Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia
-
Upload
angga-meidia-pratama -
Category
Documents
-
view
287 -
download
43
description
Transcript of Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia
![Page 1: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/1.jpg)
LANDASAN HUKUM KONSERVASI DI INDONESIA
Peraturan dan Perundang-undangan yang Berlaku Di Indonesia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konservasi
Oleh :
Sanny Tri Utami 230210110007
Giri Wibawa 230210110015
Karina Melias Astriandhita 230210110037
Nindita Oriana 230210110039
Angga Meidia Pratama 230210110049
Muhamad Hariza Kurniawan 230210110063
Amiroh Husna Utami 230210110071
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
![Page 2: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/2.jpg)
LANDASAN HUKUM KONSERVASI DI INDONESIAPeraturan dan Perundang-undangan yang Berlaku Di Indonesia
ABSTRAK
Sumber daya alam merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia,
karena baik secara langsung maupun tidak, manusia membutuhkannya untuk
menyediakan kebutuhan pangan, sandang ataupun papan. Untuk memanfaat
sumber daya alam tersebut agar dapaat dimanfaatkan secara bijaksana dan
berkelanjutan, diperlukan upaya konservasi dan landasan ko. Tujuan penulisan
paper ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai konservasi dan landasan
hukum konservasi yang berlaku di Indonesia baik peraturan maupun perundang
undangan yang diterbitkan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penulisan
paper ini adalah metode deskripitif.
Kata Kunci: konservasi, landasan hukum konservasi, pengertian konservasi
![Page 3: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/3.jpg)
PENDAHULUAN
Sumber daya alam merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia,
karena baik secara langsung maupun tidak, manusia membutuhkannya untuk
menyediakan kebutuhan pangan, sandang ataupun papan. Selain itu sumber daya
alam juga dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber daya genetik, untuk
pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Mengingat
sifatnya yang tidak dapat dapat diganti dan kedudukan serta perannya yang vital
bagi kehidupan manusia, diperlukan adanya upaya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya serta landasan hukum yang mengatur mengenai kegiatan
konservasi ini agar sumber daya alam hayati tidak habis dalam waktu singkat dan
dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang.
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
konservasi dan landasan hukum konservasi yang berlaku di Indonesia baik
peraturan maupun perundang undangan yang diterbitkan di Indonesia. Metode
yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah metode deskripitif.
PENGERTIAN KONSERVASI
Pengertian konservasi secara umum adalah kegiatan melestarikan
lingkungan agar bisa dimanfaatkan secara maksimal dan berkelanjutan. Menurut
Adishakti (2007), konservasi yang biasanya digunakan para arsitek mengacu pada
piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981
yang berisikan konsep Konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai
dengan kesepakatan yang dirumuskan pada Piagam tersebut. Konservasi adalah
konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun obyek agar makna
kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Sehingga dapat di
simpulkan bahwa konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan dengan tetap
memperhatikan manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dan tetap
mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan
![Page 4: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/4.jpg)
LANDASAN HUKUM YANG ADA DI INDONESIA
Beberapa peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
yaitu:
1. UU no 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya
Dalam undang undang ini dijelaskan mengenai pengertian sumberdaya
alam hayati, ekosistem, asas dan tujuan konservasi, dan konsep konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pihak pihak yang
bertanggung jawab dalam upaya konservasi ini. Selain itu di dalam undang
undang ini juga dijelaskan mengenai upaya penyidikan dan hukum pidana
bagi yang melanggar ketentuan yang ada di undang undang ini.
2. PP no 27 tahun 1991 tentang rawa
Dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan mengenai pengertian rawa dan
konservasi, asas dan tujuan konservasi, fungsi dari rawa, pihak yang
bertanggung jawab atas konservasi rawa ini, dan hukum pidana bagi pelanggar
ketentuan ini. Namun didalam PP no 27 tahun 1991 ini masih terdapat
beberapa kelemahan seperti yang dikatakan oleh madsalim (2010) dalam
artikelnya yang berjudul Kelemahan-Kelemahan PP No 27 Tahun 1991 :
a) Tidak transparannya pengaturan distribusi / redistribusi lahan hasil
reklamasi rawa
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No.5 tahun 1960 dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.5 tahun 1974 pasal 3 dan P.P. No.16
tahun 2004 pasal 12, seharusnya pada P.P. No.27 tahun 1991 tentang rawa
ada pasal mengenai pengaturan pembuatan usul distribusi /redistribusi
lahan hasil reklamasi rawa. Pengaturan hasil reklamasi rawa dari pihak
Dep. P.U. yang ada hanyalah samar-samar yaitu pada pasal 26 Peraturan
Menteri P.U. No. 64/PRT/1991.
b) Pengaturan Pengelolaan Tidak Berdasarkan Konsep Zona Pengelolaan Air
Pada saat P.P. tersebut dibuat, perkembangan ilmu / teknologi rawa belum
sampai pada pemakaian konsep Zona Pengelolaan Air.
![Page 5: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/5.jpg)
c) Pengertian rawa tidak berlaku untuk semua rawa dan rancu dengan situ /
danau.
Secara fisik pengertian rawa berdasarkan P.P. ini rancu dengan pengertian
situ dan danau karena tak adanya kriteria kemiringan wadah genangan air.
Selain itu terdapat kesalahan penjelasan seharusnya rawa pada umumnya
(tak selalu) mempunyai derajat keasaman air dan tanahnya tinggi ditandai
dengan ph yang rendah, yang tertulis pada PP ini berlawanan artinya.
d) Kelirunya pengertian reklamasi
Pengertian reklamasi yang benar (berdasarkan ilmunya) yaitu:
“Reklamasi lahan adalah pemakaian dan perbaikan lahan alam untuk
tujuan sebagai berikut :
1). Budidaya pertanian / perkebunan / perikanan / peternakan.
2). Industri / permukiman
3). Lainnya”
e) Tidak mengatur pengendalian sumberdaya yang rusak
Pengendalian sumber daya yang rusak sumber daya alam seperti yang
telah dijelaskan dalam butir 1.6. harus dikendalikan dan dijadikan misi
untuk mencapai visi pengelolaan sumber daya alam rawa.
f) Visi dalam Peraturan Pemerintah ini tidak sesuai dengan Visi Undang-
Undang No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air dan Peraturan Presiden RI
No.7 tahun 2005 tentang RPJMN 2004 - 2009.
3. UU no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
Dalam undang undang ini dijelaskan mengenai pembagian wilayah dan
fungsi ruang termasuk ruang/wilayah konservasi serta hukum pidana bagi
yang melanggar.
4. PP no 60 tahun 2007 tentang konservasi sumberdaya ikan
Dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan mengenai sumberdaya ikan apa saja yang harus di konservasi, tujuan konservasi, pihak yang bertanggung jawab dan pidana yang terapkan bagi para pelanggar.5. UU no 21 tahun 2009 tentang persetujuan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan konvensi perserikatan bangsa-bangsa tentang hukum laut
![Page 6: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/6.jpg)
tanggal 10 desember 1982 yang berkaitan dengan konservasi dan
pengelolaan sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang
beruaya jauh
Tujuan Persetujuan yang dikukuhkan dalam undang undang ini adalah
untuk menjamin konservasi jangka panjang dan pemanfaatan secara
berkelanjutan atas sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang
beruaya jauh melalui pelaksanaan yang efektif atas ketentuan yang terkait
dari UNCLOS 1982. Jenis ikan yang beruaya terbatas merupakan jenis ikan
yang beruaya antara Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu negara dan ZEE
negara lain sehingga pengelolaannya melintasi batas yurisdiksi beberapa
negara. Jenis ikan yang beruaya jauh merupakan jenis ikan yang beruaya dari
ZEE ke Laut Lepas dan sebaliknya yang jangkauannya dapat melintasi
perairan beberapa samudera sehingga memiliki kemungkinan timbulnya
konflik kepentingan antara negara pantai dan negara penangkap ikan jarak
jauh khususnya dalam pemanfaatan dan konservasi ikan baik di ZEE maupun
di Laut Lepas yang berbatasan dengan ZEE. Oleh karena itu, kerja sama
internasional dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang timbul.
UNIA1995 merupakan persetujuan multilateral yang mengikat para pihak
dalam masalah konservasi dan pengelolaan jenis ikan yang beruaya terbatas
dan jenis ikan yang beruaya jauh, sebagai pelaksanaan Pasal 63 dan Pasal 64
UNCLOS1982. Semua negara yang merupakan anggota UNIA harus menaati
peraturan mengenai konservasi ikan di daerah yang biasanya mengundang
konflik seperti ikan yang beruaya terbatas dan ikan yang beruaya jauh karena
sejak tahun 1994 jumlahnya turun drastis. Ketentuan ini berlaku di luar
wilayah yurisdiksi nasional, untuk di dalam wilayah yurisdiksi nasional maka
ketentuan yang berlaku adalah ketentuan menurut wilayahnya yang
disesuaikan dengan ketentuan dari UNCLOS. Aktivitas yang harus dilakukan
dalam konservasi dan pengelolaan ikan beruaya terbatas dan ikan beruaya
jauh adalah
![Page 7: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/7.jpg)
a. Mengukur dampak kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan manusia
lainnya terhadap makhluk hidup dan ekosistem pesisir dan laut
b. Adopsi atau bila perlu konservasi untuk meningkatkan jumlah hewan
target dan mengembalikan stoknya
c. Meminimalkan polusi dan menggunakan alat tangkap yang ramah
lingkungan supaya tangkapan by-catch khususnya hewan yang dilindungi
dapat berkurang
d. Melindungi keanekaragaman hayati laut dan mengurangi overfishing
e. Mempertimbangkan kepentingan nelayan artisanal dan subsisten
f. Mengumpulkan dan membagi data tentang perikanan serta
meningkatkan kegiatan riset dalam teknologi konservasi dan pengelolaan
perikanan
Negara-negara pantai dan Negara-negara yang melakukan penangkapan
ikan di Laut Lepas harus, sesuai dengan Konvensi, mengikuti kerja sama
yang berkaitan dengan sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan
yang beruaya jauh atau melalui organisasi atau pengaturan pengelolaan
perikanan sub regional atau regional yang sesuai, dengan memperhatikan
karakteristik khusus dari sub regional dan regional, untuk menjamin
konservasi dan pengelolaan yang efektif terhadap sediaan tersebut. Negara-
negara harus melakukan konsultasi dengan iktikad baik dan tanpa penundaan,
khususnya ketika terdapat bukti bahwa sediaan ikan yang beruaya terbatas
dan sediaan ikan yang beruaya jauh terkait mungkin dalam ancaman
eksploitasi yang berlebihan atau ketika penangkapan ikan baru sedang
dikembangkan untuk sediaan tersebut. Untuk tujuan tersebut, konsultasi
dapat dimulai atas permintaan dari setiap negara yang berkepentingan dengan
tujuan untuk merumuskan pengaturan yang memadai untuk menjamin
konservasi dan pengelolaan sediaan tersebut. Sementara menunggu
persetujuan terhadap pengaturan tersebut, Negaranegara harus meninjau
ketentuan dari Persetujuan ini dan dengan iktikad baik dan memperhatikan
kepada hak, kepentingan dan kewajiban dari Negara-negara lain. Apabila
suatu organisasi atau pengaturan sub regional atau regional mempunyai
![Page 8: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/8.jpg)
kewenangan untuk merumuskan tindakan konservasi dan pengelolaan untuk
sediaan ikan yang beruaya terbatas atau sediaan ikan yang beruaya jauh
tertentu, Negara-negara yang melakukan penangkapan sediaan tersebut pada
Laut Lepas dan Negara-negara pantai terkait harus melaksanakan kewajiban
mereka untuk bekerjasama dengan menjadi anggota pada organisasi tersebut
atau menjadi peserta pada pengaturan tersebut, atau dengan menyetujui untuk
melaksanakan tindakan konservasi dan pengelolaan yang dirumuskan oleh
organisasi atau pengaturan tersebut. Negara-negara harus mempersiapkan
untuk transparansi dalam proses pengambilan keputusan dan kegiatan-
kegiatan lain dari organisasi dan pengaturan pengelolaan perikanan sub
regional dan regional.
6. Permen KP no 2 tahun 2009 tentang tata cara penetapan kawasan
konservasi perairan
Dalam peraturan menteri ini dijelaskan bagaimana cara menetapkan
wilayah konservasi perairan beserta tujuan dan pihak pihak yang bertanggung
jawab atas penetapan wilayah konservasi.
7. Permen KP no 3 tahun 2010 tentang tata cara penetapan perlindungan
jenis ikan
Dalam peraturan menteri kelautan dan perikanan ini menjelaskan
mengenai bagaimana cara penetapan pelindungan kepada jenis ikan, tujuan,
pihak yang bertanggung jawab atas penetapan perlindungan jenis ikan ini,
dan sanksi yang diberikan pada pelanggar peraturan ini.
8. Permen KP no 4 tahun 2010 tentang pemanfaatan jenis dan genetika ikan
Dalam peraturan menteri kelautan dan perikanan ini dijelaskan mengenai
jenis dan genetika ikan yang dapat dimanfaatkan.
9. Permen KP no 30 tahun 2010 tentang rencana pengelolaan dan zonasi
kawasan konservasi perairan
Dalam peraturan menteri kelautan perikanan ini menjelaskan mengenai
perencanaan pengelolaan dan pembagian wilayah konservasi perairan di
Indonesia.
![Page 9: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/9.jpg)
10. UU no 1 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 27
tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Dalam undang undang ini berisi tentang bagaimana mengelola wilayah
pesisir dan pulau pulau kecil, perizinan, dan dampak yang ditimbulkannya.
Poin pertama dalam hal kewenangan pengelolaan kawasan konservasi, kini
tidak lagi menjadi monopoli pemerinah pusat melainkan sebagian telah
terdesentralisasi menjadi kewajiban pemerintah daerah sebagaimana diatur
dalam undang-undang tersebut. Poin kedua, adalah pengelolaan kawasan
konservasi dengan system zonasi. Pengelolaan kawasan Konservasi Perairan
diatur dengan system zonasi. Ada empat pembagian zona yang dapat
dikembangkan di dalam Kawasan Konservasi Perairan, yakni zona inti, zona
perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya. (KKP, 2014)
Tujuan utama pengelolaan kawasan konservasi adalah pengelolaan efektif
melalui pengelolaan berdasarkan sistem zonasi yang dapat dilakukan berbagai
upaya pengelolaan sumberdaya kawasan maupun pengelolaan sosial budaya
dan ekonomi yang keduanya memberikan umpan balik terhadap penguatan
kelembagaan dan tatakelola kawasan konservasi. Upaya-upaya tersebut
sedikitnya dapat melalui tiga strategi pengelolaan, yaitu: (1) Melestarikan
lingkungannya, melalui berbagai program konservasi, (2) menjadikan
kawasan konservasi sebagai penggerak ekonomi, diantaranya melalui program
perikanan budidaya ramah lingkungan, penangkapan ikan ramah lingkungan,
pariwisata alam perairan dan pendanaan mandiri yang berkelanjutan, dan (3)
pengelolaan kawasan konservasi sebagai bentuk tanggungjawab sosial yang
mensejahterakan masyarakat. Evaluasi tingkat efektivitas pengelolaan
kawasan konservasi dilakukan dengan alat ukur E-KKP3K, berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Nomor
Kep.44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Evektivitas
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-
KKP3K).
Pedoman E-KKP3K memuat tata-cara atau panduan untuk mengevaluasi
tingkat keberhasilan pengelolaan berkelanjutan kawasan konservasi perairan
![Page 10: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/10.jpg)
lingkungan, pariwisata alam perairan dan pendanaan mandiri yang
berkelanjutan, dan (3) pengelolaan kawasan konservasi sebagai bentuk
tanggungjawab sosial yang mensejahterakan masyarakat. Evaluasi tingkat
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dilakukan dengan alat ukur E-
KKP3K, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Nomor Kep.44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis
Evaluasi Evektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K). Pedoman E-KKP3K memuat tata-cara atau
panduan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pengelolaan berkelanjutan
kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Konservasi dalam pembangunan kelautan dan perikanan lima tahun
kedepan dipastikan menjadi agenda utama dan tetap menjadi prioritas sebagai
penyeimbang kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Kelembagaan
pengelolaan efektif kawasan konservasi menjadi kunci utama dengan
mengedepankan prinsip-prinsi pengelolaan bersama (co-management).
“Konservasi mengukuhkan pilar-pilar perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan berkelanjutan yang memberi manfaat keekonomian pendorong
kesejahteraan masyarakat”.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari paper yang kami tulis yaitu:
1. Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan dengan tetap
memperhatikan manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dan tetap
mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan.
2. Beberapa landasan hukum mengenai konservasi ini diatur dalam
undang undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri.
![Page 11: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian kelautan dan perikanan. 2014. Konservasi untuk Kesejahteraan.
www.kkji.kkp3k.kkp.go.id
Madsalim.2010. Kelemahan-Kelemahan PP No 27 Tahun 1991
http://madsalimminformasi.blogspot.com/2010/08/ii-kelemahan-
kelemahan-pp-no-27-tahun.html
Salinan Permen KP no 2 tahun 2009 tentang tata cara penetapan kawasan
konservasi perairan
Salinan Permen KP no 3 tahun 2010 tentang tata cara penetapan perlindungan
jenis ikan
Salinan Permen KP no 30 tahun 2010 tentang rencana pengelolaan dan zonasi
kawasan konservasi perairan
Salinan Permen KP no 4 tahun 2010 tentang pemanfaatan jenis dan genetika ikan
Salinan PP no 27 tahun 1991 tentang rawa
Salinan PP no 60 tahun 2007 tentang konservasi sumberdaya ikan
Salinan UU no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
![Page 12: Landasan Hukum Konservasi Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf9216550346f57b936dda/html5/thumbnails/12.jpg)
Salinan UU no 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya
Salinan UU RI no 1 tahun 2014
Salinan UU RI no 21 tahun 2009 tentang persetujuan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan konvensi perserikatan bangsa-bangsa tentang hukum laut
tanggal 10 desember 1982 yang berkaitan dengan konservasi dan
pengelolaan sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang
beruaya jauh