Landscape Edisi Pekta 2014

16
Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP Buletin Mahasiswa FTSP Wejangan Menceng di Pekan Ta’aruf Mau dibawa Kemana Divisi Penertib Lapangan ? Terpaksa Bungkam SOLID / LANDSCAPE EDISI SEPTEMBER 2014 EDISI PEKTA Cover : M. Irfan A.

description

 

Transcript of Landscape Edisi Pekta 2014

Page 1: Landscape Edisi Pekta 2014

Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP

Buletin Mahasiswa FTSP

Wejangan Menceng di Pekan Ta’arufMau dibawa Kemana Divisi Penertib Lapangan ?

Terpaksa Bungkam

SOLID / LANDSCAPE EDISI SEPTEMBER 2014

EDISIPEKTA

Cove

r : M

. Irf

an A

.

Page 2: Landscape Edisi Pekta 2014

SEP 20

14LA

ND

SCAP

E2

“Cuma secara etika saya kok merasa agak risih gitu ya. Secara ini kan acara kita, yang ngonsep kita, uang kita” ung-kap Ghozi Faiz Habibi mengungkapkan perasaannya tentang keberadaan Tim Pengawas Pekta 2014. Berdasarkan hasil audiensi yang telah dilakukan oleh pihak dekanat dan pani-tia Pekta 2014 diputuskan bahwa tidak boleh ada kekerasan baik dalam bentuk fisik, verbal dan mental. pada Pekta kali ini, adanya DPL bukan lagi untuk mengkonfrontasi mahasiswa baru sebagai peserta Pekta 2014.

Alamat Redaksi: Jalan Kaliurang Km 14,5 Kampus Terpadu FTSP UII Basement, Yogyakarta 55581. 08572929867 | [email protected] fax 895330

@solidftspuii | Instagram @solidftspuii

DA

FTAR

ISI

foto /ilustrasi

Laporan UtamaTerpaksa Bungkam 4

Laporan KhususWejangan Menceng di Pekan Ta’aruf 6

Sebagai bagian dari FTSP seluruh pihak diharapkan turut serta da-lam mensukseskan acara Pekta. Seperti yang diungkapkan Widodo Brontowiyono selaku Dekan FTSP bahwa semua pihak turut mem-bantu agar pelaksanaan Pekta FTSP aman, lancar, tertib dan Islami. Namun seorang Dosen Arsitektur bersikap bertentangan.

DAFTAR ISI

SAPAAN

2 10 133 11 14

8 12 15

DAFTAR ISISapaan Redaksi

OPINIMau dibawa Kemana DPL?

PROFILBerkerja Untuk Ibadah

EDITORIALSurat Pembaca

KAMPUSIANAPengenalan Lembaga Berantakan

RESENSI FILMKebenaran Yang Terlambat Terungkap

GALERIPekta 2014

IPTEK“Bimsalabim” Plastik Jadi Bensin

POLLINGLembaga di Mata Maba

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Puji syukur kami panjatkan atas rahmat dari Allah SWT sehingga buletin LANDSCAPE edisi khusus PEKTA ini ber-

hasil kami selesaikan. LANDSCAPE edisi PEKTA ini kami buat sebagai bentuk konsistensi kami untuk membagikan informasi kepada seluruh warga FTSP. PEKTA yang merupakan acara tahunan di FTSP memang selalu menjadi salah satu hajat besar, sehingga tidak lengkap rasanya bila tidak diliput secara khusus. Semoga dengan adanya LANDSCAPE edisi khusus PEKTA ini bisa menjadi gambaran bagi mahasiswa baru FTSP tentang fakultas kita ini. Selamat datang Maba-Miba baru FTSP 2014!

PEMIMPIN UMUMArya Praditya G

PIMPINAN BIRO UMUMPutri Sihospi

PEMIMPIN REDAKSIAndi Mufly M.M

REDAKTUR PELAKSANAFathia R.N.HusnaREDAKTUR FOTOIqbal Ramadhan

REDAKTUR LAYOUT DAN ILUSTRASIArifin Agus S & Osi Novenda S

PIMPINAN P3Helmy Badar N & M. Arief Guswandi

REPORTERMuhammad Irfan A, Adi Nugroho,Sofiati Mukrimah, Yosi Mutiara P,

Bowin Yulianti, Nurul Fajri, Mia Erpinda, Luthfiana Rahmasari, Baiq Raudhatul J,

Lilis L Rumalutur, Ulfa Nur Hanifah

Page 3: Landscape Edisi Pekta 2014

SEP

20

14LA

ND

SCA

PE

3

Dari : Muhammad AD Zikri (SekJen DPMF)Untuk : Dekanat

Untuk persiapan PEKTA kalau dari panitia menurut saya sudah cukup baik, hanya ada beberapa hal yang sudah direncanakan tetapi persiapan dilakukan mepet ke hari H. Contoh seperti surat-surat yang masuk untuk pemin-jaman apapun. Kurangnya koordinasi antar divisi juga menghambat persiapan. Bukan hanya dari segi maha-siswa terkhususnya panitia PEKTA, pihak dekanat juga seakan mempersulit acara PEKTA ini. Memang bebera-pa saran yang disampaikan sangat bagus, tetapi seakan memberikan interversi dalam acara ini. terlalu banyak permintaan dan terlalu banyak hal yang salah menurut mereka. Interversi itulah yang menurut saya sudah mencederai dari sistem yang kita anut, yaitu student goverment agar tidak terjadi lagi interversi-interversi seperti yang sudah dilakukan. Untuk panitia PEKTA ha-rus tetap semangat, persiapan semua sebaik mungkin. Buktikan kalau kita memang dapat membuat acara yang baik untuk menyambut keluarga baru kita

