Lap Fam -Folder

27
BAB I PENDAHULUAN Tujuan Tujuan saya membuat laporan kasus hipertensi gestasional dengan pendekatan kedokteran keluarga ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti ujian skills lab family folder blok 26 yaitu blok community medicine. Yang nantinya pada hari ujian saya akan mempresentasikan hasil laporan yang saya dapatkan setelah saya melakukan kunjungan ke rumah pasien yang mempunyai penyakit tersebut. Selain itu juga dapat meningkatkan kesadaran pasien mengenai hipertensi gestasional dan membantu dalam menanggulangi penyakit tersebut. Latar Belakang Latar belakang saya membuat laporan hipertensi gestasional dengan pendekatan kedokteran keluarga ini tentunya untuk mendapatkan nilai ujian skills lab family folder blok community medicine karena laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian. Selain itu, latar belakang saya membuat laporan ini adalah untuk memahami lebih dalam tentang materi yang diajarkan di blok community medicine ini. Dengan membuat laporan ini, saya harapkan kedepannya saya bisa mengerti lebih jelas tentang konsep kedokteran keluarga yang sedang saya pelajari dan nantinya dapat saya terapkan setelah saya lulus dan bekerja menjadi dokter.

description

laporan

Transcript of Lap Fam -Folder

BAB IPENDAHULUAN

Tujuan

Tujuan saya membuat laporan kasus hipertensi gestasional dengan pendekatan kedokteran keluarga ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti ujian skills lab family folder blok 26 yaitu blok community medicine. Yang nantinya pada hari ujian saya akan mempresentasikan hasil laporan yang saya dapatkan setelah saya melakukan kunjungan ke rumah pasien yang mempunyai penyakit tersebut. Selain itu juga dapat meningkatkan kesadaran pasien mengenai hipertensi gestasional dan membantu dalam menanggulangi penyakit tersebut.Latar Belakang

Latar belakang saya membuat laporan hipertensi gestasional dengan pendekatan kedokteran keluarga ini tentunya untuk mendapatkan nilai ujian skills lab family folder blok community medicine karena laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian. Selain itu, latar belakang saya membuat laporan ini adalah untuk memahami lebih dalam tentang materi yang diajarkan di blok community medicine ini. Dengan membuat laporan ini, saya harapkan kedepannya saya bisa mengerti lebih jelas tentang konsep kedokteran keluarga yang sedang saya pelajari dan nantinya dapat saya terapkan setelah saya lulus dan bekerja menjadi dokter. Wanita berusia lanjut, dalam hal ini berusia diatas 35 tahun umumnya memiliki luarankehamilan yang kurang baik dibandingkan wanita dengan usia yang lebih muda. Banyakpenelitian yang mengemukakan risiko dari kehamilan pada usia tua, diantaranyapersalinan berat badan lahir rendah, mortalitas dan morbiditas perinatal, dan meningkatnya angka kejadian gangguan kesehatan seperti hipertensi dan diabetes . Umumnya penelitian-penelitian ini berasal dari negara-negaraberkembang. Hipertensi gestasional adalah hipertensi ( TD : 140 /90 atau lebih) yang terjadi saat masa kehamilan hingga ... minggu post partum tanpa disertai proteinuria.

Masalah

Masalah yang pasien saya hadapi dalam kasus ini adalah pasien menderita hipertensi gestasioanl. Hipertensi ini timbul saat pasien ini mengandung tanpa disertai proteinuria dan hipertensi tetap hingga beberapa minggu pasca postpartum. Hal ini diperberat dengan kurang tidurnya sang ibu karena menjaga anaknya setiap malam sehingga timbul keluhan pusing.

BAB II

MATERI dan METODA

Materi : Hipertensi Gestasional

Diagnosis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan, seperti diringkaskan oleh The Working Group ( 2000), terdapat 5 jenis penyakit hipertensi, antara lain :1

1. Hipertensi gestasional ( dahulu hipertensi yang dipicu oleh kehamilan atau hipertensi transien).

2. Preeklamsia

3. Eklamsia

4. Preeklamsia yang terjadi pada pengidap hipertensi kronik ( superimposed )

5. Hipertensi kronik.1Pertimbangan penting dalam klasifikasi ini adalah membedakan gangguan hipertensi yang mendahului kehamilan dari preeklamsia yang secara potensial lebih merugikan. 1Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik. Edema tidak lagi digunakan sebagai kriteria diagnostik karena kelainan ini terjadi pada banyak wanita hamil normal sehingga tidak lagi dapat digunakan sebagai faktor pembeda. Dahulu direkomendasikan bahwa yang digunakan sebagai kriteria diagnostik adalah peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg. Kriteria ini tidak alagi dianjurkan karena bukti memperlihatkan bahwa dalam kelompok ini kecil kemungkinannya mengalami peningkatan gangguan hasil kehamilan ( Levine, 2000;North dkk, 1999). Namun wanita yangmengalami peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg perlu diawasi dengan ketat. 1Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg tau lebih untuk pertam kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi preeklamsia dan tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu postpartum. Dalam klasifikasi ini, diagnosis final bahwa wanita yang bersangkutan tidak mengidap preeklamsia hanya dapat dibuat postpartum. Dengan demikian, hipertensi gestasional merupakan diagnosis eksklusi. Namun perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda tanda yang berkaitan dengan preeklamsia, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium, atau trombositopenia, yang mempengaruhi penatalaksanaan. 1Apabila tekanan darah meningkat cukup besar selama paruh terakhir, akan berbahaya terutama bagi janin seandainya tidak dilakukan tindakan semata mata karena proteinuria belum terjadi. Seperti ditekankan oleh Chesley (1985), 10 % kejang eklamsia terjadi sebelum proteinuria muncul dengan jelas. Karenanya, jelaslah bahwa apabila tekanan darah mulai meningkat, baik ibu maupun janinnya mengalami peningkatan resiko lebih besar. Proteinuria adalah tanda memburuknya penyakit hipertensi, terutama preeklamsia, dan apabila proteinuria tersebut jelas dan menetap, resiko pada ibu dan janin menjadi semakin besar. Risiko meningkat pada masa plasenta besar ( pada gemelli, penyakit trofoblas ), diabetes mellitus, isoimunisasi rhesus, faktor herediter, masalah vaskuler. 1,2Patofisiologi

Bagan 1. Patofisiologi Hipertensi Gestasional

Diunduh dari www.google.com

1) Vasospasme Konsep Vasospasme diajukan oleh Volhard berdasarkan pengamatan langsung pada pembuluh darah kecil pada dasar kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbi. Konstriksi vaskular menyebabkan tahanan dan selanjutnya menimbulkan hipertensi. 2) Aktivasi sel endotel Dalam hal ini faktor yang disekresikan ke dalam sirkulasi ibu yang kemungkinan besar berasal dari plasenta menyebabkan aktivasi dan disfungsi vascular endothelium.. sindrom klinis preeklampsia diperkirakan karena perubahan sel endotel yang luas. 3) Peningkatan respon pressor, inhibisi nitrik oksida sintesa dll Vasospasme adalah dasar patofisiologi preeklampsia-eklampsia. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu angiotensin II menyebabkan sel endotel berkontraksi. Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah-celah sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah mengendap di sub endotel. 3

Penatalaksanaan

Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan :2

Pantau tekanan darah, kadar protein , dan kondisi janin setiap minggu.

Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia.

Jika kondisi janin memburuk, atau pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.

Beri obat antihipertensi untuk ibu hamil.

Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2 jam.

Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan :

Nifedipine 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual.

Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg IV.2Pencegahan

Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam tidak dapat menvegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan janin.

Manfaat aspirin, kalsium, dan lain lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum terbukti.

Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat tepat. Kasus harus ditindak lanjuti secara reguler dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan.

Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru.2Differential Diagnosis

Preeklampsia Ringan

Pada preeklampsia ringan, TD meningkat seperti hipertensi gestasional namun disertai dengan proteinuria 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl ( +1 pada dipstick) secara menetap pada sample acak urin. Derajat proteinuria dapat berfluktuasi sangat luas dalam periode 24 jam, bahkan pada kasus yang parah. Dengan demikian, satu sample acak mungkin tidak mampu memperlihatkan adanya proteinuria yang signifikan.1

Eklampsia

Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita hamil dengan preeklampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat grand mal dan mungkin timbul sebelum, selama, dan mungkin setelah persalinan. Namun, kejang yang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama pada nulipara, dapat dijumpaii sampai 10 hari postpartum.1

Hipertensi Kronik

Hipertensi kronik didiagnosis pada TD 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum gestasi 20 minggu. Atau dapat pula didefinisikan sebagai hipertensi pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu postpartum.

