LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek...

30
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membentuk 20 juta hektar Kawasan Konservasi Perairan (KKP) pada tahun 2020, sekaligus meningkatkan efektifitas pengelolaan KKP yang telah ada. Guna mewujudkan komitmen tersebut, saat ini Pemerintahdan Pemerintah Daerah telah menetapkan lebih dari 17 juta hektar KKP diseluruh perairan Indonesia. Selain menambah luasan kawasan konservasi, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga terus berupaya meningkatkan efektivitas pengelolaan setiap KKP yang telah ada saat ini untuk mencapai tujuan pembentukannya masing-masing. Idealnya, sebuah KKP yang dikelola secara efektif berkontribusi terhadap perbaikan kondisi biofisik ekosistem dan jaminan kesinambungan sumber daya, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendapat dukungan penuh dari masyarakat. KKP yang didesain dengan baik dan dikelola efektif merupakan salah satu alat pengelolaan perikanan yang telah terbukti berhasil di banyak negara lain di dunia, dan Indonesia bukanlah sebuah pengecualian. Sesuai dengan peruntukannya, kegiatan pemanfaatan KKP terkait sektor perikanan dapat dilakukan di dalam zona perikanan berkelanjutan. Zona perikanan berkelanjutan merupakan suatu bagian dari kawasan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar KKP dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang ada termasuk perikanan. Salah satu model pemanfaatan sumber daya ikan yang terbukti berhasil adalah melalui pemanfaatan Subzona penangkapan ikan untuk jangka waktu tertentu, khususnya masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar KKP. Model ini mengadopsi wilayah kelola perikanan di beberapa tempat di dunia telah diketahui berkontribusi dalam menjamim ketahanan pangan, mempertahankan sumber mata pencaharian masyarakat, dan memperbaiki kondisi sumber daya ikan. Pemanfaatan Subzona ini dilakukan oleh kelompok masyarakat lokal dan tradisional di dalam KKP melalui suatu perjanjian kemitraan. LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT NOMOR: 03/PER-DJPRL /2016 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN OLEH MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL.

Transcript of LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek...

Page 1: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membentuk 20 juta hektar

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) pada tahun 2020, sekaligus

meningkatkan efektifitas pengelolaan KKP yang telah ada. Guna mewujudkan

komitmen tersebut, saat ini Pemerintahdan Pemerintah Daerah telah

menetapkan lebih dari 17 juta hektar KKP diseluruh perairan Indonesia.

Selain menambah luasan kawasan konservasi, Pemerintah melalui

Kementerian Kelautan dan Perikanan juga terus berupaya meningkatkan

efektivitas pengelolaan setiap KKP yang telah ada saat ini untuk mencapai

tujuan pembentukannya masing-masing. Idealnya, sebuah KKP yang dikelola

secara efektif berkontribusi terhadap perbaikan kondisi biofisik ekosistem

dan jaminan kesinambungan sumber daya, peningkatan kesejahteraan

masyarakat serta mendapat dukungan penuh dari masyarakat. KKP yang

didesain dengan baik dan dikelola efektif merupakan salah satu alat

pengelolaan perikanan yang telah terbukti berhasil di banyak negara lain di

dunia, dan Indonesia bukanlah sebuah pengecualian.

Sesuai dengan peruntukannya, kegiatan pemanfaatan KKP terkait

sektor perikanan dapat dilakukan di dalam zona perikanan berkelanjutan.

Zona perikanan berkelanjutan merupakan suatu bagian dari kawasan yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar KKP

dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang ada termasuk

perikanan. Salah satu model pemanfaatan sumber daya ikan yang terbukti

berhasil adalah melalui pemanfaatan Subzona penangkapan ikan untuk

jangka waktu tertentu, khususnya masyarakat yang tinggal di dalam dan

sekitar KKP. Model ini mengadopsi wilayah kelola perikanan di beberapa

tempat di dunia telah diketahui berkontribusi dalam menjamim ketahanan

pangan, mempertahankan sumber mata pencaharian masyarakat, dan

memperbaiki kondisi sumber daya ikan. Pemanfaatan Subzona ini dilakukan

oleh kelompok masyarakat lokal dan tradisional di dalam KKP melalui suatu

perjanjian kemitraan.

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT NOMOR: 03/PER-DJPRL /2016 TENTANG

PEDOMAN PEMANFAATAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN OLEH

MASYARAKAT LOKAL DAN TRADISIONAL.

Page 2: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

2

Disadari bahwa dukungan dan partisipasi aktif masyarakat

merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan KKP. Dukungan dan

partisipasi masyarakat harus tercermin dari setiap tahapan pengelolaan,

dimana masyarakat terlibat sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan,

implementasi, serta evaluasi pengelolaan KKP. Masyarakat harus ikut serta

menjaga keberadaan KKP dan ikut memastikan agar pengelolaan KKP

berjalan dengan baik. Sebaliknya, keberadaan KKP juga harus menjamin

masyarakat yang hidup di dalam maupun sekitar KKP untuk dapat

memanfaatkan KKP dalam mendukung pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Pengelolaan Subzona melalui perjanjian kemitraan merupakan perwujudan

dari pengelolaan KKP yang kolaboratif dimana masyarakat diberi manfaat

dan tanggung jawab untuk bersama dengan unit pengelola KKP mengelola

sumber daya yang ada secara berkelanjutan.

Pedoman ini dimaksudkan untuk menjabarkan penerapan pengelolaan

Subzona melalui perjanjian kemitraan di dalam KKP. Disadari bahwa

panduan ini masih belum sempurna, oleh karenanya perlu untuk terus

menerus diperbaiki sesuai dengan keperluannya.

1.2 Tujuan Pedoman

Tujuan penyusunan pedoman ini adalah:

1. Sebagai acuan bagi unit organisasi pengelola kawasan konservasi perairan

untuk melakukan kemitraan dengan kelompok masyarakat dalam

membentuk Subzona penangkapan ikan di Zona Perikanan Berkelanjutan

dalam kawasan konservasi perairan (KKP).

2. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam mengajukan usulan program

kemitraan dan pelaksanaan kegiatan penangkapan ikan di Zona

Perikanan Berkelanjutan dalam kawasan konservasi perairan (KKP).

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman ini mengatur tentang pemanfaatan Subzona

penangkapan ikan di Zona Perikanan Berkelanjutan untuk kelompok

masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan konservasi perairan

yang telah memanfaatkan sumber daya ikan di kawasan tersebut selama

bertahun-tahun lamanya. Jika kawasan konservasi tersebut telah memiliki

sistem zonasi, maka Subzona penangkapan ikan tersebut berada dalam zona

perikanan berkelanjutan. Selanjutnya, jika kawasan konservasi yang

dimaksud belum memiliki sistem zonasi, maka Subzona penangkapan ikan

nantinya dapat diakomodasi kedalam zona perikanan berkelanjutan.

Page 3: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

3

Kelompok masyarakat selanjutnya dikelompokkan kedalam dua (2)

kategori yakni kelompok masyarakat lokal dan kelompok masyarakat

tradisional.

1.4 Pengertian

Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih,

berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan;

2. Program Kemitraan Kawasan Konservasi Perairan yang selanjutnya

disebut Program Kemitraan adalah rencana yang memuat kegiatan-

kegiatan kemitraan sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi

Kawasan Konservasi Perairan;

3. Konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian

dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan

genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan

kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan;

4. Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi,

dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber

daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan;

5. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan adalah suatu

pengkoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan

pengendalian sumber daya kawasan konservasi perairan yang dilakukan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, antar sektor, antar ekoisistem

darat dan laut, serta antar ilmu pengetahuan dan manajemen untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

6. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan adalah

dokumen kerja yang dapat dimutakhirkan secara periodik, sebagai

panduan operasional pengelolaan kawasan konservasi perairan;

7. Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan diartikan sebagai

pemanfaatan sumber daya kawasan konservasi perairan yang dapat

dilakukan melalui kegiatan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,

pariwisata alam perairan, penelitian, dan pendidikan;

8. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan adalah suatu bentuk rekayasa

teknik pemanfaatan ruang di kawasan konservasi perairan melalui

penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber

dayadan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung

sebagai satu kesatuan ekosistem.

Page 4: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

4

9. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara

pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.

10. Zona Perikanan Berkelanjutan adalah bagian Kawasan Konservasi

Perairan yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung

kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.

11. Subzona penangkapan ikan, adalah bagian Zona Perikanan

Berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan

tradisional untuk penangkapan ikan dengan mengedepankan

keseimbangan produksi dengan kelestarian untuk jangka waktu

tertentu.

12. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan

yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,

termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,

mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,

dan/atau mengawetkannya.

13. Masyarakat Lokal adalah kelompok Masyarakat yang menjalankan tata

kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima

sebagai nilai-nilai yang berlaku umum, tetapi tidak sepenuhnya

bergantung pada sumber daya dalam Kawasan Konservasi Perairan.

14. Masyarakat Tradisional adalah Masyarakat perikanan tradisional yang

masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan

penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah di daerah tertentu

yang berada dalam Kawasan Konservasi Perairan sesuai dengan kaidah

hukum laut internasional.

15. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

16. Pemerintah Daerah Provinsi adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

17. Satuan Unit Organisasi Pengelolaan adalah unit pelaksana teknis pusat,

unit pelaksana teknis daerah, atau bagian unit dari satuan organisasi

yang menangani bidang perikanan.

Page 5: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

5

BAB 2. PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

2.1 Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, adalah

kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk

mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara

berkelanjutan. KKP ditetapkan berdasarkan tiga kriteria utama yaitu ekologi,

sosial dan budaya, dan ekonomi. Kriteria ekologi meliputi berbagai aspek

termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, keterkaitan ekologis,

keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka,

daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan. Kriteria sosial dan budaya

meliputi tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi

ancaman, kearifan lokal serta adat istiadat. Adapun kriteria ekonomi meliputi

nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, estetika, dan

kemudahan mencapai kawasan.

Terdapat empat jenis KKP yaitu: Taman Nasional Perairan (TNP),

Taman Wisata Perairan (TWP), Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka

Perikanan (SP). Taman Nasional Perairan adalah kawasan konservasi

perairan yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang

perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. Taman Wisata

Perairan adalah Taman Wisata Perairan adalah kawasan konservasi perairan

dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan

rekreasi. Suaka Alam Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan

ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan

dan ekosistemnya. Suaka Perikanan diartikan sebagai kawasan perairan

tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu

sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan

tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan.

Berdasarkan kewenangan pengelolaanya, KKP terdiri dari KKP

Nasional (KKPN) yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan KKP Daerah (KKPD)

yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

2.2 Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Mengacu pada definisi KKP diatas maka tujuan pembentukan dan

pengelolaan sebuah KKP adalah untuk mewujudkan pengelolaan perikanan

Page 6: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

6

termasuk jenis dan keanekaragaman hayati ikan dan ekosistem yang terkait

dengannya secara berkelanjutan. Pengelolaan KKP dilakukan berdasarkan

rencana pengelolaan KKP yang disusun dan dilaksanakan oleh unit

organisasi pengelola. Dokumen rencana pengelolaan KKP memuat rencana

zonasi yang terdiri dari: zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona

pemanfaatan dan zona lainnya. Apabila sebuah KKP diketahui memiliki

keterkaitan biofisik dengan KKP lainnya disertai dengan bukti ilmiah yang

meliputi aspek oseanografi, limnologi, bioekologi perikanan, dan daya tahan

lingkungan, maka kedua KKP tersebut dapat membentuk sebuah jejaring

KKP. Dalam pengelolaan KKP, unit organisasi pengelola dapat membangun

kemitraan pengelolaan dengan kelompok masyarakat dan/atau masyarakat

adat, lembaga swadaya masyarakat, korporasi, lembaga penelitian, maupun

perguruan tinggi.

Selain zona inti, KKP dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

dalam rangka menunjang perikanan dan pariwisata berkelanjutan.

Pemanfaatan KKP dapat dilakukan dengan aturan sebagai berikut:

a. kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan

di zona perikanan berkelanjutan; dan

b. kegiatan pariwisata bahari dapat dilakukan di zona pemanfaatan dan zona

perikanan berkelanjutan

c. kegiatan penelitian dan pendidikan dapat dilakukan di zona inti, zona

perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, maupun zona lainnya.

Pemanfaatan KKP dapat berupa pemanfaatan kawasan konservasi

perairannya maupun pemanfaatan jenis maupun genetik ikan sesuai dengan

aturan yang berlaku. Untuk menjamim ketertiban dalam pengelolaan

kawasan maka perlu dilakukan pengawasan terhadap KKP yang dilakukan

oleh pihak yang berwenang.

Adapun kata atau frasa yang diberi huruf tebal merupakan perangkat-

perangkat penting pengelolaan KKP sebagaimana telah dijelaskan pada

Pengertian di bagian 1.4 di atas.

Page 7: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

7

BAB 3. PENGELOLAAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN UNTUK

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN

Pengelolaan perikanan di Subzona penangkapan ikan dalam Kawasan

Konservasi Perairan (KKP) merupakan salah satu bentuk pemanfaatan KKP

melalui kegiatan penangkapan ikan secara berkelanjutan. Pemanfaatan

Subzona tersebut dilakukan melalui perjanjian kemitraan kepada kelompok

masyarakat selanjutnya menjadi bagian resmi dan tidak terpisahkan dari

keseluruhan suatu sistem pengelolaan dan zonasi KKP. Secara khusus,

Subzona tersebut dapat dialokasikan di beberapa bagian ataupun

keseluruhan zona perikanan berkelanjutan KKP. Dalam tingkatan yang lebih

luas, Subzona ini merupakan bagian yang bersinergi dengan upaya

pengeloaan perikanan secara nasional berbasis Wilayah Pengelolaan

Perikanan (WPP) Negara Republik Indonesia.

Pemanfaatan Subzona penangkapan ikan melalui perjanjian kemitraan

di dalam KKP merupakan bagian dari upaya pemerintah membantu

memperkuat kapasitas kelompok masyarakat untuk dapat mengatur hajat

hidup dan meningkatkan kesejahteraannya sendiri dengan tetap menjaga

kelestarian lingkungan di sekitarnya. Secara garis besar, pemanfaatan

Subzona dilakukan melalui perjanjian kemitraan dengan kelompok

masyarakat akan menurunkan biaya pengelolaan KKP untuk kegiatan

perlindungan, pelestarian kawasan, pengawasan, penegakan hukum dan

juga manajemen serta administrasi.

3.1 Prinsip-Prinsip Kegiatan Penangkapan Ikan di Kawasan Konservasi

Perairan

Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pengelolaan sumber daya

perikanan di dalam Subzona penangkapan ikan adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan ilmiah. pemanfaatan Subzona penangkapan ikan dan

pemanfaatan sumber daya ikan harus didasari oleh pertimbangan ilmiah

yang mencakupi ilmu pengetahuan alam, sosial dan ekonomi dengan porsi

masing-masing yang seimbang. Pengelolaan sumber daya perikanan di

dalam Kawasan Konservasi Perairan juga dapat mengacu kepada FAO

Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) serta acuan lainnya yang

sesuai.

2. Manfaat yang berkelanjutan. Pemanfaatan Subzona penangkapan ikan

dan pemanfaatan sumber daya ikan menuntut kelompok masyarakat

setempat untuk secara aktif melaksanakan kewajiban yang melekat pada

hak yang diberikan, termasuk diantaranya adalah menjaga agar Subzona

penangkapan ikan dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan

peruntukannya.

Page 8: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

8

3. Rasa keadilan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya ikan harus

memenuhi rasa keadilan masyarakat yang secara historis dan turun-

temurun telah memanfaatan sumber daya ikan di lokasi tertentu di dalam

KKP.

4. Kemitraan yang menguntungkan. Pemanfaatan sumber daya ikan

merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah selaku pengelola KKP

dengan kelompok masyarakat setempat yang mengharuskan keduanya

untuk bermitra dan berperan aktif dalam pengelolaan, termasuk dalam

upaya pengawasan dan penegakan aturan di KKP.

5. Keterpaduan untuk efisiensi. Pemanfaatan sumber daya ikan

mengharuskan adanya keterpaduan antara program pengelolaan unit

organisasi pengelola KKP dengan program pembangunan pemerintah

daerah yang secara administratif menaungi masyarakat yang bertempat

tinggal di dalam KKP.

6. Keterbukaan. Pemanfaatan sumber daya ikan harus dilaksanakan secara

terbuka dengan melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk dalam

perencanaan dan pengelolaan kawasan konservasi dan evaluasi

penggunaan dan manfaat hak akses yang telah diberikan kepada

masyarakat.

7. Kelestarian sumber daya. Pemanfaatan sumber daya ikan harus dapat

menjamin kelestarian sumber daya ikan yang merupakan sumber mata

pencaharian masyarakat dan kekayaan keanekragaman hayati bangsa

Indonesia.

3.2 Karaktersitik Pengelolaan Sumber daya Ikan di Zona Perikanan

Berkelanjutan

Pengelolaan Subzona penangkapan ikan merupakan salah satu metode

pengelolaan perikanan yang semakin banyak diterapkan untuk mengelola

sumber daya ikan karena terbukti berhasil mempertahankan

kesinambungan sumber daya ikan dan meningkatkan pendapatan nelayan.

Keberhasilan pemanfaatan Subzona penangkapan ikan ditentukan oleh

berbagai karakteristik utama seperti tertera pada Tabel 1 di bawah.

Tabel 1. Karakteristik utama Subzona penangkapan ikan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Karakteristik

Utama Penjelasan

Batasan Subzona

yang jelas

Deliniasi batas-batas Subzona harus

mempertimbang-kan keberadaan lokasi habitat

penting dalam siklus hidup ikan yang akan dikelola

seperti daerah pemijahan, daerah pergerakan larva

atau juvenil, daerah pembesaran, dan tempat

mencari makan. Hal ini untuk memastikan bahwa

Page 9: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

9

ikan tersebut memiliki kemampuan untuk

mengembangkan baik jumlah dan ukurannya

secara berkelanjutan.

Penentuan batas-batas Subzona penangkapan ikan

juga harus merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dengan peta zonasi kawasan

konservasi perairan, terutama di zona perikanan

berkelanjutan.

Dirancang

berdasarkan ilmu

pengetahuan

Disain pengelolaan Subzona penangkapan ikan dan

pemanfaatan sumber daya ikan harus

memperhitungkan kesesuaian antara ketersediaan

data/informasi ilmiah, aspek sosial ekonomi

masyarakat dan kapasitas kelembagaan kelompok

masyarakat.

Harus dirancang agar sesuai dengan skala kegiatan

penangkapan kelompok masyarakat sehingga dapat

dikelola dengan batas-batas Subzona penangkapan

ikan yang jelas.

Dikelola

berdasarkan

karakteristik

perikanan setempat

Pemanfaatan sumber daya ikan harus

memperhitungkan kesesuaian antara kapasitas

unit penangkapan ikan yang ada dengan

ketersediaan stok ikan yang dikelola untuk

mencegah terjadinya kondisi tangkap berlebihan

(over fishing) yang akan mengakibatkan hilang atau

punahnya sumber daya ikan tersebut.

Pengaturan pemanfaatan sumber daya dapat

mengikuti beberapa model seperti: a) pengaturan

jumlah, jenis dan dimensi unit penangkapan ikan

yang diperbolehkan, b) jenis, ukuran dan spesifikasi

alat tangkap yang diperbolehkan, c) waktu dan

lokasi penangkapan ikan yang diperbolehkan, d)

ukuran dan jumlah ikan yang boleh ditangkap.

Target kelola

ditentukan sesuai

kriteria yang

disepakati

Pemilihan jenis ikan yang dikelola harus

memperhatikan besaran jumlah tangkapan, nilai

ekonomi, nilai ekologi dan nilai budaya yang ada di

kelompok masyarakat.

Faktor lain yang harus diperhitungkan adalah

tingkat produktivitas (seberapa cepat pulih

jumlahnya) dan tingkat kerentanan ikan tersebut

terhadap kegiatan eksploitasi.

Habitat dan Ekosistem

Page 10: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

10

Karaktersitik

Utama Penjelasan

Keterkaitan ekologis Agar Subzona penangkapan ikan yang akan

dimanfaatkan memiliki habitat yang sesuai dan

dapat dikelola oleh kelompok masyarakat, maka

perlu dilakukan analisis kondisi kesehatan

lingkungannya saat ini, daya lentingnya (seberapa

cepat pulih setelah ada gangguan/kerusakan),

intensitas (besaran dan frekuensi) ancaman

terhadap habitat tersebut, dan sumber ancaman

baik dari kegiatan perikanan maupun non-

perikanan

Sosial Kemasyarakatan

Karaktersitik

Utama Penjelasan

Inklusif dan

partisipatif

Pemangku kepentingan secara aktif mendukung

penegakan aturan di dalam Subzona penangkapan

ikan dan kawasan konservasi secara umum baik

secara individu maupun kelembagaan karena turut

langsung menyusun rencana pengelolaan dan

berbagai aturan pemanfaatan sumber dayanya.

Mengelola konflik Harus dirancang untuk mengelola konflik

pemanfaatan sumber daya antara kelompok

masyarakat yang mengelola Subzona penangkapan

ikan melalui perjanjian kemitraan tertentu dengan

individu lain disekitarnya.

Lembaga pengelola Subzona penangkapan ikan

harus memperhatikan secara serius kepentingan

masyarakat subsisten, tradisional dan berskala

kecil.

Transparansi Keseluruhan proses yang berjalan dan pengambilan

keputusan harus dilakukan secara transparan,

melibatkan seluruh pemangku kepentingan utama

dan memperhatikan kesetaraan gender.

Kelembagaan

Karakteristisk

Utama Penjelasan

Kepastian Pemanfaatan Subzona penangkapan ikan kepada

kelompok masyarakat harus memiliki kepastian

hukum, dilindungi dan memiliki jangka waktu yang

Page 11: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

11

cukup panjang agar dapat memberikan manfaat

sesuai tujuan rencana pengelolaan yang diajukan.

Subzona tidak

dipindah tangankan

Subzona tidak dapat diperjual belikan, dipindah-

tangankan, atau dijadikan agunan.

Subzona dapat dibagi (share) kepada nelayan selain

kelompok yang memperoleh Subzona sejauh rasio

kapasitas penangkapan ikan dengan jumlah stok

ikan yang tersedia masih seimbang.

Alokasi/pembagian Subzona pada nelayan lain

diatur bersama oleh unit organisasi pengelola KKP

dan kelompok masyarakat yang diberi Subzona.

Nelayan luar yang bisa memperoleh bagian Subzona

adalah mereka yang memiliki kesamaan jenis dan

spesifikasi unit penangkapan ikan, secara historis

menangkap ikan di Subzona tersebut, dan bersedia

mematuhi segenap ketentuan dan aturan yang

ditetapkan oleh unit organisasi pengelola KKP.

Inisiatif bersama Kerjasama kemitraan dalam pemanfaatan Subzona

melalui perjanjian kemitraan ini dapat diinisiasi

atau dimulai dari inisiatif kelompok masyarakat

yang tinggal di dalam KKP ataupun prakarsa unit

organisasi pengelola KKP.

Kemitraan Pemanfaatan Subzona didasarkan pada kerjasama

kemitraan antara unit organisasi pengelola dengan

kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi

keterbukaan, dan saling menguntungkan. Prinsip

dasarnya adalah tanggung jawab bersama dalam

mengelola sumber daya ikan di dalam KKP.

Unit organisasi pengelola dan kelompok masyarakat

bersama-sama merencanakan dan memanfaatkan

sebagian atau seluruh zona perikanan

berkelanjutan, serta menjaga zona inti kawasan.

Aturan yang

mengikat

Syarat keanggotaan dan aturan yang mengikat

anggota kelompok penerima disusun dan disepakati

secara bersama dengan memperhatikan

kepentingan masyarakat yang lebih besar.

Akuntabilitas

Kelompok masyarakat penerima dan unit organisasi

pengelolaan KKP harus mematuhi seutuhnya isi

perjanjian kemitraan yang telah disusun dan

Page 12: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

12

disepakati bersama, terutama aturan aturan

mengenai pemanfaatan sumber daya ikan.

Apabila terjadi pelanggaran atas isi perjanjian yang

telah disepakati maka dilakukan upaya

penyelesaian dengan mengutamakan musyawarah

untuk mufakat.

Pengawasan dan

evaluasi berkala

Pemberi atau penerima manfaat Subzona bersama-

sama menyusun dan menyepakati mekanisme dan

jadwal pemantauan dan evaluasi pencapaian tujuan

pemanfaatan melalui perjanjian kemitraansecara

berkala.

Kedua belah pihak harus menyertakan langkah-

langkah perbaikan didalam pelaksanaan

pengelolaan dilapangan seperlunya sesuai dengan

hasil rekomendasi perbaikan yang disepakati

bersama.

Ekonomi

Ciri Khas Utama Penjelasan

Efisiensi dan

efektifitas

Pertimbangan berbagai aspek keekonomian harus

dilakukan saat menentukan tujuan pengelolaan

dan perancangan program-program kerja

pendukung pelaksanaan pemanfaatan Subzona.

Secara makro tujuan keekonomian adalah 1)

mencegah terjadinya kelebihan kapitalisasi dalam

upaya penangkapan ikan, 2) mengurangi biaya

pengelolaan kawasan konservasi perairan termasuk

upaya penegakan hukumnya, 3) meningkatkan

kesejahteraan anggota kelompok penerima

manfaat, 4) menciptakan kemandirian ekonomi

masyarakat

Secara mikro tujuan keekonomian adalah 1)

menghemat biaya operasional upaya penangkapan

ikan, 2) meningkatkan pendapatan harian anggota,

3) menjamin akses pemasaran yang lebih baik, 4)

memberikan alternatif mata pencaharian

pendukung, 5) mendapatkan nilai tambah hasil

tangkapan

Page 13: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

13

3.3 Kondisi dan Permasalahan Pengelolaan Zona Perikanan

Berkelanjutan untuk Kegiatan Penangkapan Ikan

Pengelolaan Subzona penangkapan ikan kepada masyarakat yang

tinggal didalam dan sekitar kawasan konservasi merupakan perwujudan dari

pengelolaan kawasan konservasi perairan secara kolaboratif. Penerima

manfaat Subzona yang merupakan masyarakat yang tinggal di dalam dan

sekitar KKP secara langsung merupakan bagian penting dari struktur

pengelolaan KKP seperti tercermin pada Gambar 1 di bawah ini. Kelompok

masyarakat tersebut sekaligus berpartisipasi langsung dalam memanfaatkan

dan menjaga sumbedardaya ikan agar tetap lestari. Kolaborasi pengelolaan

ini diharapkan bisa mempercepat pencapaian tujuan pembentukan KKP

dalam mengelola sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Secara khusus, pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan dapat

dialokasikan di beberapa bagian ataupun keseluruhan zona perikanan

berkelanjutan KKP.

Subzona tidak dimanfaatkan oleh individu atau perorangan melainkan

hanya oleh kelompok masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar KKP dan

menggantungkan hidupnya dari memanfaatkan sumber daya ikan di zona

perikanan berkelanjutan. Adapun kelompok masyarakat tersebut adalah: 1)

sejumlah nelayan dari satu desa atau lebih di dalam KKP yang menyatakan

dirinya bergabung menjadi satu kelompok; atau 2) sejumlah nelayan dari

satu desa atau lebih di dalam KKP yang memiliki kesamaan jenis alat dan

metoda penangkapan ikan yang menyatakan dirinya bergabung menjadi satu

kelompok; atau 3) organisasi pemerintahan desa; atau 4) kelembagaan

kelompok masyarakat lokal dan tradisional; atau 5) kelembagaan masyarakat

lainnya termasuk koperasi nelayan dan sejenisnya.

Diadaptasi dari Poon, S. E. and Bonzon, K. (2013).

Gambar 1. Kolaborasi pengelolaan penangkapan ikan di dalam KKP

Pemerintah

Unit Organisasi Pengelola KKP

Penerima Manfaat

Rencana Pengelolaan

Subzona

Penerima Manfaat

Rencana Pengelolaan

Subzona

Page 14: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

14

BAB 4. TAHAPAN PENGELOLAAN SUBZONA PENANGKAPAN IKAN

Tahapan pengelolaan Subzona penangkapan ikan untuk kelompok

masyarakat lokal dan kelompok masyarakat tradisional dapat di gambarkan

seperti diagram alir berikut ini:

Gambar 2. Tahapan pengelolaan Subzona penangkapan ikan kepada

masyarakat lokal dan tradisional

I. Tahap Persiapan

1. Pengumpulan data & informasi dasar

2. Identifikasi kesiapan kemitraan

3. Penentuan tujuan pengelolaan

4. Penentuan jenis sumber daya ikan yang dikelola

5. Penentuan batas-batas Subzona

II. Tahap Penyusunan Dokumen Rencana

Pengelolaan

1. Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan

III. Tahap Penilaian Dokumen dan Pembentukan Subzona

1. Penilaian Dokumen Rencana Pengelolaan dan

Pembentukan Kemitraan

2. Keputusan Pembentukan Subzona

3. Ketentuan dan persyaratan

IV. Tahap Pelaksanaan

1. Monitoring

2. Pengawasan dan penegakan hukum

3. Evaluasi kemitraan

4. Inovasi perbaikan kemitraan

Page 15: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

15

Tahap-tahapan tersebut di atas selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:

4.1 Tahap Persiapan

4.1.1 Pengumpulan Data dan Informasi Dasar

Data dan informasi dasar menyangkut: (a) kondisi sumberdaya kawasan

konservasi, (b) kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat yang tinggal

di dalam dan sekitar kawasan konservasi, khususnya Subzona, dan (c)

kondisi kelembagaan masyarakat.

4.1.1.1 Kondisi Sumber Daya Kawasan Konservasi Perairan

Informasi ekologis yang perlu diketahui adalah sebaran habitat penting

bagi ikan dalam keseluruhan siklus hidupnya, termasuk terumbu karang,

padang lamun dan hutan bakau, lokasi-lokasi penting tempat pemijahan

ikan (spawning aggregation sites) serta jenis, intensitas dan sumber ancaman

terhadap habitat penting, untuk mengetahui daya lenting (kemampuan pulih)

dari suatu ekosistem, jika mengalami ancaman.

4.1.1.2 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Lokal dan

Tradisional

Kondisi kegiatan ekonomi masyarakat difokuskan pada kegiatan

perikanan. Kajian kondisi perikanan merupakan kumpulan data dan

informasi yang menggambarkan tentang seluruh kegiatan yang berhubungan

dengan pengelolaan, pemanfaatan, dan lingkungannya mulai dari

praproduksi, produksi, penanganan hasil tangkapan, pengolahan, dan

pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Hal terpenting dalam kajian kondisi perikanan adalah mengidentifikasi

dan menentukan kondisi, indikator kinerja, dan rekomendasi pilihan

intervensi pengelolaan yang memungkinkan tercapainya pengelolaan

perikanan yang berhasil ditandai oleh sifat-sifat bertahan dalam jangka

panjang, berkelanjutan secara lokal, serta memiliki mekanisme yang

mandiri. Jenis data yang dikumpulkan selama pelaksanaan survei meliputi

hal-hal sebagai berikut:

Sumber daya ikan

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa nama famili, spesies,

nama lokal, musim penangkapan, dan jumlah hasil tangkapan (kg per

hari)

Kapal penangkapan ikan

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa ukuran kapal (panjang,

lebar, dan dalam), kekuatan mesin, jumlah kapal, jumlah izin.

Alat Penangkapan Ikan

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa jenis alat tangkap dan

spesifikasinya.

Page 16: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

16

Spesifikasi alat tangkap minimal memuat informasi ukuran mata pancing

dan panjang senar, misalnya spesifikasi alat tangkap pancing tonda

memiliki 10 mata pancing dengan ukuran mata pancing no 7, Senar/tali

pancing memiliki panjang 500 m, mata pancing diikatkan pada senar

dengan jarak 2 meter. Informasi alat tangkap dan alat bantunya disertai

dengan foto/sketsa, dan metode pengoperasiannya.

Daerah Penangkapan ikan

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa lokasi penangkapan,

kedalaman (m), jumlah hasil tangkapan per trip per lokasi penangkapan.

Pemasaran

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa jumlah pengumpul (fish

collector), jumlah pedagang (trader). Jumlah eksportir, nama perusahaan,

harga beli dan jual setiap tingkatan bisnis, jenis ikan yang

diperdagangkan, kuantitas penjualan dalam satuan waktu, serta daerah

tujuan penjualan (keseluruhan rantai pasar).

Pengolahan

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa nama perusahaan,

kelompok, jumlah tenaga kerja, jenis produk olahan, daerah tujuan

pemasaran (domestik atau luar negeri).

Infrastruktur

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa fasilitas perikanan antara

lain jumlah dan status tempat pelelangan ikan, pelabuhan perikanan

pantai, pabrik es, pengolahan, transportasi.

Isu dan permasalahan

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa isu dan permasalahan

terkait kegiatan perikanan seperti kegiatan penangkapan (penanganan

hasil tangkapan, penurunan hasil tangkap baik jumlah dan ukuran,

penggunaan alat tangkap yang merusak, konflik pemanfaatan),

pengolahan (kualitas dan diversifikasi produk), pemasaran (transportasi,

kualitas produk, kepastian harga dan penyerapan produk perikanan).

Page 17: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

17

4.1.1.3 Kondisi Kelembagaan Masyarakat Lokal dan Tradisional

Unit organisasi pengelola KKP perlu mendata keberadaan organisasi dan

kelembagaan masyarakat setempat khususnya yang bergerak di sektor

perikanan dan memahami efektifitas organisasi dan lembaga-lembaga

tersebut. Beberapa aspek yang perlu dianalisis antara lain adalah mengenai

keanggotaan dan pembentukan kepengurusan, serta penyusunan peraturan

dan prosedur serta kepatuhan anggota terhadap peraturan dan prosedur

dalam organisasi atau lembaga tersebut.

4.1.2 Identifikasi Kesiapan Program Kemitraan

4.1.2.1 Persyaratan Calon Mitra

Persyaratan minimal calon mitra penerima manfaat Subzona adalah

kelompok atau kelembagaan masyarakat yang memiliki badan hukum, serta

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Mekanisme rekrutmen

anggota, keanggotaan dan kepengurusan didalam kelompok atau organisasi

juga harus diatur dengan baik dan jelas.

4.1.2.2 Penguatan Kelembagaan Kelompok Masyarakat Mitra

Bagi kelompok masyarakat yang sudah mengajukan sebagai calon mitra

namun dinilai belum memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditentukan,

maka unit organisasi pengelola KKP dapat membantu, membimbing dan

memperkuat kelompok tersebut agar dapat memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan. Dalam membantu kelompok tersebut, pengelola kawasan

dapat berkerjasama dengan pihak lain yang berkompeten.

Bagi KKP yang mempunyai potensi pembentukan Subzona penangkapan

ikan, Unit Organisasi Pengelola KKP secara aktif mendorong terbentuknya

kelompok masyarakat untuk mengajukan pembentukan Subzona. Kelompok

tersebut dapat dibentuk sesuai dengan konteks sosial, hukum, dan politik

setempat. Berikut adalah proses yang dapat dilalui dalam memfasilitasi

pembentukan kelembagaan kelompok masyarakat:

1. Mengidentifikasi pemangku kepentingan utama perikanan. Dalam

langkah ini, dilakukan pemetaan pemangku kepentingan perikanan

dengan mengidentifikasi siapa saja pengguna sumber daya ikan serta

hubungan keterkaitan mereka satu dengan lainnya.

2. Melakukan penjangkauan. Unit organisasi pengelola KKP menjangkau

masing-masing kelompok pemangku kepentingan yang relevan untuk

mengkomunikasikan konsep dan ide sebuah organisasi yang akan

menjadi mitra dalam pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan.

Perlu pula dijelaskan tentang peran dan tanggung jawab dari organisasi

yang akan dibentuk dalam kerangka kemitraan, termasuk dalam

pemanfaatan Subzona di dalam kawasan konservasi.

Page 18: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

18

3. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan masyarakat luas

memperkenalkan organisasi yang akan dibentuk.

4. Menominasikan dan menentukan kelompok-kelompok masyarakat yang

akan menjadi anggota organisasi.

5. Menyusun aturan main organisasi, termasuk AD/ART dalam kerangka

kemitraan dengan unit pengelola kawasan yang akan dibentuk.

6. Melegalisasi orgnanisasi masyarakat yang dibentuk sesuai dengan

prosedur yang berlaku.

Kriteria keanggotaan kelompok atau organisasi yang akan dibentuk

harus jelas dan disusun melalui proses yang transparan dan berkeadilan.

Anggota-anggota hendaknya mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi

yang sama yaitu memanfaatkan sumber daya perikanan untuk pemenuhan

kebutuhan hidup dan sumber mata pencaharian. Persyaratan keanggotaan

dapat ditentukan oleh Rapat Anggota dan diketahui oleh unit organisasi

pengelola kawasan konservasi.

Beberapa kriteria dasar keanggotaan meliputi:

Penduduk setempat;

Nelayan atau pemanfaat sumber daya laut lainnya;

Berpartisipasi dalam upaya pelestarian KKP;

Memiliki ikatan sejarah dan/atau budaya dengan masyarakat dan

lingkungan sekitar KKP;

Memiliki keanggotaan dalam suatu organisasi yang sudah ada (nelayan,

masyarakat, atau kekerabatan);

Memiliki hubungan dengan sumber daya dan/atau berada dekat sumber

daya;

Patuh terhadap peraturan kelompok pengelola.

Kelompok mitra pengelola harus menetapkan persyaratan yang ketat

untuk memastikan komitmen dari seluruh anggotanya agar patuh terhadap

berbagai aturan dan kesepakatan yang telah dibuat dengan unit pengelola

kawasan. Jumlah anggota suatu kelompok atau organisasi dapat ditentukan

berdasarkan potensi dan karakteristik stok sumber daya yang dikelola dan

peran dari masing-masing anggota.

4.1.3 Penentuan Tujuan Pengelolaan Subzona untuk Kegiatan

Penangkapan Ikan oleh Masyarakat Lokal dan Tradisional Melalui

Program Kemitraan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan tujuan

pemanfaatan Subzona bersama dengan para pemangku kepentingan terkait.

Tujuan pemanfaatan mempertimbangkan perpaduan aspek ekologi, sosial

dan ekonomi secara berimbang. Tujuan pemanfaatan dirumuskan melalui

berbagai pertemuan, diskusi dan konsultasi dengan melibatkan paling tidak

Page 19: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

19

para ahli yang kompeten dibidang perikanan, lingkungan, sosial dan

ekonomi.

Penentuan tujuan harus memadukan antara data/informasi ilmiah

mengenai kondisi perikanan dan lingkungannya dengan: a) kondisi setempat

saat itu dan yang akan datang berdasarkan pengamatan empiris, b) hal-hal

yang bersifat praktis terkait kondisi dan tingkah laku jenis perikanan yang

akan dikelola, c) kesadaran akan pentingnya konservasi sumber daya ikan,

dan d) hal-hal terkait lainya yang sifatnya dinamis. Tujuan pemanfaatan

Subzona tidak boleh bertentangan dengan visi-misi KKP sebagaimana tertera

dalam Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP.

4.1.3.1 Aspek Sumber Daya Kawasan

Dari aspek biologis, tujuan utama pemanfaatan Subzona ditekankan

pada upaya menghentikan penangkapan ikan berlebihan (overfishing),

meningkatkan jumlah populasi/stok ikan yang sudah berkurang dan

mencegah terjadinya penangkapan ikan yang bukan sasaran utama (non-

target). Tujuan ini penting untuk memastikan keberlanjutan sumber daya

sekaligus memperkuat insentif upaya konservasi sumber daya ikan secara

permanen.

Dari aspek ekologis, tujuan Subzona ditekankan pada upaya untuk

melindungi fungsi ekosistem (terumbu karang, padang lamun, bakau) yang

ada dan habitat penting bagi ikan (lokasi memijah, pembesaran, mencari

makan, ruaya, dan lain-lain). Secara ideal luasan Subzona harus meliputi

bagian dari keseluruhan habitat penting tersebut untuk memastikan

perlindungan menyeluruh sumber daya ikan disetiap fase kehidupannya.

4.1.3.2 Aspek Sosial Budaya dan Ekonomi

Tujuan pengelolaan dari aspek sosial menitik beratkan pada

pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan bagi nelayan subsisten

atau skala kecil setempat dengan azas keadilan dan pelestarian karakter dan

budaya setempat. Harus dipastikan bahwa manfaat sebesar-besarnya

diutamakan bagi masyarakat yang secara historis dan turun temurun telah

memanfaatkan sumber daya ikan pada area penangkapan di dalam KKP.

Tujuan pengelolaan juga harus dapat membuka peluang alternatif pekerjaan,

menjamin pendapatan anggota kelompok dan memberikan kemudahan

terhadap akses pasar, serta menjaga ketahanan pangan termasuk manfaat

non-perikanan seperti: peningkatkan status sosial, pendanaan pendidikan,

perawatan kesehatan dan penyediaan infrastruktur penunjang lainnya.

Tujuan pengelolaan dari aspek ekonomi dititik beratkan pada hal-hal

seperti:

a) peningkatan pendapatan dan keuntungan masyarakat,

b) pengurangan kelebihan kapitalisasi (over-capitalization) usaha perikanan,

dan

Page 20: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

20

c) dukungan keberlanjutan usaha perikanan tangkap untuk jangka panjang.

Pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan harus menjamin

kepentingan kolektif masyarakat dengan mendistribusikan manfaat dari

pengelolaan sumber daya perikanan secara adil. Masyarakat harus

mendapatkan jaminan bahwa manfaat dan keuntungan yang diperoleh

melalui upaya pengelolaan saat ini, tetap akan menjadi hak mereka di masa

yang akan datang. Dengan demikan masyarakat mendapat insentif untuk

terus mengelola sumber daya ikan secara bersama-sama dan berkelanjutan.

Perhatian juga harus diberikan pada peningkatan kualitas maupun nilai

tambah perikanan pasca panen. Selain itu, pengelolaan rantai produksi,

rantai pasokan maupun rantai pasar yang tepat akan dapat meningkatkan

keuntungan bagi kelompok masyarakat penerima manfaat Subzona.

4.1.3.3 Aspek Kelembagaan

Tujuan pengelolaan dari aspek regulasi dan kelembagaan harus

menekankan pada kejelasan terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. batas Subzona yaitu ada kejelasan batas pengelolaan yang mengandung

sumber daya ikan yang bernilai bagi kelompok masyarakat;

2. rincian tentang hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang, termasuk

aturan kapan, dimana, bagaimana dan siapa yang boleh menangkap

ikan;

3. jaminan dan perlindungan terhadap manfaat yang diperoleh serta

kejelasan lingkup hak dan kewajiban dalam kemitraan;

4. organisasi, lembaga atau kelompok yang dibentuk harus berbadan

hukum, memiliki otoritas dari anggota kelompoknya, serta memiliki

mekanisme pengambilan keputusan yang akuntabel dan transparan;

5. kejelasan sanksi yang akan dikenakan terkait dengan pelanggaran

aturan perundangan, pelanggaran kesepakatan dalam kemitraan,

ataupun kegagalan pencapaian tujuan pengelolaan yang telah

ditetapkan bersama;

6. mekanisme pemantauan dan evaluasi oleh unit pengelola yang

menjamin efektifitas dan efisiensi pengelolaan kawasan oleh kelompok

masyarakat.

4.1.4 Penentuan Jenis Ikan yang akan Dikelola

Penentuan jenis sumber daya ikan utama dapat dilakukan berdasarkan

beberapa kriteteria yang dianggap penting oleh pengelola kawasan, seperti

misalnya, nilai ekonomis dan sosial spesies ikan dan tingkat kerentanan

spesies ikan. Ikan-ikan ekonomis penting seperti kerapu dan kakap biasanya

menjadi target utama tangkapan masyarakat, sehingga rentan terhadap

ancaman tangkap lebih. Demikian pula dengan rajungan, teripang dan lola

Page 21: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

21

yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan-ikan ekonomis penting sudah tentu

menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan masyarakat sehingga

perlu dijamin kelestariannya.

Jenis ikan yang dikelola dapat berupa satu jenis (spesies) ikan saja atau

beberapa jenis (spesies) ikan, tergantung pada tujuan pengelolaan dan

karakteristik sumber daya yang ada. Spesies ikan yang dimaksud termasuk

ikan yang berenang bebas (fin-fish) dan hewan yang pergerakannya relative

terbatas di dasar laut (seperti kekerangan, udang, teripang, rajungan, lola,

dll).

4.1.5 Penentuan Batas dan Luasan

Tahapan ini dimaksudkan untuk menentukan batas-batas dan luasan

Subzona. Batas Subzona dicantumkan dalam koordinat posisi geografis pada

peta kawasan konservasi perairan. Untuk mendukung kemudahan

pelaksanaan dan pengawasan, batas-batas harus mudah diidentifikasi dan

diketahui. Beberapa batas penanda yang dapat digunakan antara lain titik

koordinat pada GPS, mengambil titik ikat dari alam atau penanda buatan

manusia, menarik jarak tertentu terhadap daratan, menggunakan garis

lurus, menggunakan kontur kedalaman atau mengikuti keberadaan terumbu

karang tepi, seperti pada gambar 2 di bawah ini.

Sumber (Poon, S. E. and Bonzon, K. (2013).

Gambar 3. Contoh model-model penentuan Subzona penangkapan ikan

Penentuan Subzona harus sesuai dengan peruntukan Rencana Zonasi

dan Pengelolaan KKP yang telah ditetapkan. Batas Subzona bisa diseluruh

atau sebagian zona perikanan berkelanjutan tergantung dari luasan KKP,

luasan zona perikanan berkelanjutan, atau pertimbangan ekologis dan

biologis target sumber daya ikan yang hendak dikelola, serta kompleksitas

kegiatan perikanan target. Subzona sebaiknya berada dekat dengan

pemukiman atau mudah untuk dijangkau oleh kelompok masyarakat

sehingga pemanfaatan sumber daya ikan dapat dilakuan dengan biaya relatif

Page 22: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

22

murah dan efisien. Selain itu lokasi yang mudah dijangkau akan

memudahkan pengawasan oleh kelompok masyarakat tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan batas-batas Subzona

adalah sebagai berikut:

1. Sebagian atau seluruh zona perikanan berkelanjutan kawasan

konservasi perairan

2. Mempertimbangkan jangkauan dan kapasitas pengelolaan

masyarakat

3. Batas-batas geografis harus mudah diketahui dan diidentifikasi

4. Mencakup keseluruhan atau sebagian besar habitat penting

sumber daya ikan target.

5. Memperhitungkan lokasi-lokasi penting seperti tempat pendaratan

ikan, lokasi pelelangan, pelabuhan, pengolahan dan pusat

distribusi.

6. Berdekatan atau berdampingan dengan zona inti untuk

memanfaatkan secara optimal limpahan ikan yang dihasilkan.

Subzona harus ditentukan dan disepakati melalui kesepakatan

bersama masyarakat. Sebelum kesepakatan bersama ini ditandatangani oleh

seluruh komponen masyarakat yang mewakili, terlebih dahulu batas-batas

Subzona tersebut disetujui dan divalidasi terlebih dahulu oleh unit organisasi

pengelola dengan mengacu pada rencana zonasi KKP. Kesepakatan bersama

ini dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan Bersama, ditandatangani

dan disaksikan oleh kepala desa/kampung, tokoh agama, toko masyarakat,

tokoh pemuda, kelompok masyarakat pengelola dan lainnya. Berita Acara ini

menjadi bagian dari keseluruhan dokumen kerjasama kemitraan antara

kelompok masyarakat dengan unit organisasi pengelola KKP.

4.2 Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan

Untuk memastikan kelancaran pelaksanaan dan evaluasi Subzona perlu

disusun sebuah rencana kerja pengelolaan Subzona. Rencana kerja disusun

oleh kelompok masyarakat mitra dipandu oleh unit organisasi pengelola KKP.

Rencana kerja tersebut menggambarkan kondisi sumber daya ikan di

Subzona, termasuk status stok perikanan, tujuan pelaksanaan pengelolaan,

hak dan kewajiban anggota, kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan

dalam waktu tertentu, serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam

dokumen rencana kerja juga berisi indikator-indikator capaian dan strategi-

strategi pencapaian tujuan, termasuk bagaimana memastikan kepatuhan

terhadap seluruh aturan dan rencana pelaksanaan pengelolaan Subzona

tersebut. Dokumen rencana kerja pengelolaan wilayah kelola perikanan

masyarakat paling sedikit mencakupi hal-hal sebagai berikut:

Page 23: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

23

1. Opsi-opsi pendekatan pengelolaan perikanan (pengaturan jenis dan

ukuran unit penangkapan ikan, jumlah unit penangkapan ikan yang

diperbolehkan, ukuran dan jumlah ikan yang boleh ditangkap, waktu

dan lokasi penangkapan, dan lain sebagainya yang sesuai dengan

kondisi perikanan setempat).

2. Tentang organisasi pemanfaatan Subzona (bentuk organisasi,

mekanisme pengambilan keputusan, struktur organisasi,

keanggotaan, dan lain-lain).

3. Rencana kerja beserta indikator capaian yang terukur dengan tata

waktu yang jelas sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama,

termasuk pelaksanaan rencana kerja pemantauan dan evaluasi.

4. Mekanisme pengawasan, penegakan hukum dan sanksi bagi

pelanggaran yang ditemukan.

5. Kesepakatan-kesepakatan antara kelompok masyarakat pengusul

jika ada.

6. Biaya yang dibutuhkan dan sumber pendanaan yang diharapkan.

4.3 Penilaian Dokumen Rencana Pengelolaan

4.3.1 Pembentukan Kemitraaan

Proses dan kriteria penilaian usulan pemanfaatan Subzona melalui

perjanjian kemitraanakan dirinci lebih lanjut sebagai acuan bagi unit

organisasi pengelola KKP. Pemanfaatan Subzona melalui perjanjian

kemitraan dilakukan melalui mekanisme Perjanjian Kemitraan antara unit

organisasi pengelola dengan kelompok masyarakat yang telah memenuhi

syarat. Perjanjian Kemitraan ini menjadi dasar bagi unit organisasi pengelola

dalam memberikan manfaat Subzona dan dasar bagi kelompok masyarakat

yang hidup didalam atau sekitar KKP untuk berpartisipasi aktif dalam

pengelolaan Subzona.

Adapun mekanisme dalam membentuk kemitraan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Unit organisasi pengelola KKP mengusulkan program kemitraan kepada

kelompok masyarakat atau sebaliknya kelompok masyarakat

mengusulkan program kemitraan pengelolaan perikanan kepada unit

organisasi pengelola KKP

2. Apabila usulan program kemitraan ini disepakati kedua belah pihak, maka

selanjutnya disusun rencana kerja pengelolan melalui tahapan-tahapan

yang telah dijelaskan dalam pedoman ini yang kemudian dituangkan

dalam sebuah Perjanjian Kemitraan.

3. Perjanjian kemitraan ditandatangani oleh kepala satuan unit organisasi

pengelola dengan ketua organisasi atau kelompok masyarakat pengelola

kawasan yang dibentuk oleh kelompok masyarakat.

Page 24: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

24

4. Kepala satuan unit organisasi pengelola sebelum melakukan

penandatangan Perjanjian Kemitraan wajib melaporkan kepada Direktur

Jenderal atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.

Muatan perjanjian kemitraan antara unit organisasi pengelola KKP

dengan kelompok masyarakat penerima manfaat Subzona paling sedikit

memuat perihal sebagai berikut:

1. Bentuk dan status hukum kelompok masyarakat penerima manfaat

Subzona;

2. Keanggotaan kelompok-kelompok masyarakat dalam kelompok

masyarakat penerima manfaat Subzona;

3. Program Kemitraan;

4. Hak dan Kewajiban para pihak;

5. Jangka waktu dan pembiayaan;

6. Pelaporan dan pemantauan;

7. Penyelesaian perselisihan; dan

8. Pemutusan hubungan kerjasama.

Sebagai pelengkap perjanjian kemitraan pemanfaatan Subzona, para

pihak harus melampirkan Dokumen Rencana Kerja Subzona yang telah

disusun dan disepakati bersama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

perjanjian kemitraan dimaksud.

4.3.2 Pengesahan Rencana Pengelolaan

Proses pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan harus

dilaksanakan secara adil dan transparan untuk meminimalkan potensi

konflik sosial dan mendapat dukungan dari masyarakat. Keputusan diambil

dengan mempertimbangkan: (a) riwayat pemanfaatan daerah penangkapan

ikan, (b) masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, (c)

persyaratan hukum dalam pemanfaatan Subzona melalui perjanjian

kemitraan, (d) profil ekologis, sosial, ekonomi, dan kelembagaan setempat

yang ada, dan (f) semua potensi konflik pemanfaatan sumber daya yang ada.

4.3.3 Syarat dan Ketentuan Pelaksanaan Program Kemitraan

Dalam ketentuan dan persyaratan dalam pemanfaatan Subzona melalui

perjanjian kemitraan diatur hal-hal sebagai berikut:

4.3.3.1 Jenis dan Skala Usaha

Jenis dan skala usaha penangkapan ikan di dalam Subzona hanya

diperuntukan bagi kegiatan penangkapan ikan dengan skala subsisten

(untuk mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari), dan/atau skala perikanan

kecil dengan maksimum ukuran kapal penangkap ikan tidak melebihi 10 GT.

Metoda penangkapan ikan yang diperbolehkan adalah metoda penangkapan

Page 25: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

25

ikan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak

bersifat merusak lingkungan dan sesuai dengan kesepakatan antara

kelompok masyarakat dengan unit organisasi pengelola KKP.

4.3.3.2 Lokasi

Subzona penangkapan ikan hanya dapat diberikan di dalam zona

perikanan berkelanjutan di dalam KKP dengan memperhatikan keberadaan

zona inti dan kesesuaiannya dengan zona-zona lain di sekelilingnya. Lokasi

dan luasan Subzona disesuaikan dengan pertimbangan ilmiah, kondisi

sumber daya dan habitat, praktek penangkapan ikan saat ini, dan kapasitas

mitra kelompok masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari Subzona.

4.3.3.3 Jangka Waktu

Jangka waktu pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan

mempertimbangkan lama waktu yang adil bagi kelompok masyarakat

penerima untuk mengelola, memanfaatkan sekaligus menikmati manfaat

dari upaya yang mereka lakukan untuk melindungi dan memanfaatkan

sumber daya ikan secara lestari. Tergantung dari jenis target sumber daya

yang hendak dikelola, jangka waktu pemanfaatan Subzona melalui perjanjian

kemitraan paling lama 15 tahun dan setiap 5 tahun dilakukan evaluasi.

Jaminan jangka waktu yang panjang juga akan membangun

kepercayaan sekaligus ikatan sosial yang semakin baik antar kelompok-

kelompok masyarakat dan unit pengelola KKP untuk mencapai tujuan

bersama efektifitas pengelolaan kawasan konservasi perairan. Di sisi lain

jaminan jangka waktu yang panjang memungkinkan untuk melakukan

berbagai inovasi pengelolaan guna lebih menjamin keberlanjutan sumber

daya perikanan.

4.3.3.4 Bentuk Pelaksanaan Kemitraan

Pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan diberikan dalam

bentuk perjanjian kemitraan antara unit organisasi pengelola KKP dengan

kelompok masyarakat yang telah memenuhi syarat.

4.3.3.5 Hak dan Kewajiban Masing-Masing Pihak

Unit organisasi pengelola KKP:

a) penentuan Subzona di dalam zona perikanan berkelanjutan;

b) melakukan pemantauan dan evaluasi berkala;

c) melakukan pengawasan dan penegakan hukum; dan

d) menjamin pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan yang telah

disepakati.

Kelompok masyarakat penerima manfaat Subzona:

Page 26: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

26

a) mengelola kegiatan penangkapan ikan sesuai perjanjian kemitraan;

b) melakukan pemantauan dan melaporkan kegiatan penangkapan ikan

yang melanggar hukum dan/atau melanggar perjanjian kemitraan; dan

c) menjalankan rencana pengelolaan perikanan, termasuk ketentuan jenis

alat tangkap yang dipergunakan sesuai dengan perjanjian kemitraan yang

telah disepakati.

Para mitra bersama-sama melaksanakan rencana pengelolaan Subzona

sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing. Dalam

pelaksanaannya, unit organisasi pengelola KKP melakukan pembinaan

terhadap kelompok masyarakat mitra antara lain dalam bentuk bimbingan,

dukungan, sosialisasi, dan/atau penyuluhan pengelolaan KKP, pengelolaan

perikanan, dan lainnya.

4.4 Pelaksanaan Kemitraan

Tahap pelaksanan merupakan tahapan implementasi dari perencanaan

pengelolaan Subzona. Dalam tahapan ini, kegiatan yang harus dilakukan

meliputi monitoring, pengawasan, evaluasidan inovasi.

4.4.1 Monitoring Pelaksanaan Kemitraan

4.4.1.1Monitoring Kondisi Sumber Daya Ikan

Monitoring kondisi sumber daya ikan secara umum bertujuan untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan dan kondisi sumber daya ikan antar waktu

khususnya didalam Subzona yang dimanfaatkan. Indikator pemanfaatan dan

kondisi sumber daya ikan yang bisa dipergunakan antara lain hasil

tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE - catch per unit effort) dan

rasio potensi memijah (spawning potential ratio / SPR). Contoh metode

monitoring sumber daya ikan dapat dilihat pada berbagai panduan umum

monitoring sumber daya ikan yang telah ada.

Inovasi dan perbaikan pengelolaan perikanan di Subzona mutlak harus

terus menerus dilaksanakan melalui antara lain penelitian yang tersusun

dan terencana dengan baik. Inovasi dalam pemanfaatan sumber daya terkait

dengan pembatasan jumlah tangkapan dan pengembangan alat tangkap

yang ramah lingkungan dengan tetap memperhatikan tujuan konservasi dan

kesejahteraan masyarakat. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber

daya ikan yang lestari diperlukan antara lain:

Peningkatan sistem pengelolaan (management), kebijakan, pemantauan

(monitoring), pengawasan (surveillance), pengendalian (controlling)

secara terpadu dan menyeluruh terhadap seluruh kegiatan perikanan

tangkap di Subzona,

Penerapan prinsip-prinsip perikanan tangkap yang bertanggung jawab

dan lestari,

Peningkatan taraf hidup anggota kemitraan,

Page 27: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

27

Penggunaan aplikasi teknologi informasi untuk memantau kegiatan,

musim, harga dan lain sebagainya.

4.4.1.2 Monitoring Sosial Budaya Dan Ekonomi

Monitoring aspek sosial ekonomi bertujuan untuk mengukur perubahan

(perbaikan) tingkat perekonomian kelompok masyarakat mitra termasuk juga

kepatuhan masyarakat terhadap peraturan (zona larang ambil) yang

ditetapkan didalam KKP secara umum dan Subzona yang dimanfaatkan

secara khusus. Tehnik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan

kuesioner survei dan metode pengamatan langsung. Contoh metode

monitoring aspek sosial ekonomi dan kepatuhan dapat dilihat pada berbagai

panduan umum montoring yang telah ada.

4.4.2 Pengawasan dan Penegakan Hukum

Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan aturan-aturan atau

kesepakatan-kesepakatan yang disepakati dan ditetapkan dalam pengelolaan

perikanan di dalam Subzona. Kesepakatan ini dapat berupa kesepakatan

yang dibuat antara unit organisasi pengelola dengan masyarakat atau

kesepakatan diantara masyarakat pengelola yang memperoleh manfaat.

Perihal yang diawasai berupa antara lain: apakah masyarakat pengakses

Subzona merupakan anggota atau bukan, apakah kuota dan alat tangkap

yang digunakan sesuai dengan yang ditentukan, apakah ada pelanggaran-

pelanggaran didalam pemanfaatan Subzona, dan lain-lain.

Pengawasan dilakukan oleh unit organisasi pengelola kawasan

konservasi perairan, kelompok masyarakat dan/atau secara bersama-sama.

Pelanggaran terhadap aturan dan kesepakatan dapat diselesaikan ditingkat

kelompok masyarakat, pemerintahan desa, unit organisasi pengelola atau

penegak hukum. Pilihan penyelesaian masalah ini tergantung dari tingkatan

dan skala masalah yang ditemui.

4.4.3 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan

Evaluasi efektivitas pelaksanaan kemitraan dititikberatkan pada

evaluasi terhadap pelaksanaan rencana kerja pengelolaan Subzona. Hal-hal

yang dievaluasi termasuk diantaranya: dampak pelaksanaan kemitraan,

ketercapaian atau ketidaktercapaian tujuan yang ditetapkan, serta umpan

balik terhadap perbaikan rencana kerja. Tingkat efektivitas pelaksanaan

program kemitraan merupakan presentase dari realisasi target (sasaran)

terhadap keseluruhan target (sasaran) yang telah ditetapkan bersama.

Pelaksanaan evaluasi rencana kerja dilakukan dengan memperhatikan

tujuh langkah berikut:

1) Menentukan tujuan evaluasi.

Page 28: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

28

Aspek ini mencakupi penentuan untuk apa evaluasi dilakukan. Tujuan

harus ditentukan dengan singkat dan jelas serta dipahami bersama.

Sebagai contoh, tujuan bisa berupa upaya untuk mengetahui dampak

pengelolaan Subzona di zona perikanan berkelanjutan secara

keseluruhan atau hanya untuk mengetahui capaian pelaksanaan suatu

kegiatan yang tertera pada rencana kerja.

2) Menyusun desain evaluasi.

Desain evaluasi termasuk penyusunan kuesioner survei, penentuan

enumerator lapangan serta metoda pengumpulan data. Bisa juga data

dan informasi dikumpulkan melalui laporan atau dokumen-dokumen

yang telah dipublikasikan sebelumnya.

3) Mendiskusikan rencana pelaksanaan evaluasi.

Rencana evaluasi perlu disepakati tahapan pelaksanaannya, karena akan

terkait antara lain dengan tata waktu, biaya, tahapan, metode, dan

sumber perolehan data dan informasi.

4) Menentukan pelaku evaluasi.

Memastikan siapa saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas masing-

masing tahapan pelaksanaan kegiatan evaluasi.

5) Melaksanakan evaluasi.

Pelaksanaan evaluasi dilakukan dalam rentang waktu tertentu dan

sesuai dengan rencana kerja pengelolaan.

6) Mendesiminasikan hasil evaluasi.

Hasil evaluasi sebaiknya disebarluaskan ke pihak terkait, sehingga dapat

menjadi dasar pihak lain untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dan

mendorong partisipasi aktif pemangku kepentingan lainnya dalam upaya

pengelolaan perikanan.

7) Menggunakan hasil evaluasi.

Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, salah

satunya sebagai acuan untuk perbaikan rencana pengelolaan Subzona

dan/atau rencana kerja kemitraan selanjutnya.

Pelaksanaan evaluasi efektivitas rencana kerja dilakukan untuk

meningkatkan kinerja pengelolaan Subzona yang dimitrakan. Pelaksanaan

waktu evaluasi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu 1) evaluasi per enam

bulan, bertujuan untuk mengetahui perkembangan kegiatan pengelolaan

yang telah dilakukan, 2) evaluasi per tahun, bertujuan untuk mengetahui

capaian yang telah dilaksanakan sehingga hasil evaluasi dapat digunakan

untuk membantu perencanaan kegiatan tahun berikutnya.

Page 29: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

29

Page 30: LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL · PDF fileKriteria ekologi meliputi berbagai aspek termasuk keanekaragaman hayati, kealamian, ... Suaka Alam Perairan (SAP) dan Suaka Perikanan

30

BAB 5. PENUTUP

Pedoman ini disusun dalam rangka mendukung upaya pengelolaan

efektif kawasan konservasi perairan di Indonesia baik yang dikelola oleh

pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu pendekatan pengelolaan yang

baik adalah dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar

kawasan konservasi untuk berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam

kegiatan-kegiatan pengelolaan kawasan konservasi. Pelibatan lembaga

kelompok masyarakat melalui kemitraan dapat dibangun dalam

pemanfaatan sumber daya perikanan secara berkelanjutan di dalam

kawasan konservasi. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan

panduan kepada unit pengelola kawasan konservasi khususnya dalam

mengelola sumeberdaya ikan yang terdapat di dalam zona pemanfaatan

melalui pemanfaatan Subzona penangkapan ikan kepada masyarakat yang

telah memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan oleh

panduan ini.

Pemanfaatan Subzona dalam kawasan konservasi secara formal

kepada lembaga kelompok masyarakat melalui perjanjian kemitraan

merupakan sebuah terobosan inovatif dalam pengelolaan bersama (co-

management) kawasan konservasi perairan di Indonesia. Pedoman ini

berupaya untuk mencakupi segala hal yang diperlukansesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki saat inidalam mewujudkan pendekatan

pemanfaatan Subzona tersebut di atas. Meskipun demikian, disadari bahwa

pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan dan harus diperlakukan sebagai

dokumen yang perlu terus disempurnakan setiap waktu dirasa perlu.

Beberapa panduan kegiatan lain yang belum tercakupi dan merupakan

bagian penting untuk mendukung keberhasilan pengelolaan perikanan

dalam kawasan konservasi sebagaimana disebutkan dalam pedoman ini

harus segera disusun. Panduan tersebut dapat disusun bersama-sama

dengan mitra penerima manfaat Subzona agar dapat dipahami dan

diterapkan dengan baik di lapangan.

DIREKTUR JENDERAL

PENGELOLAAN RUANG LAUT,

BRAHMANTYA SATYAMURTI POERWADI

Lembar Pengesahan

No. Jabatan Paraf

1. Sekretaris Ditjen PRL

2. Direktur KKHL

3. Kabag Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi