Lap. Antasida

86
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDA SEMESTER V TAHUN 2007 / 2008 FORMULASI SEDIAAN ANTASIDA PEMBIMBING : Dra. TUTIEK PURWANTI, M.Si., Apt DISUSUN OLEH : KELOMPOK III GOLONGAN SENIN PAGI 1. MADE ARY SARASMITA ( 050513146 ) 2. ANA NURLAILI HIDAYAH ( 050513172 ) 3. JOSEPHINE PARAMITA A. ( 050513240 ) 4. NOVA MEI INDIRIANI ( 050513248 ) 5. YUNITA WINDA UTARI ( 050513252 )

description

Antasida DOEN

Transcript of Lap. Antasida

Page 1: Lap. Antasida

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDA

SEMESTER V TAHUN 2007 / 2008

FORMULASI SEDIAAN ANTASIDA

PEMBIMBING :

Dra. TUTIEK PURWANTI, M.Si., Apt

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III GOLONGAN SENIN PAGI

1. MADE ARY SARASMITA ( 050513146 )2. ANA NURLAILI HIDAYAH ( 050513172 )3. JOSEPHINE PARAMITA A. ( 050513240 )4. NOVA MEI INDIRIANI ( 050513248 )5. YUNITA WINDA UTARI ( 050513252 )6. ANITA SETYAWATI ( 050513260 )7. NANDHIA BUDIARNI ( 050513272 )8. BETY NURFIA P. ( 050513282 )9. IKA DIAN NURFIATIN ( 050513290 )10. AFED HARTANTO ( 050513292 )11. RIDHA ALDY Z. ( 050513298 )12. IMANDA DYAH R. ( 050513300 )13. VORY DEWI YURIKASARI ( 050513318 )14. FENDIKA DWI YUDHA ( 050513328 )15. YUSI WIDYA A. ( 050513147 )

Page 2: Lap. Antasida

BAB I

PENDAHULUAN

Mukosa lambung, pilorus dan kardia mengeluarkan mukus, sehingga mukosanya

tahan dengan asam lambung. Sel parietal di fundus dan korpus mengeluarkan HCl dan

chief sel mengeluarkan pepsinogen. Pepsinogen dikatalisis oleh HCl menjadi pepsin,

suatu enzim proteolitik. Bila produksi asam lambung dan pepsin yang bersifat korosif

tidak berimbang dengan sistem gastroduodena, maka akan terjadi tukak peptik di

esofagus, lambung atau/dan duodenum.

Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk

menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCl yang

dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Kapasitas

menetralkan asam dari berbagai antasida pada dosis terapi bervariasi, tapi pada umumnya

pH lambung tidak lebih dari 4, yaitu keadaan yang jelas menurunkan aktivitas pepsin,

kecuali bila pemberiannya sering dan terus menerus. Mula kerja anasida sangat

bergantung pada kelarutan dan kecepatan neralisasi asam, sedangkan kecepatan

pengosongan lambung sangat menentukan masa kerjanya.

Antasida dibagi dalam dua golongan yaitu antasida sistemik dan non sistemik.

Antasida sistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga

menyebabkan urine bersifat alkalis, pada pasien dengan kelainan ginjal dapat terjadi

alkalosis metabolik, serta penggunaan kronik natrium bikarbonat memudahkan

nefrolitiasis fosfat. Sedangkan antasida non sisteik hampir tidak diabsorbsi dalam usus

sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida non sistemik ialah

sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.

Seperti yang telah disebutkan di atas, HCl disekresi oleh sel parietal di bagian

kanalikuli. Proses sekresi tersebut melalui 3 fase, yaitu :

1. fase chepalic : dihubungkan oleh vagus dan merupakan hasil dari aktivitas

Susunan Saraf Pusat melibatkan rangsang bau dan rasa.

2. fase gastris : dihubungkan oleh saraf lokal dan refleks diawali oleh rangsangan

kimia ( seperti hasil pencernaan pada reseptor di mukosa ).

3. fase intestinal : diawali oleh rangsangan kimia pada duodenum.

1

Page 3: Lap. Antasida

Sedangkan faktor-faktor yang dapat merangsang HCl pada sel parietal adalah

gastrin ( hormon ), acetilcholine ( neurotransmiter dari parasimpatis ), dan histamin

( hormon lokal, dengan reseptornya H2 ). Mekanisme sekresi HCl secra terperinci adalah

sebagai berikut :

2

Memompa ion H+ ke dalam lumen kanalikuli secara transport aktif dengan dikatalisis enzim H+ - K+ - ATPase, berikatan dengan ion Cl- dalam lumen kanalikuli

Stimulus / rangsang

sistem saraf

Asetilkolin

(parasimpatis)

H2 Gastrin

M2 ReseptorH2 Reseptor Reseptor gastrin yang spesifik

Menstimulasi sel parietal

HCl

Page 4: Lap. Antasida

Ada dua faktor kemungkinan yang menjadi penyebab gastritis :

1. Sistem pertahanan mukosa gastroduodenal yang lemah.

Mukosa lambung dilapisi oleh lapisan mukus dan bikarbonat yang melindungi

dari HCl dan pepsin. Bila kondisi mukosa terganggu, misalkan akibat pemberian

alkohol, cuka, anti inflamasi non steroid dan kortikosteroid serta infeksi dari

bakteri Compylobacter pylori, maka akan meningkatkan kemungkinan iritasi oleh

HCl dan pepsin yang bersifat korosif.

2. Sekresi asam lambung yang berlebih.

Dapat disebabkan oleh beberapa hal misalnya : ketidakseimbangan hormon

gastrin, jumlah sel parietal yang banyak, kelainan dalam pompa H+ pada lumen

kanalikuli atau bisa juga disebabkan oleh kerja saraf parasimpatis yang terlalu

berlebihan ( misal karena rangsangan kofein ).

Salah sau terapi gastritis adalah dengan menetralkan asam lambung yang berlebih

sehingga mukosa lambung masih mampu mentolerir sifat korosif HCl-Pepsin,

kemungkinan iritasi dapat diminamilisir, tetapi lambung tetap dapat menjalankan

fungsinya mencerna makanan dengan baik, yaitu dengan terapi antasida

Cara pemakaian antasida adalah sebagai berikut :

1. Sebelum makan.

Kondisi HCl yang berlebih dalam lambung mampu mengaktifkan pepsinogen

menjadi pepsin dalam jumlah banyak, padahal pepsin merupakan enzim proteolitik yang

mampu merusak lapisan mukosa bila kadarnya terlalu tinggi. Bila dalam kondisi

abnormal tersebut lambung terisi penuh oleh makanan, maka gesekan mekanik antara

mukosa dengan makanan akan menimbulkan iritasi yang ditandai dengan rasa nyeri /

perih pada lambung dan refleks ingin mengeluarkan makanan kembali ( mual muntah ).

2. Sebelum tidur.

Pada saat tidur, saraf parasimpatis tetap aktif bekerja, neurotransmitet asetil kolin

pun tetap dilepaskan pada GI tract. Akibatnya, HCl terus disekresi dan motilitas lambung

tetap berjalan. Dalam keadaan kosong, ada bagian mukosa lambung yang saling

berlekatan ; dengan adanya pepsin, suasana asam dan motilias ; tidak menutup

kemungkinan terjadi iritasi pada kedua lapisan mukosa yang berlekatan tersebut.

3

Page 5: Lap. Antasida

Sehingga antasida diberikan sebelum tidur untuk menetralkan HCl yang mungkin

berlebih, kadar pepsin yang diaktivasi menjadi lebih sedikit dan keadaan yang tidak

menguntungkan di atas dapat dihindari.

Dalam pengobatan tukak peptik, antasida memegang peranan penting di samping

berbagai cara pengobatan lain. Dengan pemberian antasida, nyeri lambung pasien akan

hilang, tetapi tidak berarti pasien dalam tahap penyembuhan, sehingga bahaya perforasi

tetap ada.

Kegagalan pengobatan simptomatik tukak peptik dengan antasida disebabkan

karena : frekuensi pengobatan yang tidak adekuat, dosis yan diberikan tidak cukup,

pemilihan sediaan yang tidak tepat dan sekresi asam lambung di waktu tidur yang tidak

terkontrol. Hal-hal berikut dapat digunakan sebagai pedoman penggunaan antasida :

1. penggunaan antasida sistemik jangka panjang sebaiknya dihindari.

2. bentuk suspensi mula kerjanya lebih cepat daripada bentuk tablet.

