Lamp Iran
description
Transcript of Lamp Iran
DAFTAR PUSTAKA
Astutiningrum, Diah. 2009. Efektivitas Edukasi Peer Group terhadap Perubahan
Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan dalam Pencegahan Kanker Servik Di Kabupaten
Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.
Depkes. 2014. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini
KankerKanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Diana L. Jere. 2008. Impacts of a Peer-Group Intervention on HIV-Related Knowledge,
Attitudes, and Personal Behaviors for Urban Hospital Workers in Malawi.
doi:10.1016/j.jana.2008.12.005. Online 27 September 2014.(diakses pada tanggal 16
September 2015, pukul 10.30 WIB)
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2015. Profil Statistik Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo.Sukoharjo : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Dinkes Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Dinas Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-
2014. Semarang : Dinkes Jawa tengah
Efendi, F dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Moegeni, E. M. 2007. Pencegahan Kanker Serviks Terpadu Di Indonesia (Sudut Pandang
Ginekologi Sosial Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap
Dalam Obstetri Dan Ginekologi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta)
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nurrana L.2005. Penanggulangan Kanker Serviks yang Sahih dan Andal dengan Model
Proaktif-VO (Proaktif, Koordinatif dengan penapisan IVA dan terapi Krio). Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).
Poedjo Hartono. 2010. Kanker Serviks/Leher Rahim dan Masalah Skrining di Indonesia.
Pohan, I.S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-Dasar Pengertian dan
Penerapan. Jakarta : EGC.
Puskesmas Nguter. 2014. Profil Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo.
Puskesmas Nguter. 2015. Program Kerja Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.
Sukoharjo.
Sari, Afrina. 2010. Strategi Dan Inovasi Pencapaian MDGs 2015 Di Indonesia. Jakarta :
EGC.
Suliha, Yudhi. 2002. Pengaruh Pengalaman Terhadap Bukti Relevan.Simposium Nasional 9
Padang.(http://info.sheperbanas.ac.id) (diakses tanggal 16 Desember 2013)
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta : Sagung Seto.
Wijayanti, D. 2009. Reproduksi wanita. Yoyakarta: Diglossia printika
World Health Organization. 2013. World Health Statistic. Geneva : World Health
Organization Press.
Yayasan Peduli Kanker Serviks Indonesia (YPKSI). 2011. Laporan Tahunan Penderita
Kanker Serviks di Indonesia. http://www.yayasan-peduli-kanker-serviks-indonesia.org/ ,
diakses 12 Februari 2014. Diakses pada tanggal 14 September 2015.
LAMPIRAN
A. KANKER SERVIKS DAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA)
1. Pengertian
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Wijayanti, 2009).
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) adalah salah satu cara untuk deteksi dini
kanker serviks dengan menggunakan asam asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat
dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang). Pemeriksaan ini tidak
menimbulkan rasa sakit, mudah , murah dan informasi hasilnya langsung (Nugroho,
2010).
2. Tujuan Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi dini dilakukan untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat
disembuhkan, dimana kanker tersebut masih berada pada level awal dengan kualitas
yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih dalam area lokal yang belum mengalami
metastasis serta belum memberikan dampak kerusakan yang berarti terhadap
masyarakat tertentu (Nurrana, 2005).
Menurut Depkes (2015), tujuan deteksi dini kanker serviks diantaranya ialah
sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya motivasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin.
2) Meningkatnya jumlah perempuan yang melakukan deteksi dini kanker leher
rahim
3) Meningkatnya penemuan lesi prakanker dan stadium dini kanker leher rahim
4) Terlaksananya perluasan informasi tentang penyakit kanker, faktor risiko kanker
dan upaya pengendaliannya
5) Terselenggaranya kampanye pengendalian kanker melalui media
6) Terselenggaranya koordinasi Lintas program, lintas sektor (organisasi profesi,
LSM, dan masyarakat)
7) Menyediakan kebijakan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan penyakit
kanker serviks yang berpihak pada kelompok masyarakat miskin
3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan IVA
Menurut Depkes (2015), tahapan pelaksanaan kegiatan IVA meliputi :
a. Promosi dan Edukasi kepada Masyarakat melalui Berbagai Media
Masyarakat diharapkan mengetahui, memahami serta berperan serta dalam
gerakan nasional ini, sehingga perlu materi yang memuat tentang pentingnya
pemeriksaan deteksi dini pada perempuan melalui berbagai media baik cetak
maupun elektronik. Materi meliputi, ajakan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat. Faktor risiko apa saja yang perlu dihindari oleh seseorang untuk mencegah 7
kanker, siapa saja yang perlu diperiksa deteksi dini, pemeriksaan apa saja yang
akan dilakukan terhadap para perempuan.
b. Sosialisasi
Sosialisasi diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang pemeriksaan
deteksi dini kanker leher rahim kepada masyarakat agar mereka mendapatkan
informasi yang lengkap dan mengerti manfaat dari pemeriksaan tersebut.
Sosialisasi dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, kader kesehatan, dan tim
penggerak PKK. Sosialisasi dilakukan sebelum pemeriksaan deteksi dini, dan
dilakukan di tempat yang memadai untuk menyampaikan dengan jelas seperti
pemeriksaan deteksi dini, kegiatan posyandu, kegiatan posbindu, forum arisan,
forum pengajian.
c. Konseling
Konseling diberikan agar klien mau melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker leher rahim. Konseling tentang deteksi dini kanker leher rahim diberikan
oleh kader kesehatan atau tenaga kesehatan.
d. Pencanangan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim yang dilakukan oleh pemerintah.
4. Sasaran Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks
Kelompok sasaran perempuan 20 tahun ke atas, namun prioritas program
deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50 %
perempuan sampai tahun 2019.
5. Bentuk Pelaksanaan KegiatanDeteksi Dini IVA
a. Pasif
Deteksi dini kanker leher rahim dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang telah
mempunyai tenaga kesehatan terlatih seperti :
1) Puskesmas Dilaksanakan secara rutin oleh petugas kesehatan terlatih (dokter
dan bidan).
2) Klinik Swasta Dilaksanakan secara mandiri oleh dokter dan bidan terlatih
3) Integrasi dengan program lain yaitu Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi
Menular Seksual (ISR/IMS), KB (BKKBN).
Langkah-langkah deteksi dini sebagai berikut :
1) Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM, dan penentuan waktu pelaksanaan
2) Penetapan jumlah target per hari dan wilayahnya
3) Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader
kesehatan, dan perangkat desa.
4) Penetapan teknis pelaksanaan :
a) Pendaftaran dengan pembagian nomor urut
b) Pembuatan kartu status
c) Pemanggilan klien dan suaminya
d) Pemberian konseling dan informed consent (meminta kesediaan klien dan
suaminya untuk dilakukan tindakan).
e) Pelaksanaan IVA oleh Bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter puskesmas.
f) Pelaksanaan Krioterapi oleh dokter atau bidan puskesmas untuk IVA
positif.
g) Penjelasan rencana tindak lanjut atau follow-up baik pada kasus positif
maupun negatif.
h) Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia.
i) Pemulangan klien.
Kemitraan atau Integrasi yang dapat dilaksanakan :
1) Integrasi Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Infeksi Menular Seksual
(IMS), Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA)
2) Integrasi dengan Keluarga Berencana (KB) Semua perempuan yang datang
untuk melakukan KB disarankan untuk pemeriksaan SADANIS dan IVA.
b. Aktif
Deteksi dini dilaksanakan pada acara-acara tertentu dengan berkoordinasi dan
bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor seperti peringatan hari
besar, percepatan deteksidini dan tempat pelaksanaan tidak hanya di fasilitas
kesehatan namun bisa di kantor, pusat keramaian yang memenuhi syarat untuk
pemeriksaan IVA dibawah koordinasi FKTP setempat.
Kader kesehatan dapat terdiri dari kader PKK, Dharma Wanita, Anggota
Persit, Bhayangkari, Organisasi wanita, organisasi keagamaan dan organisasi
masyarakat lainnya yang mempunyai peranan sebagai berikut :
1) Melakukan sosialisasi tentang deteksi dini
2) Pentingnya deteksi dini untuk pencegahan kanker
3) Manfaat melakukan deteksi dini kanker serviks
4) Kerugian akibat kanker yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya
baik secara moril dan materiil
5) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut melalui pola
hidup sehat bebas dari kanker
6) Menyampaikan informasi fasilitas kesehatan yang dapat melakukan
pelayanan deteksi dini.
7) Mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini
8) Identifikasi sasaran yang akan dilakukan deteksi dini
9) Mengedukasi sasaran untuk bersedia melakukan deteksi dini
6. Kelebihan Pelaksanaan IVA Test
Metode screening IVA mempunyai kelebihan (Nurrana, 2005) :
a. Hasil segera diketahui saat itu juga
b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman karena
pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang memeriksa, dan
praktis
c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan yang
sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja
d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
7. Hambatan Pelaksanaan Deteksi Dini
Beberapa hal yang menjadi hambatan didalam pelaksanaan deteksi dini kanker
serviks (Moegani, 2007):
a. Hambatan politik
Untuk mendorong keberhasilan suatu program sangat diperlukan kebijakan politik
yang di dalam penerapan suatu kebijakan diperlukan pertimbangan sesuai dengan
kondisi wilayah seperti akses layanan kesehatan, akses fisik, ekonomi,
pengambilan keputusan di dalam keluarga dan akses informasi.
b. Hambatan Individu dan Komunikasi
Kepedulian masyarkat yang masih kurang terhadap penyakit kanker serviks
dianggap menjadi masalah kesehatan. Perempuan berisiko kurang menyadari
perlunya pemeriksaan rutin skrining kanker serviks terutama bila tidak ada
keluhan. Adanya sikap, kepercayaan dan konsep yang salah menghambat
masyarakat untuk mendiskusikan masalah traktus genitalia yang dianggap
masalah pribadi dan malu untuk dibicarakan terutama apabila berhadapan dengan
pemberi jasa pelayanan kesehatan laki-laki.
c. Hambatan Ekonomi
Belum teralokasinya sumber-sumber dana dan sarana yang memadai membuat
masalah kanker serviks dianggap memiliki prioritas yang rendah dan seringkali
kanker serviks tidak dianggap masalah atau menjadi prioritas dana.