Lansia nih

download Lansia nih

of 31

Transcript of Lansia nih

  • 7/22/2019 Lansia nih

    1/31

    13

    BAB II

    PENYESUAIAN DIRI LANSIA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

    UNTUK TINGGAL DI PANTI WERDHA

    A.PERKEMBANGAN UMUM MANUSIAManusia berkembang sepanjang rentang kehidupan dari mulai masa konsepsi

    hingga akhir hayat. Dalam perkembangannya manusia melalui tahap-tahap

    perkembangan tertentu yang memuat karakteristik masa perkembangan, tugas

    perkembangan dan hambatan/hazard yang harus dilalui individu dengan baik agar

    siap menghadapi masa atau tahapan selanjutnya dengan baik.

    Hurlock (1980: 380) menyatakan bahwa pada dasarnya dalam perkembangan

    manusia terdapat dua proses yang saling bertentangan yang terjadi secara bersamaan

    yaitu perubahan ke arah kedewasaan dan keberfungsian atau evolusi dan

    kemunduran atau involusi. Keduanya berlangsung selama tahap perkembangan

    manusia dari masa konsepsi hingga kematian.

    Berikut ini adalah 10 tahap perkembangan manusia yang dikemukakan oleh

    Hurlock (1980: 14).

    1. Periode prenatal: konsepsi kelahiran2. Bayi: kelahiran hingga akhir minggu kedua3. Masa Bayi: akhir minggu kedua hingga akhir tahun kedua4. Awal masa kanak-kanak: dua hingga enam tahun5. Akhir masa kanak-kanak: enam hingga sepuluh atau dua belas tahun6. Masa puber atau pramasa remaja: sepuluh atau dua belas hingga tiga belas atau

    empat belas tahun

  • 7/22/2019 Lansia nih

    2/31

    14

    7. Masa remaja: tiga belas atau empat belas hingga delapan belas tahun8. Awal masa dewasa: delapan belas hingga empat puluh tahun9. Usia pertengahan: empat puluh hingga enam puluh tahun10.Masa tua atau lanjut usia: enam puluh tahun hingga meninggal

    B. PERKEMBANGAN LANSIA1. Pengertian Lansia

    Pengertian lansia telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Usia tua menurut

    Hurlock (1980: 380) adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu

    periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih

    menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Hal ini senada

    dengan pendapat Cunningham & Brookbank (Ningrum et all, 2009: 1) yang

    menyebutkan bahwa lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia

    yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.

    Batasan usia lansia berawal dari usia 60 tahun hingga meninggal (Hurlock,

    1980: 14). Namun ada pula pembagian batasan ini yang dikemukakan oleh WHO,

    yaitu membagi lansia dalam 3 golongan, usia 60-74 sebagai usia lanjut awal, 75-90

    tahun disebut lanjut usia menengah dan 91 tahun ke atas usia lanjut akhir (Wardani,

    2009: 1). Selain itu adapula definisi lansia yang dikemukakan dalam konstitusi

    negara yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut

    Usia, yang dimaksud Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

    (enam puluh) tahun ke atas (Hardywinata & Setiabudhi, 2005: 237).

  • 7/22/2019 Lansia nih

    3/31

    15

    2. Karakteristik Perkembangan LansiaProses perkembangan manusia yang mencakup aspek evolusi dan involusi

    akan memunculkan tanda-tanda khusus atau ciri pada setiap tahap perkembangan.

    Begitupun dengan perkembangan pada tahap lansia. Terdapat karaktersistik khusus

    pada perkembangan lansia yaitu sebagai berikut (Hurlock, 1980: 386):

    a. Perubahan FisikSebagian besar perubahan fisik pada usia lanjut cenderung terjadi ke arah

    yang memburuk. Berbagai masalah fisik timbul seiring bertambahnya usia, di

    antaranya masalah perubahan penampilan, perubahan bagian dalam tubuh,

    perubahan fungsi fisiologis, perubahan fungsi panca indera, dan perubahan fungsi

    seksual.

    Perubahan penampilan yang mencolok yaitu perubahan pada elastisitas kulit

    yang menjadikan kulit kering dan keriput. Hal ini terjadi di seluruh bagian tubuh

    tidak terkecuali pada wajah, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada

    bentuk wajah karena mulai timbul tanda-tanda ketuaan.

    Perubahan bagian dalam tubuh walaupun tidak terlihat, tapi terjadi seiring

    bertambahnya usia. Perubahan yang terjadi diantaranya adalah pada kerangka

    tubuh (skeleton) yang diakibatkan karena mengerasnya tulang-tulang,

    penumpukan garam mineral, serta modifikasi susunan tulang bagian dalam,

    menyebabkan pengapuran pada tulang sehingga tulang mudah retak atau patah.

    Selain itu, perubahan pada sistem saraf pun terjadi, akibatnya terjadi penurunan

    kecepatan dalam mempelajari sesuatu, yang diikuti dengan penurunan

    kemampuan intelektual. Di samping itu terjadi pula perubahan organ viscera,

  • 7/22/2019 Lansia nih

    4/31

    16

    diantaranya ditandai dengan penurunan rasio berat jantung dan berat badan,

    penurunan kehalusan dan elastisitas katup jantung, serta seluruh saluran usus,

    saluran kencing, dan organ otot yang lembut pun dipengaruhi oleh usia yang

    bertambah lanjut.

    Perubahan fungsi fisiologis yang terjadi diantaranya, yaitu memburuknya

    sistem pengaturan temperatur tubuh, sehingga lanjut usia tidak tahan terhadap

    suhu yang sangat panas atau sangat dingin. Di samping itu, akibat dari

    mengerasnya dinding pembuluh arteri aorta dan pusat, menyebabkan tekanan

    darah yang meningkat pada lanjut usia. Penurunan dalam jumlah waktu tidur dan

    kenyenyakan pun terjadi pada lanjut usia. Lanjut usia pun sering mengalami

    gangguan susah tidur atau insomnia, terutama bagi wanita. Berhentinya

    perkembangan dinding perut dan isi perut secara bertahap mengakibatkan

    menurunnya peragian dan cairan yang membantu dalam proses pencernaan. Oleh

    karena itu lanjut usia dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak air untuk

    membantu proses pelumasan dan penghancuran elemen-elemen makanan.

    Ketahanan dan kemampuan kerja pada lanjut usia pun menurun. Hal ini

    disebabkan karena mengendurnya otot-otot dan kelemahan yang bersifat

    menyeluruh, sehingga lanjut usia semakit sulit melakukan pekerjaan yang

    mengandalkan otot. Di samping itu, untuk memulihkan kembali tenaganya dari

    keletihan fisik, lanjut usia membutuhkan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu

    lanjut usia umumnya belajar untuk mengurangi kegiatan atau pekerjaan yang

    memerlukan kecepatan atau kekuatan fisik.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    5/31

    17

    Fungsi seluruh organ penginderaan pada usia lanjut mengalami pengurangan

    sensitivitas dan efisiensi kerja. Oleh karena itu pemakaian alat bantu indera seperti

    kaca mata dan alat bantu dengar cukup mengatasi akibat dari penurunan fungsi

    indera.

    Pada umumnya ada penurunan potensi seksual selama usia enam puluhan

    kemudian berlanjut sesuai dengan bertambahnya usia Walaupun potensi seksual

    telah berkurang, namun tidak berarti bahwa keinginan dan kemampuan

    seksualnya menurun. Terdapat bukti bahwa faktor budaya terhadap menurun atau

    meningkatnya kemampuan dan keinginan untuk melakukan hubungan seksual

    lebih besar daripada faktor perubahan fisik. Pria dan wanita sering menahan diri

    untuk melakukan hubungan seksualnya pada usia tua atau menghindari

    perkawinan ulang karena sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap

    hubungan seksual antara orang berusia lanjut dan keraguan terhadap kemampuan

    seksual mereka.

    b.Perubahan MotorikOrang berusia lanjut umumnya menyadari bahwa gerakan tubuhnya

    melambat dan koordinasi gerakannya kurang baik dibanding masa mudanya. Hal

    ini disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologis. Penyebab fisik diantaranya

    meliputi menurunnya kekuatan dan tenaga yang menyertai perubahan fisik yang

    terjadi karena bertambahnya usia, menurunnya kekerasan otot, kekakuan

    persendian, gemetar pada tangan dan kepala, dan rahang bawah. Sedangkan

    penyebab psikologis meliputi kesadaran penurunan kemampuan diri dan perasaan

    rendah diri dalam kekuatan, kecepatan, dan keterampilan. Selain itu tekanan

  • 7/22/2019 Lansia nih

    6/31

    18

    emosional juga dapat mempercepat perubahan kemampuan motorik atau

    menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang masih dapat

    diakukan.

    Terdapat bukti bahwa latihan fisik dan kesibukan bekerja dapat mencegah

    atau paling tidak menghambat kecepatan penurunan kemampuan motorik. Hal ini

    juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Spriduso, yakni partisipasi olahraga

    kebugaran merupakan faktor penting dalam memperlambat proses ketuaan.

    Umumnya perubahan kemampuan motorik pada usia lanjut meliputi

    perubahan kekuatan pada otot tangan bagian depan dan otot yang menopang

    tegaknya tubuh, penurunan kecepatan dalam bergerak, dan lambat serta kaku

    untuk belajar keterampilan baru.

    c. Perubahan Kemampuan Mental (Kognitif)Hasil studi para psikolog memperkuat kepercayaan bahwa dengan

    kecenderungan tentang menurunnya berbagai hal, secara otomatis akan timbul

    kemunduran kemampuan mental. Hal ini disebabkan oleh kerusakan fisik

    khusunya yang berhubungan dengan kemampuan mental, kekeliruan memilih

    kelompok dengan berbagai tingkat usia yang berbeda sebagai perbandingan, dan

    karena perbedaan tingkat pendidikan yang dimiliki masing-masing lanjut usia.

    Penurunan kemampuan mental setiap individu juga berbeda-beda. Tidak ada

    usia tertentu yang dianggap sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan

    tidak ada pola khusus dalam penurunan mental yang berlaku bagi semua lanjut

    usia. Secara umum, lanjut usia yang memiliki pengalaman intelektual lebih tinggi

  • 7/22/2019 Lansia nih

    7/31

    19

    relatif mengalamai penurunan mental yang sedikit daripada lanjut usia yang

    memiliki pengalaman intelektual rendah.

    Perubahan kemampuan mental pada lanjut usia meliputi kemampuan

    mempelajari hal baru yang relatif lambat, penurunan kecepatan dalam membuat

    kesimpulan, kapasitas berpikir kreatif yang cenderung berkurang, lemah dalam

    mengingat sesuatu yang baru yang dikarenakan kurangnya perhatian dan

    penurunan kemampuan pendengaran sehingga lanjut usia menggunakan simbol-

    simbol tertentu untuk mengingat kembali, kecenderungan untuk mengenang masa

    lalu yang disebabkan ketidakbahagiaan masa lanjut usia, kehilangan rasa humor,

    dan lebih mempercayai bahwa nilai-nilai dan cara-cara lama dalam melakukan

    sesuatu lebih baik daripada nilai dan cara baru.

    d.Perubahan MinatTerdapat hubungan yang erat antara jumlah keinginan dan minat orang pada

    seluruh tingkatan usia dan keberhasilan penyesuaian mereka. Hal ini menentukan

    kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang akan diperoleh. Demikian halnya,

    penyesuaian pada lanjut usia sangat dipengaruhi oleh perubahan minat dan

    keinginan yang dilakukan secara sukarela atau terpaksa. Apabila lanjut usia ingin

    mengubah minat dan keinginannya karena alasan kesehatan, situasi keuangan atau

    alasan lainnya mereka akan memperoleh kepuasan yang lebih baik dibanding

    mereka yang menghentikan kegiatannya karena sikap yang tidak menyenangkan

    dari sebagian kelompok masyarakat.

    Minat yang berkembang pada lanjut usia terdiri atas minat pribadi, minat

    rekreasi, minat sosial, minat keagamaan, dan minat untuk mati.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    8/31

    20

    1)Minat PribadiMinat pribadi meliputi minat dalam diri sendiri, minat pada penampilan,

    minat pada pakaian, dan minat pada uang. Minat dalam diri sendiri pada lansia

    ditunjukkan oleh perilaku yang sangat berorientasi pada egonya (egosentris)

    dan pada dirinya (self-centered) di mana mereka lebih banyak berpikir tentang

    diri mereka daripada orang lain dan kurang memperhatikan keinginan atau

    kehendak orang lain yang menyebabkan timbulnya sikap sosial yang tidak

    menyenangkan terhadap lanjut usia.

