Lap Ilmu Ternak Perah

75
LAPORAN PRAKTEK LAPANG ILMU TERNAK PERAH OLEH Nama : Hildah Khurniyah Stambuk : I111 11 329 Kelompok : VIII (delapan) Asisten :

Transcript of Lap Ilmu Ternak Perah

Page 1: Lap Ilmu Ternak Perah

LAPORAN PRAKTEK LAPANGILMU TERNAK PERAH

OLEH

Nama : Hildah KhurniyahStambuk : I111 11 329Kelompok : VIII (delapan)Asisten :

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2013

Page 2: Lap Ilmu Ternak Perah

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia peternakan kita sering mendengar tentang ternak perah

dan ternak potong, ternak potong umumnya dimanfaatkan untuk kebutuhan

daging sedangkan ternak perah memiliki manfaat ganda selain untuk perah juga

dapat dimanfaatkan dagingnya. Ternak perah adalah ternak yang menghasilkan

susu melebihi kebutuhan anak-anaknya sehingga dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan manusia.

Sapi perah adalah ternak dan bibit sapi yang dipelihara dengan tujuan

untuk menghasilkan susu. Saat ini sebagian peternakan sapi perah telah dikelola

dalam bentuk usaha peternakan sapi perah komersial dan sebagian lagi masih

berupa peternakan rakyat yang dikelola dalam skala kecil, populasi tidak

terstruktur dan belum menggunakan sistem breeding yang terarah, walaupun

dalam hal manajemen umumnya telah bergabung dalam koperasi.

Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik dalam peternakan sapi

perah maka masyarakat mengolah susu yang diproduksi menjadi berbagai

macam olahan susu seperti dangke, kerupuk susu, susu pasteurisasi, atau mereka

menjualnya dalam bentuk susu segar. Dalam peternakan sapi perah dibutuhkan

suatu analisa usaha mulai aspek hukum, aspek teknis dan produksi, aspek

organisasi dan manajemen, aspek keuangan dan kelayakan usaha sehingga dapat

diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari peternakan tersebut.

Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya praktikum Ilmu Ternak Perah.

Page 3: Lap Ilmu Ternak Perah

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang kami temukan dalam Praktek Lapang Ilmu

Ternak Perah ini adalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya kesadaran masayarakat Sulawesi Selatan khususnya di

Kabupaten Enrekang untuk memanfaatkan sumber daya alam dalam

mengelola suatu usaha.

2. Kurangnya dukungan pemerintah dalam memperhatikan perkembangan

peternakan rakyat sapi perah di Kabupaten Enrekang.

3. Sistem produksi untuk pemasaran hasil olahan susu sapi perah di Kabupaten

Enrekang masih tradisional.

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan diadakannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah adalah untuk

mengetahui bentuk aspek hukum, aspek teknis dan produksi, aspek organisasi

dan manajemen, aspek keuangan dan kelayakan usaha pada Usaha Peternakan

Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

Kegunaan diadakannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah yaitu agar

kita dapat membandingkan antara teori yang didapatkan di perkuliahan dengan

Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

Page 4: Lap Ilmu Ternak Perah

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Bangsa – Bangsa Sapi Perah

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada

dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi

yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok

dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal

dengan Bos Taurus (Anonima, 2010).

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi

Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat

Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red

Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia) (Anonima, 2010).

Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah

yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah

Friesien Holstein (Anonima, 2010).

Adapun Bangsa-Bangsa Sapi Perah yaitu (Anonima, 2010) :

Menurut Asal-Usulnya, dari daerah:

a. Tropis : Sapi Sahiwal, Sapi Red Sindhi, Sapi Australian Milking Zebu

(AMZ), dan lain-lain.

b. Subtropis : Sapi Fries Holland (Holstein Friesian), Sapi Jersey, Sapi

Guernsey, Sapi Brown Swiss, Sapi Ayrshire, Sapi Milking Shorthorn, dan

lain-lain.

Page 5: Lap Ilmu Ternak Perah

Menurut Kemurniannya/Keasliannya, terbagi atas:

a. Pure Bread (Bangsa Asli/Murni) : Sapi Friesian Holland (FH), Sapi

Guernsey, Sapi Brown Swiss, Sapi Milking Shorthorn, dan sebagainya.

b. Silangan : Sapi Friesian Holland Grati (FH Grati), Sapi Jersey, Sapi

Ayrshire, Sapi Australian Milking Zebu (AMZ), dan sebagainya.

1. Sapi Sahiwal

Gambar 1. Sapi Sahiwal

Sapi Sahiwal berasal dari India. Sapi ini merupakan tipe perah dari

tropis yang terbaik didaerah asalnya. Kriteria sapi tersebut sebagai tersebut

(Anonima, 2010) :

Potongan atau bentuk tubuh berat dan Kaki pendek.

Warnanya kemerahan atau coklat muda, kadang-kadang terdapat warna putih.

Persentase lemaknya 3,7%,

Bulunya sangat halus, Ambing besar dan kadang-kadang bergantung

2. Sapi Red Sindhi

Gambar 2. Sapi Red Sindhi

Page 6: Lap Ilmu Ternak Perah

Sapi ini berasal dari India. Dalam segala hal hampir sama dengan

Sahiwal tetapi dengan ukuran yang lebih kecil dengan kriteria sebagai berikut

(Anonima, 2010) :

Bobot sapi betina dewasa 300-350 kg, jantan dewasa 400-454 kg.

Bobot anak sapi betina baru lahir 18-20 kg, anak sapi jantan baru lahir 21-24

kg.

Produksi rata-rata untuk satu masa laktasi 1.662 atau berkisar 5-6 liter per

hari.

Kadar lemaknya 4,9%.

3. Sapi Fries Holland (Holstein Friesian)

Gambar 3. Sapi Fries Holland (Holstein Friesian)

Sapi Friesian Holland sering dikenal dengan nama Friesien Irgistein

atau disingkat FH. Sapi ini berasal dari negara Belanda Utara. Tanda-tandanya

warna belang hitam putih, pada dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk

segitiga, kaki bagian bawah dan bulu ekornya berwarna putih, tanduk pendek

serta menjurus kedepan, dan lambat dewasa (Anonima, 2010).

Sifat sapi ini jinak dan tenang, sehingga mudah untuk dikuasai, tidak

tahan terhadap panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan,

tetapi untuk sapi jantan biasanya menunjukkan sifat nakal dan agak ganas,

karena mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, bangsa sapi ini mudah

Page 7: Lap Ilmu Ternak Perah

ditemui diseluruh penjuru dunia (Anonima, 2010). Adapun kriteria sapi FH

adalah sebagai berikut (Anonima, 2010):

Bobot badan Ideal sapi FH betina dewasa seitar 682 kg dan jantan dewasa

sekitar 1000 kg.

Produksi susu sapi FH di Indonesia rata-rata 10 liter/ ekor per hari atau lebih

kurang 30.050 kg per laktasi.

Kadar lemak susu FH 3,65% dengan rata-rata 7.245 kg per laktasi di Amerika

Serikat.

Warna lemaknya kuning dengan butiran-butiran (globuli) lemaknya kecil,

sehingga baik untuk konsumsi susu segar.

Bulu sapi FH pada umumnya bewarna hitam dan putih, namun ada juga yang

bewarna merah dan putih dengan batas-batas warna yang jelas.

Bobot anak sapi FH yang baru dilahirkan mencapai 43 kg.

4. Sapi Jersey

Gambar 4. Sapi Jersey

Bangsa Sapi ini terbentuk di Pulau Jersey yang terletak di selat Channel

antara Prancis dan Inggris. Nenek moyang dari sapi Jersey adalah sapi liar Bos

(Taurus) Typicus Longifrons yang kemudian dikawin silangkan dengan sapi di

Paris dan Normandia (Prancis) (Anonima, 2010).

Page 8: Lap Ilmu Ternak Perah

Kriteria sapi Jersey sebagai berikut (Anonima, 2010) :

Badan sapi Jersey  memiliki badan paling kecil diantara bangsa sapi perah

lainnya.

Kadar lemak susunya tinggi 4,85%

Memiliki sifat nerveous atau gelisah dan bereaksi cepat terhadap rangsangan.

dengan kata lain sapi jersey tidak begitu jinak.

Asal sapi jersey dari Inggris bagian selatan. Tanda-tandanya warna

coklat muda terkadang ada yang hampir putih atau kuning dan ada yang agak

merah, tetapi pada bagian-bagian tertentu terkadang ada warna putihnya, yang

jantan warnanya agak lebih tua (Anonima, 2010).

Sifat-sifatnya kurang tenang dan lebih mudah terganggu oleh

perubahan-perubahan disekitarnya, tetapi lebih tahan panas. Sapi ini termasuk

bangsa sapi perah yang kecil tetapi bentuk badannya lebih baik dari pada sapi-

sapi yang lain (Anonima, 2010).

5. Sapi Guernsey

Gambar 5. Sapi Guernsey

Sapi Guernsey berasal dari sapi liar sub-spesies Bos (Taurus) Typicus

longifrons di pulau Guernsey (Inggris) terletak disebelah barat laut pulau Jersey,

di selat Channel. Warnanya kuning tua dengan belang-belang putih. Warna putih

tersebut umumnya terdapat pada bagian muka, sisi perut, dan keempat kakinya.

Page 9: Lap Ilmu Ternak Perah

Tanduknya menjurus keatas dan agak condong kedepan, dengan ukuran sedang

(Anonima, 2010).

Sapi Guernsey sifatnya lebih tenang dari sapi Jersey walaupun tak

setenang sapi FH. Badannya lebih besar dari pada sapi Jersey. Bentuknya

menyerupai Jersey, tetapi lebih kuat dan lebih besar (Anonima, 2010).

6. Sapi Brown Swiss

Gambar 6. Sapi Brown Swiss

Sapi ini berasal dari Switzerland, tandanya coklat abu muda atau tua.

Pada umumnya coklat seperti warna tikus. Hidung bulu ekornya berwarna hitam.

Ukuran badan dan tulangnya cukup besar, hampir sama dengan FH. Sifatnya

jinak dan mudah dipelihara, produksi susunya dibawah sapi FH (Anonima,

2010).

Bangsa sapi Brown Swiss adalah bangsa sapi perah tertua yang berasal

dari spesies sapi liar sub-spesies Bos (Taurus) Typicus Longifrons yang berasal

dari lereng-lereng gunung di Swiss. Kriteria sebagai berikut (Anonima, 2010) :

Bobot badannya terberat kedua setelah sapi FH.

Warna bulu cokelat dengan ragam dari cokelat terang sampai cokelat gelap.

Susu sapi Brown Swiss biasanya diolah menjadi keju.

Kadar lemak susu sapi Brown Swiss rendah.

Produksi susu rata-rata 5.939 per laktasi.

Page 10: Lap Ilmu Ternak Perah

7. Sapi Ayrshire

Gambar 7. Sapi Brown Swiss

Sapi ini berasal dari Scotlandia selatan, warnanya belang merah atau

belang merah atau belang coklat dan putih, tanduknya agak panjang dan

menjurus keatas, sedikit lurus dengan kepala, sifatnya agak tenang. Badannya

lebih besar dari sapi Jersey, tetapi lebih kecil dari sapi FH. Sapi in pandai

merumput di padang rumput yang tidak terlalu besar (Anonima, 2010).

8. Sapi Milking Shorthorn

Gambar 8. Sapi Milking Shorthorn

Sapi Milking Shorthorn termasuk bangsa sapi tertua yang terbentuk di

Inggris bagian timur laut di lembah Sungai Thames. Nenek moyang sapi ini

adalah bos (Taurus) Typicus Premigenius. Awal mulanya sapi ini dikenal

sebagai bangsa sapi tipe dwiguna (perah dan pedaging). Pada tahun 1969

peternak pembibit di Amerika Serikat menggunakan bangsa sapi ini hanya

sebagai sapi perah. Keriteria sapi ini sebagai berikut (Anonima, 2010):

Warna bervariasi dari hampir putih sampai merah semua, dan ada yang

bewarna campuran merah dan putih.

Bobot badan ideal jantan 955 kg. B

Page 11: Lap Ilmu Ternak Perah

erat pada saat lahir 34 kg

Kadar lemak susunya 3,65%.

Produksi susunya 5.126 kg per laktasi.

9. Sapi Guernsey

Gambar 9. Sapi Guernsey

Sapi Guernsey berasal dari sapi liar sub-spesies Bos (Taurus) Typicus

longifrons di pulau Guernsey. terletak disebelah barat laut pulau Jersey, di selat

Channel. Kriteria sapi Guernsey (Anonima, 2010) :

Bentuk badan agak kasar dibandingkan sapi Jersey

Warna bulu cokelat bercak putih dan bangsanya bersifat agak jinak

Susu sapi Guernsey biasanya diolah menjadi mentega.

10. Sapi Ayrshire

Gambar 10. Sapi Ayrshire

Bangsa sapi Ayrshire dikembangkan di daerah Ayr, yaitu di bagian

barat daya Skotlandia. Wilayah tersebut dingin dan lembab, padang rumput

relatif tidak banyak tersedia. Dengan demikian maka ternak terseleksi secara

alamiah akan ketahanan serta kesanggupannya untuk merumput (Blakely, 1994).

Page 12: Lap Ilmu Ternak Perah

Bangsa sapi Ayrshire terbentuk di Ayr yang terletak di barat daya

Skotlandia. Nenek moyang sapi Ayrshire adalah Bos (Taurus) Typicus

Primigenius dan Bos (Taurus) Typicus Longifrons (Anonima, 2010).

Warna sapi Ayrshire bervariasi dari merah dan putih sampai warna

mahagoni dan warna merahnya amat terang atau hampir hitam. Sifat sapi

Ayrshire sangat aktif, kurang tenang, peka dengan keadaan di sekitarnya dan

cerdik. Sapi Ayrshire cakap merumput karena stamina yang kuat dan

keaktifannya (Soetarno, 2003).

Sapi ayrshire memiliki kisaran berat badan untuk yang betina mencapai

1250 pound dan yang jantan mencapai 2300 pound (Prihadi, 1997).

Kriteria sapi Ayrshire adalah sebagai berikut (Anonima, 2010) :

Badan sapi Aryshire lebih besar dari sapi Guernsey dan Jersey.

warna bulu bervariasi dari merah dan putih sampai warna mahoni dan putih.

Bobot badan betina 545 kg, jantan 841 kg dan bobot saat lahir 34 kg.

Page 13: Lap Ilmu Ternak Perah

B. Potensi Sumber Daya Alam dan Manusia

Keberhasilan usaha ternak sapi perah tergantung dari faktor sumberdaya

manusia dan sumberdaya alam. Di samping itu juga, pengembangan usaha sapi

perah dan peningkatan produksi susu memerlukan dorongan baik dari pihak

pemerintah ataupun swasta seperti industri-industri persusuan dan sarana-sarana

lain yang diperlukan dan prospek atau masa depan pengembangan usaha ternak

sapi perah (Nurani, 2011).

Salah satu komoditas peternakan yang dikembangkan dengan prinsip

keterkaitan antara daerah yaitu sapi perah yang diusahakan dalam skala

peternakan rakyat dengan pola pengusahaan yang masih sebagai sambilan di

kabupaten Enrekang dimana saat ini populasi sapi perah telah mencapai 900

ekor yang bertujuan mengembangkan produksi susu untuk mendukung kegiatan

pengolahan dangke yang merupakan makanan khas Sulawesi Selatan khususnya

di Kabupaten Enrekang. Disamping nilai gizi yang tinggi, produk olahan susu ini

disukai oleh masyarakat kabupaten Enrekang karena penduduk Enrekang tidak

terbiasa mengkonsumsi susu segar. Sejak tahun 2001 pemerintah Sulawesi

Selatan mencoba mengembangkan sapi perah di kabupaten Sinjai melalui

bantuan ternak dari Direktorat Jenderal Peternakan dengan jumlah peternak yang

semakin meningkat dimana pada tahun 2004 berjumlah 40 orang dan tahun 2007

berjumlah 168 orang dengan kepemilikan sapi perah 330 ekor dan produksi susu

berfluktuasi sekitar 350 liter perhari, sasaran utama produksi adalah produk susu

pasteurisasi untuk konsumsi masyarakat sampai ke Kota Makassar (Dinas

Peternakan Sul-Sel, 2007). Variasi produksi yang tinggi dan penurunan ini

sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan petani terutama yang berasal dari

Page 14: Lap Ilmu Ternak Perah

konsentrat. Petani yang tidak mampu membeli konsentrat mempunyai produksi

susu yang rendah, demikian pula dengan penggantian komposisi dan

peningkatan komponen lokal bahan pakan menyebabkan penurunan produksi.

Dengan demikian petani sangat mengharapkan adanya pembinaan menyangkut

perbaikan pakan tersebut (Nurani, 2011).

Adanya permasalahan-permasalahan yang dihadapi peternak

merupakan faktor kurangnya kesadaran dalam memanfaatkan sumber daya alam

maupun sumber daya manusia yang ada, maka itu perlu dilakukan usaha –

usaha berikut (Nurani, 2011) :

1. Pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk meningkatkan

produktivitas dan kualitas hasil ternak (susu) kepada para peternak. Daya

saing susu yang dihasilkan peternak hanya dapat ditingkatkan apabila

produktivitas dan kualitas tersebut ditingkatkan. Untuk itu, penelitian dan

pengembangan khususnya mengenai teknis dan manajemen produksi perlu

ditingkatkan.

2. Perlu dibentuk wadah kemitraan

Sistem peternakan kontrak (contract farming) merupakan satu mekanisme

kelembagaan yang memperkuat posisi tawar menawar peternak dengan cara

mengkaitkannya secara langsung ataupun tidak langsung dengan badan usaha

yang secara ekonomi relatif lebih kuat. Melalui kontrak, peternak kecil dapat

beralih dari usaha tradisional/subsistem ke produksi yang bernilai tinggi dan

berorientasi ekspor. Hal ini tidak hanya berpotensi meningkatkan penghasilan

peternak kecil yang ikut dalam kontrak tetapi juga mempunyai efek berlipat

ganda bagi perekonomian di perdesaan maupun perekonomian dalam skala

Page 15: Lap Ilmu Ternak Perah

yang lebih luas. Contract farming dapat juga dimaknai sebagai sistem

produksi dan pemasaran berskala menengah, dimana terjadi pembagian beban

resiko produksi dan pemasaran berskala menengah dimana terjadi pembagian

beban resiko produksi dan pemasaran diantara pelaku agribisnis dan peternak

kecil, kesemuanya ini dilakukan dengan tujuan mengurangi biaya transaksi

dan kerjasama antar peternak dan peternak dengan pihak kedua dapat terjalin

secara baik bila terdapat saling ketergantungan yang saling menguntungkan.

3. Koperasi susu perlu didorong dan difasilitasi agar dapat melakukan

pengolahan sederhana susu segar antara lain pasteurisasi dan pengemasan

susu segar, pengolahan menjadi yogurt, keju dan sebagainya. Hal ini disertai

dengan program promosi secara luas kepada masyarakat terutama anak-anak

tentang manfaat mengkonsumsi susu segar dan produk-produk olahannya.

Pendirian pabrik pengolahan susu yang dimiliki koperasi juga perlu didorong.

Langkah ini diperlukan untuk mengantisipasi makin menguat dan relatif

stabilnya nilai kurs rupiah terhadap US dolar yang dapat mengakibatkan

industri pengolahan susu kembali mengimpor sebagian besar bahan baku

susunya dari luar negeri.

4. Pemerintah Pusat maupun Daerah seyogyanya mengeluarkan kebijakan-

kebijakan yang mampu memperkuat posisi tawar peternak sapi perah

khususnya dan pengembangan agribisnis berbasis peternakan umumnya. Ini

antara lain dapat dilakukan dengan menghapuskan retribusi yang

menyebabkan ongkos produksi bertambah mahal, menghapuskan pajak

pertambahan nilai bila pengolahan masih dilakukan oleh peternak serta

Page 16: Lap Ilmu Ternak Perah

pemberlakuan tarif bea masuk terhadap susu impor untuk melindungi

produksi dalam negeri.

Salah satu kunci keberhasilan pengembangan sapi perah yaitu

melakukan penguatan kelembagaan antara lain dengan peternakan kontrak yang

bertujuan adanya (a) hubungan yang saling menguntungkan antara peternak

dengan perusahaan agribisnis,(b) memberikan insentif kepada peternak untuk

meningkatkan produknya dengan memperbaiki grades dan standar,(c)

memperbaiki sarana dan iklim investasi untuk bidang peternakan sapi perah, dan

(d) pemerintah menyediakan infrastruktur publik seperti jalan, jembatan, listrik,

telekomunikasi, pasar dan penegakan hukum dalam perjanjianperjanjian usaha

sehingga penggunaan/alokasi sumberdaya pada usaha sapi perah tercipta secara

efisien, merata dan berkelanjutan (sustainable). Untuk melakukan penguatan

kelembagaan pada usaha sapi perah diperlukan kerjasama antara peternak,

perusahaan dan Pemerintah Daerah serta Pemerintah Pusat (Nurani, 2011).

C. Analisis Usaha

1. Aspek Umum dan Hukum

Latar Belakang Usaha

Berusaha di bidang ternak perah harus mempunyai pengetahuan studi

kelayakan usaha untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Untung rugi

usaha ternak sapi perah akan mudah diketahui apabila biaya pokok untuk

menghasilkan per liter air susu dapat dihitung secara tepat (AAK, 1995).

Maksud dan Tujuan

Page 17: Lap Ilmu Ternak Perah

Maksud studi kelayakan usaha peternakan sapi perah yaitu untuk

mengetahui tingkat kelayakan usaha peternakan sapi perah pada tingkat

perusahaan khususnya pada aspek finansialnya (Priyono, 2009).

Adapun tujuan studi kelayakan usaha peternakan sapi perah yaitu dapat

memberikan pengetahuan tentang cara-cara mengetahui tingkat kelayakan usaha

peternakan sapi perah terutama pada aspek financial (Priyono, 2009).

UU / Peraturan Pemerintah Pusat dan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan

(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3102) (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007).

2. Aspek Ekonomi dan Pemasaran

Kondisi Ekonomi

Menurut Ditjennak, Peningkatan konsumsi susu nasional tidak

diimbangi dengan peningkatan produksi susu nasional. Dimana konsumsi susu

masyarakat Indonesia terus meningkat dari 883.758 ton pada tahun 2001

menjadi 1.758.243 ton pada tahun 2007 atau terjadi peningkatan sebesar 98.9%

selama kurun waktu 6 tahun dan diprediksikan akan terus meningkat pada tahun-

tahun selanjutnya. Produksi susu yang tidak berkembang tersebut dapat kita lihat

dari jumlah populasi sapi yang relatif tetap (stagnant), bahkan produksi dan

produktivitas susu menunjukkan trend yang menurun dari tahun ke tahun akibat

terbatasnya kemampuan produksi susu nasional. Oleh karena itu, pemerintah

melakukan impor susu dari beberapa negara pengekspor susu antara lain

Australia, Perancis dan Selandia Baru (Pradana, 2009).

Perkembangan Sapi Perah di Indonesia

Page 18: Lap Ilmu Ternak Perah

Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia,

Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia,

Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal

dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak

susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu

berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit

unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang

mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini

produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang

beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan

jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari)

(Priyono, 2009).

Seiring dengan perkembangan waktu, perkembangan agribisnis

persusuan di Indonesia dibagi menjadi tiga tahap perkembangan, yaitu Tahap I

(periode sebelum tahun 1980) disebut fase perkembangan sapi perah, Tahap II

(periode 1980-1997) disebut periode peningkatan populasi sapi perah, dan Tahap

III (periode 1997-sampai sekarang) disebut periode stagnasi. Stagnasi tersebut

menyebabkan sampai saat ini Indonesia belum mampu untuk memenuhi

kebutuhan susu dalam negeri. Hal ini terjadi akibat banyaknya kendala dalam

melakukan pengembangan usaha ternak sapi perah seperti keterbatasan modal,

tingginya harga pakan konsentrat, keterbatasan sumber daya dan juga lahan

untuk penyediaan hijauan, minimnya rantai pemasaran susu. Hal lain yang

menjadi kelemahan dalam usaha ternak sapi perah adalah terbatasnya teknologi

pengolahan kotoran hewan ternak saat ini yang menyebabkan pencemaran

Page 19: Lap Ilmu Ternak Perah

lingkungan di sekitar area peternakan sapi perah seperti air sungai, selokan dan

sebagainya (Pradana, 2009).

Strategi Pemasaran

Sektor industri peternakan sapi perah dapat menyerap cukup banyak

lapangan pekerjaan sekaligus mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu,

pemerintah diminta untuk lebih mendorong pemberdayaan industri hilir (up-

stream) atau pengolahan yang yang berbasis pada sumber daya lokal khususnya

agribisnis persusuan karena jika difasilitasi dengan baik, maka kita dapat

memenuhi permintaan susu dalam negeri secara maksimal tanpa harus

bergantung dengan produk susu impor yang harganya terkadang lebih murah

dari harga susu nasional (Pradana, 2009).

3. Aspek Finansial (Keuangan)

Investasi

Besarnya pengeluaran tetap sangat bergantung dari besarnya modal

yang diinvestasikan untuk pembelian tanah, pembuatan kandang, peralatan dan

bibit. Untuk memperhitungkan ongkos tetap sebagai biaya produksi, peternak

harus mengetahui nilai depresiasi bangunan kandang / peralatan dan bibit serta

pengeluaran lain. Nilai depresiasi tersebut dapat dicari dengan cara membagi

jumlah seluruh investasi dengan jumlah daya pemakaiannya (AAK, 1995).

Biaya Produksi

Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya tetap (fix cost) dan biaya

tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang tidak

terpengaruh dengan volume produksi. Biaya variable merupakan biaya yang

berubah-ubah sesuai dengan volume produksi (Priyono, 2009).

Page 20: Lap Ilmu Ternak Perah

Perkiraan Pemasukan

Hasil produksi susu diperkirakan 10 liter per hari. Apabila biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan susu per liter adalah Rp. 5.000,- per hari maka

biaya yang dikeluarkan adalah sekitar Rp. 50.000,- per hari. Jika harga susu per

liter adalah Rp. 10.000,- maka perkiraan pemasukan sekitar Rp. 100.000,-. Jadi,

perkiraaan pemasukan adalah Rp. 100.000 – Rp. 50.000 = Rp. 50.000 x 30 hari

= Rp. 1.500.000 (Priyono, 2009).

Parameter Finansial

Payback Record

Payback record merupakan suatu kondisi dimana diperoleh kalkulasi

yang menguntungkan atau sudah diperoleh pengembalian investasi (Priyono,

2009).

Break Even Point (BEP)

BEP (Break Even Point) merupakan suatu kondisi dimana diperoleh

kalkulasi yang impas usaha agroindustri susu pada posisi tidak rugi dan tidak

untung. Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan satuan harga dan jumlah

produk (Priyono, 2009).

4. Aspek Lingkungan dan Sosial Budaya

Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Dalam pembangunan kandang harus menyediakan bangunan kandang

yang dapat mengamankan sapi terhadap kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan. Disamping itu, pembangunan peternakan sapi perah sebaiknya

tidak mencemari lingkungan sekitar rumah penduduk (Pradana, 2009).

Dampak Usaha Peternakan Sapi Perah Terhadap Lingkungan Sekitar

Page 21: Lap Ilmu Ternak Perah

Menurut Pradana (2009), hal lain yang menjadi kelemahan dalam usaha

ternak sapi perah adalah terbatasnya teknologi pengolahan kotoran hewan ternak

saat ini yang menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitar area peternakan

sapi perah seperti air sungai, selokan dan sebagainya. Oleh karena itu, usaha

peternakan sapi perah sebaiknya tidak mencemari lingkungan sekitar rumah

penduduk .

D. Kualitas Susu

Susu merupakan bahan makanan yang hampir sempurna dan

merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang baru lahir, dimana

susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi kehidupan segera

sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang

mamalia. Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari

komposisi darah yang merupakan asal susu.Dalam Standar Nasional Indonesia

(SNI) susu segar No. 01-3141-1998 dijelaskan bahwa susu segar adalah susu

murni yang tidak mendapatkan perlakuan apapun kecuali proses pendinginan

dan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan

untuk proses penanganan selanjutnya maka susu segar harus memenuhi syarat-

syarat tertentu (Dwi, 2011).

Dalam Undang-Undang Pangan Tahun 1996 dijelaskan bahwa standar

mutu pangan adalah spesifikasi atau persyaratan teknis yang dilakukan tentang

mutu pangan, misalnya, dari segi bentuk, warna, atau komposisi yang disusun

berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta aspek lain yang terkait. Pengawasan kualitas

susu merupakan suatu faktor penting dalam rangka penyediaan susu sehat bagi

Page 22: Lap Ilmu Ternak Perah

konsumen dan hal ini sangat diperlukan untuk lebih memberi jaminan kepada

masyarakat bahwa susu yang dibeli telah memenuhi standar kualitas tertentu

(Dwi, 2011).

Susu segar memerlukan penanganan yang cukup kompleks agar

dihasilkan susu yang berkualitas baik sehingga dampak negatif yang ditimbulkan

sangat kecil. Susu dapat membahayakan atau dapat menimbulkan gangguan

terhadap kesehatan manusia apabila terjadi kerusakan pada susu tersebut.

Menurunnya mutu atau kerusakan air susu bisa saja disebabkan karena

tercemarnya susu oleh mikroorganisme atau benda asing lain seperti

penambahan komponen lain yang berlebihan (gula, lemak nabati, pati, dll).sifat

fisik susu meliputi warna, bau dan rasa, berat jenis, titik didih, titik beku

dankekentalannya. Warna susu berkisar antara putih kebiruan hingga kuning

keemasan akibat penyebaran butiran koloid lemak, kalsium kaisenat serta bahan

utama pemberi warna kekuninganyaitu karoten dan riboflavin (Vit. B2). Aroma

susu bersifat khas dan mudah hilang apabila terjadikontak dengan udara. Cita

rasa asli susu hampir tidak dapat dideskripsikan tetapi secara umum agak manis

dan agak asin. Rasa manis ini berasal dari laktosa sedangkan rasa asin berasal

dariklorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya susu mempunyai sifat-sifat

atau karakteristik yang terkandung didalamnya (Dwi, 2011).

Pemeriksaan kulitas susu dapat dilakukan sebagai berikut (Dwi, 2011).:

1. Uji Reduktase dengan Methylen Blue

Bertujuan menentukan adanya kuman-kuman di dalam susu dalam waktu

cepat. Kualitas susu salah satunya dilihat dari kualitas mikrobiologisnya.

Susu merupakan media pertumbuhan yang tepat untuk organisme perusak

Page 23: Lap Ilmu Ternak Perah

yang umum. Perubahan yang tidak dikehendaki dalam susu dipengaruhi

oleh pertumbuhan mikroba dan metabolismenya. Susu rusak diakibatkan

oleh mikrorganisme yang dapat merombak senyawa di dalam susu.

Misalnya bakteri asam laktat yang merombak laktosa dalam susu menjadi

asam laktat sehingga susu menjadi basi.

2. Uji Warna,Bau,Rasa dan Kekentalan

Bertujuan mengetahui kelainan-kelainan pada susu secara organoleptik

(menggunakan panca indera). Adanya perubahan warna, bau, dan

konsistensi pada susu dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

a. Warna susu yang baik adalah putih kekuning-kuningan. Warna putih

karena adanya penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium

kaseinat (dispersi koloid yang tidak tembus cahaya) sedangkan warna

kekuning-kuningan pada susu adalah adanya karoten(berasal dari

pakan yang diberikan) dan riboflavin. Sedangkan jika terjadi

perubahan warna pada susu seperti kebiruan karena adanya

penambahan air atau pengurangan lemak. Warna kemerahan pada susu

terjadi karena susu mengandung darah dari sapi penderita mastitis.

Variasi warna ini terjadi karena faktor keturunan disamping juga

karena faktor pakan yang diberikan. 

b. Bau. Lemak susu sangat mudah menyerap bau dari sekitarnya, seperti

bau hewan asal susu perah. Susu memiliki bau yang aromatis, hal ini

disebabkan adanya perombakan protein menjadi asam-asam amino.

Bau susu akan lebih nyata jika susu dibiarkan beberapa jam terutama

Page 24: Lap Ilmu Ternak Perah

pada suhu kamar. Kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan

klorida rendah diduga menyebabkan susu berbau seperti garam.

c. Rasa, Pahit bila terkontaminasi kuman pembentuk peptone,rasa lobak

bila terkontaminasi bakteri E.coli,rasa sabun bila terkontaminasi

bakteri Bacillus Lactis Saponei,rasa tengik karena kuman asam

mentega,serta hanyir atau amis oleh kuman-kuman lainnya.

d. Kekentalan (viskositas). Susu akan berlendir bila terkontaminasi oleh

kuman-kuman cocci dari air,sisa makanan atau dari alat-alat susu.

e. Uji Konsistensi. Susu yang sehat memiliki konsistensi baik, hal ini

terlihat tidak adanya butiran-butiran pada dinding tabung setelah

tabung digoyang, susu yang baik akan membasahi dinding tabung

dengan tidak akan memperlihatkan bekas berupa lendir atau butiran-

butiran yang lama menghilang. Susu yang konsistensinya tidak normal

(berlendir) disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam,

biasanya mikroba kokus yang berasal dari air, sisa makanan atau alat-

alat susu.

3. Uji Didih

Bertujuan untuk memeriksa dengan cepat derajat keasaman

susu.Kestabilan kasein susu berkurang bila susu menjadi asam sehingga

akan menggumpal bila susu dididihkan.Percobaan ini mulai positif pada

derajat asam 9-100 SH,kecuali susu asam kolostrum,dan perubahan

fisiologis sapi dapat menyebabkan susu pecah pada uji didih ini.

Pembentukan asam dalam susu diistilahkan dengan kata “masam” dan rasa

masam susu disebabkan karena adanya asam laktat. Pengasaman susu ini

Page 25: Lap Ilmu Ternak Perah

disebabkan oleh aktivitas bakteri yang memecah laktosa membentuk asam

laktat. Persentase asam dalam susu dapat digunakan sebagai indikator

umur dan penanganan susu. Asiditas susu dapat dinyatakan dengan dua

cara yaitu cara asam tertitrasi dan pH. Penetapan asiditas susu segar

dengan titrasi alkali sebenarnya tidak menggambarkan jumlah asam laktat

karena susu segar tidak mengandung asam laktat. Didalam susu terdapat

komponen-komponen yang bersifat asam yang dapat bereaksi dengan

alkali, misalnya fosfat, casein dan alnumin, karbondioksida dan

sitrat. Persyaratan yang ditetapkan oleh SNI 01-3141-1998 untuk derajat

asam adalah 6-7 0SH.

4. Uji Alkohol

Bertujuan memeriksa dengan cepat derajat keasaman susu. Kestabilan sifat

koloidal protein-protein susu tergantung pada selubung air yang

menyelubunginya.Bila alcohol,yang mempunyai sifat dehidrasi

dicampurkan dengan susu maka protein akan dikoagulasikan sehingga

akan tampak kepecahan pada susu tersebut.Semakin tinggi derajat asam

susu semakin berkurang jumlah alcohol, dengan kepekatan yang

dibutuhkan (70%),memecahkan susu yang sama banyaknya.Percobaan ini

mulai positif pada derajat asam 9-100 SH.Kecuali susu asam

kolostrum,dan perubahan fisiologis pada sapi dapat menyebabkan susu

pecah pada uji alcohol ini.

5. Uji Kebersihan atau Sedimentasi

Untuk mengetahui kebersihan penanganan susu ditempat

produksinya.Pada uji kebersihan susu tampak bersih dan putih,tidak ada

Page 26: Lap Ilmu Ternak Perah

kotoran serta benda-benda asing yang terlihat dalam susu. Hal ini

menunjukkan dalam penanganannya susu tersebut bebas dari kontaminasi

debu kotoran,alat/perkakas dalam keadaan steril dan pekerja yang

higienis.Kotoran yang tersangkut pada saringan dapat berupa bulu sapi

rumput sisa makanan,bagian tinja,dll.Hasil positif(kotoran yang tersaring

banyak) menunjukkan bahwa peternakan kurang baik kebersihannyakarena

kebersihan susu juga sangat tergantung bpada kondisi kandang sapi perah

juga kebersihan sapi sebelum pemerahan dilakukan.

6. Pemeriksaan Susunan Susu

Penetapan Berat Jenis (BJ)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis susu. Berat jenis

suatu bahan adalah perbandingan antara berat bahan tersebut dengan

berat air pada suhu dan volume yang sama. Berdasarkan batasan ini,

maka berat Jenis tidak ada satuannya. Berat jenis susu rata-ratanya

adalah 1,032. Berat jenis susu dipengaruhi oleh padatan total dan

padatan tanpa lemak. Kadar padatan total susu akan diketahui jika

diketahui berat jenis dan dan kadar lemaknya.  Berat jenis susu biasanya

ditentukan dengan menggunakan lactometer. Lactometer adalah

hydrometer dimana skalanya sudah disesuaikan dengan berat jenis susu.

Prinsip kerja alat ini mengikuti hokum Archimedes yaitu jika suatu

benda dicelupkan ke dalam cairan maka benda tersebut akan

mendapatkan tekanan ke atas sesuai dengan berat volume cairan yang

dipindahkan atau diisi. Jika lactometer dicelupkan ke dalam susu yang

rendah berat jenisnya maka lactometer akan tenggelam lebih dalam

Page 27: Lap Ilmu Ternak Perah

dibandingkan jika lactometer tersebut dicelupkan dalam susu yang berat

jenisnya tinggi. Laktodensimeter dimasukkan kedalam gelas ukur,

diputar-putar sepanjang dinding gelas ukur agar suhunya merata, dan

dicatat berat jenis dan suhu dari susu tersebut. Berat jenis susu yang

dipersyaratkan dalam SNI 01-3141-1998 adalah minimal 1,0280

sehingga dapat diketahui bahwa susu tidak memenuhi syarat yang

ditetapkan oleh SNI 01-3141-1998. BJ yang lebih kecil disebabkan oleh

perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul didalam air susu.

Selain itu juga disebabkan oleh karena susu umurnya sudah lama dan

disimpan dalam freezer dalam keadaan terbuka sehingga uap air masuk

ke dalam susu. Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar

daripada air. BJ air susu umumnya 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031.

Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu

adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan

makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan

sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-

ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu

diperah.

Uji Kadar Lemak

Lemak merupakan sumber utama dalam susu. Baik manusia maupun

sapi menyediakan sekitar 50 % energi sebagai lemak. Pada umumnya

komposisi susu sapi terdiri atas air dan bahan kering. Lemak termasuk

ke dalam jenis bahan kering susu. Lemak susu merupakan komponen

yang penting seperti halnya protein. Lemak dapat memberikan energi

Page 28: Lap Ilmu Ternak Perah

yang lebih besar daripada protein maupun karbohidrat. Di samping itu,

di dalam susu, lemak terdapat globula atau emulsi, yaitu bulatan-

bulatan minyak atau lemak berukuran kecil didalam serum.R uang

lingkup dari pemeriksaan kadar lemak yaitu menetapkan metode

pemeriksaan rutin untuk penentuan kadar lemak susu, misalnya susu

yang dihomogenisasi dengan metode Gerber. Pereaksi yang digunakan

dalam penentuan kadar lemak dengan metode Gerber yaitu asam sulfat

91-92 % dengan kenampakan tidak berwarna atau lebih terang serta

amil alkohol yang berwarna jernih. Pakan yang diberikan pada sapi

perah berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kandungan lemak dalam

susu dan berhubungan dengan tinggi rendahnya produksi susu yang

dihasilkan. Pemberian pakan pada sapi perah dapat berpengaruh

meningkatkan produksi susu dan persentase kandungan lemak dalam

susu. Kekurangan pakan pada sapi perah dari semestinya, akan

menurunkan produksi susu. Prinsip kerja dari butirometer pada

dasarnya yaitu butir-butir lemak kecil menggumpal menjadi butir-butir

besar, dan hal ini dipercepat oleh amil alkohol dan pemanasan suhu 65°

C. Lemak cair ini mengapung di atas campuran asam belerang, plasma

susu dan amil alkohol. Pemusingan mempercepat atau mempermudah

penggumpalan lemak di dalam butirometer yang mempunyai skala.

Angka yang dapat dibaca dalam skala butirometer yaitu jumlah gram

lemak per 100 gram air susu. Warna coklat susu didalam butirometer

disebabkan oleh perubahan laktosa menjadi karamel. Perkembangan

teknologi diharapkan mampu menghasilkan pengujian lemak susu yang

Page 29: Lap Ilmu Ternak Perah

lebih cepat sehingga memberikan jaminan proses pengendalian mutu

yang efisien bagi perusahaan atau industri pengolahan susu.

7. Uji Pemalsuan dan Pengawetan Susu

Pemalsuan yang sering dilakukan dengan cara menambah air,mengurangu

krim,menambah air dan skim milk,menambah air kelapa,air santan,air

beras/air tajin,dan menambah susu masak /susu kaleng. Perubahan susunan

susu akibat pemalsuan dengan:

Pemalsuan dengan air Beras/air Tajin

Pemalsuan cara ini sering dilakukan karena murah dan bahannya

menyerupai susu.Pemalsuan ini dapat dibuktikan secara kimiawi atau

mikroskop. Di dalam tabung reaksi dicampur 10 cc susu dengan 0,5 cc

larutan acetic acid glacial, kemudian dipanaskan dan disaring dengan

kertas saring. Teteskan 4 tetes larutan Lugol dalam filtrat.

- Reaksi negatif, kalau warna cairan tetap kuning

- Reaksi dubius, kalau warna cairan menjadi hijau

- Reaksi positif, kalau warna cairan menjadi biru

Dalam sediaan natif susu atau sedimennya dapat dilihat butir-butir

kristal amylumnya.

Pengujian adanya bahan pengawet formalin

Tabung reaksi berisi 10 ml susu dibubuhi 1 tetes larutan KMnO4 1

N.Larutan susu yang putih akan menjadi pink.Lama waktu hilangnya

warna pink (warna merah jambu seulas) dari tetesan larutan Kalium

permanganat kedalam tabung reaksi berisi sample susu segar menjadi

indikator kemungkinan kandungan formalin didalam susu tersebut.Jika

Page 30: Lap Ilmu Ternak Perah

1 jam tidak ada perubahan warna (warna pink stabil) berarti susu

tidak mengandung formalin (atau lebih tepat dikatakan tidak

menggunakan formalin sebagai pengawet), dan dilanjutkan dengan

rangkaian uji lainnya sebelum dinyatakan dapat diterima sebagai bahan

baku.Jika warna pink larutan kalium permanganat tersebut segera

pudar/ hilang menjadi tak berwarna, berarti ada kemungkinan dalam

sample susu terkandung formalin yang bersifat bereaksi menghilangkan

warna (mereduksi) kalium permanganat.Menurut SNI-01-3141-1998.

Pengujian adanya formalin dalam susu juga dapat dilakukan dengan

larutan Asam Klorida (HCL) mengandung besi yang kemudian

dicampur dengan sampel susu kedalam tabung reaksi kemudian di

panaskan,biarkan mendidih selama 1 menit,kemudian amati perubahan

warna yang terjadi,Hasil uji dinyatakan positif mengandung formalin

apabila terbentuknya warna ungu pada sampel susu tersebut.

susu segar adalah cairan yang diperoleh dengan memerah sapisehat

dengan cara yang benar, sehat dan bersih, tanpa mengurangi,

menambah sesuatu komponennya.

Adapun kriteria kulitas susu segar yang baik adalah sebagu berikut

(Dwi, 2011) :

1. Berat Jenis (pada suhu 27,5°C) minimum 1,0280 gr/cm.

2. Kadar lemak minimum 3,0 %, b/b3..

3. Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 8,0 %, b/b.

4. .Kadar protein minimum 2,7 %, b/b.

5. Warna, bau, rasa dan kekentalan tidak ada perubahan.

Page 31: Lap Ilmu Ternak Perah

6. Derajat asam 6 - 7°SH.

7. Uji alkohol (70 %) negatif .

8. Cemaran mikroba maksimum : 

a. Total kuman Maks 1 x 10koloni/ml

b. Salmonella negatif 

c. E. coli (patogen) negatif 

d. Coliform maks 20/ml.

e. Streptococcus Group B negatif 

f. S taphylococus aureus maks 1x102/ml

9. Cemaran logam berbahaya, maksimum :

a. Timbal (Pb) Maks 0,3 mg/kg

b. Seng (Zn) Maks 0,5 mg/kg

c. Merkuri (Hg) Maks 0,5 mg/kg

d. Arsen (As) Maks 0,5 mg/kg.

10. Residu : Antibiotika; sesuai dengan peraturan- pestisida/insektisida

keputusan bersama menteri kesehatan dan menteri pertanian yang

berlaku.

11. Kotoran dan benda asing dan uji pemalsuan negatif.

12. Titik beku -0,520°C s/d -0,560°C

13. Angka reduktase 2 - 5 (jam).

14. Uji Katalase Maksimal 3 ml.

E. Hasil Ikutan

Susu sebagai cairan yang cukup mengandung banyak zat-zat nutrisi

yang dibutuhkan tubuh juga merupakan media yang sangat sangat disukai

Page 32: Lap Ilmu Ternak Perah

oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, pada penanganan pasca panen susu perlu

dilakukan metode untuk memperpanjang daya simpan dari susu tersebut

sehingga juga dapat dilakukan pengolahan menjadi produk olahan susu seperti

keju, mentega, yoghurt, susu pasteurisasi, susu skim dan es krim (Malaka, 2010).

Hasil ikutan dari pemotongan ternak  adalah kulit, tulang, bulu serta

kotoran (feses dan urin) ternak. Hasil ikutan ini bisa memiliki nilai ekonomis

dan dapat ditingkatkan kualitasnya apabila dilakukan penanganan yang baik,

sehingga memiliki daya guna dan  memberikan nilai tambah (Saleh, 2012).

Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh

induk betina. Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan

kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang

yang dihasilkan dari kotoran ternak (Anonim, 2011).

METODE PELAKSANAAN PRAKTEK

Waktu dan Tempat

Praktek lapang Ilmu Ternak Perah pada hari sabtu - minggu 20 – 21

April 2013 bertempat di Peternakan Rakyat Milik Sunusi Dusun Talaga

Kelurahan Juppandang Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah alat

tulis – menulis tranportasi, skop, selang air, milk can, mesin pemotong rumput,

karpet, laktodensimeter dan termometer.

Page 33: Lap Ilmu Ternak Perah

Bahan yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah

kertas, data kuisioner, sapi, susu segar, hijauan, air, konsentrat, dedak, ampas

tahu dan kertas saring.

Metode Praktikum

Metode yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah

tinjauan langsung ke kandang lalu melakukan pembersihan kandang,

memandikan sapi, memberikan pakan, memerah susu dan wawancara dengan

pemilik peternakan rakyat (Bapak Sunusi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aspek Hukum

1. Izin Usaha

Izin usaha peternakan sapi perah Peternakan Rakyat milik Pak Sunusi

Dusun Talaga Kelurahan Juppandang Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang, Sulawesi Selatan di dapatkan dari kemitraan dengan Dinas

Peternakan setempat dimana perijinan usaha di Indonesia yang berskala

menengah hingga besar harus melewati beberapa proses tertentu sesuai dengan

Perda yang berlaku ditempat perusahaan tersebut. Sertifikasi halal diperlukan

Page 34: Lap Ilmu Ternak Perah

untuk memasarkan produk ke pasaran luas hal ini ditinjau langsung dari badan

POM Indonesia. Ditetapkan peraturan ini demi membantu dimanfaatkannya

usaha kecil untuk memberikan kemudahan dalam pendanaan dan berbagai upaya

keringanan persyaratan dalam pendanaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tohar

(2000) yang menyatakan bahwa pemerintah menumbuhkan iklim usaha bagi

usaha kecil melalui penetapan peraturan perundang-undangan dan

kebijaksanaan. Perundang-undangan dan kebijaksanaan tersebut mencakup

aspek pendanaan itu dimaksudkan untuk memperluas sumber pendanaan yang

dapat dimanfaatkan oleh usaha kecil. Dan untuk memberikan kemudahan dalam

pendanaan dan berbagai upaya pemberian keringanan persyaratan dalam

pendanaan.

Page 35: Lap Ilmu Ternak Perah

2. Lokasi Usaha

Lokasi peternakan sapi perah ini terletak di Dusun Talaga Kelurahan

Juppandang Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yang

berada di tengah daerah yang memiliki curah hujan dan iklim yang cukup baik

sehingga cukup mendukung untuk pemeliharaan sapi perah khususnya bangsa

sapi Fries Holland (FH) yang lebih dikenal membutuhkan suhu lingkungan yang

cukup rendah. Letak kandang peternakan sapi perah cenderung lebih ekonomis

karena berada disekitar rumah penduduk. Sehingga dapat mendatangkan manfaat

dimana mudahnya distribusi produk hasil olahan dan meningkatkan komsumsi

susu yang mengarah pada selera konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat

Tatang (2001) yang menyatakan bahwa mengenai pengembangan sapi perah di

Indonesia cukup baik. Hal ini walau ditandai dengan permintaan susu dalam

negeri belum terpenuhi. Namun kelebihannya adanya hubungan yang baik antara

peternak, Koperasi Susu atau KUD dengan IPS. Jalur distribusi produk yang

sudah jelas. Berkembangnya diversifikasi produk olahan susu sehingga

memperluas pangsa pasar produk susu. Komsumsi susu sapi yang tinggi jika

dibandingkan dengan susu dari ternak yang lainnya. Meningkatnya komsumsi

susu terutama akibat tuntutan selera yang menginginkan aneka produk.

B. Aspek Teknis dan Produksi

1. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan sapi perah yang diterapkan pada peternakan rakyat

di Enrekang masih sangat sederhana. Kandang antara sapi laktasi, sapi induk

kering, dan sapi dara, belum ada pemisahan. Hanya kandang pedet yang

terpisah. Kandangnya menggunakan dinding terbuka dengan satu atap dan

Page 36: Lap Ilmu Ternak Perah

kandang yang sama dengan sapi lainnya. Ataupun pemisahan kandang pedet

yang hanya berada beberapa meter dari kandang untuk sapi dewasa, hal ini

mungkin disebabkan karena keterbatasan lokasi dan modal yang dimiliki.

Kandang ini termasuk kandang kelompok karena dalam satu kandang

ditempatkan beberapa ekor ternak. Hal ini sesuai denga pendapat Alam (2010)

bahwa kandang kelompok merupakan kandang dalam suatu ruangan kandang

ditempatkan beberapa ekor ternak. Keunggulan model kandang kelompok

dibanding kandang individu adalah efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja

rutin terutama pembersihan kotoran kandang, memandikan sapi, deteksi birahi

dan perkawinan alam.

2. Sanitasi dan Kesehatan Ternak

Sanitasi dan kesehatan ternak pada peternakan penduduk di Enrekang

dilakukan dengan pembersihan kandang secara teratur dan sapi secara teratur

setiap pagi dan sore sebelum melakukan pemerahan. Dilakukan pemberian obat

untuk mengatasi ternak yang sakit. Ternak peliharaan Pak Sunusi biasanya

terkena mastitis dan PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Ciri-ciri sapi yang

terkena PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yaitu suhu badan naik (tinggi), nafsu

makan menurun, dan pergelangan kaki bengkak. Hal ini sesuai dengan pendapat

Andi (2010) bahwa penyebab PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) adalah virus

yang menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air liur dan benda

lain yang tercemar kuman. Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau

tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2)

demam atau panas, sushu badan menurun drastic; (3) nafsu makan menurun

bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.

Page 37: Lap Ilmu Ternak Perah

Pencegahannya adalah dengan vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan

diobati secara terpisah.

Ciri-ciri ternak yang terkena mastitis adalah perubahan fisik terlihat

pada kelenjar mammae. Air susu berwarna merah kecoklatan. Pengobatan bila

ternak terjangkiti adalah dengan pemberian antibiotik. Hal ini sesuai Anonima

(2010) bahwa radang ambing (mastitis) pada sapi perah merupakan radang yang

bisa bersifat akut, subakut maupun kronis, yang ditandai oleh kenaikan sel di

dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau

disertai patologis pada kelenjar mammae. Staphylococcus aureus (S. aureus) dan

Streptococcus agalactiae (Str. Agalactiae) merupakan bakteri pernyebab utama

mastitis pada sapi perah yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar

akibat penurunan produksi susu. Berdasarkan uji sensitifitas terhadap berbagai

antibiotic diketahui bahwa sebagian besar S. aureus telah resisten terhadap

oksasilin (87,5%) dan eritromisin (71,9%) dan ada beberapa isolate yang juga

resisten terhadap tetrasiklin (37,46%), ampisilin (25%) dan gentamisin (21,

87%).

3. Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari setiap pagi dan sore

biasanya setelah melakukan pemerahan. Jenis bahan pakan yang diberikan

sebagai ransum berupa hijauan, dedak, dan ampas tahu. Ternak ruminansia

sebagai penghasil susu dengan pakan utamanya adalah hijauan. Kecukupan

pakan bagi ternak yang dipelihara merupakan tantangan yang cukup serius

dalam pengembangan peternakan di Indonesia. Indikasi kekurangan pasokan

pakan dan nutrisi bukan merupakan faktor utama alasan masih rendahnya tingkat

Page 38: Lap Ilmu Ternak Perah

produksi ternak. Lingkungan (suhu), umur, penyakit dan stress juga ikut

menjadi faktor yang mempengaruhi banyaknya produksi susu perharinya.

Dedak halus, ampas tahu dan bungkil kelapa merupakan sumber

karbohidrat yang baik untuk ternak. Hal ini sesuai Haryono (2010) bahwa

sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, geplek, dan

bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur

dll. Pemberian konsentrat sebaginya diberikan pada pagi hari dan sore hari

sebelum sapi diperah sebanyak 10% dari berat badan perhari. Pemeliharaan

utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga

kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan

setiap hari sapi digembalakkan.

4. Pemerahan

Pemerahan dilakukan dua kali sehari setiap pagi dan sore secara cara

manual yaitu menggunakan tangan. Sebelum melakukan pemerahan ternak

dimandikan terlebih dahulu agar kotoran-kotoran yang melekat pada tubuh

ternak dapat hilang dan tidak mengotori susu yang akan dihasilkan nantinya.

Pemerahan dilakukan di kandang yang sama dengan tempat memandikan dan

tempat ternak tersebut beraktifitas. Kegiatan ini dilakukan 2 pekerja dan

tambahan (mahasiswa yang melakukan praktek lapang). Sebelum pemerahan

dilakukan, sebaiknya jari pemerah dilumasi dengan minyak kelapa supaya licin,

agar puting susu tidak mudah terluka.

Pemerahan meliputi dua cara yaitu : (1) Dengan Dua jari. Dengan

memegang pangkal puting susu antara ibu jari dan jari tengah, kemudian kedua

jari tersebut ditekan serta ditarik ke bawah, hingga air susu mengalir keluar.

Page 39: Lap Ilmu Ternak Perah

Cara ini sulit dilakukan bagi sapi yang puting susunya pendek. (2) Dengan

menggunakan kelima jari tangan, dengan cara ini puting susu dipegang antara

ibu jari dan keempat jari lainnya sampai susu keluar. Pemerahan akan

berlangsung selama beberapa menit sampai aliran susu yang terlihat pada saat

diperah sudah berkurang. Setelah memerah, putih susu sapi dicelupkan pada

iodium agar menghindari ternak terkena mastitis. Susu yang diperah akan

tertampung pada kaleng penampung susu (milk can) yang sudah diletakkan

dibawah ambing. Serta tambahan peralatan lain seperti sekop dan sikat lantai

untuk menjaga kebersihan kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Yashinta

(2010) bahwa mengenai perlengkapan pemerahan yaitu sebelum melakukan

pemerahan petugas harus mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang

diperlukan terlihat dahulu. Perlengkapan dan peralatan yang diperlukan terlebih

dahulu. Perlengkapan dan peralatan tersebut antara lain: ember tempat

pemerahan, tali pengikat kaki, tali pengikat ekor (jika hal ini diperlukan), milk-

can untuk menampung air susu, dan kain bersih untuk mnyaring susu terhadap

kotoran dan bulu sapi pada saat susu dituangkan ke dalam milk-can. Semua alat

yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam keadaan bersih

atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril, alat-alat tersebut

harus dicuci dengan cara merendam dalam larutan disinfektan, lalu dicuci

dengan air panas dan dijemur.

5. Pengadaan Bibit

Pengadaan bibit sapi ternak pada peternakan sapi perah penduduk di

Enrekang bertujuan untuk mempersiapkan sapi-sapi muda yang nantinya

berfungsi sebagai generasi pelanjut dari sapi-sapi yang akan diafkir dan juga

Page 40: Lap Ilmu Ternak Perah

untuk meningkatkan produksi susu yang dihasilkan dengan melakukan seleksi

dan perkawinan. Pak Sunusi (peternak) memiliki 1 ekor peranakan sapi sahiwal

yang dipelihara dengan modal sendiri dan ada bantuan bibit dari Pemerintah

setempat. Pemberian bantuan bibit ini ditujukan agar para peternak dapat

meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Darna (2006) bahwa pembangunan selalu mengarah pada perubahan yang lebih

baik. Begitupula dengan pembangunan peternakan yang sedang giat-giatnya

dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Tentunya pembangunan

sector ini selalu akan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup

peternak, memperluas lapangan kerja, serta memperluas pasar dalam negeri

maupun luar negeri melalui peternakan yang maju, efisien dan tangguh sehingga

mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil dan mutu produksi.

6. Pengadaan Bahan Baku Pakan

Bahan baku pakan utama yang digunakan pada peternakan ini adalah

rumput gajah yang diperoleh dari lahan pertanian di sekitar areal peternakan

tersebut yang ditanam sendiri oleh peternak. Hijauan merupakan makanan pokok

bagi ternak sapi perah karena mengandung serat kasar yang tinggi dengan

poduksi persatuan luas yang sangat tinggi. Akan tetapi selama musim kemarau

penyediaan hijauan menjadi kendala terbesar dalam pemeliharaan sapi perah

milik Pak Rahman. Selain pemberian hijauan segar, pada peternakan ini, sapi

perah ini juga diberikan makanan penguat berupa ampas tahu dan dedak. Dedak

halus, ampas tahu dan bungkil kelapa merupakan sumber karbohidrat yang baik

untuk ternak. Hal ini sesuai Haryono (2010) bahwa sumber karbohidrat berupa

dedak halus atau bekatul, ampas tahu, geplek, dan bungkil kelapa serta mineral

Page 41: Lap Ilmu Ternak Perah

(sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur dll. Pemberian konsentrat

sebaginya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak

10% dari berat badan perhari. Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang

cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak

yang dipelihara. Pemberian pakan setiap hari sapi digembalaklan.

Ditambahkan oleh Anonimb (2010) bahwa pakan sapi terdiri dari

hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu,

lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi

dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan

dua kali perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum

pemerahan sedangkan rumput diberikan setelah pemerahan. Pemberian pakan

pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan,

system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pemberian

jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai sapi dara,

periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian

konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa

umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan

sebanyak 1-2% dari berat badannya.

7. Kapasitas Produksi

Pemerahan pada sapi perah ini dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi

hari dan pada sore hari. Dalam sehari seekor ternak dapat menghasilkan 16 liter

susu, yang didapatkan dari 8 ekor sapi betina yang laktasi. Pembuatan 1 bungkus

dangke diperoleh dari susu segar sebanyak 1,5 liter. Proses pembuatan dangke

yaitu: (1) Susu segar dimasak hingga mendidih, (2) Memberi sedikit tambahan

Page 42: Lap Ilmu Ternak Perah

getah papaya (membuat lemak susu mengendap dan memisah dari air susu), (3)

Mengambil endapan susu yang telah terapung di permukaan panci, (4) Mencetak

pada tempurung kelapa, (5) Membungkus dangke yang telah jadi menggunakan

daun pisang, dan (6) Dangke siap untuk dipasarkan. Produk susu yang satu ini

dijual dengan harga Rp. 15.000.

Berbeda dengan pembuatan kerupuk susu. Prosesnya lebih mudah

yaitu: (1) Mencampurkan dangke (matang) dengan tepung beras, (2)

Memasukkan adonan kedalam cetakan krupuk, (3) Digoreng dengan minyak

panas, (4) Krupuk susu dibungkus dengan plastik dan diberi label, dan (5)

Krupuk susu siap untuk dipasarkan. Produk kerupuk susu ini dijual senilai Rp.

5.000 sampai Rp.15.000/ bungkus.

8. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan maka dapat diketahui

bahwa jumlah kandang pada peternakan ini cuma 1, namun ada pemisahan yang

jelas antara sapi laktasi dan sapi dara. Tipe kandang pemeliharaan yang

digunakan oleh penduduk yaitu kandang tipe tunggal. Dinding kandang berupa

dinding semi terbuka yang terdiri dari sekat-sekat tembok yang tidak tertutup

seluruhnya. Tempat makan dan minum terbuat dari beton yang berbentuk kotak.

Terdapat pula Ember susu untuk menampung susu serta peralatan lain. Hal ini

sesuai dengan pendapat Yashinta (2010) bahwa mengenai perlengkapan

pemerahan yaitu: sebelum melakukan pemerahan, petugas harus mempersiapkan

perlengkapan dan peralatan yang diperlukan terlebih dahulu. Perlengkapan dan

peralatan tersebut antara lain : ember tempat pemerahan, tali pengikat kaki, tali

pengikat ekor (jika hal ini diperlukan), milk-can untuk menampung air susu, dan

Page 43: Lap Ilmu Ternak Perah

kain bersih untuk menyaring susu terhadap kotorn dan bulu sapi pada saat susu

dituangkan ke dalam milk-can.semua alat yang digunakan sebelum dan sesudah

dipakai harus selalu dalam keadaan bersih atau steril. Agar semua peralatan yang

dipakai menjadi steril, alat-alat tersebut harus dicuci dengan cara merendam

dalam larutan disinfektan, lalu dicuci dengan air, selanjutnya dibils dengan air

panas dan dijemur.

Ditambahkan oleh Anonim (2010) bahwa mengenai peralatan

pemberian pakan yaitu termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat

pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah

atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak

diinjakinjak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen

berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan

demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan

lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk

memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan

kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk

memandikan sapi.

C. Aspek Organisasi dan Manajemen

1. Kepemilikan Usaha

Peternakan sapi perah ini merupakan usaha perseorangan yang dikelola

secara sederhana dengan menggunakan tenaga kerja dari keluarga maupun

tetangga. Dalam hal ini Pak Sunusi dan keluarga bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap jalannya usahan ini. Modal dari usaha ini berasal dari

subsidi pemerintah setempat dan juga menggunakan modal sendiri. Keutungan

Page 44: Lap Ilmu Ternak Perah

yang diperoleh Pak Dariatmo dari usaha merupakan sumber penghasilan

tambahan bagi keluarganya, begitu pula apabila terdapat resiko yang muncul

menjadi tanggung jawab bersama (subsidi obat-obatan dan pakan). Hal ini sesuai

dengan pendapat Anonim (2010) bahwa menurut Keputusan Menteri Pertanian

Republik Indonesia No. 404/Kpts/OT.210/6/2002 bahwa Perusahaan peternakan

dapat melakukan kemitraan usaha peternakan dengan perusahaan di bidang

peternakan atau peternakan rakyat. Kemitraan usaha  dilakukan secara sukarela,

saling membantu, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

2. Kebutuhan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan pada peternakan Pak Dariatmo berasal dari

keluarga sendiri dan siswa yang melakukan PKU (Praktek Kerja Usaha) serta

anggota keuarganya yang lain ikut serta dalam pemeliharaan serta pengolahan

susu. Setiap pagi dan sore dilakukan pembersihaan kandang dan melakukan

pemerahan susu sapi dan kemudian diolah oleh anggota keluarganya yang lain

menjadi dangke dan kerupuk susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Ako (2010)

bahwa usaha peternakan sapi perah modern harus mempunyai tenaga kerja yang

terampil dan berpengalaman, seorang peternak dapat memelihara 40-50 ekor

sapi perah tanpa bantuan tenaga orang lain.

D. Ansalisis Finansial dan Kelayakan Usaha

Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil

sebagai berikut.

Tabel 1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usaha pada Peternakan Sapi Perah Pak Sunusi

No URAIAN Satuan VolumeHarga /

Unit (Rp)NILAI (Rp)

A. Penerimaan

Page 45: Lap Ilmu Ternak Perah

a. Dangke b. Krupukc. PedetTotal Penerimaan

BungkusBungkusEkor

306012

15.00010.0004.000.000

135.000.000 180.000.000 14.400.000.000 14.715.000.000

B. Biayaa. Biaya Tetap

Penyusutan KandangKarpet

Total Biaya Tetapb. Biaya Variabel

1. PakanHijauanAmpas TahuDedak

2. Listrik3. Air4. Tenaga Kerja5. Obat Dan

AntibiotikTotal Biaya VariabelTotal Pengeluaran

20 tahun5 tahun

KgKgKgKwh-Orang-

1.500530BulanBulan5Bulan

75.000.000350.000

50010.0001.000--1.000.000-

1.125.000.000 21.000.0001.146.000.000

225.000.000 15.000.000 9.000.000 450.000 100.000 5.000.000 3.100.000 257.650.0001.403.650.0002.549.650.000

C. Pendapatan (A-B) 12.165.350.000D. R/C atau (A/B) 5,77E. B/C 4,78F. a. BEP Produksi

b. BEP Harga84,99

18,89Sumber : Data Primer Hasil Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah, 2013.

Berdasarkan data pada tabel 1 diatas, maka dapat diketahui bahwa

aspek keuangan dan kelayakan usaha peternakan Sapi Perah Pak Sunusi, yang

berkaitan dengan analisis finansial dimana total penerimaan hanya bersumber

dari produksi susu namun yang dijual adalah produk olahan berupa dangke dan

krupuk susu ditambah dengan jumlah sapi pedet dengan jumlah yaitu Rp.

14.715.000.000. Sedangkan total biaya pengeluaran sebesar Rp.

2.549.650.000 dimana meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Maka,

pendapatan/laba yang diperoleh Pak Sunusi sebesar Rp. 12.165.350.000 dengan

rasio 18,89 BEP harga produksi Rp 135.000.000,- dan BEP volume produksi

84,99. Sehingga aspek keuangan dan kelayakan usaha peternakan sapi perah

Page 46: Lap Ilmu Ternak Perah

sangatlah bergantung pada banyaknya biaya-biaya yang dikeluarkan. Seperti

biaya penyusutan, biaya variabel serta serta biaya tetap dalam menjalankan

usaha peternakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Nursam (2006) bahwa

dalam usaha peternakan terdapat pengeluaran tetap dan tidak tetap (variable).

Yang digolongkan ongkos (pengeluaran) tetap adalah modal yang diinvestasikan

dan tak mudah hilang seperti : tanah, bangunan kandang, dan peralatannya.

Besarnya ongkos tetap untuk pemeliharaan ayam adalah tergantung pada jumlah

investasi untuk tanah, kandang, peralatan dan lain-lain. Besarnya input yang

diperhitungkan sebagai penyusutan modal “ongkos tetap” disini tidak tergantung

pada jumlah ayam yang dipelihara, sebab meskipun kandang itu kosong, tetapi

ongkos itu tetap diperhitungkan. Dan mengenai perbaikan kandang tidak bisa

diperhitungkan sebagai ongkos tetap, melainkan ongkos variabel.

Pada usaha peternakan Pak Sunusi ini memperoleh BEP Harga

Produksi sebesar Rp.135.000.000 dan BEP Volume Produksi sebesar 30.

Dengan kecilnya angka BEP yang didapatkan Pak Dariatmo pertahunnya

sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh keuntungan.

Dimana BEP (Break even point) berarti titik pulang pokok yang artinya

bagaiman hubungan antara pengeluaran serta pendapatan dalam suatu tingkatan

Produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2003) bahwa titik pulang pokok

adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara

beberapa variable didalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau

tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan

yang diterima peruusahaan dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan

penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya

Page 47: Lap Ilmu Ternak Perah

operasinya merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan. Biaya

operasi ini terbagi atas tiga bagian yaitu biaya tetap, biaya variable dan biaya

semi-variabel.

R/C (ratio) menunjukkkan perbandingan antara total produksi dengan

biaya produksi. Dimana, pada usaha ini diperoleh R/C yaitu 5,77. Nilai ini

berarti bahwa setiap Rp. 1 modal yang dikeluarkan maka Pak Sunusi

memperoleh keuntungan sebesar Rp. 5,77. Hal ini menunjukkan bahwa usaha

tersebut memperoleh keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2003),

bahwa jika R/C < 1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, jika R/C > 1 maka

usaha tersebut dikatakan untung, sedangkan jika R/C = 1 maka usaha tersebut

dikatakan tidak untung dan juga tidak rugi. Pada dasarnya keuntungan yang

diperoleh dari Pak Sunusi sangatlah besar hal ini disebabkan karena pak Sunusi

menggunakan tenaga kerja dari sebagian keluarganya.

E. Penentuan Kualitas Susu

Pengujian kualitas susu ini dilakukan dengan menentukan berat jenis (BJ)

susu dan uji kotoran melalui kertas saring. Berat jenis susu yang diperoleh dari

susu segar milik Pak Sunusi adalah 1,035 dengan suhu susu 310C. Hal ini

menandakan bahwa susu yang diproduksi oleh peternakan sapi Pak Sunusi sudah

memenuhi kriteria sebagai susu layak konsumsi karena memiliki BJ 1,035 yang

mana standar BJ untuk susu layak konsumsi adalah 1,027 sampai 1,035 serta

setelah melalui uji dengan kertas saring tampak bahwa tidak ada kotoran yang

terkandung dalam susu. Hal ini didukung oleh pendapat Dwi (2011), bahwa air

susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air, yaitu umumnya

1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu

Page 48: Lap Ilmu Ternak Perah

adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air

susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan

kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-

ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah.