Lap Praktikum Kel 1 Nuww

53
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR USAHA TANI Cover

description

jjj

Transcript of Lap Praktikum Kel 1 Nuww

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUMPENGANTAR USAHA TANI

Cover

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.2 Tujuan1.3 Manfaat

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Usahatani2.1.1 Sejarah Usahatani di IndonesiaPerkembangan pertanian dan usahatani di Indonesia pada zaman penjajahan hingga sekarang telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah, dimana masyarakat menanam apa saja, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Ladang berpindahadalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang/dibabat setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi. Kejadian ini berlangsung terus menerus, setelah jangka waktu 10 - 20 tahun, para petani ladang kembali lagi ke ladang yang pertama kali mereka buka. (Saeful, 2012)Selanjutnya, setelah beberapa tahun kemudian sistem bersawah pun mulai ditemukan oleh penduduk Indonesia. Dalam periode ini, orang mulai bermukim di tempat yang tetap. Selain itu, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput kemudian diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas tanah kering.Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan nama kampong walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara berladang yang berpindah-pindah belum ditinggalkan.Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai di Bataviakebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC.Sedangkan, pada tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921.Dalam system tanam paksa(Cultuurstelsel)ini, Van den Bosch mewajibkan setiap desa harus menyisihkan sebagian sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor khusunya kopi, tebu, nila dan tembakau.Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun tak berkembang.Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program BIMAS(Bimbingan Massal). Tujuan utama dari program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian.Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS (Intensifikasi Khusus), yang meningkatkan efektifitas penerapan teknologi Pasca Usaha Tani melalui kelompok-kelompok tani dengan luas areal per kelompok rata-rata 50 hektar,setiap kelompok diberi bantuan kredit modal dalam menjalankan usaha pertaniannya (Lokollo, 2002).Kemudian pada tahun 1980-an pemerintah meluncurkan program SUPRAINSUS (SI). Program ini merupakan pengembangan dari Panca Usaha Tani untuk mewujudkan peningkatan produktivitas tanaman padi.Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian.Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis monetermembuat pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagaistake holderpembangunan pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.Untuk sistem pertanian dan usahatani yang ada sekarang ini masih belum efektif dan efisien dari mulai proses awal sampai pada saat panen dan pasca panen sehingga masih perlu diintensifkan sehingga dapat memberikan hasil yang optimum. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendongkrak kontribusi sektor pertanian Indonesia terhadap perekonomian dengan mensosialisasikan sistem agrobisnis, diferensiasi pertanian, diversifikasi pertanian dengan membuka lahan peranian baru, sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidi pertanian, kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian dan lain-lain. Sistem pertanian organik khususnya, telah dicanangkan pemerintah sejak akhir tahun 1990-an dan mengusung Indonesia go organik pada tahun 2010, sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian mengingat rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan oleh penggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk meningkatkan distribusi pendapatan petani sehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian.

2.2 Transek Desa2.2.1 PengertianArti harfiah (terjemahan lurus) dari Transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah Ekologi (pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya).Teknik Penelusuran Lokasi (Transek) adalah teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.2.2.2 Jenis Jenis TransekI. Transek Berdasarkan Jenis InformasiJenis-jenis Transek berdasarkan jenis informasi (topik kajian) terdiri dari tiga jenis yaitu Transek Sumber Daya Desa yang bersifat umum, Transek Sumber Daya Alam dan Transek untuk Topik Topik Khusus. Uraian singkat ketiga jenis transek tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, Transek Sumber Daya Desa ( Umum )Penelusuran desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman desa yang bersangkutan guna mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan. Keadaan-keadaan yang diamati yaitu pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan air bersih untuk keluarga, keadaan sarana MCK (mandi-cuci-kakus), sarana umum desa (a.l. sekolah, took, tembok dan gapura desa, tiang listrik, puskesmas, dsb), juga lokasi kebun dan sumber daya pertanian secara garis besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum pemukiman desa tersebut, terutama sarana-sarana yang dimiliki desa, sedangkan keadaan sumber daya alam dan bukan alam dibahas secara garis besarnya saja. Kajian ini akan sangat membantu dalam mengenal desa secara umum dan beberapa sapek lainnya dari wilayah pemukiman yang kurang diperharikan. Kedua, Transek Sumber Daya AlamTransek ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai potensi sumberdaya alam serta permasalahan-permasalahannya, terutama sumber daya pertanian. Seringkali, lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik masyarakat berada di batas dan luar desa, sehingga transek sumber daya alam ini bisa sampai keluar desa.Informasi-informasi yang bisanya muncul antara lain adalah : Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi) : termasuk ke dalamnya adalah kemiringan lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan sumber-sumber air (sungai, mata air, sumur). Pemanfaatan sumber daya tanah (tataguna lahan) : yaitu untuk wilayah permukiman, kebun, sawah, lading, hutan, bangunan, jalan, padang gembala, dan sebagainya. Pola usaha tani: mencakup jenis-jenis tanaman penting (antara lain jenis-jenis local) dan kegunaanya (misalnya tanaman pangan, tanaman obat, pakan ternak, dsb), produktivitas lahan dan hasilnya dan sebagainya. Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumber daya alam : termasuk teknologi tradisional, misalnya penahan erosi dari batu, kayu, atau pagar hidup; pohon penahan api; pemeliharaan tanaman keras; system beternak; penanaman berbagai jenis rumput untuk pakan ternak, penahan air, penutup tanah; system pengelolaan air, (konservasi air, kontrol erosi, dan pengairan) dan beberapa hal lainnya. Pemilikan sumber daya alam : biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat, milik umum/desa, milik pemerintah (missal hutan).

