landasan teori machining teknologi mekanik

73
Program Studi D3 Teknik Laporan Praktikum Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia manufaktur telah merambah pada teknologi pembuatan benda-benda untuk komponen mesin menjadi benda jadi. Awalnya, proses pembuatan benda jadi dikerjakan secara manual. Namun, sekarang dapat dibuat secara otomatis. Proses pengerjaan yang menuntut kecepatan proses produksi dan hasil yang maksimal dalam waktu yang relatif singkat, agaknya menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Sehingga, proses pengerjaan pun dibuat lebih mudah. Pada mata kuliah Teknologi Mekanik I, terdapat sub bahasan mengenai pemesinan yang membahas lebih detail mengenai proses manufaktur. Proses pemesinan yang digunakan pada mesin bubut dan gerinda. Ruang lingkup pada proses pemesinan, benda (bahan) yang akan menjadi benda jadi akan dibentuk dengan variabel berbagai macam pengerjaan. Proses pemesinan menjadikan benda berdimensi lain dengan menjadikan bahan yang tidak terpakai menjadi bentuk geram. Proses perautan yang terdiri dari gerakan makan dan gerakan potong. Pengerjaan perautan secara khusus dikembangkan menjadi bermacam-macam sesuai dengan pengerjaannya. Proses bubut dan menggerinda 1

description

teori2 dasar yang melandasi pengerjaan machining , pembentukan serta kerja bangku

Transcript of landasan teori machining teknologi mekanik

Page 1: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia manufaktur telah merambah pada teknologi

pembuatan benda-benda untuk komponen mesin menjadi benda jadi.

Awalnya, proses pembuatan benda jadi dikerjakan secara manual. Namun,

sekarang dapat dibuat secara otomatis. Proses pengerjaan yang menuntut

kecepatan proses produksi dan hasil yang maksimal dalam waktu yang relatif

singkat, agaknya menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Sehingga, proses

pengerjaan pun dibuat lebih mudah.

Pada mata kuliah Teknologi Mekanik I, terdapat sub bahasan mengenai

pemesinan yang membahas lebih detail mengenai proses manufaktur. Proses

pemesinan yang digunakan pada mesin bubut dan gerinda.

Ruang lingkup pada proses pemesinan, benda (bahan) yang akan

menjadi benda jadi akan dibentuk dengan variabel berbagai macam

pengerjaan. Proses pemesinan menjadikan benda berdimensi lain dengan

menjadikan bahan yang tidak terpakai menjadi bentuk geram. Proses perautan

yang terdiri dari gerakan makan dan gerakan potong. Pengerjaan perautan

secara khusus dikembangkan menjadi bermacam-macam sesuai dengan

pengerjaannya. Proses bubut dan menggerinda adalah beberapa proses yang

termasuk dalam proses perautan.

Proses pemesinan pada pembelajaran Teknologi Mekanik I ini

kemudian diaplikasikan pada proses pembuatan Locator Pin. Pada proses

pembuatan Locator Pin terdapat proses pengerjaan mulai dari hingga

pemesinan dan kerja bangku. Pada proses pengerjaan kerja bangku terdapat

pengerjaan pembuatan ulir dengan sney. Setelah didapat benda dari proses

pemesinan, dilakukan pengerjaan dengan proses kerja bangku menggunakan

sney sehingga didapat benda kerja sesuai dengan keinginan.

1

Page 2: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan laporan ini, antara lain :

1. Mengetahui cara mengoperasikan mesin gergaji dengan baik dan benar

untuk menghasilkan benda kerja yang diinginkan.

2. Mengetahui cara menyetting mesin bubut, dan mengatur tinggi pahat pada

mesin bubut dan dapat mengoperasikan mesin bubut dengan baik dan

benar untuk menghasilkan benda kerja yang diinginkan.

3. Mengetahui cara mengoperasikan mesin gerinda dengan baik dan benar

untuk menghasilkan pahat potong yang diinginkan.

4. Mengetahui cara membuat ulir dengan sney dengan baik dan benar untuk

menghasilkan benda kerja yang diinginkan.

5. Mengetahui jenis-jenis mesin, fungsi dan komponen-komponennya.

6. Mengaplikasikan teori yang didapat pada kuliah Teknologi Mekanik I ke

dalam praktikum.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penulisan laporan ini, antara lain:

1. Praktikum pada praktek dan teori teknologi mekanik I ini adalah membuat

Locator Pin.

2. Proses praktikum dimulai dari pemilihan bahan, membuat dimensi bahan,

memotong bahan dengan mesin gergaji, proses perautan dengan mesin

bubut dan proses kerja bangku yaitu membuat ulir dengan sney.

3. Dalam proses praktikum ada variable yang di rubah, misalnya penambahan

panjang ukuran 30 mm yaitu untuk mencekam benda kerja pada mesin

bubut.

4. Proses praktikum membuat Locator Pin ini, di harapkan akan selesai

dalam 4 pertemuan x 2 jam praktikum.

5. Dalam proses pemesinan dan kerja bangku diharapkan dimensi hasil

praktikum sesuai dengan dimensi benda yang diharapkan sesuai jobsheet.

2

Page 3: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

1.4 Manfaat

Bagi penulis adalah:

1. Sebagai media untuk menyampaikan hasil praktik dan laporan tertulis

dari hasil praktik di laboratorium perautan.

2. Mengetahui dan mampu mengaplikasikan proses-proses pemesinan.

Bagi pembaca adalah:

1. Sebagai referensi untuk mengetahui dan memahami proses pemesinan.

2. Sebagai referensi untuk pengaplikasian proses pemesinan.

3. Sebagai referensi untuk mengenal komponen-komponen dan hal-hal yang

berkaitan dengan proses pemesinan.

3

Page 4: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Kerja Bangku

Ruang lingkup kerja bangku meliputi proses-proses operasional yang

menggunakan peralatan seperti : ragum/ catok (vice), gergaji tangan (hand

kacksaw), kikir (file), tap/sney, dan pengukuran dengan jangka sorong.

2.1.1 Mencekam dengan Ragum

Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan

benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja.

Dengan demikian, ragum harus lebih kuat dari benda kerja yang

dijepitnya. Pada mulut atau rahang ragum dipasang baja berigi agar

benda kerja dapat dijepit dengan kuat. Rahang-rahang ragum

digerakkan oleh batang ulir yang dipasang pada rumah ulir. Apabila

batang ulir digerakkan atau diputar searah jarum jam, maka rahang

ragum akan menutup, tetapi bila diputar berlawanan dengan arah jarum

jam maka rahang ragum akan membuka.

Gambar 2.1. Ragum

Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan

tinggi pekerja yang akan bekerja. Sebagai patokan, jika ragum dipasang

pada meja kerja, maka tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari

pekerja pada posisi berdiri sempurna.

4

Page 5: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Dalam penjepitan benda kerja, diharapkan permukaan benda kerja

tidak mengalami kerusakan atau cacat karena jepitan rahang ragum.

Untuk mengatasi hal itu, maka penjepitan benda kerja harus dilapisi

dengan pelapis. Pelapis tersebut umumnya terbuat dari bahan yang

lunak seperti baja lunak, pelat tembaga, karet pejal dan pelat seng yang

tebal.

Batang ulir dan rumah ragum harus selalu diperiksa dari proses

pelumasan. Rahang ragum harus selalu dalam keadaan tertutup. Ragum

bukanlah merupakan landasan sehingga tidak diperkenankan untuk

melakukan pemukulan benda kerja dengan ragum sebagai landasan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan atau dijadikan pedoman dalam

penjepitan benda kerja pada ragum adalah:

Gunakan pelapis rahang ragum untuk mencegah benda kerja agar

tidak rusak permukaan benda kerja.

Penjepitan benda kerja harus rata, artinya permukaan benda kerja

yang keluar dari rahang ragum harus lurus dan sejajar dengan rahang

ragum.

Gambar 2.2 Cara Penjepitan Beberapa Benda Kerja

Untuk penjepitan benda kerja yang berlubang seperti pipa yang tipis

digunakan bahan tambahan lain yang dimasukkan ke dalam pipa,

5

Page 6: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

sehingga pipa yang dijepit tidak akan mengalami kerusakan/berubah

bentuk.

Untuk penjepitan benda kerja yang tipis (pelat tipis) gunakan

landasan dari kayu. Landasan tersebut dijepit pada rahang ragum.

Ketinggian pemasangan ragum pada meja kerja sangat

berpengaruh dalam pengerjaan. Sebagai patokan, pengaturan tinggi

rendah penjepitan benda kerja pada ragum adalah :

• Untuk pekerjaan yang tidak memerlukan gaya yang besar seperti

pada pengerjaan akhir, benda kerja dapat di jepit lebih tinggi, artinya

permukaan benda kerja yang keluar dari rahang ragum lebih tinggi.

• Untuk pengerjaan yang memerlukan gaya yang besar seperti

memahat, menggergaji, mengikir, tap dan snai maka kedudukan

benda kerja harus serendah mungkin berada di atas rahang ragum.

• Untuk penjepitan pipa-pipa, digunakan pelapis rahang, dimana

bentuk pelapis rahang tersebut berbentuk setengah lingkaran. Bahan

pelapis biasanya bisa dari kayu atau dari bahan yang lunak sehingga

tidak merusak penampang pipa.

2.1.2 Pembuatan Ulir (Sney)

Membuat ulir dengan alat tangan merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan disamping dengan mesin. Bentuk ulir yang paling

umum digunakan adalah berbentuk “V” yaitu yang sering digunakan

pada pekerjaan konstruksi dan pemesinan dimana banyak bagian yang

dirakit dengan sekrup atau mur dipasang batang ulir atau baut.

Alat yang dipakai untuk pembuatan ulir luar alat yang digunakan

dinamakan “sney”. Alat tersebut bahannya terbuat dari baja karbon atau

High Speed Steel (HSS) yang dikeraskan.

6

Page 7: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 2.3 Sney dan Tangkai Sney

Gambar 2.4 Cara Membuat Ulir Luar Menggunakan Sney

2.2 Mesin Bubut (Engine lathe)

Mesin bubut, adalah salah satu dari mesin perkakas yang paling awal

dikembangkan. Hal ini karena bahan mesin ini sangat banyak digunakan

karena material yang paling banyak dipotong pada bengkel mesin adalah

bentuk silinder.

7

Page 8: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 2.6 Carriage Mesin Bubut

Gambar 2.5 Mesin Bubut (Engine lathe)

Mesin ini banyak digunakan dalam bengkel, karena material yang

banyak dipotong pada bengkel mesin adalah bentuk silinder.

2.2.1 Bagian-bagian Mesin Bubut

Keterangan Bagian – Bagian Mesin Bubut :

8

Gambar 2.7 Bagian-bagian Mesin Bubut

Page 9: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

1. Head Stock : Tempat pengaturan kecepatan pemotongan

(speed of cut).

2. Spindel : Bagian yang meneruskan putaran mesin ke

benda kerja sehingga benda kerja dapat

berputar, serta tempat melekatnya benda kerja.

3. Chuck : Pemegang benda kerja.

4. Dead Center : Untuk menunjang ujung benda kerja, center ini

tidak berputar bersama benda kerja.

5. Tail Stock Quill : Tempat melekatnya dead center. Disamping itu

dapat juga untuk meletakkan drill chuck untuk

drilling

6. Tail Stock : Bagian belakang (ekor) mesin bubut, untuk

menunjang ujung benda kerja dengan

perantaraan dead center yang dilekatkan pada

tail shock spindle.

7. Tail Stock

Handwheel

: Untuk memajukan atau memundurkan posisi

dead center agar kedudukan benda kerja dapat

diatur dengan baik. Disamping itu apabila

kedudukan tail stock dipasang mata bor, maka

stock handwheel dapat juga digunakan sebagai

gerak pemakanan (feeding motion).

8. Bed : Bagian yang menunjang head stock, tail stock.

Sedangkan bagian atas dari bed disebut ways.

9. Carriage : Bagian yang dapat bergeser dengan arah

longitudinal sepanjang bed, memikul bagian

lain-lain diatasnya yaitu cross slide, dll.

10. Cross Slide : Bagian yang melintang sumbu mesin bubut,

terletak diatas carriage untuk mengadakan

9

Page 10: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

gerak pemakanan melintang (cross feed).

11. Compound Rest : Tempat melekatnya tool post.

12. Tool Post : Tempat melekatnya pahat .

13. Crossfeed Screw

Handle

: Handle untuk menggerakkan cross slide.

14. Apron

Handwheel

: Handle untuk menggerakkan carriage.

15. Compound Rest

Screw Handle

: Handle untuk menggerakkan compound rest.

16

.

Chip Pan : Temapt penampungan geram (chip) hasil

perautan.

20. Clucth : Berfungsi untuk memutus dan

menyambungkan putaran roda gigi di dalam

proses operasional mesin bubut.

22. Apron : Bagian yang menunjang Tool post, Cross Slide

dan Compound Rest.

23. Feed Selector : Bagian yang berfungsi untuk mengatur gigi

percepatan kerja mesin bubut.

2.2.2 Setting Mesin Bubut

Posisi ketinggian dan kedudukan dari pahat harus diatur sebagai berikut :

1. Nilai a harus sependek mungkin untuk menghindari getaran.

2. Posisi tinggi rendahnya pahat dapat diatur dengan

menggunakan potongan plat.

10

Page 11: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

3. Letak ujung sisi potong pahat harus disesuaikan tepat pada

gerakan sumbu benda kerja.

4. Jika letak pahat diatas sumbu, sudut bebasnya berkurang atau

mengecil, akibatnya benda kerja melentur dan sisi depan bagian

bawah akan masuk lebih dalam pada benda kerja.

11

Gambar. 2.9 Posisi Ketinggian Sisi Pahat Tepat pada Sumbu Mesin Bubut

Gambar. 2.10 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Atas Sumbu Mesin Bubut

Gambar. 2.8 Posisi Jarak Ujung Pahat dengan Benda Kerja

Page 12: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

5. Jika letak pahat dibawah sumbu, maka susut bebasnya akan

bertambah besar. Benda kerja akan terangkat.

2.2.3 Proses Operasional pada Mesin Bubut

Macam-macam operasional yang bisa dilakukan dengan mesin

bubut:

1. Turning

Proses pemotongan permukaan silindris dari suatu benda kerja

dimana pemakanan tersebut rata pada semua sisinya. Pahat yang

digunakan disebut pahat turning.

12

Gambar 2.12 Proses Operasional Mesin Bubut Operasionalnya

Gambar. 2.11 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Bawah Sumbu Mesin Bubut

Page 13: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 2.13 Proses Operasional Turning

2. Facing

Pada proses ini pahat bergerak memotong ujung benda kerja yang

berputar untuk menghasilkan suatu permukaan yang rata. Pahat

yang digunakan pada facing sama dengan pahat yang digunakan

pada turning.

Gambar 2.14 Proses Operasional Facing

3. Tapering

Proses ini sama dengan facing, hanya berbeda hasil yang

diperoleh yaitu berupa tirus atau taper. Pahat yang digunakan

sama dengan pahat yang digunakan pada turning dan facing.

Gambar 2.15 Proses Operasional Tapering

4. Drilling

Pada proses drilling dengan menggunakan mesin bubut, maka

drill head dipasang pada tail stock sehingga dapat memegang

13

Page 14: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

pahat drill yang akan melubangi benda kerja yang berputar pada

chuck.

Gambar 2.16 Proses Operasional Drilling

5. Boring

Proses memperbesar lubang dimana lubang tersebut dihasilkan

dari proses drilling atau lubang-lubang hasil tuangan. Pahat yang

digunakan menggunakan pahat boring yang bergeometri sama

dengan pahat drill akan tetapi dengan cutting edge dan ukuran

yang lebih besar.

Gambar 2.17 Proses Operasional Boring

6. Knurling

Proses penekanan suatu pahat knurling kedalam permukaan benda

kerja. Pahat yang digunakan disebut pahat knurling.

Gambar 2.18 Proses Operasional Knurling

14

Page 15: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

7. Threading

Proses pembuatan ulir dalam atau ulir luar. Pahat yang digunakan

disebut pahat threading.

Gambar 2.19 Proses Operasional Threading

8. Necking atau Grooving

Proses pembuatan alur pada benda kerja silindris dengan hasil

pemotongan rata pada setiap sisi bagian yang dipotong. Pahat

yang digunakan adalah pahat alur atau nama lainnya adalah

square nose tool dan end cutting tool.

Gambar 2.20 Proses Operasional Necking atau Grooving

9. Cutting Off atau Parting Off

Proses pemotongan benda kerja silindris. Pahat yang digunakan

adalah pahat potong dengan nama lainnya cut off atau parting

tool.

Gambar 2.21 Proses Operasional Cutting Off /Parting Off

15

Page 16: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

10. Profilling

Yaitu Proses pada mesin yang berfungsi untuk membentuk profil

atau bidang cembung pada suatu benda kerja.

Gambar 2.22 Proses Operasional Profilling

2.2.4 Proses Kerja Mesin Bubut

Motor listrik yang ada pada mesin bubut akan dapat berfungsi

untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanis dalam hal ini

berupa gerak putar. Gerak putar yang ada pada motor listrik selanjutnya

ditransmisikan dengan menggunakan perlengkapan transmisi pulley dan

roda gigi sehingga mampu memutar potor utama (spindel). Diujung

poros utama terdapat perlengkapan pencekam yang mampu mencekam

benda kerja, sehingga adanya putaran pada poros utama maka akan

mampu memutar benda kerja. Sedangkan pahat yang tercekam pada

tempat pahat (tool post) akan mampu bergerak kekanan, kekiri,

mendekat dan menjauh operator serta mampu bergerak serong, gerakan-

gerakan ini dimungkinkan terjadi karena adanya fasilitas ulir

penggerak, susunan roda gigi dan juga adanya jalan (ways). Selanjutnya

adanya dead center yang akan mendukung benda kerja pada sisi

satunya.

a). Jika letak pahat diatas sumbu, maka garis sumbu dan sudut tatal atau

geram akan membuat sudut lebih besar dan sudut bebasnya

berkurang. Akibatnya ia akan melentur dan sisi depan bagian

bawah akan masuk lebih dalam pada benda kerja.

16

Page 17: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

b). Ujung sisi potong pahat harus disesuaikan tepat pada gerakan sumbu

benda kerja.

c). Jika letak pahat dibawah sumbu, maka besarnya sudut antara garis

sumbu dan sudut geram akan berkurang, sudut bebasnya menjadi

besar pula. Kedudukan pahat yang demikian adalah jelek sehingga

benda kerja dapat terangkat.

