LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BOL-S1-2017-0036...

34
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Pengertian sistem menurut Sutabri (2012:6) pada buku Analisis Sistem Informasi, pada dasarnya sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya menurut McLeod dikutip oleh Yakub dalam buku Pengantar Sistem Informasi (2012:1) mendefiniskan sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan tujuan yang sama untuk mencapai tujuan. Sistem juga merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, terkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk tujuan tertentu Menurut Susanto (2012:1) menjelaskan bahwa sistem merupakan komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis , dan menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan. Definisi tersebut sesuai dengan definisi menurut O’Brien dan Marakas (2010:5) di mana sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berkaitan, dengan batas yang jelas, bekerja bersama mencapai suatu tujuan umum dengan menerima input dan menghasilkan output dalam suatu proses transformasi yang terorganisir. Sama halnya dengan penjelasan sistem menurut Arnold, Wade (2015:670) yang menjelaskan bahwa prinsip dasar suatu sistem adalah ada sesuatu yang lebih dari sekedar kumpulan dari bagian-bagian yang mempunyai fungsinya masing- masing. Sistem mempunyai tiga fungsi dasar yang masing-masing mempunyai peran tertentu, yakni: a. Input, yaitu mendapatkan dan merakit elemen yang memasuki sistem untuk diproses. Seperti bahan mentah, data dan usaha manusia yang harus diorganisir untuk pemrosesan.

Transcript of LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BOL-S1-2017-0036...

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Pengertian Sistem

Pengertian sistem menurut Sutabri (2012:6) pada buku

Analisis Sistem Informasi, pada dasarnya sistem adalah sekelompok

unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya menurut

McLeod dikutip oleh Yakub dalam buku Pengantar Sistem Informasi

(2012:1) mendefiniskan sistem adalah sekelompok elemen-elemen

yang terintegrasi dengan tujuan yang sama untuk mencapai tujuan.

Sistem juga merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

yang saling berhubungan, terkumpul bersama-sama untuk melakukan

suatu kegiatan atau untuk tujuan tertentu

Menurut Susanto (2012:1) menjelaskan bahwa sistem

merupakan komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi

dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis , dan

menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan. Definisi tersebut

sesuai dengan definisi menurut O’Brien dan Marakas (2010:5) di mana

sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berkaitan, dengan

batas yang jelas, bekerja bersama mencapai suatu tujuan umum dengan

menerima input dan menghasilkan output dalam suatu proses

transformasi yang terorganisir. Sama halnya dengan penjelasan sistem

menurut Arnold, Wade (2015:670) yang menjelaskan bahwa prinsip

dasar suatu sistem adalah ada sesuatu yang lebih dari sekedar

kumpulan dari bagian-bagian yang mempunyai fungsinya masing-

masing.

Sistem mempunyai tiga fungsi dasar yang masing-masing

mempunyai peran tertentu, yakni:

a. Input, yaitu mendapatkan dan merakit elemen yang memasuki

sistem untuk diproses. Seperti bahan mentah, data dan usaha

manusia yang harus diorganisir untuk pemrosesan.

8

b. Processing, yaitu proses transformasi yang mengubah input

menjadi output. Contohnya proses manufaktur, proses pernapasan

manusia, atau perhitungan matematika.

c. Output, yaitu pemindahan elemen yang telah dihasilkan oleh proses

transformasi dalam mencapai tujuan akhirnya. Semisal produk jadi,

jasa manusia, manajemen informasi yang harus ditransmisikan ke

user.

2.1.2 Pengertian Informasi

Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang

berguna dan menjadi berarti bagi penggunanya. Pentingnya suatu

informasi adalah untuk mengurangi ketidak pastian didalam suatu

proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Suatu informasi

akan bernilai bila manfaatnya lebih efektif.

Penjelasan mengenai infomasi menurut Reiner (2011:10)

Informasi merupakan data yang telah terorganisir sehingga memiliki

makna dan nilai yang luas kepada masyarakat. Sedangkan menurut

O’Brien dan Marakas (2010:34) Informasi berarti data yang telah

dikonfersi atau dirubah menjadi konteks yang bermakna dan juga

berguna untuk pengguna yang spesifik.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah

suatu data yang telah diolah sehingga memiki nilai yang berguna.

2.1.3 Pengertian Sistem informasi

Sistem informasi adalah komponen-komponen yang terdiri

dari perangkat lunak, perangkat keras, jaringan, data, dan manusia

yang saling terintegrasi satu sama lain untuk mengumpulkan,

mengubah, memanipulasi, dan menghasilkan informasi yang berguna

dan memiliki nilai bagi pengguna dalam usaha pengambilan keputusan

Berdasarkan Satzinger et al (2014:6) sistem informasi adalah

kumpulan dari komponen yang berkaitan dengan mengumpulkan,

memproses, menyimpan dan menyediakan sehingga menghasilkan

informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas bisnis.

Sedangkan menurut O’Brien dan Marakas (2010:15) yaitu sistem

9

informasi dapat berupa kombinasi yang teratur dari manusia,

hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data,

kebijakan dan prosedur yang menyimpan, mengumpulkan, mengubah,

dan menghasilkan informasi di dalam sebuah organisasi.

Kesimpulan yang bisa ditarik dari pengertian tersebut diatas

adalah bahwa sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen

seperti orang, hardware, software, data networks, dan data

communication yang saling terikat satu sama lain yang bertugas untuk

mengumpulkan, memproses, dan menyediakan informasi didalam

organisasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis.

2.1.4. Pengertian Sistem Informasi Kearsipan

Pengertian arsip bukan hanya berarti kertas saja, menurut

Sedarmayanti (2008:55) tetapi dapat berarti naskah, buku, foto, film,

mikro film, rekaman suara, gambar peta, gambar bagan dan dokumen-

dokumen lain dalam segala macam bentuk dan sifatnya, asli atau

salinan serta dengan segala macam bentuk dan ciptaannya, dan yang

dihasilkan atau diterima oleh sesuatu organisasi/badan, sebagai bukti

dari tujuan organisasi, fungsi, prosedur pekerjaan, atau kegiatan

pemerintah lainnya atau karena pentingnya informasi yang terkandung

didalamnya.

Pengertian arsip di Indonesia, diatur dalam Undang-undang

nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan pada Bab I Ketentuan Umum

Pasal I dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kearsipan adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip.

2. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai

bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara,

pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi

politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam

pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mengingat jumlah arsip yang semakin banyak dibuat dan

diterima oleh lembaga, organisasi, badan maupun perseorangan maka

diperlukan manajemen pengelolaan arsip yang lebih dikenal dengan

10

sistem kearsipan melalui beberapa pekerjaan atau kegiatan untuk

mengelola arsip yang ada.

Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa Sistem

Informasi Kearsipan adalah suatu sistem informasi yang mengelola

data yang menyangkut pengumpulan, pengelolaan, pemusnahan,

pencetakan laporan dan pencarian kembali arsip yang berbasis

komputer sehingga mampu mengelola arsip dengan lebih efektif dan

efesien dan pada akhirnya dapat memberi masukan informasi secara

aktual dan akurat tentang perumusan kebijakan, strategi dan program

pembangunan.

2.1.5 Pengertian Evaluasi Sistem

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu

perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monotoring dan evaluasi. Tanpa

evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi

tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.

Menurut Arikunto (2010:11), evaluasi sebagai sebuah proses

menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang

direncanakan utnuk mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan

menurut Brender (2006:3), evaluasi dapat didefinisikan sebagai

tindakan yang berkaitan pada pengukuran atau eksplorasi dari properti-

properti sebuah sistem. Serta menurut Arifin (2012:5). menyatakan

evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang

diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas, sesuatu, baik yang

menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai

pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Evaluasi dapat

diselesaikan selama perencanaan, pengembangan, atau operasi dan

pemeliharaan sebuah sistem IT. Tujuan dari evaluasi adalah

menyediakan dasar bagi sebuah keputusan mengenai investigasi sistem

IT dalam konteks pengambilan keputusan (decision- making).

Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah

dikemukakan beberapa ahli diatas, dapat ditarik benang merah tentang

evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh

seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.

11

Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil

yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan

ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan

efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan

inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk

menghasilkan output lewat suatu proses. Jadi evaluasi bukan

merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut

senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang

telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang

dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

2.1.6 Pengertian Flowchart

Menurut Jogiyanto (2005:802) Bagan alir program (program

flowchart) merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem,

yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem. Sedangkan

menurut Pahlevy (2010:5) Flowchart (bagan alir) adalah gambaran

dalam bentuk diagram alir dari algoritma-algoritma dalam suatu

program, yang menyatakan arah alur program tersebut.

Flowchart terbagi dalam 5 jenis antara lain :

2.1.6.1 Flowchart Sistem

Flowchart Sistem merupakan bagan yang

menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di

dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari

prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain,

flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan

prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu

sistem.

Flowchart Sistem terdiri dari data yang mengalir

melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu.

Data dan proses dalam flowchart sistem dapat digambarkan

secara online (dihubungkan langsung dengan komputer) atau

offline (tidak dihubungkan langsung dengan komputer,

misalnya mesin tik, cash register atau kalkulator)

Berikut contoh sederhana dari Flowchart Sistem :

12

Gambar 2.1 Contoh Sederhana Flowchart Sistem

2.1.6.2 Flowchart Paperwork

Flowchart Paperwork menelusuri alur dari data yang

ditulis melalui sistem. Flowchart Paperwork sering disebut

juga dengan Flowchart Dokumen.

Kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur

form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik

bagaimana alur form dan laporan diproses, dicatat dan

disimpan.

13

Berikut contoh flowchart dokumen mengenai alur

pembuatan kartu anggota untuk suatu perpustakaan :

Gambar 2.2 Contoh Sederhana Flowchart Paperwork

14

Tabel 2.1 Daftar Simbol Flowchart Dokumen

1 DokumenMenunjukan dokumen input dan output baik untuk

proses manual, mekanik atau komputer.

No Gambar Nama Keterangan

2 Proses Manual Merupakan proses manual dalam flowchart.

10 Input/Output Mewakili data input/output.

9 Terminal Menunjukan awal dan akhir dari bagan alir dokumen.

8 Keputusan Menunjukan tahapan pembuatan keputusan

7Arus dokumen/

pemrosesanMenunjukan arus dari proses.

6 Simbol KeyboardMerupakan input data yang menggunakan online

keyboard.

5 Offline StorageMenunjukan tfile non-komputer yang diarsip urut

tanggal (cronological)

4File Hardisk/

Database

Menunjukan kegiatan input atau output menggunakan

hardisk.

3 Simbol Proses

Komputerisasi

Menunjukan kegiatan proses dari operasi program

komputer.

11 Penjelasan Menunjukan penjelasan dari suatu proses

12 ConnectorMenunjukan penghubung ke halaman yang sama atau

ke halaman lain

C

13 Arus dari Jaringan Data melalui channel komunikasi

2.1.6.3 Flowchart Skematik

Flowchart Skematik mirip dengan Flowchart Sistem

yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart

Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol

flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar

komputer, peripheral, form-form atau peralatan lain yang

digunakan dalam sistem.

