Lap Magang Tyo

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Televisi adalah sebuah media penyiaran yang berfungsi sebagai penerima siaran bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Media telah mengalami sebuah kepesatan dalam mengambil alih sebuah isu. Sebuah isu dapat sebuah berita yang menarik dan di angkat menjadi topik hangat. Peran media sangatla bagi sebuah isu, karena seringkali dari sebuah isu akan menjadi sebuah t jarang akhirnya berakhir menjadi kasus. Dalam media televisi, pastilah banyak program-program yang terdapat di dalam stasiun televisi, bernama program acara. Dalam sehari terdapat banyak prog berganti ditayangkan dalam televisi tersebut. Di Indonesia, terdapat banyak stasiun hanya satu lembaga penyiaran yang memegang perannya sendiri dan dapat dik dengan stasiun televisi lainnya, yaitu Lembaga Penyiaran Publik Televisi R atau yang lebih dikenal dengan LPP TVRI. Dewasa ini, hal yang sangat mencolok terlihat dari TVRI ialah perbedaan dari program yang ditayangkan. Program-program yang ditayangkan oleh TVRI mengesankan program yang kurang menarik karena hanya terpaku dengan acara yang monoton. Berbeda dengan yang ditayangkan oleh televise swasta, program yang ditayangkan leb tentunya lebih menarik. Dimulai dengan acara musik, sinetron, talkshow mulai dari y hingga yang „berat‟, semua terdapat di televisi swasta. Semua hal itu dikarenakan ialah TVRI memang sebuah televisi yang me melestarikan budaya yang sudah hadir di Indonesia. Program yang terdapat yang memotret tentang budaya-budaya dari seluruh Indonesia. Hampir semua budaya dar daerah telah di angkat oleh TVRI dengan tujuan dapat saling mengenal dae seluruh Indonesia tidak hanya budaya yang terdapat di pulau Jawa, namun Sulawesi, Kalimantan, dan juga Papua.

Transcript of Lap Magang Tyo

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Televisi adalah sebuah media penyiaran yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Media saat ini telah mengalami sebuah kepesatan dalam mengambil alih sebuah isu. Sebuah isu dapat menjadi sebuah berita yang menarik dan di angkat menjadi topik hangat. Peran media sangatlah penting bagi sebuah isu, karena seringkali dari sebuah isu akan menjadi sebuah topik hangat yang tak jarang akhirnya berakhir menjadi kasus. Dalam media televisi, pastilah banyak program-program yang terdapat di dalam sebuah stasiun televisi, bernama program acara. Dalam sehari terdapat banyak program acara silih berganti ditayangkan dalam televisi tersebut. Di Indonesia, terdapat banyak stasiun televisi tetapi hanya satu lembaga penyiaran yang memegang perannya sendiri dan dapat dikatakan berbeda dengan stasiun televisi lainnya, yaitu Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan LPP TVRI. Dewasa ini, hal yang sangat mencolok terlihat dari TVRI ialah perbedaan dari programprogram yang ditayangkan. Program-program yang ditayangkan oleh TVRI mengesankan program yang kurang menarik karena hanya terpaku dengan acara yang monoton. Berbeda jauh dengan yang ditayangkan oleh televise swasta, program yang ditayangkan lebih variatif dan tentunya lebih menarik. Dimulai dengan acara musik, sinetron, talkshow mulai dari yang ringan hingga yang berat, semua terdapat di televisi swasta. Semua hal itu dikarenakan ialah TVRI memang sebuah televisi yang memegang dan melestarikan budaya yang sudah hadir di Indonesia. Program yang terdapat di TVRI banyak yang memotret tentang budaya-budaya dari seluruh Indonesia. Hampir semua budaya dari setiap daerah telah di angkat oleh TVRI dengan tujuan dapat saling mengenal daerah yang ada di seluruh Indonesia tidak hanya budaya yang terdapat di pulau Jawa, namun juga Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan juga Papua.

Peran puslitbang LPP TVRI di dalam program-program kebudayaan, dengan melakukan evaluasi terhadap program tersebut, dengan menggunakan metode FGD (Forum Grup Discusion) dan survey penonton. Untuk mengetahui sejauh acara kebudayaan tersebut di tengah tengah masyarakat. Kemudian dari hasil evaluasi, akan dijadikan masukan untuk memperbaiki kekurangan dari program tersebut.

Sejarah Televisi Republik IndonesiaTelevisi Republik Indonesia (TVRI)1 merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial. Dinamika kehidupan TVRI adalah dinamika perjuangan bangsa dalam proses belajar berdemokrasi. Pada tanggal 24 Agustus 1962 dalam era Demokrasi Terpimpin, TVRI berbentuk Yayasan yang didirikan untuk menyiarkan pembukaan Asian Games yang ke IV di Jakarta. Memasuki era Demokrasi Pancasila pada tahun 1974, TVRI telah berubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan dengan status sebagai Direktorat yang bertanggungjawab Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film.

Dalam era Reformasi terbitlah Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2000 yang menetapkan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan di bawah pembinaan Departemen Keuangan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI (Persero) di bawah pembinaan Kantor Menteri Negara BUMN. Selanjutnya, melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui1

www.TVRI.co.id , diakses tanggal 20 Oktober 2011

penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mulai tahun 1988 TVRI mulai mendapat teman dalam penyiaran di Indonesia. Pemerintah telah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia, RCTI (1988), SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), dan INDOSIAR (1995). Pertelivisian Indonesia semakin marak dengan hadirnya para stasiun tv swasta, seiring dengan hadirnya mereka, disayangkan TVRI semakin tenggelam dan seakan dilupakan masyarakat. TVRI saat ini identik dengan televisi para orangtua dan lekat dengan orba. Sudah saatnya TVRI bangkit dengan kejayaan yang pernah direngkuhnya terdahulu, perubahan secara sistemik harus duberlakukan, dengan pembaharuan agar semua terlihat lebih menyenangkan dan lebih segar.

Visi dan Misi LPP TVRI2Visi

Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional. Misi 1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis 2. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama 3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan. 4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara Indonesia di dunia Internasional. TVRI sebagai3 Lembaga Penyiaran Publik, mengemban tugas menyelenggarakan kegiatan penyiaran pelayanan umum. Oleh karena itu, seluruh kegiatan penyiaran dan kegiatanCetak Biru Kebijakan Umum,Kebijakan Penyiaran,Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) Tahun 2006-2011 3 Kebijakan Penyiaran (Editorial Policy) sebagai panduan profesi dan pedoman etik bagi seluruh broadcaster dalam melaksanakan tugas-tugas operasional penyiaran LPP TVRI Tahun 2010 , Jakarta, hlm 4.2

terkait TVRI, sepenuhnya didedikasikan untuk kesejahteraan publik melalui pengembangan masyarakat sipil, khususnya dalam mendukung nilai-nilai publik, hukum, moral, dan struktur masyarakat demokratis yang menghormati mertabat dan hak-hak kemanusia. Siaran TVRI secara terintegrasi ditujukan untuk mengikat kesadaran permirsa terhadap arti penting pluralism dalam mencapai kesejahteraan bersama. Untuk itu program siaran TVRI difungsikan sebagai salah satu factor penting dalam pelaksaan komunikasi pluralistik untuk setiap orang dan kelompok. Dalam kaitan demokratisasi informasi, kebijakan penyiaran TVRI mencerminkan peranserta aktif TVRI dalam jaringan penyiaran nasional dan global, khususnya dalam mengampenyekan identitas bangsa dan menjadi agen perubahan masyarakat. Karenanya, seiaran TVRI diarahkan kepada pewujudan masyarakat informasi melalui penyediaan informasi dan komentar yang akurat, actual, benar, relevan, dan seimbang serta netral, sehingga dapat menjadi forum diskusi dan wacana public yang mendorong terselenggaranya debat public yang sehat dan bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, standar kualitas program siaran TVRI disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan publik, tanpa harus mengorbankan kualitas hanya demi pemuasan permintaan pasar. Posisi TVRI4 sebagai rumah bangsa Indonesia, menjadi rumah besar bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengekspresikan dirinya dalam konteks wawasan nusantara dan jati diri bangsa Indonesia. Rumah Bangsa Indonesia diartikan sebagai rumah yang beratapkan geostationer Indonesia, berbandingkan batas-batas wilayah negara Indonesia, berlataikan kebhinekaan dalam keikaan, serta bertiang negara kesatuan. Dengan mengangkat kebudayaan dan pendidikan, sebagai sajian dan fokus utama, TVRI berusaha menjadi stasiun televise yang berkualitas dan mendidik bagi kemajuan Bangsa Indonesia. Bahkan TVRI sudah mengembangkan sayap sampai kedaerah seluruh nusantara dengan mendirikan stasiun-stasiun daerah yang fokus didalam melestarikan dan mengangkat kebudayaan dan peristiwa di suatu daerah. TVRI sudah memiliki 28 stasiun daerah semuanya tersebar diseluruh Indonesia, yang dipimpin oleh seorang kepala stasiun daerah. Berikut adalah daftar stasiun daerah TVRI:

4

Ibid. 2

Tabel 1.1.1. Daftar Stasiun TVRI di Seluruh Indonesia NO.01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

NAMA STASIUN TVRITVRI Stasiun Jawa Timur TVRI Stasiun Jawa Barat TVRI Stasiun Jawa Tengah TVRI Stasiun NAD TVRI Stasiun Sumatera Selatan TVRI Stasiun Sulawesi Selatan TVRI Stasiun DKI. Jakarta TVRI Stasiun Bali TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara TVRI Stasiun DI. Yogyakarta TVRI Stasiun Sumatera Utara TVRI Stasiun Sulawesi Utara TVRI Stasiun Sumatera Barat TVRI Stasiun Maluku TVRI Stasiun Papua TVRI Stasiun Kalimantan Timur TVRI Stasiun Kalimantan Tengah (PLT) TVRI Stasiun Jambi TVRI Stasiun Riau TVRI Stasiun Kalimantan Barat TVRI Stasiun Lampung TVRI Stasiun Bengkulu TVRI Stasiun NTT TVRI Stasiun Sulawesi Tengah TVRI Stasiun Gorontalo TVRI Stasiun NTB TVRI Stasiun Kalimantan Selatan TVRI Stasiun Sulawesi Barat

Sumber: www.tvri.co.id diakses tanggal 20 Oktober 2011

1.2. Tujuan Magang Tujuan praktis dari magang ini adalah memberikan gambaran dan pengetahuan tentang peranan Puslitbang LPP TVRI didalam mengevaluasi setiap program-proram siaran TVRI terutama program kebudayaan. Secara akademis kegiatan magang ini dilakukan sebagai sarana untuk mengimplemantasikan teori-teori yang berkaitan dengan spesifikasi ilmiah dalam bidang sosiologi pembangunan. Selain itu, saya dapat mengasah ilmu sosiologi pembangunan yang sudah saya dapatkan dan menerapkannya pada dunia kerja. Kegiatan magan ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puslitbang LPP TVRI untuk lebih baik lagi kedepannya dalam menlakukan evaluasi terhadap program-program siarannya. Sehingga program-program TVRI dapat lebih menarik dan diminati oleh penonton. Tujuan dari magang ini juga, telah mengajarkan dan melatih saya menjadi pribadi yang disiplin, karena pada saat magang tersebut saya harus mengikuti tata tertib dan peraturan yang berlaku di tempat saya magang. Hal ini membuat saya menjadi lebih disiplin dalam waktu, lebih menghargai waktu. Selain harus mengikuti waktu peraturan juga belajar untuk membagi waktu untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang ada, baik tugas dari kampus maupun tugas-tugas yang diberikan oleh atasan selama magang di LPP TVRI. Proses sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya sudah mulai rasakan dari kegiatan magang ini, diharapkan nanti ketika saya sudah harus terjun kedunia kerja yang sesungguhnya saya sudah sedikit banyak mempunyai bekal dari magang ini, juga saya mendapatkan informasi tentang budaya kerja di bidang pemerintahan. 1.3. Signifikansi Magang Mata Kuliah Magang atau Praktek Kuliah Lapangan (PKL) merupakan program yang memperkenalkan mahasiswa ke dalam dunia kerja dan sekaligus cara perguruan tinggi dalam memperluas jaringan atau relasi sosial, yang bertujuan agar mengetahui kapabilitas suatu perguruan tinggi dalam memproduksi hasil didikan dari perguruan tinggi tersebut. Universitas Negeri Jakarta sebagai universitas yang tergolong perguruan tinggi negeri, tentunya menginginkan agar mahasiswa-mahasiswanya kelak setelah lulus, akan mudah diterima dalam dunia kerja dan menunjukkan kapabilitasnya untuk bersaing dengan mahasiswa dari lulusan perguruan-perguruan tinggi lainnya.

Tidak hanya itu, saya berharap dari adanya kegiatan magang ini, ilmu pengetahuan dan skill saya dapat bertambah setelah saya mengikuti kegiatan magang tersebut. Target saya dalam magang ini, dapat berkontribusi untuk memperbaiki program-program yang ada diTVRI, sehingga program-program TVRI semakin banyak disaksikan oleh pemirsa TVRI.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai dari tanggal 5 September 2011 hingga 5 November 2011. Tempat dari magang atau PKL (praktek kerja lapangan) ini mengambil di Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI), yang beralamat di Jl. Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta. Penulis meminta ditempatkan di bidang Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang). Alasan penulis meminta ditempatkan di bidang tersebut, karena bidang ini sesuai dengan kajian sosilogi yang tugas dan tujuan utamannya melakukan penelitian dan riset terhadap penonton dan mitra TVRI, serta mengembangkan TVRI supaya lebih baik lagi kededepanya. Bidang ini sudah ada sejak tahun 2007, namun sedikit banyak sudah memberikan kontribusi untuk perbaikkan program-program siaran yang ada di TVRI, dengan melakukan evaluasi terhadap pemirsa TVRI. Bidang ini terdiri dari 4 subbidang, yaitu bidang kajian program dan berita; bidang pengembangan usaha; bidanga kelembagaan; bidang perlengkapan. Keempat subbidang tersebut berada di dalam satu gedung khusus untuk puslitbang, sebelumnya gedung tersebut merupakan gedung milik perlengkapan, yang digunakan untuk meletakkan dan tempat-tempat barang inventaris TVRI. Karena gedung bekas perlengkapan, jadi ada beberapa ruangan yang masig terdapat tempat penyimpangan berkas-berkas. Namun gedung tidak sepenignya ditempati oleh puslitbang, ada bidang lain yang menempati yaitu, bidang dokumentasi, dipuslitbang terdiri dari 2 lantai, yang digunakan sebagai musolah. Gedung TVRI berada didaerah yang sangat strategis, yang bersebelahan dengan gedung Kementrian Pemuda dan Olahraga dan diseberang persis Gelora Bung Karno. Penulis mempunyai supervisor berasal dari bidang pengembangan usaha. Supervisor dari penulis memegang jabatan sebagai Kepala Bidang Pengembangan Usaha.

1.5. Rencana Kegiatan Magang Adapun indikator keberhasilan yang diperoleh peserta magang selama pelaksanaan magang, antara lain: 1. Peserta magang mengetahui tentang bidang-bidang di Puslitbang LPP TVRI 2. Peserta magang dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan teknis yang ada di tempat magang 3. Peserta magang memperoleh pengalaman baru tentang dunia kerja 4. Peserta Magang bisa mendeskripsikan suasana tempat mereka magang dan kegiatankegiatan yang dilakukan selama berada di tempat magang; 5. Peserta Magang dapat membuat laporan secara tertulis yang berbentuk Laporan Magang;

Tabel 1.5.1. Tabel Jadwal Kegiatan Magang JADWAL KEGIATAN MAGANGAgenda Bulan September I 1. Melakukan Perkenalan dan Adaptasi dengan lingkungan Kerja pada Bidang Puslitbang 2. Mengenal dan Mengetahui subBidang yang Terdapat di Puslitbang LPP TVRI 3. Mempelajari Rencana Kerja subbidang Puslitbang 4. Penempatan diSubbidang Pengkajian Pengembangan Usaha dan Mempelajar Tentang Subbidang Tersebut 5. Melakukan Pengenalan dan Adaptasi dengan Subbidang Pengkajian Pengembangan Usaha 6 Membantu Melakukan Monitoring dan Evaluasi Terhadap Program-program Siaran TVRI 7. Membantu Pekerjaan Subbidang Pengkajian Pengembangan Usaha dalam Mengolah Data Kuesioner Kepuasan Mitra 8. Mencari tahu tentang peranan Subbidang Pengkajian Pengembangan Usaha 9. II III IV Bulan Oktober

I

II

III

IV

10. Membantu menyiapkan kegiatan Linkage Program Pengelolaan Kawasan Kota Tua dan Pengembangan Industri Kreatif.

1.6. Sistematika Penulisan Dalam laporan magang ini, akan di bagi menjadi lima bagian. Bab 1 merupakan bagian Pendahuluan. Dalam bagian pendahuluan ini penulis menjelaskan tentang latar belakang dari penulisan laporan magang ini. Kemudian, dilanjutkan dengan tujuan dari diadakannya magang ini dan signifikansi dari adanya magang ini yang penulis dapatkan setelah megikuti program magang ini. Pada bagian ini juga, penulis menyertakan juga kerangka konseptual sebagai bahan acuan terhadap kondisi pada saat pelaksanaan magang. Tidak lupa pula, dalam bagian ini berisi waktu dan tempat pelaksanaan magang. Selain itu, penulis juga menambahkan bagian indikator keberhasilan dalam bab ini, agar mengetahui keberhasilan yang didapat oleh para peserta magang pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam bagian tersebut, dilampirkan pula agenda kegiatan selama peserta berada di tempat magang. Terakhir dalam bab ini, ditutup oleh bagian yang menjelaskan sistematika penulisan dari seluruh isi laporan magang ini. Bab 2, Gambaran Umum Puslitbang LPP TVRI, bagian ini berisikan tentang sejarah dari Puslitbang LPP TVRI. Sertai juga pemaparkan sturktur organisasi yang terdapat di puslitbang. Punulis ingin memberi tahu pula bahwa dari diPuslitbang LPP TVRI, terdapat sub bidang yang diketua oleh kepala-kepala bidang dan juga rencana kerja dari puslitbang. Didalam puslitbang LPP TVRI terdapat Bidang Pengkajian Program dan Berita yang fokus untuk mengevaluasi program-program siaran yang terdapat di TVRI Bab 3, Kegiatan Peserta Magang di Puslitbang LPP TVRI, bagian ini dtuliskan tentang seluruh aktivitas peserta magang sehari-hari. Mulai dari kegiatan yang bersifat teknis sampai kegiatan-kegiatan penting yang diikuti oleh peserta magang selama berada disana. Desertai pula dengan indikator keberhasilan penulis selama proses magang yang ditujukan dengan hasil magang penulis. Pada Bab 4,memaparkan tentang hasil temuan yang didapatkan penulis selama proses magang di Puslitbang LPP TVRI. Fokus penulis tentang program-program kebudayaan, maka pada bab ini memaparkan tentang beberapa program kebudayaan seperti Salam dari Desa, SukuSuku, dan Pelangi Desa. Dijelaskan pula metode yang digunakan atau dilakukan oleh puslitbang LPP TVRI untuk mengevaluasi program kebudayaan. Metode yang digunakan adalah Focus

Group Disccusion (FGD) dan survey penonton. Kemudian dari metode-metode tersebut penulis mencoba menevaluasi dari sudut pandang penulis tentang metode tersebut apakah sudah efektif atau belum. Terakhir, Bab 5 Penutup, Dalam Bab ini merupakan bagian yang berisi seluruh kajian yang dibahas dalam laporan magang ini. Pada bab ini juga, penulis tidak lupa memberikan sedikit kesimpulan dan rekomendasi dalam laporan magang ini. Rekomendasi tersebut bertujuan memberikan masukan kepada Puslitbang LPP TVRI khususnya Bidang Pengkajian Program dan Berita, supaya program-progam kebudayaan yang ada di TVRI semakin menarik dan dapat ditonton yang berkualitas untuk masyarakat .

BAB II KEGIATAN PESERTA MAGANG DI PUSLITBANG LPP TVRI2.1. Kegiatan Teknis Peserta Magang Selama menjalani kegiatan magang, peserta magang selalu disibukkan oleh berbagai macam aktifitas. Akitifitas tersebut rutin dilakukan dimulai dari hari senin sampai kamis, mulai dari pukul 09.00-15.30 WIB. Pada hari jumat perserta magang mandapatkan dispensasi untuk ijin kekampus mengikuti perkuliahan. Peserta magang di LPP TVRI yang terdiri dari tiga mahasiswa ditempatkan pada satu bidang pengkajian yang sama yaitu, Bidang Pengkajian Pengembangan Usaha. Direktorat Bidang Pengembangan Usaha langsung membawahi Bidang Pengkajian Pengembagan Usaha ini5. Dan juga bertanggung jawab langsung terhadap Dewan Direksi LPP TVRI. Bidang ini mempunyai kesibukkan untuk mengevaluasi dan mengkaji mitra kerja TVRI untuk mengembangakan usaha TVRI, dengan bentuk kuesioner yang dibagikan kepada mitramitra TVRI, maka dapat diperoleh hasil tentang kepuasan mitra TVRI. Mitra TVRI sendiri terdiri dan berbagai mitra, diantaranya, mitra pemerintah, swasta, wiraswasta, polri, BUMN dll. Penulis yang berperan sebagai peserta magang, tentunya juga dilibatkan dalam setiap pekerjaan yang ada di bidang tersebut. Pekerjaan tersebut merupakan kegiatan teknis yang biasa dilakukan sehari-hari dalam Bidang Pengkajian Pengembagan Usaha. Kegiatan teknis tersebut, seperti: a) Membantu dalam proses pengolahan hasil keusioner mitra LPP TVRI, yang terdiri dari mitra pemerintah, swasta, wiraswasta, polri, BUMN, dll. Kemudian hasil dari kuesioner mitra TVRI, dapat diketahui tentang respon kepuasan mitra terhadap TVRI. b) Membantu meng-update ulang database karyawan Puslitbang LPP TVRI, yang disudah ada sebelumnya. c) Memonitoring dan melakukan evaluasi terhadap program-program TVRI, yang awalnya dilakukan secara rutin dari program pagi yang kemudian diserahkan kepada tim produksi

Struktur organisasi LPP TVRI dan wawancara dengan bapak Bambang Sugiharto, Kepala Bidang Pengkajian Pengembagan Usaha Puslitbang LPP TVRI5

sebagai masukan. Namun monitoring dan evaluasi tersebut diberhentikan karena tim produksi merasa terlalu banyak dikritik dan kebanyakan saran dan kritik yang ada hampir sama. d) Penulis membantu didalam proses pengkodingan hasil survey penonton TVRI, yang dilakukan ke daerah-daerah. Dari hasil pengkodingan penulis, selanjutnya di olah oleh tim dari staff Puslitbang LPP TVRI. e) Membantu mempersiapkan dan melakukan pengecekan terhadap inventaris Puslitbang yang baru, terdiri dari 2 buah laptop, 1 komputer dan 1 LCD. f) Selain itu melakukan pemilihan buku-buku yang akan di jadikan perpustakaan di Bidang Puslitbang LPP TVRI g) Kegiatan Teknis lainnya penulis dilibatkan dalam kegiatan Lokakarya Pengkajian Kelembagaan LPP TVRI, di Puncak Jawa Barat. Yang dihadiri oleh seluruh kepala stasiun setiap daerah dan pera pejabat struktural LPP TRVI, termasuk dewan direksi. Penulis dan rekan sesama peserta magang dilibatkan dalam kepanitian, penulis sebagai operator, dan rekan penulis lainnya sebagai administrasi. h) Kegiatan-kegiatan banyak dilakukan, ketika ada kepala bidang atau staff meminta tolong didalam menyelesaikan laporannya, seperti seorang staff meminta tolong untuk menyortir foto-foto hasil dari Lokakarya Kelembagaan LPP TVRI untuk dicetak Dengan diikutsertaannya penulis dalam kegiatan teknis yang berhubungan di Bidang Puslitbang, penulis menjadi mendapatkan pengalaman didalam proses pengolahan data dan hasil dari suatu penelitian. Hal ini dikarenakan, tugas dari Puslitbang yang melakukan penelitian, maka banyak dari survey penelitian yang dibantu dan dikerjakan oleh penulis. Sehingga membuat penulis menjadi lebih mengerti tentang penelitian, apalagi metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif. Hal ini tentunya sangat berguna bagi saya untuk ke depannya dalam memasuki dunia kerja setelah lulus dalam studi kuliah ini. Selain itu, dalam setiap pekerjaan-pekerjaan teknis yang terdapat di Puslitbang membutuhkan sebuah ketelitian di dalam pembuatannya. Sehingga, setiap pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh penulis akan diperiksa kembali dan selalu ada perbaikan-perbaikan jika pekerjaan teknis tersebut terdapat kesalahan. Pekerjaan-pekerjaan teknis tersebut biasanya berkaitan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan pengetikan. Karena berhubungan dengan

hasil penelitian dan survey, maka salah sedikit akan berpengaruh pada hasil akhir suatu penelitian dan survey. Termasuk juga didalam proses peng-update-an database karyawan Puslitbang LPP TVRI, tidak boleh salah didalam pengetikkan biodata. Selama di tempat magang pun, penulis disambut dengan ramah, baik oleh para karyawannya, Kepala Pusat Litbang, Kepala Bidang Pengkajian Pengembangan Usaha, Kepala Bidang Pengkajian Program dan Berita dan Kepala Bidang Teknik, serta para staff-staff muda puslitbang. Suasana kekeluargaan dan keakraban yang tercipta di tempat saya magang, merupakan hal yang memotivasi saya untuk terus bersemangat dalam menjalani kegiatan magang tersebut.2.2. Kegiatan Non Teknis

Peserta magang mengikuti kegiatan selama 2 bulan, sebagai prasyarat didalam pengajuan skripsi. Peserta magang selama di Puslitbang LPP TVRI dalam sehari-harinya selalu disibukkan dengan berbagai aktifitas. Termasuk diantaranya kegiatan yang sifatnya non teknis. Peserta magang tidak hanya mengerjakan kegiatan-kegiatan yang sifat teknis saja, akan tetapi juga mengikuti kegiatan non teknis yang ada di Puslitbang LPP TVRI. Kegiatan non teknis tersebut biasanya kegiatan yang sifatnya fleksibel dan tidak terikat, serta tidak terlalu membutuhkan partisipasi aktif oleh peserta magang. Kegiatan non teknis tersebut biasanya bertujuan agar peserta magang tidak terlalu dijenuhkan oleh kegiatan teknis sehari-hari yang ada di Puslitbang LPP TVRI. Adapun kegiatan non teknis selama di Puslitbang LPP TVRI, seperti: a) Makan Bersama Kegiatan non teknis ini mungkin terdengar sederhana, namun hal ini menjadi salah cara untuk mengakrabkan penulis dengan karyawan puslitbang, terutama karyawan yang masih muda. Makan bersama umumnya dilakukan ketika pada waktu makan siang, ataupun ketika sedang ada acara terntentu dan sehabis ada rapat besar yang melibatkan pihak lain. Makan bersamapun tidak selalu dikantin TVRI.

b) Nonton Bola Bareng Dalam rangka menyemarakan dan mendukung Timnas Sepak Bola Indonesia, peserta magang ikut menyaksikan langsung bersama salah satu staff Puslitbang LPP TVRI Mas Ryanto A. Syakur, di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Walaupun tidak berada di tribun yang sama. Mas Ryan berada di VIP Barat, sementara penulis yang tidak mendapatkan tiket menyasikan langsung di GBK melalui layar besar yang terdapat didepan GBK. c) Diskusi-diskusi Ringan Salah satu kegiatan non teknis yang dilakukan oleh peserta magang adalah diskusidiskusi ringan dengan para keyawan Puslitbang. Diskusi baisanya dilakukan di pantry, sambil ditemani segelas kopi atau teh hangat. Topik yang dibahas beragam, mulai dari politik, olahraga terutama sepak bola, menbahas isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat, bahkan sampai membicarakan rahasia-rahasia Puslitbang dan TVRI. d) Berkeliling dan Mengenal TVRI TVRI yang terdiri dari beberapa gedung dari satu wilayah yang cukup luas dan besar. Peserta magang yang magang mendapatkan kesempatan untuk berkeliling dan megenal gedung yang terdapat di TVRI. Mulai dari Direktorat, yang biasa didatangi karyawan Puslitbang, ketika sedang mengurus suatu kegiatan penelitian, ruang produksi yang menjadi satu dengan gedung Pusdiklat. Selain juga ada gedung koperasi dll. Kegiatan non teknis yang direncanakan dan belum sempat terlaksana adalah acara perpisahan yang akan diadakin di Cimande. Tempat ini dipilih karena salah satu karyawan muda Puslitbang mempunyai sebuah villa. Dan yang ikut acara tersebut hanya karyawan-karyawan muda Puslitbang yang terdiri dari 5 orang. Selain itu juga dalam rangka perpisahan salah satu karyawan Puslitbang, yang berbarenga dengan selesainya waktu magang penulis. Karyawan tersbut resaind dan pindah menjadi konsultan komunikasi disalah satu perusahaan swasta di bilangan Kemang. 2.3. Hasil Magang Peserta magang selalu ditunut kesehariannya dalam kegiatannya sehari-hari, meskipun hal tersebut bukan merupakan kewajiban. Sebagai peserta magang, tentunya tidak boleh melakukan hal-hal yang bisa mencoreng nama baik universitas maupun bagi para peserta

magang. Oleh sebab itulah, peserta magang memiliki kewajiban untuk menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku di tempat magang tersebut, yaitu diPuslitbang LPP TVRI. Hal ini diperlukan, karena kedisiplinan yang ditunjukkan oleh peserta magang nantinya akan dinilai oleh supervisor masing-masing peserta magang. Penilaian tersebut dapat berupa: kepatuhan dalam melaksanakan apa saja yang harus dikerjakan peserta magang selama berada di sana, kedisiplinan peserta magang dengan datang tepat waktu pada saat magang, berpakaian rapi dan sopan, bersikap ramah dan sopan kepada semua karyawan yang ada di tempat magang, bertutur kata dengan baik dan sopan kepada semua karyawan dan kepala bidang, dan meminta izin kepada supervisor magang jika berhalangan hadir karena ada berbagai macam urusan yang berkaitan dengan akademik. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk refleksi dari hal-hal yang dilakukan oleh peserta magang selama dalam kegiatan magang. Tentunya hal ini juga sangat bermanfaat bagi peserta magang dalam pembentukan karakter diri si peserta magang. Peserta magang menjadi mempunyai pengalaman baru dan otomatis menambah skill bagi si peserta magang. Peserta magang menjadi lebih mengerti tentang suvey penonton dan bagaimana kepuasan masyarakat tentang program-program yang terdapat di TVRI. Selain itu peserta magang juga mendapat kesempatan untuk mengenal dunia pertelevisian Indonesia, dan dapat mengetahui serta beberpa orang yang berpengaruh di TVRI, antara lain Dewan Direksi, termasuk Direktur Utama TVRI dan beberapa Direktur lain, sepeti Direktur Kuangan, Direktur Program dan Berita. Serta bisa mengetahui Kepala-Kepala Stasiun Daerah di Indonesia, walaupun tidak semua. Kegiatan magang ini merupakan sebuah hal yang positif, jika hal tersebut dijalankan dengan baik bagi si peserta magang. Hal yang positif tersebut dapat terukur apabila si peserta magang berhasil menjalin hubungan yang baik dengan supervisor magang dan lingkungan kerja di tempat magang tersebut. Jika hal tersebut berhasil dilakukan, otomatis penilaian peserta magang di mata supervisor magang akan baik. Kegiatan magang tersebut tentunya menambah pengalaman bagi saya dalam dunia kerja. Saya menjadi lebih tahu mengenai pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di Puslitbang LPP TVRI. Tidak lupa, ilmu Sosiologi Pembangunan yang telah saya dapatkan, saya aplikasikan di dalam kegiatan magang tersebut dengan membantu mengolah data kuesioner hasil survey penonton terhadap program-progrma di TVRI.

Untuk lebih jelasnya, secara ringkas dapat dilihat dalam tabel 2.3.1. yang menjelaskan hasil magang yang diperoleh selama saya magang di Puslitbang LPP TVRITabel 2.3.1. Hasil Magang di Bidang Pengkajian Pengembangan Usaha Target/Pencapaian Tujuan Hasil Keterampilan Teknis Mengetahui cara pembuatan Surat Tugas, mulai dari bahasanya, pemilihan diksinya, sampai tata letak kalimatnya; Mampu membuat data base keryawan Puslitbang LPP TVRI Mengetahui cara memonitoring setiap program-program di TVRI, yang kemudian di stor ke tim produksi Dapat berkontribusi dalam mempersiapkan hal teknis lokakarya kelembagaan LPP TVRI Mampu memberikan masukan terhadap kemajuan Puslitbang Mampu mengelompokkan CPNS baru ke dalam 14 kelompok dan membuat jadwal rolling penempatan pada masa percobaan bagi CPNS baru; Mengetahui bahasa-bahasa yang biasa digunakan di kalangan Pemerintahan Mengetahui tata cara berkomunikasi dengan atasan yang baik dan benar Mengetahui tata cara dan bahasa yang digunakan untuk memanggil atasan Mengetahui cara bersikap di depan atasan dan karyawan TVRI lainnya. Dapat mengetahui hal-hal yang dikerjakan oleh seorang perencana Dapat mempelajari pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang perencana Dapat mengetahui cara-cara seorang perencana dalam membuat konsep perencanaan.

No. 1.

2.

Kecakapan Sosiabilitas

3.

Dunia Kerja Perencana

Sumber: Hasil Pengamatan selama magang

BAB III

PUSLITBANG LPP TVRI BIDANG PENGKAJIAN PENGEMBANGAN USAHA3.1. Sejarah Puslitbang LPP TVRI Televisi Republik Indonesia (TVRI)6 merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial. Dinamika kehidupan TVRI adalah dinamika perjuangan bangsa dalam proses belajar berdemokrasi. Pada tanggal 24 Agustus 1962 dalam era Demokrasi Terpimpin, TVRI berbentuk Yayasan yang didirikan untuk menyiarkan pembukaan Asian Games yang ke IV di Jakarta. Memasuki era Demokrasi Pancasila pada tahun 1974, TVRI telah berubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan dengan status sebagai Direktorat yang bertanggungjawab Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film. Dalam era Reformasi terbitlah Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2000 yang menetapkan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan di bawah pembinaan Departemen Keuangan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI (Persero) di bawah pembinaan Kantor Menteri Negara BUMN. Selanjutnya, melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara. Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui peraturan ini,TVRI diharapkan dapat menjadi siaran televisi yang

6

www.tvri.co.id, diakses tanggal 28 November 2011

bermutu dan bermanfaat untuk masyarakat Indonesia, dengan mengedepankan siaran-siaran pendidikan serta kebudayaan. Penetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara. Sehingga TVRI berdiri sendiri tidak lagi dibawah Kementerian Negara BUMN, walaupun begitu pemasukan terbesar TVRI berasal dari APBN. Pada dasarnya penentun program siaran bagi lembaga penyiaran publik harus memenuhi tuntutan perundangundangan (UU Penyiaran No 32 Tahun 2002) yang menekankan pada kepentingan publik. Kendati begitu, pengelola stasiun penyiaran publik dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin guna menghasilkan berbagai program yang menarik dan merepresentasikan kebutuhan dan kepentingan informatif-edukatif bagi publik. Sebab, kehadiran lembaga penyiaran publik sesungguhnya berangkat dari kepedulian atas kondisi kemajemukan etnis, agama dan golongan di tengah masyarakat. Karenanya kualitas program yang ditayangkan juga harus berpihak kepada kaum minoritas. Tuntutan bagi TVRI untuk dapat terus berkembang ditengah gempuran persaingan televisi swasta-komersial serta berubahnya paradigma dan orientasi penonton, telah mengharuskan untuk sesegera mungkin beradaptasi dengan memperkuat karakter program siaran. Penguatan program siaran7 adalah salah satu langkah yang mesti dijalankan sebagai prasyarat keberlangsungan siaran televisi publik yang terjamin. Pertama, penguatan secara kelembagaan. Kedua, upgrading sumber daya manusia (SDM). Ketiga, perkuat fasilitas dan infrastrukturnya. Dan keempat, penguatan program dan isi siarannya.

Dengan perubahan status TVRI yang awalnya PT dan Perusahaan Jawatan, kini menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP TVRI) yang harus lebih mementingkan kepentingan publik dengan mengedepankan program-program budaya dan pendidikan. Untuk mendukung programprogram yang berkualitas dengan mengedepankan kebudayaan dan pendidikan yang mencerdaskan bangsa. LPP TVRI membutuhkan suatu bidang yang khusus untuk meneliti dan mengembangkan program-program TVRI dengan mengikuti kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2006 LPP TVRI membentuk satu bidang yaitu PUSLITBANG.

7

Laporan Final FGD TRVI-FISIP Unair 2011

3.2. Struktur organisasi LPP TVRI Struktur organisasi Lembaga Penyiaran Publik TVRI terdiri dari8: 1. Dewan Pengawas 2. Dewan Direksi 3. TVRI Pusat 4. TVRI Stasiun Daerah 5. Satuan Pengawas Intern 6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan 7. Pusat Penelitian dan Pengembangan 8. Perwakilan Dalam Negeri 9. Lembaga Penyiaran Publik Lokal yang berafiliasi dengan TVRI Pusat Penelitian dan Pengembangan (puslitbang) bertanggung jawab langsung kepada Dewan Direksi, dan setingkat dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (pusdiklat) dan Satuan Pengawas Intern (SPI). Puslitbang dipimpin oleh seorang kepala pusat Litbang, dan mempunyai empat bidang pengkajian. Pengkajian Program dan Berita; Pengkajian Pengembangan Usaha, Pengkajian Trknik dan Pengkajian kelembagaan. Pengawai/karyawan Puslitbang LPP TVRI hanya berjumlah 15 pegawai, sangat kurang ideal untuk ukuran pusat penelitian dan pengembangan suatu televisi publik.

8

Cetak Biru Kebijakan Umum,Kebijakan Penyiaran,Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) Tahun 2006-2011

Tabel 3.1.1. DAFTAR PEGAWAI PUSLITBANG LPP TVRI NO NAMA/NIP JABATAN/GOL/PANGKAT 1. Drs. Gatot Budi Utomo, MM Kapuslitbang/ 19560422 198004 1 001 IV b/Pembina Tingkat I 2. Bambang Sugiharto, MM Ka. Bid PU/ 19560313 198004 1 001 IV b/Pembina Tingkat I 3. Edie Junaedhi, ST Ka. Bid Teknologi/ 19560614 198004 1 001 III d/Penata Tingkat I 4. Lugito Ka. Bid Kelembagaan/ 19580627 198703 1 003 III d/Penata Tingkat I 5. Singal L Tobing Ka. Bid Prog & Brt/ 19611111 198803 1 005 IV a/Pembina 6. Siti Zulaichah, S.Ip Koordinator/ 19710516 199803 2 005 III d/Penata Tingkat I 7. Slumun Staf/ 050043435 III b/Penata Muda Tingkat I 8. Tjahjono Adi Staf/ 19561206 197808 1 001 III d/Penata Tingkat I 9. Syeda Andanawarih, S.Si Pelaksana/ 19850902 200912 2 002 III a/Penata Muda 10. Sri Mulyani Staf/ 050043435 III a/Penata Muda 11. Drs. Marali Staf/ 050063821 III d/Penata Tingkat I 12. Rianto A. Syakur, S.Sos Non PNS 13. 14. 15. Artalini Kusumo Wardani, SP Moh. Gerry Prasetya, SH Andi Mulianto Non PNS Non PNS

TELEPON 0815 5106 407 021 99171495 0816 4204 473 0815 1622 239/ 0813 1970 7309 0819 1901 0101 0878 7728 1617/ 021 98580041 0852 8020 8222/ 021 73447936 0816 1858 587 0856 1345 742/ 021 95813350 0858 1121 1700

0878 8728 8789 0899 8702 170 0878 8844 2494/ 021 41853995 0815 1323 8671

3.3. Bidang Pengkajian Pengembangan Usaha Bidang Pengkajian Pengembangan Usaha merupakan bidang kajian tempat penulis magang ditempatkan. Bidang pimpim oleh Kepala Bidang bernama Bapak Bambang Sugiharto, yang juga supervisor magang penulis. Bidang kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan meneliti mitra dari TVRI untuk melakukan pengembangan diri. Salah satu dengan menjalin hubungan dan mengevaluasi mitra TVRI dalam hal hubungan pendanaan. LPP TVRI merupakan Stasiun Televisi Publik yang menurut PP no 13 tahun 2005 pasal 33 ayat 1 mempunyai sumber pendanaan yang berasal dari9, iuran penyiaran, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sumbangan masyarakat, siaran iklan, dan usaha lain yang sah dan terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Sebagai media penyiaran publik, LPP TVRI harus mampu teknologi informasi dan teknologi digital yang saat ini berkembang sangat pesat. Perkembangan stasiun-stasiun swasta nasional dan lokal di berbagai daerah menimbulkan persaingan dalam mendapatkan iklan. Fenomena pertumbuhan dan perkembangan televisi-televisi swasta nasional dan lokal ini menurut Ishadi S.K salah satunya terjadi karena terjadi perubahan paradigma dari product oriented ke market oriented (Masduki, 1997 : 199). Sehingga dalam mendapatkan dana diluar APBN, LPP TVRI berbenturan dengan televisi-televisi swasta dalam hal mendapatkan iklan dan apresiasi dari publik. Mitra dari TVRI berasal dari berbagai pihak, pihak pemerintahan, swasta, BUMN, wiraswasta, POLRI, TNI, dll. Bidang Pengkajian Pengembangan Usaha Puslitbang LPP TVRI, sesuai dengan Peraturan Dewan Pengawas TVRI N0. 01/PRTR/DEWAS-TVRI/2007 Tentang Cetak Biru Membangun TVRI Tahun 2006 2011, ingin memberikan masukan dan solusi kepada Dewan Direksi LPP TVRI melalui Direktorat Pengembangan Usaha untuk melakukan inovasi dan terobosan yang menarik agar banyak agensi yang memanfaatkan jasa tayangan iklan yang dikelolanya untuk bekerjasama dengan LPP TVRI. Dalam kesempatan yang sama diharapkan Satuan Kerja terkait di LPP TVRI dapat membina dan menjalin kerjasama produksi dan program dengan Instansi Pemerintah dan Swasta lebih bersemangat lagi dalam melakukan pendekatan yang profesional agar dapat mendatangkan Pendapatan ke LPP TVRI sebagai penerimaan Non-APBN.

9

Diolah dari Laporan Kajian Pengembangan Usaha Kalimantan Selatan

Dalam mendapatkan pendapatan non APBN, LPP TVRI melakukan kerjasama dengan mitra dalam bentuk komersial maupun non komersial. LPP TVRI juga bersaing dengan televisi nasional maupun lokal untuk mendapatkan iklan. Namun kenyataannya acara-acara TVRI kurang menarik para pengiklan komersial untuk mengiklankan produknya di layar LPP TVRI. Pendapatan usaha iklan atau kerjasama sebagai salah satu sumber penghasilan dari Non-APBN diperoleh LPP TVRI baik di Pusat dan di Daerah untuk membiayai kegiatan operasional yang diperlukan karena keterbatasan dana yang disediakan atau dianggarkan oleh Pemerintah. Pengembangan Usaha, menggali dana sendiri dari berbagai sumber yang berupa antara lain : Dalam bentuk kerjasama dari pihak luar (pemerintah atau swasta), BUMN/BUMD, Lembaga Non Pemerintah. Kerjasama yang dilakukan untuk mendapatkan pemasukan melalui cara penayangan iklan merupakan salah satu faktor pendapatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah untuk Lembaga Penyiaran Publik yang perlu juga di audit dan diketahui oleh masyarakat serta dapat dipertanggungjawabkan yang diatur melalui suatu mekanisme tata kelola administrasi yang jelas karena menyangkut berbagai pihak, yaitu karyawan, masyarakat dan agensi iklan. Sedangkan kerjasama program produksi yang di lakukan antara LPP TVRI dengan Instansi Pemerintah atau Badan Swasta di Pusat / Daerah, juga merupakan konteks pendapatan yang perlu di atur melalui suatu mekanisme tata kelola administrasi yang jelas karena menyangkut kerjasama Instansi baik dari Pemerintah atau Badan/Swasta di Pusat / Daerah. Kajian Pengembangan Usaha dilakukan untuk mengetahui lebih kongkrit aspek apakah yang menjadi kendala kegiatan operasional, masalah teknis, atau administrasi manajemen, sehingga para agensi iklan sulit bermitra dan memasang iklan di LPP TVRI baik di Pusat / Daerah. Kajian ini diharapkan dapat menyajikan hasil analisa dan interprestasi terhadap keadaan dan kondisi di lapangan terhadap fakta, data dan informasi yang relevan dalam perencanaan kegiatan Pengembangan Usaha.

BAB IV EVALUASI PROGRAM-PROGRAM KEBUDAYAAN LPP TVRI

4.1. Profil Program Kebudayaan TVRI Sebagai Lembaga Penyiaran Publik10, TVRI menjadi sistem penyiaran yang dikontrol oleh publik melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)), sedangkan pendanaan dan struktur administrasinya diatur oleh peraturan yang mengikat. Berdasarkan peraturan ini TVRI berkewajiban memberikan independensi informasi, keberagaman program, menjangkau dan medidik masyarakat melalui informasi. Selain itu persaingan ketat dalam industry penyiaran membuat TVRI harus memacu kreatifitas dan kualitas siaran agar mendapatkan irisan potongan kua (share market) dari penontonnya. Sejak kelahiran televise-televisi swasta tidak dapat dipungkiri bahwa khalayak telah tersegmentasi. Khalayak kini telah menjadi irisan potongan kue oleh acara-acara televise swasta yang lebih banyak bermuatan tayangan hiburan. Bahwa kecenderungan yang terlihat acara-acara dibandingkan acara-acara mendidik dan penuh informasi. Sehingga tayangan mendidik distigmatikan sebagai acara yang membosankan. TVRI berada pada posisi yang mendua. Disatu sisi TVRI dituntut untuk menyajikan tayangn yang berkualitas, mendidik dan berada di hati publiknya, namun disatu sisi lain public sudah cenderung terkotakkan karena sistem rating yang menjadikan ukuran keberhasilan suatu program. Beberapa program TVRI seperti Dunia Dalan Berita dan Acara Kuis Berpacu Dalam Melodi, merupakan acara-acara berkualitas dan disenangi publik , karena pada saat itu, televisi swasta belum menjamur seperti sekarang ini. Program-program yang ada di TVRI sekarang ini lebih berbasis informasi dengan mengutamakan pendidikan dan kebudayaan. Program kebudayaan yang ada mengangkat seluruh budaya adat, dan tradisi masyarakat daerah di Indonesia dengan dikemas secara ateraktif dan berbeda dengan televise-televisi swasta. Program-program kebudayaan juga mengangkat suatu kebiasaan yang sudah menjadi di tradisi disuatu masyarakat daerah tertentu. Misalnya Di Jakarta olahraga bersepeda sudah10

FGD-Evaluasi Program Siaran Nasional TVRI, Puslitbang LPP TVRI-Pusat Kajian Komunikasi FISIP UI 2011

menjadi kebudayaan dan suatu tradisi yang baru, maka TVRI mengankat hal ini dengan membuat suatu program berbasis budaya berjudul Gowes Jakarta yang disiarkan oleh TVRI stasiun DKI Jakarta. Dibentuknya puslitbang LPP TVRI untuk mengetahui respon publik

terhadap program acara LPP TVRI. Indikator penting yang harus diketahui dari suatu program adalah diseminasi informasu mengenai program-program LPP TVRI kepada masyarakat dan evaluasi program acara sebagai bahan kajian internal maupun eksternal. Program-program tersebut di evaluasi dengan harapan dapat menjadi lebih baik dan diterima oleh masyarakat. Metode yang digunakan puslitbang untuk melakukan evaluasi terhadap program acara di TVRI adalah Focus Group Discussion (FGD) dan survey penonton. Berikut adalah hasil programprgram siaran TVRI yang sudah di evaluasi dengan metode FGD yang dilakukan di Puslitang dan berkerja sama dengan Universitas Indonesia. 4.2. Program Siaran Gowes Jakarta 2Gowes Jakarta11 merupakan salah satu program siaran di TVRI DKI Jakarta, yang ditayangkan dengan format TV Magazine, dengan penyesuain pengemasan program terhadap karakteristik khalayak local di Jakarta dan sekitarnya. Program ini dapat dikatakan sebagai salah satu program budaya karena mengangkat fenomena/kebiasaan pada masyarakat Jakarta yang menjadikan bersepeda sebagai olah raga dan juga sebuah gaya hidup yang membentuk kebiasaan dan budaya. Gambar 4.2.1. Logo Gowes Jakarta

Sumber: www.tvri.co.id diakses tanggal 28 November 2011

Diolah dari hasil laporan FGD-Evaluasi Program Siaran Nasional TVRI, Puslitbang LPP TVRI-Pusat Kajian Komunikasi FISIP UI Pada tanggal 19 Juli 201. Hal 9-10.11

Berdasarkan dari FGD tentang program ini, para perserta mengungkapkan tidak banyak mengetahui tentang keberadaan program ini. Artinya eksposur program terhadap khalayak dapat dikatakan sangat minim. Ini merupakan akibat minimnya promosi yang dilakukan TVRI terhadap program Gowes Jakarta. Manfaat yang dirasakan oleh peserta diskusi dari program ini adalah memunculkan motivasi pada para peserta diskusi untuk kembali bersepeda, karena bersepeda tidak hanya membantu mengurangi polusi, tapi juga dapat menjadi sarana transportasi yang menyehatkan dan hemat. Sementara ditinjau dari suara, gambar, dan sudut pengambilan gambar, para peserta sepakat bahwa teknik pengambilan gambar dan kualitas suara untuk program ini sudah baik, hanya perlu perbaikan pada sudut pandang pengambilan gambar. Sebagai contoh, gambar diambil dari sudut pandang yang sebenarnya bagus, namun tidak stabil stabil, terlalu banyak goyang sehingga justru akan membuat penonton pusing. Evaluasi lainnya adalah sudut pandang pengambilan gambar kurang variatif, terlalu terpaku pada satu sudut pada satu waktu, tidak memanfaatkan kombinasi dua sudut atau lebih yang akan meningkatkan variasi gambar yang ditayangkan. Walau demekian, latar belakang pengambilan gambar dinilai sudah lebih baik walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. Dari sisi pengemasan acara, para peserta diskusi juga sepakat bahwa pengemasan program ini sudah baik, bahkan paling baik diantara semua program yang telah diangkat dalam diskusi sebelumnya. Namun program ini tetap memiliki kelemahan dalan hal konten yang terlalu umum. Selain itu, bagian intro program ini juga terasa terlalu panjang. Pemilihsn topic ysng diangkat dalam program ini sudah baik, terdapat kesesuaian antara pesan yang akan disampaikan dengan target khalayak. Untuk narasumber yang dipilih, peserta menyatakan bahwa partisipasi narasumber sudah sangat baik, namun justru terkesan terlalu aktif. Narasumber dinilai terlalu banyak memberikan informasi tanpa diminta oleh pemandu acara, dan terkesan mendominasi jalannya acara. Hal ini juga disebabkan oleh factor pemandu acara yang kurang mampu menguasai topic yang diangkat. Pemandu acara juga dinilai masih belum mampu mengeksplorasi narasumber secara lebih dalam, serta belum mampu menghidupkan suasana. Acara ini ditayangkan dengan pola yang unik, yaitu dua kali sebulan pada hari senin minggu pertama dan minggu keempat tiap bulannya. Strategi peneratapan jam tayang yang aneh ini dikatakan justru akan mengganggu terpaan (exposure) para penonton terhadap acara ini. Hal ini akan menyebabkan penoton mengalami kesulitan dalam mengingat jadwal penayangan program.

4.3. Program Siaran Salam Dari Desa Salam dari Desa12 adalah program yang ditayangkan pada hari senin samapi jumat pukul 13.00.-13.30 WIB. Program ini berjenis news, bertujuan mengangatkan informasi yang menarik seputar perkembangan masyarakat desa. Para peserta mengungkapka bahwa hampir semua perserta mengaku belum pernah menonton program ini. Hanya ada satu peserta yang mengaku pernah menonton. Beliau adalah peserta dari perwakilan dari kalangan pers. Beliau menonton Salam dari Desa karena kebetulan mertua peserta lebih suka menonton program-program TVRI, karena informasi yang diberikan oleh program-program TVRi lebih midah dicerna, ternasuk salah satu program Salam dari Desa. Gambar 4.3.1. Logo Salam dari Desa

Sumber: www.tvri.co.id diakses tanggal 28 November 2011

Menurut peserta yang berasal dari kalangan budayawan, kurangnya ekspos yang diperoleh peserta diskusi adalah karena jam tayang yang kurang tepat, karena rentang waktu penayangan bertepatan dengan waktu bekerja orang-orang dikota sehingga tidak memiliki waktu unutk menonton program ini. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari peserta dari kalangan ibu rumah tangga yang bekerja, karena pada jam tayang program Salam dari Desa. Sebenarnya program ini dinilai memiliki manfaat yang baik bagi masyarakat, baik pada masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan. Muatan program ini adalah informasi mengenai masyarakat pedesaan yang ditujukan kepada masyarakat perkotaan, maka program ini diharapkan dapat menarik minat

12

Diolah dari hasil laporan FGD-Evaluasi Program Siaran Nasional TVRI, Puslitbang LPP TVRI-Pusat Kajian Komunikasi FISIP UI hal 9-10.

masyarakat perkotaan untuk kembali ke desa, serta menahan masyarakat pedesaan unutk tetap di desa, tidak perlu pindah ke kota. Dalam mengemas acaranya dinilai masih memiliki banyak kekurangan. Jika mengacu pada target khalayak program yang menyasar masyarakat perkotaan yang secara umum memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi dari masyarakat pedesaan, maka pengemasan program terkesan membosankan. Hal ini diperparah dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang terbiasa dengan program-program di stasiun televise komersial yang kemas lebih menarik karena terdapat kompetisi di antara stasiun-stasiun televise komersial yang telah mengudara. Evaluasi yang diberikan peserta ada pada aspek narasi yang yang terlalu banyak, sehingga memunculkan kesan seperti sedang mendengarkan ceramah. Evaluasi lainnya adalah pada aspek pemandu acara yang dinilai terlalu formal dan kaku, tidak memahami konteks informasi, serta terkesan tidak bersemangat. Tapi pemandu acara juga disukai sebagian peserta karena dinilai lebih sopan dan kalem, namun diharapkan dapat memperbaiki kualitas penampilannya, khususnya dalam kemampuan berbahasa yang dinilai masih kurang. Selanjutnya peserta memberikan evaluasi seputar substansi pesan yang disampaikan melalui program Salam dari Desa. Peserta melihat bahwa informasi yang diangkat terlalu didominasi pada informasi seputar peningkatan hasil di pedesaan, misalnya peningkatan hasil perkebunan, peternakan da sebagainuya, secara kuantitatif. Informasi ini dianggap tidak terlalu penting bagi masyarakat perkotaan. Sebaliknya, informasi-informasi mengenai inovasi yang dilakukan masyarakat pedesaan justru tidak ditampilkan, hal ini merupakan salah satu daya tarik masyarakat pedesaan. Jika dibandingkan dengan program sejenis pada stasiun televise lainnya, khususnya stasiun televise komersial, maka perbedaan kualitas tayangan dapat langsung ditangkap penonton. Pada program di televise swasta yang berorientasi pada kompetisi dan komersialisme, pengemasan program dibuat semenarik mungkin dengan format yang segar dan interaktif agar penonton mau menonton program tersebut, sehingga akan menarik pengiklan sebanyak mungkin. Hal ini tidak ditemukan pada program di TVRI, karena tidak memiliki target apapun pada setiap penayangannya.

4.4. Program Siaran Rindu Kampung Rindu Kampung13 adalah sebuah variety show, ditayangkan dua kali sebulan, bertujuan untuk mengobati kerinduan masyarakat Jakarta akan kampong halamannya. Para peserta, sama seperti program-program siaran TVRI sebelumnya, mengaku tidak tahu mengenai program Rindu Kampung ini. Tak ada seorangpun peserta yang pernah menonton program ini. Hal ini disebabkan oelh frekuensi penayangan yang ditetapkan hanya dua kali dalam sebulan. Ini membuat para penonton tidak dapat mengingat jadwal penayangan program ini dengan mudah. Hal selanjutnya adalah kegiatan promosi program yang dapat di katakana nihil, padahal kegiatan promosi merupakan hal yang penting dalam rangka menyampaikan informasi mengenai keberadaan program ini kepada khalayak targetnya. Program ini tidak memiliki segmentasi khalayak yang jelas, dengan segmen khalayak yang berusia 19-15 tahun, namun kemasan program justru terkesan bagi khalayak yang berusia lebih tua, anatara 45-60 tahun. Sesuai dengan tujuannya, bermanfaat untuk mengingatkan kembali masyarakat Jakarta akan kampung halamannya. Program ini mengangkat seni dan budaya daerah-daerah di Indonesia secara bergantian sehingga dapat mengangkat hampir seluruh kebudayaan daerah di Indonesia. Kemudian menurut para peserta, gambar yang ditampilkan tidak halus sehingga mengurangi kenyamanan mereka ketika menonton program ini. Kesalahan fatal yang terlihat pada program ini adalah tidak ada relevansi antara gambar yang ditampilakn dengan topic yang dibahas. Sebagai contoh, ketika membahas topik tentang Gunung Kidul, Yogyakarta, justru tidak ada cuplikan mengenai daerah Gunung Kidul itu sendiri. Latar belakang panggung program ini dinilai terlalu membosankan karena tidak mampu menarik perhatian penonton. Tata panggung dinilai tidak mencerminkan topic, sehingga tidak dapat menempilkan relevansi antara satu aspek dangan aspek lainnya pada program yang disesuaikan dengan topic yang diangkat. Dari sisi pengemasan program, tayangan ini dinilai out of context, tidak mempu menyentuh aspek budaya yang pada awalnya terlihat diangkat. Program ini tidak memiliki benanga merah sama sekali, sejak program dimulai hingga program berakhir.

13

Diolah dari hasil laporan FGD-Evaluasi Program Siaran Nasional TVRI, Puslitbang LPP TVRI-Pusat Kajian Komunikasi FISIP UI Pada tanggal 19 Juli 201. Hal 11-13.

Gambar 4.4.1 Focus Group Discusion (FGD) Rindu Kampung

Sumber: Dokumentasi Puslitbang LPP TVRI

Semuanya datar dan cenderung bertele-tele. Selain itu, penggunaan bahasa daerah yang terlalu panjang justru akan membingungkan penonton yang berasal dari daerah lain yang tentu tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang bahasa dari daerah lain. Narasumber yang ditampilkanpun hadir secara berbelit-belit, dan informasi yang diberikan tidak fokus pada topic yang diangkat, justru malah melebar kemana-mana tanpa memperhatikan prioritas informasi yang seharusnya diangkat. Pemandu acara dinilai oleh peserta bahwa pemandu acara tidak tidak informative, telalu banyak bergurau sehingga esensi pesan yang hendak disampaikan justru menjadi kabur. Penggunaan bahasa pemandu acara juga menjadi sorotan karena tidak mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penampilan pemandu acara secara visual turut menyumbang ketidaktertarikan penonton akan program ini. Pemandu acara mengenakan pekaian yang tidak sesuai dengan topic yang diangkat.4.5. Metode

Focus Group Discusion (FGD) dan Suvey Penonton

TVRI yang berstatus sebagai Lembaga Penyiatan Publik, mempunyai tugas dan tanggung jwab untuk setiap program siarannya. Harus sesuai dengan keinginan dan berpihak pada public dengan mengutamakan pendidikan dan kebudayaan. Maka untuk menunjang program-program siaran tersebut TVRI membentuk suatu bidang untuk melakukan penelitian kepada masyarakat untuk program-program TVRI, agar dapat maju dan diterima oleh masyarakat. Bidang tersebut

adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan (puslitbang)14 yang menjadi pusat pelaksanaan penelitian dan pengembangan terhadap keperluan TVRI. Salah satu bentuk dari tugas Puslitbang adalah dengan diadakannya evaluasi ini dengan menggunakan metode Focus Group Discuscion (FGD). Sejauh ini peran puslitbang terhadap program-program (kebudayaan) di TVRI, bersifat evaluasi. Peran puslitbang, seperti pada puslitbang televisi lain ada sebelum suatu program muncul, jadi dilakukan penelitian terlebih dahulu unutk mengetahui apa yang sedang dibutuhkan masyarakat, sehingga profram yang muncul akan banyak di tonton oleh khalayak karena disesuiakan dengan kebutuhan khalayak. Gambar 4.5.1 Focus Group Discusion Program Siaran LPP TVRI .

Sumber: Dokumentasi Puslitbang LPP TVRI

Selama ini evaluasi tentang respon khalayak atas suatu program di televisi semata-mata diukur secara kuantitatif melalui sistem taring yang dilakukan oleh satu-satunya lembaga riset media di Indonesia, yaitu AGB Nielsen. Sistem rating hanya bisa mendeskripsikan prefensi penonton atas suatu program secara kuantitatif, dan karenanya gambaran yang dihasilkan tentang respon khalayak sangat tidak mendalam. Neuman (dalam Silalahi, 2006:268), mengelompokkan metode pengumpulan data menjadi metode pengumpulan kuantitaif dan kualitatif. Pada dasarnya, data kuantitatif merupakan data yang dapat dinyatakan dengan angka, sebaliknya data kuantitatif merupakan data yang tidak dapat dinyatakan atau diukur melalui angka. Secara garis besar Focus Group Discusion15 bersifat lebuh luas dari wawancara. Jika wawancara14

Cetak Biru Kebijakan Umum,Kebijakan Penyiaran,Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) Tahun 2006-2011 15 Irwanto.2006.Focused Group Discusion (FGD): Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta:Yayasan Obor.

menitikberatkan pada pengajuan pertanyaan kepada narasumber atau responden, maka dala FGD, tidak terdapat pengajuan pertanyaan secara spesifik, namun lebih pada upaya mendengarkan keterangan dari berbagai sumber yang kemudian dirumuskan menjadu suatu data terntentu. Metode Focus Group Discusion (FGD), digunakan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang permasalahan penelitian. Meski demikian arti penting FGS tidak terletak pada representasi hasil dengan populasi, tetapi pada kedalamnya dan dapat diketahui alas an motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang. Kriteria infroman dalam FGD tentang evaluasi program siaran TVRI, berjumlah kurang lebih 10 orang, berdasarkan keragaman latar belakang, yakni aspek jenis kelamin, pekerjaan, dam usia. Peserta juga berasal dari latar belakang profesi yang berbeda, antara lain: akademisi, politisi, budayawan, tokoh masyarakat, ormas, pers, masyarakat biasa. Survey penonton merupakan salah satu metode yang digunakan oelh Puslitbang LPP TVRI, untuk melakukan evaluasi terhadap program siaran TVRI. Survey penonton lebih bersifat kuantitatif dan sedikit berbeda dengan FGD. Tim dari puslitbang menyebarkan kuesioner yang berisi angket tentang indicator-indikator program siaran TVRI, disering disebut dengan kuesioner kepuasan penonton TVRI. Dari hasil survey tersebut dapat terlihat berapa persen penonton yang menyaksikan program TVRI dan menyukinya. Hal ini dilakukan sebagai evaluasi dan masukkan untuk membuat program siaran yang lebih baik dan disukai masyarakat. Survey penonton yang terakhir dilaksanakan di Nusa Tenggara Barat dan bekerja sama dengan Univesitas Mataram pada tanggal 10 November 2011. Pada saat penulis membuat laporan ini, laporan dari hasil lokakarya tentang survey penonton belum selesai di buat. Sehingga penulis tidak dapat memaparkan hasil dari lokakarya survey penonton tersebut. Gambar 4.5.2. Lokakarya Hasil Survey Penonton LPP TVRI di Mataram, NTB

Sumber: Dokumentasi Puslitbang LPP TVRI

4.6. Evaluasi Peran Puslitbang dalam Program Siaran Budaya TVRI Dalam melakukan evaluasi program siaran TVRI Puslitbang menggunakan beberapa metode, antara lain adalah Focus Group Discusion (FGD) dan survey penonton. Evalauasi dilakukan di beberapa daedah yang terdapat stasiun daerah serta bekerja sama dengan satu kampus negeri di daerah tersebut, seperti DI Jakarta TVRI bekerja sma dengan Universitas Indonesia, Di NTB TVRI bekerja sema dengan Universitas Mataram. Dengan melibatkan mahasiswa/i sebagai pencari respoden dan pembuat serta penyebar kuesioner, dan menurut penulis cara ini cukup efektif, karena jumlah karyawan puslitbang yang terbatas tidak memungkinkan, bahkan disisi lain bisa menjadi sarana bagi mahasiswa/i untuk belajar menuju persiapan skripsi. Idealnya adanya suatu bidang pusat penelitian dan pengembanga suatu instasi terutama media adalah sebagai pusat dari informasi. Sehingga suatu informasi atau siaran yang akan tampil dapat sesuai dengan kebutuhan dan dapat disukai oleh masyarakat. Penulis yang mngalami magang selama 2 bulan lebih banyak melihat hambatan di puslitbang, dan salah satunya adalah kurangnya sumber daya menausia. Saat ini karyawan puslitbang hanya berjumlah 15 orang, dan masih menjadi anggapan bahwa puslitbang hanya tempat yang tidak penting dan sesuatu yang sulit berkembang. Tetapi walaupun dengan jumalah SDM yang terbatas puslitbang masih menunjukkan bahwa puslitbang merupakan bagian terpenting dari LPP TVRI. Hal ini dilihat dari evaluasi-evaluasi program yang dilaksanakan. Hasilnya cukup membantu tim produksi untuk menjadi masukan pembautan program siraran. Peran puslitbang yang seharusnya terlihat sebalum suatu acara tayang, dengan melakuakan penelitian terlebih dahulu apa yang sedang terjadi/fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, yang dapat diangkat sehingga sesuai denga kebutuhan dan kemauan masyarakat. Namun untuk saat ini puslitbang berperan denga melakukan evaluasi teehadap program-program yang sudah ada, agar depat lebih baik lagi dan diterima serta disukai masyarakat. Metode yang digunakan yaitu FGD dan survey penonton, cukup efektif untuk mengetahui respon masyarakat terhadap TVRI, walaupun terkadang banyak yang menjadi responden tidak tahu tentang program siaran di TVRI. Seharusnya didalam pemilihan responden puslitbang dapat lebih sellektif sehingga saran dan kritik yang diberikan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

BAB V PENUTUP5.1. Kesimpulan Status TVRI yang berganti menjadi Lembaga Penyiaran Publik, yang sebelumnya PT (Pesero) dan sempat menjadi Perusahaan Jawatan. Dengan status sebagai Lembaga Penyiaran Pulik, TVRI mempunyai tanggung jawab terhadap siarannya agar dapat diterima dan di sukai oleh publik dengan mengutamakan tayang yang berpendidikan(edukatif) dan budaya. Untuk mendukung hal tersebut pada tahun 2006 TVRI membentuk bidang yang bertugas untuk meneliti setiap program yang akan ditayangkan dan mengembangkanya, yaitu bidang Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang).

Seiring berjalannya waktu peran dari Puslitbang terlihat ketika suatu program siaran sudah ditayangkan dalam bentuk evaluasi program siaran. Puslitbang yang awalnya diharapkan dapat menjadi pusat data penelitian untuk program siaran yang akan dtayangkan TVRI belum dapat bekerja secara optimal. Banyak hambatan yang dialami puslitbang selama peejalanannya, salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM) yang masih sangat terbatas. Namun walau banyak hambatan yang dialami, hal tersebut tidak menyurutkan motivasi puslitbang. Salah satu dari kerja puslitbang yang terlihat adalah dengan melaksanakan menelitian evaluasi terhadap program siaran TVRI dengan bekerja sama dengan beberapa universitas. Dengan menggunakan metode Focus Group Discusion (FGD) dan survey penonton, puslitbang dapat memberikan masukan dari hasil penelitian evaluasi tersebut.

Di sisi lain, ada kekurangan dari penelitian evaluasi yang dilakukan puslitbang, dengan menggunakan metode FGD dan survey penonton, responden yang dipilih kurang efektif karena berdasarkan hasil laporan FGD tersebut hampir sebagian responden tidak pernah menyaksikan program siaran TVRI, sehingga saran dan masukan yang diberikan kurang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Namun metode yang terapkan sudah cukup baik dan sesuai.

Penulis yang mengangkat tentang program siaran yang ada di TVRI, seharusnya fokus dan lebih ke Bidang Pengkajian Program dan Berita, namun karena penulis ditempatkan di Bidang

Pengkajian Pengembangan Usaha maka penulis kurang mengangkat tentang Bidang Pengkajian Program dan Berita yang lebih sesuai. Namun, penulis tentang mendapat informasi tentang program siaran.

5.2. Rekomendasi Melihat dan menimbang permasalahan yang telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya, dengan ini saya memberikan saran-saran yang kiranya dapat berguna bagi bahan referensi dan masukan untuk Puslitbang LPP TVRI: 1. Dewan Pengawas dan Dewan Direksi harus lebih memberikan perhatian lebih terhadap bidang Puslitbang, bukan hanya sebagai pelengkap, tapi lebih dioptimalkan kinerjanya. 2. Idealnya untuk sebuah bidang penelitian dan pengembangan, sumber daya manusia harus sesuai, sehingga setiap sub bidang memiliki staff yang ahli pada bidangnya. 3. Peran Puslitbang seharusnya meneiti dahulu suatu program yang akan ditayangkan, sehingga dapat sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat, setelah itu baru melakukan evaluasi terhadap program tersebut untuk memperbaiki kekurangannya. 4. Di dalam melakukan penelitian evaluasi, responden yang dipilih harus selektif dan sesuai, agar dapat memberikan kritik dan saran yang tepat. 5. Setiap peneliti dibekali kemampuan penelitian yang baik, seperti mengikuti pelatihan penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 6. Bila bidang ini sudah maju, bisa membuka pelatihan peneltian kepada staff baru, maupun karyawanTVRI, bahkan secara umum. Dengan adanya saran tersebut, saya berharap untuk ke depannya, Puslitbang LPP TVRI akan berjalan dengan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKAIrwanto.2006. Focused Group Discusion (FGD): Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta: Yayasan Obor. Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan Kelembangaan, dan Sumber Daya Tahun 2006-2011. Jakarta: Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (TVRI) Kebijakan Penyiaran (Editorial Policy) sebagai panduan profesi dan pedoman etik bagi seluruh broadcaster dalam melaksanakan tugas-tugas operasional penyiaran LPP TVRI .Tahun 2010 , Jakarta: LPP TVRI Laporan Hasil FGD-Evaluasi Program Siaran Nasional TVRI. Tahun 2011, Depok, Jawa Barat, Puslitbang LPP TVRI-Pusat Kajian Komunikasi FISIP UI. Laporan Hasil Kajian Pengembangan Usaha Kalimantan Selatan. Tahun 2011, Kalimantan Selatan, Puslitbang LPP TVRI Internet: http//www.tvri.co.id// (Diakses Pada Tanggal 20 Oktober 2011 dan 28 November 2011)