Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

45
LAPORAN KASUS KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “S” G1P0A0H0 USIA KEHAMILAN 10-11 MINGGU DENGAN ANEMIA BERAT DI RUANGAN POLIKLINIK KEBIDANAN RSUD PARIAMAN Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan di RSUD Pariaman Periode 8 Juli – 3 Agustus 2013 OLEH : RAHMADONA BP. 1121228046 DOSEN PEMBIMBING : Dr. ALADIN, Sp.OG (K) 1

Transcript of Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Page 1: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

LAPORAN KASUS

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “S” G1P0A0H0 USIA KEHAMILAN 10-11 MINGGU DENGAN ANEMIA BERAT DI RUANGAN POLIKLINIK KEBIDANAN RSUD PARIAMAN

Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan

di RSUD Pariaman Periode 8 Juli – 3 Agustus 2013

OLEH :

RAHMADONABP. 1121228046

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. ALADIN, Sp.OG (K)

PROGRAM MAGISTER ILMU KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG2013

1

Page 2: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

LEMBARAN PERSETUJUAN

Laporan kasus yang berjudul “Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. “S”

G1P0A0H0 Usia Kehamilan 10-11 minggu dengan Anemia Berat di ruang Poliklinik

Kebidanan RSUD Pariaman ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Dosen Pembimbing,

Dr. Aladin, Sp.OG (K)

Padang, 27 Juli 2013Mahasiswa,

Rahmadona

Mengetahui, Ketua Program Studi,

Dr. Yusrawati, Sp.OG (KFM)

ii

Page 3: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUAN....................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A.Latar Belakang.......................................................................................................1

B.Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................3

A.Definisi Anemia Dalam Kehamilan.......................................................................3

B.Penyebab Anemia dalam Kehamilan.....................................................................4

C. Gejala Anemia Dalam Kehamilan.........................................................................7

D. Patofisiologi Terjadinya Anemia..........................................................................7

E. Diagnosis Anemia.................................................................................................8

F.Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan.................................................................8

F. Pencegahan dan Penatalaksanaan Anemia Dalam Kehamilan............................10

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................13

BAB IV KAJIAN / ANALISA ASUHAN KEBIDANAN.........................................19

BAB V PENUTUP......................................................................................................23

A.Kesimpulan..........................................................................................................23

B.Saran.....................................................................................................................23

TINJAUAN KEPUSTAKAAN...................................................................................24

iii

Page 4: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan

insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun

pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di

negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Shafa, 2010). Di Indonesia, 63,5%

ibu hamil dengan anema (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan anemia

(Ani dkk., 2007). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa

anemia defisiensi besi (ADB) (Wiknjosastro, 2005).

Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah

tinggi, seperti saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa

puber. Atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada

penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi

atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah

terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.

Ibu hamil aterm cenderung menderita Anemia Defisiensi Besi karena

pada masa tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka

persediaan segera setelah lahir (Sin sin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia

terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan

janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta.

1

Page 5: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Variasi dampak anemia pada ibu hamil dari derajat ringan hingga berat dapat

mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis

puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005; Wiknjosastro,

2005), meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (Karasahin et al, 2006;

Simanjuntak, 2008), asfiksia neonatorum (Budwiningtjastuti, dkk., 2005),

prematuritas (Karasahin et al., 2006).

Selama melakukan observasi di poliklinik kebidanan RSUD Pariaman,

penulis mendapatkan kasus seorang wanita hamil yang datang dengan gejala anemia,

setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, wanita hamil

tersebut didiagnosa mengalami anemia berat. Mengingat dampak anemia terhadap

kehamilan dan janin begitu besar, maka penulis tertarik mengkaji kasus wanita

tersebut dan menulis laporan kasus di poliklinik kebidanan RSUD Pariaman.

B.Tujuan Penulisan

Melakukan kajian asuhan kebidanan pada Ny. “S” G1P0A0H0 usia kehamilan

10-11 minggu dengan anemia berat di ruang poliklinik kebidanan RSUD Pariaman.

