LANDASAN TEORI 2 - eprints.umm.ac.id
Transcript of LANDASAN TEORI 2 - eprints.umm.ac.id
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pembebanan
Pembebanan suatu struktur akan dipengaruhi oleh bahan yang bermassa,
maka struktur akan dipengaruhi oleh beratnya sendiri. Pembebanan pada struktur
bangunan gedung dapat dikelempokkan menjadi dua berdasarkan arah kerjanya
yaitu beban vertikal dan beban horizontal. Beban vertikal yakni berupa beban mati
dan beban hidup sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan beban gempa.
Pembebanan horizontal pada struktur direncanakan hanya menerima beban gempa
dikarenakan pada perencanaan struktur beton bertulang beban gempa lebih
dominan dibandingkan dengan beban angin. Dari analisa pembebanan sesuai dengan
peraturan SNI 1727:2019 tentang βPembebanan Minimum Untuk Gedung dan Non
Gedungβ agar diperoleh reaksi-reaksi yang bekerja pada dasar bangunan yang
digunakan dalam perencanaan pondasi tiang pancang.
2.1.1 Gaya Lateral
tiang pancang dapat menerima Gaya lateral yang memiliki arah horizontal
dan Besarnya beban lateral yang harus didukung oleh pondasi bergantung pada
rangka bangunan yang mengirimkan gaya lateral tersebut ke kolom bagian bawah.
Pada beban horizontal terdapat gaya lateral dan momen yang bekerja pada pondasi
tiang diakibatkan oleh gaya gempa, gaya angin pada struktur atas,
2.1.2 Gaya Lateral Ijin
Tiang yang diperhitungkan akan menerima gaya horizontal hendaknya
direncanakan sehingga baik tegangan-tegangan maupun perpindahan-perpindahan
ujung atas tiang (kepala tiang) tidak akan melebihi ketentuan-ketentuan yang
diijinkan. Beban lateral yang diijinkan pada pondasi tiang diperoleh berdasarkan
salah satu dari dua kriteria berikut:
1. beban lateral ijin ditentukan dengan membagi beban ultimit dengan suatu
faktor keamanan.
2. beban lateral ditentukan berdasarkan defleksi maksimum yang diijinkan.
(Rahardjo, 2005)
Perpindahan lateral ijin pada bangunan gedung adalah 6 mm, sedang
untuk bangunan- bangunan yang lain sejenis menara transmisi 12 mm atau
sedikit lebih besar dengan faktor keamanan (F) = 3. (McNulty 1956).
2.1.3 Beban Lateral dan Defleksi Pada Pondasi Tiang
Beban lateral dan momen dapat bekerja pada pondasi tiang akibat gaya
gempa, gaya angin pada struktur atas, dan beban statik. Misalnya tekanan aktif
tanah pada abutment jembatan atau pada soldier pile, tumbukan kapal, dan lain-
lain.
Perkiraan nilai kapasitas dukung lateral pondasi tiang, dapat dihitung dari
data fisik pondasi dan parameter tanah, dengan menerapkan prinsip-prinsip
mekanika. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan tahanan
lateral pada pondasi tiang adalah metode Broms dan metode Brinch Hansen.
1) Metode Bromβs
Metode perhitungan ini menggunakan diagram tekanan tanah yang
disederhanakan dengan menganggap bahwa sepanjang kedalaman tiang
reaksi atau tahanan tanah mencapai nilai ultimit. Berikut ini adalah
beberapa keuntungan menggunakan metode Broms:
a) Dapat digunakan pada tiang panjang maupun tiang pendek.
b) Dapat digunakan pada kondisi kepala tiang terjepit maupun bebas.
Selain itu, ada pula beberapa kekurangan dalam penggunaan metode
Broms, diantaranya yaitu:
a) Hanya berlaku untuk lapisan tanah yang homogen, yaitu tanah
kohesif saja atau tanah non-kohesif saja.
b) Tidak dapat digunakan pada tanah berlapis.
2) Metode Brinch Hansen
Metode Brinch Hansen (1961) dapat digunakan untuk menghitung tahanan
lateral ultimit pada tiang β tiang pendek. Metode berdasarkan teori tekanan
tanah dan memiliki keuntungan karena dapat diterapkan baik pada tanah
homogen, tanah dengan c-Γ dan tanah berlapis, tetapi hanya berlaku untuk
tiang pendek. Tahanan ultimit. tanah pada suatu kedalaman dihitung dengan
menggunakan persamaan:
ππ π’ = π1 . π£ . + π . πΎπ [2.1]
Dimana Kc dan Kq merupakan fungsi Γ dan x/D, yang ketentuannya
seperti pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1. Tahanan lateral ultimit (Metode Brinch Hansen 1961)
Ditinjau tiang yang menahan gaya lateral, dan terletak pada tanah yang
mempunyai kohesi dan gesekan (tanah c β Ο). Persamaan tahanan ultimate
lateral tanah pada sembarang kedalaman z yang didasarkan pada teori tekanan
tanah lateral, adalah sebagai berikut:
pu = po Kq + c Kc [2.2]
dimana :
Po = tekanan overburden vertical
c = kohesi Ko Kq = faktor fungsi π dan z/d Jika kepala tiang terjepit
(tiang jepit), tinggi ekivalen e1 dari gaya H terhadap permukaan tanah
dinyatakan oleh :
e1 = (e + zf) /2 [2.3]
dimana :
e = jarak gaya H terhadap muka tanah
zf = jarak muka tanah terhadap titik jepit Jarak zf tidak diketahui pada
tahap ini. Namun untuk maksud praktis, zf dapat diambil 1,5 m bila tanah
berupa tanah pasir atau lempung kaku, dan 3 m untuk tanah lempung lunak
atau lanau.
2.2 End Bearing Pile (Tahanan Ujung Tiang)
tiang pancang dengan tahanan ujung (end bearing). Tiang ini meneruskan
beban melalui tahanan ujung ke lapisan tanah keras, yang mampu memikul
beban yang di terima oleh tiang pancang.
Lapisan tanah keras ini dapat merupakan lempung keras sampai pada
batuan-batuan tetap yang sangat keras.
