Lampiran I Nomor 1 Tahun 2011
-
Upload
joni-supriadi-yusuf -
Category
Documents
-
view
105 -
download
1
description
Transcript of Lampiran I Nomor 1 Tahun 2011
1
SALINAN
LAMPIRAN INSTRUKSI MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 6 OKTOBER 2011
RENCANA AKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK MEWUJUDKAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN OPINI WAJAR TANPA
PENGECUALIAN (WTP) TAHUN ANGGARAN 2011
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kabinet Indonesia Bersatu II telah berkomitmen bahwa pada tahun 2012
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) harus mendapat Opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP). Hal tersebut telah direspon dalam Renstra
Kementerian Pendidikan Nasional dengan sasaran strategis mewujudkan
Laporan Keuangan Kemdiknas mendapat Opini WTP mulai tahun 2012.
Pada tahun 2007 Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional
mendapat opini disclaimer dari BPK-RI, kemudian berturut-turut pada tahun
2008 dan 2009 mengalami peningkatan derajat opini menjadi Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) dan terakhir yaitu pada tahun 2010 turun kembali
menjadi disclaimer.
Dengan memperhatikan keadaan di atas Kementerian Pendidikan Nasional
beserta seluruh jajarannya baik di pusat maupun di daerah bertekad dengan
sungguh-sungguh untuk meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
BPK-RI tahun 2012 atas Laporan Keuangan tahun anggaran 2011.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Aksi Mewujudkan Laporan Keuangan
Kemdiknas dengan Opini WTP tahun 2011 adalah untuk memberikan
arahan dalam peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang (KPA/B), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan seluruh fihak yang
terkait dengan pengelola keuangan di lingkungan Kemdiknas baik di pusat
maupun di daerah.
Salah satu indikator bahwa keuangan telah dikelola secara akuntabel adalah
laporan keuangan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
BPK-RI. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dapat diperoleh jika laporan
keuangan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Laporan keuangan disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai.
2) Laporan keuanagan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
3) Laporan keuangan bebas dari salah saji material
2
4) Pengungkapan atas laporan keuangan telah dilakukan dengan memadai
atau penjelasan penting telah dibuat dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK)
5) Pengelolaan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (Taat Kepada Aturan)
3. Landasan Hukum.
1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi Instansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
7) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemeritah.
8) Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Kabinet Indonesia
Bersatu II;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelengaraan Pendidikan;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah
11) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
12) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kementerian Pendidikan
Nasional;
13) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Percepatan Peningkatan kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara
II . Laporan Keuangan Kemdiknas dan Permasalahannya
1. Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional
Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional terdiri dari :
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2) Neraca
3) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan keuangan tersebut disusun secara berjenjang dimulai dari
penyusunan laporan keuangan pada tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
3
Anggaran/Barang (UAKPA/B) baik yang ada di pusat maupun UAKPK/B yang
ada di daerah, kemuadian digabungkan di tingkat provinsi oleh Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W), digabungkan
kembali pada tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang
tingkat Eselon 1 (UAPPA/B-Eselon 1) dan terahir digabungkan pada tingkat
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) Kementerian.
Secara hirargis tahapan penyuasunan laporan keuangan dapat digambarkan
dalam skema sebagai berikut :
3
TAHAPAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Tingkat Kementerian Negara/Lembaga
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA)
Tingkat Eselon 1
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon 1
(UAPPA-E1)
Tingkat Wilayah
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah
(UAPPA-W)
Tingkat Satuan Kerja
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
2. Permasalahan Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun angaran 2010
Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional tahun anggaran 2010
mendapat opini Disclaimer dari BPK-RI dengan permasalahan antara lain
sebagai berikut :
1. Masih terdapat PNBP di Perguruan Tinggi yang dikelola di luar mekanisme APBN dan tidak dipertanggungjawabkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
2. Masih terdapat penerimaan yang bersumber dari dana APBN belum dapat ditelusuri dokumen sumbernya.
4
3. Adanya indikasi duplikasi pencatatan (double counting) peneriman dalam Laporan Keuangan Kemendiknas 2010.
4. Belum mencatat dan melaporkan hibah yang diterima 5. Belum memiliki dokumen yang lengkap mengenai jumlah keseluruhan
hibah yang diterima pada Tahun 2010. 6. Masih ada realisasi belanja yang belum dapat diyakini kewajarannya
karena merupakan belanja hibah yang belum diterbitkan surat perintah pengesahan dan pembukuannya dari DJPU,
7. Pembayaran honor dan perjalanan dinas ganda tidak diyakini kebenarannya, dan masih ada belanja bantuan sosial yang tidak tersalurkan (mengendap di pihak ketiga) belum disetor ke Kas Negara.
8. Terdapat nilai piutang dari kegiatan operasional pada tiga PTN BLU yang di uji petik belum disajikan dalam Neraca.
9. Rekomendasi BPK-RI untuk menyusun Standard Operating Procedure (SOP) pencatatan dan pengelolaan piutang pendidikan di lingkungan PTN belum selesai dibuat.
10. Terdapat persediaan buku dan peralatan praktek yang tidak dilaporkan di Neraca.
11. Tidak melakukan pencatatan atas persediaan dan nilai persediaan yang disajikan di Neraca tidak berdasarkan hasil inventarisasi fisik.
12. Saldo aset tetap tidak dapat diyakini kewajarannya karena adanya selisih antara SAK dan SIMAK BMN .
13. Tunjangan profesi dan tagihan beasiswa belum dibayar.
III. Rencana Aksi Kementerian Pendidikan Nasional Mewujudkan Laporan
Keuangan Meraih Opini WTP Tahun Anggaran 2011.
Untuk meraih opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK-RI atas laporan
keuangan Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2012 untuk tahun anggaran
2011 telah disusun rencana aksi yang harus dilaksanakan oleh para fihak terkait
di lingkungan Kemdiknas. Rencana aksi ini melalui dua pendekatan sebagai
berikut :
1. Rencana Aksi Melalui Implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (Peraturan Pemerintah Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendlian Intern Pemerintah).
Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian
intern (SPI) yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
5
Untuk mewujudkan SPI di lingkungan Kemdiknas, setiap Unit Utama beserta
jajarannya harus membangun SPI yang terdiri dari lima unsur sebagai
berikut :
1) Membangun Lingkungan Pengendalian
2) Melakukan Penilaian Risiko
3) Melakukan Kegiatan Pengendalian
4) Membangun Informasi dan Komunikasi
5) Melakukan Pemantauan Pengendalian Intern
2. Rencana Aksi Melalui Pendekatan Bersifat Praktis.
Rencana aksi melalui pendekatan bersifat praktis disusun berdasarkan
hirargis penyusunan laporan keuangan mulai dari tingkat UAKPA/B di
masing-masin satker sampai dengan penyusunan laporan keuangan pada
tingkat UAPA/B atau kementerian dengan urutan rencana aksi sebagai
berikut :
1) Membangun Komitmen Bersama Untuk Meraih Opini WTP.
Pernyataan komitmen semua jajaran Kemdiknas baik di pusat maupun di
daerah menjadi sangat penting sebagai tekad/motivasi untuk bekerja
keras, cermat, cerdas dan tuntas dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan yang menjadi hambatan dalam meraih opini WTP.
Komitmen ini merupakan soft control yang melekat pada setiap personil
yang ada di Kemdiknas.
2) Tindak Lanjut Temuan BPK-RI Tahun 2010 dan Tahun-tahun
Sebelumnya.
Inspektorat Kemdiknas beserta seluruh Unit Utama dan jajarannya
sedang berupaya untuk mentuntaskan semua temuan audit BPK-RI
tahun 2010, dan sampai dengan tanggal 23 Agustus 2011 temuan audit
BPK-RI tersebut telah selesai 66,69 %. Sedangakan untuk temuan audit
tahun 2009 dan tahun-tahun sebelumnya terus kami upayakan
penyelesaiannya.
3) Rencana Aksi Pada Tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran/Barang (UAKPA/B)
Berdasarkan undang-undang keuangan negara, setiap Unit Akuntansi
diwajibkan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
6
Untuk dapat menyusun laporan keuangan tersebut setiap UAKPA/B baik
di pusat maupun di daerah harus berpedoman pada standar akuntansi
pemerintah dan menggunakan aplikasi sistem akuntansi keuangan (SAK)
yang lazim yang dalam hal ini aplikasinya dikembangkan oleh
Kementerian Keuangan. Selain itu untuk meningkatkan keakuratan
laporan keuangan perlu diperhatikan permasalahan yang selama ini ada
dan melekat pada setiap Akun LRA dan Akun Neraca yang menjadi
temuan BPK-RI. Permasalahan tersebut dan Rencana Aksi untuk
mengatasinya disajikan dalam lampiran-2 dan lampiran-3
4) Rencana Aksi Pada Tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W).
UAPPA/B Wilayah terdapat di setiap provinsi bertugas untuk penyusunan
laporan keuangan gabungan atau mengkompilasikan laporan keuangan
UAKPA/B pada masing-masing daerah yang menjadi tanggungjawabnya,
termasuk didalamnya mengkompilasi laporan keuangan dana
dekonentrasi dan tugas pembantuan yang satkernya ada di pemda.
Selain itu untuk meningkatkan keakuratan laporan keuangan perlu
diperhatikan permasalahan yang selama ini ada dan melekat pada proses
penggabungan laporan keuangan UAKPA yang menjadi temuan BPK-RI.
Permasalahan tersebut dan Rencana Aksi untuk mengatasinya disajikan
dalam lampiran-1.
5) Rencana Aksi Pada Tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B ES-I).
UAPPA/B Eselon I berada di setiap Unit Utama dengan tugas menyusun
laporan keuangan gabungan atau mengkompilasi laporan keuangan
UAPPA/B Wilayah atau mengkompilasi laporan keuangan dari UAKPA/B
yang menjadi tanggungjawabnya. Selain itu untuk meningkatkan
keakuratan laporan keuangan perlu diperhatikan permasalahan yang
selama ini ada dan melekat pada proses penggabungan laporan
keuangan UAPPA yang menjadi temuan BPK-RI . Permasalahan tersebut
dan Rencana Aksi untuk mengatasinya disajikan dalam lampiran-1.
6) Rencana Aksi Pada Tingkat Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran/Barang (UAPA/B).
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) berada di
Sekretaris Jenderal Kemdiknas (Biro Keuangan) dengan tugas
menyusun laporan keuangan gabungan atau mengkompilasi laporan
keuangan UAPPA/B seluruh Eselon I. Laporan keuangan ini merupakan
bentuk akuntabilitas secara utuh dari pengelolaan APBN Kemdiknas baik
7
sisi Penerimaan (PNBP) maupun sisi Belanja yang akan disampaikan
kepada Kementerian Keuangan untuk penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP), dan BPK-RI untuk diaudit. Laporan keuangan
tersebut sebelumnya harus direviu oleh Inspektorat Jenderal untuk
meyakinkan bahwa laporan keuangan telah disusun berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntasi
Pemerintahan (SAP).
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK-RI atas laporan keuangan pada
tahun anggaran 2010 dan beberapa tahun sebelumnya masih ditemukan
permasalahan yang signifikan baik dalam proses akuntansi maupun
subtansi pertanggungjawaban keuangan. Untuk meningkatkan
keakuratan laporan keuangan tersebut perlu diperhatikan permasalahan
yang selama ini ada dan melekat pada proses penggabungan laporan
keuangan UAPPA yang menjadi temuan BPK-RI. Permasalahan tersebut
dan Rencana Aksi untuk mengatasinya disajikan dalam lampiran-1.
7) Peran Inspektorat Jenderal Kemdiknas Dalam Menunjang Opini WTP.
Ada tiga instrumen yang dapat digunakan oleh Inspektorat jenderal untuk
membantu mewujudkan peningkatan kualitas akuntabilitas laporan
keuangan yaitu melalui Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan,
Pengawasan dan Pemeriksaan (Wasrik) baik yang bersifat reguler
maupun khusus dan Reviu atas Laporan Keuangan.
(1) Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan.
Pendampingan penyusunan laporan keuangan dimaksudkan untuk
membantu setiap Unit Akuntansi baik di pusat maupun di daerah
dalam penyusunan laporan keuangan. Kegiatan ini sangat penting
untuk mengatasi permasalahan secara dini yang berkaitan dengan
proses akuntansi penyusunan laporan keuangan. Dengan adanya
pendampingan ini diharapkan kesulitan/permasalahan akuntasi yang
ada di setiap Unit Akuntansi dapat segera diselesaikan.
Pendampingan penyusunan laporan keuangan telah, sedang dan akan
dilaksanakan secara terbatas pada beberapa satker sesuai dengan
tersedianya sumber daya di Inspektorat Jenderal Kemdiknas mulai
bulan Juli 2011 sampai dengan selesainya laporan keuangan pada
Februari 2012. Untuk satker yang penyusunan laporan keuangannya
tidak didampingi Inspektorat Jenderal Kemdiknas, pimpinan satker
yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
8
(2) Pengawasan dan Pemeriksaan.
Pengawasan dan pemeriksaan (wasrik) baik yang sifatnya reguler
maupun bersifat khusus telah, sedang dan akan dilaksanakan mulai
Februari 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Wasrik yang
dilaksanakan pada semester II tahun 2011 difokuskan pada
pengelolaan keuangan satker tahun anggaran 2011 (tahun berjalan)
dengan maksud untuk lebih menjamin subtansi dari akuntabilitas
keuangan Kemdiknas tahun anggaran 2011.
Hasil wasrik segera disampaikan ke setiap satker yang diperiksa untuk
segera ditindaklanjuti jika terjadi permasalahan.
(3) Reviu Laporan Keuangan.
Mandat reviu laporan keuangan kepada Inspektorat Jenderal
Kemeterian/Lembaga tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 60
tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pasal 57
ayat (1) yang menyatakan bahwa “Inspektorat Jenderal atau dengan
nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern
melakukan reviu atas laporan keuangan kementerian negara/lembaga
sebelum disampaikan meteri/pimpinan lembaga kepada Menteri
Keuangan”.
Kemudian menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan No 41/PMK-09/2010 tentang Standar Reviu atas Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
Tujuan reviu atas laporan keuangan adalah untuk memberikan
keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan
informasi laporan keuangan kementerian/lembaga serta pengakuan,
pengukuran dan pelaporan transaksi sesuai SAP kepada
menteri/pimpinan lembaga sehingga menghasilkan laporan keuangan
yang berkualitas.
Reviu laporan keuangan akan dilaksanakan diantara bulan November
2011 sampai dengan Februari 2012.
8) Pembentukan Tim Pendamping Pemeriksaan.
Untuk kelancaran dan memudahkan pelaksanaan pemeriksaan oleh
BPK-RI perlu dibentuk Tim Pendamping Pemeriksaan yang kompeten
pada setiap Unit Akuntansi (UAPA, UAPPA E-1, UAPPA-W dan UAKPA).
Tim Pendamping ini bersama dengan Tim Itjen menjadi penghubung dan
sebagai fasilitator dalam penyediaan data yang diperlukan selama
pemeriksaan.
9
Tugas Tim antara lain :
(1) Berkoordinasi dengan Unit Akuntansi untuk menyiapkan LRA, Neraca,
CaLAK dan seluruh dokumen sumber seperti SP2D, SPM, SPP dan
dokumen pendukungnya termasuk dokumen yang berkaitan dengan
aset untuk kepentingan pemeriksaan. Kegiatan ini dilaksanakan
sebelum dan selama pemeriksaan.
(2) Memberikan fasilitasi kepada auditor selama pemeriksaan
berlangsung antara lain menjadi penghubung antara auditor dengan
pejabat Kemdiknas termasuk di dalamnya pendampingan ke daerah.
(3) Bersama dengan penanggungjawab Unit Akuntansi memberikan
penjelasan/tanggapan kepada auditor atas permasalahan yang
ditemukan auditor baik secara lisan maupun tertulis.