Lampiran 1 : Wawancara · batik lasem kita tu terlambat lo, pekalongan maju, solo maju, bahkan kita...
Transcript of Lampiran 1 : Wawancara · batik lasem kita tu terlambat lo, pekalongan maju, solo maju, bahkan kita...
95
Lampiran 1 : Wawancara
Hasil Wawancara Pengusaha Batik Purnomo (Merry)
1. Bagaimana Sejarah batik lasem?
Setahu saya, orang cina mendarat di Lasem, kemudian putri canpa, itu yang
membawa motif lokcan. Namun dulu memakai sutra.
2. Alat dan bahan apa saja yang digunakan untuk membatik?
Bahan Pertama kain mori atau katun. Kain mori ada bermacam-macam, ada
primis, ada prima, mori biru, pare, sanfori untuk selendang. Yang paling
kasar yang biru. Prima, primis, sanfori. Itu dipakai semua. Lalu ada juga
sutra, namun di lasem jarang belum ada seperti di pekalongan. Sebenarnya
batik lasem kita tu terlambat lo, pekalongan maju, solo maju, bahkan kita
kalah dengan madura. Di madura sudah ada printing, ada cap dan macem-
macem. Disana colek ya sudah mulai ada, namun saya belum memulai colek.
Lilin, atau malam, lalu cat warna atau junbo, pewarna batik. Pewarna batik
ada macam-macam, ada yang natur garem, indigo sol, warna celup.
Warnanya banyak sekali untuk warna. Batik ada macam-macam. Ada batik
tulis, cap, printing, tapi yang paling bagus batik tulis. Kalau cap tu masih
pakai canting, kalu di print itu sama sekali tidak pakai canting. Tapi printing
ada yang manual ada yang pakai mesin, gawangan, kompor, wajan atau
ember, canting, kuas. Kuas yang bikin sendiri namanya jegul dan bisa juga
memakai kuas cat tergantung pengrajinnya. Temat untuk mewarnai, alat
untuk mewarnai, alat untuk ngelorot, atau untuk menjemur yaitu jemuran.
3. Adalah alat yang membedakan antara membuat batik lasem dengan membuat
batik lainnya?
Ada, saya menggunakan ember, yang lain menggunakan wajan. Tapi orang
yang umum biasanya memang menggunakan wajan. Tapi saya menggunakan
ember.
4. Lilin apa yang digunakan?
Ada yang kita beli, ada juga yang kita buat sendiri, campuran dari parafin,
micro wax, mata kucing, lilin tawon, siongka(bisa pakai bisa tidak).
96
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
5. Proses pembuatan batik berapa lama?
Tergantung motif. Anatara 1-3 bulan
6. Apa saja macam-macam motif batik lasem?
Yang kuno : lokcan (burung phonic) , 3 negeri, 4 negeri, kendoro-kendiri,
bledak, pasiran, mbaganan (kawung, parang, dll), es teh, latoh, banji, alas-
alasan, bang biru, sekar jagat, pecah piring, daun lengko.
Yang kreasi baru: terserah sendiri mau kasi nama apa
7. Motif apa yang paling laku atau yang paling sering dibuat?
Semua laku dan sering dibuat. Tetapi yang paling sering batik tiga negeri,
sekar jagat, bledak. Kalau yang pingin ramai gelap, itu sekar jagat. Kalau
yang pingin terang, itu bledak, latarnya putih. Ada juga lombokan (modifikasi
dari bledak).
8. Berapa harga jual batik Lasem?
Antara Rp.100.000,- sampai Rp.3.000.000,-
9. Usaha yang dilakukan untuk mempromosikan batik tulis lasem?
Ikut pameran
10. Siapa yang sering berkunjung dan membeli batik tulis lasem?
Pembeli dan peneliti.
11. Adakah wisatawan lokal/ asing yang berkunjung dan membeli batik lasem?
(siapa dan darimana?)
Ada, banyak. Lokal, macam-macam ada yang dari Jakarta, Bandung,
Surabaya, Bali, dll. Yang dari luar Jepang, Belanda, Australia, Jerman,
Prancis. Mereka beli biasanya untuk di jual lagi di negara mereka. Namun
yang paling banyak datang yaitu dari Belanda dan Jepang.
12. Bagaimanakah penjualan batik tulis lasem tiap tahun ke tahun?
Makin meningkat.
97
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
Hasil Wawancara Pengusaha Bee Batik (Katrin)
1. Adalah bahan yang membedakan antara membuat batik lasem dengan
membuat batik lainnya?
Ada, kainnya. Kain kalau yang harganya bawah, kain prima. Kalau yang
halus kain primisima.
2. Adalah alat yang membedakan antara membuat batik lasem dengan membuat
batik lainnya?
Kalau peralatan hampir sama, Cuma yang membedakan dari segi pewarnaan.
Pewarnaan, lain produsen lain pewarnaannya. Jadi tidak semua produsen
sama pewarnaannya. Mungkin dengan pewarna yang sama, si A beratnya
pakai sekian, si B pakai sekian. Kan itu sudah beda warnanya.
3. Apa saja macam-macam motif batik lasem?
Kalau yang kuno:3 negeri, 4 negeri, rawan, mbaganan (kawung), kendara-
kendiri, ukel (hampir mirp kendara-kendiri Cuma tidak pakai warna merah),
bledak. Latohan. Latohan tu rumput laut yang kecil-kecil. Biasanya orang
lasem menggunakannya untuk dimakan dengan nasi (diurap), rawan (garis-
garis)
Kalau yang modern sudah campur, terserah mau apa, tetapi masih ada ciri
khasnya lasem seperti burung hong, naga, dan lain-lain.
4. Motif batik lasem apa yang paling terkenal?
Paling terkenal batik tulis 3 negeri
5. Keunggulan batik lasem?
Kalau keunggulan setiap produsen beda-beda, tetapi, batik lasem terkenal
dengan warna merahnya.
6. Motif yang paling disukai atau sering di incar apa?
Sekar jagat (latohan, serit, jadi dalam satu batik, motifnya bermacam-macam
bentuk hanya digabung menjadi 1 batik)
7. Siapa target market yang dituju?
98
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
Semua, seluruh. Cuma yang paling murah 1 warna, semakin banyak
warnanya semakin mahal begitu pula semakin rumit motifnya, harganyapun
semakin mahal.
8. Proses pembuatan batik berapa lama?
Yang murah-murah 1 bulan, yang sedang 2 bulan, yang halus dan paling
bagus isa sampai 6 bulan.
9. Berapa harga jual kain batik lasem?
Rp 130.000,- sampai Rp 3.000.000,- yang mahal, dengan kualitas tinggi Rp
1.000.000,- sampai Rp 3.000.000,-motifnya diproduksi hanya satu, dan jika
ingin mengulang motif yang sama, memerlukan waktu yang lama agar tidak
ada yang menyamainya.
10. Selain menjual kain batik, adakah hasil karya lain yang berhubungan dengan
batik lasem?
Paling yang sudah jadi batik, dibuat hem. Kalau baju untuk cewek tidak,
karena baju cewek kalau sudah ketinggalan jaman tidak laku. Kalau hem, dari
dulu modelnya ya begitu-begitu saja dan tidak berubah
11. Usaha yang dilakukan untuk mempromosikan batik tulis lasem?
Ikut pameran. Biasanya pameran di jakarta
12. Batik lasem sudah dikenalkan dimana saja selama ini?
Jakarta, Semarang, Jogja, Solo, Bandung, Malang, Bali, Surabaya. Cuma
Surabaya sulit karena mereka mencari yang murah dan biasanya yang murah
itu printing. Asal diberi batik tulis langsung merke menjawab”kok mahal?”
jadi mereka lebih suka batik printing. Padahal batik print bukan termasuk
batik hanya motifnya saja yang batik.
13. Penahkah mempromosikan batik tulis lasem keluar negeri? Dimana?
Pernah, Amerika dan Thailand. Dan itu di sponsori dan diajak.
14. Siapa yang sering berkunjung dan membeli batik tulis lasem?
99
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
Banyak. Yang paling banyak pegawai negeri dan yang dibeli mayoritas harga
Rp 300.000 kebawah. Biasanya yang membeli dengan harga tinggi itu
pejabat. Dan yang malah lebih laku di Jakarta.
13. Adakah wisatawan lokal/ asing yang berkunjung dan membeli batik lasem?
(siapa dan darimana?)
Wisatawan lokal ada, biasanya rombongan 1 bus, dari Jakarta, jalan-jalan liat
kota lasem, liat kelenteng, beli batik.
Wisatawan luar, biasanya hanya melihat.
14. Bagaimanakah penjualan batik tulis lasem tiap tahun ke tahun?
Naik turun. Waktu 2007-2011 semakin ramai apalagi ketika diakui oleh
UNESCO, 2013 ini agak menurun.
15. Bagaimana cara pemasarannya?
Pertamanya pameran, mereka lihat-lihat, kalau ketika mereka datang kesini,
mereka belanja, kalau tidak lewat bb, disuru foto, dan di suru milih. Ada juga
konfeksi dari Jakarta, Bali, Jogja, nanti dikirim berapa ratus potong,
kemudian dipilihi oleh mereka dan sisanya mereka kirim kembali. Dan
biasanya yang dikirim balik hanya sedikit.
100
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
Wawancara dengan Pengusaha Batik Lasem Batik Maranatha (Priscilla Renny)
1. Disini batik apa yang paling Terkenal?
Disini yang paling terkenal batik 3 negeri. Batik 3 negeri memiliki sejarah
tersendiri. Dimana dulu mewarnanya lasem hanya untuk warna merah, untuk
warna biru dan coklat, mereka harus ke Solo atau Jogja. Dan yang anehnya,
dulu yang punya yang kaya naik kereta. Kalau orang yang tidak punya atau
tidak memiliki biaya, mereka berjalan kaki. Makanya mereka menamainya
batik 3 negeri karena proses mewarnainya ada di 3 tempat.
2. Apa saja macam-macam motif batik lasem?
Banyak sekali. Namun saya menekuni yang klasik tradisional yang benar-
benar lasem yang belum tersentuh kontemporer sama sekali.
3. Batik lasem ini dipasarkan dimana saja?
Kalau batik tiga negerinya ini saya tinggal menueruskan. Yaitu ke Banten,
Medan, Surabaya, Madura.
4. Berapa lama proses pembuatannya?
3 bulan sampai 6 bulan
5. Bagaimana proses pembuatannya?
Kain sebelum dibatik, lebih baik diketeli yaitu dengan minyak jlarak selama
40 hari, yang dijemur, sorenya di uyel-uyel, sorenya dimasukan lagi. jadi pagi
dikeluarkan lagi, kemudian dimasukan lagi selama 30 sampai 40 hari.
Gunanya untuk mengawetkan warna. Jadi semakin dicuci, warna akan
semakin terang. Selain itu juga untuk merapatkan serat kain.
6. Apakah ada perbedaan antara batik lasem dengan batik lainnya?
Ada. Yaitu cara pembuatannya dan bahannya
7. Proses apa yang membedakan batik lasem dengan batik lainnya?
Bagian awal yaitu petelan, pembatikannya yaitu dimotifnya. Motifnya setiap
pemabatik berbeda, sesuai dengan kreasi pembatik
8. Bagaimana cara merawat batik tulis lasem?
101
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
Kain batik lasem tidak boleh dimasukan kedalam mesin cuci dan disikat
karena dapat merusak kain batik itu sendiri. Caranya adalah mencuci dengan
detergen biasa dan di gosok dengan tangan secara halus, kemudian dijemur
namun tidak boleh terkena sinar matahari, atau di tempat teduh saja. Dan
lebih baik lagi jika dicuci dengan menggunakan lerak akan semakin bagus.
9. Adakah orang penting yang membeli batik tulis lasem ini?
Ada. Maudy Koesnaedi, pejabat juga ada
10. Berapa harga jual batik lasem ini?
Antara 3juta sampai 8 juta
11. Motif apa yang paling dicari atau diminati konsumen?
Tergantung orangnya. Kalau orang yang benar-benar suka batik, biasanya ia
lebih memilih motif kontemporer
102
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
Wawancara dengan pengusaha sekaligus ahli batik Lasem ( Sigit Wicaksono)
1. Bagaimana Sejarah batik lasem?
Batik lasem sebenarnya sejarahnya yang pasti itu tidak tahu. Tetapi kalu
menurut cerita, menurut catatan-catatan yang ada di kabupaten dan
sebagainya, batik lasem itu mulainya kira-kira tahun 1450-an . jadi ketika
Cheng Ho datang kemari. Dia membawa nahkoda yang berkebangsaan
Sampa, namanya Bi Nang Un, istrinya Na Li Ni. Mereka yang mengajarkan
pertama orang pribumiuntuki membatik. Bi Nang Un, dan Na Li Ni pada saat
datang di Lasem, dia terpikat dengan keadaan kota lasem, sehingga ia
meminta ijin kepada bosnya yaitu Cheng Hoo supaya ia tidak kembali ke
Tiongkok. Dia tetap tinggal di Lasem. Kemudian, diberi tahan oleh
tumenggungnya Mataram yang ada di Lasem ini, di daerah Jorotundo. Di
Jorotundo sendiri banyak sekali peninggalan-peninggalan yang dibawa Bi
Nang Un, dan Bi Nang Un, itu sendiri sebenarnya orang yang ahli dalam
bidang kerajinan dari tembaga dan kuningan. Sehingga di daerah Jorotundo
itu sendiri banyak sekali tukang-tukang yang membuat patung garuda dari
tembaga dan kuningan, miniatur becak, miniatur sepeda, dandang, dan
sebagainyadari tembaga. Sedangkan ibu Na Li Ni ini mengajar batik.
Sebetulnya orang pribumi yang ada di Lasem sudah bisa membatik, namun,
mereka tidak tahu, apa gunanya membatik. Jadi mereka membatik tujuannya
hanya main-main di atas pelepah pisang, atau kelapa dan belum di atas kain
putih. Dan dengan adanya ibu Na Li Ni, itu, mereka diajarkan membuat batik
di atas kain putih yang dapat dikomersialkan. Dan pada waktu itu, sekitar
1600, kebetulan kedatangan satu pengusaha yang jual minuman keras dari
Tiongkok. Itu orangnya ahli menggambar, ahli kaligrafi dan sebagainya,
datang di Lasem dan tahu kalau otang Tionghoa-tionghoa ini yang mbolui,
sehingga ia kasihan dan diajari ngambar batik. Maka dari itu banyak orang
yang bertanya, kenapa pengusahanya kok banyak yang orang Tionghoa ya?
Ya, karena orang yang mengajari dari Tiongkok, begitu juga orang yang
103
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
diajari motif membatik itu juga orang dari Tiongkok, maka pengusahanya
kebanyakan orang Tiongkok atau orang Tionghoa. Dan kebanyakan yang
mengeluarkan modalnya orang Tionghoa, sehingga pengusaha-pengusahanya
orang Tionghoa, dan pegawainya pengrajin-pengrajinnya orang pribumi.
Batik yang ada di Jawa ini, terbagi menjadi dua golongan besar, golongan
pertama dinamakan batik pesisiran, batik yang berada di pantai. Itu banyak
sekali terpengaruh dengan budaya-budaya luar terlebih pengaruh budaya cina.
Misalnya batik pesisiran ada kain putih yang adagambarnya bunga seruni
(Kyok Hoa), bunga teratai ( Lian Hoa), bunga sakura (Mei-hua), dan
sebagainya, pohon-pohon bambu, binatang-binatang kelelawar dan
sebagainya. Itu semua ada maksudnya. Jadi kelelawar bahasa Tionghoanya
Fuk Ji En dimana Fuk artinya rejeki. Jadi ucapan sama tetapi tulisan beda.
Didalam ilmu etnologo dinamakan maki analogi. Jadi apa yang diucapkan,
sama dengan kejadian. Jawa juga sama begitu, misalnya analogi menurut
orang jawa ojok nandur anggur, mendak nganggur wae ora gelem nyambut
gawe. Yang sama ucapannya yaitu gur. Kemudian kalau ada orang menikah,
slamet ono nganggo jangan sukun ben nganten ne akur kur. Sama juga
dengan orang Tionghoa juga gitu. Jadi inilah budaya pesisiran yang
terpengaruh budaya luar. Warna yang paling dominan di batik lasem, yaitu
warna merah yang dikatakan merah geteh pitik, darah ayam. Jadi warna-
warna batik lasem lain dengan warna-warna batik kota lain, misalnya
merahnya merah tua, hijaunya tua seperti hijau botol bir, birunya tidak ada
biru bluesky, pink tidak ada. Jadi warnanyagelap-gelap.
Kemudian yang kedua, batik kerajaan yang dari Solo, Jogja, Banyumas,
Wonogiri. Kalau batik pesisiran dari Lasem, Pekalongan, Tuban, Kudus, itu batik
pesisiran. Batik dari kerajaan itu bentuknya geometris, jadi seperti kawung, jejer-
jejer simetris. Kawung, lereng, dan sebagainya.tidak ada campuran kupu, atau lain
sebagainya. Namun, namanya budaya, lama kelamaan menjadi budaya dicampur
dengan budaya lain. Batik pesisir
104
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
kecampuran dari budaya kerajaan, misalnya batik yang ada kawungnya dan
batik yang ada kawungnya tercampur dengan batik dari pesisir, ada
gambarnya kupu-kupu, dan sebagainya, jadi campur. Jadi batik lasem adalah
batik yang terdiri dari percampuran antara batik pesisiran dan kerajaan, dan
yang terkenal adalah warna merahnya.
Dan herannya, entah mengapa, seperti kota Pekalongan, Solo, Jogja yang
tempatnya orang uri-uri banyak pengusaha batik besar, banyak orang pinter-
pinter, banyak toko-toko cat batik, mengapa mereka tidak bisa membuat
merah seperti lasem. Mengapa? Kan warna merah ada campuran formulanya,
misalnya A+B jadi C atau merah. La, mengapa mereka tidak bisa membuat
seperti itu? La, Kong ini percayanya, lo ketika Kong masih kecil, namun
sekarang tidak, itu banyak sekali orang-orang pengusaha batik dari Solo,
Jogja, datang di Lasem, perlunya membeli kain putih yang ada batikannya
merah. Dibeli namanya blangko. Dan barang-barang ini dikirim ke Solo dan
Jogja diberi isen-isen lagi. Jadi, namanya batik laseman. Jadi harganya mahal.
Jadi, Kong percaya kalau mereka tidak dapat membuat merah seperti merah
lasem. Jika mereka bisa, mengapa mereka repot-repot pergi kelasem untum
membeli blangko itu tadi. Jadi Kong percaya, tetapi itu juga tidak masuk akal.
Tetapi pada tahun 2002, Kong kedatangan ratu Jogja, Ratu Hemas istrinya
Hamengkubuwono, datang kesini bawa rombongan kira-kira 60 orang. Ada
orang Jepang, Belanda, Amerika, belanja batik, ada juga insinyur dari jepang
dan sang ratu berkata bahwa dia adalah ahli cat.Lalu saya bertanya, “Pak,
maaf ya, mengapa di Lasem ini terkenal warna merahnya, yang di lain kota
tidak dapat membuatnya? Misalnya Solo, Jogja, Pekalongan, kan kota-kota
yang besar dan lebih banyak pengusaha batik yang bagus-bagus dan mereka
tidak dapat membuat batik seperti di Lasem karena saya tahu sendiri bahwa
mereka membeli kain yang namanya blangko yang merah saja, di finish di
tempatnya.” Kemudian orang Jepang itu tertawa dan menjawab,” ini emang
untungnya Bapak. Sebab di Lasem, sumber air yang keluar dari tanah Lasem,
105
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
dari Gunung Kajar, ini mengandung suatu mineral, yang kalu
dipersenyawakan dengan cat-cat batik itu atau spuyer, dapat mengeluarkan
warna secerah merah lasem. Jadi emang Hokinya orang-orang Lasem.
Namun lama kelamaan, banyaknya orang pandai ahli kimia, kemudian di
otak-atik dan sekarng sudah bisa membuat warna merah seperti merah lasem.
Jadi tidak beli di Lasem lagi. Batik lasem mempunyai ciri khas yang tempat
lain tidak ada, yaitu batik latohan. Latohan adalah tumbuhan rumput laut
dimana orang pribumi menggunakannya sebagai makanan yang diurap
menggunakan nasi dan rasanyapun juga enak. Kemudian ada lagi yaitu watu
pecah. Watu pecah ada sejarahnya, jadi ketika jaman Belanda tahun 1602
VOC datang di Jawa, mereka mebuat jalan raya dari Anyer ke Panarukan.
VOC waktu itu, sudah mulai habis dananya, jadi setiap kabupaten yang
dilalui, Bupatinya diharuskan mengelurkan tenaga kerja yang kerjanya cuma-
Cuma. Dan pada waktu itu, ada wabah penyakit malaria, influenza, mereka
kehujanan, kedinginan, bekerja tidak dibayar, dan akhirnya kena penyakit dan
pada sakit dan meninggal. Lalu, karena sangking mangkele mereka, mereka
mengekspresikan kemarahannya ini diatas sehelai kain yang dibentuk seperti
krikil, watu pecah, watu yang di tutuki. Dan karena motif ini bagus, latoh jadi
bagus, watu pecah jadi bagus, lain-lain kota menjadi meniru motif ini. Jadi
sekarang tidak menjadi milik Lasem lagi, sudah umum.
2. Kira-kira tahu tidak, misalnya sekitar tahun 1400an-1500an motifnya seperti
apa, kemudian dari tahun 1500-1600 motifnya seperti apa?
Wah, kalau itu belum ada. Yang penting motif batik lasem modelnya
konservatif, tradisional. Jadi lain dengan kota-kota besar. Lain dengan batik
Pekalongan, Solo, Jogja, yang terus mengikuti jaman. Sedangkan batik lasem
dari dahulu motifnya ya seperti ini. Karena motifnya konservatif tradisional,
dari jaman Jepang seperti ini, jaman revolusi seperti ini, jadi tidak ada
perubahan.
3. Biasanya orang bertanya apa tentang batik lasem?
106
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
Yang sering ditanyakan adalah “apa si, arti dari batik tulis tiga negeri?”
Orang-orang menganggap, terutama orang yang bukan ahli batik, tiga negeri
itu satu motif, satu corak, seperti kawung, lereng, sekar jagat, dan sebaginya.
Tetapi tiga negeri sebenarnya adalah suatu proses. Tiga negeri itu, secara
pewarnaan, merahnya di warna di Lasem, Birunya di pekalongan, coklat
(soga)nya di Solo atau Jogja. Tapi merunut Kongnya engkong, batik 3 negeri
itu, emang proses. Namun prosesnya tidak keluar. Jadi merahnya di Lasem,
biru juga di Lasem, coklatnya juga di Lasem. Jadi pembagian tahun ini ini,
tahun ini ini, tahun ini ini, itu kok tidak ada. Karena batik lasem motifnya
konservatif tradisional jadi motifnya hanya itu-itu saja. Namun, karena kalah
saingan dengan kota-kota besar yang dapat membuat hem, rok dan lain
sebagainya, akhirnya lasem juga meniru. Dan akhinya Kong pun juga
memutar otak, bagaimana agar tidak kalah saingan. Dan akhirnya, Kong
menciptakan motif yang ada Cinografinya. Kamu cari di seluruh Indonesia,
batik yang ada cinografinya tidak ada. Karena ini adalah ciptaan kong sendiri.
Kerena terdesak oleh persaingan pengusaha-pengusaha muda, yang bisa
membuat kupu-kupu bagus, ikan, dan lainnya dan say tidak bisa
membuatnya, maka saya berpikir misalnya saya mengarang dengan kain putih
dan sedikit banyak saya dapat menulis tulisan Tionghoa, meskipun tidak
pernah sekolah Tionghoa. Karena Kong tau kalau batik lasem itu batik
pesisiran yang terpengaruh sekali dengan budaya Cina. Maka dari Kong tidak
berani menghilangkan ciri khas dari batik lasem asli misalnya sekar jagat,
seperti ini beras utah, Kong ambil kan dan melulisi dan saya gambar.
Kemudian istri saya tahu dan berkata “ itu apa? Batik kok dibuat mainan?”
dimarahi begitu. “yang mau beli siapa? Batik kok mau kamu buat seperti itu?
Kan orang bodoh saja yang mau beli batik seperti itu.” Saya jadi sebal dan
berkata,” Tidak laku tidak apa, kalau tidak laku, saya pakai sendiri” sambil
bergurau. Dan ketika Cap Go Meh di Kudus, saya memakai batik hasil karya
saya. Intinya sambil menyelam minum air. Itu pedomannya Kong. Untuk
107
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
promosi sekalian. Kemudian disana ada orang-orang yang bilang, “Om,
bajunya kok bagus? Kainnya beli dimana?” lalu saya jawab,” saya tidak beli,
saya membuat sendiri.” Dan dia menjawab,”jangan guyon Om, ditanyai
beneran kok malah guyon?”. Kemudian saya menjawab,”saya itu punya
perusahaan batik kecil di Lasem.” dan dia berkata” wah, kebetulan om, rumah
saya Probolinggo, Pasuruhan. Nanti kalau ke Lasem aku tak mampir, aku tak
beli. Aku seneng, soal’e cari dimana-mana enggak dapet Om.” Tapi saya
menjawab,”waduh, saya belum berani menjual karena saya belum mendapat
ijin dari pemerintah. Saya ini merusak etika dan estetika batik Jawa. Nanti
kalau dinas Pariwisata sudah tahu dan mengijinkan, Om nanti akan
membikinnya.” Ketika itu bulan Februari dan ketika bulan April, ketika hari
kartini, ada rombongan dari kesultanan, ahli-ahli budaya datang untuk nyekar
di kuburan kartini. Kemudian mereka pergi ke pendopo kabupaten. Tetapi,
saya sudah tua dan penghasilan saya sedikit buat apa saya ikit pameran? Lagi
pula saya tidak ikut pameranpun, banyak orang yang datang sendiri ke rumah
saya karena saya sudah terkenal.
Kemudian ada pangeran dari kesultanan Jogja, dan menghadap ke Bupati dan
meminta tolong supa ada satu tokohnya untuk cerita tentang batik. Namun,
tidak ada seorang pun yang mau. Dan ketika itu, ada seseorang yang
mengenal saya dan berkata kepada Bapak Bupati “kalu tentang begitu,
jagonya Bapak Sigit. Kalau ngomong sudah kayak bakul jamu” sambil
bercanda. Kemudian saya dijemput oleh seseorang dan ia berkata kepada
saya” Bapak Sigit, mau tidak mau diminta untuk datang ke Kabupaten karena
banyak tokoh yang datang dan bapak disuru untuk bercerita.” Akhirnya saya
mau dan saya menggunakan batik yang saya buat yang ada cinografinya tadi.
Sambil menyelam minum air, dipakai lagi, Kong menghadapi bayak tokoh
besar dari kesultanan. Kemudian saya bercerita tentang batik tulis itu tadi, dan
setelah selesai bercerita, saya bertanya,” Bapak-bapak dan Ibi-ibu sekalian
yang kaimi hormati, tentunya bapak-bapak yang hadir di sini merupakan
108
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
pakar-pakar batik, pakar-pakar buadaya. Apakah yang saya pakai ini
menyalahi, melanggar etika dan estetika batik jawa tau tidak?” kemudian
mereka menjawab,” tidak Pak Sigit, bikin sebanyak-banyaknya. Karena batik
pesisir itu terpengaruh sekali oleh budaya Cina. Dan ini kebuetulan kok ada
orang yang bisa menggali mencampur batik cina dan bati jawa.bikin
sebanyak-banyaknya.” Dan kemudian ia bertanya lagi.”Cuma yang saya ingin
tahu Pak Sigit ya, yang ditulis bapak diatas kain batik itu artinya apa?” saya
tahu maksudnya, takutnya menghina-hina agama Islam, atau membaikan
agama Konghucu. Kemudian saya menjawab,” Tidak ada propaganda tentang
agama. Semua tentang kata-kata mutiara yang mengandung arti yang bagus
dari leluhur kami. Seperti ini Tiong yang artinya setia, dimana Konghucu
mengatakan bahwa semua orang adalah saudara. Diempat pemjuru samudra,
semuanya adalah saudara. Tidak ada orang jawa, tidak ada orang Cina, tidak
ada orang Islam, tidak ada orang kristen, kita semua adalah saudara. Jadi Si,
artinya teposeliro, jadi artinya jika kamu tidak ingin dijiwit orang, janganlah
kamu menjiwit orang lain. Mulap sawiro lan roso wani.” Kemudian sang
sultan berkata,”waaa....Pak Sigit orang Cina kok bisa bicara seperti itu” saya
dipuji. Saya berkata,” kata-kata mutiara ini saya buat agar tidak
menghilangkan budaya jawa, saya tulis di atas dasar batik jawa, yang nama
sekarjagat. Sekar yang artinya bunga yang dapat menyebarkan bau wangi,
dan jagat yang artinya dunia dan dengan adanya bunga ini, dunia menjadi
harum, aman.” Kemudian saya memproduksi kain batik ini, dan yang saya
pikir yang beli karya saya hanya orang Cina, tetapi ternyata orang pribumi
juga memakainya. Dan dalam setahun ini, saya telah menyelesaikan lebih dari
1000 kain batik ini. Dan selama itu pula, kain batik ini jadi, mauk lemari
penyimpanan tidak pernah. Langsung terjual smua. Pesanan banyak sekali.
Sampai kadang-kadang saya tolak. Karena kata-kata Konghucu bagus sekali
artinya, yaitu: seluruh isi rumah selamat dan bahagia, semuanya adalah
saudara, semua pekerjaan selesai sesuai yang dikehendaki, kemudian ada juga
109
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
untuk anak-anak yang baru pacaran yang sangat laris. Yang pesan kembar.
Dan saya beri kata-kata Sin sin siang yin, ai Jing Young kwok yang artinya
bila dua hati yang sedang membara slaing menempel, maka cinta kasih tidak
akan pudar.
4. Macam-macam motif batik lasem apa saja?
Wah, motifnya buanyak sekali. Tapi yang paling terkenal yaitu sekar jagat.
Itu di jawa Timur laku, kalau di jawa Tengah pasiran. Yaitu tutul-tutul seperti
pasir, kemudian lung-lungan, daun-daunan, latohan, watu pecah, sisik
trenggiling, kawung, lereng dan lain sebagainya.
5. Apa keunggulan batik lasem dibading dengan batik lain?
Kalau batik lasem yang belum berubah, warnanya itu wantek, pakem, tidak
dapat luntur. Sampai 4 tahunpun tidak akan pudar karena proses pencucian
kain mori yang berbeda dari batik lainnya. Yaitu dengan cara diketeli.
Diketeli itu di rendam dengan porstek soda, minyak TRO dan H2SO4, di
ucek-ucek dan dijemur dan bila sudah kering, dilakukan hal yang sama
selama 10 hari. Tujuannya menghilangkan lemak-lemak pada kain putih itu,
dan membuka pori-pori kain itu, jadi ketika cat sudah masuk, sulot
lunturnya. Namun sekarang pengusaha batik pribumi tidak mau melakukan
proses moteli karena terlalu lama dan mereka hanya merebusnya dengan soda
saja dan kemudian dibatik. Dan itulah yang membuat kualitas batik lasem
menurun. Namun saya tidak mau seperti itu. Kualitas tetap saya jaga.
6. Bagaimana proses pembuatan kain batik lasem?
Yang pertama kain putih, kain mori diketeli sampai sepuluh hari, setelah itu
dicuci pakai air mendidih dengan soda porstek agar minyak-minyak yang ada
hilang semua dan larut, setelah itu dikanji. Kemudian dibatik. Yang tidak
boleh kemasukan cat di tutup atau ditembok. Misalnya pewarnaan batik 3
negeri warna pertama merah. Merah sudah, kemudian dilorot, jadi ada dasar
putih, gambarnya merah. Kemudian yang putih tadi di isen-isenni, dan yang
yang boleh kena seperti warna merah tadi, di tuutp dengan lilin, dan
110
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
dimasukan warna biru, dan ketika warna biru menjadi hijau, tidak perlu
lorotan, tetapi yang ingin diberi warna hijau itu tetap di buka dan diberi warna
kuning. Jadi hijau. Dan kemudian tinggal warna coklatnya yang terakhir,
kemudian dilorot dan selesai.
7. Berapa lama proses pembuatannya?
Kira-kira 1 potong 10 hari. Makanya harganya mahal. Itu belum termasuk
proses diketeli, direbut di air mendidih, dikanji dan dijemur.
8. Berapa harga jual Batik Lasem?
Kalau Kong sekitar Rp200.000,- sampai Rp 400.000,-. Kalu di tempat lain
ada yang sampai jutaan.
9. Motif apa yang paling laris?
Sekar Jagat. Seperti kreasi yang baru saja saya buat.
10. Siapa target maketnya?
Pasarannya orang Surabaya Madura. Orang Madura punya pedoman, orang
kalu belum pernah pakai batik lasem, itu bukan termasuk priayi. Kalu yang
batik kasar-kasar biasanya orang-orang desa, kalau yang mahal mentri sudah
dipakai.
11. Alat apa yang membedakan batik tulis lasem dengan batik lainnya?
Kalau alat hampir sama. Cuma kalau di Pekalongan sudah ada canting yang
ujungnya lima. Kalau di sini masih satu. Kemudian disini ada yang namanya
jegul dari bambu kemudian ujungnya diberi lawe (seperti benang) dan
biasanya digunakan untuk ngeblok.
12. Adakah pejabat pemerintah atau orang penting yang membeli batik disini?
Ada. Kepala Pariwisata Semarang. Waktu itu, dia meminta motif yang saya
buat yang ada tulisan cinanya. Tetapi pada saat itu, barang saya kosong.
Kemudian Kepala Pariwisata itu meminta saya untuk menjual pakaian yang
saya pakai. Karena besar badan bupati tersebut hampir sama dengan badan
saya. Dan dia ingin membeli dengan harga mahal. Kemudian ia menyuru
pegawai saya mengambilkannya dan langsung dimasukan pakaian itu
111
Lampiran 1 : Wawancara (Sambungan)
ketasnya. Saya pun senang dan bangga sekali. Kemudian ada juga artis yang
datang yaitu Maudy Koesnaedi.
114
Lampiran 4 : Surat Kepada Kantor Persatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat