langkah 1-3
description
Transcript of langkah 1-3
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
876/Menkes/SK/VIII/2001 Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) merupakan suatu
pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan
mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan
risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang
bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah
lingkungan saat ini atau di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar). ARKL merupakan
sebuah pendekatan untuk menghitung atau memperkirakan risiko pada kesehatan
manusia, termasuk identifikasi terhadap adanya faktor ketidakpastian, penelusuran
pada pajanan tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang
menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik.
ARKL lebih ditujukan untuk mengkaji secara kuantitatif probabilitas terjadinya
gangguan kesehatan. Pada dasarnya, ARKL hanya mengenal empat langkah, yaitu :
1). Identifikasi bahaya, 2). Analisis dosis-respon, 3). Analisis pajanan, dan 4).
Karakteristik risiko. Setelah melakukan keempat langkah ARKL maka dapat
diketahui apakah suatu agen aman/ dapat diterima atau tidak. Pengelolaan risiko
bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan
bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman
ataupun unacceptable. Selanjutnya dilakukan komunikasi risiko untuk
menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko),
pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya. Komunikasi risiko merupakan
tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari
pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko (Pedoman ARKL, 2012).
Gambar x.x Bagan Alir Penerapan ARKL (sumber: Pedoman ARKL 2012)
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apakah
paparan agent atau bahan kimia dengan segala karakteristik sifatnya secara
kausalitas (sebab-akibat) berhubungan dengan efek kesehatan tertentu
(Paustenbach, 2002). Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama yang
digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi
menyebabkan gangguan kesehatan jika tubuh trepajan. Pelaksanaan identifikasi
bahaya meliputi 3 hal, yaitu (Tualeka, 2013) :
a. Identifikasi sifat kimia agent, meliputi sifat kimia karsinogen (dapat
menyebabkan kanker) dan non karsinogen.
b. Identifikasi jalan masuk agent dalam tubuh, meliputi saluran penapasan,
saluran pencernaan dan kulit.
c. Penentuan rangking/ tingkat toksisitas agent
2. Analisis Dosis-Respon
Analisis dosis-respon menggambarkan hubungan antara dosis dari suatu
bahan dengan efek pada manusia atau hewan. Analisis dosis-respon menetpkan
nilai-nilai kuantitatif toksisitas risk agent untuk setiap bentuk spesi kimianya.
Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi (reference dose, RfD) untuk efek
non karsinogenik dan Cancer Slope Factor (CSF) atau Cancer Unit Risk (CCR)
untuk efek karsinogenik (Rahman dkk, 2007). RfD atau RfC adalah toksisitas
kuantitatif non karsinogenik, menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang
diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun pajanan
berlanjut sepanjang hidup (IPCS, 2004). Dosis referensi dibedakan untuk pajanan
oral atau tertelan (ingesti) yang disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi (udara)
yang disebut RfC. Dalam analisis dosis-respon, dosis dinyatakan sebagai risk
agent yang terhirup, tertelan atau terserap melalui kulit per kg berat badan per
hari (mg/kg/hari) (Rahman, 2007). RfD atau RfC dapat ditentukan berdasarkan
formula :
Keterangan :
- RfD (human dose) = estimasi pajanan harian (dengan rentang ketidakpastian
satu orde) bagi populasi umum (termasuk subkelompok yang sensitive) yang
tidak akan mengalami risiko efek merugikan kesehatan sepanjang hayat.
Semakin tinggi pajanan melebihi RfD-nya, semakin besar pula kemungkinan
efek merugikan akan terjadi.
- NOAEL (No Observed Adverse Effect Level)/ experimental dose = dosis
tertinggi yang secara statistik atau biologik tidak memperlihatkan efek
merugikan.
- LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level)/ experimental dose = dosis
terendah yang secara statistik atau biologik memperlihatkan efek merugikan.
- UF (Uncertainty Factor) = Kelipatan angka 10 untuk menyatakan
ketidakpastian dan kekurangan data.
- MF (Modifying Factor) = 1
3. Analisis Pemajanan (Exposure Assessment)
Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan analisis pemajanan
yaitu dengan mengukur atau menghitung intake/ asupan dari risk agent. Pajanan
RfD = NOAEL atau LOAEL_______(UF1 x UF2 x UF3 x UF4 x MF)
adalah konsentrasi atau jumlah kuantitatif agen risiko yang sampai dan memajan
organisme target, sistem, atau sub populasi dengan frekuensi dan durasi pajanan
yang tertentu. Exposure assessment merupakan evalusasi pemajanan dari
organisme, sistem, atau sub populasi terhadap agen (IPCS, 2004). Analisis
pemajanan (exposure assessment) adalah suatu langkah untuk menghitung asupan
agent yang dihasilkan dari kontak dengan berbagai media lingkungan (udara, air,
tanah, makanan). Analisis pemajanan dapat mengatasi pemajanan baik di masa
lalu, saat ini atau antisipasi masa mendatang meskipun terdapat ketidakpastian
ketika mencoba untuk mengantisipasi apa yang mungkin terjadi atau apa yang
akan terjadi (Paustenbach, 2002). Perhitungan intake dapat dilakukan dengan
formula berikut :
Keterangan :
- I = asupan/ intake (mg/kg/hari)
- C = konsentrasi risk agent, mg/m3 untuk medium udara, mg/l untuk air
minum, mg/kg untuk makanan atau pangan
- R = laju (rate) asupan : 20 m3/hari (udara), 2 L/hari (air minum)
- tE = waktu pajanan harian, jam/hari
- fE = frekuensi pajanan tahunan, hari/tahun
- Dt = durasi pajanan (70 tahun yaitu secara umum diterima seumur hidup, 30
tahun jika diatas 90% waktu untuk 1 rumah, 9 tahun jika 50% rata-rata waktu
di 1 rumah)
- Wb = berat badan (kg)
- Tavg = periode waktu rata-rata (Dt x 365 hari/tahun untuk zat non karsinogen,
70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogen)
I = C x R x tE x fE x Dt
Wb x tavg
Daftar Pustaka
IPCS. 2004. Risk Assessment Terminology. Geneva.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001
Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
Paustenbach, Dennis J. 2002. Human and Ecological Risk Assessment : Theory and
Practice. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Pedoman Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Direktorat Jendral PP dan
PL Kementerian Kesehatan Tahun 2012.
Rahman, Abdur. 2007. PUBLIC HEALTH ASSESSMENT : Model Kajian Prediktif
Dampak Lingkungan dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan.
Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM-UI, Depok.
Tualeka, Abdul Rohim. 2013. Toksikologi Industri & Risk Assessment. Surabaya:
Graha Ilmu Mulia.