landasan teori machining teknologi mekanik
description
Transcript of landasan teori machining teknologi mekanik
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia manufaktur telah merambah pada teknologi
pembuatan benda-benda untuk komponen mesin menjadi benda jadi.
Awalnya, proses pembuatan benda jadi dikerjakan secara manual. Namun,
sekarang dapat dibuat secara otomatis. Proses pengerjaan yang menuntut
kecepatan proses produksi dan hasil yang maksimal dalam waktu yang relatif
singkat, agaknya menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Sehingga, proses
pengerjaan pun dibuat lebih mudah.
Pada mata kuliah Teknologi Mekanik I, terdapat sub bahasan mengenai
pemesinan yang membahas lebih detail mengenai proses manufaktur. Proses
pemesinan yang digunakan pada mesin bubut dan gerinda.
Ruang lingkup pada proses pemesinan, benda (bahan) yang akan
menjadi benda jadi akan dibentuk dengan variabel berbagai macam
pengerjaan. Proses pemesinan menjadikan benda berdimensi lain dengan
menjadikan bahan yang tidak terpakai menjadi bentuk geram. Proses perautan
yang terdiri dari gerakan makan dan gerakan potong. Pengerjaan perautan
secara khusus dikembangkan menjadi bermacam-macam sesuai dengan
pengerjaannya. Proses bubut dan menggerinda adalah beberapa proses yang
termasuk dalam proses perautan.
Proses pemesinan pada pembelajaran Teknologi Mekanik I ini
kemudian diaplikasikan pada proses pembuatan Locator Pin. Pada proses
pembuatan Locator Pin terdapat proses pengerjaan mulai dari hingga
pemesinan dan kerja bangku. Pada proses pengerjaan kerja bangku terdapat
pengerjaan pembuatan ulir dengan sney. Setelah didapat benda dari proses
pemesinan, dilakukan pengerjaan dengan proses kerja bangku menggunakan
sney sehingga didapat benda kerja sesuai dengan keinginan.
1
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini, antara lain :
1. Mengetahui cara mengoperasikan mesin gergaji dengan baik dan benar
untuk menghasilkan benda kerja yang diinginkan.
2. Mengetahui cara menyetting mesin bubut, dan mengatur tinggi pahat pada
mesin bubut dan dapat mengoperasikan mesin bubut dengan baik dan
benar untuk menghasilkan benda kerja yang diinginkan.
3. Mengetahui cara mengoperasikan mesin gerinda dengan baik dan benar
untuk menghasilkan pahat potong yang diinginkan.
4. Mengetahui cara membuat ulir dengan sney dengan baik dan benar untuk
menghasilkan benda kerja yang diinginkan.
5. Mengetahui jenis-jenis mesin, fungsi dan komponen-komponennya.
6. Mengaplikasikan teori yang didapat pada kuliah Teknologi Mekanik I ke
dalam praktikum.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penulisan laporan ini, antara lain:
1. Praktikum pada praktek dan teori teknologi mekanik I ini adalah membuat
Locator Pin.
2. Proses praktikum dimulai dari pemilihan bahan, membuat dimensi bahan,
memotong bahan dengan mesin gergaji, proses perautan dengan mesin
bubut dan proses kerja bangku yaitu membuat ulir dengan sney.
3. Dalam proses praktikum ada variable yang di rubah, misalnya penambahan
panjang ukuran 30 mm yaitu untuk mencekam benda kerja pada mesin
bubut.
4. Proses praktikum membuat Locator Pin ini, di harapkan akan selesai
dalam 4 pertemuan x 2 jam praktikum.
5. Dalam proses pemesinan dan kerja bangku diharapkan dimensi hasil
praktikum sesuai dengan dimensi benda yang diharapkan sesuai jobsheet.
2
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
1.4 Manfaat
Bagi penulis adalah:
1. Sebagai media untuk menyampaikan hasil praktik dan laporan tertulis
dari hasil praktik di laboratorium perautan.
2. Mengetahui dan mampu mengaplikasikan proses-proses pemesinan.
Bagi pembaca adalah:
1. Sebagai referensi untuk mengetahui dan memahami proses pemesinan.
2. Sebagai referensi untuk pengaplikasian proses pemesinan.
3. Sebagai referensi untuk mengenal komponen-komponen dan hal-hal yang
berkaitan dengan proses pemesinan.
3
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kerja Bangku
Ruang lingkup kerja bangku meliputi proses-proses operasional yang
menggunakan peralatan seperti : ragum/ catok (vice), gergaji tangan (hand
kacksaw), kikir (file), tap/sney, dan pengukuran dengan jangka sorong.
2.1.1 Mencekam dengan Ragum
Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan
benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja.
Dengan demikian, ragum harus lebih kuat dari benda kerja yang
dijepitnya. Pada mulut atau rahang ragum dipasang baja berigi agar
benda kerja dapat dijepit dengan kuat. Rahang-rahang ragum
digerakkan oleh batang ulir yang dipasang pada rumah ulir. Apabila
batang ulir digerakkan atau diputar searah jarum jam, maka rahang
ragum akan menutup, tetapi bila diputar berlawanan dengan arah jarum
jam maka rahang ragum akan membuka.
Gambar 2.1. Ragum
Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan
tinggi pekerja yang akan bekerja. Sebagai patokan, jika ragum dipasang
pada meja kerja, maka tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari
pekerja pada posisi berdiri sempurna.
4
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Dalam penjepitan benda kerja, diharapkan permukaan benda kerja
tidak mengalami kerusakan atau cacat karena jepitan rahang ragum.
Untuk mengatasi hal itu, maka penjepitan benda kerja harus dilapisi
dengan pelapis. Pelapis tersebut umumnya terbuat dari bahan yang
lunak seperti baja lunak, pelat tembaga, karet pejal dan pelat seng yang
tebal.
Batang ulir dan rumah ragum harus selalu diperiksa dari proses
pelumasan. Rahang ragum harus selalu dalam keadaan tertutup. Ragum
bukanlah merupakan landasan sehingga tidak diperkenankan untuk
melakukan pemukulan benda kerja dengan ragum sebagai landasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan atau dijadikan pedoman dalam
penjepitan benda kerja pada ragum adalah:
Gunakan pelapis rahang ragum untuk mencegah benda kerja agar
tidak rusak permukaan benda kerja.
Penjepitan benda kerja harus rata, artinya permukaan benda kerja
yang keluar dari rahang ragum harus lurus dan sejajar dengan rahang
ragum.
Gambar 2.2 Cara Penjepitan Beberapa Benda Kerja
Untuk penjepitan benda kerja yang berlubang seperti pipa yang tipis
digunakan bahan tambahan lain yang dimasukkan ke dalam pipa,
5
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
sehingga pipa yang dijepit tidak akan mengalami kerusakan/berubah
bentuk.
Untuk penjepitan benda kerja yang tipis (pelat tipis) gunakan
landasan dari kayu. Landasan tersebut dijepit pada rahang ragum.
Ketinggian pemasangan ragum pada meja kerja sangat
berpengaruh dalam pengerjaan. Sebagai patokan, pengaturan tinggi
rendah penjepitan benda kerja pada ragum adalah :
• Untuk pekerjaan yang tidak memerlukan gaya yang besar seperti
pada pengerjaan akhir, benda kerja dapat di jepit lebih tinggi, artinya
permukaan benda kerja yang keluar dari rahang ragum lebih tinggi.
• Untuk pengerjaan yang memerlukan gaya yang besar seperti
memahat, menggergaji, mengikir, tap dan snai maka kedudukan
benda kerja harus serendah mungkin berada di atas rahang ragum.
• Untuk penjepitan pipa-pipa, digunakan pelapis rahang, dimana
bentuk pelapis rahang tersebut berbentuk setengah lingkaran. Bahan
pelapis biasanya bisa dari kayu atau dari bahan yang lunak sehingga
tidak merusak penampang pipa.
2.1.2 Pembuatan Ulir (Sney)
Membuat ulir dengan alat tangan merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan disamping dengan mesin. Bentuk ulir yang paling
umum digunakan adalah berbentuk “V” yaitu yang sering digunakan
pada pekerjaan konstruksi dan pemesinan dimana banyak bagian yang
dirakit dengan sekrup atau mur dipasang batang ulir atau baut.
Alat yang dipakai untuk pembuatan ulir luar alat yang digunakan
dinamakan “sney”. Alat tersebut bahannya terbuat dari baja karbon atau
High Speed Steel (HSS) yang dikeraskan.
6
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 2.3 Sney dan Tangkai Sney
Gambar 2.4 Cara Membuat Ulir Luar Menggunakan Sney
2.2 Mesin Bubut (Engine lathe)
Mesin bubut, adalah salah satu dari mesin perkakas yang paling awal
dikembangkan. Hal ini karena bahan mesin ini sangat banyak digunakan
karena material yang paling banyak dipotong pada bengkel mesin adalah
bentuk silinder.
7
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 2.6 Carriage Mesin Bubut
Gambar 2.5 Mesin Bubut (Engine lathe)
Mesin ini banyak digunakan dalam bengkel, karena material yang
banyak dipotong pada bengkel mesin adalah bentuk silinder.
2.2.1 Bagian-bagian Mesin Bubut
Keterangan Bagian – Bagian Mesin Bubut :
8
Gambar 2.7 Bagian-bagian Mesin Bubut
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
1. Head Stock : Tempat pengaturan kecepatan pemotongan
(speed of cut).
2. Spindel : Bagian yang meneruskan putaran mesin ke
benda kerja sehingga benda kerja dapat
berputar, serta tempat melekatnya benda kerja.
3. Chuck : Pemegang benda kerja.
4. Dead Center : Untuk menunjang ujung benda kerja, center ini
tidak berputar bersama benda kerja.
5. Tail Stock Quill : Tempat melekatnya dead center. Disamping itu
dapat juga untuk meletakkan drill chuck untuk
drilling
6. Tail Stock : Bagian belakang (ekor) mesin bubut, untuk
menunjang ujung benda kerja dengan
perantaraan dead center yang dilekatkan pada
tail shock spindle.
7. Tail Stock
Handwheel
: Untuk memajukan atau memundurkan posisi
dead center agar kedudukan benda kerja dapat
diatur dengan baik. Disamping itu apabila
kedudukan tail stock dipasang mata bor, maka
stock handwheel dapat juga digunakan sebagai
gerak pemakanan (feeding motion).
8. Bed : Bagian yang menunjang head stock, tail stock.
Sedangkan bagian atas dari bed disebut ways.
9. Carriage : Bagian yang dapat bergeser dengan arah
longitudinal sepanjang bed, memikul bagian
lain-lain diatasnya yaitu cross slide, dll.
10. Cross Slide : Bagian yang melintang sumbu mesin bubut,
terletak diatas carriage untuk mengadakan
9
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
gerak pemakanan melintang (cross feed).
11. Compound Rest : Tempat melekatnya tool post.
12. Tool Post : Tempat melekatnya pahat .
13. Crossfeed Screw
Handle
: Handle untuk menggerakkan cross slide.
14. Apron
Handwheel
: Handle untuk menggerakkan carriage.
15. Compound Rest
Screw Handle
: Handle untuk menggerakkan compound rest.
16
.
Chip Pan : Temapt penampungan geram (chip) hasil
perautan.
20. Clucth : Berfungsi untuk memutus dan
menyambungkan putaran roda gigi di dalam
proses operasional mesin bubut.
22. Apron : Bagian yang menunjang Tool post, Cross Slide
dan Compound Rest.
23. Feed Selector : Bagian yang berfungsi untuk mengatur gigi
percepatan kerja mesin bubut.
2.2.2 Setting Mesin Bubut
Posisi ketinggian dan kedudukan dari pahat harus diatur sebagai berikut :
1. Nilai a harus sependek mungkin untuk menghindari getaran.
2. Posisi tinggi rendahnya pahat dapat diatur dengan
menggunakan potongan plat.
10
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
3. Letak ujung sisi potong pahat harus disesuaikan tepat pada
gerakan sumbu benda kerja.
4. Jika letak pahat diatas sumbu, sudut bebasnya berkurang atau
mengecil, akibatnya benda kerja melentur dan sisi depan bagian
bawah akan masuk lebih dalam pada benda kerja.