Dari : Tim Advokasi PektaUntuk : Dekanat

Pada hari pertama pelaksanaan PEKTA FTSP 2014, telah terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan yang terjalin oleh pihak dekanat dan tim advokasi DPM FTSP. tindakan tersebut mencederai kepercayaan yang telah terjalin sebelumnya, sehingga seakan-akan dari pihak dekanat tidak mempercayai mahasiswa sebagai penyelenggara dan pelaksana kegiatan Pekan Ta’aruf 2014. Ketika mer-eka bertanya “Apa sih susahnya diawasi? Kami kembali bertanya “Apa sih susahnya percaya kepada kami?”Apa yang menjadi ketakutan pihak dekanat, sehing-ga terjadi hal seperti ini?! :(

EDIT

OR

IAL

Pekan Ta’aruf (Pekta) yang merupakan acara tahu-nan di FTSP berlangsung lancar dengan banyak

perubahan di sana-sini. Salah satu yang paling dira-sakan perubahannya adalah Divisi Penertib Lapan-gan (DPL). Tahun ini, dekanat membentuk langsung tim advokasi yang bertugas mengawasi jalannya acara Pekta 2014. Hal ini merupakan salah satu cara

untuk mencegah adanya tindak kekerasan, baik ke-kerasan fisik, mental, maupun verbal di Pekta 2014. Namun, pengawasan yang dinilai berlebihan mem-buat beberapa pihak ‘gerah’. Tindakan pengawasan yang berlebihan itu dianggap sebagai bentuk keti-dakpercayaan terhadap penyelenggara.

EDITORIAL

SURAT

Page 4: Landscape Edisi Pekta 2014

LAN

DSCA

PE

4 SEP

2014

Oleh: Baiq Raudatul Jannah | Foto: Nurul FajriReporter: Sofiati Mukrimah, Yosi Mutiara Pertiwi, Nurul Fajri

Terpaksa Bungkam

LAPORANUTAMA

Tahun ajaran baru telah dimulai, para pelajar yang dulunya berstatus ‘siswa’

berubah menjadi mahasiswa, maha-siswa baru (maba) dalam proses pe- ngenalan dengan lingkungan kampus dan teman membutuhkan fasilitator dari kampus, yang biasa di sebut Ori-entasi Pengenalan Kampus (OSPEK). Sesuai dengan namanya, OSPEK me- rupakan kegiatan yang diberikan ke-pada para mahasiswa baru sebelum mereka benar-benar menjadi warga kampus. Di kampus perjuangan, Uni-versitas Islam Indonesia(UII) kegia-tan Ospek dinamai sebagai Pesona Ta’aruf (Pesta) di tingkat Universitas dan Pekan Ta’aruf (Pekta) di tingkat fakultas. Selain fungsi ini sayangnya Ospek sering di kaitkan dengan tin-dak kekerasan, perpeloncoan dan senioritas dari para mahasiswa yang mengadakan acara Ospek ini sendi-ri, di beberapa universitas negeri ataupun swasta kegiatan ini menjadi

ajang balas dendam senior ke junior, bahkan menurut berita yang dimuat oleh situs berita online kompas.com Ospek di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menyebabkan kematian seorang mahasiswa akibat pelon-coan oleh senior dalam acara Ospek yang dilakukan di luar kampus yang menyebabkan tercoretnya kegiatan perkenalan yang semestinya baik dan mendidik. Potret Ospek di UII bebe- rapa tahun belakangan juga tidak lep-as dari isu ini, tapi bagaimana dengan Pekta FTSP tahun ini ?

AUDIENSIHal yang terlihat berubah pada

Pekta FTSP kali ini yaitu adanya surat Keputusan Dirjen Dikti NOMOR 25/DIKTI/Kep/2014 tentang Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kam-pus bagi Mahasiswa Baru yang men-gatur banyak bagian dalam pelak-saaan Ospek di setiap universitas, termasuk Ospek di fakultas. Dampak dari adanya surat keputusan ini terli-

hat dalam acara audiensi yang dihad-iri oleh pihak Dekanat FTSP dan pi-hak panitia Pekta FTSP 2014, dimana pada audiensi kali ini ditentukan jenis kekerasan yang tidak diperbolehkan dalam acara Pekta 2014, yaitu tidak akan ada kekerasan fisik, kekerasan mental dan kekerasan verbal. Hal ini juga telah ditegaskan oleh semua pihak yang diwawancarai oleh Tim Solid yaitu Dekan FTSP Widodo Bron-towiyono, Tim Pengawas, Steering Committee Pekta 2014 dan pihak Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP. Selain itu Ketua Lembaga Ek-sekutif Mahasiswa (LEM) FTSP Ghozi Faiz Habibi menyatakan, “Kesepa-katan dengan Dekanat itu yang per-tama: Tim Pengawas dari dekanat berjumlah empat, tidak adanya alat bantuan. Karton misalnya untuk memukul atau apa, terus perbedaan antara kekerasan verbal dengan kete-gasan. Kami sudah memberikan con-toh-contoh dan mereka menyanggu-

Cuma secara etika saya kok merasa agak risih gitu ya. Secara ini kan acara kita, yang ngonsep kita, uang kita -Ghozi Fariz Habibi

LAP

UT

Page 5: Landscape Edisi Pekta 2014

LAN

DSC

AP

E5

SEP

20

14Tim Pengawas di Dampingi Panitia Pekta 2014

pi. Terus ada lagi, sisir barisan. Kalo yang cewek disisir barisan oleh DPL cewek, kalo yang cowok sama yang cowok. Paling perjanjian seperti itu.”

