LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

54
LAPORAN PENELITIAN LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Oleh CHAIRUL MUROD, DKK Dibiayai Oleh Dana Rutin Universitas Sriwijaya TA 2002 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2002

Transcript of LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Page 1: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

LAPORAN PENELITIAN

LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Oleh

CHAIRUL MUROD, DKK

Dibiayai Oleh Dana Rutin Universitas Sriwijaya TA 2002

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2002

Page 2: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

LEMBAR PENGESAHAN

1.a. JUDUL PENELITIAN : LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA di Kabupaten OGAN KOMERING ULU b. BIDANG ILMU : Arsitektur dan Konstruksi c. KATEGORI PENELITIAN : Penelitian Dana Rutin

2. KEPALA PROYEK PENELITIAN a. Nama Lengkap dengan Gelar : Ir. Chairul Murod, MT. b. Jenis Kelamin : Laki - laki c. Pangkat / Gol, NIP. : Asisten / III-B, 131 572 475 d. Jabatan Sekarang : Dosen Program Studi Teknik Arsitektur e. Jurusan / Fakultas : Teknik Sipil / Fakultas Teknik f. Universitas : Sriwijaya g. Bidang yang Diteliti : Arsitektur dan Konstruksi

3. JUMLAH TIM PENELITI : 3 (tiga) Orang

4. LOKASI PENELITIAN : Desa Minanga, Kecamatan Cempaka, Kabupaten. Ogan Komering

Ulu

5. JANGKA WAKTU PENELITIAN : 5 (lima) bulan

6. BIAYA PENELITIAN : Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah

7. SUMBER DANA : DIK-Rutin UNSRI Tahun anggaran 2002

Mengetahui : Kepala Proyek Penelitian Dekan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Ir. H. Fuad Rusydi Suwardi, MS Ir. H. Chairul Murod, MT. NIP. 130 686 232 NIP. 131 572 475

Mengetahui : Ketua Lembaga Penelitian

Universitas Sriwijaya

Dr. Ir. HRM. Saleh, MSc.

Page 3: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

ABSTRAK

LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA

di KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Seperti halnya dengan kota-kota di Indonesia yang mempunyai khazanah budaya beragam, Ogan Komering Ulu mempunyai ragam kekayaan sejarah dan budaya yang sangat menakjubkan. Salah satu peninggalan tersebut adalah arsitektur tradisional Rumah Ulu. Keberadaan rumah Ulu masih dapat dijumpai di daerah Minanga kabupaten Ogan Komering Ulu. Beberapa rumah tradisional tersebut telah berumur lebih dari 50 tahun serta menyimpan nilai sejarah, budaya dan arsitektur yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas.

Rumah Ulu seperti bangunan-bangunan tua yang spesifik misalnya bangunan tipe Limas, mengalami ancaman yang serius dari kehancuran bahkan kepunahan. Ancaman tersebut disebabkan karena usia tua, pemilik tidak mempunyai dana cukup untuk perbaikan atau karena tanah mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi sehingga rumah tersebut dihancurkan untuk bangunan baru yang fungsinya lebih kearah ekonomi. Pada sisi lain, kurangnya perhatian pemerintah baik pusat maupun setempat terhadap keberadaan arsitektur Rumah Ulu tersebut. Padahal, ia memiliki potensi yang tinggi baik dari sisi budaya dan arsitektur, bagi sumber kearsitekturan, keilmuan yang merupakan aset yang tidak terharga nilainya. Belum ada data inventaris dan pendokumentasian yang memadai tentang Rumah Ulu di Minanga. Beberapa buku dan peneliti hanya memusatkan perhatian pada beberapa rumah saja misalnya rumah Ulu di Pasemah, Semendo dan Lahat. Data inventaris dan dokumentasi dari beberapa rumah Ulu tersebut juga dipandang masih sangat terbatas. Pada penelitian ini diyakini bahwa beberapa rumah Ulu di daerah Minanga layak ditampilkan untuk mengungkapkan kekayaan budaya masyarakat Ogan Komering Ulu di bidang arsitektur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian te ntang Arsitektur Tradisonal di Minanga dengan tujuan :

1). Mengidentifikasi dan mendokumentasi arsitektur tradisional di Minanga agar dapat dijadikan sumber kearsitekturan khususnya dan sumber keilmuan umumnya.

2). Mengungkap langgam arsitekturnya dengan menggali makna dan atau nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamnya.

3). Meletakan dasar dalam upaya perlindungan arsitektur tradisional di Minanga sebagai bangunan cagar budaya di wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu khususnya dan Provinsi Sumatera Selatan umumnya.

Dari penelitian ini telah dapat didokumentasikan dalam bentuk gambar dan foto arsitektur tradisional Rumah Ulu Minanga. Terungkap bahwa arsitektur Rumah Ulu Minanga memiliki langgam tersendiri yang cukup spesifik, walaupun terdapat beberapa kesamaan dengan arstektur Rumah Ulu lainnya di Sumatera Selatan. Di dalam arsitektur tradisional Rumah Ulu Minanga terkandung makna dan nilai-nilai filosofis yang mendasari langgamnya tersebut khususnya, maupun sosok arsitekturnya secara keseluruhan. Aspek ekologi, penyatuan dengan alam, disamping aspek keagamaan merupakan aspek-yang mendasari Arsitektur tradisional Rumah Ulu Minanga.

Di rasakan penelitian ini masih belum mengungkap secara menyeluruh tentang arsitektur Rumah Ulu Minanga, dan juga masih belum mendalam, sehingga masih perlu adanya penelitian lanjutan. Namun hal yang penting, hendaknya pemerintah setempat segera melakukan tindakan perlindungan terhadap arsitektur Rumah Ulu Minanga ini sebagai benda cagar budaya, sebelum terlanjur mengalami kepunahan.

Page 4: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

DAFTAR ISI.

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ……………………………….…………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI………………………………… ……………………...………………………………. ii DAFTAR GAMBAR…………………………………..………………………….…………………… iv

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………… ……………………….…………. 1 - 4 I.1. Latar Belakang. ……………............…………………………………………………………. 1 I.2. Perumusan Masalah. ………............…………………………………………………………. 2 I.3. Tujuan Penelitian ……………............……………………………………………………….. 2 I.4. Manfaat Penelitian …………………............………………………………………………… 3 I.5. Obyek dan Batasan …………………............………………………………………………... 3 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ………………………… ……………………..………………... 5 - 10

II.1. Arsitektur Tradisional di Sumatera Selatan ……...........………………………….…………. 5 II.2. Arsitektur Tradisional Rumah Ulu …………...…............……………………………….….. 6 II.3. Arsitektur Tradisional di Minanga ………………………………….…...........…………….. 8 II.4. Gaya dan Langgam dalam Arsitektur …………..........……….…………………………...… 9

BAB III. METODOLOGI ……………………………………………………………………………..……….. 11 - 15

III.1. Metode Penelitian …………………………….........………………………………..….…. 11 III.2. Pengumpulan dan Analisis Data …………..........……………………………..……….….. 13 III.3. Metode Kajian-Bahasan ………………….…........…………………………...……….…... 14

BAB IV. TINJAUAN OBYEK ……………………………………..……………..…………. 16 - 28

IV.1. Kesejarahan ……………………………………................................................………….. 16 IV.2. Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi …………...........…………………………….….. 18 IV.3. Ragam Arsitektur Tradisonal di Minanga…………................................................………. 18 IV.3.1. Tipe Ragam Arsitektur Tradisional di Minanga …............................................................ 18 IV.3.2. Karakteristik Arsitektur Tradisional di Minanga …........................................................... 20 IV.4. Tata Lingkungan dan Pertapakan ………………….................................................………. 25 IV.5. Arsitektur Tradisional Rumah Ulu Minanga …….................................................………… 27

BAB V. KAJIAN dan BAHASAN……………………… ……………………. 29 - 47

V.1. Arsitektur Tradisonal Minanga ……………………….................................................…….. 29 dalam Kesejarahan dan Konteks Budaya V.2. Tampilan Wajah Arsitektur Rumah Ulu …………................................................…………. 30 sebagai Sosok Arsitektur Tradisional Minanga V.3. Peruangan dalam Arsitektur Rumah Ulu …………………………………........…………… 38 sebagai Sosok Arsitektur Tradisional Minanga... V.4. Tata Lingkungan dan Pertapakan ………………........…………… 43 Arsitektur Tradisonal Minanga

Page 5: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

BAB VI KESIMPULAN dan REKOMENDASI…….……………………….…………… 48-50

VI.1. Kesimpulan……………………............……………………………….…………………… 48 VI.2. Rekomendasi………………………...........………………………………………………… 50 DAFTAR PUSTAKA…………..……………… ……………………….………………………. 51 GLOSARIUM………………………………… ……………………….………………..………. 52 LAMPIRAN………………………………… ……………………….………………………….. 53 PERSONALIA PENELITI…………… ………………………..……………………………..… 57

Page 6: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

DAFTAR GAMBAR

No Urut dan Nama Gambar Hal No.Gambar No. 01. 01 - 04 Rekaman Visual Ragam Arsitektur 19 Tradisional di Minanga No. 01. 05 - 07 Rekaman Visual Percungkupan – Atap 20 No. 02. 01. – 03 Sketsa Denah-denah dari Ragam 21

Arsitektur Tradisional di Minanga

No. 02. 04 – 05 Sketsa elevasi lantai dari Ragam 22 Arsitektur Tradisional di Minanga

No. 01. 08 - 10 Rekaman Visual Teras/Garang danTangga 24

No. 01. 11 - 16 Rekaman Visual Ragam Hias 24 No. 01. 17 - 20 Rekaman Visual Tata Lingkungan 27 Pertapakan di Minanga No. 03. 01 - 04 Rekaman Visual Percungkupan – Atap 32 No. 03. 05 - 10 Rekaman Visual Elemen Dinding 34 No. 03. 11 - 15 Rekaman Visual Elemen Tiang 36 No. 03. 16 - 19 Rekaman Visual Teras/Garan dan Tangga 37 No. 01. 20 - 24 Rekaman Visual Elemen Denah 40 No. 01. 25 - 27 Rekaman Visual Elemen Lantai 41 No.01. 28 - 30 Rekaman Visual Elemen Langit- 43 Langit dan Plafond No. 01 – 31 Sketsa Orientasi dan Tata Letak Bangunan 45 No. 01 – 32 Sketsa Hubungan antar Bangunan 46 No. 01 – 33 Sketsa Ruang Publik dan atau Ruang Terbuk 47

Page 7: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

BAB I. PENDAHULUAN.

I.1. LATAR BELAKANG.