17

Gambar. 2.23 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Atas Sumbu Mesin Bubut

Gambar. 2.24 Posisi Ketinggian Sisi Pahat Tepat pada Sumbu Mesin Bubut

Gambar. 2.25 Posisi Ketinggian Sisi Pahat di Bawah Sumbu Mesin Bubut

Page 18: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

2.2.5 Perhitungan Waktu Pemotongan Benda Kerja

Elemen dasar mesin bubut dapat diketahui dan dihitung dengan

rumus yang diturunkan dengan memperhatikan gambar di bawah ini :

Gambar. 2.26 Proses Membubut ( Turning )

Benda Kerja Pahat Mesin Bubut

do = diameter awal (mm)

dm = diameter akhir (mm)

l = panjang pemotongan

Kr = sudut potong

utama

ɤo = sudut geram

a = kedalaman potong (mm)

f = gerak makan (mm/put)

n = putaran poros (rpm)

1. Kecepatan potong :

V = ( π.d.n ) / 1000 (m/min)

Dimana : d = (do + dm) / 2, mm

D = diameter rata-rata

2. Kecepatan makan :

Vf = f. n ( m/min )

3. Waktu pemotongan :

Tc = l / Vf ( menit )

18

Page 19: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

4. Kecepatan penghasilan geram :

Z = A. V (cm3 / min) dimana A = f. a (mm2)

Pada gambar 2.25 harga a dan f yang tetap makas sudut potong utama

Kr ini menentukan besarnya lebar pemotongan ( b, width of cut ) dan tebal

geram sebelum terpotong ( h, underformed chip thikness ) sebagai berikut :

- Lebar pemotongan : b = a / sin Kr, mm

- Tebal geram sebelum terpotong : h = f. sin Kr, mm

Dengan demikian, besarnya A = f. a = b. h (mm2)

Perlu di catat bahwa tebal geram sebelum terpotong (h) belum tentu

sama dengan tebal geram (hc = chip thikness) dan hal ini antara lain di

pengaruhi sudur geram (ɤo ), kecepatan potong dan material benda kerja.

2.3 Perkakas Potong (Pahat)

Perkakas potong (cutting tool) adalah bagian yang paling kritis dari

suatu proses pemesinan. Material, parameter dan geometri dari perkakas

potong serta gaya pemotongan akan menentukan suatu proses pemesinan dan

akan mempengaruhi umur dari perkakas potong tersebut

2.3.1 Jenis-jenis Pahat

Dalam proses pemesinan, pahat merupakan material yang sering

mengalami penggantian. Hal ini karena pahat adalah komponen produksi

yang dapat habis dan harganya relatif mahal. Pahat akan mengalami

keausan setelah digunakan untuk pemotongan. Semakin besar keausan

pahat, maka kondisi pahat akan semakin kritis. Jika pahat terus digunakan

maka keausan pahat akan semakin cepat dan pada suatu saat ujung pahat

sama sekali akan rusak. Kerusakan fatal tidak boleh terjadi pada pahat

sebab gaya pemotongan yang sangat tinggi akan merusakkan pahat, mesin

perkakas, benda kerja dan dapat membahayakan operator serta

berpengaruh besar pada toleransi geometrik dan kualitas permukaan

produk.

19

Page 20: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Pada dasarnya, keausan akan menentukan batasan umur pahat.

Pemilihan bentuk atau jenis pahat, material benda kerja dan kondisi

pemotongan yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap karakteristik

pahat tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui pengaruh jenis pahat

potong, material benda kerja, dan kondisi pemotongan (kecepatan potong,

kedalaman potong dan gerak makan) terhadap keausan pahat. Kualitas

pahat ditentukan 2 faktor, yaitu:

1. Material Pahat, bahan dari pahat yang lebih unggul daripada benda

kerja baik dan tahan dari panas waktu terjadi gesekan. Sifat mekanik

yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material.

2. Geometri Pahat, dibentuk dan dibuat sedemikian rupa guna untuk

mengurangi gesekan antara pahat dan benda kerja.

Baja perkakas yang biasanya untuk pahat bubut adalah jenis HSS.

Bahan untuk pahat selain HSS adalah pahat sisipan (insert) disebut carbida

dibuat dengan cara powder metalurgy. Pahat HSS lebih murah dan dapat

diasah lagi dibandingkan dengan pahat insert yang dimensinya lebih kecil.

Dari sisi kekerasan pahat insert lebih keras tapi tidak ekonomis, apabila

sisi potongnya tumpul maka tidak dapat dipakai lagi. Pada

perkembangannya pahat bubut sering dilapisi oleh pelapis yang sangat

keras misalnya lapisan TiN (berwarna kuning), TiC, dll.

20

Gambar 2.27 Pahat Turning Mesin Bubut

Page 21: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Untuk melakukan perautan dan pengasahan pahat HSS maka

diperlukan pemahaman yang baik tentang geometri pahat yang meliputi

sudut pahat dan bidang-bidang pahat. Sementara perautan dan pengasahan

dapat dilakukan dengan menggunakan mesin gerinda. Berikut adalah

geometri dari pahat HSS untuk proses turning.

Jenis-jenis Pahat

Gambar 2.29 Jenis Pahat

1. pahat sisi kanan .

2. pahat pinggul/champer kanan .

3. pahat sisi/permukaan kanan .

4. pahat sisi/permukaan kanan(lebih besar) .

5. pahat ulir segitiga kanan .

6. pahat alur .

7. pahat alur segitiga(kanan kiri) .

8. paht ulir segitiga kiri .

9. pahat sisi kiri .

21

Gambar. 2.28 Geometri Pahat Turning HSS Pada Mesin Bubut

Page 22: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

10. pahat pinggul kiri .

11. pahat alur lebar.

Tabel 1. Besarnya sudut pahat bubut (single point tool) yang disarankan

Tabel 2. Tabel Sudut Pahat

22

Page 23: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

2.4 Mesin Gergaji

Mesin Gergaji merupakan mesin yang menggunakan sistem hidrolik

untuk pengaturan tekanan pemotongan dan pengangkatan ulang beban setelah

proses pemotongan.

Gambar 2. 30 Mesin gergaji potong REMOR 400

Dari Gambar 2.30, dapat dilihat bahwa komponen-komponen utama

mesin gergaji terdiri dari:

1. mata gergaji (blade).

2. beban pemberat.

3. pipa flexible untuk fluida pendingin (dromus).

4. baut pengencang mata gergaji.

5. penjepit benda kerja.

6. baut pengunci benda kerja.

7. silinder torak.

8. tuas pengatur naik atau turun mata gergaji.

9. pengatur tekanan beban.

Sistem hidrolik mesin gergaji REMOR 400 terdiri atas tiga torak. Torak

pertama merupakan penggerak, torak ini terletak pada bagian dalam mesin

dan dihubungkan dengan poros engkol. Torak pertama berfungsi

memindahkan minyak hidrolik dari tangki ke dua buah silinder torak untuk

menggerakkan torak pengangkat dan penurun beban. Secara rinci komponen

sistem hidrolik diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

23

Page 24: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 2. 31 Tampilan sistem hidrolik mesin gergaji REMOR 400

Dari gambar di atas, ditunjukkan masing-masing komponen sistem

hidraulik adalah

(1) torak pertama atau torak penggerak,

(2) garis petunjuk penempatan torak pertama,

(3) seal torak pertama,

(4) baut pengatur tekanan beban,

(5) lubang poros engkol,

(6) kait penahan untuk posisi naik dan turun,

(7) tuas penggerak kait,

(8) seal torak pengangkat dan penurun beban,

(9) torak pengangkat dan penurun beban,

(10) silinder torak,

(11) poros pengatur minyak hidrolik dan garis penempatannya.

Prinsip kerja sistem hidrolik adalah poros pertama yang dihubungkan

dengan poros engkol akan bergerak ulang-alik pada saat motor penggerak di

start ON. Pada saat bergerak masuk maka minyak hidrolik akan dipindahkan

sehingga torak pengangkat beban bergerak ke atas, sesuai dengan

pengkondisian tuas pengatur. Sebaliknya, jika tuas pengatur mengarah ke

bawah maka minyak hidrolik di tarik untuk pindah ke tangki penampungan

kembali.

24

Page 25: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 2.32 Mesin Gerinda Berdiri

2.5 Mesin Gerinda

Mesin gerinda adalah mesin perautan yang menggunakan bonded

abrasive tools. Bonded abrasive tools ini terdapat pada roda gerinda yang

berputar dengan kecepatan sudut tinggi. Roda gerinda berbentuk seperti disk

yang dirancang untuk stabil pada kecepatan sudut tinggi. Mesin gerinda

banyak digunakan untuk penghalusan benda kerja dan pembuatan serta

penajaman alat-alat perkakas, misalnya mata bor, pahat, penggores, jangka

tusuk, dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan dalam pemakaian mesin

gerinda adalah jenis permukaan batu gerinda yang digunakan. Pada

praktikum mesin gerinda yang digunakan adalah mesin gerinda berdiri

dengan roda gerinda bentuk disk. Jenis permukaan batu gerinda adalah

bonded abrasive tools.

25

Page 26: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Pengasahan Pahat HSS dengan Mesin Gerinda adalah sebagai berikut :

1. Memeriksa secara visual keadaan sudut potong, dan mempertahankan

jika sudah benar.

2. Memegang pahat dengan tangan kiri dan sangga dengan tangan pada

kedudukan.

3. Memegang kepala pahat dengan tangan kanan dan gerakkan sehingga

sisi potong perlahan-lahan bergerak ke muka dan ke belakang,

kemudian gerakkan pahat melintang bidang roda gerinda.

4. Memasukkan pahat kedalam air jika pahat terasa panas.

5. Membalikkan pahat dan gerinda sisi potong lainnya.

26

Gambar 2.33 Perautan dan Pengasahan Pahat

Gambar 2.34 Roda Gerinda dan Benda Kerja

Gerak potong

Gerak makan

Sisi abrasive pada permukaan

Page 27: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

2.6 Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai

seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian

bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan

ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi

dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah

0.05 mm untuk jangka sorong dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang diatas 30

cm. Adapun kegunaan jangka sorong adalah:

Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang

(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;

Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara

"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak

terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan

pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, yaitu:

1. Sebelum melakukan pengukuran bersihkan jangka sorong dan benda yang

akan diukurnya.

2. Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser

dengan bebas.

3. Pastikan angka “0” pada kedua skala bertemu dengan tepat.

4. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan

skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan

pengukuran yang kurang akurat.

5. Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.

6. Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan

terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur

kedalaman. Jika sudah pas, kencangkan baut pengunci agar rahang tidak

bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut

pengunci.

7. Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong

diangkat keluar dengan hati-hati dari benda ukur.

27

Page 28: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

8. Untuk mencegah salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar

dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat

dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala utama.

9. Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi

oleh oli setelah dipakai.

Berikut adalah beberapa contoh penggunaan jangka sorong :

Gambar 2.35 Cara Menggunakan Jangka Sorong

untuk Mengukur Diameter Luar

Gambar 2.36 Cara Pengukuran Bagian Dalam Dengan

Menggunakan Jangka Sorong

28

Page 29: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 2.37 Cara Pengukuran Kedalaman Dengan Menggunakan

Jangka Sorong

2.7 Locator Pin

Salah satu tuntutan dalam Jix and Fixture adalah untuk mengerjakan

benda kerja secara tepat, semudah mungkin dan menjamin posisi kedudukan.

Secara umum pelokasian atau locating adalah aspek dimendi dan peletakan

benda kerja yang berkaitan dengan alat potong pada mesin dan benda kerja.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelokasian, yaitu : bentuk geometri

benda kerja, hubungan antara dimensi benda kerja, dimensi dan toleransi

benda kerja, kekasaran permukaan benda kerja, bahan dan sifat benda kerja,

jenis pekerjaan dan jumlah benda yang di proses sekali cekam. Untuk

mendapatkan pelokasian atau locating yang baik dan benar, ada beberapa

tuntutan yang harus dipenuhi pada saat proses pelokasian, antara lain :

1. Pemilihan bentuk dan jenis lokator harus menjamin peletakan benda

kerja yang mudah, cepat dan jelas baik relatif terhadap alat potong

maupun mesin atau elemen benda kerja.

2. Pencapaian posisi benda kerja harus dapat dengan mudah dilakukan

meskipun secara berulang-ulang.

3. Posisi tidak berubah yang diakibatkan adanya proses pencekaman dan

saat proses produksi berlangsung.

29

Page 30: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 2.38 Jenis Locator Pin

4. Locator untuk benda kerja yang besar dan memiliki sifat mudah

berubah atau coran harus dapat distel.

5. Locator yang dapat diatur harus ringan dan mudah.

Ada beberapa jenis locator yang digunakan dalam proser Locating Jix

and Fixture. Salah jenis Locator adalah Locator Pena ( Locator Pin ). Locator

pena atau locator pin mempunyai bentuk yang paling sederhana dan banyak

digunakan. Locator pena atau Locator pin ini mempunyai prinsip kerja yaitu

memanfaatkan bentuk lubang alur atau bentukan dalam lain yang kesil namun

cukup presisi. Salah satu penggunaan locator pena atau locator pin adalah

untuk benda kerja tabung.

30

Page 31: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Diagram Alir Pengerjaan Manufaktur Pin

31

Proses Pemesinan dengan Mesin Bubut

Proses Pemesinan dengan Mesin Bubut

Mencekam Benda pada Mesin Bubut

Mencekam Benda pada Mesin Bubut

Penentuan Dimensi Bahan

Penentuan Dimensi Bahan

Pemotongan Bahan dengan Mesin Gergaji

Pemotongan Bahan dengan Mesin Gergaji

Persiapan dan Pemilihan Bahan

Persiapan dan Pemilihan Bahan

Pengesetan Mesin Bubut

Pengesetan Mesin Bubut

Page 32: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

32

Proses Kerja BangkuProses Kerja Bangku

Pengukuran Sementara dengan

Vernier Caliper

Pengukuran Sementara dengan

Vernier Caliper

Proses Finishing Operasional Mesin Bubut

Proses Finishing Operasional Mesin Bubut

Proses Operasional Mesin Bubut

Proses Operasional Mesin Bubut

Mengatur Letak Tinggi Pahat

Mengatur Letak Tinggi Pahat

Mencekam Benda dengan Ragum

Mencekam Benda dengan Ragum

Proses Pembuatan Ulir dengan Snay

Proses Pembuatan Ulir dengan Snay

Hasil BendaHasil Benda

Page 33: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

3.2 Pemilihan Bahan dan Penentuan Dimensi Benda yang akan dibuat

3.2.1 Bahan (disertai dimensi bahan)

Benda kerja atau bahan yang digunakan dalam praktikum

Teknologi Mekanik I menggunakan proses pemesinan dan kerja bangku

adalah baja karbon (ST 37). Bahan benda yang akan dikerjakan

menggunakan proses pemesinan (perautan) yaitu berbentuk silindris

dengan diameter 30 mm dan panjang 130 mm. Sedangkan bahan benda

kerja yang akan di kerjakan dengan proses kerja bangku mempunyai

diameter 23 mm dan panjang 100 mm.

3.2.2 Dimensi Benda yang diinginkan

Gambar 3.1 Dimensi Hasil Benda yang diinginkan dalam satuan mm

3.3 Proses Pemotongan Bahan

3.3.1 Dimensi Bahan yang dipotong

Gambar 3.2 Dimensi Bahan yang dipotong dalam satuan mm

33

Page 34: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

3.3.2 Proses Pemotongan Bahan dengan Mesin Gergaji

Bahan yang sudah dipilih dan diukur sesuai dimensi yang diinginkan

kemudian bahan tersebut dipotong dengan menggunakan mesin gergaji.

3.4 Proses Pemesinan

3.4.1 Pemotongan Benda dengan Mesin Gergaji

1. Persiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.

2. Angkat tuas gergaji ke atas untuk memasukan bahan besi ke bagian

pemotongan.

3. Dengan menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper) ukur

kebutuhan bahan sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan

panjang 130 mm dan lakukan proses penandaan.

4. Tepatkan mata gergaji pada tanda yang telah di buat pada bahan

kerja.

5. Setelah sudah tepat, lakukan proses pencekam bahan kerja dengan

menguatkan pencekam.

6. Tekan tombol “ON” untuk menghidupkan mesin gergaji.

7. Secara perlahan-lahan turunkan tuas gergaji pada bahan dan tepat

pada tanda yang telah di buat.

8. Selama proses pemotongan dengan mesin gergaji, semprotkan air

ke bagian proses pemotongan agar tidak terjadi pemanasan yang

lebih karena adanya gesekan antara mata gergaji dan bahan kerja.

9. Mesin Gergaji akan mati secara otomatis, jika proses pemotongan

sudah selesai.

Gambar 3.3. Proses Pemotongan dengan Mesin Gergaji dan Dimensi dalam satuan mm

34

Page 35: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Tabel 3. Proses dan Waktu Pemotongan dengan Mesin Gergaji

No. Proses Waktu Keterangan

1Pemotongan bahan kerja

dengan mesin gergaji7 menit

Mesin Gergaji Potong,

Jangka Sorong

(Vernier Caliper) dan

Penggores.

3.4.2 Proses Perautan dengan Mesin Bubut

1. Persiapkan alat – alat yang akan digunakan.

2. Lakukan pengesetan pada mesin bubut, yaitu dengan mengatur

putaran spindle, sesuaikan dengan dimensi benda kerja yang akan

dibubut.

3. Mengatur letak tinggi pahat bubut.

4. Letakkan ujung sisi potong pahat tepat pada dead center, agar pada

hasil akhir pengerjaan permukaannya rata.

5. Benda kerja kemudian dicekam pada chuck yang ada pada mesin

bubut. Pada saat pencekaman, benda kerja yang dicekam jangan

terlalu panjang, dan yang terpenting benda kerja tersebut tidak

goyang pada saat spindle berputar dan aturlah kecepatan spindle

sesuai yang kita inginkan.

Gambar 3.4 Benda kerja yang di cekam dan meletakan pusat

benda kerja dengan Dead Center

35

Benda Kerja

Dead Center

Page 36: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

6. Perautan dilakukan pada benda kerja diameter 30 mm

sepanjang 100 mm. Dan dilakukan proses perautan sesuai

dengan benda yang diinginkan, sebelumnya lakukan proses

pembubutan muka (facing), untuk mendapatkan permukaan rata

dan halus. Facing ujung benda kerja (bekas proses

penggergajian). Pengerjaan dilakukan dengan 2 kali proses.

Setiap proses pemakanan dengan tebal 2 mm.

Gambar 3.5 Langkah 1 Facing dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

7. Dengan menggunakan pahat potong dilakukan pembubutan

sepanjang 100 mm dan sedalam 0,60 mm dengan proses

turning, sehingga didapatkan diameter 28,80 mm sepanjang

100 mm .

Gambar 3.6 Langkah 2 Turning dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

36

Page 37: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

8. Setelah itu, dilakukan proses pembubutan dengan proses

operasional turning sepanjang 40 mm dan sedalam 2,50 mm,

sehingga didapatkan diameter 23,80 mm sepanjang 40 mm.

Gambar 3.7 Langkah 3 Turning dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

9. Tandai jarak 10 mm dari tepi dengan pahat bubut, kemudian

melakukan proses operasional tapering sebesar 15˚ sepanjang

10 mm.

Gambar 3.8 Langkah 4 Tapering dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

10. Setelah memalukan proses operasional tapering dengan sudut

15˚ dan sepanjang 10 mm, lakukan proses operasional turning

37

Page 38: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

dengan kedalaman yang telah di bentuk saat proses operasional

tapering tadi.

Gambar 3.9 Langkah 5 Turning dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

11. Setelah itu melakukan proses operasional turning sepanjang 40

mm sesuai dengan gambar di bawah ini, dengan proses

pengerjaan dilakukan dengan 3 kali proses pengerjaan,

sehingga menghasilkan diameter benda 13,54 mm sepanjang

40 mm.

Gambar 3.10 Langkah 6 Turning dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

38

Page 39: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

12. Selanjutnya adalah langkah finishing. Finishing dilakukan

dengan proses turning dan facing. Untuk turning dilakukan

pada saat memperkecil diameter dari diameter 23,30 mm

menjadi 23 mm. Tetapi hasil menunjukkan, diameter setelah

proses turning menunjukkan 23,15 mm.

Gambar 3.11 Langkah 7 Finishing Turning dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

13. Finishing bagian tapering dengan patokan diameter 23, 15 mm.

Gambar 3.12 Langkah 8 Finishing tapering dan Dimensi

Perautan dalam satuan mm

39

Page 40: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

14. Finishing bagian turning dengan patokan diameter hasil

finishing tapering tadi.

Gambar 3.13 Langkah 9 Finishing turning dan Dimensi

Perautan dalam satuan mm

15. Finishing bagian turning dengan memperkecil diameter 23,80

mm menjadi diameter 23,30 dan sepanjang 10 mm.

Gambar 3.14 Langkah 10 Finishing turning dan Dimensi

Perautan dalam satuan mm

40

Page 41: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

16. Finishing bagian turning dengan memperkecil diameter 30 mm

menjadi diameter 27,90 mm dan sepanjang 9 mm.

Gambar 3.15 Langkah 11 Finishing turning dan Dimensi Perautan dalam satuan mm

17. Finishing bagian turning dengan memperkecil diameter 13,54

mm menjadi diameter 10,90 mm sampai panjang yang

diinginkan.

Gambar 3.16 Langkah 12 Finishing turning dan Dimensi Perautan dalam satuan mm

41

Page 42: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

18. Rubah posisi toolpost dan arah pahat, setting dengan posisi

sudut 45 ˚, kemudian lakukan proses tapering sepanjang 2 mm

seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.17 Langkah 13 Tapering dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

19. Rubah posisi toolpost dan arah pahat, setting dengan posisi

sudut 45 ˚, kemudian lakukan proses tapering sepanjang 4 mm

seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.18 Langkah 14 Tapering dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

42

Page 43: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

20. Setelah itu melakukan proses operasional turning sampai ujung

benda kerja sesuai dengan gambar di bawah ini, dengan proses

pengerjaan dilakukan dengan 4 kali proses pengerjaan,

sehingga menghasilkan diameter benda 10,90 mm.

Gambar 3.19 Langkah 15 Turning dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

21. Dengan menggunakan pahat potong lakukan proses cutting off

pada benda kerja dengan dimensi dan ukuran seperti gambar di

bawah ini.

Gambar 3.20 Langkah 16 Cutting Off dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

43

Page 44: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

22. Lakukan Proses pemotongan dengan menggunakan pahat

potong pada benda kerja dengan dimensi seperti gambar di

bawah ini.

Gambar 3.21 Langkah 17 Pemotongan dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

23. Rubah posisi toolpost dan arah pahat, setting dengan posisi

sudut 15 ˚, kemudian lakukan proses tapering sepanjang ujung

benda seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.22 Langkah 18 Tapering dan Dimensi Perautan

dalam satuan mm

44

Page 45: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

24. Setelah itu hentikan proses pemesinan mesin bubut dan lepas

benda dari cekaman kemudian dengan menggunakan jangka

sorong ukuran benda kerja. Setelah itu dilanjutkan dengan

pembuatan ulir dengan sney.

Tabel 4 . Proses dan Waktu Perautan dengan Mesin Bubut

No. Proses Waktu Keterangan

1 Centering bahan kerja 20 menitChuck, Kunci Chuck,

Palu Lunak dan Pahat

2Mensetting tinggi pahat

potong10 menit

Kunci Shock, Pahat

dan Pelat tipis

3 Langkah 1 Facing 5 menit Pahat

4 Langkah 2 Turning 20 menitPahat dan Vernier

Caliper

5 Langkah 3 Turning 15 menit Pahat dan Vernier Caliper

6 Langkah 4 Tapering 10 menitPahat, Vernier Caliper dan Kunci Pas 17

7 Langkah 5 Turning 15 menit Pahat dan Vernier Caliper

8 Langkah 6 Turning 60 menit

Chuck, Kunci Chuck,

Palu Lunak, Pahat,

Kunci Shock

Toolpost, Pelat Tipis

dan Vernier Caliper.

9Langkah 7 Finishing

Turning5 menit Pahat, vernier caliper

10Langkah 8 Finishing

tapering7 menit

Kunci 17, Toolpost,

Pahat, Vernier

Caliper

45

Page 46: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

11Langkah 9 Finishing

Turning6 menit

Kunci 17, Pahat,

Veriner Caliper

12Langkah 10 Finishing

Turning5 Menit

Pahat, Vernier

Caliper

13Langkah 11 Finishing

Turning7 Menit

Pahat, Vernier

Caliper

14Langkah 12 Finishing

Turning18 Menit

Pahat, Toolpost,

Vernnier Caliper

15 Langkah 13 Tapering 6 Menit

Kunci 17, Toolpost,

Pahat, Vernier

Caliper

16 Langkah 14 Tapering 9 Menit

Kunci 17, Toolpost,

Pahat, Vernier

Caliper

17 Langkah 15 Turning 25 Menit

Chuck, Kunci Chuck,

Palu Lunak, Pahat,

Kunci Shock

Toolpost, Pelat Tipis

Dan Vernier Caliper

18 Langkah 16 Cutting Off 5 Menit

Pahat, Pelat Tipis,

Kunci Shock, Vernier

Caliper

19 Langkah 17 Pemotongan 8 MenitPahat, Vernier

Caliper

20 Langkah 18 Tapering 11 Menit

Kunci 17, Pahat,

Vernier Caliper,

Toolpost.

Total 4 Jam 45 Menit Benda Jadi

46

Page 47: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

3.4.3 Proses Pembuatan Ulir dengan Sney

Gambar 3.23 Proses Pembuatan Ulir dengan Sney

Tabel 5 . Proses dan Waktu Pembuatan Ulir dengan Snei

No. Proses Waktu Keterangan

1

Pembuatan Ulir dengan Sney 5 menit

Proses pembuatan ulir luar dengan menggunakan sney pada benda kerja yang berdiameter 9.8 mm dengan spesifikasi ulir M 10x1,75.

3.5 Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum dengan Benda Kerja yang diinginkan

47

Page 48: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

3.5.1 Pemotongan Benda dengan Mesin Gergaji

Gambar 3.24 Dimensi Benda yang diinginkan dari proses pemotongan

benda dengan mesin gergaji dalam satuan mm

Gambar 3.25 Dimensi Benda hasil praktikum dari proses pemotongan

benda dengan mesin gergaji dalam satuan mm

Tabel 6 . Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum Proses Pemotongan dengan Mesin Gergaji dengan Benda Kerja yang diinginkan

No HasilUkuran yang di inginkan

Hasil Praktikum

Keterangan

SesuaiTidak Sesuai

1 Panjang 130 mm 130,20 mm √

2 Diameter 30 mm 30 mm √

48

Page 49: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

3.5.2 Proses Perautan dengan Mesin Bubut

Gambar 3.26. Dimensi Benda yang diinginkan dari proses perautan

dengan mesin bubut dalam satuan mm

Gambar 3.27. Dimensi Benda hasil praktikum dari proses perautan

dengan mesin bubut dalam satuan mm

Tabel 7 . Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum Proses Perautan dengan Mesin Bubut dengan Benda Kerja yang diinginkan

No HasilUkuran yang di inginkan

Hasil Praktikum

Keterangan

SesuaiTidak Sesuai

1 Tapering 2 mm x 45 ˚ 2 mm x 45 ˚ √

49

Page 50: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

2 TurningǾ : 23 mm Ǿ : 23,15 mm √

l : 10 mm l : 10 mm √

3 Tapering 10 mm x 15˚ 9 mm x 15˚ √

4 Turning l : 10 mm l : 11 mm √

5 TurningǾ : 23 mm Ǿ : 23,30 mm √

l : 10 mm l : 10 mm √

6 TurningǾ : 28 mm Ǿ : 27,90 mm √

l : 5 mm l : 5 mm √

7 Tapering 4 mm x 45˚ 4 mm x 45˚ √

8 TurningǾ : 12 mm Ǿ : 10,90 mm √

l : 51 mm l : 51 mm √

9 Cutting OffǾ : 10 mm Ǿ : 10 mm √

l : 3 mm l : 3 mm √

10 Tapering 21 mm x 15˚ 21 mm x 15˚ √

3.5.3 Proses Pembuatan Ulir

50

Page 51: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Gambar 3.28. Dimensi Benda yang diinginkan dari proses pembuatan ulir

dengan snay dalam satuan mm

Gambar 3.29. Dimensi Benda hasil praktikum dari proses pembuatan ulir

dengan snay dalam satuan mm

Tabel 8 . Penyesuaian Dimensi Hasil Praktikum Proses Pembuatan Ulir dengan

Benda Kerja yang diinginkan

No HasilUkuran yang di inginkan

Hasil Praktikum

Keterangan

SesuaiTidak Sesuai

1 Panjang 30 mm 30 mm √

2 Diameter M12 x 1.75 M10,90 x 1.75 √

3 Sudut Ujung 15˚ 15˚ √

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

51

Page 52: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

1. Setiap benda kerja memiliki beberapa sifat mekanik dan perlakuan

panas dengan adanya gesekan yang terus menerus diantara 2 benda

yang bergesekan.

2. Memproses dengan menggunakan mesin akan lebih baik daripada

menggunakan cara manual baik ditinjau dari segi efesiensi waktu,

biaya yang dikeluarkan dan produk yang dihasilkan.

a) Praktikum Pemotongan Benda dengan Mesin Gergaji

Pada pemotongan benda kerja dalam praktikum manufaktur pin

kali ini, pemotongan benda kerja menggunakan mesin gergaji potong

sehingga proses dapat berlangsung dalam waktu yang cepat dan

hasilnya sesuai dimensi yang kita inginkan.

b) Praktikum Membubut

Dari hasil praktikum bubut dan disertai pembekalan teori mengenai

segala sesuatu tentang mesin bubut, didapat hal-hal apa saja yang

perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam

proses pengerjaan mesin bubut. Selain dengan memperhatikan proses

pengerjaan yang benar, membubut diperlukan ketelatenan karena

dalam penyesuaian ukuran terhadap hasil yang diinginkan dibutuhkan

ketelitian dan perencanaan yang baik. Keuntungan membubut lebih

mudah untuk mendapatkan hasil yang presisi, halus dan sempurna bila

dibandingkan dengan kerja tangan. Selain itu, dapat diperkirakan

waktu pengerjaan untuk pembuatan produk.

c) Praktikum Kerja Bangku

Pada pengerjaan kerja bangku, pengerjaan yang dilakukan adalah

sney atau pembuatan ulir luar. Dari proses sney merupakan proses

pembuatan ulir luar pada benda kerja silinder atau locator pin.

4.2. Saran

52

Page 53: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Untuk praktikum kedepannya diharapkan mempelajari teori-teori dengan

baik dan melakukan penyusunan planning pengerjaan terlebih dahulu supaya

pengerjaan sesuai dengan yang diharapkan dan waktu penyelesaiannya juga

tepat.

Pengaplikasian teori-teori yang didapat tidak seluruhnya dapat dilakukan

karena pada situasi dan kondisi tertentu dapat juga terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan sehingga diperlukan rencana lanjutan agar pengerjaan dapat

dilakukan lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Diktat Teknologi Mekanik I. 2001. Pendidikan Teknik Mesin Setingkat Diploma I. Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS.

Anonim. 2011. Teknik Permesinan, (Online), (http://herucaturprasetiyo36.com, diakses tanggal 18 Mei 2012).

53

Page 54: landasan teori machining teknologi mekanik

Program Studi D3 Teknik Mesin

Laporan Praktikum Teknologi Mekanik I

Anonim. 2010. Perkakas Tangan, (Online), (http://egy-ariyanto.blogspot.comhtml, diakses 18 Mei 2012).

Anonim. 2009. Mesin Gergaji Pembesar Lubang, (Online), (http://teorikuliah.blogspot.com/2009/07/.html, diakses 18 Mei 2012).

Toyota Service Division.2000.New Step 1. Toyota Astra Motor:Jakarta

Ir. Nur Husodo, M.S.2009.Jix and Fixture. Surabaya

54