TIM PENGAWAS YANG TIBA-TIBA BERJUMLAH BANYAK

Tim Pengawas melakukan pe- ngawasan untuk mengawasi jalannya kegiatan pengenalan kampus agar sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan oleh negara dan universi-tas, Tim Pengawas sendiri merupa-kan badan yang mendapat instruksi langsung dari Dekanat berdasarkan surat keputusan Dirjen Dikti No.25/DIKTI/Kep/2014. Hal-hal yang di-awasi oleh Tim Pengawas berdasar-kan hasil wawancara Tim Solid ke-pada ketua Tim Pengawas Lukman Hakim yaitu: jalannya acara berupa ketepatan waktu sholat dan konsum-si. Juga, mencegah terjadinya tindak kekerasan seperti yang terjadi di uni-versitas lain.

Berdasarkan hasil kesepakatan dalam Audiensi, Tim Pengawas Pek-ta 2014 berjumlah 4 orang, namun saat dilihat di lapangan, jumlah Tim Pengawas berlipat menjadi 24 orang, hal ini mengejutkan panitia dengan jumlah Tim Pengawas yang tiba-tiba banyak. Lukman Hakim selaku Ketua Tim Pengawas menyatakan bahwa hal ini sesuai dengan keputusan Dikti No.25/DIKTI/Kep/2014 yang menya-takan “Pengawasan dilakukan oleh yang ditetapkan panitia yang terdiri atas unsur civitas akademika, peja-bat struktural, karyawan, orang tua dan semua unsur lain yang di anggap perlu.” Dengan landasan ini, Lukman Hakim bedalih bahwa banyaknya pengawas dikarenakan factor ba- nyaknya unsur yang disebutkan Keputusan Dikti tersebut.

KEBERADAAN Divisi Penertib Lapangan (DPL ) DALAM PENGA-WASAN

DPL atau Divisi Penertib Lapa- ngan pada Pekta FTSP 2014 menurut Rusydi Rasyid sebagai Steering com-mittee komisi D menjelaskan seperti namanya bertugas untuk menertib-kan barisan dan memberikan ma-

teri-materi yang bersifat edukatif ke-pada para peserta.

Pada Pekta FTSP tahun ini, be-berapa mahasiswa baru mengatakan bahwa DPL tahun ini sama-sekali tidak mengintimidasi mereka, atau-pun mereka tidak merasa tertekan dengan tindakan DPL. “Biasa aja,” kata salah satu mahasiswa baru, Sa-tria Agung jurusan Arsitektur saat diwawancarai oleh Tim Solid di hall FTSP, malah ia sangat menyambut baik adanya pihak DPL sebagai pe- negak disiplin peserta Pekta. Ber-beda dengan Pekta FTSP tahun lalu, banyak kasus bentakan yang terjadi yang dapat di kategorikan sebagai kekerasan verbal langsung kepada mahasiswa baru 2013, menurut Lisa Gustia, mahasiswi Teknik Lingkungan angkatan 2013 semasa Pekta 2013 yang mendapat konfrontasi berupa teriakan oleh DPL yang bertugas saat itu, saat di konformasi kepada Ghozi Faiz Habibi yang juga selaku anggota Tim Advokasi Pekta 2014, Ia sendi-ri mengaku bahwa pada Pekta FTSP tahun lalu belum ada batasan yang jelas tentang kekerasan verbal yang dapat dilakukan.

Dengan adanya Tim Pengawas, menurut pantauan Tim Solid, bebe- rapa DPL terlihat agak canggung un-tuk menertibkan Maba-miba pada

saat baris berbaris menuju lokasi aca-ra Pekta 2014, Inner Court FTSP. Rusy-di Rasyid selaku Steering Committee Pekta 2014 menyatakan bahwa ia merasa terganggu dengan adanya Tim Pengawas. “Menurut saya ter-lalu berlebihan (adanya Tim Penga-was-red), lah karena inikan kegiatan mahasiswa, tidak seharusnya mereka (Tim Pengawas—red) mencampuri kegiatan kita,” Rasyid juga menga-takan bahwa dengan hasil audiensi kemarin, jika kedepannya DPL ada ke-salahan di Pekta tahun ini, pihak DPL memiliki ketakutan bahwa mungkin tahun depan DPL tidak akan ada lagi. Mengenai masalah intervensi ini, pi-hak Tim Pengawas melalui ketuanya, Lukman Hakim, menyatakan bahwa hanya akan menengahi jika ada aca-ra yang tidak sesuai seperti misalnya peserta yang tidak dapat beribadah atau terjadi kekerasan. Sedangkan menurut Tim Advokasi Pekta me- ngaku bahwa berdasarkan hasil audi-ensi setiap masalah yang ada akan di selesaikan terlebih dahulu oleh inter-nal panitia dan tim advokasi. “Sebisa mungkin, kita menyelesaikan ma- salah kita sendiri, karena kita meng-gunakan student government,” jelas Vicky Saputra selaku ketua Tim Advo-kasi Pekta 2014

LAP

UT

Page 6: Landscape Edisi Pekta 2014

LAN

DSCA

PE

6 SEP

2014

Wejangan Mencengdi Pekan Ta’aruf

Oleh: Mia ErpindaReporter: Luthfiana Rahmasari, Lilis L Rumalutur ,Ulfa Nur Hanifah Foto:

Dalam rangka menyiapkan mental dan memberikan gambaran tentang sistem

pembelajaran dan kehidupan di kampus maka diperlukan adanya program orientasi bagi mahasiswa baru untuk mempercepat adaptasi dengan lingkungan yang baru. Masa ini dapat dijadikan titik tolak inisiasi pembinaan idealisme, menanamkan dan membina sikap cinta tanah air, kepedulian terhadap lingkungan da-lam rangka menciptakan generasi yang berkarakter jujur, cerdas, pedu-li, bertanggung jawab dan tangguh (DIKTI No 25 tahun 2014). Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) pun melakukan hal yang sama dari tahun ketahun dalam bentuk Pekan Ta’aruf (Pekta), untuk mempersiapkan ma-hasiswa barunya. Tujuan dari orien-tasi sendiri telah dijelaskan dalam Dirjen Dikti itu sendiri yaitu mem-berikan perbekalan pada mahasiswa

baru agar lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus ,khusus-nya kegiatan pembelajaran dan ke-mahasiswaan. Acara ini dilaksanakan selama 2 hari, yaitu tanggal 6-7 Sep-tember 2014.