    Minat pada penampilan dan pakaian pada umumnya berhubungan dengan

    aktivitas sosial lanjut usia. Bagi lanjut usia yang tidak terlibat aktivitas sosial,

    penampilan bukan merupakan prioritas perhatiannya, sehingga kurang dalam

    melakukan perawatan diri. Hal ini berbeda dengan lanjut usia yang terlibat

    aktivitas sosial. Mereka akan memperhatikan penampilannya dengan cara

    merawat diri agar penampilannya lebih menarik. Selain faktor aktivitas sosial,

    minat pada penampilan dan pakaian ini juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi

    dan kesadaran untuk menerima ketuaan sehingga harus menyesuaikan diri

    terhadap penampilan yang seharusnya pada lanjut usia.

    2)

    Minat Rekreasi

    Pria dan wanita lanjut usia cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan

    rekreasi yang biasa dinikmati pada masa mudanya, dan hanya berubah jika

    benar-benar diperlukan. Sebagian besar perubahan dilakukan bukan karena

    minatnya, tetapi karena alasan kondisi yang tidak memungkinkan.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    9/31

    21

    Kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan oleh lanjut usia meliputi

    membaca, menulis surat, mendengar radio, menonton tv, berkunjung ke rumah

    teman atau saudara, menjahit, menyulam, berkebun, piknik, jalan-jalan,

    bermain kartu, pergi ke gedung film, serta turut serta dalam kegiatan

    kewarganegaraan, organisasi politik, atau keagamaan.

    Secara umum jumlah dan variasi keterikatan kegiatan rekreasi nampak

    menurun dengan bertambahnya usia, walaupun minat terhadap rekreasi

    tersebut masih kuat.

    3) Minat SosialSemakin bertambah usia, kegiatan sosial yang dijalani lanjut usia

    semakin berkurang. Hal ini disebut juga lepas dari kegiatan kemasyarakatan

    (Social Disengagement), yaitu proses pengunduran diri secara timbal balik

    pada masa lanjut usia dari lingkungan sosial. Social disengagement menurut

    Birren (Hurlock, 1980: 398) meliputi empat elemen pelepasan beban, yaitu

    berkurangnya keterlibatan dengan orang lain, pengurangan variasi peran sosial

    yang dimainkan, pertambahan penggunaan kemampuan mental, dan

    berkurangnya partisipasi dalam kegiatan fisik. Social disengagement pada

    lanjut usia juga dimanifestasikan dalam bentuk penyusutan sumber-sumber

    kontak sosial dan penurunan partisipasi sosial.

    Berhentinya seseorang dari kegiatan sosial bisa terjadi secara sukarela

    atau terpaksa. Semakin terisolir dari kegiatan sosial, semakin tidak berkembang

    dan kecil kesempatan lanjut usia untuk tetap mempertahankan aktualisasinya.

    Hal ini juga dapat disebabkan oleh sikap sosial terhadap lanjut usia yang tidak

  • 7/22/2019 Lansia nih

    10/31

    22

    menyenangkan, mendorong lanjut usia untuk mengundurkan diri dari kegiatan

    sosial.

    Dengan bertambahnya usia seseorang, maka partisipasi sosialnya

    semakin berkurang dan cakupannya semakin menyempit. Hal ini dikarenakan

    oleh faktor penurunan kesehatan, tingkat keterlibatan dalam kegiatan sosial

    pada usia muda, kemampuan ekonomi yang kurang baik, atau karena

    mempuyai tanggungjawab keluarga yang tidak memungkinkan lanjut usia

    untuk berpartisipasi.

    Perubahan status individual yang disebabkan oleh hilangnya pasangan

    hidup (suami atau istri) atau karena pensiun, juga turut mempengaruhi tingkat

    dan aktivitas sosial serta persahabatan yang biasa dilakukan.

    4) Minat KeagamaanAnalisis dari studi penelitian tentang sikap terhadap kegiatan keagamaan

    dan agama pada lanjut usia membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang

    meningkatnya minat terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia dan

    ada pula fakta-fakta yang menunjukkan menurunnya minat terhadap agama

    pada usia tersebut. Dalam hal ini melibatkan diri atau menjauhi bidang

    keagamaan, pada umumnya seseorang meneruskan agama atau kepercayaan

    dan kebiasaan yang dilakukan pada awal kehidupannya.

    Pengalaman keagamaan itu sendiri yang menawarkan kesempatan baik

    untuk meningkatkan kehidupan sosial dan persahabatan, serta mengurangi

    kesepian. Sebagai tambahan, agama dapat melepaskan kecemasan seseorang

    tentang kematian dan kehidupan setelah mati. Hal ini juga diungkapkan Covalt

  • 7/22/2019 Lansia nih

    11/31

    23

    (Hurlock, 1980: 402) bahwa kegiatan keagamaan mempunyai kelompok

    rujukan yang memberi dorongan dan rasa aman kepada mereka, sedang orang

    yang tidak masuk dalam kelompok agama manapun tampaknya kurang

    mendapatkan dorongan sosial semacam itu.

    5) Minat KematianSemakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka semakin kurang tertarik

    terhadap kehidupan akherat dan lebih mementingkan tentang kematian itu

    sendiri serta kematian dirinya.

