Lampiran_10-Analisa Perijinan

21
Lampiran 10 ANALISA PERIJINAN GALANGAN Untuk tujuan komersialisasi Galangan Kapal, selain harus mengusulkan perubahan terhadap ijin operasional Terminal Khusus kepada Departemen Perhubungan Pusat melalui koordinasi dengan Unit Pelaksana Pelabuhan (UPP) setempat, PT Badak NGL juga harus menempuh proses perijinan seperti dijelaskan berikut. Landasan Hukum Pembentukan Anak Perusahaan di PT. BADAK NGL Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero) serta Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2001 Tentang Tim Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara, pada pasal 1 dinyatakan bahwa “Anak perusahaan BUMN adalah Perseroan Terbatas yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh BUMN. PT Badak NGL sebagai operating company yang mengoperasikan kilang LNG di Bontang, Kalimantan Timur, dapat melakukan pengembangan usaha dengan mendirikan anak perusahaan yang bergerak dalam jasa pengedokan/perbaikan kapal, sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero). Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero) tersebut, seperti tertulis pada BAB II tentang ORGAN PERSERO, Pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa: Pihak yang menerima kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)-(Direktur Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara) wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan untuk mengambil keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, mengenai:(g). Pembentukan anak perusahaan dan penyertaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, selanjutnya tata cara pembentukan anak perusahaan tetap mengikuti aturan dan persayaratan seperti yang diatur dalam pasal-pasal lainnya dalam Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero), yang secara umum dilakukan dengan cara sebagaimana diuraikan di bawah ini. Mendirikan PT melalui beberapa tahapan sesuai yang ditetapkan dalam Undang-undang PT (UU-PT) No. 1 Tahun 1995, sebagai berikut:

Transcript of Lampiran_10-Analisa Perijinan

Page 1: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Lampiran – 10

ANALISA PERIJINAN GALANGAN

Untuk tujuan komersialisasi Galangan Kapal, selain harus mengusulkan perubahan

terhadap ijin operasional Terminal Khusus kepada Departemen Perhubungan Pusat

melalui koordinasi dengan Unit Pelaksana Pelabuhan (UPP) setempat, PT Badak NGL

juga harus menempuh proses perijinan seperti dijelaskan berikut.

Landasan Hukum Pembentukan Anak Perusahaan di PT. BADAK NGL

Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

1998 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero) serta Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 122 Tahun 2001 Tentang Tim Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik

Negara, pada pasal 1 dinyatakan bahwa “Anak perusahaan BUMN adalah Perseroan

Terbatas yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh BUMN”.

PT Badak NGL sebagai operating company yang mengoperasikan kilang LNG di

Bontang, Kalimantan Timur, dapat melakukan pengembangan usaha dengan mendirikan

anak perusahaan yang bergerak dalam jasa pengedokan/perbaikan kapal, sebagaimana

telah diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

1998 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero).

Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 Tentang

Perusahaan Perseroan (Persero) tersebut, seperti tertulis pada BAB II tentang ORGAN

PERSERO, Pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa: Pihak yang menerima kuasa sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1)-(Direktur Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara) wajib

terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan untuk mengambil keputusan

dalam Rapat Umum Pemegang Saham, mengenai:(g). Pembentukan anak perusahaan

dan penyertaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, selanjutnya tata cara pembentukan anak perusahaan

tetap mengikuti aturan dan persayaratan seperti yang diatur dalam pasal-pasal lainnya

dalam Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 Tentang Perusahaan

Perseroan (Persero), yang secara umum dilakukan dengan cara sebagaimana diuraikan

di bawah ini.

Mendirikan PT melalui beberapa tahapan sesuai yang ditetapkan dalam Undang-undang

PT (UU-PT) No. 1 Tahun 1995, sebagai berikut:

Page 2: Lampiran_10-Analisa Perijinan

1. Pembuatan Akta Notaris

Jika ingin mendirikan PT terlebih dahulu harus membuat akta pendirian PT ke kantor

Notaris. Isinya ditentukan sendiri oleh para pendiri. Dalam Pasal 8 UU-PT akta

pendirian PT memuat anggaran dan keterangan seperti:

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan

kewarganegaraan pendiri;

b. susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan

kewarganegaraan anggota Direksi dan Komisaris yang pertama kali diangkat; dan

c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah

saham, dan nilai nominasi atau nilai yang diperjanjikan dari saham yang telah

ditempatkan dan disetor pada saat pendirian.

d. Penyusunan Anggaran Dasar, yang berisi :

nama dan tempat kedudukan perseroan;

maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

jangka waktu berdirinya perseroan;

besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang

disetor,

jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham

untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai

nominal setiap saham;

susunan, jumlah, dan nama anggota Direksi dan Komisaris;

penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota

Direksi dan Komisaris;

tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden; dan

ketentuan-ketentuan lain menurut UU-PT.

2. Pendaftaran Kelengkapan

a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

b. Perusahaan Kena Pajak (PKP)

c. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

Page 3: Lampiran_10-Analisa Perijinan

3. Pengesahan Menteri Kehakiman

Akta notaris yang telah dibuat tadi harus mendapatkan pengesahan Menteri

Kehakiman untuk mendapatkan status sebagai badan hukum.

Dalam pasal 9 UU-PT disebutkan Menteri Kehakiman akan memberikan pengesahan

dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah diterimanya

permohonan pengesahan PT, lengkap dengan lampiran-lampirannya. Jika

permohonan tersebut ditolak, Menteri Kehakiman memberitahukan kepada pemohon

secara tertulis disertai dengan alasannya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari itu

juga.

4. Pendaftaran Wajib

Akta Pendirian/Anggaran Dasar PT disertai SK pengesahan dari Menteri Kehakiman

kemudian wajib didaftar dalam daftar perusahaan paling lambat 30 (tiga puluh) hari

setelah tanggal pengesahan PT atau tanggal diterimanya laporan.

5. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara

Apabila pendaftaran dalam daftar perusahaan telah dilakukan, direksi mengajukan

permohonan pengumuman perseroan didalam Tambahan Berita Negara dalam waktu

paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak pendaftaran tersebut. Pendirian PT

telah selesai dengan dilakukannya pengumuman.

Berdasarkan info yang diperoleh dari Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah

(BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur yang merupakan lembaga teknis yang menjadi unsur

penunjang pemerintah provinsi dan memiliki tugas dalam melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan dibidang promosi dan investasi, untuk melakukan

Investasi di Kalimantan Timur, Pemerintah Daerah telah menetapkan prosedur perijinan

usaha serta persyaratan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Modal Asing (PMDN dan

PMA), dengan mengacu pada Surat Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) Nomor : 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan

Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. Selanjutnya berdasarkan

Surat Keputusan Gubernur Propinsi Kalimantan Timur Nomor 04 Tahun 2001 yang

direvisi dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 09 Tahun 2004 serta berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2004, maka struktur organisasi BPPMD Pemerintah

Propinsi Kalimantan Timur dapat dilihat seperti gambar dibawah ini:

Page 4: Lampiran_10-Analisa Perijinan

KEPALA

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

BAGIAN TATA

USAHA

SUB BAG

PENYUSUNAN

PROGRAM

SUB BAG

KEUANGAN

SUB BAG UMUM

DAN HUMAS

BID

PENGEMBANGANBID PROMOSI BID PRODUKSI DAN

ITBID INVESTASI

SUB BID

PENGKAJIAN

POTENSI

SUB BID SIMPEDAL

SUB BID

KERJASAMA

SUB BUD KAJIAN

CALIN INVESTOR

SUB BID PAMERAN

SUB BID NON

PAMERAN

SUB BUD PERIZINAN

SUB BID

PEMBINAAN

SUB BID EVALUASI

DAN PELAPORAN

SUB BID

PEMBERITAAN DAN

KERJASAMA

SUB BID TEKNIK IT

Gambar 10.1 Struktur Organisasi BPPMD Provinsi Kalimantan Timur

Adapun jenis ijin dan lembaga yang menerbitkan, serta lamanya proses perizinan

berkenaan dengan perizinan penanaman modal di Kalimantan Timur dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 10.1. Perijinan PMDN dan PMA

Jenis perizinan Lembaga

berwenang

Waktu

pengurusan

Perizinan Pusat

1. SP Penanaman Modal IUT (Izin Tempat Usaha) BKPM 10 hari 2. APIT (Angka Pengenal Importir Terbatas) BKPM 5 hari

3. RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) BKPM 7 hari

4. IUT (Izin Tempat Usaha) BKPM 14 hari

Perizinan Daerah

1. Izin Lokasi Pemkab/Kota -

2. Sertifikat Atas Tanah Pemkab/Kota -

3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Pemkab/Kota -

4. Izin Undang-Undang Gangguan/HO Pemkab/Kota -

5. Beberapa perijinan lainnya seperti: a. Ijin Prinsip b. Ijin Tata Ruang (Site Plan) c. Ijin Usaha Tetap (IUT)/Izin Usaha Indiustri

(IUI)

Pemkab/Kota -

Page 5: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Prosedur dan Persyaratan Penanaman Modal Baru PMDN

Penanaman modal dalam negeri (PMDN) baru berikut fasilitas-fasilitasnya di ajukan oleh

seorang calon penanam modal untuk mendirikan serta menjalankan suatu usaha baru

dapat diajukan oleh Perseroan Terbatas (PT), Commanditaire Vennootschap (CV),

koperasi BUMN, BUMD atau perorangan.

Permohonan diajukan kepada Kepala BKPM dalam 2 (dua) rangkap dengan

menggunakan formulir Model I/PMDN (lihat halaman berikutnya) dengan lampiran

sebagai berikut :

1. Bukti Diri Permohonan :

a. Rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahan untuk PT. BUMN/BUMD

CV, FA, atau

b. Rekaman Anggaran Dasar untuk Badan Usaha Koperasi, atau

c. Rekaman Kartu Tanda Penduduk untuk perorangan

2. Surat kuasa dari yang berwenang apabila penandatanganan permohonan tidak

dilakukan oleh si pemohon sendiri

3. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) si pemohon.

4. Uraian Rencana Kegiatan :

a. Proses Produksi yang dilengkapi dengan bagan alir proses (flow chart) serta

mencantumkan jenis bahan baku/bahan penolong bagi industri pengolahan; atau

b. Uraian kegiatan Usaha, bagi kegiatan di bidang jasa

c. Persyaratan dan/atau ketentuan sektoral tertentu yang dikeluarkan oleh

Pemerintah seperti tercantum antara lain dalam Buku Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Penanaman Modal (BPTPPM)

d. Khususnya untuk bidang usaha industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit

yang bahan bakunya tidak berasal dari kenun sendiri, harus dilengkapi dengan

jaminan bahan baku dari pihak lain yang diketahui oleh Dinas Perkebunan

Kabupaten/Kota setempat

5. Bagi bidang usaha yang dipersyaratkan kemitraan :

a. Kesepakatan/perjanjian kerjasama tertulis mengenai kesepakatan bermitra

dengan usaha kecil, yang antara lain memuat nama dan alamat masing-masing

pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masing-masing

pihak, dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada usaha kecil.

b. Akta Pendirian atau Perubahannya atau risalah RUPS mengenai Usaha Kecil

sebagai pemegang saham, apabila kemitraan bentuk penyertaan saham.

Page 6: Lampiran_10-Analisa Perijinan

6. Surat Pernyataan diatas materai dari Usaha Kecil yang menerangkan bahwa yang

bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil yang sesuai Undang-Undang Nomor 9

Tahun 1995.

Page 7: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Formulir Model I/PMDN

Page 8: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Formulir Model I/PMDN (lanjutan...)

Page 9: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Formulir Model I/PMDN (lanjutan...)

Page 10: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Formulir Model I/PMDN (lanjutan...)

Page 11: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Prosedur dan Persyaratan Ijin Usaha Tetap (IUT)

Perusahaan PMDN/PMA yang akan melaksanakan sendiri pengimporan barang modal

dan/atau bahan baku/ penolong, wajib memiliki Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT).

Permohonan untuk memperoleh APIT dimaksud diajukan kepada kepala BKPM dalam 2

rangkap, dengan menggunakan formulir APIT (lihat halaman berikutnya). APIT dimakasud

ditanda tangani oleh kepala BKPM atas nama Menteri Perindustrian dan Perdagangan

dalam bentuk surat keputusan dan Kartu APIT, disampaikan kepada pemohon dengan

tembusan kepada menteri Perindustrian dan Perdagangan, Direktur Jenderal

Perdagangan Internasional u.p. Direktur Impor, Bank Indonesia Bagian Ekspor Impor,

Direktur Bea dan Cukai dan Direktur Jenderal Pajak.

Permohonan APIT dimaksud diterbitkan selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak

diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. APIT berlaku sejak ditetapkan dan

berlaku untuk seluruh Wilayah Republik Indonesia, selama perusahaan yang

bersangkutan masih berproduksi/beroperasi. Perusahaan yang kegiatannya termasuk

dibidang perdagangan dan yang akan mengimpor barang-barang yang akan

diperdagangkan, maka APIT yang telah dimiliki berlaku juga sebagai Angka Pengenal

Importir Umum (APIU) dan berlaku selama 5 tahun.

Untuk permohonan mendapatkan Ijin Usaha Tetap (IUT) dari BKPM dalam rangka PMDN,

beberapa persyaratan harus dipenuhi antara lain:

1. Rekaman Akta pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

dan HAM serta perubahan-perubahanny, atau Rekaman Anggaran Dasar Koperasi

yang Telah disahkan oleh Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah.

2. Rekaman Hak atas Tanah atau Bukti Pemilikan Tanah atau Bukti Perjanjian sewa

Menyewa Tanah bagi yang tanahnya sewa.

3. Rekaman Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Bukti Perjanjian Sewa Menyewa

Bangunan bagi yang bangunan/ruangan/gedung disewa.

4. Rekaman Izin Undang-undang Gangguan (UUG/HO).

5. Rekaman persetujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

pemantauan lingkungan (RPL) bagi perusahaan yang kegiatan usahanya wajib

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Dokumen Upaya Pengelolaan

Lingkungan (SPPL) bagi perusahaan yang kegiatan usahanya tidak wajib AMDAL.

6. Rekaman SR PMDN atau SP PMA beserta perubahannya.

7. Berita Acara Pemeriksaan Proyek (BAP) bagi perusahaan yang berlokasi di luar

kawasan industri.

Page 12: Lampiran_10-Analisa Perijinan

8. Dalam hal proyek yang mencakup beberapa unit usaha agar produksi dan

investasinya dirinci sesuai unit usahanya

9. Surat Kuasa dari yang berwenang, apabila penandatangan permohonan bukan

Direksi.

10. Khusus bagi bidang usaha tertentu dilengkapi dengan :

a. Spesifikasi Uji Operasi dari Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi,

untuk bidang usaha penyediaan tenaga Listrik.

b. Bukti Penetapan Golongan/Klasifikasi Kelas Hotel dari Dinas Pariwisata Provinsi.

c. Rekaman Izin Operasi dari pemerintah daerah setempat, untuk usaha Angkutan

Taksi.

d. Rekaman Izin Operasi dari pemda setempat bagi yang memiliki sendiri armada

angkutan wisata, atau perjanjian sewa menyewa dengan pengusaha angkutan

wisata untuk bidang usaha Biro Perjalanan Wisata.

e. Rekaman Izin Menjual Minuman Beralkohol bagi Bidang Usaha perhotelan dan

Restoran.

f. Untuk usaha dibidang Perdagangan agar menyampaikan jenis barang yang

diperdagangkan (bila SP Penanaman Modal Belum menyebutkan

Page 13: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Formulir APIT Disampaikan : Lampiran 15 Ke BKPM atau BKPMD SK Meninves/Kepala BKPM sebanyak 2 rangkap No. 38/SK/1999 -------------------------------

FORMULIR APIT

PERMOHONAN UNTUK MENDAPATKAN ANGKA PENGENAL IMPORTIR TERBATAS ATAU PERUBAHANNYA

DALAM RANGKA PMDN/PMA Permohonan untuk mendapatkan Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT) ini diajukan oleh yang bertandatangan dibawah ini : I. KETERANGAN PEMOHON

1. Nama Pemohon : 2. a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) :

b. Nomor Kode Proyek (NKP) : 3. A l a m a t : a. Kantor Pusat :

- Telepon : - Telex : - Facsimile :

b. Lokasi Proyek/Pabrik : 4. Bidang Usaha/Kegiatan (sesuai SP PMDN/SP PMA/SPPP) :

II. LEGALITAS PENDIRIAN PERUSAHAAN

1. Akte Pendirian Perusahaan Nama Notaris : Nomor/Tanggal :

2. Akte Perubahan Nama Notaris : Nomor/Tanggal : III. IZIN-IZIN/PERSETUJUAN YANG TELAH DIPEROLEH

1. Nomor & Tanggal SP PMDN/SP PMA/ : SPPP dan perubahan-perubahannya

2. 2. Nomor dan Tanggal APIT : (bagi yang mengajukan permohonan perubahan) IV. PIMPINAN PERUSAHAAN *) - N a m a : - J a b a t a n : - Kewarganegaraan :

Page 14: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Formulir APIT (lanjutan...)

V. NAMA PEJABAT PERUSAHAAN YANG MENANDATANGANI DOKUMEN IMPOR *) - N a m a : - J a b a t a n : - Kewarganegaraan : VI. LAIN-LAIN Kami menyatakan bahwa permohonan ini dibuat dengan benar, ditanda tangani oleh yang berhak dan sewaktu-waktu dapat dipertanggung-jawabkan termasuk dokumen/ data yang terlampir maupun yang disampaikan kemudian. Pimpinan/Direksi Perusahaan Meterai Rp. 6.000,- (.........................) Nama terang, tanda tangan, jabatan, cap perusahaan *Dapat lebih dari 1 (satu) orang, dan dibuatkan dalam kertas tersendiri. ----------------------------------------------------------------------------------------------- LAMPIRAN :

1. Kartu APIT yang telah ditandatangani oleh yang berhak menandatangani dokumen impor dan dibubuhi stempel perusahaan. Bagi penandatangan dokumen bukan direksi, perlu Surat Kuasa Direksi di atas meterai.

2. Rekaman akta perusahaan/Anggaran Dasar Koperasi terakhir mengenai susunan pengurus perusahaan/koperasi.

3. Rekaman NPWP bagi perusahaan PMA baru. 4. Rekaman IKTA bagi TKWNAP penandatangan dokumen impor. 5. Daftar nama yang berhak menanda tangani dokumen impor (formulir terlampir)

dengan pas foto masing-masing ukuran 3x4 cm sebanyak 1 (satu) lembar. 6. Rekaman SP PMDN atau SP PMA atau SPP Presiden dan perubahannya.

Page 15: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Formulir APIT (lanjutan...)

LAMPIRAN : Pas foto susunan pengurus yang berhak menandatangani dokumen impor Nama Perusahaan ..................................... 1. Nama Lengkap :

J a b a t a n : Pas Foto 3 x 4 Tandatangan :

2. Nama Lengkap :

J a b a t a n : Pas Foto 3 x 4 Tandatangan :

3. Nama Lengkap :

J a b a t a n : Pas Foto 3 x 4 Tandatangan :

4. Nama Lengkap :

J a b a t a n : Pas Foto 3 x 4 Tandatangan :

5. Nama Lengkap :

J a b a t a n : Pas Foto 3 x 4 Tandatangan :

Pimpinan/Direksi Perusahaan, Meterai Rp. 6.000,- (.........................) Nama terang, tanda tangan jabatan, cap perusahaan

Page 16: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Prosedur dan Persyaratan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)

Jika dalam pengoperasian usaha direncanakan akan menggunakan tenaga kerja asing

(TKA) (warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia),

maka terhadap perusahaan yang akan mempekerjakan TKA dikenakan syarat-syarat

sebagai berikut (formulir RPTKA lihat dihalaman selanjutnya):

1. Pemberi kerja TKA yang akan mengurus IMTA, terlebih dahulu harus mengajukan

permohonan kepada Direktur untuk mendapatkan rekomendasi guna memperoleh

visa untuk bekerja dengan melampirkan:

a. copy surat keputusan pengesahan RPTKA;

b. copy paspor TKA yang akan dipekerjakan;

c. daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan;

d. copy ijasah dan/atau keterangan pengalaman kerja TKA yang akan dipekerjakan;

e. pas photo berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar.

2. Untuk memperoleh IMTA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Pemberi Kerja TKA

harus menyampaikan permohonan dengan melampirkan:

a. copy Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS) untuk bekerja atas nama TKA yang

bersangkutan;

b. copy perjanjian kerja;

c. bukti pembayaran dana kompensasi, penggunaan TKA.

Page 17: Lampiran_10-Analisa Perijinan
Page 18: Lampiran_10-Analisa Perijinan

Persayaratan di Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota

Dalam pengembangan usaha galangan kapal, terdapat beberapa perijinan yang harus

diperoleh dari Pemerintah Kabupaten/Kota sebelum usaha tersebut dapat dimulai.

Perijinan-perijianan yang biasanya diminta oleh Pemerintah Daerah, diantaranya adalah:

a. Ijin Prinsip

b. Ijin Lokasi

c. Ijin Tata Ruang (Site Plan)

d. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

e. Ijin Gangguan (HO)

f. Ijin Usaha Tetap (IUT)/Izin Usaha Indiustri (IUI)

g. Ijin lainnya yang dipandang perlu

a) Ijin Prinsip

Ijin prinsip dikeluarkan oleh pemerintah daerah dimana usaha galangan kapal tersebut

akan di laksanakan. Dalam pengupayaan ijin prinsip ini terdapat beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi, diantaranya:

Mengisi Formulir Permohonan bermaterai diketahui camat dan lurah, dengan dilampiri

salinan atas (dengan menunjukkan aslinya):

1. Surat pernyataan pemohon

2. Uraian Garis Besar Rencana Pembangunan / Proyek yang akan dibangun

3. Foto Copy KTP

4. Foto Copy Akte Pendirian Perusahaan Terbaru

5. Foto Copy NPWP untuk Perusahaan

6. Foto Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

7. Foto Copy Kartu Anggota REI/APERSI untuk Perumahan / Real Estate

8. Foto Copy Hak / Keterangan mengenai Status Tanah, berupa sertifikat (SHM/HGB),

Petok D atau Surat Keterangan dari Kepala Desa

b) Ijin Lokasi

Persyaratan untuk mendapatkan ijin lokasi galangan kapal adalah sebagai berikut:

Mengisi Formulir Permohonan bermaterai diketahui camat dan lurah, dengan dilampiri

dengan dilampiri salinan atas (dengan menunjukkan aslinya):

Page 19: Lampiran_10-Analisa Perijinan

1. Uraian Garis Besar Rencana Pembangunan

2. Foto Copy KTP

3. Foto Copy Akte Pendirian Perusahaan Terbaru

4. Foto Copy NPWP untuk Perusahaan

5. Gambar Kasar / Sketsa rencana penggunaan tanah.

6. Pernyataan Kesanggupan akan memberi ganti rugi dan menyediakan tempat

penampungan bagi pemilik tanah / yang berhak atas tanah serta mematuhi semua

ketentuan yang telah / yang akan diadakan di wilayah Kabupaten Gresik

7. Foto Copy Surat Persetujuan BKPM (bagi perusahaan PMA/PMDN) / izin prinsip dari

instansi vertikal Departemen Teknis yang bersangkutan

8. Foto Copy Kartu Anggota REI/APERSI untuk perumahan / real estate

9. Ijin Prinsip

c) Ijin Tata Ruang (Site Plan)

Persyaratan untuk mendapatkan ijin tata ruang galangan kapal adalah sebagai berikut:

Mengisi Formulir Permohonan bermaterai diketahui camat dan lurah, dengan dilampiri

dengan dilampiri salinan atas (dengan menunjukkan aslinya):

1. Foto Copy PBB Tahun Terakhir

2. Foto Copy KTP

3. Foto Copy Bukti atas Tanah

4. Izin Prinsip

5. Izin Lokasi

6. Foto Copy NPWP untuk Perusahaan / Industri

7. Gambar Situasi (Layout Plan)

8. Foto Copy IMB apabila permohonan tersebut untuk / Penambahan perubahan

bangunan

9. Surat Kuasa apabila pengurusannya diserahkan orang lain

d) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

Persyaratan untuk mendapatkan ijin mendirikan bangunan (IMB) galangan kapal adalah

sebagai berikut:

Mengisi Formulir Permohonan bermaterai diketahui camat dan lurah, dengan dilampiri

dengan dilampiri salinan atas (dengan menunjukkan aslinya):

1. Foto Copy Bukti Hak atas Tanah

2. Foto Copy KTP

Page 20: Lampiran_10-Analisa Perijinan

3. Surat Persetujuan Tetangga

4. Gambar Situasi dan Konstruksi (Layout Plan)

5. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah

6. Foto Copy Pelunasan PBB Tahun terakhir

7. Foto Copy IMB Apabila permohonan tersebut untuk perluasan / penambahan /

perubahan bangunan

8. Surat Kuasa apabila pengurusannya diserahkan orang lain

e) Ijin Gangguan (HO)

Persyaratan untuk mendapatkan ijin gangguan (HO) galangan kapal adalah sebagai

berikut:

Mengisi Formulir Permohonan bermaterai diketahui camat dan lurah, dengan dilampiri

dengan dilampiri salinan atas (dengan menunjukkan aslinya):

1. Foto Copy KTP

2. Foto Copy NPWP

3. Surat Persetujuan Tetangga / Surat Keterangan yang diketahui oleh Camat Setempat

4. Foto Copy IMB

5. Foto Copy Izin Lokasi

6. Gambar Situasi (Layout Bangunan)

7. Foto Copy Akte Pendirian Perusahaan

8. Foto Copy Surat Tanah

9. Foto Copy Bukti Pembayaran PBB tahun terakhir

10. Foto Copy Izin Industri

11. Foto Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

f) Ijin Usaha Tetap (IUT) / Ijin Usaha Industri (IUI)

Persyaratan untuk mendapatkan ijin gangguan (HO) galangan kapal adalah sebagai

berikut:

Mengisi Formulir Permohonan bermaterai diketahui camat dan lurah, dengan dilampiri

dengan dilampiri salinan atas (dengan menunjukkan aslinya):

1. Foto Copy KTP

2. Foto Copy NPWP

3. Surat Persetujuan Tetangga / Surat Keterangan yang diketahui oleh Camat Setempat

4. Foto Copy IMB

5. Foto Copy Izin Lokasi

Page 21: Lampiran_10-Analisa Perijinan

6. Gambar Situasi (Layout Bangunan)

7. Foto Copy Akte Pendirian Perusahaan

8. Foto Copy Surat Tanah

9. Foto Copy Bukti Pembayaran PBB tahun terakhir

10. Foto Copy Izin Industri

11. Foto Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Gambar 10.2 Prosedur Pengurusan Ijin

Investor’s Application

BKPM

PMA Approval

Indonesian Notary

Tax Reg Code No.(NPWP)

Min. Of Justice and HR

Article of Association

Investor’s Application

BKPM

PMA Approval

Indonesian Notary

Tax Reg Code No.(NPWP)

Min. Of Justice and HR

Article of Association

BKPM: 1. APIT 2. RPTKA 3. Custom Approval for

capital goods 4. Custom Approval for

raw material

Municipality level: 1. Local Permit 2. Land title 3. IMB 4. HO/UUG 5. etc.

BKPM (permanent Business Licence / IUT)