2

Page 6: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Definisi Anemia Dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr%

pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel

darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya

angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi

berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi

hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah

merahnya kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organization

(WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % .

Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak anemia :

Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%,

Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009 )

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan

zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang

karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar

zat besi dalam darah.

3

Page 7: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah

berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-

gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan

cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga

kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang

disebut anemia gizi besi (Masrizal, 2007).

Menurut Evatt dalam Masrizal ( 2007) anemia defisiensi besi adalah

anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini

ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin

serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini

diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan

kuantitatif pada sintesis hemoglobin.

Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur

sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan

peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.

B.Penyebab Anemia dalam Kehamilan

Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi,

kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik

(Mochtar, 2004). Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang

dijumpa selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan

4

Page 8: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

zat makanan bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah :

penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan

massa hemoglobin dan volume sel darah merah.

Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang

jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran

darah. Di mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%,

sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi

dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini

meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil,

karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac

output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas

darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak

naik (Wiknjosastro, 2005 ).

Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L,

volume plasma meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan

nilai hematokrit. Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang

mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan antara kecepatan

penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya

memuncak pada trimester kedua (Smith et al., 2010 ).

5

Page 9: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai

dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk

dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi

minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu

Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu.( Bobak, 2005

). Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang

menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium ( Kusumah, 2009 ).

Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena

pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri

sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir ( Sin sin, 2008). Pada

penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan adanya kecenderungan

bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka

kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan (p > 0.05).

Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai

risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh

konsumsi tablet Fe (Jamilus dan Herlina, 2008). Kepatuhan menkonsumsi tablet

Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara

mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau

pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan

menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi

merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam

folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam

6

Page 10: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

folat (Depkes RI, 2009)

C. Gejala Anemia Dalam Kehamilan

Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan

tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi.

Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah

(malnutrisi).

Gejala lain yang dapat ditemui diantaranbya palpitasi, berkunang-kunang,

perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia, dan

pembesaran kelenjar limpa. Nilai ambang batas yang digunakan untuk

menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972

ditetapkan 3 kategori yaitu: normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl.

Sedangkan menurut pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb 11 gr%, anemia

ringan 9-10 gr%, anemia sedang 7-8 gr%, anemia berat <7 gr%.

Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak,

maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan

darah tepi (Wiknjosastro, 2005).

D. Patofisiologi Terjadinya Anemia

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui

beberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam

7

Page 11: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

bentuk feritin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup,

fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah,

zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 %

sedangkan dari sumber nabati 1-6 %.

Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat

untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita

sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah,

letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan

kuku pucat (Sin sin, 2008)

E. Diagnosis Anemia

Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil, dapat dilakukan

anamnesis. Pada anamnesis, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah yang lebih hebat pada

kehamilan muda. Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk menunjang diagnosis

dapat merujuk kepada klasifikasi anemia menurut WHO (1972) :

1. Hb >11 gr%                 tidak anemia

2. Hb 8-11 gr%              anemia ringan

3. Hb <8 gr%                 anemia berat

8

Page 12: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

F.Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,

baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.

Penyulit- penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran

(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan

otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca

melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok,

infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4

gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat

menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2005;

Saifudin, 2006 ).

Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat

menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis

dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu

(Mansjoer dkk., 2008 ).

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan

gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan

dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan

perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008).

Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan

sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi

9

Page 13: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

( Smith et al., 2010 )

Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran

prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%,

merupakan penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang

cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia

intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau

beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan

bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat

melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak

pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa

nifas lainnya yaitu 56,09% (Depkes, 2009).

Budwiningtjastuti dkk. ( 2005) melakukan penelitian anemia pada

ibu hamil tri wulan III dan pengaruhnya terhadap kejadian rendahnya Skor

Apgar, didapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan anemia < 11 gr %

meningkatkan risiko rendahnya skor Apgar.

F. Pencegahan dan Penatalaksanaan Anemia Dalam Kehamilan

Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain

dengan cara: meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi

pangan hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi

sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang

lain untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan

10

Page 14: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat

meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C.

Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg

dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-

buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses

pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan

yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin (

Wiknjosastro,2005 ; Masrizal, 2007).

Penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi

yang diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah

dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero

bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak

1 gr% per bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan

ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara

intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2 gr%.

Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi, di mana

terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan

kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah dengan frekuensi

kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim,

seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus atau

glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya.

Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-

11

Page 15: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin (Sasparyana, 2010 ;

Wiknjosastro 2005).

Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan

Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin

setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung

FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 µg, minimal masing-

masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi,

karena akan mengganggu penyarapannya ( Depkes RI, 2009). Menurut Shafa

(2010) kebutuhan Fe selama ibu hamil dapat diperhitungkan untuk

peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr, pembentukan plasenta 300 mgr,

pertumbuhan darah janin 100 mgr.

Sloan et al. ( 1992) ; cook & Redy ( 1996), dan Yp ( 1996) dalam

Galegos (2000) membuktikan bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan

kadar hemoglobin selama kehamilan. Sedangkan Brien et al. ( 1999)

menyatakan dengan suplemen Fe dibuktikan serum feritin lebih meningkat

secara signifikan disamping itu serum besi lebih tinggi ditemukan pada

kelompok pemberian Fe dibandingkan kelompok kontrol.

12

Page 16: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Gambar 2. 1. Bagan Penatalaksanaan Anemia Dalam Kehamilan

13

Page 17: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

BAB III

TINJAUAN KASUS

LAPORAN KASUS PADA Ny.’S‘ G1 P0 A0 H0 USIA KEHAMILAN 10-11

MINGGU DENGAN ANEMIA BERAT DI RUANGAN POLI KEBIDANAN

RSUD PARIAMAN

Kunjungan : I MR : 05 58 20Hari/Tanggal : Selasa / 23 Juli 2013 Pukul : 09.30 wib

I. PENGUMPULAN DATAA. Identitas / BiodataNama Istri : Ny. Sri Mulyani Nama Suami : Tn. RahmadaniUmur : 29 th Umur : 30 thAgama : Islam Agama : IslamSuku/Bangsa : Minang/ Indonesia Suku/ Bangsa : Minang/ IndonesiaPendidikan : SMA Pendidikan : SDPekerjaan : IRT Pekerjaan : SwastaAlamat : Simpang Muara Alamat : Simpang Muara

B. DATA SUBJEKTIF1. Alasan kunjungan : kunjungan pertama kali dan ada keluhan

2. Keluhan Utama : kepala sering pusing, lemah, mata berkunang-

kunang dan sedang hamil anak I. Pasien rujukan puskesmas pauh kambar dengan G1P0A0 dengan riwayat transfusi dan anemia kira-kira 6 tahun yang lalu. Pasien mengatakan sudah periksa Hb di puskesmas dengan hasil Hb 8 gram % dan sudah periksa hamil dengan hasil test pack positif

3. Riwayat Menstruasi

Haid pertama umur : 14 tahun Siklus : 28 hari Banyaknya : 2 x ganti doek Teratur/tidak : Teratur

14

Page 18: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Lamanya : 7 hari Sifat Darah : Encer Warna : Merah kehitaman Bau : Amis Disminorea : Tidak ada

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :Tidak adan karena ini merupakan kemailan pertama ibu

5. Riwayat kehamilan ini :a.HPHT : 15 – 5 - 2013b. TP : 22 – 4 - 2014c.Keluhan pada

- Trimester I : pusing, badan lemah dan lesu, mata Mata berkunang-kunang

- Trimester II : -- Trimester III : -

d. Pergerakan Anak Pertama Kali : belum terasa

e.Keluhan yang dirasakan - Rasa lelah : ada- Mual dan muntah yang lama : tidak ada- Nyeri perut : tidak ada- Panas dan menggigil : tidak ada- Sakit kepala berat/terus menerus : tidak ada- Penglihatan kabur : tidak ada- Rasa nyeri dan panas waktu BAK : tidak ada- Rasa gatal pada vulva / vagina : tidak ada- Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada- Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada- Odema : tidak ada

6. Pola Kebiasaan Sehari-hari :a.Biologis

- Nutrisi : 3 x sehari dengan porsi sedikit, kurang nafsu makan karena mual dan muntah, ibu jarang makan buah, sayur dan tidak pernah minum susu. Ibu juga mengatakan belum ada mengkonsumsi tablet Fe karena takut tambah mual

- Minum : kurang 8 gelas per hari sejak puasa- Eliminasi

BAK oFrekuensi : 5 x sehari

15

Page 19: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

oWarna : kuning jerniBABoKonsistensi : lembekoFrekuensi : 1 x sehari

- AktifitasoSenam hamil : tidak adao Istirahat : malam : 6-7 jam, siang : 1-2 jamoPekerjaan : aktivitas rumah tangga biasa, tidak ganggu kehamilan

- HigieneoMandi : 2 x seharioGanti pakaian : 2 x seharioKebersihan ibu : baik

- Kebiasaan ibu yang lain oMinum Alkohol : tidak adaoMerokok : tidak adaoMinum obat tanpa pengawasan : tidak ada

- Social Budayao Ibu menganut kepercayaan yang : tidak ada

Merugikan kesehatanb. Psikologis

- Perasaan ibu dan keluarga terhadap : senangkehamilan

- Hubungan ibu dengan suami dan : baikKeluarga

7. Riwayat penyakit sistematik yang pernah dideritaa. Jantung : tidak adab. Ginjal : tidak adac. Asma : tidak adad. TB paru : tidak adae. Hepatitis : tidak adaf. Hipertensi : tidak adag. Diabetes Melitus : tidak adah. Dan Lain-lain : ibu pernah dirawat dengan anemia dan

Mendapat transfusi darah sebelum Menikah kira-kira 6 tahun yang lalu.

8. Riwayat penyakit keluargaa. Jantung : tidak adab. Hipertensi : tidak adac. Diabetes Melitus : tidak ada

16

Page 20: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

d. Keturunan Kembar : tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)1. Status Emosional : Baik2. Tanda Vital

a. Tinggi Badan : 150 cmb. BB sebelum hamil : 43 kgc. BB sekarang : 46,5 kgd. LILA : 24 cme. Tekanan Darah : 110/70 mmHgf. Nadi : 84 x/ig. Pernafasan : 22 x/ih. Suhu : 37 0C

3. Pemeriksaan khusus (Obstetri)a. Inspeksi

- Matao Conjungtiva : pucato Skelera : agak ikterik

- Mukao Closma Gravidarum : tidak adao Edema : tidak ada

- Muluto Caries : tidak adao Hygiene : bersiho Stomatitis : tidak ada

- Lehero Kelenjar Tiroid : tidak ada pembesarano Kelenjer Limfe : tidak ada pembesarano Hyperpigmentasi : ada

- Ekstremitas Ataso Edema : tidak adao Kelainan-kelainan : kuku jari dan telapak tangan terlihat

pucat- Mammaeo Bentuk : simetriso Areola Mamae : hiperpigmentasio Putting Susu : menonjolo Kolostrum : belum ada

- Abdomen o Bekas operasi : tidak adao Linia nigra/ Alba : tidak ada

17

Page 21: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

o Strie Livide/ Albikan : tidak ada

- Genitaliao Perineum : utuh, tidak ada masalaho Varises : tidak adao Edema : tidak adao Flour Albus : tidak adao Pengeluaran dari vagina : tidak ada

- Ekstremitas Bawaho Varises : tidak adao Edema : tidak adao Kelainan-kelainan : tidak ada

b. Palpasi- Leopold I : TFU belum teraba- Leopold II : tidak dilakukan- Leopold III : tidak dilakukan- Leopold IV : Tidak dilakukan- Tinggi Fundus : belum bisa diperkirakan

TBJ : belum bisa ditentukanc. Auskultasi

o DJJ : belum bisa didengaro Punctum Maksimum : -

D. UJI DIAGNOSTIK1. Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 8 gr% (tgl 22 Juli 2013) di Puskesmas pauh kambar, dilakukan Cek Hb ulang di lab RSUD Pariaman Tanggal 23 Juli 2013 Hasil Hb 4,4 gr%.

Protein Urin : tidak dilakukan Glukosa Urin : tidak dilakukan

2. Plano Test : positif3. Golongan Darah : O4. USG : belum dilakukan

II. ASESSMENT

18

Page 22: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Ny. “S” G1 P0 A0 H0, usia kehamilan 10-11 minggu dengan anemia berat

III. PLANNING

1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu2. KIE tentang bahaya anemia dalam kehamilan terhadap ibu dan janin3. Jelaskan pada ibu bahwa kondisi ibu saat ini harus mendapat pertolongan segera4. Konsultasikan kondisi ibu pada dokter spesialis kandungan, hasil konsultasi :

- Ibu dianjurkan di rawat di ruang rawat kebidanan- Ibu direncanakan akan ditransfusi- Ibu dan keluarga diminta mencari donor darah- Ibu direncanakan untuk cek Hb ulang

5. Lakukan persiapan ibu untuk rawat inap6. Antarkan ibu ke ruang rawat inap kebidanan

19

Page 23: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

BAB IV

KAJIAN / ANALISA ASUHAN KEBIDANAN

Ny.”S” G1P0A0 datang ke poliklinik kebidanan RSUD Pariaman tanggal 23

Juli 2013 pukul 09.30 wib dengan keluhan sering pusing, lemah, mata berkunang-

kunang. Ibu membawa serta surat rujukan dari Puskesmas Pauh Kambar dengan isi

rujukan G1P0A0H0 dengan riwayat transfusi dan anemia.

Dari anamnesis didapat informasi bahwa ibu sudah diperiksa kadar Hb di

Puskesmas dengan hasil kadar Hb 8 gr% dan sudah diperiksa hamil dengan test pack

dan dinyatakan positif hamil. Dari pemeriksaan fisik ibu terlihat pucat dan lemah,

konjungtiva pucat, sklera agak ikterik dan kuku serta telapak tangan dan kaki tampak

pucat. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil Hb 4,4 gr% dan setelah

dikonsultasikan ke dokter, ibu didiagnosa hamil dengan anemia berat.

Diagnosa anemia berat pada Ny.”S” tersebut sesuai dengan kriteria diagnosis

menurut WHO (1972) yang menyatakan bahwa diagnosis anemia dalam kehamilan

didasarkan pada hasil anamnesis dan gejala klinis yaitu keluhan sering pusing, cepat

lelah, mata berkunang-kunang dan keluhan hamil muda seperti mual muntah

bertambah. Untuk memastikan anemia pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan Hb dan

hasilnya disesuaikan dengan klasifikasi anemia menurut WHO dimana Hb < 8 gr%

diklasifikasikan sebagai anemia berat (Winkjosastro, 2005)

20

Page 24: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan oleh Sin Sin (2008) yang

menyatakan bahwa, bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat

untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering

berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata

berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat

(Sin sin, 2008).

Dari anamnesis pada Ny”S” juga diketahui bahwa pola makan ibu selama

hamil kurang baik dan ibu belum ada mengkonsumsi tablet besi (Fe). Hal tersebut

dapat menyebabkan ibu mengalami anemia, seperti yang dinyatakan dalam

penelitian oleh Djamilus dan Herlina (2008), bahwa semakin kurang baik pola

makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (p > 0.05). Dalam

penelitiannya juga Djamilus dan Herlina (2008) menyatakan bahwa ibu hamil yang

kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar

mengalami anemia dibanding yang patuh mengkonsumsi tablet Fe.

Rencana asuhan yang diterapkan pada Ny.”S” setelah didiagnosis hamil

dengan anemia berat adalah menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, menjelaskan

dampak anemia berat terhadap kehamilan ibu dan janinnya serta melakukan

kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan anemia berat pada ibu tersebut.

Penjelasan hasil pemeriksaan pada ibu merupakan pemenuhan hak ibu

sebagai pasien dan bidan merupakan individu utama yang memberikan informasi

pada ibu tentang gangguan kehamilan yang dialaminya. Penjelasan ini ditujukan

agar ibu mengenali kondisi yang dialaminya dan bersama-sama bidan menetapkan 21

Page 25: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

kebutuhan untuk mengatasi masalah dan meminimalkan efek dari masalah yang

dialaminya (Fraser dan Cooper, 2009)

Ny.”S” dalam kasus ini juga diberi penjelasan mengenai dampak yang

mungkin ditimbulkan anemia berat yang dialaminya terhadap kehamilan ibu dan

janinnya antara lain risiko abortus, gangguan pertumbuhan janin dan cacat bawaan

(malformasi), bahkan risiko dekompensasi kordis hingga kematian ibu.

Seperti halnya yang dikemukakan Geelhoed D, et al (2006) dalam

penelitiannya terhadap maternal dan fetal outcome pada ibu yang mengalami anemia

berat, 2 dari 157 ibu yang diteliti mengalami abortus sebelum usia gestasi 28

minggu, 1 mengalami kematian dan sisanya mengalami persalinan dengan bantuan

alat atau section caesarea karena gangguan his masa persalinan. Dampak terhadap

janin pada penelitian Geelhoed D, et al (2006) ini juga menunjukkan bahwa janin

yang lahir dari 157 ibu hamil dengan anemia berat, 7 diantaranya lahir mati, 12 mati

pada masa neonatus dan 39 bayi lahir dengan BBLR (< 2500 gram). Winkjosastro

(2005), Saifuddin (2006) dan Mansjoer, dkk (2008) juga menyatakan bahwa anemia

berat pada ibu hamil dapat menimbulkan dekompensasi kordis hingga kematian pada

ibu.

Untuk kasus Ny.”S”, dengan pertimbangan gejala klinis yang tampak dan

hasil pemeriksaan kadar Hb menunjukkan hasil yang rendah (4,4 gr%), maka

dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaannya. Dari hasil kolaborasi

dengan dokter, Ny.”S” dianjurkan dirawat diruang rawat kebidanan dan

direncanakan untuk transfuse darah serta cek Hb ulang. Keluarga ibu diminta untuk 22

Page 26: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

mencari donor darah dan ibu dipersiapkan untuk rawat inap. Setelah persiapan

selesai, ibu diantar ke ruang rawat kebidanan.

Instruksi yang dilakukan dokter terhadap kasus Ny.”S” tersebut sesuai

dengan prosedur penatalaksanaan anemia dalam kehamilan yang digambarkan dalam

bagan pada bab II, dimana untuk penatalaksanaan anemia berat dalam kehamilan,

transfuse darah adalah salah satu terapi selain suplementasi zat besi (Fe) dan

perbaikan gizi.

23

Page 27: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Observasi terhadap Ny.”S” G1P0A0 usia kehamilan 10-11 minggu dengan

anemia berat diberikan KIE mengenai dampak anemia terhadap ibu dan janin serta

dirawat inap di ruang rawat kebidanan untuk mendapatkan transfuse darah. Keluarga

dianjurkan untuk mencari donor untuk golongan darah O dan transfuse akan

dilakukan bila donor darah sudah ada

B.Saran

1. Pencegahan anemia sebaiknya sudah dilakukan sebelum kehamilan melalui

konseling kesehatan reproduksi remaja

2. Pelayanan ANC sebaiknya memberikan KIE tentang pola makan yang baik,

nutrisi ibu hamil dan pentingnya konsumsi Fe dalam kehamilan

3. Bidan sebaiknya meningkatkan kemampuan mendeteksi secara dini

kemungkinan anemia dalam kehamilan agar tidak berkembang menjadi anemia

berat karena dampaknya lebih besar bagi ibu dan janin

24

Page 28: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Amirudin, Wahyuddin, 2004, Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia, Jurnal Medical UNHAS 2007, Diakses dari http:// med.unhas.ac.id/index.php?...studi-kasus-kontrol...anemia-ibu... tanggal 22 Juli 2013.

Ani, L dkk. 2007. Pengaruh Pemberian Tablet Besi Terhadap Kadar Feritin Serum Dan Haemoglobin Pada Wanita Pra Hamil Dengan Anemia Defisinsi Besi Derajat Ringan Di Bali, Journal.unud.ac.id.

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta ; EGC

Brien O K., 1999, Influence Of Prenatal Iron And Zinc Supplments on Supplemental Iron Absorbtion, And Iron Status In Pregnant Peruvian Women, An J Clin Nutr, 69-609-15. Printed in USA .1999 American Sociaty for Clinical Nutrition, Diakses dari www.idpas.org/pdf/657InfluenceOfPrenatalIron%20.pdf

Budiwiningtjastuti, 2005, Anemia Ibu Hamil Tri Wulan III dan Pengaruhnya terhadap kejadian Rendahnya Scor Apgar, Sain Kesehatan 18 Januari 2005 diakses dari http://obstetriginekologi.com/artikel/penelitian+pada+ibu+hamil.html/page

Cunningham, et al. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC

Depkes RI., 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, Jakarta : Depkes RI

Djamilus, Herlina, 2008, Faktor Risiko Kejadian Anemia Ibu Hamil Di WilayahKerja Puskesmas Bogor, Artikel , diakses dari : ht t p: / /www .motekar.tk/topik/pengkajian-anemia-pada-ibu-hamil.html

Fraser, D dan Cooper, M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta. EGC

Galegos, 2000, Severe Anemia In Pregnancy. Report Of Workshop Held at The Institute of Child And Mother Health In Dhaka, Bangladesh ; International Depelovment Research Center , diakses dari ;http://www.Micronutirien.org.

25

Page 29: Lap Case Anemia Dlm Kehamilan

Geelhoed D, et al. 2006. Maternal and Fetal Outcome After Severe Anemia in Pregnancy in Rural Ghana. Acta Obstetricia et Gynecologica 85. Pg.49-55. Doi: 10.1080/00016340500334794

Karasahin E., 2006, Maternal anemia and Perinatal Out Come, Perinatal Journal. Vol : 15, Issue 3 December 2007 , diakses dari http://www.perinataljournal.com/journal_files/pd-971.pdf

Kusumah, 2009, Kadar Haemoglobin ibu hamil triwulan II-III dan Faktor – factor Yang Mempengaruhinya di RSUP H Adamalik Medan. Tesis. USU Medan

Mansjoer A, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Acsulapius

Masrizal, 2007, Anemia Defisiensi besi, Jurnal Kesehatan Masyarakat, II (I) 2007, diakses dari http://www.searchinpdf.com.

Mochtar, 2004, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC

Saifudin, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal , Edisi I Cetakan Keempat, Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2006.

Shafa, 2010, Anemia pada Ibu Hamil , diakses dari http://drshafa.wordpress.com/2010/11/16/anemia-pada-bumil

Simanjuntak, 2008, Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian BBLRdi BP RSU Rantaurapat. Thesis. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Sin – sin, 2008, Masa Kehamilan dan Persalinan, Jakarta : PT Alex MediaKomputindo

Varney H, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC

Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kebidanan edisi ketiga Cetakan ke 7 ,Jakarta ; EGC

26