Sebagai bagian dari FTSP seluruh pihak diharapkan turut serta dalam mensukseskan acara Pekta. Seper-ti yang diungkapkan Widodo Bron-towiyono selaku Dekan FTSP bahwa semua pihak turut membantu agar pelaksanaan Pekta FTSP aman, lan-car, tertib dan Islami. Namun seorang Dosen Arsitektur bersikap bertentan-gan. Senin , 1 September 2014, FTSP mengadakan kuliah perdana (kuper) dimasing-masing jurusan usai kuliah perdana di Gedung Kahar Mudzakir. Menjelang kuper, jurusan member-ikan waktu kepada Himpunan Ma-hasiswa Jurusan (HMJ) untuk berta-aruf dengan para maba-miba. Disela perkenalan HMJ, menurut seorang mahasiswi baru (miba) arsitektur

2014, sebut saja namanya Ara, salah seorang dosen jurusan Arsitektur datang tiba-tiba menyela, “Yang Ar-tistek ndak wajib ikut Pekta, saya ndak mau kalian dimarahi,” tuturnya menirukan perkataan dosennya. Hal senada juga disampaikan oleh ma-hasiswa baru (maba) arsitektur 2014 bahwa dosen tersebut menyarankan kepada mereka untuk tidak mengiku-ti Pekta. Dosen itu belakangan diketa-hui bernama Arman Yulianta.

Perbedaan pendapat antara ma-hasiswa dan dosen adalah wajar. Se-bagaimana yang dikatakan Sekretaris Jenderal FTSP Muhammad AD Zikri bahwa tindakan dosen tersebut men-garah kepada provokasi. “Ibaratnya itu sesuatu tindak provokasi gitu kan, karena dia kalau sekedar kritikan ng-gak perlu nyampeinnya di kelas. Se-karang dilakukan lagi pas kuliah per-dana dan bukan wewenang dia ada di situ. Dia ini seharusnya mendukung gitu lho. Tidak ada etika dosen bisa

LAPORANKHUSUS

6LA

PSU

S

“Tidak ada etika dosen bisa memprovokasi mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan mahasiswa,” Muhammad AD Zikri

Page 7: Landscape Edisi Pekta 2014

LAN

DSC

AP

E7

SEP

20

14

memprovokasikan mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan mahasiswa.”

Ketika Tim Solid pertama kali be-rusaha untuk mengklarifikasi mas-alah ini kepada dosen tersebut, Ia sama sekali tidak mau angkat bicara. “Saya tidak mau di wawancara, saya tidak mau diverifikasi, saya tidak mau dimuat.” Kemudian, untuk kedua ka-linya ketika ingin mewawancarainya di Studio Perancangan Arsitektur, Ia sempat berkata sepatah dua kata kepada Tim Solid, “Lab ini udah mau ditutup,” dan kemudian langsung menutup pintu studio yang berada di lantai empat Gedung FTSP tersebut.

“Kalau memberikan kritik ya langsung ke lembaga nggak usah memprovokasi mahasiswa. Tapi pas dimintai apa pas kita minta klarifika-si, dia sendiri nggak mau ngasih gitu,” tutur AD Zikri menanggapi sikap be-liau yang terkesan menutup mulut. Dalam wawancaranya, AD Zikri juga menceritakan bahwa dosen Arsitek-tur tersebut juga merupakan Tim Pengawas dari pihak fakultas. “Nah yang masalah dia Tim Pengawas dari Dekanat selama kami audiensi dia, tiga kali audiensi dia datang audiensi kedua di menit terakhir.” Jelas sekjen DPM FTSP UII.

Sehari-harinya, Arman Yulian-ta, menurut mahasiswa Arsitektur

LAP

SUS

2012, Vicky Saputra, adalah dosen yang bagus dalam belajar mengajar, namun dalam non akademik teru-tama kelembagaan, mahasiswanya dikekang. “Kayak agak dikekang,” ujar Vicky. Arman pun, menurut Vicky, ti-dak pernah menjelaskan alasan atas sikapnya, “Itu sendiri aku pribadi ng-gak pernah tau alasan bapaknya ke-napa kayak gitu kan.”

Menyikapi sikap beliau, lebih lanjut, Vicky yang juga merupakan Ketua komisi I Internal DPM FTSP

meminta Dekan FTSP membuatkan surat anjuran mengikuti Pekta untuk mahasiswa baru. Vicky menyatakan harapannya bahwa dengan adanya surat dari dekan akan menghapus kekhawatiran maba tentang laran-gan mengikuti Pekta. Berbeda den-gan yang diharapkan Vicky , terjadi miss komunikasi antara pihak dekan dan DPM yang menyebabkan dekan hanya memberikan surat pengumu-man. “Ya kalo yang kami minta, anju-ran dari bapaknya tapi malah dibuat pengumuman,” ungkap Vicky.

Mengingat tujuan dari Pekta sep-erti yang tertera dalam keputusan Dikti no 25 tahun 2014, Pekta pent-ing diadakan dan diikuti oleh maha-siswa baru. Pekta merupakan salah satu ajang menyeimbangkan akade-mik dan non akademik. “IP ( Indeks Prestasi) sangat penting tapi IP saja tidak cukup. IP 4 bagus, tapi lebih ba-gus lagi kalau IP 4 juga berkegiatan,” tutur Widodo Brontowiyono selaku Dekan FTSP dalam sambutannya di acara pembukaan Pekta 2014. Ket-ua Tim pengawas Pekta FTSP 2014 , Lukman Hakim menyatakan bahwa beliau sangat mendukung kegiatan Pekta namun hanya saja perlu pem-benahan. “Sangat mendukung,pekta ini perlu,sangat perlu, hanya saja ke-masan materinya,” tutup Lukman.

Muhammad AD Zikri

Maba-Miba Berpose di Tengah Rangkainan Pekta

Page 8: Landscape Edisi Pekta 2014
Page 9: Landscape Edisi Pekta 2014
Page 10: Landscape Edisi Pekta 2014

10LA

ND

SCAP

E SEP

2014

Menurut Wikipedia, Ori-entasi Studi Pengenalan Kampus (OSPEK) dengan

seluruh rangkaian acaranya merupa-kan awal pembentukan watak bagi seorang mahasiswa baru. Ini adalah masa pengenalan, penyesuaian bagi para mahasiswa baru agar mampu bertahan dikehidupan yang serba baru. Menilik nama dari Universitas yang menaungi kita ini, Universi-tas Islam Indonesia. Universitas kita memiliki identitas “Islam”. Dengan memiliki identitas tersebut, tentunya OSPEK sendiri pun tidak boleh me-langgar nilai islam tersebut.

Pagi dihari pertama saat Pekan Taaruf (Pekta) terlihat kekakuan dari para tim Divisi Penertib Lapangan (DPL). Kekakuan ini tercipta karena sebelumnya telah diadakan audiensi pada Fakultas Teknik Sipil dan Per-encanaan (FTSP). Hasil dari audiensi inilah yang menjadikan adanya peru-bahan regulasi bagi tim DPL. Dimana hasilnya adalah merupakan batasan-batasan tindakan yang boleh dilak-sanakan oleh DPL. Selain itu audiensi pun membahas perbedaan antara ke-kerasan verbal dan ketegasan.

Tahun-tahun sebelumnya DPL se-lalu menggunakan cara yang keras.

Oleh: Yosi Mutiara Pertiwi

Mau dibawa Kemana Divisi Penertib Lapangan?

OPINI

Kekerasan verbal banyak ditemukan diberbagai sudut ketika DPL ada di-lapangan. Selain adanya audiensi ini, pengawasan terhadap tim DPL ini lebih diperketat. Sejumlah 24 orang dari Tim Pengawas dibentuk Dekanat demi menghindari adanya kekerasan verbal seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana mestinya, DPL ini bertugas menertibkan maha-siswa-mahasiswa baru di lapangan, mendisiplikan, dan harus memberi-kan edukasi dalam setiap perintahn-ya, bukan mengintimidasi.

Orang bilang teknik itu keras. Lan-tas apakah hal yang keras dapat di-luluhkan dengan sesuatu yang keras pula? Bukankah saat batu dilawan batu hanya akan memercik bara api? Ini yang dikhawatirkan ketika budaya tahun lalu diterapkan kembali. Pema-haman mereka menjadi melenceng dan menganggap anak teknik me-

OP

INI

mang harus keras, dan menggunakan kekerasan. Dengan adanya penga-wasan terhadap tim DPL ini mampu secara perlahan menghapuskan bu-daya kekerasan di FTSP.

Beruntungnya Pekta 2014 ini mes-ki banyak campurtangan dari selain mahasiswa juga mampu berjalan lancar. Pekta 2014 ini tidak banyak ditemukan kekerasan verbal.

Mengutip puisi Anak Belajar dari Kehidupannya karya Dorothy Law Nolthe, “Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.” Maka sudah seharusnya adik kita semua yang baru datang ini kita sambut dengan kebahagiaan dan dibimbing dengan sepenuh hati, diperlakukan sebaik-baiknya. Bukan dengan seenaknya mengintimidasi.

Diharapkan tim DPL ini dalam memberikan peringatan kepada para mahasiswa baru ini sesuai dengan kadar dan situasi yang terjadi. Tidak mengintimidasi dan memberi perin-gatan tanpa alasan. Dengan kata lain diharapkan DPL mampu bersifat ob-jektif, bukan subjektif antar personal yang terlibat. Selain itu diharapkan DPL mampu mengaplikasikan sega-la penertiban yang ada dilapangan, dengan penertiban diri sendiri pula. Semoga saja tim DPL ini tidak hanya menggertak diawal perkuliahan, na-mun selanjutnya justru memberikan contoh yang lebih baik. Sehingga se-tiap pelajaran yang telah diberikan pun tidak begitu saja mental kembali karena yang memberikan materinya sendiri tidak menerapkannya.

Orang bilang teknik itu keras. Lantas apakah hal yang keras dapat diluluhkan dengan sesuatu yang keras pula? Bukankah saat batu dila-wan batu hanya akan memercik bara api?

Page 11: Landscape Edisi Pekta 2014

11LA

ND

SCA

PE

SEP

20

14

Pengenalan lembaga di Fakul-tas Teknik Sipil dan Peren-canaan (FTSP) pada acara

Pekan Ta`aruf (Pekta) 2014 molor. Pengenalan lembaga yang diren-canakan pukul 10.00-11.25 WIB tidak sesuai rencana. Hal ini mengakibat-kan beberapa lembaga seperti Lem-baga Pers Mahasiswa (LPM) SOLID, Koperasi Mahasiswa (KOPMA), dan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Al-mustanir tidak bisa mengenalkan lembaganya kepada seluruh maha-siswa baru. “Sangat disayangkan hal tersebut bisa terjadi. Mungkin bisa dijadikan bahan evaluasi,” ujar An-dre Kurnia Putra selaku Ketua LDF Al-Mustanir. Acara positif ini juga ti-dak berjalan lancar mengingat aca-ra ini seharusnya dijadikan langkah awal untuk regenerasi lembaga. “ Sosialisasi kan sangat penting untuk mahasiswa baru yang ingin menge-tahui lembaga-lembaga yang ada di FTSP, serta langkah pertama untuk regenerasi lembaga,” kata pria bertu-buh subur ini. Lebih lanjut lagi, Andre mengaku mau tidak mau harus me-mikirkan cara lain untuk mengenal-kan lembaganya.

ada waktu kosong mungkin bisa dia-dakan sosisalisasi lagi, itu bisa kalau benar-benar ada acara yang kosong,” tegas mahasiswa asal Sukabumi ini.

Sementara itu Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP yang telah mengenalkan lembaganya ke seluruh mahasiswa baru turut menyayang-kan keterlambatan ini. Panitia juga dinilai kurang berani dalam memo-tong pengenalan lembaga yang wak-tunya sudah habis, “Ketika waktu sudah habis, langsung saja di cut, jangan sebentar-sebentar lagi. Itu akan memolorkan waktu dari panitia sendiri, jadi harus tegas dengan atur-an yang sudah teman-teman panitia buat bersama,” ujar Sobar Ganda Permana selaku Ketua Komisi 2 (Ba-gian Keuangan) DPM FTSP . Namun, cukup disayangkan ketika DPM FTSP sendiri tetap melanjutkan pengena-lan lembaganya meski panitia sudah mencoba menghentikannya, “me-mang pada saat di acara pengenalan DPM FTSP pada saat ditegur tidak mengindahkan panitia, karena pada saat itu ada yang perlu disampaikan gitu.”

Harapan disampaikan dari lemba-ga-lembaga di FTSP agar kejadian ini dapat menjadi bahan evaluasi kede-pannya agar acara penting ini bisa lebih optimal.

KAM

PU

SIA

NA

KAMPUSIANA

Pengenalan Lembaga Berantakan

Hal senada juga disampaikan oleh Ghozi Faiz Habibi selaku ketua Lem-baga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FTSP yang menyayangkan adanya pemotongan waktu pengenalan lem-baga. Walaupun sudah mengenalkan ke semua mahasiswa baru, namun hal ini dirasakannya belum maksimal. “Durasi yang sangat singkat sekali, ini sebagai bahan evaluasi terhadap ma-salah waktu ya.”

Ghozi melanjutkan, divisi acara PEKTA 2014 sebaiknya lebih memer-hatikan waktu, apalagi, menurutnya sejak pagi sudah terjadi keterlam-batan acara hingga merembet ke acara lain. Mengenai keterlambatan ini, Gema Asra Prayoga selaku koor-dinator divisi acara menjelaskan bah-wa waktu adalah alasan utamanya . Gema juga menambahkan bahwa masalah lain yang memicu terjadinya keterlambatan ini adalah warga yang masih nekat melewati jalur PEKTA karena satpam tidak menutup portal.

Kordinasi panitia kemudian diper-tanyakan. Erwin Ketna Wirandani mengatakan, “Bagaimana kordinasin-ya? Seharusnya kita bisa menyam-paikan ke semua mahasiswa baru, tapi kita hanya menyampaikan ke se-bagian mahasiswa baru.”

Gema ingin mengupayakan adan-ya pengenalan lembaga lagi apabila waktunya memungkinkan. “Kalau

Oleh: M.Irfan A. Reporter: Luthfiana rahmasariFoto: Luthfiana rahmasari

Page 12: Landscape Edisi Pekta 2014

12LA

ND

SCAP

E SEP

2014

Penumpukan limbah plastik menjadi masalah bagi mas-yarakat.Limbah sendiri ada-

lah sisa proses produksi atau bahan yang tidak mempunyai nilai yang ti-dak berharga untuk pembuatan atau pemakaian dikehidupan sehari-hari. Namun, seorang pengajar listrik dasar dan elektrolisis pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Kota Madiun mengubah masalah tersebut menjadi inovasi yang ber-manfaat.

Adalah Tri Handoko yang merupa-kan Peraih gelar master Mekatronika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.Ia menyulap ribuan ton limbah plastik di tempat pem-buangan akhir (TPA) kota Madiun, JawaTimur, menjadi bahan bakar

minyak (BBM)Sistem kerja yang digunakannya

yakni destilasi kering.Limbah plastik dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi uap. Selanjut-nya, molekul didinginkan yang dise-but fase cair. Destilasi ulang meng-gunakan temperatur berbeda, yakni mengacu pada titik uap.

Untuk menghasilkan minyak tanah dan solar diperlukan rantai hidrokar-bon dengan molekul panjang, yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20 (solar).Pada proses akhir dilakukan refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak siap pa-kai. Caranya dengan mencuci,penam-bahan aditif, mereduksikan dungan gum atau zatberacun, dan mengkla- sifikasikan berdasarkan panjang ran-

tai hidrokarbon.Alat berbentuk tripod ini terdi-

ri atas saluran intake manipul dari besi.Fungsinya,memasukkan sampah plastik ke dalam tangki reaktor di atas tungku pembakar..Untuk memper-oleh uap, tangki reaktor dihubung-kan kondensor yang berada di atas tangki. Selanjutnya, pada setiap kondensor dipasang pipa penyalur untuk mengalirkan embun dari uap yang dihasilkan.Tetes demi tetes em-bun ditampung dalam botol sebelum proses refinery.

Manfaat yang lebih diharapkan dari inovasi ini adalah membantu mengatasi masalah lingkungan, dan tawaran solusi mencari energi alter-natif.

IPTEK

IPTEK

“Bimsalabim” Ubah Plastik Jadi BBM

Oleh: Lilis L Rumalutur

Limbah plastik bekas berbahanpolimer dimasukan

Dua kondensor membedakan titik penguapan. Uap hidrokarbon yang lebih berat dengan rantai molekul

yang panjang tertampung di kon-densor 1. Kondensor 2 menam-

pung uap hidrokarbon ringan dengan rantai molekul

yang lebih pendek

Kondensor 2uap yang dihasilkan kondensor 2 diproses menjadi minyak premium

Tangki reaktor Minyak tanah dan solar Premium

Kondensor 1uap yang dihasilkan diproses men-jadi minyak tanah dan minyak solar

Proses pemurnian:(1) Mengubah uap menjadi fase cair, (2) Pencucian dari kotoran, (3) Penambahan adiktif, (4) Reduksi kand-ungan 'gum', (5) Mengkla-sifikasikan sesuai panjang rantai hidrokarbon, (6) Me-misahkan limbah berupa cairan yang masih diteliti kandugannya

dua kondensor membeda-kan titik penguapan. Uap hi-drokarbon yang lebih berat den-gan rantai molekul yang panjang tertampung di kondensor 1. kondensor 2 meAnampung uap hidrokarbon ringan dengan ran-tai molekul yang lebih pendek

Kompas.com

Page 13: Landscape Edisi Pekta 2014

13LA

ND

SCA

PE

SEP

20

14

Bekerja Untuk Ibadah Oleh: Bowin Yulianti | Foto : Baiq Raudatul Jannah

Ikhlas dalam Kamus Besar Ba-hasa Indonesia (KBBI) berarti bersih hati, tulus hati member-

ikan pertolongan kepada orang lain. Islam juga mengajarkan kita untuk mempunyai sifat ikhlas, ikhlas dalam melakukan segala perbuatan mau-pun pekerjaan.

Memang mudah mengucap-kan kata ikhlas, namun tidak semua orang bisa melakukannya. Akan teta-pi di ruang Jurusan Teknik Lingkungan gedung Muhammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII), ada seorang bapak yang selalu ikhlas bekerja dalam menjalankan tugasnya dan kepada setiap mahasiswa yang meminta bantuannya. Ya, dialah Agus Adi Prananto, pria yang bekerja di FTSP UII sebagai staf Jurusan Teknik Lingkungan.

Pria yang telah memiliki 2 anak ini sebelumnya bekerja di Perpus-takaan FTSP UII sebagai karyawan bagian sirkulasi pada tahun 2000. Namun, Agus hanya bertahan 3 bu-lan bekerja di perpustakaan FTSP. Ia dipindahkan ke jurusan Teknik Lingkungan dikarenakan pada saat

itu Jurusan Teknik Lingkungan di UII merupakan jurusan baru dan belum memiliki pegawai. Pada awal kepin-dahannya, jurusan Teknik Lingkungan hanya memiliki 3 orang dosen dan 1 karyawan. “Dulu itu kita jurusan yang paling menderita. Ya mulai dari orang- nya kan cuma sedikit. Dulu di sini itu cuma Pak Kasam, Pak Lukman, Pak Hudori, sama saya karyawannya,” ucap pria kelahiran 23 Agustus 1975 ini.

Pria 39 tahun yang sering dijump-ai di ruang jurusan Teknik Lingkungan FTSP ini lulus sebagai sarjana jurusan pertanian Universitas Wangsa Meng-gala yang sekarang bernama Univer-sitas Mercu Buana.

Ia mengakui bahwa dirinya mela-mar bekerja di FTSP ini hanya iseng- iseng saja. Jika dilihat jabatan yang ia pegang sekarang memang tidak ses-uai dengan gelar sarjana yang ia per-oleh. Namun, ia mensyukuri apa yang telah Allah takdirkan bagi hidupnya. “Ya itu takdir, saya cuma iseng-iseng aja melamar kerja disini dan Alham-dulillah diterima,” tutur pria yang menggemari futsal sebagai hobinya ini.

Suami dari Nani Warni ini sangat berpengaruh bagi warga FTSP, khu-susnya jurusan Teknik Lingkung-an. Pasalnya, banyak tugas penting yang

PR

OFI

L

PROFIL

sehari-hari dikerjakannya. Mulai dari surat menyurat, mengurus tugas akh-ir (TA) dan Kuliah Praktik (KP), men-gurus keuangan prodi dan memban-tu tugas Ketua Prodi dan Se- kretaris Prodi. Banyaknya tugas yang harus ia jalani tidak mematahkan semangat ia untuk bekerja. Karena ba- ginya membantu orang lain itu adalah mer-upakan hal yang ia senangi.

Di samping hal itu, pria yang sudah 14 tahun mengabdi di UII ini, menga-kui duka selama bekerja itu adalah menanggung tugas yang ia jalani, seh-ingga ia jarang berkumpul untuk ber-libur bersama keluarganya. “Duka- nya di jurusan ini pekerjaannya sangat berat, jadi kalo mau cuti aja susah.” jelas pria yang tinggal di daerah Tegal Mindi, Sukoharjo Ngaglik-Sleman ini.

Baginya, bekerja diniatkan untuk beribadah. Bekerja sambil mencari pahala merupakan motto hidup. Motivasi yang membuat ia bertahan bekerja sebagai staf di jurusan Teknik Lingkungan ini adalah karena ia san-gat senang membantu orang lain, wa-laupun itu susah. Baginya segala ses-uatu itu harus kita kerjakan dengan ikhlas dan harus tetap tersenyum.

“Saya berharap jurusan Teknik Lingkungan UII semakin mendunia dan dapat mewujudkan akreditasi tingkat Internasional.”

Page 14: Landscape Edisi Pekta 2014

14LA

ND

SCAP

E SEP

2014

RESEN

SI FILM

RESENSIFILM

Kebenaran Yang Terlambat Terungkap

Film ini memiliki alur mun-dur yang menceritakan ke-hidupan seorang anak yang

bernama Ye Sung (Kai So Won) ber-sama dengan ayahnya yang memiliki keterbelakangan mental bernama Lee Yong-Goo (Ryoo Seung-Ryong) di Tahun 1997 . Namun, ayahnya sangat menyayanginya.

Ayahnya berjanji untuk membe-likan Ye Sung tas bergambar Sailor Moon, sebuah tas yang sangat diing-inkan putrinya tersebut.

Suatu hari ketika hendak membeli tas tersebut, Ia dituduh membunuh dan memperkosa seorang gadis ke-cil. Gadis tersebut adalah putri dari seorang komisaris polisi. Sebenarnya gadis tersebut meninggal karena ter-jatuh dan sebuah batu menghantam kepalanya. Kemudian Lee Yong-Goo segera memberikan pertolongan pertama, namun seorang wanita

Oleh: Ulfa Nur Hanifah

LPM SOLID Menerima Hak Jawab Atas SegalaTulisan yang Dimuat dalam Buletin Kami

melihat kejadian tersebut dan men-yalahartikan apa yang dilihatnya. Wanita tersebut kemudian melapor-kannya kepada Polisi, dan pada akh-irnya Lee Yong-Goo dimasukkan ke dalam sel no.7. Di dalam sel tersebut Lee Yong-Goo menemukan 5 sahabat Seo (Kim Gi-Cheon), Shin Bong-Shik ((Jung Man-Shik), Choi Chun-Ho(Park Won-Sang), Kang Man-Beom (Kim Jung-Tae), dan So Yang-Ho (Oh Dal-Su). Pada awalnya mereka berlima memusuhi Lee Yong-Goo, namun sei-ring berjalannya waktu mereka men-getahui bahwa Lee Yong-Goo tidak bersalah. Sehingga mereka bersedia membela Lee Yong-Goo di persidan-gan.

Setelah beberapa tahun dan Ye Sung sudah tumbuh menjadi seo-rang gadis dewasa (Park Shin Hye), Ia membantu menyelesaikan kasus milik ayahnya dengan berdiri sebagai

pembela pihak Lee Yong-Goo. Dan pada akhirnya Lee Yong-Goo terbe-bas dari hukuman yang dijatuhkan padanya.

Adegan yang menunjukkan rasa sayang ayah terhadap anaknya ada-lah yang paling banyak menguras air mata di dalam film ini, namun ter-dapat juga adegan lucu yang terjadi di dalam sel no.7 tersebut. Tokoh uta-ma dalam film ini mampu memompa emosi penonton dengan ekspresi dan penghayatan mereka, sehingga membuat adegan-adegan dalam film ini lebih hidup.

Kekurangan film ini adalah ku-rang detailnya hal-hal kecil di dalam cerita sehingga ada bagian-bagian tertentu yang membuat penonton bertanya-tanya dan juga ada adegan yang secara tiba-tiba memutus cerita sebelumnya, di mana sang ayah dan putrinya menaiki balon udara.

Judul : Miracle in The Cell No.7Sutradara : Lee Hwan-KyungRilis : 23 Januari 2013Genre : Comedy, DramaMusic : Lee Dong-june

Page 15: Landscape Edisi Pekta 2014

15LA

ND

SCA

PE

SEP

20

14P

OLI

NG

POLLING

Dunia kampus dan menjadi mahasiswa, me- rupakan hal yang berbeda ketika masih duduk di bangku SMA. Pikiran kritis dan inovatif sa-

ngat di tuntut pada jenjang ini dibandingkan sebelum-nya. Hal ini dapat didukung dengan adanya organisasi atau lembaga yang kita ikuti. Mahasiswa sendiri dibe-baskan dalam menentukan lembaga apa yang sesuai untuk mendukung pikiran, bakat dan kemauan maha-siswa itu sendiri.

Namun, bagi mahasiswa baru, pemahaman me- ngenai Student Government (Struktur Pemerintahan Mahasiswa) dan lembaga-lembaga di kampus pun ber-beda-beda. Untuk mengetahui seberapa jauh pengeta-huan mahasiswa baru mengenai kelembagaan di Fakul-tas Teknik Sipil dan Perancanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII), kami mencoba mengumpulkan data melalui kuesioner yang disebar pada Pekan Ta’aruf (Pekta) 2014.

Setelah penelitian dilakukan, di dapatakan data se- perti berikut. Pengetahuan mengeni apa itu lembaga

telah di kuasai sebanyak 98.2% dan hanya 1.2% yang belum mengetahui. Sebanyak 87.3% menyatakan bahwa mereka mengetahui apa struktur pemerintaha mahasiswa (student government) dan sebanyak 12.7% menyatakan belum tahu. Sedangkan mahasiswa yang mengeti mengenai fungsi dari lembaga sebanyak 76.1% sedangkan yang belum menger-ti sebanyak 23.9%. Minat untuk mengikuti suatu kelem-bagaan di FTSP UII ini pun tidak mengecewakan. Sebanyak 82.2% suara menyatakan berminat mengikuti kelembagaan dan sisanya menyatakan tidak berminat.

Dari data mengenai pengetahuan dan minat kelem-bagaan di FTSP UII tersebut. Diharapkan mahasiswa baru ini dapat berpartisipasi untuk membangun lembaga yang jauh lebih baik. Dengan mengikuti kegiatan kelembagaan sendiri secara otomatis soft skill para mahasiswa akan tera-sah. Sehingga dapat menciptakan manusia yang berintelek-tual dan soft skill yang baik.

Lembaga Di Mata Mahasiswa Baru

Oleh: Luthfiana Rahmasari

98,2 %YA

1,2 %TIDAK

87,3 %YA

12,7 %TIDAK

76,1 %YA

23,9 %TIDAK

82,2 %YA

17,8 %TIDAK

Pengetahuan Struktur Pemerintah Di FTSP

Pengetahuan Fungsi KerjaLembaga Di FTSP

Minat Mahasiswa Baru Mengikuti Lembaga

Di FTSP

Pengetahuan Mahasiswa Baru Tentang Kelembagaan Di FTSP

Page 16: Landscape Edisi Pekta 2014