lampiran perda 18 tahun 2007

download lampiran perda 18 tahun 2007

of 79

Transcript of lampiran perda 18 tahun 2007

LAMPIRAN

:

Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor : 18 Tahun 2007 Tanggal : 15 Nopember 2007

BAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, menjadi angin segar bagi Pemerintah Daerah di Indonesia. Terkait regulasi tersebut Pemerintah Daerah menerima banyak limpahan kewenangan yang lebih luas untuk menyelenggarakan pemerintahan dan kebijakan pembangunan secara otonom. Perubahan tersebut akan menjadi peluang manakala Pemerintah Daerah mampu mengoptimalkan kondisi dan potensi yang ada di wilayahnya. Berdasarkan pada hal tersebut Pemerintah Daerah perlu diperkuat dengan manajemen pemerintahan yang baik, salah satunya untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah yang komprehensif dan aplikatif. Hal tersebut untuk mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Perencanaan pembangunan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), dimana didalamnya juga mengatur perencanaan pembangunan daerah. Berdasarkan pada amanat Undang-Undang SPPN tersebut, setelah Kepala Daerah (Bupati) ditetapkan maka Kabupaten atau Kota juga diwajibkan menyusun perencanaan pembangunan daerah yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut

RPJMD. Berdasarkan pada hal tersebut di atas maka Pemerintah Kabupaten Jepara menyusun rencana strategis daerah dalam bentuk RPJMD, yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2007-2012. Dimana penyusunan RPJMD tersebut dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program prioritas Bupati, serta berorientasi pada pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang diuraikan dalam program dan kegiatan tahunan. Dalam penyusunannya, RPJMD tersebut berpedoman pada RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 yang sedang berjalan dan memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan 5 (lima) tahun periode sebelumnya, serta masukan dari penjaringan aspirasi masyarakat. Penyusunan Dokumen RPJMD Kabupaten Jepara ini merupakan kelanjutan dari proses identifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di daerah, serta melalui suatu proses koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antara pemangku kepentingan pembangunan daerah dan instansi terkait. Secara substansial RPJMD Kabupaten Jepara merupakan suatu upaya untuk mengoptimalisasi sumber daya daerah yang terbatas untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak terbatas, dengan mengembangkan potensi yang ada serta membuat kesinambungan pembangunan. Dengan harapan proses pelaksanaan pembangunan berjalan efektif dan efisien, untuk memperoleh hasil pembangunan daerah yang optimal dalam rangka mensejahterakan masyarakat. RPJMD Kabupaten Jepara 2007-2012 sebagai petunjuk dan penentu arah kebijakan pembangunan serta pencapaian tujuan untuk kurun waktu lima tahun kedepan, sehingga RPJMD tersebut digunakan sebagai dasar penilaian kinerja Bupati selama masa jabatannya. Dimana progress report pelaksanaan pembangunan disampaikan dalam bentuk Laporan Keterangan

1

2

www.djpp.depkumham.go.id

Pertanggungjawaban, yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran dan laporan akhir masa jabatan yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD.

1.3 LANDASAN PENYUSUNAN Landasan Penyusunan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 20072012 adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang. 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan dalam penyelenggaraan pembangunan yang dilakukan oleh unsur Pemerintah beserta pemangku kepentingan pembangunan daerah dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Sedangkan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 bertujuan untuk: 1. Memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan pembangunan dan unsur Pemerintah tentang mekanisme, proses dan substansi perencanaan pembangunan selama lima tahun dengan baik. 2. Sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan tahunan periode 2007-2012, sehingga setiap tahapan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. 3. 4. 5. Memberikan arahan kebutuhan program dan kegiatan prioritas yang jelas, dengan harapan pelaksanaan pembangunan daerah dapat berjalan secara optimal. Sebagai tolok ukur dalam penilaian kinerja Pemerintah Kabupaten Jepara selama lima tahun. Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif dan pemangku kepentingan pembangunan terhadap programprogram pembangunan daerah yang akan dilaksanakan kurun waktu lima tahun dalam rangka pencapaian visi misi daerah.

3

4

www.djpp.depkumham.go.id

11. 12. 13. 14. 15.

16. 17. 18. 19. 20.

21. 22.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Propinsi Jawa Tengah Tahun 20032008. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Jepara. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Propinsi Jawa Tengah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah.

23.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 050/2020/SJ Tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.

1.4 HUBUNGAN ANTARA RPJMD KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2012 DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYAHirarki perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Jepara dimulai dari RPJPD untuk kurun waktu 20 tahun, yang terjabarkan dalam RPJMD untuk kurun waktu 5 tahun dan kemudian diwujudkan dalam perencanaan jangka pendek untuk kurun waktu 1 (satu) tahun. Gambar berikut adalah hubungan RPJMD Kabupaten Jepara sampai tersusunnya Renja SKPD.

Gambar 1.1. Bagan Hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnyaRPJPD Kab. Jepara Th. 2005-2025

RPJM Nasional Th. 2004-2009

RPJMD (Renstrada) Prov. Jateng Th. 2003-2008

RPJMD Kab. Jepara Th. 2007-2012

Renstra SKPD Th. 2007-2012

RKPD Kab. Jepara

Renja SKPD

5

6

www.djpp.depkumham.go.id

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan daerah yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 20072012 dengan tetap memperhatikan RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah (Renstrada Provinsi Jawa Tengah Tahun 20032008). Kemudian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan tetap memperhatikan RKP dan RKPD Provinsi Jawa Tengah.

BAB III

1.5 SISTEMATIKA PENYUSUNAN RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud Dan Tujuan 1.3. Landasan Penyusunan 1.4. Hubungan Antara RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.5. Sistematika Penyusunan KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Kondisi Geografis Dan Tata Ruang Wilayah 2.2. Demografi 2.3. Perekonomian Daerah 2.4. Sosial Budaya Daerah 2.5. Prasarana Dan Sarana Daerah 2.6. Pemerintahan Umum 2.7. Isu-Isu Pembangunan

VISI DAN MISI 3.1. Visi 3.2. Misi BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi Pembangunan Kabupaten Jepara 4.2. Faktor-Faktor Kunci dan Asumsi Keberhasilan BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah 5.2. Arah pengelolaan Belanja Daerah 5.3. Kebijakan Umum Anggaran BAB VI KEBIJAKAN UMUM DAERAH BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. Misi Pertama 7.2. Misi Kedua 7.3. Misi Ketiga 7.4. Misi Keempat 7.5. Misi Kelima 7.6. Misi Keenam BAB VIII PENUTUP 8.1. Program Transisi 8.2. Kaidah Pelaksanaan

BAB II

7

8

www.djpp.depkumham.go.id

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN TATA RUANG WILAYAH 2.1.1 Kondisi Geografis

Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2 (26,30%). Gambar 2.1 Letak Kabupaten Jepara dalam Konstalasi Jawa TengahJEPARA

Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110 9' 48, 02" sampai 110 58' 37,40" Bujur Timur, 5 43' 20,67" sampai 6 47' 25,83" Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasar letak geografis wilayah, maka Kabupaten Jepara beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan dan kemarau. Musim penghujan antara bulan Nopember-April dipengaruhi oleh musim Barat sedang musim kemarau antara bulan Mei-Oktober yang dipengaruhi oleh angin musim Timur. Sedangkan jumlah curah hujan 2.464 mm, dengan jumlah hari hujan 89 hari. Suhu udara Kabupaten Jepara terendah pada 21,55 C dan tertinggi sekitar 33,71 C, dengan kelembaban udara rata-rata sekitar 84%. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibukota Provinsi sekitar 71 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan lebih kurang 2 jam. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di Barat dan Utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di Timur, serta Kabupaten Demak di Selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa, dimana untuk menuju ke wilayah tersebut sekarang dilayani oleh kapal ferry dari Pelabuhan Jepara dan kapal cepat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Selain itu di Kepulauan Karimunjawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang dapat didarati pesawat terbang berjenis kecil dari Semarang.

Laut JawaPati Kudus Demak Semarang

Dari wilayah Kabupaten Jepara juga mencakup luas lautan sebesar 1.845,6 km. Pada lautan tersebut terdapat daratan kepulauan sejumlah 29 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 24 pulau tidak berpenghuni. Wilayah kepulauan tersebut merupakan Kecamatan Karimunjawa yang berada di gugusan Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sedangkan sebagian besar wilayah perairan tersebut dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa.

9

10

www.djpp.depkumham.go.id

Gambar 2.2 Peta Kabupaten Jepara

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Kedung Keling Kembang Mayong Mlonggo Nalumsari Pecangaan Tahunan Welahan Jumlah

43,063 231,758 108,124 65,043 102,955 56,965 35,399 38,906 27,642 1.004,132

18 20 11 18 16 15 12 15 15 194

63 116 77 75 89 78 58 74 44 990

250 551 324 383 509 365 333 315 216 4.540

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

Secara topografi Kabupaten Jepara dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara, wilayah dataran rendah di bagian tengah dan Selatan, wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari Gunung Muria dan wilayah perairan atau kepulauan di bagian utara merupakan serangkaian Kepulauan Karimunjawa. Tabel 2.2 Ketinggian Permukaan Tanah Kecamatan Ketinggian No Kecamatan (mdpl) 1. Jepara 0 50 2. Bangsri 0 594 3. Batealit 68 378 4. Kalinyamatan 2 29 5. Karimunjawa 0 100 6. Kedung 02 7. Keling 0 - 1.301 8. Kembang 0 - 1.000 9. Mayong 13 438 10. Mlonggo 0 300

Secara administratif wilayah seluas 1.004,132 km tersebut terdiri atas 14 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 183 desa dan 11 kelurahan, seperti terlihat dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan, Luas, Desa/Kelurahan, RW dan RT No. Kecamatan Luas (km2) Desa/Kel RW RT 1. Jepara 24,667 16 81 291 2. Bangsri 85,352 12 120 433 3. Batealit 88,879 11 51 282 4. Kalinyamatan 24,179 12 50 236 5. Karimunjawa 71.200 3 14 52

11

12

www.djpp.depkumham.go.id

11. 12. 13. 14.

Nalumsari Pecangaan Tahunan Welahan

13 736 2 17 0 46 27

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

Dengan kondisi topografi demikian, Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan 1.301 m dpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0 - 2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan. Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha dan sangat curam 10.620,212 Ha. Berdasar data tersebut di atas, bagian daratan utama Kabupaten Jepara terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang merupakan kawasan pada lereng Gunung Muria. Kondisi ini menyebabkan sistem hidrologinya mengalir beberapa sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Dimana karakteristik kontur wilayah, menyebabkan sungai mengalir dari daerah hulu di bagian timur dan selatan ke daerah hilir bagian utara dan barat. Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian barat yang mengalir sungai-sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu dibagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat, dan barat laut) yaitu daerah hilir (laut Jawa). Pada daratan Kabupaten Jepara terdapat beberapa jenis tanah, yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah berikut Andosol

coklat, terdapat diperbukitan bagian utara dan puncak Gunung Muria seluas 3.525,469 Ha, Regosol terdapat dibagian utara seluas 2.700,857 Ha, Alluvial terdapat di sepanjang pantai utara seluas 9.126,433 Ha, Asosiasi Mediterian terdapat di pantai barat seluas 19.400,458 Ha dan Latosol yang merupakan jenis tanah paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di perbukitan Gunung Muria seluas 65.659,972 Ha. 2.1.2 Tata Ruang Wilayah

Tata ruang wilayah merupakan salah satu hal yang penting diperhatikan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Jepara, hal ini mengacu pada petunjuk perencanaan pembangunan dari Pemerintah Pusat. Dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Kabupaten Jepara, pengembangan wilayah Kabupaten Jepara terbagi dalam 6 Sub Wilayah Pembangunan (SWP) berikut ini: 1. SWP I : Jepara Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Jepara, Tahunan, Kedung dan Batealit. Potensi pengembangan meliputi sektor industri kerajinan, perikanan dan pariwisata. SWP II : Bangsri Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Bangsri, Kembang dan Mlonggo. Potensi pengembangan meliputi sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan serta sektor energi (PLTU). SWP III : Pecangaan Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Pecangaan, Kalinyamatan dan Welahan. Potensi pengembangan meliputi sektor industri kerajinan dan pertanian tanaman pangan. SWP IV : Karimunjawa Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan

2.

3.

4.

13

14

www.djpp.depkumham.go.id

Karimunjawa. Potensi pengembangan meliputi sektor perikanan, peternakan, pariwisata, pengelolaan sumber daya alam, pelestarian lingkungan hidup serta perhubungan laut. 5. SWP V : Keling Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Keling. Potensi pengembangan meliputi sektor perkebunan, peternakan dan perikanan. SWP VI : Mayong Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Mayong dan Nalumsari. Potensi pengembangan meliputi sektor kerajinan, perdagangan dan pertanian tanaman pangan.

4. 5. 6. 7.

Tambak Hutan Perkebunan Penggunaan lainnyaSumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

1,203 19,096 3,954 2,795

6.

Sebagai gambaran saat ini penggunaan lahan di Kabupaten Jepara dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1. Penggunaan lahan Rural atau Pedesaan yang meliputi penggunaan tanah sawah, tegalan, kebun campur, tambak dan perkebunan, yang menyebar pada beberapa bagian wilayah Kabupaten Jepara. 2. Penggunaan lahan Urban atau Pusat Keramaian yang meliputi penggunaan tanah perumahan, perekonomian, jasa, perdagangan, industri dan lain sebagainya, yang tersebar di bagian Utara, Tengah dan Selatan wilayah Kabupaten Jepara. 3. Penggunaan lahan Enviromental Conservation atau konservasi lingkungan yang meliputi penggunaan lahan pada daerah perairan Kepulauan Karimunjawa. Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Jepara seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Jepara No. Lahan Luas (Ha) 1. Bangunan / Pekarangan 28,269 2. Tegalan / Kebun 18,312 3. Sawah 26,411

Dari data diatas diketahui bahwa luas bangunan dan pekarangan sudah mendominasi tata guna lahan di Kabupaten Jepara atau mencapai 28,26% dari luas Jepara. Kemudian disusul berturutturut berikutnya adalah luas sawah yang mencapai 26,40%, hutan sekitar 19,08% dan tegalan atau kebun seluas 18,30%. Sedangkan yang lain seperti tambak, perkebunan dan penggunaan lainnya luasnya relatif kecil atau dibawah lima persen. Selanjutnya, pola tata guna lahan tersebut di atas dapat dirinci dalam penggunaan tanah (untuk tanah sawah dan tanah kering) sebagai berikut: Tabel 2.4 Penggunaan Tanah Sawah dan Tanah Kering No. Penggunaan tanah Luas 1 2 3 1. Tanah Sawah 26.408.004 Pengairan Tehnis 5.380,935 Pengairan Setengah Teknis 3.398,250 Pengairan Sederhana PU 10.388,087 Pengairan Non PU 2.144,014 Tadah Hujan 5.096,718 2. Tanah Kering 74.005,185 Tanah Bangunan dan 28.269,382 Halaman Tegalan 18.311,364 Padang Rumput 15,000 Rawa tidak ditanami 21,000

15

16

www.djpp.depkumham.go.id

1

Tambak 1.202,282 Kolam 9,545 Tanah yang tidak 330,700 diusahakan Tanah untuk Kayu-Kayuan 1.535,462 Hutan Negara 17.562,271 2 3 Perkebunan Negara 3.954,288 Tanah untuk Lainnya 2.793,891 Jumlah 100.413,189Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

Dalam kerangka tata guna lahan, agar dalam lima tahun kedepan dicapai pertumbuhan wilayah tertinggal, pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan, maka skenario pengembangan wilayah Kabupaten Jepara mengarah pada wilayah utara yaitu pada Kepulauan Karimunjawa dan ke arah timur dari Jepara sepanjang garis pantai. Gambar 2.3 Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Jepara

Guna menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan nasional, maka Kabupaten Jepara dijadikan salah satu daerah produksi pangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah, Perda tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan antara Bupati atau Walikota se-Jawa Tengah untuk mempertahankan lahan sawah yang produktif dari alih fungsi lahan. Desakan globalisasi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek pembangunan di Kabupaten Jepara, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat dalam pengembangan wilayah serta berpengaruh kuat pada kebutuhan lahan untuk pembangunan. Penggunaan lahan tersebut merupakan cerminan atau perwujudan interaksi antara manusia dengan tingkat teknologi yang dimiliki, jenis usaha, kondisi fisik dan jumlah penduduk yang ada dalam wilayah tersebut. Sehingga pola penggunaan lahan tersebut akan mencirikan kegiatan masyarakat yang mendiami daerah yang bersangkutan. Berdasar hal-hal tersebut sudah saatnya diperlukan penyusunan RTRW dan RDTR untuk periode 10 (sepuluh) tahun ke depan dengan memperhatikan lingkungan yang keberlanjutan. Aspek lain yang terkait dengan tata ruang adalah aspek pertanahan. Kesadaran masyarakat untuk memiliki kepastian hukum tentang pemilikan hak atas tanah cenderung meningkat, hal ini ditunjukkan dengan makin bertambahnya jumlah tanah yang bersertifikat. Apabila pada tahun 2002 sertifikat tanah yang diterbitkan untuk semua jenis hak berjumlah 235.503, pada tahun 2006 menjadi 256.748 atau meningkat sebesar 9%. Tabel 2.5 Jumlah Sertifikat Tanah Jumlah Penerbitan Sertifikat s.d 2003 2004 2005 2006 2002

No.

Tanah Bersertifikat

s.d 2006

17

18

www.djpp.depkumham.go.id

1. 2. 3. 4.

Hak Milik Hak Guna Bangunan Hak Guna Usaha Hak Pakai Jumlah

234.252 752 13

3.227 14 0

5.923 123 0

4.981 386 0

5.921 524 0

254.304 1.799 13

486 13 48 19 66 632 235.503 3.254 6.094 5.386 6.511 256.748

berkurang dimana pada saat ini hampir sebagian besar hutan dalam kondisi gundul akibat penebangan liar. Akibat kondisi tersebut terjadi peningkatan kejadian bencana alam berupa banjir dan erosi, dimana pada tahun 2000 jumlah banjir terjadi 7 kali dan tahun 2005 meningkat menjadi 18 kali. Namun secara umum jumlah bencana pada tahun 2006 menurun menjadi 6 kali. Tabel 2.6 Jumlah Bencana Alam Frekuensi 12 15 20 13 18 6Sumber: Bakesbanglinsos Kabupaten Jepara, 2006

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Jepara, Tahun 2006

Permasalahan umum tata ruang adalah peningkatan perubahan peruntukan lahan pertanian menjadi non pertanian dan ketidakkonsistenan penggunaan lahan sesuai fungsi yang ditetapkan dalam perencanaan tata ruang, sedangkan masalah pertanahan adalah masih banyaknya petak tanah yang belum bersertifikat. 2.1.3 Lingkungan Hidup

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Kondisi lingkungan hidup dalam waktu satu dasa warsa terakhir cenderung mengalami penurunan kualitas, hal ini ditandai dengan bertambahnya lahan kritis, meningkatnya pencemaran lingkungan, dan berkurangnya hutan produktif serta terjadinya bencana alam. Salah satu indikator kualitas lingkungan hidup ditunjukkan dari luasnya lokasi lahan kritis. Berdasarkan data diketahui bahwa luas lahan kritis semakin meningkat, tahun 2003 seluas 37.046,66 Ha menjadi 47.183 Ha pada tahun 2004, atau mengalami peningkatan sebesar 27,36%. Sedangkan pada tahun 2006 bertambah menjadi 56.120 Ha. Jumlah kawasan lindung yang ada di Kabupaten Jepara pada tahun 2006 terdiri dari taman nasional 1 buah, cagar alam 2 buah, hutan lindung 2 buah dan cagar budaya 4 buah. Kondisi hutan pada tahun 2006 secara kuantitas tidak terjadi pengurangan luas lahan, hutan negara dan lahan tanaman kayu-kayuan seluas 190,96 km2 serta hutan lindung seluas 42,440 km2 dan hutan suaka alam dan wisata 0,71 km2.. Namun ternyata secara kualitas kondisi hutan jauh

Permasalahan pokok pengembangan lingkungan hidup adalah penurunan kualitas lingkungan hidup, akibat pemanfaatan sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat dan kurang konsistennya penegakan hukum. Lingkungan hidup menjadi isu sentral hampir disemua daerah, baik saat ini maupun masa mendatang. Pada masa datang kerusakan lingkungan yang disebakan oleh hal-hal diatas akan semakin banyak, untuk itu isu ini harus mendapat perhatian khusus agar dampak yang ditimbulkan dapat dieliminir. 2.2 DEMOGRAFI Jumlah penduduk Kabupaten Jepara 5 (lima) tahun terakhir meningkat dari jumlah 979.025 jiwa pada tahun 2002 menjadi 1.078.037 jiwa pada tahun 2005. Ini menunjukkan, bahwa terjadi

19

20

www.djpp.depkumham.go.id

pertambahan penduduk sebesar 99.012 jiwa dalam waktu lima tahun atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,55% per tahun. Sedangkan proporsi jumlah penduduk Kabupaten Jepara hanya sekitar 3,27% dari jumlah penduduk Jawa Tengah (32,91 Juta jiwa). Berdasar hasil registrasi penduduk pada tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Jepara berdasar jenis kelamin terdiri dari 542.510 laki-laki dan 535.527 perempuan. Hal tersebut menunjukkan rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan (rasio jenis kelamin) sekitar 0,987 yang berarti setiap 1.000 penduduk laki-laki terdapat 987 penduduk perempuan. Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Pertumbuhan Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah (%) 2002 488.546 490.478 979.025 2003 516.546 523.281 1.039.827 6,21 2004 526.387 533.251 1.059.638 1,91 2005 542.510 535.527 1.078.037 1,74 2006* 512.951 515.757 1.028.713 3,23

Tabel 2.8 Jumlah dan Kepadatan PendudukNo 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 Kec Jepara Bangsri Batealit Kalinyamata n Karimunjawa Kedung Keling Kembang Mayong Mlonggo Nalumsari Pecangaan Tahunan Welahan Jumlah 2004 Jumlah 73.980 91.420 73.382 55.332 8.439 68.915 113.776 63.560 79.633 125.767 68.076 73.734 93.772 69.852 1.059.6 38 Kepadatan 2.999 1.071 826 2.288 119 1.600 491 588 1.224 1.222 1.195 2.083 2.410 2.527 1.055 Jumlah 75.265 93.007 74.656 56.292 8.586 70.112 115.752 64.664 81.016 127.951 69.258 75.014 95.400 71.064 1.078.03 7 2005 Kepadatan 2.999 1.071 826 2.288 119 1.600 491 588 1.224 1.222 1.195 2.083 2.410 2.527 1.073 Jumlah 67.904 85.158 69.367 53.564 8.585 65.382 111.972 64.283 79.035 123.577 70.844 70.007 91.898 67.132 1.028.71 3 2006* Kepadatan 2,752 0,997 0,780 2,215 0,120 1,518 0,483 0,594 1,215 0,001 1,243 1,977 2,362 2,428 18,685

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2004-2005 dan *Disnakerdukcapil

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005 dan *Disnakedukcapil

Berdasar data di atas menunjukkan pertumbuhan penduduk tiga tahun terakhir (2003-2005) cenderung menurun, namun dengan angka sementara (2006) ternyata terjadi pertumbuhan yang meningkat. Proporsi jumlah penduduk perempuan sampai dengan tahun 2004 lebih besar daripada laki-laki. Namun sejak tahun 2006 jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan.

Atas dasar data di atas penyebaran penduduk Kabupaten Jepara masih terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Jepara dan yang terendah adalah Kecamatan Karimunjawa. Gambaran sosial ekonomi masyarakat memang dapat ditentukan oleh tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah. Namun demikian tingkat kepadatan yang ideal di Kabupaten Jepara tidak dapat ditentukan dengan pasti karena tergantung pada potensi yang dimiliki dan kemampuan penduduk di Kabupaten tersebut dalam memanfaatkan potensi yang ada. Pemerintah Kabupaten Jepara menyadari bahwa ukuran kepadatan penduduk suatu Kabupaten akan lebih bermakna bila dikaitkan dengan potensi Kabupaten dan kondisi penduduk antar kecamatan di Kabupaten Jepara yang bervariasi.

21

22

www.djpp.depkumham.go.id

Tabel 2.9 Prediksi Jumlah PendudukTahun Jumlah Penduduk 2007 1.128.681 2008 1.154.634 2009 1.180.587 2010 1.206.540 2011 1.232.492 2012 1.258.445 Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2002-2005, Diolah

sebesar 331.738 dengan angka ketergantungan 44,87%. yang berarti 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang penduduk tidak produktif. Gambar 2.4 Piramida Penduduk Tahun 200511981 70 74 60 64 50 54 40 44 30 34 16317 22411 33921 34395 42873 52554 66943 81876 85444 98513 20 -24 10 14 0 4 0 20000 40000 60000 80000 101798 114313 107065 105137 102496 100000 120000 140000

Untuk dapat mengetahui perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif, maka dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan komposisi umur. Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan UsiaTahun 0 14 2002 285.762 2003 303.544 2004 309.328 2005 314.698 2006* 296.604 Sumber: Jepara *Disnakerdukcapil Usia 15 64 647.194 688.373 700.430 712.630 709.389 Dalam 65 keatas 46.069 47.910 49.844 50.709 22.720 Angka Tahun Jumlah 979.025 1.039.827 1.059.602 1.078.037 1.028.713 2002-2005

Sumber: Jepara Dalam Angka 2005, Diolah

dan

Berdasarkan komposisi umur penduduk, maka dapat dilihat bentuk struktur atau piramida penduduknya. Dari sudut pandang ini, penduduk Kabupaten Jepara tergolong dalam ciri Expansive yakni sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok usia muda atau produktif (15-64 tahun) yaitu sekitar 66,1%. Prosentase tersebut menunjukan angka beban tanggungan, yaitu perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 th keatas) pada tahun 2006 (menggunakan angka sementara)

Jepara sebagai pusat perdagangan dan industri furnitur atau meubelair, serta adanya rencana pembangunan pembangkit listrik energi alternatif, membawa konsekuensi daerah ini sebagai tujuan mobilitas penduduk baik karena alasan pekerjaan maupun alasan usaha. Dari data yang ada menunjukkan bahwa migran ke Kabupaten Jepara tiga tahun terakhir naik dari 224 jiwa tahun 2002 menjadi 2.421 pada tahun 2005. Perbandingan penduduk yang datang dengan yang pergi pada tahun 2006 (angka sementara) menunjukan rasio 1 : 5,41. Hal tersebut menunjukkan penduduk yang datang lebih besar daripada penduduk yang pergi keluar Jepara.

23

24

www.djpp.depkumham.go.id

Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Migrasi Migran Laki-laki Perempuan Penduduk Datang 2003 127 97 2004 132 170 2005 1.225 1.196 2006* 546 397 Penduduk Pergi 2003 152 141 2004 207 174 2005 262 230 2006* 737 702Sumber: Jepara Dalam *Disnakerdukcapil Angka Tahun

Jumlah 224 202 2.421 937 293 381 491 1.4392003-2005 dan

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006*

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Persentase Penduduk Miskin 979.025 142.273 14,5% 1.039.872 144.227 13,9% 1.059.638 143.907 13,6% 1.078.037 147.780 13,7% 1.118.344 148.597 13,3%

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2002-2005

Dari data pertumbuhan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, beban tanggungan penduduk non produktif, jumlah penduduk pencari kerja dan banyaknya penduduk migran, hal ini berpengaruh secara tidak langsung terhadap jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jepara pada tahun 2002 sebanyak 142.273 Jiwa atau 14,5% dari jumlah penduduk dan pada tahun 2006 (dengan menggunakan angka sementara) naik menjadi 148.597 Jiwa atau 13,3%, sehingga selama tiga tahun jumlah penduduk miskin naik sebesar 817 iwa. Namun dilihat dari proporsi penduduk miskin terhadap jumlah penduduk, persentase penduduk miskin turun sebesar 0,4%.

Apabila dirinci dari sisi tahapan keluarga sejahtera tampak bahwa jumlah keluarga Pra Sejahtera pada tahun 2001 sebesar 105.640 KK atau 42,29% dari jumlah penduduk sedangkan tahun 2006 (angka sementara) sebesar 101.871 KK atau 36,80% dari jumlah penduduk. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah keluarga Pra Sejahtera sebesar 1.081 KK, artinya terjadi sedikit peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sisi ekonomi. Permasalahan umum di bidang kependudukan adalah pertambahan jumlah penduduk yang cukup tinggi dan masih tingginya jumlah keluarga Pra Sejahtera. Tabel II.13 Penduduk Menurut Tahapan Keluarga SejahteraTahap Keluarga Sejahtera 1 Pra Sejahtera Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera III Sejahtera III+ KK Berumah Tidak layak 2002 2 105.489 (41,15) 36.784 32.554 59.108 22.431 6.984 2003 3 105.116 (40,33) 39.111 34.380 59.802 23.401 6.984 Tahun 2004 4 102.582 (38,52) 41.325 36.637 61.856 23.875 7.095 2005 5 102.952 (37,98) 44.828 37.296 61.219 24.761 7.881 2006* 6 101.871 (36,80) 48.056* 41.570* 62.828* 24.911* 16.973*

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2001-2005 dan *Kantor KB Daerah

25

26

www.djpp.depkumham.go.id

Dilihat dari sisi keluarga berencana, kondisi Kabupaten Jepara menunjukkan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tahun 2001 sebanyak 181.846 PUS sedangkan tahun 2005 sebanyak 198.354 PUS. Kondisi ini tidak sejalan dengan peningkatan jumlah peserta KB Aktif yang cenderung menurun. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2001 persentase peserta KB mencapai 73,09% tetapi sebaliknya pada tahun 2005 mengalami penurunan hingga 74,96%. Pada tahun 2001 peserta KB Aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) mencapai 20,31% dari PUS tetapi pada tahun 2005 mengalami penurunan yang cukup besar karena hanya mencapai 18,42% dari PUS. Hal ini berarti akan meningkatkan potensi fertilitas. Permasalahan pokok Keluarga Berencana adalah makin menurunnya persentase cakupan peserta KB aktif dan menurunnya pencapaian peserta KB MKJP. 2.3 PEREKONOMIAN DAERAH Dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan jangka menengah Kabupaten Jepara dibutuhkan analisis indikator ekonomi berbagai sektor pembangunan. Hasil analisis tersebut merupakan pijakan, dalam rangka merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Jepara kurun waktu lima tahun kedepan. Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas. Dalam pengertian tersebut, analisis indikator ekonomi diarahkan untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi antar wilayah kabupaten. Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan ciriciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi wilayah. Sedangkan hal yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi

Kabupaten Jepara lima tahun kedepan adalah adanya rencana pembangunan pembangkit listrik energi alternatif dan pembangunan Jepara The World Carving Centre, dimana pembangunan kedua hal tersebut akan membawa dampak yang sangat luas baik dalam ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Pada bidang ekonomi pembangunan pembangkit listrik energi alternatif akan meningkatkan perputaran roda perekonomian daerah, hal tersebut berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja, berkembangnya usaha kecil dan besar, sarana prasarana (transportasi dan pelabuhan batubara), serta meningkatnya pendapatan daerah. Berdasarkan gambaran sepintas tentang perekonomian daerah di atas berikut akan diuraikan tentang struktur perekonomian daerah terkait kontribusinya terhadap wilayah dan ciri-ciri ekonomi wilayah, berdasar basis ekonomi dan sektor-sektor unggulan. 2.3.1 Struktur Perekonomian

Untuk melihat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Jepara secara umum, maka berikut akan disajikan melalui indikator perkembangan Produk Domestik Regional Bruto yang selanjutnya disingkat PDRB. Berikut akan diuraikan pertumbuhan PDRB dan kontribusi sektor PDRB selama empat tahun terakhir (2002-2005), serta proporsi PDRB Kabupaten Jepara pada PDRB Provinsi Jawa Tengah berdasarkan harga berlaku dan harga konstan tahun 2000. Hasil perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat menjelaskan besamya peran masing-masing sektor ekonomi. Apabila diurutkan, maka sektor unggulan pertama adalah industri pengolahan. Kemudian sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran hampir menduduki urutan berikutnya. Berdasar hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa ketiga sektor yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan andalan utama Kabupaten Jepara saat ini karena kontribusinya cukup besar.

27

28

www.djpp.depkumham.go.id

Tabel 2.14 PDRB Menurut Atas Dasar Harga BerlakuNo 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Persewa Bang, Jasa Prsh Jasa-Jasa PDRB Pertumbuhan PDRB (%) Jumlah Penduduk (Jiwa) Pdpt Per Kapita (Juta Rp) Tahun (dalam jutaan) 2003 979.335,58 21.436,69 1.091.711,33 47.435,02 158.733,00 871.196,19 236.001,79 241.547,92 363.084,17 4.010.481,69 0,097242 1.039.827 3,856 2004 1.032.658,97 24.949,29 1.182.686,82 57.738,79 195.003,46 939.789,87 254.434,37 292.396,58 404.058,32 4.383.716,47 0,093065 1.059.638 4,136 2005 1.167.223,12 30.023,79 1.324.324,87 63.453,56 256.357,25 1.057.925,67 320.410,83 336.151,97 462.293,07 5.018.164,13 0,144728 1.078.037 4,654 2006* 1.233.726,48 33.008,59 1.405.710,36 74.984,04 293.969,89 1.124.316,20 337.348,30 380.563,27 498.867,05 5.382.494,15 0,128991 1.118.344 4,87

9.

Jasa-Jasa PDRB

0,0905 1,00

0,0922 1,00

0,0921 1,00

0,0930 1,00

Sumber: PDRB Kab. JEPARA (BPS Kab. JEPARA) (diolah)

Untuk mengetahui kondisi terkahir, maka berikut akan digambarkan masing-masing Kontribusi PDRB menurut lapangan usaha pada tahun 2006. Dengan demikian dapat terlihat dengan jelas sektor-sektor yang merupakan andalan utama saat ini, karena kontribusinya yang besar. Gambar 2.5 Kontribusi PDRB Menurut Dasar Harga Berlaku Tahun 2006*

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

9% 7% 6%

23% 1%

Secara rinci kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB selama empat tahun ditunjukkan pada tabel berikut. Ketiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran kontribusinya selama empat tahun menunjukkan angka yang relatif besar atau diatas 20% dari PDRB. Tabel 2.15 Kontribusi Sektor PDRB Atas Dasar Harga BerlakuNo. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel Dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Persewa, Bangunan, Jasa Persh 2003 0,2442 0,0053 0,2722 0,0118 0,0396 0,2172 0,0588 0,0602 Tahun 2004 2005 0,2356 0,2326 0,0057 0,0060 0,2698 0,2639 0,0132 0,0126 0,0445 0,0511 0,2144 0,2108 0,0580 0,0639 0,0667 0,0670 2006* 0,2274 0,0063 0,2593 0,0145 0,0570 0,2076 0,0628 0,0725

21% 6% 1%

26%

Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-Jasa

Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas dan Air Bersih Perdagangan, Hotel Dan Restoran Keu, Persewa, Bangunan, Jasa Persh

Sedangkan berdasarkan atas dasar harga konstan 2000, sumbangan tertinggi terhadap pembentukan PDRB empat tahun

29

30

www.djpp.depkumham.go.id

terakhir juga pada sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Secara rinci PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dapat dilihat pada tabel berikut.

Namun ketiga sektor utama pembentuk PDRB tersebut, pada tahun 2005 dibanding empat tahun sebelumnya tahun 2002 kontribusinya turun. Sedangan kontribusi terendah terhadap PDRB adalah sektor Pertambangan dan Penggalian. Tabel 2.16 Kontribusi Sektor PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel Dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Persewa Bangunan, Jasa Persh. Jasa-Jasa 2003 0,2518 0,0048 0,2775 0,0060 0,0402 0,2227 0,0553 0,0547 0,0871 Tahun 2004 2005 0,2474 0,2477 0,0050 0,0052 0,2755 0,2730 0,0066 0,0068 0,0434 0,0463 0,2204 0,2195 0,0549 0,0546 0,0578 0,0890 0,0584 0,0884 2006* 0,2457 0,0054 0,2690 0,0071 0,0515 0,2167 0,0542 0,0612 0,0894

Tabel 2.15 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lapangan Usaha 2 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Resto Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Persewa Bang Jasa Prsh Jasa-Jasa PDRB Pertumbuhan PDRB (%) Jumlah Penduduk (Jiwa) Pdpt Per Kapita (Juta Rp) 2003 3 792.332,95 15.247,48 873.110,09 18.887,87 126.399,76 700.875,22 173.894,49 172.080,99 274.009,73 3.146.838,58 0,037600 1.039.827 3,026 Tahun (dalam Jutaan) 2004 2005 4 5 809.671,47 844.812,04 16.507,63 17.844,75 901.598,32 21.687,24 141.938,91 721.304,63 179.625,72 189.182,63 291.192,17 3.272.708,72 0,039999 1.059.638 3,088 931.381,96 23.328,22 157.836,02 748.785,34 186.349,48 199.311,83 301.509,83 3.411.159,47 0,042305 1.078.037 3,164 2006* 6 868.239,19 19.003,29 952.214,90 24.904,52 178.631,39 766.533,55 191.654,10 214.703,22 315.226,53 3.531.110,66 0,042254 1118343,5 3,159

PDRB

1,00

1,00

1,00

1,00

Sumber : PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Untuk mengetahui proporsi tiap sektor pembentuk PDRB berdasar harga konstans pada tahun 2000, berikut akan digambarkan masing-masing sektor seperti pada gambar berikut ini. Dengan demikian dapat diketahui besarnya proposi sektor-sektor pada tahun 2006 (angka sementara) yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Jepara.

Sumber : PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Dilihat dari kontribusi terbesar dari PDRB Kabupaten Jepara atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

31

32

www.djpp.depkumham.go.id

Gambar 2.6 Kontribusi PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan Angka Dasar Harga Konstan Tahun 2006*

2003 2004 2005 2006*

4.010.481,69 4.383.716,47 5.018.164,13 5.382.494,14

171.881.877,04 193.435.263,05 234.435.323,31 255.168.542,00

2,33% 2,27% 2,14% 2,11%

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

612% 542%

894%

2457% 54%

Dari data tersebut di atas tampak bahwa PDRB Kabupaten Jepara mengalami peningkatan rata-rata 11,16%, namun apabila dibandingkan dengan PDRB Jawa Tengah selama empat tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Jepara tumbuh di bawah nilai PDRB Jawa Tengah. 2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

2167% 515% 71% Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-Jasa Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas dan Air Bersih Perdagangan, Hotel Dan Restoran Keu, Persewa Bangunan, Jasa Persh. 2690%

Dalam melihat perkembangan struktur ekonomi daerah dalam konstalasi regional Provinsi Jawa Tengah, maka proporsi PDRB Kabupaten Jepara dibandingkan dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah. Sehingga akan dapat diketahui besarnya proporsi PDRB Kabupaten dalam membentuk PDRB Provinsi Jawa Tengah yang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2.17 Perbandingan PDRB Harga Berlaku Jepara-JatengTahun 2002 Jepara 3.655.056,45 PDRB (Dalam Juta Rupiah) Jateng % PDRB Jepara thd Jateng 151.968.825,74 2,41%

Kondisi ekonomi di Kabupaten Jepara selama ini didukung oleh kebesaran industri mebelair sehingga Jepara dikenal sebagai kota ukir, dimana terdapat sentra kerajinan ukiran kayu (Pusat kerajinan ini di Kecamatan Tahunan dan Jepara) yang ketenarannya hingga ke luar negeri. Banyaknya usaha mebelair ternyata mampu mendongkrak sektor industri pengolahan, sehingga menjadi leading sector dalam perekonomian. Sektor ini dibanding delapan sektor lainnya memberikan kontribusi paling besar bagi produk domestik regional bruto (PDRB). Selain itu, di Kabupaten Jepara juga banyak terdapat tempat pariwisata yang sangat memikat wisatawan, sehingga sektor ini juga selama ini memberikan kontribusi yang cukup baik bagi pendapatan daerah. Pertumbuhan sektor ekonomi menurut lapangan usaha tidak semuanya menunjukan pertumbuhan yang positif, namun sebagian besar mengalami pertumbuhan diantaranya adalah sektor pertanian tumbuh sebesar 6,08%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,48%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 8,56%, sedangkan sektor konstruksi sudah mulai tumbuh sebesar 1,63%. Dengan performa pertumbuhan tersebut, kontribusi terbesar didominasi oleh sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 10,54%.

33

34

www.djpp.depkumham.go.id

Tabel. 2.18 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Menurut Harga Konstan 2000No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Prsh Jasa-jasa PDRB Total 2003 0,09 0,13 0,07 0,37 0,33 0,08 0,07 0,19 0,10 0,0401 2004 0,05 0,16 0,08 0,22 0,23 0,08 0,08 0,21 0,11 0,0376 2005 0,13 0,20 0,12 0,10 0,31 0,13 0,26 0,15 0,14 0,0399 2006* 0,085 0,185 0,115 0,115 0,35 0,12 0,215 0,165 0,125 0,0423

Berdasar nilai LQ dapat diketahui bahwa beberapa sektor basis dapat atau berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Jepara. Sesuai data PDRB tahun 2005 sektor yang paling utama adalah Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, karena sektor tersebut memiliki nilai LQ tertinggi. Disusul kemudian oleh sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restauran. Sedangkan beberapa sektor basis lainnya nilainya dibawah satu. Hasil dari penghitungan LQ menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan walaupun memberikan sumbangan terbesar pada PDRB Kabupaten Jepara, ternyata untuk tingkat Jawa Tengah sektor ini bersaing dengan daerah lain. Bahkan nilai LQ tidak lebih dari satu. 2.3.3 Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita Perkembangan pembangunan ekonomi Kabupaten Jepara tidak hanya dilihat dari PDRB sektoral, tetapi juga harus diperhatikan perkembangan PDRB per kapita dan pendapatan per kapita dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Gambaran mengenai PDRB per kapita merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Selama empat tahun perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata sebesar 11,17%, kenaikan PDRB tersebut sejalan dengan kenaikan Pendapatan Perkapita setiap tahun rata-rata naik sebesar 7,70%.

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Untuk mengetahui sektor ekonomi basis dilakukan penghitungan nilai LQ (Location Quotient) dengan mempertimbangkan kondisi PDRB Kabupaten Jepara terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Melalui perhitungan nilai LQ, dapat diketahui sektor basis Kabupaten Jepara. Tabel 2.19 Nilai LQ Menurut Harga Konstan Tahun 2000No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Prsh 2002 1,12 0,47 0,89 0,77 0,67 1,06 1,17 1,42 2003 1,20 0,48 0,87 0,79 0,75 1,04 1,15 1,52 2004 1,17 0,51 0,85 0,84 0,79 1,05 1,14 1,64 2005 1,18 0,51 0,85 0,83 0,83 1,04 1,12 1,65

9.

Jasa-jasa

0,96

0,87

0,88

0,88

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005, Diolah

35

36

www.djpp.depkumham.go.id

Tabel 2.20 PDRB, Penduduk dan PDRB Perkapita Menurut Harga BerlakuNo. 1. 2. 3. 4. 5. Tahun 2002 2003 2004 2005 2006* PDRB Berlaku 3.655.056,44 4.010.481,69 4.383.716,47 5.018.164,13 5.382.494,15 Jumlah Penduduk 979.025 1.039.827 1.059.638 1.078.037 1.118.344 PDRB Per Kapita 3.733.363.745 3.856.873.970 4.136.994.398 4.654.908.997 4.856.724.324

2.3.4

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005 dan Jepara Dalam Angka 2002-2005

Pertumbuhan Ekonomi Secara Agregat Tabel 2.22 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Tahun No (%) 1. 2002 4,01 2. 2003 3,76 3. 2004 4,00 4. 2005 4,23 5. 2006 4,28Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2006

-0,07 0,42 0,19 0,05

Sedangkan perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga konstan selama empat tahun tidak selalu naik. Pada tahun 2003 PDRB perkapita mengalami penurunan 2,31%. Walaupun demikian ternyata selama empat tahun terakhir secara rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Jepara menunjukkan kenaikan sebesar 2,27%, dan kenaikan PDRB Perkapita atas dasar harga konstan selama empat tahun naik rata-rata sebesar 3,99%. Tabel 2.21 PDRB, Penduduk dan PDRB Perkapita Menurut Harga KonstanNo. 1. 2. 3. 4. 5. Tahun 2002 2003 2004 2005 2006* PDRB Berlaku 3.032.806,34 3.146.838,58 3.272.708,72 3.411.159,47 3.531.110,66 Jumlah Penduduk 979.025 1.039.827 1.059.638 1.078.037 1.118.344 PDRB Per Kapita 3.097.782.324 3.026.309.742 3.088.515.814 3.164.232.276 3.159.599.021

Berdasarkan tabel di atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara setiap tahun mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2003 yang mengalami penurunan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2004. Tabel 2.23 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) 1. 2007 4,39 2. 2008 4,51 3. 2009 4,62 4. 2010 4,74 5. 2011 4,85 6. 2012 4,97Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005, Diolah

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005 dan Jepara Dalam Angka 2002-2005

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pada Tahun 2012 dengan skenario optimis sebesar 4,97%, maka optimalisasi kebijakan pembangunan Kabupaten Jepara diarahkan pada pilihan alternatif kebijakan di bidang ekonomi yang dapat menciptakan multiplier effect dan peningkatan sumber pembiayaan pembangunan daerah. Oleh karena itu dibutuhkan dorongan investasi pada berbagai sektor yang potensial untuk mendorong peciptaan

37

38

www.djpp.depkumham.go.id

PDRB yang diikuti dengan peningkatan efisiensi terhadap pembiayaan investasi. 2.3.5 Inflasi20 15 10 5 0 Series1

Gambar 2.7 Grafik Laju Perkembangan Inflasi

Selama empat tahun terakhir (2002-2005) laju perkembangan inflasi Kabupaten Jepara menunjukan angka yang fluktuatif tiap tahunnya. Nilai inflasi terendah pada tahun 2004 sebesar 5,65% sedangkan inflasi tertinggi sebesar 14,36% terjadi pada tahun 2006. Rata-rata laju perkembangan inflasi selama empat tahun adalah sebesar 10,34%. Tabel 2.24 Laju Inflasi Tahun Laju Inflasi (%) 2002 9,51 2003 5,88 2004 5,65 2005 16,29 2006* 14,36Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Series1

2002 9,51

2003 5,88

2004 5,65

2005 16,29

2006 14,36

2.3.6

Investasi

Berdasarkan data diatas perkembangan inflasi Kabupaten Jepara secara grafis selama lima tahun (2002-2006) terlihat sebagai berikut.

Proses investasi di Kabupaten Jepara lima tahun terakhir berlangsung cukup baik, yang mana investasi tersebut mendukung perekonomian tumbuh dengan baik. Hal ini diperkuat dengan Kabupaten Jepara berhasil meraih prestasi sebagai Juara I Pro Investasi Tahun 2006, menyusul prestasi yang pernah diraih pada tahun 2005 sebagai Juara II yang pro investasi dari 35 kota atau kabupaten di Jawa Tengah. Investasi yang ada di Kabupaten Jepara terdiri atas investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA), serta investasi Non PMA dan PMDN. Kondisi PMA dan PMDN jumlahnya selalu naik empat tahun terakhir. PMA tahun 2003 sejumlah 84 buah bertambah menjadi 99 buah pada tahun 2006, sedangkan PMD pada tahun 2002 sebanyak 5 buah dan tahun 2006 menjadi 8 buah. Nilai persetujuan penerimaan modal bersih PMDN diperkirakan akan semakin meningkat pada

39

40

www.djpp.depkumham.go.id

tahun 2011 sebesar 2 kali dari jumlah sebelumnya. Perkembangan investasi PMA dan PMDN tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.25 Jumlah Nilai PMDN dan PMA Jenis 2003 2004 2005 2006* PMDN 60.174,6 139.574,6 139.574,6 139.574,60 PMA 7.999.517,373 8.019.652,873 8.044.233,4 8.070.104,40Sumber: Dinas Indagkoppm Kab. Jepara Tahun 2005

2.3.7

Perdagangan

Prospek perdagangan di Kabupaten Jepara cukup baik, sehingga mampu menjadi penopang ekonomi kerakyatan. Jumlah pengusaha kecil pada tahun 2006 sebanyak 9.608 orang meningkat tajam selama empat tahun terakhir. Seperti halnya pengusaha kecil, jumlah pengusaha menengah juga meningkat empat tahun terakhir menjadi 613 orang. Perdagangan yang mendukung perekonomian daerah dibedakan dalam perdagangan di dalam negeri dan ke luar negeri. Dimana jenis produk yang diperdagangkan terdiri dari berbagai macam produk. Produk Kabupaten Jepara yang diperdagangkan pada tingkat lokal maupun regional yang menonjol berupa tenun ikat troso dari sutra dan katun (sarung, sprei, korden, bahan baju), produk kerajinan daerah (mebel, ukiran, monel), industri pertambangan (batu gamping, pasir dan marmer). Beberapa jenis perdagangan juga keluar masuk pelabuhan Jepara antara lain kayu, kelapa, ikan, beras dan sapi. Sedangkan produk Kabupaten Jepara yang diekspor terdiri dari mebel, ukiran, kayu, kerajinan emas putih (monel) dan kerajinan anyaman (rotan dan bambu). Bahkan industri mebel ukir yang kini berkembang menjadi industri furniture merupakan industri andalan Jepara, dan sudah menjadi produk unggulan Jawa tengah dan Nasional serta mampu menerobos pangsa pasar di 58 negara. Di samping itu yang tak kalah membanggakan adalah keberadaan logam monel dalam bentuk kerajinan emas putih, juga telah merambah pasar ekspor, yaitu Timur Tengah dan Eropa. 2.3.8 Perindustrian

Untuk pembiayaan investasi Non PMDN atau PMA ini, diharapkan pada tahun 2011 akan mengalami peningkatan, baik jumlah kegiatan yang akan dibiayai maupun nilai investasinya, selengkapnya ada dalam tabel berikut. Tabel 2.26 Proyeksi PMA dan PMDN Tahun PMDN PMA 2007 211.034,6 8.088.691,0 2008 242.794,6 8.111.230,0 2009 274.554,6 8.133.769,0 2010 306.314,6 8.156.307,0 2011 338.074,6 8.178.846,0 2012 369.834,6 8.201.385,0Sumber: Dinas Indagkoppm Kab. Jepara Tahun 2005, Diolah

Secara umum baik investasi PMA dan PMDN maupun Non PMA dan PMDN, diharapkan mengalami kenaikan secara signifikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Selain itu didukung oleh keadaan daerah yang kondusif, peningkatan program-program promosi investasi, serta membangun kemitraan yang kuat dengan berbagai dunia usaha maupun instansi pemerintah pusat, propinsi maupun daerah lainnya. Sehingga diharapkan Kabupaten Jepara dalam lima tahun ke depan dapat mengalami perkembangan investasi yang signifikan.

Kontribusi sub sektor industri terhadap PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan grafik peningkatan sejak krisis ekonomi tahun 1998, namun selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi penurunan. Pada tahun 2003 jumlah usaha industri kecil menengah

41

42

www.djpp.depkumham.go.id

sebanyak 14.513 unit, tahun 2006 meningkat menjadi 15.895 unit. Luas kawasan industri selama empat tahun terakhir (2003-2006) tidak berubah yaitu seluas 832,608 Ha. Namun jumlah perusahaan industri sedang atau besar meningkat dari 24 unit (2004) naik menjadi 35 unit (2006). Kabupaten Jepara memiliki beberapa keunggulan komparatif antara lain jumlah tenaga kerja sektor industri mebel sangat besar, sedangkan keunggulan kompetitifnya antara lain kualitas produk industri yang sudah dikenal di manca negara. Jenis industri yang berkembang dan merupakan komoditi unggulan, antara lain kerajinan mebel, tenun ikat troso, konveksi, keramik/gerabah. 2.3.9 Pariwisata

lokasi, sehingga para wisatawan diharapkan semakin banyak membelanjakan uangnya, yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi PAD. Sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan yang ada belum maksimal, baik diobyek wisata yang ada di Jepara terutama di Taman Nasional Laut Karimunjawa, Taman Nasional Laut Karimunjawa sekarang telah menjadi icon kepariwisataan unggulan di Jawa Tengah. Penyediaan sarana prasarana dan fasilitas penunjang diharapkan akan memperbesar peluang investor untuk menanamkan modalnya di Karimunjawa. Tabel 2.27 Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Pendapatan Sektor Pariwisata Kunjungan Wisatawan Pendapatan Pariwisata Tahun (orang) (Rp.) 2002 599.673 354.628.000 2003 776.446 340.927.000 2004 790.323 394.229.000 2005 831.682 355.159.000 2006 873.984 381.416.200Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah 2006

Kepariwisataan yang ada di Kabupaten Jepara merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang ada di Jawa Tengah hal tersebut sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah. Kabupaten Jepara mempunyai potensi kepariwisataan yang sangat lengkap apabila dibandingkan dengan daerah lain, potensi tersebut apabila ditangani secara maksimal akan mampu menjadi salah satu andalan yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan Pendapatan Asli Daerah, karena sektor pariwisata mempunyai sifat multi player effect terhadap sektor lain seperti industri, kerajinan, penyerapan tenaga kerja dan sektor-sektor lainnya. Sektor pariwisata di Kabupaten Jepara perlu mendapatkan penanganan secara serius dan terpadu, hal tersebut perlu ditekankan karena sektor pariwisata bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah. Dalam menunjang keberadaan obyek wisata diperlukan fasilitas pendukung berupa sarana dan prasarana yang memadai, karena fasilitas-fasilitas tersebut akan meningkatkan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung. Lengkapnya fasilitas obyek wisata akan membuat wisatawan menjadi semakin nyaman dan lama tinggal di

Secara umum arus kunjungan wisatawan baik domestik maupun manca negara setiap tahun mengalami kenaikan, terutama wisatawan manca negara yang berkunjung ke Karimunjawa. Untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan di masa datang ke Jepara diperlukan langkah-langkah strategis terutama dalam bidang promosi pariwisata, baik melalui media cetak, elektronik, dan pameranpameran wisata baik lokal maupun internasional, karena icon pariwisata Jepara terutama Karimunjawa telah menjadi tujuan wisata bahari yang telah dikenal masyarakat internasional. Berbagai obyek wisata yang ada di Kabupaten Jepara yang menjadi daerah tujuan wisata diantaranya berupa :

43

44

www.djpp.depkumham.go.id

Wisata Alam (pantai dan pegunungan), terdiri dari: Air Terjun Songgo Langit, Pantai Kartini, Pantai Tirto Samodro, Pulau Panjang, dan Hutan Sreni Indah. Wisata Sejarah, terdiri dari: Pendopo Kabupaten, Museum Kartini, Masjid dan Makam Ratu Kalinyamat/Sultan Hadirin, Benteng Portugis, Makam Syeh Abu Bakar (Pulau Panjang), dan Klenteng Hian Thian Siang Tee (Welahan). Wisata Budaya, terdiri dari: Pesta Lomban (Syawalan), Oboroboran Tegalsambi, Jambul Tulakan, Tayub dan Emprak, Sentra Kerajinan Ukir, Kerajinan Kain Troso, Kerajinan Monel, Kerajinan Keramik, Kerajinan Gerabah, Kerajinan Rotan, Sentra Kerajinan Patung Mulyoharjo, dan Sentra Kerajinan Relief Desa Senenan. Wisata Bahari terdiri dari Taman Laut Nasional Karimun Jawa, Pantai Tirto Samudro, Pantai Kartini, Pulau Panjang, dan Pulau Mandalika. Wisata Bahari Terpadu (Obyek Wisata Taman Laut Nasional Laut Karimunjawa), terdiri dari: Pantai Pasir Putih, Terumbu Karfang dan Boiota Laut, Hutan Manggrove, dan Snorkling, Diving, Boating, Memancing, Sun Bathing, Tracking, Glass Bottom Board, Wisata Sejarah (Makam Syeh Amir Hasan/Sunan Nyamplungan).

dan prasarana teknologi informasi, peluang pasar serta kurangnya kemitraan antar UKM. 2.3.11 Pertanian dan Peternakan Kontribusi sektor pertanian tanaman bahan makanan dan peternakan terhadap PDRB atas dasar harga konstan cenderung mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2001 hingga 2005. Khusus untuk tanaman padi, dari tahun 2004 hingga tahun 2006 jumlah konsumsi meningkat dari 120.640 ton menjadi 122.735 ton. Namun hal ini tidak dimbangi luas areal produksi yang menurun dari 38.306 Ha (2004) menjadi hanya 35.582 Ha (2006). Hal ini menyebabkan jumlah produksi berkurang, dari 193.845 ton (2004) menjadi 158.189 ton (2006). Pada sektor peternakan dilihat dari jumlah populasi untuk ternak besar (sapi potong dan perah) mengalami kenaikan, pada tahun 2003 sebanyak 24.223 ekor bertambah menjadi 24.896 ekor pada tahun 2006. Untuk ternak kecil (kambing dan domba) populasi tahun 2003 sejumlah 61.270 ekor dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 78.207 ekor. Sedangkan untuk jenis unggas pada ayam buras dan ayam pedaging mengalami penurunan populasi, dan ayam petelur serta itik mengalami kenaikan populasi. Pada tahun 2003 populasi ayam buras 565.483 ekor, ayam petelur 55.820 ekor, ayam pedaging 216.165 ekor dan itik 59.465 ekor. Kemudian pada tahun 2006 populasi menurun untuk ayam buras 508.429 ekor, ayam petelur 54.091 ekor, ayam pedaging 114.670 ekor dan itik 67.536 ekor. Pada sektor pertanian jenis komoditi potensial tanaman bahan makanan unggulan Kabupaten Jepara yang dapat dikembangkan adalah buah-buahan, padi, sayur-sayuran, kacang tanah, dan ketela pohon. Sedangkan komoditi potensial peternakan yang memiliki nilai produksi cukup besar adalah: ayam, kambing, sapi, dan kerbau. Dalam pengembangan sektor pertanian dirasakan masih kurang

2.3.10 Koperasi dan UKM Jumlah Koperasi dan UKM tahun 2004 jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) 17 unit, Koperasi Primer Non KUD 471 unit dan sampai Desember 2006 jumlah Koperasi menjadi 539 unit dengan KUD 17 unit, Koperasi Non KUD 518 unit, Pusat Koperasi 4 unit, UKM 31.691 unit. Jumlah anggota KUD 20.123 orang dan anggota Koperasi Non KUD 34.106 orang. Volume usaha KUD sampai Desember 2006 sebesar Rp. 18.470.000 juta sedangkan untuk Koperasi Non KUD sebesar Rp. 56.910.000 juta. Permasalahan koperasi dan UKM adalah rendahnya struktur permodalan, daya inovasi dan kreatifitas serta etos kerja dan profesionalisme, terbatasnya akses terhadap sarana

45

46

www.djpp.depkumham.go.id

investasi di bidang agro industri. Permasalahan umum pertanian dan peternakan adalah secara ekonomis, peranan sub sektor ini cenderung meningkat walaupun tidak terlalu signifikan, namun sektor ini tetap merupakan lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja cukup besar. 2.3.12 Kehutanan Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB atas dasar harga konstan cenderung mengalami peningikatan selama lima tahun terakhir. Jenis komoditi kehutanan yang memiliki nilai produksi terbesar adalah kayu bakar rakyat, bambu, kayu hutan rakyat, dan arang rakyat. Sedangkan untuk perkebunan, komoditi unggulannya adalah kapuk randu, berturut-turut kemudian kelapa, tebu, karet, jambu mete dan coklat. Permasalahan pokok sub sektor kehutanan dan perkebunan adalah khusus untuk sub sektor kehutanan cenderung semakin menurun kontribusinya terhadap PDRB selama 5 tahun. Hal tersebut dapat disebakan oleh menurunnya Hasil hutan non Hak Pemilikan Hutan (HPH) untuk kayu bulat dari 1.658,59 m (2003) menjadi 1.300 m (2005), namun ternyata jumlah kayu olahan naik dari 1.021,71 m (2003) menjadi 9.862,55 m (2006). Hal ini menunjukan bahwa pasokan kayu yang berasal dari luar daerah Jepara cukup besar untuk memenuhi kebutuhan kayu olahan tersebut. Sampai tahun 2006 industri pengolahan kayu di Jepara sebanyak 3.811 buah, untuk itu lahan penghijauan untuk penanaman pohon bahan kayu olahan perlu ditingkatkan. 2.3.13 Perikanan dan Kelautan Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan grafik peningkatan. Produksi perikanan baik perikanan laut maupun darat meningkat tiga tahun terakhir. Jumlah tangkapan ikan laut pada tahun 2003 sebanyak 3.729,776 ton naik menjadi 5.740,8 ton pada tahun 2006, produksi penangkapan di perairan umum pada tahun 2003 sebesar 1.442,6 ton meningkat

menjadi 1.537,8 ton pada tahun 2006. Sedangkan untuk produksi perikanan darat/budidaya dari 1.879,49 ton tahun 2003 naik menjadi 2.003,36 ton pada tahun 2006. Untuk hasil laut non ikan meningkat dari tahun 2003 sebesar 413,50 ton menjadi 2.081,75 ton tahun 2006. Komoditas andalan sektor perikanan dan kelautan dari hasil tangkapan ikan di laut adalah ikan tongkol, ikan kembung, dan ikan teri. Sedang untuk produksi budidaya perikanan darat adalah ikan bandeng dan udang. Permasalahan yang masih dihadapi pada sektor perikanan dan kelautan adalah kondisi fluktuatif dalam grafik kontribusi terhadap PDRB dan nilai produksi dalam lima tahun terakhir, hal ini dapat disebabkan antara lain karena Daya Dukung Lingkungan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dan sudah terjadi gejala overfishing pada jalur I daerah penangkapan ikan di laut. 2.4 SOSIAL BUDAYA DAERAH Sejarah Jepara menunjukkan bahwa pada tahun 1470 Jepara merupakan kota pantai yang baru dihuni oleh 90-100 orang serta dipimpin oleh Aryo Timur. Dengan ketekunan, keuletan, ketabahan dan kegigihannya, Aryo Timur berhasil mengembangkan kota pantai kecil yang dikelilingi benteng berupa kayu dan bambu ini, menjadi sebuah bandar yang cukup besar. Di Kabupaten Jepara saat ini terdapat empat situs bersejarah. Kebesaran Kabupaten Jepara pada masa lalu serta potensi sosial budaya dan ekonomi yang dimiliki, saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan menguatnya semangat otonomi daerah pada sisi yang lain, menuntut adanya paradigma pembangunan yang adaptatif terhadap dua kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk menempatkan Kabupaten Jepara tetap menjadi Kabupaten yang terkemuka. Terkait hal tersebut berikut akan diuraikan kondisi sosial budaya daerah, antara lain pada aspek

47

48

www.djpp.depkumham.go.id

pendidikan, kesehatan, agama, kesejahteraan sosial, pariwisata, kebudayaan dan Indeks Pembangunan Manusia. 2.4.1 Pendidikan

Tabel 2.28 APK dan APM masing-masing Jenjang PendidikanPendidikan SD/MI SMP/MTs SMU/SMK/MA 2003 APK APM 110,18 98,93 2004 APK APM 110,00 99,0 0 2005 APK APM 86,19 62,15 86,19 62,15 2006 APK APM 88,52 63,60

Pengembangan pendidikan yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Jepara bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), karena SDM merupakan subyek atau pelaku dari pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu apabila suatu daerah memiliki SDM yang baik, maka SDM tersebut dapat menentukan karakter dari pembangunan ekonomi, sosial dan budaya daerah. Sejak pendidikan menjadi kewenangan wajib daerah, Kabupaten berwenang dalam jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) serta pendidikan menengah (SMU/SMK/MA). Berdasar hal tersebut Kabupaten Jepara pada 5 tahun kedepan akan memajukan pendidikan dalam semua tingkatan, maupun penyediaan sarana dan prasarana pendukung pendidikan, baik fisik maupun non fisik. Dalam rangka memajukan pendidikan, Kabupaten Jepara akan secara bertahap memenuhi anggaran pendidikan sesuai amanah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sebesar 20%. Provinsi Jawa Tengah baru akan menerapkan anggaran pendidikan 20 persen pada tahun 2008, sedangkan Pemerintah Pusat pada tahun 2009. Untuk melihat perkembangan urusan pendidikan pada lima tahun berjalan (2002-2006), maka berikut akan diuraikan tentang APK dan APM masing-masing Jenjang Pendidikan, Angka Putus Sekolah, serta jumlah Sekolah berdasarkan jenjang pendidikan. Dari beberapa indikator pendidikan secara umum, salah satu yang penting diketahui adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Sumber: Dinas P dan K Kabupaten Jepara, 2006

Data jumlah siswa putus sekolah pada tahun 2003 menujukkan SD/MI sebesar 0,73%, SLTP/MTs sebesar 1,53% dan SMU/SMK/MA sebesar 2,05%. Namun pada tahun 2006 angka putus sekolah menunjukkan penurunan pada ketiga jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah umum. Tabel 2.29 Angka Putus Sekolah Prosentase dan Jumlah Angka Putus Sekolah Tahun SD/MI SLTP/MTs SMU/SMK/MA 2003 0,73 1,53 2,05 2004 0,70 1,40 2,12 2005 0,69 1,37 2,11 2006* 0,67 1,27 2,15Sumber: Dinas P dan K Kabupaten Jepara, 2006

Dalam penyelenggaraan pendidikan, biaya terbesar dialokasikan untuk proses pembelajaran siswa, serta untuk pemeliharaan maupun pengembangan sekolah. Terkait hal tersebut harus diketahui dengan pasti jumlah siswa dan sekolah yang ada pada suatu wilayah. Seperti daerah lain, pada umumnya penyelenggaraan pendidikan di Jepara juga diselenggarakan oleh swasta.

49

50

www.djpp.depkumham.go.id

Tabel 2.30 Jumlah Sekolah dan Siswa Menurut Jenjang PendidikanJenjang Pendidikan TK SD/MI SMP/MTs SMU/SMK/MA Negeri Sekolah Siswa 1 27 589 97.346 36 17.801 13 6.277 Swasta Sekolah Siswa 325 13.816 10 1.146 30 4.410 17 6.061 Jumlah Sekolah Siswa 326 13.843 599 98.492 66 22.211 30 12.338

Permasalahan pendidikan di Kabupaten Jepara antara lain masih rendahnya kualitas pendidikan, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan, terbatasnya sarana prasarana pendidikan, rendahnya kualitas tenaga pengajar, dan tingginya angka putus sekolah. 2.4.2 Kesehatan

Sumber: Jepara Dalam Angka 2005

Berdasarkan jumlah yang ada pada setiap jenjang, maka rasio siswa per kelas pada tahun 2006 sebagai berikut : TK rasio 20%, SD/MI rasio 24%, SMP/MTs rasio 40% dan SMU/SMK/MA rasio 37%. Jumlah guru TK tahun 2002 sebanyak 1.095 orang, tahun 2006 menjadi 1.121 orang, guru SD/MI sebanyak 4.675 orang (2002) menjadi 4.813 orang (2006), guru SMP/MTs tahun 2002 sebanyak 1.034 orang menjadi 1.615 orang tahun 2006, sedangkan guru SMU/SMK/MA sebanyak 761 (2002) dan menjadi 996 pada tahun 2006. Tabel 2.31 Jumlah Guru TK, SD/MI, SMP/MTs, dan SMU/SMK/MA Tahun Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006 Guru TK 1.095 1.124 1.337 1.337 1.121 Guru SD/MI 4.675 4.828 4.868 4.868 4.813 Guru SMP/MTs 1.034 1.171 1.201 1.201 1.615 Guru SMU/SMK/MA 761 819 929 929 996Sumber: Jepara dalam Angka 2005

Keberhasilan pembangunan pada urusan kesehatan salah satu indikator keberhasilannya dapat dilihat dari kualitas pelayanan, yang terdiri dari dua aspek, yaitu sarana kesehatan dan sumber daya aparatur kesehatan. Da aspek tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk itu dalam rangka menuju Indonesia Sehat tahun 2010, Kabupaten Jepara juga akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Sehingga lima tahun kedepan diharapkan sarana kesehatan yang ada akan ditingkatkan. Kondisi indikator utama kesehatan Kabupaten Jepara menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat dari 69,2 tahun (2002) menjadi 70 tahun (2004), meningkatnya persentase Kunjungan Ibu Hamil (KIH), menurunnya angka kematian ibu, namun demikian masalah gizi buruk masih menunjukkan kondisi yang memprihatinkan dan sangat perlu mendapatkan perhatian. Tabel 2.32 Kondisi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Tahun Indikator Kesga dan No. Gizi 2002 2003 2004 2005 2006 1. Kunjungan ke-4 Bumil 81 88,9 91,1 90,87 85,30 2. Persalinan Nakes 80,6 87 82,4 84,31 83,04 3. Kematian Ibu 15 20 20 17 12 4. Kematian Neonatal 106 102 89 82 76 5. Gizi Buruk 94 113 115 212 75Sumber: Jepara Dalam Angka 2001-2004, Sistem Informasi Profil Daerah

Dari data diatas diketahui rasio guru per siswa pada tiap jenjang tahun 2006 seperti berikut : TK rasio 17%, SD/MI rasio 20%, SMP/MTs rasio 15% dan SMU/SMK/MA rasio 14%. Rasio guru per siswa dimasa datang akan semakin kecil manakala jumlah siswa akan terus naik sejalan dengan pertambahan penduduk, sedangkan kenaikan jumlah guru tidak sebanding dengan jumlah siswa.

51

52

www.djpp.depkumham.go.id

2005, DKK Jepara 2006

Berdasar data diatas kondisi gizi masyarakat, merupakan hal utama yang perlu mendapat perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan kenaikan angka gizi buruk dari tahun 2001 hingga 2005 cukup tinggi, yaitu rata-rata per tahun sekitar 31,71%. Bahkan pada tahun 2004 ke tahun 2005 kenaikannya mencapai 84,35%. Tabel 2.33 Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun Tenaga Medis 2002 2003 2004 2005 2006 Dokter Umum 41 52 43 81 138 Dokter Gigi 2 6 5 12 15 Dokter Spesialis 11 14 15 17 17 Perawat 242 239 132 430 435 Bidan 195 265 222 295 296 Ahli Kesehatan Masy. 18 18 24 31 Apoteker 14 25 31 35 Ahli Gizi 21 21 27 30 Analisis Laboratorium 13 23 25 29 Ahli Penyehatan Lingk. 20 20 26 Dukun Anak 571 560 550

Tabel 2.34 Ratio Dokter Per 100.000 Penduduk No. 1. 2. 3. 4. 5. Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Jumlah Dokter 52 66 58 98 155 Jumlah Penduduk 979.025 1.039.872 1.059.638 1.078.037 1.102.728* Ratio Dokter Per 100.000 Penduduk 5,31 6,34 5,47 9,09 14,05

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Cat : jumlah penduduk* merupakan prediksi.

Sumber: Jepara Dalam Angka 2001-2004, Sistem Informasi Profil Daerah 2005

Berdasarkan pada tabel diatas tampak bahwa rasio dokter per 100.000 penduduk selama lima tahun mengalami fluktuasi naik turun. Penurunan angka rasio hanya terjadi pada tahun 2004, namun setelah itu sampai dengan tahun 2006 angka rasio selalu naik. Jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Jepara selama lima tahun terakhir belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah sarana sedikit mengalami peningkatan kuantitas selama lima tahun. Tabel 2.35 Perkembangan Sarana Kesehatan 2006 No Jenis Fasilitas 2002 2003 2004 2005 1. RS Negeri Type B 1 1 1 1 1 2. RS Swasta 3 3 3 4 4 3. RS Khusus 1 1 1 1 1 4. Puskesmas Rawat Inap 5 5 7 9 9 5. Puskesmas 15 15 13 11 20 6. Puskesmas Pembantu 44 44 44 44 44

Sumber: Jepara Dalam Angka 2001-2005, Sistem Informasi Profil Daerah 2006, RSUD Kartini 2006

Jumlah dokter umum pada tahun 2002 berjumlah 41 orang dan menjadi 136 orang pada tahun 2005, kemudian dokter spesialis naik dari 11 pada tahun 2002 menjadi 17 pada tahun 2006.

53

54

www.djpp.depkumham.go.id

No 7. 8. 9. 10. 11.

Jenis Fasilitas BP Swasta Posyandu Apotik Toko Obat Laborat

2002 11 1.014 19 5 1

2003 11 1.032 22 5 3

2004 14 1.044 26 5 3

2005 28 1.049 30 4 3

2006 28 1.064 35 4 3

Sumber: Jepara Dalam Angka 2001-2004, Sistem Informasi Profil Daerah 2006, DKK Jepara 2006

Perkembangan sarana kesehatan yang menunjukkan bertambah hanya posyandu dan apotik. Untuk itu upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan sarana kesehatan adalah meningkatkan type rumah sakit dari type B menjadi type A. Selain itu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan perlu diupayakan penambahn puskesmas ke semua wilayah. Jumlah kasus kejadian luar biasa (KLB) menunjukkan kenaikan selama empat tahun terakhir, tahun 2002 terjadi 3 kasus dengan 71 penderita dan jumlah kecamatan yang terkena 3 kecamatan. Namun pada tahun 2006 jumlah kasus naik menjadi 42 kasus dengan 287 penderita dan menyebar pada 12 kecamatan. Kedepan KLB ini perlu penanganan komprehensif seluruh komponen masyarakat dan aparat, jadi sifat penanganan tidak parsial hanya di Dinas Kesehatan. 2.4.3 Kesejahteraan Sosial Meskipun pendapatan per kapita secara makro penduduk Kabupaten Jepara tergolong cukup, namun masalah kemiskinan dan pengangguran tetap merupakan salah satu faktor penghambat pembangunan daerah. Secara persentase angka penduduk miskin dibanding yang tidak miskin 13,7%. Dengan adanya penduduk miskin sebesar rata-rata 144.000 jiwa selama lima tahun, ternyata berdampak pada adanya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Kabupaten Jepara. Untuk penyandang masalah kesejahteraan sosial yang paling banyak adalah penyandang lanjut

usia terlantar dan paling kecil jumlahnya adalah gelandangan. Tabel 2.36 Perkembangan Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial Jenis Masalah Tahun No. Kesejahteraan 2002 2003 2004 2005 2006 Sosial 1. Lanjut usia terlantar 4.791 5.807 6.116 5.780 10.863 2. Anak terlantar 4.933 5.210 5.070 4.813 6.451 3. Keluarga miskin 38.594 38.639 38.756 42.520 48.316 4. Penyandang cacat 5.935 4.701 5.573 5.539 5.951 5. Tuna susila 66 37 38 21 6. Gelandangan 2 5 5 5 5 7. Pengemis 41 46 59 79 59 8. Bekas narapidana 484 495 386 378 Jumlah 54.846 54.940 56.003 59.135 71.645Sumber: Jepara Dalam Angka 2002-2006

Nilai rata-rata kebutuhan hidup minimum pada tahun 2003 sebesar Rp.502.183,56,- naik menjadi Rp.630.500,- pada tahun 2006. Kenaikan nilai kebutuhan hidup minimum sebesar 25,55% selama empat tahun ini merupakan salah satu penyebab naiknya jumlah penduduk miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya. Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial ini akan semakin bisa ditanggulangi manakala ada upaya pemberdayaan yang efektif terhadap berbagai kelompok organisasi sosial kemasyarakatan yang selama ini ada di Kabupaten Jepara.

55

56

www.djpp.depkumham.go.id

prasarana, pembinaan dan kegiatan (event) olah raga. Tabel 2.37 Perkembangan Organisasi Sosial Tahun Jenis Organisasi Sosial 2001 2002 2003 2004 Pekerja sosial masyarakat 1.458 1.369 1.115 1.130 Karang taruna 194 194 194 194 Organisasi sosial & panti sosial 27 27 27 29Sumber: Bakesbanglinsos Kabupaten Jepara, 2006

No. 1. 2. 3.

2.4.4 2005 1.145 194 31

Tenaga Kerja

Aspek yang cukup penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial adalah pemberdayaan perempuan. Jumlah perempuan usia dewasa (usia 20-54 tahun), menunjukkan peningkatan, tahun 1995 sebanyak 189.017 orang (22,6%), tahun 2005 menjadi 264.176 orang (24,5%). Partisipasi perempuan di instansi pemerintah pada tahun 2001 sebanyak 4.227 orang atau 35,29% dari seluruh jumlah pegawai (11.977 orang); pada tahun 2005 sebanyak 5.221 orang atau 34,40% dari seluruh jumlah pegawai (15.174 orang). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan partisipasi perempuan di instansi pemerintah sebesar 3,86%. Masalah pokok pemberdayaan perempuan adalah adanya persepsi sebagian masyarakat bahwa perempuan lebih inferior dari pada laki-laki, belum adanya kesetaraan gender dalam berbagai pembangunan. Jumlah pemuda (usia 15-30 tahun) tahun 1995 sebanyak 224.977 orang, tahun 2005 sebanyak 314.624 orang, atau meningkat rata-rata sebesar 3,98% per tahun. Organisasi yang menampung aktivitas kepemudaan antara lain Karang Taruna, KNPI, Pramuka, dan lain-lain seperti organisasi olah raga dan kesenian. Kondisi bidang olah raga menunjukkan bahwa jumlah cabang olah raga prestasi sebanyak 15 cabang dengan jumlah kelompok olah raga sebanyak 719 buah (2001), menjadi 796 pada tahun 2005. Permasalahan pokok kepemudaan dan olah raga adalah masih terbatasnya jumlah kelembagaan dan aktivitas kepemudaan dan terbatasnya sarana dan

Pertumbuhan angkatan kerja selama empat tahun terakahir (2002-2005) menunjukkan kenaikan, namun hal tersebut juga diimbangi dengan bertambahnya angka pengangguran. Hal ini disebabkan kenaikan angkatan kerja tidak sebanding dengan penyediaan lapangan kerja. Faktor-faktor lain yang menyebabkan bertambahnya pengangguran, karena besarnya angka usia produktif pencari kerja dan banyaknya perusahaan yang mengurangi jumlah produksinya sehingga mengurangi pegawainya. Berikut ditunjukkan data angkatan kerja dan pengangguran selama lima tahun. Tabel 2.38 Angkatan Kerja dan Pengangguran Tahun Angkatan Kerja Pengangguran 2002 519.806 36.384 2003 529.399 36.918 2004 538.902 37.751 2005 540.555 37.837 2006 543.606 38.053Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Jepara, 2006

Dari data diatas menunjukkan bahwa bertambahnya angkatan kerja berkorelasi dengan bertambahnya jumlah pengangguran. Sedangkan rata-rata upah minimum dari tahun 2003 sampai tahun 2006 menunjukkan kenaikan rata-rata 11,85% per tahun. Pada tahun 2003 besarnya rata-rata upah minimum Rp.376.500,- dan pada tahun 2006 menjadi Rp.525.000,-.

57

58

www.djpp.depkumham.go.id

2.4.5 Agama Dilihat dari penduduknya, Kabupaten Jepara mempunyai penduduk yang heterogen dilihat dari agama dan keyakinan mereka. Perkembangan pembangunan di bidang spritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Penduduk menurut pemeluk agama berdasarkan hasil sensus penduduk terakhir menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Jepara mayoritas beragama Islam sebanyak 1.028.289 orang dengan jumlah tempat ibadah sebanyak 4.004 tempat ibadah. Urutan kedua adalah pemeluk agama Kristen sebesar 23.822 orang dengan tempat ibadah sebanyak 86 tempat ibadah. Tabel 2.39 Jumlah Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah No. Agama Pemeluk Tempat (orang) Ibadah 1. Islam 1.028.289 4.004 2. Kristen 23.822 86 3. Katolik 1.667 11 4. Budha 7.502 3 5. Hindu 2.545 24 6. Konghucu 19 Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2006

2.5 PRASARANA DAN SARANA DAERAH Pembangunan infrastruktur akan dihadapkan pada terbatasnya kemampuan pemerintah Kabupaten Jepara untuk menyediakannya. Pada sebagian infrastruktur, pemerintah masih bertanggungjawab terhadap pembangunan dan pemeliharaannya, misalnya pembangunan jalan, air bersih dan listrik. Beberapa masalah infrastruktur yang perlu mendapat perhatian antara lain meningkatnya permintaan perumahan, menurunnya pelayanan transportasi dan peningkatan permintaan tenaga listrik dan air bersih. 2.5.1 Perumahan Untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, salah satunya adalah perumahan yang mana Pemerintah Kabupaten Jepara perlu mengembangkan pola kemitraan dengan pihak pengembang perumahan untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat menengah kebawah. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat menengah ke atas sudah dilakukan oleh pengembang swasta. Sedangkan untuk masyarakat menengah kebawah melalui KPR/BTN, pada tahun 2004 sebanyak 830 unit dan pada tahun 2006 menjadi 1.301 unit. Luas kawasan permukiman pada tahun 2004 adalah 22.528,256 Ha bertambah menjadi 22.532,256 pada tahun 2006. Dilihat dari kelayakan rumah, tahun 2002 jumlah KK berumah tak layak huni sebanyak 6.984 KK, tahun 2006 menjadi 7.446 KK. Permasalahan pokok perumahan dan permukiman adalah kurang konsistennya pelaksanaan tata ruang, semakin keterbatasan lahan, pertumbuhan rumah tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk, dan keterbatasan kemampuan masyarakat. Disamping itu masih banyak perumahan kumuh serta masih banyaknya bangunan yang menempati tanah negara.

Mayoritas penduduk yang beragama Islam, diikuti dengan tumbuhnya pondok pesantren dari 154 pada tahun 2003 meningkat menjadi 196 pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan religius mewarnai kehidupan masyarakat Jepara.

59

60

www.djpp.depkumham.go.id

Tabel 2.40 Perkembangan Keluarga Berumah Tidak Layak No. Keluarga Berumah Tidak Tahun Layak 1. 2002 6.984 2. 2003 7.095 3. 2004 7.881 4. 2005 7.224 5. 2006* 7.446Sumber: Badan Kesbanglinmas Kabupaten Jepara, 2006

seyogyanya di Kabupaten Jepara diperlukan suatu regulasi yang mengatur keberdaan pasar modern. Hal ini dikarenakan dalam kurun waktu lima tahun mendatang akan lebih banyak muncul pasar-pasar modern baru. 2.5.3 Jaringan Transportasi Panjang jalan di Kabupaten Jepara sampai tahun 2006 cenderung tetap. Dari panjang jalan tersebut terdiri dari Jjalan Negara, Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten atau lokal. Klasifikasi tersebut sesuai dengan kewenangan penanganannya. Sedangkan transportasi darat dalam pelayanan transportasi khususnya pelayanan angkutan umum yang terdaftar di Kabupaten Jepara terdiri dari beberapa trayek, yang meliputi AKAP, AKDP maupun Angkutan Perkotaan (Angkota) dan Angkutan Pedesaan (Angkudes). Untuk trayek Angkota dan Angkudes cenderung mengalami peningkatan dan diharapkan pelayanan angkutan umum semakin optimal. Tabel 2.41a Trayek dan Armada, Angkota dan AngkudesTrayek No 1. 2. 3. 4. 5. Kondisi 2002 2003 2004 2005 2006 Angkota 12 13 13 14 15 Angkudes 18 19 21 30 32 Armada Angkota 195 207 207 214 223 Angkudes 263 214 308 397 419 Jumlah Angku Angkota des 30 456 32 421 34 515 44 611 47 642

Aspek lain yang sangat erat kaitannya dengan perumahan adalah aspek pertamanan dan penerangan Jalan. Perkembangan taman kota dilihat dari luasan taman mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, apabila tahun 1995 seluas 6.200 m2, tahun 2005 sudah mencapai 38.156 m2, mengalami peningkatan rata-rata sebesar 51,5% per tahun. Penerangan jalan umum tersebar di seluruh wilayah, tahun 1995 sebanyak 343 titik dan pada tahun 2005 sebanyak 1.264 titik atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 2,69% tiap tahun. Permasalahan pertamanan dan penerangan jalan adalah keterbatasan jumlah ruang terbuka di perkotaan, belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan maupun perawatan taman, terbatasnya titik penerangan jalan umum dan pemeliharaan oleh masyarakat. 2.5.2 Pasar Sarana perdagangan yang ada di Kabupaten Jepara pada tahun 2006 ditunjukkan berkut : pasar tradisionil 21 buah, pasar swalayan 1 buah, pasar grosir 1 buah dan mini market 18 buah. Saat ini hampir diseluruh daerah mengalami hal yang sama, dalam penanganan keberadaan pasar tradisionil yang mulai terdesak oleh pasar modern (supermarket, hipermarket). Kondisi pasar tradisionil di Kabupaten Jepara masih didominasi oleh pasar tradisionil. Berdasar hal tersebut

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara, 2006

Pesatnya keramaian wilayah tertentu di Kabupaten Jepara akibat dari adanya proyek-proyek besar yang kontinuitasnya lama, menyebabkan munculnya terminal-terminal bayangan. Berdasar hal tersebut lima tahun kedepan perlu dipikirkan keberadaan terminal dan sub terminal baru di wilayah pengembangan.

61

62

www.djpp.depkumham.go.id

Kondisi prasarana jalan tahun 2001, panjang jalan Kabupaten 703,68 km, berdasarkan kondisi jalan, diketahui jalan baik 570,26 km, sedang 105,21 km, rusak 28,22 km. Pada tahun 2006 panjang jalan menjadi 703,68 km, berdasarkan kondisi jalan, diketahui jalan baik 623,52 km, sedang 74,31 km, dan rusak 5,85 km. Tabel 2.41b Panjang dan Kondisi Jalan Tahun 2002 2003 2004 2005 675,77 703,68 7,00 7,00 20,92 17,62 702,69 728,30 570,26 105,21 28,22 703,69 574,40 129,28 27,91 728,3 703,68 7,00 17,62 728,30 574,40 129,28 27,91 728,3 703,68 7,43 17,62 729,73 615,90 87,78 35,18 728,73

kapal menjadi 621, penumpang 42.328 orang dan barang 2.850 ton. Tabel 2.41c Kunjungan Kapal dan Produksi AngkutanNo. 1. 2. 3. 4. 5. TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 KUNJUNGAN KAPAL 483 491 561 582 591 PRODUKSI ANGKUTAN Penumpang Barang Kendaraan (orang) (ton) R-2 R-4 33.152 2.763 1.547 203 33.308 2.798 1.619 274 39.626 2.801 2.095 365 40.843 2.803 2.088 922 42.328 2.850 3.095 1.358 Ket.

No.

Kondisi

2006 785,00 7,43 17,62 810,05 623,52 80,16 5,85 810,05

Kelas Jalan 1. Aspal 2. Kerikir 3. Tanah Jumlah Kondisi Jalan 1. Baik 2. Sedang 3. Rusak Jumlah

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara, 2006

Permasalahan pokok transportasi dan telekomunikasi adalah masih banyak jalan dalam kondisi belum baik dan penurunan kualitas jalan, terbatasnya prasarana dan sarana perhubungan. 2.5.4 Jaringan Air Bersih Kebutuhan air bersih pada masa mendatang harus menjadi perhatian Kabupaten Jepara, mengingat air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat. Permasalahan klasik yang dihadapi berkaitan dengan air bersih adalah masih rendahnya kinerja pelayanan air bersih, yaitu belum meratanya sistem jaringan air bersih dan masih minimnya kapasitas air bersih. Jumlah pelanggan PDAM mengalami peningkatan, tahun 2001 sebanyak 11.118 pelanggan, menjadi 18.577 pelanggan tahun 2006 (angka sementara). Volume air PDAM yang disalurkan juga mengalami peningkatan, tahun 2001 sebanyak 3.356.150 m3, menjadi 4.093.983 m3 tahun 2006 (angka sementara) Data tersebut menunjukkan bahwa semakin lama tingkat kebutuhan akan air bersih dari PDAM semakin meningkat, baik untuk keperluan rumah tangga ataupun non rumah tangga. Permasalahan pokok air bersih adalah masih banyak penduduk atau rumah tangga yang belum

Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Jepara, 2006

Transportasi laut di Kabupaten Jepara ditunjang keberadaannya dengan adanya 2 pelabuhan laut (regional), 2 pelabuhan penyeberangan (lokal), 4 pelabuhan khusus (nasional) dan 2 buah kapal penyeberangan. Pelabuhan Jepara sebagai bagian dari pelabuhan laut Indonesia dalam kerangka negara maritim merupakan garda depan yang harus dibenahi untuk meningkatkan pengelolaan potensi laut dan lingkungan sekitarnya. Kondisi transportasi laut menunjukkan adanya peningkatan aktifitas pelayaran yang direpresentasikan pada tingkat kunjungan kapal serta produktifitas angkutan orang dan barang yang mengalami peningkatan, tahun 2001 kunjungan kapal sebanyak 470, penumpang 35.105 orang, barang 2.589 ton, pada tahun 2006 jumlah kunjungan

63