Landasan Teori Brighted Ovum

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data resmi WHO (1994) abortus terjadi pada 10% dari seluruh kejadian abortus erat kaitannya dengan kuretase, namun tidak semua kejadian abortus atau keguguran harus dilakukan kuretase. Di Inggris, setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced abortion (aborsi akibat diinduksi/ sengaja digugurkan) setiap tahun dan 11.500 kasus di Skotlandia. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada lima juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% diantaranya atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus setiap tahun. Dan frekuensinya terus meningkat setiap tahun. Studi-studi terkini melaporkan 97% wanita merasakan nyeri mulai dari intensitas yang ringan sampai dengan berat selama dan setelah abortus berlangsung. (Niken Yunita Sari, 2009). Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 195 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2019 kematian ibu bisa lebih berkurang menjadi 60-80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan oleh perdarahan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi dari keguguran. Menurut kejadian kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-30% sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain. Dan juga kematian ibu disebabkan oleh keterlambatan rujukan dan transportasi yang sulit. (Niken Yunita Sari, 2009).

description

htrikaka

Transcript of Landasan Teori Brighted Ovum

Page 1: Landasan Teori Brighted Ovum

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Menurut data resmi WHO (1994) abortus terjadi pada 10% dari seluruh kejadian abortus

erat kaitannya dengan kuretase, namun tidak semua kejadian abortus atau keguguran harus

dilakukan kuretase. Di Inggris, setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced abortion (aborsi

akibat diinduksi/ sengaja digugurkan) setiap tahun dan 11.500 kasus di Skotlandia. Di

Indonesia sendiri diperkirakan ada lima juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% diantaranya

atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus setiap tahun. Dan frekuensinya terus

meningkat setiap tahun. Studi-studi terkini melaporkan 97% wanita merasakan nyeri mulai

dari intensitas yang ringan sampai dengan berat selama dan setelah abortus berlangsung.

(Niken Yunita Sari, 2009).

Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 195 per 100.000

kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2019 kematian ibu bisa lebih berkurang menjadi 60-

80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan oleh

perdarahan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi dari keguguran. Menurut kejadian kematian ibu

di Indonesia disebabkan oleh perdarahan sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-

30% sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain. Dan juga kematian ibu disebabkan oleh

keterlambatan rujukan dan transportasi yang sulit. (Niken Yunita Sari, 2009).

Menurut Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) tahun 2007 dari klinik Yasmin Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat, Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa

dijumpai adanya pertumbuhan embrio, dan kejadian kuretase dengan indikasi blighted ovum

sangat jarang ditemukan mungkin hanya berkisar antara 2-3% saja. (Dr.Andon Hestiantoro,

2007).

Janin yang tidak berkembang atau biasa disebut pertumbuhan janin terhambat (PJT)

adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi di mana berat

janin tidak sesuai dengan masa kehamilan. Kondisi ini dapat diketahui apabila berat janin

berada di bawah kisaran normal berat janin yang ditentukan. Selain itu, tanda yang paling

mudah ditemukan adalah tidak seimbangnya besar rahim dengan usia kehamilan. (Dr.Andon

Hestiantoro, 2007).

Menurut Dr. Bambang Fajar, Sp.OG, tahun 2009 dari RS Internasional Bintaro

Tangeranang Banten Kuret atau kuretase adalah sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan

Page 2: Landasan Teori Brighted Ovum

jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami

abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang tertinggal seusai

persalinan. (Dr.Bambang Fajar, 2009)

Dari Data sekunder Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru satu tahun terakhir pasien

yang melakukan kuretase dengan berbagai indikasi seperti keguguran (abortus) baik itu

inkomplit ataupun abortus komplit terdapat 493 dan hanya terdapat 2 orang yang

diindikasikan kuretase dengan blighted ovum atau janin yang tidak berkembang, dan pada

tahun 2012 dari awal januari hingga bulan juli didapatkan bahwa kehamilan dengan janin

yang tidak berkembang yaitu hanya 1 orang dan dilakukan kuretase. (RSUD Banjarbaru

tahun 2011 dan 2012 bulan Januari-Juli)

Berdasarkan pendapat para ahli tentang Blighted ovum atau janin yang tidak berkembang

dan pendapat para ahli tentang kuretase serta didukung oleh data sekunder Rumah Sakit

Umum daerah Banjarbaru yang menyatakan bahwa hanya ada satu pasien dengan Blighted

ovum dan melakukan kuretase maka saya tertarik untuk mengambil kasus dengan judul

“Asuhan Kebidanan pada ibu post kuretase fisiologis dengan Blighted Ovum”, untuk lebih

menambah wawasan serta pengetahuan saya khususnya tentang perawatan setelah kuretase

dengan blighted ovum.