Seperti halnya dengan kota-kota di Indonesia yang mempunyai khazanah budaya

beragam, Ogan Komering Ulu mempunyai beragam kekayaan sejarah budaya yang sangat

menakjubkan. Budaya yang menunjukkan ekspresi masyarakat dalam beradaptasi dengan

lingkungan yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup. Salah satu peninggalan budaya tersebut

tergolong dalam bidang arsitektur ialah arsitektur tradisional Rumah Ulu. Rumah Ulu terlihat

anggun dan gagah karena bentuknya yang proporsional, dengan atap berbentuk pelana yang

dominan.

Keberadaan rumah Ulu masih dapat dijumpai di daerah Minanga kabupaten Ogan

Komering Ulu. Beberapa rumah tradisional tersebut telah berumur lebih dari 50 tahun serta

menyimpan nilai sejarah, budaya dan arsitektur yang belum sepenuhnya terungkap dengan

jelas.

Rumah Ulu seperti bangunan-bangunan tua yang spesifik misalnya bangunan tipe

Limas, mengalami ancaman yang serius dari kehancuran bahkan kepunahan. Ancaman tersebut

disebabkan karena usia tua, pemilik tidak mempunyai dana cukup untuk perbaikan atau karena

tanah mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi sehingga rumah tersebut dihancurkan untuk

bangunan baru yang fungsinya lebih kearah ekonomi.

Pada sisi yang lain, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu umumnya dan

Perangkat Kecamatan Minanga atau Perangkat di bawahnya kurang perhatiannya terhadap

keberadaan arsitektur Rumah Ulu tersebut. Padahal, ia memiliki potensi yang tinggi baik dari

sisi budaya dan arsitektur, bagi sumber kearsitekturan, keilmuan maupun sebagai suatu aset

yang tidak terharga nilainya. Belum ada data inventaris dan pendokumentasian yang memadai

tentang rumah Ulu di Minanga. Beberapa buku dan peneliti hanya memusatkan perhatian pada

beberapa rumah saja misalnya rumah Ulu di Pasemah, Semendo dan Lahat. Data inventaris dan

dokumentasi dari beberapa rumah Ulu tersebut juga dipandang masih sangat terbatas. Pada

Page 8: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

penelitian ini diyakini bahwa beberapa rumah Ulu di daerah Minanga layak ditampilkan untuk

mengungkapkan kekayaan budaya masyarakat Ogan Komering Ulu di bidang arsitektur.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini

adalah :

1). Pengungkapkan karakter arsitektur tradisional di Minanga umumnya dan Rumah Ulu

khususnya, atas dasar aspek-aspek dan unsur-unsur dalam arsitektur.

2). Pengiventarisasian dan pendokumentasian peninggalan budaya yang merupakan aset

daerah Minanga, Kabupaten Ogan Komering Ulu

I.3. TUJUAN PENELITIAN

Dalam kerangka penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah seperti berikut:

1). Identifikasi dan dokumentasi arsitektur tradisional di Minanga agar dapat dijadikan

sumber kearsitekturan khususnya dan sumber keilmuan umumnya.

2). Mengungkap langgam arsitekturnya dengan menggali makna dan atau nilai-nilai

filosofis yang terkandung didalamnya.

3). Sebagai langkah awal dalam upaya perlindungan arsitektur tradisional di Minanga

sebagai bangunan cagar budaya di wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu khususnya

dan Provinsi Sumatera Selatan umumnya..

I.4. MANFAAT PENELITIAN

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti berikut:

1). Dokumentasi berupa tulisan dan gambar grafis dapat dipergunakan sebagai pedoman

untuk menetapkan rumah Ulu di daerah Minanga tersebut sebagai bangunan cagar

budaya yang harus dilindungi

2). Dapat menentukan strategi untuk pelestarian dan tata cara pelestarian (melalui

renovasi) yang masih diperkenankan.

3). Melindungi rumah Ulu sebagai obyek menarik (interesting place) dan bagian dari

sejarah masyarakat di kabupaten Ogan Komering Ulu untuk dikunjungi wisatawan.

Page 9: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

I.5. OBYEK dan BATASAN PENELITIAN

Pada prinsipnya obyek penelitian arsitektur rumah tradisonal Minanga terbatas pada

Rumah Ulu. Walaupun demikian juga di tinjau ujud arsitektur tradisional Minanga lainya yang

terbatas pada tinjauan obyek yang akan dapat memberikan gambaran ragam arsitektur tradisonal

Minanga secara keseluruhan. Obyek penelitian tersebut di arahkan pada Rumah Ulu yang telah

berumur lebih dari 50 tahun yang masih asli dan masih berfungsi sebagai tempat tinggal. Akan

tetapi juga dilihat Rumah Ulu yang telah di renovasi sebagai pembanding dalam mendapatkan

gambaran akan penanganan renovasi; apakah mengikuti kaidah-kaidah penanganan bangunan

yang dilindungi sebagai benda cagar budaya.

Adapun wilayah penelitian adalah terbatas pada satu lingkungan yang merupakan bagian

dari desa Minanga, kecamatan Cempaka, kabupaten Ogan Komering Ulu. Pemilihan lokasi

penelitian tersebut berdasarkan pada keberadaan arsitektur tradisional di Minanga yang

dianggap masih mewakili dan masih utuh, masih berfungsi sebagai tempat tinggal, adanya

kehidupan sosial–budaya dan adat istiadat masyarakat yang masih cukup kuat, yang

kesemuanya masih dapat ditelusuri kaitannya dengan masa lalu.

Page 10: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

BAB II. KAJIAN PUSTAKA.

II. 1. Arsitektur Tradisional di Sumatera Selatan

Dari beberapa sumber literatur, diantaranya Ari Siswanto, dkk (19..) ditinjau atas dasar

wilayah geografis arsitektur tradisional di Sumatera Selatan umumnya dikenali dengan

arsitektur tradisional Rumah Limas dan Rumah Ulu. Rumah Limas yang juga lebih dikenal

dengan sebutan Rumah Bari pada umumnya terdapat di Palembang dan sekitarnya, sehingga

Rumah Limas adalah identik dengan Palembang. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh

sejarah bahwa Palembang sebagai pusat Pemerintahan Kesultanan Palembang sebagai

orientasi utama daerah-daerah ulu. Oleh sebab itu bentuk rumah yang berbeda dengan

Limas dan terletak di luar, pedalaman, atau di daerah hulu yang lebih dikenal dengan

sebutan uluan Palembang disebut Rumah Ulu. Keadaan ini juga mempertegas tentang

konsep Ulu – Ilir yang berkembang di tengah masyarakat. Walaupun demikian keberadaan

Rumah Limas ternyata tidak hanya terdapat di Palembang dan sekitarnya akan tetapi

terdapat di daerah-daerah ulu Kelihatannya keberadaan Rumah Limas di daerah-daerah ulu

umumnya berdampingan dengan rumah ulu.

Secara umum, rumah tradisional di wilayah Sumatera Selatan merupakan rumah

panggung yang berdiri di atas beberapa tiang penyanggah. dengan dominasi kontruksi dan

bahan kayu. Dalam hal ini memperlihatkan bahwa arsitektur tradisional sangat erat

kaitannya dengan adaptasi terhadap lingkungannya yang mana karakter fisik geografis

wialyah Sumatera Selatan yang merupakan daerah rawa dan lingkungan sungai.

II.2. Arsitektur Tradisional Rumah Ulu Menurut Sukanti dkk (1994) dalam buku Rumah Ulu, menyebutkan bahwa :

Rumah Ulu antara golongan bangsawan dan rakyat biasa mempunyai perbedaan mendasar pada bentuk dan susunan lantainya. Rumah untuk rakyat kebanyakan memiliki lantai pada satu ketinggian atau tidak berundak. Sebaliknya, lantai rumah untuk keturunan pangeran atau bangsawan memiliki ketinggian berbeda, atau dibuat berundak yang terdiri dari tiga tingkatan/pangkat. Pangkat I, paling atas dipergunakan oleh keluarga atau keturunan pangeran saat acara perkawinan atau selamatan. Pangkat II ditempati oleh masyarakat yang mempunyai marga, sedangkan pangkat II untuk rakyat biasa. Keadaan ini memiliki kemiripan dengan rumah limas yang mempunyai lantai berundak atau kekijing. Walaupun

Page 11: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

demikian, terdapat juga rumah limas yang hanya mempunyai satu ketinggian lantai dan dikenal sebagai rumah Limas Gudang.

Rumah Ulu pada dasarnya dihiasi juga dengan ornamen dan ukiran yang terletak pada tiang, balok, pintu dan listplank. Ornamen tersebut menunjukkan dengan jelas pengaruh agama Islam di masyarakat. Ragam hias non geometris pada rumah ulu pada umumnya berupa motif tumbuh-tumbuhan atau flora. Motif hewan jarang dijumpai. Motif yang paling banyak ditemui adalah motif sukuran yang menyiratkan tentang kehidupan yang berkesinambungan. Motif dari bunga tertentu dan matahari pada rumah Ulu, juga memberikan arti yang dalam serta terkait dengan kehidupan manusia.

Menurut buku Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan (1991) salah satu

bentuk Rumah Ulu yang sangat unik terdapat di desa Pelang Kenidai, Pagar Alam. Rumah

panggung yang mempunyai atap pelana tampak menjorok ke depan dan ke belakang di bagian

tengahnya. Terdapat 3 tipologi rumah yang dapat menjelaskan status sosial pemilik rumah

untuk jenis rumah tradisional Pasemah di Pelang Kenidai. Rumah Tatahan mempunyai ukiran

halus di beberapa bagian rumah. Bentuk kedua adalah rumah Kilapan, yaitu rumah panggung

yang tidak berukir dan bentuk ketiga adalah rumah Padu Kingking yang berupa rumah

panggung yang mengkombinasikan kayu dengan bambu.

Rumah Ulu pada umumnya mempunyai bentuk dasar denah berupa segiempat yang

terdiri dari beruge atau garang di bagian depan sedangkan bagian tengah terdiri dari sengkar

bawah dan sengkar atas. Selain itu pada Rumah Ulu terdapat hal yang menarik berupa semacam

plafond tetapi hanya untuk sebagian ruangan yang diberi nama pagu hantu. Pagu hantu

berfungsi untuk tempat menyimpan barang maupun bahan makanan.

Walaupun diklasifikasikan sebagai Rumah Ulu, rumah tradisional Pasemah berbeda

dengan rumah Ulu di desa Surabaya, kecamatan Banding Agung, Ogan Komering Ulu yang

dikenal sebagai rumah tradisional Lamban Tuha, berbeda pula dengan Rumah Ulu di daerah

Pulau Panggung Kabupaten Ogan Komering Ilir. Rumah tradisional Pasemah mempunyai

banyak kemiripan dengan rumah tradisional Semendo di kabupaten Muaraenim. Dari penjelasan

tersebut, telah jelas bahwa Rumah Ulu di beberapa daerah mempunyai perbedaan-perbedaan

dan hal tersebut sangat menarik karena menambah kekayaan khazanah budaya nenek moyang

masyarakat Sumatera Selatan.

Sebagaimana halnya dengan rumah tradisional lainnya, Rumah Ulu mempunyai nilai

arsitektur yang tinggi. Hal ini bisa dimengerti karena Rumah Ulu mempunyai proporsi yang

baik, sesuai dengan iklim tropis dan lingkungan setempat dan dapat menunjukan ekspresi dari

pemilik rumah. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, dapat dimengerti apabila rumah

Page 12: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

tradisional di daerah Minanga yang diantaranya termasuk klasifikasi Rumah Ulu perlu

diidentifikasikan dan seharusnya dilestarikan sebelum asset yang berharga dari nenek moyang

tersebut hilang selamanya.

Berdasarkan uraian di atas maka rumah tradisional di daerah-daerah ulu yang bukan

merupakan Rumah Limas dapat dikelompokkan sebagai Rumah Ulu, demikian pula halnya

dengan di Minanga. Karakter yang mudah terlihat pada rumah tradisional tersebut adalah

penggunaan atap pelana dan rumah panggung. Keberadan arsitektur tradisional Rumah Ulu ini

masih cukup banyak ditemukan di wilayah kabupaten-kabupaten, provinsi Sumatera Selatan.

II.3. Arsitektur Tradisonal di Minanga

Minanga merupakan daerah yang cukup berkembang. Terdapat beberapa peninggalan

budaya dan arsitektur di daerah Minanga. Bila dilihat dari uraian tentang arsitektur tradisional di

Sumatera Selatan dan arsitektur tradisional rumah ulu seperti diuraikan pada bagian II.1 dan II.2

di atas, di Minanga terdapat peninggalan arsitektur tradisional rumah limas dan arsitektur

tradisonal rumah ulu sebagai bagian dari arsitektur tradisonal di Sumatera Selatan. Kondisi

Rumah Ulu di daerah Minanga yang umumnya telah berumur lebih dari 50 tahun terlihat cukup

menyedihkan, buruk serta kurang terawat.

Sebagaimana dengan karakter arsitektur tradisional di Sumatera Selatan, arsitektur

tradisional di daerah Minanga terutama rumah Ulu yang dikenal mewakili arsitektur tardisonal

Minanga mempunyai ciri yang sangat mudah dikenal. Ciri tersebut yaitu ia merupakan rumah

panggung yang berdiri di atas beberapa tiang penyangga, kanstruksi kayu, bahan bangunan

dominan dari kayu baik dinding, lantai langit dan elemen kecuali penutup atap, kaya dengan

ragam hias/ ornamen , misalnya pada kolom, listplank dan balok.

TAMPILAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGA

Page 13: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

II.4 Gaya dan Langgam dalam Arsitektur

Dalam mengartikan dan memahami gaya dan langgam dalam arsitektur masih ada

yang berpendapat bahwa gaya dan langgam adalah hal yang sama. Dalam arsitektur gaya

dapat diartikan sebagai Mode dan juga dapat diartikan sebagai Langgam. Gaya dalam

arsitektur yang tidak mengandung makna di dalamnya disebut gaya sebagai Mode atau

Fashion. Sedangkan Gaya dalam arsitektur yang terkandung makna dan adanya tata

atur/ordering didalamnya disebut Langgam.

Dalam kajian tentang “Apa dan Bagimana Tipologi ” dalam sub judul “Tipologi Langgam”

oleh Jurusan Arstektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institiut Teknologi Sepuluh

November Surabaya dibahas tentang aspek-aspek langgam. Dalam bahasan tersebut

diutarakan aspek rupa (form) dan aspek makna (content/substance) serta aspek langgam

beserta beberapa unsur-unsurnya yang berupa aspek wujud dan aspek makna. Lihat diagram

berikut ini:

ASPEK-ASPEK ASPEK-ASPEK LANGGAM

LANGGAM dan UNSUR-UNSURNYA

ASPEK UNSUR

Aturan/Tertib (order)

Komenserasi/- Inkomenserasi

Rerangka/- Structure

Geometrika

Rupa/Wujud/- Sosok

LANGGAM

MAKNA/ (Content/-Subtance)

RUPA- (Form)

LANGGAM

RUPA- (Form)

MAKNA/ (Content/-Subtance)

Page 14: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Dari beberapa pandangan tentang gaya dalam arsitektur tersebut di atas dapat

dinyatakan bahwa dalam penelitin ini gaya yang dimaksudkan adalah gaya dalam arti

langgam. Dengan demikian dalam melihat gaya arsitektur tradisional Minanga terlebih

dahulu dilihat makna yang terkandung dalam unsur-unsurnya. Makna yang terkandung

tersebut adalah merupakan nilai-nila filosofis yang mendasari suatu ujud arsitektur dalam

setiap unsur arsitekturalnya. Sedangkan rupa atau wujudnya adalah tampilan arsitekturnya

yang umumnya terlihat pada unsur-unsur: atap, dinding termasuk elemen pintu dan jendela,

kolom/tiang, unsur lainnya seperti elemen tangga dan balkon/teras.

Altman , Irwin dan Chemers (1980) dalam bukunya Culture and Environment

meyatakan bahwasanya perencanaan/perancangan dan fungsi suatu kota didasari dari

hubungan dengan beberapa faktor : lingkungan fisik (termasuk sumberdaya, iklim), politik,

ekonomi, dan sosial budaya (termasuk relegi, cosmologi pandangan-pandangan dunia,

ELEMEN ARSITEKTUR TANGGA, PINTU DAN JENDELA

Page 15: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

struktur sosial). Selanjutnya sesuai dengan analisanya bahwa suatu kota merupakan refleksi

dari variasi beberapa faktor yan mendasarinya tersebut. Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa berhubungan dengan perencanaan/perancangan dan fungsi suatu kota adalah didasari

oleh salah satu atau variasi beberapa faktor yang mendasarinya tersebut, dan faktor-faktor

tersebut akan terefleksi dalam wujud kotanya.Walaupun apa yang dinyatakan oleh Altman,

Irwin dan Chemers tersebut dalam konteks kota, namun mengingat kota adalah merupakan

suatu ujud lingkungan binaan sedangkan arsitektur pada dasarnya adalah termasuk dalam

lingkungan binaan maka hal tersebut juga dapat berlaku dalam arsitektur.

Dalam penelitian ini dalam mengkaji gaya arsitektur tradisional Minanga adalah

dengan terlebih dahulu menggali nilai-nilai filosofis yang mendasarinya. Nilai-nilai filosofis

tersebut dicoba digali melalui faktor-faktor yang dinyatakan oleh Altman, Irwin dan

Chemers di atas yang terkandung dalam unsur-unsur kearsitekturan baik tampilan wujud

arsitektur maupun pertapakannya.

DETAIL KONSTRUKSI PADA ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGA

Page 16: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Bab. III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitan

Dari beberapa literatur tentang arsitektur tradisional baik di Indonesia maupun di

Sumatera Selatan belum ditemukan yang mengungkap akan arsitektur tradisional di Minanga.

Yang ada terbatas mengungkap tentang kesejarahan Minanga. Berhubungan dengan

keterbatasan literatur tersebut, dalam penelitian dilakukan studi lapangan dan studi literatur

arsitektur tradisional Sumatera Selatan. Dari temuan di lapangan akan di perbandingkan dengan

arstektur tradisonal Sumatera Selatan yang didasari atas studi literatur yang dilakukan tersebut.

Proses penelitian ini diawali dengan proses identifikasi untuk mendapatkan gambaran

karateristik fisik arsitekturnya. Dari karakteristik fisik tersebut didapatkan ragam arsitektur

tradisional di Minanga. Dari ragam arsitektur tradisional yang ada di Minanga tersebut diambil

arsitektur yang dominan yang dapat mewakili arsitektur tradisonal Minanga. Selanjutnya dari

arsitektur yang mewakili tersebut dikaji gaya/langgam arsitekturnya melalui nilai-nilai filosfis

yang terkandung didalamnya. Lihat diagram proses pendekatan penelitian seperti berikut.

DIAGRAM PROSES PENDEKATAN

OBYEKTIF (Arsitektur Tradi sional di Minanga)

IDENTIFIKASI Arsitekur Tradisional di Minanga :

ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH ULU MINANGA:

PERTAPAKAN :

ORIENTASI,TATA LETAK, DAN PERUANGAN

STUDI LITERATUR

SURVEY LAPANGAN

NILAI-NILAI FILOSOFIS

TAMPILAN: ATAP, DINDING, TIANG/KOLOM, TERAS dan TANGGA.

GAYA/-LANGGAM

Page 17: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

III.2. Pengumpulan dan Analisa Data

Penentuan sample rumah tradisional dilakukan di daerah Minanga, kecamatan

Cempaka, kabupaten Ogan Komering Ulu sebanyak 3 (tiga) buah rumah. Penentuan sample

rumah tradisional didasari atas arsitektur rumah tardisional yang berumur lebih dari 50 tahun,

yang masih asli, belum sama sekali dilakukan tindakan renovasi. Disamping itu juga diambil

satu sample yang telah mengalami renovasi tetapi masih dalam bentuk asli dan juga berumur

lebih dari 50 tahun.

1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan terbagi dalam dua jenis: data sosok wujud

arsitektur dan data nilai-nilai kesejarahan dan makna atau filosofi yang terkandung

dalam arsitekturnya. Data sosok wujud arsitektur didapat dari langsung melalui survey

lapangan dan hasilnya direkam melalui rekaman foto dan dokumentasi gambar

arsitektur. Data nilai-nilai kesejarahan dan makna atau filosofis yang terkandung dalam

arsitekturnya didapat melalui wawancara langsung terhadap possesive responder

Data-data yang diperoleh di lapangan akan dianalisis secara qualitatif. Data

berupa fisik sosok wujud arsitekur diolah mejadi dokumentasi foto dan gambar

arsitektur. Data lainnya disusun secara diskriftif.

2. Data Sekunder

Untuk mendukung penelitian dibutuhkan data sekunder yang didapat dari

literutur. Data sekunder diperlukan untuk mengeksflorasi aspek kesejarahan dan

budaya yang biasanya sangat erat pengaruhnya terhadap suatu arsitektur tradisional.

Data sekunder juga sebagai pembanding terhadap data primer yang diperoleh melalui

survey lapangan.