Flowchart Skematik digunakan sebagai alat

komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak

15

familiar dengan simbol-simbol flowchart yang konvensional.

Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart

akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk

mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti flowchart.

Gambar-gambar ini mengurangi kemungkinan salah

pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh ketidak-

mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-

gambar juga memudahkan pengamat untuk mengerti segala

sesuatu yang dimaksudkan oleh analis, sehingga hasilnya lebih

menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian.

2.1.6.4 Flowchart Program

Flowchart Program dihasilkan dari Flowchart

Sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih

rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur

sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap

langkah program atau prosedur dalam urutan yang tepat saat

terjadi.

Programmer menggunakan flowchart program untuk

menggambarkan urutan instruksi dari program komputer.

Analis Sistem menggunakan flowchart program

untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam

suatu prosedur atau operasi.

2.1.6.5 Flowchart Proses

Flowchart Proses merupakan teknik penggambaran

rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-

langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem.

Flowchart Proses digunakan oleh perekayasa

industrial dalam mempelajari dan mengembangkan proses-

proses manufacturing. Dalam analisis sistem, flowchart ini

digunakan secara efektif untuk menelusuri alur suatu laporan

atau form.

16

2.1.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang

dilakukan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai

tujuan penelitian.

2.1.7.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan

digunakan untuk memperoleh data dari sumbernya secara

langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan

pertanyaan.

Menurut Sugiyono (2012:142) angket atau kuesioner

merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang

akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan

responden, akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik

sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data

obyektif dan cepat.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

kuesioner merupakan upaya yang dilakukan dalam penelitian

untuk mengumpulkan data langsung dari sumbernya yang

obyektif dan bisa membantu dalam penelitian.

2.1.7.2 Observasi

Observasi merupakan proses pengamatan dan

pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang

diteliti. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012:145)

mengemukakan bahwa, observasi merupakan proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah

17

proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam menggunakan

teknik observasi, hal terpenting yang harus diperhatikan ialah

mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.

Teknik pengumpulan data dengan observasi

digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang

diamati tidak terlalu besar.

Dapat diambil kesimpulan bahwa observasi

merupakan suatu proses memahami, mencari tahu, dan

mendalami suatu peristiwa secara detail dengan terjun

langsung dalam peristiwa atau menekan pada objek.

2.1.7.3 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

apabila hal-hal dari responden yang lebih mendalam menganai

permasalahan yang terjadi di dalam objek penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:410), wawancara adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Selain itu Sugiyono

(2008:412), menjelaskan juga bahwa wawancara terstruktur

digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau

pengumpul data telah diketahui dengan pasti tentang informasi

apa yang akan diperoleh.

Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2008:415),

mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan

wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian

kualitatif, yaitu :

Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.

Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi

bahan pembicaraan.

Mengawali atau membuka alur wawancara.

18

Melangsungkan alur wawancara.

Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan

mengakhirinya.

Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah

diperoleh.

Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa wawancara merupakan upaya yang dilakukan seseorang

atau suatu pihak untuk mendapatkan keterangan, atau pendapat

mengenai sesuatu hal yang diperlukannya untuk tujuan

tertentu, dari seseorang atau pihak lain dengan cara tanya

jawab.

2.1.7.4 Skala Pengukuran

Skala itu sendiri salah satu artinya, sekedar

memudahkan, adalah ukuran-ukuran berjenjang. Skala

penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu

yang pilihannya berjenjang, misalnya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10. Skala Likert juga merupakan alat untuk mengukur

(mengumpulkan data dengan cara “mengukur-menimbang”)

yang “itemnya” (butir-butir pertanyaannya) berisikan

(memuat) pilihan yang berjenjang.

Skala Likert menurut Djaali (2008:28) ialah skala

yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala

atau fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu skala

psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan

merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset

berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert,

pendidik dan ahli psikolog Amerika Serikat. Rensis Likert

telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap

masyarakat di tahun 1932.

19

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan

Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif.

Ramli (2011:9) menjelaskan bahwa skala

pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

atau tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval

yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur tersebut bila

digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif.

Sedangkan menurut Sugiyono (2008:132), skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Skala Likert itu sebenarnya untuk

mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap

sesuatu objek, yang jenjangnya bisa tersusun atas lima poin

seperti dibawah ini :

Sangat Setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak setuju

Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data

yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan

lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala

dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris

menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil

kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata

20

sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar

yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif

terhadap suatu pernyataan

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban

yang diberikan dalam penilaian skala likert dapat diberi skor,

misalnya :

Sangat Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5.

Setuju/ sering/ positif diberi skor 4.

Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3.

Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2.

Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor

1.

Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk

kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu

kutub karena pilihan “netral” tak tersedia. Selain pilihan

dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan

juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi

empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik

hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut

ternyata sangat mirip. Dari penjelasan tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa Skala Likert merupakan metode skala

bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif

terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang

digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang

memilih salah satu kutub karena pilihan “netral” tak tersedia.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Metode BTripleE

2.2.1.1 Mengukur IT Value

Menurut Van der Zee (2002:36), sebuah pengukuran

IT Value yang sistematik dan konsisten harus didasarkan pada

dua kunci atribut, yaitu :

21

An overall management framework: dikarenakan adanya

kenyataan bahwa aplikasi IT dalam sebuah organisasi

sangatlah kompleks, maka sebuah skema konseptual

untuk menyederhanakan sangat dibutuhkan.

Sebuah framework harus diperlakukan sebagai alat untuk

membantu menavigasi kesulitan. Untuk mengelola,

memonitor, dan menyediakan umpan balik pada nilai IT,

pengukuran nilai IT harus didasarkan pada kerangka kerja

manajemen (diciptakan kerangka BTripleE) yang

menghubungkan tingkat perencanaan bisnis, perencanaan

IT, perencanaan pasokan IT dengan tingkatan penilaian

yang sebanding. Dengan menetapkan nilai IT pada setiap

tingkat, dan dalam konteks yang lengkap, maka

pertanyaan keseluruhan nilai dapat terjawab

A set of key measures for value: hal ini memungkinkan

adanya manajemen IT, dimana sesuai dengan sasaran

organisasi dan tingkatan kerangka kerja dimana ukuran

nilai IT diciptakan.

Kerangka kerja BTripleE merupakan sebuah model

konseptual untuk menyederhanakan pengukuran nilai suatu IT

(Information Technology) dan didesain untuk menentukan nilai

dari suatu aplikasi maupun pasokan IT. Dalam kerangka kerja

BTripleE, dibagi pengukuran IT value dalam tiga level, yaitu :

The business value of IT, dapat didefinisikan sebagai nilai

IT bagi sebuah organisasi secara keseluruhan, dinyatakan

dalam hal peningkatan kinerja organisasi pada biaya

minimum.

The efectiveness of IT, didefiniskan sebagai sejauh mana

IT secara memuaskan mendukung proses bisnis, aktivitas

bisnis dan karyawan bisnis, terlepas dari biaya yang

terkait.

Effectiveness and efficiency of IT supply, effectiveness of

IT supply yaitu sejauh mana produk dan layanan IT

22

sejalan dengan kebutuhan bisnis terlepas dari biaya.

Sedangkan efficiency of IT supply adalah sejauh mana IT

dapat disediakan dengan biaya minimum.

Derajat efektifitas pada tingkatan yang lebih rendah

memberikan dampak efisiensi pada tingkatan yang lebih tinggi.

Misalnya, strategi IT dijalankan dengan lebih efisien

dan arsitektur IT diisi dengan cara yang efektif, jika strategi IT

dan arsitektur IT efektif, maka proses bisnis dan aktivitas

bisnis dapat dijalankan dengan lebih efisien selama IT secara

optimal selaras dan pengguna IT lebih sedikit menghadapi

masalah dalam melaksanakan tugasnya. Demikian pula, jika

proses bisnis dijalankan secara efektif, maka tujuan

stakeholder dapat dipenuhi secara efisien. Konsep efektifitas di

tingkat bawah mempengaruhi efisiensi tingkat yang lebih

tinggi tercermin dalam gambar 2.3 Konsep tersebut

mendasari kebutuhan untuk menilai IT value pada tingkatan

yang berbeda.

23

Gambar 2.3 Efektivitas dan Efisiensi pada Tingkatan yang Berbeda

Sumber: Van der Zee (2002:43)

2.2.1.2 Kerangka Kerja BTripleE

Menurut Van der Zee (2002:43), pengukuran biaya

agregat dan efektifitas utama, bersama-sama di sebut dengan

nilai, dari semua IT (termasuk IT untuk mendukung proses

bisnis dan mengkonfigurasi ulang jaringan bisnis, IT dalam

produk dan layanan, infrastruktur IT dan IT research) yang

berhubungan dengan tingkat manajemen bisnis dalam

kerangka kerja BTripleE.

24

Gambar 2.4 Kerangka Kerja BtripleE untuk Perencanaan IT dan Validasi

Sumber : Van der Zee (2002:44)

Sejauh mana IT memungkinkan dan memberikan

konstribusi dalam memenuhi sasaran bisnis secara efektif dan

efisien membentuk nilai bisnis IT (business value of IT). Hal

ini tercermin dalam gambar 2.4 Sedangkan tingkatan

manajemen IT (IT management) termasuk pengukuran hasil

dari perencanaan IT yang efektif dan penentuan efektifitas

IT dalam mendukung proses bisnis, aktivitas dan karyawan

tanpa terkait dengan biaya dinamakan efektifitas IT

(effectiveness of IT). Pada lapisan ketiga, IT supply

management, mencakup pengukuran hasil perencanaan IT

supply. Pada level ini, efektifitas dan efisiensi persediaan

produk dan layanan IT diukur, kemudian disebut juga dengan

25

efektifitas dan efisiensi pasokan IT (effectiveness and

efficiency of IT supply).

Kerangka kerja yang menghubungkan perencanaan

IT (IT planning) dengan penilaian IT (valuation of IT) pada

level yang telah didefinisikan disebut dengan kerangka kerja

BTripleE. Karena level perencanaan dan nilai saling terkait,

baik ke bawah atau ke atas, setiap perencanaan IT dan

kerangka penilaian harus mendukung kedua keselarasan top-

down serta dampak perencanaan bottom-up. Meskipun tingkat

perencanaan yang berbeda saling tergantung dan iteratif, IT

Value harus diukur pada setiap tingkat yang berbeda, dengan

menerapkan serangkaian yang berbeda dari tindakan yang

tepat. Hanya pada tingkat IT management, aspek efisiensi dari

IT value dikecualikan, karena alasan praktis. Dengan membaca

kerangka BTripleE dari bawah ke atas, nilai IT akan disadari,

jika:

Diperlukan produk dan layanan IT yang dikembangkan,

dikelola, dan dioperasikan secara baik dimana hanya

mengkonsumsi sumber daya yang sedikit (IT supply

efficiency).

IT telah berhasil memberikan konstribusi terhadap kinerja

proses bisnis, aktivitas dan karyawan (IT effectiveness).

IT digunakan untuk potensi penuh dalam hal kontribusi

kepada kinerja organisasi, dengan biaya yang minimum

(business value).

2.2.1.3. Mengukur Business Value of IT

Menurut Van der Zee (2002:46), sebuah

organisasi dapat meningkatkan kinerja jangka pendek dan

jangka panjangnya dalam beberapa cara yang berbeda. Ada

tiga hal penting dalam kaitannya dengan penerapan IT:

Meningkatkan financial performance (mengurangi

atau mencegah biaya operasional atau labor yang tinggi,

26

meningkatkan produktivitas dan pendapatan) melalui

aplikasi IT tradisional untuk meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pada sebuah organisasi.

Meningkatkan business performance (memperluas

pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan,

memperpendek waktu pemenuhan pesanan pelanggan, dan

lain lain) melalui aplikasi IT yang inovatif (melalui

aplikasi internet, intranet, dan ekstranet).

Meningkatkan strategic performance dengan

mengkonfigurasi ulang jaringan bisnis yang terlibat

dalam pembuatan dan pengiriman produk dan jasa, atau

bahkan sepenuhnya menggantikannya dengan IT, sehingga

konfigurasi ulang ruang lingkup bisnis.

Pengukuran business value of IT berkaitan

dengan hubungan antara biaya IT dan kontribusinya pada

peningkatan kinerja organisasi, yang diukur dalam tiga

dimensi, yaitu:

Financial performance, diukur dengan indikator

keuangan seperti profitabilitas, produktivitas,

pendapatan, dan lain lain. Menurut Sethi, Hwang, dan

Pegels dalam Van der Zee (2002:67), ukuran financial

performance ROI dan ROS terlihat sesuai untuk

mengkorelasikan tingkatan investasi IT.

Business performance, diukur dengan indikator non-

finansial seperti tingkat kompetitif, penjualan produk baru,

lead time pengembangan produk, manufacturing lead

time, distribution lead time, kepuasan pelanggan, dan lain-

lain.

Strategic performance, diukur dengan indikator yang

sesuai dengan sasaran manajemen (management’s critical

success factors).

27

Oleh karena itu, melihat lebih dekat pada ketiga

dimensi nilai tersebut dapat mengantarkan kepada pendekatan

untuk mengkaitkan biaya IT dengan nilai bisnis.

Berikut dijelaskan satu persatu mengenai ketiga

dimensi dalam pengukuran nilai bisnis IT.

2.2.1.3.1. Biaya IT dan Financial Performance

Menurut Van der Zee (2002:47), dimensi

penilaian pertama adalah hubungan antara biaya IT

dan kinerja finansial. Satu indikator penting untuk

mengukur kinerja finansial adalah profitabilitas.

Profitabilitas dapat ditingkatkan ketika biaya

operasi dikurangi, dengan arti meningkatkan

produktivitas dan efisiensi melalui IT. Nilai

bisnis IT pada level organisasi pada kasus tersebut

sangat jelas. Indikator kinerja finansial lainnya

adalah pendapatan. Sangatlah sering diasumsikan

bahwa total belanja IT, diukur sebagai presentase

dari pendapatan dari sebuah organisasi.

2.2.1.3.2. Biaya IT dan Business Performance

Menurut Van der Zee (2002:48), dimensi

penilaian kedua adalah hubungan antara biaya IT

dan kinerja bisnis. Kinerja bisnis dapat diukur

dengan menggunakan indikator kinerja non-

finansial, sebagai pengganti dan dalam kombinasi

dengan pengukuran kinerja finansial.

Indikator kinerja non-finansial selalu

digunakan dalam sebuah organisasi, kebanyakan

untuk kontrol internal. Untuk mengkaitkan biaya

IT dengan perbaikan dalam kinerja bisnis, fokus

terhadap hasil aktivitas organisasi dalam pasar

sangat diperlukan, sehingga ukuran berorientasi

eksternal dari kinerja bisnis dibutuhkan. Jumlah

28

konsumen yang dilayani akan menjadi contoh

ukuran berorientasi eksternal untuk mengindikasi

ukuran bisnis. Output bisnis dapat diukur dengan

produk final yang dihasilkan dalam lingkungan

manufaktur, jumlah polis asuransi yang diterbitkan

dan jumlah klaim untuk sebuah perusahaan

asuransi, dan lain lain. Ukuran non-finansial

diklasifikasikan ke dalam organizational

improvement, organizational learning, product

design improvement, production planning dan

evaluation.

Menurut Van der Zee (2002:70), untuk

mengembangkan hubungan antara IT costs dengan

indikator non-financial business performance,

konsep the Balance Scorecard akan diterapkan.

Konsep ini telah dikenal selama beberapa tahun

terakhir, terutama disebabkan karena tingkat

kepraktisannya. Kaplan dan Norton merancang

konsep the Balance Scorecard sebagai suatu

kumpulan ukuran untuk memberikan pihak

manajemen tingkat atas pandangan yang cepat dan

komprehensif mengenai bisnisnya. The Balance

Scorecard memiliki financial measures yang

menunjukkan hasil yang telah dicapai. Financial

measures sendiri dikatakan merupakan indikator

yang difokuskan di pembahasan sebelumnya. The

Balance Scorecard melengkapi financial measures

dengan operational measures pada kepuasan

pelanggan, proses internal, dan inovasi dan

aktivitas peningkatan, yang memicu peningkatan

financial di masa mendatang.

29

2.2.1.3.3. Biaya IT dan Strategic Performance

Menurut Van der Zee (2002:48), dimensi

ketiga pengukuran nilai bisnis IT adalah

mengkaitkan biaya IT dengan strategic

performance dalam organisasi. Financial

performance dapat diukur dengan seberapa jauh

sebuah organisasi menyadari critical success

factor – yang merupakan aktivitas paling kritis

dalam sebuah organisasi yang paling berkontribusi

dalam kesuksesan organisasi. Sangat mungkin

untuk menentukan apakah nilai IT yang paling

baik diperoleh dari mengkaitkan pemakaian IT

dengan critical success factor ini. Dengan kata

lain, tingkatan dari “kesesuaian IT strategic”

dapat diungkapkan dengan menentukan apakah

biaya IT telah disesuaikan dengan strategi bisnis

dan didistribusikan pada critical success factor.

Pendekatan ini berdasarkan pada gagasan bahwa

biaya IT harus difokuskan pada area yang

memberikan dampak terbesar: area paling penting

dalam bisnis organisasi

2.2.1.4. Mengukur Effectiveness of IT

Menurut Van der Zee (2002:49), tingkat berikutnya

dalam kerangka BTripleE menentukan nilai IT yang diukur

melalui kontribusi IT terhadap peningkatan kinerja proses

bisnis kegiatan dan karyawan. Berjuang mengoptimalkan

efektifitas IT menjadi semakin penting karena ketergantungan

pertumbuhan IT dan karena IT semakin terjalin ke dalam

setiap aspek bisnis.

Terdapat sembilan faktor efektivitas dari IT yang

memiliki potensi untuk meningkatkan efektifitas dan

efisiensi dari pelaksanaan proses bisnis dan aktivitas bisnis

yang terdiri dari :

30

1. Automational : mengeliminasi tenga kerja dari proses

2. Informational : mengirimkan informasi kepada pelanggan

sebagai layanan atau produk, dan memperoleh informasi

dari proses untuk tujuan manajemen

3. Sequential : mengubah urutan proses atau memungkinkan

pararelisme

4. Tracking : memonitor status dari proses dan objek

5. Analytical : meningkatkan analisis dari informasi dan

pengambilan keputusan

6. Geographical : mengkoordinasi proses yang terpisah jarak

7. Integrative : mengkoordinasikan antara tugas dan proses

8. Intellectual : menyimpan serta mendistribusikan aset

intelektual

9. Disintermediating : mengeliminasi birokrasi dari proses

dalam proses penyampaian informasi

Ada tiga dimensi yang harus diperhitungkan ketika

menentukan efektifitas IT. Dimensi ini berasal dari sasaran dan

kebutuhan produk bisnis, jasa, proses dan aktivitas bisnis serta

pengguna IT, tetapi juga dari sasaran fungsi penyediaan IT

dalam kaitannya dengan berbagai jenis IT.

Pengukuran efektifitas IT berkaitan dengan:

Mendukung dan memungkinkan produk bisnis, jasa,

proses dan aktivitas, dan ketersediaannya pada karyawan

perusahaan.

Efektifitas dirasakan oleh orang yang menggunakannya.

Aspek teknis yang berasal dari arsitektur dan kebutuhan

infrastruktur di ekspresikan oleh fungsi penyediaan IT.

Ukuran pertama untuk menentukan efektifitas IT

adalah sejauh mana kemampuan IT mendukung

pelaksanaan yang efektif dan efisien dari proses bisnis dan

kegiatan bisnis. Ukuran kedua, pengguna (baik pelanggan,

pemasok, atau karyawan) harus puas dengan konteks dan

konten IT menjadi efektif, yang diukur dengan kemudahan

dalam menggunakan, aksesbilitas, fleksibilitas, kehandalan,

31

dan keamanan. Mengukur kepuasan pengguna dengan

kemampuan IT yang tersedia adalah cara untuk mengukur

kebutuhan mereka dan kebutuhan IT yang efektif, pada saat

yang sama kebutuhan akan pembelajaran, pelatihan, dan

pembinaan bagi pengguna untuk menggunakan IT yang ada.

Kepuasan pengguna sangat penting karena hambatan yang

paling umum untuk efektifitas IT adalah orang, budaya, bukan

kompleksitas IT itu sendiri. Akibatnya, pengukuran efektifitas

IT dalam kaitannya dengan kebutuhan user harus dilakukan

dengan membangun dan memelihara tingkat kepuasan

pengguna dan efektifitas karyawan. Pada akhirnya, pengguna

(pelanggan, pemasok atau karyawan) yang menentukan

apakah IT mendukung kebutuhannya, peranan, dan

kegiatan bisnisnya secara efektif. IT Effectiveness criteria

dari perspektif user terdiri atas :

1. Reliability of IT Applications

Merupakan derajat ketersediaan aplikasi IT apabila

diperlukan, output yang dihasilkan sesuai dengan jadwal,

dan masalah yang timbul dapat diatasi dengan cepat

2. Reliability of Information

Merupakan tingkat ketepatan dan integritas data yang

dihasilkan oleh aplikasi IT, dan derajat dimana output dan

data yang diperoleh pada aplikasi memiliki kesesuaian

dengan aktual

3. Accessibility of Information

Tingkat kecepatan suatu informasi diperoleh dari aplikasi

IT

4. Security of Information

Derajat dimana data yang tersimpan dalam aplikasi

dapat terlindung dari pihak yang tidak berwewenang

5. Ease of Use

Kemudahan dalam penggunaan aplikasi

Sedangkan untuk ukuran ketiga yakni kebutuhan

yang berasal dari fungsi IT supply (pemeliharaan dan

32

pengoperasian aplikasi IT, kepatuhan terhadap standar

arsitektur, dan lain lain) adalah penting untuk dimasukkan

dalam pengukuran efektifitas. Meskipun mereka tidak

memiliki dampak langsung dalam bisnis, tetapi mereka penting

untuk penyediaan layanan IT yang efektif dan efisien serta

pemeliharaan berkelanjutan. Secara tidak langsung, mereka

penting untuk memenuhi kebutuhan efektifitas aplikasi IT

dalam jangka panjang. Karena ketersediaan dan pengiriman

(berbasis IT) produk dan jasa, pelaksanaan (perubahan) proses

bisnis, pasokan IT untuk pengguna dan individu aplikasi IT

semua tergantung pada ketersediaan yang stabil dan

infrastruktur IT yang direncanakan secara menyeluruh.

Menurut Van der Zee (2002:88), efektivitas IT dari

IT supply perspective muncul dari aktivitas yang terkait

dengan aspek operasional, aspek maintenance, begitu juga

dengan kebutuhan architectural secara keseluruhan.

2.2.1.5 Mengukur Effectiveness and Efficiency of IT Supply

2.2.1.5.1. Menetapkan Kinerja IT Supply

Berdasarkan kerangka kerja BtripleE,

kinerja IT supply dipertimbangkan dari dua

elemen, yaitu efektifitas dan efisiensi IT supply.

Kedua aspek ini telah didefinisikan sebelumnya

dan berkaitan dengan sejauh mana tujuan yang

telah ditetapkan atau standar telah terpenuhi.

Perencanaan kegiatan IT supply tidak begitu

mudah, tetapi sangat dinamis. Pemicu dari banyak

sisi yang membangkitkan tindakan IT supply,

memerlukan adaptasi dan perubahan terus

menerus. IT supply harus selaras, seimbang, dan

sejalan serta bertujuan untuk membangun

keharmonisan antara kegiatan IT, tujuan dan

aktivitas perusahaan serta proses bisnis, kegiatan

dan karyawan perusahaan.

33

2.2.1.5.2. Mengukur Kinerja IT Supply

Menurut Van der Zee (2002:54),

pengukuran kegiatan yang sulit untuk dievaluasi

karena karakter tidak berwujudnya harus diatasi

denga membuat kegiatan tersebut menjadi lebih

nyata dan terukur. Hal ini dapat dilakukan dengan

menganalisis proses IT supply, faktor

pengaruhnya, seperti sumber daya, alur kerja dan

kegiatan kerja dalam strukturnya,

ketergantungannya, parameter utama seperti

biaya, waktu, dan efektifitas. Analisis tersebut

meliputi evaluasi faktor-faktor utama yang

mempengaruhi tingkat efektifitas dan efisiensi IT

supply yang tercermin dalam gambar 2.5.

Gambar 2.5 Faktor Efektivitas dan Efisiensi IT Supply

Sumber: Van der Zee (2002, p54)

34

Pada gambar tersebut menggambarkan inti

pusat dari model yang terdiri dari proses IT supply,

dijalankan untuk produk dan jasa secara efektif

dan efisien. Panah di atas menggambarkan saluran

distribusi ke pelanggan: penyelarasan bisnis dan

antarmuka pelanggan di antara proses pengiriman

IT dan pengguna IT. Antarmuka ini mungkin

terdiri dari, misalnya, antarmuka elektronik

(help screen, electronic bulletin board, dan lain

lain), antarmuka manusia (help desks, account

management) dan antarmuka prosedural (Service

Level Aggrements, jadwal produksi, dan lain lain).

Untuk proses kerja yang baik, sumber daya yang

tepat harus ditempatkan untuk mengeksekusi

proses tersebut. Jenis pertama sumber daya adalah

orang, termasuk pengalama yang relevan,

pengetahuan, dan keterampilan.

Kemampuan dan kinerja mereka harus

dinilai serta karakteristik organisasi seperti struktur

dan budaya, yang menyediakan kontekstual

motivasi bagi mereka untuk melakukan proses IT

supply dengan baik. Orang yang efektif dan efisien

akan menggunakan metode, teknik, peralatan dan

sistem (office automation systems, workflow

systems, dan lain lain) yang sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan yang dilakukan. Jenis kedua

dari sumber daya terdiri dari teknologi, fasilitas,

informasi, expert support, dan lain lain yang dalam

model pada gambar 2.5 diberi label sebagai IT

supply infrastructure. Dampaknya besar terhadap

keseluruhan efektifitas dan efisiensi proses IT

supply dan harus dimasukkan dalam setiap

penilaian kinerja yang kredibel.

Manajemen kontrol seperti prinsip-prinsip,

35

prosedur, pedoman, kinerja ukuran dimasukkan

ke dalam tempat dimana untuk menjalankan IT

supply sebagai profesional bisnis. Ini berarti bahwa

kegiatan IT supply direncanakan, dilaksanakan

dalam cara yang terkontrol dan dilacak dan

diverifikasi sampai selesai. Salah satu cara khusus

untuk mengukur kegiatan IT supply adalah

pelacakan biaya terkait dengan IT supply. Bahkan

uang adalah jenis ketiga sumber daya yang penting

untuk dipertimbangkan, sehingga struktur biaya IT

supply harus dinilai juga. Biaya struktur IT supply

harus dikonsolidasikan ke dalam laporan

keuangan seperti neraca dan pernyataan laba rugi,

seperti yang dilakukan dalam setiap aspek lain dari

bisnis.

2.2.1.5.3. Ruang Lingkup dan Tugas IT Supply

Menurut Van der Zee (2002:55), masalah

seperti perbedaan dalam lingkup tugas dan

tanggung jawab sebagai konsekuensi dari

perbedaan antara perusahaan dapat diatasi dengan

terlebih dahulu mengevaluasi struktur organisasi

IT supply dan kemudian mengambil gambaran

proses daripada perspektif fungsional. Salah satu

aspek penting dari efektifitas dan efisiensi IT

supply adalah pertanyaan tentang bagaimana IT

supply harus diatur. Karena peran IT telah berubah

dalam organisasi dari alat pendukung untuk

transaksi proses internal sampai kepada alat

pendukung strategi, fungsi tradisional IT supply

sering tidak lagi memadai. Teori organisasi

telah menunjukkan bahwa struktur IT supply

dipengaruhi oleh lingkungan eksternal organisasi

dan strategi.

36

2.2.1.5.4. Proses Gambaran IT Supply

Menurut Van der Zee (2002:57), karena

tidak ada struktur organisasi tunggal untuk IT

supply dan dukungan aktivitas yang berlaku di

setiap situasi, maka hal yang paling tepat adalah

membahas efektifitas dan efisiensi IT supply dan

proses pendukung yang berbeda, terlepas dari

bagaimana mereka diorganisir. Proses bisnis

seringkali dimodelkan pada value chain Porter.

Berfokus pada kunci primer proses IT supply, dan

hanya dengan sedikit mengutip dari konsepnya,

value chain Porter dapat diterjemahkan ke proses

IT supply sebagai berikut:

Tabel 2.2 Proses IT Supply dalam Value Chain Porter

Sumber: Van der Zee (2002:57)

Value Chain Porter Proses IT Supply

Inbound Logistics Development of IT Applications

Operations Operation of IT

Outbound Logistics Communications Management

Marketing & Sales Account Management

Service Client Support

Karena Operation of IT dan

Communications Management adalah kegiatan

yang serupa dan terpasang secara erat (keduanya

merupakan aktivitas berulang dan terus menerus

yang bertujuan pada aset infrastruktur yang efektif

dan efisien serta pada service management), hanya

satu scorecard yang akan dikembangkan di bawah

label IT infrastructure management. Sehingga

untuk lima proses tersebut ada lima scorecard

yang meliputi ukuran kinerja untuk setiap proses,

yaitu:

37

IT Supply Management, sering disebut

Management of the IT organization.

IT Development Management, sering

disebut System Development and System

Maintenance. Menurut Van der Zee

(2002:102), peran IT development and

maintenance dapat diketaui melalui

framework pada gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6 Roles of IT Development and Maintenance Functions

Sumber: Van der Zee (2002:101)

Jika peran utama terletak pada efficient delivery

and maintenance of large-scale IT applications,

mayoritas ukuran performa yang sesuai

ditemukan pada Scorecards internal

perspective dan customer perspective. Jika

peran terletak pada kuadran kanan atas,

mayoritas ukuran yang sesuai ditemukan pada

Scorecards customer perspective dan

innovation and learning.

38

IT Infrastructure Management, sering

disebut Data Center Management and

Data Communications Management

Account Management

Client Support, sering disebut dengan End-

UserComputing Support and Help Desk.

Menurut Van der Zee (2002:112), setiap

proses IT supply yang penting (IT infrastructure

management, IT development management, dan

client support), telah dikembangkan ke dalam

ukuran Scorecards yang sesuai tersebut. Jika IT

Supply bergerak sebagai bisnis, dalam hal ini jika

kasus IT organization dikelola sebagai profit

center, Scorecards ini dapat dilengkapi dengan

tambahan dua Scorecards : satu untuk account

management dan satu lagi untuk management level

IT supply (IT supply management)

2.3 Kerangka Pikir

Menurut Gregor, Polancik (2009:4) kerangka pemikiran adalah suatu

diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah

penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian

(research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa

konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut.

Gambar 2.7 menjelaskan mengenai karangka pemikiran pada IT

Valuation.

39

Proses

Bisnis

Sistem

Informasi

Kearsipan

Nasional

Struktur

Organisasi &

Deskripsi

Pekerjaan

Business Value of IT

Effectiveness of IT

Effectiveness & Efficiency of IT

Supply

IT Value

Rekomendasi Pengembangan

OU

TP

UT

PR

OS

ES

INP

UT

RE

KO

ME

N

DA

SI

Gambar 2.7 Kerangka pikir IT Valuation

Gambar 2.7 menunjukkan kerangka pikir yang digunakan dalam

melakukan penilaian dan pengukuran terhadap kinerja TI pada ANRI, terdapat

empat kegiatan yang menjadi dasar dari setiap proses yang dilakukan, empat

kegiatan tersebut antara lain input, proses, output, dan rekomendasi.

Hasil keluaran (output) akhir dari penelitian ini berupa rekomendasi

pengembangan. Komponen-komponen yang menjadi input atau yang

dilakukan analisis antara lain proses bisnis, sistem yang sekarang berjalan

(SIKN), dan struktur organisasi & deskripsi pekerjaan. Nilai input yang telah

40

dianalisis tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang

terdapat pada kerangka kerja BTripleE, perbandingan antara nilai input dengan

kriteia yang terdapat pada kerja kerja BTripleE masuk dalam kegiatan proses,

hasil perbandingan tersebut akan menjadi output penelitian yang dilakukan,

GAP antara kondisi yang berjalan dengan kriteria yang terdapat BtripleE akan

menjadi dasar pemberian rekomendasi pengembangan.