1. Bila lapisan tanah keras tersebut terdiri dari batuan keras maka
penentuan daya dukung tiang tidak akan menjadi soal. Dalam hal ini daya
dukung tiang akan tergantung pada kekuatan bahan tiang itu sendiri
2. Bila lapisan tanah tersebut akan terdiri dari lapisan pasir maka daya
dukung tiang tersebut akan sangat tergantung pada sifat-sifat lapisan pasir
tersebut terutama mengenai kepadatan lapisan pasir.
Gambar 2.2 Tahanan ujung tiang /End bearing pile (Masson Albert, 1969)
Untuk menaksir gaya perlawanan lapisan tanah keras tersebut terhadap ujung
tiang yang dilakukan ialah dengan alat sondir. Dengan alat sondir kita dapat
menentukan sampai berapa dalam tiang harus dipancangkan dan berapa daya
dukung lapisan keras tersebut terhadap ujung tiang.
Kemampuan Tiang
a. Terhadap kekuatan bahan tiang
π π‘ππππ = π ππβππ π₯ π΄ π‘ππππ [2.4]
b. Terhadap kekuatan tanah
Q tiang = π΄ π‘ππππ π₯ π
3 [2.5]
Keterangan
Q tiang : daya dukung keseimbangan tiang (kg)
A tiang : luas penampang tiang (cm2)
P : nilai konus dari hasil sondir (kg/cm2 )
3 : faktor keamanan
2.2.1 Friction Pile (Tiang Gesek)
Tiang gesek (Friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih di
tentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya
(Gambar 2.3). Bila lapisan tanah keras letaknya sangat dalam sehingga pembuatan
dan pemancangan tiang sampai lapisan tanah keras sangat sulit dilaksanakan, maka
dalam hal ini kita pergunakan tiang pancang yang daya dukungnya berdasarkan
perletakkan antara tiang dengan tanah (cleef ).
Gambar 2.3 Friction pile/tiang gesek (Masson Albert, 1969)
Hal ini terjadi bila memancangkan tiang dalam lapisan lempung, maka
perlawanan pada ujung tiang akan jauh lebih kecil daripada perlawanan akibat
pelekatan antara tiang dan tanah (cleef), karena itu untuk menghitung daya
dukung tiang yang di pancangkan dalam lempung maka harus menetukan
besarnya gaya pelekatan.
Gambar 2.4 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya (Hardiyatmo,H.C.,2002)
Kemampuan tiang :
Q tiang = 0 π₯ πΏ π₯ π
5 [2.6]
Keterangan
Q tiang : daya dukung tiang (kg)
0 : keliling tiang pancang (cm)
I : Panjang tiang pancang yang masuk dalam tanah (cm)
c : harga cleef rata-rata
5 : angka keamanan (safety factor)
2.2.2 Kombinasi End Bearing dan FrictionPile
Pemancangan tiang dalam beberapa kasus mencapai tanah keras harus
melalui lapisan. Tanah keras harus melalui lapisan tanah keras harus melalui lapisan
tanah lempung terlebih Dahulu sehingga dalam menghitung daya dukung, tiang
pancang mengalami proses friction Sebelum mencapai tanah keras, maka dalam
menghitung daya dukung ultimit digunakan analisis berdasarkan tahanan ujung
(end bearing) maupun perlekatan tanah (friction).
11
Kemampuan Tiang
a. Terhadap kekuatan bahan tiang
π π‘ππππ = π ππβππ π₯ π΄ π‘ππππ
b. Terhadap kekuatan tanah ada beban sementara, beban tetap/statis dan
beban dinamis
Gambar 2.5 end bearing pile dan friction pile (Hardiyatmo,H.C.,2002)
a. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang digunakan untuk mendukung struktur/bangunan bila
lapisan kuat terletak sangat dalam. Pondasi tiang digunakan untuk beberapa
maksud, antara lain :
1) Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau
tanah lunak, ke tanah pendukung yang kuat.
2) Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai
kedalaman tertentu sehingga pondasi bangunan mampu
memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban
tersebut oleh gesekan sisi tiang dengan tanah di sekitarnya.
3) Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke
atas akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan
4) Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya
miring,
5) Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah
tersebut bertambah
6) Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya
mudah tergerus air. (H. C. Hardiyatmo, 2015 : 76)
Silinder Prategang
Gambar 2.6 Panjang dan beban maksimum untuk berbagai macam tipe tiang yang umum
di pakai dalam praktek (Carson, 1965)
Sumber: (H. C. Hardiyatmo, 2015 : 78)
Pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi untuk
suatu bangunan apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak
mempunyai daya dukung (bearing capacity), yang cukup untuk memikul
berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mana
mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan
bebannya letaknya sangat dalam.
Pada umumnya tiang pancang akan dipancangkan tegak lurus kedalam
tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal
maka tiang pancang akan dipancangkan miring (better pile). (Sardjono,
199:1).
13
Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke
tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan
beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau
di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer).
b. Pondasi tiang beton
dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise building).
Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan
sebagai berikut :
1) Melakukan test βboringβ untuk menentukan kedalaman tanah keras dan
klasifikasi panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah
diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang
pancang beton cor di tempat dan tiang pancang beton system fabrikasi.
1) Pondasi tiang pancang beton cor ditempat Proses pelaksanaannya
pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
a) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalaman yang ditentukan
dengan memasukkan besi tulangan beton.
b) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
c) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan
sistem dipompakan dan desakan/tekanan.
d) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan
tanah,
e) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang
telah ditentukan
Gambar 2.7 Pondasi Tiang pancang Beton Cor di Tempat (Sci Geoteknik,2012)
1) Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi
Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton
bertulang telah menemukan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi.
Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi diameter tiang pancang
dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan system βBeton Pra-
Tekanβ
pemasangan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi, sebagai berikut :
a) Dilakukan pengeboran sambil memancangkan tiang pondasi bagian
per- bagian. Kedalaman pengeboran sampai dengan batas
kedalaman tanah keras yang dapat dilihat secara otomatis dari
mesin tiang pancang.
15
b) Kemudian setiap bagian tertentu dilakukan penyambungan dengan
plat baja yang telah dilengkapi dengan βjointβ atau ulir
penyambungan.
Gambar 2.8 Pondasi Tiang Pancang Beton sistem pabrikasi
(Sci Geoteknik, 2012)
2.3 Metode Pemancangan Tiang Pancang
Ada dua cara atau sistem pemancangan tiang pancang.
2.3.1 Drop Hammer System (Gambar 2.9).
Metode hammer adalah dimana proses pemancang tiang pancang dengan
memberikan tekanan beban secara Dinamik pada bagian ujung tiang dengan cara
menjatuhkan beban ke tiang pancang seperti dipukul secara berulang ulang hingga
penetrasi tiang pancang sudah maksimum. dengan spesifikasi teknik adalah
tiang yang digunakan adalah segitiga (28 cm; 32 cm) keuntungannya adalah harga
Mob / Demob murah serta mobilisasi dan setting alat pancang cepat.
Gambar 2.9 Drop Hammer System (Beton Elimindo Perkasa,2008)
a. Metode Kerja Pelaksanaan Pemancangan Menggunakan Drop
Hammer
setelah ditentukannya titik-titik yang akan dilakukan pemasangan tiang
pancang selesai, selanjutnya dilakukan persiapan sebelum pemancangan. Yang
harus dipersiapkan sebelum melakukan pemancangan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan peralatan
Sebelum dimulainya pemancangan, persiapkan alat drop hammer Pastikan
alat siap untuk digunakan dan tidak ada masalah teknis.
2. Tujuan perataan tanah untuk pengerjaan pemancangan menggunakan drop
hammer berbeda dengan alat Hydraulic Static Pile Driver. HSPD
membutuhkan tanah yang rata agar alat tersebut dapat berdiri di atas tanah
yang akan dilakukan pemancangan, sedangkan perataan tanah pada
pemancangan drop hammer dilakukan agar pada saat pemasangan tidak
terjadinya kemiringan pada pondasi.
3. Proses awal pemancangan dimulai dengan mengangkat tiang pondasi
dengan menggunakan service crane, lalu memasukkan tiang pondasi
kelubang pada drop hammer.
4. Setelah tiang pondasi masuk ke dalam lubang atau ring drop hammer,
kemudian operator dan teknisi mengecek kembali apakah ujung tiang
pondasi telah sesuai mengarah ke titik pemancangan yang telah ditentukan
dan mengecek kembali apakah tiang pondasi sudah ada pada posisi
vertikal dan tidak miring
5. Kemudian, tiang pondasi di pukul menggunakan hammer pada alat drop
hammer. Jumlah pukulan tergantung seberapa dalam kedalaman yang
direncanakan sebelumnya. Jika titik kedalaman belum tercapai, tiang
pondasi disisakan sepanjang 50 cm agar dapat dilakukan pengelasan atau
penyambungan ke tiang pondasi.
6. Untuk mengecek penurunan pondasi setiap pukulan, digunakan metode
calendering Dalam metode ini, jumlah pukulan yang digunakan adalah
sebanyak 10 pukulan, dan hanya dilakukan pada 1 pondasi dari 1 grup
pondasi. Salah satu pondasi dapat mewakili satu grup pondasi. Hal ini
dilakukan agar tidak memakan waktu. Hasil dari metode calendering.
7. Selanjutnya dilakukan PDA (Pile Driving Analyzer) Test, yang bertujuan
untuk mengetahui nilai daya dukung pondasi, integritas dan keutuhan
tiang dan joint (sambungan tiang pancang), efisiensi dari transfer energi
hammer ke tiang pancang, dan lainnya. Pengujian ini membutuhkan alat
yang bernama Pile Driving Analzyer dan persiapannya pengujian.
8. Setelah semua tiang pondasi terpasang dan telah dilakukannya
calendering, dan PDA Test, kemudian tiang-tiang pondasi dipotong lalu
ditutup ujung yang terbuka untuk meminimalisir air yang masuk setelah
melakukan pemancangan dan pemancangan selesai.
2.3.2 Vibratory Pile Driver
Alat ini menggunakan getaran untuk memasang tiang pancang. Tiang
dipancang oleh getaran yang dihasilkan alat. Alat ini memiliki beberapa batang
horizontal dengan beban eksentris. Pada saat pasangan batang berputar dengan arah
yang berlawanan, berat yang disebabkan oleh beban eksentris menghasilkan
getaran pada alat. Getaran yang dihasilkan menyebabkan material disekitar pondasi
yang terikat pada alat akan ikut bergetar dan pemancangan dengan alat vibratory
sangat efektif karena berkecepatan tinggi dan ekonomis, efektif khusus pada
pemancangan tanah non kohesif jenuh air, daripada pemancangan di pasir yang
kering. Pemancangan dengan alat vibratory di lengkapi dengan poros horizontal
untuk memberikan beban eksentrisitas. Poros berputar sepasang dengan dorongan
langsung pada kecepatan bervariasi sampai mencapai 100 rpm ( rotasi per menit).
Tenaga yang dihasilkan dengan berat rotasi membuat getaran yang digunakan untuk
memancang tiang masuk ke dalam tanah.
Alat ini sangat baik digunakan pada tanah lembab atau pada tanah granuler dan
getaran yang di bangkitkan untuk pemancangan suatu tiang berkisar antara 1200
VPM sampai dengan 2400 VPM ( Vibration per minutes) .
Bentuk alat Vibratory Pile Driver ini dapat dilihat pada Gambar 2.10
Gambar 2.10 Vibratory Pile Driving
Sumber : kontemporer2013.blogspot.com
Pemancangan dengan menggunakan vibratory pile tidak menimbulkan
getaran dan suara bising. Kelebihannya adalah kita dapat mengetahui besarnya gaya
tekan pada tiang dengan membaca langsung pada manometer.
2.4 Daya Dukung Ijin Tiang Pancang
Menurut Pamungkas (2013:42) Daya dukung ijin tiang ditinjau berdasarkan
kekuatan ijin tekan dan kekuatan ijin tarik. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
tanah dan kekuatan material tiang itu sendiri, ada beberapa daya dukung yang
diperhitungkan dalam studi ini yaitu sebagai berikut.
19
2.4.1 Daya Dukung Ijin Vertikal
Menurut Sosrodarsono & Nakazawa (2000:99) daya dukung tiang pada
tanah pondasi umumnya diperoleh dari jumlah daya dukung terpusat tiang dan
tahanan geser pada dinding tiang seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.5, dan besar
besarnya daya dukung yang diizinkan Ra, diperoleh dari persamaan sebagai berikut:
Ra = 1
π π π =
1
π (π π + π πΉ) [2.7]
Keterangan
πΌ : Faktot keamanan, biasanya dipakai angka-angka dalam tabel 2.1
Ru : Daya dukung batas pada tanah pondasi [Ton]
Rp : Daya dukung terpusat tiang [Ton]
RF : Gaya geser dinding tiang [Ton]
Gambar 2.11 Mekanisme daya dukung tiang Sumber:
Sosrodarsono & Nakazawa, 2000
Tabel 2.1 Faktor keamanan daya dukung ijin vertikal
Beban
Jembatan jalan raya
Jembatan Kereta
api
Konstruksi
Pelabuhan
Tiang Tiang
-
Tiang Tiang
pendukung Geser pendukung geser
Beban tetap 3 4 3 lebih besar dari 2,5
Beban teap +
- - 2 -
Sementara
Waktu gempa 2 3 1,5(1,2) lebih besar
lebih
besar
dari 1,5
dari
2,0
Sumber: Sosrodarsono & Nakazawa, 2000
Secara praktis perkiraan ini berdasarkan rumus yang diajukan oleh Terzaghi
atapun Maeyerhof, atau dari rumus empiris yang diperoleh sebagai has
pengikhtisaran dari data-data test pembebanan. Sebagai contoh, diambil dari
rumus untuk jalan raya di Jepang sebagai berikut ini:
β’ Jika berat sendiri (dead weight) tiang,cukup besar, mis alnya tiang
yang dicor :
π π =1
π(π π’ β ππ ) + π€π β π€ [2.8]
β’ Jika berat sendiri tiang, misalnya tiang pracetak yang
berdiameter kecil, dapat diabaikan:
π π =1
π π π’ [2.9]
π π’ = ππ. π΄ + π. β ππ. ππ [2.10]
21
Keterangan
Ra, Ru dan π adalah besaran yang sama seperti diatas,
Ws : Berat efektif tanah yang dipindahkan oleh tiang [Ton]
W : Berat efektif tiang dan tanah di dalam tiang [Ton]
qd : Daya dukung terpusat tiang [Ton/m2]
A : Luas ujung tiang [m2]
U : Panjang keliling tiang [m]
li : Tebal lapisan tanah dengan memperhitungkan geseran
dinding tiang [m]
fi : Besarnya gaya geser maksimum dari lapisan tanah dengan
memperhitungkan geseran dinding tiang [Ton/m2]
Perkiraan satuan (unit) daya dukung terpusat qd diperoleh dari hubungan
antara L/D pada Gambar 2.6, dan qd /N. L adalah panjang ekivalen penetrasi pada
lapisan pendukung dan diperoleh dari Gambar 2.7. D adalah diameter tiang, N
adalah harga rata-rata N pada ujung tiang, yang didasarkan pada persamaan berikut
ini.
Ξ = π1+π2
2 [2.11]
Keterangan
π βΆ Harga N rata-rata untuk perencanaan tanah pondasi pada ujung tiang
π1 : Harga N pada ujung tiang
π2 : Harga rata-rata N pada jarak 4D dari ujung tiang
Gambar 2.12 Diagram perhitungan dari intensitas daya dukung ulitimate tanah pondasi
pada ujung tiang Sumber: Sosrodarsono & Nakazawa, 2000
Gambar 2.13 Cara menentukan panjang ekuivalen penetrasi sampai ke lapisan pendukung
Sumber: Sosrodarsono & Nakazawa 2000
23
Tabel 2.2 Intensitas gaya geser dinding tiang
(Satuan : t/m2)
Jenis tiang
Tiang pracetak
Tiang yang dicor di
tempat tanah pondasi
Tiang berpasir π
5(β€ 10)
π
2(β€ 12)
Tiang kohesif π ππ‘ππ’ π(< 12)
πΆ
2 ππ‘ππ’
π
2 ( β€ 12)
Sumber: Sosrodarsono & Nakazawa, 2000
Besarnya gaya geser maksimum dinding fi diperkirakan dari Tabel 2.15 sesuai
dengan macam tiang dan sifat tanah pondasi. c dalam tabel 2.15 adalah kohesi tanah
pondasi di sekitar tiang dan dianggap sebesar 0,5 kali qu (kekuatan geser
unconfined/unconfined compression strength).
2.4.2 Daya Dukung Ijin Horizontal
Menurut Pamungkas (2013:60) Dalam analisis gaya horizontal, tiang perlu
dibedakan menurut model ikatannya dengan penutup tiang (pile cap) yaitu:
1. Tiang ujung jepit (fixed end pile)
2. Tiang ujung bebas (free end pile)
McNulty (1956) mendefinisikan tiang ujung jepit sebagai tiang yang ujung
atasnya terjepit (tertanam) pada pile cap paling sedikit sedalam 60 cm. Dengan
demikian untuk tiang yang bagian atasnya tidak terjepit kurang dari 60 cm termasuk
tiang ujung bebas (free end pile).
a. Daya Dukung Ijin Horizontal Pada Tanah Kohesif Dan Ujung
Terjepit
1. Untuk tiang pendek
Daya dukung horizontal pada tiang pendek dirumuskan sebagai berikut:
π»π’ = 9. ππ’. π· (πΏπ β3π·
2 ) [2.12]
ππππ₯ = π»π’ (πΏπ
2+
3π·
2) [2.13]
2. Untuk tiang sedang
Daya dukung horizontal pada tiang sedang dirumuskan sebagai berikut
ππ¦ = (9
4) πΆπ’. π·π2 β 9. πΆπ’. π·π (
3π·
2+
π
2) [2.14]
Hu dihitungan dengan mengambil:
πΏπ = 3π·
2+ π + π [2.15]
3. Untuk tiang panjang
Jika Mmax > My maka tiang termasuk tiang panjang, dimna Hu
dinyatakan oleh persamaan:
π»π’ = 2ππ¦3π·π
2+2
[2.16]
Dan nilai f dinyatakan dari persamaan:
πΉ =π»π’
9π₯πΆπ’π₯π· [2.17]
Untuk mencari kolerasi atau hubungan antara nilai penetrasi standar (N- SPT)
dengan undrained shear strength (Cu) Menurut pendekatan Stroud (1974)
adalah sebagai berikut :
πΆπ’ = π π₯ π [2.18]
Keterangan :
Cu : Undrained strength [kN/m2]
D : Diameter tiang [m]
Lp : Panjang tiang yang tertanam [m]
K : 3,5 - 6,5 [kN/m2] nilai rata-rata konstanta
N : Nilai SPT
25
2.5 Tiang Pancang Kelompok
Pada keadaan sebenarnya jarang sekali terdapat tiang pancang yang berdiri
sendiri (single pile), akan tetapi seringkali pondasi tiang pancang berkelompok (pile
group). Di atas pile group biasanya diletakkan suatu konstruksi poer (footing) yang
mempersatukan kelompok tiang tersebut (Sardjono, 1991: 51).
2.5.1 Jumlah Tiang yang Dibutuhkan
Perhitungan jumlah tiang yang diperlukan pada suatu titik kolom
menggunaakan beban aksial dengan kombinasi beban tak terfaktor. Jumlah tiang
yang diperlukan dihitung dengan membagi gaya aksial yang terjadi dengan daya
dukung tiang (Pamungkas, 2013: 54)
Keterangan :
πΌπ : Jumlah tiang
π : Gaya aksial yang terjadi [ton]
π·πππ : Daya dukung ijin tiang [ton]
2.5.2 Jarak Antar Tiang Pancang dalam Kelompok
Berdasarkan pada perhitungan daya dukung tanah oleh Dirjen Bina
Marga Departemen P.U.T.L disyaratkan:
S β₯ 2,5D [2.19]
S β₯ 3D [2.20]
Keterangan
S : Jarak masing-masing tiang dalam kelompok (spacing) [m]
D : Diameter tiang [m]
Gambar 2.14 Jarak pusat ke pusat tiang (Sardjono, 1991:51)
Biasanya disyaratkan pula jarak antara dua tiang dalam kelompok tiang
minimum 0,60 m dan maximum 2,00 m.
2.5.3 Efisiensi Kelompok Tiang
Perhitungan efisiensi kelompok tiang berdasarkan rumus Converse-
Labbarre formula, sebagai berikut
πΈπ = 1 β π (πβ²β1)π+(πβ1)πβ²
90π πβ² [2.21]
Efisiensi kelompok tiang didefinisikan sebagai :
πΈπ = ππ
π.ππ’ [2.22]
Keterangan :
Eg : efisiensi kelompok tiang.
π½ : arc tg (D/s) (derajat).
D : Ukuran penampang tiang.
s : jarak antar tiang (as ke as).
m : jumlah baris tiang
n' : jumlah tiang dalam 1 baris.
Qg : beban maksimum kelompok tiang
Qu : beban maksimum tiang tunggal
n : jumlah kelompok tiang
27
Daya dukung vertikal kelompok tiang = Eg x jumlah pile x daya dukung
ijin tiang. Daya dukung kelompok tiang harus lebih besar gaya aksial yang terjadi.
Gambar 2.15 Efisiensi tiang pancang kelompok
Sumber: H.C Hardiyatmo, 2015
2.5.4 Beban Maksimum Tiang pada Kelompok Tiang
Akibat beban-beban dari atas dan juga dipengaruhi oleh formasi tiang dalam
satu kelompok tiang, tiang-tiang akan mengalami gaya tekan atau tarik. Oleh karena
itu tiang-tiang harus dikontrol untuk memastikan bahwa masing-masing tiang
masih dapat menahan beban dari struktur atas sesuai dengan daya dukungnya.
Beban aksial dan momen yang bekerja akan didistribusikan ke pile cap dan
kelompok tiang berdasarkan rumus elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap
kaku sempurna, sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak menyababkan pile cap
melengkung atau deformasi.
Pmaks = ππ’
ππ Β±
ππ¦ . ππππ₯
ππ¦ β π2 Β± ππ₯ . ππππ₯
ππ₯ β π2 [2.23]
Keterangan
Pmaks Beban maksimum tiang [Ton]
Pu Gaya aksial yang terjadi (Terfaktor) [Ton]
My Momen yang bekerja tegak lurus sumbu Y [Ton.m]
Mx Momen yang bekerja tegak lurus sumbu X [Ton.m]
Xmax Jarak tiang arah sumbu X terjauh [m]
Ymax Jarak tiang arah sumbu Y terjauh [m]
Ζ©X2 Jumlah kuadrat
Ζ©Y2 Jumlah kuadrat Y
nx Banyak tiang dalam satu baris arah sumbu X
ny Banyak tiang dalam satu baris arah sumbu Y
np Jumlah tiang
tekan. Bila P maksimum yang terjadi bernilai positif, maka pile mendapatkan gaya
tarik. Bila P maksimum yang terjadi bernilai negatif, maka pile mendapatkan gaya
Dari hasil-hasil tersebut dapat dilihat apakah masing-masing tiang masih memenuhi
daya dukung tekan dan /atau tarik bila ada.
29
Gambar 2.16 Beban yang bekerja pada pile cap
Sumber: Pamungkas, 2013
2.5.5 Keruntuhan Kelompok Tiang (Block Failure)
Untuk kelompok tiang yang seluruhnya tertanam pada tanah lempung
lunak harus ditinjau mekanisme keruntuhan kelompok tiang. Keruntuhan kelompok
tiang terjadi bila tiang pancang/bor dipasang pada jarak yang berdekatan. Saat tiang
turun akibat beban struktur di atasnya, tanah di antara tiang tersebut ikut bergerak
turun sehingga antara tiang dan tanah di antara tiang-tiang tersebut
merupakan suatu kesatuan. Bila tanah yang mendukung kelompok tiang tersebut
runtuh, dikatakan model keruntuhannya adalah keruntuhan blok.
Datam perencanaan, kasus seperti ini harus dihitung untuk
membandingkan nilai daya dukung yang dihasilkan kelompok tiang dan nilai daya
dukung tiang tunggal. Hasil yang digunakan adalah nilai daya dukung yang terkecil.
Untuk menghitung nilai daya dukung kelompok tiang tersebut digunakan
persamaan Terzaghi dan Peck (1948):
Q = (2Lp(B+L)Cu + 1,3cb SβNcBL)x 1/SF [2.24]
Keterangan
Q : Kapasitas dukung kelompok tiang
Lp : Kedalaman tiang di bawah permukaan tanah
B : Lebar kelompok tiang, di hitung dari pinggir tiang
L : Panjang kelompok tiang, dihitung dari pinggir tiang
cU : Kohesi tanah di sekeliling kelompok tiang
Cb : Kohesi tanah di bawah dasar kelompok tiang
Sβ : Faktor bentuk (Gambar 2.17)
N : Faktor kapasitas dukung ( Gambar 2.18)
SF : Faktor keamanan
Gambar 2.17 Faktor bentuk Sβ untuk kelompok tiang (Meyerhof)
Gambar 2.18 Faktor kapasitas dukung Nc (Meyerhof)
2.6 Kontrol Pengangkatan Tiang
Kontrol tiang pancang terhadap proses pengangkatan dimaksudkan agar tiang
pancang tetap aman terhadap momen yang timbul yang diakibatkan oleh berat
sendiri tiang pada saat pengangkatan. Dimana dalam prosesnya pengangkatan tiang
terjadi dua proses yaitu.
2.6.1 Pengangkatan Satu Titik
Penulangan pondasi tiang pancang dengan pengangkatan satu titik dapat
dilihat pada Gambar 2.19 (Sardjono, 1991: 48).
2
7 9 10
31
π1 = 1
2. π. π2
π 1 = 1
2 . π . (πΏ β π) β
12β . π . π2
πΏβπ
= π (πΏβπ)
2β
π.π2
2 .(πΏβπ)
= π .(πΏ2βπ). π . π . πΏ
2 . (πΏβπ)
= ππ₯ = π 1π β 1
2 . π . π₯2
[2.25]
Syarat ekstrim:
πππ
ππ₯= 0 [2.26]
π 1 β π . π₯ = 0
Gambar 2.19 Pengangkatan tiang pada satu titik
Maka :
π₯ = π 1
π=
πΏ2 . 2π . πΏ
2. ( πΏβπ) [2.27]
ππππ₯ = π2 = π 1 πΏ2 . 2π . πΏ
2 . (πΏβπ)β
1
2 . π . (
πΏ2β2π . πΏ
2.(πΏβπ))2
= 1
2 . π .
πΏ2β2π . πΏ
2 . (πΏβπ) [2.28]
M1 = Β½ . π . π2 [2.39]
Keterangan :
π = Berat sendiri tiang pancang [Kg/m]
M2 = 1
8 . π . (πΏ β 2π)2 β Β½ . π . π2 [2.30]
M1 = M2
1
2 . π . π2 =
1
8 . π . (πΏ β 2π)2 β Β½ . π . π2
π = πΏ2β2π . πΏ
2 . (πΏβπ)
2π β 4 . π . πΏ + πΏ2 = 0
4 . π2 + 4. π . πΏ β πΏ2 = 0 [2.31]
Dalam hal ini, hasil momen dari kedua pengangkatan yang terbesar adalah
keadaan yang paling menentukan. Penulangan pondasi selanjutnya memiliki cara
yang sama persis dengan penulangan pile cap, yang dimana tiang pancang dianggap
sebagai balok.
2.6.2 Pengangkatan Dua Titik
Penulangan pondasi tiang pancang dengan pengangkatan dua titik dapat
dilihat pada Gambar 2.20 (Sardjono, 1991: 47).
π1 = 1
2 . π . π2 [2.32]
Keterangan :
π = Berat sendiri tiang pancang [Kg/m]
π2 = 1
8 . π . (πΏ β 2π)2 β
1
2 . π . π2 [2.33]
33
π1 = π2
1
2 . π . π2 =
1
8 . π . (πΏ β 2π)2 β
1
2 . π . π2
4 . π2 + 4 . π . πΏ β πΏ2 = 0 [2.34]
Gambar 2.20 Pengangkatan tiang pada dua titik
2.7 Tinjauan Terhadap Geser
Perilaku pondasi terhadap geser tidak berbeda dengan balok dan pelat
(Rusdianto, 2005: 191).
2.7.1 Kontrol Terhadap Geser Satu Arah
Penampang kritis terhadap geser pada pelat pondas terletak sejarak d dari
muka reaksi terpusat dan terletak pada bidang yang melintang pada seluruh lebar
pelat seperti terlihat pada Gambar 2.15. Apabila hanya geser dan lentur yang
bekerja, maka kekuatan yang disumbangkan beton adalah,
ππ = 0,17 . π . βπΉπΆβ² . ππ€ . π [2.35]
Gambar 2.21 Daerah geser aksi satu arah pada pelat pondasi
Gaya geser nominal penampang sejarak d dari muka kolom harus lebih kecil
atau sama dengan kekuatan geser beton sehingga
Maka:
Keterangan
ππ’ β€ β ππ + ππ [2.36]
Vu : Gaya geser sejarak d dari muka kolom
Vc : Geser beton
Vs : Gaya geser tulangan
Bw : Lebar pondasi [m]
D : = h β dβ
h adalah tinggi pelat [m]
dβ adalah selimut beton [m]
ΙΈ : 0,75 (reduksi kekuatan untuk geser)
π : 1,0 untuk beton normal
35
2.7.2 Kontrol Terhadap Geser Dua Arah (Punching Shear)
Bidang penampang kritis yang tegak lurus bidang pelat mempunyai keliling
dengan masing-masing sisi sebesar b0 dimana penampang kritis terjadi sejarak Β½
dari muka tumpuan yang diperlihatkan pada Gambar 2.22. Kekuatan geser
beton pada penampang kritis tersebut adalah,
Gambar 2.22 Daerah geser aksi dua arah pada pelat pondasi
Untuk nilai tahanan geser beton (Vc) yang bekerja pada dua arah harus
diambil nilai terkecil dari tiga persamaan berikut :
Vc = 0,17 (1+ 2/π½) . π. βππβ². π0 . d [2.37]
Vc = 0,083 ((ππ . π)/ππ + 2) . π . βππβ² . b0 . d [2.38]
Vc = 0,33 . π βππβ² . b0 . d [2.39]
Keterangan
π0 βΆ keliling daerah kritis [2 β (ππ + βπ)]
π΅0 βΆ β (sisi panjang kolom)
π (sisi lebar kolom)
π βΆ tinggi efektif penampang
ππ βΆ 40 (kolom interior)
30 (kolom tepi)
20 (kolom sudut)
π βΆ 1,0
2.8 Perencanaan Sambungan Tiang Pancang dengan Pile Cap
Sambungan antara tiang pancang dengan pile cap direncanakan pada bagian
yang terbenam cukup kecil, dengan memanfaatkan tulangan beton, dimana tiang
masih dapat menahan momen yang terjadi pada. Perencanaan sambungan tiang
pancang dengan pile cap ditunjukkan pada gambar 2.23.
Gambar 2.23 Sambungan tiang pancang dengan pile cap
Sumber: Ery & Pamungkas 2013
37
2.8.1 Sambungan Las Pondasi Tiang Pancang
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua atau lebih bahan logam
yang dapat menghasilkan pelaburan dari bahan yang digunakan dengan cara
memanasi bahan tersebut mencapai suhu tertentu dengan atau tanpa menggunakan
tekanan dan pemakaian suatu bahan sebagai pengisi pengelasan. Setiawan (2013 :
136 )
Las tumpul (groove welds), las ini dipakai untuk menyambung batang β batang
sebidang. Karena las ini menyalurkan secara penuh beban yang bekerja, maka las
ini harus memiliki kekuatan yang sama dengan batang yang disambungnya. Las
tumpul di mana terdapat penyatuan antara las dan bahan untuk sepanjang tebal
penuh sambungan dinamakan las tumpul penetrasi penuh. Sedangkan bila tebal
penetrasi lebih kecil daripada tebal penuh sambungan las tumpul penetrasi sebagian.
Tebal efektif las tumpul penetrasi penuh adalah tebal pelat yang tertipis dari
komponen yang disambung. Untuk las tumpul penetrasi sebagian ditunjukkan pada
Gambar 2.24
.
Gambar 2.24 Tebal efektif las tumpul (Setiawan, 2013 : 138)
Kuat las tumpul penetrasi penuh ditetapkan sebagai berikut :
a Bila sambungan dibebani dengan gaya tarik atau gaya tekan aksial
terhadap luas efektif, maka :
Γ.Rnw = 0,90 Γ te Γ fy [2.40]
Γ.Rnw = 0,90 Γ te Γ fuw [2.41]
b Bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif,
maka : Γ.Rnw = 0,90 Γ te Γ (0,6 Γ fy) [2.42]
Γ.Rnw = 0,80 Γ te Γ (0,6 Γ fuw) [2.43]
Dengan fy dan fu adalah kuat leleh dan kuat tarik putus.
2.9 Perencanaan Pile Cap
Pelat penutup tiang (pile cap) berfungsi menyebarkan beban dari kolomke
tiang-tiang. Jumlah minimum tiang dalam satu pelat penutup tiang umumnya tiga
tiang. Bila tiang hanya berjumlah dua tiang dalam 1 kolom, maka pelat harus
dihubungkan dengan balok sloof yang dihubungkan dengan kolom lain. Balok sloof
dibuat yang melewati pusat berat tiang-tiang kearah tegak lurus deretan tiang (tegak
lurus pelat penutup tiang). Maka dibutuhkan balok sloof yang menghubungkan
kolom-kolom yang lain. Bila kolom dilayani hanya 1 tiang yang besar, maka bisa
tidak digunakan pelat penutup tiang.
Tebal pile cap dipengaruhi oleh tegangan geser ijin beton. Tegangan geser
harus dihitung pada potongnan terkritis. Momen lentur pada pelat penutup tiang
harus dihitung dengan menganggap momen tersebut bekerja pada pusat tiang
kepermukaan kolom terdekat.
Sebelum merencanakan pile cap perlu untuk merencanakan jarak antar tiang
terlebih dahulu agar dimensi pile cap dapat diketahui. Ukuran pile cap sangat
ditentukan oleh banyaknya tiang dalam satu kelompok tiang dan jarak antar tiang,
sehingga jarak tiang akan mempengaruhi dimensi pile cap.
39
Perencanaan pile cap dilakukan dengan anggapan sebagai berikut
(Hardiyatmo, 2010:284)
1. Pile cap sangat kaku.
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen
lentur yang diakibatkan oleh pelat penutup ke tiang.
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi
tegangan dan deformasi membentuk bidang rata.
2.9.1 Dimensi Pile Cap
Jarak tiang mempengaruhi ukuran pile cap. Jarak tiang pada kelompok tiang
biasanya diambil 2,5D β 3D, dimana D adalah diameter tiang. Jarak tiang pada pile
cap dijelaskan pada Gambar 2.25
Gambar 2.25 Jarak antar tiang pancang
SNI-03-2847-2002 pasal 17.7
Ketebalan pondasi telapak di atas lapisan tulangan bawah tidak
boleh kurang dari 300 mm untuk pondasi telapak di atas pancang.
SNI-03-2847-2019 pasal 9.7
Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor langsung di
atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah adalah 75 mm. Kontrol
geser.
SNI-03-2847-2019 pasal 13.12
Kuat geser pondasi telapak di sekitar kolom, beban terpusat, atau daerah
reaksi ditentukan oleh kondisi terberat dari dua hal berikut :
1) Aksi balok satu arah di mana masing-masing penampang kritis yang akan
ditinjau menjangkau sepanjang bidang yang memotong seluruh lebar
pondasi telapak.
2) Aksi dua arah di mana masing-masing penampang kritis yang akan
ditinjau harus ditempatkan sedimikian hingga perimeter penampang
adalah minimum.
Perhitungan gaya geser 1 arah dan 2 arah untuk pile cap sama dengan
perhitungan gaya geser 1 arah dan 2 arah pada pondasi telapak. (Pamungkas, 2010
88).
2.9.2 Penulangan Pile Cap
Penulangan pile cap dianggap sama dengan penulangan balok. Perencanaan
penulangan pile cap mempunyai beberapa langkah sebagai berikut (Rusdianto,
2005: 118).
1) Rencanakan sebagai balok persegi dengan lebar (b) dan tinggi efektif (d).
πΎπππππ’ =
ππ’
β . π . π2 [2.44]
Keterangan
Mu : Momen yang terjadi pada balok [kg.m]
b : Lebar balok [m]
d : Tinggi efektif [m]
(h - 60 mm)
h : Tinggi balok [m]
β : Faktor reduksi [0,8]
41
2) Untuk tulangan harus didistribusikan merata dalam jarak sama dengan sisi
terpendek pondasi yang berpusat pada garis tengah kolom atau padestal. Sisa
tulangan yang dibutuhkan pada sisi (1- πΎπ ) π΄π harus didistribusikan merata
diluar jalur tengah pondasi dimana πΎπ di hitung
πΎπ = 2
π½+1 [2.45]
Dimana π½ adalah rasio antara sisi panjang terhadap sisi pendek pondasi dan
spasi antar tulangan di buat seragam di seluruh dimensi terpanjang, dan
ketebalan pondasi harus tetap dipilih sehingga ketebalan efektif tulangan
bawah sekurang kurangnya adalah 300 mm
Pemeriksaan terhadap rasio tulangan tarik : Ο min < Ο < Ο max
Dimana
Fcβ = Mutu beton [MPa]
Fy = Mutu tulangan [MPa]
Menurut SNI 2847:2019
Fcβ MPa π·π
17 β€ πΉπβ² β€ 28 0,85
17 β€ πΉπβ² β€ 28 0,85 β 0,05(πΉπβ² β 28)/7
πΉπβ² β€ 28 0,6
3) Bila harga rasio penulangan tarik memenuhi syarat maka dilanjut
dengan perhitungan luas tulangan.
π΄π = π . π . ππππππππ [2.46]
Dimana
As : Luas tulangan
4) Dengan hasil luas tulangan yang telah diketahui, maka dapat dilanjut
dengan merencanakan diameter dan jarak tulangan yang disesuaikan
dengan luas tulangan yang telah dihitung.
5) Pemeriksaan terhadap tinggi efektif yang dipakai (d pakai > d rencana)
π πππππ = β β π πππππ’π‘ πππ‘ππ 1
2 β π‘π’ππππππ [2.47]
2.10 Perencanaan Beton Pengisi
Beton pengisi merupakan bagian yang mengalami penambahan direncanakan
dengan dianggap sebagai penampang beton bertulang. Dalam hal ini tiangpancang
beton prategang diabaikan. Perencanaan pemakaian tulangan mengikuti sesuai
dengan peraturan SKSNI T15:1991-03 sebagai berikut.
2.10.1 Menentukan luas tulangan longitudinal (Ast)
Menurut SNI 2847:2013, luas tulangan struktur komponen tekan tidak boleh
kurang dari 0,01 Ag atau lebih dari 0,08 Ag.
π΄π = 1
4 . π . π·2
2 [2.48]
π΄π π‘ = 1
4 π . π·π π‘2. π [2.49]
Keterangan
Ag : Luas penampang beton [mm2]
Ast : Luas tulangan [mm2]
D : Diameter penampang beton [mm]
Dst : Diameter tulangan [mm]
n : Jumlah tulangan
2.11 Penurunan Kelompok Tiang
Penurunan tiang pada kelompok tiang merupakan jumlah penurunan elastis
atau penurunan yang terjadi dalam waktu dekat (immediate settlement atau elastic
settlement) Si dan penurunan yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang (long
term consolidation settlement) Sc. Penurunan total merupakan penjumlahan dari
kedua jenis penurunan tersebut.
π = ππ + ππ [2.50]
43
Keterangan :
S = penurunan total
Si = immediate settlement
Sc = consolidation settlement
2.11.1 Penurunan Segera (Immediate Settlement)
Penurunan segera adalah penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah
yang tertekan dan terjadi pada volume konstan. Menurut Janbu, Olerrum, dan
Kjaernsti (1956), hal itu dirumuskan sebagai berikut: (Pamungkas, 2013: 34).
ππ = π1 . π0 ππ΅
πΈ [2.51]
Keterangan
Si : Penurunan segera [m]
q : Tekanan yang terjadi [Pu/A]
B : Lebar kelompok tiang [m]
Eu : Modulus deformasi pada kondisi undrained [kN/m2]
Β΅i : Faktor koreksi untuk lapisan tanah dengan tebal
terabatas H (Gambar 2.18.b)
Β΅o : Faktor koreksi untuk kedalaman pondasi Df (Gambar 2.26)
Gambar 2.26 Grafik faktor koreksi Β΅i dan Β΅o (Janbu, Bjerrum dan Kjaernsli, (1956)
Sumber: Pamungkas, 2013
Nilai modulus elastis dapat pula diperoleh dari pengujian SPT. Mitchell dan
Gardner (1975) mengusulkan modulus elastis yang dihubungkan dengan nilai N-
SPT, sebagai berikut: (Hardiyatmo, 2010:281).
πΈ = 10 π₯ (π + 15)[π
ππ‘2] (Untuk pasir) [2.52]
πΈ = 10 π₯ (π + 15)[π
ππ‘2] (Untuk pasir berlempung) [2.53]
Dengan 1 k/ft2 = 0,49 kg/cm2 = 48,07 kN/m2.
Gambar 2.27 Sebaran beban di bawah tiang pancang kelompok
Sumber: Pile Design and Construction Praktice (M.Tomlinson 2015).
2.11.2 Penurunan Izin
Menurut RSNI3 Geoteknik, besarnya penurunan total dan beda penurunaan
yang diizinkan ditentukan berdasarkan toleransi struktur atas dan bangunan sekitar
yang harus ditinjau berdasarkan masing-masing kasus tersendiri dengan mengacu
pada integritas, stabilitas dan fungsi dari struktur di atasnya.
Dimana penurunan izin yang diisyaratkan harus < 15 ππ + π
600 (π dalam satuan
cm) untuk bangunan tinggi.
Beda penurunan (differential settlement) yang diperkirakan akan terjadi harus
ditentukan secara seksaman dan konservatif, serta pengaruhnya terhadap bangunan
gedung tinggi di atasnya harus dicek untuk menjamin bahwa beda penurunan
tersebut masih memenuhi kriteria kekuatan dan kemampuan layanan yaitu sebesar
1300β