LAMPIRAN - repository.unika.ac.idrepository.unika.ac.id/288/8/11.61.0018 Riska Ardelin Balian... ·...

81
LAMPIRAN

Transcript of LAMPIRAN - repository.unika.ac.idrepository.unika.ac.id/288/8/11.61.0018 Riska Ardelin Balian... ·...

LAMPIRAN

1. Rudi Rubiandini (Kepala SKK Migas)

» Tersangka

» Peran: Diduga memberikan uang ke DPR dan Waryono Karno

2. Karen Agustiawan (Direktur PT. Pertamina)

» Saksi

» Peran: Diduga menyetorkan uang suap

(Karen) “Pertamina sudah memberikan ke mereka langsung”

(Rudi) “Kalau tak mau ngasih, saya laporkan ke Pak Menteri”

3. Gerhard Maarten Rumeser (Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK

Migas)

» Saksi

» Peran: Diduga memberikan uang suap

(Gerhard) “Dicicil tiga kali saja”

(Rudi) “Pak Jhonny sudah menagih”

4. Deviardi (Pelatih golf)

» Tersangka

» Peran: Perantara suap dari perusahaan ke Rudi

(Rudi) “Tolong disiapkan dana untuk THR..”

1

2

3

4

6

5

7

8

9

5. Sutan Bhatoegana (Ketua Komisi Energi DPR)

» Saksi

» Peran: Diduga menerima gratifikasi/suap dan mengawal tender di SKK

Migas

» Harta: Rp. 2.465.719.252 dan US$ 15,000 (30 November 2009)

Kasus Lain:

» Diduga terlibat korupsi pembangkit listrik solar home system di

Kementrian ESDM

» Menghubungkan M. Nazzaruddin, berkas Bendahara Umum Partai

Demokrat, dengan direksi PT. PLN dalam Proyek pengadaan baru bara

untuk PLN.

(Sutan) “Sudah injury time .. Kita di sini pening”

6. Tri Yulianto (Anggota Komisi Energi DPR)

» Saksi

» Peran: Diduga menjadi perantara dan penerima gratifikasi/ suap

(Tri Yulianto) “Lewat saya saja, nanti saya sampaikan”

(Rudi) “Ada dana THR yang diminta Pak Sutan untuk Komisi VII”

7. Jhonny Allen Marbun (Anggota Komisi Energi DPR)

» Belum diperiksa

» Peran: Diduga meminta uang kepada Rudi

“Pembayaran bisa kapan saja, yang penting janji bayar”

8. Zainudin Amali (Wakil Ketua Komisi Energi DPR)

» Saksi

» Peran: Diduga menerima dana dari Waryono Karyo

9. Waryono Karyo (Sekretaris Jenderal Kementrian Energi dan Sumber Daya

Mineral)

» Tersangka

» Peran: Diduga menjadi pengepul uang untuk Kementrian dan DPR.

(Waryono) “SKK Migas buka kendang, Pertamina tutup kendang”

http://www.tempo.co/read/flashgrafis/2014/02/12/593/Ujung-Pipa-Dana-Pelicin

Akibat Jurus Kickback

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto mengatakan

dugaan pemerasan yang dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero

Wacik terjadi sejak 2011. “Latar belakangnya ialah, JW memerlukan dana

operasional yang lebih besar dari biasanya,” kata Bambang. Dia menyebut aksi

Jero ini sebagai kickback atau pemerasan.

⇙ 13 Agustus 2013

Kepala Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi,

Rudi Rubiandini, ditangkap KPK di rumahnya dengan barang bukti US$ 490 ribu

dan Sin$ 127 ribu

⇙ 16 Januari 2014

Sekretaris Jenderal Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Waryono Karno menjadi tersangka. Waryono diduga terlibat korupsi di Satuan

Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK

Migas)

1

2

3

4

5 6

⇙3 Juli 2014

Istri Jero Wacik, Triesnawati, diperiksa KPK. Seusai pemeriksaan, Triesnawati

bungkam.

⇙16 Juli 2014

Menteri Jero Wacik diperiksa penyidik KPK selama 6 jam. Jero mengaku ditanya

soal dugaan penyimpangan anggaran dana di kementriannya. Sebelumnya, KPK

mengatakan menemukan ada perintah Jero kepada Waryono saat masih menjabat

Sekjend Kementrian Energi untuk memainkan anggaran di Kementrian.

⇙3 September 2014

KPK menetapkan Jero Wacik sebagai tersangka kasus pemerasan.

Modus:

Melakukan kegiatan perdata, tapi dibungkus keperdataan administrasi.

Menggelar rapat-rapat fiktif.

Pengumpulan dana dari rekanan kementrian

Pengumpulan dana dari feedback suatu kegiatan

Kerugian Negara :

9,9 Miliar

Pasal yang dilanggar:

Pasal 12e juncto Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 421 KUHP.

Ancaman Hukuman:

20 tahun penjara dan denda 1 Miliar

1. Rudi Rubiandini (Vonis 7 tahun) Kepala SKK Migas

2. Simon Gunawan (Vonis 3 tahun) Komisaris PT. Kernel Oil Private Limited

US$ 700,000 (sekitar Rp 8,1 Miliar)

3. Gerhard Rumeser (Saksi) Deputi Dukungan Pengendalian Bisnis SKK

Migas. US$ 200,000 & US$ 150,000 (total sekitar Rp 4,1 Miliar)

Kementrian Energi

Peruntukan: Urunan “uang semir” ke DPR untuk memuluskan anggaran APBN-P

2013 Kementrian Energi. Permintaan ini, kata Sekjend Kementrian Energi

Waryono Karno seperti dikutip Rudi, atas “arahan Pak Menteri”.

4. Iryanto Muchi (Saksi) Staf Sutan Bhatoegana – via Didi Dwi Sutrisnohadi

(Kepala Biro Keuangan Kementrian Energi)

Pimpinan Komisi Energi (4 orang) : US$ 30,000

Anggota Komisi (43 orang) : US$ 107,500

Sekretariat Komisi : US$ 2,500

DPR

Peruntukan: Tunjangan Hari Raya DPR US$ 200,000 (sekitar Rp 2,34 Miliar)

5. Sutan Bhatoegana (Tersangka) Ketua Komisi Energi DPR – via Tri Yulianto

(Anggota Fraksi Demokrat)

Utang “Warisan”

Peruntukan: Pelunasan “utang” Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas

– nama lama SKK Migas – sebesar US$ 1 juta kepada anggota DPR.

6. Jhonny Allen Marbun (Anggota Badan Anggaran DPR) – via Gerhard

Rumeser. US$ 200ribu (sekitar Rp 2,34 Miliar)

www.tempo.co/read/flashgrafis/2014/09/623/Jero-Wacik-Terseret

Ada Tersangka Baru di SKK Migas?

Minggu, 4 Mei 2014 — 20:54 WIB

JAKARTA (Pos Kota) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberi sinyal

akan ada penyidikan baru terkait kasus dugaan suap di lingkungan Satuan Kerja

Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Menurut Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, tindak lanjut kasus itu

bergantung dari kesimpulan tim jaksa penuntut umum (JPU) KPK yang

menangani kasus suap mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini.

“Kami sedang menunggu ekspose dari teman-teman penuntut untuk kemudian

dijadikan dasar bagi pimpinan KPK apakah perlu ditindaklanjuti. Kalau

ditindaklanjuti yang mana yang perlu ditindaklanjuti,” ujarnya di Jakarta, belum

lama ini.

Pernyataan itu sekaligus menjawab bagaimana upaya KPK dalam menelusuri

keterlibatan pemberi suap kepada Rudi Rubiandini. Terlebih, dalam vonis majelis

hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, ada pihak-pihak yang

disebut diduga menyuap Rudi.

“Sebenarnya yang paling menarik itu hampir semua rumusan dakwaan yang

dirumuskan lagi dalam tuntutan itu, pertimbangan hukumnya, diambil oleh hakim

dan dijadikan dasar untuk membuat putusan. Di situ kan yang menarik ada cukup

banyak saksi yang mengonfirmasi dan mengklarifikasi ada pihak lain yang terlibat

disitu. Nah itu lah mungkin bisa dijadikan dasar,” paparnya.

Sebelumnya, dalam sidang di Pengadilan Tipikor, berdasarkan keterangan

sejumlah saksi, majelis hakim membeberkan sejumlah orang yang diduga

menerima aliran dana dari Rudi.

Di antaranya, Komisaris Utama Kernel Oil Singapura, Widodo Ratanachaitong,

Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri, Artha Meris Simbolon, Wakil Kepala

SKK Migas saat itu, Yohanes Widjonarko, Deputi Pengendalian Bisnis SKK

Migas, Gerhard Marteen Rumeser, Kepala Penunjang Operasi SKK Migas, Iwan

Ratman, dan anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Demokrat, Sutan Bhatoegana.

Saat disinggung mengenai nasib Sutan yang disebut-sebut kecipratan uang 200

ribu dolar AS dari Rudi, Bambang menjawab tegas. “Siapapun yang ada dalam

situ pokoknya,” timpal dia.

Rudi Rubiandini telah divonis 7 tahun penjara dan denda Rp200 juta subsider 3

bulan kurungan. Rudi dinilai terbukti menerima duit dari sejumlah pihak dan

melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu dinilai

menerima duit 200 ribu dolar Singapura dan 900 ribu dolar AS dari pemilik PT

Kernel Oil Pte Ltd, Widodo Ratanachaitong.

Duit itu diberikan Widodo melalui Deviardi, pelatih golf Rudi, supaya Rudi

menyetujui perusahan Widodo, Fossus Energy Ltd, menjadi pemenang di

beberapa tender di SKK Migas. Rudi juga menginginkan agar beberapa tender di

SKK Migas digabung dan ditunda.

Rudi juga terbukti menerima 522.500 dolar AS dari Presiden Direktur PT Kaltim

Parna Industri, Artha Meris Simbolon.

Menurut Jaksa Riyono, Artha Meris memberikan uang itu supaya Rudi

menyetujui permohonan penurunan formula harga gas untuk perusahaannya buat

disampaikan kepada Menteri ESDM, Jero Wacik.

Terkait dakwaan gratifikasi, menurut Jaksa Andi Suharlis, Rudi juga dianggap

terbukti menerima uang dari sejumlah pejabat SKK Migas. Yakni 600 ribu dolar

Singapura dari Wakil Kepala SKK Migas (kini Pelaksana Tugas Kepala SKK

Migas) Yohanes Widjonarko, 150 ribu dolar AS dan 200 ribu dolar AS dari

Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas, Gerhard Maarten Rumesser,

serta 50 ribu dolar AS dari Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK Migas, Iwan

Ratman.

Tak hanya itu, majelis hakim juga memperkuat dugaan pemberian uang 200 ribu

dolar AS kepada Politikus Demokrat, Sutan Bhatoegana, oleh Rudi Rubiandini

saat masih menjabat Kepala SKK Migas.

Hakim anggota Purwono Edi Santosa saat membacakan fakta hukum dalam

analisa yuridis putusan Rudi Rubiandini menerangkan uang diterima melalui

pelatih golf Rudi, Deviardi dan selanjutnya diserahkan ke Rudi di kantornya

Gedung Plaza Mandiri, Jl Gatot Subroto, Jaksel.

Uang tersebut diserahkan ke Sutan merupakan bagian uang yang diterima Rudi

dari bos Kernel Oil Singapura, Widodo Ratanachaitong yakni 300 ribu dolar AS.

“Dan keesokan harinya tanggal 26 Juli 2013 uang tersebut diserahkan oleh

Deviardi kepada terdakwa di kantornya, dan oleh terdakwa diserahkan ke Sutan

Bhatoegana 200 ribu dolar AS dan sisanya disimpan di safe deposit box,” kata

hakim anggota Purwono Edi Santosa. (yulian/d)

http://poskotanews.com/2014/05/04/ada-tersangka-baru-di-skk-migas/

Ada Titipan Uang 'Terima Kasih' ke Rudi Rubiandini

Thursday, 28 November 2013, 20:33 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus

Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi

Rubiandini mengaku mendengar ada beberapa orang yang ingin memberikan dana

sebagai ucapan terima kasih. Ia mendengar itu dari pelatih golfnya, Deviardi.

Rudi menjabat sebagai Kepala SKK Migas sejak Januari lalu. Selama kurun

Januari-Mei, ia mengatakan, Deviardi sempat menyebut ada yang menitipkan

uang. "Pertama cukup besar dan saya tolak. Deviardi entah disimpan di mana.

Cukup besar, ratusan ribu (dolar)," kata dia, saat menjadi saksi di Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (28/11).

Menurut Rudi, Deviardi menyampaikan ada titipan dari Widjonarko, Wakil

Kepala SKK Migas. Uang itu, menurut dia, sempat ditunjukkan di dalam mobil.

Namun, Rudi mengaku menolaknya. Di kesempatan lain, Deviardi juga menyebut

ada titipan dari pegawai SKK Migas lain. "Titipan dari Gerhard (Rumeser). Salah

satu Deputi SKK Migas," kata dia.

Mengenai uang titipan dari Gerhard, menurut Rudi, Deviardi hanya

mengatakannya tanpa menunjukkan uang. Ia juga mengaku menolak uang

tersebut. Kemudian, menurut Rudi, Deviardi juga sempat membawa uang 10 ribu

dolar Amerika Serikat ke rumahnya. "Itu bulan Mei," ujar dia.

Rudi mengaku sudah mengingatkan Deviardi akan uang-uang titipan itu. Namun,

Deviardi memberikan penjelasan lain. "Deviardi jawab, Pak ini clean and clear.

Hanya ada orang-orang yang mau berterima kasih atas kinerja bapak. Oleh karena

itu terima saja," kata Rudi, menirukan ucapan Deviardi.

Hanya saja, Rudi mengaku tidak menerima uang-uang yang disebutkan tadi. Ia

tidak mengetahui di mana Deviardi menyimpan uang-uang itu. Namun, Rudi

mengaku pernah menerima 300 ribu dolar AS dari Deviardi. Ia menyimpan 100

ribu dolar AS dan sisanya, 200 ribu dolar AS diberikan sebagai THR komisi VII

DPR RI.

Deviardi, yang juga menjadi saksi, membenarkan ada titipan uang. Ia mengatakan

pernah menerima uang dari Widjonarko sebesar 600 ribu dolar AS. Ia

mengatakan, Rudi yang memintanya untuk bertemu dengan Widjonarko. Setelah

itu, Deviardi melapor ke Rudi. "Tolong simpankan," kata Deviardi.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/28/mwz6zu-ada-titipan-uang-

terima-kasih-ke-rudi-rubiandini

Akui Beri THR ke Komisi VII, Ini Nama Anggota DPR yang

Disebut Rudi

Thursday, 28 November 2013, 20:40 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus

Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi

Rubiandini menyebut pernah memberikan uang 200 ribu dolar Amerika Serikat

(AS) untuk THR Komisi VII DPR RI.

Keterangan itu terungkap ketika Rudi menjadi saksi dalam kasus dugaan korupsi

terkait kegiatan di lingkungan SKK Migas dengan terdakwa Simon Gunawan

Tanjaya.

Rudi semula ditanya mengenai uang-uang yang disebut oleh pelatih golfnya,

Deviardi. Ia mengatakan, sempat menerima uang senilai 300 ribu dolar AS.

Menurut dia, uang itu ada yang dipergunakan untuk pemberian THR.

"Saya sampaikan THR itu 200 ribu (dolar AS), kepada, sesuai dengaan

permintaan, hanya untuk ke satu tempat, yaitu ke Komisi VII DPR RI," kata dia,

di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (28/11).

Menurut Rudi, saat itu dia berada dalam posisi tertekan karena muncul permintaan

THR. Di sisi lain, ia mengatakan, ada yang menawarkan diri untuk memberikan

bantuan untuk persoalan itu.

Setelah mendapat uang dari Deviardi, ia pun memberikan uang THR. "Waktu itu

saya serahkan, kalau tidak salah namanya, Tri Yulianto. Anggota DPR (Komisi

VII)," kata dia.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/28/mwz7be-akui-beri-thr-ke-

komisi-vii-ini-nama-anggota-dpr-yang-disebut-rudi

BPK Akan Audit Investigatif Kasus SKK Migas

Rabu, 4 September 2013 21:08 WIB

ANGKAPOS.COM, JAKARTA - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) segera

menggelar audit investigatif, terkait kasus dugaan suap di lingkungan Satuan

Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas).

"Lagi kami proses," kata Ketua BPK Hadi Poernomo, usai menyerahkan hasil

laporan penghitungan kerugian negara proyek Hambalang di Kantor KPK, Rabu

(4/9/2013).

Hadi mengungkapkan, saat ini pihaknya tengah membuat audit program, untuk

langkah-langkah yang akan diambil.

"Tapi, data-data sudah kami kumpulkan. Tunggu (saja)," ujar mantan Direktur

Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

Pada kasus dugaan suap ini, KPK telah menjerat mantan Kepala SKK Migas non

aktif Rudi Rubiandini, petinggi PT Kernell Oil Simon G Tanjaya, dan seorang

diduga kurir bernama Deviardi alias Ardi.

Sejumlah saksi penting juga akan digarap KPK. Antara lain, Menteri Energi

Sumber Daya Mineral Jero Wacik dan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM

Waryono Karno.

http://belitung.tribunnews.com/2013/09/04/bpk-akan-audit-investigatif-kasus-skk-migas

Divonis 7 Tahun Penjara, Rudi Menitikkan Air Mata

Selasa, 29 April 2014 | 14:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), Rudi Rubiandini, tak kuasa

menahan air matanya seusai majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

(Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis 7 tahun penjara kepadanya. Mata Rudi

tampak berkaca-kaca. Ia pun mengucap kalimat dengan terbata-bata ketika

diminta Ketua Majelis Hakim Amin Ismanto menanggapi vonisnya.

"Bismillahirrahmanirrahim, dengan mengucap inna lillahi wa inna ilaihi rajiun,

saya terima putusan ini dengan tegar dan ikhlas," ucap Rudi dengan nada lirih di

Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Rudi kemudian mengusap air mata di balik kacamatanya. Setelah itu, Rudi

bangkit dari kursi terdakwa dan menyalami kelima majelis hakim tipikor dan

jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Selain dihukum 7 tahun penjara, Rudi juga dikenakan membayar denda Rp 200

juta subsider 3 bulan kurungan. Majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta

menilai, Rudi terbukti menerima suap terkait pelaksanaan proyek di lingkungan

SKK Migas. Menurut hakim, Rudi terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana

dakwaan kesatu, kedua, dan ketiga.

Dalam pertimbangannya, Rudi dianggap tidak mendukung program pemerintah

dalam upaya pemberantasan korupsi. Adapun hal yang meringankan ialah Rudi

berlaku sopan selama sidang, belum pernah dihukum, dan menyesali

perbuatannya.

Hakim menjelaskan, sebagaimana dakwaan kesatu, Rudi menerima uang dari bos

Kernel Oil Singapura Widodo Ratanachaitong dan PT Kernel Oil Private Limited

(KOPL) Indonesia sebesar 900.000 dollar AS dan 200.000 dollar Singapura.

Menurut hakim, sudah terbukti, uang yang diterima Rudi terkait pelaksanaan

lelang terbatas minyak mentah dan kondensat bagian negara di SKK Migas.

Selain itu, Rudi juga menerima uang dari Presiden PT Kaltim Parna Industri,

Artha Meris Simbolon, sebesar 522.500 dollar AS. Uang ini agar Rudi

memberikan rekomendasi atau persetujuan menurunkan formula harga gas untuk

PT Kaltim Parna Industri (PT KPI). Sejumlah uang ini diterima Rudi melalui

pelatih golfnya, Deviardi alias Ardi.

Rudi juga dinilai terbukti menerima uang dari sejumlah pejabat SKK Migas

sebagaimana dakwaan kedua. Uang itu diterima Rudi dari Wakil Kepala SKK

Migas Johanes Widjonarko yang saat ini menjabat Kepala SKK Migas, Deputi

Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas, Gerhard Rumesser, dan Kepala

Divisi Penunjang Operasi SKK Migas Iwan Ratman. Uang ini juga diterima Rudi

melalui Deviardi. Rudi juga terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang

sebagaimana dakwaan ketiga.

http://nasional.kompas.com/read/2014/04/29/1434207/Divonis.7.Tahun.Penjara.Rudi.Me

nitikkan.Air.Mata

KPK yakini penerima suap bukan hanya Rudi

Kamis, 29 Agustus 2013 17:29 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas meyakini

mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan

Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini, bukan satu-satunya penerima suap

dalam kasus suap di lingkup kegiatan SKK Migas.

"Kalau melihat praktik korupsi itu sistemik. Tidak mungkin hanya satu orang

yang menerima itu. Tapi, semua kan yang berbicara bukti," kata Busyro selepas

diskusi terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak Sektor Mineral dan Batu Bara

dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Gedung KPK

Jakarta, Kamis.

KPK, lanjut Busyro, terus mengembangkan penyidikan kasus suap terhadap Rudi

Rubiandini sesuai bukti-bukti yang dikumpulkan Tim Penyidik KPK.

"Yang namanya korupsi itu struktural, sistemik, masif, dan sinergis dalam

kemaksiatan-kemaksiatan politik. Kemaksiatan politik itu dilakukan oleh pelaku-

pelaku yang dia sesungguhnya pengkhianat di birokrasi," kata Busyro.

Busyro mengatakan salah satu pengembangan kasus suap terhadap Rudi yaitu dari

penemuan uang 60 ribu dolar Singapura, dua ribu dolar AS di kantor SKK Migas

dan uang 200 ribu dolar AS di ruang Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (Sekjen ESDM).

"Justru itu yang menarik, salah satu pertimbangannya uang dolar berseri itu. Tapi

tanpa itu pun ditemukan duit dalam jumlah dan jenis yang di kantor itu kan

menjadi hal yang patut dikembangkan. Kalau sebelumnya dikatakan Pak Jero, ini

biaya operasional. Itu kan justru semakin menarik," kata Busyro.

Meskipun akan mengembangan penyidikan dari barang bukti uang-uang dolar

hasil penggeledahan, Busyro mengatakan KPK akan mempertimbangkan untuk

meminta keterangan dari Menteri ESDM Jero Wacik, setelah memeriksa

Sekretaris Jenderal ESDM, Waryono Karno.

"Pada saatnya kami akan periksa supaya tahu `jeroannya`," kata Busyro.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswo Utomo meyakini Sekjen ESDM akan

memberikan klarifikasi terkait penemuan uang dolar oleh Tim Penyidik KPK.

Pada Rabu (21/8), KPK meyakini uang suap untuk mantan Kepala SKK Migas

Rudi Rubiandini yang ditemukan pada penggeledahan di sejumlah tempat bukan

berasal dari Simon Gunawan Tanjaya. "Dari uang-uang inilah, KPK menduga

tersangka RR (Rudi Rubiandini) ini juga menerima pemberian dari pihak lain.

Tapi kesimpulan siapa pemberi itu belum ada dan sekarang masih didalami," kata

Juru Bicara KPK Johan Budi

KPK telah menetapkan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini dan Devi

Ardi dari swasta sebagai tersangka penerima suap terkait lingkup kewenangan

SKK Migas. Sedangkan Simon Tanjaya dari perusahaan Kernel Oil Pte Ltd

ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap. Rudi Rubiandini dan pelaku swasta

Devi Ardi sebagai penerima suap dituduh melanggar pasal 12 huruf a dan b atau

pasal 5 ayat 2 atau pasal 11 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No.

20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Sementara itu, pelaku pemberi suap Simon Tanjaya, dari perusahaan Kernel Oil,

diduga melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a dan b atau pasal 13 UU No. 31 tahun

1999 sebagaimana diubah UU No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi

jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

http://www.antaranews.com/berita/392945/kpk-yakini-penerima-suap-bukan-

hanya-rudi

PPATK serahkan laporan kasus Rudi ke KPK

Jumat, 30 Agustus 2013 19:13 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

(PPATK) menyerahkan laporan analisis transaksi kasus-kasus yang tengah

ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), termasuk kasus suap terhadap

mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini.

"Yang sedang kalian beritakan, ya semuanya. Semua sudah kami kerjakan," kata

Wakil Ketua PPATK, Agus Santoso, kepada wartawan di Gedung KPK Jakarta,

Jumat, tentang laporan-laporan transaksi keuangan mencurigakan kasus suap

Rudi.

PPATK, lanjut Agus, fokus pada transaksi-transaksi keuangan yang dibutuhkan

KPK dan mendalaminya agar penyelesaian kasus di KPK berjalan lebih cepat.

"Kami koordinasi rutin, PPATK dengan KPK, supaya lebih efektif. Terutama

untuk penelusuran aliran dana keterkaitan transaksi satu dengan transaksi yang

lain," kata Agus.

Namun, Agus enggan memberikan keterangan detail terkait laporan apa saja yang

disampaikan ke KPK.

"Kalau substansi, tanyakan KPK. Namanya koordinasi ya pasti sudah tukar

informasi," kata Agus.

Pada Jumat (16/8), Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, mengatakan Tim

Penyidik KPK sedang mendalami indikasi tindak pidana pencucian uang (TPPU)

pada kasus suap Rudi.

"Kami mempelajari apakah ada indikasi TPPU selain tindak pidana korupsinya,

jika nanti ditemukan barang-barang bukti lain yang itu sesuai dengan profil aset

dan kekayaannya," kata Bambang.

Sementara, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro

Muqoddas, meyakini mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan

Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini, bukan satu-

satunya penerima suap terkait kasus suap di lingkup kegiatan di SKK Migas.

"Kalau melihat praktik korupsi itu sistemik. Tidak mungkin hanya satu orang

yang menerima itu. Tapi, semuakan yang berbicara bukti," kata Busyro.

KPK telah menetapkan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini dan Devi

Ardi dari swasta sebagai tersangka penerima suap terkait lingkup kewenangan

SKK Migas. Sedangkan Simon Tanjaya dari perusahaan Kernel Oil Pte Ltd

ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap.

Rudi Rubiandini dan pelaku swasta Devi Ardi sebagai penerima suap dituduh

melanggar pasal 12 huruf a dan b atau pasal 5 ayat 2 atau pasal 11 UU No. 31

tahun 1999 sebagaimana diubah UU No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana

Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Sementara, pelaku pemberi suap Simon Tanjaya, dari perusahaan Kernel Oil,

diduga melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a dan b atau pasal 13 UU No. 31 tahun

1999 sebagaimana diubah UU No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi

jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

http://www.antaranews.com/berita/393174/ppatk-serahkan-laporan-kasus-rudi-ke-kpk

Rudi Akui Tertekan Harus Berikan THR ke Komisi VII

Thursday, 28 November 2013, 20:56 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih golf Rudi Rubiandini, Deviardi,

disebut sebagai pihak yang memberikan uang kepada mantan kepala Satuan Kerja

Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tersebut.

Rudi mengatakan, pernah berbincang kepada Deviardi mengenai masalah yang

tengah dihadapinya. "Saya sekarang lagi banyak tekanan. Ada ini ada itu, dan

salah satunya adalah THR," ujar mantan wakil menteri ESDM itu.

Mantan wakil menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu mengaku, THR

diberikan untuk komisi VII DPR RI. Menurut Rudi, Deviardi kemudian

menawarkan untuk membantu mencarikan dana. Sekitar pertengahan puasa tahun

ini, ia mengatakan, Deviardi membawa uang 300 ribu dolar AS.

Menurut dia, Deviardi tidak mengatakan asal usul uang. "Seperti biasa, Deviardi

ketika awal-awal saya tolak uang tersebut, mengatakan ini CNC, clean and clear.

Ada orang yang memberikan terima kasih," kata dia.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/28/mwz82u-rudi-akui-

tertekan-harus-berikan-thr-ke-komisi-vii

PPATK Dalami Rekening Pejabat SKK Migas

Kamis, 28 November 2013, 07:07 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK) Muhammad Yusuf mengatakan sedang mendalami seluruh

transaksi menyangkut orang di SKK Migas yang diindikasikan terkait tindak

pidana pencucian uang yang dilakukan Rudi Rubiandini.

"Perlu dicari tahu, betul gak dia minta sebesar itu. Karena kalau kami lihat duit

tidak masuk rekening dia. Sepertinya diperuntukkan untuk pihak-pihak tertentu,

misalnya kepentingan internal dia, seperti THR untuk pegawai atau pihak ketiga,"

kata Yusuf, di Bogor, Rabu (27/11) malam.

Awalnya, kata dia, rekening Rudi tak ada masalah. Sebagai akademisi, transaksi

yang dilakukan Rudi masih termasuk wajar. "Kalau dilihat dari salah satu

rekening dia, kelihatannya wajar. Setelah masuk SKK Migas, di situ dia tergoda

untuk melakukan tindakan menerima pemberian," katanya.

Rudi bersama pelatih golfnya, Devi Ardi ditangkap KPK atas tuduhan menerima

uang 900 ribu dollar AS dan 200 dollar Singapura dari Direktur PT Kernel Oil Pte

Ltd Singapura, Widodo Ratanachaitong melalui Komisaris PT Kernel Oil

Indonesia, Simon Gunawan Tanjaya, atas pemenangan lelang Fossus Energy Ltd

di SKK Migas.

Uang itu diserahkan Simon kepada Rudi Rubiandini melalui Devi Ardi. Rudi dan

Devi Ardi juga dikenakan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) karena diduga

turut menyamarkan uang hasil dari lelang dan tender di SKK Migas.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/28/mwy5oj-ppatk-dalami-

rekening-pejabat-skk-migas

Rudi Rubiandini: Innalillahi, Saya Terima Vonis 7 Tahun

Apr 29, 2014 at 14:37 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini

menerima vonis 7 tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri

Tipikor, Jakarta, pada dirinya. Rudi tak akan mengajukan banding atas putusan

itu. "Bismilah, dengan mengucap innalillahi wainnailaihi rojiun, saya terima

putusan ini," kata Rudi di akhir sidang PN Tipikor, Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Majelis Hakim PN Tipikor menjatuhkan vonis 7 tahun penjara pada Rudi

Rubiandini. Majelis juga menghukum Guru Besar Institut Teknologi Bandung

(ITB) itu dengan denda Rp 200 juta subsider kurungan 3 bulan kurungan.

Majelis menilai, Rudi terbukti menerima hadiah dan janji berupa uang 200 ribu

dolar Singapura dan US$ 900 ribu dari perwakilan PT Kernel Oil Singapura dan

Fossus Energy, Widodo Ratanachaitong melalui Direktur Operasional PT Kernel

Oil Pte Ltd Indonesia Simon Gunawan Tanjaya. Selain itu, Majelis juga

menyatakan Rudi terbukti menerima US$ 522.500 dari Dirut PT Kaltim Parna

Industri Artha Meris Simbolon dari Widodo Ratanachaitong selaku perwakilan PT

Kernel Oil Singapura dan Fossus Energy melalui Simon Gunawan. "Menyatakan

terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah

melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut," kata

Majelis Hakim Ketua, Amin Ismanto saat membacakan vonis. Dalam kasus

dugaan suap di lingkungan SKK Migas, Rudi dinilai terbukti bersalah melanggar

Pasal 12 huruf a juncto Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor

20 tahun 2001 jo Pasal 3 UU Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 65 ayat 1 jo Pasal 55 ayat

1 ke-1 KUHPidana. (Yus Ariyanto)

http://news.liputan6.com/read/2043369/rudi-rubiandini-innalillahi-saya-terima-vonis-7-tahun

Rudi Rubiandini Kirim THR ke Komisi VII 200 Ribu Dolar AS

Thursday, 28 November 2013, 19:58 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini

menyebut pernah memberikan uang 200 ribu dolar Amerika Serikat (AS) untuk

THR Komisi VII DPR RI. Keterangan itu terungkap ketika Rudi menjadi saksi

dalam kasus dugaan korupsi terkait kegiatan di lingkungan SKK Migas dengan

terdakwa Simon Gunawan Tanjaya. Rudi semula ditanya mengenai uang-uang

yang disebut oleh pelatih golfnya, Deviardi. Ia mengatakan, sempat menerima

uang senilai 300 ribu dolar AS. Menurut dia, uang itu ada yang dipergunakan

untuk pemberian THR. "Saya sampaikan THR itu 200 ribu (dolar AS), kepada,

sesuai dengaan permintaan, hanya untuk ke satu tempat, yaitu ke Komisi VII DPR

RI," kata dia di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis

(28/11). Menurut Rudi, saat itu dia berada dalam posisi tertekan karena muncul

permintaan THR. Di sisi lain, ia mengatakan, ada yang menawarkan diri untuk

memberikan bantuan untuk persoalan itu. Setelah mendapat uang dari Deviardi, ia

pun memberikan uang THR. "Waktu itu saya serahkan, kalau tidak salah

namanya, Tri Yulianto. Anggota DPR (Komisi VII)," ujar dia.

Rudi menceritakan awal mula Deviardi memberikan uang. Ia mengatakan, pernah

berbincang kepada Deviardi mengenai masalah yang tengah dihadapinya. "Saya

sekarang lagi banyak tekanan. Ada ini ada itu, dan salah satunya adalah THR,"

ucap mantan Wakil Menteri ESDM itu. Menurut Rudi, Deviardi kemudian

menawarkan untuk membantu mencarikan dana. Sekitar pertengahan puasa tahun

ini, ia mengatakan, Deviardi membawa uang 300 ribu dolar AS. Menurut dia,

Deviardi tidak mengatakan asal usul uang tersebut. "Seperti biasa, Deviardi

ketika awal-awal saya tolak uang tersebut, mengatakan ini CNC, clean and clear.

Ada orang yang memberikan terima kasih," kata dia.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/28/mwz5d2-rudi-rubiandini-

kirim-thr-ke-komisi-vii-200-ribu-dolar-as

Majelis Hakim Beda Pandangan Soal Vonis Deviardi

Selasa, 29 April 2014 | 16:25 WIB

INILAHCOM, Jakarta - Terdakwa kasus dugaan suap di lingkungan SKK

Migas, Deviardi divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 50 juta subsider

satu bulan kurungan. Dia dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan

menjadi perantara suap Rudi Rubiandini serta membantu melakukan tindak

pidana pencucian uang (TPPU).

Sebelum memutuskan hukuman kepada Deviardi alias Ardi yang juga pelatih golf

Rudi Rubiandini, Majelis Hakim Ketua Matheus Samiaji berpendapat berbeda

(Disentting Opinion) dengan empat hakim lain. Menurutnya, Deviardi tidak

terbukti melanggar pasal 11 Undang-Undaang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHP sebagaimana dalam

dakwaan kedua.

"Untuk itu terdakwa dapat dibebaskan atas dakwaan kedua itu," kata Matheus

dalam persidangan Ardi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa

(29/4/2014).

Bukan hanya dalam sidang Ardi, Matheus juga punya pandangan yang berbeda

dalam persidangan Rudi Rubiandini. Menurut Matheus, Ardi atau Rudi tidak

terbuti melanggar unsur pasal 11. Namun, lantaran ke empat menilai pasal itu

terbukti, maka putusannyaa tetap menggunakan pasal 11 UU Tipikor.

Matheus menyatakan para peserta lelang memberikan hadiah atau janji kepada

Rudi karena sudah memenangi lelang tender minyak mentah kondesat di bagian

negara. Hadiah atau janji itu dinilai tidak terkait dengan kewenangan jabatan Rudi

selaku Kepala SKK Migas.

Sebagai ilustrasi, Matheus menyatakan ada pemilik toko kain yang memberi

hadiah atau janji kepada Kepala SKK Migas. Pemberian ini tidak ada kepentingan

yang berhubugan dengan jabatan atau kewenangannya sebagai Kepala SKK

Migas.

"Sehingga Kepala SKK Migas yang menerima hadiah atau janji itu dari pemilik

toko kain tersebut tidak bisa dikenai Pasal 11 UU Tipikor, tetapi bisa dikenakan

pasal lain dari UU Tipikor," demikian Matheus.

Seperti diketahui, Rudi divonis dengan hukuman pidana penjara selama tujuh

tahun. Selain itu, ia juga dikenai pidana denda sebesar Rp 200 juta. Apabila tidak

dibayar maka dia harus menjalani pidana kurungan selama tiga bulan. Sedangkan

Ardi divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 50 juta.

Rudi dan Ardi terbukti melanggar Pasal 12 huruf a jo Pasal 11 Undang-undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 3 UU Nomor 8 tahun 2010

tentang Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo

Pasal 65 ayat (1) KUHP.

http://nasional.inilah.com/read/detail/2096317/majelis-hakim-beda-pandangan-soal-

vonis-deviardi

Deviardi Paparkan jadi Perantara Artha Meris

9/10/14, 17:34 WIB

JAKARTA – Sidang kasus suap SKK Migas yang melibatkan Dirut PT Kaltim

Parna Industri Artha Meris Simbolon dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi.

Pelatih golf Rudi Rubiandini, Deviardi memberikan kesaksian terkait uang yang

diberikan Artha Meris. Saat ditanya hakim, Deviardi mengaku dikenalkan Artha

Meris oleh Rudi Rubiandini di lapangan golf, Gunung Geulis, Bogor. Ketika itu

Rudi masih menjabat sebagai Kepala SKK Migas. “Sekitar Februari 2013. Dalam

perkenalan itu, Pak Rudi bilang kalau ada apa-apa diminta berhubungan dengan

saya,” kata Deviardi. Setelah dari pertemuan di lapangan golf tersebut, Deviardi

pernah bersua di hotel dengan Artha Meris. “Saat itu, terdakwa (Artha Meris)

menyerahkan titipan untuk disampaikan ke Pak Rudi,” ucapnya. Saat menerima

titipan itu, Deviardi melapor ke Rudi dan diminta untuk menyimpannya. Titipan

itu ternyata berupa uang. “Uang itu saya simpan ke safe deposit box di CIMB,

Yang Mulia,” ujarnya. Pertemuan penyerahan uang itu tak hanya sekali. Deviardi

juga pernah diajak Artha Meris ketemuan di Plaza Indonesia, Plaza Senayan dan

sebuah restoran fast food di Kemang. “Semua pertemuan itu ada penyerahan uang

dan dokumen,” cetusnya.

Terkait penjelasan Deviardi, Artha Meris tetap menyangkal. Dia mengaku akan

menjelaskan hal tersebut saat tahap pemeriksaan terdakwa. “Saya tidak ingat,

kalau berkenan saya akan utarakan keberatan saya saat pemeriksaan terdakwa,”

elak Artha Meris saat didesak hakim agar dia menyampaikan tanggapan jika

keterangan Deviardi tidak sesuai. Artha Meris selama ini memang selalu

membantah keterangan sejumlah saksi. Bahkan sadapan telepon antara dirinya

dengan Deviardi terkait penyerahan uang pun dibantahnya. Dia mengaku rekaman

sadapan itu bukan suaranya. Selama ini, ahli digital forensik menyatakan suara itu

identik dengan Artha.(gun/dio).

www.jawapos.com/baca/artikel/7944/Deviardi-Paparkan-jadi-Perantara-Artha-Meris

Ngaku Salah, Deviardi Menangis di Pengadilan

Selasa, 01 April 2014 | 18:12 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Deviardi, terdakwa yang menjadi kurir suap untuk bekas

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi

Rudi Rubiandini, mengakui kesalahannya di depan majelis hakim Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Pelatih golf Rudi itu menangis sesenggukan

ketika mengakui kesalahannya dan meminta hukuman seringan-ringannya.

"Saya mengaku bersalah. Ternyata apa yang diperintahkan Pak Rudi kepada saya,

salah. Dan saya mau dihukum yang seringan-ringannya. Saya sangat menyesal

dan mengakui kesalahan," kata Deviardi sebelum dimulai pemeriksaan dia sebagai

terdakwa di Pengadilan Tipikor, Selasa, 1 April 2014.

Deviardi mengaku sebagai tulang punggung utama keluarga. Sedangkan istrinya

hanya sebagai ibu rumah tangga. "Anak saya masih kecil-kecil yang mulia,"

ujarnya.

Ketua majelis hakim Matheus Samiaji menanyakan berapa usia anak Deviardi.

"Anak saya yang pertama umur 10 tahun, paling kecil 5 tahun--masih TK yang

mulia," ujar Deviardi.

Deviardi juga memohon kepada majelis hakim untuk tidak didenda dalam

vonisnya nanti. Ia mengaku tidak mempunyai duit sepeserpun jika dikenai denda.

"Untuk mengembalikan uang ke KPK saja kemarin saya menjual semua harta

benda saya yang mulia," katanya. Deviardi pun berjanji tidak akan mengulangi

perbuatannya lagi.

Deviardi bersama Rudi didakwa menerima suap dari bos Kernel Oil Widodo

Ratanachaitong sebesar US$ 900 ribu dan Sin$ 200 ribu. Keduanya juga didakwa

menerima suap dari Direktur PT Pana Raya Group Artha Meris Simbolon sebesar

US$ 522 ribu dan dari beberapa pegawai SKK Migas, seperti Wakil Kepala SKK

Migas saat itu Johanes Widjonarko US$ 600 ribu, Deputi Pengendalian Bisnis

SKK Migas Gerhard Marteen Rumeser US$ 150 ribu, dan Kepala Divisi

Penunjang Operasi Iwan Ratman US$ 50 ribu.

http://www.tempo.co/read/news/2014/04/01/063567043/Ngaku-Salah-Deviardi-

Menangis-di-Pengadilan--

Devi Ardi Sering Mengaku Sekretaris Rudi

Rabu, 21 Agustus 2013 | 18:11 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Junimart Girsang, pengacara petinggi Kernel Oil Pte Ltd

Simon Gunawan, mengatakan ada sesuatu yang tak beres pada Devi Ardi, yang

diketahui merupakan pelatih golf Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini. Gara-gara

ulah Devi Ardi, Simon ditetapkan jadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi.

"Deviardi ini ada yang tak beres. Kepada klien saya, dia sempat mengaku sebagai

Sekretaris SKK Migas," kata Junimart di gedung KPK, Rabu, 21 Agustus 2013.

Devi Ardi, disebut Junimart, juga beberapa kali bertemu dengan petinggi Kernel

Singapura, Widodo. Tapi, dia tak tahu tujuan pertemuan tersebut. Simon diketahui

memberikan uang US$ 700 ribu kepada Devi Ardi. Diduga, uang tersebut adalah

pelicin untuk memenangkan tender minyak di SKK Migas. Tapi, menurut

Junimart, uang itu hanyalah uang Devi Ardi yang dititipkan. Peran Simon, kata

dia, hanyalah sebagai orang yang membawa uang titipan.

"Devi Ardi tak bisa membawa masuk uang itu dari Singapura ke Indonesia

sehingga butuh bantuan Widodo yang kemudian menghubungi Simon," kata

Junimart. KPK kemudian mencokok Simon, karena uang dari Devi Ardi itu

diduga digunakan untuk menyuap Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini.

Kasus dugaan suap SKK Migas ini menjerat tiga orang sebagai tersangka.

Ketiganya adalah Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, petinggi Kernel Oil

Indonesia Simon Gunawan, dan Devi Ardi yang diketahui sebagai pelatih golf

Rudi.

Kasus ini bermula dari operasi tangkap tangan KPK pada Selasa, 13 Agustus

2013. Hasil operasi ini bahkan menjadi hasil terbesar sepanjang sejarah KPK.

Hasil tangkapan adalah uang US$ 400 ribu, US$ 90 ribu, dan 127 ribu Dolar

Singapura, sekaligus sebuah sepeda motor mewah bermerk BMW hitam

berplatnomor B-3946-FT.

Diduga, duit itu digunakan untuk 'menanam jasa' trading atau tender di bidang

migas yang belum berlangsung, supaya Kernel Oil memenangi tender itu.

http://www.tempo.co/read/news/2013/08/21/063506167/Devi-Ardi-Sering-Mengaku-

Sekretaris-Rudi

Kasus SKK Migas, Komisaris Kernel Oil Divonis 3 Tahun Penjara

Kamis, 19 Desember 2013 | 15:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Manajer Operasional dan Komisaris PT Kernel

Oil Private Limited (KOPL) Simon Gunawan Tanjaya divonis 3 tahun penjara dan

denda Rp 200 juta subsider 3 bulan kurungan. Simon terbukti menyuap mantan

Kepala Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

(SKK Migas) Rudi Rubiandini sebesar 700.000 dollar AS atas perintah Widodo

Ratanachaitong.

"Mengadili, menyatakan Simon terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan

tindak pidana korupsi secara bersama-sama. Menjatuhkan hukuman pidana 3

tahun dan denda 200 juta dengan ketentuan apabila tidak dibayar dapat diganti 3

bulan kurungan," kata Ketua Majelis Taty Hardianty di Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi Jakarta, Kamis (19/12/2013).

Hakim menilai Simon terbukti melanggar Pasal 5 Ayat (1) huruf a Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto

Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Hukuman ini lebih rendah dari tuntutan Jaksa

Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sebelumnya, Simon dituntut 4 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 4

bulan kurungan. Pada putusan ini, Hakim menjelaskan, uang itu diberikan melalui

pelatih golf Rudi bernama Deviardi alias Ardi. Pertama, pada 26 Juli 2013 uang

sebesar 300.000 dollar AS diambil Simon dari rekening PT KOPL atas perintah

Widodo. Simon kemudian menelepon Ardi dan menyampaikan bahwa uang telah

disiapkan.

Setelah itu, Deviardi mendatangi Gedung Equity Tower, Jalan Jenderal Sudirman,

Jakarta, untuk mengambil uang tersebut. Penyerahan kedua pada 13 Agustus 2013

sebesar 400.000 dollar AS yang diambil langsung oleh Deviardi di Gedung Equity

Tower. Setelah mengambil uang itu, Deviardi langsung mengantarkannya ke

rumah Rudi. Sebelumnya, Widodo sudah lebih dulu bertemu Rudi di Cafe Pandor,

Jakarta Selatan, April 2013.

Saat itu Widodo memperkenalkan diri sebagai trader minyak yang mengikuti

lelang di SKK Migas. Rudi kemudian mengenalkan Widodo dengan Deviardi.

Selanjutnya Widodo dan Deviardi bertemu di Singapura. Di sana, Widodo

memberikan uang tunai 200.000 dollar Singapura kepada Deviardi agar

diserahkan kepada Rudi. Kemudian pada 26 Juni 2013, Widodo menyerahkan

langsung ke Rudi uang 200.000 dollar AS di kantor Rudi.

Total suap yang diberikan kepada Rudi yaitu 900.000 dollar AS dan 200.000

dollar Singapura. Pemberian uang itu dilakukan agar Rudi menggunakan

jabatannya untuk melakukan perbuatan terkait pelaksanaan lelang terbatas minyak

mentah dan Kondensat Bagian Negara di SKK Migas.

Di antaranya agar menyetujui Fossus Energy Ltd sebagai pemenang lelang

terbatas Kondensat Senipah Bagian Negara pada 7 Juni 2013 untuk periode bulan

berikutnya, kemudian menyetujui kargo pengganti minyak mentah Grissik Mix

Bagian Negara untuk Fossus Energy Ltd periode Februari-Juli 2013,

menggabungkan lelang terbatas Minyak Mentah Minas/SLC Bagian Negara dan

Kondensat Senipah periode Agustus 2013. Selain itu, agar Rudi kembali

menyetujui Fossus Energy Ltd sebagai pemenang lelang terbatas Minyak Mentah

Minas dengan Kondensat Senipah.

http://nasional.kompas.com/read/2013/12/19/1517438/Kasus.SKK.Migas.Komisaris.Kern

el.Oil.Divonis.3.Tahun.Penjara

Penyuap Mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini Divonis 3

Tahun

By Sugeng Triono on Dec 19, 2013 at 14:24 WIB

Komisaris PT Kernel Oil Private Limited Simon Gunawan Tanjaya divonis 3

tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta. Simon dinyatakan

terbukti menyuap mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini.

"Menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Simon Gunawan Tanjaya dengan

pidana penjara selama 3 tahun dikurangi masa tahanan," ujar Ketua Majelis

Hakim Taty Hadianty saat membacakan amar putusan di Pengadilan Tipikor

Jakarta, kamis (19/12/2013).

Selain hukuman penjara, Simon juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp 200

juta subsider 3 bulan kurungan. Simon dinyatakan bersalah karena menyuap Rudi

dengan uang sebesar USD 700 ribu agar memenangkan Fossus Energy Pte. Ltd.,

dalam proses lelang di SKK Migas. Simon dinyatakan terbukti melanggar

dakwaan alternatif pertama. Yakni Pasal 5 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto pasal 55 ayat 1 ke1

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Hakim menyatakan perbuatan Simon tidak mendukung upaya pemerintah dalam

memberantas korupsi. Itu menjadi pertimbangan yang memberatkan. "Sementara

hal meringankan, terdakwa bersikap sopan selama masa persidangan, dan

memiliki tanggungan keluarga," ujar Taty. Putusan ini lebih ringan dari tuntutan

Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa

waktu lalu. Sebelumnya JPU menuntut Simon dengan pidana penjara selama 4

tahun dan denda Rp 200 juta. (Eks/Sss)

http://news.liputan6.com/read/779500/penyuap-mantan-kepala-skk-migas-rudi-

rubiandini-divonis-3-tahun

KPK akui tak berdaya jerat Widodo Ratanachaitong

Kamis, 26 Juni 2014 20:29

Merdeka.com - Proses penyidikan kasus suap kepada mantan Kepala Satuan

Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Rudi

Rubiandini, nampaknya tak selalu mulus. Meski dalam proses pengembangan

perkara itu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan tersangka baru,

tapi ada satu hal mengganjal.

Sebabnya adalah KPK sampai saat ini belum bisa menjerat pemilik Kernel Oil

Pte, Ltd, Widodo Ratanachaitong, yang disebut-sebut sebagai salah satu dalang

penyuap Rudi. Padahal dalam berkas tuntutan Rudi, jaksa menyebut Widodo

sebagai aktor intelektual. Sementara dalam amar putusan Rudi, hakim

menyatakan duit dan perintah menyuap Rudi melalui Simon Gunawan Tanjaya

datang dari Widodo.

Namun, lembaga penegak hukum itu merasa tidak berdaya menjerat Widodo

lantaran dia memiliki kewarganegaraan Singapura dan menetap di sana.

Pernyataan ketidaksanggupan menjerat Widodo disampaikan oleh Wakil Ketua

KPK, Bambang Widjojanto . Menurut dia, kewarganegaraan dan domisili Widodo

menjadi sandungan lembaga penegak hukum itu buat menjeratnya.

"Begini begini, kalau dia (Widodo) ada di Indonesia melakukan kejahatan,

walaupun itu warga negara lain, kita bisa masuk. Tetapi, kalau dia warga negara

lain, ada di tempat lain, kita bagaimana caranya menangani di sini?" kata

Bambang kepada awak media selepas jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Kamis

(26/6).

Sayangnya, Bambang menjelaskan, KPK memang bisa berkoordinasi dengan

lembaga pemberantas korupsi Singapura, Corruption Practice Investigation

Bureau (CPIB), dalam menangani kasus Widodo. Tetapi, lanjut dia, hal itu tidak

bisa dilakukan karena terhalang kewarganegaraan.

"Bisa koordinasi. Tapi kalau dibilang jadi tersangka, orang dia warga negara sana.

Itu di luar batas nasionalitas kita. Kan di KUHP ada asas nationalited," sambung

Bambang.

Bambang juga menampik kabar Widodo masih bisa berkunjung ke Indonesia.

Sebab menurut dia, Widodo sudah dicegah dan sampai saat ini belum ditemukan

catatan dia masuk ke wilayah Indonesia.

"Enggak bisa, kalau di Indonesia itu lintasannya pasti bisa diketahui karena dia

sudah masuk cegah kan. Kalau enggak salah ya. Jadi sudah masuk dalam sistem,"

ucap Bambang.

http://www.merdeka.com/peristiwa/kpk-akui-tak-berdaya-jerat-widodo-

ratanachaitong.html

Penyuap Rudi Rubiandini Dituntut 4,5 Tahun Penjara

Kamis, 6 November 2014 | 15:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri

Artha Meris, dituntut hukuman empat tahun dan enam bulan penjara serta denda

sebesar Rp 150 juta subsider lima bulan kurungan.

Jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan, Meris terbukti

menyuap mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini, terkait penurunan formula

harga gas bagi perusahaannya.

"Kami menuntut agar majelis hakim yang menangani perkara ini memutuskan

Artha Meris Simbolon terbukti melakukan tindak pidana korupsi dengan hukuman

selama empat tahun enam bulan penjara dan denda Rp 150 juta subsider lima

bulan kurungan," ujar Jaksa Irene Putri dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi, Jakarta, Kamis (6/11//2014).

Jaksa menyebutkan, hal yang memberatkannya dalam tuntutan adalah Meris tidak

mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi. Selain itu,

Meris tidak mengaku perbuatannya dan memberi keterangan berbelit-belit dalam

persidangan.

Adapun hal yang meringankan Meris, yaitu dia belum pernah dijerat hukum.

Setelah putusan dibacakan jaksa, Meris hanya diam saja saat ditanya apakah akan

mengajukan pleidoi.

Dalam amar putusan, Meris terbukti bersalah karena menyuap Rudi sebesar

522.500 dollar Amerika agar bersedia memberikan rekomendasi atau persetujuan

untuk menurunkan formula harga gas untuk PT Kaltim Parna Industri kepada

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat itu, Jero Wacik.

Ia memberikan sejumlah uang secara bertahap sebanyak empat kali dalam kurun

April hingga Agustus 2013 melalui pelatih golf Rudi yang bernama Deviardi.

Transaksi pertama oleh Meris terjadi di Hotel Sari Pan Pacific pada April 2013.

Dalam pertemuan tersebut, ia menyerahkan tas kertas berisi uang sebesar 250.000

dollar AS kepada Deviardi untuk diberikan kepada Rudi.

Masih dalam bulan yang sama, Meris kembali bertemu dengan Deviardi di Cafe

Nanini Plaza Senayan dan menitipkan sejumlah dokumen untuk Rudi.

Ia juga memberikan uang kepada Deviardi sebesar 22.500 dollar AS untuk

diberikan kepada Rudi. Kemudian, penyuapan ketiga terjadi pada Agustus 2013.

Saat itu, Meris menghubungi Deviardi dan menyampaikan bahwa akan kembali

menitipkan uang untuk Rudi.

Saat bertemu di sebuah restoran cepat saji di bilangan Kemang, Jakarta, Meris

menitipkan uang sebesar USD 50.000 dollar AS kepada Deviardi untuk

diserahkan ke Rudi. Sejumlah uang yang diterima Deviardi sementara

disimpannya di safe deposit box atas perintah Rudi.

Ternyata, uang yang diberikan Meris dalam transaksi ketiga tidak sesuai dengan

jumlah yang dijanjikannya kepada Rudi. Oleh karena itu, dua hari setelahnya,

Artha melalui sopirnya kembali memberikan uang sebesar 200.000 dollar AS

kepada Deviardi.

Jaksa menuntut Meris dengan dakwaan alternatif pertama yaitu Pasal 5 ayat 1

huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 64 ayat 1 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHPidana.

http://nasional.kompas.com/read/2014/11/06/15042811/Penyuap.Rudi.Rubiandini.Ditunt

ut.4.5.Tahun.Penjara

Ada 'Buka-Tutup Kendang' di Kasus Rudi Rubiandini

Rabu, 26 Februari 2014 | 07:12 WIB

TEMPO.CO, Jakarta--Bekas Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral Waryono Karno membantah pernah membicarakan istilah

'buka-tutup kendang' dengan bekas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIgas) Rudi Rubiandini. Istilah itu

diduga merupakan upeti untuk Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat.

"Saya gak ngerti istilah apa ini," katanya saat bersaksi untuk Rudi di Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa, 24 Februari 2014 malam.

Lantaran tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji ini tak juga

mengaku, jaksa kemudian memutarkan rekaman percakapan telepon yang disadap

oleh penyidik KPK. Salah satu penelepon dalam rekaman tersebut menggunakan

istilah 'buka-tutup kendang'.

....

A: Kemarin saya coba yang buka kendangnya dari kita, yang tutup kendangnya

saya pikir dari Pertamina. Pertamina sudah dihubungi, pak bu?

B: Pertamina hanya mau oke kalau SKK yang ngontak

A: Oh gitu, kalau gitu saya telepon bu Karen. Saya nanti biar buka-tutup

kendangnya sharing. Nanti yang handle ini siapa ya?

B: Nopo?

A: Yang akan handel acara nanti ZA bukan?

B: Bukan, nanti SB langsung dengan kita

A: oh, oke. Nanti saya telepon bu Karen.

Waryono kemudian menjelaskan bahwa salah satu penelepon tersebut adalah

Rudi. Namun ia mengaku tak mengenali suara lawan telepon Rudi. "Suaranya

kurang jelas nggeh," ujarnya. Pengakuan Waryono ini membuat pengunjung

sidang tertawa. Soalnya, suaranya sangat mirip dengan Waryono, yang sesekali

menggunakan bahasa Jawa dengan logat ngapak. Ketua majelis hakim Amin

Ismanto pun ikut tersenyum. "Ko bisa suara yang satu jelas, yang satunya enggak

jelas," katanya. Rudi yang dimintai konfirmasinya oleh jaksa lalu menjelaskan

bahwa suara itu milik Waryono.

Waryono tak menampik pernyataan Rudi itu. Ia kemudian hanya membantah

mengetahui istilah 'buka-tutup kendang' tersebut. "Itu kan yang ngendika (bilang)

Pak Rudi," ujarnya. Ia pun tak menjelaskan kontek pembicaraan itu. Alasannya,

tak ada tindak lanjut dari 'buka-tutup kendang' tersebut.

Karena Waryono terkesan menutupi, hakim Amin memintanya untuk jujur. Ia

mengancam akan memerintahkan jaksa untuk menahan Waryono yang telah jadi

tersangka. "Saya bisa meminta saudara untuk langsung ditahan," katanya.

Jaksa kemudian menghubungkan istilah itu dengan catatan yang ditemukan di tas

yang berisi uang di ruangan Waryono sebanyak US$ 284 ribu. Dalam tas itu ada

tulisan soal buka tutup kendang APBN-P. Namun lagi-lagi ia menampiknya. Ia

mengatakan uang yang disita KPK itu merupakan duit pribadinya. "Wallahi, demi

Allah itu uang saya," katanya.

Istilah 'buka-tutup kendang' ini muncul saat penyidik KPK menyita tas berisi uang

dari ruangan Waryono di Kementerian ESDM. Dalam tas itu ada catatan soal

uang buka dan tutup gendang APBN-P. Catatan itu berisi lengkap termasuk

rinciannya dengan kode 'P', 'A', dan 'S' untuk Komisi Energi DPR.

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/26/063557604/Ada-Buka-Tutup-Kendang-di-

Kasus-Rudi-Rubiandini

KPK Bedah Istilah 'Buka-Tutup Kendang' Rudi

Minggu, 19 Oktober 2014 | 03:51 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi terus mengembangkan

kasus dugaan korupsi terkait perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2013. Pada kasus tersebut,

bekas Ketua Komisi Energi Sutan Bhatoegana sudah ditetapkan sebagai tersangka

pada 14 Mei 2014.

Wakil Ketua KPK, Zulkarnain, mengatakan banyak ditemukan permasalahan

dalam proses penganggaran di DPR dalam kasus ini. Seharusnya, ujar dia,

perencanaan anggaran sudah ada prosedurnya, yakni dibahas oleh Menteri

Keuangan, Kepala Perencanaan dan Pembangunan Nasional, dan kementerian

terkait, baru kemudian ke DPR. "Ketika di DPR, yang dibahas uang pelicinnya,"

ujar Zulkarnain, Jumat 17 Oktober 2014. Dia mengingatkan istilah 'Buka-Tutup

Kendang' yang pernah diungkapkan bekas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini.

Ketika itu, Rudi yang sudah menjadi terpidana kasus penerimaan hadiah atau janji

di SKK Migas itu mengaku terpaksa menerima gratifikasi karena ada permintaan

dari Komisi Energi DPR. Rudi yang menyediakan duit buka kendangnya atau

sebgaai pembuka pembahasan anggaran di DPR. Sedangkan untuk tutup kendang,

dia meminta Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan untuk

menyediakan saat penutupan pembahasan anggaran.

Saat rapat pembahasan anggaran itu, ujar Zulkarnain, beberapa anggota Komisi

Energi mencari celah mana saja yang bisa dinegosiasikan. Meski sudah terendus

modusnya, menurut dia, para anggota DPR tersebut masih pada bungkam, hanya

beberapa saja yang buka suara. "Bersama-sama, tapi satu-satu lah dulu, yang

sudah cukup kami proses dulu. Ada yang bersama-sama membantu, membujuk,

ya banyak," ujar mantan koordinator staf ahli Kejaksaan Agung itu. Sayangnya,

Zulkarnain enggan mengungkapkan siapa saja yang akan menjadi tersangka

berikutnya. "Tidak semua. Ada yang sebagian, barangkali hanya mengaminkan

saja. Ada yang proaktif, kan ada bedanya. Yang mengaminkan kadang tidak tahu,

wah ini ada honor, bisa dibohongi kan," kata dia.

http://www.tempo.co/read/news/2014/10/19/063615320/KPK-Bedah-Istilah-Buka-

Tutup-Kendang-Rudi

Dirut Pertamina Ungkap "Buka Tutup Kendang" Rudi

nasional - Selasa, 4 Maret 2014 | 15:06 WIB

INILAHCOM, Jakarta - Direktur Utama (Dirut) Pertamina Karen

Agustiawan mengaku pernah dihubungi Rudi Rubiandini yang saat itu

menjabat kepala SKK Migas. Di situ terbongkar istilah "buka tutup

kendang".

Rudi saat itu, kata Karen, membicarakan mengenai "buka tutup kendang" terkait

pembahasan APBN Perubahan di DPR 2013. "Akan ada pengesahan APBN-P

pada Juni 2013. Beliau (Rudi) menyampaikan "buka kendang" dari saya

(Rudi/SKK Migas), "tutup kendang" dari Pertamina," kata Karen menirukan

ucapan Rudi di depan Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa

(4/2/2014).

Karen sendiri mengaku, awalnya ia tidak mengetahui maksud dari istilah "buka-

tutup kendang" yang disampaikan Rudi. Sampai akhirnya Rudi menjelaskan, itu

uang pelicin ke DPR, khususnya Komisi VII DPR. SKK Migas dan Pertamina

masing-masing memberi USD 150 ribu.

"Dijelaskan Pak Rudi, ini proses untuk pengesahan APBN-P 2013," ujarnya.

"Saya kurang mengerti apa "buka kendang" untuk Komisi VII apa Banggar DPR.

Nilai bukanya USD 150 ribu, tutupnya USD 150 ribu," jelas Karen. Dia sendiri

mengaku tidak mau menuruti permintaan Rudi. Pertamina, kata Karen, tidak

mengeluarkan uang sepeserpun untuk DPR. "Karena kan Pertamina

pembiayaannya bukan dari APBN, tapi dari hasil usaha sendiri," katanya. [gus]

http://nasional.inilah.com/read/detail/2079597/dirut-pertamina-ungkap-buka-

tutup-kendang-rudi#.VGe6b8gZBxs

Karen Emoh Setor THR, Rudi Ancam Lapor Jero Wacik

Selasa, 04 Maret 2014 | 16:58 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan

mengklaim Rudi Rubiandini, terdakwa suap SKK Migas, mengancam akan

melaporkannya ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik.

Alasannya, Karen menolak ikut patungan dalam setoran "buka-tutup kendang"

buat DPR. Ancaman itu disampaikan melalui telepon. "Terdakwa akan melapor ke

Pak Menteri (Jero Wacik) bahwa saya tak akan memberi uang ke Pak Waryono

Karno (eks Sekjen Kementerian ESDM)," kata Karen saat bersaksi buat Rudi di

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa, 4 Maret 2014. Dalam

percakapan itu, kata Karen, dia kemudian mengatakan sudah menyetor duit ke

DPR. Karena itu, menurut Karen, SKK Migas tak usah menagih lagi buat urunan

"buka-tutup kendang".

Karen menjelaskan, "buka-tutup kendang" merupakan setoran sebesar US$ 300

ribu buat Badan Anggaran dan Komisi Energi DPR untuk mengesahkan APBNP

2013. Rudi, kata Karen, meminta Pertamina menyumbang US$ 150 ribu. Sisanya

dibayar SKK Migas. Ketika majelis hakim menanyai Karen apa maksud

"Pertamina sudah menyetor duit ke DPR", Karen menjawab itu hanya trik agar

Rudi segera menutup sambungan telepon. "Itu hanya siasat untuk menghentikan

pembicaraan dengan Pak Rudi," katanya.

Ketika ditanya ihwal ancamannya ke Karen, seusai sidang, Rudi mengatakan itu

hanya laporan biasa. Dia menyatakan biasa melapor ke Menteri Jero perihal kerja-

kerja SKK Migas. "Kan biasa laporan ke Menteri," katanya Karen mengatakan

Pertamina tak punya kepentingan dalam APBNP. Setoran buat DPR itu, kata

Karen, untuk mengegolkan perubahan anggaran untuk Kementerian ESDM.

http://www.tempo.co/read/news/2014/03/04/063559352/Karen-Emoh-Setor-THR-Rudi-

Ancam-Lapor-Jero-Wacik-

KPK : Kasus Sutan Bhatoegana ditargetkan segera selesai

Selasa, 20 Januari 2015 20:58 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Komisi Pemberantasan Korupsi segera menyelesaikan

pengusutan kasus dugaan tindak pidana korupsi terkait pembahasan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013 Kementerian ESDM untuk

tersangka mantan Ketua Komisi VII dari Fraksi Partai Demokrat Sutan

Bhatoegana. "Kasus SBG (Sutan Bhatoegana) adalah salah satu kasus yang

diprioritaskan untuk diseleselasikan pada semester atau caturwulan pertama tahun

ini," kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di Jakarta, Selasa.

Sutan pada hari ini (Selasa) diperiksa selama sekitar tujuh jam dalam perkara

dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait kegiatan di Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral dengan tersangka mantan Sekretaris Jenderal Kementerian

ESDM Waryono Karno. Namun Sutan tidak berkomentar apa pun seusai

diperiksa.

"Dari hasil diskusi masih perlu pemeriksaan lain sebelum bisa ditingkatkan

statusnya ke tingkat yang lebih tinggi," ungkap Bambang. Bambang juga

mengaku belum tahu hasil pemeriksaan Sutan hari ini (Selasa). "SBG diperiksa

sebagai saksi untuk tersangka WK (Waryono Karno), saya belum tahu hasil

pemeriksaannya," tambah Bambang.

Sutan diduga melanggar melanggar pasal 12 huruf a atau b atau pasal 11 dan pasal

12 B Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55

ayat 1 ke-1 KUHP.

Pasal tersebut mengatur tentang pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah

atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatannya, dengan ancaman pidana paling lama 20

tahun penjara dan denda maksimal Rp1 miliar.

Kasus ini merupakan pengembangan dari kasus yang menjerat mantan Kepala

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

(SKK Migas) Rudi Rubiandini yang telah divonis 7 tahun penjara.

Dalam sidang Rudi Rubiandini terungkap bahwa Rudi memberikan uang 200 ribu

dolar AS melalui anggota Komisi VII Tri Julianto di toko buah di Jalan MT

Haryono, uang itu menurut Rudi sebagai uang Tunjangan Hari Raya untuk

anggota Komisi VII. Padahal mantan Kepala Biro Keuangan Kementerian ESDM

Didi Dwi Sutrisnohadi mengaku memberikan tas berisi amplop-amplop uang total

140 ribu dolar AS yang ditujukan untuk pimpinan, anggota dan Sekretariat

Komisi VII kepada staf khusus Sutan, Irianto. Irianto bahkan menandatangani

tanda terima uang tersebut. Namun baik Sutan maupun Tri Julianto membantah

pengakuan Rudi tersebut. Sutan saat menjadi saksi pada 26 Februari 2014

mengakui bahwa pernah memiliki staf ahli bernama Irianto tapi dokumen yang

dibawa Irianto dari Kementerian ESDM diberikan ke stafnya yang lain yaitu

Iqbal, sayangnya Iqbal mengalami kecelakaan.

Terkait kasus ini, Rudi Rubiandini sudah divonis bersalah dan harus menjalani

hukuman 7 tahun penjara sedangkan pelatih golfnya Deviardi divonis 4,5 tahun

penjara. Sedangkan penyuap Rudi yaitu Operational Manager PT Kernel Oil Pte

Limited (KOPL) Simon Gunawan Tandjaya divonis selama 3 tahun penjara dan

denda Rp200 juta subsidair 3 bulan kurungan dan Direktur PT Kaltim Parna

Industri Artha Meris Simbolon divonis tiga tahun penjara ditambah denda Rp100

juta subsider 3 bulan kurungan.

http://www.antaranews.com/berita/475241/kpk--kasus-sutan-bhatoegana-ditargetkan-

segera-selesai

Jadi Tersangka, Jero Wacik Peras Karen Agustiawan?

POSTED BY KRISTIAN AMBARITA ⋅ SEPTEMBER 3, 2014

Benarkah Karen Agustiawan, mantan Dirut (Direktur Utama) Pertamina, sebagai

salah satu korban yang diperas Jero Wacik? Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) telah menetapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero

Wacik sebagai tersangka dalam dugaan penggelembungan dana operasional di

Kementerian ESDM. Jero dijerat pasal 12 huruf e juncto pasal 23 UU Nomor

20/2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 421 KUHP.

Pasal-pasal yang menjerat Jero merupakan pasal yang menyatakan

penyelenggaran negara yang melakukan pemerasan. Pasal 12 huruf e UU Nomor

20/2001 berisi, “Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan

menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,

membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan

sesuatu bagi dirinya sendiri”.

Sedangkan pasal 421 KUHP berisi, “Seorang pejabat yang menyalahgunakan

kekuasaan memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau

membiarkan sesuatu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun

delapan bulan”.

Lalu siapa pihak yang diperas Jero Wacik dalam penggelembungan dana

operasional di Kementerian ESDM, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto

mengatakan pihaknya tidak dalam posisi untuk menjawab pertanyaan itu.

Menurutnya pihak yang diperas Jero akan diungkap dalam nota dakwaan di

persidangan.

“Kami tidak dalam posisi untuk menjawab pertanyaan itu. Dalam rumusan

dakwaan akan dijelaskan,” kata pimpinan KPK yang kerap dipanggil BW ini

dalam jumpa pers di KPK, Rabu (3/9). Saat ditanya apakah yang diperas Jero

adalah Pertamina saat masih dipimpin Karen Agustiawan, BW enggan

menjawabnya.

Sebelumnya dalam persidangan mantan Kepala BP Migas, Rudi Rubiandini di

Pengadilan Tipikor Jakarta pada 25 April 2014 lalu. Saat itu KPU KPK memutar

hasil sadapan rekaman pembicaraan antara Rudi dengan Waryono Karno yang

saat itu sebagai Sekjen Kementerian ESDM.

Dalam percakapan tersebut, Rudi diketahui akan ‘memalak’ PT Pertamina dengan

menggunakan bahasa ‘tutup kendang’. Bahkan Rudi dalam percakapan tersebut

akan mengontak Dirut Pertamina Karen Agustiawan terkait hal tersebut.

Rekaman Sadapan Rudi Rubiandini dan Eks Sekjen ESDM Waryono

Jaksa memutar rekaman penyadapan dalam sidang lanjutan kasus suap Kepala

SKK Migas Rudi Rubiandini. Rekaman itu menunjukan adanya permintaan

‘tolong’ ke Dirut Pertamina, Karen Agustiawan. Rekaman itu diputar saat eks

Sekjen ESDM, Waryono Karno bersaksi untuk Rudi di Pengadilan Tipikor, Jl HR

Rasuna Said, Jaksel, Selasa (25/2/2014), seperti yang diberitakan detik.com.

R merupakan kependekan dari Rudi. Dan W kependekan dari Waryono. Berikut

sebagian rekaman tersebut.

R : Insya Allah saya hadir

W : Nah untuk antisipasi itu, barangkali yang ini, hanya arahan Pak Menteri,

memang itu lewat Pak ZA, pak yang sajubu dana nya gitu. Bagaimanan ini

nya, bapak kepada Pak SB itu bagaimana yah? Tapi kan kayaknya bapak

proses advance dulu, oleh karena itu, mohon arahan karena kita talangan

pakai APBN nggak mungkin Pak Rudi. (Saat mengucapkan “pakai APBN

nggak mungkin Pak Rudi”, suara Waryono langsung mengecil dan setengah

berbisik)

R : Kemarin saya coba yang buka kendangnya dari kita. Tadinya minta, tutup

kendangnya saya pikir dari Pertamina. Ee, pertamina udah dihubungi Pak,

Bu Karen.

W : Pertamina itu, pertamina hanya mau oke kalau SKK yang kontak. Kalau

institusi kita, institusi pemerintah kayaknya nggak.

R : Kalau gitu saya telepon Bu Karen supaya nanti saya buka tutup kendang,

jadi biar sharing gitu. Yang handle acara nanti siapa? ZA bukan?

W : Nanti SB langsung dengan kita.

R : Saya telepon Bu Karen kalau gitu

W : Nanti mungkin segitiganya bapak, Pak Menteri saya kemudian Bu Karen.

Tapi Bu Karen mungkin cukup Pak Hanung kali pak.

Awalnya Waryono mengaku tidak tahu soal ‘buka tutup kendang’. Bahkan dia

tidak kenal lawan bicara Rudi. Namun tidak lama kemudian kesaksiannya

berubah. Waryono menyebut permintaan itu tidak pernah ditindaklanjuti lagi.

Waryono yang coba terus dikorek kesaksiannya pun langsung lebih banyak diam.

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan lebih banyak dijawab normatif. Sebagai

contoh saat ditanya soal APBN.

“Di dalam APBN tidak ada satu rupiah pun yang dialokasikan di luar

perencanaan. Ini adalah uang rakyat,” jawab Waryono mencoba berkilah. “Pak,

jujur saja. Kita sudah sama-sama tua,” kata Ketua Majelis Amin Ismanto yang

merasa jengah mendengar kesaksian Waryono.

Hakim anggota Matheus Samiaji juga ikut-ikutan memberi saran kepada Waryono

agar jujur. Kesaksian Waryono dinilai justru membuat lucu pengunjung sidang.

Jika terus membuat keterangan tak logis, hakim tidak segan untuk mengeluarkan

penetapan agar Waryono dijerat kesaksian palsu. “Saya masih sabar menunggu

kejujuran bapak. Kalau tidak sabar, sudah saya perintahkan tahan saja. Saya

punya hak untuk itu,” tegas Amin.

Apa komentar KPK?

“Kami tidak dalam posisi menjawab pertanyaan itu saat ini. Saatnya dalam

rumusan dakwaan akan dijelaskan,” kata Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto

di kantornya, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (3/9/2014).

Bambang belum mau menyebut siapa saja korban pemerasan Jero Wacik. Namun,

dia tidak membantah adanya dugaan bahwa Karen adalah salah satu pihak yang

diperas. “Nama tersebut (Karen) bukan berarti tidak ada kaitannya,” jelas

Bambang. Karen saat ini sudah mengundurkan diri sebagai Dirut Pertamina.

Muncul dugaan, Karen mundur karena tidak kuat dengan tekanan beberapa pihak

selama menjadi Dirut.

http://anekainfounik.net/2014/09/03/jadi-tersangka-jero-wacik-peras-karen-agustiawan/

Deviardi Akui Yohanes Widjonarko, Gerhard Rumesser Iwan

Ratman Titip Uang untuk Rudi

Wed, 19 Mar 2014 08:04

Centroone.com - Deviardi, pelatih golf dan orang kepercayaan Rudi Rubiandini

mengakui pernah dititipkan sejumlah uang dari ketiga pejabat SKK Migas. Ketiga

pejabat itu adalah Kepala SKK Migas Yohanes Widjonarko, Deputi Pengendalian

Bisnis SKK Migas Gerhard Rumesser dan Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK

Migas Iwan Ratman. Demikian diakui Deviardi saat bersaksi dalam sidang

lanjutan terdakwa Rudi Rubiandini di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa

(18/3/2014). Menurut Deviardi, uang dari tiga pejabat SKK Migas itu

diperuntukan buat Rudi Rubiandini yang saat itu menjabat sebagai kepala SKK

Migas. "Benar yang mulia. Ada semua catatannya, tapi kapannya saya lupa

tanggalnya," ucap Deviardi saat bersaksi untuk terdakwa Rudi Rubiandini.

Dijelaskan Deviardi, Yohannes Widjonarko yang saat itu masih menjabat Wakil

Kepala SKK Migas pernah memberikan uang SGD 600 ribu. Yohannes, kata

deviardi, memberikan uang tersebut saat dia mendatangi kantor Yohannes

Widjonarko. "Dia bilang kasihkan ini ke Pak Rudi," terangnya. Kemudian Deputi

Pengendalian Bisnis SKK Migas Gerhard Rumesser memberikan titipan uang

US$200 ribu untuk diserahkan ke Rudi Rubiandini di kantornya. Sementara,

Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK Migas Iwan Ratman juga memberikan

uang US$50 ribu untuk diserahkan ke Rudi Rubiandini. "Semua saya laporkan ke

Pak Rudi, katanya ya sudah dipegang saja," ucapnya. Pengakuan Deviardi itu

lantas dikonfrontasi dengan ketiga pejabat itu. Dihadapan Ketua Majelis Hakim

Amin Ismanto, Ketiga pejabat SKK Migas itu kompak membantah pengakuan

Deviardi. "Saya tidak pernah memberikan uang," ungkap Yohannes Widjonarko.

http://yogyakarta.loveindonesia.com/news/id/news/detail/382626/deviardi-akui-yohanes-

widjonarko-gerhard-rumesser-iwan-ratman-titip-uang-untuk-rudi

DPR Minta Rudi Lunasi 'Utang' BP Migas US$ 1 Juta

Selasa, 04 Februari 2014 | 17:42 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan

Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini disebut harus

melunasi utang mantan Kepala SKK Migas saat masih bernama BP Migas, Raden

Priyono, kepada Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat.

Hal ini terungkap dalam sidang terdakwa Rudi Rubiandini di Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi Jakarta, Selasa, 4 Februari 2014, ketika hakim Purwono Adi

Santosa menanyai Gerhard Maarten Rumeser, Deputi Pengendalian Dukungan

Bisnis SKK Migas.

"Apakah pernah ada percakapan telepon pada 9 Juni 2013, pembicaraan telepon

dengan Pak Rudi dan pada 10 Juni 2013, bahwa Pak Priyono memiliki utang US$

1 juta? Itu kaitannya apa?" tanya hakim Purwono.

Menurut Gerhard, percakapan tersebut merupakan tindak lanjut pertemuan Rudi

dengan anggota Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Jhony Allen

Marbun, yang mengatakan bahwa Priyono mempunyai utang. "Pak Priyono

pernah utang US$ 1 juta, itu yang saya ingat," kata Gerhard.

Lantas hakim Purwono bertanya mengapa Rudi menghubungi dia. "Maksudnya

apa? Dengan begitu Anda ditugasi?" katanya.

Gerhard mengatakan, dengan ditelepon Rudi dan diberi tahu perihal permasalahan

tersebut, ia merasa diminta untuk mencarikan uang US$ 1 juta. "Saya merasa

beliau meminta saya untuk mencarikan, bagaimana caranya supaya dapat," ujar

Gerhard.

Setelah mendapat kiriman uang dari berbagai kurir yang entah dari mana

sumbernya, kata Gerhard, terkumpullah uang US$ 500 ribu untuk membayar

utang Priyono. "Tidak US$ 1 juta, tapi US$ 500 ribu," ujarnya. Pembayaran

tersebut dicicil tiga kali.

Saat dimintai konfirmasi usai sidang, Gerhard ogah menjawabnya. Di dalam

persidangan pun ia berkelit tidak mengetahui maksud utang tersebut. Hal yang

sama disampaikan Rudi. Dia malah meminta wartawan untuk bertanya kepada

Gerhard Rumeser. "Tanya ke Pak Gerhard," kata Rudi.

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/04/063551035/DPR-Minta-Rudi-Lunasi-Utang-

BP-Migas-US-1-Juta

Dua Saksi Pihak Swasta Diperiksa terkait Waryono Karno

05 September 2014 11:00 wib

Metrotvnews.com, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil

dua saksi dalam penyidikan dugaan korupsi kegiatan sosialisasi, sepeda sehat, dan

perawatan Gedung Kantor Sektertariat Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral,

Jumat (5/9/2014). "Mereka adalah Indah Pratiwi dan Darwis," kata Kepala Bagian

Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha, saat dimintai konfirmasinya

pada Jumat (5/9/2014) pagi. Kedua saksi dipanggil untuk tersangka Waryono

Karno.

Kedua saksi diketahui berasal dari pihak swasta. Namun, tidak diketahui pasti apa

hubungan kedua saksi dengan kasus tersebut. "Yang pasti, mereka dipanggil guna

keperluan penyidikan," imbuh Priharsa.

Diketahui, Waryono sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

Penetapan itu merupakan yang kedua setelah ia dijerat pasal gratifikasi. Dalam

kasus ini, Waryono dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20/2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana.

Selaku Sekjen ketika itu, Waryono diduga melakukan perbuatan melawan hukum

dan atau penyalahgunaan wewenang secara bersama-sama yang mengakibatkan

kerugian negara. Hasil perhitungan sementara, KPK memperkirakan kerugian

negara dalam kasus itu sekitar Rp9,8 miliar dari total anggaran Kesekjenan pada

2012 mencapai Rp25 miliar. Belakangan, KPK menetapkan Jero Wacik sebagai

tersangka dari pengembangan kasus tersebut.

http://news.metrotvnews.com/read/2014/09/05/287587/dua-saksi-pihak-swasta-diperiksa-

terkait-waryono-karno

Waryono Karno Ditetapkan Tersangka Suap SKK Migas

Kamis, 16 Januari 2014 | 13:33 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi mengumumkan

penetapan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) Waryono Karno sebagai tersangka. Waryono diduga terlibat korupsi di

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

(SKK Migas). "Telah ditemukan dua bukti yang cukup berkaitan dengan korupsi

dalam kaitan dengan pelaksanaan kegiatan di Kementerian ESDM," ujar juru

bicara KPK, Johan Budi Sapto Prabowo, dalam jumpa pers di KPK, Kamis, 16

Januari 2014.

Waryono dijerat dengan Pasal 12B dan/atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Kedua pasal itu mengatur

ancaman hukuman bagi penyelenggara negara yang menerima suap yang

berhubungan dengan kewenangan jabatannya. Pasal 12B memberi ancaman

pidana penjara seumur hidup atau maksimal 20 tahun dan denda paling banyak Rp

1 miliar. Sedangkan Pasal 11 mengancam Waryono dengan hukuman maksimal 5

tahun dan/atau denda Rp 250 juta.

Berdasar Pasal 12B itu, jika ada pemberian yang nilainya lebih dari Rp 10 juta,

Waryono wajib membuktikan bahwa pemberian yang diterimanya bukanlah suap.

Namun Johan mengaku belum tahu apa yang diterima Waryono terkait kasus ini

dan berapa jumlah pemberian tersebut. Ia juga belum bisa membeberkan siapa

pemberi suap tersebut. "Belum tahu detailnya, tapi ini berkaitan dengan menerima

hadiah atau janji yang dilakukan WK (Waryono Karno) sebagai Sekjen ESDM,"

kata Johan. Sebelum Waryono, KPK telah menjerat tiga orang dalam kasus ini.

Ketiganya adalah Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, Komisaris PT Kernel Oil

Private Limited Simon Gunawan Tanjaya, dan Devi Ardi, yang diketahui sebagai

pelatih golf Rudi. Simon telah divonis penjara 3 tahun dan denda Rp 200 juta,

sedangkan Rudi dan Ardi masih menjalani proses persidangan di Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi Jakarta.

Kasus ini bermula dari operasi tangkap tangan KPK pada Selasa, 13 Agustus

2013. Hasil operasi ini bahkan menjadi hasil terbesar sepanjang sejarah KPK.

Hasil tangkapan itu berupa uang US$ 400 ribu, US$ 90 ribu, dan 127 ribu dolar

Singapura, sekaligus sebuah sepeda motor mewah bermerek BMW hitam berplat

nomor B-3946-FT. Duit itu diduga digunakan untuk memenangkan Kernel Oil

dalam tender. Sebagai bagian dari penyidikan kasus itu, KPK menggeledah ruang

kerja Waryono dan menyita uang US$ 200 ribu dari sana. Waryono juga telah

dicegah bepergian ke luar negeri.

Kasus ini juga melebar ke Dewan Perwakilan Rakyat karena di persidangan Rudi

mengungkapkan adanya aliran dana ke Senayan. Rudi mengaku diminta anggota

Komisi Energi DPR, Sutan Bhatoegana, untuk menyiapkan "tunjangan hari raya"

buat Sutan dan rekan-rekannya pada Juli 2013. Rudi mengaku pernah melakukan

pertemuan dengan politikus Partai Demokrat itu di Plaza Senayan, Mall Bellagio,

Pacific Place, dan Dharmawangsa Square. Sejumlah pengusaha yang ikut dalam

tender di SKK Migas juga ikut dalam pertemuan itu. Uang sebesar US$ 200 ribu

pun sudah diserahkan Rubi melalui pelatih golfnya, Devi Ardi. Ardi kemudian

menyerahkan uang itu ke rekan separtai Sutan, Tri Yulianto. Sutan dan Tri sendiri

sudah membantah meminta "THR" ini. Ketua KPK Abraham Samad pernah

mengatakan, jika pihaknya menemukan hubungan soal aliran dana ini, tak tertutup

kemungkinan para anggota Komisi Energi bisa menjadi tersangka. Adapun

hubungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik dan uang dolar

itu, menurut Abraham, masih belum terlihat. "Kami belum mendapatkan

kesimpulan soal itu," ucapnya.

http://www.tempo.co/read/news/2014/01/16/063545435/Waryono-Karno-Ditetapkan-

Tersangka-Suap-SKK-Migas

Iwan Ratman Mengaku Kenalkan Rudi Rubiandini ke Deviardi

Senin, 25 November 2013 , 15:24:00 WIB

RMOL. Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK Migas, Iwan Ratman, mengakui

bahwa dirinya adalah orang yang pertama kali mengajak mantan Kepala SKK

Migas, Rudi Rubiandini, bermain golf. Dia mengajak Rudi berolahraga golf sejak

Rudi menjabat Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, menggantikan

(almarhum) Widjajono Partowidagdo. Padahal, menurut Iwan, awalnya Rudi tak

pernah bermain golf. Namun, tersangka penerima uang suap itu akhirnya turun ke

lapangan setelah dibujuk-bujuk.

Keterangan itu diutarakan Iwan saat bersaksi dalam sidang terdakwa, Simon

Gunawan Tanjaya, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (25/11).

Kata Iwan, olahraga yang ditekuni Rudi sejak awal adalah bulutangkis. "Tapi saya

bilang ke Pak Rudi, 'Kolega-kolega bertanya, kok Wamen-nya enggak golf? Kan

sudah Wamen.'," cerita Iwan. Usaha Iwan tak sia-sia. Akhirnya, Rudi mau

bermain golf. Pertama kali, Rudi dan Iwan bermain di kawasan SCBD, Sudirman,

Jakarta Pusat. Saat itu, lanjut Iwan, mereka bermain golf asal-asalan. Kemudian,

Iwan melanjutkan, Rudi bertemu dengan tokoh suap lainnya dalam kasus SKK

Migas, Deviardi, pada saat bermain golf pada sepekan berikutnya. Iwan yang

memperkenalkan Rudi dengan Deviardi. "Saya bilang ke Pak Rudi, 'Ini Pak,

Deviardi, jago main golf'," kata Iwan. Tapi, Iwan membantah bermain golf sambil

membicarakan bisnis.

Dalam perkara ini, Rudi dan Ardi ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK

lantaran menerima suap US$ 900 ribu dan SGD 200 dari Komisaris Kernel Oil

Pte Ltd, Simon Gunawan Tanjaya. Suap diberikan terkait pemenangan tender

minyak di SKK Migas. [ald]

http://hukum.rmol.co/read/2013/11/25/134521/Iwan-Ratman-Mengaku-Kenalkan-Rudi-

Rubiandini-ke-Deviardi-

KPK Usut Dugaan Duit THR ke Komisi Energi DPR

Senin, 27 Januari 2014 | 20:52 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi mengusut dugaan

pemberian tunjangan hari raya (THR) dari Pertamina untuk Komisi Energi Dewan

Perwakilan Rakyat. Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, dicecar pula

soal dugaan tersebut dalam pemeriksaan hari ini.

Juru bicara KPK, Johan Budi S.P., mengatakan dalam rangkaian kasus SKK

Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas

Bumi), ada info soal adanya dugaan pemberian THR dari Pertamina ke Komisi

VII DPR—komisi yang membidangi energi dan migas. ”Bisa jadi itu ditanyakan

ke Karen,” ujar Johan dalam keterangan pers di kantornya, Senin, 27 Januari

2014.

KPK juga akan menelusuri pengakuan bekas Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini

dalam persidangannya yang menyebutkan ia memberi THR kepada Komisi Energi

DPR. Johan mengatakan keterangan tersebut masih divalidasi. Menurut Johan,

pengakuan itu menjadi bukti kalau ada dukungan fakta. ”Tidak bisa orang

mengaku, lalu serta-merta menjadi bukti,” tutur dia.

Kasus ini bermula dari operasi tangkap tangan KPK pada 13 Agustus tahun lalu.

Hasil operasi ini bahkan menjadi hasil operasi tangkap tangan terbesar sepanjang

sejarah KPK. Hasil tangkapan adalah uang US$ 400 ribu, US$ 90 ribu, dan $Sing

127 ribu, sekaligus sebuah sepeda motor mewah bermerek BMW hitam berpelat

nomor B-3946-FT. Duit itu diduga digunakan untuk memenangkan Kernel Oil

dalam tender.

Sebagai bagian dari penyidikan kasus itu, KPK menggeledah ruang kerja

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kala itu,

Waryono, dan menyita uang US$ 200 ribu dari sana. Waryono yang kini sudah

pensiun itu juga telah dicegah bepergian ke luar negeri.

Kasus ini melebar ke Komisi Energi DPR karena di persidangan, Rudi

mengungkapkan adanya aliran dana ke Senayan. Rudi mengaku diminta anggota

Komisi Energi DPR, Sutan Bhatoegana, untuk menyiapkan THR buat Sutan dan

rekan-rekannya pada Juli 2013.

Pada 16 Januari lalu, sebagai hasil pengembangan kasus SKK Migas itu, KPK

menetapkan Waryono sebagai tersangka gratifikasi di kementeriannya.

http://www.tempo.co/read/news/2014/01/27/078548879/KPK-Usut-Dugaan-Duit-THR-

ke-Komisi-Energi-DPR

Gerhard Rumeser Akui Ada Aliran Dana US$ 1 Juta ke DPR

Kamis, 22 Mei 2014 15:32 WIB

Walaupun dimintai keterangan puluhan kali jawabannya tetap sama bahwa

ada permintaan dana untuk DPR.

JAKARTA, Jaringnews.com - Di hadapan penyidik KPK, mantan Deputi bidang

komersil di SKK Migas Gerhard Marten Rumeser, kembali menyebutkan adanya

aliran uang ke DPR sebesar US$ 1 juta.

Menurut Gerhard, walaupun dimintai keterangan puluhan kali jawabannya tetap

sama. Hal itu ia kemukakan hari ini (21/5) seusai diperiksa untuk tersangka Sutan

Bhatoegana di Gedung KPK, Jakarta.

Gerhard mengatakan, waktu itu Kepala SKK Migas saat itu, Rudi Rubiandini

menelepon dirinya. Rudi menceritakan kalau pihak DPR menagih uang sebesar

US$ 1 juta. Saat itu Rudi Rubiandini mengaku mendapat telepon dari Sutan

Bhatoegana, dimana dalam percakapan melalui telepon antara Rudi dan Sutan,

Sutan menanyakan janji dari bekas Kepala BP Migas R Priyono, utang sebesar

US$1 juta. Lalu Rudi meminta Gerhard untuk menyiapkan uang tersebut. "Beliau

meminta saya mencarikan bagaimana caranya supaya bisa dapat. Beliau

mengatakan tidak harus US$ 1 juta tapi US$ 500 ribu," paparnya.

Dalam persidangan Gerhard mengaku pernah menerima titipan bungkusan dari

kurir untuk Rudi. Dia menduga bungkusan itu berupa uang. "Kurir datang bilang

ini titip Pak Rudi," ujarnya.

Dalam kasus ini Gerhard diperiksa KPK sebagai saksi untuk tersangka Sutan

Bhatoegana terkait kasus kasus dugaan korupsi penerimaan hadiah atau gratifikasi

anggaran APBNP tahun 2013 di Kementerian ESDM.

Dalam kasus ini KPK telah menetapkan Sutan Bhatoegana sebagai tersangka

dalam kasus korupsi penerimaan hadiah atau gratifikasi terkait SKK Migas di

Kementerian ESDM pada Rabu, 14 Mei 2014 lalu.

Status tersangka yang ditetapkan kepada Sutan Bhatoegana menyangkut dugaan

tindak pidana korupsi berupa penerimaan hadiah pembahasan anggaran APBNP

tahun 2013 di Kementerian ESDM.

Terungkapnya keterkaitan Sutan, berawal dari kesaksian terdakwa Rudi

Rubiandini saat persidangan. Kemudian penyidik KPK melakukan pengembangan

penyidikan kasus tersebut.

http://jaringnews.com/keadilan/tipikor/62237/gerhard-rumeser-akui-ada-aliran-dana-us-

juta-ke-dpr

Jhonny Allen Bantah Terima US$ 2.500 dari Kementerian ESDM

Rabu, 26/02/2014 16:44 WIB

Jakarta - Anggota Komisi VII DPR Jhonny Allen Marbun membantah menerima

duit US$ 2.500 dari Kementerian ESDM. Dia menantang mantan Kabiro

Keuangan ESDM Didi Dwi Sutrisno Hadi untuk memberi keterangan di DPR.

"Yang bagi siapa di komisi VII? karena saya nggak disini nggak mungkin saya

dibagi," kata Jhonny Allen di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (26/2/2014).

Jhonny tak percaya dengan keterangan Didi Dwi karena belum ada bukti duit

yang berasal dari SKK Migas itu diterima pimpinan atau anggota Komisi VII

sebagaimana kesaksian Didi dalam persidangan. "Kita lihat Kabiro juga dibantai

sekjennya (eks Sekjen ESDM, Waryono Karno), bisa saja Didi bohong. Berarti

Didinya harus diperiksa, ditanya kemana apa benar itu," ujarnya.

Mantan Kabiro Keuangan ESDM, Didi dalam persidangan di Pengadilan Tipikor

kemarin (25/2) menyebut ada uang sebesar USD 140 ribu dibagi-bagikan untuk

seluruh pimpinan dan anggota Komisi VII DPR. Uang itu diserahkan Didi kepada

staf khusus Ketua Komisi VIII DPR Sutan Bhatoegana, Irianto.

Pimpinan Komisi VII disebut mendapat USD 7.500. Seluruh anggota masing-

masing mendapat USD 2.500. Sekretariat Komisi VII juga kecripratan dana yang

sama besarannya dengan anggota DPR.

"Setelah itu dimasukin ke amplop inisial P, S, A," kata Didi menegaskan adanya

bukti tanda terima penyerahan uang ke Irianto dalam persidangan.

http://news.detik.com/read/2014/02/26/164434/2509297/10/jhonny-allen-bantah-terima-

us--2500-dari-kementerian-esdm?nd772204btr

Sutan, Tri Yulianto, dan Waryono Diperiksa Bersamaan

17 November 2014 10:49 wib

Metrotvnews.com, Jakarta: Politikus Partai Demokrat Sutan Bhatoegana,

diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka dugaan penerimaan

gratifikasi dalam penetapan APBN-P 2013 di Kemeneterian Energi dan Sumber

Daya Mineral, hari ini. "Dia akan diperiksa sebagai tersangka," ujar Kepala

Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha saat dikonfirmasi,

Senin (17/11/2014). Bersama Sutan, KPK juga memanggil anggota Fraksi

Demokrat di DPR Tri Yulianto, dan mantan Sekretaris Jenderal Kemen ESDM

Waryono Karno. "Mereka diperiksa sebagai saksi untuk tersangka SBG," imbuh

Priharsa. Tak hanya Sutan, Waryono, dan Tri Yulianto. KPK juga memanggil

Didi Dwi Sutrisnohadi selaku mantan Kabiro Keuangan Kemen ESDM. Didi juga

akan bersaksi untuk Sutan. "Sama, dia saksi untuk tersangka SBG," jelas Priharsa.

Diduga, pemeriksaan Sutan, Tri, Waryono, dan Didi untuk mengonfirmasi ihwal

pemberian uang dari Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM terkait pembahasan

APBN-P 2013. Sebab diketahui ada aliran uang dari Setjen Kemen ESDM ke

Komisi VII DPR. Hal itu diutarakan langsung Didi Dwi saat bersaksi dalam

sidang atas terdakwa Rudi Rubiandini. Didi mengungkapkan, ada pembagian

uang dalam amplop berkota P, A, dan S. Uang yang dibagikan ke dalam amplop

itu jumlah totalnya mencapai USD140 ribu dengan rincian pimpinan komisi

mendapat USD7.500, anggota 43 orang Komisi VII USD2.500, sekretariat

USD2.500. Uang itu diserahkan oleh staf SKK Migas Hargiono kepada Didi.

Setelah uangnya siap, Didi menghubungi Irianto Muhyi. Uang dalam amplop itu

diambil Irianto di Kementerian ESDM. Didi mengenal Irianto sebagai staf khusus

Sutan Bhatoegana.

http://news.metrotvnews.com/read/2014/11/17/319561/sutan-tri-yulianto-dan-waryono-

diperiksa-bersamaan

Giliran ICW minta Jero Wacik mundur

Rabu, 21 Agustus 2013 - 01:29 WIB

JAKARTA (WIN): Setelah berbagai pihak meminta Menteri ESDM Jero Wacik

mundur dari jabatannya, kini giliran Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta

hal yang sama. ICW menilai Menteri ESDM Jero Wacik harus berani bertanggung

jawab, terkait kasus dugaan suap yang melibatkan Ketua SKK Migas non aktif

Rudi Rubiandini.

"Mau tidak mau Pak Jero sebagai pengawas harus mengambil tanggung jawab ini.

Seharusnya ia membuka dan mengundang BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

untuk melakukan penegakan hukum, dan melakukan pemeriksaan menyeluruh,"

ujar Koordinator dan Monitoring Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas, dalam

konferensi pers di Kantor ICW, Jakarta, Selasa (20/8/13).

Menurut Firdaus, kalo dilihat dari sudut pandang etika politik, mantan Menteri

Pariwisata dan Kebudayaan seharusnya mengundurkan diri."Kalau bicara etika

politik, ya seharusnya resign saja," tegasnya.

Firdaus mengaku menyayangkan ucapan Jero yang menyebut wajar jika terdapat

uang dolar AS di kementerian dan lembaga.

Firdaus menegaskan, itu adalah ucapan aneh dari seorang menteri. Ia juga menilai

sang Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat tidak memiliki kompetensi yang

memadai di bidang energi, sehingga sudah selayaknya diganti. "Lebih baik dia

dikembalikan saja ke Kementerian Pariwasata," pintanya.

Dalam kesempatan itu, ICW menilai sejak jaman BP Migas, industri minyak bumi

dan gas (migas) memiliki banyak celah dan amat rawan penyelewengan.

ICW menduga, kasus dugaan suap yang melibatkan Kepala SKK Migas non aktif

Rudi Rubiandini, bukanlah satu-satunya penyelewengan yang terjadi.

Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas

mengatakan, dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sepanjang

2009-2012, terdapat 28 temuan dugaan penyelewengan dengan nilai Rp 207

miliar atau US$137,14 juta, di lembaga yang saat itu masih bernama BP Migas.

"Juga terdapat 266 temuan dugaan penyimpangan dalam Kontraktor Kontrak

Kerja Sama (KKKS), dengan total nilai mencapai Rp 107,08 miliar atau US$1,86

miliar," ujar Firdaus dalam konferensi pers di Kantor ICW, Jakarta, Selasa

(20/8/13).

BPK melakukan audit sejak 2009-2012, ketika SKK Migas masih bernama BP

Migas, yang ketika itu dipimpin Raden Priyono. Karena itu, Firdaus menilai perlu

adanya tindak lanjut dari temuan-temuan yang ada.

Dia berharap, momentum ini dapat dijadikan sebuah langkah untuk membongkar

kebobrokan industri migas Tanah Air, termasuk saat pengelolaannya berada

dalam seragam BP Migas.

"Kami melihat ini sebagai cerita lama, karena kerawanan penyimpangan dan

potensi tindak pidana telah lama terungkap (saat masih bernama BP Migas).

Adakah dari sekian banyak dugaan yang telah selesai dalam ranah hukum? Kami

tidak melihat itu," tutur Firdaus.

http://kanalsatu.com/id/post/7900/giliran_icw_minta_jero_wacik_mundur

Laporan Keuangan Kementerian ESDM Sempurna, Tapi Jero

Wacik Tersangka Korupsi

Maikel Jefriando - Jumat, 12/09/2014 11:36 WIB

Jakarta -Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat opini

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan 2013. WTP adalah opini

terbaik atau nilai sempurna yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Meski demikian, tetap saja Jero Wacik yang menjabat sebagai menteri saat itu

tersandung kasus korupsi.

Menteri Keuangan Chatib Basri menyebutkan, opini baik atau wajar terhadap

laporan keuangan berarti intansi tersebut secara lengkap telah menyerahkan data

kepada auditor. Namun kembali lagi, itu hanya kelengkapan data dan

menyusunnya sesuai dengan kaidah akuntansi.

"Maksudnya adalah data lengkap dan wajar," ujarnya di Gedung Dhanapala,

kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (12/9/2014).

Oleh karena itu, lanjut Chatib, laporan keuangan yang baik bukan berarti bersih

dan penyimpangan. Kelengkapan data dan penyusunan sesuai dengan kaidah

akuntansi belum tentu menunjukkan bersih dari korupsi. "Bukan berarti semua

proses itu tidak ada fraud-nya," tegas Chatib.

Terkait dengan Jero Wacik, menurut Chatib, saat ini yang dijalankan adalah

proses investigasi atas sebuah kasus. Hasil audit laporan keuangan dapat menjadi

rekomendasi untuk investigasi kasus. "Kalau hasil audit itu ada kecurigaan kan

bisa dijadikan temuan. Tapi tetap bukan berarti WTP itu tidak ada fraud-nya,"

terangnya.

http://finance.detik.com/read/2014/09/12/113638/2688531/4/laporan-keuangan-

kementerian-esdm-sempurna-tapi-jero-wacik-tersangka-korupsi

KPK Periksa Menteri ESDM Terkait Kasus Suap SKK Migas

Kamis, 06 Nopember 2014 Waktu UTC: 03:15

02.12.2013

JAKARTA— Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik sebagai saksi dalam kasus dugaan

suap di SKK Migas Senin (2/12).

Juru Bicara KPK Johan Budi kepada VOA mengatakan Jero diperiksa penyidik

KPK sebagai saksi untuk tersangka yang juga mantan Kepala Satuan Kerja

Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas),

Rudi Rubiandini.

“Jadi dalam pengembangan penyidikan terkait kasus SKK Migas, ada beberapa

hal yang berkaitan dengan posisi Jero Wacik sebagai menteri ESDM. Penyidik

ingin mengkonfirmasi berkaitan dengan tugas-tugas di SKK Migas dalam hal ini

RR ya selaku kepala SKK Migas waktu itu ya yang kemudian jadi tersang. Tapi

saya belum tau materi penyidikannya apa,” ujarnya.

KPK sebelumnya telah membuka penyelidikan di Kementerian ESDM, terkait

dengan penemuan uang US$200 ribu di ruangan Sekretaris Jenderal Kementerian,

Waryono Karno, dalam penggeledahan beberapa waktu yang lalu.

Terkait hal ini, penyidik KPK, menurut Johan, sudah melakukan pemeriksaan

terhadap Waryono.

“Itu sudah diklarifikasi ke Sekjen. Tapi saya belum tau apakah hal itu juga

diklarifikasi ke Jero Wacik. Yang saya tahu lebih kepada posisi Pak Jero selaku

Menteri ESDM bagaimana kaitannya dengan tugas-tugas SKK Migas,” ujarnya.

Sebelumnya, KPK telah mengeluarkan larangan bepergian ke luar negeri untuk

ajudan Jero, I Gusti Putu Ade Pranjaya, pada 22 November lalu. Pranjaya diduga

tahu tentang kasus suap yang melibatkan Rudi Rubiandini.

Terkait kasus suap SKK Migas, Jero Wacik meminta publik tidak berspekulasi

dan menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada penegak hukum.

“Gini ajalah, serahkan semuanya pada hukum. Jangan berspekulasi macam-

macam. Saya ini kan baru jadi Menteri ESDM. SKK Migas-nya sendiri juga baru,

dimana sebelumnya adalah BP Migas. Ini sebetulnya masih dalam masa evaluasi.

Kita liat lah. Untuk urusan tender,” ujarnya.

Mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini ditetapkan sebagai tersangka oleh

KPK pada 14 Agustus lalu. Rudi dijerat Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi

karena menerima uang suap $400 ribu dan motor besar BMW lengkap dengan

surat kepemilikan kendaraan, dari petinggi di perusahaan PT Kernel Oil Pte Ltd.

Dalam penggeledahan di rumah Rudi, penyidik KPK juga menemukan uang

senilai $217 ribu.

Dalam persidangan perkara SKK Migas yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi Jakarta pada Kamis, 28 November lalu, Rudi Rubiandini yang dihadirkan

sebagai saksi untuk tersangka Simon Gunawan, mengakui telah memberi uang

bonus hari raya sebesar $200 ribu kepada Ketua Komisi VII DPR RI dari fraksi

Demokrat Sutan Bathoegana.

Uang itu, menurut Rudi dimaksud untuk dibagikan kepada anggota dewan di

Komisi VII DPR RI untuk Tunjangan Hari Raya (THR).

http://www.voaindonesia.com/content/kpk-periksa-menteri-esdm-terkait-kasus-suap-skk-

migas/1801574.html

Jero Wacik Terancam Seumur Hidup

Suara Merdeka – Kamis, 4 September 2014

Perasan Jero untuk Pencitraan

Suara Merdeka – Jumat, 5 September 2014

Di Swiss, Istri Jero Habiskan Rp 1 Miliar

Suara Merdeka – Senin, 8 September 2014

KPK Periksa Djoko dan Triesnawati

Suara Merdeka – Rabu, 17 September 201

KPK Gelar Perkara Kasus Jero

Suara Merdeka – Selasa, 26 Agustus 2014

Pertamina Jamin BBM Tak Langka

Suara Merdeka – Rabu, 1 Oktober 2014

PPATK Lacak Transaksi Jero Wacik di Luar Negeri

Suara Merdeka – Selasa, 9 September 2014

SBY Terkejut

Suara Merdeka – Kamis, 4 September 2014

Staff Jero Dicecar Soal DOM

Suara Merdeka – Jumat, 12 September 2014