Lap Farkog

100
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN 1 PEMBUATAN SIMPLISIA Disusun oleh : KELOMPOK 2 1. IIN SOLIHATI (G1F011013) 2. KURNIA PUSPA HARLEYNDA (G1F011015) 3. IMROATUL KANZA A.A (G1F011017) 4. WIGATI NURAENI (G1F011019) 5. ABNER EDI S (G1F011021) 6. ADE RIZKI NUR A (G1F011023) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO

Transcript of Lap Farkog

Page 1: Lap Farkog

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 1

PEMBUATAN SIMPLISIA

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

1. IIN SOLIHATI (G1F011013)

2. KURNIA PUSPA HARLEYNDA (G1F011015)

3. IMROATUL KANZA A.A (G1F011017)

4. WIGATI NURAENI (G1F011019)

5. ABNER EDI S (G1F011021)

6. ADE RIZKI NUR A (G1F011023)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2011

Page 2: Lap Farkog

PERCOBAAN 1

PEMBUATAN SIMPLISIA

I. Tujuan Percobaan

Mampu membuat simplisia dengan kandungan zat yang berkhasiat tidak

mengalami kerusakan dan dapat disimpan (tahan lama).

II. Dasar Teori

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia

hewani, dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan, atau eksudat tumbuhan.Simplisia

hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna

yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya

minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum). Simplisia

pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang

belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan

kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. Eksudat tumbuhan ialah

isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan isi sel yang dengan cara

tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara

tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.

Prinsip percobaan dalam pembuatan simplisia yaitu pengurangan kadar

air. Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan

menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan

mutu atau pengrusakan simplisia.

Selain itu untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk

dapat memenuhi persyaratn minimal tersebut, ada beberapa faktor yang

berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta cara

pengepakan dan penyimpanan.

Page 3: Lap Farkog

Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabati

merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia,

termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan

pengolahan maupun jenis tanah tempat tumbuh tanaman obat.

Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat

memenuhi mutu simplisia dalam berbagai artian yaitu komposisi senyawa

kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia

sebagai produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur,

dan diajegkan. Hal ini karena penerapan (aplikasi) IPTEK pertanian pasca

panen yang terstandar.

Berikut tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar, diantaranya:

1. Pengolahan bahan baku

Daun : daun tua atau muda (daerah pucuk) dipetik dengan tangan satu

persatu

Herba : tanaman dicabut dari tanah, diambil dengan umur yang seragam

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk

memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan

simplisia.

3. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi

mikroba-mikroba yang menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan

dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan

terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia.

4. Perajangan

Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang

terbuat dari bahan steinles.

5. Pengeringan

Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari

suatu bahan.keringDengan menurunkan kadar air dapat mencegah

tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat

Page 4: Lap Farkog

dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara

umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%.

6. Sortasi kering.

Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-

bagian yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih

ada dan tertinggal.

7. Pengepakan dan penyimpanan

Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak

berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan diberi

dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan

pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia

tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam

maupun dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab,

dan terhindar dari sinar matahari langsung.

III. Alat dan Bahan

III.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan simplisia yakni

timbangan, pisau, gunting, aluminium foil, nampan.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan simplisia yaitu

daun dari bunga Hibiscus rosa-sinensis .

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

IV.1 Cara Kerja

1. Bahan baku yang sudah dikumpulkan kemudian disiapkan dan

ditimbang seksama sebanyak ± 50 gram (dicatat maassanya), kemudian

ditempatkan diatas nampan bambu.

2. Disortasi basah terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan,

bahan/bagian tanaman lain, bagian tanaman yang rusak.

3. Dilakukan pencucian terhadap simplisia.

Page 5: Lap Farkog

4. Diubah bentuknya meliputi perajangan (rimpang, daun, herba),

pengupasan (buah, biji-bijian yang besar), pemotongan (akar, batang,

ranting).

5. Ditempatkan dalam nampan dan dikeringkan dengan menggunakan

oven pada suhu 70o C.

6. Disortasi kering.

7. Ditimbang lagi dengan seksama dan dicatat massanya.

8. Dilakukan pengepakan dan disimpan.

9. Dibuat laporan kerja hasil praktikum

V. Hasil

Bobot awal : 49.9 gram

Lama pengeringan : 7 jam

Suhu pengeringan : 70o C

Bobot akhir : 10,5gram

Rendemen :bobot ak h irbobot awal

x 100

: 10,549.9

x 100%

: 21,04%

Gambar 1.1 Bahan Baku Simplisia (Hibiscus rosa-sinensis folium)

Page 6: Lap Farkog

Gambar 1.2 Simplisia Hibiscus rosa-sinensis folium

VI. Pembahasan

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,

simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

1. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian

tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura

Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari

selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

2. Simplisia Hewani

Page 7: Lap Farkog

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-

zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,

misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

3. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau

mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar

(wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg

(konstan) karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi

(umum dan cara) panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir.

Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa variabel tersebut tidak berakibat

besar pada mutu ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat dikompensasi

dengan penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia

dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak

banyak pada khasiat produksi. Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap

sebagai usaha untuk menjaga mutu simplisia (Anonim, 1985).

Syarat simplisia nabati / hewani meliputi :

1. Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan

2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna

3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun jukkan tanda-tanda

pengotoran lain

4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya

5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%

Sedangkan syarat pada simplisia pelican bahwa simplia tersebut harus bebas

dari pengotoran tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya.

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap

dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun

parameter standar mutu yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga

parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran

Page 8: Lap Farkog

jenis(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis),

sertaaturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).

2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai

obattetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian

lainnya,yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).

3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang

bertanggungjawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi

kimia, yaituinformasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan

(Anonim,2008).

Proses pembuatan simplisia :

Pengumpulan bahan baku .

Tahapan ini sangat menentukan kualitas bahan baku, dimana faktor yang

paling berperan adalah masa panen. Misal : Biji, pada saat mulai mengeringnya

buah atau sebelum semuanya pecah.

Sortasi basah .

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar,

dilakukan terhadap : tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain

atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, serta bagian tanaman yang

rusak (dimakan ulat).

Pencucian.

Bertujuan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada tanaman, terutama

yang berasal dari dalam tanah (akar, umbi, rimpang, dsb), dan yang tercemar

oleh pestisida.

Page 9: Lap Farkog

Pengubahan bentuk.

Bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan bahan baku sehingga proses

pengeringan akan berlangsung cepat. Contoh perlakuan untuk pengubahan

bentuk: Perajangan pada rimpang, daun dan herba.

Pengeringan.

Mengurangi kandungan air sampai kadar kurang lebih 10 %, proses

pengeringan simplisia bertujuan untuk :

1. Mengurangi kadar air, sehingga simplisia tidak mudah dikontaminasi oleh

fungi/jamur dan bakteri

2. Menghentikan aktivitas / kerja enzim

3. Mengurangi atau mencegah perubahan kimia kandunngan yang berkhasiat

4. Ringkas, mudah disimpan, tahan lama.

Sortasi kering.

Merupakan pemilihan bahan setelah proses pengeringan, dimana bahan-bahan

yang rusak( terlalu gosong, terlindas kendaraan) dan kotoran hewan yang

mungkin terdapat didalamnya harus disortasi/dibuang.

Pengepakan dan penyimpanan.

Pengepakan dilakukan dalam wadah tersendiri tiap-tiap simplisia dengan

identitas (label) dan disimpan dengan baik. Persyaratan wadah yang

digunakan : inert, tidak beracun, mampu melindungi simplisia dari cemaran,

penguapan kandungan aktif, pengaruh cahaya, oksigen dan uap air. Wadah

simplisia umumnya dipakai : karung goni, plastik, peti kayu, karton, kaleng

tahan air, dan alumunium. Bahan cair menggunakan botol kaca, atau guci

porselen. Bahan beraroma menggunakan peti kayu yang dilapisi timah atau

kertas timah (Anonim, 1985).

Page 10: Lap Farkog

Setelah dilakukan pengepakan dan penyimpanan, untuk menjaga keajegan

mutu simplisia perlu dilakukan pemeriksaan mutu. Pemeriksaan mutu simplisia

dilakukan pada waktu penerimaan atau pemberiaanya dari pengumpul atau

pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan

memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah

simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia Medika

Indonesia.

Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses

standarisai suatu simplisia . Parameter standardisasi simplisia meliputi

parameter nonspesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan

faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik

terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih

lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:

1. Kebenaran simplisia

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan caraorganoleptik,

makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan

makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan

memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan

ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu

organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi

terutama untuk menegaskan keaslian simplisia (Anonim, 2009).

2. Parameter nonspesifik

Parameter nonspesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang

disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, dan lain-lain.

a) Penetapan kadar abu

Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh

simplisia dan ekstrak baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun

kontaminan selama proses, seperti pisau yang digunakan telah berkarat).

Jumlah kadar abu maksimal yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan

kontaminasi. Prinsip penentuan kadar abu ini yaitu sejumlah bahan dipanaskan

Page 11: Lap Farkog

pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan

menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik yang tersisa.

kadar abu = bobot akhir/bobot awal x 100%

Penyebab kadar abu tinggi dapat berupa cemaran logam maupun cemaran

tanah.

b) Penetapan susut pengeringan

Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama

proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga

senyawa menguap lain yang hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan

pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan

dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri).

Susut pengeringan = (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal x100%

Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut

organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu

kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka

sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.

c) Kadar air

Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan

maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini

terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut.

Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna

untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia

dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%.

Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

Metode titrimetri

Metode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan anhidrat

belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion

hidrogen.Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan

reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif

komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat

dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu

Page 12: Lap Farkog

pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang

terbebas dari kelembaban udara (Anonim, 1995).

Metode azeotropi (destilasi toluena)

Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan

berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah

adanya penguapan berlebih. Sistem yangdigunakan tertutup dan tidak

dipengaruhi oleh kelembaban(Anonim, 1995).

kadar air ( v/b) = volume air yang terukur / bobot awal simplisia x

100%

d) Kadar minyak atsiri

Tujuan dari penetapan kadar minyak atsiri adalah untuk mengukur berapa

banyak kadar minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia. Penetapan dengan

destilasi air dapat dilakukan karena minyak atsiri tidak dapat bercampur

dengan air, sehingga batas antara minyak dan air dapat terlihat dan diukur

berapa banyak kadar minyak atsiri yang ada pada simplisia tersebut.

kadar minyak atsiri = volume minyak atsiri yang terukur/bobot sampel x

100%

e) Uji cemaran mikroba

Uji aflatoksin

Untuk mengetahi cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh jamur

Aspergillus flavus.

Uji angka lempeng total

Untuk mengetahui jumlah mikroba/ bakteri dalam sampel. Batasan

angka lempeng total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu

10^6 CFU/ gram.

Uji angka kapang

Untuk mengetahui adanya cemaran kapang.Batasan angka lempeng

total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^4 CFU/

gram.

Most probably number (MPN)

Page 13: Lap Farkog

Untuk mengetahui seberapa banyak cemaran bakteri coliform(bakteri

yang hidup di saluran pencernaan) (Anonim, 2009).

3. Parameter spesifik

Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari

simplisia.Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan

kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilkukan dengan

analisis kromatografi lapis tipis (Anonim, 2009).

Pada umumnya cara kerja pembuatan simplisia yang dilakukan praktikan

pada percobaan 1 dengan cara kerja pembuatan simplisia dalam pustaka

sama. Berikut penjelasan mengenai cara kerja pembuatan simplisia yang

dilakukan pada percobaan 1 :

1. Bahan baku (daun) yang telah disediakan dipilih menurut kriteria masing-

masing bahan, tentunya bahan yang masih segar. Bahan baku kemudian

ditimbang hingga diperoleh bobot awal kurang lebih 50 gram.

Penimbangan ini dilakukan untuk mengontrol bobot simplisia akhir.

Kemudian bahan baku diletakkan di wadah.

2. Bahan baku (daun) kemudian disortasi basah menggunakan air untuk

memisahkan atau membuang benda-benda asing seperti tanah, kerikil,

rumput liar, dan lain-lain dari bahan baku simplisia sehingga didapatkan

bahan baku yang benar-benar layak untuk diproses selanjutnya.

3. Bahan baku (daun) dicuci sampai bersih.

4. Bahan simplisia diubah bentuk sesuai keadaan bahan. Dalam hal ini

praktikan mendapatkan bahan baku simplisia berupa daun. Sehingga tidak

perlu dilakukan pengubahan bentuk seperti perajangan, pemotongan, dan

lain-lain dikarenakan bentuk daun sudah cukup kecil dan tipis.

5. Bahan baku (daun) ditempatkan pada wadah sesuai jenis bagian tanaman

dan kandungan zat aktifnya untuk dilakukan pengeringan.

6. Bahan baku (daun) yang telah dikeringkan kemudian disortasi kering

untuk memastikan simplisia berupa daun yang benar-benar memenuhi

syarat (dalam artian tidak mengalami kerusakan) setelah dilakukan

Page 14: Lap Farkog

pengeringan. Setelah pengeringan, daun sudah dapat disebut sebagai

simplisia.

7. Simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen simplisia. Digunakan

metode gravimetri, yaitu :

Rendemen = berat akhir / berat awal x 100%

8. Simplisia dikemas dengan wadah yang sesuai dengan sifatnya, selanjutnya

disimpan di tempat yang kering (Anonim, 2000).

Monografi simplisia

Nama latin : Hibiscus rosa-sinensis

Nama lain : Daun kembang sepatu

Nama Tanaman Asal : Hibiscus rosa-sinensis (L)

Keluarga : Malvaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Hibisetin, zat pahit, lender

Penggunaan : kompres, peluruh dahak

Pemerian : tidak berbau, rasa agak asin, berlendir

Bagian Yang Digunakan : Daun

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Morfologi daun kembang sepatu yaitu daun tunggal berwarna hijau

kecokelatan dan tersusun spiral, helaian daun berbentuk bundar telur, panjang

helaian daun 3,5 - 9,5 cm, lebar 2,0 - 6,0 cm, ujung daun meruncing, tepi daun

bergerigi kasar, tulang daun menjari, tangkai daun panjang 1,0 - 3,7 cm

(Anonim, 1995).

Fungsi simplisia Hibiscus rosa-sinensis

Akarnya berkhasiat menyejukkan dan menurunkan panasdemam yang keras

Akar Hibiscus rosa - sinensis jika dicampur dengan akar Hibiscus tiliaceus

danakar bahar putih bila digosokkan dan dimakan akan menyembuhkan rasa

menusuk - nusuk pada lambung

Daun berlendir,menyejukkan dan dapat mematangkan bisul

Daun kembang sepatu ini dapat digunakan sebagai obat demam pada anak -

anak, obat batuk, dan obat sariawan

Daun digunakan untuk membantu persalinan,diminum mempercepat kelahiran

Page 15: Lap Farkog

Daun dan bunga yang dilumatkan dipakai sebagai obat bisul dan borok

Daun atau bunga ditambah sedikit air dan gula batu diembunkan selama satu

malam dan rendamannya diminum sebagai obat pereda pada penyakit kencing

bernanah ( gonorrhoe )

Bunga jika dilumatkan dan diminum, berfungsi untuk memperlancar haid

Bunga dapat dipakai sebagai bahan pewarna makanan, misal mewarnai cuka

nira enau ( aren ) menjadi merah (Anonim, 1977).

Hasil rendemen yang didapatkan setelah percobaan yaitu %. Adapun hasil

tersebut diperoleh dari :

Rendemen = bobot ak h irbobot awal

x 100%

= 10,549,9

x 100%

= 21,04%

Rendemen merupakan perbandingan bobot akhir simplisia dengan bobot

awal simplisia yang dinyatakan dalam persen. Hasil rendemen tersebut

menggambarkan bahwa terjadi perbedaan bobot simplisia yang tergolong

cukup besar yakni 21,04%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pengeringan

memberikan pengaruh penting dalam susut pengeringan simplisia yakni dari

bobot simplisia yang mula-mula 49,9 gram menjadi 10,5 gram.

Page 16: Lap Farkog

VII. Kesimpulan

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan

yang dikeringkan

Proses pembuatan simplisia :

- Pengumpulan bahan baku

- Sortasi basah

- Pencucian

- Pengubahan bentuk

- Pengeringan

- Sortasi kering

Pengepakan dan penyimpanan Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang

memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia.

Parameter standarisasi simplisia meliputi nonspesifik ( kadar air, kadar abu

total, kadar abu tak larut asam, cemaran residu pestisida, cemaran logam berat,

dan cemaran mikroba ) dan spesifik ( kadar sari larut air dan kadar sari larut

alkohol serta kadar zat aktif ).

Page 17: Lap Farkog

VIII. Daftar Pustaka

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim. 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 2000. Simplisia.http://www.farmasi.usd.ac.id/projects/simplisia/.

Diakses tanggal 12 Desember 2012

Anonim. 2009. Teknologi Pembuatan Simplisia.

http://benkafarma.blogspot.com/2009/06/bagaimana-cara-membuat-ekstrak-

yang.html. Diakses tanggal 12 Desember 2012

Anonim. 2008. Definisi Simplisia.

http://thepharmacyst.blogspot.com/2008/12/definisi-simplisia-definisi-

simplisia.html. Diakses tanggal 12 Desember 2012

Page 18: Lap Farkog

PERCOBAAN 2

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, ORGANOLEPTIK, DAN KADAR AIR

I. Tujuan Percobaan

1. Mampu membedakan simplisia secara makroskopik (bentuk, ukuran,

keadaan fisik lain yang spesifik) dan organoleptik (warna, bau, dan

rasa)

2. Melakukan standarisasi mutu dengan penentuan kadar air simplisia.

II. Dasar Teori

Simplisia dapat berupa batang,kulit batang, daun,biji, buah,kulit buah,

bunga, ranting, atau tanaman utuh (bila merupakan tanaman kecil atau perdu)

sehingga harus dapat dibedakan antara simplisia satu dan dengan lainnya. Salah

satu cara yaitu membedakan simplisia secara makroskopik, yaitu membedakan

simplisia berdasarkan bentuk, ukuran,dan keadaan fisik lain yang spesifik. Cara

lain dalam membedakan simplisia yaitu secara organoleptik yaitu dengan

mengamati warna, bau, rasa dari masing-masing simplisia. Hal ini perlu dilakukan

karena simplisia memiliki kandungan zat aktif yang menyebabkan simplisia

mempunyai rasa bau yang spesifik (Anonim, 2009)

Setelah pembuatan simplisia penting untuk melakukan pemeriksaan mutu

karena simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku

resmi (standar) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, seperti

farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, dan Materia Medika

Indonesia (M M I). Jika tidak terantum maka harus memenuhi persyaratan seperti

yang disebut pada paparannya (monografi).

Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam

prosesstandarisasi suatu simplisia. Pemeriksaan mutu bertujuan agar

simplisiamemenuhi syarat FI, EFI, MMI dan buku resmi yang disetujui

pemerintah.

Bermaksud agar adanya keseragaman komponen aktif, aman, berguna/ berkhasiat

dan obat/ sediaan selalu tetap mutunya. Serangkaian parameter, prosedur dan cara

pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu

Page 19: Lap Farkog

kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan

farmasi). Tujuannya menjamin bahwa produk akhir (obat,ekstrak, atau produk

ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yangkonstan (ajeg) menjadi bahan

obat yang berkualitas, aman, dan bermanfaat

Bahan nabati masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, sehingga

untuk dijadikan simplisia perlu dikeringkan Standardisasi mutu dengan penentuan

kadar air simplisia diperlukan agar simplisia tidak mudah rusak karena tercemar

kapang atau jamur dan mikroba sebagai akibat dari kadar air yang cukup tinggi

dalam bahan nabati, maka perlu dikeringkan.Pengeringan dilakukan sampai kadar

air dalam bahan kurang dari 10 % (standar WHO) (Anonim, 1985)

Pengkuran kadar air dapat dilakukan dengan cara titrasi, distilasi, atau

gravimetri. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal atau rentang tentang

besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai maksimal/ rentang yang

diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Siskhana, 2010)

III. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : oven, desikator,

neraca analitik.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu simplisia yang telah

dibuat pada percobaan 1 dan beberapa simpilisia yang disediakan pada

laboratorium yaitu : Orthosiphon folium, Foeniculli frucitus, Caryophily flos,

Cardamomi fructus, Guazumae folium, Alstonia cortex, Piper cubeba, Biji klabet,

Tinosporae caulis, Rosella flos, Star Anise fruit, Boesenbergiae rhizoma,

Liquiritiae radix.

IV. Cara Kerja

1. Pengamatan makroskopik

Simplisia yang telah dibuat pada percobaan 1 disiapkan

Simplisia yang tersedia pada laboratorium disiapkan

Diamati bentuk simplisianya

Diamati ukurannya

Page 20: Lap Farkog

Dicatat hasilnya dalam tabel laporan percobaan dalam pemeriksaan

makroskopik, organoleptik, dan kadar air

2. Pengamatan organoleptik

Simplisia pada percobaan 1 dan yang tersedia sisiapkan

Diperiksa dengan cara dibaui ( dengan hidung ) dan dirasa ( dengan lidah )

Diamati warnanya

Dicatat hasilnya dalam tabel laporan percobaan dalam pemeriksaan

makroskopik, organoleptik, dan kadar air

3. Uji kadar air secara gravimetri

Simplisia hasil percobaan 1 disiapkan

Ditimbang dengan seksama ±10 gram

Dikeringkan pada suhu 105°C selama 1 jam

Diambil dari oven

Dimasukkan dalam desikator hingga suhu kamar

Ditimbang lagi bobotnya

Dimasukkan kembali ke dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit

Diambil dan dimasukkan dalam desikator hingga suhu kamar

Dihitung persen kadar air

Ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan

berturut tidak lebih dari 0,25 %

Dicatat dalam tabel pengamatan pada laporan

V. Hasil percobaan

Uji makroskopik :

Bentuk : daun kering

Ukuran : sedang

Keadaan fisik : kering

Uji organoleptik :

Rasa : hambar

Bau : tidak berbau

Warna : hijau kekuningan

Uji kadar air :

Page 21: Lap Farkog

Simplisia awal : 10 gram

Berat alumuniun foil : 1,5 gram

Penimbangan awal : 11,5 gram

Penimbangan 1 jam : 9,2 gram

Penimbangan 30 menit : 8,8 gram

Kadar air : bobot awal-bobot akhir x 100%

bobot awal

: 10 gram – 8,8 gram x 100%

10 gram

: 12 %

Bobot tetap : bobot setelah 1 jam-bobot akhir x 100%

bobot setelah 1 jam

: 92 gram – 8,8 gram x 100%

9,2 gram

: 4,3 %

Nama simplisia ,tanaman asal,famili

Gambar Makroskopik Mikroskopik

Nama simplisia : Orthosiphon foliumTanaman asal :Orthosiphon oristatumFamilia : Lamiacea

Bentuk : batang kering dan daun keringUkuran : sedang

Warna : hitam kehijauanRasa : tidak berasaBau : khas menyengat

Nama simplisia : Foeniculli fructusTanaman asal :Familia :Apeaceae

Bentuk : seperti padiUkuran : kescil

Warna : kuning kehijauanRasa : asinBau : khas aromatic

Page 22: Lap Farkog

Nama simplisia :Caryophilly flosTanaman asal :Eugenia Caryophyllata ThunbFamilia :Myulaceae

Bentuk : seperti oborUkuran : sedang

Warna : hitam kecoklatanRasa : tidak berasaBau : khas

Nama simplisia : Cardamomi fructusTanaman asal :Amomum Cardamomum Auct.Familia :Zingiberacea

Bentuk : bulat seperti bolaUkuran : sedang

Warna : coklatRasa : mintBau : khas

Nama simplisia :Guazumae foliumTanaman asal :Guazuma ulmifolia Lamk.Familia :Sterculiacea

Bentuk : daun keringUkuran : besar

Warna : hijau kecoklatanRasa : tidak berasaBau : khas

Nama simplisia :Alostonia cortexTanaman asal :Alostonia scolarisFamilia :Apocynaceae

Bentuk : batang kayuUkuran : besar

Warna : coklat kekuninganRasa : hambarBau : seperti kayu lapuk

Nama simplisia :Piper cubebaTanaman asal :Piper cuceba L.KFamilia :Piperaceae

Bentuk : bulatUkuran : kecil

Warna : hitamRasa : mintBau : aromatik khas

Nama simplisia : Biji klabetTanaman asal :Trigonella folenum graceum L.Familia :Fabacea

Bentuk : bulat lonjongUkuran : kecil

Warna : coklat kehitamanRasa : tidak berasaBau : khas menyengat

Page 23: Lap Farkog

Nama simplisia :Tinosporae caulisTanaman asal :Tinospora tuberculata BeumaeFamilia :Menispermacea

Bentuk : batang bergerigiUkuran : panjang(rajangan)

Warna : coklatRasa : pahitBau : khas aromatic

Nama simplisia:Rosella flosTanaman asal : Hibiscus sabdaniffa L.Familia : Illiceae

Bentuk : daun keringUkuran : kecil

Warna : coklat kehitamanRasa : asamBau : khas menyengat

Nama simplisia :Star Anise fruitTanaman asal :Filicum verum Hools FFamilia :Illiceae

Bentuk : seperti bintangUkuran : sedang

Warna : merah kecoklatanRasa : manisBau : khas aromatic

Nama simplisia :Boesenbergiae rhizomaTanaman asal :Boesenbergiae pandurataFamilia :Zingiberaceae

Bentuk : rajangan pipihUkuran : kecil

Warna : orange / putih kecoklatanRasa : khas dan mint lemak,sedikit sepatBau : khas lemah

Nama simplisia :Kayu manisTanaman asal :Cinnamomum burmanniFamilia : Lauraceae

Bentuk : batang panjangUkuran : panjang agak besar

Warna : coklat mudaRasa : manisBau : khas lemah

VI. Pembahasan

Monografi Hibiscus rosa-sinensis folium

Daun Hibiscus rosa-sinensis merupakan daun tunggal berwarna hijau

kecokelatan dan tersusun spiral, helaian daun berbentuk bundar telur, panjang

Page 24: Lap Farkog

helaian daun 3,5 - 9,5 cm, lebar 2,0 - 6,0 cm, ujung daun meruncing, tepi daun

bergerigi kasar, tulang daun menjari, tangkai daun panjang 1,0 - 3,7 cm

(Anonim,1995)

Daun terdiri dari epidermis atas, kolenkim, rambut penutup, mesofi;

dengan hablur kalsium oksalat bentuk roset, berkas pembuluh, palisade dengan

hablur kalsium oksalat, jaringan bunga karang, stomata, dan epidermis

bawah.Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang

kadang - kadang diselingi lendir, lebih besar dari sel epidermis lainnya; rambut

penutup jarang, berbentuk bintang dan mempunyai sel tunggal, serta dinding

tebal.Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel yang serupa dengan sel epidermis

atas; stomata hanya terdapat pada epidermis bawah. Mesofil meliputi jaringan

palisade terdiri dari satu lapis sel; jaringan bunga karang berbentuk tidak teratur

terdiri dari beberapa lapis sel, berongga; berkas pembuluh tipe kolateral. Pada

sayatan paradermal tampak epidermis atas berbentuk poligonal, dinding antiklinal

rata. Epidermis bawah dinding antiklinalnya berombak; stomata tipe anisositik

(Anonim, 2010).

Kegunaan Hibiscus rosa-sinensis diantaranya yaitu :

Akarnya berkhasiat menyejukkan dan menurunkan panas demam yang

keras

Akar Hibiscus rosa - sinensis jika dicampur dengan akar Hibiscus tiliaceus

dan akar bahar putih bila digosokkan dan dimakan akan menyembuhkan rasa

menusuk - nusuk pada lambung

Daun berlendir,menyejukkan dan dapat mematangkan bisul

Daun kembang sepatu ini dapat digunakan sebagai obat demam pada anak

- anak, obat batuk, dan obat sariawan

Daun digunakan untuk membantu persalinan,diminum mempercepat

kelahiran

Daun dan bunga yang dilumatkan dipakai sebagai obat bisul dan borok

Page 25: Lap Farkog

Daun atau bunga ditambah sedikit air dan gula batu diembunkan selama

satumalam dan rendamannya diminum sebagai obat pereda pada penyakit kencing

bernanah ( gonorrhoe )

Bunga jika dilumatkan dan diminum, berfungsi untuk memperlancar haid

Bunga dapat dipakai sebagai bahan pewarna makanan, misal mewarnai

cuka nira enau ( aren ) menjadi merah (Anonim, 1979).

Nama daerah

Perancis : Rose de Chine ; Jerman: Chinesische Rose ; Inggris: Chinarose ;

Indonesia : Bunga raya, Kembang sepatu.Sumatera : Bungong raja, bunga -

bunga, soma - soma, bunga raja, kembang sepatu. Jawa : Uribang, kembang

wera, wora - wari, bunga rebhang, mandhaleka. Nusa tenggara : Pucuk,

Waribang. Sulawesi : Amburanga, embuhanga, kuyanga, ulango, bunga bisu,

bunga sepatu. Maluku : Hua hualo, ubo - ubo. Irian : Dioh, gerasa, kando

(Yashinta, 2011)

Kandungan kimia

Daun : flavonoida, saponin dan polifenol

Bunga : flavonoida, polifenol

Akar : flavonoida, tanin dan saponin (Yashinta, 2011)

Simplisia yang memliliki mutu yang baik apabila telah sesuai dengan tolak

ukur dari Farmakope Indonesia

1).  Organoleptik

Adalah pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan simplisia . dalam buku

resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang

dimaksudkan untuk menjadi petunjuk mengenal simplisia sebagai syarat baku

2).  Makroskopik

Yaitu memuat uraian makroskopik paparan mengenai bentuk, ukuran,

warna, dan bidang patahan/ irisan (Anonim, 1979) .

Page 26: Lap Farkog

Praktikum yang dilakukan meliputi uji makroskopik, uji organoleptik, dan

uji kadar air. Pada praktikum pengamatan mikroskopik, hanya diamatu bentuk

simplisaia dan ukurannya tanpa diukur. Pada pengujian organoleptik, kami

melakukan pengamatan terhadap warna, bau, dan rasa. Berikut ini prosedur yang

hendaknya dilakukan.

1. Uji makroskopik

a.Simplisia diamati bentuknya

Simplisia berupa daun (folium) diamati bentuk daun, bentuk tulang daun, bentuk

tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, dan lain-lain.

b.Simplisia diukur (panjang dan lebar)

Simplisia diukur menggunakan penggaris meliputi panjang dan lebar daun.

c.Simplisia diamati karakteristik makroskopik lainnya

Simplisia yang mempunyai bentuk karakteristik lain yang dapat membedakan

simplisia satu dengan simplisia lain diamati.

2. Uji organoleptik

a. Simplisia diamati warnanya

Simplisia diamati warnanya, baik sisi bagian atas maupun bawah.

b.Simplisia dibaui menggunakan hidung

c.Simplisia dirasakan rasanya menggunakan lidah

Penentuan kadar air simplisisa dilakukan terhadap simplisia yang telah

dibuat pada percobaan 1 yaitu Hibiscus rosa-sinensis folium. Menurut literatur

(Anonim,1995) prosedur penetapan kadar air yaitu :

Uji kadar air

a. Simplisia ditimbang kurang lebih 10 gram

Penimbangan di awal percobaan bertujuan untuk mengetahui susut pengeringan

setelah dilakukan pengeringan di akhir percobaan.

b. Simplisia dimasukkan ke dalam wadah

untuk dikeringkan

c. Simplisia dikeringkan dalam oven dalam

suhu 105o dalam waktu 30 s

d. Simplisia kembali ditimbang

Page 27: Lap Farkog

e. Dilakukan pengeringan dalam interval 30

menit sampai bobot konstan

Sebagian besar simplisia adalah simplisia nabati, yaitu simplisia yang

berasal dari tumbuhan. Simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap

konsumsi langsung harus memenuhi parameter mutu bahan, yaitu :

1. Kebenaran jenis (identifikasi)

2. Kemurnian (bebas kontaminasi kimia & biologi)

3. Stabilitas (wadah, penyimpanan, transportasi) meliputi :

a. Trilogy produk kefermasian : Quality-Safety-Efficacy

b. Spesifikasi kimia : komposisi (jenis & kadar) senyawa.

Standarisasi (secara kefarmasian) adalah serangkaian parameter, prosedur

dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigm mutu

kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standart (kimia,biologi, dan

farmasi). Tujuan dari standarisasi yaitu untuk menjamin bahwa produk akhir

(obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentuyang

konstan (ajeg), agar menghasilkan bahan obat yang berkualitas, aman, dan

bermanfaat (Siskhana, 2010).

Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-

buku resmi Departmen Kesehatan RI, seperti Farmakope Indonesia, Ekstra

Farmakope Indonesia, dan Materia Medika Indonesia (MMI). Untuk memenuhi

persyaratan umum tersebut harus dilakukan pemeriksaan mutu fisis secara tepat,

yaitu :

1.Kurang kering atau mengandung air

2.Termakan serangga atau hewan lain

3.Ada atau tidak pertumbuhan kapang

4.Perubahan warna atau bau (Anonim, 1979).

Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan secara lengkap, meliputi

pemeriksaan organoleptik, mikroskopik, makroskopik, pemeriksaan kimiawi ±

fisika, dan uji biologi. Beberapa persyaratan simplisia yang terdapat pada

Farmakope Indonesiayaitu :

1. Tidak boleh mengandung organisme pathogen.

Page 28: Lap Farkog

2. Harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga & binatang lain,

maupun kotoran hewan.

3. Tidak boleh ada penyimpangan bau & warna.

4. Tidak boleh mengandung lender atau menunjukkan adanya kerusakan.

5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak boleh lebih dari 2%, kecuali

dinyatakan lain.

Pemeriksaan makroskopik, dilakukan dengan mata telanjang mengamati

keadaan morfologi dari simplisia uji yaitu daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis L.) untuk mencari kekhususan morfologi dan ukuran simplisia.

Sedangkan pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mengamati warna, bau,

dan rasa dari simplisia. Pada pemeriksaan organoleptik yang telah dilakukan,

mendapatkan hasil, rasa hambar, tidak berbau, warna permukaan hijau

kekuningan. Penetapan kadar air diperlukan untuk mengetahui batasan maksimal

atau rentang tentang besarnya kandungan air didalam bahan. Hal ini terkait

dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan

demikian penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk

memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup

aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10% (Anonim,1985).

Penetapan kadar air dalam percobaan ini dilakukan dengan cara

memasukkan 10 gr esimplisia yang telah disiapkan dan ditimbang dalam wadah

yang telah ditara, kemudian keringkan pada suhu 105° C selama 1 jam dan

ditimbang. Selanjutnya dilakukan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam

sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

Namun, hasil yang diperoleh dari percobaan uji kadar air yang dilakukan tidak

sesuai dengan pustaka yang ada, yaitu diproleh hasil 12 %. Sedangkan perbedaan

antara dua penimbangan berturut-turut selama 1 jam diperoleh hasil 4,3 %. Hasil

ini juga tidak sesuai dengan pustaka. Beberapa faktor yang menyebabkan

ketidaksesuaian tersebut diantaranya yaitu :

1. Waktu yang digunakan untuk pengeringan kurang lama, sehingga

kandungan air di dalam bahan tidak menguap dengan maksimal.

2. Ketika pengepakan atau penyimpanan kurang teliti dan hati-hati,

sehingga

Page 29: Lap Farkog

udara di dalam wadah simplisia tersebut menjadi lembab dan kadar

air

simplisia kembali naik.

Makroskopik simplisia yang diamati berdasarkan literatur

1. Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus)

1. Klasifikasi                                                   

            Kingdom         : Plantae

            Divisi               : Magnoliophyta

            Kelas               : Magnoliopsida

            Ordo                : Lamiales

            Famili              : Lamiaceae

            Genus              : Orthosiphon

            Spesies            : Orthosiphon spp.

2. Nama Daerah : Sumatera ; kumis kucing (Melayu), Jawa : Kumis kucing

(Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, soengat koceng (Madura) (Materia

Medika Indonesia Jilid IV,1980).

3. Morfologi tumbuhan : Kumis kucing merupakan tanaman terna yang

tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi sampai

2 m, batang bersegi empat agak beralur, berambut pendek atau gundul. Helai daun

berbentuk bundar telur lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang

dimulai dari pangkalnya, lancip atau tumpul, panjang 1 cm sampai 10 cm, lebar

7,5 mm sampai 5 cm; urat daun sepanjang tepi berambut tipis atau gundul, kedua

permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat

banyak, panjang tangkai 3 cm. Perbungaan berupa tandan yang keluar di ujung

cabang, panjang 7 cm sampai 29 cm, di tutupi oleh rambut pendek berwarna ungu

dan kemudian menjadi putih; gagang berambut pendek dan jarang, panjang 1 mm

sampai 6 mm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berambut pendek dan

jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota

berwarna ungu pucat atau putih, panjang 13 mm sampai 27 mm, di bagian atas di

tutupi oleh rambut pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 mm

sampai 18 mm, panjang bibir 4,5 mm sampai 10 mm, helai bunga tumpul, bundar.

Benang sari lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian

Page 30: Lap Farkog

atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1,75 mm sampai 2 mm. (Materia

Medika Indonesia Jilid IV, 1980).

4. Penggunaan Simplisia 

1. Infeksi saluran kencing atau sering kencing

2. Kencing yang tersendat dan disertai rasa sakit.

3. Darah tinggi

4. Demam.

5. Khasiat lain (infeksi ginjal dan kencing batu, penambah nafsu makan, panas

dan encok). (Tanaman Obat Keluarga, 2008)

2. Eugenia caryophyllata Thunb

1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Eugenia

2. Nama daerah

Sumatera : Baungeu lawang ( Gayo ),Bunga lawamg ( Batak ),Singhe

( Karo ),Bunga lasang (Toba ),Bunga cengkeh ( Minangkabau ),Cengkih

( Lampung ),Cengkeh ( Melayu )

Jawa : Cengkeh ( Sunda ) Cengkeh ( Jawa ) Cengkeh ( Madura )

Bali : Cengkeh

Kalimantan : Cangke ( Dayak ngaju )

Nusa tenggara : Cangke ( Bima ) Sinke ( Flores )

Sulawesi : Bunga rawan ( Sangir ) Pungo lawan ( Gorontalo ) Bwungo

laango ( Buol ) Cangke ( Makasar ) Cengke ( Bugis )

Maluku : Poirawane ( Seram ) Buglawa ( Buru ) Balawala ( Ternate )

Gomode ( Tidore )

Page 31: Lap Farkog

3. Morfologi tumbuhan

Habitus : Pohon, tinggi 10 m

Batang : Berkayu, bercabang banyak, bulat, mengkilap, masih muda hijau,

setelah tua keunguan

Daun : Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,

pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 6-13,5 cm, lebar 2,5-5

cm, tangkai panjang 1-2 cm, masih muda merah setelah tua hijau

Bunga : Majemuk, malai, tumbuh di ujung batang, kelopak bentuk corong,

pangkal berlekatan, mahkota bentuk bintang, panjang 4-5 mm, benang sari

banyak, tangkai putik pendek, masih muda hijau setelah tua merah

Khasiat : Bunga eugenia aromatica sebagai pelega perut, obat batuk, sakit

gigi

(Anonim,2010)

3. Amomum cardamomum

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)

Genus : Amomum

Spesies : Amomum cardamomum L.

2. Nama daerah

Kapulaga, kapulogo, kadar-munggu, palago (Sumatera); kapol, kapulaga,

kapolagha,

palagha (Jawa); kapulaha, karkolaka (Bali); garidimong, kapulaga

(Sulawesi)

3. Morfologi tanaman

Page 32: Lap Farkog

Tinggi tanaman perdu berbatang semu ini mencapai 1,5 m. Rimpang

berdaging agak keras dan bercabang. Daun duduk berbentuk lanset warna kuning

merah dengan bagian pangkal meruncing atau berbentuk hati. Daun ini

bereraroma terpentin bila diremas. Buah bulat telur dengan permukaan licin atau

beralur. Tumbuhnya di hutan primer atau hutan jati pada ketinggian 200-1000 m

dpl. Tanaman ini tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Ada 3 kultivar

kapulaga, yaitu kapulaga merah besar dengan buah berkulit merah dan

berdiameter sekitar 2 cm, kapulaga merah kecil dengan buah berkulit merah

dengan diameter 1,2 cm, serta kapulaga putih dengan buah berkulit putih dan

berdiameter 2 cm. Perbanyakan kapulaga bisa secara vegetatif maupun generatif.

4. Khasiat

Kandungan minyak asiri kapulaga berkhasiat sebagai pengencer dahak

(ekspektoran), pelancar pengeluaran gas dari perut (karminatif), penambah aroma,

obat encok, obat mulas dan obat demam. (Mursito,2001)

4. Foeniculum vulgare Mill.

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae 

Genus : Foeniculum

Spesies : Foeniculum vulgare P. Mill.

2. Morfologi tumbuhan

Terna berumur panjang, tinggi 50 cm-2 m, tumbuh merumpun. Satu rumpun

biasanya terdiri dari

3-5 batang. batang jau kebiru-biruan, beralur, beruas, berlubang, bila memar

baunya wangi. Letak daun berseling, majemuk menyirip ganda dua dengan sirip-

Page 33: Lap Farkog

sirip yang sempit, bentuk jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata berseludang

warna putih, seludang berselaput dengan

bagian atasnya berbentuk topi. Perbungaan tersusun sebagai bunga payung

majemuk dengan 6-40 gagang bunga, panjang ibu gagang bunga 5-10 cm, panjang

gagang bunga 2-5 mm, mahkota

berwarna kuning, keluar dari ujung batang. Buah lonjong, berusuk, panjang 6-10

mm, lebar 3-4

mm, masih muda hijau setelah tua cokelat agak hijau atau cokelat agak kuning

sampai sepenuhnya cokelat. Namun, warna buahnya ini berbeda-beda, tergantung

negara asalnya. Buah

masak mempunyai bau khas aromatik, bila dicicipi rasanya mirip kanfer.

4. Khasiat

Buah masak mengandung bau aromatik, rasa sedikit manis, pedas, hangat, masuk

meridian hati,ginjal, limpa, dan lambung. Berkhasiat menghilangkan dingin,

melancarkan peredaran darah,penghilang nyeri (analgesik), menyehatkan

lambung, meningkatkan nafsu makan (stomakik),peluruh dahak, peluruh kentut

(karminatif), dan merangsang produksi ASI (laktagoga).

Daun berbau aromatik dan berkhasiat sebagai stimulan, peluruh kencing

(diuretik), laktagoga,stomakik, dan menerangkan penglihatan.

Herba berkhasiat sebagai anti-emetik. Akar sebagai pencahar dan diuretik.

Sedangkan minyak dari buah (minyak adas, fennel oil) berkhasiat sebagai

stimulan, karminatif, antibakteri, dan antelmintik.

(Setiawan,1999)

5. Piper cubeba

1. Klasifikasi

Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Page 34: Lap Farkog

Ordo :Piperales

Suku :Piperaceae

Marga :Piper

Spesies : P.cubeba

2. Nama daerah

Nama lokal : Kemukus

3. Morfologi tumbuhan

Kemukus (Piper cubeba) tumbuh memanjat hingga ketinggian 15 meter dan

tebal batangnya bisa mencapai 2 cm

Akar : Berakar serabut , kuning kecoklatan

Bunga : Majemuk,bentuk bulir, panjang 3 – 10 cm . Bunga

kemukus sering disebut rinu berbentuk bulir , yang biasanya “ bersila”

berhadap- hadapan dengan daun yang muncul pada buku daerah pucuk cabang

. Buah yang akan tumbuh dari bulir itu berupa buah buni yang bertangkai .

Batang : Berbuku - buku

Daun : Daun berbentuk bulat telur , dengan ujung runcing, mirip

daun sirih dan berwarna hijau gelap. Pada pangkal buku juga bisa keluar

tunas cabang yang baru, atau bunganya yang kelak menjadi buah .

4. Khasiat

Buah Piper cubeba berkhasiat sebagai obat sesak nafas , penghangat badan

dan penghilang bau mulut . (Anonim,2007)

6. Guazumae ulmifolia Lamk

1. KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Guazuma

Page 35: Lap Farkog

Spesies : Guazuma tomentosa Kunth.

Nama umum : jati belanda

Sinonim : Guazuyna tomentosa Kunth.

2. MORFOLOGI

Tanaman pohon, tinggi kurang lebih 10 meter. Batang keras, bulat,

permukaan kasar, banyak alur, berkayu, bercabang, warna hijau keputih putihan.

Daun tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal

berlekuk, pertulangan menyirip, panjang 10-16 cm, lebar 3-6 cm, warna hijau.

Bunga tunggal, bulat di ketiak daun, warna hijau muda. Buah kotak, bulat, keras,

permukaan berduri, warna hitam.

3. MANFAAT

Berkhasiat sebagai obat pelangsing tubuh menciutkan urat darah, sakit

perut, kolera, adstringens, batuk, perut kembung, rasa sesak dan bijinya sebagai

obat mencret,obat penyakit cacing,kaki gajah (Anonim,2011)

7. Cinnamomum burmannii 

1. Klasifikasi

Kingdom    : Plantae

Division    : Magnoliophyta

Class        :  Magnoliopsida

Order       :  Laurales

Family      : Lauraceae

Genus       : Cinnamon

Species     : Cinnamomum burmannii

2. Nama daerah

Nama daerahnya yaitu di Sumatra : holim, holim manis, modang siak-siak

(Batak), kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih (Minangkabau).

Jawa Huru mentek, kiamis (Sunda), kanyengar (Kangean). Kesingar (Nusa

Tenggara), kecingar, cingar (Bali), onte (Sasak), kaninggu (Sumba), Puu ndinga

(Flores). 

3. Morfologi

 Cinnamomum memiliki akar tunggang dan batang yang kuat dan keras,

berkayu dan bercabang. Berbentuk pohon dengan tinggi 6-12 m. Kadang pula

Page 36: Lap Farkog

mencapai 15 m. Ranting tua gundul. Kulit dan daun kalau diremas berbau kayu

manis yang kuat. Dimana semua bagian memiliki bau khas aromatik kayu manis.

Daunnya merupakan daun tunggal (kadang-kadang bertulang melengkung) yang

duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan, tidak mempunyai penumpu. Daun

berpenulangan 3 ; panjang tangkai daun 0.5 cm sampai 1.5 cm. Pada prosesnya,

daun berlawanan atau berganti warnanya. Awalnya berwarna merah muda

kemudian berwarna hijau muda di atas. Daunnya berbentuk bulat telur atau elips

memanjang dengan ujung membulat atau tumpul meruncing, 6-15 kali 4-7 cm,

seperti kulit kuat.

Bunga berada ditangkai yang yang panjang, lemah, dan kuncupnya lembut,

bercabang dan duduk di ketiak dengan cabang yang berambut abu-abu.

Merupakan bunga malai. Bunganya berkelamin tunggal dan taju tenda bunga

biasanya 2-5 dan panjang 3-5 mm, berwarna putih kekuningan dimana dilihat dari

luar terlihat berambut abu-abu keperak-perakan, Sedikit membuka tetapi tidak

rontok dan dalam waktu yang sangat cukup setelah mekar akan sobek melintang.

Biasanya tertanam pada tepi sumbu bunga. Bunga ini memiliki 4 ruang sari.

Bunga Cinnamomum burmannii ini memiliki 12 benang sari dalam 3-4 lingkaran,

biasanya tersusun dalam 4 lingkaran terdalam yang steril. Benangsari lingkaran

ketiga mempunyai kelenjar di tengah-tengah tangkai sari. Buah adalah buah buni,

panjang lebih kurang 1 cm. Didalam lingkaran tersebut terdiri atas sejumlah

benang sari yang sama dengan jumlah daun-daun tenda bunga dalam

lingkarannya, yang pada lingkaran dalam sering bersifat mandul sebagai

staminodium dimana kepala sari membuka dengan katup. Bakal buah menumpang

atau terdapat dalam lekukan dasar bunganya. Dimana mempunyai 1 bakal biji

yang anatrop dengan 2 in-tegumen. Bakal buah menyerupai buah batu. Bijinya

tidak memiliki endosperm, dimana lembaga memiliki daun lembaga yang besar

didalamnya. Daun, dan kulit batang (gelam) terdapat sel-sel yang mengandung

minyak atsiri. Tanaman ini termasuk dalam tanaman CAM.

4. Manfaat

Minyak cassia bersifat anti bakteri, biasa digunakan dalam pasta gigi, obat

pencuci mulut dan dalam pem-buatan obat tonic. Selain itu banyak digunakan

dalam flavor makanan dan minuman termasuk minuman beral-kohol dan

Page 37: Lap Farkog

minuman ringan. Dalam jumlah kecil digunakan dalam parfum dan kosmetik.

Minyak cinnamon mempunyai sifat aniseptik, anti mikroba dan sebagai

parasitisida. Minyak kulit dan daun cinnamon banyak digunakan sebagai pewangi

sekaligus pengobatan dalam pasta gigi, pencuci mulut, obat batuk dan perawatan

gigi, juga sebagai flavor dalam makanan dan minuman seperti dalam coca cola.

Minyak daun cinnamon digunakan dalam sabun, kosmetik, toilet deodoran, dan

parfum. Batas maksimum pemakaian dalam makanan dan minuman adalah

0,057% untuk minyak cinnamon dan 0,047% untuk minyak cassia (Anonimous,

2008)

8. Trigonella foenum-graecum L.

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Trigonella

Spesies : Trigonella foenum-graecum L.

2. Morfologi

Terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 30 cm sampai 60 cm. Daun berbentuk

bundar telur terbalik sampai bentuk baji. Bunga tunggal atau sepasang, keluar di

ketiak daun, mahkota berwarna kuning terang. Buah polong gundul, memanjang

atau berbentuk lanset. Buah berisi 10 sampai 20 biji.

3. Manfaat 1. Asma.

2. Batuk.

3. Haid tidak teratur.

4. Membangkitkan nafsu makan.

Page 38: Lap Farkog

5. Pencernaan tidak baik.

6. Radang lambung.

7. Sakit kerongkongan.

8. Wasir.

9. Bisul (obat luar).

10. Rambut rontok (obat luar).

11. Rematik – nyeri otot (obat luar).

12. Pelembut kulit (kosmetika).

9. Tinospora tuberculata Beumee

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Ranunculales

Famili : Menispermaceae 

Genus : Tinospora

Spesies : Tinospora tuberculata Beumee

2. Morfologi

Deskripsi tanaman : tasnaman ini merupakan tanama perdu yang

memanjat. Batang sebesar jari manis dengan banyak mata dan kutil. Bentuk tidak

beraturan, berasa pahit, tidak keras dan berair. Daun berbentuk jantung atau panah

dengan tangkai panjang dan besar. Bunga berwarna hijau muda, tiga seuntai dan

tidak sempurna. Buah terdapat dalam tandan berwarna merah muda.

3. Manfaat

Page 39: Lap Farkog

Antipiretikum, Tonikum, Antiperiodikum, Diuretikum, Antidiabetik.

10. Hibiscus sabdariffa L.

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L.

2. Morfologi tanaman rosella

a.       Batang

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai batang bulat, tegak,

berkayu dan berwarna merah.tumbuh dari biji dengan ketinggian bisa mencapai 3-

5 meter.

b.      Akar

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar tunggal.

c.       Daun

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai daun tunggal

berbentuk bulat telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal

berlekuk, Panjang daun 6-15 cm dan lebar 5- 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna

hijau dengan panjang 4-7 cm

d.      Bunga

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga berwarna

cerah, Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika

dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan

merupakan bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat 1 (satu)

bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm,

yang pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering

Page 40: Lap Farkog

dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan

sebagai bahan makanan dan minuman.

e.       Biji

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai biji berbentuk seperti

ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, berbulu, panjang 5 mm dan lebar 4

mm.

3. Manfaat

1.       Kelopaknya yang mengandung ANTIOKSIDAN. Manfaat ANTIOKSIDAN

adalah:

a.      Dapat menghambat terakumulsinya radikal bebas penyebab penyakit kronis,

seperti kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, dan kanker (darah)

b.      Dapat mencegah penuaan dini

2.      Zat aktif pada kelopak bunga meliputi gossypetin, antosianin, dan glucoside

hibiscin. Semua itu bermanfaat untuk:

a.      Diuretik (peluruh air seni)

b.      Menurunkan kekentalan darah

c.       Menurunkan tekanan darah

d.      Menstimulasi gerakan usus (antiseptic usus dan antiradang)

3.      Berkhasiat sebagai antisariawan dan pereda nyeri

11. Illicium verum Hook.f.

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidaeada

Ordo : Illiciales

Famili : Illiciaceae 

Genus : Illicium

Spesies : Illicium verum Hook.f.

2. Morfologi

Page 41: Lap Farkog

Pokok setinggi 8-20 meter ; kulit kayu putih.

Daun berselang-seling,jenis ringkas,tangkai daun lebih kurang 1 cm panjang,lai

daun 5-15 cm panjang dan I,5-5 cm lebar.

Bunga dwijantina,1 kuntum tunggal dihasilkan pada satu ketiak daun,petal merah

jambu keputihan,merah atau kuning kehijauan.

Buah berbentuk bintang,2,5-4,5 cm ukuran garis pusat,setiap buah ada 5 -13 jejari

dalam sususnan seperti sinar,jejari berwarna perang kemerahan merekah setelah

masak,satu jejari satu biji.

Biji berwarna perang cerah dan berkilat.

3. Manfaat

Bunga lawang dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk

makanan, sama seperti kulit kayu manis dan bunga cengkeh. Bunga lawang juga

banyak dipakai dalam masakan India yang kaya rempah misalnya untuk kari.

Bangsa Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga banyak memakai bunga lawang

untuk penyedap masakan. Di Indonesia, bumbu ini digunakan di beberapa daerah

yang memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai

Aceh, Rendang Padang, masakan Jawa, dan Bali.

Selain menyedapkan masakan, bunga lawang juga memiliki khasiat

kesehatan. Bumbu ini baik untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memiliki

fungsi diuretik atau melancarkan saluran kencing. Selain itu digunakan juga untuk

pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit sendi.

12. Boesenbergia pandurata

1. Klasifikasi tumbuhan

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Boesenbergia

Spesies : Boesenbergia pandurata

2. Uraian tumbuhan

Page 42: Lap Farkog

Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam

satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di

dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal,

berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah

daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah

daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak

berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar,

menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan

tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung

daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama

sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.

Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun,

dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi

dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota

bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-

52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan

panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis

membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat

telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan

ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji

dalam setiap ruang (Plantus, 2008).

3. Manfaat

Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh

dahak atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan,

menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu

(ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci ( Boesenbergia pandurata) juga berefek

pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans;

selain itu dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan

dan infusa rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di

samping itu dapat mempunyai efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada

berat janin tikus. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek

Page 43: Lap Farkog

sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu

menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa

ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf

(Ektima kontagiosa) (Plantus, 2008).

VII. Kesimpulan

Simplisia dapat berupa batang, kulit batang, daun, biji, buah, kulit buah,

bunga, ranting atau tanaman utuh (bila merupakan tanaman kecil atau

perdu).

Pengeringan simplisia dilakukan sampai kadar air dalam bahan kurang dari

10% (standar WHO).

Page 44: Lap Farkog

Menghitung kadar air dalam bahan menggunakan cara berat simplisia awal

dikurang berat simplisia akhir di bagi dengan berat simplisia awal dikali

100%

Page 45: Lap Farkog

VIII. Daftar Pustaka

Anonim. 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim. 2009. Teknologi Pembuatan Simplisia.

http://benkafarma.blogspot.com/2009/06/bagaimana-cara-membuat-ekstrak-

yang.html. diakses tanggal 7 Desember 2012.

Anonim. 2010. Hibiscus rosa-sinensis.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=82. diakses tanggal 7

Desember 2012

Anonim.1980.Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta : Depkes RI

Anonim.2010.Cengkeh.http://www.plantamor.com diakses pada 10 Desember

2012

Plantus. 2008. Tanaman Obat. http://www.iptek.net diakses pada 10 Desember

2012

Sarwono, B. dan Setiadi, R.,2008, Tanaman Obat Keluarga : 200 Resep Herbal

untuk 100 Penyakit. Jakarta : PT.Gramedia.

Siskhana. 2010. Pembuatan dan Penetapan Kontrol Kualitas Simplisia.

http://siskhana.blogspot.com/2010/01/pembuatan-dan-penetapan-kontrol.html.

Diakses tanggal 7 Desember 2012.

Yashinta. 2011. Hibiscus rosa-sinensis. http://toiusd.multiply.com diakses pada 7

Desember 2012

Page 46: Lap Farkog

PERCOBAAN 3

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK BAHAN NABATI

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui anatomi (irisan melintang dan membujur) bagian tumbuhan

(akar, batang, daun, bunga, buah, dan, biji) termasuk isi sel yang memiliki bentuk

tertentu

2. Mampu mengidentifikasi simplisia dengan menggunakan mikroskop serta

menyebutkan ciri khas simpleks yang diperiksa.

II. Dasar Teori

Pengujian mikroskopik yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan

mikroskop perbesaran tertentu yang disesuaikan dengan keperluan. Simplisia

yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal, membujur, atau

berupa serbuk.

Uji mikroskop dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat

perbesarannya disesuaikan dengan keperluan.

Pada uji mikroskopis dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Pada

pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang

spesifik bagi masing-masing simplisia. Prinsip percobaan ini yaitu mengamati

fragmen menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu.

Alasan dilakukannya pengujian mikroskopik yaitu untuk menegaskan kebenaran

dan keaslian simplisia. Kebenaran simplisia dapat diuji dengan mengamati

struktur dalam tumbuhan tersebut, biasanya juga dijumpai fragmen pengenal dari

serbuk simplisia tersebut.

Berikut adalah fragmen-fragmen yang diamati dalam percobaan ini.

1. Jaringan

Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.

a. Jaringan epidermis: jaringan terluar suatu organ tumbuhan yang terdiri

dari sel-sel berbentuk seragam serta mempunyai ukuran serba sama, tidak

mempunyai ruang antar sel.

Page 47: Lap Farkog

b. Jaringan parenkim : jaringan yang terletak di sebelah dalam jaringan

epidermis. Pada daun disebut jaringan mesofil yang terdiri dari jaringan palisade

dan jaringan bunga karang.

c. Korteks : jaringan yang umum terdapat pada batang, akar, rimpang,

terletak antara epidermis dan endodermis, sebagian besar bersifat parenkimatis

d. Endodermis : jaringan yang merupakan pembatas antara korteks dan

perisikel.

e. Perisikel (kambium) : jaringan yang terletak di sebelah dalam endodermis.

f. Silinder pusat : semua jaringan yang terletak di sebelah dalam endodermis,

namun terdapat pada akar dan batang

g. Jari-jari empulur : jaringan penghubung atara empulur dengan korteks dan

perisikel, terdapat di antara berkas pembuluh parenkimatik. Terdapat pada akar

dan batang.

h. Empulur : bagian tengah batang, terdiri dari jaringan-jaringan parenkim

i. Periderm : jaringan terluar dari suatu tumbuhan. Dari luar ke arah dalam

mempunyai susunan berurutan dimulai dari jaringan gabus(felogen) dan feloderm.

Periderm ini termasuk jaringan sekunder yang umum terdapat pada batang dan

akar.

j. Ritidom : Jaringan mat terluar akibat terbentuknya periderm berulang-

ulang. Ritidom juga merupakan jaringan sekunder.

k. Jaringan pembuluh : jaringan yang terdiri dari pembuluh tapis (floem) dan

pembuluh kayu (xylem) (Rini, 2012)

2. Tipe Stomata

Tipe stomata ditetapkan berdasarkan pada jumlah, perbandingan ukuran, dan sel

tetangga. Dikenal enam tipe sel stomata yaitu:

a. Stomata tipe anomositik : jumlah sel tetangga tiga atau lebih, satu sama

lain sukar dibedakan

b. Stomata tipe anisositik : jumlah sel tetangga tiga atau lebih, satu sel jelas

lebih kecil dari sel, lainnya.

c. Stomata tipe diasitik : jumlah sel tetangga dua, bidang persekutuan

menyilang celah stomata.

Page 48: Lap Farkog

d. Stomata tipe parasitik : julah sel tetangga dua, bidang persekutuan segaris

dengan celah stomata

e. Stomata tipe aktinositik : tipe stomata merupakan variasi dari tipe

anomositik. Sel tetangga berbentuk pipih, mengelilingi stomata dalam susunan

berbentuk lingkaran.

f. Stomata tipe bidiasitik : tipe stomata yang sel tetangganya dikelilingi oleh

dua sel epidermis ( Dunggio, 2011 ).

3. Jenis-jenis rambut

Dikenal dua jenis rambut pada tumbuhan yaitu:

a. Rambut penutup: rambut yang tidak bersekresi

b. Rambut kelenjar : rambut yang bersekresi

Terdapat dua tipe utama rambut kelenjar yaitu:

(1). Rambut kelenjar tipe Asteraceae : terdiri dari satu deret sel tangkai dan dua

baris sel kelenjar

(2). Rambut kelenjar tipe Labiatae : terdiri atas satu sel pangkal yang lebar, satu

atau beberapa sel tangkai dan sebaris mendatar sel kelenjar sebanyak 4, 8, 12, atau

lebih sel( Dunggio, 2011 ).

4. Tipe sel

a. Idioblas :sel yang isi atau bentuknya jelas berbeda dengan jaringan di

sekitarnya, misalnya idioblas hablur, idioblas lendir, idioblas minyak.

b. Sklerenkim : terdiri dari dua tipe sel yaitu:Sklerenkim merupakan jaringan

penyokong tumbuhan, yang sel - selnya mengalami penebalan sekunder dengan

lignin dan menunjukkan sifat elastis. Sklerenkim tersusun atas dua kelompok sel,

yaitu sklereid dan serabut. Sklereid disebut juga sel batu yang terdiri atas sel - sel

pendek, sedangkan serabut sel – selnya. panjangsklereid berasal dari sel-sel

parenkim, sedangkan serabut berasal dari sel - sel meristem. Sklereid terdapat di

berbagai bagian tubuh. Sel – selnya membentuk jaringan yang keras, misalnya

pada tempurung kelapa, kulit biji dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita

dengan anyaman menurut pola yang khas. Serabut sklerenkim banyak menyusun

jaringan pengangkut.

Page 49: Lap Farkog

III. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan pemeriksaan mikroskopik

bahan nabati yaitu : mikroskop, gelas objek, gelas penutup, lampu spiritus, kertas

saring.

2. Bahan

Bahan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan ini yaitu Amylum serbuk

(Amylum maizena, Amylum tritici, dan Amylum manihot) dan serbuk simplisia

yang terdiri dari Guazumae folium, Alstonia cortex, Glycyrrhizae radix,

Foeniculli Fructus, Kampfreriae rhizoma, Cardamomi fructus, dan Caryophyli

flos serta larutan Kloralhidrat 70% LP dan Akuades.

IV. Cara Kerja

1. Pengamatan Serbuk Simplisia

a. Sedikit serbuk simplisia diletakkan diatas kaca objek ditetesi dengan

larutan kloralhidrat 70%

b. Kemudian dipanaskan diatas lampu bunsen dan dijaga jangan sampai

kering

c. Selanjutnya ditutup dengan gelas penutup

d. Dilihat dibawah mikroskop, diamati dengan perbesaran lemah (12,5 x 10)

dan perbesaran kuat ( 12,5 x 40)

e. Amati warna dan fragmen-fragmen pengenalnya

f. Bandingkan dengan monografi dalam MMI

g. Buat hasil laporan kerjanya

2. Pengamatan Amylum

a. Sedikit serbuk amylum yang disediakan, diletakan diatas kaca objek, dan

ditetesi akuades secukupnya, dijaga jangan sampai kering

b. Selamjutnya ditutup dengan gelas penutup

c. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5 x 10) dan

perbesaran kuat ( 12,5 x 40)

d. Amati warna dan fragmen-fragmen pengenalnya

Page 50: Lap Farkog

e. Bandingkan dengan monografi dalam MMI

f. Buat hasil laporan kerjanya

V. Hasil

Pengamatan Amylum

No Nama Amylum

dan

perbesarannya

Gambar Keterangan

1. Amylum

maizena

Perbesaran : 40

x 10

1. Hilus

2. Amylum tritici

Perbesaran : 40

x 10

1. Hilus

2. Lamella

Page 51: Lap Farkog

3. Amylum

manihot

Perbesaran : 40

x 10

1. Hilus

2. Lamella

Pengamatan serbuk simplisia

No Nama serbuk

simplisia dan

perbesarannya

Gambar Keterangan

1. Caryophylli

flos

Perbesaran 40

x 10

1. Fragmen dinding

tebal berlignin

2. Parenkim

mempunyai sel

batu dengan

bentuk yang khas

Page 52: Lap Farkog

2. Glycyrrhizae

radix

Perbesaran 40

x 10

1. Frgamen trakea

berwarna kuning

2. Fragmen

parenkim

berdinding jernih

3. Kampferiae

rhizoma

Perbesaran 40

x 10

1. Parenkim

2. Parenkim dan sel

minyak

3. Pembuluh kayu

dengan

penebalan spiral

4. Butir pati

4. Cardamomi

fructus

Perbesaran 40

x 10

1. Fragmen

epidermis luar

dari kulit biji

yang berdinding

tebal memanjang.

2. Fragmen sel

batu pada

mesokarp

Page 53: Lap Farkog

5. Guazumae

folium

Perbesaran 40

x 10

1. Epidermis

atas

2. Rambut

penutup

bentuk

bintang

3. Hablur

kalsium

oksalat

6. Foeniculum

fructus

Perbesaran 40

x 10

1. Retikulat

parenkim dari

mesocarp

2. Elemen dari

jaringan fibro

vaskular

VI. Pembahasan

Manografi semua bahan percobaan :

Amylum maizena

Amylum maydis ( pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji

zea mays L. ( familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan

putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak, bersudut,

ukuran 2 µm sampai 23 µm atau butir bulat dengan diameter 25 µm

sampai 32 µm, hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah

berjumlah 2 sampai 5, tidak ada lamella. Jika diamati dibawah cahaya

terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada

hilus. 

Page 54: Lap Farkog

Dengan pembesaran 40 X 10, tidak punya lamella (tidak terlihat),

Bentuk amylum maydis ini berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau

butir bulat,kemudian terdapat butir pati dan hilus yang berupa rongga

atau celah (Anonim, 1985).

Amylum tritici

Amylum tritici ( pati gandum) yaitu berupa serbuk sangat halus

dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir tunggal, tidak

beraturan, atau bulat telur ukuran 30 µm sampai 100 µm, atau membulat

ukuran 10 µm sampai 35 µm, butir majemuk jarang, terdiri dari 2

sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit dengan lamella

konsentris jelas terlihat, jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi,

tampak bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus. Untuk

idetifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot.

Di dalam mikroskop yang pembesarannya 40 X 10 amylum tritici

ini berbentuk butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur, terdapat

butir pati juga lamella tapi tidak terlihat jelas (Anonim, 1995).

Amylum manihot

Amylum manihot ( pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari

umbi akar manihot utilissima Pohl (familia Euphorbiaceae) yang berupa

serbuk sangat halus dan putih, secara mikroskopik berupa butir tunggal,

agak bulat atau bersegi banyak butir kecil dengan diameter 5µm sampai

10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus tengah

berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas,

konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang

tidak sama bentuknya. Identifikasi kimiawi yaitu dengan Iodium dimana

akan terjadi biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali

pada pendinginan.

Amylum manihot yang kami amati dari mikroskop dengan

pembesaran 40 X 10 kami dapat melihat bentuknya yang berupa butir

tunggal,butir agak bulat atau bersegi banyak butir kecil, ada butir

Page 55: Lap Farkog

pati,dan juga hilus yang berupa garis dan titik, ada juga lamella tapi

tidak jelas,yang berupa butir majemuk sedikit (Fans, 2010).

Serbuk Simplisia

1. Caryophylli Flos

Bunga cengkeh adalah kuncup bunga tumbuhan Eugenia caryophyllata Thunb.,

suku Myrtceae, warna coklat, bau aromatic kuat, rasa khas pedas diikuti oleh rasa

tebal pada lidah. Secara mikroskopik mempunyai fragmen-fragmen pengenal

sebagai berikut :

1. Fragmen tangkai sari dengan kristal kalsium oksalat berbentuk roset.

2. Fragmen kepala sari.

3. Kelenjar skizolisigen, lepas atau dalam jaringan.

4. Pollen berbentuk tetrahedral, garis tengah.

5. 15 sampai 20 µm

6. Trakhea mempunyai penebalan spiral, diding tebal berlignin.

7. Fragmen serabut dengan lumen yang tebal.

8. Parenkim mempunyai sel batu dengan bentuk yang khas (Anonim, 1987).

a) Liquiritiae Radix / Glycyrrhizae Radix

Akar manis adalah akar dan batang di bawah tanah dari tumbuhan Glycyrrhiza

glabra var.trpica Reg. Et Hard atau Glycyrrhiza glabra Linn. var. glandulifera

Wald. et Kit., suku Leguminosae, bau khas, rasa manis agak tajam, warna coklat

kekuningan atau coklat tua. Secara mikroskopik mempunyai beberapa fragmen

pengenal yaitu :

1. Fragmen serat kayu dan serat kulit dengan hablur kalsium oksalat bentuk

monoklin yang menempel padanya.

2. Fragmen parenkim berdinding jernih, sering kali terdapat hablur kalsium

coklat di dalamnya.

3. Fragmen trachea berwarna kuning dengan diameter mencapai 200 µm,

pori berbatasan. Kadang-kandang terdapat trachea berbentuk jala dengan tracheid

pendamping.

Page 56: Lap Farkog

b) Kaempferiae Rhizoma

Rimpang dari tumbuhan kencur (Kaempferia galanga L.), suku Zingiberaceae, bau

khas tebal pada lidah. Warna putih kecoklatan, secara mikroskopik mempunyai

fragmen pengenal antara lain :

1. Butir pati, umumnya tunggal, besar berbentuk bulat telur/tidak beraturan,

salah satu ujung mempunyai putin. Lamela dan hilus tidak jelas.

2. Fragmen periderm dengan parenkim.

3. Fragmen parenkim dengan sel-sel minyak berwarna putih semu kuning.

4. Fragmen periden dengan sel berbentuk hampir persegi panjang, berlapis-

lapis

c) Cardomomi Fructus

Buah kapulaga adalah buah tumbuhan Amomuncardomomun Auct. non L.

(Amomumcompactum Soland. ex Maton), suku Zingiberaceae, bau khas aromatic,

rasa agak pedas. Serbuk berwarna kelabu kekuningan, secara mikroskopik

mempunyai fragmen-fragmen pengenal yaitu :

1. Fragmen epidermis kulit biji berdinding tebal bebentuk memanjang.

2. Fragmen lapisan sel yang mengandung minyak atsiri.

3. Fragmen sklerenkim palisade yang terlihat tangansial berbentuk polygonal.

4. Fragmen farisperm yang penuh dengan butir pati kecil.

5. Fragmen serabut sklerenkim dari berkas pembuluh pada mesokarp.

6. Fragmen sel batu pada masokarp.

7. Fragmen selaput biji.

8. Sel endoderm dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma.

d) Guazumae Folium

Daun jati Belanda adalah daun Guazumaulmif olia Lamk., suku Sterculiaceae,

berbau aromatic lemah, rasa agak kelat. Secara mikroskopik yaitu serbuk

berwarna hijau tua kecoklatan. Mempunyai fragmen pengenal yaitu :

1. Rambut penutup berbentuk bintang, terdiri dari beberapa rambut bersel

tunggal yang berimpit pada bagian pangkalnya, dinding tebal tidak berwarna,

panjang berbeda-beda, ruang rambut berwarna coklat.

Page 57: Lap Farkog

2. Rambut kelnjar terdiri dari 2 sampai 3 tangkai dan 3 sel kepala, sel kepala

lebih besar dari dua sel lainya.

3. Hablur kasium oksalat berbentuk prisma.

4. Fragmen epidermis atas dan epidermis bawah.

5. Pembuluh kayu dengan penebalan tangga

e) Foeniculum Fructus

Buah adas adalah buah Foeniculum vulgare Mill., suku Apiaceae, mengandung

minyak atsiri tidak kurang dari 1,40% dan trans-anetol tidak kurang dari 0,60%.

Buah berbentuk memanjang, ujung pipih, gundul, bau khas, rasa agak manis dan

khas, warna cokelat kehijauan atau cokelat kekuningan hingga cokelat, panjang

sampai 10 mm, lebar sampai 4 mm. Bagian luar buah mempunyai 5 rusuk primer,

menonjol, warna kekuningan.

Secara mikroskopik memiliki fragmen pengenal sebagai berikut :

1. Jaringan endosperm berdinding tebal, berisi minyak lemak dan butir-butir

aleuron yang berisi kristal kalsium oksalat berbentuk roset kecil

2. Saluran minyak berwarna kuning atau kecoklatan

3. Parenkim berpenebalan jala berwarna kecoklatan

4. Serabut bernoktah sempit dan endokarp dengan kelompok sel-sel

berbentuk hampir tetrahedral tersusun berlainan arah

5. Tidak terdapat rambut atau amilum ( Agustin, 2011).

Page 58: Lap Farkog

VII. Kesimpulan

Amylum maizena : tidak punya lamella (tidak terlihat), Bentuk amylum

maydis ini berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat,kemudian

terdapat butir pati dan hilus yang berupa rongga atau celah.

Amylum tritici : berbentuk butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur,

terdapat butir pati juga lamella tapi tidak terlihat jelas.

Amylum manihot : berupa butir tunggal,butir agak bulat atau bersegi

banyak butir kecil, ada butir pati,dan juga hilus yang berupa garis dan titik, ada

juga lamella tapi tidak jelas,yang berupa butir majemuk sedikit.

Caryophylli Flos atau bunga cengkeh mempunyai fragmen pengenal

berupa fragmen dinding tebal yang berlignin serta memiliki parenkim mempunyai

sel batu dengan bentuk yang khas

Cardomomi Fructus atau buah kapulaga mempunyai fragmen epidermis

luar dari kulit biji yang berdinding tebal memanjang serta memiliki fragmen sel

batu pada mesokarp

Kaempferiae Rhizoma atau rimpang kencur mempunyai fragmen

parenkim dengan sel-sel minyak berwarna putih semu kuning serta memilik

pembuluh kayu dengan penebalan spiral dan butir pati

Glycyrrhizae Radix atau akar manis memiliki fragmen trakea berwarna

kuning dan fragmen parenkim berdinding jernih

Foeniculli fructus atau buah adas memiliki retikulat parenkim dari

mesocarp dan elemen dari jaringan fibro vaskular

Guazumae folium atau daun jati belanda memiliki rambut penutup bentuk

bintang dan hablur kalsium oksalat

Page 59: Lap Farkog

VIII. Daftar Pustaka

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik

Indonesia

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim. 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 1987. Analisis Obat Tradisional. 2-3. Jakarta : Depkes RI

Fans . 2010. Macam-Macam Amylum.

http://fanshenda.blogspot.com/2010/12/macam-macam-amylum-dan-

mikroskopik.html. Diakses tanggal 5 Desember 2012

Agustin, Sera Nur. 2011. Buah Adas (Foeniculi Vulgaris Fructus)

http://rashekimfar.blogspot.com. Diakses 5 Desember 2012

Rini, Indah Setiyo. 2012. Jaringan Epidermis. http://blog.ub.ac.id Diakses 5

Desember 2012

Dunggio , Yolan. 2011. Epidermis . http://yolandunggio.blogspot.com . Diakses 5

November 2012

Page 60: Lap Farkog

PERCOBAAN 4

IDENTIFIKASI KOMPONEN SIMPLISIA PENYUSUN JAMU

I. Latar Belakang

Seiring dengan kesadaran masyarakat akan bahaya dari obat-obat sintetik,

maka alternatif lain untuk mendapatkan efek terapi atau pengobatan cenderung

memilih bahan alam, diantaranya dengan mengkomsumsi jamu. Sebagai ahli

farmasi, maka kita dituntut untuk dapat mengidentifikasi secara makroskopis

maupun mikroskopis dari komposisi sediaan jamu yang ada. Dalam usaha

tersebut, maka kita dituntut untuk dapat mengenali bentuk morfologi ataupun

anatomi serta kandungan kimia dari jamu tersebut

Dengan diketahuinya kandungan simplisia dari sediaan jamu tersebut,

maka kita dapat menganalisis kandungan zat serta lebih lanjut dapat mempelajari

kemampuan efek terapi dari kandungan simplisia dari jamu tersebut. Secara

umum kandungan/komposisi dari jamu merupakan bahan alam khususnya dari

tumbuh-tumbuhan yang khasiatnya teruji berdasarkan pengalaman secara turun

temurun.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain kaca pembesar,

mikroskop, gelas obyek, kaca penutup, dan lampu spiritus.

Bahan yang digunakan antara lain campuran jamu berupa rajangan dan

berupa serbuk , larutan kloral hidrat 70%LP.

III. CARA KERJA

1. Jamu yang berupa rajangan dipisahkan dan dikelompokan berdasarkan

simplisia penyusunya.

2. Lakukan uji mikroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun

jamu.

3. Tentukan masing masing simplisia penyusun jamu tersebut.

4. Jamu yang berupa serbuk, lakukan pemeriksaan organoleptik dan

mikroskopik.

Page 61: Lap Farkog

5. Tentukan fragmen khusus simplisia penyusun jamu tersebut.

6. Tentukan simplisia penyusun serbuk jamu tersebut.

IV. Data Percobaaan

Dari hasil praktikum percobaan ke 4 ini didapatkan simplisia penyusun 5 jenis

jamu, yaitu :

1. Pada campuran 13 yang terdiri dari Liquiritae radix, Foeniculli fructus,

dan Cardamomi fructus. Disimpulkan berdasarkan pengamatan

makroskopik dan organoleptis yaitu berwarna kuning terang, berbau khas

dari simplisia Foeniculli, berasa manis agak pedas, dan berbentuk serbuk

kasar. Dari hasil pengamatan mikroskopik didapatkan struktur jarum dari

simplisia Liquiritae radix, endosperma dari Foeniculi fructus, dan fragmen

dari Cardamomi fructus.

2. Pada campuran C yang terdiri dari Foeniculli fructus dan Guazumae

folium, yang didimpulkan berdasarkan pengamatan makroskopik dan

organoleptis yaitu berwarna kuning kehijauan, berbau khas pedas, berasa

agak pedas, dan bentuknya menyerupai rumput rumputan dalam rajangan

kecil. Dari hasil pengamatan mikroskopik di temukan gambar menyerupai

bintang yang terkenal cirri-ciri dari simplisia guazumae folium, dan

terdapat struktur yang menyerupai foeniculli.

Page 62: Lap Farkog

3. Campuran L terdiri dari Caryophylli flos dan Kaempheriae rhizoma, yang

di simpulkan dari pengamatan makroskopik dan organoleptik yaitu

berwarna cokelat kehijauan berbau khas, berasa pedas dan berbentuk

serbuk halus. Dari pengamatan mikroskopik ditemukan stuktur dari

Caryophylli flos.

4. Campuran 4 terdiri dari Foeniculli fructus, Guazumae folium dan

Kaempheriae rhizoma yang disimpulkan bedasarkan pengamatan

makroskopik dan organoleptis yaitu berwarna cokelat ,berbau khas tajam ,

berasa hambar lama lama menimbulkan kelat dilitah dan berupa serbuk

halus dengan rambut foeniculli. Dari hasil mikroskopik di temukan

struktur khas bintang dari Guazumae folium .

Page 63: Lap Farkog

5. Campuran A terditi dari Liquiritae radixdan Guazumae folium yang

disimpulkan berdasarkan pengamatan makroskopik dan organoleptik yaitu

serbuk berwarna cokelat tua, berbau khas manis, rasa nya agak manis dan

berupa serbuk halus. Hasil pengamatan mikroskopik didapatkan struktur

yang khas dari Guazumae folium dan terdapat jarum dari Liquiritae radix.

V. PEMBAHASAN

Analisis suatu obat tradisional/ jamu harus menyertakan uji subyektif,

meskipun uji ini memerlukan praktek dan pengalaman yang luas. Hal ini perlu

dilakukan untuk membandingkan kesan subyektif dengan sifat khas yang

disimpan dan diklasifikasikan sebelumnya. Penentuan identifikasi sebagai sifat

yang demikian merupakan suatu langkah yang penting pada identifikasi. Untuk

menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu dilakukan

pemeriksaan awal secara makroskopik dengan mengamati bentuk organoleptik

simplisia penyusun. Pemeriksaan organoleptik dilakukan menggunakan

pancaindra dengan mendeskripksikan bentuk warna, bau dan rasa sebagai berikut :

(Dirjen POM, 2000)

Page 64: Lap Farkog

1. Bentuk           : padat, serbuk, kering, kental dan cair

2. Warna            : warna dari ciri luar dan warna bagian dalam

3. Bau                 : aromatik, tidak berbau dan lain-lain

4. Rasa               : pahit, manis, khelat dan lain-lain

5. Ukuran           : panjang,lebar

Agar dapat mendukung hasil pemeriksaan maka simplisia yang telah diidentifikasi

dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan khasiatnya.

Bahan alam merupakan zat kimia murni yang sering digunakan dalam

bentuk obat berizin. Senyawa-senyawa ini terkadang di produksi secara sintetis

dan di kenal sebagai “senyawa identik alami” (jika itu kasusnya), tetapi pada

awalnya ditemukan dari obat-obat tanaman. (Heinrich,M.2009)

Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat

tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan

atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit.

Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali

ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari

semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat

tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Banyak alasan terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal. Alasan

tersebut berkisar dari daya tarik produk dari ‘alam’ dan persepsi bahwa produk

tersebut ‘aman’ (atau paling tidak ‘lebih aman’ daripada obat konvensional, yang

sering diremehkan sebagai” obat”.(Heinrich,M.2009)

Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan kesehatan,

yang dimaksud dengan Obat bahan Alam Indonesia adalah Obat bahan Alam yang

diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim

penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat bahan Alam Indonesia

dikelompokkan menjadi : jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka.

( Makhmud, Ilham,2007).

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya

dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman

Page 65: Lap Farkog

yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada

umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang

disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara

5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah

sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah

digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin

ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk

tujuan kesehatan tertentu.

Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan memenuhi

persyaratan mutu yang berlaku ( Makhmud, Ilham,2007).

Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO).

( Makhmud, Ilham,2007).

1.     Berdasarkan hasil pengawasan obat tradisional melalui sampling dan pengujian

laboratorium tahun 2006, Badan POM menemukan sebanyak 93 produk obat

tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat keras seperti Fenilbutazon,

Metampiron, Deksametason, CTM, Allopurinol, Sildenafil Sitrat, Sibutramin

Hidroklorida dan Parasetamol.

2.     Mengkonsumsi obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat Keras

membahayan kesehatan bahkan mematikan. Pemakaian obat keras, harus melalui

resep dokter.

3.     Berbagai  resiko dan efek yang tidak diinginkan dari penggunaan Bahan Kimia

Obat Keras tanpa pengawasan dokter, telah dilaporkan.

4.     Kegiatan memproduksi dan atau mengedarkan obat tradisional yang mengandung

Bahan Kimia Obat, melanggar Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang

kesehatan dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling

banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan Undang-Undang nomor 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dapat dikenakan sanksi dengan

pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan atau denda paling banyak 2(dua)

miliar rupiah

Seperti halnya pemeriksaan makroskopik sediaan jamu, pemeriksaan

mikroskopik juga digunakan untuk menjamin kebenaran dari simplisia penyusun

Page 66: Lap Farkog

sediaan jamu dengan mengamati bentuk fragmen spepisifik penyusun pada

sediaan jamu. (Anonim,2010),

Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan

pada bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku

standar yang sesuai dengan persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican

yang dipergunakan sebagai bahan untuk memperoleh minyak atsiri, alkaloid,

glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu memenuhi persyaratan yang

tertera pada monografi yang bersangkutan. Identifikasi simplisia dapat dilakukan

berdasarkan uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan kandungan

senyawa yang terdapat didalamnya (MMI,1995)

Uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskopik yang derajat

perbesarannya disesuaikan denga keperluan. Uji mikroskopik serbuk jamu tidak

hanya dapt dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang khas, tetapi dapat

pula menggunakan uji histokimia dengan penambahan pereaksi tertentu pada

serbuk sediaan jamu uji, dan zat kandungan simplisia uji akan memebrikan warna

spesifik, sehingga mudah di deteksi. ( Anonim,2010)

Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik

tersendiri, dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun

jamu. sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus di pahami bahwa

masing-masing jaringan tanaman berbeda bentuknya. ( Egon,1985)

Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya

memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis,korteks dan

endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas pengangkutannya. Tipe berkas

pengangkut umumnya mengacu pada kelas tanaman seperti monokotil memiliki

tipe berkas pengankutan terpusat (konsentris), dan pada dikotil tersebar

(kolateral). (Egon,1985)

Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang , akar dan rimpang

berupa periderm , dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata merupakan ciri

spesifik dari bagian daun serta tipe sel idoblas seringkalai menunjukkan ciri

spesifik suatu bahan nabati.(Egon,1985)

Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui komponen-komponen

simplisia yang terkandung dalam jamu dengan cara pengujian makroskopik,

Page 67: Lap Farkog

mikroskopik, dan organoleptik. Psda uji mikroskopik, komponen simplisia

penyusun jamu dapat teridentifikasi secara spesifik dari fragmen-fragmen

pengenalnya yang akan menunjukan jenis simplisia tersebut. Dari fragmen-

fragmen yang terlihat kemudian dicocokkan dengan fragmen pengenal suatu

simplisia. Cara ini akan memudahkan dalam menentukan kandungan-kandungan

jamu dari berbagai macam simplisia.

Page 68: Lap Farkog

VI. KESIMPULAN

1.   Uji mikroskopik serbuk jamu dapat dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan

yang khas.

2.   Uji makroskopik yaitu pemeriksaan awal dengan mengamati bentuk organoleptik

simplisia menggunakan panca indra dengan mendiskripsikan bentuk, warna, bau,

dan rasa kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya (spesies)

Page 69: Lap Farkog

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. penuntun PraktikumFarmakognosi II. Fakultas farmasi. universitas

musim indonesia. Makassar

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan., 2000, Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Frans A. Rumate. A.Ilham Makhmud. 2007. Peraturan Perundang-undangan

Bidang Farmasi dan Kesehatan. Fakultas Farmasi – Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Heinrich,Michael,etc. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. EGC. Jakarta

Tim Penyusun Materia Medika Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Edisi

VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Yvonne S.LIncoln,Egon,G Guba.1985. Naturalistic Inquiry. Sage Publication.

Texas

Page 70: Lap Farkog