maupun pada tingkat Bagian Keperawatan dengan responden

terdiri dari para Kepala ruangan dan Ketua Tim. Penilaian perilaku organisasi

terhadap enam dimensi diantaranya dimensi tujuan organisasi, dimensi struktur

organisasi, sistem penghargaan, tata hubungan antar manusia, dan kepemimpinan.

Dimensi tata hubungan antar manusia dan kepemimpinan termasuk kategori baik.

Gambaran secara umum dari hasil rata-rata ke-enam dimensi perilaku organisasi di

tingkat RS masuk kategori kurang memadai, ini dimungkinkan karena kurangnya

pemahaman responden terhadap pernyataan yang ada dalam kuesioner, sedangkan di

tingkat bidang keperawatan termasuk cukup memadai, namun perlu peningkatan berbagai

kebijakan dan prosedur, serta peningkatan peran dan fungsi manajerial dan

kepemimpinan perawat manajer..

Berdasarkan hasil observasi dan analisa sistem SMF saat ini pelayanan

keperawatan di ruang rawat Paviliun Mawar masih kurang efektif, rencana kerja/

kegiatan tahunan dan sasaran kinerja sebagai dasar pengukuran, uraian tugas dan

tanggung jawab manajer lini belum mencerminkan pelaksanaan fungsi-fungsi

manajerial dan kepemimpinan pada umumnya, pelaksanaan standar praktik

keperawatan belum dilaksanakan secara konsisten oleh semua perawat, walaupun

format sudah tersedia, namun pengisian untuk kasus-kasus yang memerlukan

perhatian besar belum menjadi prioritas karena masih menggunakan metode

penugasan fungsional, media komunikasi dalam bentuk rapat rutin yang

membahas isu-isu atau permasalahan belum dijalankan secara konsisten, program

mutu klinis asuhan keperawatan belum dijalankan secara konsisten, umpan balik

customer belum dijalankan secara optimal, belum melibatkan staf dalam

penyusunan maupun pelaksanaan program-program pelayanan keperawatan, dan

program pendidikan berkelanjutan keperawatan ( Continuing Nursing

Education ) belum dikembangkan secara sistematis dan terarah untuk

pengembangan kompetensi dan pemberdayaan serta sistem penghargaan.

Berdasarkan pendekatan pemecahan masalah menggunakan decision tree

diidentifikasi beberapa prioritas alternatif pemecahan masalah, diantaranya review

Page 52: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

dan revisi uraian tugas kepala ruangan ( manajerial dan kepemimpinan ) ,

sosialisasi uraian tugas tentang peran manajerail dan kepemimpinan ( pengarahan,

supervisi, monitoring, dan evaluasi dari perawat manajer madya dan lini secara

berkala ), pembentukan kelompok kerja perawat, penunjukan pionir – pionir

perawat di tiap ruangan, program pengembangan staf yang sistematis dan

terstruktur, dan kerjasama dengan pihak luar dalam penyelenggaraan pelatihan

keperawatan.

B. Saran - saran

1. Institusi Rumah Sakit

Laporan hasil residensi ini kiranya dapat menjadi masukan yang positif

khususnya dalam mengoptimalkan peran, fungsi, dan tanggung jawab manajer

keperawatan baik di tingkat madya maupun lini. Beberapa saran yang

seyogyanya dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Revisi rumusan uraian tugas manajer lini, hal ini diharapkan akan

memperjelas tugas pokok dan fungsi dari manajer lini.

2) Agar uraian tugas tersebut dipahami, maka sosialisasi oleh atasan

langsungnya dalam bentuk workshop secara berkesinambungan, dengan

demikian diharapkan dicapai kesamaan persepsi dan keseragaman

implementasi.

3) Selain itu perlu dikembangkan sistem penilaian kinerja yang berbasis pada

tugas pokok dan fungsi atau kompetensi dan pencapaian kinerja ruangan.

4) Oleh karena itu perlu juga ditetapkan indikator kinerja utama terutama

indicator mutu pelayanan di setiap ruangan.