3. urutan daya netralisasi asam oleh antasida dari yang tingi ke yang rendah adalah :

kalium karbonat, magnesium karbonat, magnesium oksida dan magnesium

hidroksida, dihidroksi aluminium asetat atau dihidroksi aluminium natrium

kabonat.

4. campuran dua atau lebih antasida tidak lebih baik daripada 1 macam antasida.

Pada pasien tukak peptik yang berat, pengobatan dengan antasida perlu dilakukan

bersamaan dengan segala usaha pengobatan lainnya yaitu diet yang seimbang, istirahat,

psikoterapi dan pemberian antikolinergik.

4

Page 6: Lap. Antasida

TINJUAUAN BAHAN AKTIF SEDIAAN ANTASIDA

SENYAWA AKTIF KARAKTERISTIK FISIKA KARAKTERISTIK KIMIA

1.Natrium Bikarbonat

( NaHCO3 )

FI III hal 424

FI IV hal 601

2.Aluminium Hidroksida

Al ( OH )3

Martindale 28th ed hal 73

3. Kalsium Karbonat

( CaCO3 )

Martindale 28th ed hal 76

H.P.Excipient hal 68

BM = 84,01. Pemerian :

Serbuk hablur/putih,

monoklin kecil, buram, tidak

berbau. Kelarutan : larut

dalam 11 bagian air dengan

mengalami dekomposisi

secara perlahan, praktis tidak

larut dalam etanol 95 % p.

Stabil di udara kering,

namun pada udara lembab

akan terurai.

Pemerian : serbuk putih,

tidak berbau, tidak berasa,

serbuk amorf dengan

agregat. Kelarutan : praktis

tidak larut dalam air dan

alkohol, larut dalam asam

mineral dan larutan alkali.

BJ 100,09. Pemerian : serbuk

putih, tidak berbau dan

berasa, monokristalin.

Kelarutan : praktis tidak larut

dalam air, sedikit larut dalam

air yang mengandung CO2

atau garam amonium, praktis

tidak larut dalam alkohol,

- 4 % suspensi dalam air

memiliki pH tidak lebih

dari 10.

- Baik digunakan dengan

kombinasi Mg(OH)2

- CaCO3 mengabsorbsi

kelembapan pada suhu

25C.

- PH = 9 ( dalam dispersi

air 10% w/v )

5

Page 7: Lap. Antasida

4. Magnesium hidroksida

Mg ( OH )2

Martindale 28th ed hal 82

5.Magnesium Trisilikat

Mg2Si2O3.nH2O

Martindale 28th ed hal 83

6. Magnesium Karbonat

( MgCO3 )

H.P.Excipient hal 347

larut dengan effervescent

dalam asam. Stabil dalam

udara kering.

Pemerian : serbuk putih,

amorf, tidak berbau, tidak

berasa. Kelarutan : praktis

tidak larut dalam air, alkohol,

eter, kloroform, larut dalam

asam encer.

Pemerian : serbuk hablur,

putih, tidak berbau, sedikit

higroskopis. Kelarutan :

praktis tidak larut dalam air

dan alkohol. BJ anhidrus =

260,86.

Pemerian : massa berwarna

putih, mengkilat, serbuk,

agak berasa dan tidak

berbau, tapi karena daya

absorbsinya yang tinggi,

MgCO3 dapat mengabsorbsi

bau. Stabil pada daerah

kering dan cahaya.

- sedikit mengabsorbsi

CO2 dari udara.

Inkompatibilitas dengan

tetrasiklin, parasetamol, metil

paraben, propil paraben, asam

mineral.

Inkompatibilitas dengan

penobarbital Na, larutan

diazepam pada PH > 5.

PH Disolusi = 7,4.

6

Page 8: Lap. Antasida

Jadi bahan aktif yang terpilih adalah : Kombinasi Al ( OH )3 dan Mg ( OH )2

Alasan :

1. Daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa kerjanya panjang.

2. Mg ( OH )2 dan Al (OH)3 merupakan antasida non sistemik, dimana pemberian

antasida non sistemik relatif lebih aman daripada pemberian sistemik. ( contoh

antasida sistemik : natrium bikarbonat ).

3. Pemberian Al ( OH )3 dapat menutupi efek diare dari efek katartika akibat

pemberian magnesium hidroksida.

4. Pemberian Mg(OH)2 dapat menutupi konstipasi akibat pemberian Al(OH)2

5. Kombinasi Al ( OH )3 dan Mg(OH)2 mempunyai efektivitas yang lebih baik dan

toksisitas yang lebih rendah dari magnesium trisilikat.

Jadi bentuk sediaan yang terpilih adalah : sediaan oral suspensi.

Alasan :

1. Bahan aktif tidak bisa larut dalam air.

2. Bioavailabilitas sediaan suspensi lebih besar daripada bentuk tablet atau kapsul

sehingga lebih cepat diabsorbsi dalam darah.

7

Page 9: Lap. Antasida

EFEK FARMAKOLOGI DARI BAHAN AKTIF TERPILIH

SENYAWA AKTIF EFEK KHASIAT EFEK SAMPING

1. Aluminium

Hidroksida

Al ( OH )3

2. Magnesium

Hidroksida

Mg ( OH )2

Digunakan untuk mengobati

tukak peptik, nefrolitrasis

fosfat dan sebagai adsorben

pada keracunan.

Digunakan sebagai kartatik

dan antasid.

- konstipasi.

- Mual dan muntah.

- Gangguan absorbsi

fosfat dapat terjadi

sehingga menimbulkan

sindrom deplesi fosfat

disertai osteomalaisa.

- Dapat mengurangi

absorpsi bermacam-

macam vitamin dan

tetrasiklin.

- ion magnesium dalam

usus akan diabsorpsi

dan cepat diekskresi

melalui ginjal, hal ini

akan membahayakan

pasien yang fungsi

ginjalnya kurang baik.

Ion magnesium yang

diabsorpsi akan

bersifat sebagai antasid

sistemik sehingga

menimbulkan

alkaliura, tetapi jarang

terjadi alkalosis.

- pemberian kronik

magnesium hidroksida

8

Page 10: Lap. Antasida

akan menyebabkan

diare.

- Dapat menimbulkan

kelainan neurologik,

neuromuskular dan

kardiovaskular.

9

Page 11: Lap. Antasida

BAB II

PERHITUNGAN DOSIS

Menurut Farmakologi dan Terapi bagian Farmakologi FKUI edisi 4 hal 505 :

- Antasida Al tersedia dalam bentuk suspensi Al(OH)3 gel yang mengandung 3,6-

4,4% Al2O3. Dosis yang dianjurkan adalah 8 ml.

- Susu magnesium berupa suspensi yang berisi 7-8,5% Mg(OH)2. 1ml susu

magnesium dapat menetralkan 2,7 mEq asam. Dosis yang dianjurkan sebanyak 5-

30 ml.

Perhitungan Penetralan Asam :

325 mgram Mg(OH)2 → dapat menetralkan 11,1 mEq HCl.

1 gram Al(OH)3 → dapat menetralkan 25 mEq HCl.

Dosis tunggal yang dianjurkan = 0,6 gram = 600 mg

Asam yang harus dinetralkan = 0,6 gram x 25 mEq

1 gram

= 15 mEq

Dari 15 mEq ini, asam yang dinetralkan oleh Al(OH)3 sebesar 7,5 mEq dan yang

dinetralkan oleh Mg(OH)2 sebesar 7,5 mEq.

Untuk menetralkan 7,5 mEq asam diperlukan Al(OH)3 sebanyak = 7,5 mEq x 600 mg

15 mEq

= 300 mg.

Untuk menetralkan 7,5 mEq asam diperlukan Mg(OH)2 sebanyak = 7,5 mEq x 325 mg

11,1 mEq

= 220 mg.

Perhitungan Dosis :

Al(OH)3 = 300 mg dalam setiap sendok takar ( 5 ml ), sehingga :

Pemakaian sekali = 300 mg tiap 5 ml

Pemakaian sehari = 300 mg x ( 3 – 4 ) kali

= 900 mg – 1200 mg.

10

Page 12: Lap. Antasida

Mg(OH)2 = 220 mg dalam setiap sendok takar ( 5 ml ), sehingga :

Pemakaian sekali = 220 mg tiap 5 ml.

Pemakaian sehari = 220 mg x ( 3 – 4 ) kali.

= 600 mg – 880 mg.

Penentuan Kemasan :

Pemakaian sekali = 5 ml.

Pemakaian sekali = ( 3 – 4 ) kali x 5 ml

= 15-20 ml.

Kemasan yang diinginkan = 150 ml.

11

Page 13: Lap. Antasida

BAB III

PERSYARATAN UMUM

1. Menurut Farmakope Indonesia III tahun 1979 hal 32 :

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut

yang terdispersi pada fase cair. Kriteria suspensi :

- Zat yang terdispersi halus dan tidak boleh terlalu cepat mengendap.

- Jika dikocok perlahan, endapan harus dapat terdispersi kembali.

- Dapat mengandung bahan tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.

- Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan dituang.

2. Menurut Farmakope Indonesia IV tahun 1995 hal 18 :

- Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut

yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung

digunakan, namun ada yang perlu direkonstitusikan terlebih dahulu dengan

pembawa yang sesuai.

- Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu ( oral ), harus

mengandung zat antimikroba, bahan pengaroma yang sesuai.

- Untuk mengatasi pengendapan pada suspensi, digunakan bahan-bahan yang

sesuai untuk meningkatkan kekentalan dalam bentuk gel suspensi seperti

tanah liat, surfaktan, polimer, poliol dan gula.

- Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi

bahan padat merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dosis

yang tepat.

- Suspensi disimpan pada wadah tertutup rapat.

3. Menurut Pharmaceutical Dosage Form = Disperse volume I hal 17 :

Suspensi didefinisikan secara operasional sebagai suatu materi dimana fase

pertama, partikel padat terdispersi ke dalam fase kedua yang biasanya cairan.

12

Page 14: Lap. Antasida

4. Menurut Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design hal 91 :

Persyaratan bentuk suspensi :

a. Bahan yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap.

b. Partikel yang mengendap pada dasar suspensi tidak boleh membentuk massa yang

keras, tetapi harus bisa terdispers secara homogen ketika suspensi tersebut dikocok.

c. Suspensi tidak boleh terlalu kental agar mudah dituang dari botol.

13

Page 15: Lap. Antasida

BAB IV

SPESIFIKASI SEDIAAN

NO JENIS SPESIFIKASI YANG DIINGINKAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

BENTUK SEDIAAN

KADAR BAHAN AKTIF

PH SEDIAAN

UKURAN PARTIKEL

VISKOSITAS

WARNA

BAU

RASA

SUSPENSI

Al(OH)3 = 300mg/5ml

Mg(OH)2 = 220mg/5ml

7,3 – 8,5

0,5 μm – 5 μm

-

Putih

Mint

Manis mint

14

Page 16: Lap. Antasida

BAB V

PENYUSUNAN FORMULA SEDIAAN

15

Memungkinkan terkena cahaya langsung saat penyimpanan

ManitolSorbitolSakarinSyrupus simplex

Dikemas dalam botol warna gelap

CMC NaMCAcaciaHydroxypropil celulose

Perlu suspending

agent

PEGPropilenglikolSorbitolGliserinSyrupus simplex

MentholVaniliPeppermint oil

NipaginNipasolNa-benzoat

Perlu pengawetPerlu

wetting agent

Perlu pemanis

Tidak stabil jika terkaena cahaya

langsung

Dibuat sediaan suspensi

Perlu perasa Air tempat pertumbuhan mikroba

Bahan aktif Al(OH)3 dan Mg(OH)3

Tidak berasaDitujukan untuk dewasa

Air sebagai pembawa

Sulit terbasahi

Praktis tidak larut air

Page 17: Lap. Antasida

FORMULA BAKU SEDIAAN ORAL SUSPENSI ANTASIDA

1. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol I, hal 259

Antasida suspension.

( provided by FMC Corp, Philadelphia, PA )

Component Percent

Aluminium hydrokside compressed gel ( Type E-500 ) 24,46

Magnesium hydrokside 12,94

Sorbitol 70 % solution 5,00

Methyl paraben 0,10

Propyl paraben 0,01

Avicel RC-591 0,90

Xanthan gum 0,10

Deionized walet 56,49

2. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol III, hal 310

Antacid suspension.

A : Al-Mg Fluid gel ( Reheis Chemical ) 36, 20 g

B : Sorbitol solution 70 % 7,00 g

C : Antifoam AF emulsion ( Dow Chemical ) 1,70 g

D : Methyl paraben 0,22 g

E : Propyl paraben 0,04 g

F : Flavor 0,30 g

G : Methocel K4M ( Dow Chemical ) 0,60 g

H : Deionized water 53,94 g

16

Page 18: Lap. Antasida

3. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol II, hal 131

Aluminium Hydroxide Formula

Aluminium hydroxide 362,8 g

Sorbitol solution, USP 282,0 ml

Syrup, USP 93,0 ml

Glycerin, USP 25,0 ml

Methyl paraben 0,9 g

Propyl paraben 0,3 g

Flavor q.s

Purified water, a sufficient quantity to make 1000 ml

17

Page 19: Lap. Antasida

BAB VI

PENYUSUNAN BAHAN TAMBAHAN SEDIAAN ANTASIDA

1. SUSPENDING AGENT

Suspending agent diperlukan dalam sediaan suspensi agar bahan aktif yang tidak

larut dalam pembawanya dapat terdispers membentuk sediaan suspensi yang stabil dan

tidak terlalu cepat mengendap.

BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET. LAIN

Carboxy

metil

selulose

(CMC-

Na )

H.P

Excipient

hal 87

Metyl

Selulose

( MC )

H.P

excipient

hal 336

Serbuk

granular,

putih, hampir

putih, tidak

berbau

Serbuk/granul

berwarna

putih/putih

kekuningan,

tidak berbau,

tidak berasa

Praktis tidak

larut dalam

aseton, etanol,

eter dan

toluen. Mudah

terdispersi

dalam air pada

semua suhu.

Praktis tidak

larut dalam

aseton, air

panas,metanol,

CHCl3,etanol.

Larut dalam

asam asetat

glasial, dalam

air dingin akan

mengembang

dan terdispersi

Asam kuat dan

dengan larutan garam

dari besi dan

beberapa logam misal

aluminium, seng,

merkuri.

Metil paraben, propil

paraben, asam tanat,

butil paraben.

Dapat

mening-

Katkan

viskositas

Sediaan.

Larutan

dalam air

stabil.

Konsentrasi

yang

digunakan

sebagai

suspensi

adalah 1-

2%

18

Page 20: Lap. Antasida

Acacia

H.P

Excipient

hal 1

Hydroksi

Propil

Celulose

( HPC )

H.P

excipient

hal 244

Putih, atau

putih

kekuningan,

bentuk bulat,

granul,

serbuk

Putih sampai

agak

kekuningan,

tidak berbau,

dan serbuk

tidak berasa.

Larut dalam

20 bagian

gliserin, dalam

20 bagian

propilenglikol,

dalam 2,1

bagian air, dan

praktis tidak

larut dalam

etanol 95%.

Larut dalam

banyak pelaru

organik polar.

Amidopyrin, kresol,

etanol 95%, garam

besi, fenol, timol,

vanilin.

Dalam larutan

inkompatibel dengan

turunan fenol misal

metyl paraben dan

propil paraben.

Jadi suspending agent yang terpilih adalah : CMC Na.

Alasan :

1. Dapat berfungsi sebagai protektif koloid.

2. Tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan lain.

3. Rentang PH yang luas memenuhi syarat sediaan.

4. Efektif dan stabil pada PH basa.

5. Pemakaian Metyl Celulose inkompatibel dengan pengawet terpilih sedangkan

pilihan pengawet terbatas.

19

Page 21: Lap. Antasida

2. PEMANIS ( SWEETENING AGENTS )

Pemanis diperlukan untuk meningkatkan akseptabilitas sediaan.

BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET.

LAIN

Sukrose

(Handbook

of

Excipient

p.539 )

Manitol

H.P

excipient

hal 362

Sorbitol

H.P

Excipient

hal 596

Kristal

hablur, putih,

tidak berbau,

manis.

Serbuk

kristal/granul,

putih, tidak

berbau.

Semanis

glukosa dan

½ manis dari

sukrosa.

Kristal/serbuk

higroskopis,

tidak berbau,

putih, tidak

Praktis tidak

larut dalam

kloroform,

dalam etanol

1:400, dalam

etanol 95%

1:170, dalam

propan-2-ol

1:400, dalam

air 1:0,5 ;

dalam air

mendidih 1:0,2

Larut dalam

air suhu 20C=

1:0,67; dalam

suhu 40C=

1:0,48, praktis

tidak larut

dalam eter.

Praktis tidak

larut dalam

kloroform,

etanol

Larutan asam

dapat terhidrolisis

menjadi dekstrosa

dan fruktosa,

inkompatibel

dengan amonium

klorida, asam

askorbat.

Bila dikonsumsi

dalam jumlah

besar akan timbul

efek laksan.

Konsentrasi

67 % w/w

sebagai

syrupus

simplex.

Viskositas

10%

larutan w/w

= 8.

Pemakaian

untuk

suspensi =

6-7%

20

Page 22: Lap. Antasida

Sirupus

simplex

FI III hal

81

berwarna,

kemanisan

50%-60%

sukrose.

Sirop adalah

sediaan cair

berupa

larutan yang

mengandung

sakarosa.

95%=1:25,

praktis tidak

larut dalam

eter, agak larut

dalam

metanol,

dalam air = 1 :

0,5

Besi oksida dapat

menyebabkan

perubahan warna,

dan suasana yang

terlalu asam/basa.

Kadar

sakarosa

tidak

kurang

64,0% dan

tidak lebih

dari 66,0%

Bahan pemanis yang terpilih adalah : syrupus simplex.

Alasan :

1. dapat juga berfungsi sebagai pembasah ( wetting agent ).

2. inert dan kompatibel dengan eksipien.

3. dapat larut dalam suasana alkalis.

4. memberikan rasa yang manis pada sediaan

21

Page 23: Lap. Antasida

3. PENGAWET ( PRESERVATIVES )

Dibutuhkan pengawet karena sediaan mengandung air dan gula, dimana

merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba.

BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET.

LAIN

Na

Benzoat

H.P

Excipient

hal 549

Nipagin /

Metil

Paraben

H.P

excipient

hal 390

Nipasol /

Propil

Paraben.

Putih,

granul, tidak

berbau,amorf

Kristal putih,

tidak berbau,

berwarna,

rasa

membakar

Kristal putih,

tidak berbau,

tidak berasa

Dalam etanol

95% = 1:35

Dalam etanol

90% = 1:50

Dalam air

1:1,8

Dalam air

mendidih 1:1,4

Dalam air

1:400, dalam

air 500 C =

1:50, dalam air

800C = 1:30,

dalam

propilenglikol

1:5, dalam

gliserin 1:69,

larut bebas

dalam alkohol,

eter

Dalam air

1:2500, dalam

propilenglikol

5

mg/

kg

BB

10

mg /

kg

Gelatin, garam ferri,

garam Ca

Aktivitas anti mikroba

turun dengan adanya

surfaktan

Magnesium aluminium

silikat, magnesium

trisilikat besi oksida

Konsentrasi

0,02-0,5%

PH=3-6

Konsentrasi

0,01-0,02%

22

Page 24: Lap. Antasida

H.P.E

hal 526

Propilen

glikol

Cairan

kental,

jernih, tidak

berbau,

manis,

seidkit pedas

mirip

gliserin

1:3,9, dalam

gliserin 1:250,

dalam etanol

1:1,1 ; sangat

larut dalam

aseton, larut

bebas dalam

alkohol, eter

Dapat larut

dengan aseton,

kloroform,

etanol 95%,

gliserin, air,

larut dalam

eter ( 1:6 ),

tidak campur

denganminyak

mineral

BB

25

mg /

kg

BB

Oxidizing agent seperti

KmnO4

Jadi pengawet yang terpilih adalah : nipagin

Alasan :

1. nipagin efektif pada pH basa.

2. tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan lain.

3. pemakaian propilenglikol sebagai pengawet tidak dapat digunakan dalam sediaan ini

karena melebihi perhitungan ADI.

4. pemakaian gliserin sebagai pengawet membutuhkan konsentrasi yang besar ( 20 % )

sehingga dari segi akseptabilitas kurang dapat diterima.

23

Page 25: Lap. Antasida

4. FLAVORING AGENT

Selain sebagai corigen saporis, flavoring agent dapat sebagai corigen odoris untuk

menutupi rasa / bau yang tidak enak dari bahan aktif dan meningkatkan akseptabilitas

sediaan.

BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET.

LAIN

Menthol

H.P

Excipient

hal 383

Vanilin

H.P

Excipient

hal 667

Serbuk kristal

aglomerasi,

tidak

berwarna,

bau dan rasa

khas.

Serbuk/kristal

jarum, bau

khas vanila

dan rasa

manis.

Sangat larut

dalam etanol

95%,kloroform

dan eter, agak

sukar larut

dalam gliserin,

praktis tidak

larut di air.

Pada suhu 20C

larut dalam

aseton, larutan

alkali

hidroksida,

kloroform,

etanol 95%=

1:2,etanol 70%

= 1:3, larut

dalam eter,

larut dalam 20

bagian

gilserin, dalam

air 1 : 100

Butil kloralhidrat,

kamfer, kloralhidrat,

kromium trioksida,

fenol, oksidator.

Aseton dapat

memberikan warna

yang terlalu cerah.

Inkompatibel dengan

etanol yang dicampur

dengan gliserin.

24

Page 26: Lap. Antasida

Pepper

mint oil

FI III hal

458

Cairan tidak

berwarna,

kuning pucat/

kekuningan

kehijauan.

Rasa pedas

dan hangat,

bau khas.

Larut dalam

etanol = 1 : 4

Jadi flavoring agent yang terpilih adalah : peppermint oil.

Alasan :

1. bersifat karminatif sehingga dapat mengurangi rasa kembung yang merupakan

salah satu akibat dari gastritis.

2. Rasa mint yang segar dapat mengurangi rasa mual yang ditimbulkan sebagai efek

samping dari aluminium hidroksida.

25

Page 27: Lap. Antasida

5.WETTING AGENT

diperlukan wetting agent untuk membantu membasahi bahan obat yang sukar

larut dalam air sehingga dapat terdispersi lebih merata dengan suspending agent.

BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET. LAIN

Polietilen

glikol (PEG) /

makrogol

(Handbook of

Excipient

p.454)

Propilenglikol

(H.PExcipient

p.521)

PEG 200 –

600 bentuk

cairan, PEG

lebih dari

1000

berbentuk

padatan,

PEG 200 –

600 cairan

jernih,

terkadang

berwarna

agak kuning,

cairan

viskus,

punya

karakteristik

baud an rasa

membakar.

BJ = 1,11-

1,14 g/cm3

pada suhu

25N C

Cairan

jernih, tidak

berwarna,

Larut dalam

air, aseton,

alkohol,

benzen,

gliserin, dan

glikol.Agak

larut di hidro-

karbon alifatik

dan eter, tidak

larut dalam

lemak, minyak

minaeral, dan

minyak lemak.

Larut di

aseton,

kloroform,

- Bahan berwarna

- Nipagin / nipasol

( kemungkinan kecil)

- Fenol, tanin, asam

salisilat.

KmnO4

Efek laksan

pada

pemakaian

oral.

Fungsi :

solven,

lubrikan

tablet dan

kapsul, basis

salep dan

supositoria,

plasticizier.

Fungsi :

pengawet,

disinfektan,

26

Page 28: Lap. Antasida

Sorbitol

(Handbook of

Excipient

p.596)

Syrupus

simplex

(FI III hl 81)

Gliserin

(Handbook of

viskus,

praktis

cairan tidak

berbau

dengan rasa.

BJ suhu 20NC

=1,038g/cm3

BM= 182,17

Cairan tidak

berbau,

putih atau

hampir tidak

berwarna,

kristalin,

dalam

bentuk

serbuk :

higroskopis.

Kemanisan :

50-60 %

sukrosa

Sirup adalah

sediaan cair

berupa

larutan yang

mengandung

sakarosa.

Cairan

jernih, tidak

etanol 95 %,

gliserin, air.

Larut dalam 6

bagian eter,

tidak larut

dalam minyak

mineral, lemak

Pada suhu 20NC

: praktis tidak

larut di CHCl3

, eter, agak

larut di

metanol, 1:25

di etanol 95

% , 1:0,5 di

air.

Kelarutan pada

- Menghasilkan wax

bila di tambah

dengan

polietilenglikol

- Bereaksi dengan

besi oksida

- Penisilin

- Khelating agent

- Meledak bila

dicampur dengan

oxdizing agent

(KmnO4)

- Zinc okside,

bismuth nitrat,

kontaminan besi,

humektan,

solven,

stabilizier

untukvitamin,

wetting agent

Fungsi :

humektan,

plasticizier,

sweetening

agent,diluent

tablet/kapsul.

Kadar

sakarosa

tidak kurang

64,0% &

tidak lebih

dari 66,0%.

Sebagai :

- antimikroba

27

Page 29: Lap. Antasida

Excipient

p.257)

berbau,

kental,

higroskopis.

Kemanisan :

0,6x sukrosa

suhu 20NC,

agak larut di

aseton, praktis

tidak larut di

benzena,

kloroform,

larut di etanol,

1:500 di eter,

1:11 di etil

asetat, larut di

metanol,

praktis tidak

larut di lemak

larut di air.

fenol, salisilat,

tanin.

,emolient,

humektan,

plasticizer,

solven,

pemanis,

tonicity

agent.

- mengkristal

pada suhu

kurang dari

20NC

Jadi wetting agent yang terpilih adalah : Propilen glikol, sorbitol, gliserin.

Alasan dipakai propilenglikol karena toksisitasnya paling rendah dibandingkan glikol-

glikol yang lain.

Alasan dipakai gliserin dan sorbitol karena sesuai dengan formula baku standar, sorbitol

dan gliserin dapat memperbaiki konsistensi.

28

Page 30: Lap. Antasida

FORMULA YANG TERPILIH

FORMULA I

NO NAMA BAHAN FUNGSI JUMLAH

( / BOTOL )

% b/v

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Al ( OH )3

Mg ( OH )2

CMC Na

Sorbitol

Nipagin

Syrupus simplex

Peppermint oil

Aqua

Bahan aktif

Bahan aktif

Suspending agent

Wetting agent

Pengawet

Pemanis

Perasa

Pembawa

9 g

6,6 g

1,5 g

19,37 g

0, 15 g

15 g

0,5 ml

ad 150 ml

6 %

4,4 %

1 %

12,91 %

0,1 %

10 %

0,33 %

FORMULA II

NO NAMA BAHAN FUNGSI JUMLAH

( / BOTOL )

% b/v

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Al ( OH )3

Mg ( OH )2

CMC Na

Propilenglikol

Nipagin

Syrupus simplex

Peppermint oil

Aqua

Bahan aktif

Bahan aktif

Suspending agent

Wetting agent

Pengawet

Pemanis

Perasa

Pembawa

9 g

6,6 g

1,5 g

13,49 g

0, 15 g

15 g

0,5 ml

ad 150 ml

6 %

4,4 %

1 %

8,99 %

0,1 %

10 %

0,33 %

29

Page 31: Lap. Antasida

FORMULA III

NO NAMA BAHAN FUNGSI JUMLAH

( / BOTOL )

% b/v

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Al ( OH )3

Mg ( OH )2

CMC Na

Gliserin

Nipagin

Syrupus simplex

Peppermint oil

Aqua

Bahan aktif

Bahan aktif

Suspending agent

Wetting agent

Pengawet

Pemanis

Perasa

Pembawa

9 g

6,6 g

1,5 g

16,38 g

0, 15 g

15 g

0,5 ml

ad 150 ml

6 %

4,4 %

1 %

10,92 %

0,1 %

10 %

0,33 %

30

Page 32: Lap. Antasida

31

Page 33: Lap. Antasida

SKEMA PEMBUATAN

FORMULA I

32

Sorbitol 9 g

Syrupus simplex 15 g

Nipagin 0,15 gAqua 60 ml

Al(OH)3 9 gMg(OH)3 6,6 g

Aduk ad larut

Ditambah peppermint oil 4,5 mgAduk ad homogen

Ditambah aquades ad 150 mlAduk ad homogen

Aduk ad musilago

Ad mengembang

CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml

Page 34: Lap. Antasida

FORMULA II

33

Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larut

Syrupus simplex 15 g

Al(OH)3 9 gMg(OH)3 6,6 g

Ditambah peppermint oil 4,5 mgAduk ad homogen

Ditambah aquades ad 150 mlAduk ad homogen

Aduk ad musilago

Ad mengembang

CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml

Page 35: Lap. Antasida

FORMULA III

34

Syrupus simplex 15 g

Al(OH)3 9 gMg(OH)3 6,6 g

Ditambah peppermint oil 4,5 mgAduk ad homogen

Ditambah aquades ad 150 mlAduk ad homogen

Aduk ad musilago

Ad mengembang

CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larut

Gliserin 13 ml + nipagin 0,15 g Aduk ad larut

Page 36: Lap. Antasida

PERHITUNGAN ACCEPTABLE DAILY INTAKE ( ADI )

FORMULA I

1. ADI CMC-Na = 4 – 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )

CMC Na yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g – 0,1 g

150 ml

CMC Na yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g – 0, 1 g )

= ( 0,15 g – 0,2 g ) – ( 0,3 g – 0, 4 g ).

TIDAK MELEBIHI ADI

2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )

Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.

ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.

Nipagin yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 0,15 g = 0,005 g – 0, 010 g

150 ml

Nipagin yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0, 005 g – 0,010 g

= ( 0,0150 g – 0,030 g ) – ( 0,02 g – 0,04 g )

TIDAK MELEBIHI ADI

3. ADI Sorbitol = 20 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 517 )

Sorbitol yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 19,37 g = 0,646 g – 1, 291 g

150 ml

Sorbitol yang idgunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0,646 g – 1,291 g

= ( 1,9838 g – 3,873 g ) – ( 2,584 g – 5,164 g )

TIDAK MELEBIHI ADI

35

Page 37: Lap. Antasida

FORMULA II

1. ADI CMC-Na = 4 – 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )

CMC Na yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g – 0,1 g

150 ml

CMC Na yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g – 0, 1 g )

= ( 0,15 g – 0,2 g ) – ( 0,3 g – 0, 4 g ).

TIDAK MELEBIHI ADI

2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )

Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.

ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.

Nipagin yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 0,15 g = 0,005 g – 0, 010 g

150 ml

Nipagin yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0, 005 g – 0,010 g

= ( 0,0150 g – 0,030 g ) – ( 0,02 g – 0,04 g )

TIDAK MELEBIHI ADI

3. ADI Propilenglikol = up to 25 mg/kg BB ( Handbook of P.Excipient p 522 )

Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa 70 kg

ADI Propilen glikol untuk usia dewasa = 1, 75 g

Propilenglikol yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 13,49 g = 0,4497 g – 0,8993 g

150 ml

Propilenglikol yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0,4497 g – 0,8993 g

= ( 1,3491 g – 2,6979 g ) – ( 1,7988 g – 3,5972 g )

TIDAK MELEBIHI ADI

36

Page 38: Lap. Antasida

FORMULA III

1. ADI CMC-Na = 4 – 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )

CMC Na yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g – 0,1 g

150 ml

CMC Na yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g – 0, 1 g )

= ( 0,15 g – 0,2 g ) – ( 0,3 g – 0, 4 g ).

TIDAK MELEBIHI ADI

2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )

Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.

ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.

Nipagin yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 0,15 g = 0,005 g – 0, 010 g

150 ml

Nipagin yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0, 005 g – 0,010 g

= ( 0,0150 g – 0,030 g ) – ( 0,02 g – 0,04 g )

TIDAK MELEBIHI ADI

3. ADI Gliserin = 1 – 1,5 g / kg BB

Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa 70 kg

ADI Gliserin untuk usia dewasa = 70 - 105 g

Gliserin yang digunakan sekali :

12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 16,38 g = 0,5460 g – 1,0920 g

150 ml

Gliserin yang digunakan sehari :

12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0,4497 g – 0,8993 g

= ( 0,5460 g – 1,0920 g ) – ( 2,1890 g – 4,3680 g )

TIDAK MELEBIHI ADI

37

Page 39: Lap. Antasida

BAB VII

RANCANGAN EVALUASI SEDIAAN

No. Jenis Pengujian Alat Cara Hal yang

diingnkan

1.

2.

3.

Organoleptis

Penetapan pH

Penentuan

densitas

Panca indera

pH meter

Fischer

Piknometer

Bau

Rasa

warna

1. Bersihkan elektrode alat yang

digunakan dengan aquadest

2. Siapkan pH standar yang akan

digunakan untuk kalibrasi ( sesuai

pH yang diinginkan ).

3. Masukkan magnetic stirer dan

electrode ke dalam larutan standar

4. Atur posisi dalam keadaan on

5. Catat pH yang tertera pada alat

( hitung selisih pH standard an pH

pada alat yang akan digunakan

sebagai pembanding untuk

perhitungan pH selanjutnya ).

6. Ukur pH larutan sediaan dengan

cara no. 3-5

7. Catat pHnya, kemudian lakukan

replikasi 3x.

1. Bersihkan piknometer dengan

alkohol 95 %, kemudian keringkan.

2. Timbang piknometer kosong

dengan neraca analitik.

38

Page 40: Lap. Antasida

4. Pengukuran

viskositas

Viskosimeter

Cup & Bob

3. Piknometer diisi dengan sediaan ad

garis tanda.

4. Sesuaikan shu yang tertera pada

piknometer dengan suhu sediaan.

5. Timbang piknometer yang berisi

sediaan.

6. Lakukan replikasi 3 kali.

7. Hitung BJ masing-masing replikasi

dengan rumus :

BJ = M2 – M1

V

Dimana :

M2 = berat piknometer dan sediaan

M1 = berat piknometer kosong

V = volume yang tertera pada

piknometer

8. Hitung rata – rata BJ dan SDnya

1. Masukkan larutan dalam wadah

viskosimeter Cup & Bob.

2. pasang alat pemutar viskosimeter

Cup & Bob.

3. Letakkan wadah viskosimeter

ditengah alat pemutar viskosimeter.

4. Usahakan alat pemutar

mengambang di dalam wadah

viskosimeter sehingga bagian

bawah alat tidak menyentuh

permukaan wadah dan bagian atas

alat terendam seluruhnya.

5. Nyalakan alat dan amati berapa

39

Page 41: Lap. Antasida

5. Kapasitas

penetralan asam

pH meter

angka yang ditunjukkan alat

( dalam dPas ).

a. Standardisasi pH meter

1. Dilakukan kalibrasi pH meter

menggunakan larutan dapar baku

Kalium biftalat 0,05 M dan Kalium

tetraoksalat 0,05 M.

b. Standardisasi Pengaduk Magnetik

1. Masukkan 100 ml air ke dalam

gelas piala 250 ml yang berisi

batang pengaduk magnetik 40 mm

x 10 mm yang dilapisi Perfluoro

karbon padat dan mempunyai

cincin putaran pada pusat.

2. Atur daya pengaduk magnetik

hingga menghasilkan kecepatan

pengadukan rata – rata 300 ± 30

putaran per menit.

3. Bila batang pengaduk terpusat pada

gelas piala seperti yang telah

ditetapkan takometer optik yang

sesuai.

c. Prosedur

1. Pipet 30 ml HCl 1,0 N LV ke dalam

larutan uji sambil diaduk terus

menggunakan pengaduk magnetik.

2. Setelah penambahan asam, aduk

selama 15 menit tepat, segera

titrasi.

3. Titrasi kelebihan asam dengan

40

Page 42: Lap. Antasida

6.

7.

Penentuan

ukuran partikel

Penentuan

volume

sedimentsi

Mikroskop

elektron

Gelas ukur

tertutup

NaOH 0,5 LV dalam waktu tidak

lebih dari 5 menit sampai dicapai

pH 3,5 yang stabil ( selama 10 – 15

detik ).

4. Hitung jumlah mEq asam yang

digunakan tiap gram zat uji.

Nb : tiap ml HCl 1,0 N setara

dengan 1 mEq asam yang

digunakan.

1. Kalibrasi skala okuler dengan

memasang mikrometer obyektif

dan okuler.

2. Teteskan suspensi di atas obyek

gelas, tutup dengan cover gelas.

3. Ambil mikrometer obyektif, ganti

dengan obyek gelas yang berisi

sampel.

4. Ukur diameter partikel ± 300

partikel.

5. Lakukan pengelompokkan :

tentukan ukuran partikel terkecil

dan terbesar dari seluruh sampel.

bagilah dalam berbagai interval dan

kelas.

1. Masukkan 60 ml sediaan ke dalam

gelas ukur bertutup.

2. Amati volume pengendapan selama

1 hari.

3. Lakukan pengamatan selama ± 1

41

Page 43: Lap. Antasida

minggu, ukur volume sedimentasi

dengan rumus :

F = Vu

Vo

Dimana :

F = volume sedimentasi

Vu = volume akhir dari endapan

Vo = volume awal dari suspensi

sebelum mengendap.

42

Page 44: Lap. Antasida

HASIL EVALUASI SEDIAAN

1. Organoleptis

Bau : mint

Rasa : manis mint

Warna : putih

2. Penetapan pH

Kalibrasi pHmeter

Dapar standar pH 7 terbaca 6,83

Faktor koreksi = + 0,17

I. pH = 9,02 + 0,17 = 9,19 (30,0o c)

II. pH = 9,05 + 0,17 = 9,22 (30,6o c)

III. pH = 9,08 + 0,17 = 9,25 (31,0o c)

pH rata-rata = 9,22

3. Penentuan Densitas

Volume pikometer = 9,765 cm3

I. Berat piknometer + sediaan = 41,4635 g

Berat piknometer kosong = 30,3560 g -

Berat sediaan (w) = 11,1075 g

BJ = w = 11,1075 g = 1,1375 g v 9,765 cm 3

II. Berat piknometer + sediaan = 41,3625 g

Berat piknometer kosong = 30,3480 g -

Berat sediaan (w) = 11,0145 g

BJ = w = 11,0145 g = 1,1280 g v 9,765 cm 3

43

Page 45: Lap. Antasida

III. Berat piknometer + sediaan = 41,3669 g

Berat piknometer kosong = 30,3586 g -

Berat sediaan (w) = 11,0083 g

BJ = w = 11,0083 g = 1,1273 g v 9,765 cm 3

BJ rata-rata = 1,1309 g /cm3

4. Pengukuran Viskositas

Alat : Rion Viskositester VT – 04 E

I. 1,9 dPa S

II. 1,9 dPa S

III. 1,9 dPa S

Rata-rata viskositas = 1,9 dPa S

5. Penentuan Ukuran Partikel

Pembesaran okuler = 10x

Pembesaran objektif = 40x

0,7 0,5 0,4 1,1 1,3 0,6 1,2 1,3 0,5 0,6

1,0 1,0 0,5 1,0 1,0 0,7 0,7 0,5 0,7 0,7

0,8 0,8 0,4 1,0 0,8 0,6 0,6 0,7 0,6 0,5

0,3 1,1 0,5 0,8 0,7 0,8 0,8 0,7 0,5 0,5

0,3 0,7 1,0 0,6 1,0 0,8 0,9 0,8 1,1 1,1

0,3 0,5 0,5 0,5 1,0 0,8 1,3 0,7 0,5 0,7

0,4 1,1 0,3 0,9 0,7 0,7 1,0 0,4 1,0 0,5

0,8 0,5 0,5 0,4 1,0 0,5 0,8 1,2 0,9 0,8

0,5 0,7 0,8 0,5 0,9 0,8 1,3 0,8 0,8 1,1

0,5 1,2 0,5 0,6 0,9 0,8 1,0 1,2 0,6 0,4

0,2 0,5 0,4 0,8 0,5 1,0 0,5 08 1,0 1,0

0,7 0,6 0,6 0,6 1,0 1,0 0,9 1,0 0,8 0,5

0,4 0,7 1,0 0,4 0,5 1,0 0,4 0,5 0,7 0,4

44

Page 46: Lap. Antasida

0,4 0,5 0,9 0,8 0,4 0,6 1,0 0,5 0,5 0,4

0,8 0,5 0,5 0,7 1,3 0,5 0,4 0,6 0,6 0,4

1,0 1,0 0,4 1,1 0,8 0,8 1,0 0,7 0,7 0,6

0,7 0,5 0,5 0,6 0,7 1,1 0,6 0,6 1,2 0,5

1,0 0,5 0,3 0,6 0,6 0,7 0,5 0,5 1,0 0,7

0,5 0,5 0,5 0,4 0,6 0,9 0,6 0,4 0,6 0,5

0,5 0,7 0,8 1,0 0,5 0,8 0,5 0,4 0,5 1,0

0,9 0,6 0,5 0,5 0,5 0,6 1,0 0,4 0,9 0,4

0,3 0,8 0,6 0,7 0,5 0,6 0,9 0,8 1,1 1,0

0,3 0,7 0,5 0,6 1,0 1,2 0,8 0,5 0,8 0,9

1,2 1,0 0,5 0,4 0,7 1,0 0,7 0,6 1,0 0,8

0,7 0,3 0,9 0,5 1,0 0,7 0,8 0,7 1,0 0,6

0,3 0,5 0,5 0,6 0,8 0,7 0,7 1,0 0,7 0,6

0,3 0,7 0,6 0,7 0,8 0,9 0,6 0,7 0,6 0,6

0,3 1,0 0,9 0,7 1,2 0,9 0,7 0,5 0,7 0,5

0,7 0,7 0,5 0,7 1,1 1,3 1,0 0,7 0,8 0,9

0,7 0,5 0,6 1,2 0,9 1,0 1,0 0,7 0,7 0,8

Kalibrasi skala okuler

8,9 skala okuler = 9,0 skala objektif

9,0 skala okuler = 9,2 skala objektif

Skala objektif = 0,01 mm

Pembesaran okuler = 10x

Pembesaran objektif = 10 x

Sampel:

Pembesaran okuler = 10x

Pembesaran objektif = 40x

1 skala okuler = 9,0 / 8,9 + 9,2 / 9,0 = 1,01673 skala objektif 2

1 skala okuler = 1,01673 x 0,01 mm = 0,0101673 mm = 10,1673 µm

45

Page 47: Lap. Antasida

Skala okuler n = ∑ partikel d = skala objektif µm * n.d

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

1,1

1,2

1,3

2

11

23

60

37

48

36

18

41

10

8

6

0,5084

0,7625

1,0167

1,2709

1,5251

1,7793

2,0335

2,2876

2,5418

2,7960

3,0502

3,3044

1,0168

8,3875

23,3841

76,2540

56,4287

85,4064

73,2060

41,1768

104,2138

27,9600

24,4016

19,8262

*d = skala okuler x 10,1673 x 10 40

Rentang = dmaks – dmin = 3,3044 – 0,5084 = 2,796

Jumlah kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 300 = 9,1745 ≈ 9

Interval kelas = rentang = 2,796 = 0,3107 Jumlah 9

46

Page 48: Lap. Antasida

KURVA

Kurva Distribusi Frekuensi Ukuran Partikel

010

2030

4050

6070

8090

1 2 3 4 5 6 7 8 9

rata - rata jarak ukuran (um)

jum

lah

(n

)

Jarak ukuran

(µm)

Rata-rata

jarak ukuran

(đ)

Jml

(n)n.d n.d2 n.d3 n.d4

0,5084 – 0,8191

0,8192 – 1,1299

1,1300 – 1,4407

1,4408 – 1,7515

1,7516 – 2,0623

2,0624 – 2,3731

2,3732 – 2,6839

2,6840 – 2,9947

2,9948 – 3,3055

0,6637

0,9745

1,2853

1,5961

1,9569

2,2177

2,5285

2,8393

3,1501

13

23

60

37

84

18

41

10

14

8,6281

22,4135

77,118

59,0557

164,3796

39,9186

103,6685

28,393

44,1014

5,7265

21,8419

99,1198

94,2588

321,6744

88,5275

262,1258

80,6162

138,9238

3,8006

21,2850

127,3986

150,4465

629,4847

196,3274

662,7851

228,8937

437,6239

2,5225

20,7422

163,7455

240,1276

1231,8386

435,3953

1675,8521

649,8979

1378,5591

∑ 300 547,6764 1032,8147 2458,0455 5798,6808

47

Page 49: Lap. Antasida

dIn = ∑ nd = 547,6764 = 1,8256 µm (d panjang)

∑n 300

dsn = √∑ nd 2 = √ 1032,8147 = 1,8555 µm (d luas)

√ ∑n √ 300

dvn = 3√∑ nd 3 = √ 2458,0455 = 2,0150µm (d volum)

√ ∑n √ 300

dsl = ∑ nd 2 = 1032,8147 = 18858 µm (d luas panjang)

∑ nd 547,6764

dvs = ∑ nd 3 = 2458,0455 = 2,3799 µm (d volum luas)

∑nd2 1032,8147

dvs = ∑ nd455 4 = 5798,6808 = 2,3591µm (dvolum bobot)

∑nd3 2458,0455

48

Page 50: Lap. Antasida

6. Penentuan Volume Sedimentasi

F = Vu Vo = 100,0 ml

Vo

Hari I

Waktu

(menit)

Formula I Formula II Formula III

Vu1 F1 Vu2 F2 Vu3 F3

15

30

45

60

75

90

-

-

-

99

99

99

-

-

-

0,99

0,99

0,99

-

-

-

99

99

99

-

-

-

0,99

0,99

0,99

100

100

100

99

99

99

1

1

1

0,99

0,98

0,98

Kurva Perbandingan Nilai F terhadap Waktu ( menit )

0.975

0.98

0.985

0.99

0.995

1

1.005

0 20 40 60 80 100

Waktu ( menit )

Vu

/Vo

Formula 1 danFormula 2

Formula 3

49

Page 51: Lap. Antasida

Waktu

(hari)

Formula I Formula II Formula III

Vu1 F1 Vu2 F2 Vu3 F3

1

2

3

4

5

99

97

97

96

93,5

0,99

0,97

0,97

0,96

0,935

99

99

99

99

60

0,99

0,99

0,99

0,99

0.60

98

88,5

79

74

71

0,98

0,885

0,790

0,740

0,71

Kurva Perbandingan Nilai F terhadap Waktu ( hari )

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 1 2 3 4 5 6

Waktu ( hari )

Vu

/Vo Formula 1

Formula 2

Formula 3

50

Page 52: Lap. Antasida

7. Kapasitas Penetralan Asam

- Untuk mencapai pH 3,5 dibutuhkan NaOH 0,5N 54,1 ml

- 30 ml HCl 1,0 N ≈ 30 mEq asam

Diharapkan 5 ml sediaan antasida manatralkan 15 mEq asam

1ml HCl 1,0N ≈ 2 ml NaOH 0,5N

30ml HCl 1,0N : - x mEq dinetralkan antasid 5ml

(30 mEq) : - y mEq dinetralkan NaOH 0,5N 47ml

≈ HCl 1,0N = 47 ml = 23,5ml HCl

2

≈ 23,5 mEq asam

Yang dinetralkan oleh 5 ml antasida = 30 mEq – 23,5mEq

= 6,5 mEq asam

% efektifitas = 6,5 mEq X 100% = 19,67%

15 mEq

51

Al(OH)3 9 gMg(OH)3 6,6 g

Page 53: Lap. Antasida

BAB VIII

PEMBAHASAN

Antasida adalah obat yangdimaksudkan untuk menetralkan kelebihan asam

lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak

mengurangi volume HCl yang disekresi lambung tetapi peninggian pH akan menurunkan

aktvfitas pepsin. Pada praktikum ini dipilih sediaan antasida non sistemik sebab dapat

mengurangi efek samping alkalosis metabolik. Bahan obat yang terpilih adalh kombinasi

AlOH3 dan MgOH2 dengan tujuan memperpanjang masa kerja obat dan dapat saling

menutupi efek samping dari masing – masing bahan aktif tersebut.

Pada praktikum pembuatan sediaan antasida dipilih bentuk sediaan suspensi.

Hal ini disebabkan karena beberapa permasalahan antara lain yaitu bahan obat (MgOH2

dan Al OH3) tidak larut dalam air tetapi stabil dalam air. Sediaan antasida diharapkan

memberikan efek yang cepat sehingga dengan dipilih sediaan suspensi absorbsi lebih

cepat dibandingkan sediaan padat,dan bioavailabilitas dalam darah cukup besar.

Dosis pakai yang terpilih sediaan antasida ini adalah dalam 5ml suspensi

mengandung 300mg AlOH3 dan 220mg MgOH2 dengan aturan pemakaian 3 – 4 kali

sehari yaitu sebelum makan dan sesudah tidur. Kemasan yang terpilih adalah 150ml.

Pada tahap formulasi antasida dsiperlukan bahan antara lain :

1. Suspending agent yang terpilih dalah CMC Na 1%

2. Wetting agent yang terpilih adalah Gliserin 10,92%

3. Preservatives yang terpilih adalah Nipagin 0,1%

4. Sweetening agent yang terpilih adalah sirupus simpleks 10%

5. Flavoring agent yang terpilih adalah pepermint oil 0.33%

6. Pembawa Aqua ad 150ml

Dalam sediaan ini tidak diperlukan dapar sebab sediaan antasida dimaksudkan

menetralkan asam lambung sehingga tidak dibutuhkan penyetabil pH dalam mekanisme

kerjanya. Alasan pemilihan bahan – bahan tambahan di atas telah dijelaskan dalam

rancangan formula.

52

Page 54: Lap. Antasida

Setelah diakukan tahapan formulasi,sediaan dievaluasi untuk mengetahui

apakah sediaan telah memenuhi persyaratan spesifikasi tang telah ditentukan. Dan dari

hasil evaluasi didapatkan data sebagai berikut :

1. Uji Organoleptis

Bau : mint

Rasa : manis mint

Warna : putih

Kesimpulan : sediaan memenuhi spesifikasi organoleptis

2. Uji Penetapan pH

Sebelum dilakukan uji penetapan pH, dilakukan kalibrasi terlebih dahulu pada

pH meter, klibrasi ini dilakukan dengan menggunakan dapar standar pH 7

yang terbaca pada alat adalah 6,83, dengan demikian faktor koreksi +0,17.

Setelah dilakukan uji penetapan pH pada sediaan antasida makaa daperoleh

data pH sediaan antasida

1.pH = 9,19 (t = 30,0 0C)

2.pH = 9,22 (t = 30,6 0C)

3.pH = 9,25 (t = 31,0 0C)

Dari ketiga data tersebut diperoleh pH rata – rata 9,22, dalam hal ini tidak

dilakukan konversi terhadap suhu sebab tidak terlalu bermakna terhadap

perubahan pH,dan jika diinginkan suhu yang sama pada setiap kali uji maka

pH meter terlebih dahulu harus diatur pada suhu yang diinginkan

tersebut,adapun caranya telah tercantum pada petunjuk manual pemakaian

alat.

3. Uji Penentuan Densitas

Penentuan densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Volume

piknometer pada suhu 20 0C adalah 9,765 cm3 (tercantum pada alat) Dari uji

tersebut diperoleh data antara lain :

1. bj = 1,1375 g/ cm3

2. bj = 1,1280 g/ cm3

3. bj = 1,1273 g/ cm3

53

Page 55: Lap. Antasida

Dari ketiga data tersebut diperoleh bj rata – rata = 1,1309 g / cm3

4. Pengukuran Viskositas

Alat yang digunakan adalah Rion Viskostester VT-04E

Prinsip kerja alat ini adalah Cup and Bob. Data yang diperoleh dari

pengukuran adalah 1,9 dPaS

5. Penentuan Ukuran Partikel

Uji penentuan ukuran pertikel dilakukan karena ukuran partikel sangat

mampengaruhi kestabilan sediaan suspensi yang dihasilkan, semakin besar

rentang ukuran partikael suspensi maka suspensi yang dihasilkan semakin

tidak stabil, artinya terjadi perbedaan kecepatan pengendapan. Partikel kecil

akan mengendap terlebih dahulu baru kemudian diikuti partikel besar,dengan

damikian proses pengandapan akan tejadi dalam waktu yang lama sehingga

endapan sulit untuk diredispersikan.Ukuran partikel sediaan antasida yang

diperoleh memenuhi semua rentang dalam spesifikasi yang telah ditentukan,

yaitu 0,5 – 5 µm. Ukuran partikel sediaan yang paling banyak terdapat pada

rantang 1 - 2 µm.

6. Uji Penentuan Volume Sedimentasi

Salah satu syarat sediaan suspensi adalah bahan yang tersuspensi tidak boleh

cepat mengendap (minimal dalam waktu pendispersian sampai penuangan)

dan partikel yang mengendap pada dasar suspensi tadakboleh membentuk

masa yang keras tetapi harus bisa terdispersi secara homogen ketika suspensi

tersebut dikocok.

Kurva volume sedimentasi yang diinginkan harus berupa garis horizontal atau

menurun perlahan. Dan sediaan antasida hasil formulasi memenuhi kriteria

tersebut. Sebagai absis adalah waktu dan sebagai ordinat adalah volume akhir

endapan dibagi volume total suspensi. Dalam evaluasi ini diperoleh dua data,

data pertama dilakukan pengamatan tiap 15 menit selama 90 menit,kemudian

data kedua dilakukan pengamatan tiap hari selama 5 hari.

7. Uji Kapasitas Penetralan Asam

Kapasitas menetralkan asam dari berbagai antasida pada dosis terapi adalah

bervariasi tetapi pada umumnya pH lambung tidak lebih dari pH 4. kapsitas

54

Page 56: Lap. Antasida

penetralan asam ini sangat mempengaruhi efektifitas antasida yang dihasilkan

sehingga kapasitas sediaan harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

Sediaan antasida ini diinginkan mampu menetralkan 15mEq asam. Pengujian

dilakukan terhadap dosis terkecil dari pemakaian (5ml). Pada pembuatan

larutan uji ditambahkan 30ml HCl 1,0N, di mana 1 ml HCl 1,0N setara

dengan 1mEq asam yang artinya HCl yang ditambahkan menghasilkan

30mEq asam yang akan dinetralkan oleh NaOH dan sediaan antasida. Dari

5ml sediaan antasida diharapkan mampu menetralkan 15mEq asam. Larutan

uji dititrasi dengan NaOH 0,5N sampai mencapai pH 3,5. untuk mencapai pH

3,5 tersebut dibutuhkan NaOH sebanyak 47ml yang artinya NaOH ini

menetralkan 23,5mEq asam . Dengan demikian antasida hanya mampu

menetralkan sebanyak 6,5mEq asam padahal sediaan diinginkan mampu

menetralkan 15 mEq asam. Dapat disimpulkan sediaan antasida tidak

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, hal ini dikarenakan pemakaian

suspending agent yang digunakan adalah CMC Na yang bersifat inkompatibel

dangan garam dari alumunium. Telah diketahui pada prosedur pembuatan

sediaan uji kapasitas penetralan asam, sediaan antasida ditambahkan 30ml

HCl yang akan bereaksi dengan alumunium dalam antasida sehingga

membentuk garamAlCl3 yang akan membentuk sifat inkompatibilitas dengan

CMC Na yang dapat menurunkan pH dari sediaan sehingga efektivitas

sediaan menurun. Untuk menghindari hal ini maka diginakan suspending

agent pengganti hydroxypropyl methyl cellulose yang tidak memiliki sifat

inkompatibilitas dengan bahan aktif.

55

Page 57: Lap. Antasida

BAB VIII

KESIMPULAN

1. Sifat organoleptis sediaan yang dihasilkan memiliki bau mint, rasa manis mint,

dan warna putih.

2. pH sediaan rata – rata dari hasil evaluasi adalah 9,22

3. Viskositas sediaan rata – rata dari hasil evaluasi adalah 1,9 dPaS,pengukuran ini

menggunakan alat viskosimeter cup and bob Rion Viskosimeter VT-04E

4. Berat jenis sediaan rata – rata diperoleh dari hasil evaluasi adalah 1,1309 g / cm3

5. Ukuran partikel dari hasil evaluasi memiliki jarak ukuran antara 0,5084 –

3,3055µm

6. Hasil evaluasi volume sedimentasi diperoleh dua data yaitu data pertama

dilakukan pengamatan tiap 15 menit selama 90 menit,kemudian data kedua

dilakukan pengamatan tiap hari selama 5 hari. Dari kedua data tersebut diperoleh

grafik pada kurva yang menurun secara perlahan sesuai dengan persyaratan

terjadinya sedimentasi yang baik.

7. Uji kapasitas penetralan asam dari hasil evaluasi sediaan diperoleh data dalm satu

dosis terkecil sediaan antasida mampu menetralkan 6,5mEq asam.

56

Page 58: Lap. Antasida

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, edisi ketiga,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, edisi keempat,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Ganiswara S.G, 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi keempat,

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Gennoro A.R, 2000, Remington; The Science and Practice of Pharmacy Volume I,

Philadelphia College of Pharmacy And Science, Philadelphia

Kibbe A.H, 2000, Handbook of Pharmaceutical Excipients, third edition,

The Pharmaceutical Press, London

Reynold J.E.F, 1982, Martindale The Extra Pharmacopeia, twenty eight edition,

The Pharmaceutical Press, London

Lieberman H.A, 1996, Pharmaceutical Dosage Form, Disperse Systems Vol.I,

Second edition, Marcel Dekker Inc, New York

Aulton Michael, 1987, Pharmaceutics : The Science Of Dosage Forms Design,

Lorgmann Group (FE) Ltd, Hongkong

57