    Selain karakterstik perkembangan yang diungkapkan oleh Hurlock, ada pula

    pembahasan mengenai perkembangan psikososial lansia yang dikemukakan oleh

    Erikson (Santrock, 2002: 250) yang memaparkan bahwa masa dewasa akhir dicirikan

    oleh tahap terakhir dari delapan tahap siklus kehidupan, yaitu integritas versus

    keputusasaan (integrity vs despair). Dalam pandangan Erikson, tahap-tahap akhir

    kehidupan merupakan suatu masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan

    dengan kehidupan kita. Melalui beberapa jalan yang berbeda, lanjut usia telah

    mengembangkan harapan positif di setiap periode sebelumnya. Jika demikian,

    pandangan tentang masa lalu dan kenangan akan menampakkan suatu gambaran dari

    kehidupan yang dilewatkan dengan baik, dan seorang lanjut usia akan merasa puas

    (integritas). Namun jika seorang lanjut usia melalui satu atau lebih tahapan-tahapan

    yang awal dengan suatu cara yang negatif (terisolasi dalam masa dewasa awal atau

    terhambat pada masa dewasa tengah misalnya), pandangan tentang masa lalu akan

    menampilkan keragu-raguan, kemurungan, dan keputusasaan terhadap keseluruhan

    nilai dari kehidupan seseorang.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    12/31

    24

    Nilai yang berkembang pada masa ini yaitu kebijaksanaan. Kebijaksanaan

    adalah nilai yang berkembang dari hasil pertemuan antara integritas dan

    keputusasaan (Alwisol, 2007: 136). Bijaksana (wisdom) adalah aspek kepribadian

    (personality), merupakan kombinasi dari aspek kognitif, afektif dan konatif.

    Kebijaksanaan menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu

    mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung ruginya sehingga dapat

    bertindak secara adil atau bijaksana. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat

    kematangan kepribadian seseorang (Kuntjoro, 2009: 1). Kebijaksanaan juga diartikan

    oleh Batles (Santrock, 2002: 223) sebagai pengetahuan seorang ahli mengenai aspek-

    aspek praktis dari kehidupan yang memungkinkan munculnya keputusan yang

    bermutu mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan. Pengetahuan praktik ini

    melibatkan wawasan yang luar biasa dalam perkembangan manusia dan persoalan

    kehidupan, keputusan yang baik, dan suatu pemahaman mengenai bagaimana

    mengatasi permasalahan-permasalahan yang sulit dalam kehidupan.

    3. Tugas Perkembangan LansiaTugas perkembangan masa tua dikemukakan oleh Havighurst (Hurlock,

    1980: 10) yang terdiri atas:

    1)

    Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan;

    2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga;3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup;4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia;5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan; dan6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    13/31

    25

    Hambatan perkembangan yang akan ditemui lansia diantaranya dikemukakan

    oleh Hurlock (1980: 387), yaitu keadaan fisik yang lemah dan tidak berdaya

    sehingga menggantungkan diri pada orang lain, status ekonomi terancam,

    menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi

    fisik, mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal

    atau pergi jauh atau cacat, mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu

    luang, belajar memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa, terlibat

    dalam kegiatan masyarakat yang khusus direncanakan bagi orang dewasa, merasakan

    kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk usia lanjut dan memiliki kemauan

    menggati kegiatan yang lama dengan kegiatan yang lebih cocok, dan menjadi

    korban kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    14/31

    26

    C.PENGAMBILAN KEPUTUSANPengambilan keputusan atau decision making dijelaskan oleh Mansyur &

    Lukman (Ramadhani, 2010: 12) merupakan suatu kegiatan kognitif yang

    mempersatukan memori, pemikiran, proses informasi, dan penilaian secara evaluatif

    dalam rangka proses seleksi dari sejumlah alternatif yang tersedia untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan.

    Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah

    (Robbins, 2001: 101). Pengambilan keputusan pada umumnya didasarkan pada data

    yang terkumpul, kemudian dianalisa, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang

    dinilai positif (menguntungkan) kemudian baru diambil suatu keputusan (Kuntjoro,

    2009: 1).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan

    individual yang disebutkan oleh Moordiningsih & Faturochman (Ramadhani, 2010:

    16) terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kreativitas

    individu, persepsi, nilai-nilai yang dimiliki seseorang, motivasi, dan kemampuan

    analisis permasalahan. Sedangkan faktor eksternal meliputi rentang waktu dalam

    membuat keputusan, informasi, dan komunikasi individu saat mengambil keputusan,

    seperti pengaruh sosial maupun peran kelompok.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    15/31

    27

    D.PENYESUAIAN DIRI1. Pengertian Penyesuaian Diri

    Schneider (1964: 51) mengungkapkan definisi penyesuaian diri yaitu:

    as a process involving both mental and behavioral responses by which an

    individual strive to cope succesfully with inner needs, tensions, frustrasions,

    and conflicts, and to effect a degree of harmony between these inner demands

    and those imposed on him by the objective world in which he lives.

    Penyesuaian diri menurut Lazarus (Sofiana, 2005: 6) adalah aktivitas

    intelektual problem solving untuk menemukan karakteristik dari perubahan yang

    terjadi hingga dapat melakukan penyesuaian yang tepat yang melibatkan kendali

    perasaan serta emosi kuat seperti marah, takut, cemas, dan malu. Jadi, dapat

    disimpulkan bahwa proses pemecahan masalah melibatkan juga bentuk-bentuk

    penguasaan diri agar semua dorongan, impuls, dan emosi bisa diatur dengan baik

    hingga proses penyesuaian diri berjalan mudah.

    Penyesuaian diri juga dijelaskan oleh Hurlock (Amanda, 2008: 27) sebagai

    kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat menampilkan tingkah laku secara

    personal memuaskan serta dapat diterima secara sosial.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Schneider

    (1964: 122) adalah sebagai berikut.

    1)Kondisi fisik (physical conditions and determinants) yang meliputi hereditas,konstitusi tubuh, sistem saraf, kelenjar, dan sistem otot.

    2)Perkembangan dan kematangan (development and maturation) yang meliputiperkembangan dan kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    16/31

    28

    3)Determinan psikologis (psychological determinants) yang meliputi pengalaman,proses belajar, pembiasaan, self-determination, frustrasi, dan konflik.

    4)Kondisi lingkungan (environmental conditions) yaitu rumah, keluarga, dansekolah.

    5)Determinan budaya (culture determinants) yang termasuk didalamnya salahsatunya adalah agama.

    Selain itu Goodstein & Lanyon (Dwiyani, 2000: 35) juga mengemukakan dua

    faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu:

    1)individu dan karakteristiknya, yang mencakup kebutuhan, keinginan, kompetensidan keahlian individu dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, dan

    2)situasi, yang mencakup keadaan yang dihadapi individu dan tuntutan situasitersebut terhadap individu.

    Schneider (1964: 274) mengemukakan indikator penyesuaian diri yang

    normal yaitu:

    1)Tidak ditemukan emosi yang berlebihanMenunjukkan kemampuan kontrol dan ketenangan emosi ketika muncul

    permasalahan, terutama terhadap emosi negatif.

    2)Tidak ada mekanisme pertahanan diri

    Melakukan pendekatan langsung terhadap permasalahan lebih mengindikasikan

    respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui

    serangkaian defence mechanism yang tidak disertai tindakan nyata untuk

    mengubah suatu kondisi.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    17/31

    29

    3)Tidak ada frustasi personalFrustasi menimbulkan kesulitan melakukan respon yang normal terhadap

    masalah.

    4)Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diriIndividu dalam kondisi sulit tetap mampu menyesuaikan diri secara normal

    dengan menunjukkan kemampuan berpikir, melakukan pertimbangan terhadap

    masalah atau konflik, dan mengorganisasikan pikiran, tingkah laku, serta perasaan

    untuk pemecahan masalah.

    5)Kemampuan belajarDalam proses belajar, individu dapat melakukan analisa faktor-faktor apa saja

    yang bisa membantu atau bahkan mengganggu proses penyesuaian.

    6)Belajar dari pengalamanSeperti proses belajar, individu belajar bagaimana menghadapi konflik dan krisis

    berdasar pengalaman, baik pengalaman sendiri ataupun orang lain.

    7)Sikap realistik dan objektifSikap realistik dan objektif bersumber pada belajar dari pengalaman, pemikiran

    yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah, ataupun menilai keterbatasan

    yang ada.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    18/31

    30

    2. Penyesuaian Diri LansiaTerdapat empat kriteria dalam penyesuaian diri menurut Hurlock (1980: 438).

    Keempat kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

    a. Kualitas pola perilakuKualitas pola perilaku dalam hal ini menunjuk pada keberhasilan lansia

    dalam melakukan penyesuaian diri. Terdapat dua teori yang berkaitan yaitu

    activity theoryyang dikemukakan Palmore dan Lemon et.all dan disengagement

    theory yang dikemukakan oleh Gumming dan Henry (Hardywinoto & Setiabudhi,

    2009: 45).

    Menurut activity theory, lansia tetap merawat berbagai sikap dan kegiatan

    semasa usia madya selama mungkin dan mencari kegiatan pengganti untuk

    beberapa kegiatan yang harus diganti, karena disesuaikan dengan usia dan

    kemampuan lansia.

    Sedangkan dalam disengagement theory, dijelaskan bahwa baik secara

    sukarela ataupun tidak, lansia akan membatasi keterlibatan mereka dalam kegiatan

    orang-orang usia madya, salah satunya menghentikan hubungan langsung dengan

    orang lain, misalnya mereka merasa bebas berbuat sesuka hati dan melakukan hal-

    hal yang penting menurut mereka tanpa memperdulikan perasaan-perasaan orang

    lain tentang mereka. Pelepasan diri tersebut bukan merupakan peristiwa sehari,

    namun merupakan suatu proses yang bertahap.

    Penelitian mengenai penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri yang

    buruk pada lansia menunjukkan bahwa lansia yang melakukan penyesuaian yang

    baik memiliki sifat-sifat yang diharapkan ada pada seseorang yang mengikuti teori

  • 7/22/2019 Lansia nih

    19/31

    31

    aktivitas, sedangkan mereka yang menunjukkan penyesuaian yang buruk memiliki

    karakteristik yang berhubungan dengan teori pelepasan diri.

    Secara umum terdapat bukti bahwa mereka yang melakukan penyesuaian

    yang baik ketika masih muda akan melakukan penyesuaian yang baik pula di hari

    tuanya. Seperti yang diungkapkan Cicero dalam De Sanectu te-nya, mereka yang

    memiliki keinginan sederhana dan watak yang baik, menjadikan masa tuanya

    menjadi mudah dijalani. Sedangkan mereka yang tidak menunjukkan sikap

    bijaksana dan kebajikan di masa mudanya cenderung untuk memperlihatkan

    kelemahan-kelemahannya di hari tua, yang sebetulnya merupakan hasil dari

    ketidakteraturan hidup dan sikap di masa mudanya. Hal senada diungkapkan

    Erickson (Maryam, et.all, 2008: 40), kesiapan lansia untuk menyesuaikan diri

    terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh

    kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang

    sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta

    membina hubungan yang serasi dengan orang-orang sekitarnya, maka pada usia

    lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap

    perkembangan sebelumnya seperti berolahraga, mengembangkan hobi bercocok

    tanam, dan lain-lain.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    20/31

    32

    b.Perilaku emosionalLansia cenderung mengalami perubahan perilaku emosional. Mereka

    cenderung apatis, kurang responsif dan kurang antusias bila dibandingkan dengan

    masa muda mereka. Respon emosional mereka juga kurang bervariasi dan kurang

    sesuai pada konteks peristiwa. Pada akhirnya kemunduran perilaku emosional ini

    menjadi hal yang biasa dan cenderung menampilkan perilaku emosional yang

    terjadi pada anak-anak, yaitu sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-

    sifat buruk lainnya.

    Umumnya lansia kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan

    kehangatan dan perasaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi

    kikir kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif terhadap

    orang lain, karena menurut pengalaman masa lalu perasaan positif yang

    dilontarkan jarang mendapat respon yang memadai dari orang-orang yang dibagi

    perasaan positif tersebut. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang

    dilakukan itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin

    pasif juga perilaku emosional mereka.

    Rasa kasih sayang dari lansia kurang kuat daripada saat mereka muda dulu.

    Sedangkan perasaan emosional semakin kuat, contohnya cenderung mudah

    marah, suka bertengkar, berpikir aneh, dan tidak dapat akur. Perasaan ketakutan

    dan kecemasan, ketidakpuasan dan kekecewaan, serta perasaan tersiksa

    merupakan hal yang lebih umum terjadi daripada perasaan-perasaan yang lebih

    menyenangkan.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    21/31

    33

    c. KepribadianSudah diketahui bahwa lansia, tanpa menghiraukan pola kepribadian di masa

    mudanya, berkembang menjadi manusia yang menjengkelkan dengan sifat mudah

    marah, pelit, suka bertengkar, banyak menuntut, egois, semau sendiri dan

    umumnya mustahil untuk menyesuaikan diri. Lebih lanjut diketahui bahwa bila

    lansia hidup lebih lama maka kepribadiannya akan menjadi seperti anak-anak

    yang menghendaki diperlakukan seperti anak-anak.

    Pola kepribadian, sebelum memasuki usia tua, mempengaruhi reaksi

    seseorang pada usia tua. Hal ini akan menentukan berapa besar perubahan akan

    terjadi pada kepribadian seseorang apabila menjadi tua. Gambaran ini diperkuat

    oleh penelitian terkini yang menekankan bahwa meskipun terjadi perubahan-

    perubahan pada kepribadian, maka yang ada adalah perubahan yang bersifat

    kuantitatif daripada kualitatif. Ini berarti bahwa pola dasar dari kepribadian yang

    muncul lebih awal dalam kehidupan, menjadi lebih terbentuk dengan

    bertambahnya usia.

    Meskipun orang-orang berusia lanjut menjadi lebih kaku dalam memandang

    sesuatu, lebih konservatif dalam bertindak, lebih berprasangka buruk dalam

    bersikap terhadap orang lain, dan lebih berpusat pada diri sendiri, namun

    semuanya bukan sifat-sifat yang baru berkembang melainkan merupakan sifat-

    sifat lama yang menjadi berlebih-lebihan dan semakin tampak karena adanya

    tekanan-tekanan yang terjadi saat usia tua. Jika tekanan-tekanan tersebut terasa

    berat untuk diatasi dan terjadi kehancuran kepribadian, maka sifat-sifat yang

  • 7/22/2019 Lansia nih

    22/31

    34

    dominan yang telah ada pada awal kehidupan seseorang menjadi dominan dalam

    pola di mana kehancuran kepribadian terjadi.

    Perubahan pada kepribadian di usia lanjut terbentuk karena adanya perubahan

    pada inti kepribadian, yaitu konsep diri. Perubahan pada konsep diri ini

    dikarenakan adanya kesadaran subjektif yang ada yang berubah seiring

    bertambahnya usia. Hal ini diperkuat oleh pendapat umum tentang lansia,

    pengetahuan mereka tentang sikap masyarakat terhadap lansia, dan perlakuan

    yang mereka peroleh dari masyarakat.

    Jika lansia telah menyadari adanya perubahan fisik dan psikis mereka, maka

    mereka akan berpikir dan beperilaku seperti seharusnya yang dilakukan lansia dan

    pada akhirnya mereka akan mengembangkan pola-pola kepribadian yang sesuai

    dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat lingkungannya.

    Perlakuan dari kelompok sosial juga mempengaruhi perubahan konsep diri.

    Karena perlakuan yang didapat kurang menyenangkan, maka berpengaruh pada

    perubahan konsep diri mereka yang kurang menyenangkan juga.

    Lansia yang berada di panti werdha, apalagi yang datang ke panti bukan atas

    keinginan sendiri akan memiliki sikap-sikap yang lebih buruk terhadap diri sendiri

    dan lebih memperlihatkan ciri kepribadian minoritas seperti membenci diri

    sendiri, perasaan tidak aman dan tidak pasti, bertengkar, apatis, kemunduran,

    tertutup, cemas, terlalu tergantung dan bersikap menolak.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    23/31

    35

    d.Derajat Kepuasan atau KebahagiaanKebahagiaan ini tergantung dari harapan-harapan yang telah ditanamkan

    semenjak masa muda. Bila mereka mampu mencapai target dari harapan-harapan

    tersebut, maka mereka akan bahagia serta merasa puas terhadap diri dan

    prestasinya tersebut. Dan sebaliknya, mereka yang tidak mampu mencapai

    harapan-harapannya, mereka akan merasa semakin jauh untuk dapat mencapai

    harapan tersebut dan akhirnya kecewa teradap diri dan tidak bahagia. Tetapi

    walaupun begitu, mereka yang telah bahagia pun bisa menjadi tidak puas dan

    putus asa di hari tuanya, walaupun derajatnya tidak sama dengan mereka yang

    telah merasa gagal.

    Kebahagiaan di usia lanjut dipengaruhi juga oleh terpenuhi atau tidaknya

    three A of happiness, yang mencakup acceptance, affections, dan achievement.

    Jika lansia tidak mampu memenuhi ketiga A tersebut maka akan sulit baginya

    menjadi bahagia.

    Barrett (Hurlock, 1980: 443) menjelaskan tentang hal yang menjadikan lansia

    menjadi bahagia dalam cara sebagai berikut.

    Orang usia lanjut yang secara finansial terjamin, dapat memanfaatkan waktu

    bebasnya untuk hal-hal yang konstruktif, merasa bahagia dengan kontak

    sosialnya, dan dapat mengembangkan jasa-jasanya bagi kepentingan oranglain kelak akan diketemuinya bahwa periode hidup di mana tuanya akan

    dihargai. Ia akan dapat bertahan pada konsep diri yang superior, tetap

    bermotivasi tinggi, jarang terserang neurotik atau psikotik dan menjalani

    hidupnya dengan bahagia. Ia tidak akan menderita karena merasa kehilangan

    psikososialnya, ia juga tidak akan cepat tua (senescent). Apabila seseorang

    telah mempersiapkan dirinya terhadap masa pensiun secara memadai maka

    betul bahwa masa pensiun akan menjadi masa kejayaan (the golden years).

  • 7/22/2019 Lansia nih

    24/31

    36

    Sesuatu yang penting bagi kebahagiaan di tahun-tahun akhir kehidupan

    adalah kesempatan untuk meneruskan gaya hidupnya yang pada masa sebelumnya

    membuahkan kebahagiaan. Havighurst (Hurlock, 1980: 444) menekankan bahwa:

    Orang-orang dengan gaya hidup yang aktif, berhasil dan mengarah keluar

    akan mempunyai kepuasan yang terbaik, dengan terus mengacu pada gaya

    tersebut sampai usia lanjutnya dan sedikit saja perubahan yang dilakukan.

    Orang lain dengan gaya hidup yang pasif, bergantung dan berpusat pada

    kegiatan rumah tangga akan memperoleh kepuasan terbaik apabila mereka

    tidak terikat pada kegiatan di luar rumah. Tidak diragukan lagi bahwa ada

    tekanan tidak mengikat yang bekerja padanya, dan dalam dirinya, setelah

    mereka melampaui usia tujuh puluh dan delapan puluh tahun. Karena merekamasih akan tetap bercirikan gaya hidup yang berkepribadian seperti pada usia

    madya.

    Terdapat beberapa kondisi penting yang menunjang kebahagiaan pada usia

    lanjut (Hurlock, 1980: 444).

    a) Sikap yang menyenangkan terhadap usia lanjut berkembang sebagaiakibat dari kontak pada usia sebelumnya dengan orang lanjut usia yang

    menyenangkan.

    b) Kenangan yang menggembirakan sejak masa kanak-kanak sampaidewasa.

    c) Sikap yang realistis terhadap kenyataan dan mau menerima kenyataantentang perubahan fisik dan psikis sebagai akibat dari usia lanjut yang

    tidak dapat dihindari.

    d) Menerima kenyataan diri dan kondisi hidup yang ada sekarang, walaupunkenyataan tersebut berada di bawah kondisi yang diharapkan.

    e) Mempunyai kesempatan untuk memantapkan kepuasan dan pola hidupyang diterima oleh kelompok sosial di mana ia sebagai anggotanya.

    f) Terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan menarik.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    25/31

    37

    g) Diterima oleh dan menerima respek dari kelompok sosial.h) Perasaan yang puas terhadap status yang ada sekarang dan prestasi masa

    lalu.

    i) Puas terhadap status perkawinannya dan kehidupan seksualnya.j) Kesehatan cukup bagus tanpa mengalami masalah kesehatan yang kronis.k) Menikmati kegiatan rekreasional yang direncanakan khusus untuk orang

    usia lanjut.

    l) Menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga danteman-teman.

    m)Melakukan kegiatan produktif, baik kegiatan di rumah maupun kegiatanyang secara sukarela dilakukan.

    n) Situasi keuangannya memadai untuk memenuhi seluruh keinginan dankebutuhannya.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    26/31

    38

    E.PANTI WERDHA1. Pengertian Panti Werdha

    Panti werdha adalah organisasi sosial atau lembaga sosial masyarakat yang

    membantu pemerintah dalam menampung dan merawat lansia. Sesuai ketentuan dari

    pemerintah, dalam hal ini Departemen Sosial, Hardywinoto & Setiabudhi

    (Cahyawati, 2009: 9) menyebutkan bahwa untuk menjadi anggota atau penghuni

    panti werdha, maka hanya lanjut usia yang lemah dan tak mampu mengurus dirinya

    sendiri serta mempunyai ketergantungan dan dapat diterima atau dirawat.

    Data penduduk lansia di kota Bandung mencapai 360.000 orang atau

    mencapai 15 % dari total penduduk kota Bandung yaitu sebanyak 2,4 juta orang.

    Sedangkan yayasan panti wredha tercatat sebanyak 51 yayasan (Berita Indonesia,

    2009: 1).

    2. Lansia di Panti WerdhaLansia yang tinggal di panti wredha akan dihadapkan pada situasi yang

    berbeda dengan sebelum mereka tinggal di panti. Hal tersebut akan mendorong

    mereka untuk melakukan penyesuaian diri agar kehidupan mereka dapat selaras dan

    berjalan baik. Penyesuaian diri yang tepat akan membuat lansia merasa nyaman

    untuk tinggal di panti (Sulandari, 2009: 1).

    Hawari (Cahyawati, 2009: 2), menyebutkan bahwa peningkatan jumlah lansia

    yang terdaftar dalam panti wredha adalah karena adanya pergeseran struktur keluarga

    menjadi keluarga inti (nuclear family) yang tidak menyediakan tempat bagi para

    lansia. Sehingga para lansia hidup hanya ditemani oleh binatang peliharaan dalam

  • 7/22/2019 Lansia nih

    27/31

    39

    kesepian, isolasi sosial, dan tidak tahu apa yang harus diperbuatnya di hari tua. Hal

    inilah yang menjadi pemicu depresi pada lansia.

    Terdapat beberapa faktor penyebab lansia tinggal di panti wredha yang

    dikemukakan oleh Sulandari (2009: 6) yaitu, diantaranya karena menghadapi anak-

    anak yang sudah selesai pendidikannya dan mulai mandiri sehingga mulai

    meninggalkan rumah dan berdiri sendiri, memiliki keluarga tetapi tidak ada yang

    perduli, memperhatikan, kurang kasih sayang dan tidak adanya waktu luang untuk

    bercengkrama dan berbagi rasa, sering bermasalah dengan keluarga sehingga tidak

    mau bergabung dengan anak dan keluarga lain, ada yang ingin hidup menyendiri,

    menjauhkan diri dari keluarga bahkan ingin melupakan keluarga (suami, istri, anak

    cucu dan menantu), dan kesepian karena hidup sebatangkara seperti yang dialami

    oleh Kiat Nio (Surya online, 2007: 1).

    Datang sendiri dan mendaftarkan diri diam-diam dilakukan Kiat Nio, 97. Saat

    itu usianya baru 75 tahun ketika minta diantar pembantu rumah tangga

    keponakannya. Oma Kiat berasal dari Sumenep. Orangtuanya pedagang hasil

    bumi yang cukup kaya. Menjadi anak tunggal ketika kedua orangtuanya

    meninggal membuat Oma Kiat sedih. Tetapi lebih sedih lagi saat suaminya

    juga meninggal. Tak lama kemudian anak satu-satunya dan menantunya ikut

    menyusul. Tak ada lagi yang tersisa selain keponakan. Saya ikut keponakan.

    Senang juga sebenarnya tetapi saya tidak mau merepotkan orang lain, kata

    Oma Kiat dengan logat Madura yang masih kental. Lalu saya ajak pembantu

    naik becak ke Panti Wredha Undaan ini, 22 tahun lalu. Saya cerewet sekali

    ketika mendaftar, semua saya tanyakan. Soal makan, mencuci baju,membersihkan kamar, kalau sakit. Ternyata semuanya sudah diurus oleh

    karyawan yayasan ini.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    28/31

    40

    Di samping itu, Wijayanti (Sulandari, 2009: 6) menyebutkan bahwa terdapat

    fenomena yang terjadi pada lanjut usia di panti werdha menimbulkan masalah

    tersendiri, yaitu diantaranya tidak ada yang perduli, memperhatikan, kurang kasih

    sayang dari keluarga, kekosongan, rasa tidak dibutuhkan lagi, dan kesepian.