11
Gambar. 2.9 Posisi Ketinggian Sisi Pahat Tepat pada Sumbu Mesin Bubut
Gambar. 2.10 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Atas Sumbu Mesin Bubut
Gambar. 2.8 Posisi Jarak Ujung Pahat dengan Benda Kerja
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
5. Jika letak pahat dibawah sumbu, maka susut bebasnya akan
bertambah besar. Benda kerja akan terangkat.
2.2.3 Proses Operasional pada Mesin Bubut
Macam-macam operasional yang bisa dilakukan dengan mesin
bubut:
1. Turning
Proses pemotongan permukaan silindris dari suatu benda kerja
dimana pemakanan tersebut rata pada semua sisinya. Pahat yang
digunakan disebut pahat turning.
12
Gambar 2.12 Proses Operasional Mesin Bubut Operasionalnya
Gambar. 2.11 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Bawah Sumbu Mesin Bubut
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 2.13 Proses Operasional Turning
2. Facing
Pada proses ini pahat bergerak memotong ujung benda kerja yang
berputar untuk menghasilkan suatu permukaan yang rata. Pahat
yang digunakan pada facing sama dengan pahat yang digunakan
pada turning.
Gambar 2.14 Proses Operasional Facing
3. Tapering
Proses ini sama dengan facing, hanya berbeda hasil yang
diperoleh yaitu berupa tirus atau taper. Pahat yang digunakan
sama dengan pahat yang digunakan pada turning dan facing.
Gambar 2.15 Proses Operasional Tapering
4. Drilling
Pada proses drilling dengan menggunakan mesin bubut, maka
drill head dipasang pada tail stock sehingga dapat memegang
13
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
pahat drill yang akan melubangi benda kerja yang berputar pada
chuck.
Gambar 2.16 Proses Operasional Drilling
5. Boring
Proses memperbesar lubang dimana lubang tersebut dihasilkan
dari proses drilling atau lubang-lubang hasil tuangan. Pahat yang
digunakan menggunakan pahat boring yang bergeometri sama
dengan pahat drill akan tetapi dengan cutting edge dan ukuran
yang lebih besar.
Gambar 2.17 Proses Operasional Boring
6. Knurling
Proses penekanan suatu pahat knurling kedalam permukaan benda
kerja. Pahat yang digunakan disebut pahat knurling.
Gambar 2.18 Proses Operasional Knurling
14
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
7. Threading
Proses pembuatan ulir dalam atau ulir luar. Pahat yang digunakan
disebut pahat threading.
Gambar 2.19 Proses Operasional Threading
8. Necking atau Grooving
Proses pembuatan alur pada benda kerja silindris dengan hasil
pemotongan rata pada setiap sisi bagian yang dipotong. Pahat
yang digunakan adalah pahat alur atau nama lainnya adalah
square nose tool dan end cutting tool.
Gambar 2.20 Proses Operasional Necking atau Grooving
9. Cutting Off atau Parting Off
Proses pemotongan benda kerja silindris. Pahat yang digunakan
adalah pahat potong dengan nama lainnya cut off atau parting
tool.
Gambar 2.21 Proses Operasional Cutting Off /Parting Off
15
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
10. Profilling
Yaitu Proses pada mesin yang berfungsi untuk membentuk profil
atau bidang cembung pada suatu benda kerja.
Gambar 2.22 Proses Operasional Profilling
2.2.4 Proses Kerja Mesin Bubut
Motor listrik yang ada pada mesin bubut akan dapat berfungsi
untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanis dalam hal ini
berupa gerak putar. Gerak putar yang ada pada motor listrik selanjutnya
ditransmisikan dengan menggunakan perlengkapan transmisi pulley dan
roda gigi sehingga mampu memutar potor utama (spindel). Diujung
poros utama terdapat perlengkapan pencekam yang mampu mencekam
benda kerja, sehingga adanya putaran pada poros utama maka akan
mampu memutar benda kerja. Sedangkan pahat yang tercekam pada
tempat pahat (tool post) akan mampu bergerak kekanan, kekiri,
mendekat dan menjauh operator serta mampu bergerak serong, gerakan-
gerakan ini dimungkinkan terjadi karena adanya fasilitas ulir
penggerak, susunan roda gigi dan juga adanya jalan (ways). Selanjutnya
adanya dead center yang akan mendukung benda kerja pada sisi
satunya.
a). Jika letak pahat diatas sumbu, maka garis sumbu dan sudut tatal atau
geram akan membuat sudut lebih besar dan sudut bebasnya
berkurang. Akibatnya ia akan melentur dan sisi depan bagian
bawah akan masuk lebih dalam pada benda kerja.
16
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
b). Ujung sisi potong pahat harus disesuaikan tepat pada gerakan sumbu
benda kerja.
c). Jika letak pahat dibawah sumbu, maka besarnya sudut antara garis
sumbu dan sudut geram akan berkurang, sudut bebasnya menjadi
besar pula. Kedudukan pahat yang demikian adalah jelek sehingga
benda kerja dapat terangkat.
17
Gambar. 2.23 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Atas Sumbu Mesin Bubut
Gambar. 2.24 Posisi Ketinggian Sisi Pahat Tepat pada Sumbu Mesin Bubut
Gambar. 2.25 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Bawah Sumbu Mesin Bubut
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
2.2.5 Perhitungan Waktu Pemotongan Benda Kerja
Elemen dasar mesin bubut dapat diketahui dan dihitung dengan
rumus yang diturunkan dengan memperhatikan gambar di bawah ini :
Gambar. 2.26 Proses Membubut ( Turning )
Benda Kerja Pahat Mesin Bubut
do = diameter awal (mm)
dm = diameter akhir (mm)
l = panjang pemotongan
Kr = sudut potong
utama
ɤo = sudut geram
a = kedalaman potong (mm)
f = gerak makan (mm/put)
n = putaran poros (rpm)
1. Kecepatan potong :
V = ( π.d.n ) / 1000 (m/min)
Dimana : d = (do + dm) / 2, mm
D = diameter rata-rata
2. Kecepatan makan :
Vf = f. n ( m/min )
3. Waktu pemotongan :
Tc = l / Vf ( menit )
18
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
4. Kecepatan penghasilan geram :
Z = A. V (cm3 / min) dimana A = f. a (mm2)
Pada gambar 2.25 harga a dan f yang tetap makas sudut potong utama
Kr ini menentukan besarnya lebar pemotongan ( b, width of cut ) dan tebal
geram sebelum terpotong ( h, underformed chip thikness ) sebagai berikut :
- Lebar pemotongan : b = a / sin Kr, mm
- Tebal geram sebelum terpotong : h = f. sin Kr, mm
Dengan demikian, besarnya A = f. a = b. h (mm2)
Perlu di catat bahwa tebal geram sebelum terpotong (h) belum tentu
sama dengan tebal geram (hc = chip thikness) dan hal ini antara lain di
pengaruhi sudur geram (ɤo ), kecepatan potong dan material benda kerja.
2.3 Perkakas Potong (Pahat)
Perkakas potong (cutting tool) adalah bagian yang paling kritis dari
suatu proses pemesinan. Material, parameter dan geometri dari perkakas
potong serta gaya pemotongan akan menentukan suatu proses pemesinan dan
akan mempengaruhi umur dari perkakas potong tersebut
2.3.1 Jenis-jenis Pahat
Dalam proses pemesinan, pahat merupakan material yang sering
mengalami penggantian. Hal ini karena pahat adalah komponen produksi
yang dapat habis dan harganya relatif mahal. Pahat akan mengalami
keausan setelah digunakan untuk pemotongan. Semakin besar keausan
pahat, maka kondisi pahat akan semakin kritis. Jika pahat terus digunakan
maka keausan pahat akan semakin cepat dan pada suatu saat ujung pahat
sama sekali akan rusak. Kerusakan fatal tidak boleh terjadi pada pahat
sebab gaya pemotongan yang sangat tinggi akan merusakkan pahat, mesin
perkakas, benda kerja dan dapat membahayakan operator serta
berpengaruh besar pada toleransi geometrik dan kualitas permukaan
produk.
19
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Pada dasarnya, keausan akan menentukan batasan umur pahat.
Pemilihan bentuk atau jenis pahat, material benda kerja dan kondisi
pemotongan yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap karakteristik
pahat tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui pengaruh jenis pahat
potong, material benda kerja, dan kondisi pemotongan (kecepatan potong,
kedalaman potong dan gerak makan) terhadap keausan pahat. Kualitas
pahat ditentukan 2 faktor, yaitu:
1. Material Pahat, bahan dari pahat yang lebih unggul daripada benda
kerja baik dan tahan dari panas waktu terjadi gesekan. Sifat mekanik
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material.
2. Geometri Pahat, dibentuk dan dibuat sedemikian rupa guna untuk
mengurangi gesekan antara pahat dan benda kerja.
Baja perkakas yang biasanya untuk pahat bubut adalah jenis HSS.
Bahan untuk pahat selain HSS adalah pahat sisipan (insert) disebut carbida
dibuat dengan cara powder metalurgy. Pahat HSS lebih murah dan dapat
diasah lagi dibandingkan dengan pahat insert yang dimensinya lebih kecil.
Dari sisi kekerasan pahat insert lebih keras tapi tidak ekonomis, apabila
sisi potongnya tumpul maka tidak dapat dipakai lagi. Pada
perkembangannya pahat bubut sering dilapisi oleh pelapis yang sangat
keras misalnya lapisan TiN (berwarna kuning), TiC, dll.
20
Gambar 2.27 Pahat Turning Mesin Bubut
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Untuk melakukan perautan dan pengasahan pahat HSS maka
diperlukan pemahaman yang baik tentang geometri pahat yang meliputi
sudut pahat dan bidang-bidang pahat. Sementara perautan dan pengasahan
dapat dilakukan dengan menggunakan mesin gerinda. Berikut adalah
geometri dari pahat HSS untuk proses turning.
Jenis-jenis Pahat
Gambar 2.29 Jenis Pahat
1. pahat sisi kanan .
2. pahat pinggul/champer kanan .
3. pahat sisi/permukaan kanan .
4. pahat sisi/permukaan kanan(lebih besar) .
5. pahat ulir segitiga kanan .
6. pahat alur .
7. pahat alur segitiga(kanan kiri) .
8. paht ulir segitiga kiri .
9. pahat sisi kiri .
21
Gambar. 2.28 Geometri Pahat Turning HSS Pada Mesin Bubut
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
10. pahat pinggul kiri .
11. pahat alur lebar.
Tabel 1. Besarnya sudut pahat bubut (single point tool) yang disarankan
Tabel 2. Tabel Sudut Pahat
22
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
2.4 Mesin Gergaji
Mesin Gergaji merupakan mesin yang menggunakan sistem hidrolik
untuk pengaturan tekanan pemotongan dan pengangkatan ulang beban setelah
proses pemotongan.
Gambar 2. 30 Mesin gergaji potong REMOR 400
Dari Gambar 2.30, dapat dilihat bahwa komponen-komponen utama
mesin gergaji terdiri dari:
1. mata gergaji (blade).
2. beban pemberat.
3. pipa flexible untuk fluida pendingin (dromus).
4. baut pengencang mata gergaji.
5. penjepit benda kerja.
6. baut pengunci benda kerja.
7. silinder torak.
8. tuas pengatur naik atau turun mata gergaji.
9. pengatur tekanan beban.
Sistem hidrolik mesin gergaji REMOR 400 terdiri atas tiga torak. Torak
pertama merupakan penggerak, torak ini terletak pada bagian dalam mesin
dan dihubungkan dengan poros engkol. Torak pertama berfungsi
memindahkan minyak hidrolik dari tangki ke dua buah silinder torak untuk
menggerakkan torak pengangkat dan penurun beban. Secara rinci komponen
sistem hidrolik diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
23
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 2. 31 Tampilan sistem hidrolik mesin gergaji REMOR 400
Dari gambar di atas, ditunjukkan masing-masing komponen sistem
hidraulik adalah
(1) torak pertama atau torak penggerak,
(2) garis petunjuk penempatan torak pertama,
(3) seal torak pertama,
(4) baut pengatur tekanan beban,
(5) lubang poros engkol,
(6) kait penahan untuk posisi naik dan turun,
(7) tuas penggerak kait,
(8) seal torak pengangkat dan penurun beban,
(9) torak pengangkat dan penurun beban,
(10) silinder torak,
(11) poros pengatur minyak hidrolik dan garis penempatannya.
Prinsip kerja sistem hidrolik adalah poros pertama yang dihubungkan
dengan poros engkol akan bergerak ulang-alik pada saat motor penggerak di
start ON. Pada saat bergerak masuk maka minyak hidrolik akan dipindahkan
sehingga torak pengangkat beban bergerak ke atas, sesuai dengan
pengkondisian tuas pengatur. Sebaliknya, jika tuas pengatur mengarah ke
bawah maka minyak hidrolik di tarik untuk pindah ke tangki penampungan
kembali.
24
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 2.32 Mesin Gerinda Berdiri
2.5 Mesin Gerinda
Mesin gerinda adalah mesin perautan yang menggunakan bonded
abrasive tools. Bonded abrasive tools ini terdapat pada roda gerinda yang
berputar dengan kecepatan sudut tinggi. Roda gerinda berbentuk seperti disk
yang dirancang untuk stabil pada kecepatan sudut tinggi. Mesin gerinda
banyak digunakan untuk penghalusan benda kerja dan pembuatan serta
penajaman alat-alat perkakas, misalnya mata bor, pahat, penggores, jangka
tusuk, dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan dalam pemakaian mesin
gerinda adalah jenis permukaan batu gerinda yang digunakan. Pada
praktikum mesin gerinda yang digunakan adalah mesin gerinda berdiri
dengan roda gerinda bentuk disk. Jenis permukaan batu gerinda adalah
bonded abrasive tools.
25
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Pengasahan Pahat HSS dengan Mesin Gerinda adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa secara visual keadaan sudut potong, dan mempertahankan
jika sudah benar.
2. Memegang pahat dengan tangan kiri dan sangga dengan tangan pada
kedudukan.
3. Memegang kepala pahat dengan tangan kanan dan gerakkan sehingga
sisi potong perlahan-lahan bergerak ke muka dan ke belakang,
kemudian gerakkan pahat melintang bidang roda gerinda.
4. Memasukkan pahat kedalam air jika pahat terasa panas.
5. Membalikkan pahat dan gerinda sisi potong lainnya.
26
Gambar 2.33 Perautan dan Pengasahan Pahat
Gambar 2.34 Roda Gerinda dan Benda Kerja
Gerak potong
Gerak makan
Sisi abrasive pada permukaan
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
2.6 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian
bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan
ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi
dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05 mm untuk jangka sorong dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang diatas 30
cm. Adapun kegunaan jangka sorong adalah:
Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak
terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, yaitu:
1. Sebelum melakukan pengukuran bersihkan jangka sorong dan benda yang
akan diukurnya.
2. Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser
dengan bebas.
3. Pastikan angka “0” pada kedua skala bertemu dengan tepat.
4. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan
skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan
pengukuran yang kurang akurat.
5. Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
6. Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan
terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur
kedalaman. Jika sudah pas, kencangkan baut pengunci agar rahang tidak
bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut
pengunci.
7. Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong
diangkat keluar dengan hati-hati dari benda ukur.
27
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
8. Untuk mencegah salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar
dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat
dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala utama.
9. Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi
oleh oli setelah dipakai.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan jangka sorong :
Gambar 2.35 Cara Menggunakan Jangka Sorong
untuk Mengukur Diameter Luar
Gambar 2.36 Cara Pengukuran Bagian Dalam Dengan
Menggunakan Jangka Sorong
28
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 2.37 Cara Pengukuran Kedalaman Dengan Menggunakan
Jangka Sorong
2.7 Locator Pin
Salah satu tuntutan dalam Jix and Fixture adalah untuk mengerjakan
benda kerja secara tepat, semudah mungkin dan menjamin posisi kedudukan.
Secara umum pelokasian atau locating adalah aspek dimendi dan peletakan
benda kerja yang berkaitan dengan alat potong pada mesin dan benda kerja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelokasian, yaitu : bentuk geometri
benda kerja, hubungan antara dimensi benda kerja, dimensi dan toleransi
benda kerja, kekasaran permukaan benda kerja, bahan dan sifat benda kerja,
jenis pekerjaan dan jumlah benda yang di proses sekali cekam. Untuk
mendapatkan pelokasian atau locating yang baik dan benar, ada beberapa
tuntutan yang harus dipenuhi pada saat proses pelokasian, antara lain :
1. Pemilihan bentuk dan jenis lokator harus menjamin peletakan benda
kerja yang mudah, cepat dan jelas baik relatif terhadap alat potong
maupun mesin atau elemen benda kerja.
2. Pencapaian posisi benda kerja harus dapat dengan mudah dilakukan
meskipun secara berulang-ulang.
3. Posisi tidak berubah yang diakibatkan adanya proses pencekaman dan
saat proses produksi berlangsung.
29
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 2.38 Jenis Locator Pin
4. Locator untuk benda kerja yang besar dan memiliki sifat mudah
berubah atau coran harus dapat distel.
5. Locator yang dapat diatur harus ringan dan mudah.
Ada beberapa jenis locator yang digunakan dalam proser Locating Jix
and Fixture. Salah jenis Locator adalah Locator Pena ( Locator Pin ). Locator
pena atau locator pin mempunyai bentuk yang paling sederhana dan banyak
digunakan. Locator pena atau Locator pin ini mempunyai prinsip kerja yaitu
memanfaatkan bentuk lubang alur atau bentukan dalam lain yang kesil namun
cukup presisi. Salah satu penggunaan locator pena atau locator pin adalah
untuk benda kerja tabung.