Kajian lebih lanjut yang dilakukan antara lain adalah : Kajian mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya tersebut baik oleh pemilik maupun bukan (missal, penduduk yang tidak memiliki kebun mungkin menjadi pengumpul kayu bakar dari hutan, menjadi buruh, dsb). Kajian mengenai hal-hal lain yang mempengaruhi pengelolaan sumber daya, seperti perilaku berladang dan tata cara adat dalam pengelolaan tanah, pengelolaan air, peraturan memelihara ternak, upacara panen, dan sebagainya. Ketiga, Transek Topik Topik LainTransek juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topik-topik khusus. Misalnya: transek yang dilakukan khusus untuk mengamati sarana kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa, transek wilayah persebaran hama, atau transek khusus untuk mengamati sumber air dan system pengelolaan aliran air serta irigasi, pendidikan dasar, dan sebagainya.II. Transek Berdasarkan LintasanSelain jenis transek berdasarkan topik kajian diatas, transek juga dapat dikelompokan dari segi cara penelusuran di lapangan, baik menurut garis lurus, bukan garis lurus dan atau melalui lintasan sumber air. Transek Lintasan Garis LurusDitempat, tim dan masyarakat berkumpul untuk melakukan penelusuran lokasi, dibahas dan ditetapkan lintasan yang akan dilakukan. Kegiatan penelusuran lokasi ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut Berjalan mengikuti garis atau mengikuti jalan utama dan jalan-jalan di permukiman, di wilayah yang ingin diamati keadaanya (dengan demikian, lintasan yang sebenarnya tentu saja tidak benar-benar berupa garis lurus) Berjalan mulai dari titik terendah sampai titik tertinggi atau sebaliknya dari titik tertinggi ke titik terendah (biasanya dilakukan untuk membandingkan kondisi lahan dan jenis usaha pertanian yang dilakukan pada tingkat ketinggian yang berbeda di wilayah dataran tinggi).

Kedua, Transek Lintasan Bukan Garis LurusKegiatan ini dilakukan dengan perjalanan yang mengabaikan lintasan jalan yang ada. Yang menentukan adalah letak-letak atau lokasi pengamatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, perjalanan dimulai dengan lokasi yang paling dekat, kemudian paling jauh. Arah perjalanan untuk mencapai lokasi-lokasi yang akan diamati tersebut bisa dilakukan dengan beberapa kemungkinan yaitu : Berkelok-kelok (zig-zag) Bisa pulang pergi atau juga berputar Menyapu (semua arah) Transek Lintasan Saluran Air (Sumber Air)Penelusuran ini dilakukan dengan berjalan mengikuti aliran air secara sistematis untuk menyusuri aliran air atau tepian sungai. Pengamatan dilakukan terhadap daerah di sepanjang saluran air atau tepian sungai untuk mengkaji penataan sumber air bagi pertanian dan memperoleh informasi tentang pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dilakukan oleh para petani.

2.2.3 Tujuan TransekPenelusuran lokasi (Transek) dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat agar mendiskusikan keadaan sumber-sumber daya dengan cara mengamati langsung hal yang didiskusikan di lokasinya.Hal-hal yang biasanya didiskusikan adalah : Masalah-masalah pemeliharaan sumber daya pertanian : seperti erosi, kurangnya kesuburan tanah, hama dan penyakita tanaman, pembagian air, penggundulan hutan dan sebagainya. Potensi-potensi yang tersedia Pandangan dan harapan-harapan para petani mengenai keadaan-keadaan tersebut Hal lain disesuaikan dengan jenis transek dan topik bahasan yang dipilih untuk diamati.Di dalam perencanaan program, transek dipergunakan untuk observasi lansung bagi kegiatan penjajagan kebutuhan dan potensi. Sedangkan dalam evaluasi program, teknik ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui fakta-fakta dan perubahan yang telah terjadi.

2.2.4 Langkah Langkah Penerapan I. PersiapanPersiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus diperhatikan adalah mempersiapkan tim dan masyarakat yang akan ikut, termasuk menetukan kapan dan dimana akan berkumpul. Juga dipersiapkan alat-alat tulis, kertas lebar (palano), karton warna-warni, kertas berwarna, lem, spidol warna-warni. Juga akan menyenangkan apabila membawa perbekalan (makanan).Peserta terdiri dari tim PRA dan masyarakat, biasanya terdapat anggota masyarakat yang menjadi penunjuk jalan. Tim PRA sebaiknya memiliki anggota atau narasumber yang memahami hal-hal yang sudah diperkirakan akan dikaji dalam kegiatan transek ini, terutama masalah-masalah teknis pertanian.II. Pelaksanaan Sebelum berangkat, membahas kembali maksud dan tujuan kegiatan penelusuran lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan. Menyepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan. Menyepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu, sepakati lintasan penelusuran. Menyepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama ), biasanya diambil dari titik terdekat dengan kita berada pada saat itu. Melakukan perjalanan dan amati keadaan disepanjang perjalanan. Biarkan petani (masyarakat) menunjukkan hal-hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Didiskusikan keadaan sumber daya tersebut dan amati dengan seksama. Membuat catatan-catatan hasil diskusi di setiap ( tugas anggota tim pra yang menjadi pencatat )III. Setelah PerjalananSelama berhenti dilokasi tertentu, dapat dilakukan pengambaran bagan transek yang dibuat untuk setiap bagian lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah seluruh lintasan ditelusuri. Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut : Menyepakati lambang atau symbol-simbol yang dipergunakan untuk menggambar bagan transek. Menyatat simbol-simbol tersebut beserta artinya disudut kertas. Pergunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik. Meminta masyarakat untuk menggambarkan bagan transek berdasarkan hasil lintasan yang telah dilakukan. Buatlah dengan bahan atau cara yang mudah diperbaiki atau dihapus karena akan banyak koleksi terjadi. Selama penggambaran, tim PRA mendampingi karena pembuatan irisan cukup sulit terutama mengenai : Perkiraan ketinggian (naik-turun permukaan bumi) Perkiraan jarak antara satu lokasi drngan lokasi lain. Mempergunakan hasil gambar transek tersebut untuk mendiskusikan kebih lanjut permasalahan, potensi, serta harapan-harapan masyarakat mengenai semua informasi bahasan. Membuat catatan-catatan hasil diskusi tersebut ( tugas anggota Tim PRA yang menjadi pencatat ). Mencantumkan nama-nama atau jumlah peserta, pemandu, tanggal dan tempat pelaksanaan diskusi

2.3 Profil Usaha TaniIlmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mngusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani mrupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ada banyak definisi ilmu usahatani yang diberikan. Berikut ini beberapa definisi menurut beberapa pakar : Menurut DanielIlmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil maksimal dan kontinyu.Menurut EffersonIlmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara mengorganisasikan dan mengoperasikan unit usahatani dipandang sudut efisien dan pendapatan yang kontinyu.Menurut Vink (1984)Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.Menurut Prawirokusumo (1990)Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut.Menurut Soekartawi (1995) Bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Adiwilaga (1982),Ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia2.3.2 Tinjauan Tentang Komoditas Pertanian

2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani2.4.1 Analisis BiayaSecara teoritis, setiap pelaku ekonomi bertujuan untuk mendapatkan keuntunganmaksimal dari bidang usaha yang dipilihnya. Keuntungan maksimal ini dapat diperoleh denganmeminimalkan biaya produksi pada tingkat output tertentu, atau sebaliknya memaksimalkanouput pada tingkat biaya produksi tertentu. Selain itu, keuntungan maksimal juga dapatdiperoleh melalui substitusi faktor produksi yang satu dengan lainnya, sepanjang nilai yangdikeluarkan untuk input pengganti lebih kecil dibandingkan dengan nilai input yang digantikan(pada tingkat output yang sama). Pelaku ekonomi akan terus meningkatkan produksinyasepanjang penerimaan dari setiap unit output masih lebih besar dibandingkan dengan biayaproduksinya (Colman and Young, 1990).Dalam pengambilan keputusan seperti di atas, pelaku ekonomi membutuhkanindikator kelayakan yang dapat diperoleh dari analisis biaya dan pendapatan (ABP). ABPdapat mencerminkan perencanaan fisik dan finansial operasionalisasi suatu usahatani padaperiode waktu tertentu. ABP merupakan teknik sederhana yang paling banyak digunakandalam analisis ekonomi untuk membantu pengelola dalam mengambil keputusan usahataniyang dapat memaksimalkan keuntungan (Soekartawi, dkk., 1986).Beberapa kegunaan utama ABP adalah untuk:1) Mendiagnosa kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam suatu usahatani.2) Mengevaluasi kelayakan suatu teknologi baru.3) Memberikan masukan untuk perbaikan usahatani agar produktivitasnya dapat ditingkatkan.Berdasarkan kegunaannya, ABP dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Adulavidhaya, 1980) yaitu:1. Analisis biaya & pendapatan usahatani parsial (ABPUPA=partial budget analysis).ABPUPA ini biasa digunakan untuk menghitung biaya dan pendapatan akibatadanya perubahan-perubahan yang relatif kecil dalam suatu usahatani. ABPUPAseringkali disebut juga sebagai analisis marjinal karena hanya memperhitungkanpengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh adanya suatu perubahan kecil dalamusahatani. Alat analisis ini sangat berguna, terutama bagi petani kecil, dalammelakukan modifikasi-modifikasi sederhana alokasi sumberdaya yang dapat meningkatkan keuntungan.2. Analisis biaya & pendapatan usahatani komoditas (ABPUKO=enterprise budget analysis).ABPUKO menekankan analisis biaya dan pendapatan usahatani untuk komoditassecara individual. Alat analisis ini digunakan untuk membuat estimasi lengkapkeuntungan suatu usahatani yang spesifik dan membandingkannya denganusahatani sejenis lainnya.3. Analisis biaya & pendpatan usahatani keseluruhan (ABPUKE=whole farm budget analysis).ABPUKE digunakan untuk merancang perencanaan usahatani secarakeseluruhan (farming system=didalamnya termasuk peternakan, perikanan ataucabang usaha lain yang merupakan komponen-komponen usahatani). Alatanalisis ini juga digunakan untuk mengkalkulasi biaya dan pendapatan akibatadanya perubahan besar dalam usahatani yang sangat berpengaruh terhadapkomponen-komponen pengeluaran dan pemasukan.Pengalaman praktis menunjukkan bahwa alat analisis yang paling sering digunakan adalahanalisis biaya dan pendapatan usahatani komoditas (enterprise budget analysis).Data dasar yang dibutuhkan dalam analisis biaya dan pendapatan usahatani komoditas (APBUKO) adalah:1. Kuantitas dan nilai semua input yang digunakan.2. Kuantitas dan nilai semua output yang dihasilkan.Kedua jenis informasi ini dihimpun secara akurat berdasarkan spesifikasi sumber biaya danpendapatan yang berkaitan dengan aktivitas produksi (Adiyoga, 2010).Biaya usahatani pada umumnya diklasifikasikan ke dalam dua kategori (Adiyoga, 2010), yaitu:1. Biaya tetapBiaya tetap adalah pengeluaran yang harus dibayarkan walaupun tidak ada aktivitas produksi. Besarnya biaya tidak dipengaruhi oleh perubahan output. Beberapacontoh dari biaya tetap diantaranya adalah penyusutan alat dan pajak lahan. 2. Biaya variabelBiaya variabel adalah pengeluaran yang harus dibayarkan karena adanya aktivitas produksi. Besarnya biaya variabel akan bervariasi sesuai dengan tingkat produksi yang dilaksanakan. Beberapa contoh dari biaya variabel diantaranyaadalah pengeluaran untuk pupuk, tenaga kerja dan pestisida.Analisis biaya dan pendapatan usahatanikomoditas (ABPUKO) dilakukan untukmembandingkan keuntungan relatif usahatani komoditas sejenis dengan tingkat teknologi yang berbeda. Dengan demikian, dari sudutpembiayaan, pembahasan akan lebih banyak ditekankan pada penghitungan biaya variabel (Adiyoga, 2010).Dalam menghitung biaya variabel, informasi yang diperlukan (Adiyoga, 2010), adalah:1) Jenis input yang dimasukkan dalam kalkulasi biaya.2) Kuantitas setiap jenis input yang digunakan.3) Harga setiap input.Pada umumnya, input usahatani diklasifikasikan ke dalam dua kategori (Adiyoga, 2010), yaitu: tenaga kerja dan bahan/material.A. Pengeluaran Tenaga KerjaBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung biaya tenaga kerja adalah:1. Penggunaan tenaga kerja perlu diperinci untuk setiap kegiatan (pengolahan tanah,penanaman, penyiangan, penyemprotan, dsb.) agar kemungkinan adanya perbedaan upahuntuk jenis pekerjaan tertentu dapat diidentifikasi.2. Penggunaan tenaga kerja pria/wanita dan dewasa/anak-anak perlu dispesifikasi jumlahmaupun upahnya, agar mempermudah perhitungan jika hendak melakukan konversi.3. Penggunaan tenaga kerja keluarga tetap harus diperhitungkan berdasarkan biayaoportunitas seandainya tenaga kerja keluarga tersebut bekerja sebagai tenaga kerja sewa.Dengan demikian, diasumsikan bahwa biaya oportunitas tenaga kerja keluarga samadengan tingkat upah yang berlaku.4. Dalam penggunaan tenaga kerja sewa, selain upah tunai juga seringkali ditambah denganupah non-tunai (makan). Komponen non-tunai ini perlu diperhitungkan agar biaya yangdikeluarkan per unit tenaga kerja dapat mencerminkan tingkat upah yang sebenarnya.B. Pengeluaran Bahan/MaterialDalam penggunaan bahan (pupuk, pestisida, dll.), perlu dispesifikasi satuan ukuran yangdigunakan (kg, ton, l, dsb.) agar tidak terjadi salah perhitungan untuk penetapan harga per unit.Perlu diperhatikan bahwa harga satuan input di tingkat petani kemungkinan lebih tinggidibandingkan dengan harga pasar, karena adanya tambahan biaya yang harus dikeluarkan(misalnya biaya transportasi yang harus dikeluarkan petani pada saat membeli input tersebut). Sementara itu, komponen biaya lain yang sebenarnya dapat dikategorikan sebagaibiaya tetap, tetapi sering dimasukkan ke dalam kalkulasi pembiayaan adalah sewa tanah,sewa alat dan biaya modal (Suryana, 1981).Perhitungan sewa tanah perlu disesuaikan dengan umur tanaman seandainya petanimenyewa lahan yang digarapnya bukan per musim tanam (per tahun). Sistim pembayaransewa juga perlu diperhatikan, karena seringkali besarnya sewa dinilai sesuai denganproduktivitas lahan (misalnya untuk lahan sawah adalah banyaknya gabah kering yangdihasilkan pada musim sebelumnya). Sementara itu, sewa alat, seperti sprayer, traktor danalat mekanik lainnya juga harus diperhitungkan, karena erat kaitannya dengan biaya tunaiyang harus dikeluarkan petani.Biaya modal ini dihitung dari bunga atas biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani untukpembelian bahan (pupuk, pestisida, dsb), upah tenaga kerja sewa, dan sewa peralatan.Tingkat bunga yang digunakan pada umumnya adalah tingkat suku bunga bank yang berlaku(kecuali jika ada informasi akurat bahwa petani mendapatkan pinjaman modal dari lembagakeuangan informal) (Adiyoga, 2010).