    3. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Lansia di Panti WerdhaTerdapat empat kondisi umum yang menentukan keberhasilan penyesuaian

    diri lansia di panti werdha (Hurlock, 1980: 431), yaitu alasan masuk panti, kebiasaan

    hidup bersama orang lain, jarak tempat tinggal semula dengan panti, dan kontak

    keluarga.

    Lansia yang masuk panti secara sukarela akan merasa lebih bahagia dan

    mempunyai motivasi untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan di panti.

    Keterbiasaan hidup dengan orang lain serta melakukan kegiatan bersama

    akan semakin membuat lansia dapat menikmati kontak sosial dan berbagai

    kesempatan rekreasi yang diadakan di panti.

    Jarak panti dengan tempat tinggal semula pun turut mempengaruhi

    keberhasilan penyesuaian diri lansia di panti werdha. Hal ini dikarenakan tempat

    tinggal yang dekat diasumsikan dengan mudahnya untuk berhubungan dengan teman

    dan kerabat, sehingga lansia akan terdorong untuk melakukan penyesuaian yang

    baik.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    29/31

    41

    Di mana pun lansia tinggal, mereka masih merasa menjadi bagian dari

    keluarga dan tidak terputus kontak dengan anak-anak serta kerabat kerja. Setelah

    teman-teman mereka meninggal, mereka tidak dapat berteman lagi. Dalam keadaan

    demikian lansia sangat tergantung kepada peran keluarga. Kondisi ini terkait dengan

    berkurangnya kemampuan fisik dan mental pada lansia, sehingga keluarga dianggap

    pelindung bagi lansia.

    F. HUBUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PENYESUAIANDIRI LANSIA DI PANTI WERDHA

    Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah terjadi

    penundaan, oleh sebab itu, mereka membutuhkan pendamping yang dengan sabar

    mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa dibicarakan dengan mereka,

    akan menimbulkan kekecewaan dan mungkin dapat memperburuk kondisinya

    (Kuntjoro, 2009: 1). Hal ini termasuk pada keinginan lansia untuk memutuskan

    hidup di panti werdha yang memerlukan pendampingan dari keluarga dan orang-

    orang terdekat, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat diperoleh pilihan

    keputusan yang terbaik.

    Keputusan untuk tinggal di panti wredha dapat berasal dari keluarga dan juga

    dari keinginan para lanjut usia itu sendiri. Lansia yang telah menempati panti akan

    berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru di panti wredha.

    Selanjutnya, Afida (Sulandari, 2009: 8) menyebutkan bahwa lansia yang tidak segera

    mampu menyesuaikan diri akan menimbulkan ketegangan jiwa atau stres.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    30/31

    42

    Di sisi lain, lansia memiliki hak untuk menentukan pilihannya menjalani masa

    lanjut dengan tinggal bersama keluarga atau tinggal di panti wredha. Lansia memiliki

    beberapa alasan untuk tinggal di panti wredha (Sulandari, 2009: 4), diantaranya yaitu

    tidak punya sanak saudara, miskin, terlantar dan saran dari saudara atau orang

    terdekat.

    Keputusan untuk menempatkan orang tua atau sanak saudara yang lanjut usia

    di panti wredha sering kali dilakukan untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan-

    kebutuhan fisik dan emosional dan hal tersebut juga memungkinkan untuk

    menimbulkan stres pada lansia tersebut. Lansia yang mulai menempati panti akan

    memasuki lingkungan baru yang menuntut mereka untuk menyesuaikan diri

    (Santrock, 2002: 2006).

    Keputusan lansia untuk tinggal di panti werdha pun pada akhirnya akan

    mempengaruhi keberhasilan penyesuaian diri lansia di panti werdha. Hal ini

    dikemukakan oleh Hurlock (1980: 393) yang menyatakan bahwa penyesuaian pada

    lansia dipengaruhi oleh perubahan minat dan keinginan yang dilakukan secara

    sukarela atau terpaksa. Hal senada juga dikemukakan Amanda (2008: 72) dalam

    temuan penelitiannya bahwa lansia yang memutuskan tinggal di panti werdha secara

    sukarela akan lebih merasa bahagia dan memiliki motivasi untuk menyesuaikan diri

    terhadap berbagai perubahan di panti daripada lansia yang tinggal di panti werdha

    karena terpaksa. Dengan kata lain, lansia yang memutuskan sendiri untuk tinggal di

    panti werdha akan mampu melakukan penyesuaian yang lebih baik daripada lansia

    yang tinggal di panti werdha bukan atas keinginan sendiri.

  • 7/22/2019 Lansia nih

    31/31

    43

    Penelitian terdahulu yang mengkaji mengenai penyesuaian diri pada lansia

    telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Sulandari (2009: 1) tentang Penyesuaian

    Diri Pada Lansia yang Tinggal di Panti Werdha. Penelitian ini menyimpulkan

    bahwa pola-pola penyesuaian diri yang dilakukan oleh lansia yang tinggal di panti

    wredha di kategorikan menjadi enam, yaitu intropeksi, dukungan sosial, spiritual,

    sikap positif, usaha penyelesaian, lain-lain (aktif dalam kegiatan). Alasan-alasan

    penyesuaian diri pada lansia yang tinggal di panti wredha meliputi ketentraman hati

    dan pikiran, hidup rukun dengan sesama penghuni, selaras dengan lingkungan,

    menjadi pribadi yang berguna dan bermanfaat. Lansia yang tinggal di panti wredha

    melakukan pola penyesuaian diri yang berbeda urutannya. Penyesuaian diri

    dilakukan agar dapat tinggal selaras dengan yang lain dan tidak ada perasaan

    tertekan. Lansia melakukan interaksi dengan penghuni untuk memahami keadaan

    baru di panti dan berjalan searah dengan ketentuan di panti.

    Penelitian yang sama dilakukan oleh Amanda (2008: 84) tentang Studi

    Deskriptif Mengenai Penyesuaian Diri Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

    Pertiwi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penyesuaian diri yang baik ditunjang

    oleh adanya kontak dengan keluarga dan alasan tinggal di panti dengan sukarela.

    Adapun jarak tempat tinggal panti dengan rumah tinggal sebelumnya serta lamanya

    tinggal di panti tidak menjamin keberhasilan penyesuaian diri ansia di panti werdha.