2. Kepala Bidang Keperawatan

Dari hasil diagnosa perilaku organisasi menggunakan enam dimensi, secara

umum bidang keperawatan termasuk kategori cukup memadai, terutama pada

dimensi tata hubungan antar manusia kategori baik, ini merupakan modal

dasar yang kuat untuk mengembangkan program-program peningkatan mutu

Page 53: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

keperawatan yang memerlukan keterlibatan penuh dari setiap unsur yang ada.

Beberapa saran yang seyogyanya dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Hendaknya ditingkatkan sistem pengawasan, monitoring, dan evaluasi

yang terstruktur, sehingga strategi – strategi dan sasaran yang akan

dicapai dapat terus dipantau.

2) Perlu ditetapkan bersama dengan para perawat manajer lini rencana

strategis jangka panjang maupun jangka pendek dan rencana kegiatan

tahunan, yang akan menjadi acuan manajer lini dalam menyusun rencana

kegiatan tahunannya di masing-masing ruangan.

3) Pemberdayaan staf diharapkan sebagai bagian dari pengembangan karir

dan kepemimpinan

4) Menilai dan menetapkan perawat – perawat dari setiap ruangan yang dapat

dijadikan pionir – pionir dalam mendukung berbagai kegiatan monitoring,

evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan di masing-

masing ruangan.

5) Pembentukan kelompok kerja ( Pokja ) yang dapat mendukung

pelaksanaan berbagai program di bidang keperawatan.

Page 54: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aditama,Tjandra.Y. 2006. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua. Jakarta : UI-Press.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Cetakan ke I. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI.

Gaol,J.L. (2008). Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi.

Jakarta: P.T. Grasindo

Huber,Diane. 1996. Leadership and Nursing Care Management.Philadelphia:

W.B.Saunders Company

Jacobalis, Samsi. 2000. Rumah Sakit Indonesia Dalam Dinamika Sejarah, Transformasi, Globalisasi, dan Krisis Nasional. Jakarta: Yayasan Penerbit IDI.

Kelly,Patricia. 2010. Essential of Nursing Leadership & Management. Second Edition. Canada: Delmar

Kodyat,A.G. 2004. Analisis SMF (Struktur, Metode, Fungsi). Makalah Perorangan Program Pascasarjana Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Makalah Tidak Dipublikasikan.

Kodyat. A.G. 2005. Operation Research and system analisis ( ORSA ), Program Studi Pasca Sarjana, Jakarta : Universitas Respati Indonesia.

Kuntoro,Agus. 2010. Buku Ajar manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Marquis,B.L. and Huston,Carol.J. 2000. Leadership rolesand Management Function in Nursing. 3rd edition. Philadelphia: Lippincot

Notoatmodjo Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pande,Peter.S.,Neuman,Robert.P.,and Cavanaugh,Roland.R. 2002. The Six Sigma Way Team Fieldbook: An Implementation Guide For Project Improvemenet Teams. United States Of America: The McGraw Hill Companies.

Page 55: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )

PB. Triton. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perspektif Partnership dan Kolektivitas. Yogyakarta: Oryza.

Program Studi Administrasi Rumah Sakit (2010). Buku Panduan Residensi Program Pascasarjana. Jakarta : Universitas Respati Indonesia.

Rustiyanto Ery (2010), Statistk Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sumijatun. 2009. Manajamen Keperawatan: Konsep Dasar dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis. Cetakan ke I. Jakarta: Trans Info Media

Sumijatun. 2010. Konsep dasar Menuju Keperawatan Profesional. Cetakan ke I. Jakarta: Trans Info Media

Solihin Ismail. (2009). Pengantar Manajemen. Bandung : Erlangga.

_____________________(2005). Kebijakan Pemerintah Tentang Perumahsakitan, Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medik, Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

_____________________(1999) Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Cetakan kedua. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

_____________________(2007). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

Wijono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Teori, Strategi, dan Aplikasi. Volume 1. Surabaya: Airlangga University Press.

Page 56: Lap Resid Kars Unsrat Kokom b 111 Si Vii ( Revisi 8 Mei )