B.     Tujuan

1.    Tujuan umum :

Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada ibu post kuretase dengan blighted ovum di

Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru.

2.    Tujuan khusus :

a.    Mengidentifikasi ibu setelah dilakukan kuretase.

b.    Mengetahui tetang factor penyebab Blighted Ovum.

c.    Mengetahui prosedur kuretase.

d.   Mengetahui perawatan pasca kuretase.

e.    Mengetahui dampak dari kuretase.

f.     Mengetahui pengobatan yang diberikan pada ibu setelah kuretase dengan blighted ovum.

C.     Manfaat

1.    Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang gangguan perawatan setelah kuretase dengan

blighted ovum.

2.   Bagi pasien

Page 3: Landasan Teori Brighted Ovum

Menambah pengetahuan dan wawasan pasien tentang pentingnya untuk memeriksakan

kehamilan agar tidak terjadi blighted ovum.

3.   Bagi Institusi

a.    Pendidikan

Menambah referensi atau sebagai bahan kepustakaan.

b.    Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan menjaga program jaminan mutu pelayanan. 

BAB II

TINJAUAN TEORI

Konsep Blighted Ovum

1.      Pengertian

Menurut Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) dari klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat, Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa

dijumpai adanya pertumbuhan embrio. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007)

2.      Etiologi

Pada kehamilan kosong, plasenta dan kantung kehamilan tetap berkembang secara normal,

yang menjadi masalah hanyalah perkembangan janinnya, kehamilan kosong terjadi karena sel

telur yang dibuahi tidak berhasil berkembang secara sempurna. Meski kantung kehamilan

terus membesar, namun perkembangan janinnya sama sekali tidak terjadi. Kehamilan kosong

atau tidak berkembang dapat diketahui saat melakukan USG (Ultrasonografi). (Dr.Andon

Hestiantoro, 2007).

Gambar janin yang tidak berkembang :

Penjelasan gambar :

Gambar kiri dilihat dengan ultrasonografi, hanya terlihat kantung kehamilan atau rahim yang

membesar namun tidak terlihat ada perkembangan janin didalamnya.

Gambar kanan merupakan hasil setelah kuretase dan diawetkan dapat dilihat bahwa janin

benar-benar tidak berkembang hanya placenta atau ari-ari yang berkembang.

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:

a.       Penyebab ibu

Page 4: Landasan Teori Brighted Ovum

1)      Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat : Faktor keturunan dari ibu

dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat  tidak adekuat selama kehamilan

dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg.

apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal

ditambah dengan 10-12 kg

2)      Penyakit ibu kronik : Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik,

diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat

menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT

3)      Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik

b.      Penyebab janin

1)      Infeksi selama kehamilan : Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela

dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT

2)      Kelainan bawaan dan kelainan kromosom : Kelaianan kromosom seperti trisomi atau

triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18

berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan

sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT

3)      Paparan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin) : Berbagai macam zat yang

bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan

PJT

c.       Penyebab plasenta (ari-ari)

1)      Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang

baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta),

korioangioma, dan plasenta previa

2)      Kehamilan kembar : janin yang satu berkembang dan janin yang lainnya tidak, atau bahkan

keduanya tidak berkembang akibat asupan nutrisi yang kurang baik.

3.      Patofisiologi

Komplikasi juga kerap dialami oleh pasien dengan kehamilan kosong, yaitu pendarahan

akibat kehamilannya tidak normal, perdarahan dapat berhenti jika hasil konsepsi dikeluarkan

dari rahim, Agar pendarahan tidak terjadi terus menerus, ada dua cara yang umumnya

dilakukan untuk mengeluarkan kehamilan kosong. Yaitu dengan menggunakan obat atau

melakukan kuretase. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007).

