Lap Fisio Stm

download Lap Fisio Stm

of 27

description

Lap Fisio Stm

Transcript of Lap Fisio Stm

Daftar Isi

Daftar Isi 1BAB I DASAR TEORI 2BAB II HASIL PENGAMATAN2. 1. Hasil Pengamatan 142. 2. Jawab Pertanyaan 17BAB III PEMBAHASAN 20BAB IV KESIMPULAN 26Daftar Pustaka 27

BAB IDASAR TEORI

2.1. Anatomi Sendi TemporomandibularSendi temporo mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki system dua persendian yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada laris/meniscus sendi adalah merupakan jaringan ikat fibrosa padat, yang memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan ruang sendi bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah (Okeson,1993)Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa pada dan a-vaskular. Hal ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin. Ada empat otot kunyah utama yaitu, Masseter, Temporalis, dan otot pterigodeus lateralis dan medialis. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama. Misalnya gerakan protrusi diawali dengan adanya kontraksi otot yang menarik kondil dan meniscus ke depan dan ke bawah mengikuti eminensia sendi (okeson, 1993). Meniskus atau diskus artikularis merupakan suatu lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada diantara kondil dan fossa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat baik pada kondil dan fossa artikularis, bagian tengahnya tipis dan agak menebal pada bagian anterior dan posterior. Pada kedudukan normal dan mulut tertutup, kedudukan kepala kondili berada pada bagian tengah diskus pada bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan kondili ke posterior. Dan pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondilus secara bersama-sama meluncur ke bagian bawah sepanjang eminensia artikularis dan diskus artikularis beputar pada kepala kondil kearah posterior. Panjang dan kelenturan serabut elastis serta bentuk diskus artikularis dapat berubah apabila pola gerak mandibula berubah dari pola gerak yang seharusnya. Secara klinis perubahan ini menimbulkan bunyi keletuk sendi pada saat menutup dan membuka mulut.TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan mandibula yang terdiri dari:1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada tulang temporal3. Sistem neurovaskuler Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan dipisahkan oleh diskus. Persendian ini secara konstan terpakai saat makan, berbicara dan menelan.

Gambar 2.1 : Potongan sagital sendi temporomandibuler. Ruang sendi atas dan bawah dalam kondisi normal terkompresi. Pada gambar ini ruangan tersebut dilebarkan untuk memperlihatkan aspek anteroposterior. Daerah posterior bilaminae mengandung fleksus vena. Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh :1. Prosesus kondiloideus 2. Ligamen Sendi Temporomandibula 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula 4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula2.1.1 Prosesus kondiloideus Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang 20 mm medio-lateralis dan 8-10 mm ketebalan anterior-porterior. Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah antero-posterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus eksternus. Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus. Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus mandibula. Di bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini. Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular. Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel. Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan bagian depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus.

Gambar 2.2 : Struktur Sendi Temporomandibula.

Gambar 2.3 : Struktur Sendi Temporomandibula Coronal2.1.2 Ligamen Sendi Temporomandibula Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atasnya dari pada di bagian bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral, sedangkan di sebelah medial dengan ligamen kapsular. Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina angularis os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah medial berhubungan dengan muskulus pterigoideus internus. Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke angulus mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral. Di bagian medial dengan muskulus pterigoideus internus dan kelenjar submandibularis.

Gambar 2.4 : Ligamen Sendi Temporomandibula

2.1.3 Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat longgar yang banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Suplai darah yang utama pada sendi ini oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris merupakan cabang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai struktur di bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar. Awalnya berada di kelenjar parotis, berjalan ke depan di antara ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula, kemudian ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa pterigoideus. Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu: Pars mandibularis yang berjalan mulai dari bagian belakang kolum mandibula sampai ke fosa infratemporalis, Pars pterigoideus yang berada di dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan fibrous dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang terletak di dalam dan cairan sinovial. 2.1.4 Persarafan pada Sendi Temporomandibula Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama posterior dari nervus mandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan kapsul dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan nervus maseterikus merupakan serabut-serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran sinovial tidak ada persarafannya.

Gambar 2.5 : Persarafan sendi temporomandibula.2.2. Definisi dan Epidemiologi Gangguan Sendi TemporomandibularGangguan temporomandibular adalah istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan yang mengganggu sendi temporomandibular, otot pengunyah, dan struktur terkait yang mengakibatkan gejala umum berupa nyeri dan keterbatasan membuka mulut. Biasanya pada praktek umum (general practitioner) pasien dengan gangguan ini mengeluhkan gejala yang eprsisten atau nyeri wajah yang kronik. Biasanya nyeri pada gangguan temporomandibular disertai suara click pada sendi rahang dan keterbatasan membuka mulut.Sekitar 60-70% populasi umum mempunyai setidaknya satu gejala gangguan temporomadibular. Tetapi, hanya seperempatnya yang menyadari adanya gangguan tersebut. Lebih jauh lagi, hanya 5% dari kelompok orang dengan satu atau dua gejala gangguan temporomandibular yang pergi ke dokter. Kelainan ini paling banyak dialami perempuan (1:4), dan sering terjadi pada awal masa dewasa.2.2 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula 2.2.1 Gerak membuka Pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondilus secara bersama-sama meluncur ke bagian bawah sepanjang eminensia artikularis dan diskus artikularis beputar pada kepala kondil kearah posterior. Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis. 2.2.2 Gerak Menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres. 2.2.3 Protrusi Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.2.2.4 Retrusi Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fossa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.

2.2.5 Gerak lateral Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi8. Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak.

BAB IIHASIL PENGAMATAN

2.1. Hasil Pengamatan

PEMERIKSAAN GERAKAN STM Secara PalpasiJenis Kelamin Orang CobaGerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/)

PerempuanSimetris, normal

PerempuanSimetris, normal

PEMERIKSAAN BUNYI STM Secara AuskultasiJenis Kelamin Orang CobaGerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/)

PerempuanPopping

PerempuanKrepitasi

PEMERIKSAAN GERAKAN MANDIBULAJenis Kelamin Orang Coba(A) Jarak Maksimal (mm)(B) Waktu Maksimal (menit)

Perempuan5049 detik

Perempuan3544 detik

Jenis Kelamin Orang CobaGerakan MandibulaPerubahan Kondil

Perempuan(C) Antero-posteriorA: MajuP: Mundur

Perempuan(D) LateralKanan: Kondil kiri menonjolKiri: Kondil kanan menonjol

Perempuan(E) Koordinasi gerakanSimetris

Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup MulutJenis Kelamin Orang CobaLamanya membuka mulut secara maksimalWaktu sampai timbul kelelahan (menit)

PerempuanWaktu maksimal (ex. X menit)3 menit 18 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pemijatan)4 menit 3 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pajanan sinar infra merah)4 menit 59 detik

Gerakan STM pada Beberapa Posisi KepalaPengaruh Posisi Kepala terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping dan istirahat)

Jenis Kelamin Orang CobaPosisi KepalaJarak kondil-tragus (mm) dan apa yang dirasakan

PerempuanTegak Lurus15

PerempuanMenunduk20

PerempuanMenengadah10

PerempuanTerlentang12

PerempuanKesamping20

PerempuanIstirahat7

2.2. Jawaban Pertanyaan 1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi?Jawab: Munculnya bunyi-bunyi abnormal pada STM disebabkan karena adanya perubhan letak, bentuk dan fungsi dari komponen STM. 2. Apa perbedaan krepitus, clicking dan popping?Jawab: Krepitus merupakan bunyi sperti mengerat atau gemertak yang menunjukkan adanya perubahan degenerasi, sedangkan clicking merupakan bunyi berdebuk yang muncul pada saat membuka ataupun menutup mulut, sedangkan bunyi popping merupakan bunyi abnormal pada STM yang berupa bunyi mirip letupan.3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut?Jawab: Pada saat gerakan membuka, processus condylus dan diskus artikularis akan meluncur menuruni eminansia artikularis dan diskus artikularis akan berputar ke arah posterior dari condyl. Hal ini menyebabkan angulus mandibula bergerak ke belakang dan dagu terdepresi sehingga mulut terbuka. Sedangkan pada gerak menutup mulut, condyl yang tadinya meluncur menuruni eminensia artikularis, akan bergerak naik ke atas sepanjang eminensia artikularis, sedangkan diskus artikularis akan berputar ke arah anterior condyl. Kemudian condyl ada menempati tempat awalnya yaitu di fossa glenoidal dan mulut pun tertutup.4. Kenapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?Jawab: Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada sendi temporomandibular nya. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun kebiasaan-kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa menyebabkan gangguan pada STM. 5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Iya. Karena posisi tidur berpengaruh pada pemberian tekanan pada STM di kedua sisi mandibula. Contoh pada posisi tidur miring ke salah satu sisi (kiri) menyebabkan beban tubuh cenderung teralokasikan ke STM di sisi kiri mandibula. Apabila keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, hal ini akan menimbulkan gangguan pada STM kiri yang bisa berakibat adanya inkoordinasi gerakan dari STM mandibula.6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Karena pada saat membuka mulut secara maksimal, otot-otot mastikasi yang berkontraksi pada keadaan ini (M. Pterygoideus lateralis) akan bekerja lebih keras sehingga menimbulkan kelelahan. Kondisi ini menyebabkan otot akan mengalami kelelahan dan timbul rasa nyeri.7. Apakah fungsi pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Pemijitan merupakan salah satu cara dalam pemulihan kelelahan otot. Ketika seseorang dipijat, terutama pada bagian yang mengalami kelelahan otot, daerah yang dipijat atau ototnya menjadi tidak tegang serta pembuluh darah melebar sehingga banyak oksigen dari nutrisi yang tersuplai yang mengurangi kelelahan otot.8. Apakah fungsi infrared pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Pengaruh sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan temperatur kulit serta memperbaiki sirkulasi darah sehingga kelelahan dapat segera pulih. Sinar inframerah yang dapat menembus cukup dalam kebawah lapisan kulit telah terbukti secaraefektif dapat memulihkan rasa sakit dan pegal akibat ketegangan otot ataupun persendian. Kehangatan sinar inframerah yang memberi rasa nyaman menembus kedalam kulit sehingga memperlancar aliran darah sekaligus menghangatkan otot. Pada saat otot menghangat maka otomatis akan menjadi kedur dan rileks. Selain itu dengan meningkatnya sirkulasi darah yangmembawa oksigen maka penyembuhan otot pun berlangsung dengan lebih cepat. Lampu infrared 150 Watt Philips dengan extra focus memberikan cakupan wilayah efektif seluas 20x30 cm untukdapat menjangkau keseluruhan wilayah seperti pundak, paha, betis.Adanya pemijatan, otot menjadi lemas & pembuluh darah halus didalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi tersedia untuk jaringan otot. Toksin yg menyebabkan pegalpun dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang dinetralkan

BAB IIIPEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara PalpasiPada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Operator/ pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dan masker. Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi pada 0,5 sampai 1 cm didepan meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan pada posisi membuka dan menutup mulut. Setelah itu dilakukan pemeriksaan gerakan kondili pada saat membuka mulut dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pencatatan mengenai posisi dan gerakan kondili.Pada percobaan kali ini dilakukan pada dua orang perempuan. Pada hasil pemeriksaan orang pertama, didapatkan gerakan STM yang simetri antara bagian kanan dan kiri, normal dan tidak adanya hambatan ketika melakukan pergerakan menutup dan membuka mulut. Kemudian pada hasil pemeriksaan pada orang kedua, juga didapatkan hasil pemeriksaan gerakan STM yang simetri antara bagian kanan dan kiri, normal, dan juga tidak terdapat hambatan dalam melakukan pergerakan membuka dan menutup mulut.2.2 Pemeriksaan Bunyi STM secara AuskultasiPada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Operator/ pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dan masker. Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi pada 0,5 sampai 1 cm didepan meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan pada posisi membuka dan menutup mulut dengan menggunakan mikroskop. Setelah itu dilakukan pemeriksaan gerakan kondili pada saat membuka mulut dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pengamatan apakah terdapat bunyi krepitasi, clicking atau popping. Adanya kelainan dan inoordinasi antara diskus dan kondil bias menimbulkan bunyi pada sendi.Pada percobaan kali ini didapatkan hasil, pada orang pertama perempuan Tidak didapatkan rasa sakit namun terdapat bunyi seperti letusan saat orang coba diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut. Kejadian ini dinamakan dengan popping. Pada orang kedua juga didapatka bunyi seperti krep-krep yang dinamakan krepitasi. 2.3. Pemeriksaan Gerakan MandibulaA. Gerakan Membuka Mulut Secara MaksimalPada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian instruksikan kepada orang coba untuk membuka mulutnya kemudian memasukkan tiga jari kanan ke dalam mulutnya. Kemudian mengamati apakah terdapat rasa nyeri pada orang coba, jika tidak bisa jangan dipaksakan. Selain dengan menggunakan cara tersebut juga dapat langsung mengukur dengan menggunakan jangka dan penggaris saat orang coba membuka mulutnya secara maksimal. Pada orang coba pertama jarak didapatkan jarak maksimal 50 mm dan orang kedua 35 mm.B. Gerakan Membuka Mulut Waktu maksimalPada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian instruksikan kepada orang coba untuk membuka mulutnya kemudian memasukkan tiga jari kanan ke dalam mulutnya. Kemudian mengamati apakah terdapat rasa nyeri pada orang coba, jika tidak bias jangan dipaksakan. Selain dengan menggunakan cara tersebut juga dapat langsung mengukur dengan menggunakan jangka dan penggaris saat orang coba membuka mulutnya secara maksimal. Kemudian menghitung lama waktu saat melakukan pergerakan membuka mulut secara maksimal. Pada orang coba pertama didapatkan hasil waktu maksimal 49 detik dan orang kedua sebesar 44 detik.C. Gerakan mandibula ke Antero-Posterior Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu instruksikan kepada orang coba untuk membuka kemudian dilanjut dengan menutup mulut sampai gigi geligi saling berkontak. Setelah itu instruksikan untuk menggerakkan mandibula kearah antero-posterior. Kemudian melakukan pemeriksaan gerakan kedua kondili.Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, adanya pergerakan kondil ke arah depan dan ke arah belakang secara simetris.D. Gerakan mandibula ke arah LateralPada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi dengan meletakkan jari telunjuk, dan\ jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu instruksikan kepada orang coba untuk membuka kemudian dilanjut dengan menutup mulut sampai gigi geligi saling berkontak. Setelah itu instruksikan untuk menggerakkan mandibula kearah Lateral. Kemudian melakukan pemeriksaan gerakan kedua kondili.Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, adanya pergerakan kondil yang menonjol berlawanan dengan arah pergeseran mandibula.E. Koordinasi Gerakan MandibulaPada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian meletakkan jari telunjuk, dan\ jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu instruksikan kepada orang coba untuk membuka kemudian dilanjut dengan menutup mulut sampai gigi geligi saling berkontak. Kemudian mengamati apakah gerakan dan tonjolan kondili simetris atau tidak. Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, bahwa adanya koordinasi dari kondili sebelah kanan dan kiri, sehingga koordinasinya simetris.F. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup MulutPada percobaan kali ini langkah pertama yang dilakukan adalah memilih orang coba yang belum melakukan percobaan. Dan satu seri percobaan ini dilakukan oleh orang yang sama. Setelah itu, tetap instruksikan kepada orang coba untuk duduk tegap dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian menginstruksikan kepada orang coba untuk membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan dan mencatat lama waktunya. Didapatkan waktu selama 3 menit 18 detik.Kemudian mengistirahatkan orang coba selama sepuluh menit. Kemudian mengulangi percobaan dengan menginstruksikan kepada orang coba untuk membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan dan mencatat lama waktunya kembali. Namun, setengah dari waktu timbul lelah lakukan pemijatan pada otot pembuka mulut, sambil tetap membuka mulut maksimal lalu mencatat waktu timbul kelelahan. Dan didapatkan hasil 4 menit 3 detik. Setelah itu mengistirahatkan kembali orang coba selama sepuluh menit. Percobaan dilakukan kembali dengan tahapan yang sama namun dengan melakukan pemajanan dengan sinar infra red pada otot pembuka mulut, sambil membuka mulut maksimal lalu mencatat hasil pengamatan yang dilakukan. Didapatkan hasil 4 menit 19 detik. Dapat disimpulkan bahwa waktu terjadinya kelelahan paling lama adalah dengan diberikannya perlakuan pemajanan sinar infra red.2.4. Gerakan STM Pada Beberapa Posisi KepalaPengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan MandibulaPada percobaan kali ini, yang pertama dilakukan adalah memilih orang coba kemudian menginstruksikan orang coba untuk duduk tegak dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik, kemudian melakukan palpasi pada posisi kondil dan memberi tanda puncak kondil dan tragus dengan spidol. Kemudian mengukur jarak puncak kondil dengan tragus yang baru. Setelah itu memerhatikan dan mencatat perubahan gerakan mandibula yang dirasakan. Kemudian melakukan percobaan tersebut secara berulang dengan posisi menengadah, terlentang, dan miring ke samping.Pada hasil pengamatan, rasa nyeri sangat terasa ketika meggerakkan mandibula dengan posisi kepala menengadah. Dan dapat disimpulkan bahwa jarak kondil tragus terbesar adalah saat posisi kepala sedang menengadah.

BAB IVKESIMPULAN

TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan mandibula yang terdiri dari:1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada tulang temporal3. Sistem neurovaskuler Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada sendi temporomandibular. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun kebiasaan-kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa menyebabkan gangguan pada STM.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan AS, Assael LA. Temporomandibular Disorder. Philadelphia. WB Saunders Company.1991.2. Suryonegoro, H. Pencitraan Temporo Mandibular Disorder.Klicking Jurnal PDGI:182-188

1