2.4.2 Analisis PenerimaanPada dasarnya, penerimaan kotor diperoleh dari hasil perkalian antara output denganharga satuan output. Dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam menghitung penerimaan kotor (Adiyoga, 2010), adalah:1) Spesifikasi output dan harga satuannya.Pada usahatani tertentu, tidak semua output dijual untuk keperluan yang sama.Sebagai contoh, pada usahatani kentang output dapat dijual atau dinilai untuk tigamacam penggunaan, yaitu sebagai kentang sayur, kentang prosesing dan bibitkentang. Harga jual kentang untuk tiga jenis penggunaan tersebut ternyata berbeda-beda. Demikian pula untuk usahatani lain, nilai produk sampingan harus diperhitungkan sepanjang dapat memberikan tambahan terhadap penerimaan kotor.2) Penggunaan harga efektif yang diterima petani.Harga satuan output yang harus digunakan dalam ABPUKO adalah harga output ditingkat petani (farm gate price) yang mencerminkan harga efektif yang diterima petani.Harga ini biasanya lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar (grosir dan eceran)yang telah terbebani marjin pemasaran.

2.4.3 Analisis Keuntungan (Pendapatan)Keuntungan diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan kotor total denganbiaya total (biaya variabel dan biaya tetap). Untuk mengetahui kelayakan ekonomis usahatani,indikator lain yang sering digunakan adalah besaran pengembalian terhadap investasi (PTI =ROI =return of investment). Besaran ini diperoleh dari rasio antara penerimaan bersih denganbiaya total. Suatu usahatani dapat dikatakan layak secara ekonomis jika besaran pengembalian terhadap investasinya positif. Seandainya ABPUKO dimaksudkan untuk membandingkan tingkat keuntungan antara dua usahatani yang sejenis, maka usahatani yang memiliki PTIlebih besar adalah usahatani yang lebih menguntungkan (Adiyoga, 2010).

2.5 Analisis Kelayakan Usahatani2.5.1 R/C RatioMenurut Darsono (2008) dalam Asmara dan Pradana (2011), R/C ratio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan ratio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Dengan kriteria hasil: 1) R/C > 1, berarti usaha sudah dijalankan secara efisien.2) R/C = 1, berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas/Break Event Point (BEP).3) R/C ratio < 1,berarti usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.Menurut Rahmanto, et al. (1998) dalam Asmara dan Pradana (2011), secara sederhana dapat ditulis rumus perhitungan R/C ratio:Penerimaan = PQ . QTotal Biaya = TFC+TVCR/C ratio = PQ . Q / (TFC+TVC)Keterangan :PQ = Harga output (Rp.)Q = OutputTFC = Total Biaya Tetap (Rp.)TVC = Total Biaya Variabel (Rp.)

2.5.2 BEP (Break Even Point)Menurut Munawir (2002), titik BEP atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = total biaya).Menurut Soekartawi (2006), analisis BEP atau nilai impas adalah suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume penjualan. BEP dalam penelitian merupakan pengukuran dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi output menghasilkan total penerimaan yang sama dengan pengeluaran BEP dalam unit dan dalam Rupiah yang dirumuskan sebagai berikut:1. BEP dalam unit produksiBEP Volume Produksi =Keterangan:TFC = Total Biaya Tetap (Rp.)TVC = Total Biaya Variabel per kg (Rp.)P = Harga jual (Rp.)Q = Total produksi2. BEP dalam rupiahBEP dalam Volume Penjualan =Keterangan:TFC = Total Biaya Tetap (Rp.)TVC = Total Biaya Variabel (Rp.)TR = Total Revenue/penerimaan (Rp.)

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Usaha TaniPada dasarnya sejarah usaha tani merupakan bagian dari kebudayaan manusia, yang dahulunya berawal dari lading berpindah sampai pada pertanian lahan menetap. pada daerah yang kami survey, umumnya masyarakat di sana memanfaatkan lahannya untuk bercocok tanam. Komoditas yang di usahakan umumnya komoditas holtikultura.Bapak Edi selaku petani yang kami wawancarai menuturkan, bahwa kegiatan bercocok tanam di Desa Junrejo sudah dilakukan sejak dahulu. Kegiatan bercocok tanam bagaikan warisan dari pendahulu-pendahulunya. Awal mulanya hamper seluruh masyarakat Desa mengandalkan sector pertanian sebagai penghasilan utama, namun seiring perkembangan zaman banyak generasi muda yang beralih profesi dan menjadikan kegiatan usaha tani sebagai penghasilan samping. Komoditas yang di usahakan juga beragam, yakni komoditas holtikultura serta tanaman pangan seperti padi. Pak Edi Menuturkan kalau tanaman pangan seperti padi umumnya ditanam untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam keluarga, jika terdapat kelebihan stock baru akan dijual. Komoditi utama di Junrejo pada beberapa tahun yang lalu adalah bawang, namun karena dianggap kurang menguntungkan banyak petani yang beralih menanam komoditi lain seperti jagung. Teknologi yang digunakan tergolong sederhana, namun semenjak dibentuk kelompok tani sekitar tahun 2009 teknologi yang diterapkan mulai baik. Utamanya pada moderenisasi mekanisme pertanian seperti pengunaan tractor, Pak Edi menuturkan traktor ini merupakan bantuan dari pemerintah. Pada tahun 2010 dibentuk gabungan kelompok tani BAGUS yang membawahi sekitar sepuluh kelompok tani yang tersebar di wilayah Junrejo. Pak Edi menuturkan semenjak bergabung kelompok tani mulai mudah untuk mendapatkan informasi tentang pertanian. Pada tahun 2010 pak Edi mulai menjalin kerjasama dengan perusahaan benih jagung untuk memproduksi benih jagung. Hampir seluruh petani yang tergabung dalam kelompok tani Tani Makmur menjalin kerjasama dengan produsen benih ini. Dari kegiatan wawancara ini dapat disimpulkan bahwa wilayah Junrejo merupakan wilayah pertanian yang sudah ada sejak dahulu, yang merupakan mata pencarian utama pada saat itu. Seiring berkembangnya zaman dan juga meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia, pertanian menjadi kegiatan sampingan warga. Dan semenjak dibentuk kelompok tani, kegiatan pertanian disana mulai mengunakan teknologi yang baik serta kemampuan petani yang meningkat sehingga berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan benih yang biasanya memiliki criteria khusus bila ingin menjadi petani patnernya, dan petani di Desa Junrejo berhasil memenuhi persyaratan itu sehingga dapat menjalin kerjasama dengan produsen benih terhitung dari tahun 2009 hingga sekarang.

4.2 Transek DesaTransek atau Teknik Penelusuran Lokasi merupakan teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber saya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Pada saat melakukan survey, kelompok kami menelusuri wilayah Desa Junrejo ini berangkat dari rumah Bapak Edi menuju lahan. Lahan Bapak Edi berjarak tidak jauh dari Rumah Bapak Edi Di sepanjang perjalanan menjumpai perumahan warga yang cukup tertata dan memadai, kami juga menjumpai sungai yang melintas diantara perumahan warga. Tak sampai 2 menit kami sudah mencapai lokasi lahan Pak Edi yang kebetulan sudah selesai dipanen. Disekitar lahan terlihat saluran irigasi yang tertata baik serta jalan poros yang sudah di aspal.

3.3 Profil Petani dan Usahatani3.3.1 Profil PetaniResponden merupakan petani komoditas Jagung yang beralamat di Desa Junrejo, Dusun Junwatu, RT/RW 002/004, Kota Batu, bernama Bapak Edi Wawono. Beliau adalah seorang petani sekaligus merangkap sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di salah satu sekolah di Kota Batu dengan pendidikan terakhir Strata 2 (S-2). Sehingga pekerjaan sebagai petani bukanlah pekerjaan utama, melainkan pekerjaan sampingan dengan dibantu beberapa buruh tani untuk mengurus lahannya. Selain itu berdasarkan penuturan responden, lahan pertaniannya lebih banyak dibiarkan diolah orang lain dengan sistem upah serta tidak terlalu intensif dalam pengawasan kerja buruh atau menerapkan sistem saling percaya. Sehingga Bapak Edi sudah sangat jarang mengunjungi lahannya.Berdasarkan analisa visual dari kondisi rumah dan fasilitas yang dimiliki, Bapak Edi termasuk kepada petani dengan kelas menengah ke atas, hal tersebut didasarkan pada luas kepemilikan lahan serta pendidikan sendiri maupun pendidikan anak. Jumlah anggota keluarga adlaah 4 orang dengan keterangan sebagai berikut (Tabel 1.).Tabel 1. Data Anggota KeluargaNoNamaHub. dg. KKUmurPendidi-kanPekerjaanKeterengan

Utama Sampingan

1Edi WawonoKepala Keluarga54S2PNSPetani

2Sri AstutiIstri50S1PNS-

3Risna AmeliaAnak26S1PNS-

4Setia DewiAnak18SMA--Sedang menempuh pendidikan Polwan

Lahan yang dibudidayakan petani merupakan lahan milik sendiri yang digarap sendiri. Namun dalam kegiatan teknis budidaya, petani mempekerjakan orang lain. Luasan lahan yang dimiliki Bapak Edi yakni seluas 4000m2, yang dibagi menjadi 2 petak lahan berbeda. Lokasi lahan ini sekitar 400m dari kediaman petani. Petani responden tidak mengupayakan ternak, baik sapi, ayam, kambing maupun yang lainnya.Tabel 2. Data Luas Penguasaan Lahan PertanianNoKeteranganJenis Lahan (Ha)Jumlah (Ha)

SawahTegal/KebunPekarangan

1Milik Sendiri

- digarap sendiri- disewakan- dibagi-bagikan0,4--------0,4--

Jumlah (a)0,4

2Milik orang lain

-disewa-dibagi-hasilkan--------

Jumlah (b)-

Jumlah (a+b)0,4--0,4

3.3.2 Profil Usaha TaniKomoditas yang diusahakan Bapak Edi adalah Jagung yang mana benihnya diperoleh dari PT. BISI. Hubungan kemitraan ini telah dijalin sejak 2 tahun lalu, yang sebelumnya kemitraan dijalin dengan PT. PIONEER serta MONSANTO. Keuntungan dari kemitraan ini adalah petani mendapatkan pasar yang jelas dan pasti, yang mana hasil panen pasti dibeli oleh perusahaan. Tujuan PT.BISI dan perusahaan benih lainnya melakukan kerjasama dengan petani adalah dalam rangka konservasi dan produksi benih. PT.BISI memberikan benih yang harus ditanam oleh petani dan memberikan target produksi tertentu. Menurut penuturan Bapak Edi, jika produksi kurang dari target maka petani akan mengusahakan membeli hasil panen dari petani lain yang masih dalam naungan PT.BISI sehingga produksi tetap memenuhi target. Petani tidak terikat kontrak dengan PT.BISI sehingga petani memiliki keleluasaan untuk mengehentikan kerjasama atau menjalin kemitraan dengan perusahaan lain dengan syarat harus atas kesepakatan dan keputusan organisasi kelompok tani. Alasan lain petani memilih kemitraan adalah harga yang bersaing dan cenderung lebih tinggi dibandingkan harga dari tengkulak. Dalam kegiatan bercocok tanam petani selalu mendapatkan monitoring dari PT.BISI dengan uraian kegiatan sebagai berikut.Tabel 3. Kegiatan Bercocok TanamNoWaktu TanamJenis KegiatanUraian

1Pertengahan Agustus 2014Pengolahan Tanah dan Penanaman JagungPengolahan tanah dilakukan oleh buruh tani dengan sistem saling percaya, benih jagung disuplai oleh PT.BISI. Proses penanaman dan pemeliharaan tanaman mengikuti persyaratan konservasi benih yang langsung dimonitoring dan dilatih oleh PT.BISI.

2Pertengahan NopemberPemanenan JagungPemanenan dilakukan dengan serempak dalam satu lahan. Hasil panen yang dijual kepada PT.BISI adalah masih berupa tongkol bukan pipilan. Hasil panen langsung diangkut oleh PT.BISI. Kuantitas hasil panen harus sesuai target, jika kurang maka petani menutupi kekurangan dengan membeli hasil panen dari petani lain di bawah naungan PT.BISI.

3Awal JanuariPengolahan tanah dan Penanaman PadiBudidaya padi tidak dilakukan secara mandiri, tidak atas kerjasama dengan perusahaan. Sehingga benih didapatkan dengan membeli.

4Akhir MeiPemanenan PadiHasil panen padi dari lahan Bapak Edi umumnya tidak dijual namun disimpan di lumbung dan sebagai persediaan konsumsi keluarga. Namun jika dirasa berlebih maka akan dijual. Namun dalam hal ini tidak dibahas analisis usaha taninya.

Dalam kegiatan bercocok tanam jagung, petani tidak menggunakan pupuk organik dengan 100% pupuk anorganik. Sebenarnya petani mendapatkan opsi untuk memperoleh pupuk langsung dari PT.BISI, namun karena pertimbangan seperti penerimaan di akhir akan dipotong sesuai dengan biaya pupuk yang dihabiskan, maka petani lebih memilih untuk membeli sendiri. Dalam upaya pengendalian hama/penyakit tanaman, petani mengaplikasikan pestisida sintesis yang dibeli dari toko-toko pertanian. Hama yang paling sering muncul yakni ulat yang dapat mengganggu pertumbuhan jagung. Namun serangan hama tersebut tidak terlalu intensif dan tidak periodik. Dalam kasus tertentu petani hanya mengaplikasikan sedikit pestisida. Namun menurut penuturan responden sempat terjadi serangan yang parah, namun tidak sampai menurunkan produksi secara signifikan.

3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani Jagung3.4.1 Biaya Usahatani Jagung (Satu Kali Musim Tanam)1. Biaya Tetap/TFC (Total Fix Cost)Tabel 4. Biaya PenyusutanNoUraianJumlah (unit)Harga (Rp) (perhitungan)Biaya (Rp)

1Sewa lahan4000m2Rp 2.000.000,-/1500m2/tahunRp 1.777.777,-

2.Sewa Alat-Hand Traktor1Rp 800.000,-/ 2 hariRp 800.000,-

3Penyusutan Alat*---

TotalRp 2.577.777,-

*) Biaya penyusustan alat tidak dimasukkan ke dalam biaya tetap dikarenakan petani tidak memilikinya, dan menjadi tanggungan tenaga kerja.2. Biaya Variabel/TVC (Total Variable Cost)Tabel 5. Biaya Variabel/TVC (Total Variable CostNoUraianJumlah (unit)Harga (Rp) (perhitungan)Biaya (Rp)

1Benih11 kg*--

2.Pupuk Urea ZA Phonska200 kg50 kg150 kgRp 93.000,-/50 kgRp 93.000,-/50 kgRp 130.000,-/50 kgRp 186.000,-Rp 93.000,-Rp 195.000,-

3Obat-obatan1,5 LRp 60.000,-/literRp 80.000,-

4Tenaga Kerja Tanam

Penyiangan + Pembumbunan Pemupukan + Penyiraman

Pemanenan2 (Pa)16 (Pi)6 (Pa)1 (Pa)2 (Pi)6 (Pa)27 (Pi)Rp 50.000,-/hariRp 40.000,-/hariRp 50.000,-/hari (3 hari)Rp 50.000,-/hariRp 40.000,-/hariRp 50.000,-/hariRp 40.000,-/hariRp 100.000,-Rp 640.000,-Rp 900.000,-Rp 50.000,-Rp 80.000,-Rp 100.000,-Rp 1.080.000,-

TotalRp 3.504.000,-

3. Total Biaya/TC (Total Cost)Tabel 6. Total Biaya/TC (Total Cost)NoBiayaTotal Biaya (Rp)

1Biaya Tetap/TFC (Total Fix Cost)Rp 2.577.777,-

2Biaya Variabel/TVC (Total Variable Cost)Rp 3.504.000,-

TotalRp 6.081.777,-

4. Penerimaan UsahataniTabel 7. Penerimaan UsahataniNoUraianNilai

1Produksi (unit)2 ton

2Harga (per satuan unit)Rp 3.300,-

TotalRp 6.600.000,-

5. Keuntungan UsahataniTabel 8. Keuntungan Usaha TaniNoUraianNilai

1Total Biaya (Total Cost)Rp 6.081.777,-

2Penerimaan (Total Revenue)Rp 6.600.000,-

TotalRp 518.223,-

3.5 Analisis Kelayakan Usahatani3.5.1 R/C RatioR/C = = 1,0853.5.2 BEP (Break Even Point) BEP Penerimaan= = = = = Rp. 4.773.661,- BEP unit= = = = = 1665,23 unit (kg hasil panen) BEP harga= = = Rp. 3040,88,-

Dari perhitungan ini dapat dilihat bahwa usahatani jagung yang dilakukan oleh Bapak Edi Wawono akan mencapai titik impas jika hasil panennya telah mencapai 1665,23 kg pada harga Rp. 3040,88,- dan dengan penerimaan sebesar Rp. 4.773.661,-. Berdasarkan hasil perhitungan maka usahatani yang dilakukan oleh Bapak Edi Wawana dapa dikatakan menguntungkan karena telah melampaui titik impasnya baik dari segi unit, harga, maupun penerimaan. Hasil analisa R/C ratio menunjukkan angka 1,085 artinya setiap 1 rupiah yang dikeluarkan petani akan mendapat pengembalian 0,085 rupiah (1,085-1). Angka ini juga mengindikasikan bahwa usahatani yang dilakukan layak untuk diteruskan, tetapi perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan angka ini mengingat margin keuntungan masih terlalu kecil.

3.6 Pemasaran Hasil PertanianPemasaran hasil pertanian (usahatani jagung) yang dilakukan oleh Bapak Edi Wawana adalah secara langsung. Usahatani jagung yang dilakukan ini merupakan usahatani yang berupa bentuk kerjasama antara kelompok tani Tani Makmur dengan PT. BISI. Dengan kerjasama ini maka komoditas jagung yang diusahakan adalah jenis jagung pembenih. Demikian maka seluruh hasil pertanian yang didapat dijual kepada pihak yang bekerjasama atau PT. BISI. Pengangkutan hasil pertanian dari lahan sepenuhnya juga adalah tanggungjawab PT. BISI.

3.7 Kelembagaan PetaniDi dusun Junwatu Desa Junrejo terdapat Gapoktan yang bernama Bagus. Gapoktan Bagus dibentuk pada tahun 2010 atas inisiatif warga khususnya para anggota kelompok tani desa Junrejo. Jumlah Gapoktan hanya satu, namun Gapoktan tersebut menaungi 10 Kelompok tani. Kelompok Tani yang tergabung dalam Gapoktan Bagus yaitu:1. Gawe Rejo2. Sumber Rejeki3. Tani Maju4. Sri Rejeki5. Sido Dadi6. Subur Makmur7. Sri Sejati 18. Sri Sejati 29. Sumber Abadi10. Tani MakmurPetani responden yaitu Bapak Edi Wawono merupakan ketua Gapoktan Bagus dan tergabung dalam Kelompok Tani Tani Makmur. Para anggota Gapoktan mengadakan pertemuan rutin setiap 1 bulan sekali,yang mana tempat pertemuan tersebut bergilir sesuai jumlah anggota Gapoktan. Agenda dalam pertemuan mirip arisan yang didalamnya juga berlangsung diskusi mengenai permasalahan, keluh kesah atau bertukar pikiran tentang segala sesuatu yang menyangkut usaha tani para anggota Gapoktan. Kelompok tani yang dinaungi Gapoktan Bagus tidak hanya bergerak di bidang pertanian rakyat tapi juga ada yang mengusahakan peternakan, bahkan dulu juga ada yang mengusahakan perikanan. Dengan demikian, Gapoktan desa Junrejo merupakan kumpulan kelompok tani yang bergrak di bidang agrokompleks.Beberapa anggota Gapoktan termasuk Bapak Edi Wawono melakukan kerjasama dengan pihak luar yaitu perusahaan benih. Perusahaan benih yang pernah berkerjasama antara lain : PT. Monsanto, PT Pioner dan PT Bisi yang hingga sekarang masih menjalin kerjasama dengan beberapa anggota Gapoktan Desa Junrejo. Dengan adanya kerjasama dengan perusahaan ini, akan tercipta kepastian pasar hasil produksi petani. sehingga petani tidak akan kesulitan mencari pasar dan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi harga pasar. Perusahaan juga bersedia membeli hasil produksi dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga pasar pada umumnya. Jadi petani merasa lebih diuntungkan dengan adanya kerjasama ini. Namun, petani tetap harus memenuhi persyaratan yang di minta perusahaan benih,misalnya jenis kultivar yang harus ditanam,kondisi lingkungan yang harus dipenuhi dan lain-lain. Dengan adanya kelembagaan pertanian dapat memberikan manfaat dalam memajukan pertanian Desa Junrejo. Dimana dengan adanya lembaga tersebut masyarakat mendapatkan informasi dari penyuluhan yang ada mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pertanian. Dengan lembaga tersebut melatih kerjasana untuk mengelola suatu lahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, adanya Gapoktan ini juga membantu dalam pengadaan maupun pendistribusian saprodi pertanian dari subsidi pemerintah. Biasanya ketua Gapoktan, yaitu Edi Wawono yang mendata dan mengkoordinir kebutuhan saprodi petani Junrejo. Tidak hanya angota Gapoktan yang di jamin ketersediaan pupuknya, namun petani lain yang belum tergabung dalam Gapoktan pun turut di hitung kebutuhan saprodinya agar ikut mendapat saprodi bersubsidi dari pemerintah.

3.8 Kendala Usaha TaniTidak ada kendala yang berarti dalam usaha tani di desa Junrejo. Menurut penuturan bapak Edi Wawono, ketersediaan air, ketersediaan saprodi, ketersediaan Benih dan modal tidak menemui kendala. 1. Benih JelekSeperti yang telah dipaparkan diatas, beberapa anggota Gapoktan menjalin kerjasama dengan perusahaan benih. Perusahaan benih yang bekerjasama saat ini adalah Bisi. Sehingga dalam memulai usaha tani, para petani mendapat suplay benih dari perusahaan tersebut dengan ketentuan hasil panen harus dijual ke perusahaan benih yang bersangkutan. Benih yang diberikan tergantung keputusan perusahaan sehingga petani hanya menjalankan atau membudidayakan benih yang di berikan tanpa bisa memilih jenis maupun kualitasnya. Hal ini berakibat pada fluktuatifnya hasil panen serta pendapatan yang diterima petani. Seperti halnya panen terakhir yang dilakukan Bapak Edi, dalam panen terakhir ini Pak Edi hanya mendapat hasil sebesar 2 ton yang jika diuangkan hanya sebesar Rp.6.000.000. Padahal panen panen sebelumnya pak Edi mampu memperoleh penghasilan sebesar Rp. 11.000.000. Turunnya hasil panen musim ini dikarenakan benih yang diberikan perusahaan kualitasnya lebih rendah dibandingkan benih yang diberikan pada musim-musim tanam sebelumnya. 2. Pencemaran Air Limbah PerikananDulu selain pertanian rakyat dan peternakan, anggota Gapotan juga ada yang mengusahakan budidaya perikanan. Namun dengan adanya budidaya perikanan ini, air irigasi pertanian dan saluran air warga menjadi tercemar. Sehingga usaha perikanan di Desa Junrejo ditutup. Pencemaran air akibat kurang tepat dalam manajemennya ini yang dulu menjadi salah satu masalah dalam budidaya pertanian warga sebelum akhirnya ditutup. 3. Ketersediaan ModalKesulitan dalam pengadaan modal yang umumnya menjadi masalah bagi usaha pertanian tidak terjadi pada usaha tani desa Junrejo. Petani desa Junrejo mendapat kredit modal dari dinas terkait yang mana menurut penuturan pak Edi Wawono,kredit modal dapat diperoleh oleh petani dengan proses yang mudah dan lancar. 4. Ketersediaan SaprodiKesulitan dalam pengadaan saprodi pertanian yang umumnya menjadi masalah bagi usaha pertanian tidak terjadi pada usaha tani desa Junrejo. Petani desa Junrejo mendapat suplay saprodi dari pemerintah yang mana menurut penuturan pak Edi Wawono, saprodi dapat diperoleh oleh petani dengan lancar karena jumlah kebutuhan saprodi petani desa Junrejo telah didata sesuai jumlah petani oleh Bapak Edi Wawono selaku ketua Gapoktan. 5. Ketersediaan AirKesulitan dalam pengadaan air irigasi yang umumnya menjadi masalah bagi usaha pertanian tidak terjadi pada usaha tani desa Junrejo. Petani desa Junrejo mendapat suplay air irigasi dari parit yang dibangun di tepi lahan yang mana menurut penuturan pak Edi Wawono,air irigasi dapat diperoleh oleh petani dengan proses yang mudah dan lancar tanpa sistem pembagian atau mekanisme pembagian air antar petani.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanUsahatani merupakan upaya petani untuk menggunakan atau memanfaatkan seluruh sumberdaya (tanah, pupuk, air, obat-obatan, uang, tenaga dan lain-lain) dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat diperoleh hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan wilayah Junrejo merupakan wilayah pertanian yang sudah ada sejak dahulu, yang merupakan mata pencarian utama pada saat itu. Semenjak dibentuk kelompok tani, kegiatan pertanian disana mulai mengunakan teknologi yang baik serta kemampuan petani yang meningkat. Bersarakan hasil wawancara dengan Bapak Edi Wawono yang merupakan ketua Gapoktan dan juga petani setempat sudah mengadakan kerja sama dengan PT BISI dalam mengusahakan usaha taninya. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usahatani jagung yang dilakukan oleh Bapak Edi Wawono akan mencapai titik impas jika hasil panennya telah mencapai 1665,23 kg pada harga Rp. 3040,88,- dan dengan penerimaan sebesar Rp. 4.773.661,-. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka usahatani yang dilakukan dapat dikatakan menguntungkan karena telah melampaui titik impasnya baik dari segi unit, harga, maupun penerimaan. Hasil analisa R/C ratio menunjukkan angka 1,085 artinya setiap 1 rupiah yang dikeluarkan petani akan mendapat pengembalian 0,085 rupiah. Angka ini juga mengindikasikan bahwa usahatani yang dilakukan layak untuk diteruskan, tetapi perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan angka ini mengingat margin keuntungan masih terlalu kecil.

4.2 SaranDilihat dari analisis kelayakan usaha pada perhitungan R/C ratio yang didapatkan didapatkan angka 1,085 dimana pengembaliannya hanya 0,085 yang tergolong terlalu kecil sehingga jika usahatani tersebut diteruskan tidak mendapatkan keuntungan yang besar. Oleh karena perlu diperhatikan jenis komoditas yang akan diusahakan dan disesuaikan dengan permintaan pasar selain itu juga input produksi juga perlu diperhitungkan agar keuntungan yang akan dihasilkan lebih besar.

BAB VLAMPIRAN

5.1 Transek Desa dan Peta Desa

Penggunaan lahan PemukimanJalanLahan pertanian hortikulturaSungaiLahan pertanian jagung

Potensi Tempat tinggal dan tempat usahaPenghubung jalan utama ke lahan pertanianMata pencaharian utama pendudukPengairan lahan pertanianMata pencaharian utama penduduk

5.2

lahan petanilahan petani

Rumah bapak Edi Wiyonojalan raya

Sungai jembatan

Lampiran Foto Hasil Pengamatan Lapang5.3 Kalender Musim Tanam5.4 Quisioner yang Sudah Terisi Data Survei Lapang

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 2010. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang, Bandung.Adulavidhaya, K. 1980. Improving Farm Management Teaching in Asia. The Agriculture Development Council, Inc. Bangkok.Asmara, R. dan Pradana, A. E. 2011. Analisis Efisiensi Alokatif Agroindustri Chips Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Mocaf (Modified Cassava Flour) di Kabupaten Trenggalek. AGRISE Volume XI No. 3 Bulan Agustus 2011.Colman, D. and T. Young. 1990. Principles of Agricultural Economic Market and Prices in Less Developed Countries. Cambridge University Press. UK.Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta.Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Suryana, A. 1981. Keuntungan Komparatif Usahatani Ubi Kayu di Daerah Produksi Utama di Lampung dan Jawa Timur. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor. 35-37.Adiwlaga Anwas. 2012. Ilmu Usatanai. Bandung : Bumi Aksara.Bachraen Saeful. 2012. Penelitian Sistem Usaha Pertanian di Indonesia. Bandung: IPB PressYayasan Bina MasyarakatSejahtera (BMS). 2001. Bahan Latihan Pendamping. JakartaStudio Drya Media. ____. Berbuat Bersama, Berperan Serta, Acuan Penerapan Participatory Rural Apraisal, hntuk Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi, Nusa Tenggara, 1966. Bandung