Page 18: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

III.3. Metode Kajian-Bahasan

Dari diagram pendekatan penelitian yang digambarkan pada butir III.1 pada halaman

13 di atas, dalam menggali makna atau nilai-nilai filosfis yang terkandung dalam arsitektur

tradisional rumah ulu Minanga dan gaya/langgamnya, maka kajian akan dibagi dalam empat

bagian. Bagian pertama adalah melakukan kajian aspek kesejarahan dan sosial, budaya dan

ekonomi yang mempengaruhi arsitektur tradisonal di Minanga. Bagian kedua, ketiga dan

keempat adalah kajian terhadap unsur tampilan wajah arsitekturnya, unsur peruangan, dan unsur

pertapakannya yang akan menelusuri makna atau nilai-nilai filosfisnya dengan memperhatikan

keterpengaruhannya dari kajian bagian pertama.

Pada kajian bagian pertama dilakukan tinjauan kesejarahan Minanga termasuk asal-

usulnya dan tinjauan kehidupan sosial, budaya dan ekonominya pada masa lalu. Dari hal ini

diharapkan dapat ditelusuri keterpengaruhannya terhadap arsitektur tradisional di Minanga.

Pada kajian bagaian kedua akan dilakukan kajian terhadap unsur peruangan dengan elemen-

elemen: peruangan dalam arsitektur umumnya yaitu: atap, denah, dinding, lantai dan plafond.

Dari hal ini diusahakan dapat digali makna atau nilai-nilai filosofisnya. Pada kajian bagian

ketiga sama dengan pada bagian kedua, dikaji melalui elemen-elemen yang berpengaruh dalam

suatu tampilan wajah arsitektur. Elemen-elemen yang diamati didasari atas pertimbangan

kondisi yang ada di Indonesia dan mengacu pada elemen-elemen yang dihadirkan oleh Krier,

Gamberini, Newcomb, Colloway dan Curtis.1 Sehingga pada bagian elemen-elemen yang dikaji

adalah : atap, dinding termasuk pintu dan jendela, dinding bagian luar, tiang/kolom, serta

teras/garang dan tangga. Sedangkan kajian bagian keempat juga sama dengan pada bagian

kedua dan ketiga, adapun elemen-elemen yang dikaji berdasarkan pada elemen-elemen pokok

pertapakan dalam arsitektur umumnya yaitu : orientasi, tata letak, jaringan pergerakan, dan

ruang publik dan atau ruang terbuka.

1 Lihat lampiran 1.

Page 19: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

BAB IV. TINJAUAN OBYEK

IV.1 Kesejarahan

Sejarah Minanga terkait dengan kesejarahan Siriwjaya. Menurut H.M. Arlan Ismail

(1998) Minanga diindikasikan sangat kuat sebagai ibukota kerajaan Sriwajaya Pemula.2 Masih

menurut Arlan Ismail (1999) Sriwijaya Pemula sangat kuat diindikasikan beribukota di

Minanga yang diidentifikasi adalah Minanga yang dimaksud sekarang ini, berada di daerah

Komering Ulu Sumatera Selatan3.hal tersebut dinyatakan seperti berikut:

“Minanga yang kita identifikasi sebagai ibukota Sriwijaya Pemula (Shih-Li-Fo-Shih) sekarang adalah merupakan nama sebuah desa yang berada di pedalaman Sumatera Selatan di pinggir sungai Komering. Jarak Minanga dengan pantai timur Sumatera sekarang jika ditarik garis lurus horizontal berkisar lebih dari 100 KM” 4

Dari beberapa literatur kesejarahan diketahui bahwa wilayah basis daerah Kesultanan

Palembang adalah sekitar kota Palembang ditambah dengan beberapa daerah-daerah yang

langsung di bawah pemerintahan Sultan yaitu daerah Belida dan Pegagan (Ogan Ilir). Daerah-

daerah lain di Sumatera Selatan pada awalnya merupakan daerah bebas dengan pemerintahan

sendiri yang disebut dengan pemerintahan Marga. Akan tetapi karena desakan ekonomi pada

akhirnya seluruh daerah-daerah di Sumatera Selatan berada dibawah pengaruh Kesultanan

Palembang, Daerah-daerah tersebut tidak ditundukan dengan cara kekerasan, oleh karena itu

campur tangan Sultan/Raja terhadap sistim pemerintahan Marga tidaklah mendalam. Setiap

Marga menjadi “Raja Kecil” didaerahnya dan tetap mengatur rumah tangganya sendiri,

termasuk daerah Minanga. Selanjutnya setelah Kesultanan Palembang ditundukkan oleh

pemerintah Kolonial Belanda, maka hampir seluruh daerah-daerah di Sumatera Selatan juga

dibawah kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda, termasuk pula daerah Minanga. Dengan

demikian dalam kesejarahan Minanga terkait dengan Kesultanan Palembang dan Pemerintahan

Kolonial Belanda pada masa penjajahannya di Indonesia di samping keterkaitannya dengan

2 Arlan Ismail, (1988), Marga diSriwijaya hal. 11. 3 Arlan Ismail, (1989), Periodesasi Sejarah Sriwijaya hal. 38-51. 4 Ibid., hal. 43

Page 20: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Kerajaan Siriwijaya. Adanya keterkaitan kesejarahan tersebut tentunya dapat berpengaruh pada

beberapa aspek kehidupan di Minanga, termasuk aspek sosial, budaya dan arsitekturnya

Dilihat dari asal-usulnya, menurut J.W. Van Royen (1927) dalam “De Palembangsche

Marga mengungkapkan bahwa 5:

“Penduduk pedalaman Sumatera Selatan bermula atau bersumber dari tiga pusat pegunungan, yaitu : di sekitar Danau Ranau. Di dataran tingi Pasemah, dan daerah Rejang. Tiga pusat pegunungan tersebut kini dikenal dengan nama Gunung Seminung, Gunung Dempo, dan Gunung Kaba. Dari daerah Gunung Seminung/Danau Ranau, Jelma Daya turun kemudian menyusuri sungai, sungai komering sampai di Gunung Batu. Dari gunung Dempo dan sekitarnya, orang-orang Pasemah (dan Serawai) menyebar menempati pinggiran sungai-sungai Lematang, Enim, Kikim, Lingsing, Musi bagian tengah, dan Ogan. Dari sekitar gunung Kaba, orang-orang Rejang menyelusuri sungai Musi bagian hulu dan Rawas, Lematang bagian hilir melalui sungai Keruh dan Penukal.”

“Penyebaran ke tiga rumpun suku bangsa inilah yang merupakan sumber dari kelompok-kelompok etnis di pedalaman Sumatera Selatan. Karena pola permukiman mereka berorientasi ke sugai dan antara sungai yang satu dengan yang lainnya belum terhubungkan ,menjadi satu seperti yang kita jumpai sekarang (bernuara di sungai Musi), maka ketiga rumpun suku bangsa ini berkembang sendiri-sendiri melahirkan sub-sub kelompok etnis yang penamaannya didasarkan pada penamaan aliran-aliran sungai seperti Komering,, Ogan, Lematang, Kikim, Musi, disamping nama-nama lain yang secara tradisional dipertahankan. Walaupun demikian ciri-ciri mereka yang berasal dari 3 kelompok besar tersebut, terutama dipandang dari segi bahasa dan budaya lainnya, masih tampak jelas kelihatan”.

Dilihat dari asal-usul di atas, maka Minanga termasuk dalam kelompok besar yang berasal dari

gunung Seminung/Danau Ranau yang disebut dengan Jelma Daya atau suku Komering sekarang

ini.

IV.2. Kehidupan Sosial-Budaya dan Ekonomi

Belum ditemukan literatur yang mengungkapkan tentang kehidupan sosial-budaya dan

ekonomi masyarakat Minanga secara luas dan mendalam baik pada masa lalu maupun masa

sekarang. Yang diketahui bahwa masyarakat Minanga adalah masyarakat agraris dengan mata

pencaharian utamanya adalah bertani. Dewasa ini Minanga, atau daerah Kabupaten Komering

Ulu adalah termasuk daerah penghasil padi utama di Sumatera Selatan, di samping itu juga

penghasil buah-buahan seperti : duku, durian, pisang dan lain-lain.

Dari tinjauan kesejarahan khususnya asal usul yang diuraikan pada bagian IV.1 di atas dapat

diketahui bahwa kehidupan masyarakat Minanga berorientasi ke sungai. Mereka hidup dan

5 Arlan Ismail ( 1998), Marga di Bumi Sriwijaya, hal.1-2.

Page 21: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

berkehidupan di daerah-daerah tepian sungai. Termasuk pola permukimanan mereka

berorientasi ke sungai.

IV.3 Ragam Arsitektur Tradisonal di Minanga.

IV.3.1. Tipe Ragam Arsitektur Tradisional di Minanga

Dari tinjauan lapangan dilihat dari karateristik fisik arsitektur : atap, denah,

lantai, tiang/pondasi terdapat 3 (tiga) tipe dalam ragam arsitektur tradisional Minanga,

yaitu : Rumah Bari, Rumah Ulu dan Rumah Gudang.

Visualisasi ketiga tipe dalam ragam arsitektur tradisional Minanga tersebut

seperti terlihat pada gambar-foto no. 01.01-04 di bawah ini.

Gambar-Foto No. 01.01-03 Ragam Arsitektur Tradisional di Minanga

Rumah Ulu Asli Runah Ulu

Rumah Gudang Rumah Ulu yang telah di Pugar

Page 22: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

IV.3.2. Karakteristik Arsitektur Tradisonal di Minanga

Dari karaktristik fisik arsitektur tradisional Minanga yang memperlihatkan

perbedaan yang jelas terhadap tipe dalam ragam arsitektur tradisional Minanga terlihat

dari unsur : atap, denah, lantai, dinding, tiang/-kolom, garang dan tangga, serta ragam

hiasnya. Gambaran lebih jauh karakteristik fisik arsitektur tradisional di Minanga dapat

diuraikan sperti berikut.

1) A t ap

Bentuk atap Rumah Bari merupakan atap limas, sebagaimana atap rumah Bari

Palembang umumnya. Rumah Ulu bentuk atapnya merupakan atap pelana. Sedangkan

rumah gudang bentuk atapnya merupakan atap perisai. Penutup atap semuanya genteng,

sedangkan kontruksi atap adalah konstruksi kayu. Lihat gambar-foto no.01.05-07 :

ragam bentuk atap arsitektur tradisional di Minanga dibawah ini. Lihat juga lampiran 2,3

dan 4 : gambar denah, tampak dan potongan Arsitektur tradisional di Minanga.

Gambar-Foto No. 01.05-07 Rekaman Visual Percungkupan – Atap

Atap Rumah Ulu

Atap Rumah Gudang Atap Rumah Bari

Page 23: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

2) D e n a h

Pada dasarnya pembagian ruang arsitektur tradisional di Minanga adalah sama

yaitu terdiri dari : Garang depan dan belakang, Haluan, Pangkeng dan Dapur. Hanya

saja pada rumah gudang Pangkeng disebut kamar tidur pada umumnya sekarang ini.