Metode

Metode yang dipakai pada kasus ini adalah dengan mengadakan kunjungan ke rumah pasien serta mengambil data data yang diperlukan dari pasien dan keluarga.

BAB III

KERANGKA TEORI

Program Kesehatan

Program kesehatan ibu dan anak (KIA). Dalam program KIA telah mencakup kesehatan ibu, anak baik dari bidang fisik maupun dari bidang gizi (disertai dengan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang akan berperan untuk memantau perkembangan ibu hamil dan anak secara spesifik, lalu terdapat pula program imunisasi yang dalam kasus ini dapat berperan sebagai pencegahan akan penyakit menular.

Peran Dokter Keluarga

Peran dokter keluarga dalam kasus ini adalah :

1. Dokter keluarga melayani pasien tidak hanya sebagai individu melainkan sebagai anggota satu keluarga bahkan anggota masyarakatnya.

2. Dokter keluarga memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian kepada pasiennya secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi apa yang dikeluhkan.

3. Dokter keluarga memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.

4. Dokter keluarga menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama dan ikut bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

5. Dokter keluarga mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan itu dengan sebaik baiknya.

BAB IV

HASIL dan DATA

Puskesmas

:Grogol Petamburan

Jl. Wijaya Kusuma III Jakarta Barat.

Nomor register: 4437/11

Data riwayat keluarga :

I. Identitas pasien :

Nama

: Ny. Anita

Umur

: 36 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: Tamat SMEA

Alamat

: Jalan Sukajaya 4 No. 2

Kel. Jelambar baru, Kec. Grogol Petamburan

Telepon

: (021) 5634157

II. Riwayat biologis keluarga :

a. Keadaan kesehatan sekarang: Sedang

b. Kebersihan perorangan

: Baikc. Penyakit yang sering diderita: Hipertensi gestasionald. Penyakit keturunan

: Tidak adae. Penyakit kronis/ menular: Tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga: Tidak ada

g. Pola makan

: Sedang

h. Pola istirahat

: Kurang i. Jumlah anggota keluarga: 22 orang ( 5 keluarga)III. Psikologis keluarga

a. Kebiasaan buruk

: Merokokb. Pengambilan keputusan

: Bapakc. Ketergantungan obat

: Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan

: Klinik terdekat dan Puskesmase. Pola rekreasi

: SedangIV. Keadaan rumah/ lingkungan

a. Jenis bangunan

: Permanen

b. Lantai rumah

: keramik c. Luas rumah

: 15 m x 20 md. Penerangan

: Sedange. Kebersihan

: Sedangf. Ventilasi

: Kurangg. Dapur

: Ada

h. Jamban keluarga

: Ada

i. Sumber air minum

: PAMj. Sumber pencemaran air

: Tidak ada

k. Pemanfaatan pekarangan

: Adal. Sistem pembuangan air limbah

: Ada (lancar)

m. Tempat pembuangan sampah

: Ada

n. Sanitasi lingkungan

: Baik

V. Spiritual keluarga

a. Ketaatan beribadah

: Baik

b. Keyakinan tentang kesehatan

: BaikVI. Keadaan sosial keluarga

a. Tingkat pendidikan

: Sedangb. Hubungan antar anggota keluarga: Baik

c. Hubungan dengan orang lain

: Baikd. Kegiatan organisasi sosial

: Baike. Keadaan ekonomi

: Sedang

VII. Kultural keluarga

a. Adat yang berpengaruh : Betawib. Lain-lain

: Tidak ada

VIII. Anggota keluarga :

Keterangan :

1. Ayah Os : Bp. Dariadi (60 tahun) , sehat2. Ibu Os

: Ibu Suminah ( 56 tahun), riwayat hipertensi3. Saudara OS: Tn. Siswanto ( 40 tahun ), sehat

4. Saudara Os: Ny. Siswanti ( 38 tahun), sehat5. Os

: Ny. Anita ( 36 tahun), keluhan pusing dan riwayat hipertensi gestasional.6. Suami Os: Tn. Mustakhim ( 37 tahun ), sehat7. Saudara Os: Ny. Diana ( 34 tahun), sehat8. Saudara Os: Ny. Ajeng ( 32 tahun ), sehat9. Saudara Os: Tn. Endra ( 30 tahun ), sehat10. Anak I Os: Nurul Lisa ( 7 tahun ), sehat11. Anak II Os: Arif ( 10 hari ), sehat.IX. Keluhan utama :

Kepala terasa pusing

X. Keluhan tambahan:

Badan terasa tidak nyaman dan agak lemasXI. Riwayat penyakit sekarang :

Ny. Anita datang ke Puskesmas Grogol Petamburan dengan keluahan pusing, ditambah badan yang terasa tidak nyaman dan agak lemas. Setelah pemeriksaan tekanan darah diketahui TD Os mencapai 180/100. Os mengaku tekanan darah tinggi semenjak hamil, begitu pula pada kehamilan sebelumnya. Saat kehamilan Os rutin memeriksakan kehamilan di puskesmas, namun karena hipertensi maka Os dirujuk ke RS. Tarakan . Os mengaku menjalani pemeriksaan laboratorium di RS tersebut namun Os meyangkal adanya proteinuria. Os melahirkan anak II secara normal dengan TD saat itu 190/100. Hal tersebut karena Os menolak lahir secara caesar. Beberapa hari pasca post partum Os mengaku masih mengalami hipertensi diperberat dengan timbulnya keluhan pusing. Os mengaku hal ini disebabkan karena kurangnya waktu tidur Os karena harus menjaga anaknya yang baru lahir setiap malam. Riwayat alergi terhadap obat-abatan tertentu, merokok, maupun mengkonsumsi alkohol disangkal oleh Os.

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat hipertensi gestasional pada saat mengandung anak I.

XII. Pemeriksaan fisik:

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah: 180/100 mmHg

Frekuensi nadi: 90 x/menit

Frekuensi napas: 21 x/menit

Suhu

: normal

Pemeriksaan umum :

Kepala: Normosefali

Mata

: Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)

Hidung: Septum deviasi (-)

Telinga: Tidak tampak kelainan dari luar

Leher

: Tidak tampak pembesaran KGB regional, kel tiroid

tidak tampak membesar.

Paru

: Suara napas vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-)

Jantung: Bunyi jantung I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen: Tampak buncit, Bising usus (+) .

Ekstremitas: Bentuk normal, Edema (-) XIII. Diagnosis penyakit:

Sistemik:

Hipertensi gestasionalJiwa : -

XIV. Diagnosis keluarga: -

XV. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif: menghimbau kepada pasien untuk menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, rendah garam, menghindari rokok, mengurangi aktivitas berat dan menyita banyak pikiran, serta istirahat yang cukup dengan meminta tolong kepada anggota keluarga lain untuk membantu menjaga anaknya yang baru saja lahir. Serta untuk anggota keluarga lain juga dianjurkan untuk melaksanakan pola hidup sehat terutama bagi ibu Os harus ditambahkan rutin memeriksakan tekanan darah. Serta menghimbau pasien untuk menjaga kesehatan dan asupan bayinya.b. Preventif: menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan yang tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi kacang-kacangan, menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi aktivitas yang membutuhkan banyak pikiran, menghindari stress, serta istirahat yang cukup.c. Kuratif: terapi medikamentosa :

Obat anti hipertensi : Nifedipin 10 mg

d. Rehabilitatif: istirahat cukup dan olahraga ringan.XVI. Prognosis

Penyakit: dubia ad bonamKeluarga: dubia

Masyarakat: dubia XVII. Resume:

Telah diperiksa seorang pasien perempuan bernama Ny. Anita berusia 36 tahun dengan keluhan utama kepala sering terasa pusing . Selain itu Os merasa badan tidak nyaman dan agak lemas.

Os mengaku mempunyai riwayat darah tinggi pada kehamilan pertama ( 7 tahun lalu), hal ini terjadi juga pada kehamilan kedua dan hipertensi ( TD : 180 / 100) masih dirasakan setelah 10 hari pasca post partum.

Riwayat alergi obat ataupun makanan disangkal oleh Os.Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi (Ibu Os)

Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi gestasional pada kehamilan I.

Pemeriksaan Fisik:

Tekanan darah : 180/100 mmHg

Ekstremitas

: -.

Diagnosis : Hipertensi Gestasional

Differential Diagnosis :Preeklampsia

Eklampsia

Hipertensi KronikLampiran : Tabel 1. Data KeluargaNo.NamaHub dgn KKUmur

(th)PendidikanPekerjaanAgamaKeadaan KesehatanKeadaan giziImunisasiKBKeterangan

1Tn. MustakhimKepala Keluarga (suami)37 SMAwiraswastaIslamBaikBaik--

2Ny. Anita Istri36 SMEAIbu Rumah TanggaIslamHipertensi Baik +

lengkap+

3An. Nurul LisaAnak I7 SDPelajar IslamBaik Baik +

lengkap -

4An. Arif Anak II10 hari-- IslamBaikBaik--

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Ny. Anita berusia 36 tahun datang dengan keluhan pusing ditambah dengan badan yang terasa tidak nyaman dan agak lemas disebabkan hipertensi gestasional yang dialami pada saat kehamilan dan masih berlangsung selama < 12 minggu postpartum ditambah dengan faktor kurangnya istirahat karena harus menjaga anaknya yang masih berumur 10 hari setiap malam diakibatkan suami yang berprofesi sebagai wiraswasta pulang sekali seminggu sehingga tidak dapat bergantian untuk bangun menjaga anak setiap malam.

Dari riwayat keluarga didapat hanya ibu Ny. Anita yang berusia 56 tahun yang memiliki riwayat hipertensi. Faktor lingkungan dan sosial tidak terlalu berpengaruh pada keadaan Ny. Anita karena dari data yang didapat baik mengenai hubungan keluarga, tetangga, keagamaan , rekreasi semua cukup mendukung kenyamanan Os. Hanya saja rumah dengan luas 15 m x 20 m dihuni oleh 5 keluarga dengan jumlah anggota keluarga 22 orang maka dapat memicu timbulnya stress karena bising yang ditimbulkan, namun disamping itu dapat menjadi hiburan karena banyaknya orang yang dapat diajak untuk bercengkrama.

Saran Pada kasus hipertensi gestasional seperti yang dialami Ny. Anita maka peran dokter adalah memberikan suatu himbauan untuk menjalankan pola hidup sehat seperti yang dikutip di atas dan juga cara mencegah TD Ny. Anita semakin tinggi dengan menghindari faktor pencetus selain melakukan tindakan kuratif dengan memberikan obat antihipertensi. Follow up yang berkesinambungan pada keadaan Os (baik TD maupun keadaan umum lain) maupun bayinya sangat diperlukan. Selain itu juga dukungan dan peran dari keluraga, orang sekitar Os dalam membantu penyembuhan , misalnya pada kasus Ny. Anita memberikan bantuan untuk bergantian menjaga anaknya supaya Ny.Anita dapat istirahat cukup serta faktor lingkungan dan sosial lain yang mendukung.BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD. Hemorrhagic Post Partum. In: Williams Obstetrics. 22nd edition. New York: Mc Graw-Hill, 2005.2. Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi 1. Cetakan ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010.

3. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. 26 Mei 2009. Diunduh dari http://vebee.wordpress.com/2009/05/26/gangguan-hipertensi-dalam-kehamilan/. 21 Juli 2011.LAMPIRAN

Foto 1. Kunjungan ke rumah pasien

Foto 2. Ny.Anita (pasien) dengan bayinya yang bernama Arif yang berusia 10 hari

Foto 3. Tanya jawab untuk pengumpulan data dan pemeriksaan TD pasien

Foto 4. Obat antihipertensi yang didapat oleh pasien dari puskesmas

Foto 5. Keadaan dapur dan kamar mandi pasien beserta keluarga

Foto 6. Keadaan teras rumah pasien beserta beberapa anggota keluarga

Foto 7. Lingkungan sekitar rumah pasien dan keadaan pekarangan rumah pasien

Foto 8. Bersama dengan pasien dan beberapa anggota keluarga pasien

1

2

3

7

8

5

4

9

10

11

6