Lap. pend. pterigium.docx

25
LAPORAN PENDAHULUAN PTERIGIUM Disusun Oleh: MUDRIAH P17420213105 2C KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

Transcript of Lap. pend. pterigium.docx

Page 1: Lap. pend. pterigium.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

PTERIGIUM

Disusun Oleh:

MUDRIAH

P17420213105

2C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2014

Page 2: Lap. pend. pterigium.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

PTERIGIUM

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau

konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah

kornea. Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang

nyaman karena biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan

mengarah ke daerah kornea, sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah

nasal dan sampai ke pupil, jika sampai menutup pupil maka penglihatan kita

akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa ocular eksternal

superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas

konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini

bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu

jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya

sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang

sudah lanjut, jejas ini juga bisa menutupi pusat optik dari kornea.

Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang

bersifat invasif dan degenerative. (Prof. Dr Sidarta Ilyas Sp.M)

B. Etiologi

Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga

merupakan suatu neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak

terjadi pada mereka yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan

banyak terkena panas terik matahari.

Page 3: Lap. pend. pterigium.docx

Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak

terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar.

Penyebab paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari

sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB,

dan angin (udara panas) yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting

dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat

allegen, kimia dan zat pengiritasi lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada

petani, nelayan dan orang-orang yang tinggal di dekat daerah khatulistiwa.

Jarang menyerang anak-anak.

C. Patofisiologi

Biasanya pterigium terjadi karena paparan yang berlebihan dari sinar

ultraviolet, karena polusi seperti angina, debu, dan asap. Kemudian alergi-alergi

tersebut masuk ke meatus nasi inferior, menyebabkan iritasi seperti kemerahan

lama-kelamaan terjadi penebalan dan pertumbuhan konjungtiva bulbi kemudian

menjalar ke kornea sehingga menutupi kornea dan menjadikan pandangan kabur.

D. Patways

Sinar Ultra Violet Angin Asap Debu

Semua alergi menuju ke bagian nasal orbita

Meatus nasi inferior

Tenjadi iritasi

Page 4: Lap. pend. pterigium.docx

Penebalan dan pertumbuhan

Konjungtiva bulbi

Menjalar ke kornea

Menutupi kornea

Pandangan kabur

Dilakukan tindakan operatif

Terjadi trauma jaringan (luka)

E. Manifestasi Klinis

1. Mata iritatatif, merah, gatal, dan mungkin menimbulkan astigmatisme.

2. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea

(Zone Optic).

3. Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering)

dan garis besi yang terletak di ujung pteregium.

Risiko cidera

Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing di

mata) Perubahan persepsi sensori

Ansietas

NyeriRisiko InfeksiPerubahan persepsi

sensori

Page 5: Lap. pend. pterigium.docx

F. Klasifikasi Dan Grade

1. Klasifikasi Pterygium:

a. Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.

b. Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.

2. Grade pada Pterygium :

a.Grade 1:

Tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan konjungtiva

sklera masih dapat dibedakan), pembuluh darah sklera masih dapat

dilihat.

b.Grade 2:

Pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.

c.Grade 3:

Resiko kambuh, hiperemis, pada orang muda (20-30 tahun), mudah

kambuh.

d.Grade 4:

Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga

mengganggu penglihatan.

G. Pemeriksaan Dan Penegakan Diagnostik

1. Anamnesis

Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor

risiko seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.

2. Pemeriksaan Fisik

Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa

visus pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut.

Anamnesa positif terhadap faktor risiko dan paparan serta pemeriksaan

fisik yang menunjang anamneses cukup untuk membuat suatu diagnosa

pterygium.

Page 6: Lap. pend. pterigium.docx

3. Pemeriksaan Slit Lamp

Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk

memastikan bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya

dari diagnosa banding lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan

menggunakan alat yang terdiri dari lensa pembesar dan lampu sehingga

pemeriksa dapat melihat bagian luar bola mata dengan magnifikasi dan

pantulan cahaya memungkinkan seluruh bagian luar untuk terlihat dengan

jelas.

H. Penatalaksanaan

Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih

muda. Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata

dekongestan. Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau

dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya

astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah menutupi media penglihatan.

Tindakan Operatif :

Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan

bila pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh

menutupi seluruh permukaan kornea atau bola mata.

Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk

mengangkat pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi

penglihatan atau secara tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya

akan diberikan terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi B atau terapi

lainnya.

Page 7: Lap. pend. pterigium.docx

I. Komplikasi

Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:

1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan

2. Kemerahan

3. Iritasi

4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan focal

kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.

Komplikasi postooperasi pterygium meliputi:

1. Infeksi

2. Reaksi material jahitan

3. Diplopia

4. Conjungtival graft dehiscence

5. Corneal scarring

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan pterygium adalah :

1. Identitas

Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pekerjaan, Status perkawinan,

Alamat, Pendidikan.

2. Keluhan utama

Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya,

penglihatan kabur.

3. Riwayat penyakit sekarang

Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi

pada pasien dengan pterygium adalah penurunan ketajaman penglihatan.

Page 8: Lap. pend. pterigium.docx

Sejak kapan dirasakan, sudah berapa lama, gambaran gejala apa yang

dialami, apa yang memperburuk atau memperingan, apa yang dilakukan

untuk menyembuhkan gejala.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,

hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik

lainnya memicu resiko pterygium.

5. Riwayat penyakit keluarga

Ada atau tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama

seperti pasien.

6. Data Bio – Psiko – Sosial – Spiritual

a. Aktifitas istirahat

Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas

biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Neurosensori

Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan

kabur / tidak jelas.

c. Nyeri / kenyamanan

Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah sekali,

pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.

d. Rasa Aman

Yang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya maumun

tindakan operatif yang akan dijalaninya.

e. Pembelajaran / pengajaran

Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( pterigium ) kaji

riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem

vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti

Page 9: Lap. pend. pterigium.docx

peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,

serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

7. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang

tumbuh abnormal pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.

B. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1. Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing) berhubungan dengan

adanya penebalan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.

2. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.

3. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (post op)

2. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan lingkungan.

3. Perubahan dalam presepsi sensori (perseptual) berhubungan dengan

luka post operasi.

C. Perencanaan

Pre op

No

Dx

Tujuan

(NOC)

Intervensi

(NIC)

Rasional Evaluasi

1. Setelah dilakukan

tindakan …x 24 jam,

diharapkan pasien

merasa nyaman dan

Manajemen Lingkungan:

Kenyamanan

1. Berikan lingkungan yang

tenang dan suportif

1. Pasien merasa

tenang

2. Pasien merasa

nyaman

S:pasien

mengatakan

posisinya sudah

nyaman

Page 10: Lap. pend. pterigium.docx

dapat memahami

penjelasan perawat,

dengan kriteria hasil:

- pasien merasa

nyaman

- pasien rileks

2. Berikan lingkungan yang

aman dan bersih

3. Atur suhu ruangan

sehingga nyaman untuk

pasien

4. Atur pencahayaan sesuai

kebutuhan aktivitas

pasien, hindari

pencahayaan langsung

mengarah ke mata

5. Berikan posisi yang

nyaman

3. Pasien merasa

nyaman

4. Pasien tidak

terkena cahaya

berlebihan

5. pasien merasa

nyaman

O: pasien terlihat

duduk dengan

tenang

A: Dx perubahan

rasa nyaman

(teratasi)

P: intervensi

dihentikan

2. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama..x24 jam,

diharapkan risiko

cedera berkurang

dengan kriteria hasil:

a. Menunjukkan

perubahan perilaku,

pola hidup untuk

menurunkan factor

resiko dan untuk

melindungi diri dari

cedera.

b.Mengubah

lingkungan sesuai

Manajemen lingkungan:

1) Orientasikan pasien

dengan lingkungannya.

2) Awasi pasien selama

proses pemeriksaan

berlangsung.

3) Bimbing pasien

berjalan selama

pemeriksaan bila

pengelihatannya sangat

kabur.

4) Bersihkan jalan yang

dilewati pasien dan

yakinkan ruangan

dalam keadaan terang.

5) Libatkan keluarga

1. Agar pasien

terbiasa dan hafal

dengan situasi

disekelilingnya.

2. Mencegah

terjadinya risiko

cidera pada

pasien.

3. Agar pasien

merasa aman dan

mencegah

terjadinya cidera

pada pasien.

4. Untuk

menghindari risiko

cidera, dan lebih

S: pasien

mengatakan

pandangannya

masih kabur, sulit

melihat

O: pasien terlihat

dibantu keluarga

ketika berjalan

A: Dx resiko

cedera

(dilanjutkan)

P: lanjutkan

intervensi

Page 11: Lap. pend. pterigium.docx

dengan indikasi

untuk meningkatkan

keamanan.

dalam pengawasan

pasien sehari-hari.

6) Anjurkan untuk

menjauhkan benda-

benda yang berbahaya

di sekitar lingkungan

pasien.

7) Anjurkan untuk

menghindari pasien

melintasi lantai licin.

memperjelas

penglihatan

pasien.

5. Mencegah

terjadinya cidera

pada pasien.

6. Mencegah

terjadinya cidera

pada pasien.

7. Mencegah

terjadinya

cidera/jatuh pada

pasien.

3. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan …x24

jam, diharapkan

ansietas berkurang

dengan kriteria hasil:

- Kontrol kecemasan

- Kopinga. Klien mampu

mengidentifikasi

dan

mengungkapkan

gejala cemas

b. Mengidentifikasi,

mengungkapkan

Anxiety Reduction

(penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan

yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap pelaku

pasien

3. Jelaskan semua prosedur

dan apa yang dirasakan

selama prosedur

4. Temani pasien untuk

memberikan keamanan

dan mengurangi takut

5. Berikan informasi

faktual mengenai

1. untuk membuat

pasien tenang

2. agar pasien

tidak merasa

cemas

3. agar pasien

mengetahui

tindakan yang

akan dilakukan

4. agar pasien

mengetahui apa

yang terjadi pada

dirinya

5. agar pasien

tidak cemas

S: pasien

mengatakan

cemas berkurang,

sudah lebih tenang

O: pasien terlihat

santai, dan tidak

gugup

TD: 120/80mmHg

N:78x/mnt

R:20x/mnt

S:36,8C

A: Dx ansietas

(teratasi sebagian)

P: lanjutkan

intervensi

Pemberian obat anti

Page 12: Lap. pend. pterigium.docx

dan menunjukkan

tehnik untuk

mengontol cemas

c. Vital sign dalam

batas normal

d. Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan

tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

diagnosis, tindakan

prognosis

6. Libatkan keluarga untuk

mendampingi klien

7. Instruksikan pada pasien

untuk menggunakan

tehnik relaksasi

8. Dengarkan dengan

penuh perhatian

9. Identifikasi tingkat

kecemasan

10. Bantu pasien mengenal

situasi yang

menimbulkan

kecemasan

11. Dorong pasien untuk

mengungkapkan

perasaan, ketakutan,

persepsi

Obat:

pemberian obat anti cemas

6. untuk

mengurangi

ketegangan

7. agar pasien

dapat

mengungkapkan

perasaannya

Mengurangi

kecemasan

cemas

Page 13: Lap. pend. pterigium.docx

Post op

No TUJUAN

(NOC)

INTERVENSI

(NIC)

RASIONAL EVALUASI

1. Pain Level, pain

control, comfort

level

Setelah dilakukan

tinfakan keperawatan

selama …x24 jam

Pasien tidak

mengalami nyeri,

dengan kriteria hasil:

a. Mampu

mengontrol nyeri

(tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan

tehnik

nonfarmakologi

untuk

mengurangi

nyeri, mencari

bantuan)

b. Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan

manajemen nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi

2. Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidaknyamanan

3. Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan

intervensi

4. Ajarkan tentang teknik

non farmakologi: napas

dala, relaksasi, distraksi,

kompres hangat/ dingin

5. Tingkatkan istirahat

Obat:

6. Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

1. agar mengetahui

nyeri secara

komperhensif

2. agar mengetahui

penyebab

ketidaknyamanan

3. untuk

mengetahui

tindakan yang

harus dilakukan

4. untuk

mengurangi nyeri

5. agar istirahat

pasien cukup

sehingga nyeri

berkurang

6. untuk

mengurangi nyeri

S: pasien mengatakan

nyeri berkurang,

dengan skala nyeri

sebelum 4 dan

sesudah dilakukan

tindakan menjadi 2

O: pasien terlihat

nyaman, tenang

A: Dx nyeri akut

(teratasi sebagian)

P: Lanjutkan

intervensi

Page 14: Lap. pend. pterigium.docx

c. Mampu

mengenali nyeri

(skala, intensitas,

frekuensi dan

tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa

nyaman setelah

nyeri berkurang

e. Tidak mengalami

gangguan tidur

2. Immune Status

Knowledge :

Infection control

Risk control

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama..x24 jam

pasien tidak

mengalami infeksi

dengan kriteria hasil:

1. Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi

2. Menunjukkan

kemampuan

untuk mencegah

1. Pertahankan teknik

aseptif

2. Batasi pengunjung

bila perlu

3. Gunakan baju, sarung

tangan sebagai alat

pelindung

4. Tingkatkan intake

nutrisi

5. Monitor tanda dan

gejala infeksi sistemik

dan lokal

6. Inspeksi kulit dan

membran mukosa

terhadap kemerahan,

panas, drainase

7. Ajarkan pasien dan

1. agar tidak

terjadi infeksi

2. untuk

mengurangi resiko

infeksi

3. untuk

mengurangi resiko

infeksi

4. untuk

menambah sistem

kekebalan tubuh

5. untuk

mengetahui

adanya infeksi

6. mengetahui

kondisi luka

7. agar mengetahui

S: pasien mengatakan

luka bekas operasinya

sudah mulai

mongering

O: tidak terdapat

cairan yang berlebih

dimata, pasien mulai

berkedip

A: Dx resiko infeksi

(teratasi sebagian)

P:lanjutkan intervensi

Page 15: Lap. pend. pterigium.docx

timbulnya infeksi

3. Jumlah leukosit

dalam batas

normal

4. Menunjukkan

perilaku hidup

sehat

5. Status imun,

gastrointestinal,

genitourinaria

dalam batas

normal

keluarga tanda dan gejala

infeksi

8. Berikan terapi

antibiotik

tanda dan gejala

infeksi

9. untuk mencegah

penyebaran bakteri

3. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

1 x 24 jam

diharapkan

perubahan persepsi

sensori teratasi

dengan kriteria

hasil :

Mengenal

perubahan stimulus

yang positif dan

negative

1. Bedakan kemampuan

lapang pandang diantara

kedua mata

2. Anjurkan pasien

menggunakan kacamata

3. Anjurkan klien untuk

melakukan aktivitas

sederhana seperti

menonton TV

4. Observasi tanda

disorientasi dengan tetap

berada di sisi pasien.

1. menentukan

kemampuan

lapang pandang

tiap mata

2. untuk

menurunkan

penglihatan perifer

dan gerakan

3. meningkatkan

input sensori,

mempertahankan

perasaan moral,

mengurangi stress

S: pasien mengatakan

penglihatannya sudah

mulai jelas

O: pasien melihat

televisi dan berjalan

tanpa dibantu

A: Dx perubahan

persepsi sensori

(teratasi sebagian)

P: lanjutkan

intervensi

Page 16: Lap. pend. pterigium.docx

Mengidentifikasi keb

iasaan lingkungan

4. mengurangi

ketakutan pasien

dan meningkatkan

stimulus

Page 17: Lap. pend. pterigium.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas Sidarta, 2000. Ilmu Keperawatan Mata Cetakan 4. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Diambil pada tanggal 25 November 2014, dari:

https://id.scribd.com/doc/182335754/LP-ASKEP-PTERIGIUM-doc

s1-keperawatan.umm.ac.id/.../INTERVENSI%20KEPERAWATAN%20.