3). Lantai

Pada dasarnya baik bahan maupun konstruksi lantai arsitektur tradisional di

Minanga adalah sama yaitu bahan kayu dengan konstruksi rangka kayu. Pada Rumah

Bari dan Rumah Ulu lantainya memiliki perbedaan elevasi/ketinggian yaitu terdiri dari

tiga ketinggian. Sedangkan pada rumah gudang ketinggian lantainya sama.

4). Dinding

Pada dasarnya baik bahan maupun konstruksi dinding arsitektur tradisional di

Minanga adalah sama yaitu bahan kayu dengan konstruksi rangka kayu. Rangka

dinding terlihat dari bagian dalam. Lubang bukaan dinding atau jendela relatif kecil dan

terbatas.

PERBEDAAN ELEVASI LANTAI PADA RUMAH ULU

DINDING PADA RUMAH TRADISIONAL MINANGA TERLIHAT RANGKA DAN ORNAMENTASINYA

Page 24: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

5). Tiang/Kolom

Sebagaimana arsitektur tradisional di Sumatera Selatan yang pada dasarnya

merupakan bangunan panggung dengan tiang-tiang kayu sebagai pendukung

bangunannya. Hal tersebut secara prinsip sama dengan arsitektur tradisional di Minanga.

Lihat gambar Tiang / Kolom Arsitektur tradisional di Minanga, di bawah ini

6). Teras/Garang dan Tangga

Seperti yang diuraikan pada bagian IV.3. angka 5) diatas bahawa arsitektur

tradisional Sumatera Selatan adalah merupakan bangunan panggung. Bangunan

panggung erat kaitannya dengan tangga yang menghubungkan lantai tanah dengan lantai

bangunan di atasnya. Sedangkan area penghubungnya biasanya adalah teras/serambi

ataupun garang. Kedua elemen ini : tangga dan garang memiliki karakteristiknya

masing-masing yang menjadi tanda dari masing-masing arsitektur tradisional di

Sumatera Selatan. Hal ini juga sama dengan arsitektur tradisioanal di Minanga

karakteristiknya juga ditandai oleh elemen tangga dan garang. Pada umumnya bahan

dan konstruksi elemen tangga dan garang arsitektur tradisional di Minanga adalah sama

yaitu bahan dan kontruksi kayu. Garang dan Tangga dari Arsitektur tradisional di

Minanga dilengkapi dengan reiling sebagai pengaman dan pembatasnya. Bahan dan

kontruksinya adalah kayu.

Lihat gambar-foto no.01.08-10 : garang dan tangga arsitektur tradisional di

Minanga di bawah ini.

RAGAM HIAS PADA KOLOM DAN TIANG PENOPANG BANGUNAN

Page 25: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Gambar-Foto No. 01.08-10 Rekaman Visual Teras/Garang dan Tangga

Garang/Tangga Rumah Ulu

Garang dan TanggaRumah Bari

Garang dan Tangga Rumah Gudang

7). Ragam Hias

Arsitektur tradisional di Sumatera Selatan pada umumnya kaya dengan ragam

hiasnya dengan corak dan bentuknya masing-masing.. Hampir seluruh elemennya: atap,

dinding, lantai, plafond ataupun pada hubungan antar elemen (tiang dengan plafond,

tiang dengan lantai, dan balok-balok lantai dengan tiang bangunan, dan lain-lainnya).

Hal tersebut juga sama dengan pada arsitektur tradisional di Minanga

Page 26: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Lihat gambar-foto no.01-11-16 : ragam hias arsitektur tradisional di Minanga di

halam berikut.

IV.4. Tata Lingkungan – Pertapakan

Lingkungan obyek penelitian arsitektur tradisional di Minanga kelihatannya merupakan

lingkungan permukiman dengan dilengkapi dengan fasilitas umum-sosial seperti

sekolah, mesjid dan lain-lain. Kondisi lingkungannya terlihat tertata dan terjaga baik.

Lingkungan terlihat bersih, tidak kelihatan pembuangan sampah yang sembarangan.

Jalan lingkungan walaupun bahan permukaannya tanah tetapi terlihat baik. Antar rumah

dan fasilitas umum dihubungkan oleh lingkungan.Drainase lingkungan juga cukup baik,

begitu pula dengan penerangan lingkungannya. Air bersih cukup tersedia baik dari

RAGAM HIAS / ORNAMEN PADA DINDING RUMAH TRADISIONAL MINANGA

BEBERAPA RAGAM HIAS PADA ELEMEN RUMAH TRADISIONAL MINANGA

Page 27: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

sumber air sungai maupun sumur bor Hubungan antar kominitas lingkungan

kelihatannya cukup baik.

Tata letaknya kelihatannya polanya terjaga, dari masa lalu hingga sekarang ini, hal

tersebut terlihat dari tata letak bangunan yang pada umumnya sejajar mengikuti aliran

sungai dan orientasinya ke arah sungai, hal ini ditandai dengan arang garang tangganya.

Walaupun terlihat terjadi penambahan rumah baru atau pun pengembangan dan

perubahan rumah lama, tetapi tetap pada umumnya mengikuti tata letak dan orientasi

pola yang ada, walupun ada yang tidak mengikuti pola tersebut.

Gambar-Foto No. 01.17-20

Rekaman Visual Tata Lingkungan - Pertapakan

Page 28: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

IV.5. Arsitektur Tradisional Rumah Ulu Minanga

Di lingkungan obyek penelitian ini dari ketiga ragam arsitektur tradisionalnya yang ada

terlihat keberadaan Rumah Ulu lebih dominan dengan karakter fisiknya yang sangat kuat.

Dari kesejarahan diketahui Rumah Ulu adalah milik masyarakat Minanga dan dibuat oleh

mereka, terutama dari masyarakat yang berada dan terpandang. Keberadaan Rumah Bari

sekarang ini tinggal satu unit dengan ukuran besarannya yang relatif kecil. Sebelumnya

terdapat beberapa Rumah Bari yang cukup besar dengan karakter fisik yang juga sangat

kuat, akan tetapi sekarang sudah roboh atau dipindahkan ketempat lain. Rumah Bari

merupakan rumah para penguasa Marga. Sedangkan Rumah Gudang keberadaannya sangat

terbatas dan karakter fisiknya tidak terlalu kuat. Rumah ini adalah rumah dari masyarakat

kebanyakan.

Dilihat dari kesejarahannya dan juga dominasi di lingkungannya nya serta

karakteristik fisik yang sangat kuat dapat dikatakan bahwa Rumah Ulu adalah mewakili

rumah arsitektur tradisional Minanga. Untuk itu dalam kajian ini obyek penelitian lebih

dititik beratkan pada Rumah Ulu.

Page 29: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

BAB V. KAJIAN dan BAHASAN .

V.1 Arsitektur Tradisional Minanga dalam Kesejarahan dan Konteks Budaya

Dari tinjauan kesejarahan dan kehidupan sosisal-budaya dan ekonomi Minanga

sebagaimana yang diuraikan pada bab IV, butir IV.1.1 dan IV.1.2 maka terlihat yang dapat

berpengaruh terhadap kehidupana sosial, budaya dan ekonomi Minanga adalah pengaruh-

pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya, dan Kesultanan Palembang. Termasuk pula kemungkinan

pengaruh Jawa melalui Kesultanan Palembang, yang mana seperti telah diketahui dalam

sejarah adanya keterkaitan erat antara Kesultanan Palembang dengan kerajaan-kerajaan di

Jawa. Pengaruh-pengaruh tersebut tentunya termasuk pengaruhnya terhadap arsitektur di

Minanga. Berkaitan dengan hal ini maka dalam mengkaji nilai-nilai filosofis yang

mendasari arsitektur tradisional di Minanga umumnya, tampilan/gaya arsitektur khususnya

adalah dengan menelusuri pula pengaruh-pengaruh tersebut. Lihat diagram analisa pengaruh

di halaman berikut.

DIAGRAM ANALISA PENGARUH terhadap ARSITEKTUR MINANGA

ARSITEKTUR

TRADISIONAL

MINANGA

PENGARUH BUDAYA

ARSITEKTUR HINDU

dari

KERAJAAN SRIWIJAYA

PENGARUH BUDAYA

ARSITEKTUR ISLAM

dari

KERAJAAN DEMAK

ARSITEKTUR

TRADISIONAL

PALEMBANG

SUMSEL

PENGARUH

BUDAYA ARSITEKTUR

Dari

KESULTANAN PALEMBANG

Page 30: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

V.2. Tampilan Wajah Arsitektur Rumah Ulu sebagai Sosok Arsitektur Tradisional Minanga

1. .Percungkupan –Atap

Sebagaimana umumnya bentuk atap arsitektur rumah ulu di Sumatera Selatan

berbentuk pelana, bentuk atap Arsitektur Rumah Ulu Minanga juga berbentuk pelana

.Bentuk atap pelananya adalah murni bentuk pelana yaitu bentuk persegi panjang,

sedangkan Semendo dan Pasemah berbentuk trapisium dengan patahan pada

bubungannya. Layar penutup atap bagian depan dan belakang ditutup dengan bahan

papan kayu dengan disusun miring sesuai kemiringan atap. Kemiringan atap cukup curam

yaitu 45 derajad, hal ini sama dengan Semendo dan Pasemah. Bahan penutup atap adalah

genteng, berbeda dengan arsitektur rumah ulu Pasemah dan Semendo yang aslinya sirap

bambu yang kemudian diganti dengan seng. Kontruksi atap adalah kayu dengan

konstruksi bukan merupakan kontruksi kuda-kuda pada umunya. Bentuk atap juga

diperkaya dengan berbagai ornamen/ragam hias, hal ini sama dengan Semendo dan

Pasemah. Namun yang khas adalah ornamen dikedua ujung bubungan atap yaitu

persilangan listplang miringnya .

Dari hasil wawancara dengan possesive responder tidak dapat terungkap makna

atau nilai-nilai filosofis yang mendasari terjadinya bentuk atap tersebut maupun ragam

hiasnya. Disamping itu belum ditemukan literatur yang dapat mengungkap hal ini.

Namun demikian diduga bentuk atap tersebut lebih didasari atas pertimbangan ekologi,

fisik alam yaitu iklim : curah hujan dan sinar matahari. Begitu pula dengan ragam

hiasnya yang pada dasarnya mengambil bentuk tanaman : daun dan bunga, disamping

adanya juga kecenderungan mengambil bentuk kaligrafi huruf Alqur’an, ragam-ragam

hias tersebut pada dasarnya tanpa makna tertentu. Sehingga hal ini kelihatannya lebih

didasari atas pertimbangan ekologis dan pengaruh Islam. Sebagaimana diketahui dalam

agama Islam reflika binatang dilarang ditampilkan dalam ruang kehidupan umatnya.

Tidak dapat terungkap aspek-aspek lain yang mendasarinya seperti aspek

agama/kepercayaan, kosmologi, maupun politik. Walaupun tidak terungkap sepenuhnya

makna yang terkandung dalam elemen ini, dari sample yang diamati terlihat adanya tata

atur/ordering dari ujud elemen ini. Hal ini terlihat dari bentuk atap persegi panjang murni

Page 31: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

dengan sudut 45 derajat, penutup layar atap disusun miring sesuai kemiringan atap,

bentang dan ketinggian atap yang sama, dan ornamen kedua ujung bubungan atap yang

khas yang kesemuanya berbeda dengan arsitektur tradisional rumah ulu lainnya di

Sumatera Selatan. Lihat gambar bangunan arsitektur tradisional rumah ulu Minanga di

halaman berikut.

Gambar-Foto No. 03.01-04 Rekaman Visual Percungkupan–Atap

Ornamen kedua ujung bubungan atap yang khas

atap pelana dengan kemiringan 45 derajat, penutup layar papan kayu disusun miring sesui kemiringan atap, bentang dan ketinggian yang sama

Kontruksi atap bukan kuda-kuda pada umumnya

Ornamen kedua ujung bubungan atap yang khas

Page 32: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

2. Badan Bangunan

Sama halnya dengan bentuk atap elemen badan bangunan : dinding, pintu dan

jendela umunya sama dengan arsitektur rumah ulu di Sumatera Selatan. Bahan dinding

adalah papan kayu, dengan jendela-jendela yang ukurannya relatif kecil, begitu pula

dengan pintu-pintunya. Elemen pintu dan jendela diperkaya dengan berbagai ragam hias.

Sebagaimana dengan elemen percungkupan-atap, maka dari hasil wawancara

dengan possesive responder tidak dapat terungkap nilai-nilai filosofis yang terkandung

dalam elemen dinding maupun ragam hiasnya. Selain itu juga belum ditemukan literatur

yang dapat mengungkap hal ini. Namun demikian bila dilihat dari bukaan dindingnya

yang relatif terbatas diduga hal tersebut juga lebih didasari atas pertimbangan ekologi

atau nilai-nilai fisik alam yaitu iklim : curah hujan dan sinar matahari. Begitu . pula

dengan ragam hiasnya, kelihatannya juga lebih didasari atas pertimbangan ekologis dan

pengaruh Islam. Namun demikian dari sample yang diamati terlihat adanya tata

atur/ordering seperti besaran jendela yang sama dan letak yang tertentu.

Lihat gambar-foto no.03-05-10 : visualisasi elemen dinding bangunan arsitektur

tradisional rumah ulu Minanga di halaman berikut.

.

3. Kaki-Dasar Bangunan

Karaktersitik yang menonjol dari Arsitektur Tradisional di Sumatera Selatan

adalah bangunan yang ditopang oleh tiang yaitu bangunan panggung. Tiang tiang

tersebut umumnya adalah kayu gelondong yang utuh. Begitu pula dengan arsitektur

rumah ulu Minanga adalah rumah panggung dengan tiang-tiang dari pohon kayu yang

utuh yang diolah menjadi bentuk geometri persegi 16, berbeda dengan Semendo dan

Pasemah yang berbentuk utuh bulat Namun pada saat ini ting-tiang yang aslinya bentuk

geometri persegi 16 sesekarang sudah banyak diganti dengan balok kayu pada

umumnya. Jumlah tiang dan jarak antar tiang tidak didapat diketahui secara pasti

apakah asalnya dengan jumlah dan jarak yang sama, seperti tiang arsitektur tradisional

rumah ulu Semendo yang jumlahnya 9. Tiang-tiang tersebut juga diperkaya dengan

berbagai ragam hias dari hubungan tiang dengan balok-balok lantainya. Corak.motif

ragam hiasnya pada dasarnya sama dengan elemen atap maupun dinding, juga ragam

Page 33: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

hias tersebut tanpa kandungan makna. Kontruksi hubungan antara elemen tiang dan

balok, adalah hubungan sambungan kayu tanpa….

Gambar-Foto No. 03.05-10 Rekaman Visual Elemen Dinding

Bukaan dinding berupa jendela yang relatif kecil dengan ornamen-ornamnen yang cukup khas

Ornamen terali jendela dari kayu

Ornamen daun pintu dan kusennya

Pintu dengan engsel tanam pada lantai dari pasak kayu

Palang pintu sebagai konci pintu dari dalam

Page 34: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

tanpa paku. Tiang-tiang tersebut ditanam langsung dalam tanah, berbeda dengan

Semendo dan Pasemah yang tiang-tiangnya bertumpu di atas umpak batu alam.

Dari pengamatan elemen kaki-dasar bangunan ini, dalam menelusuri makna atau nilai-

nila filosofis yang mendasarinya adalah sama dengan elemen percungkupan-atap

maupun elemen badan-bangunannya. Kelihatannya lebih didasari atas pertimbangan

ekologi. Hal ini antara lain terlihat dari perbedaan konstruksi tiang yang ditanam dalam

tanah sedangkan di Semendo dan Pasemah bertumpuh di atas batu alam. Daerah

Semendo dan Pasemah adalah merupakan pegunungan atau dataran tinggi yang

kemungkinan sewaktu-waktu terjadi gempa, sedangkan Minanga merupakan daerah

tanah datar yang kemungkinan relatif kecil kemungkinan terjadinya gempa Dari elemen

ini terlihat juga adanya tata atur/ordering yaitu bahan dan bentuk tiang yang sama,

jumlah tiang dan jarak antar tiang diduga sama apabila dilihat berdasarkan bentang

konstruksi atap dan badan bangunan yang sama, walau dari hasil pengamatan sample

tidak dapat mengungkapkan hal ini secara pasti.

Lihat gambar-foto no.03.11-15 : visualisasi elemen kaki–dasar bangunan arsitektur

tradisional rumah ulu Minanga di halaman berikut.

4. Teras/Garang dan Tangga

Elemen garang dan tangga adalah elemen yang cukup penting dalam menandai

arsitektur tradisional di Sumatera Selatan, demikian pula dengan arsitektur tradisional

rumah ulu Minanga. Pada arsitektur tradisional rumah ulu terdapat dua jenis garang

yaitu garang depan dan garang belakang. Garang-garang tersebut merupakan area

transisi dari tanah untuk masuk ke dalam rumah melalui tangga, terutama garang

depan. Namun demikian garang-garang tersebut juga berfungsi sebagai area

mengeringkan barang-barang rumah tangga. Kedua garang, depan dan belakang bersifat

terbuka tanpa atap. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai area pengering. Sebaliknya

ruang tangga dilindungi oleh atap. Anak-anak tangga dimanfaatkan sebagai tempat

duduk, berangin sambil berinteraksi dengan tetangga ataupun anggota keluarga,

termasuk pula kegiatan petanan (mencari kutu). Letak garang dan tangga di sisi daratan,

tetapi berorientasi ke arah sungai.

Page 35: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Gambar-Foto No. 03.11-15 Rekaman Visual Elemen Tiang

Jumlah anak tangga walau tidak sama tetapi didasari oleh perhitungan yang sama didasari

kepercayaan sekuen kehidupan : lahir, tumbuh, mantap dan mati. Jumlah anak tangga tidak

boleh jatuh pada sekuen mati.

hubungan tiang dengan balok-balok lantai tanpa menggunakan paku dan tanpa ornamen

hubungan tiang dengan balok-balok lantai tanpa menggunakan paku dan dengan ornamen

Bentuk geometri persedi 16 tiang yang asli

Tiang yang ditanam langsung dalam tanah

Page 36: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Sama dengan elemen-elemen lainnya, terhadap elemen ini termasuk ornamennya

kelihatannya aspek yang mendasarinya juga lebih kearah aspek ekologi, dan ekonomi,.

disamping aspek pandagan hidup/kosmologi. Aspek ekonomi lebih mengarah ke fungsi dan

efisiensi, seperti ditunjukan pada garang yang tidap beratap akan tetapi justru ruang tangga

yang beratap. Tidak dapat diketahui apakah semua ruang tangga aslinya beratap, kondisi

sekarang hanya beberapa yang beratap yang lainnya tidak beratap. Sedangkan tata

atur/ordering diperlihatkan oleh letak dan orientasi garang dan tangga, serta hitungan jumlah

anak tangga.

Lihat gambar-foto no. 03.16-19 : visualisasi elemenTeras/Garang dan Tangga bangunan

arsitektur tradisional rumah ulu Minanga seperti berikut.

Gambar-Foto No. 03.16-19 Rekaman Visual Teras/Garang dan Tangga

V.3. Peruangan dalam Arsitektur Rumah Ulu sebagai Sosok Arsitektur Tradisional Minanga

Garang dan tangga tetapi orientasi ke arah sungai

Ruang tangga yang beratap

Ornamen pada pangkal induk tangga, cukup khas

Page 37: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

1. D e n a h

Sebagaimanan yang telah diuraikan pada bagian IV.2 : pada bagian tinjauan

obyek, pembagian ruang pada arsitektur tradisional rumah ulu Minanga terdiri dari ruang

: garang, halun, pangkeng dan dapur. Pangkeng terdiri dari tiga ruang bersusun sejajar,

satu ruang di tengah terbuka ke arah ruang halun, dua ruang mengapit ruang tengah

dengan empat sisinya tertutup dinding. Pangkeng berfungsi sebagai kamar tidur, khusus

Pangkeng tengah juga berfungsi sebagai tempat duduk kepala rumah tangga dalam suatu

acara keluarga. Letak Pangkeng selalu di sisi arah aliran sungai dengan masing-masing

jendela yang berorientasi ke arah sungai. Kedudukan Pangkeng pada tingkat lantai yang

lebih tinggi daripada Halun.

Halun merupakan ruang yang luas dan terbagi dalam tiga bagian dengan

masing-masing tingkat lantai yang berbeda. Ketiga bagian Halun tersebut terbuka

dengan tidak dibatasi dinding, tetapi dibatasi hanya oleh perbedaan tinggi lantai dan

tiang-tiang. Fungsing Halun tempat pertemuan keluarga ataupun masyarakat umum,

atau tempat menerima tamu. Bagian haluan yang tertinggi adalah tempat keluarga utama

dan kaum bangsawan atau tamu yang dihormati, bagian selanjutnya yang lebih rendah

tempat kerabat/keluarga lainnya, dan bagian terendah adalah tempat masyarakat

kebanyakan. Pada dasarnya kajian tentang Garang pada bagian ini sama dengan kajian

elemen garang pada bagian tampilan wajah asrsitektur. Lihat bagian V.2. angka 4) di

atas.

Dari kajian terhadap elemen ini walaupun tidak sepenuhnya dapat ditelusuri

secara langsung melalui literatur ataupun possessive responder, namun dapat terungkap

dugaan bahwa kelihatannya aspek ekologi dan budaya yang menonjol yang

mendasarinya. Sedangkan tata atur/ordering terlihat dari pembagian ruang, perletakkan

dan orientasi ruang, dan juga kedudukan ruang yang dibedakan ketinggiannya.

Lihat gambar-foto no. 03.20-24 : visualisasi elemen denah arsitektur tradisional Rumah

Uulu Minanga di halaman berikut. Dan juga gambar denah pada lampiran 2.

2. L a n t a i

Sebagaimana pada bahasan denah elemen lantai dalam arsitektur tradisional

rumah ulu Minanga memiliki perbedaan tinggi lantai. Perbedaan tersebut sesuai dengan

Page 38: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

fungsi yang didasari tingkatan kedudukan dalam keluarga dan ataupun tingkatan

kedudukan sosial dalam masyarakat. Menurut Makmun Sulaiman (2002), hal ini asal-

mulanya adalah pengaruh dari agama Hindu pada masa kerajaan Sriwijaya yang

mengenal adanya kasta dalam masyarakat, yang selanjutnya diadopsi juga pada masa

Kesultanan Palembang. 6 Masih menurut Makmun Sulaiman pada saat ini hal tersebut

tidak dipakai lagi, akan tetapi masih ada yang menggunakannya atas dasar hirarki

kedudukan dalam masyarakat menurut kepangkatan dan kekayaan seseorang.7

Disamping itu yang menarik pada elemen lantai ini adalah adanya lubang pada lantai di

Halun, di lantai terendah.yang berfungsi pada saat memandikan jenazah apabila ada

anggota keluarga yang meninggal dunia.. Dalam hal kajian tentang elemen lantai ini

lihat juga kajian tentang denah pada bagian V.3. angka 1) yang diuraikan di atas sebelum

ini. Ragam hias dinding terdapat pada bagian dalam. Begitu juga dengan ragam hias

pada pintu dan jendela tampilannya lebih jelas terlihat pada bagian dalamnya. Ragam

hias pada elemen ini sama dengan pada elemen-elemen lainnya. Dari kajian ini

terungkap khusus untuk elemen lantainya sendiri yang mendasarinya adalah aspek

agama dan budaya. Sedangkan dalam hal ragam hias masih sama dengan elemen-elemen

lainnya.

Gambar-Foto No. 01.20-24 Rekaman Visual elemen Denah

Halun

6 Makmun Sulaiman, (2002), wawancara langsung. 7 Ibid

Pangkeng Kiri Pankeng Kanan PankengTengah

Page 39: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Dapur

Lihat gambar-foto no. 03.25-27 tentang visualisasi elemen Lantai arsitektur tradisional

rumah ulu Minanga seperti berikut.

Gambar-Foto No. 01. 25-27 : Rekaman Visuali elemen Lantai

Adanya perbedaan tinggi lantai

Jendela- pada pangkeng kiri, tengah dan kanan

yang mengarah ke sungai

Lubang pada Lantai untuk memandikan Jenazah

Ornamen Hubungan tiang dengan lantai

Page 40: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

3. Dinding, Pintu dan Jendela

Dalam pembahasan peruangan dalam arsitektur terhadap elemen dinding, pintu

dan jendela dalam peruangan berbeda dengan dalam pembahasan tampilan wajah

arsitektur. Dalam suatu peruangan arsitektur lebih diarahkan sebagai elemen pembentuk

ruang (ruang dalam), atau lebih kearah interior. Sedangkan dalam suatu tampilan wajah

arsitektur lebih ke pandangan luar bangunan.

Elemen dinding dalam arsitektur tradisional rumah ulu Minanga terlihat rangka-

rangka dinding yang memperlihatkan struktur bangunan. Ragam hias dinding justru

dominan terdapat pada bagian dalam. Begitu juga dengan ragam hias pada pintu dan

jendela tampilannya lebih jelas terlihat pada bagian dalamnya. Ragam hias pada elemen

ini sama dengan pada elemen-elemen lainnya.

Dari kajian yang terungkap kelihatannya tetap aspek ekologi dan estetika yang

mendasari ujud elemen ini. Sedangkan tata atur/ordering tidak dapat diungkapkan.

4. Langit-Langit/Plafond

Elemen dinding dalam arsitektur tradisional rumah ulu Minanga terlihat rangka-

rangka dinding yang memperlihatkan struktur bangunan. Ragam hias dinding justru

dominan terdapat pada bagian dalam. Begitu juga dengan ragam hias pada pintu dan

jendela tampilannya lebih jelas terlihat pada bagian dalamnya. (Lihat juga bahasan

tentang denah sebelum ini). Ragam hias pada elemen ini terdapat pada pertemuan tiang-

tiang dengan lantai..dengan motif wujud tanaman sperti pada elemen-elemen lainnya.

Dari kajian ini terungkap khusus untuk elemen lantainya sendiri yang

mendasarinya adalah aspek agama dan budaya. Sedangkan dalam hal ragam hias masih

sama dengan elemn-elemen lainnya.

Gambar-Foto No. 01.28-30 Rekaman Visual Langit-langit/Plafond

Page 41: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

V.4. Tata Lingkungan dan Pertapakan Arsitektur Tradisional Minanga

Seperti yang diuraikan pada bab IV : tinjauan obyek pada bagian IV.4 bahwa

lingkungan obyek penelitian ini meliputi suatu lingkungan permukiman yang merupakan

pusat permukiman dari ibukota kecamatan Minanga. Lingkungan ini terlihat tertata

cukup baik dengan beragam bangunan yang ada. Terlihat pola yang jelas dan

kelihatannya terjaga dari masa lalu hingga masa sekarang. Berikut pembahasan lebih

lanjut terhadap tata lingkungan dan pertapakannya tersebut.

1. Orientasi dan Tata Letak Bangunan

Tata letak bangunan dalam pertapakan arsitektur tradisional Minanga adalah

menganut pola linier dan berlapis, tidak satu lajur mengikuti aliran sungai dengan sisi

memanjangnya yang sejajar aliran sungai. Pola lajurnya kedua arah, kearah darat dan

kearah mengikuti aliran sungai.Lajur yang ke arah darat muka bangunannya saling

berhadapan. Apabila dilihat dari letak bangunan yang sisi memanjangnya mengikuti

aliran sungai dan muka bangunannya tidak menghadap ke arah sungai kelihatannya

orientasi bangunan tidak mengarah ke sungai. Namun bila diperhatikan lebih jauh

ternyata orientasi bangunannya adalah ke arah sungai. Hal ini ditandai ole letak garang

dan tangganya menghadap ke arah sungai. Juga ditandai oleh letak Pankeng selalu di sisi

arah sungai yang ditandai dengan letak jendela dari ketiga pangkengnya

Dari kajian ini dapat terlihat pola tata letak dan orientasi bangunan dalam

pertapakan arsitektur tradisional Minanga ini memiliki kekhasan tersendiri.

Kelihatannya aspek yang mendasari pola tata letak dan orientasi bangunannya adalah

lebih kearah ekologi/lingkungan alam. Dari penelusuran literatur maupun dari sumber

possesive responder tidak dapat terungkap aspek-aspek lain yang terkandung dalam pola

tata letak dan orientasi bangunan tersebut.

Lihat gambar no.03.31 : sketsa tata letak dan orientasi bangunan pada pertapakan

arsitektur tradisional Minanga pada halaman berikut. Lihat juga rekaman visual

pertapakan pada halaman 27.

Page 42: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

2.. Hubungan Antar Bangunan

Tidak ada batas fisik antara bangunan satu dengan bangunan. Lainnya. Antar

bangunan dipisah oleh ruang alam. Jarak antar bangunan kelihatannya relatif sama. Pada

saat ini terlihat antar bangunan dihubungan oleh jalan lingkungan berupa jalan setapak.

Namun demikian pada mulanya hubungan antar bangunan bukanlah dihubungkan oleh

jalan lingkungan seperti sekarang ini, akan tetapi ia lebih terbentuk oleh ruang-ruang

alam antar bangunan itu sendiri.

Gambar No. 01.31 Sketasa Orientasi dan Tata Letak Bangunan

Page 43: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Dari kajian ini terlihat pula aspek yang mendasari lebih kearah

ekologi/lingkungan alam Terlihat dianutnya prinsip penyatuan dengan alam. Sama

seperti pada tata letak dan orientasi bangunan, dari penelusuran literatur maupun dari

sumber possesive responder juga tidak dapat terungkap aspek-aspek lain yang

mendasarinya. Lihat gambar hubungan antar bangunan pada pertapakan arsitektur

tradisional Minanga pada halaman berikut. Lihat juga rekaman visual pertapakan pada

halaman di bawah ini

Gambar No. 01.32 Sketasa Hubungan Antar Bangunan

4). Ruang Publik dan atau Ruang Terbuka.

Tidak terlihat adanya ruang-ruang publik dan ataupun ruang-ruang terbuka

yang ditujukan khusus untuk itu. Ruang-ruang tersebut lebih memanfaatkan ruang-ruang

Page 44: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

alam antar bangunan yang memang relatif luas. Juga terlihat pemanfaata ruang alam di

bawah kolong bangunan sebagai ruang publik dan atau ruang terbuka.

Dari kajian ini terlihat pula prinsip penyatuan dengan alam yang kuat. Sama

dengan pola tata letak dan orientasi bangunan, serta hubungan antar bangunan tidak

dapat terungkap aspek-aspek lainnya yang mendasarinya. Lihat gambar no.03.32 :

sketsa ruang publik dan atau ruang terbuka pada pertapakan arsitektur tradisional

Minanga seperti berikut. Lihat juga rekaman visual pertapakan dibawah ini.

Gambar No. 01.33 Sketasa Ruang Publik dan atau Ruang Terbuka

Page 45: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

BAB VI KESIMPULAN dan REKOMENDASI.

VI.1. Kesimpulan

Dari kajian – bahasan dalam kerangka penelitian yang dilakukan ini hasilnya

dapat dirangkum dalam simpulan seperti berikut :

1). Dalam kesejarahan Minanga terkait dengan Kerajaan Sriwijaya Pemula, Kesultanan

Palembang dan Pemerintah Kolonial Belanda pada masa penjajahannya terhadap

Indonesia. Sehingga ketiganya mempengaruhi budaya dan Arsitektur di Minanga,

walaupun belum sepenuhnya hal ini terungkap dalam penelitian ini.

2). Masyarakat Minanga adalah merupakan salah satu dari 3 rumpun pokok masyarakat

Sumatera Selatan yang disebut Komering. Dari hal ini terlihat adanya kemiripan

arsitekturnya dari kedua rumpun lainnya, antara lain kemiripan dengan Semendo

dan Pasemah. Walaupun demikian ia tetap memiliki karakternya sendiri . Dari sisi

ini dapat dikatakan bahwa arsitektur tradisional di Minanga merupakan bagian dari

Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan.

3). Terdapat tiga tipe dalam ragam arsitektur tradisional di Minanga yaitu Rumah Ulu,

Rumah Bari dan Rumah Gudang. Ketiga tipe tersebut pada dasarnya terlihat dari

perbedaan tampilan arsitekturnya terutama dari karakteristik pada elemen-elemen

atap, denah-peruangan, lantai, serta garang dan tangga.

4). Rumah Ulu dapat dinyatakan adalah yang mewakili arsitektur tradisional Minanga.

Hal ini didasari dari kesejarahan.dan budaya Minanga, dominasi tampilan arsitektur,

dan dominasi keberadaannya dibanding kedua tipe lainnya dari arsitektur tradisional

yang ada di Minanga.

5). Dalam penelitian ini memang belum dapat terungkap sepenuhnya. makna dan atau

nilai-nilai filosofis, serta tata atur/ordering yang terkandung dalam Arsitektur

Page 46: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Tradisional Rumah Ulu. Terutama apabila hal tersebut berdasarkan penelusuran

literatur dan dari possesive responder. Ini dikarenakan belum ditemukan literatur

yang dapat ditelusuri berkaitan dengan hal ini, juga tidak ada masyarakat yang dapat

mengungkapkannya secara berkesinambungan dalam perjalanan sejarah Minanga.

Namun demikian dari analisa atas dasar pendekatan arsitektural terhadap objek fisik

penelitian masih dapat diungkap makna dan atau nilai-nilai filosofis, serta tata atur

/ordering dalam Arsitektur Rumah Ulu Minanga. Makna dan nilai-nilai filosofis

yang terkandung dalam Arsitektur Rumah Ulu Minanga lebih cenderung

berorientasi pada aspek ekologi/lingkungan, agama (agama Islam), dan budaya

disamping pertimbangan estetika. Tidak dalam aspek ekonomi, politik dan

kosmologi/pandangan dunia.

6). Dari uraian 5 diatas maka dapat dinyatakan bahwa Arsitektur Tradisional Rumah Ulu

memiliki langgam tersendiri dalam tampilannya. Setiap elemen-elemen

Arsitekturnya sebagian besar memiliki kandungan makna dan nilai-nilai filosofis

dan juga memiliki tata atur/ordering. Walau hal ini perlu didalami lagi melalui

pendekatan kesejarahan dan budaya Minanga.

Page 47: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

VI.2. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian ini perlu adanya tindak lanjut. Untuk itu direkomendasikan hal-hal

sebagai berikut :

1). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengungkap makna dan atau nilai-nilai

filosofis, serta tata atur/ordering dalam arstitektur tradisional Rumah Ulu Minanga lebih

mendalam lagi. Sehingga arsitektur trasisional Rumah Ulu Minanga dapat dijadikan salah

satu sumber dalam pengembangan berarsitektur khususnya di Sumatera Selatan dan Pada

umumnya dimasa datang.

2). Segera dilakukan tindakan perlindungan terhadap arsitektur tradisional Rumah Ulu

Minanga sebagai benda cagar budaya khususnya di lingkungan wilayah penelitian ini, dan

di wilayah kabupaten Komering Ulu pada umumnya. Hal ini mengingat bahwa beberapa

diantaranya sudah dibongkar atau diubah bentuk dan fungsinya. Jangan sampai hal ini

terjadi pada Rumah Bari di Minanga yang tinggal satu unit. Inipun keberadaanya sudah

sangat menyedihkan.

3). Mengingat sudah ada beberapa penelitian tentang Arsitektur Tradisional di Sumatera

Selatan perlu adanya pertemuan ilmiah dalam lingkup regional maupun nasional, dalam

kerangka memperkenalkan arsitektur tradisional di Sumatera Selatan baik dalam lingkup

kalangan di dalam lingkungan wilayah Sumatera Selatan maupun di lingkungan wilayah

regional dan nasional.

4).Perlu adanya publikasi arsitektur tradisional di Sumatera Selatan baik melalui media

cetak maupun elektronik. guna mensosialisasikannya ke masyarakat umum.

5). Perlu didorong adanya studi-studi lapangan dengan objek arsitektur tradisional di

Sumatera Selatan khususnya oleh mahasiswa arsitektur dari perguruan tinggi masing-

masing yang berada di wilayah provinsi Sumatera Selatan.

Page 48: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Altman, Irwin, and Martin Chemers, [1984], Culture and Environment, Cambridge

University Press, California.

Klassen, Winand, [1990], Architecture and Philosophy, Clavano Printers, Cebu City

Djohan Hanafiah, [1989], Kuto Besak, Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan

Kemerdekaan, C.V. Haji Masagung, Jakarta.

Djohan Hanafiah, [1989], Palembang Zaman Bari, Citra Palembang Tempo Doeloe, C.V. Haji

Masagung, Jakarta.

Ismail, Arlan, [1998], Marga di Bumi Sriwijaya, Unanti Press, Palembang.

Ismail, Arlan, [1999], Periodesasi Sejarah Sriwijaya, belum dipulikasikan.

Istanto, Freddy, H., [1997], Gaya Arsitektur Mediterania di Indonesia, Thesis Pascasarjana

Institut Teknologi “ 10 November”Surabaya.

Nugroho, Setyo, dkk., [1998], Arsitektur Tradisional Daerah Ogan Komering Ilir, hasil

penelitian, tidak dipublikasikan

Prijotomo, Josef, [tanpa tahun], Apa dan Bagaimana Tipologi, Jurusan Arsitektur FTSP. ITS.

Surabaya.

Rapoport, Amos, [1977], Human Aspect of Urban Form, Pergamon Press, - New York.

Siregar, Johny, dkk., editor [1985] Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan ,

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Siswanto, Arie. dkk., [1998], Analisis Aspek Arsitektur dan Konstruksi Bangunan Lamban

Tuha Tipikal Rumah Ulu yang Tahan Gempa di Kabupaten Ogan Komering Ulu., hasil

penelitian, tidak dipublikasikan.

Sukanti, dkk., [1994].- Rumah Ulu Sumatera Selatan, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera

Selatan ,“Balaputra Dewa”, Palembang.

Page 49: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Sumintardja, Yulianto, [1978], Kompedium Sejarah Arsitektur, Yayasan Lembaga

Peyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

………,[1994], Gelar Kebangsawanan Kaitannya dengan Rumah Limas Palembang,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan RI.

Page 50: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

GLOSARIUM

Aban-aban : plafond datar

Alang : balok…..

Amben : Pangkeng Tengan Apit : kusen jendela Atung : balok….. Belitang : balok tengah Birai : jendela panjang Dasar : lantai papan Duare : pintu Halun : ruang dalam (utama) Layang-layang : dinding segitiga pada puncak sebagai lelayar atap Lay-layan : sampiran di atas jendela Palumpo : kamar anak no.1 ( di Pangkeng Kiri) Panggoyok : balok…. Pangkeng : Kamar tidur yang umumnya terdiri dari tiga bagian yaitu pangkeng tengah( disebut

Amben), kiri,dan kanan. Ulu ijan : pegangan tangga Tiang : kolom

Kitau : balok….

Atung : balok di atas tiang. Glandar : balok yang menjadi tumpuan dasar (satu permukaan dengan galar) Pangogok : balok lantai Garang: : ruang antara dari tangga sebelum masuk ke rumah, teras Galar : balok yang menyangga lantai papan (satu permukaan dengan belandar) Kubudan : kamar anak no.2 ( di Pangkeng Kanan) Gelemat : plafond Gelumpai : atap dari bambu-bambu kecil Jengkuru : tupik Kandang : pagar garang Kasah : lantai rotan (anyaman) Kong : semacam balok sloof dari kayu yang berada di atas tanah

Page 51: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

LAMPIRAN 1

ELEMEN WAJAH BANGUNAN

NO

ELEMEN WAJAH BANGUNAN 1 2 3 4 5

1 KOLOM O O O X X

2 PINTU O O O O O

3 JENDELA O O O O O

4 BALKON O O X X O

5 TANGGA X O O O X

6 ATAP O O O X X

7 DINDING X O O O X

8 WARNA X O X X X

9 AKSENTUASI RUANG X X O X X

10 PERAPIAN X O X O X

11 LANTAI DASAR O X O O X

1. Rob Krier

2. Rexford Newcomb

3. Gamberini

4. Stephen Calloway

5. Nathaniel Courlandt Curtis

\

Page 52: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

LAMPIRAN 2

DATA FOTO LAPANGAN RUMAH TRADISIONAL DI MINANGA

GAMBAR DOKUMENTASI RUMAH ULU

GAMBAR DOKUMENTASI RUMAH BARI

GAMBAR DOKUMENTASI RUMAH GUDANG

Page 53: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

PERSONALIA PENELITIAN

1. Kepala Proyek Penelitian a. Nama : Ir.Chairul Murod, MT.

b. Bidang Keahlian : Arsitektur

c. Pangkat / Gol. : Asisten Ahli – III / b.

d. Pekerjaan : Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNSRI

e.Waktu tersedia : 5 Jam / Minggu.

2. Tenaga Peneliti 1. a. Nama : Ir. Arie Siswanto, MCRP.

b. Bidang Keahlian : Arsitektur

c. Pangkat / Gol. : Asisten Ahli – III / d.

d. Pekerjaan : Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNSRI

e.Waktu tersedia : 4 Jam / Minggu.

3. Tenaga Peneliti 2. a. Nama : Ir.Wirawan Djatmiko

b. Bidang Keahlian : Sipil-Struktur

c. Pangkat / Gol : Asisten Ahli – III / d.

d. Pekerjaan : Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNSRI

e.Waktu tersedia : 4 Jam / Minggu.

4. Tenaga Penunjang a. Surveyor : 3 ( Tigaa ) orang Mahasiswa

b. Draftman : 2 ( Dua ) orang Mahasiswa.

M. RIWAYAT HIDUP PENELITI

Page 54: LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH ...

Nama : Ir. Chairul Murod, MT. NIP. : 131 572 475 Jabatan : Asisten Pangkat/Gol. : Penata - III/b Jurusan : Teknik Sipil Fakultas : Teknik Pengalaman Penelitian