Lap Praktikum

55
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE OLEH DEWI FLORIANTI 05111002012 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

description

laporan

Transcript of Lap Praktikum

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

OLEHDEWI FLORIANTI05111002012

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SRIWIJAYAINDRALAYA2013KATA PENGANTARPuji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang mana telah memberikan segala karunianya sehingga dapat diselesaikannya laporan hasil praktikum mata kuliah Teknik Irigasi dan Drainase ini. Salawat serta salam tak lupa saya haturkan pula kepada Nabi besar Muhammad saw beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dijalan yang dirahmati Allah.Dalam laporan ini, saya menjelaskan tentang hasil pengamatan megenai pengukuran debit, infiltrasi, kecepatan aliran air serta sistem penanaman. Dimana praktikum dilaksanakan pada hari sabtu di lahan percobaan pertanian organik Fakultas Pertanian di Pemulutan.Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Teknik Irigasi dan Drainase , para asisten serta teman-teman yang telah banyak membantu pada saat praktikum.Saya juga menyadari, masih banyak kekurangan dan kesalahan-kesalahan dalam penulisan laporan ini dan jauh dari kata sempurna. Karena itu saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk laporan ini.

Indralaya, 15 Desember 2013

Dewi Florianti

DAFTAR ISIKata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3I.Pendahuluan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4A. Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4B. Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5II.Tinjauan Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6A.Debit Aliran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6B. Sistem Tanam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11C. Infiltrasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16D. Evapotranspirasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18III.Pelaksanaan Praktikum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20A. Tempat dan Waktu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20B. Alat dan Bahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20C. Cara Kerja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20III. Hasil dan Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .23A.Hasil. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .23B.Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .251.Debit Aliran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .252.Kecepatan Aliran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .253.Infiltrasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .264.Sistem Penanaman. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .275.Evapotranspirasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .28IV.Kesimpulan dan Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29A.Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29B.Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30Lampiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .32

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangIrigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan membendung sumber air atau dapat diartikan sebagai suatu usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang sistem pertanian. Sistem irigasi tersebut sudah dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam pengairan lahan pertanian ataupun perkebunan terlebih jika wilayah tersebut mempunyai iklim dengan curah hujan yang tinggi.Dalam sebuah kegiatan pertaian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi. Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga menghasilkan produksi yang maksimal tentunya. Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada kematianpada tanaman tersebut. Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air pada tanaman hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.Faktor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat petani kesusahan dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi seperti ini diperlukan system manajemen irigasi yang baik pengelolaan air.Dalam sebuah saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah sluran irigasi dalah sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau tanaman di sebuah lahan tersebut. Dengan mengetahui besarnya laju aliran per satuan waktu (debit) diharapkan akan dapat mengontrol laju aliran sesuai dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu perlunya pengukuran debit aliran pada sebuah saluran irigasi adalah merupakan suatu metoda ataupun kepentingan dalam sebuah manajemen irigasi atau dalam sebuah system keirigasian.Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi dilapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi suatu sumber daya air disuatu daerah atau wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengefaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.Tanah dan air memiliki hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain khususnya dalam bidang pertanian. Salah satu bentuk hubungan itu ditunjukkan dengan proses penyediaan air di dalam tanah. Tersedianya air di dalam tanah tidak terlepas dari adanya peranan laju infiltrasi. Apabila air hujan jatuh ke permukaantanah, maka pergerakan air akan diteruskan ke dua arah, yaitu air limpasan atau aliranpermukaan secara horizontal (run-off) dan air yang bergerak secara vertikal yangdisebut air infiltrasi.Pengukuran infiltrasi, baik kapasitas nya maupun kecepatannya dari suatu tanah penting untuk mengetahui bentuk-bentuk keadaan keberadaan air dan pengelolaan air yang baik dalam tanah. Laju infiltrasi pada penyediaan air dengan intensitas pemberian air yang konstan dan kontinyu ( baik dari hujan maupun irigasi) umum nya konstan diawal proses kemudian menurun dan akhirnya mencapai laju yang relative konstan.Bila permukaan tanah tergenang air dengan tebal genangan beberapa cm saja, maka laju infiltrasi atau infiltrability langsung menurun sehingga mencapai lebih kurang konstan.Hubungan infiltrasi dengan waktu pada keadaantanah tergenang air. Apabila dihitung infiltrasi komulatif dari suatu peristiwa infiltrasi, maka hasinya merupakan integrasi dari kurva hubungan antara laju infiltrasi dengan waktu.

B. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui debit aliran, kecepatan aliran, infiltrasi, cara pengukuran tinggi muka air sawah, metode penanaman yang diterapkan pada lahan percobaan di Pemulutan serta pengaruh evapotranspirasi terhadap jumlah air.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Debit AliranDebit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.Dalam system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik ( m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliranadalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal.Kartasapoetra (1994) mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan air irigasi bagi lahan pertanian, debit air dari sumber harus cukup untuk disalurkan ke areal pertanian. Agar penyaluran air irigasi ke areal pertanian dapat diatur dengan sebaikbaiknya (dalam arti tidak berlebihan atau dapat dimanfaatkan seefisien mungkin), maka dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengukuran debit air. Dengan distribusi yang terkendali dan dengan pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air irigasi selalu dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak di masyarakat petani pemakai air irigasi. Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengukuran debit secara langsung, dapat digunakan beberapa alat ukur seperti pintu Romijn, sekat ukur tipe Cipoletti, sekat ukur tipe Thompson, parshall flume dan cut throat flume. Cut throat flume adalah alat ukur debit yang mempunyai bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan lebar tertentu. Debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit tersebut dengan bagian dasar yanag direndahkan. Lebar bagian penyempitan mempunyai ukuran yang berbedabeda, oleh karena itu penggunaan rumus juga disesuaikan dengan ukuran lebar bagian yang menyempit tersebut. Dalam pelaksanaan pengukuran debit air irigasi secara langsung dengan alatalat ukur tersebut biasanya lebih mudah karena dapat melihat tabel debit air yang tersedia (Kartasapoetra, 1994). Kartasapoetra (1994) mengatakan bahwa pengukuran debit secara tidak langsung dapat menggunakan alat pengukur kecepatan aliran (current meter). Current meter merupakan alat pengukur kecepatan aliran yang dilengkapi balingbaling yang digerakkan dengan tenaga baterai dan setiap putaran sumbu akan menghasilkan bunyi. Kecepatan aliran diperhitungkan dengan jumlah bunyi atau jumlah putaran setiap waktu. 1. Debit secaraLangsung ( debit sesaat)Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:a. Alat Ukur Pintu RomijnAmbang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik turunkan,yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur romijin yaitu dengan menggunakan rumus:Q= 1,71 b h3/2Keterangan: Q = debit air(detik)b= lebar ambang(m) h= tinggi permukaan air(m)b. Sekat Ukur ThompsonBerbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90odapat dipindah-pindahkan karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:Q= 0,0138 h(detik)Keterangan: Q = debit air(detik) h= tinggi permukaan air(m)c. Alat Ukur Parshall FlumeAlat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.d. Bangunan Ukur CipolettiPrinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:Q = C x b x h3/2Dimana :C = konstana0,0186b =Penampang Atash = Kedalaman(m)Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H Q yang paling sesuai untuk masing masing jenis bangunan ukur.Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur romijin,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.2. Pengukuran debit air secara tidak langsunga. PelampungTerdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan, dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini dicari penampang melintang rata ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan titik titik pertengahan garis garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula mula dibuat penampang melintang rata rata antara penampang melintang rata rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah.Q = C . V . AKeterangan:Q = debit aliran(detik)C=konstanta(0,86)V=kecepatanpelampung didapat dari rumusV = S / t yaitu jarak dibagi rata-rata waktuA = luasrata rata aliranb. Pengukuran dengan Current MeterAlat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur.Debit aliran dihitung dari rumus :Q = V x Adimana : V = Kecepatang aliran(cm/s) A = Luas penampang(cm) Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :a) Bentuk saluranb) Kekasaran saluran danc) Kondisi kelurusan saluranDalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:a) Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.b) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari permukaan aliran.c) Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.d) Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan.e) Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata nya.Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizonta l(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya. Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai x ViKeterangan : Qi : Debit aliran segmen i Ai : Luas aliran pada segmen iVi : Kecepatan aliran pada segmen ini

B. Sistem Tanam Padi1. Sistem SebarSistem cara tanam benih sebar dipandang lebih menguntungkan oleh petani yang menerapkan cara tanam tersebut. Hal ini ditinjau dari lamanya pembibitan dan kebutuhan tenga kerja. Pembibitan pada sistem benih sebar tidak memerlukan waktu 2 minggu-4 minggu tetapi cukup sehari saja. Benih yang akan ditabur esok har direndam dalam air untuk inbibisi air. Setelah benih cukup lembab, benih dipindahkan pada media yang lembab untuk proses perkecamban. Benih yang telah siap untuk ditabur adalah benih yang terlihat telah mengeluarkan akar yang berwarna putih namun belum sempat mengelurkan daun. Tabela merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tabela adalah singkatan dari Tanam benih padi secara langsung, dimana benih padi langsung disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses penyemaian terlebih dahulu. Cara ini berbeda denga budidaya padi sistem pindah tanam atau transplanting, dalam hal pembibitannya. Kegiatan lainnya relatif sama. Dalam sistem pindah tanam, benih padi disemaikan terlebih dahulu di lahan yang terpisah dengan lahan budidaya. Dengan demikian, dibutuhkan tenaga untuk persiapan lahan semai, penyebaran benih, pencabutan bibit yang sudah siap tanam (dalam Bahasa Jawa: ngarit), dan tenaga tanam. Ditambah lagi tenaga transportasi untuk memindah bibit dari lokasi penyemaian menuju ke lokasi budidaya, karena seringkali lahannya berjauhan. Dalam tabela tenaga untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut tidak ada. Jadi dengan tabela dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga kerja upahan atau buruh tani.Sistem tabela telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai suatu sistem tradisional budidaya padi gogo atau gogo rancah yang dilakukan di tanah kering yang telah diolah. Sedangkan tabela dilakukan pada sawah berlumpur yang telah diolah secara sempurna. Sistem tabela telah umum digunakan di luar negeri di daerah dengan irigasi terjamin. Namun, dalam penerapannya sistem tabela tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi, yaitu:a. Budidaya tabela hanya sesuai untuk lahan sawah yang rata dan telah diolah sempurna. Benih tidak akan tumbuh bila jatuh pada tanah yang tergenang air.b. Tabela sesuai untuk sawah beririgasi teknis yang mudah diatur pengairannya. Tabela kurang sesuai dilakukan pada musim penghujan. Saat curah hujan yang tinggi, apalagi pada saat baru sebar benih, benih dapat terhanyut.c. Benih yang baru disebar relatif lebih mudah diserang hama burung atau tikus.d. Gulma dapat tumbuh lebih pesat dibanding benih padi yang ditanam, sehingga membutukan usaha penggendalian gulma yang lebih intensif.e. Usaha kegiatan penyulaman juga lebih intensif, akibat kerusakan benih karena serangan hama atau supaya tata-letak tanam lebih rapi.Sistem tabela sangat cocok diterapkan pada lahan yang beririgasi baik, tidak mudah kebanjiran, dan pengolahan tanahnya harus sempurna, dimana kondisi tanah benar-benar gembur dan rata. Jika dapat diterapkan, akan mendapatkan keuntungan lain selain dapat menghemat tenaga kerja, yaitu umur tanaman padi tabela lebih cepat sekitar 15 hari dibandingkan tanaman padi sistem pindah-tanam. Hal ini karena pada sistem tabela, tanaman padi tidak mengalami stagnasi pertumbuhan. Keuntungan lainnya, sistem perakarannya lebih cepat berkembang sehingga mampu berkompetisi dengan gulma untuk memperoleh unsur hara di dalam tanah. Hal ini karena sistem perakarannya tidak terbenam dalam tanah, maka mudah menyerap udara untuk bernafas. Berbeda dengan tanaman padi sistem pindah-tanam yang mengalami stagnasi pertumbuhan pada saat bibit dipindah dari lahan persemaian ke lahan budidaya. Bila dipindah, tanaman perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dan kebiasaan petani selama ini, bibit tanaman dibenam dalam tanah sampai semua perakarannya terbenam. Kondisi ini menyebabkan sistem perakarannya kurang cepat untuk berkembang. Sistem tabela dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan bantuan alat. Tabela secara manual hanya bertujuan untuk menghemat tenaga kerja, namun hasil produksi tanaman padi kurang optimal. Dengan cara manual, tata-letak benih padi tidak teratur, sehingga pertumbuhan kurang optimal dan menyulitkan dalam pemeliharaanya. Bila ingin lebih teratur, dilakukan penyulaman yang membutuhkan tenaga lebih banyak. Saat ini telah banyak dilakukan pengembangan alat bantu tabela. Dengan alat bantu tata-letak benih lebih teratur. Namun alat yang ada sekarang belum mempunyai kinerja yang optimal dengan hasil yang diinginkan petani pada umumnya, yaitu tata-letak benih rapi baik dalam larikan dan barisan, benih yang jatuh setiap rumpun sama jumlahnya. Bila ada alat yang kinerjanya seperti itu tidak diperlukan lagi kegiatan penyulaman.Untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman padi yang optimal, sebelum disebar sebaiknya benih diberi perlakuan khusus (seed treatment), sebagai usaha imunisasi terhadap serangan hama dan penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. Dengan cara ini pertumbuhan akar lebih cepat sehingga mampu bersaing dengan gulma untuk memperebutkan unsur hara. Sudah banyak produk kimiawi seperti itu yang beredar di toko-toko pertanian. Selain itu, sebaiknya jumlah benih tiap rumpun cukup dua butir dengan jarak tanam cukup lebar 45 cm. Dengan cara ini, kebutuhan benih lebih sedikit, namun pertumbuhannya lebih optimal. Kebiasaan umunya sekarang yang diterapkan oleh petani adalah menanam bibit padi tiap rumpun jumlahnya 4-5 bibit dengan jarak tanam 25 cm. Cara petani ini dianggap akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi karena jumlah bibit lebih banyak otomatis jumlah anakan akan lebih banyak, dan dengan jarak tanam yang lebih pendek otomatis jumlah rumpun juga lebih banyak. Namun, berdasarkan hasil penelitian, bila tiap rumpun hanya 2 bibit dengan jarak tanam yang lebar, ruang gerak untuk pembentukan anakan lebih longgar. Sirkulasi udara dan cahaya juga lebih baik. Cara ini dapat mengoptimalkan produktivitas tanaman padi.2. Sistem Jajar LegowoSistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).Namun kemudian, pola tanam ini berkembang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman. Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih optimal untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Beragamnya praktek legowo di lapangan menuntut adanya buku acuan penerapan sistem tanam legowo yang benar mulai dari penanaman hingga pengambilan sampel ubinan, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit, atau kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris terpinggir pada tiap unit legowo lebih rapat daripada baris yang di tengah (setengah jarak tanam baris yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).a. Legowo 2:1Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan.Gambar 1.Sistem Tanam Legowo 2:1a. Legowo 4:1Tipe 1Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm.

Gambar 2.Sistem Tanam Legowo 4:1 Tipe 1Tipe 2Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya sebesar 6,67% dibanding pola tegel (25x25) cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan.

Gambar 3.Sistem Tanam Legowo 4:1 Tipe 2Keuntungan Jajar LegowoMenurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:a. Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi, sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.b. Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus.c. Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan populasi.d. Sistem tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek).e. Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.

C. InfiltrasiInfiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah (Linsley et al, 1985). Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu periode infiltrasi. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah (Hardjowigeno, 2003).Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan menurun dengan bertambahnya waktu (Linsley et al, 1985).Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground water) (Linsley et al, 1985).Infiltrasi merupakan bagian dari siklus hidrologi yang mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan ketersediaan air. Pada tanah-tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi tanah yang rendah, sebagian besar curah hujan berubah menjadi aliran permukaan dan hanya sebagian kecil air hujan yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Akibatnya jumlah air yang menjadi simpanan air tanah menurun. Infiltrasi juga dapat dimanfaatkan untuk pertimbangan perkiraan potensi kekeringan, aliran permukaan, erosi dan pertimbangan kegiatan-kegiatan tertentu (Hardjowigeno, 2003).Pengamatan infiltrasi di lapang dapat dilakukan dengan membuat simulasi peresapan air oleh tanah. Simulasi ini dibantu dengan peralatan tertentu. Salah satu peralatan yang dapat digunakan adalah double ring infiltrometer (infiltrometer cincin konsentrik) (Seyhan, 1990). Alat tersebut terdiri dari dua metal silinder yang berbeda ukuran. Kedua silinder dipasang pada tanah dan diisi dengan air untuk kemudian diamati penurunan tinggi muka air pada tiap waktu tertentu (Rachman,2002).Laju infiltrasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, jenis liat, tutupan taju vegetasi, tindakan pengolahan tanah dan laju penyediaan air. Secara langsung, laju infiltrasi dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan. Kapasitas infiltrasi ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran, jumlah dan distribusi pori, serta kemantapan agregat tanah (Arifin, 2001).Menurut Asdak (1995), laju masuknya air ke dalam tanah terutama dipengaruhi oleh ukuran dan kemantapan agregat. Pori tanah merupakan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah. Pori-pori tanah dapat terbentuk akibat susunan agregat tanah, aktivitas akar, cacing, dan aktivitas organisme tanah lainnya. Aktivitas perakaran tumbuhan tahunan, sangat berperan dalam pembentukan saluran untuk pergerakan air dan udara. Saluran yang terbentuk umumnya berbentuk pipa yang kontinu dengan panjang yang dapat mencapai satu meter (Linsley et al, 1985).Total ruang pori tanah yang merupakan volume relatif dari pori-pori tanah dipengaruhi oleh susunan butiran padat tanah. Selain itu, total ruang pori tanah juga dipengaruhi oleh kedalaman tanah. Umumnya, tanah pada lapisan bawah lebih padat sehingga memiliki total ruang pori tanah yang lebih kecil dibandingkan total ruang pori tanah lapisan atas (Suhardi, 1983).Peran total ruang pori tanah berkaitan dengan pergerakan air dan udara serta penyimpanannya berkaitan dengan akar tanaman, mikroorganisme dan fauna tanah (Linsley et al, 1985).Berdasarkan Isyari (2005), laju infiltrasi pada penggunaan lahan hutan, tegalan, dan semak lebih tinggi daripada laju infiltrasi penggunaan lahan pemukiman. Pemadatan yang terjadi akibat aktivitas manusia menurunkan laju infiltrasi. Pengolahan tanah yang dilakukan pada suatu lahan berpotensi untuk meningkatkan dan menurunkan laju infiltrasi tanah. Aktivitas perakaran meningkatkan pori drainase dan berdampak pada peningkatan laju infiltrasi.Menurut Hefni (2003), laju infiltrasi tanah hutan lebih tinggi daripada laju infiltrasi tanah pertanian (tegalan). Jenis tanaman semusim yang ditanam pada tanah pertanian memiliki akar yang dangkal dengan penyerapan air yang sedikit sehingga kandungan air tanah tinggi dan laju infiltrasi menjadi rendah.

D. EvapotranspirasiEvapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang menggambarkan proses fisika transfer air ke dalam atmosfer, yakni evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi melalui tumbuhan (Usman 2004). Menurut Asdak (2010) evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Menurut Labedzki et al. (2011) evapotranspirasi dibedakan menjadi evapotranspirasi acuan (ETO), potensial dan aktual. Brutseart W (1982) menjelaskan bahwa evapotranspirasi potensial (ETp) merupakan jumlah maksimum dari evapotranspirasi permukaan luas yang ditumbuhi tanaman seragam dengan jumlah air tanah yang tidak terbatas dan kondisi meteorologi aktual. Evapotranspirasi acuan merupakan evapotranspirasi di bawah kondisi meteorologi dengan permukaan standar khususnya permukaan rumput yang luas dengan karakteristik spesifik (Buttafuoco et al. 2010). Menurut Allen et al. (1998) permukaan standar yang dimaksud adalah rumput seragam (alfa-alfa) yang ditutupi tanah, rumput tetap dalam keadaan pendek yang seragam, pengairan yang baik, dan tumbuh di bawah kondisi optimal. ETO sangat penting bagi bidang agrometeorologi dan hidrologi, contohnya untuk perencanaan dan manajemen irigasi.Evapotranspirasi acuan menjelaskan kebutuhan evaporasi dari atmosfer tanpa dipengaruhi oleh jenis tanaman, perkembangan dan manajemen tanaman. Jika air dalam kondisi cukup maka kondisi tanah tidak akan mempengaruhi ETO. Evapotranspirasi acuan (ETO) merupakan nilai evapotranspirasi pada tanaman hipotetik yang memiliki tinggi 0.12 m, tahanan permukaan sebesar 70 sm-1 dan albedo 0.23. Kriteria tersebut mendekati kondisi tanaman rumput. Evapotranspirasi acuan (ETO) dipengaruhi oleh kondisi iklim, oleh karena itu ETO dapat dihitung dengan menggunakan data iklim seperti data radiasi, suhu, kelembaban dan kecepatan angin. Evapotranspirasi acuan (ETO) diperkenalkan untuk mempelajari kebutuhan evaporasi yang berasal dari atmosfer dan terpisah dari tipe tanaman, pertumbuhan tanaman, dan manajemen tanaman.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUMA. Tempat dan WaktuPraktikum dilaksanakan di Lahan Percobaan Pertanian Organik Fakultas Pertanian di Pemulutan pada hari sabtu tanggal 7 Desember 2013 pukul 09.30-13.30 WIB.

B. Alat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum ini adalah 1). Pompa, 2). Cangkul, 3). Infiltrometer, 4). Current flow meter, 5). Meteran, 6). Selang, 7). Kayu, 8). Tali, 9). Stop watch dan 10). Pipa PVC.Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 1).Alat tulis, 2). Air irigasi dan 3).Kamera

C. Cara KerjaDebit Aliran1. Ukur panjang dan lebar petak sawah2. Siapkan pompa dan selang panjang untuk mengeluarkan air dari petak sawah3. Siapkan meteran dan kayu panjang untuk mengukur ketinggian air4. Mengukur tinggi muka air sebelum dipompa dan gunakan stopwatch untuk menghitung waktu selama air dipompa.5. Hidupkan pompa untuk memindahkan air di lahan dan gunakan stopwatch untuk mencatat waktu penggunaan pompa.6. Matikan pompa dan catat tinggi muka air yang berkurang.7. Tunggu sampai 30 menit kemudian dan catat tinggi muka air.

Current Meter (Kecepatan Aliran)1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu: 1 (satu) set alat ukur arus ataucurrent meterlengkap Alat Tulis2. Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak lurus dengan arah arus air dan tidak melendut3. Tentukan titik pengukuran 4. Berikan tanda pada masing-masing titik5. Baca ketinggian muka air pada pelskal6. Catat jumlah putaran baling baling selama interval waktu yang telah ditentukan (40 70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik), apabila arus air cepat waktu yang digunakan lebih pendek (misal 40 detik)7. Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan menggunakan rumus baling baling tergantung dari alat bantu yang digunakan (tongkat penduga dan berat bandul)

Infiltrometer1. Siapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum pegukuran infiltrasi2. Ambil ring sample ,kemudian tancapkan kedalam tanah sedalam dari ring sample tersebut.3. Tancapkan ring sample dengan perlahan dengan bantuan papan diatas nya,kemudian ketok papan tersevut dengan menggunakan martil hingga kedalaman ring sample 4. Kemudian ambil single ring ,dan tancapkan kedalam tanah posisikan ring sample ditengah-tengah single ring 5. Lakukan jkerjaan ini dengan baik jangan sampai mengganggu posisi daripada ring sample6. Isikan air kedalam ring sample hingga penuh7. Tempelkan penggaris disamping ring sample tengah untuk mengetahui seberapa banyak air yang serap oleh tanah8. Hidupkan stop watch untuk menghitung laju infiltrassi9. Catat hasil yang diperoleh dari praktikum ini setelah melewati interval waktu(t) yang telah ditentukan

Pengukuran Ketinggian Muka Air1. Siapkan 8 pipa pvc yang telah diatur ketinggiannya2. Atur ketinggian pipa dari yang terpendek sejajar dengan permukaan tanah 3. Jarak ketinggian antar pipa 5 cm4. Bagian bawah pipa ditutup agar tidak terjadi rembesan dari air didalam pipa5. Tutup bagian atas pipa agar tidak terpengaruh air hujan

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. Data Pengukuran Debit AliranDiketahui : Panjang lahan: 19 meterLebar lahan : 3,33 meterLuas lahan: 63,27 m2Posisi 1 Tinggi Waktu(detik)PosisiKeadaan mesin pompa

189 cm (awal)0TengahHidup

183,5 cm 25 menit 19 detikTengah Mati

187 (awal)PinggirMati

187,5830 menit kemudian (55 menit 19 detik)

188,610 menit PinggirMati

Posisi 2Tinggi Waktu(detik)PosisiKeadaan mesin pompa

244,10 cm (awal)0TengahHidup

239,4 cm 5 menit Tengah Hidup

235,715 menitTengahHidup

232,525 menit TengahHidup

23232 menitPinggirMati

23362 menit PinggirMati

233,0572 menitPinggirMati

2. Data Pengukuran Kecepatan AliranDiketahui :Kedalaman : 30 cmLebar : 43 cm Pengukuran ke-Pulses (putaran)Waktu (detik)

19650

214950

313750

45850

55650

650

76650

813250

96850

107150

119350

125950

136050

146550

1550

167650

175450

185750

195350

206350

215350

3. Data Pengukuran InfiltrasiWaktuKetinggianPengurangan Ketinggian

11.45 (Awal)15,7 cm-

11.4515,7 - 0,7 = 15 cm0,7 cm

11.5515 1,3 = 13,7 cm0,6 cm

12.0513,7 1,9 = 11,8 cm0,6 cm

TOTAL1,9 cm

B. Pembahasan1. Debit AliranDebit aliran adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang pada sungai persatuan waktu. Fungsi dari pengukuran debit aliran adalah untuk mengetahui seberapa banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat air tersebut mengalir dalam waktu satu detik. Debit air pada aliran terbuka sangat penting dalam pertanian yang biasanya dimanfaatkan untuk irigasi pesawahan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi bagi lahan pertanian, debit air dari sumber harus cukup untuk disalurkan ke areal pertanian. Agar penyaluran air irigasi ke areal pertanian dapat diatur dengan sebaikbaiknya (dalam arti tidak berlebihan atau dapat dimanfaatkan seefisien mungkin), maka dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengukuran debit air. Dengan distribusi yang terkendali dan dengan pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air irigasi selalu dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak di masyarakat petani pemakai air irigasi. 2. Kecepatan AliranPengukuran kecepatan aliran air berfungsi untuk mengukur debit air yang masuk ke lahan sawah. Pengukuran debit dengan bantuan alat ukurcurrent meteratau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area methodyang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai.Current meterberupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak pencatat ( monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya.Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan lairan air sungai.Kecepatan lairan air akan ditentukan dengan jumlah putaran per detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan rata-rata aliran air selama selang waktu tetentu.Pengukuran kecepatan aliran dengan current meter Semakin cepat putaran balin-baling dari current meter maka semakin besar debit air yang masuk ke lahan sawah. Debit dipengaruhi oleh dua faktor yaitu luas penampang sungai dan kecepatan aliran sungai. Semakin luas penampang sungai dan semakin tinggi kecepatan aliran sungai maka debit aliran akan semakin besar.3. InfiltrasiPada praktikum infiltrasi ini menggunakan singlering karena single ring merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.Pada hakekatnya pengukuran infiltrasi dilapangan untuk mengetahui kebutuhan air pada tanah tersebut.Kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi setiap tanah. Pada tanah yang sama kapasitas infiltrasinya berbeda- beda, tergantung dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Di samping intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah karena dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah Sebelummencapaikejenuhan, air masih dapat diserap oleh tanah.Jikatelah melebihi kejenuhan melebihi kejenuhan , air hujan jatuh ke permukaantanahakandialirkan sebagai limpasan permukaan (surface run off), ke badan air. Air yang masukkedalam tanah akan mencapai akifer. Air hujan yang jatuh kebumi dan menjadiair permukaan memiliki kadar bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit.Makin tinggi kadar air di dalam tanah, laju infiltrasi tanah tersebut makin kecil. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa semakin lama,laju infiltrasi akan semakin kecil. Pengaruh tanaman di atas permukaan tanah ada dua, yaitu yang berfungsi menghambat aliran air di atas permukaan sehingga kesempatan berinfiltrasi lebih besar, dan tumbuhan dengan sistem akar-akaran yang dapat lebih menggemburkan tanah, sehingga semakin baik tutup tanaman yang ada, makin tinggi laju infiltrasi yang terjadi.4. Sistem PenanamanDi lahan praktikum ini penanaman padi dilakukan dengan 2 cara yaitu sistem sebar dan jajar legowo. Sistem sebar ini telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai suatu sistem tradisional budidaya padi gogo atau gogo rancah yang dilakukan di tanah kering yang telah diolah. Penerapan sistem tanam sebar sebenarnya sangat menguntungkan bagi petani bila ditinjau dari lamanya pembibitan dan kebutuhan tenaga kerja. Namun banyak kendala yang dihadapi dengan penanaman sistem sebar ini , diantaranya sistem sebar hanya sesuai untuk lahan sawah yang rata dan telah diolah sempurna (keadaan tanah tidak tergenang air), lebih cocok untuk sawah beririgasi teknis yang mudah diatur pengairannya. Sistem tanam sebar ini kurang sesuai dilakukan pada musim penghujan. Saat curah hujan yang tinggi, apalagi pada saat baru sebar benih, benih dapat terhanyut. Benih yang baru disebar relatif lebih mudah diserang hama burung atau tikus. Sistem sebar sangat cocok diterapkan pada lahan yang beririgasi baik, tidak mudah kebanjiran, dan pengolahan tanahnya harus sempurna, dimana kondisi tanah benar-benar gembur dan rata. Jika dapat diterapkan, akan mendapatkan keuntungan lain selain dapat menghemat tenaga kerja, yaitu umur tanaman padi sebar lebih cepat sekitar 15 hari dibandingkan tanaman padi sistem pindah-tanam. Hal ini karena pada sistem sebar, tanaman padi tidak mengalami stagnasi pertumbuhan. Keuntungan lainnya, sistem perakarannya lebih cepat berkembang sehingga mampu berkompetisi dengan gulma untuk memperoleh unsur hara di dalam tanah. Hal ini karena sistem perakarannya tidak terbenam dalam tanah, maka mudah menyerap udara untuk bernafas.Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih optimal untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.sistem tanam jajar legowo ini dapat meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%. Praktek penanaman jajar legowo ini bervariasi, mulai dari legowo 2:1 sampai legowo 4:1 tipe 1 dan 2.5. Evaporasi dan TranspirasiPada lahan di Pemulutan tedapat alat untuk mengetahui evapotranspirasi. Evapotranspirasi mempengaruhi jumlah pemberian air irigasi ke tanaman. Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, mengapa dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua proses ini dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari permukaan air, tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk uap air di udara dengan adanya uap air diudara maka akan terjadi hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan bertambah juga.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Pengukuran debit aliran sangat penting untuk mencegah terjadinya banjir .2. Debit dipengaruhi oleh dua faktor yaitu luas penampang sungai dan kecepatan aliran sungai.3. Pengukuran kecepatan aliran bertujuan untuk menentukan debit air yang masuk ke lahan sawah4. Makin tinggi kadar air di dalam tanah maka laju infiltrasi tanah akan semakin kecil.5. Sistem tanam sebar menguntungkan petani karena waktu pembibitan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit.6. Sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.7. Evapotranspirasi berpengaruh terhadap pemberian jumlah air irigasi ke tanaman

B. SaranSebaiknya sebelum praktikum sudah dibagi kelompok agar praktikan dapat lebih tertib. Asisten sebaiknya lebih aktif dalam menjelaskan tata cara praktikum kepada praktikan.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Tanam Benih Padi Secara Langsung Tabela. (Online) (http://cahndeso-mbangundeso.blogspot.com/2011/03/tanam-benih-padi-secara langsung-tabela.html)Allen R, Pereira L, Smith M. 1998. Crop Evapotranspirastion Guidelines Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper 56. Arifin, A. 2001. Hutan dan Kehutanan.Yogyakarta. Kanisius Media.Effendi.Asdak ,Chay .1995. Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gadjah Mada Press. Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University PressBrutseart W. 1982. Evaporation into the Atmosphere: Theory, History, and Applications. Kluwer Academic Publishers, ISBN 90-277-1247-6, Dordrecht, NetherlandButtafuoco G, Caloiero T, Coscarelli R. 2010. Spatial Uncertainty Assesment in Modelling Reference Evapotranspiration at Regional Scale. J Hydrology Earth System Science Discuss, 7:4567-4589, DOI: 10.5194/hessd-7-4567-2010Dinas Pertanian Nasional. 2010. Sistem Tanam Jajar Legowo. (Online)(http://dinpertan. grobogan.go.id/pola-tanam/133-sistem-tanam-jajar-legowo.html)Hardjowigeno,H.Sarwono.2003.ILMUTANAH.Jakarta:Akademika Pressindo.Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta. KanisiusKodoatie, R.J. dan Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta. Andi. Labedzki L, Geszke E, Bak BogdanB, Slowinska S. 2011. Estimation of Reference Evapotranspiration using the FAO Penman-Monteith Method for Climatic Conditions of Poland. J Technology and Life Science 275-294Linsley Ray K., Joseph B. Franzini.1985. Teknik Sumber Daya Air.Jakarta. ErlanggaMaidment, RD. 1998. Handbook of Hydrology. McGraw-Hill. New York Media.Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta. Kanisius.Media.Raharja, B. 2011. Perhitungan Current Meter. (Online). (http://raharjabayu. wordpress.com/2011/06/)Seyhan, A. 1990. Aspek dan Simulasi Hidrologi. Yogyakarta. Kanisius MediaSuhardi. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta.Kanisius Media Sutanto.Usman. 2004. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial terhadap Perubahan Iklim. J Natur Indonesia 6(2): 91-98

LAMPIRAN