Landasan Teori IKEA
-
Upload
saeful-azis -
Category
Documents
-
view
260 -
download
1
Transcript of Landasan Teori IKEA
-
8/10/2019 Landasan Teori IKEA
1/6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS
Menurut Merchant, control (pengendalian) dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Action controls,
Digunakan atau diterapkan untuk memastikan bahwa para karyawan bekerja atau
melakukan tindakan yang bermanfaat bagi perusahaan ataupun sebaliknya. Jadi dalam action
controls, pengandalian lebih difokuskan pada tindakan atau aktivitas karyawan. Pengendalian
ini juga bersifat direct (langsung), dimana terdiri atas 4 bentuk:
a. Behavioral constraints,
Adalah pengendalian dengan membatasi tindakan seseorang. Hal ini dapat dilakukan melalui 2
cara, yaitu:
Physical constraints, seperti pemasangan kunci pada tempat-tempat tertentu,
pemasangan password pada komputer, dan pembatasan akses karyawan pada area
tertentu, misalnya gudang. Pada era teknologi saat ini juga udah banyak ditemukan
bentuk-bentuk lain dari physical constraints, seperti: magnetic identification-card
readers, alat deteksi suara, sidik jari, bahkan retina mata. Administrative constraints, bentuk umum dari administrative constraints adalah
pembatasan otorisasi pengambilan keputusan dan pemisahan fungsi.
b. Preaction reviews, dilakukan dengan pemeriksaan terhadap setiap rencana kegiatan
individu yang akan kita awasi.
c. Action accountability, dilakukan untuk memastikan agar tiap karyawan bertanggung jawab
atas tindakannya, dengan cara menentukan tindakan-tindakan yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh, mengkomunikasikan kedua hal tersebut kepada karyawan yang
bersangkutan, melakukan observasi dan pengawasan apakah hal tersebut telah
dilaksanakan oleh para karyawan, dan memberikan rewards / punishment terhadap
tindakan yang sesuai / tidak sesuai dengan yang telah dikomunikasikan sebelumnya.
-
8/10/2019 Landasan Teori IKEA
2/6
d. Redundancy, dilakukan dengan menempatkan karyawan ataupun mesin-mesin (peralatan)
dengan jumlah lebih besar dari kondisi ideal atau dapat dikatakan menggunakan sistem
back-up.
2. Result controls
Pengendalian ini lebih difokuskan pada pemberian reward bagi seorang atau kelompok
karyawan atas pencapaian hasil yang baik ataupun pemberian punishment bagi seorang atau
kelompok karyawan yang tidak dapat memberikan hasil yang baik bagi perusahaan. Result
controls dapat ditempuh melalui 4 tahap, yaitu:
mendefinisikan hasil yang ingin dicapai,
menentukan cara pengukuran terhadap hasil yang telah dicapai, menentukan target yang ingin dicapai,
dan memberikan rewards ataupunishment.
3. Personnel and cultural controls
Pengendalian ini diterapkan untuk mengatasi beberapa kekurangan pada kedua tipe
pengendalian di atas. Personnel controls digunakan untuk membangun kecenderungan
(kesadaran) bagi individu (karyawan) untuk berusaha mengandalikan diri sendiri. Personnel
controls dapat dilaksanakan melalui 5 langkah:
a. Selection and placement
b. Training
c. Job design and provision of necessary resources
Sedangkan cultural controls didisain untuk mendorong terciptanya mutual-monitoring,
yaitu sebuah tekanan bagi individu (seorang karyawan) untuk mematuhi norma-norma dan
nilai-nilai yang ada di dalam sebuah kelompok di mana ia berada. Menurut Merchant, ada 5
cara untuk membentuk suatu culture (kebudayaan) yang juga dapat mempengaruhi cultural
control, yaitu:
a. Codes of conduct, dapat berupa peraturan tertulis yang bersifat formal. Pernyataan yang
berisi nilai-nilai perusahaan, komitmen terhadap para pemegang saham, dan sebagainya.
-
8/10/2019 Landasan Teori IKEA
3/6
b. Group-based reward, berupa pemberian rewards kepada sebuah kelompok (secara
kolektif).
c. Intraorganizational transfer, dengan saling bertukar pengalaman antardivisi dalam sebuah
perusahaan dimana secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi
antarindividu dalam perusahaan tersebut.
d. Physical and social arrangement, seperti penataan ruang ataupun disain gedung sebuah
perusahaan yang disesuaikan dengan kebudayaan tertentu, tata cara berpakaian saat
bekerja, serta tata cara percakapan.
e. Tone at the top, dalam hal ini semua bawahan harus mematuhi apa yang dikehendaki oleh
pihak atasan sehingga akan tercipta sebuah kebudayaan yang dimotori oleh para atasan.
Dimana ketiga bentuk dari pengendalian di atas akan selalu berjalan beriringan dan saling
melengkapi. Tetap perlu diperhatikan bahwa di dalam pengendalian manajemen akan selalu
berlaku teori contigency (Harahap, 2001), yaitu tidak ada satu disain sistem pengendalian yang
efektif yang berlaku untuk semua perusahaan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor,
mulai dari ekonomi, sosial, politik, hingga budaya. Selain itu perlu diingat pula bahwa
pengendalian juga harus diterapkan mulai dari proses planning (sebelum pelaksanaan suatu
pekerjaan), saat pekerjaan dilaksanakan, dan hasil dari pekerjaan tersebut. Sebelumnya, Certo(1985) telah mengemukakan adanya 3 jenis pengendalian ditinjau dari segi waktu
pelaksanaannya, yaitu:
a. Precontrol-feed forward, pengendalian yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai,
misalnya melalui perekrutan karyawan secara ketat dan selektif.
b. Concurrent control, pengendalian yang dilakukan saat pekerjaan dilakukan (seperti action
control dari Merchant).
c.
Feedback control, pengendalian yang dilakukan setelah pekerjaan selesai denganmemberikan self correcting dan non correcting system.
-
8/10/2019 Landasan Teori IKEA
4/6
B. REWARD CONTROL SYSTEM
Penghargaan (reward)adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang
diberikan, baik oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya diberikan
dalam bentuk materi atau ucapan. Dalam organisasi ada istilah insentif, yang merupakan suatu
penghargaan dalam bentuk material ataupun non material yang diberikan oleh pihak pimpinan
organisasi perusahaan kepada karyawan agar mereka bekerja dengan menjadikan modal
motivasi yang tertinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan atau
organisasi. Ada tiga fungsi penting dari penghargaan yang berperan besar bagi pembentukan
tingkah laku yang diharapkan :
1. Memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai prestasi
2.
Memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan lebih
3. Bersifat universal
Terdapat tiga bentuk reward yang dapat diberikan kepada individu dalam sebuah organisasi,
yang disebut sebagai The Reward Triangle; yaitu:
1. Direct financial Reward, seperti peningkatan gaji, bonus, komisi, contest, insentif dan
lainnya.
2.
Career Advancement, seperti teritory yang luas, pelanggan ukuran besar, promosi jabatan
dan lainnya.
3. Recognition, sertifikat penghargaan pencapaian prestasi, recognition dinners, bingkisan,
tropi, berita di media organisasi dan keanggotaan pada kelompok khusus.
Terdapat beberapa maksud dari pemberian reward di dalam sebuah organisasi yaitu:
1. Penghubung kepentingan organisasi dalam individu. Kepentingan individu seringkali tidak
seiring dengan kepentingan individu, maka dengan pemberian reward yang baik maka
kesenjangan tersebut dapat diatasi.
2. Pilihan organisasi, dengan system rewards yang baik akan memberikan keleluasaan bagi
organisasi untuk memilih calon alternatif individu yang diinginkan sesuai dengan bidangnya
atau kompetensi.
-
8/10/2019 Landasan Teori IKEA
5/6
3. Mempengaruhi kepuasan, didalam perilaku organisasi dikatakan bahwa
kompensasi/reward dapat meningkatkan kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya yang
juga sekaligus memacu motivasi individu kerja.
4.
Umpan balik, standar reward tertentu akan menunjukkan kinerja yang harus diberikan
kepada individu di dalam organisasi dari pekerjaan yang dilakukan.
5. Pemberdayaan, dengan rewards yang cukup baik akan dapat meningkatkan harga diri dan
kepercayaan diri dari individu di dalam organisasi dalam berhadapan dengan
lingkungannya.
Beberapa teori dapat membantu manajemen di dalam mendesain perencanaan reward
yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Namun dalam membangun sebuah program rewards
bukanlah bersifat keilmuan tetapi diperlukan seni dari seorang manajer dalam upaya mencapai
tujuan dan target yang diharapkan. Beberapa bentuk metode reward yang biasa digunakan
dalam manajemen adalah:
Salary
Commission
Incentive Payment
Sales Contest
Personal Benefit
Manajemen reward adalah bagian dari manajemen SDM. Oleh karena itu, memahami dan
mengelola reward tidak terlepas dari kerangka pemikiran dan pengelolaan SDM secara
keseluruhan. Reward policy tidak dapat berdiri sendiri, namun harus terintegrasi dengan sub-
sistem lain dalam manajemen SDM, seperti rekrutmen, manajemen karir, manajemen kinerja,
pengembangan organisasi dll.
Perusahaan yang memiliki strategi rekrutmen untuk merekrut lulusan terbaik dari
universitas terbaik mestinya menawarkan reward yang kompetitif bagi lulusan terbaik tersebut,
karena lulusan terbaik diinginkan oleh banyak perusahaan. Kompensasi yang tidak menarik
akan membuat strategi rekrutmen tersebut sia-sia.
-
8/10/2019 Landasan Teori IKEA
6/6
Kebijakan tentang reward membawa pesan dari perusahaan tentang apa yang dianggap
penting dan perlu dikembangkan oleh karyawan. Perusahaan yang mendasarkan reward policy-
nya pada masa kerja mengirimkan pesan kepada karyawannya bahwa senioritas berdasarkan
masa kerja adalah hal yang penting. Di sisi lain, perusahaan yang mendasarkan reward policy-
nya pada bobot jabatan mengirimkan pesan bahwa yang dihargai oleh perusahaan adalah
kontribusi yang diberikan karyawan sebagaimana tercermin dalam bobot jabatan yang
dipegangnya.
Karena reward policy mengirimkan pesan dari perusahaan, perlu dipastikan bahwa reward
policy tersebut mendukung strategi dan tujuan bisnis perusahaan. selain itu, perlu dipastikan
bahwa reward policy tersebut dikomunikasikan dan dipahami dengan baik oleh seluruh
karyawan. Selain pesan yang dibawa dalam reward policy, reward itu sendiri adalah komponen
biaya langsung bagi perusahaan. Biaya reward tercantum dalam laporan laba/rugi perusahaan
sebagai biaya SDM atau biaya tenaga kerja. Sebagai komponen biaya langsung, reward perlu
dikelola dengan baik karena berdampak langsung pada kinerja finansial perusahaan.