30
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Diagram Alir Pengerjaan Manufaktur Pin
31
Proses Pemesinan dengan Mesin Bubut
Proses Pemesinan dengan Mesin Bubut
Mencekam Benda pada Mesin Bubut
Mencekam Benda pada Mesin Bubut
Penentuan Dimensi Bahan
Penentuan Dimensi Bahan
Pemotongan Bahan dengan Mesin Gergaji
Pemotongan Bahan dengan Mesin Gergaji
Persiapan dan Pemilihan Bahan
Persiapan dan Pemilihan Bahan
Pengesetan Mesin Bubut
Pengesetan Mesin Bubut
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
32
Proses Kerja BangkuProses Kerja Bangku
Pengukuran Sementara dengan
Vernier Caliper
Pengukuran Sementara dengan
Vernier Caliper
Proses Finishing Operasional Mesin Bubut
Proses Finishing Operasional Mesin Bubut
Proses Operasional Mesin Bubut
Proses Operasional Mesin Bubut
Mengatur Letak Tinggi Pahat
Mengatur Letak Tinggi Pahat
Mencekam Benda dengan Ragum
Mencekam Benda dengan Ragum
Proses Pembuatan Ulir dengan Snay
Proses Pembuatan Ulir dengan Snay
Hasil BendaHasil Benda
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
3.2 Pemilihan Bahan dan Penentuan Dimensi Benda yang akan dibuat
3.2.1 Bahan (disertai dimensi bahan)
Benda kerja atau bahan yang digunakan dalam praktikum
Teknologi Mekanik I menggunakan proses pemesinan dan kerja bangku
adalah baja karbon (ST 37). Bahan benda yang akan dikerjakan
menggunakan proses pemesinan (perautan) yaitu berbentuk silindris
dengan diameter 30 mm dan panjang 130 mm. Sedangkan bahan benda
kerja yang akan di kerjakan dengan proses kerja bangku mempunyai
diameter 23 mm dan panjang 100 mm.
3.2.2 Dimensi Benda yang diinginkan
Gambar 3.1 Dimensi Hasil Benda yang diinginkan dalam satuan mm
3.3 Proses Pemotongan Bahan
3.3.1 Dimensi Bahan yang dipotong
Gambar 3.2 Dimensi Bahan yang dipotong dalam satuan mm
33
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
3.3.2 Proses Pemotongan Bahan dengan Mesin Gergaji
Bahan yang sudah dipilih dan diukur sesuai dimensi yang diinginkan
kemudian bahan tersebut dipotong dengan menggunakan mesin gergaji.
3.4 Proses Pemesinan
3.4.1 Pemotongan Benda dengan Mesin Gergaji
1. Persiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.
2. Angkat tuas gergaji ke atas untuk memasukan bahan besi ke bagian
pemotongan.
3. Dengan menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper) ukur
kebutuhan bahan sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan
panjang 130 mm dan lakukan proses penandaan.
4. Tepatkan mata gergaji pada tanda yang telah di buat pada bahan
kerja.
5. Setelah sudah tepat, lakukan proses pencekam bahan kerja dengan
menguatkan pencekam.
6. Tekan tombol “ON” untuk menghidupkan mesin gergaji.
7. Secara perlahan-lahan turunkan tuas gergaji pada bahan dan tepat
pada tanda yang telah di buat.
8. Selama proses pemotongan dengan mesin gergaji, semprotkan air
ke bagian proses pemotongan agar tidak terjadi pemanasan yang
lebih karena adanya gesekan antara mata gergaji dan bahan kerja.
9. Mesin Gergaji akan mati secara otomatis, jika proses pemotongan
sudah selesai.
Gambar 3.3. Proses Pemotongan dengan Mesin Gergaji dan Dimensi dalam satuan mm
34
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Tabel 3. Proses dan Waktu Pemotongan dengan Mesin Gergaji
No. Proses Waktu Keterangan
1Pemotongan bahan kerja
dengan mesin gergaji7 menit
Mesin Gergaji Potong,
Jangka Sorong
(Vernier Caliper) dan
Penggores.
3.4.2 Proses Perautan dengan Mesin Bubut
1. Persiapkan alat – alat yang akan digunakan.
2. Lakukan pengesetan pada mesin bubut, yaitu dengan mengatur
putaran spindle, sesuaikan dengan dimensi benda kerja yang akan
dibubut.
3. Mengatur letak tinggi pahat bubut.
4. Letakkan ujung sisi potong pahat tepat pada dead center, agar pada
hasil akhir pengerjaan permukaannya rata.
5. Benda kerja kemudian dicekam pada chuck yang ada pada mesin
bubut. Pada saat pencekaman, benda kerja yang dicekam jangan
terlalu panjang, dan yang terpenting benda kerja tersebut tidak
goyang pada saat spindle berputar dan aturlah kecepatan spindle
sesuai yang kita inginkan.
Gambar 3.4 Benda kerja yang di cekam dan meletakan pusat
benda kerja dengan Dead Center
35
Benda Kerja
Dead Center
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
6. Perautan dilakukan pada benda kerja diameter 30 mm
sepanjang 100 mm. Dan dilakukan proses perautan sesuai
dengan benda yang diinginkan, sebelumnya lakukan proses
pembubutan muka (facing), untuk mendapatkan permukaan rata
dan halus. Facing ujung benda kerja (bekas proses
penggergajian). Pengerjaan dilakukan dengan 2 kali proses.
Setiap proses pemakanan dengan tebal 2 mm.
Gambar 3.5 Langkah 1 Facing dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
7. Dengan menggunakan pahat potong dilakukan pembubutan
sepanjang 100 mm dan sedalam 0,60 mm dengan proses
turning, sehingga didapatkan diameter 28,80 mm sepanjang
100 mm .
Gambar 3.6 Langkah 2 Turning dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
36
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
8. Setelah itu, dilakukan proses pembubutan dengan proses
operasional turning sepanjang 40 mm dan sedalam 2,50 mm,
sehingga didapatkan diameter 23,80 mm sepanjang 40 mm.
Gambar 3.7 Langkah 3 Turning dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
9. Tandai jarak 10 mm dari tepi dengan pahat bubut, kemudian
melakukan proses operasional tapering sebesar 15˚ sepanjang
10 mm.
Gambar 3.8 Langkah 4 Tapering dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
10. Setelah memalukan proses operasional tapering dengan sudut
15˚ dan sepanjang 10 mm, lakukan proses operasional turning
37
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
dengan kedalaman yang telah di bentuk saat proses operasional
tapering tadi.
Gambar 3.9 Langkah 5 Turning dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
11. Setelah itu melakukan proses operasional turning sepanjang 40
mm sesuai dengan gambar di bawah ini, dengan proses
pengerjaan dilakukan dengan 3 kali proses pengerjaan,
sehingga menghasilkan diameter benda 13,54 mm sepanjang
40 mm.
Gambar 3.10 Langkah 6 Turning dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
38
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
12. Selanjutnya adalah langkah finishing. Finishing dilakukan
dengan proses turning dan facing. Untuk turning dilakukan
pada saat memperkecil diameter dari diameter 23,30 mm
menjadi 23 mm. Tetapi hasil menunjukkan, diameter setelah
proses turning menunjukkan 23,15 mm.
Gambar 3.11 Langkah 7 Finishing Turning dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
13. Finishing bagian tapering dengan patokan diameter 23, 15 mm.
Gambar 3.12 Langkah 8 Finishing tapering dan Dimensi
Perautan dalam satuan mm
39
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
14. Finishing bagian turning dengan patokan diameter hasil
finishing tapering tadi.
Gambar 3.13 Langkah 9 Finishing turning dan Dimensi
Perautan dalam satuan mm
15. Finishing bagian turning dengan memperkecil diameter 23,80
mm menjadi diameter 23,30 dan sepanjang 10 mm.
Gambar 3.14 Langkah 10 Finishing turning dan Dimensi
Perautan dalam satuan mm
40
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
16. Finishing bagian turning dengan memperkecil diameter 30 mm
menjadi diameter 27,90 mm dan sepanjang 9 mm.
Gambar 3.15 Langkah 11 Finishing turning dan Dimensi Perautan dalam satuan mm
17. Finishing bagian turning dengan memperkecil diameter 13,54
mm menjadi diameter 10,90 mm sampai panjang yang
diinginkan.
Gambar 3.16 Langkah 12 Finishing turning dan Dimensi Perautan dalam satuan mm
41
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
18. Rubah posisi toolpost dan arah pahat, setting dengan posisi
sudut 45 ˚, kemudian lakukan proses tapering sepanjang 2 mm
seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.17 Langkah 13 Tapering dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
19. Rubah posisi toolpost dan arah pahat, setting dengan posisi
sudut 45 ˚, kemudian lakukan proses tapering sepanjang 4 mm
seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.18 Langkah 14 Tapering dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
42
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
20. Setelah itu melakukan proses operasional turning sampai ujung
benda kerja sesuai dengan gambar di bawah ini, dengan proses
pengerjaan dilakukan dengan 4 kali proses pengerjaan,
sehingga menghasilkan diameter benda 10,90 mm.
Gambar 3.19 Langkah 15 Turning dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
21. Dengan menggunakan pahat potong lakukan proses cutting off
pada benda kerja dengan dimensi dan ukuran seperti gambar di
bawah ini.
Gambar 3.20 Langkah 16 Cutting Off dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
43
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
22. Lakukan Proses pemotongan dengan menggunakan pahat
potong pada benda kerja dengan dimensi seperti gambar di
bawah ini.
Gambar 3.21 Langkah 17 Pemotongan dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
23. Rubah posisi toolpost dan arah pahat, setting dengan posisi
sudut 15 ˚, kemudian lakukan proses tapering sepanjang ujung
benda seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.22 Langkah 18 Tapering dan Dimensi Perautan
dalam satuan mm
44
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
24. Setelah itu hentikan proses pemesinan mesin bubut dan lepas
benda dari cekaman kemudian dengan menggunakan jangka
sorong ukuran benda kerja. Setelah itu dilanjutkan dengan
pembuatan ulir dengan sney.
Tabel 4 . Proses dan Waktu Perautan dengan Mesin Bubut
No. Proses Waktu Keterangan
1 Centering bahan kerja 20 menitChuck, Kunci Chuck,
Palu Lunak dan Pahat
2Mensetting tinggi pahat
potong10 menit
Kunci Shock, Pahat
dan Pelat tipis
3 Langkah 1 Facing 5 menit Pahat
4 Langkah 2 Turning 20 menitPahat dan Vernier
Caliper
5 Langkah 3 Turning 15 menit Pahat dan Vernier Caliper
6 Langkah 4 Tapering 10 menitPahat, Vernier Caliper dan Kunci Pas 17
7 Langkah 5 Turning 15 menit Pahat dan Vernier Caliper
8 Langkah 6 Turning 60 menit
Chuck, Kunci Chuck,
Palu Lunak, Pahat,
Kunci Shock
Toolpost, Pelat Tipis
dan Vernier Caliper.
9Langkah 7 Finishing
Turning5 menit Pahat, vernier caliper
10Langkah 8 Finishing
tapering7 menit
Kunci 17, Toolpost,
Pahat, Vernier
Caliper
45
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
11Langkah 9 Finishing
Turning6 menit
Kunci 17, Pahat,
Veriner Caliper
12Langkah 10 Finishing
Turning5 Menit
Pahat, Vernier
Caliper
13Langkah 11 Finishing
Turning7 Menit
Pahat, Vernier
Caliper
14Langkah 12 Finishing
Turning18 Menit
Pahat, Toolpost,
Vernnier Caliper
15 Langkah 13 Tapering 6 Menit
Kunci 17, Toolpost,
Pahat, Vernier
Caliper
16 Langkah 14 Tapering 9 Menit
Kunci 17, Toolpost,
Pahat, Vernier
Caliper
17 Langkah 15 Turning 25 Menit
Chuck, Kunci Chuck,
Palu Lunak, Pahat,
Kunci Shock
Toolpost, Pelat Tipis
Dan Vernier Caliper
18 Langkah 16 Cutting Off 5 Menit
Pahat, Pelat Tipis,
Kunci Shock, Vernier
Caliper
19 Langkah 17 Pemotongan 8 MenitPahat, Vernier
Caliper
20 Langkah 18 Tapering 11 Menit
Kunci 17, Pahat,
Vernier Caliper,
Toolpost.
Total 4 Jam 45 Menit Benda Jadi
46
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
3.4.3 Proses Pembuatan Ulir dengan Sney
Gambar 3.23 Proses Pembuatan Ulir dengan Sney
Tabel 5 . Proses dan Waktu Pembuatan Ulir dengan Snei
No. Proses Waktu Keterangan
1
Pembuatan Ulir dengan Sney 5 menit
Proses pembuatan ulir luar dengan menggunakan sney pada benda kerja yang berdiameter 9.8 mm dengan spesifikasi ulir M 10x1,75.
3.5 Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum dengan Benda Kerja yang diinginkan
47
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
3.5.1 Pemotongan Benda dengan Mesin Gergaji
Gambar 3.24 Dimensi Benda yang diinginkan dari proses pemotongan
benda dengan mesin gergaji dalam satuan mm
Gambar 3.25 Dimensi Benda hasil praktikum dari proses pemotongan
benda dengan mesin gergaji dalam satuan mm
Tabel 6 . Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum Proses Pemotongan dengan Mesin Gergaji dengan Benda Kerja yang diinginkan
No HasilUkuran yang di inginkan
Hasil Praktikum
Keterangan
SesuaiTidak Sesuai
1 Panjang 130 mm 130,20 mm √
2 Diameter 30 mm 30 mm √
48
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
3.5.2 Proses Perautan dengan Mesin Bubut
Gambar 3.26. Dimensi Benda yang diinginkan dari proses perautan
dengan mesin bubut dalam satuan mm
Gambar 3.27. Dimensi Benda hasil praktikum dari proses perautan
dengan mesin bubut dalam satuan mm
Tabel 7 . Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum Proses Perautan dengan Mesin Bubut dengan Benda Kerja yang diinginkan
No HasilUkuran yang di inginkan
Hasil Praktikum
Keterangan
SesuaiTidak Sesuai
1 Tapering 2 mm x 45 ˚ 2 mm x 45 ˚ √
49
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
2 TurningǾ : 23 mm Ǿ : 23,15 mm √
l : 10 mm l : 10 mm √
3 Tapering 10 mm x 15˚ 9 mm x 15˚ √
4 Turning l : 10 mm l : 11 mm √
5 TurningǾ : 23 mm Ǿ : 23,30 mm √
l : 10 mm l : 10 mm √
6 TurningǾ : 28 mm Ǿ : 27,90 mm √
l : 5 mm l : 5 mm √
7 Tapering 4 mm x 45˚ 4 mm x 45˚ √
8 TurningǾ : 12 mm Ǿ : 10,90 mm √
l : 51 mm l : 51 mm √
9 Cutting OffǾ : 10 mm Ǿ : 10 mm √
l : 3 mm l : 3 mm √
10 Tapering 21 mm x 15˚ 21 mm x 15˚ √
3.5.3 Proses Pembuatan Ulir
50
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Gambar 3.28. Dimensi Benda yang diinginkan dari proses pembuatan ulir
dengan snay dalam satuan mm
Gambar 3.29. Dimensi Benda hasil praktikum dari proses pembuatan ulir
dengan snay dalam satuan mm
Tabel 8 . Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum Proses Pembuatan Ulir dengan
Benda Kerja yang diinginkan
No HasilUkuran yang di inginkan
Hasil Praktikum
Keterangan
SesuaiTidak Sesuai
1 Panjang 30 mm 30 mm √
2 Diameter M12 x 1.75 M10,90 x 1.75 √
3 Sudut Ujung 15˚ 15˚ √
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
51
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
1. Setiap benda kerja memiliki beberapa sifat mekanik dan perlakuan
panas dengan adanya gesekan yang terus menerus diantara 2 benda
yang bergesekan.
2. Memproses dengan menggunakan mesin akan lebih baik daripada
menggunakan cara manual baik ditinjau dari segi efesiensi waktu,
biaya yang dikeluarkan dan produk yang dihasilkan.
a) Praktikum Pemotongan Benda dengan Mesin Gergaji
Pada pemotongan benda kerja dalam praktikum manufaktur pin
kali ini, pemotongan benda kerja menggunakan mesin gergaji potong
sehingga proses dapat berlangsung dalam waktu yang cepat dan
hasilnya sesuai dimensi yang kita inginkan.
b) Praktikum Membubut
Dari hasil praktikum bubut dan disertai pembekalan teori mengenai
segala sesuatu tentang mesin bubut, didapat hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam
proses pengerjaan mesin bubut. Selain dengan memperhatikan proses
pengerjaan yang benar, membubut diperlukan ketelatenan karena
dalam penyesuaian ukuran terhadap hasil yang diinginkan dibutuhkan
ketelitian dan perencanaan yang baik. Keuntungan membubut lebih
mudah untuk mendapatkan hasil yang presisi, halus dan sempurna bila
dibandingkan dengan kerja tangan. Selain itu, dapat diperkirakan
waktu pengerjaan untuk pembuatan produk.
c) Praktikum Kerja Bangku
Pada pengerjaan kerja bangku, pengerjaan yang dilakukan adalah
sney atau pembuatan ulir luar. Dari proses sney merupakan proses
pembuatan ulir luar pada benda kerja silinder atau locator pin.
4.2. Saran
52
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Untuk praktikum kedepannya diharapkan mempelajari teori-teori dengan
baik dan melakukan penyusunan planning pengerjaan terlebih dahulu supaya
pengerjaan sesuai dengan yang diharapkan dan waktu penyelesaiannya juga
tepat.
Pengaplikasian teori-teori yang didapat tidak seluruhnya dapat dilakukan
karena pada situasi dan kondisi tertentu dapat juga terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan sehingga diperlukan rencana lanjutan agar pengerjaan dapat
dilakukan lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Diktat Teknologi Mekanik I. 2001. Pendidikan Teknik Mesin Setingkat Diploma I. Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS.
Anonim. 2011. Teknik Permesinan, (Online), (http://herucaturprasetiyo36.com, diakses tanggal 18 Mei 2012).
53
Program Studi D3 Teknik Mesin
Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I
Anonim. 2010. Perkakas Tangan, (Online), (http://egy-ariyanto.blogspot.comhtml, diakses 18 Mei 2012).
Anonim. 2009. Mesin Gergaji Pembesar Lubang, (Online), (http://teorikuliah.blogspot.com/2009/07/.html, diakses 18 Mei 2012).
Toyota Service Division.2000.New Step 1. Toyota Astra Motor:Jakarta
Ir. Nur Husodo, M.S.2009.Jix and Fixture. Surabaya
54