Konsep Kuretase

Page 5: Landasan Teori Brighted Ovum

1.      Pengertian

Menurut Dr. Bambang Fajar, Sp.OG.,dari RS Internasional Bintaro Tangeranang Banten

Kuret atau kuretase adalah sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa

jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus,

endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang tertinggal seusai

persalinan. (Dr.Bambang Fajar, 2009)

Prosedur kuretase adalah serangkaian pelepasan jaringan yang melekat pada dinding

kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) kedalam

kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan

secara sistematik (Sarwono Prawirohardjo, 2006)

2.      Etiologi

Untuk membersihkan bagian rahim dan merupakan tindakan medis. Biasanya ada dua

alasan mengapa dokter melakukan kuretase yaitu pertama terjadi keguguran, tindakan ini

biasanya pada waktu keguguran atau setelah keguguran selesai dan yang kedua bagian dari

pemeriksaan, yakni jika ada pendarahan di rahim seperti perdarahan yang tidak teratur,

perdarahan ketika berhubungan intim, perdarahan setelah masa menopause dan perdarahan

banyak yang membahayakan nyawa ibu, hasil pemesriksaan menunjukan bahwa janin tidak

berkembang dan tidak dapat diatasi lagi dengan pemenuhan nutrisi atau pengobatan sehingga

harus diambil tindakan kuretase. (Dr.Bambang Fajar, 2009)

3.      Patofisiologi

Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan

yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat

melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu

seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya :

a.       Perdarahan Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi

perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit

pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan.

Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan

melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun

biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, Jika

terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.

Page 6: Landasan Teori Brighted Ovum

b.      Cerukan di Dinding Rahim : Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai

meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan

mengganggu kesehatan rahim.

c.       Gangguan Haid, Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim,

dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.

d.      Infeksi, Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa

memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah

oleh cairan seperti darah.

e.       Kanker, kemungkinan kecil terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak

dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan

yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang

disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.

4.      Perawatan Pascakuretase

a.       Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Misal, ibu harus

menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak

melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar

hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan

penghilang rasa sakit.

b.      Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan,

segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua

karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret

berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST KURETASE 1 HARI

DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU

Tanggal pengakjian : Selasa 17 Juli 2012

Jam : 21.00 WITA

Tempat pengkajian : Ruang Merpati (Nifas) RSUD Banjarbaru

A.    SUBJEKTIF DATA

1.      Identitas

Istri

Nama : Ny. M

Umur : 36 tahun

Page 7: Landasan Teori Brighted Ovum

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Nusantara No.17 RT.07/05, Loktabat Selatan.

Penanggung Jawab

Nama : Tn. D

Umur : 33 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Nusantara No.17 RT.07/05, Loktabat Selatan.

2.      Keluhan Utama : ibu mengatakan 1 hari yang lalu dilakukan kuretase akibat keguguran

dan sekarang ibu mengatakan nyeri yang dirasakan telah sedikit berkurang, darah yang

keluarpun hanya sedikit.

3.      Riwayat perkawinan : kawin 1 kali, pertama kali kawin umur 24 tahun dengan suami

sekarang sudah 12 tahun.

4.      Riwayat haid

a.       Menarche umur : 13 tahun

b.      Siklus : 29 hari

c.       Teratur / tidak: teratur

d.      Lamanya : ± 7 hari

e.       Banyaknya : ± 2-3 kali ganti pembalut/hari

f.       Dysmenorrhea: tidak pernah

5.      Riwayat Obstetri : P1 A1

No Thn Kehamilan Persalinan BayiPenyulit

nifas

Page 8: Landasan Teori Brighted Ovum

UK Penyulit UK CaraTempat/

penolongPenyulit BB PB JK

Keadaan

lahirNifas

1

2

2004

2012

Aterm

12 mg

T.A.P

abortus

Aterm

12 mg

Spontan

kuretase

Bidan

dr.Sp.OG

T.A.P

--

3100

--

49

--

L

--

Normal

--

T.A.P

T.A.P

6.      Riwayat Ginekologi

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 17 Juli 2012

Keluhan Masuk Rumah Sakit : Ibu mangatakan telah melakukan USG (ultrasonografi) tadi

pagi dan ditemukan bahwa janinnya tidak mengalami perkembangan sehingga memutuskan

untuk melakukan kuret.

Tindakan yang dilakukan : Kuretase oleh dr.Budi, Sp.OG

Jam dilakukan tindakan : 13.25 WITA

7.      Riwayat keluarga berencana

a.       Jenis : suntik 3 bulan

b.      Lama : 3 tahun

c.       Masalah : tidak ada

8.      Riwayat kesehatan

a.       Klien : ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti

hipertensi, ashma, diabetes militus/kencing manis, jantung dan penyakit menular seperti

TBC, HIV/AIDS.

b.      Keluarga : ibu mengatakan bahwa keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan

seperti hipertensi, ashma, diabetes militus/kencing manis, jantung dan penyakit menular

seperti TBC, HIV/AIDS.

9.      Pola kebutuhan sehari-hari

a.       Nutrisi

1)   Jenis yang dikonsumsi : Nasi, Ikan, Sayur, Air putih.

2)   Frekuensi : 3 kali sehari

3)   Porsi makan : 1 piring

4)   Pantangan : tidak ada.

Page 9: Landasan Teori Brighted Ovum

b.      Eliminasi

1)   BAB : frekuensi : 1 kali sehari

Konsistensi : lembek

Warna : kuning kecoklatan

2)   BAK : frekuensi : 3-4 kali sehari

Warna : kuning jernih

Bau : khas urine.

c.       Personal hygine

Frekuensi mandi : 1 kali sehari

Frekuensi gosok gigi : 1 kali sehari

Frekuensi ganti pakaian : 1 kali sehari/ sesuai kebutuhan.

d.      Aktifitas : ibu mengatakan hanya bisa melakukan aktifitas ringan seperti pergi kekamar

mandi.

e.       Tidur dan istirahat

Siang hari : ± 1 jam

Malam hari : ± 6 jam

Masalah : tidak ada.

f.       Pola seksual : belum dilakukan

Masalah. : tidak ada.

10.  Data psikososial dan spiritual

Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : sedih

Ibadah yang diinginkan ibu saat ini : berdo’a

Pengetahuan ibu tentang penyakit yang diderita : dari petugas kesehatan

Hubungan social ibu dengan keluarga : baik

Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Suami.

B.     OBJEKTIF DATA

1.      Pemeriksaan umum

a.       Keadaan umum : Baik

b.      Kesadaran : Compos mentis

c.       Berat badan : 55 kg

Page 10: Landasan Teori Brighted Ovum

d.      Tinggi Badan : 159 cm

e.       Tanda vital : TD 120/80mmhg, nadi 80x/m, R 22x/m, suhu 36,5oC

2.      Pemeriksaan khusus

a.       Inspeksi

Kepala : tidak ada benjolan, rambut tidak rontok dan tidak berketombe

Muka : terlihat pucat namun tidak paralisys

Mata : simetris, konjungtiva terlihat pucat, sclera putih, tidak

strabismus.

Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran serumen

Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip

Mulut : tidak pucat, tidak pecah-pecah, tidak sariawan/stomatitis.

Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis, dan kelenjar tiroid

Dada : Saat inspirasi dan ekspirasi tidak terlihat adanya retraksi.

Mamae : simetris, tidak terlihat peregangan pada payudara

Perut : tidak terlihat adanya luka bekas operasi.

Tangan : terpasang infuse RL 20 tetes per menit.

Tungkai : tidak terlihat adanya odema dan varises

Genetalia : dibagian vulva tidak terlihat condiloma akuminata dan tidak

nampak odema, tidak ada perdarahan karena darah yang

keluar hanya sedikit.

b.      Palpasi.

Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar tirid

Mamae : tidak teraba benjolan abnormal.

Perut : TFU tidak teraba.

Tungkai : tidak teraba odema dan varises, serta tidak ada tanda

homan’s. 

3.      Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah

Hemoglobin ( HB) : 11,7 gr%

Leukosit : 6.100/mm3

Trombosit : 199000/mm3

Hematosit : 31%

C.     ASSASMENT

Page 11: Landasan Teori Brighted Ovum

Diagnosa : post kuretase hari pertama fisiologis

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : KIE, kolaborasi Dokter.

D.    PLANNING

1.      Memberitahukan hasil pemeriksaan umum kepada ibu yaitu tekanan darah 120/80 mmhg,

nadi 80 kali/ menit, respirasi 22 kali/ menit, suhu 36,5oC. dan hasil dari pemeriksaan

penunjang yaitu hemoglobin 11,7 gr% yang menandakan bahwa ibu tidak mengalami anemia

karena keluar darah akibat kuretase.

“ibu mengetahui hasil pemeriksaan”

2.      Memberikan dukungan psikologis kepada ibu bahwa kuretase yang dilakukan 1 hari yang

lalu untuk menyelamatkan nyawa ibu dikarenakan janin dalam kandungan ibu sudah tidak

dapat dipertahankan lagi, dan harus diambil tindakan secepat mungkin, memberikan

pengertian kepada ibu agar tidak terlalu larut dalam kesedihan akibat kehilangan janinnya,

semoga hal itu menjadi yang terbaik untuk ibu, memberikan dukungan berupa ibu harus tetap

semangat dalam menjalani kehidupan selanjutnya.

“dukungan psikologis telah diberikan”

3.      Menganjurkan ibu untuk menjaga daerah bekas dilakukan kuretase, tidak melakukan

aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu

sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang

diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit, Jika ternyata muncul keluhan,

sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke

dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan

yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan jarang

terjadi perdarahan, ibu tinggal menunggu kesembuhannya.

“ibu bersedia menjaga bekas kuretnya”

4.      Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi 2 kali sehari dan

membersihkan daerah genetalia setiap kali mandi, jika buang air besar harus dicuci dari

depan kebelakang agar kuman yang berada di anus tidak menyebar ke daerah vagina,

sehingga tidak memperbanyak flora normal vagina yang akan menambah lebih banyak

keputihan.serta mencuci tangan setiap kali selesai buang air besar atau buang air kecil agar

terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh kuman ecoli. Jika kebersihan diri dilakukan

dengan benar maka akan mengurangi keputihan yang sedang dirasakan ibu, serta akan

mengurangi pula radang yang dialami ibu.

Page 12: Landasan Teori Brighted Ovum

“ibu mengerti tentang perawatan diri”

5.      Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk tetap

menjaga daya tahan tubuh ibu.

“ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi seimbang”

6.      Melanjutkan terapi dokter berupa injeksi efotax (cefotaxim) 2x1, injeksi antrain 2x1 ampul,

injeksi tricer (Ranitidine) 2x1 ampul.

“ibu telah mendapatkan terapi.”

7.      Menjelaskan pada ibu bahwa ibu dapat hamil kembali setelah menjalani kuret, asalkan

kondisi organ reproduksinya baik, ditambah dengan masa subur yang tidak bermasalah.

namun, seusai kuret ibu dianjurkan untuk mengistirahatkan rahimnya dahulu sampai benar-

benar sehat dan siap hamil, terutama bila kuret dilakukan pada saat kondisi kehamilan tua

karena kondisi uterus sudah membesar sehingga perlu istirahat hingga luka bekas kuret

sembuh total, Pemulihan setelah tindakan kuretase ini tidak membutuhkan waktu lama, kira-

kira 24 jam. Bahkan, 2-3 jam setelah tindakan kuretase, pasien diperkenankan pulang.

Namun, pada masa pemulihan ini sebaiknya pasien ditemani, karena umumnya masih pusing

atau mual akibat pembiusan. Setelah pulang, ibu yang baru saja mengalami tindakan kuretase

sebaiknya istirahat sehari. Bagi ibu yang bekerja, dua hari setelah kuretase biasanya sudah

dapat masuk kerja kembali. Namun, ibu yang bersangkutan sebaiknya tidak melakukan

kegiatan yang berat dulu. Ibu dapat hamil saat mengalami haid kembali setelah kuretase dan

tidak terjadi perdarahan banyak setelah kuretae.

“ibu merasa lega setelah mendapatkan penjelasan bahwa dirinya dapat hamil kembali.

Catatan Perkembangan :

Hari, Tanggal

pengkajian.CATATAN PERKEMBANGAN

Rabu, 18 juli

2012

Jam : 07.00

WITA

S : ibu mengatakan tidak lagi mengalami nyeri dan tidak ad lagi

keluar darah.

O :

Tekanan darah = 100/60 MmHg

Nadi = 64 x/menit

Respirasi = 20 x/menit

Suhu = 360C

A : post kuretase 1 hari Fisiologis

Page 13: Landasan Teori Brighted Ovum

Jam 12.00

WITA

P :

Terpasang infuse RL 20 tetes per menit

Injeksi efotax (cefotaxim) 2x1

Injeksi antrain 2x1 ampul

Injeksi triker (ranitidine) 3x1 ampul.

Pasien pulang dengan keadaan baik.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kehamilan kosong, plasenta dan kantung kehamilan tetap berkembang secara

normal, yang menjadi masalah hanyalah perkembangan janinnya, kehamilan kosong terjadi

karena sel telur yang dibuahi tidak berhasil berkembang secara sempurna. Meski kantung

kehamilan terus membesar, namun perkembangan janinnya sama sekali tidak terjadi.

Kehamilan kosong atau tidak berkembang dapat diketahui saat melakukan USG

(Ultrasonografi). Berdasarkan hasil pemeriksaan ultrasonografi ibu memiliki janin yang tidak

berkembang namun rahim atau uterus ibu terus membesar yang berarti ibu mengalami

blighted ovum dan harus dilakukan kuret agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

kepada ibu seperti perdarahan.

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu

penyebab ibu seperti fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat, faktor

keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat  tidak adekuat

selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Karena penyakit ibu kronik seperti hipertensi

kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat

menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat

membawa ke PJT, Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik. Dari hasil

anamnesa, ibu mengatakan bahwa dia tidak memiliki penyakit keturunan ataupun menular,

berdasarkan data subjektif juga ibu tidak memiliki tubuh yang kecil dan berat badan yang

ringan namun berat badan ibu tidak bertambah banyak selama kehamilan dikarenakan ibu

kurang mengkonsumsi serat, ini merupakan salah satu faktor penyebab dari ibu yang

menyebabkan janin tidak berkembang secara optimal.

Page 14: Landasan Teori Brighted Ovum

Berdasarkan penyebab janin seperti infeksi selama kehamilan, Infeksi bakteri, virus,

protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang

sering menyebabkan PJT, Kelainan bawaan dan kelainan kromosom seperti trisomi atau

triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18

berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan

sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT, atau bahkan akibat paparan teratogen (zat yang

berbahaya bagi pertumbuhan janin), berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat

anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT, dari data yang didapatkan

bahwa ibu tidak pernah mengkonsumsi jenis obat-obatan yang mengandung teratogen.

Dilihat dari hasil pemeriksaan ultrasonografi janin tidak berkembang dikarenakan adanya

kelainan dari kromosom janin sehingga tidak terbentuk secara sempurna dan

perkembangannya menjadi terhambat.

Penyebab dari plasenta (ari-ari) yang menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan

nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada

plasenta), korioangioma, dan plasenta previa, serta kehamilan kembar dapat menyebebkan

janin yang satu berkembang dan janin yang lainnya tidak, atau bahkan keduanya tidak

berkembang akibat asupan nutrisi yang kurang baik, dilihat dari hasil kuret yang telah

dilakukan ditemukan bahwa ada kematian sebagian jaringan dari plasenta yang merupakan

penyebab janin tidak bisa berkembang dengan optimal.

Berdasarkan faktor ibu, janin, dan plasenta serta dari data yang ditemukan dari pasien

ditemukan bahwa yang menyebebkan janin tidak berkembang (blighted ovum) disebabkan

oleh faktor ibu yaitu pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai dengan usia kehamilan

12 minggu yang seharusnya bertambah minimal 3-4 kilogram, namun pertambahan berat

badan ibu hanya kurang lebih 1 kilogram. Disebabkan oleh faktor janin berdasarkan hasil dari

pemeriksaan ultrasonografi janin tidak berkembang kemungkinan besar disebabkan oleh

kelainan kromosom sehingga janin tidak terbentuk secara sempurna dan perkembangannya

menjadi terhambat. Berdasarkan faktor plasenta (ari-ari) setelah dilakukan pengeluaran

dengan kuret ditemukan bahwa ada kamtian sebagian dari jaringan plsenta yang

menyebabkan janin tidak berkembang, dari tiga faktor yang telah disebutkan yaitu faktor ibu,

janin dan plasenta semua menjadi faktor mengapa janin dari ny. M tidak berkembang secra

sempurna dan harus dilakukan tindakan kuretase.

Kuret dilakukan untuk membersihkan bagian rahim dan merupakan tindakan medis.

Biasanya ada dua alasan mengapa dokter melakukan kuretase yaitu pertama terjadi

keguguran, tindakan ini biasanya pada waktu keguguran atau setelah keguguran selesai dan

Page 15: Landasan Teori Brighted Ovum

yang kedua bagian dari pemeriksaan, yakni jika ada pendarahan di rahim seperti perdarahan

yang tidak teratur, perdarahan ketika berhubungan intim, perdarahan setelah masa menopause

dan perdarahan banyak yang membahayakan nyawa ibu, hasil pemesriksaan menunjukan

bahwa janin tidak berkembang dan tidak dapat diatasi lagi dengan pemenuhan nutrisi atau

pengobatan sehingga harus diambil tindakan kuretase. Pada kasus ini ditemukan bahwa ibu

memiliki janin yang tidak berkembang sehingga perlu untuk dilakukan tindakan kuretase

untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan kepada ibu seperti perdarahan.

Keadaan ibu setelah kuret satu hari tidak mengalami perdarahan karena darah yang keluar

pervaginam hanya sedikit-sedikit dan tidak mengalami tanda-tanda bahaya setelah kuret

seperti perdarahan karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di dinding rahim,

gangguan haid, bahkan infeksi. Berdasarkan catatan perkembangan dapat dilihat bahwa

keadaan umum ibu baik dan dari tidak lagi mengalami keluhan sehingga dapat dikatakan

bahwa ibu post kuretase dengan blighted ovum tidak terdapat sisa konsepsi didalam

rahimnya, tidak terjadinya perdarahan setelah dilakukan kuretase disebabkan karena

penanganan yang cepat serta pengambilan keputusan yang tepat dari pihak dokter perawat

dan juga dari pihak keluarga. Pada kasus yang dialami ibu post kuretase dengan blighted

ovum tidak membahayakan jika dilakukan oleh tenaga profesional dan akan menjadi post

kuretase normal sama seperti kuretase yang lainnya. 

BAB V

PENUTUP

1.      KESIMPULAN

Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan embrio dan

kuretase adalah alternatif cara untuk membersihkan rahimyang merupakan sebuah tindakan

medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa

janin yang mengalami abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta

yang tertinggal seusai persalinan.

Pasien yang ditemukan di Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru setelah dilakukan

pemeriksaan dengan ultrasonografi juga mengalami blighted ovum dan dilakukan

penatalaksanaan berupa kuretase.

Dari teori yang didapatkan dan pasien yang ditemukan memiliki beberapa persamaan

setelah kuretase yaitu tidak mengalami perdarahan lagi dan tidak mengalami tanda-tanda

bahaya setelah kuret seperti perdarahan karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di

Page 16: Landasan Teori Brighted Ovum

dinding rahim, gangguan haid, bahkan infeksi sehingga dapat dikatakan bahwa ibu

mengalami masa post kuretase yang normal.

2.      SARAN

a.       Pasien

Saat mengetahui jika dirinya mengalami tanda-tanda hamil atau mengetahui bahwa dirinya

hamil namun tidak mengalami perkembangan pada perutnya atau perut terasa kosong, tidak

ada gerakan janin maka segera memeriksakan diri kepetugas kesehatan untuk mencegah

terjadinya blighted ovum dan menghindari kehilangan bayi dengan dikuretase.

b.      Untuk pelayanan di Ruang Merpati (Ruang Nifas) Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

Memberikan informasi kepada ibu setelah dilakukan kuretase ataupun setelah tindakan yang

lainnya untuk menjaga mutu pelayanan dan meningkatkan kenyamanan bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho    use. 2001. Rencana

Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba

Medika

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP