lakip2012
-
Upload
luki-luki-kusumawardhani -
Category
Documents
-
view
128 -
download
0
description
Transcript of lakip2012
Laporan Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah
Kementerian Pekerjaan Umum
Tahun 2012
(lakip)
RINGKASAN
2. Dalam konteks ekonomi, infrastruktur sebagai modal sosial masyarakat (social overhead capital), maka infrastruktur akan menjadi barang modal esensial sebagai tempat bergantung bagi perkembangan ekonomi dan merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. Dengan demikian, ketersediaan dan tingkat pelayanan infrastruktur yang baik merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan berproduksi masyarakat.
.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, serta Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
EKSEKUTIF
1. Ketersediaan infrastruktur telah diyakini akan memegang peranan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Dengan hadirnya infrastruktur yang handal maka terwujudnya pemenuhan Hak Dasar Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan hak-hak lainnya akan terdukung lebih optimal. Bahkan lebih jauh, infrastruktur yang tersedia pada prinsipnya akan menjadi modal sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat ketahanan pangan, energi dan air, serta mampu meningkatkan daya saing di dunia internasional.
3. Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur selain perlu terus ditingkatkan, juga harus benar-benar dirancang dan diimplementasikan secara sistematis dengan matang sesuai kondisi dan potensi ekonomi dan sosial serta tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah. Tentunya termasuk dalam hal ini adalah pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang harus selaras dan bersinergi dengan sektor-sektor lainnya disamping adanya kebersamaan langkah antara Pemerintah dengan pemerintah daerah di dalam pelaksanaannya
4. Dengan upaya tersebut, maka infrastruktur yang dibangun diyakini akan dapat berkualitas dan mampu menciptakan outcome yang berkelanjutan serta dapat membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi (economic gains), menghadirkan keuntungan sosial (social benefits), meningkatkan layanan publik (public services), serta meningkatan partisipasi politik (political participation) di segenap lapisan masyarakat hingga mampu mendukung pengembangan wilayah dalam rangka perwujudan dan pemantapan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
5. Kondisi seperti digambarkan tersebut di atas, selaras pula dengan amanat Undang-Undang sektor ke-PU-an yang meliputi
iii
iv
6. Sejalan dengan itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PU 2010-2014 telah menetapkan Visi Jangka Panjang pembangunan infrastruktur pekerjaan umum pada tahun 2025, yaitu “Menjamin Ketersediaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum yang Handal untuk Kehidupan yang Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan”. Sedangkan untuk Jangka Menengah, Visi Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010-2014 adalah “Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025”.
8. Infrastruktur, yang sering disebut pula prasarana dan sarana fisik, juga memiliki keterkaitan yang sangat kuat terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan pembuka daerah terisolasi sehingga dapat mengatasi persoalan kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan, antar-kawasan maupun antar-wilayah. Pembangunan infrastuktur berbasis pengembangan wilayah mampu mengurangi tekanan urbanisasi yang secara keseluruhan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di Indonesia.
7. Berangkat dari amanat undang-undang sektor ke-PU-an serta visi jangka panjang dan jangka menengah tersebut, penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman yang selalu didudukkan berbasiskan penataan ruang di dalamnya, akan berperan seperti terlihat pada infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) yang berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air baik untuk keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan, industri, dan pertanian maupun guna mendukung ketahanan pangan. Infrastruktur jalan dan jembatan untuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah yang diakui banyak pihak telah memberi kontribusi yang tidak sedikit bagi masyarakat. Demikian halnya, infrastruktur permukiman yang berperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan, serta pengembangan kawasan agropolitan / minapolitan.
9. Terkait dengan peran infrastruktur PU dan permukiman di atas, Kementerian PU telah memiliki 5 (lima) tujuan dalam pembangunannya yang akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan Visi dan Misi Kementerian. Lima tujuan tersebut terdiri dari:
a) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
b) Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur Pekerjaan Umum dan pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, dan ketahanan energi.
c) Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
v
d) Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik di Bidang Pekerjaan Umum, dan
e) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi.
10. Sasaran untuk mencapai Visi, Misi, dan Tujuan tersebut, ditetapkan dalam 15 (lima belas) sasaran yang masing-masing sasaran dikaitkan dengan tujuannya sebagai berikut:a) Untuk mendukung tujuan 1 Kementerian PU, sasarannya yaitu: ?Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis Bidang Penataan
Ruang
b) Untuk mendukung tujuan 2 Kementerian PU, sasarannya meliputi: ?Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah.?Meningkatkan kapasitas jalan nasional.?Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa.?Meningkatnya kebergantungan dan ketersediaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan.?Berkurangnya luas kawasan yang terkena dampak banjir.
c) Untuk mendukung tujuan 3 Kementerian PU, sasarannya meliputi: ?Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.?Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.?Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/ kumuh/ nelayan dengan pola
pemberdayaan masyarakat.
d) Untuk mendukung tujuan 4 Kementerian PU, sasarannya meliputi: ?Terwujudnya peningkatan kepatuhan dan akuntabilitas kinerja penyelenggara infrastruktur
yang bebas KKN.?Meningkatnya kualitas kelembagaan dan SDM aparatur.
e) Untuk mendukung tujuan 5 Kementerian PU, sasarannya meliputi:?Meningkatnya IPTEK dan NSPM (K) siap pakai.?Meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi di pusat dan daerah.?Meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, pengaturan, pengelolaan
keuangan dan BMN.?Meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik.
vi
11. Evaluasi Pencapaian
Pencapaian
?Untuk
Manfaat yang dapat dirasakan dengan tercapaianya pembangunan dalam tersebut terlihat pada:
?Meningkatnya kapasitas waduk, embung, situ, dan penampung lainnya dalam rangka konservasi sumber daya air serta untuk mendukung ketahanan air;
?Meningkatnya kapasitas air baku untuk mendukung pencapaian target MDGs sebesar 68,87% akses air minum aman dan kehandalan jaringan irigasi sebagai upaya mendukung pencapaian 10 juta ton surplus beras;
12. Evaluasi Pencapaian
Program Pengelolaan Sumber Daya Air.Program Pengelolaan Sumber Daya Air ditujukan dalam rangka
?Luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa tahun 2012 telah mencapai 137% dari target 104.758 ha, sehingga terealisasi 143.835 ha jaringan irigasi dan rawa yang dibangun/ditingkatkan.
?Untuk kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ditingkatkan (Waduk, Embung/Situ) tercapai 100% dari target 185.073.090,11 m3.
?Untuk prosentase pencapaian penyelenggaraan pengelolaan SDA terpadu oleh Balai-balai SDA tercapai sebesar 105% untuk penerapan 50%. Kemudian tercapai 130% untuk penerapan 20%.
debit air layanan sarana/prasarana air baku yang bertujuan memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan dan industri, telah tercapai sebesar 101% dari target 14,73 m3/det atau terealisasi 14,94 m3/det (dibangun/ ditingkatkan).
?Untuk luas kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir telah tercapai sebesar 1.070% dari target 12.858 ha atau terealisasi 137.695,57ha (dibangun/ ditingkatkan).
Program Pengelolaan Sumber Daya Air
Program Penyelenggaraan Jalan.Program Penyelenggaraan Jalan bertujuan
?Tingkat kemantapan jalan tercapai 101% dari target 90,50% atau terealisasi 90,82%;?Untuk tingkat fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah menuju 60% kondisi mantap tercapai 100%; ?Untuk tingkat penggunaan jalan nasional tercapai 102% dari target 87,70 miliar kendaraan km atau
terealisasi 89,50 miliar kendaraan Km; ?Untuk panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan tercapai 128% dari target 3.666 Km atau
terealisasi 4.676 Km; ?Untuk panjang jalan baru yang dibangun tercapai hingga 224% dari target 589 km atau terealisasi
1.321 Km.
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air untuk ketahanan pangan dan air baku, serta pengelolaan daya rusak air. Program ini meliputi pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur irigasi, pembangunan waduk dan bendungan, prasarana pengendali banjir, dan prasarana pengamanan pantai. kinerja Sumber Daya Air yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan cukup berhasil, dilihat dari indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat program tersebut sebagai berikut:
mendukung kelancaran arus orang dan barang antara lain dari pusat-pusat produksi ke pusat-pusat distribusi, menuju kawasan-kawasan pariwisata, industri, pelabuhan, bandara nasional serta akses ke kawasan strategis nasional seperti kawasan perbatasan dan daerah tertinggal. Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan cukup berhasil, seperti terlihat pada indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat sebagai berikut:
vii
Manfaat yang dapat dirasakan dengan capaian tersebut diatas adalah:?Meningkatnya konektivitas antar wilayah yang dapat memperlancar arus orang dan barang guna
mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah terdampak; ?Demikian halnya dengan peningkatan jalan, pelebaran jalan, serta kegiatan rehabilitasi dan
pemiliharaan telah memberikan kontribusi pada kelancaran arus orang dan barang, serta meningkatkan aspek kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan;
?Fasilitasi dalam penyelenggaraan jalan daerah pada kondisi mantap juga telah memberikan manfaat dalam memperlancar akses dan arus serta tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna jalan yang pembangunannya menjadi kewenangan daerah.
13. Evaluasi Pencapaian
erealisasi
?Kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi tercapai 109,9% dari target 374 KWS atau terealisasi 411 Kawasan;
?Kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/ nelayan tercapai 121,46 % dari target 13.599 desa atau terealisasi 16.517 desa.
Manfaat yang dapat dirasakan dengan tercapaianya pembangunan di bidang ini adalah:?Meningkatnya kapasitas terpasang dan produksi air minum serta penambahan sambungan rumah
untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi dalam rangka mencapai target MDGs.
?Tersedianya permukiman yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui pembangunan rumah susun sederhana sewa dalam rangka penataan permukiman kumuh;
?Meningkatnya fungsi kawasan dengan dilakukannya revitalisasi sebagai bagian dalam penataan kawasan;Terbangunnya infrastruktur lainnya di perdesaan, kawasan rawan bencana, desa potensial, daerah tetinggal, perbatasan, dan pulau-pulau terluar seperti jalan lingkungan dll.
14. Evaluasi Pencapaian
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman.Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman bertujuan
?Peningkatan jumlah pelayanan air minum tercapai 113,53% dari target 5.634 Liter/det atau terealisasi sebesar 6.396Liter/det dan menjangkau 192 IKK;
?Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi tecapai 96,50% dari target 143 kab/kota atau t138 kab/kota dan menjangkau 239 kawasan;
?Pemda/PDAM yang dibina kemampuannya tercapai 100% dari target 124 PDAM; ?Rusunawa yang dibangun tercapai 110,42% dari target 48 Twin Blok atau terrealisasi 53 Twin Blok;
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang.Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
untuk mewujudkan pemenuhan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat baik di perkotaan dan perdesaan melalui pembangunan infrastruktur air minum, sanitasi, pengelolaan sampah dan penataan kawasan kumuh.Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan cukup berhasil, seperti terlihat pada indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat sebagai berikut:
bertujuan dalam rangka pengaturan dan pembinaan pelaksanaan penataan ruang di daerah. Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan cukup berhasil, seperti terlihat pada indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat sebagai berikut:
viii
?Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah pulau/kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional tercapai 95,45% dari target 11 Raperpres (8 Raperpres KSN non perkotaan, 3 Raperpres KSN perkotaan), 12 RPI2JM (3 Pulau, 5 KSN Non perkotaan, 5 KSN Perkotaan) atau terealisasi 10 Raperpres (8 Raperpres KSN non perkotaan,2 Raperpres KSN perkotaan), 12 RPI2JM (3 Pulau, 5 KSN Non perkotaan, 5 KSN Perkotaan);
?Perpres dan perda yang sudah diterbitkan selanjutnya telah memberikan acuan bagi pemda dan investor terhadap kepastian dalam berinvestasi. Contoh Perpres yang telah terbit pada tahun 2012 adalah
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU.
Jumlah Dokumen Perencanaan Dan Pemograman (Jangka Menengah Dan Tahunan) tercapai 100% dari target 1 Renstra Kem.Pu, 8 Renja Satminkal, 1022 RKAKL, 1RKP,1 Nota Keuangan;
?Untuk Penyusunan Dokumen Pelaporan Akuntabilitas Kinerja, Keuangan Dan BMN Dan Laporan Triwulan tercapai 100% dari target 1 Lap keuangan, 1 Lakip Kem.PU, 2 Pedoman. Sistem Perencanaan, 3 Lap. BMN;
?Untuk Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang PU Dan Permukiman tercapai 100% dari target 20 Dokumen;
?Untuk Jumlah SDM Aparatur yang Mendapat Pendidikan Dan Pelatihan tercapai 99% dari target 5.283 pegawai terealisasi 5.213 pegawai; Untuk Jumlah Pegawai yang terlayani Administrasi Kepegawaian serta Jumlah Tata Laksana Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disusun tercapai 132% dari target 16.892 pegawai dan 24 SOP terealisasi 27.211 pegawai dan 25 SOP
?
?
?Untuk Jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapat pembinaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tercapai 92,53% dari target 97 kabupaten 37 kota atau terealisasi 93 kabupaten 31 kota.
Manfaat yang dapat dirasakan dengan tercapaianya IKU tersebut di atas adalah:?Dengan telah diterbitkannya Perpres KSN maupun Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah dan pemerintah daerah telah memiliki acuan spasial pembangunan, sehingga ke depan, pembangunan di daerah akan lebih teratur, berwawasan lingkungan, bersinergi antarsektor, dan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
?Perpres Pulau yaitu: 1) Perpres 3/2012 Pulau Sumatera, 2) Perpres 13/2012 Pulau Kalimantan dan 3) Perpres 28/2012 Pulau Jawa dan Bali.
15. Evaluasi Pencapaian
?Untuk
Manfaat yang dapat dirasakan dengan tercapaianya IKU tersebut di atas adalahKementerian PU lebih mantap dalam mendukung Program Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam output perencanaan sesuai dengan prioritas yang diamanahkan dalam RPJMN;Setiap unit kerja di lingkungan Kementerian PU dapat mengukur efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas fungsinya dalam mencapai tujuan organisasi;
Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan cukup berhasil. Adapun indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat dari program tersebut adalah sebagai berikut:
ix
?Kementerian PU mendapatkan pegawai yang kapasitas dan kompetensinya semakin meningkat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi, dan sebagainya.
?Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan pelaksanaan kegiatan dalam Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
16. Evaluasi Pencapaian
?Untuk
Manfaat yang dapat dirasakan dengan tercapaianya IKU tersebut di atas adalah?Kemudahan akses data dan informasi sehingga telah mempercepat pengambilan keputusan;?Keterbukaan informasi dari Kementerian Pekerjaan Umum juga telah memberikan manfaat
meningkatnya kepercayaan masyarakat konstruksi maupun masyarakat umum kepada Kementerian Umum;
?Dengan meningkatnya kenyamanan ruang kerja Pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dapat meningkatkan efektivitas kerja. Hal ini sebagai bukti dari keberhasilan pelaksanaan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum.
17. Evaluasi Pencapaian
?Banyaknya keterlambatan pekerjaan fisik sehingga dikenakan denda dari nilai kontraknya.?Rekomendasi yang diberikan oleh Auditor yang telah mengaudit tahun anggaran 2011 terhadap
Audit yang terkena temuan kebocoran (02) tahun anggaran 2012 belum sepenuhnya tepat sehingga peningkatan kinerja Satker belum siginifikan.
?Peran Inspektorat Jenderal selain mengaudit pekerjaan, belum dapat dilaksanakan secara keseluruhan seperti pembinaan dll. Selain itu, peran Inspektorat Jenderal yang bersifat pencegahan masih belum optimal.
?Masih lemahnya pengawasan melekat oleh atasan dan atau atasan langsung mengakibatkan masih tingginya penyimpangan terhadap peraturan perundangan.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU
Jumlah Peta Profil Infrastruktur dan Jaringan LAN tercapai 100% dari target 588 Peta; ?Untuk Jumlah Layanan Informasi Publik tercapai 141% dari target 225 buku, 180 Temu Pers
terealisasi 296 buku 272 Temu Pers; ?Untuk Luas Bangunan Gedung Kantor Kementerian PU yang ditingkatkan dan dipelihara tercapai
100% dari target 91.678,6 m2 Dan 1 Unit Gedung.
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU.
?Prosentase Menurunnya Tingkat Kebocoran Dalam Pembangunan Infrastruktur di Lingkungan Kementerian PU tercapai 80,86% dari target 60% hanya terealisasi 48,51%;
?Untuk Prosentase Menurunnya Temuan Administratif Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU tercapai 74% dari target 70% hanya terealisasi 51,83%.
Adapun hal-hal yang menyebabkan kurang berhasilnya pencapaian indikator ini adalah:
Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan cukup berhasil. Adapun indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat dari program tersebut adalah sebagai berikut:
Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan kurang berhasil. Adapun pencapaian indikator program tersebut adalah sebagai berikut:
x
18. Evaluasi Pencapaian
Manfaat yang dapat dirasakan dengan tercapaianya IKU tersebut di atas adalah?Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam hal penyediaan sarana umum seperti penyediaan air
baku dan air minum, jalan raya, permukiman.?Produk advis teknik yang langsung dapat diterapkan guna pemecahan masalah pembangunan
infrastruktur serta pemecahan masalah-masalah infrastruktur ke PU-an lainnya. ?Mulai terbentuknya sistem pengumpulan dan pengelolaan serta penggunaan data hasil litbang
Kementerian PU. ?Pertambahan buku hasil Litbang Kementerian PU yang di luncurkan ke masyarakat umum maupun
professional.
19. Evaluasi Pencapaian Pembinaan Konstruksi.
Manfaat yang dapat dirasakan dengan tercapaianya IKU tersebut di atas adalah?Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatan konstruksi di
daerahnya, sehingga dapat menghasilkan bangunan konstruksi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan;
?Meningkatnya jumlah pekerja konstruksi serta kemampuan pekerja konstruksi sehingga mampu bekerja di luar negeri;
?Meningkatnya pasar dan produktivitas konstruksi nasional serta meningkatnya daya saing industri konstruksi nasional di luar negeri serta meningkatnya daya saing industri konstruksi nasional di luar negeri.
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU.
?Prosentase Iptek Yang Masuk Bursa Teknologi Di Balitbang PU tercapai 125% dari target 24,87% terealisasi 31,0%;
?Untuk prosentase penambahan SPMK yang diberlakukan oleh menteri PU tercapai 105% dari target 45,45% terealisasi 47,90%;
?Untuk Prosentase Pelayanan Teknis Yang Diterima Stakeholder tercapai 309% dari target 11,11% terealisasi 34,40%:
?Untuk Prosentase Teknologi Tepat Guna Yang Digunakan Oleh Stakeholder tercapai 164% dari target 8% terealisasi 13,10%.
Program
?Untuk Jumlah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Yang Terbina Sesuai dengan Peraturan Perundang- Undangan tercapai 100% dari target 4 provinsi dan 56 kabupaten/ Kota;
?Untuk Jumlah SDM jasa konstruksi yang terlatih tercapai 96% dari target 4.820m orang terealisasi 4.650 orang;
?Untuk Tingkat Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global tercapai 0%.
Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) 2012 dapat dikatakan cukup berhasil. Adapun indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat dari program tersebut adalah sebagai berikut:
Pencapaian kinerja yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) kurang berhasil. Adapun indikator keberhasilan pencapaian serta manfaat dari program tersebut adalah sebagai berikut:
20. Pada Tahun Anggaran 2012 Kementerian Pekerjaan Umum mendapat anggaran untuk 9 (sembilan) program sebesar Rp. 75.504.974.086.000,00 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 68.017.214.562.000,00. Sehingga, besarnya persentase penyerapan anggaran pada tahun 2012 adalah sebesar 90,08%. Anggaran Kementerian PU tersebut sebagian besar terbagi kepada 3 (tiga) program Kementerian PU yaitu Program Pengelolaan Sumber daya Air sebesar RP.19.086.067.532.000,00; Program Penyelenggaraan Jalan sebesar Rp.40.339.780.740.000,-; dan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman sebesar Rp. 13.843.337.162.000,00
21. Pencapaian prioritas RBPU pada tahun 2012 sesuai dengan target yang telah ditetapkan akan terlihat pada beberapa hal sebagai berikut: Dari sasaran peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat dengan target telah ditetapkan 30% standar pelayanan Kementerian PU, sampai dengan saat ini masih dalam proses penilaian. Untuk nilai LAKIP 2011, berdasarkan penilaian dari Kementerian PAN & RB, Kementerian PU telah memperoleh nilai B. Adapun untuk perumusan Sistem Penilaian Kinerja Kementerian PU, baik untuk penilaian kinerja organisasi maupun untuk kinerja individu tahun ini masih tahap pengembangan. Dalam pencapaian target opini WTP dari BPK, tahun ini masih dalam proses penilaian.
22. Keberhasilan yang telah diraih dalam pelaksaksanaan program-program Kementerian PUTahun 2012 tidak terlepas dari permasalahan dan hambatan yang terjadi. Secara umum,permasalahan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:?Adanya keterlambatan pelaksanaan kegiatan yang didanai dari pinjaman luar negeri (PLN)
atau Loan yang dikarenakan adanya hambatan dalam penyediaan tanah, pemenuhan rupiah pendamping, keterlambatan penerbitan DIPA, persyaratan administrasi Loan yang tidak terpenuhi, permasalahan dalam desain, keterlambatan pengadaan konsultan, dan retender (akibat penajaman prioritas program, ketersediaan lahan, dana dan manfaat).
?Selain itu, kendala pada pembebasan lahan masih menjadi salah satu permasalahan terbesar dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang PU.
?Masih kurang optimalnya koordinasi antara Pemerintah dan Pemerintah daerah terkait dengan Turbingwas. Selain itu kurangnya komitmen Pemerintah daerah dalam hal tanggung jawab dan kewenangan pengembangan infrastruktur bidang PU memberikan dampak terhadap pencapaian yang kurang optimal.
?Masih adanya DIPA Kementerian PU yang terhambat dalam proses Kementerian Keuangan dikarenakan masih membutuhkan penajaman kegiatan. Sedangkan pembukaan blokir oleh Kementerian Keuangan baru dilakukan pada awal bulan Oktober 2012, sehingga penyerapan mengalami keterlambatan.
23. Untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi seperti yang telah disampaikan diatas, maka telah dilakukan tindak turun tangan diantaranya adalah:?Dalam konteks kegiatan yang menggunakan dana pinjaman atau hibah luar negeri, telah
dilakukan optimalisasi pada tahapan persiapan kegiatan dengan melakukan verivikasi terhadap seluruh komponen yang diwajibkan untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh Negara donor. Adapun komponen yang harus segera disiapkan pada tahapan awal kegiatan adalah status tanah, penajaman terhadap KAK, serta peningkatan kapasitas pegawai dalam berkoordinasi dan berkomunikasi baik internal maupun eksternal.
xii
?Terkait dengan pembebasan lahan yang perlu dilakukan adalah peningkatan koordinasi dan komunikasi bukan hanya pemerintah namun peran serta masyarakat untuk mengatasi musyawarah perencanaan yang selama ini tidak pernah ada solusinya. Disamping itu, pemerintah juga perlu menetapkan kebijakan untuk memastikan biaya pengadaan tanah yang harus ditanggun oleh Badan Usaha dan Pemerintah berupa land capping.
?Dalam hal pembinaan terhadapa Pemerintah daerah (Turbinwas), maka perlu dikembangkan peran yang lebih besar kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di dalam penyelenggaraan DAK; Memperkuat peran monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan DAK; Meningkarkan koordinasi anatara satuan kerja daerah dengan satuan kerja pusat dan perlu memperkuat mekanisme dekonsentrasi dan TP
?Dalam hal keterlambatan pengeluaran DIPA di Kementerian Keuangan, maka telah dilakukan penajaman dalam penyusunan KAK serta telah dilakukan pembahasan yang lebih dini dalam rangka mematangkan persiapan kegiatan.
xiii
Sistem Akuntabilitas Kinerja dibangun dan dikembangkan dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan dan program yang
dipercayakan kepada setiap satuan organisasi/kerja, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai.
Dalam hal ini, setiap satuan organisasi/kerja secara periodik wajib mengkomunikasikan pencapaian tujuan
dan sasaran stratejik organisasi kepada stakeholders, yang dituangkan melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja
Satuan Organisasi/Kerja. Di dalam kerangka akuntabilitas kinerja, Laporan Akuntabilitas Kinerja berperan
sebagai alat kendali, alat penilai kualitas kinerja, dan alat pendorong terwujudnya good governance. Dalam
perspektif yang lebih luas, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja ini berfungsi sebagai media
pertanggungjawaban kepada publik. Semua itu memerlukan dukungan dan Melalui Laporan Akuntabilitas
Kinerja ini, Kementerian Pekerjaan Umum menuangkan gambaran keberhasilan maupun kendala dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama periode tahun 2012. Diharapkan LAKIP ini dapat menjadi bahan
masukan bagi pemangku kepentingan dan umpan balik bagi jajaran Kementerian Pekerjaan Umum untuk
meningkatkan kinerja masing-masing satuan unit kerja di masa yang akan datang, khususnya untuk tahun
2013 yang sedang berjalan ini.
xvi
Kata Pengantar
Penyusunan Laporan Auntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Pekerjaan Umum ini telah
dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Penetapan Kinerja di Lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum. Penyusunan LAKIP ini telah melalui proses diskusi, baik di lingkungan internal Kementerian Pekerjaan
Umum maupun dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka
sinkronisasi pelaporan dan penilaian.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sampai dengan tersusunnya laporan ini, kami
mengucapkan terima kasih.
Jakarta, Maret 2013
MENTERI PEKERJAAN UMUM
xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
KATA PENGANTAR xv
DAFTAR ISI xvi
BAB I. PENDAHULUAN1.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 21.1.1 TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN PU 21.1.2 STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PU 41.2 KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN 2010-2014 71.2.1 Kondisi Umum1.2.2 Tantangan Pembangunan Bidang Sumber Daya Air 131.2.3 Tantangan Pembangunan Bidang Bina Marga 141.2.4 Tantangan Pembangunan Bidang Cipta Karya 151.2.5 Tantangan Pembangunan Jasa Kostruksi 161.2.6 Tantangan Bidang Penataan Ruang 181.2.7 Tantangan Pembangunan Balitbang 181.2.10 Tantangan Pembangunan Kelembangan Dan SDM 20
1.3 KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN TAHUN 2012 201.3.1 Kondisi Umum1.3.2 Tantangan Pembangunan Tahun 2012 Bidang Sumber Daya Air 231.3.3 Tantangan Pembangunan Tahun 2012 Bidang Bina Marga 231.3.4 Tantangan Pembangunan Tahun 2012 Bidang Cipta Karya 291.3.5 Tantangan Pembangunan Tahun 2012 Penataan Ruang 321.3.6 Tantangan Pembangunan Tahun 2012 SDM 331.3.8 Tantangan Pembangunan Tahun 2012 Balitbang 35
xviii
DAFTAR ISI
xix
1.4 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PU 371.4.1 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN PU 401.4.1.1 Visi 401.4.1.2 Misi 411.4.1.3 Tujuan Sasaran 421.4.2 KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 441.4.2.1 Kebijakan 441.4.2.2 Program Dan Kegiatan 45
BAB II. RENCANA KINERJA TAHUNAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 RENCANA KINERJA TAHUNAN 492.1 PERJANJIAN KINERJA 532.3 INDIKATOR KINERJA 53
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA 623.1.1 PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA IKU KEMENTERIAN PU 633.1.1.1 Capaian IKU Mendukung Program Pengelolaan Sumber Daya Air 683.1.1.2 Capaian IKU Mendukung Program Penyelenggaraan Jalan 753.1.1.3 Capaian IKU Mendukung Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur
Permukiman 813.1.1.4 Capaian IKU Mendukung Program Penyelenggaraan Penataan Ruang 863.1.1.5 Capaian IKU Mendukung Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian PU 913.1.1.6 Capaian IKU Mendukung Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur
Kementerian PU 953.1.1.7 Capaian IKU Mendukung Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian PU 973.1.1.8 Capaian IKU Mendukung Program Penelitian Dan Pengembangan 993.1.1.9 Capaian IKU Mendukung Program Pembinaan Konstruksi 104
xx
3.1.2 EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN (2010- 2012) DIBANDINGKAN DENGAN TARGET RENSTRA 2010-2014 107
3.1.3 EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA KEMENTERIAN PU TERHADAP TARGET RPJMN 2010-2014 111
3.1.4 CAPAIAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PU 131
3.2 EVALUASI DAN ANALISIS ANGGARAN 1413.2.1 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pengelolaan Sumber Daya Air 1413.2.2 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Penyelenggaran Jalan 1423.2.3 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pembinaan Dan Pengembangan Infrastruktur
Permukiman 1433.2.4 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Penyelenggaraan Penataan Ruang 1433.2.5 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian PU 144 3.2.6 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian PU dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU. 145
3.2.7 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU 1463.2.8 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pembinaan
Konstruksi 145
3.3 HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA 147
TINDAK TURUN TANGAN YANG TELAH DILAKUKAN ATAS PERMASALAHAN YANG TERJADI 149
3.4 PENGHARGAAN PIHAK KE-3 KEPADA KEMENTERIAN 150
BAB IV. PENUTUP 155
LAMPIRAN
Tabel Rencana Kinerja Tahunan (RKT)Tabel Penetapan Kinerja (PK)Tabel Pengukuran KinerjaVisualisasi Foto Kegiatan
BAB IPendahuluan
1.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Kementerian Pekerjaan Umum sebagai salah satu Kementerian dalam Kabinet Indonesia Bersatu II yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan permukiman. Adapun fungsi Kementerian PU adalah:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan nasional serta kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pekerjaan umum ,permukiman, jasa konstruksi, dan penataan ruang;
b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum, permukiman, jasa konstruksi, dan penataan ruang;
c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah bidang pekerjaan umum, permukiman, jasa konstruksi, dan penataan ruang;
d. Pelaksanaan kegiatan teknis bidang pekerjaan umum, dan penataan ruang yang berskala nasional.
Dalam menyelenggarakan mandat, tugas dan fungsinya, Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. Penetapan kebijakan di bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mendukung pembangunan secara makro;
b. Penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang pekerjaan umum dan permukiman;
c. Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan wilayah dalam rangka penyusunan tata ruang di bidang pekerjaan umum dan permukiman;
d. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pekerjaan umum dan permukiman;e. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta
persyaratan jabatan di bidang pekerjaan umum dan permukiman; f. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi kelembagaan,
pemberian pedoman/bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidang pekerjaan umum dan permukiman;
1.1.1 Tugas dan Fungsi Kementerian Pekerjaan Umum
2 Bab I Pendahuluan
Bab IPendahuluan
g. Pengaturan penetapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara di bidang pekerjaan umum dan permukiman;
h. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang pekerjaan umum dan permukiman; i. Penanggulangan bencana yang berskala nasional di bidang pekerjaan umum dan permukiman;j. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang pekerjaan umum dan permukiman; k. Pengaturan sistem lembaga perekonomian negara di bidang pekerjaan umum dan permukiman;
penyelesaian perselisihan antar provinsi di bidang pekerjaan umum dan permukiman; l. Penetapan persyaratan untuk penetapan status dan fungsi jalan; m. Pengaturan dan penetapan status jalan nasional; penetapan pedoman konservasi arsitektur
bangunan dan pelestarian kawasan bangunan bersejarah serta pedoman teknis pengelolaan fisik gedung dan pengelolaan rumah negara;
n. Penetapan standar prasarana dan sarana kawasan terbangun dan sistem manajemen konstruksi; penetapan standar pengembangan konstruksi bangunan sipil dan arsitektur;
o. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kewenangan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan permukiman saat ini sebagian berada di tingkat Nasional dan sebagian telah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Hal tersebut, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa bidang pekerjaan umum adalah salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dalam penyelenggaraan kewenangan Pemerintah di bidang pekerjaan umum, terdapat urusan yang akan dilaksanakan sendiri, yang sebagian dapat didekonsentrasikan untuk kegiatan yang bersifat non fisik, atau yang dapat ditugas-pembantuankan untuk kegiatan yang bersifat fisik, khususnya untuk subbidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan bidang Penataan Ruang. Sebagaimana telah digariskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, maka Kementerian Pekerjaan Umum dalam periode 2010-2014 akan lebih banyak menangani aspek pengaturan, pembinaan, dan pengawasan (TURBINWAS), sedangkan aspek pembangunan akan lebih banyak bersifat sebagai stimulan.
Kewenangan dalam aspek pembangunan terlihat antara lain pada penanganan jalan nasional yang telah ditetapkan statusnya oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui Kepmen PU No. 376/2004 jo 280/2006 (penetapan jalan nasional non-tol) dan Kepmen PU No.369/2005 jo 280/2006 jo 360/2008 (penetapan jalan nasional tol dan rencana ja lan strategis nasional) ; pengembangan/pembangunan/ peningkatan/rehabilitasi/ pengelolaan/konservasi sumber daya air/jaringan irigasi/rawa/pengendalian banjir dan pengamanan pantai serta penyediaan dan pengelolaan air baku lintas provinsi/negara/strategis nasional (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air); pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
3 Bab I Pendahuluan
dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Khusus di sub bidang Cipta Karya, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di subbidang ini merupakan tanggung-jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Pusat melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat concurrent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mandat yang diberikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dibagi ke dalam 2 (dua) bidang utama, yaitu urusan bidang Pekerjaan Umum dan urusan bidang Penataan Ruang yang selanjutnya dibagi lagi ke dalam sub-sub bidang urusan sesuai dengan lingkup TURBINBANGWAS.
1.1.2 Struktur Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, Menteri Pekerjaan Umum dibantu oleh seorang Wakil Menteri sesuai dengan perpres Nomor 92 Tahun 2011.
Susunan organisasi Kementerian Pekerjaan Umum sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, yang kemudian dipertegas dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum,terdiri atas :
1. Sekretariat Jenderal2. Inspektorat Jenderal3. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air4. Direktorat Jenderal Bina Marga5. Direktorat Jenderal Cipta Karya6. Direktorat Jenderal Penataan Ruang7. Badan Pembinaan Konstruksi;8. Badan Penelitian dan Pengembangan;9. Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan;10. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Investasi;11. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat;12. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan13. Staf Ahli Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Fungsional.
Bab I Pendahuluan4
5 Bab I Pendahuluan
Selain susunan organisasi tersebut, sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 38 tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol telah dibentuk Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 295/PRT/M2005 pada tanggal 28 Juni tahun 2005. Adapun tugas dan fungsinya adalah:
a. Pengaturan jalan tol mencakup pemberian rekomendasi tarif awal dan penyesuaiannya kepada Menteri, serta pengambil alihan jalan tol pada akhir masa konsesi dan pemberian rekomendasi pengoperasian selanjutnya.
b. Pengusahaan jalan tol mencakup persiapan pengusahaan jalan tol, pengadaan investasi dan pemberian fasilitas pembebasan tanah.
c. Pengawasan jalan tol mencakup pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol dan pengawasan terhadap pelayanan jalan tol.
Sementara itu, untuk mendukung pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), telah dibentuk pula Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) yang merupakan implementasi dari UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP No. 16 tahun 2005 tentang pengembangan SPAM. Adapun tugas BPPSPAM berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 294/PRT/M/2005 adalah:
a. Mendorong peningkatan kinerja pelayanan penyelenggaraan SPAM;b. Memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan dan strategi;c. Mengembangkan sistem pembiayaan dan pola investasi pengembangan SPAM;d. Mendorong percepatan penyediaan SPAM yang dibutuhkan masyarakat; dane. Mendorong pelaksanaan penyediaan SPAM yang bertanggung jawab.
Fungsi dari BPP SPAM menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 294/PRT/M/2005 adalah:
a. Memberikan masukan kepada pemerintah dan penyusunan kebijakan dan strategi;b. Membantu pemerintah dan pemerintah Daerah dalam penerapan NSPM oleh penyelenggara dan
masyarakat;c. Melaksanakan evaluasi terhadap standar kualitas dan kinerja pelayanan Penyelenggaraan spam;d. Memberikan rekomendasi Tindak Turun Tangan (T3) terhadap penyimpangan standar kualitas
dan kinerja pelayanan penyelenggaraan;e. Mendukung dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM oleh
koperasi dan badan usaha swasta; sertaf. Memberikan rekomendasi kepada pemerintahDefault Paragraph Font;dalam menjaga kepentingan
yang seimbang antara penyelenggara dan masyarakat
Selanjutnya dalam rangka penertiban dan peningkatan pengelolaan aset negara di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, pada tahun 2008, melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008, telah ditetapkan Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara (PPBMN). Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara merupakan unit kerja eselon II yang kedudukannya langsung dibawah pembinaan Sekretariat Jenderal.
Dengan semakin luasnya layanan di Kementerian Pekerjaan Umum dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman maka pada Tahun 2010 melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Dengan dibentuknya Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum diharapkan peran Kementerian Pekerjaan Umum dalam proses pembangunan prasarana dan sarana bidang pekerjaan umum akan lebih optimal.
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 08 Tahun 2010
Bab I Pendahuluan6
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Bina Program Kemitraan
Direktorat Penataan Ruang Nasional
Direktorat Perkotaan
Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I
Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
MENTERI
WAKIL MENTERI
Direktorat Jenderal
Penataan Ruang
Sekretariat Inspektorat Jenderal
Inspektur Wilayah I
Inspektur Wilayah II
Inspektur Wilayah III
Inspektur Wilayah IV
Inspektur Khusus
Sekretariat
Jenderal
Biro Perencanaan danKerjasama Luar Negeri
Biro Kepegawaian danOrganisasi Tata Laksana
Biro Keuangan
Biro Hukum
Biro Umum
PusatKomunikasi Publik
PusatPendidikan dan Pelatihan
PusatPengolahan Data
PusatKajian Strategis
Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Bina Program
Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
Direktorat Sungai dan Pantai
Direktorat Irigasi dan Rawa
Direktorat Bina Operasi dan
Pemeliharaan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Bina Program
DirektoratBina Teknik
Direktorat Bina Pelaksana Wilayah
Direktorat Bina Pelaksana Wilayah I
Direktorat Bina Pelaksana Wilayah II
Badan Penelitiandan Pengembangan
Sekretariat Badan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan
Jembatan
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi & Lingkungan
Badan Pembinaan Konstruksi
Sekretariat Badan
Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi
Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi
Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Bina Program
Direktorat Pengembangan Permukiman
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
Direktorat Pengembangan Air Minum
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman
STAF AHLI MENTERI
1. Bidang Keterpaduan Pembangunan
2. Bidang Ekonomi dan Investasi
3. Bidang Sosial danMasyarakat
4. Bidang Hubungan antar Lembaga
5. Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Fungsional
Inspektorat
Jenderal
1.2 KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN 2010-2014
Kondisi infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman saat ini menunjukkan tingkat yang beragam. Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) belum optimal dalam mendukung pencapaian kinerja pembangunan bidang pekerjaan umum secara keseluruhan, seperti kinerja layanan jaringan irigasi yang ada dalam mendukung pemenuhan produksi pangan. Seluas 7,2 juta ha jaringan sawah beririgasi yang sudah terbangun seluruhnya berfungsi. Namun demikian, masih ada kerusakan jaringan irigasi, tercatat mencapai lebih kurang 18%, yang banyak terjadi di daerah irigasi yang potensial menyumbang pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Menurunnya fungsi jaringan irigasi (termasuk rawa) disebabkan oleh tingginya tingkat kerusakan karena umur konstruksi, bencana alam dan kurang optimalnya kegiatan operasi dan pemeliharaan di samping rendahnya keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.
Selain itu, kondisi debit sungai yang airnya digunakan untuk kebutuhan irigasi sangat fluktuatif antara musim hujan dan musim kemarau. Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Keandalan penyediaan air baku juga berkurang akibat menurunnya fungsi dan kapasitas tampungan air (seperti Waduk Gajah Mungkur, Waduk Jatiluhur, dan Waduk Mrica). Kondisi ini juga diperparah oleh kualitas operasi dan pemeliharaan yang rendah. Akses terhadap air baku untuk rumah tangga dan industri yang masih rendah memicu eksplorasi air tanah yang berlebihan (misalnya di Jakarta Utara) sehingga menyebabkan land subsidence dan intrusi air laut.
Dalam hal potensi daya rusak air, terjadi perluasan dampak kerusakan akibat banjir dan kekeringan (seperti banjir di wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berada di wilayah sungai Bengawan Solo, dan kekeringan di NTB dan NTT). Selain itu juga terdapat fenomena meluasnya kerusakan pantai akibat abrasi yang mengancam keberadaan permukiman dan pusat-pusat perekonomian di sekitarnya.
Untuk infrastruktur jalan, dari panjang jalan nasional yang sampai saat ini telah mencapai 34.628 km, tercatat kondisi jalan mantap mencapai 83,23 % (2008), rusak ringan 13,34 %, dan rusak berat 3,43 %. Sedangkan kinerja kondisi jalan nasional mantap pada tahun 2009 adalah sebesar 89 %, rusak ringan 11 %, dan rusak berat 0 %. Untuk jalan provinsi, total panjang jalan adalah 48.681 km, sedangkan total panjang jalan kabupaten adalah 288.185 Km.
Sampai akhir tahun 2009, jalan tol yang telah beroperasi baru mencapai 697,12 km. Panjang jalan tol tidak mengalami pertumbuhan signifikan sejak dioperasikannya jalan tol pertama tahun 1978 (Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59 km). Sejak tahun 1987, swasta tol sepanjang 203,30 km. Sejumlah kendala investasi jalan tol memang masih terus menghambat yaitu masalah pembebasan tanah, sumber pembiayaan, serta belum intensnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pengembangan jaringan jalan tol.
1.2.1 Kondisi Umum
mulai ikut dalam investasi jalan tol dan telah membangun jalan
7 Bab I Pendahuluan
Infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup sub bidang air minum, sanitasi, pengembangan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan menunjukkan pula kondisi yang beragam. Untuk sub bidang air minum, pada periode 2005-2009 telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam pelaksanaannya telah dirumuskan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, termasuk diantaranya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), sehingga sistem penyediaan air minum yang efektif dan berkesinambungan telah memiliki rujukan strategis yang jelas.Pembinaan terhadap PDAM belum memperlihatkan hasil yang signifikan seperti tergambar dari 340 PDAM, sekitar 70% kondisinya masih tidak sehat. Ini berarti hanya 79 PDAM yang sehat, sehingga pada tahun 2008, utang non pokok PDAM yang dinyatakan sakit yang mencapai Rp. 3,3 triliun terpaksa dihapuskan. Demikian halnya dengan utang PDAM yang dikategorikan sehat juga dihapus melalui skema debt to swap investment yang mencapai Rp. 1,1 triliun.
Diperlukan upaya keras untuk mencapai angka 20% yang ditargetkan sebagai angka kebocoran secara nasional oleh RPJMN 2005-2009. Secara total target tingkat pelayanan air minum saat ini belum mampu terpenuhi, termasuk kualitas air minum PDAM yang masih belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Prosentase cakupan pelayanan air minum perkotaan dalam RPJMN 20052009 ditargetkan sebesar 66% sedangkan perdesaan mencapai 30%. Pada akhir tahun 2009 pelayanan air minum perkotaan baru mencapai 45% dan perdesaan 10%, sehingga cakupan pelayanan air minum perpipaan nasional menjadi sebesar 20%. Di tahun 2009 cakupan pelayanan air minum di perkotaan meningkat menjadi 47,23% (44,5 juta jiwa) dari 41% di tahun 2004 (34,36 juta jiwa) sementara di perdesaan telah meningkat dari 8% di tahun 2004 (melayani 10,09 juta jiwa), menjadi 11,55% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Di sisi lain, menurut laporan regional terakhir mengenai status pencapaian MDGs untuk kawasan perdesaan, akses masyarakat terhadap sistem pelayanan air bersih nonperpipaan meningkat dari 38,2% (1994), menjadi 43,4% (2000) dan 57,2% (2006). Demikian juga halnya dengan keterlibatan swasta hingga tahun 2009 masih tergolong rendah, khususnya pada penyediaan prasarana air minum di wilayah perdesaan dan pinggiran kota
Pada subbidang persampahan, pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih rendah. Sementara upaya meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metro/besar sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari jumlah TPA di seluruh Indonesia yang mencapai 378 buah dengan luas 1,886.99 Ha, sebanyak 80,6% masih menerapkan metode open dumping, 15,5% menggunakan metode controlled lanfill dan hanya 2,8% yang menerapkan metode sanitary landfill, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa sampai saat ini sampah belum dikelola menggunakan pendekatan yang ramah lingkungan. Namun demikian telah dibangun TPA berbasis Clean Development Mechanism di 2 (dua) lokasi dan sedang dalam tahap persiapan di 11 lokasi lainnya.
8 Bab I Pendahuluan
persiapan di 11 lokasi lainnya. Upaya untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20% pada periode 2004–2009 juga masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan infrastruktur pengelolaan persampahan yang ada ternyata tidak sebanding dengan kenaikan timbunan sampah yang meningkat 2–4% per tahun, sedangkan di sisi yang lain percontohan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) saat ini masih terbatas di 80 kawasan. Secara keseluruhan sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%, masih di bawah target RPJMN (75% pada 2009) dan MDGs (70% pada 2015).
Berdasarkan data Survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 sebanyak 11,34% rumah tangga masih membuang sampah ke kali/selokan yang menyebabkan mampatnya saluran drainase. Di sisi lain banyak dijumpai pula bahwa fungsi saluran drainase tidak tegas apakah untuk mengalirkan kelebihan air permukaan atau juga berfungsi sebagai saluran air limbah. Sementara itu data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 tentang Klasifikasi Rumah Tangga Menurut Keadaan Air Got/Selokan di Sekitar Rumah menunjukkan bahwa keadaan air got lancar baru mencapai 53,83%, yaitu di perkotaan 42,76% dan di perdesaan 66,09 %; mengalir sangat lambat mencapai 10,63%, yaitu di perkotaan 9,30 % dan di perdesaan 12,37%; keadaan tergenang 3,86%, yaitu di perkotaan 3,98% dan di perdesaan 3,69%; serta yang tidak ada got mencapai 32,68%, yaitu di perkotaan 43,96% dan di perdesaan 17,84%.
Dalam penanganan air limbah secara nasional pada periode 2004–2009, berdasarkan Laporan MDGs, pada tahun 2007 akses sanitasi layak nasional mencapai 69,3%. Ini berarti bahwa angka tersebut telah melampaui target Millennium Development Goals (MDGs) sebesar 65,5% pada tahun 2015. Saat ini 77,15% penduduk nasional sudah memiliki akses terhadap prasarana dan sarana sanitasi (90,50% di perkotaan dan 67,00% di perdesaan). Prosentase aksesibilitas jumlah keluarga terhadap sarana sanitasi dasar telah meningkat dari 77,5% pada tahun 2004 menjadi 81,8% pada tahun 2007 di kawasan perkotaan. Sementara untuk kawasan perdesaan, jumlah keluarga yang memiliki akses terhadap sarana sanitasi dasar meningkat dari 52,2% pada tahun 2004 menjadi 60% pada tahun 2007. Namun pencapaian tersebut masih sebatas pada akses ke jamban dan toilet saja, belum pada akses fasilitas sanitasi yang berkualitas dengan kriteria fasilitas tersebut masih berfungsi dengan baik, digunakan sesuai dengan peruntukannya, dan sesuai dengan standar kesehatan maupun standar teknis yang telah ditetapkan. Tercatat dari data tahun 2007, banyaknya rumah tangga yang menggunakan tangki septik (praktek pembuangan tinja aman) sebesar 49,13%, yaitu 71,06% di perkotaan dan 32,47% di perdesaan. Sedangkan sisanya 50,86% rumah tangga melakukan praktik pembuangan tinja tidak aman (di kolam/sawah, sungai/danau/laut, lubang tanah, pantai/kebun) dengan prosentase di perkotaan 28,93% dan di perdesaan mencapai 67,54%. Dari kondisi secara keseluruhan saat ini prosentase pelayanan air limbah perkotaan terpusat baru sebesar 1% dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi.
Untuk penanganan bangunan gedung dan lingkungan, telah diupayakan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui kegiatan sosialisasi/ diseminasi peraturan bidang bangunan gedung dan lingkungan sebanyak 5 (lima) kali di setiap provinsi dengan target 468 kabupaten/kota; pelatihan tenaga pendata harga dan keselamatan bangunan sebanyak 3.744 orang di 468 kabupaten/ kota; pendataan dan pembinaan kelembagaan terkait bangunan gedung di 468 kabupaten/kota pada 33 provinsi; pendataan kinerja pemerintah daerah di 43 kabupaten/kota pada 8 (delapan) provinsi; serta pendataan Peraturan Daerah (Perda) terkait bangunan gedung di 468 kabupaten/kota pada 33 provinsi.
9 Bab I Pendahuluan
Kondisi saat ini juga mencatat telah tersusunnya perda tentang bangunan gedung di 15 kabupaten/kota dan 1 provinsi (Bali) dari fasilitasi terhadap 221 kabupaten/kota. Selain itu, telah disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di 203 kawasan pada 148 kabupaten/kota; Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di 59 kabupaten/kota; sistem ruang terbuka hijau telah ditangani di 150 kawasan di 33 kabupaten/kota; revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah dan tradisional telah ditangani pada 297 kawasan di 137 kabupaten/kota; dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nelayan di 748 kawasan atau melebihi target Renstra 2005-2009 yang menetapkan 733 kawasan.
Selain itu, dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) sejumlah peraturan mengenai bangunan gedung dan penataan lingkungan telah berhasil diselesaikan, diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 yang merupakan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Disamping itu telah diterbitkan pula berbagai NSPK untuk bangunan gedung yang meliputi (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; (2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung; (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung; dan (6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung. Di sisi lain sampai saat ini tingkat pemenuhan kebutuhan rumah masih menjadi permasalahan serius. Diperkirakan sampai dengan tahun 2020, rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu difasilitasi. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai 600.000 unit per tahun. Sementera itu, setiap tahun terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru rata-rata sekitar 820.000 unit rumah. Terdapat backlog pembangunan perumahan yang terus meningkat dari 4,3 juta unit rumah pada tahun 2000 menjadi sebesar 7,4 juta unit rumah pada akhir tahun 2009. Pembangunan/ pengembangan unit baru diharapkan akan meningkat sebesar 2,5% per tahun,hingga tahun 2020. Untuk pembangunan unit Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dalam rangka penataan kawasan kumuh di perkotaan mencapai 18.000 unit (2009) dari 200 unit di tahun 2005. Sementara itu berdasarkan data SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit. Dari jumlah tersebut hanya 17 juta rumah tergolong layak huni dan 34 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan. Sementara itu, pada akhir tahun 2014 diperkirakan lebih dari separuh penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan sebagai akibat laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun dan secara terus menerus telah melahirkan dynamic phenomenon of urbanization. Proses ini berakibat pada semakin besarnya suatu kawasan perkotaan, baik dalam hal jumlah penduduk maupun besaran wilayah. Di sisi lain seiring dengan otonomi daerah (kota) yang semakin menguat membawa dampak pula pada “egoisme kedaerahan” yang semakin tinggi dan disertai kekuatan-kekuatan pasar (swasta) yang terus memperlihatkan dominasinya sehingga
10 Bab I Pendahuluan
membawa dampak pada kecenderungan perkembangan dan pola penyebaran permukiman yang semakin sulit diantisipasi. Luas kawasan permukiman kumuh yang mencapai 54.000 ha pada tahun 2004 menjadi 57.800 ha pada akhir tahun 2009. Di sisi lain, penanganan kawasan tertinggal, pengembangan desa potensial melalui agropolitan, dan perencanaan pengembangan kawasan permukiman baik skala kawasan maupun perkotaan belum mencapai sasaran yang diharapkan. Target pencapaian pembangunan perdesaan potensial melalui agropolitan pada tahun 2005-2009 adalah 347 kawasan, namun baru tercapai pada 325 kawasan.
Selama periode pelaksanaan pembangunan tahun 2005–2009 sejumlah hasil penting dalam bidang penataan ruang telah dicapai, antara lain dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Namun demikian, kondisi pada bidang penataan ruang yang ditemui sampai saat ini masih cukup memprihatinkan, khususnya dalam pelaksanaan pemanfaatan Rencana Tata Ruang (RTR). Hal ini mengingat masih sering terjadinya pembangunan pada suatu wilayah tanpa mengikuti RTR. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang. Kegiatan pembangunan saat ini masih lebih fokus pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang akibat lemahnya pengendalian dan penegakan hukum di bidang penataan ruang. Penyusunan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota sampai dengan akhir tahun 2009, dari total 33 provinsi, 11 provinsi (33%) diantaranya sedang melakukan revisi dan 15 provinsi (46%) sedang dalam proses persetujuan substansi, 7 provinsi (21%) telah mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri PU.
Di tingkat kabupaten, dari total 400 kabupaten dan 1 (satu) kabupaten administrasi yang ada di Indonesia, 81 kabupaten (20%) belum melakukan revisi RTRW, 267 kabupaten (67%) sedang melakukan revisi RTRW, 30 kabupaten (8%) sedang dalam proses rekomendasi Gubernur, 14 kabupaten (4%) sedang dalam proses persetujuan substansi dan 7 kabupaten (1%) telah mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri PU.
Sementara itu di tingkat kota, dari 92 kota dan 5 (lima) kota administrasi di Indonesia sebanyak 15 kota (15%) belum melakukan revisi 65 kota (67%) telah melakukan revisi terhadap RTRWnya, 9 kota (9%) sedang dalam proses rekomendasi Gubernur, 6 kota (6%) sedang dalam proses persetujuan substansi, dan 3 kota (3%) telah mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri PU.
Di bidang jasa konstruksi saat ini masih dihadapi permasalahan-permasalahan klasik seputar lemahnya penguasaan teknologi dan akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi serta masih seringnya terjadi kegagalan bangunan dan mutu konstruksi yang belum sesuai standar. Sementara pembinaan jasa konstruksi yang selama ini berjalan ditengarai lebih menjadi bagian dari tugas Kementerian Pekerjaan Umum dan belum menjadi tanggung jawab semua pihak. Asosiasi konstruksi juga masih lebih cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan politis, sementara forum jasa konstruksi belum intens dan kurang maksimal melakukan pembinaan. Di sisi lain Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi masih menghadapi permasalahan pada proses sertifikasi yang masih kurang obyektif dan mahal, sehingga langsung atau tidak langsung menyebabkan tenaga ahli dan tenaga terampil bidang konstruksi masih jauh dari cukup.
11 Bab I Pendahuluan
Pasar jasa konstruksi nasional masih terdistorsi akibat ketidakseimbangan antara supply dan demand. Oleh karena itu perlu upaya pembinaan perusahaan jasa konstruksi melalui penerapan kualifikasi atau persyaratan dalam pendirian badan usaha jasa konstruksi. Praktik-praktik KKN dalam industri konstruksi nasional masih terlihat dalam perilaku bisnis jasa konstruksi. Kondisi ini telah membuat persaingan di industri konstruksi bukan berdasarkan kompetensi tetapi lebih mengedepankan upaya-upaya negosiasi atau lobby. Globalisasi bisnis konstruksi merupakan suatu keniscayaan. Liberalisasi perdagangan jasa konstruksi merupakan sesuatu yang telah terjadi. Indonesia sebagai negara anggota WTO akan dihadapkan pada tekanan untuk membuka pasar konstruksi domestik. Otonomi daerah sebagai instrumen desentralisasi akan menjadi pendorong perdagangan sektor konstruksi nasional untuk berkembang akibat kebijakan penanaman modal langsung ke daerah.
Adapun pada sisi manajemen, yang juga tidak kalah penting perannya dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum, kondisi saat ini yang masih dirasakan adalah belum fokus dan berjalannya fungsi-fungsi manajerial secara optimal. Kondisi mencolok yang paling terasa adalah implementasi fungsi koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar bidang/sub bidang yang menjadi kewenangan Kementerian PU yang masih lemah termasuk dengan sektor pembangunan lainnya. Selain itu dimensi penyelenggaraan infrastruktur yang berkelanjutan termasuk aspek pemanfaatan teknologi dan aspek pengelolaan yang memperhitungkan risiko kegagalan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan prima bagi masyarakat juga belum cukup mendapat perhatian. Kondisi manajerial tersebut diperlemah pula oleh sistem pengendalian internal dan belum sepenuhnya aparat pelaksana patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang mencerminkan belum cukup besarnya kemajuan dalam peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman.
12 Bab I Pendahuluan
§ Mengendalikan ancaman ketidakberlanjutan daya dukung SDA, baik untuk air permukaan maupun air tanah sebagai dampak dari laju deforestasi dan eksplorasi air tanah yang berlebihan yang telah menyebabkan land subsidence dan intrusi air asin/laut.
§ Menyediakan air baku untuk mendukung penyediaan air minum. Penyediaan air baku untuk mendukung penyediaan air minum belum dapat mencukupi sepenuhnya dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi target Millennium Development Goals (MDGs) yang menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari jumlah penduduk Indonesia harus dapat dengan mudah mengakses air untuk kebutuhan air minum.
§ Menyeimbangkan jumlah pasokan air dengan jumlah kebutuhan air di berbagai sektor kehidupan, agar air yang berlimpah di musim hujan selama 5 bulan dapat digunakan untuk memasok kebutuhan air pada musim kemarau yang berlangsung selama 7 bulan.
§ Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian beririgasi yang rata-rata terjadi ± 100.000 Ha per tahun. § Melakukan pengelolaan resiko yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti banjir, kekeringan, serta
abrasi pantai. § Melakukan upaya dan langkah mitigasi dan adaptasi bidang SDA dalam menghadapi dampak
negatif perubahan iklim.
1.2.2 Tantangan Pembangunan Sub Bidang Sumber Daya Air (SDA)
dampak negatif perubahan iklim.
13 Bab I Pendahuluan
1.2.3 Tantangan Pembangunan Sub Bidang Bina Marga (Jalan)
Menjaga integrasi nasional melalui sistem jar ingan ja lan nasional , keseimbangan p e m b a n g u n a n a nta r w i l aya h te r u ta m a percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), daerah tertinggal, daerah perbatasan, serta mengurangi kesenjangan dalam pulau maupun antara kota dan desa. Mempertahankan peran dan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam pengembangan wilayah di antara berbagai gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi kebutuhan aksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet.Mengantisipasi pertumbuhan prosentase kendaraan dibandingkan jalan yang telah mencapai 11:0,4 (pendekatan demand approach) yang terus akan mengalami peningkatan seiring perkembangan dan kompetisi global, terutama pada lintas utama dan wilayah perkotaan khususnya 8 (delapan) kota metropolitan.Meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum jalan daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan
Pemenuhan kebutuhan prasarana jalan yang mendukung sistem transportasi nasional harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil dan sistem logistik nasional.
Meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna maupun pemanfaat jalan dalam memanfaatkan prasarana jalan yang tersedia. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan serta operasi dan pemeliharaan prasarana jalan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap prasarana jalan yang ada.
14 Bab I Pendahuluan
perkuatan terutama dalam menyiapkan produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah, dan meningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan jalan.
1.2.4 Tantangan Pembangunan Sub Bidang ke-Cipta Karya-an
saing sebuah kota dan sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan.Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan pembangunan prasarana air minum.
Perlunya menetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metropolitan/besar yang sampai saat ini masih belum menuai hasil yang optimal. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang masih rendah, sementara konflik sosial yang berkaitan dengan pengelolaan TPA sampah sampai saat ini masih sering terjadi di samping ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang masih belum memadai.Meningkatkan keterpaduan penanganan drainase dari lingkungan terkecil hingga wilayah yang lebih luas dalam satu wilayah administrasi maupun antar kabupaten/kota dan provinsi. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan akan menuntut pelayanan sanitasi sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis.Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya
15 Bab I Pendahuluan
Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum.Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar 820.000 unit rumah setiap tahunnya.Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan.Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir, longsor, kekumuhan, dan rawan kriminalitas. Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan (green building) untuk mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global.Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pemanfaatan ruang bagi permukiman.Menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional.
" Melanjutkan program pengembangan kawasan agropolitan.
1.2.5 Tantangan Sub Bidang Jasa Konstruksi
mandat sebagai pembina jasa konstruksi nasional untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Tantangan ke depan pemerintah perlu lebih serius melaksanakan pembinaan jasa konstruksi mengingat meningkatnya concern terhadap jasa konstruksi. Sementara di lain pihak pembinaan jasa konstruksi yang selama ini berjalan ditengarai dan dipersepsikan lebih menjadi bagian dari tugas Kementerian PU semata dan belum menjadi tanggung jawab semua pihak.
Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia (BPKSDM) Kementerian PU menerima
16 Bab I Pendahuluan
lanjut Surat Edaran Mendagri No. 601/2006 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi di Daerah dengan membentuk unit kerja yang mengkoordinasikan pembinaan jasa konstruksi dan pengalokasian APBD untuk pembinaan jasa konstruksi perlu mendapat apresiasi yang positif.Namun unit struktural pembina jasa konstruksi daerah belum jelas dengan berlakunya PP 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah karena tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa pembinaan jasa konstruksi masuk dalam rumpun urusan pekerjaan umum. Selain itu, petunjuk teknis mengenai pembentukan unit struktural pembina jasa konstruksi di daerah belum tersedia dan Tim Pembina jasa konstruksi di tingkat pusat sesuai PP 30/2000 yang bertugas untuk mengkoordinasikan pembinaan jasa konstruksi antar Kementerian dan LPND terkait dalam rangka pembinaan jasa konstruksi daerah (provinsi) belum terbentuk. Asosiasi konstruksi juga masih lebih cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan politis, sementara forum jasa konstruksi belum intens dan kurang maksimal melakukan pembinaan. Memperkuat pasar konstruksi dan meningkatkan profesionalisme industri konstruksi. Termasuk perlunya memperkuat para pelaku usaha konstruksi kecil dan menengah antara lain karena lemahnya penguasaan teknologi dan akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi serta masih seringnya terjadi kegagalan bangunan dan mutu konstruksi yang belum sesuai standar.Dari sekitar 115 ribu kontraktor di Indonesia hampir semuanya memperebutkan 40% pangsa pasar jasa konstruksi nasional yang umumnya disediakan pemerintah (APBN dan APBD). Sedangkan 60% pasar jasa konstruksi Indonesia lainnya, justru diambil kontraktor luar negeri terutama sektor migas. Sementara permintaan keterlibatan badan usaha/tenaga kerja konstruksi di luar negeri terus meningkat.Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang jasa konstruksi, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.
Meningkatnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembinaan jasa konstruksi sebagai tindak
17 Bab I Pendahuluan
1.2.6 Tantangan Bidang Penataan Ruang
1.2.7 Tantangan Penelitian dan Pengembangan
Melengkapi peraturan perundang-undangan dan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang penataan ruang untuk mendukung implementasi penataan ruang di lapangan. Meningkatkan pemanfaatan RTR secara optimal dalam mitigasi dan penanggulangan bencana, peningkatan daya dukung wilayah, dan pengembangan kawasan.Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang terutama melalui dukungan sistem informasi dan monitoring penataan ruang di daerah untuk mengurangi terjadinya konflik pemanfaatan ruang antarsektor, antarwilayah, dan antarpelaku. Meningkatkan kepastian hukum dan koordinasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Meningkatkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat (termasuk perempuan) dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Menyediakan IPTEK siap pakai untuk: (i) meningkatkan akses masyarakat terhadap upaya upaya pengendalian pemanfaatan ruang termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap bencana; (ii) meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendayagunaan air irigasi; (iii) mengurangi kelangkaan air baku; (iv) memperbaiki kualitas air baku (aplikasi UU SDA); (v) menurunkan Biaya Operasi Kendaraan (Aplikasi UU Jalan); (vii) meningkatkan kualitas lingkungan permukiman; (viii) meningkatkan cakupan pelayanan prasarana dasar (aplikasi UU SDA, UU Sampah); dan (ix) pemanfaatan bahan lokal dan potensi wilayah.Mempercepat proses standardisasi untuk menambah jumlah SNI maupun pedoman di bidang bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil yang dapat mengantisipasi semakin meningkatnya proteksi produk dan standar oleh negara lain. Memperluas simpul-simpul pemasyarakatan IPTEK PU, Standar bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil termasuk memperluas kontribusi perguruan tinggi, asosiasi, dan media informasi dalam proses pelaksanaannya. Memanfaatkan peluang riset insentif (kegiatan riset yang didanai oleh Depdiknas bukan oleh Kementerian PU) untuk meningkatkan pengalaman dan keahlian para calon peneliti dan perekayasa sehingga dapat mengurangi kesenjangan keahlian akibat kebijakan zero growth. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga litbang internasional dalam rangka meningkatkan kompetensi lembaga maupun SDM litbang dalam mengantisipasi dampak pemanasan dan perubahan iklim global, khususnya terhadap penyediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur bidang PU dan permukiman.Memenuhi tuntutan Reformasi Birokrasi penyelenggaraan Litbangrap IPTEK yang meliputi: (i) perbaikan struktur organisasi agar tepat fungsi dan tepat ukuran; (ii) perbaikan proses kerja untuk meningkatkan kinerja Litbangrap IPTEK; (iii) memperbaiki sistem manajemen SDM untuk meningkatkan kompetensi peneliti dan perekayasa bidang PU dan permukiman; (iv) keseimbangan antara beban, tanggungjawab, dan insentif masih perlu diperbaiki; dan (v) pelaksanaan pengarusutamaan jender.
18 Bab I Pendahuluan
1.2.8 Tantangan Aspek Pengawasan
1.2.9 Tantangan Sekretariat Jenderal
Mengurangi kebocoran, meningkatkan kualitas infrastruktur dan mengayomi pelaksana yang telah bekerja dengan baik dan benar.Masih adanya hasil pembangunan sarana dan prasarana bidang pekerjaan umum dan permukiman yang kualitasnya masih rendah dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan serta tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat.Masih belum sepenuhnya dilaksanakan penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana infrasruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman pada masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.Masih terdapatnya tumpang tindih penanganan penyelenggaraan kegiatan antarunit kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.Adanya penanganan pelaksanaan kegiatan yang belum sesuai dan mengacu pada tugas pokok dan fungsi dari unit kerja yang bersangkutan.
Kualitas dan produktivitas SDM belum cukup memadai, sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai yang dijiwai semangat kewirausahaan untuk menjadi basis bagi pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/pengguna.Diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi program dan kegiatan.Diperlukan peningkatan tertib administrasi sesuai dengan perkembangan pembangunan dan daya kritis masyarakat yang terus berkembang. Dibutuhkan langkah-langkah reformasi birokrasi yang strategis, konkret dan terintegrasi. Diperlukan koordinasi internal yang kuat: antarfungsi manajemen, antarsub-bidang A, B, C, PR, serta memenuhi prinsip-prinsip good governance.Pengelolaan: Masih sangat birokratik belum inovatif (ala korporasi), masih bersifat manajemen proyek belum manajemen aset, masih terkesan hanya mengelola supply belum mengelola demand.Data aset infrastruktur nasional (pusat dan daerah) tidak lengkap. Diperlukan reformasi peraturan perundang-undangan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan administrasi. Diperlukan penyusunan produk-produk kajian untuk pimpinan Kementerian yang sifatnya early warning/pemecahan masalah yang mendesak dan produk-produk yang sifatnya permintaan pimpinan Kementerian.
19 Bab I Pendahuluan
1.2.10 Tantangan Asep Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia
1.3.1 Kondisi Umum
Peningkatan kebutuhan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman di berbagai wilayah dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.Reformasi birokrasi dalam rangka mencapai 3 (tiga) strategic goals Kementerian PU, yaitu: kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kontribusi bagi peningkatan kualitas lingkungan.Peningkatan koordinasi penyelenggaraan infrastuktur pekerjaan umum antartingkatan pemerintahan dan antarpelaku pembangunan.Penyelenggaraan good governance yang efektif untuk mengimbangi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pembangunan.Pengembangan kapasitas SDM Kementerian PU untuk mendukung perubahan peran Kementerian PU ke depan yang diharapkan berubah dari yang semula lebih dominan sebagai operator-regulator menjadi dominan regulator-fasilitator.Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang jasa konstruksi, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.
1.3 KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN TAHUN 2012
Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah, di samping faktor kualitas lingkungan hidup, image, dan masyarakat (budaya). Sementara itu, kinerja infrastruktur merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja ekonomi makro, efisiensi pemerintah, dan efisiensi usaha. Dalam hal daya saing global tersebut, maka Global Competitiveness Index 2011-2012 menempatkan Indonesia pada peringkat 46 dari 142 negara atau turun dari sebelumnya peringkat 44 pada tahun 2010-2011. Khusus dari segi infrastruktur, posisi Indonesia berada pada urutan ke 76 dari 142, dimana persepsi terhadap ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (9,5%) merupakan penyumbang ketiga sebagai faktor problematik dalam melakukan usaha setelah korupsi (15,4%) dan birokrasi pemerintah yang tidak efisen (14,3%).
Rendahnya daya saing global, khususnya dalam daya saing infrastruktur di atas menunjukkan banyaknya hal yang perlu dibenahi dalam pembangunan infrastruktur Indonesia. Pembangunan infrastruktur perlu direncanakan dengan matang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah, yang pada gilirannya akan menjadi modal penting dalam mewujudkan berbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional, termasuk kaitannya dengan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDG) pada tahun 2015 mendatang.
20 Bab I Pendahuluan
Namun untuk mencapai harapan tersebut di atas, pembangunan infrastruktur dihadapkan pada berbagai tantangan dan isu-isu strategis, diantaranya: pembangunan diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah; penyelenggaraan infrastruktur di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal politis; pembangunan infrastruktur diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mengatasi dan beradaptasi dengan fenomena perubahan iklim; penyelenggaraan infrastruktur harus responsive gender; terbatasnya investasi dan tingginya risiko investasi dalam pembangunan infrastruktur; dan koordinasi antar stakeholder yang belum optimal.
Pada akhir tahun 2011 Prestasi ekonomi Indonesia yang baik membuat Standard & Poors (SP) dan Fitch rating menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB-, dan Moody's menaikkan menjadi Baa3. Peringkat tersebut merupakan golongan peringkat investment grade. Kenaikan rating ini merupakan pengakuan dari lembaga yang menjadi rujukan investor dan menunjukkan perekonomian Indonesia terkelola dengan baik. Kenaikan peringkat ini dengan sendirinya akan meningkatkan arus investasi asing masuk ke Indonesia. Perbaikan peringkat tersebut tentunya sangat diharapkan dapat berdampak positif terhadap investasi di dalam negeri, termasuk meningkatkan investasi dalam bidang infrastruktur seperti Public Private Partnership (Kerjasama Pemerintah-Swasta), namun disisi lain hal itu juga menuntut penyediaan (demand) infrastruktur yang lebih luas dan besar.
Salah satu isu strategis yang dihadapi adalah bagaimana pembangunan infrastruktur dapat membantu mengatasi besarnya kesenjangan antar-kawasan nusantara: antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, antara Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, antara kota Jakarta dan kota-kota lainnya. Pembangunan yang minim di daerah pedesaan membuat warganya kurang menikmati hasil pekerjaan mereka. Data Badan Pusat Statistika (BPS) Maret 2011, 63,2% penduduk miskin berada di pedesaan, dan 57,78% penduduk miskin bekerja di sektor pertanian. Secara teoritik, kota merupakan mesin pertumbuhan ekonomi (the engine of economic growth), sehingga proses pengembangan wilayah terjadi karena adanya perkembangan kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, yang lalu diikuti dengan penyebaran pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya.
Pendekatan tersebut sudah terlihat sejak tahun 2011 dengan terbitnya beberapa direktif presiden dan kebijakan nasional yang tertuang diantaranya dalam Perpres 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Perpres 65 tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (P4B) yang pelaksanaannya baru efektif berjalan pada tahun 2012.
Kondisi infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) saat ini menunjukkan tingkat yang beragam, dimana sampai dengan tahun 2011: cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa telah ditingkatkan menjadi 4.077.824 Ha dari target lima tahunan (2010 - 2014) seluas 6.649.340 Ha; kapasitas tampung sumber air yang dibangun dan dijaga/dipelihara telah ditingkatkan menjadi 6,49 miliar m3 dari target lima tahun 25,6 miliar m3; debit air layanan PS air baku untuk air minum ditingkatkan menjadi 41,72 m3/detik dari target lima tahun 57,05 m3/detik; dan luas kawasan yang terlindungi banjir meningkat menjadi 64.271 Ha dari target 120.400 Ha.
21 Bab I Pendahuluan
Untuk infrastruktur jalan, panjang jalan nasional sampai akhir tahun 2011 telah mencapai ini telah mencapai 38.569 km, tercatat kondisi jalan mantap mencapai 87,04% (2010), rusak ringan 3,54%, dan rusak berat 9,42%. Sedangkan kinerja kondisi jalan nasional mantap pada tahun 2011 adalah sebesar 87,72 %, rusak ringan 7,44%, dan rusak berat 4,84%. Untuk jalan provinsi, total panjang jalan hingga akhir 2010 adalah 48.681 km, sedangkan total panjang jalan kabupaten hingga akhir 2010 adalah 288.184 Km. Sedangkan jalan tol yang telah beroperasi baru mencapai 770 km sampai akhir tahun 2011.
Infrastruktur sub bidang cipta karya yang mencakup sub bidang air minum, sanitasi, pengembangan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan menunjukkan hingga 2011, pelayanan air minum telah mencapai 6.514 L/det 178 kota/IKK dari target sebesar 8.099 L/det 857 IKK; peningkatan jumlah pelayanan sanitasi mencapai 243 kab/kota 240 kawasan dari target 605 kab/kota 554 kawasan; pembinaan 190 PDAM dari target 294 PDAM; rusunawa terbangun sebanyak 105 twinblock dari target 250; kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi 459 kawasan dari target 666 kawasan; dan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan yang ditingkatkan sebanyak 31.640 desa dari target 37.920 desa.
Di Bidang Penataan Ruang, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa RTRW Provinsi dapat ditetapkan sesuai UUPR paling lambat tahun 2009, sementara RTRW Kabupaten/Kota diharapkan dapat selesai paling lambat tahun 2010. Namun memasuki tahun 2012, jumlah RTRW Provinsi yang telah ditetapkan sebagai Perda sebanyak 12 Provinsi, sementara RTRW Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan menjadi Perda sebanyak 71 Kabupaten dan 24 Kota.
Tabel 1.1 Progres Capaian Penetapan Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota
Tahun Provinsi Kabupaten Kota
2008 0 5 0
2009 2 7 1
2010 5 5 2
2011 3 54 21
Total 10 71 24
Selain itu, setelah ditetapkannya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) pada tahun 2008 perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan RTR Pulau/Kepulauan dan RTR Kawasan Strategis Nasional. Hingga akhir tahun 2011, baru 1 RTR Pulau Sulawesi yang telah diselesaikan dan ditetapkan sebagai Perpres, sementara 6 RTR Pulau/Kepulauan lainnya masih dalam proses penyusunan. Adapun untuk RTR KSN, hingga akhir tahun 2011 sudah ditetapkan 5 RTR KSN yang terdiri dari RTR KSN Jabodetabekpunjur, RTR KSN Sarbagita, RTR KSN Mebidangro, RTR KSN Batam Bintan Karimun sehingga masih terdapat 67 RTR KSN yang masih dalam proses pembahasan dan penyusunan.
22 Bab I Pendahuluan
1.3.2 Tantangan Pembangunan Sub Bidang Sumber Daya Air (Tahun 2012)
1.3.3 Tantangan Pembangunan Sub Bidang Bina Marga (Jalan) Tahun 2012
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Air Tanah dalam rangka mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional terutama dalam mencapai surplus produksi beras 10 juta ton tahun 2014. Tantangan yang dihadapi adalah belum optimalnya kinerja pelayanan jaringan irigasi yang telah dibangun karena adanya penurunan fungsi akibat umur konstruksi dan kurangnya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, serta belum sempurnanya pembangunan sistem jaringan irigasi (Rounding Up).
Masih banyak jaringan reklamasi rawa yang belum dikembangkan dan kinerja pelayanan jaringan reklamasi rawa belum optimal. Penurunan kinerja disebabkan oleh: i) penurunan fungsi akibat umur konstruksi; ii) kurangnya operasi dan pemeliharaan; iii) masih rendahnya keterlibatan petani dan/atau stakeholder lainnya.
Masih kurangnya kapasitas tampung air karena jumlah penyediaan tampungan/wadah air yang masih terbatas dan menurunnya kinerja tampungan/wadah air yang ada. Penurunan kinerja disebabkan oleh: i) penurunan fungsi akibat umur konstruksi; ii) kurangnya operasi dan pemeliharaan; iii) masih rendahnya keterlibatan petani dan/atau stakeholder lainnya.
Penyediaan Air Baku dalam rangka pencapaian target Milineum Development Goals (MDGs) masih relatif rendah, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Hal itu disebabkan belum optimalnya pelayanan air baku akibat kurangnya operasi dan pemeliharaan, serta kurangnya sinkronisasi dengan instansi terkait.
Untuk penanganan pasca bencana dan penanggulangan banjir, tantangan yang dihadapi adalah prasarana yang mengalami penurunan fungsi karena umur konstruksi, penurunan kualitas karena kurangnya operasi dan pemeliharaan, serta masih rendahnya keterlibatan petani dan/atau stakeholder terkait.
Mundurnya garis pantai karena abrasi yang mengancam daerah permukiman dan fasilitas umum di daerah pesisir pantai, sehingga memerlukan pengaman pantai untuk meredam bahaya tersebut, terutama di pulau-pulau terluar.
Dalam penyelenggaraan sektor jalan terutama dikaitkan dengan jalan nasional terdapat kondisi dan tantangan yang menjadi pokok-pokok pemikiran dan memerlukan adanya rencana tindak yang sistematis untuk penyelenggaraan jalan kedepan. Beberapa aspek utama yang perlu diperhatikan dan menjadi tantangan masa depan penyelenggaraan jalan adalah sebagai berikut.
23 Bab I Pendahuluan
Penguatan Konektivitas Nasional. Dalam rangka penguatan konektivitas nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah, maka pembangunan jalan lintas sebagai urat nadi transportasi merupakan hal yang harus dilaksanakan dalam jangka panjang. Jaringan jalan lintas pada dasarnya sudah termuat dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijabarkan dalam Keputusan Ditjen. Bina Marga No. 48/KPTS/DB/2011 tentang Jalan Lintas Perpulau di Indonesia.
Pendekatan pengembangan jaringan jalan dalam rangka penentuan prioritas dilakukan dengan pendekatan lintas. Adapun jaringan jalan lintas utama di Indonesia yaitu Lintas Timur Sumatera, Lintas Utara Jawa, Lintas Selatan Kalimantan dan Lintas Barat Sulawesi. Untuk lintas utama Indonesia sudah tersambung semuanya, namun lintas lainnya masih terdapat missing link dan dalam kondisi tidak mantap kedepan, seluruh jalan lintas di Indonesia diharapkan tersambung dan dalam kondisi mantap.
Jalan Nasional versus Jalan Daerah. Terlepas dari kenyataan bahwa jalan merupakan moda transportasi dominan dengan besaran sekitar 82% dari total seluruh moda transportasi, membuat peran jalan menjadi sangat penting didalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari, pengguna jalan tidak mengenal fungsi jalan (arteri, kolektor, lokal, atau lingkungan) maupun status jalan (nasional, provinsi, kabupaten/kota, atau desa) karena sama-sama berfungsi untuk melayani pengguna dan stakeholdernya. Data World Bank 2012, menunjukkan bahwa dalam hal panjang, maka jalan kabupaten merupakan jalan yang terpanjang, sedangkan dikaitkan dengan kualitas, maka jalan nasional merupakan jalan yang berkondisi relatif jauh lebih baik dari jalan daerah.
24 Bab I Pendahuluan
Gambar 1.3 Jaringan Jalan Lintas di Indonesia
Status Jalan Panjang
(KM)
Panjang
(%)
Perkerasan
(%)
Nilai Aset
terhadap % PDB
Penggunaan Jaringan
(% jumlah kendaraan (milyar) KM/tahun)
Kondisi
Mantap (%)
Nasional 38.570 8.1 91 2.8 34 86
Provinsi 48.691 10.2 81 2.3 19 63
Kabupaten/Kota 384.810 80.7 55 10.1 33 43
DKI Jakarta 6.266 1.3 79 0.3 10 64 Tol 742 0.2 100 0.1 4 96 Total 477.079 100.0 61 15.6 100 54
Tabel 1.3 Kondisi Jaringan Jalan Indonesia Menurut Status Tahun 2009
Dari total panjang jalan di Indonesia, maka jalan kabupaten merupakan jalan yang terpanjang dan tentunya memiliki peran yang signifikan, walaupun beban lalu lintas yang diembannya tidak seberat beban jalan nasional. Perbedaan antara keduanya, yakni antara jalan nasional dengan jalan kabupaten adalah apabila jalan nasional kondisi pada tahun 2011 sepanjang 87,72% mantap dan sangat padat tingkat kemacetannya (Data Kondisi Jalan Nasional Semester II Tahun 2011). Dilain pihak jalan kabupaten 43% mantap, dan walaupun lalu lintasnya tidak sepadat jalan nasional, akan tetapi karena kondisi buruknya tersebar banyak, maka pengguna jalan pun harus memperlambat kecepatan kendaraannya ketika melewati jalan kabupaten. Rasio jalan dengan luas area luas wilayah (1.5 km/1.000 orang) masih tergolong rata-rata dibandingkan dengan ASEAN dan internasional.
25 Bab I Pendahuluan
Grafik 1.1 Kondisi dan Perkembangan Jalan Kabupaten
Gambar diatas menggambarkan kondisi dan perkembangan jalan kabupaten dari tahun 2001 sampai dengan 2009. Berdasarkan diagram dari data BPS di atas menunjukkan bahwa kabupaten tetap dapat mempertahankan kondisinya minimal sama dengan kondisi tahun 2001. Kondisi tersebut tidak menandakan bahwa dana untuk jalan kabupaten bukan tidak ada, akan tetapi dengan melihat pertumbuhan jalan baru dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2009, hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah kabupaten cenderung lebih memprioritaskan pembangunan jalan baru daripada pemeliharaan jalan eksisting.
Pembangunan jalan bebas hambatan atau jalan tol, walaupun sudah diterbitkan UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, akan tetapi sampai saat ini masih terdapat kendala dalam pembebasan lahan. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya target pembangunan jalan bebas hambatan (jalan tol). Kemajuan dari pembangunan jalan tol tergolong lambat dan hanya sekitar 770 km yang sudah operasional terhitung dari awal jalan tol di operasikan semenjak tahun 1978 (Kepmen PU No. 92/KPTS/M/2011) sampai dengan akhir tahun 2011. Perlu adanya terobosan dalam percepatan penyelenggaraan jalan tol. Apabila dibandingkan pembangunan jalan tol atau expressway di Indonesia dengan lima negara ASEAN lainnya, seperti nampak pada berikut yang menggambarkan Backlog Experssway Development Indonesia masih diatas Vietnam, akan tetapi masih dibawah Thailand, Filiphina, Cina dan Malaysia.
Sumber: World Bank, 2012
26 Bab I Pendahuluan
Grafik 1.2 Posisi Indonesia dalam Pengembangan Jalan Tol
Biaya transportasi darat dibandingkan dengan empat negara lainnya seperti tampak pada grafik berikut juga terlihat bahwa Indonesia memegang rekor biaya transportasi darat tertinggi di bandingkan empat negara lainnya.Tingginya biaya transportasi darat adalah karena masih ada beberapa link yang tidak mendukung konektivitas, baik karena missing link, ataupun non direct route. Hal ini ditunjukkan bahwa untuk menempuh perjalanan sekitar 100 km, apabila empat negara lainnya hanya memerlukan 1.5 s/d 2 jam, Indonesia memerlukan waktu lebih dari dua jam. Apabila tingkat kecepatan rata-rata dibagi dalam 6 pulau besar, maka hasilnya adalah sebagai berikut
Grafik 1.3
Grafik 1.4
Perbandingan Biaya Transportasi Antar Pusat Ekonomi
Perbandingan Waktu Tempuh Antar Pulau Utama di Indonesia
Gambar tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Jawa waktu tempuh saat ini diperkirakan membutuhkan waktu 2.5 jam, di Pulau Sumatera sekitar 2.7 jam, sedangkan Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTT dan Papua-Maluku sekitar > 3 jam.
Preservasi jalan merupakan hal penting dalam penyelenggaran jalan untuk menjaga kondisi jalan dalam keadaan mantap. Berdasarkan analisa yang dikemukakan oleh studi dari Ditjen. Bina Marga dari total 1.243 kontrak preservasi diperoleh data-data berikut:a. Pemaketan kontrak terbilang dalam
jumlah/besaran yang kecil, dan lebih dari separuh kontrak pemeliharaan rutin anggarannya < US$. 100,000
b. Mayoritas paket kontrak untuk pemeliharaan berkala anggarannya < US$. 500,000
c. Dengan biaya US$. 4.455,- untuk pemeliharaan rutin dan US$. 159,920/km sampai dengan US$. 100,000/km untuk pemeliharaan berkala tergolong mahal dibandingkan dengan rata-rata pembiayaan rutin dan berkala internasional. Empiris internasional menunjukkan bahwa unit cost untuk pemeliharaan rutin adalah antara US$. 2,000 s/d US$. 5,000 dan antara US$. 70,000 s/d US$100,000 untuk pemeliharaan berkala.
27 Bab I Pendahuluan
Dalam penyelenggaraan pemeliharaan rutin, masih banyak mempergunakan swakelola, yang mengakibatkan besaran jumlah pekerja yang sistem pembiayaannya dilakukan bulanan tanpa dihubungkan dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Hal ini tentu saja masih merupakan pemborosan dan perlu diperbaiki dengan mempergunakan penanganan jalan berdasarkan kinerja atau biasa dikenal dengan istilah Performance-Based Contract (PBC) yang saat ini baru dilakukan pilot project pada 5 proyek di Pulau Jawa yaitu di Provinsi Jawa Barat pada ruas Ciasem-Pamanukan (18.5 KM), di Provinsi Jawa Tengah pada ruas Semarang-Bawen (5.1 KM) dan Demak-Trengguli (7 KM), dan di Provinsi Jawa Timur pada ruas Bojonegoro-Padangan (11 KM) dan Padangan-Ngawi (10.7 KM).
Penyelengaraan jalan tol masih merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara seksama, pasti dan paling penting adalah keberanian untuk mengimplementasikan aturan yang sudah ada. Pembangunan jalan tol masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Apabila di masa lalu, tidak terakomodasinya "Exit Clause" yaitu karena pemegang konsesi tidak memenuhi kewajibannya, maka pada masa reformasi ini pun - setelah UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan terbit, diikuti dengan PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol - masih terdapat kendala yang perlu ditengarai oleh pemerintah. Kesulitan dalam pengadaan lahan, walaupun saat ini sudah ada keputusan tentang pembebasan lahan baru, penegakkan hukum terhadap pembebasan lahan masih perlu pembuktian pada program-program pembebasan lahan jalan tol.
Sumber Daya Manusia. Penilaian World Bank 2012 menyatakan bahwa dalam jumlah pegawai, dibandingkan dengan panjang jalan masih sangat besar apabila dibandingkan dengan rata-rata internasional yang tercatat sekitar 11.2 orang/per km, dan dibandingkan standar internasional sekitar 2 orang/100km. Pada tahun 2011, dilakukan tes kemampuan kepada para Kepala Satuan Kerja (Satker) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada aspek pengendalian proyek dan kontrak di sepuluh Balai Penyelenggaraan Jalan Nasional.
28 Bab I Pendahuluan
Pembangunan Jalan Tol Benoa Nusa Dua Bali
1.3.4 Tantangan Pembangunan Sub Bidang ke-Cipta Karya-an tahun 2012§Tantangan pembangunan perkotaan ke depan:
a) Kota-kota, khususnya kota besar dan metropolitan, perlu meningkatkan daya saing di tingkat internasional, karena persaingan global saat ini menuntut kota agar mampu berperan sebagai tempat beraktivitas yang kompetitif dan bertaraf internasional, dimana sangat dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur, kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaannya.
b) Kota-kota, khususnya yang terkena dampak langsung perubahan iklim, perlu meningkatkan kemampuan dan kapasitas dalam upaya antisipasi dampak perubahan iklim, yang perlu diarusutamakan dalam seluruh kegiatan pembangunan dan pengelolaan perkotaan.
c) Kota-kota perlu meningkatkan kemampuan dan kapasitas untuk penyelenggaraan pengelolaan perkotaan pada era desentralisasi dan demokratisasi tata pemerintahan melalui penguatan kerjasama antarkota maupun antara kota dengan daerah di sekitarnya.
§Tantangan pembangunan perdesaan (di daerah tertinggal, perbatasan, pesisir, dan pulau-pulau kecil):a) Masih rendahnya kapasitas dan pelibatan masyarakat serta kelembagaan perdesaan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan untuk pembangunan desanya.b) Masih rendahnya kesempatan kerja dan upah kerja di perdesaan.c) Masih rendahnya akses masyarakat untuk memperoleh berbagai pelayanan dasar maupun untuk
peningkatan kemampuan dan keterampilannya dalam mengembangkan usaha ekonomi dan kewirausahaan.
d) Belum optimalnya penyediaan berbagai informasi dan teknologi tepat guna yang dibutuhkan masyarakat dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan.
§Tantangan pengembangan ekonomi lokal dan daerah ke depan adalah kesenjangan antardaerah, pengangguran di perdesaan, globalisasi dan daya saing, serta lingkungan dan bencana alam. Dengan demikian, peningkatan daya saing ekonomi daerah sangat dibutuhkan untuk mendukung peningkatan daya saing nasional.
§Tantangan pengembangan kawasan strategis dalam konteks KAPET, KPBPB dan KEK ke depannya adalah membangun kebijakan dan strategi yang komprehensif sehingga pengembangan kebijakan antar kawasan dapat sinergi dalam mengurangi kesenjangan antar wilayah dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta bersinergi dengan konsep koridor ekonomi nasional yang telah ditetapkan.
§Tantangan pengembangan kawasan perbatasan adalah belum optimalnya upaya fasilitasi dalam pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan terutama untuk memenuhi kebutuhan penanganan permasalahan di kecamatan perbatasan yang sangat bervariasi sesuai karakteristiknya masing-masing.
29 Bab I Pendahuluan
§Tantangan yang mendesak untuk diselesaikan pada kawasan rawan bencana:a) Peningkatan kapasitas penanggulangan bencana pemerintah daerah dan masyarakat melalui
pelatihan dan pembinaan penanggulangan bencana.b) Dengan memperhatikan ancaman bencana yang masih akan terus terjadi maka kapasitas tanggap
darurat yang meliputi penanganan korban bencana, penanganan pengungsi, pemenuhan kebutuhan logistik dan peralatan masih perlu untuk ditingkatkan dalam rangka mencapai efisiensi dan efektifitas.
c) Keterbatasan sumber daya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, menyebabkan terhambatnya proses pemulihan wilayah pasca bencana yang memerlukan dukungan percepatan berbagai pemangku kepentingan.
d) Koordinasi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program/kegiatan, komitmen alokasi anggaran, serta tata kelola dan manajemen aset perlu ditingkatkan.
§Tantangan pada bidang bangunan gedung:a) Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan bangunan gedung.b) Masih lemahnya penyelenggaraan pengaturan bangunan gedung.c) Masih rendahnya kualitas pelayanan publik dalam penyelenggaraan bangunan gedung.d) Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dengan baik.e) Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap peraturan-peraturan terkait penyelenggaraan
bangunan gedung.
§Tantangan pada bidang pengelolaan rumah negara:a) Masih banyaknya asset negara berupa tanah dan bangunan gedung yang belum teradministrasikan
dengan baik.b) Masih banyaknya bangunan gedung/gedung negara yang belum memenuhi persyaratan untuk
mencapai kelaikan bangunan gedung.c) Masih adanya penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara yang kurang tertib.
§Tantangan pada bidang penataan lingkungan permukiman:a) Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan ruang terbuka hijau (open public space) serta sarana
dan prasarana lingkungan yang layak.b) Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan antisipasi pencegahan bahaya kebakaran berskala
lingkungan.c) Menurunnya fungsi kawasan dan terjadinya degradasi kawasan kegiatan ekonomi di perkotaan serta
kawasan tradisional/bersejarah.
§Tantangan bidang administrasi dan pemerintahan:a) Masih perlu ditingkatkannya transparansi dan pengembangan sistem informasi bidang penataan
bangunan dan lingkungan.b) Masih perlunya peningkatan akuntabilitas dan kemampuan pengawasan penyelenggaraan bangunan
gedung dan penataan lingkungan permukiman.c) Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah.
30 Bab I Pendahuluan
e) Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.
f) Masih perlu didorong pengembangan teknologi dan mutu pelaksanaan bidang penataan bangunan dan lingkungan.
g) Masih terbatasnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan penataan bangunan dan lingkungan yang tersedia.
§Tantangan bidang penyehatan lingkungan permukiman: Kondisi wilayah geografis Indonesia yang luas dan tidak meratanya penyebaran penduduk merupakan sebagian dari penyebab terjadinya kesenjangan pembangunan dan belum memadainya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap sarana dan prasarana infrastruktur permukiman. Kondisi tersebut menjadi tantangan serius dalam upaya pencapaian target MDG's pada tahun 2015 yakni untuk mengurangi separuh penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Untuk itu dibutuhkan peningkatan pelayanan sanitasi layak, aman, terjangkau dan didukung oleh sarana dan prasarana dasar serta utilitas yang memadai.
§Tantangan dalam Infrastruktur Tanggap Darurat: Direktorat Jenderal Cipta Karya rencananya akan mendapatkan bantuan modul peralatan Small Scale Water Treatment Plant Emergency Relief (SSWTP-ER) dari Pemerintah Spayol untuk mendukung tugas pokok penanganan tanggap darurat. Dengan adanya rencana itu, akan dibangun beberapa gudang/depo di 4 (empat) provinsi dengan tujuan dapat menampung/menyimpan peralatan tanggap darurat sehingga dapat didistribusikan ke daerah bencana secara cepat dan tepat sasaran dengan waktu tempuh lebih singkat daripada gudang terpusat di Jakarta.
§Tantangan dalam Pembinaan Teknik Air Minum dan Sanitasi: Seiring dengan perkembangan kota maka diperlukan pula sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran aktivitas atau kegiatan masyarakat dalam suatu wilayah. Tak terkecuali sarana dan prasarana bidang Cipta Karya seperti perumahan, sarana dan prasarana air minum, serta sarana dan prasarana sanitasi. Pengelola sarana dan prasarana tersebut berbeda-beda di setiap daerah. Sarana dan prasarana tersebut semakin berkembang baik dari segi kuantitas maupun teknologi mengikuti perkembangan penduduk maupun perkembangan kegiatan di daerah masing-masing. Oleh karena itu, pengelola tiap prasarana tersebut juga dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang berpengetahuan dan berkemampuan cukup. Di sinilah dibutuhkan balai teknik air minum dan sanitasi dalam rangka menciptakan sumber daya manusia pengelola sarana dan prasarana air minum dan sanitasi. Diharapkan melalui kegiatan bintek sumber daya manusia di kedua bidang tersebut terus berkembang sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh instansi-instansi pengelola air minum dan sanitasi.
31 Bab I Pendahuluan
1.3.5 Tantangan Bidang Penataan Ruang Tahun 2012§Percepatan penyelesaian penetapan RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota perlu terus didorong
dalam rangka pemenuhan amanat UU Penataan Ruang yang mensyaratkan RTRW Provinsi telah diselesaikan pada tahun 2009 dan RTRW Kab/Kota telah diselesaikan pada tahun 2010. Adapun upaya mendorong penyelesaian penetapan RTRW tersebut dilakukan melalui percepatan proses persetujuan substansi oleh Menteri Pekerjaan Umum selaku Ketua Tim Teknis BKPRN, yang dalam pelaksanaannya didelegasikan kepada Direktorat Jenderal Penataan Ruang serta memfasilitasi bimbingan teknis dalam proses legislasi RTRW. Hingga akhir tahun 2011, seluruh Provinsi telah mendapatkan persetujuan substansi; jumlah Kabupaten yang belum diberikan persetujuan substansi sejumlah 97 Kabupaten; serta jumlah Kota yang belum memperoleh persetujuan substansi sebanyak 38 Kota.
Progres Capaian Persetujuan Substansi RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota Tabel 1.2
Tahun Provinsi Kabupaten Kota 2008
1
3
0
2009
9
6
4
2010
6
30
7
2011
17
262
44
Total
33
301
55
§Rencana Rinci yang merupakan pendetilan dari RTRWN perlu segera diselesaikan agar dapat segera dioperasionalisasikan mengingat muatan RTRWN sendiri akan melalui proses review lima tahunan. Untuk RTR Pulau/Kepulauan, masih terdapat 5 RTR Pulau/Kepulauan yang belum diselesaikan. Sementara untuk RTR KSN, masih terdapat 25 RTR KSN dalam tahap pembahasan dan 44 RTR KSN masih dalam tahap pra penyusunan materi teknis.
§Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota dan Kawasan Perkotaan perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam UU Penataan Ruang. UU PR mengamanatkan bahwa Kota/Kawasan Perkotaan harus dapat menyediakan RTH sebesar 30 persen dari keseluruhan luas wilayah yang terdiri dari 20 persen RTH Publik dan 10 persen RTH Privat. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah perlu terus dirangsang dan dibina dalam rangka penyediaan RTH baik Publik maupun Privat. Pemerintah Pusat perlu menyiapkan program ataupun suatu pola pembinaan dalam rangka memberikan stimulan kepada Pemerintah Daerah untuk terus mengupayakan perwujudan ruang-ruang hijau terutama di kawasan kota dan perkotaan.
32 Bab I Pendahuluan
1.3.6 Tantangan dalam Aspek Sumber Daya Manusia Tahun 2012Pengembangan SDM di bidang pekerjaan umum dan permukiman dilaksanakan untuk memperoleh SDM yang berintegritas, produktif, kompeten, profesional, disiplin, berkinerja tinggi, dan sejahtera agar dapat mencapai 3 (tiga) strategic goals Kementerian PU dan prioritas pembangunan nasional, serta meningkatkan kinerja penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan permukiman agar tugas dan fungsi yang diemban oleh Kementerian PU dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Pengembangan SDM juga diperlukan untuk memenuhi tuntutan perubahan peran Kementerian PU yang diharapkan berubah dari semula lebih dominan sebagai provider-operator menjadi dominan sebagai regulator-fasilitator yang berorientasi pada peningkatan TURBINWAS ke daerah dalam rangka pelaksanakan tugas pembantuan, dekonsentrasi, serta pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK). Untuk itu sejak tahun 2006 Kementerian PU telah melakukan upaya reformasi perekrutan, pembinaan, penempatan calon PNS, serta evaluasi kinerjanya secara signifikan yang perlu terus dilanjutkan.
Pengembangan SDM di bidang pekerjaan umum dan permukiman dilaksanakan melalui pembinaan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan jalur jabatan struktural dan jabatan fungsional. Mendukung upaya ini, maka adanya konsistensi kebijakan nasional tentang pengembangan SDM PNS yang ramping struktur dan kaya fungsi untuk diterapkan pada pengembangan organisasi di tiap-tiap Kementerian dan lembaga sangat diperlukan. Selain itu diperlukan juga adanya penyetaraan penghargaan antara pejabat struktural dan fungsional, disamping terus dibenahinya hubungan kerja yang seimbang dan baik antara pejabat fungsional dengan struktural, serta penempatan yang menyatu antara pejabat fungsional dan struktural sesuai tingkatannya. Pengembangan orientasi pada jabatan fungsional yang akan terus didorong di masa depan memerlukan penyusunan job description, pola rekrutmen, career planning, remunerasi, pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis kompetensi, serta reward dan punishment.
Kebijakan peningkatan kapasitas dan kualitas SDM ini, salah satunya ditempuh melalui pengembangan dan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang selaras dan terintegrasi dengan pola career planning. Setiap kenaikan posisi jabatan harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi baik substansi manajerial, teknis, maupun fungsionalnya. Oleh karenanya, pelaksanaan diklat harus didasarkan pada kebutuhan peningkatan kompetensi individu maupun kinerja unit organisasi yang mengutusnya. Diklat yang dikembangkan harus berbasis kompetensi dengan kurikulum yang memperhatikan jenis dan jenjang diklat serta target group-nya. Pelaksanaan diklat dapat dilakukan baik di institusi diklat intern Kementerian PU maupun institusi diklat di luar Kementerian PU, baik di dalam maupun di luar negeri.
Ke depan, institusi diklat juga harus menyiapkan diri menjadi unit Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi yang belum. Dengan tuntutan tersebut, maka pola kerja sama dengan berbagai mitra kerja harus terus dikembangkan, terutama dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam upaya untuk mempercepat peningkatan kompetensi SDM di Bidang Pekerjaan Umum dan permukiman juga perlu dilakukan Training of Trainers substansi bidang pekerjaan umum dan permukiman bagi instruktur yang ada pada unit-unit kerja diklat di tingkat provinsi sehingga mereka dapat memberikan diklat untuk PNS di provinsinya sendiri maupun di kabupaten/kota. Pelaksanaan diklat di masa depan juga memerlukan pembenahan, penguatan, dan sinergi institusi dengan unit-unit kerja lainnya, seperti kepegawaian dan kelembagaan di internal Kementerian PU termasuk dengan institusi daerah.
33 Bab I Pendahuluan
1.3.7 Tantangan dalam Bidang Pengawasan Tahun 2012§Sumber daya manusia yang menyandang predikat auditor adalah 91 orang dan dengan jumlah yang
sangat terbatas tersebut berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pengawasan. Dengan terbatasnya jumlah auditor tersebut, pelaksanaan tugas pengawasan semakin berat, pada tahun 2012 terdapat 19 orang mengalami pensiun, sehingga jumlah auditor pada tahun 2012 sebanyak 91 orang terdiri dari Auditor Madya = 16 orang, Auditor Muda/Pertama = 68 orang, Auditor Pelaksana =7 orang. Dilain pihak terdapat kendala dalam rekruitmen auditor, dibandingkan dengan beban tugas jumlah auditor masih kurang, sehingga belum dapat menjangkau seluruh Satker/Pejabat Pembuat Komitmen yang ada.
§Masih lemahnya pengawasan melekat oleh atasan dan atau atasan langsung mengakibatkan masih tingginya penyimpangan terhadap peraturan perundangan.
§Pengawasan melekat sebagai salah satu kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan maupun swasta. Peningkatan fungsi pengawasan melekat di lingkungan aparatur pemerintah bertolak dari motivasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, dengan cara sedini mungkin mencegah terjadinya kekurangan dan kesalahan dalam merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing. Pelaksanaan pengawasan melekat yang demikian tersebut dapat mengurangi dan mencegah secara dini terjadinya berbagai kelemahan dan kekurangan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok masing-masing.
§Tuntutan yang semakin meningkat dan peluang untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bebas dari praktik-praktik KKN ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Presidan Nomor 74 Tahun 2012, Inpres 15/2012.
§Koordinasi dan Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) belum efektif. Dalam hal ini koordinasi Itjen baik dengan BPKP maupun Inspektorat Provinsi terlihat dari pelaksanaan PKAT yang tidak sesuai rencana.
§Pimpinan Instansi belum sepenuhnya menerapkan Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah sebagaimana diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008.
§Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP) merupakan Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
34 Bab I Pendahuluan
§Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:a) Lingkungan pengendalianb) Penilaian risikoc) Kegiatan pengendaliand) Informasi dan komunikasie) Pemantauan pengendalian intern
Keterkaitan kelima unsur sistem pengendalian intern menjelaskan bahwa unsur yang terjalin erat satu dengan yang lainnya. Proses pengendalian menyatu pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai. Oleh karena itu, yang menjadi fondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai instansi pemerintah.
Tabel berikut ini berisi informasi tentang kondisi sumberdaya kelitbangan (SDM, aset, anggaran DIPA dan beban SDM) yang telah diperhitungkan pada saat penyusunan Renstra dan harus dipantau setiap tahun. Kondisi sumberdaya kelitbangan tersebut sangat berpengaruh dalam menghadapi tantangan-tantangan yang harus dihadapi selama melaksanakan Renstra.
Kondisi dan Tantangan Pembangunan tahun 2012
1.3.8 Tantangan dalam Penelitian dan Pengembangan Tahun 2012
Tabel 1.4
Uraian Kondisi dan Tantangan 2010 2011 2012
Kondisi 1. Total SDM Balitbang (orang) 1.193 1.172 1.174 2. Pejabat Fungsional (orang) 281 268 265 3.
Nilai Aset Fisik (dalam Milyar Rp.)
1.176
1.277
63.370
4.
Nilai Aset Non Fisik (Tak Berwujud) dalam milyar Rp
293.897
248.064
102.434
5.
Anggaran (DIPA Realisasi dalam milyar Rp)
297.121
414.296
384.452 6.
Beban SDM dalam milyar Rp/kapita
0,249
0,353
0.327
Tantangan Litbang 1.
Menyediakan IPTEK dan NSPK Siap pakai (Mdg, 3-Pro, MAPI, MP3EI, MP3KI, Perbatasan, Ekonomi Kreatif, Ketahanan pangan,dll)
Papua, Mdg, MP3EI, MAPI, Pangan
Kaltim, Mdg, MP3EI, MAPI, Ekonomi-kreatif, Pangan
Kalbar (PALSA), Mdg, MP3EI,
MAPI, Ekonomi-kreatif, Pangan
2.
Mempercepat proses Standardisasi
Gempa
Gempa
AHSP, Gempa
3.
Memperluas Simpul Pemasyarakatan IPTEK
Perintisan
Universitas
Pemda
4.
Memanfaatkan Peluang Riset Insentif
Riset Unggulan (Dikti)
Riset Unggulan (BPPT)
Riset Unggulan
5.
Melakukan kerjasama dengan Lembaga Litbang Internasional
Capacity Building (SDA)
Riset Bersama (Jatan)
Capacity Building (SDA)
6.
Memenuhi Tuntutan Reformasi Birokrasi
Disain RB & Org
RB-4 (Tala)
RB-5 (SDM)
35 Bab I Pendahuluan
Sebagaimana tertera pada tabel tersebut, total SDM Balitbang, dan pejabat fungsionalnya cenderung menurun dibandingkan pada tahun 2010. Namun, dengan alokasi anggaran yang lebih kecil dari tahun sebelumnya, maka penurunan tersebut dapat membantu penurunan beban tugas SDM/kapitanya. Ditinjau dari asset Balitbang baik fisik (gedung, laboratorium dan peralatan kerja lainnya), maupun asset non fisik (karya Ilmiah, karya NSPM,perangkat lunak, dll) secara keseluruhan cenderung menurun. Namun, nilai asset (BMN) fisik meningkat, sedangkan asset tak berwujud cenderung menurun secara drastik pada tahun 2011 ke tahun 2012.
Disisi lain, Balitbang menghadapi beberapa tantangan yang harus dihadapi selama melaksanakan Renstra. Tantangan tersebut antara lain adalah:
1. Hasil IPTEK dan NSPM (K), yang ada maupun dihasilkan selama 3 tahun pelaksanaan renstra harus mampu menunjang program-program Kementerian dan program-program Nasional seperti MDG, MAPI, MP3EI, MP3KI, Ketahanan pangan, penanganan masalah perbatasan, ekonomi kreatif dan program berkeadilan (pro poor, pro job, pro growth, pro environment).
2. Hasil litbang yang berhubungan dengan kepentingan internasional harus segera distandarkan. Untuk itu, diperlukan simpul simpul layanan informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh para penggunanya didaerah.
§Masih lemahnya jejaring kerja dengan para unit pelaksana teknis dari direktorat jenderal di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum;
§Standar Operating Procedure (SOP) belum dimutakhirkan, sampai dengan TA 2013 ini Bagian Kepegawaian masih melakukan pemutakhiran SOP bersama Bagian-Bagian lainnya;
§Belum optimalnya kapasitas dan kompetensi SDM Sekretariat Badan Pembinaan Konstruksi untuk pelaksanaan anggaran untuk mengimbangi kemungkinan peningkatan alokasi anggaran Program Pembinaan Konstruksi setiap tahunnya;
§Masih rendahnya inventarisasi data kerjasama antara unit kerja pelaksana teknis di lingkungan Badan Pembinaan Konstruksi dengan instansi internal dan eksternal;
§Masih rendahnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah baik di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota mengingat posisi kelembagaan pembinaan konstruksi yang tidak seragam;
§Pemerintah Daerah Provinsi belum seluruhnya memiliki Peraturan Daerah tentang Pembinaan Jasa Konstruksi;
§Keterbatasan SDM pembinaan jasa konstruksi di Daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendukung;
§Dinamika struktural Pemerintah Daerah yang masih belum memprioritaskan Jasa Konstruksi, sehingga kepentingan untuk pembinaan jasa konstruksi masih sebatas ada tidaknya alokasi dana pembinaan konstruksi ke Pemerintah Daerah;
§Kemungkinan terjadinya pemotongan anggaran dan/atau perubahan sistem akuntansi anggaran oleh Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan yang dapat menyebabkan rendahnya pencapaian target;
1.3.9 Tantangan dalam Pembinaan Jasa Konstruksi Tahun 2012
36 Bab I Pendahuluan
§Penolakan keterlibatan Pemerintah oleh oknum asosiasi perusahaan/profesi jasa konstruksi, yang diikuti dengan tingginya frekuensi gugatan terhadap produk hukum tentang jasa konstruksi yang diterbitkan oleh Badan Pembinaan Konstruksi;
§Masih adanya rekanan penyedia barang/jasa yang berkinerja di bawah standar;§Kemungkinan promosi bagi jabatan yang ditinggalkan oleh pejabat yang pensiun atau mutasi diisi
dari luar Sekretariat Badan Pembinaan Konstruksi;§Perubahan tatanan organisasi di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pasca PP 41/2007 yang
menyebabkan berkurangnya/hilangnya unit struktural pembinaan Konstruksi daerah;§Pelaksanaan dekonsentrasi pembinaan jasa konstruksi di daerah tidak sesuai rencana;
1.4 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMRencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014 telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2010 dan telah efektif berlaku pada Tahun Anggaran 2010. Renstra Kementerian Pekerjaan Umum merupakan bagian dari penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) sebagai turunan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang mewajibkan seluruh Kementerian/Lembaga pemerintah untuk menetapkan Rencana Strategis (Renstra).
Berdasarkan dokumen Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, disebutkan bahwa program prioritas yang terkait dengan perencanaan pembangunan bidang PU adalah:
1) Kesehatan, penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan diantaranya dengan perluasan penyediaan prasarana dan sarana air bersih, pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7 tahun pada tahun 2009 menjadi 72,0 tahun pada tahun 2014, dan pencapaian keseluruhan sasaran millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Dalam prioritas kesehatan ini terdapat program pembangunan bidang PU, antara lain: penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk - akses terhadap sanitasi dasar (air limbah, persampahan, dan drainase) yang berkualitas dan menjangkau 75% penduduk sebelum 2014.
2) Penanggulangan kemiskinan, penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan perbaikan distribusi pendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi. Dalam prioritas penanggulangan kemiskinan terdapat program pembangunan bidang PU, antara lain: - pemberdayaan masyarakat dan percepatan penanggulangan kemiskinan & pengangguran di kelurahan/ kecamatan (PNPM perkotaan); - pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial dan percepatan penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan infrastruktur & pemberdayaan masyarakat desa (RIS PNPM+PPIP); - pembangunan prasarana dan sarana air limbah dengan sistem on-site; - Pembangunan Prasarana Dan Sarana Air Minum Perdesaan.
37 Bab I Pendahuluan
1) Ketahanan pangan, peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian,peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Dalam prioritas ketahanan pangan terdapat program pembangunan bidang PU, antara lain: - pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya mencakup kegiatan pembangunan, rehabilitasi, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi; pembangunan, rehabilitasi, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan rawa; pembangunan, rehabilitasi, pengoperasian dan pemeliharaan sumur air tanah; pembangunan, rehabilitasi jaringan tata air tambak; pembangunan waduk, situ/embung; pengembangan daerah irigasi dan drainase di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.
2) Infrastruktur, pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dan mengutamakan kepentingan masyarakat umum di seluruh bagian negara kepulauan Republik Indonesia dengan mendorong partisipasi masyarakat. Dalam penanganan infrastruktur dilakukan dengan program aksi bidang infrastruktur sebagai berikut:
§ Tanah dan tata ruang mencakup konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu (penyusunan rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya).
§ Jalan mencakup penyelesaian pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang total 19.370 km pada 2014 (perawatan kualitas jalan dan Penggantian Jembatan di Lintas Timur Sumatera Jembatan Ekang, Pulau Bintan jembatan; peningkatan kapasitas (pelebaran) jalan; pembangunan jalan lingkar/bypass; pembangunan jembatan; pembangunan flyover/underpass; pembangunan jalan strategis di lintas selatan jawa, perbatasan, terpencil dan terluar; pembangunan jalan tol).
§ Perumahan rakyat mencakup pembangunan 685.000 rumah sederhana sehat bersubsidi, 180 rusunami dan 650 twin block berikut fasilitas pendukung kawasan permukiman yang dapat menampung 836.000 keluarga yang kurang mampu pada 2012 (pembangunan rumah susun dan infrastruktur pendukungnya).
§ Pengendalian banjir mencakup penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir,diantaranya Banjir Kanal Timur Jakarta sebelum 2012 dan penanganan secara terpadu Daerah aliran sungai bengawan solo sebelum 2013 (pembangunan, rehabilitasi, pengoperasian dan pemeliharaan sarana/prasarana pengendali banjir; pembangunan, rehabilitasi, pengoperasian dan pemeliharaan sarana/prasarana pengendali lahar/ sedimen; pembangunan, rehabilitasi, pengoperasian dan pemeliharaan pengaman pantai; penyelesaian banjir kanal timur; pembangunan, rehabilitasi, konservasi prasarana pengendali banjir di Das bengawan solo).
38 Bab I Pendahuluan
1) Perekonomian, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan adalah elemen yang tidak bisa ditinggalkan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menggambarkan terjadinya peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi suatu negara. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang positif memungkinkan suatu negara untuk meningkatkan teknologi dan kemampuannya melakukan akumulasi modal (baik fisik maupun modal sumber daya manusia) yang kemudian akan berdampak positif pada produktivitas. Terbukanya lapangan pekerjaan baru Rusunawa Kota Pangkal Pinang Rusunawa di Provinsi Sumatera Barat dan peningkatan produktivitas pada akhirnya berimplikasi positif pada penghasilan yang diterima rakyat. Sehingga diperlukan daya saing ketenagakerjaan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan daya saing ketenagakerjaan dapat diupayakan melalui; penyusunan standar baku agar suatu lembaga pelatihan memenuhi kriteria sebagai lembaga pelatihan berbasis kompetensi; mengembangkan pedoman dan prosedur pengembangan sertifikasi kompetensi; menyusun panduan tata pengelolaan dan pengembangan manajemen lembaga pelatihan yang baik, termasuk pilot project pelaksanaannya; menyempurnakan peraturan atau aturan main lembaga yang berfungsi dalam melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja; melaksanakan harmonisasi regulasi standardisasi dan kompetensi tenaga kerja, serta kerangka kualifikasi nasional bidang pendidikan dan pelatihan; menyempurnakan pelaksanaan uji kompetensi termasuk pengembangan materi dan tempat uji kompetensi; dan meningkatkan jumlah dan kapasitas asesor kompetensi dan akreditasi.
2) Perubahan Iklim Global, kebijakan lintas bidang untuk mengantisipasi dampak serta laju perubahan iklim dalam tahun 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan peningkatan kapasitas penanganan dampak dan laju perubahan iklim yang tepat dan akurat. antara lain : penyusunan NSPK untuk pengelolaan air limbah, drainase, dan persampahan; penyusunan bantek, bintek, dan pendampingan (SSK) pengelolaan air limbah, drainase, dan persampahan; penyelenggaraan pelatihan (Diklat) teknis pengelolaan sanitasi lingkungan dan persampahan; pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi bidang persampahan melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat; pembangunan prasarana dan sarana air limbah dengan sistem Off-Site dan On-site; pembangunan drainase perkotaan; peningkatan/pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA), prasarana pengumpulan sampah dan persampahan terpadu 3R.
Dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum, hal lain yang juga penting mendapat perhatian adalah penyelenggaraan terkait dengan pembagian urusan dan kewenangan antara pemerintah pusat dan Daerah. Dengan pembagian tugas yang jelas, urusan pemerintahan yang bersifat concurrent/dilaksanakan bersama didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi. Penyelenggaraan sebagian infrastruktur nasional dapat ditugaskan kepada pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas pembantuan dan melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah untuk kegiatan non fisik berdasarkan asas dekonsentrasi. pelimpahan wewenang tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam rangka penyelenggaraan bidang ke-PU-an, peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan bidang ke-PU-an untuk pengentasan kemiskinan, serta sinkronisasi pelaksanaan program penyelenggaraan bidang Pekerjaan Umum di daerah.
39 Bab I Pendahuluan
Sesuai dengan peran dan kontribusi infrastruktur pekerjaan umum dalam pembangunan nasional, isu-isu strategis, serta arahan pembangunan nasional, infrastruktur pekerjaan umum dituntut untuk mempunyai tingkat pelayanan yang dapat menjamin agar keseluruhan kegiatan sosial ekonomi masyarakat dapat berlangsung dengan baik. berdasarkan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang meliputi pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan. keseluruhan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum tersebut dilaksanakan melalui pendekatan penataan ruang yang berkelanjutan dalam mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan arahan Renstra pembangunan bidang ke-PU-an yang menunjukkan keberpihakan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional dimaksud pada tahun-tahun mendatang. arahan renstra yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi akan diuraikan di bawah ini yang merupakan penyempurnaan dari visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi.
Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum adalah bagian integral dari pembangunan nasional karena infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendukung kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya. Kegiatan sektor transportasi misalnya, yang merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang, akan sangat memerlukan peranan infrastruktur jalan di dalamnya. Infrastruktur jalan juga berperan besar untuk membuka isolasi wilayah-wilayah terbelakang yang masih ditemui di berbagai daerah. Sementara itu, ketersediaan Infrastruktur Sumber Daya Air merupakan prasyarat kesuksesan pembangunan sektor pertanian yang masih menjadi andalan lapangan usaha sebagian besar masyarakat Indonesia.
Ketersediaan Infrastruktur Pekerjaan Umum juga merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan sarana perumahan dan permukiman, antara lain air minum dan sanitasi secara luas dan merata serta pengelolaan Sumber Daya Air yang berkelanjutan akan memberikan jaminan kelayakan hidup masyarakat. Keseluruhan pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum tersebut perlu dilaksanakan melalui pendekatan Penataan Ruang yang berkelanjutan untuk menentukan tingkat kesejahteraan materil dan non materil masyarakat.
Untuk terwujudnya peran dan dukungan Infrastruktur Pekerjaan Umum tersebut, memerlukan dukungan sumber daya manusia yang profesional dan tanggap terhadap perkembangan teknologi, kondisi sosial masyarakat, serta kepentingan strategis nasional. Dalam mewujudkan tuntutan tersebut, kementerian pekerjaan umum dapat memberikan jawaban atas kebutuhan kondisi infrastruktur yang handal, berkualitas dan terpercaya yang diselenggarakan melalui penerapan prinsip-prinsip Good Governance. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta kehidupan yang nyaman, dimana masyarakat dapat memperoleh kesempatan yang luas untuk memiliki akses terhadap infrastruktur.
Kondisi-kondisi tersebut diharapkan dapat dicapai pada tahun 2025 melalui peningkatan pelayanan infrastruktur Pekerjaan Umum secara bertahap. untuk itu ditetapkan VISI Kementerian Pekerjaan Umum jangka panjang (tahun 2025) sebagai berikut:
1.4.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Kementerian Pekerjaan Umum1.4.1.1 Visi Kementerian Pekerjaan Umum
40 Bab I Pendahuluan
Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman Yang Andal UntukMendukung Indonesia Sejahtera 2025”
Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2025, dimana infrastruktur Pekerjaan Umum dan permukiman yang terbangun telah
memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan dan kemajuan teknologi serta beroperasi secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat.
Makna dari infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang andal merupakan perwujudan dari tingkat ketersediaan dan pelayanan bidang pekerjaan umum dan permukiman yang penjabarannya meliputi:
1) Kondisi dan Fungsi Sarana Dan Prasarana Sumber Daya Air yang dapat memberikan pelayanan yang mendukung terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan;
2) Pelayanan jalan yang memenuhi Standar Pelayanan Minimum yang mencakup aspek aksesibilitas (kemudahan pencapaian), mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata;
3) Pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas , yaitu penyediaan air minum yang memenuhi standar baku mutu dan kesehatan manusia dan dalam jumlah yang memadai serta jaminan pengaliran 24 (dua puluh empat) jam per hari;
4) Pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang terpadu dan menggunakan metode yang ramah lingkungan serta sesuai standar teknis;
5) Bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan;
6) Penyusunan program dan pelaksanaan pembangunan semua Infrastruktur PU dan Permukiman yang andal tersebut berbasis penataan ruang; dan jasa konstruksi nasional yang berdaya saing dan mampu menyelenggarakan pekerjaan konstruksi yang lebih efektif dan efisien;
7) Kondisi dan kualitas pelayanan tersebut dibarengi dengan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang semakin luas, merata dan berkeadilan, sehingga tercipta kehidupan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yang mencerminkan keadaan masyarakat yang semakin sejahtera.
Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian PU sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kementerian negara, dan sejalan dengan tugas dan fungsi Kementerian PU, maka untuk mencapai Visi Kementerian PU “Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Permukiman Yang Andal Untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025 ”, ditetapkan misi Kementerian PU Tahun 2010 – 2014, yaitu:
1) Mewujudkan Penataan Ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
2) Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air.
1.4.1.2 Misi Kementerian Pekerjaan Umum
41 Bab I Pendahuluan
3) Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan.
4) Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan.
5) Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang.
6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penerapan: iptek, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung Infrastruktur PU dan Permukiman.
7) Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Governance.
8) Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional.
Melalui misi tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum berupaya memenuhi kebutuhan infrastruktur yang merata ke seluruh pelosok tanah air dengan menerapkan asas profesionalisme dan partisipatif. melalui asas profesionalisme yang mengutamakan keahlian berlandaskan kode etik, moral dan ketentuan peraturan perundang-undangan diharapkan mampu memberikan pelayanan prima. Partisipatif mengandung makna melibatkan peran aktif masyarakat, pemerintah Daerah serta swasta dalam penyelenggaraan Infrastuktur Pekerjaan Umum. Partisipatif juga termasuk didalamnya transparansi sebagai suatu upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antara Kementerian Pekerjaan Umum dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai di Bidang Pekerjaan Umum.
Untuk mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis serta menjalankan 9 (sembilan) prioritas pembangunan nasional, ditetapkan 5 (lima) tujuan Kementerian Pekerjaan Umum. Kelima tujuan tersebut, akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan visi dan misi kementerian dengan mempertimbangkan lingkungan strategis yang berkembang.
Tujuan Kementerian Pekerjaan Umum yang ditetapkan terdiri dari:1) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan
wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
2) Meningkatkan keandalan sistem jaringan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, dan ketahanan energi.
1.4.1.3 Tujuan Dan Sasaran
42 Bab I Pendahuluan
3) Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4) Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik Bidang Pekerjaan Umum.
5) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi.
Sasaran untuk mencapai visi, misi, dan tujuan tersebut di atas ditetapkan 15 sasaran bidang pekerjaan umum. masing-masing sasaran tersebut dikaitkan dengan tujuan dan selanjutnya dijabarkan sebagai berikut:
Tujuan 1 meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan didukung oleh 1 (satu) sasaran yang berasal dari 1 satminkal di Kementerian PU (Direktorat Jenderal Penataan Ruang) yaitu Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis Bidang Penataan Ruang.
Tujuan 2 Kementerian PU yaitu meningkatkan keandalan sistem jaringan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Pengelolaan Sumber Daya Air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, dan ketahanan energi didukung oleh 5 (lima) sasaran yang berasal dari 2 satminkal di Kementerian PU (Direktorat jenderal bina marga dan Direktorat sumber Daya air) yaitu:
1) Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah.2) Meningkatkan kapasitas jalan nasional.3) Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa.4) Meningkatnya kebergantungan dan ketersediaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan.5) Berkurangnya luas kawasan yang terkena dampak banjir.
Tujuan 3 Kementerian PU yaitu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat didukung oleh 3 (tiga) sasaran yang berasal dari 1 satminkal di Kementerian PU (Direktorat jenderal Cipta karya) yaitu:
1) Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.2) Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.3) Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/ kumuh/ nelayan dengan pola
pemberdayaan masyarakat.
43 Bab I Pendahuluan
Tujuan 4 Kementerian PU yaitu meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum didukung oleh 2 (dua) sasaran yang berasal dari 2 satminkal di Kementerian PU (Inspektorat Jenderal, dan Sekretariat Jenderal) yaitu:
1) Terwujudnya peningkatan kepatuhan dan akuntabilitas kinerja penyelenggara infrastruktur yang bebas KKN.
2) Meningkatnya kualitas kelembagaan dan SDM aparatur.
Tujuan 5 Kementerian PU yaitu meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi didukung oleh 4 (empat) sasaran yang berasal dari 3 satminkal di Kementerian PU (Badan Litbang, Badan Pembinaan Konstruksi, dan Sekretariat Jenderal) yaitu:
1) Meningkatnya IPTEK dan NSPM (K) siap pakai.2) Meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi di pusat dan daerah.3) Meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, pengaturan, pengelolaan
keuangan dan BMN.4) meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik.
Sasaran-sasaran sebagaimana diuraikan di atas merupakan target perencanaan yang pencapaiannya dilaksanakan melalui program-program pembangunan dalam kurun waktu lima tahun, baik program pembangunan yang ditangani secara langsung oleh kementerian maupun program yang dilaksanakan dengan melibatkan peran aktif masyarakat, swasta maupun Pemerintah Daerah. untuk mencapai tujuan dan sasaran Bidang Pekerjaan Umum tersebut ditetapkan strategi yang dijabarkan dalam kebijakan, program dan kegiatan sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Kebijakan merupakan elemen pertama dari strategi yang perlu ditetapkan sebagai dasar atau ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman dalam pengembangan atau pelaksanaan program/kegiatan. penetapan kebijakan tersebut penting untuk tercapainya kelancaran dan keterpaduan perwujudan sasaran, tujuan, visi dan misi yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan agenda, prioritas pembangunan dan arah kebijakan umum pembangunan nasional, maka arah kebijakan umum pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Permukiman adalah sebagai berikut:
1.4.2 Kebijakan, Program Dan Kegiatan
1.4.2.1 Kebijakan
44 Bab I Pendahuluan
1) Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan pembangunan berkelanjutan di kawasan strategis, tertinggal, perbatasan, dan daerah terisolir adalah untuk mengurangi kesenjangan wilayah, daerah rawan bencana, serta meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman. Cakupan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dan inklusif.
2) Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan pembangunan berkelanjutan, dibangun melalui peningkatan keandalan sistem di kawasan pusat produksi dan ketahanan pangan guna mendukung daya saing dan mendorong industri konstruksi untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkualitas.
3) Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur melalui optimasi peran pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip perbaikan tata kelola pemerintahan, serta mendukung reformasi birokrasi dan mewujudkan Good Governance.
Kebijakan operasional adalah kebijakan yang ditetapkan untuk mewujudkan sasaran kementerian pekerjaan umum. pelaksanaan kebijakan operasional ditentukan juga berdasarkan skenario pembangunan yang dipilih dan dapat mengantisipasi berbagai isu dan lingkungan strategis yang berkembang. Dalam rangka akuntabilitas kinerja, kebijakan operasional tersebut dan perwujudannya dalam program dan kegiatan, perlu diukur pencapaian kinerjanya dengan menetapkan indikator kinerja dari kebijakan-kebijakan tersebut.
Dalam rangka mengimplementasikan UU No.1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara dan PP No. 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah, maka pemerintah dalam periode 2010-2014 berupaya melaksanakan reformasi perencanaan dan penganggaran serta manajemen berbasis kinerja di lingkungan instansi pemerintah. Undang- undang dan peraturan tersebut juga mengamanatkan pelaksanaan perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja dengan perspektif jangka menengah melalui suatu kerangka Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dan anggaran terpadu. PBK yang sudah mulai diterapkan pada tahun 2010 di Kementerian Pekerjaan Umum, perlu dilakukan penyesuaian kembali struktur manajemen kinerja yang ada dengan restrukturisasi program yang sudah diinisiasi oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. berdasarkan restrukturisasi program, Unit Eselon I bertanggung jawab terhadap pencapaian outcome, sedangkan Unit Eselon II bertanggung jawab terhadap pencapaian output sehingga wajib menyusun indikator kinerja output (kegiatan).
Program Kementerian Pekerjaan umum hasil restrukturisasi program dan kegiatan adalah berjumlah 9 (sembilan) yang mencerminkan jumlah Eselon Ia yang berjumlah 8 Satminkal Eselon I, kecuali Sekretariat Jenderal mempunyai 2 (dua) program. rincian program Kementerian Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:
1.4.2.2 Program dan Kegiatan
45 Bab I Pendahuluan
1) Program Pengelolaan Sumber Daya Air, dengan kegiatan pokok; (1) Fasilitasi pelaksanaan tugas pokok dan Fungsi Dewan sumber Daya nasional (DSDAN) dan keamanan bendungan; (2) pembinaan program Ditjen. SDA; (3) pembinaan penatagunaan Sumber Daya air; (4) Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis Lainnya Ditjen SDA; (5) pembinaan dan pelaksanaan irigasi, rawa, tambak, air baku, dan air tanah; (6) pembinaan dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan Sumber Daya Air serta penanggulangan Darurat akibat bencana; (7) pembinaan dan pelaksanaan sungai, Danau, Waduk, pengendalian Lahar dan pengamanan pantai.
2) Program Penyelenggaraan Jalan, dengan kegiatan pokok: (1) Dukungan manajemen, koordinasi, pengaturan, pembinaan dan pengawasan; (2) Pengaturan, pembinaan, perencanaan, pemrograman dan pembiayaan penyelenggaraan jalan; (3) Pengaturan dan pembinaan teknik preservasi, peningkatan kapasitas jalan; (4) Perkuatan balai pengelolaan SDA; (5) Pembinaan pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional dan Fasilitasi jalan Daerah; (6) pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional; (7); pengaturan, pengusahaan, pengawasan jalan tol.
3) Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, dengan kegiatan pokok: (1) pelayanan manajemen; (2) pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan pengembangan permukiman; (3) pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan penataan bangunan dan Lingkungan, pengelolaan Gedung dan rumah negara; (4) pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan pengembangan sanitasi dan persampahan; (5) pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan pengembangan sistem penyediaan air minum; (6) penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama Luar negeri, Data informasi dan evaluasi kinerja; (7) Dukungan pengembangan sistem penyediaan air minum, sanitasi, dan persampahan.
4) Program Penyelenggaraan Penataan Ruang, dengan kegiatan pokok: (1) Dukungan manajemen Ditjen penataan ruang dan informasi penataan ruang; (2) pembinaan pelaksanaan Penataan Ruang Daerah II; (3) pembinaan pelaksanaan penataan ruang Daerah i; (4) pelaksanaan penataan ruang nasional (5); pelaksanaan pengembangan perkotaan (6) pembinaan program Ditjen Penataan Ruang.
5) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pekerjaan Umum, dengan kegiatan pokok: (1) penyusunan perencanaan, pemrograman, penganggaran, pemantauan dan evaluasi, serta pembinaan PHLN; (2) pengembangan, pengendalian dan pelaksanaan pekerjaan strategis bidang pu Lainnya; (3) pengelolaan dan pengembangan SDM dan organisasi tatalaksana; (4) pembinaan dan pengelolaan keuangan kementerian; (5) pembinaan, perencanaan, harmonisasi dan publikasi peraturan perundang-undangan serta bantuan hukum; (6) penyusunan, pengkajian, serta pengembangan kebijakan dan strategi bidang pu dan permukiman; (7) penyelenggaraan dan pembinaan informasi publik; (8) penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara Kementerian PU; dan (9) penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman.
46 Bab I Pendahuluan
6) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum, dengan kegiatan pokok: (1) pembangunan infrastruktur; (2) Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PU; (3) penyelenggaraan dan pengembangan Data dan sistem informasi Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman.
7) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum, dengan kegiatan pokok: (1) pengelolaan hasil pelaksanaan pengawasan, pemantauan dan pemeriksaan; (2) pelaksanaan koordinasi, pemantauan, evaluasi Dan pemeriksaan penyelenggaraan Bidang PU Di Wilayah I; (3) pelaksanaan koordinasi, pemantauan, evaluasi Dan pemeriksaan penyelenggaraan bidang pu Di Wilayah ii; (4) pelaksanaan koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pemeriksaan penyelenggaraan Bidang PU DI WILAYAH III; (5) pelaksanaan koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pemeriksaan penyelenggaraan Bidang PU Di Wilayah IV; (6) pelaksanaan koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pemeriksaan penyelenggaraan Bidang PU di Inspektorat Khusus.
8) Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, dengan kegiatan pokok; (1) Dukungan manajemen dan Dukungan teknis Lainnya badan LITBANG; (2) penelitian dan pengembangan Subbidang Sumber Daya Air; (3) penelitian dan pengembangan Subbidang Jalan Dan Jembatan; (4) penelitian dan pengembangan Subbidang Permukiman; (5) penelitian dan pengembangan Bidang Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan.
9) Program Pembinaan Konstruksi, dengan kegiatan pokok: (1) penyelenggaraan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa; (2) pembinaan Usaha Dan Kelembagaan; (3) pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi; (4) pembinaan Sumber Daya Investasi Konstruksi; (5) pembinaan Kompetensi Dan Pelatihan Konstruksi.
47 Bab I Pendahuluan
BAB IIRencana Kinerja tahunan
dan Perjanjian Kinerja
2.1 RENCANA KINERJA TAHUNANSebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, perencanaan strategis yang disusun oleh Kementerian atau Lembaga selanjutnya dijabarkan dalam perencanaan kinerja. Perencanaan Kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Turunan dari rencana strategis dan rencana kinerja adalah penetapan kinerja yang merefleksikan kinerja yang sesuai dengan perencanaan anggaran.
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerjanya berdasarkan sasaran/kegiatan, kebijakan dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Hasil dari proses ini berupa Rencana Kinerja Tahunan (RKT) seperti dijelaskan di bawah ini.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2012 Kementerian PUTabel 2.1
No Program/Sasaran Strategis Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
Program Pengelolaan Sumber Daya Air
1 Meningkatnya Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa
Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa (Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dioperasikan/Dipelihara)
234.720 ha (dibangun/
ditingkatkan)
3.515.000 ha (dioperasikan/
dipelihara)
50 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
Bab IIRencana Kinerja Tahunandan Perjanjian Kerja
No
Program/Sasaran
Strategis
Uraian
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
51Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
2 Meningkatnya Kebergantungan Dan Ketersediaan Air Untuk Memenuhi Berbagai Kebutuhan
Kapasitas Tampung Sumber Air Yang Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dijaga/ Dipelihara (Waduk, Embung/ Situ)
0,228 miliar m3 (dibangun/
ditingkatkan)
2,50 miliar m3
(dioperasikan/
dipelihara)
Prosentase pencapaian
Penyelenggaraan Pengelolaan SDA
Terpadu oleh Bala-balai SDA
15 balai
(penerapan 50%)
17 balai
(penerapan 20%)
Debit air layanan sarana/ prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan dan industri
(dibangun/ ditingkatkan dan dioperasikan/ dipelihara)
8,70 m3/det
(dibangun/ ditingkatkan)
7,50 m3/det
(dioperasikan/dipelihara)
3
Berkurangnya Luas Kawasan
Yang Terkena Dampak Banjir
Luas
kawasan yang terlindung dari bahaya banjir (dibangun/ ditingkatkan dan operasi/ pemeliharaan)
10.620
ha
(dibangun/ ditingkatkan)
8.110
ha
(operasi/
pemeliharaan)
Program
Penyelenggaraan Jalan
4
Meningkatnya Kualitas Layanan Jalan Nasional Dan Pengelolaan
Jalan Daerah
Tingkat
Kemantapan Jalan
90,50%
Tingkat
Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60% Kondisi Mantap
100%
Tingkat
Penggunaan Jalan Nasional
87,70
miliar kend km
5
Meningkatkan Kapasitas Jalan N asional
Panjang Peningkatan Struktur/ Pelebaran Jalan
4.350
km
Panjang
Jalan Baru Yang Dibangun
381
km
Program
Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
6
Meningkatnya Kualitas
Layanan Air Minum Dan
Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
5.634
Liter/det
165
IKK
No
Program/Sasaran
Strategis
Uraian
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
52 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
Jumlah Pemda/PDAM yang dibina kemampuannya
97 PDAM
7 Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang.
Jumlah Rusunawa Yang Dibangun 48 Twin Blok
Jumlah Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Yang Direvitalisasi
245 KWS
8 Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan Dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah Kelurahan/Desa Yang Ditingkatkan Infrastruktur Permuklman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan
16.548 Desa
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
9 T erwujudnya Perumusan Dan Pelaksanaan Kebijakan Dan Standarisasi Teknis Bidang Penataan Ruang
Jumlah Rencana Tata Ruang Dan Rencana Terpadu Program Pengembangan Infrastruktur Jangka Menengah Pulau/ Kepulauan Dan Kawasan Strategis N asional.
6 Raperpres (5 Raprespres KSN non perkotaan, 1
Raperpres perkotaan), 12 RPI2JM (9 KSN
Non Perkotaan, 3 KSN perkotaan)
JumlahProvinsi/ Kabupaten/ Kota Yang Mendapat Pembinaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
97 kabupaten 37 kota
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU
10 Meningkatnya Koordinasi, Administrasi Dan Kualitas Perencanaan, Pengaturan, Pengelolaan Keuangan Dan BMN
Jumlah Dokumen Perencanaan Dan Pemograman (Jangka Menengah Dan Tahunan)
1 Rentra Kem.PU 8 Renja S atminkal
1022 RKAK L 1RKP
1 N ota Keuangan
No
Program/Sasaran
Strategis
Uraian
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
53 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
Penyusunan Dokumen Pelaporan Akuntabilitas Kinerja, Keuangan Dan BMN Dan Laporan Triwulan
1 Lap keuangan 1 Lakip Kem.PU 2 Ped. S ist. Perc
3 Lap. BMN
Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang PU Dan Permukiman
20 Dok
11 Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Dan SDM Aparatur
Jumlah S DM Aparatur yang Mendapat Pendidikan Dan Pelatihan
5.283 pegawai
Jumlah Pegawai yang terlayani Administrasi Kepegawaian serta Jumlah Tata Laksana Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disusun
16.892 pegawai 24 SOP
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU
12 Meningkatnya Kualitas Prasarana, Pengelolaan Data, Informasi Dan Komunikasi Publik
Jumlah Peta Profil Infrastruktur Dan Jaringan LAN
588 Peta
Jumlah Layanan Informasi Publik 225 buku 180 Temu Pers
Luas Bangunan Gedung Kantor Kementerian PU yang ditingkatkan dan dipelihara
95.180,6 m2
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
13 T erwujudnya Peningkatan Kepatuhan Dan Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Infrastruktur Yang Bebas KKN
Prosentase Menurunnya Tingkat Kebocoran Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
70%
Prosentase Menurunnya Temuan Administratif Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
70 %
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU
14 Meningkatnya Iptek Dan Nspm (K) Siap Pakai
Prosentase Iptek Yang Masuk Bursa Teknologi Di Balitbang PU
46,93 %
prosentase penambahan spmk yang diberlakukan oleh menteri PU
56,00 %
Prosentase Pelayanan Teknis Yang Diterima Stakeholder
46,29 %
Prosentase T eknologi Tepat Guna Yang Digunakan Oleh S takeholder
44,17 %
Program Pembinaan Konstruksi
15 Meningkatnya Kapasitas Dan Kinerja Pembina Jasa Konstruksi Di Pusat Dan Daerah
Jumlah Provinsi Dan Kabupaten/ Kota Yang Terbina Sesuai Dengan Peraturan Perundang- Undangan
4 provinsi 56 kab/kota
Jumlah SDM jasa konstruksi yang terlatih
15.000 orang
Tingkat Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global
1 Point Infrastructure GCI
No Program/Sasaran Strategis Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
54 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
2.2 PERJANJIAN KINERJAPenetapan Kinerja pada dasarnya merupakan salah satu komponen dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP), meski belum diatur secara eksplisit dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tetapi melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Presiden Republik Indonesia menginstruksikan tentang penyusunan penetapan kinerja kepada menteri, jaksa agung, panglima TNI, Kepala Polri, Kepala LPND, Gubernur, Bupati, dan Walikota, sebagaimana tercantum pada butir ketiga Inpres tersebut, yaitu sebagai berikut : "Membuat penetapan kinerja dengan Pejabat di bawahnya secara berjenjang, yang bertujuan untuk mewujudkan suatu capaian kinerja tertentu dengan sumber daya tertentu, melalui penetapan target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya baik berupa hasil maupun manfaat." Penetapan kinerja merupakan pernyataan tekad dan janji dalam bentuk kinerja yang akan dicapai, antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab/kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya. Penetapan kinerja ini akan menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/unit kerja dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.
2.3 INDIKATOR KINERJA indikator yang disepakati pada Renstra Kementerian Pekerjaan Umum adalah indikator keluaran (output) untuk kegiatan serta indikator hasil (outcome) untuk sasaran. Yang dimaksud dengan indikator kinerja kegiatan adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. proses penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan dan program-program instansi. Adapun yang dimaksud dengan indikator kinerja sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. setiap indikator kinerja sasaran disertai dengan rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-masing. sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam renstra.
Salah satu upaya untuk memperkuat akuntabilitas dalam kerangka penerapan tata pemerintahan yang baik di Indonesia adalah telah dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007, Tanggal 31 Mei 2007, tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) dilingkungan Instansi Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, IKU adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Setiap Instansi Pemerintah wajib menetapkan IKU secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing tingkatan secara berjenjang. IKU pada tingkat Kementerian adalah sekurang-kurangnya adalah indikator hasil sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya masing-masing.
Dengan telah ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) secara formal dalam suatu lembaga pemerintah, diharapkan akan diperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan
2.3.1 Indikator Kinerja Utama (IKU)
55 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
manajemen kinerja secara baik serta diperolehnya ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Kementerian Pekerjaan Umum telah menetapkan Indikator kinerja Utama (IKU) melaui peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2010 yang dirubah/ diperbaiki kembali dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2010 Tahun 2010. Selanjutnya rincian Indikator Kinerja Utama Kementerian Pekerjaan Umum dapat diuraikan sebagai berikut:
2.3.1.1 Bidang Sumber Daya Air
2.3.1.2 Bidang Bina Marga
2.3.1.3 Bidang Cipta Karya
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa adalah sebagai berikut:§Luas cakupan layanan jaringan ir igasi dan rawa (dibangun/dit ingkatkan dan
dioperasikan/dipelihara).
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kebergantungan Dan Ketersediaan Air Untuk Memenuhi Berbagai Kebutuhan adalah sebagai berikut: 1) Kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ ditingkatkan dan dijaga/ dipelihara (waduk, embung/ situ). 2) Prosentase pecpapaian penyelenggaraan pengelolaan SDA terpadu oleh Balai-balai. 3) Debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan
dan industri (dibangun/ditingkatkan dan ioperasikan/dipelihara).
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Berkurangnya Luas Kawasan Yang Terkena Dampak Banjir adalah sebagai berikut:§Luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir (dibangun/ditingkatkan dan
operasi/pemeliharaan)
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Layanan Jalan Nasional Dan Pengelolaan Jalan Daerah adalah sebagai berikut: 1) Tingkat Kemantapan Jalan 2) Tingkat Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60% Kondisi Mantap 3) Tingkat Penggunaan Jalan Nasional
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatkan Kapasitas Jalan Nasional adalah sebagai berikut: 1) Panjang Peningkatan Struktur/ Pelebaran Jalan 2) Panjang Jalan Baru Yang Dibangun.
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum Dan Sanitasi Permukiman Perkotaan adalah sebagai berikut: 1) peningkatan jumlah pelayanan air minum 2) peningkatan jumlah pelayanan sanitasi 3) Jumlah Pemda/PDAM yang dibina kemampuannya
56 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang. adalah sebagai berikut: 1) Jumlah rusunawa yang dibangun 2) Jumlah kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan Dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat adalah sebagai berikut: § Jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permuklman perdesaan/ kumuh/nelayan
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Terwujudnya Perumusan Dan Pelaksanaan Kebijakan Dan Standarisasi Teknis Bidang Penataan Ruang adalah sebagai berikut: 1) Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional. 2) Jumlah provinsi/ kabupaten/kota yang mendapat pembinaan penyusunan rencana tata ruang Wilayah
(RTRW)
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Koordinasi, Administrasi Dan Kualitas Perencanaan, Pengaturan, Pengelolaan Keuangan dan BMN adalah sebagai berikut: 1) Jumlah dokumen perencanaan dan pemograman (jangka menengah dan tahunan) 2) Jumlah dokumen pelaporan akuntabilitas kinerja, keuangan dan bmn dan laporan triwulan. 3) Jumlah peraturan perundang-undangan bidang PU dan permukiman.
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Dan SDM Aparatur adalah sebagai berikut: 1) Jumlah sumberdaya manusia aparatur yang mendapat pendidikan dan pelatihan SDM aparatur. 2) Jumlah pegawai yang terlayani administrasi kepegawaiannya serta jumlah tata laksana Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disusun.
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Prasarana, Pengelolaan Data, Informasi Dan Komunikasi Publik adalah sebagai berikut: 1) Jumlah Peta profil Infrastruktur dan layanan jaringan LAN 2) Jumlah layanan Informasi Publik 3) Luas bangunan gedung kantor kementerian PU yang ditingkatkan dan dipelihara
2.3.1.4 Bidang Penataan Ruang
2.3.1.5 Sekretariat Jenderal
57 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
2.3.1.6 Inspektorat Jenderal
2.3.1.7 Badan Penelitian Dan Pengembangan
2.3.1.8 Badan Pembinaan Konstruksi
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Terwujudnya Peningkatan Kepatuhan Dan Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Infrastruktur Yang Bebas KKN adalah sebagai berikut : 1) Prosentase menurunnya tingkat kebocoran dalam pembangunan infrastruktur di lingkungan Kementerian PU 2) Prosentase menurunnya temuan administratif dalam pembangunan infrastruktur dilingkungan Kementerian PU.
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya IPTEK dan NSPM(K) siap pakai adalah sebagai berikut : 1) prosentase iptek yang masuk bursa teknologi di balitbang pu 2) prosentase penambahan spmk yang diberlakukan oleh menteri pu 3) prosentase pelayanan teknis yang diterima stakeholder 4) prosentase teknologi tepat guna yang digunakan oleh stakeholder.
Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mendukung Sasaran Strategis Meningkatnya Kapasitas dan Kinerja Pembina Jasa Konstruksi Pusat dan Daerah adalah sebagai berikut : 1) Jumlah provinsi dan kabupaten/ kota yang terbina sesuai dengan peraturan perundang- undangan 2) Jumlah SDM Jasa Konstruksi Yang Terlatih. 3) Tingkat Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global.
Penetapan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Di dalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Penyusunan rencana kinerja dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu.
Pada tahun 2012, Kementerian Pekerjaan Umum telah merencanakan kinerja dengan berpedoman kepada Renstra Kementerian PU 2010-2014 dan Rencana Kinerja Tahunan tahun 2012, dimana dalam Renstra tersebut telah ditetapkan 9 program dengan 15 sasaran dan 35 Indikator Kinerja Utama yang sekaligus merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian PU yang harus dicapai pada tahun tersebut. Target-target yang terdapat dalam Dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang harus dicapai pada tahun 2012 berasal dari Dokumen Anggaran DIPA Tahun 2012. Dokumen Penetapan Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 seperti dijabarkan sebagai berikut:
58 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Utama (IKU) Target
Program Pengelolaan Sumber Daya Air
1 Meningkatnya Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa
Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa (Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dioperasikan/ Dipelihara)
104.758 ha
(dibangun/ ditingkatkan)
3.028.229 ha
(dioperasikan/
dipelihara)
2 Meningkatnya Kebergantungan Dan Ketersediaan Air Untuk Memenuhi Berbagai Kebutuhan
Kapasitas
Tampung
Sumber
Air Yang Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dijaga/ Dipelihara (Waduk, Embung/ Situ)
185.073.090,11 M3
(dibangun/
ditingkatkan)
3.432.128.900 m3
(dioperasikan/
dipelihara)
Prosentase pencapaian
Penyelenggaraan Pengelolaan
SDA
Terpadu oleh Bala-balai SDA
21 balai
(penerapan 50%)
10 balai
(penerapan 20%)
Debit
air layanan sarana/ prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan dan industri
(dibangun/
ditingkatkan dan dioperasikan/ dipelihara)
14,73
m3/det (dibangun/
ditingkatkan)
14,29
m3/det
(dioperasikan/ dipelihara)
Tabel 2.2 Penetapan Kinerja Tahun 2012 Kementerian PU
59 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
3 Berkurangnya
Luas Kawasan
Yang Terkena Dampak Banjir
Luas
kawasan yang terlindung dari bahaya banjir (dibangun/ ditingkatkan dan operasi/ pemeliharaan)
12.858
ha
(dibangun/ ditingkatkan)
476.391,86
ha
(operasi/
pemeliharaan)
Program Penyelenggaraan Jalan 4 Meningkatnya Kualitas
Layanan Jalan Nasional Dan Pengelolaan Jalan Daerah
Tingkat Kemantapan Jalan 90,50%
Tingkat Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60% Kondisi Mantap
100%
Tingkat Penggunaan Jalan Nasional
87,70 miliar kendaraan km
5 Meningkatkan Kapasitas Jalan N asional
Panjang Peningkatan Struktur/ Pelebaran Jalan
3.666 km
Panjang Jalan Baru Yang Dibangun
589 km
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
6 Meningkatnya Kualitas
Layanan Air Minum Dan Sanitasi Permukiman Perkotaan
Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
5.634 Liter/det
186 IKK
Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi
143 kab/kota
231 kws
Jumlah Pemda/PDAM yang dibina kemampuannya
124 PDAM
7 Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman Dan Penataan Ruang.
Jumlah Rusunawa Yang Dibangun
48
Twin
Blok
Jumlah Kawasan Permukiman Dan Penataan Bangunan Yang Direvitalisasi
374
KWS
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Utama (IKU) Target
60 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Utama (IKU) Target
61 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
8
Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan Dengan
Pola Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah Kelurahan/Desa Yang Ditingkatkan Infrastruktur Permuklman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan
13.599
Desa
Program
Penyelenggaraan
Penataan Ruang
9
T erwujudnya Perumusan Dan Pelaksanaan Kebijakan
Dan
Standarisasi Teknis Bidang
Penataan Ruang
Jumlah Rencana Tata Ruang Dan Rencana Terpadu Program Pengembangan Infrastruktur
Jangka Menengah Pulau/ Kepulauan
Dan Kawasan
Strategis N asional.
11
Raperpres (8 Raperpres KSN
non
perkotaan, 3
r aperpres
perkotaan),
12
rpi2jm
(3
pulau / kepulauan,
4
ksn
perkotaan, dan 5 KSN
Non Perkotaan)
JumlahProvinsi/ Kabupaten/
Kota Yang Mendapat
Pembinaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
97
kabupaten
37
kota
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU
10 Meningkatnya Koordinasi, Administrasi Dan Kualitas Perencanaan, Pengaturan, Pengelolaan Keuangan Dan BMN
Jumlah Dokumen Perencanaan Dan Pemograman (Jangka Menengah Dan Tahunan)
1 Rensta Kem.PU 8 RenjaS atminkal 1022 RKAK L
1RKP 1 N ota Keuangan
Penyusunan Dokumen Pelaporan Akuntabilitas Kinerja, Keuangan Dan BMN Dan Laporan Triwulan
1 Lap keuangan 1 Lakip Kem.PU 2 Ped. S ist. Perc
3 Lap. BMN
Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang PU Dan Permukiman
20 Dok
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU
12 Meningkatnya Kualitas Prasarana, Pengelolaan Data, Informasi Dan Komunikasi Publik
Jumlah Peta Profil Infrastruktur
Dan Jaringan LAN 588 Peta
Jumlah Layanan Informasi Publik 225 buku
180 Temu Pers
Luas Bangunan Gedung Kantor Kementerian PU yang ditingkatkan dan dipelihara
91.678,6 m2
1 Unit Gedung
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
13 T erwujudnya Peningkatan Kepatuhan Dan Akuntabilitas
Kinerja Penyelenggaraan
Infrastruktur Yang Bebas KKN
Prosentase Menurunnya Tingkat Kebocoran Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
60%
Prosentase Menurunnya Temuan Administratif Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
70 %
Program
Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU
14
Meningkatnya Iptek Dan Nspm
(K)
Siap Pakai
Prosentase Iptek Yang Masuk
Bursa Teknologi Di Balitbang
PU
24,87
%
prosentase penambahan spmk
yang diberlakukan oleh menteri
PU
45,45
%
Prosentase Pelayanan Teknis
Yang Diterima Stakeholder 11,11
%
Prosentase T eknologi Tepat
Guna Yang Digunakan Oleh S takeholder
8,00
%
Program Pembinaan Konstruksi
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Utama (IKU) Target
62 Bab II Rencana Kinerja Tahunan dan perjanjian kerja
BAB IIIAkuntabilitas Kinerja
Penerapan sistem pertanggungjawaban kinerja yang tepat, jelas, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan syarat penting penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) sebagai tuntutan reformasi birokrasi. Sebagai wujud pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah, serta mengetahui dengan tepat keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan maka setiap instansi pemerintah (K/L) wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Secara umum, LAKIP merupakan dokumen pertanggungjawaban kinerja suatu instansi atas rencana strategis maupun rencana tahunan yang telah disusun oleh suatu Instansi Pemerintah, baik Kementerian/Lembaga maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Mengingat arti pentingnya akuntabilitas kinerja, maka dalam Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025 dan Roadmap Reformasi 2010–2014, akuntabilitas kinerja menjadi salah satu program utama dalam Reformasi Birokrasi instansi pemerintah.
3.1. EVALUASI DAN ANALISIS KINERJASesuai dengan rencana kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2012, Kementerian Pekerjaan Umum berkewajiban untuk mencapai target-target tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja instansi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian rencana kinerja dan sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja, maka diperlukan suatu gambaran tentang capaian-capaian kinerja tersebut. Di bawah ini diuraikan hasil capaian kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dari Penetapan Kinerja yang telah diperjanjikan pada tahun 2012. Selain capaian kinerja dari penetapan kinerja, dalam bab ini juga diuraikan capaian kinerja anggaran Kementerian Pekerjaan Umum, capaian reformasi birokrasi, serta capaian kinerja Kementerian PU lainnya dalam bidang Ke-PU-an.
64 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Bab IIIAkuntabilitas
3.1.1. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja IKU Kementerian PU.Pada tahun 2012 Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan sembilan program pembangunan Bidang PU dan Penataan Ruang seperti tercantum dalam Dokumen Perencanaan Kinerja. Kesembilan program tersebut meliputi:1. Program Pengelolaan Sumber Daya Air2. Program Penyelenggaraan Jalan3. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman4. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU7. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU8. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU9. Program Pembinaan KonstruksiKetercapaian kinerja program-program tersebut di atas dapat dilihat dari keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian beberapa Indikator Kinerja Utama berdasarkan sasaran strategis yang akan dicapainya.
No Program/
Sasaran Strategis Uraian Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi %
Pencapaian
Program Pengelolaan Sumber Daya Air
1 Meningkatnya Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa
Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa (Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dioperasikan/ Dipelihara)
104.758 ha (dibangun/
ditingkatkan)
3.028.229
ha (dioperasikan/
dipelihara)
143.835 ha (dibangun/
ditingkatkan)
3.107.000 ha (dioperasikan/
dipelihara)
137
103
Tabel 3.1 Pengukuran Kinerja IKU Kementerian PU Tahun 2012
63 Bab III Akuntabilitas Kinerja
2 Meningkatnya Kebergantungan Dan Ketersediaan Air Untuk Memenuhi Berbagai Kebutuhan
Kapasitas Tampung Sumber Air Yang Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dijaga/ Dipelihara (Waduk, Embung/ Situ)
185.073.090,11 m3
(dibangun/ ditingkatkan)
3.432.128.900 m
3
Dioperasikan/ dipelihara
185.073.090,11 m3
(dibangun/
ditingkatkan)
3.432.128.900 m3
Dioperasikan/
dipelihara
100
100
Prosentase pencapaian Penyelenggaraan Pengelolaan SDA Terpadu oleh Bala-balai SDA
21 balai (penerapan 50%)
10
balai
(penerapan 20%)
22 balai (penerapan 50%)
13 balai
(penerapan 20%)
105
130
Debit air layanan sarana/
prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan dan industri
(dibangun/
ditingkatkan dan
dioperasikan/ dipelihara)
14,73
m3
/det (dibangun/
ditingkatkan)
14,29
m
3 /det
(dioperasikan/ dipelihara)
14,94 m3
/det (dibangun/
ditingkatkan)
15,16 m
3 /det
(dioperasikan/ dipelihara)
101
106
3
Berkurangnya Luas
Kawasan Yang Terke na Dampak Banjir
Luas kawasan yang terlindung
dari bahaya banjir (dibangun/ ditingkatkan dan operasi/ pemeliharaan)
12.858
ha (dibangun/
ditingkatkan)
476.391,86
ha (operasi/
pemeliharaan)
137.695,57 ha (dibangun/
ditingkatkan)
476.391,86
ha (operasi/
pemeliharaan)
1.070
100
Program
Penyelenggaraan Jalan
4
Meningkatnya Kualitas Layanan Jalan Nasional Dan Pengelolaan
Jalan
Daerah
Tingkat Kemantapan Jalan
90,50%
90,82%
101
Tingkat
Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60% Kondisi
Mantap
100%
100%
100
Tingkat
Penggunaan Jalan Nasional
87,70
miliar kend km
89,50miliar kend km
102
No Program/
Sasaran Strategis Uraian
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi %
Pencapaian
64 Bab III Akuntabilitas Kinerja
No Program/
Sasaran Strategis Uraian
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi %
Pencapaian
65
5 Meningkatkan Kapasitas Jalan N asional
Panjang Peningkatan Struktur/ Pelebaran Jalan
3.666 km 4.676 km 128
Panjang Jalan Baru Yang Dibangun
589 km 1.320 km 224
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
6 Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum Dan Sanitasi Permukiman Perkotaan
Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
5.634 Liter/det 186 IKK
6.396Liter/det 192 IKK
113.53
103.23
Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi
143 kab/kota 231 kws
138 kab/kota 239 kws
96.50 103.46
Jumlah Pemda/PDAM yang dibina kemampuannya
124 PDAM 124 PDAM 100
7 Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman Dan Penataan Ruang.
Jumlah Rusunawa Yang Dibangun 48 Twin Blok 53 Twin Blok 110.42
Jumlah Kawasan Permukiman Dan Penataan Bangunan Yang Direvitalisasi
374 KWS 411 KWS 109.9
8 Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan Dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah Kelurahan/Desa Yang Ditingkatkan Infrastruktur Permuklman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan
13.599 Desa 16.517 Desa 121.46
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
9 T erwujudnya Perumusan Dan Pelaksanaan Kebijakan Dan Standarisasi Teknis Bidang Penataan Ruang
Jumlah Rencana Tata Ruang Dan Rencana Terpadu Program Pengembangan Infrastruktur Jangka Menengah Pulau/ Kepulauan Dan Kawasan Strategis N asional.
11 Raperpres (8 Raperpres KSN non perkotaan,
3 Raperpres KSN perkotaan), 12
RPI2JM(3 Pulau, 5 KSN Non perkotaan, 5 KSN Perkotaan)
10 Raperpres ( 8 Raperpres
KSN non perkotaan,
2 Raperpres KSN perkotaan), 12
RPI2JM(3 Pulau, 5 KSN Non perkotaan,
5KSN Perkotaan)
95,45
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU
10 Meningkatnya Koordinasi, Administrasi Dan Kualitas Perencanaan, Pengaturan, Pengelolaan Keuangan Dan BMN
Jumlah Dokumen Perencanaan Dan Pemograman (Jangka Menengah Dan Tahunan)
1 Renstra Kem.Pu 8 Renja S atminkal
1022 RKAK L 1RKP
1 N ota Keuangan
1 Renstra Kem.Pu 8 Renja S atminkal
1022 RKAK L 1RKP
1 N ota Keuangan
100
Penyusunan Dokumen Pelaporan Akuntabilitas Kinerja, Keuangan Dan BMN Dan Laporan Triwulan
1 Lap keuangan 1 Lakip Kem.PU 2 Ped. S ist. Perc
3 Lap. BMN
1 Lap keuangan 1 Lakip Kem.PU 2 Ped. S ist. Perc
3 Lap. BMN
100
Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang PU Dan Permukiman
20 Dok 20 Dok 100
11 Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Dan SDM Aparatur
Jumlah S DM Aparatur yang Mendapat Pendidikan Dan Pelatihan
5.283 pegawai 5.213 pegawai 99
Jumlah Pegawai yang terlayani Administrasi Kepegawaian serta Jumlah Tata Laksana Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disusun
16.892 pegawai 24 SOP
27.211 pegawai 25 SOP
132
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU
12 Meningkatnya Kualitas Prasarana, Pengelolaan Data, Informasi Dan Komunikasi Publik
Jumlah Peta Profil Infrastruktur Dan Jaringan LAN
588 Peta
588 Peta
100
Jumlah Layanan Informasi Publik 225buku 180 Temu Pers
296 buku 272 Temu Pers
141
Luas Bangunan Gedung Kantor Kementerian PU yang ditingkatkan dan dipelihara
91.678,6 m2 1 Unit Gedung
91.678,6 m2 1 Unit Gedung
100
No Program/
Sasaran Strategis Uraian
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi %
Pencapaian
66 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
13 T erwujudnya Peningkatan Kepatuhan Dan Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Infrastruktur Yang Bebas KKN
Prosentase Menurunnya Tingkat Kebocoran Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
60% 48,51% 80,86
Prosentase Menurunnya Temuan Administratif Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
70% 51,83 % 74
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU
14 Meningkatnya Iptek Dan NSPM (K) Siap Pakai
Prosentase Iptek Yang Masuk Bursa Teknologi Di Balitbang PU
24.87 % 31.0 % 125
prosentase penambahan SPMK yang diberlakukan oleh menteri PU
45,45 % 47.90 % 105
Prosentase Pelayanan Teknis Yang Diterima Stakeholder
11,11 % 34.40 % 309
Prosentase T eknologi Tepat Guna Yang Digunakan Oleh S takeholder
8,00 % 13.10 % 164
Program Pembinaan Konstruksi
15 Meningkatnya Kapasitas Dan Kinerja Pembina Jasa Konstruksi Di Pusat Dan Daerah
Jumlah Provinsi Dan Kabupaten/ Kota Yang Terbina Sesuai Dengan Peraturan Perundang - Undangan
4 provinsi 56 kab/kota
4 provinsi 56 kab/kota
100
Jumlah SDM jasa konstruksi yang terlatih
4.820 orang 4.650 orang 96
Tingkat Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global
1 Point Infrastructure GCI
-2 Point Infrastructure GCI
0
No Program/
Sasaran Strategis Uraian
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi %
Pencapaian
67 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Selanjutnya di bawah ini dijelaskan mengenai evaluasi dan analisis masing-masing indikator kinerja utama (IKU) Kementerian PU yang terkait dengan masing- masing Direktorat Jenderal /program yang didukungnya.
3.1.1.1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Mendukung Program Pengelolaan Sumber Daya Air. Tabel Capaian IKU Program Sumber Daya AirTabel 3.2
No Program/
Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target Realisasi %
Pencapaian
Program Pengelolaan Sumber Daya Air 1 Meningkatnya Layanan
Jaringan Irigasi Dan Rawa
Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa (Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dioperasikan/ Dipelihara)
104.758 ha (dibangun/
ditingkatkan)
3.028.229 ha (dioperasikan/
dipelihara)
143.835 ha (dibangun/
ditingkatkan)
3.107.000 ha (dioperasikan/
dipelihara)
137
103
2.
Meningkatnya Kebergantungan Dan Ketersediaan Air Untuk Memenuhi Berbagai Kebutuhan
Kapasitas
Tampung
Sumber
Air Yang Dibangun/ Ditingkatkan Dan Dijaga/ Dipelihara (Waduk, Embung/ Situ)
185.073.090,11
m3
(dibangun/
ditingkatkan)
3.432.128.900 m
3
Dioperasikan/ dipelihara
185.073.090,11
m3
(dibangun/
ditingkatkan)
3.432.128.900 m
3
Dioperasikan/ dipelihara
100
100
3.
Prosentase pencapaian
Penyelenggaraan Pengelolaan SDA
Terpadu oleh Bala -balai SDA
21 balai (penerapan 50%)
10 balai
(penerapan 20%)
22
balai (penerapan 50%)
13 balai
(penerapan 20%)
105
130
4.
Debit air layanan sarana/
prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan dan industri
(dibangun/
ditingkatkan dan dioperasikan/ dipelihara)
14,73
m3/det
(dibangun/ ditingkatkan)
14,29
m3/det
(dioperasikan/ dipelihara)
14,94 m3
/det (dibangun/
ditingkatkan)
15,16 m
3/det
(dioperasikan/ dipelihara)
101
106
68 Bab III Akuntabilitas Kinerja
5. Berkurangnya Luas Kawasan Yang Terkena Dampak Banjir
Luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir (dibangun/ ditingkatkan dan operasi/ pemeliharaan)
12858 ha (dibangun/
ditingkatkan)
476.391,86
ha
(operasi/ pemeliharaan)
137.695,57 ha (dibangun/
ditingkatkan)
476.391,86
ha
(operasi/ pemeliharaan)
1.070
100
No
Program/ Sasaran Strategis
Uraian
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
% Pencapaian
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat di bawah ini:
IKU Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi Dan Rawa terdiri atas luas cakupan jaringan irigasi dan luas cakupan jaringan irigasi rawa. Prosentase capaian indikator gabungan keduanya adalah sebesar 137% melebihi dari target yang telah ditentukan.Uraian masing masing capaian indikator tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
1. IKU Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi dan Rawa (Dibangun/ Ditingkatkan dan Dioperasikan/Dipelihara).
Jaringan Irigasi Way Bumi Agung
Jaringan Irigasi, adalah salah satu infrastruktur yang merupakan bagian utama dalam kegiatan pada Ditjen Sumber Daya Air, dimana kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Prioritas Pembangunan Nasional 5 yang bertujuan untuk Ketahanan Pangan.
69 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Dengan infrastruktur jaringan irigasi yang handal, akan dapat mendukung kegiatan dalam bidang pertanian yaitu mensuplai kebutuhan air bagi para petani, sehingga hasil panen akan meningkat. Indikator kinerja yang ditetapkan pada tahun 2012, dalam bidang pertanian adalah “Luas cakupan layanan jaringan irigasi yang dibangun/ditingkatkan” dimana Ditjen Sumber Daya Air telah menetapkan seluas 82.643 Ha. Adapun kinerja Ditjen SDA pada akhir tahun 2012 mencapai cakupan layanan seluas 98.259 Ha, hal ini berarti bahwa capaian kinerja tahun 2012 adalah 118,90 % yaitu 18,90 % diatas target yang telah ditetapkan.
Dari kegiatan pembangunan jaringan irigasi seluas 98,259 Ha dapat memberikan potential impact adanya peningkatan produksi padi sebesar 651.991,4 ton, dengan asumsi produksi sebesar 4,6 ton/ha, dengan Indeks Pertanaman 140% Prestasi ini tak lepas dari dukungan seluruh satuan kerja Ditjen Sumber daya Air di 33 Provinsi di Indonesia. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan/pembangunan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi primer Way Bumi Agung di Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Adapun manfaat yang diberikan dengan adanya jaringan irigasi ini adalah luas layanan meningkat menjadi 230 Ha.
Peningkatan Jaringan Irigasi yang lain ada di Lhok Guci, DI Susoh (Aceh), DI Batang Anai (Sumbar), DI Mukomuko Kanan, DI Kedung Brubus (Jatim), DI Montalat, DI Tanjung Harapan (Kalteng), DI Batang Alai (Kalsel), DI Pesap, DI Muara Bangun (Kaltim), Paguyaman Kiri, Paguyaman Kanan (Gorontalo) dan DI Karaopa (Sulteng).
Irigasi rawa yang ditingkatkan Pdg Pangrapat, Prov
Kaltim
Peningkatan Jaringan Irigasi yang lain ada di Lhok Guci, DI Susoh (Aceh), DI Batang Anai (Sumbar), DI Mukomuko Kanan, DI Kedung Brubus (Jatim), DI Montalat, DI Tanjung Harapan (Kalteng), DI Batang Alai (Kalsel), DI Pesap, DI Muara Bangun (Kaltim), Paguyaman Kiri, Paguyaman Kanan (Gorontalo) dan DI Karaopa (Sulteng).Selanjutnya kinerja dengan indikator luas cakupan layanan jaringan ir igasi yang dioperasikan dan dipelihara tahun 2012 mencapai 2.164.000 Ha, dengan target 2.005.843 Ha. Operasi dan pemeliharaan yang dilakukan yaitu dalam rangka menjaga infrastruktur jaringan irigasi agar tetap terpelihara dan berfungsi sebagaimana mestinya. Operasi dan pemeliharaan salah satu kegiatan yang dilakukan pada infrastruktur jaringan di Mukomuko Kanan Desa Sumber Mulya Provinsi Bengkulu, dengan panjang jaringan irigasi 13 Km dengan luas cakupan jaringan irigasi mencapai 400 Ha.
70 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Adapun untuk Luas cakupan layanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun/ditingkatkan tahun 2012 menargetkan 22.115 Ha dan tercapai 49.043 Ha, capaian kinerja yang lebih tinggi dari target diperoleh dari kegiatan baru yang bersumber dari dana APBNP, kegiatan berlokasi di Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Timur. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah reklamasi DR Rawa Silaut Provinsi Sumatera Barat, pada pekerjaan ini adalah membuat saluran dengan panjang 2.200 m, dimana dengan pembangunan ini akan dapat memberikan manfaat irigasi bagi 650 hektar (ha) tanah pertanian di Provinsi Sumatera Barat. Indikator kinerja yaitu luas cakupan layanan reklamasi rawa yang dioperasikan dan dipelihara, target tahun 2012 adalah 1.022.386 Ha dan capaian yang diperoleh Ditjen Sumber Daya Air adalah 1.033.000 Ha.Capaian kinerja 141% bukan tanpa hambatan, hambatan antara lain disebabkan oleh adanya kesulitan di lapangan dalam mensuplai material dalam kegiatan, sehingga terjadi keterlambatan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, tetapi dengan kerjasama yang baik dari pihak-pihak terkait, maka target dapat dicapai. Pelaksanaan rehabilitasi atau perbaikan saluran dan bangunan air yang dilaksanakan bertujuan agar jaringan tambak dapat berfungsi secara optimal dan sesuai mutu perencanaan.
Waduk Sindang Kasih, Kab. Konawe Selatan, Prov Sultra
2. IKU Kapasitas Tampung Sumber Air yang Dibangun/Ditingkatkan dan Dijaga/ Dipelihara (Waduk, Embung/ Situ).
Indikator tersebut diatas terdiri dari dua unsur yaitu Kapasitas Tampung Waduk dan Kapasitas Tampung Embung/Situ yang Dibangun dengan capaian kinerja sebesar 100% untuk keduanya.Pada Tahun 2012 target kapasitas waduk yang dibangun/ditingkatkan telah tercapai, dimana kegiatan peningkatan kapasitas waduk dilaksanakan melalui pelaksanaan pembangunan sembilan waduk. Adapun
3capaian kapasitas waduk mencapai 156.640.000 M , yang salah satunya dari waduk Gonggang.
Waduk lain yang berhasil diselesaikan pada tahun 2012 adalah Waduk Rajui (Aceh), sementara yang sedang dalam pelaksanaan tersebar di tujuh lokasi yaitu Jatigede (Jabar), Jatibarang, Bendo (Jateng), Bajulmati (Jatim), Marangkayu (Kaltim), Titab (Bali), dan Pandanduri Swangi (NTB).
71 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Kegiatan pembangunan embung/situ juga telah dilakukan, dimana target tahun 2012 telah dicapai yaitu 3dengan kapasitas tampung 28.433.090 M . Pembangunan 175 buah embung telah dilaksanakan dan
tersebar diseluruh Indonesia, salah satunya Embung Sindang Kasih yang selesai dibangun di Kabupaten 3Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan kapasitas tampung 25.000 M .
Tahun 2012 Direktorat Sumber Daya Air telah melaksanakan diantaranya pembangunan 4 embung di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain Sindang Kasih yaitu Embung Lakara dengan
3 3kapasitas tampungan 32.000M , Embung Sabolakoa dengan kapasitas tampungan 32.000M , Embung 3Wonua Kongga dengan kapasitas tampung 25.000M . Hal ini dilakukan karena daerah ini sangat potensial
untuk peningkatan hasil pertanian. Pembangunan Embung selain bermanfaat untuk Irigasi yaitu dengan melalui Daerah Irigasi (DI) Benua Aporo Kabupaten Konawe Selatan, bermanfaat juga untuk Penghijauan juga bermanfaat untuk mensuplai air minum, serta dapat digunakan sebagai periwisata lokal. Pembangunan ini merupakan salah satu upaya dalam menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bendung Sempor
Kegiatan peningkatan/pembangunan yang dilakukan bukan tanpa hambatan, pembebasan tanah merupakan hambatan yang sangat dominan, tetapi hal ini dapat diatasi oleh satuan kerja Direktorat Jenderal Sumber Daya air dengan koordinasi intensif dengan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, serta melibatkan tokoh-tokoh masyarakat sehingga kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diterima oleh warga dan dapat terlaksana dengan baik. Tahun 2012 untuk indikator kinerja yaitu Kapasitas tampung waduk/embung/situ yang dioperasikan dan dipelihara dapat mencapai target yaitu
33.432.128.900m .
Manfaat dari kegiatan operasi dan pemeliharaan ini adalah agar infrastruktur waduk/embung/situ yang telah dibangun tetap terjaga performance-nya. Kegiatan operasi dan pemeliharaan waduk/embung/situ dilaksanakan oleh Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai/Balai Besar Wilayah Sungai adalah kegiatan pemeliharaan Bendung Sempor, kegiatan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan akses-road di Bendung ini.
Pencapaian IKU Prosentase pencapaian Penyelenggaraan Pengelolaan SDA Terpadu oleh Balai-balai SDA ini sebesar 105% untuk penerapan pengelolaan SDA terpadu 50% dan tercapai 130% untuk penerapan pengelolaan SDA terpadu 20%;
3. IKU Prosentase Pencapaian Penyelenggaraan Pengelolaan SDA Terpadu Oleh Balai-Balai SDA
72 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pada IKU ini, telah ditetapkan kriteria penyelenggaraan pengelolaan sebagai berikut:
· Balai dinyatakan telah menerapkan 20% pengelolaan SDA terpadu apabila balai sudah menyusun dan memiliki pola pengelolaan sumber daya air;
· Balai dinyatakan telah menerapkan 50% pengelolaan SDA terpadu apabila balai sedan menyusun dan memiliki pola pengelolaan SDA terpadu serta rencana pengelolaan sumber daya air;
Berdasarkan kriteria tersebut, maka hasil pengukuran Kinerja adalah jumlah balai dengan penerapan 50% mencapai 22 Balai, dan jumlah balai dengan penerapan 20% mencapai 13 Balai. Hal ini melampaui target yang ditetapkan mengingat 4 Balai yang semula ditargetkan menerapkan 20%, pada pelaksanaannya secara paralel menyusun rencana pengelolaan SDA atau menerapkan 50% pengelolaan SDA terpadu. Balai-balai tersebut yaitu: BWS Sumatera III, BWS Sumatera IV, BWS Sumatera V, BWS Kalimantan III.Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah masyarakat dari berbagai tingkatan akan dapat mendayagunakan sumber daya air sesuai dengan kebutuhannya dan dalam jangka panjang, pendayagunaan ini akan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang 7/2004.
Intake Teluk Lerong, samarinda ,
Kaltim
Embung sabolakua kab Konawe Sel. Prov. sultra
4. IKU Debit Air Layanan Sarana/Prasarana Air Baku Untuk Memenuhi Kebutuhan Domestik, Perkotaan dan Industri (Dibangun/Ditingkatkan dan Dioperasikan/ Dipelihara).
Untuk peningkatan layanan sarana/prasarana air baku, Indikator kinerja yang dicanangkan yaitu Kapasitas Debit Layanan Sarana/Prasarana Air Baku Untuk Air Minum.
3Output indikator ini telah tercapai yaitu 14,94 m /detik dari 3target 14, 73 m /detik atau sebesar 101%. Hal ini tercapai
karena adanya tambahan anggaran yang diwujudkan dalam kegiatan pembangunan baru oleh satuan kerja Ditjen Sumber Daya Air dalam rangka memaksimalkan anggaran sehingga bisa menambah outcome. Keberhasilan pencapaian IKU ini didukung oleh output dibawah ini:Pembangunan prasarana air baku diperoleh antara lain dari embung Leubok (Aceh), Samosir (Sumut), Bendung Karet Cisangkuy (Banten), Balongbendo, Krikilan Driyorejo, Kemuning/Sidoarjo, Sendang/Malang, Kawasan Bregas (Brebes-Tegal-Slawi Jateng), Seropan (DIY), Palingkau (Kalteng), Tanah Laut (Kalsel), dan Telagawaja (Bali).
Selain itu, Ditjen SDA pada tahun 2012 membangun intake 3Teluk Lerong dengan kapasitas 1,20 m /detik untuk
memenuhi kebutuhan air baku air minum Kota Samarinda. Dengan adanya turap intake di Sungai Lerong dimaksudkan
73
untuk menahan longsoran yang terjadi sehingga intake sungai lerong tidak tertutup longsoran, sehingga 3pengaliran air baku akan optimal yaitu dapat konsisten di 1,20 m /detik.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Intake IKK Sakita, KabBanggai, Sulteng
Dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat di IKK Sakita, Ditjen SDA juga membangun intake air baku IKK Sakita dengan
3kapasitas 1.16 m /detik. Peningkatan kapasitas air baku dari dua intake sebagaimana disebutkan di atas, yaitu dengan total kapasitas sekitar 2000 l/detik diperkirakan akan menambah cakupan pelayanan sebanyak 800.000 jiwa penduduk Kota Samarinda, Kalimantan Timur dan IKK Sakita Kab. Banggai, Sulawesi Tengah.Manfaat yang didapat dari peningkatan prasarana air baku secara keseluruhan antara lain yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat, menunjang pariwisata, juga menyediakan infrastruktur yang baru sehingga memberikan potensial impact pada tersedianya air minum dalam rangka mendukung agenda MDGs (Millennium Development Goals).
5. IKU Luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir (dibangun/ditingkatkan dan operasi/pemeliharaan).
IKU Luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir (dibangun/ditingkatkan) tercapai sebesar 1.070%.Perlindungan terhadap bahaya banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir, kegiatan rehabilitasi, serta kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana/ prasarana pengendali banjir. Tahun 2012 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menargetkan luas kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir melalui kegiatan pembangunan sarana/prasarana banjir yaitu 12.858Ha dan telah tercapai 137.695,57Ha. Kegiatan pembangunan pengendali banjir ini memberikan impak yang cukup signifikan sehingga manfaat yang diperoleh menjadi 10 kali lebih tinggi dari sasarn awal.
Pemb. Tebing banjir kanal barat Semarang
Kegiatan pembangunan ini tersebar di BBWS/BWS Ditjen Sumber Daya Air. Pembangunan Tebing banjir kanal barat di Kota Semarang dibangun pada tahun 2012 dengan panjang tebing banjir 9,2 km, mempunyai manfaat melindungi area sekitar bebas dari banjir seluas 200Ha. Kanal Banjir Barat merupakan salah satu infrastruktur yang dibangun dengan tujuan melindungi area sekitar dari Banjir.Pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir juga dibangun di Kabupaten Serang, Banten. Pembangunan dinding penahan banjir dengan panjang 15,6 km telah dilaksanakan di tahun 2012. Dinding ini berguna untuk menahan air yang meluap sehingga tidak masuk ke permukiman penduduk dan area pertanian. Total daerah yang terlindungi adalah 2.950 Ha.
74 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Gambaran pencapaian outcome maupun output di atas merupakan figure keberhasilan pelaksanaan Program Sumber Daya Air yang secara garis besar memberikan manfaat:
a. Memperbesar kapasitas waduk, embung, situ, dan penampung lainnya dalam rangka konservasi sumber daya air serta dalam rangka mendukung ketahanan air;
b. Meningkatkan dan mengembangkan kapasitas air baku serta memperluas dan meningkatkan kehandalan jaringan irigasi sebagai upaya mendukung pencapaian target MDGs, serta mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka ketahanan air dan ketahanan pangan;
Dinding Pengendali Banjir, Kab. Serang
c. Membangun pengendali banjir, lahar dingin dan pengaman pantai dalam rangka pengendalian daya rusak.
Tabel Capaian IKU Program Penyelenggaraan Jalan
3.1.1.1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Mendukung Program Penyelenggaraan Jalan
Tabel 3.4
No
Program/
Sasaran Strategis
Uraian
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi
%
Pencapaian
Program
Penyelenggaraan Jalan
1
Meningkatnya Kualitas Layanan Jalan Nasional Dan Pengelolaan
Jalan Daerah
Tingkat
Kemantapan Jalan
90,50%
90,82%
101
Tingkat
Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60% Kondisi Mantap
100%
100%
100
Tingkat
Penggunaan Jalan Nasional
87,70
miliar kend km 89,50miliar kend
km 102
2
Meningkatkan Kapasitas Jalan N asional
Panjang Peningkatan Struktur/ Pelebaran Jalan
3.666
km
4.676 km
128
Panjang
Jalan Baru Yang Dibangun
589
km
1.320 km
224
75 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Penyelenggaraan Jalan dapat dilihat di bawah ini:
Tingkat capaian kinerja outcome berupa Tingkat Kemantapan Jalan sebesar 101 % dengan capaian realisasi 90,82 % dari target 90,5 %.Jalan dikategorikan dalam kondisi mantap jika kondisi jalan tersebut dalam kondisi baik dan sedang, dan dikategorikan dalam kondisi yang tidak mantap jika kondisi jalan tersebut dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat.Konsep Kemantapan Jalan menurut Direktorat Jenderal Bina Marga adalah pelayanan (performance) dimana pengguna jalan bisa merasakan nyaman, aman dan dapat memanfaatkan kecepatan secara optimum sehingga jalan dapat berfungsi secara fungsional.
Parameter dalam menentukan kondisi jalan di Indonesia didasarkan pada:
1. IKU Tingkat Kemantapan Jalan.
Nilai IRI diperoleh melalui survai/pengumpulan data dengan cara menggunakan alat atau secara visual. Alat yang selama ini digunakan adalah dipstick dan dikorelasikan dengan angka BI (Bump Indicator) dari alat Naasra Romdas, atau langsung menggunakan alat Roughmeter. Untuk penggunaan secara visual diperoleh jika:
· Ketidaktersediaan alat survai
· Medan jalan yang tidak mendukung penggunaan alat survai
· Jika nilai BI (count) ≥ 400 untuk NaasraSurvai IRI ini dilakukan oleh satker P2JN sebanyak dua kali selama satu tahun (2 semester).Keberhasilan capaian kinerja IKU berupa Tingkat Kemantapan Jalan sebesar 100,35% didukung oleh output-output:
- Tingkat capaian kinerja output Jumlah Bahan Jalan & Jembatan adalah sebesar 146% dengan capaian realisasi 1.476,5 ton dari target 1.012,5 ton. Output ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan bahan jalan dan jembatan dan juga dalam rangka siaga untuk penanganan bencana alam;
76 Bab III Akuntabilitas Kinerja
- Tingkat capaian kinerja output Jumlah dokumen perencanaan dan pengawasan teknis jalan adalah sebesar 100 % dari capaian realisasi 2 dokumen terhadap target 2 dokumen terdiri dari laporan perencanaan jalan dan laporan pengawasan teknis jalan.Output ini dimaksudkan agar disain jalan dan jembatan berakurasi tinggi, sesuai keperluan lapangan, dan sesuai dengan ketersediaan anggaran. Dengan pengawasan yang baik, pekerjaan yang dihasilkan kontraktor sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan dalam kontrak;
- Tingkat capaian kinerja output Panjang jalan yang mendapat pemeliharaan berkala/rehabilitasi adalah sebesar 115 % dari target 1.595,68 Km yaitu 1.827,07 Km;
- Tingkat capaian kinerja output Panjang jembatan yang mendapat pemeliharaan berkala/rehabilitasi adalah sebesar 120 % dari target 14.942,71 m yaitu sebesar 17.978,71 m.
Tingkat capaian kinerja outcome berupa Tingkat Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60 % Kondisi Mantap sebesar 100% dengan capaian realisasi 100% dari target 100%.Keberhasilan capaian kinerja IKU berupa Tingkat Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60% Kondisi Mantap didukung oleh output-output:- Tingkat capaian kinerja output Jumlah Dokumen Pengaturan & Penyiapan Pembiayaan Jalan Daerah &
Dana Masyarakat adalah sebesar 100% dengan capaian realisasi 2 dokumen dari target 2 dokumen.- Tingkat capaian kinerja output Jumlah Dokumen Pengembangan Sistem Manajemen Jalan dan Jembatan
adalah sebesar 100% dengan capaian realisasi 6 dokumen dari target 6 dokumen.- Tingkat capaian kinerja output Jumlah Dokumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Jalan adalah sebesar
100% dengan capaian realisasi 8 dokumen dari target 8 dokumen.- Tingkat capaian kinerja output Jumlah Dokumen Perencanaan & Pengawasan Teknis Jalan & Jembatan
Khusus Serta Perencanaan Teknis Jalan Bebas Hambatan adalah sebesar 1100 % dengan capaian realisasi 11 dokumen dari target 1 dokumen.
- Tingkat capaian kinerja output Jumlah Laporan Pembinaan Teknik Jalan Dan Jembatan adalah sebesar 100% dengan capaian realisasi 1 laporan dari target 1 laporan.
- Tingkat capaian kinerja output Jumlah Laporan Perencanaan Pembinaan, Penyiapan Produk Pembinaan Dan Pembinaan Pelaksanaan Jalan Dan Jembatan adalah sebesar 126% dengan capaian realisasi 24 laporan dari target 19 laporan.
Tingkat capaian kinerja outcome berupa Tingkat Penggunaan Jalan Nasional sebesar 102% dengan capaian realisasi 89,50 Milyar Kendaraan Kilometer dari target 87,70 Milyar Kendaraan Kilometer.Keberhasilan capaian kinerja IKU berupa Tingkat Penggunaan Jalan Nasional didukung oleh output-output:
- Tingkat capaian kinerja output Panjang Jalan yang mendapat pemeliharaan rutin adalah sebesar 101% dengan capaian realisasi 34.930,06Km dari target 34.676,4Km.
2. IKU Tingkat Fasilitasi Penyelenggaraan Jalan Daerah Menuju 60% Kondisi Mantap
3. IKU Tingkat Penggunaan Jalan Nasional
77 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pemeliharaan rutin jalan dilakukan untuk mempertahankan kondisi jalan tetap mantap sampai mencapai umur rencana dengan mengoptimalkan kinerja jaringan jalan dengan baik dan mengupayakan agar seluruh panjang jalan yang berada di dalam tanggung jawab Pemerintah selalu berada dalam kondisi dapat melayani lalu-lintas tanpa terputus sepanjang waktu.
- Tingkat capaian kinerja output Panjang jembatan yang mendapat pemeliharaan rutin adalah sebesar 106% dengan capaian realisasi 267.872,24 m dari target 253.424,70 m.
Kegiatan ini juga sangat bermanfaat kepada masyarakat umum sebagai pengguna jalan agar pergerakan/arus barang dan jasa berjalan dengan baik, karena dengan demikian tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat bisa semakin meningkat dengan ditopang oleh prasarana jalan yang memadai.
Tingkat capaian kinerja outcome berupa Panjang Peningkatan Struktur/Pelebaran Jalan sebesar 128 % dengan capaian realisasi 4.676,05 Km dari target 3.666,49 Km.Keberhasilan capaian kinerja IKU berupa Panjang Peningkatan Struktur/ Pelebaran Jalan didukung oleh output-output:- Tingkat capaian kinerja output Panjang Jalan yang mendapat pelebaran adalah sebesar 122 % dengan
capaian realisasi 2.274,77 Km dari target 1.857,41 Km.Output ini mempunyai manfaat untuk memperbaiki alinyemen horisontal yang dapat menghambat kecepatan perjalanan sehingga faktor keamanan dapat ditingkatkan sejalan dengan terpenuhinya kriteria jalan nasional dan juga untuk meningkatkan kapasitas jalan.
- Tingkat capaian kinerja output Panjang Jalan yang Mendapat Rekonstruksi/Peningkatan Struktur adalah sebesar 133% dengan capaian realisasi 2.401,28m dari target 1.809,08m.Output ini mempunyai manfaat untuk Meningkatkan kenyamanan pengguna jalan pada saat melalui ruas-ruas yang sudah mendapatkan peningkatan struktur.
4. IKU Panjang Peningkatan Struktur/Pelebaran Jalan
Pembangunan Jembatan Kelok 9 Tahap II-B Kondisi 100 %
5. IKU Panjang Jalan Baru yang DibangunTingkat capaian kinerja outcome berupa Panjang Jalan Baru yang Dibangun sebesar 224 % dengan capaian realisasi 1.320,88 Km dari target 589,48 Km.Keberhasilan capaian kinerja IKU berupa Panjang Jalan Baru yang Dibangun didukung oleh output-output:- Tingkat capaian kinerja output Panjang Jalan yang Dibangun baru adalah sebesar 169% dengan capaian realisasi 357,12 Km dari target 211 Km.
78 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Output ini mempunyai manfaat untuk pengembangan jaringan jalan untuk membuka akses transportasi dan kelancaran arus barang dan jasa serta mempersingkat waktu dan jarak tempuh.
- Tingkat capaian kinerja output Panjang jembatan yang dibangun baru adalah sebesar 118 % dengan capaian realisasi 9.723,47 m dari target 8.250,22 m. Peningkatan output terjadi karena adanya alokasi dana tambahan berupa APBN-P.Output ini mempunyai manfaat untuk menghilangkan area black spot, memperlancar arus lalu lintas, serta mempersingkat waktu dan jarak tempuh.
- Tingkat capaian kinerja output Panjang Pembangunan/Pelebaran Jalan di Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan adalah sebesar 254% dengan capaian realisasi 928,31Km dari target 365Km. Peningkatan alokasi dana APBN-P berdampak pada peningkatan pencapaian output.Output ini mempunyai manfaat untuk membuka keterisolasian daerah juga membantu pemerintah daerah dalam pengembangan jaringan jalan kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar & terdepan. Medan yang cukup sulit menjadi kendala utama dalam pelaksanaan output ini.
- Tingkat capaian kinerja output Panjang Pembangunan/Duplikasi Jembatan di Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan adalah sebesar 229% dengan capaian realisasi 1.602,37m dari target 700m. Dengan Adanya penambahan paket APBN-P menjadikan output indikator ini melebihi target.Output ini mempunyai manfaat untuk membuka keterisolasian daerah juga membantu pemerintah daerah dalam pengembangan jaringan jalan Kawasan Strategis, Perbatasan, Wilayah Terluar & Terdepan. Medan yang cukup sulit menjadi kendala utama dalam pelaksanaan output ini.
- Tingkat capaian kinerja output Panjang jalan bebas hambatan yang dibangun adalah sebesar 122 % dengan capaian realisasi 16,41 Km dari target 13,48 Km. Tambahan alokasi dana melalui APBN-P telah meningkatkan capaian output dari target awal.Output ini mempunyai manfaat untuk mempercepat arus lintas barang juga mempercepat waktu tempuh.
Dari lima IKU yang mendukung Program Penyelenggaraan Jalan di atas dapat terlihat bahwa seluruh Indikator Kinerja Utama tahun 2012 mencapai target bahkan ada beberapa IKU yang melampaui target, seperti Panjang Jalan yang Ditingkatkan/Direhabilitasi Kapasitasnya (Struktur dan Lebar) dan Panjang Jalan Baru yang Dibangun.Penyelenggaraan jaringan transportasi nasional ditujukan untuk mewujudkan media penghubung antarpulau, pusat permukiman, kawasan produksi, kawasan industri, terminal peti kemas, pelabuhan laut, bandara dan wilayah pontensial, sehingga terbentuk satu kesatuan sistem transportasi darat, laut dan udara. Jaringan transportasi nasional perlu dikembangkan saling terkait meliputi wilayah nasional dengan luar negeri, antarwilayah dan antarkota, dan dalam keterkaitan intra dan intermoda transportasi.
Jaringan jalan, sebagai bagian dari elemen tata ruang dan elemen pembentukan struktur ruang wilayah serta bagian dari komponen infrastruktur wilayah, memiliki peran yang sangat vital bagi pemenuhan aksesibilitas dan mobilitas penduduk pada suatu wilayah. Dengan adanya pembangunan jalan diharapkan dapat memberikan pelayanan akses kepada masyarakat yang pada gilirannya dapat memberikan manfaat yang lebih luas, seperti mobilitas meningkat, distribusi produksi lebih lancar, dan lain sebagainya, yang pada gilirannya dapat memberikan kemanfaatan bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
79 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Program Penyelenggaraan Jalan memiliki kegiatan utama yang akan dilakukan adalah pemeliharaan rutin jalan, pemeliharaan berkala jalan, dan kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan terutama yang ada di jalan nasional maupun di jalan provinsi yang sudah merupakan strategis nasional.
Langkah-langkah strategis yang sudah dilaksanakan di tahun 2012 yaitu:- Sudah diadakan uji laik fungsi jalan terhadap 75 ruas jalan dari 243 ruas jalan yang ada di wilayah Bali,
NTB, dan NTT. Uji laik fungsi jalan untuk 168 ruas jalan akan dilaksanakan tahun 2013.- Target kuantitas alat tercapai dan ada penghematan dari sisa lelang sebesar 8 milyar rupiah.- Dalam upaya mendukung kegiatan APEC tahun 2013, pembangunan Underpass Simpang Dewa Ruci
masih sesuai dengan rencana dan atas koordinasi yang baik dengan berbagai pihak, traffic jam yang pernah dikhawatirkan akan terjadi selama pelaksanaan konstruksi ternyata tidak terjadi. Underpass Simpang Dewa Ruci direncanakan selesai pada bulan Mei tahun 2013.
- Selain Underpass Dewa Ruci, upaya mendukung kegiatan APEC tahun 2013 antara lain adalah penataan simpang pada Simpang Uluwatu yang terletak diantara Bandara Ngurah Rai dan lokasi kegiatan APEC tahun 2013 serta perbaikan kemantapan jalan dengan program peningkatan kapasitas jalan dari arah Bandara Ngurah Rai menuju lokasi kegiatan APEC tahun 2013.
Secara keseluruhan pencapaian output maupun outcome pelaksanaan kegiatan Program Penyelenggaraan Jalan memberikan manfaat sebagai berikut:- Dengan semakin baiknya infrastuktur jalan maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat, sehingga
aksesibilitas dan mobilitas akan meningkat.- Waktu tempuh (waktu perjalanan) menjadi lebih cepat.- Kecepatan kendaraan meningkat.- Nilai biaya transportasi untuk pengguna jalan, yaitu nilai Biaya Operasi Kendaraan (BOK) menurun.- Tingkat pelayanan jalan seperti kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan meningkat.Secara keseluruhan gambaran pencapaian output maupun outcome di atas telah menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan Program Penyelenggaraan Jalan, yang telah memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Dengan semakin baiknya infrastuktur jalan maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat, sehingga aksesibilitas dan mobilitas akan meningkat.
b. Waktu tempuh (waktu perjalanan) menjadi lebih cepat.c. Kecepatan kendaraan meningkat.d. Nilai biaya transportasi untuk pengguna jalan, yaitu nilai Biaya Operasi Kendaraan (BOK) menurun.e. Tingkat pelayanan jalan seperti kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan meningkat.
80 Bab III Akuntabilitas Kinerja
No
Program/ Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target Realisasi %
Pencapaian
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
1 Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum Dan Sanitasi Permukiman Perkotaan
Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
5.634 Liter/det 186 IKK
6.396Liter/det 192 IKK
113.53 103.23
2. Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi
143 kab/kota 231kws
138 k ab/kota 239 k ws
96.50 103.46
3. Jumlah Pemda/PDAM yang dibina kemampuannya
124 PDAM 124 PDAM 100
4. Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman Dan Penataan Ruang.
Jumlah Rusunawa Yang Dibangun 48 Twin Blok 53 Twin Blok 110.42
5 Jumlah Kawasan Permukiman Dan Penataan Bangunan Yang Direvitalisasi
374 KWS 411 KWS 109,9
6. Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan Dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah Kelurahan/Desa Yang Ditingkatkan Infrastruktur Permuklman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan
13.999 Desa 16.517 Desa 121.46
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman dapat dilihat berikut ini:
Pada IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum terdapat target sebesar 5.634 liter/detik dan 186 IKK. Target ini dapat terealisasi sebesar 6.396 liter/detik (103,53%) dan 192 IKK (103,23%). Capaian IKU ini melampaui target karena pada semester 2 tahun 2012 telah dilakukan optimalisasi kegiatan untuk meningkatkan capaian kinerja dengan mengalokasikan dana APBN-P.
1. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum.
81 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.1.1.1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Mendukung Program Pembinaan Dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman.
Capaian IKU Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur PermukimanTabel 3.4
IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum didukung oleh indikator output SPAM di kawasan MBR tercapai sebesar 331 kawasan, SPAM di Ibu Kota Kecamatan tercapai sebesar 192 IKK, SPAM Perdesaan tercapai sebesar 2.312 desa, dan SPAM Kawasan Khusus tercapai sebesar 244 kawasan (kawasan perbatasan dan kabupaten pemekaran). Dengan terpasangnya instalasi sebesar 6400 liter/detik maka hasil pengembangan SPAM ini berpotensi memberikan manfaat pada sekurang-kurangnya 2,5 juta jiwa secara bertahap dalam kurun waktu sekitar 3 tahun ke depan. Berdasarkan data dari lapangan, untuk tahun 2012 ini sudah terpasang sambungan rumah sebanyak 270.800 unit, yang setara dengan 1,3 juta jiwa. Angka ini selain terpasang pada SPAM yang diselesaikan tahun ini, juga termasuk dengan jumlah sambungan yang terpasang untuk menyerap 15% kapasitas instalasi yang terbangun pada tahun sebelumnya.
SPAM Perdesaan Desa Kanekes,
Kabupaten Lebak,
Banten
2. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi.Pada IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi terdapat target sebesar 231 kawasan dan 143 kabupaten/kota. Target ini dapat terealisasi sebesar 239 kawasan (103,46%) dan 138 kabupaten/kota (96,50%).IKU pelayanan sanitasi didukung oleh beberapa output sebagai berikut:§ Infrastruktur air limbah, dengan indikator kinerja Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air
Limbah. Target sebesar 136 kawasan dan tercapai sebanyak 132 kawasan dan 501 kawasan USRI (Urban Sanitation an Rural Infrastructure) atau sebesar 98,53%. Ketidak tercapaian target 2 lokasi disebabkan oleh kesulitan mendapatkan lahan serta proses lelang yang lama sesuai prosedur ADB.Berkurangnya lokasi ini telah dikompensasi oleh Ditjen Cipta Karya melalui proses rekayasa teknis berupa MCK++. Manfaat dari kegiatan ini selain memberikan kesempatan kerja kepada 16.410 orang juga dapat memberikan cakupan pelayanan air limbah kepada 1.590.000 orang atau sekitar 100,44% dari target yang ditetapkan.
§ Infrasturktur Drainase Perkotaan, dengan indikator kinerja Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktru Drainase Perkotaan. Dari target yang telah ditetapkan sebesar 49 kabupaten/kota, ternyata hanya tercapai sebanyak 46 kabupaten/kota atau sebesar 93,88%. Manfaat yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah berkurangnya kawasan perkotaan yang terhidar dari genangan dari 2.013 ha menjadi 1.249 Ha, namun kegiatan ini telah memberi manfaat lain yaitu penyerapan tenaga kerja sebanyak 17.800 orang.
§ Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, dengan indikator kinerja Jumlah Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Pencapaian kinerja sebanyak 92 kabupaten kota dari target 94 kabupaten/kota atau sebanyak 97%.
82 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Manfaat dari kegiatan ini adalah masyarakat mendapat pelayanan tempat pemrosesan akhir sampah disamping penyerapan tenaga kerja sebanyak 21.000 orang.
§ Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah dengan indikator kinerja Jumlah Kawasan yang Terlaya Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R. Target tahun 2012 ditetapkan sebesar 95 kawasan dan tercapai sebesar 105 kawasan (110,53%). Pencapaian output di atas 100% karena pada Satker PPLP Strategis yang semula tidak ada kegiatan 3R, namun di pertengahan tahun direvisi menjadi pembangunan 3R sesuai dengan kebutuhan.Kegiatan pada output ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 7.180 orang disamping memberikan manfaat lain yaitu masyarakat mendapatkan pelayanan persampahan terpadu.
Secara keseluruhan manfaat dari IKU ini adalah masyarakat mendapatkan pelayanan sanitasi yang dapat meningkatkan kebersihan lingkungan serta taraf kesehatan masyarakat, dan bahkan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat melalui kegiatan 3R.
Pada IKU Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM terdapat target sebesar 124 PDAM. Target ini dapat terealisasi sebesar 124 PDAM (100%).IKU ini didukung oleh 1 (satu) output yaitu Penyelenggara SPAM terfasilitasi dengan indikator kinerja Jumlah Penyelenggara SPAM yang Terfasilitasi dengan target sebesar 124 PDAM dan tercapai sebesar 124 PDAM (100%).Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya kegiatan ini adalah kemampuan pemda/PDAM yang semakin meningkat terutama pada PDAM dengan kondisi kurang sehat/sakit menjadi PDAM mandiri dan sehat, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui dana PDAM, dana APBD, dana masyarakat, maupun dana komersial lainnya.
Pada IKU Pembangunan Rusunawa terdapat target sebesar 48 twinblock. Target ini dapat terealisasi sebesar 53 twinblock (110,42%).IKU ini didukung oleh 1 (satu output) yaitu Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya dengan indikator kinerja Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun beserta Infrastruktur Pendukungnya dengan target sebesar 48 twinblock dan tercapai sebesar 53 twinblock (110,42%).
3. IKU Jumlah Pemda/PDAM yang dibina.
4. IKU Jumlah Rusunawa Yang Dibangun
Pembangunan Rusunawa Kawasan Keudah, Kota Banda Aceh,
83 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pembangunan Rusunawa Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul,Provinsi DI. Yogyakarta
Capaian dari target IKU ini dapat melebihi 100% karena ada penambahan capaian dari target tahun 2011. Pada PK Direktorat Pengembangan Permukiman Tahun 2011, target output Rusunawa beserta Infrastruktur Pendukungnya adalah 70 twinblock yang dilaksanakan secara multiyears TA 2011-2012. Berdasarkan LAKIP Direktorat Pengembangan Permukiman Tahun 2011, capaian output Rusunawa beserta Infrastruktur Pendukungnya adalah 65 twinblock sementara 5 twinblock yang mengalami kendala dalam proses pra-pembangunan belum dapat diselesaikan pada tahun 2011, dan baru selesai pada tahun 2012.Dengan terbangunnya dan berfungsinya 53 twinblock pada tahun 2012, maka manfaat yang akan diperoleh adalah diantaranya adalah sebanyak 5.247 KK atau ekivalen dengan 26.000 jiwa mayarakat berpenghasilan rendah akan mendapatkan tempat tinggal yang layak yang secara otomatis akan mengurangi kawasan kumuh.
Pada IKU Jumlah Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan yang Direvitalisasi terdapat target sebesar 374 kawasan. Target ini dapat terealisasi sebesar 411 kawasan (109,9%).Keberhasilan pencapaian IKU ini didukung oleh beberapa output penting sebagai berikut:
1. Sarana dan Prasarana Lingkungan PermukimanOutput ini diukur dengan indikator kinerja Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya dengan target sebesar 374 kawasan dan tercapai sebesar 411 kawasan (109,89%).Pencapaian target output ini dapat melebihi 100% karena di beberapa daerah terjadi pemecahan kawasan karena adanya kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana lingkungan permukiman.
1. Bangunan Gedung dan FasilitasnyaOutput ini diukur dengan indikator kinerja Jumlah Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan bangunan Gedung Negara/Bersejarah dengan target sebesar 44 kabupaten/kota dan tercapai sebesar 44 kabupaten/kota (100%).Kegiatan pada 2 (dua) output tersebut di atas dapat menyerap tenaga kerja sebesar 2.591 tenaga kerja yang berperan serta dalam kegiatan-kegiatan revitalisasi kawasan.
1. IKU Jumlah Kawasan Permukiman Dan Penataan Bangunan Yang Direvitalisasi
84 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Manfaat yang dirasakan masyarakat dengan adanya kegiatan ini adalah meningkatnya kualitas kawasan dan berkurangnya kawasan kumuh di perkotaan yang dilakukan melalui pembangunan hunian vertikal di kawasan-kawasan kumuh berat dan revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan terutama pada kawasan yang mengalami degradasi lingkungan.
Pada IKU Peningkatan Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan terdapat target sebesar 13.599 desa. Target ini dapat terealisasi sebesar 16.517 desa (121,46%).Keberhasilan pencapaian IKU ini didukung oleh beberapa output penting sebagai berikut:1. Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
Output ini diukur dengan indikator kinerja Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman dengan target sebesar 2.600 desa dan tercapai sebesar 5.592 desa (215,08%). Kegiatan pada output ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 182.384 orang.Pencapaian output yang melebihi 100% karena selain desa sasaran 2012, terdapat 2.400 desa APBN-P lanjutan TA 2011.
2. Keswadayaan Masyarakat (P2KP)Output ini diukur dengan indikator kinerja Jumlah Kelurahan/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) dengan target sebesar 10.999 kelurahan dan tercapai sebesar 10.925 kelurahan (99,33%) yang meliputi 1.816.323 KK.Pencapaian target output Keswadayaan Masyarakat sebesar 99,33%. Di dalam Penetapan Kinerja disebutkan bahwa output Keswadayaan Masyarakat (P2KP) mempunyai target 10.999 kel/desa. Target tersebut terdiri dari 10.923 kel/desa P2KP dan 76 kel/desa JRF. Output tersebut terealisasi sebesar 10.925 kel/desa yang merupakan kel/desa P2KP. Sedangkan 76 kel/desa JRF belum dapat dimasukkan ke dalam realisasi karena baru akan selesai pada Bulan Maret 2013.Kegiatan pada output ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 129.152 orang yang berperan serta dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan seperti penyediaan sarana dan prasarana air minum, penyehatan lingkungan permukiman, irigasi, jalan dan jembatan, sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
Manfaat yang dirasakan dari dua output kegiatan ini selain tentunya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat setempat, juga kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas infrastruktur permukiman baik yang ada di perdesaan, kawasan kumuh, maupun kawasan nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat termasuk kawasan rawan bencana, desa potensial, dan daerah tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil terluar.Keberhasilan pencapaian outcome dan output kegiatan dalam rangka pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman secara garis besar memberikan manfaat:
a. Meningkatkan kapasitas terpasang dan produksi serta penambahan sambungan rumah untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi dalam rangka mencapai target MDGs.
b. Menyiapkan permukiman layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui pembangunan rumah susun sederhana sewa dalam rangka penataan permukiman kumuh;
c. Merevitalisasi kawasan serta pengembangan bangunan gedung negara;d. Membangun infrastruktur lainnya di perdesaan, kawasan rawan bencana, desa potensial, daerah
tetinggal, perbatasan, dan pulau-pulau terluar.
6. IKU Jumlah Kelurahan/Desa Yang Ditingkatkan Infrastruktur Permuklman Perdesaan/ Kumuh/Nelayan
85 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.1.1.1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) MENDUKUNG PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG.
Tabel 3.5 Capaian IKU Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
No Program/
Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target Realisasi %
Pencapaian
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
1 T erwujudnya Perumusan Dan Pelaksanaan Kebijakan Dan Standarisasi Teknis Bidang
Penataan
Ruang
Jumlah Rencana Tata Ruang Dan Rencana Terpadu Program Pengembangan Infrastruktur Jangka Menengah Pulau/ Kepulauan
Dan
Kawasan Strategis N asional.
11 Raperpres (8 Raperpres KSN non perkotaan, 3 Raperpres KSN
perkotaan), 12 RPI2JM(3 Pulau, 5
KSN Non perkotaan,
5 KSN Perkotaan)
10 Raperpres ( 8 Raperpres KSN
non perkotaan, 2 Raperpres KSN
perkotaan), 12 RPI2JM(3 Pulau, 5 KSN Non
perkotaan, 5KSN Perkotaan)
95,45
2
JumlahProvinsi/ Kabupaten/
Kota
Yang
Mendapat Pembinaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
97 kabupaten 37 kota
93
kabupaten 31
kota
92,53
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dapat dilihat berikut ini:
Pencapaian Kinerja IKU Jumlah Rencana Tata Ruang Dan Rencana Terpadu Program Pengembangan Infrastruktur Jangka Menengah, Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis diukur dari jumlah dokumen Raperpres dan RPIJM yang dihasilkan. Pada tahun 2012 dari target sebannyak 11 Raperpres (8 KSN Non Perkotaan, 3 KSN Perkotaan), hanya tercapai 10 Raperpres (8 KSN Non Perkotaan, 2 KSN Perkotaan). Raperpres KSN yang tidak dapat diselesaikan adalah Raperpres KSN Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Semarang, Purwodadi). Hal ini disebabkan adanya dinamika daerah dimana masih terdapat Kabupaten/Kota yang belum menyepakati peran dan fungsi masing–masing, seperti pada Kabupaten Kendal yang ingin menambah kecamatan untuk dimasukkan pada KSN Kedungsepur. Secara paralel Ditjen Penataan Ruang melakukan pengumpulan kelengkapan data dari para anggota BKPRN. Progres penyelesaian dan penyepakatan materi teknis oleh BKPRD pada tanggal 22 Oktober 2012 di Semarang. Untuk itu diperlukan waktu lebih lama untuk pembahasan materi Raperpres tersebut dan diharapkan telah dapat diselesaikan pada tahun 2013 beserta progres legalisasinya.
1. IKU Jumlah Rencana Tata Ruang Dan Rencana Terpadu Program Pengembangan Infrastruktur Jangka Menengah Pulau/ Kepulauan Dan Kawasan Strategis Nasional.
86 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Sementara itu untuk dokumen RPIJM, pada tahun 2012 dari target sebanyak 12 RPIJM (3 Pulau, 5 KSN Non Perkotaan, 4 KSN Perkotaan) dapat diselesaikan seluruhnya. Sehingga tingkat capaian IKU tersebut di atas pada tahun 2012 adalah sebesar 95,45%. Kawasan Strategis Nasional (KSN) merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Sesuai dengan amanat UU 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, penataan ruang Kawasan Strategis Nasional diatur dalam Peraturan Presiden. Secara rinci pencapaian Raperpres pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pencapaian Raperpres KSNTabel 3.6
KSN Non Perkotaan KSN Perkotaan
1. KAPET Seram 2. KAPET Palapas 3. KAPET Mbay 4. Sabang 5. Taman Nasional Lorents 6. Heart of Borneo 7. Merapi 8. Selat Sunda
1. Cekungan Bandung 2. Gerbangkertasusila
Sumber: LAKIP Eselon II di Lingkungan DJPR Tahun 2012
Dengan telah dihasilkannya Raperpres di 10 (sepuluh) KSN tersebut, maka setelah tindak lanjut berupa fasilitasi legislasi Peraturan Presiden, akan tersedia acuan pembangunan atau pengembangan wilayah bagi Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Daerah di kawasan tersebut dengan memperhatikan nilai strategis dari kawasan tersebut, dan pada tahun 2012 telah terbit 3 Perpres Pulau yaitu:
1. Perpres 3/2012 Pulau Sumatera 2. Perpres 13/2012 Pulau Kalimantan3. Perpres 28/2012 Pulau Jawa dan Bali
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan struktur ruang dan pola ruang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional perlu disusun arahan pemanfaatan ruangnya (yang memuat rincian indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan), dan untuk operasionalisasinya disusun Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM). RPI2JM Kawasan Strategis Nasional (KSN) merupakan dokumen penjabaran dari indikasi program yang termuat di dalam Rencana Tata Ruang (RTR) KSN menunjukkan prioritas kebutuhan infrastruktur yang dapat mendorong percepatan perwujudan kawasan strategis nasional. RPI2JM merupakan dokumen yang mengintegrasikan kebijakan spasial dan kebijakan sektoral, yang berfungsi sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development Plan). Dengan tersusunnya dokumen RPI2JM tersebut diatas, yang pembahasanny melibatkan Kementerian/Lembaga yang menangani infrastruktur di tingkat Pusat dan daerah, serta disepakati oleh seluruh stakeholder baik di tingkat pusat maupun daerah; maka diharapkan dapat terwujud keterpaduan program pengembangan infrastruktur dalam upaya pengembangan Pulau dan KSN tersebut.
87 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pada tahun 2012, dari target sebanyak 12 RPIJM (3 Pulau, 5 KSN Non Perkotaan, 4 KSN Perkotaan) dapat diselesaikan seluruhnya. Rincian pencapaian RPIJM pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Pencapaian RPI2JMTabel 3.7
Pulau KSN Non Perkotaan KSN Perkotaan
1. Kepulauan Nusa Tenggara
2. Kepulauan Maluku
3. Pulau Papua
1. Danau Toba
2. Batam Bintan Karimun
3. Merapi
4. Borobudur
5. KAPET Pare Pare
1. Jabodetabekjur
2. Mebidangro
3. Mamminasata
4. Sarbagita
Sumber: LAKIP Eselon II di Lingkungan DJPR Tahun 2012
Manfaat yang dihasilkan dengan tersusunnya RPI2JM tersebut maka diharapkan akan terwujud keterpaduan program pengembangan di 3 (tiga) pulau, 5 (lima) KSN dan 4 KSN Perkotaan yang disepakati oleh seluruh stakeholder baik di tingkat pusat maupun daerah, terintegrasinya berbagai dokumen kebijakan spasial dan sinkronisasi program prioritas pembangunan mengacu pada kebijakan spasial dan kebijakan pembangunan.
Pencapaian IKU Jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota yang Mendapat Pembinaan Penyelenggaraan Penataan Ruang diukur dari jumlah persetujuan substansi RTRW yang diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Dalam upaya penyelesaian substansi RTRW, Direktorat Jenderal Penataan Ruang melakukan pendampingan kepada Kabupaten dan Kota untuk menyelesaikan materi teknis RTRW. Pendampingan dilakukan dengan menempatkan tenaga pendampingan daerah serta bimbingan teknis langsung dari Direktorat Pembina Substansi. Selain itu juga telah ditindaklanjuti dengan surat Direktur Jenderal Penataan Ruang untuk penyelesaiannya. Pada tahun 2012 sebanyak 93 Kabupaten dan 31 Kota mendapatkan Persetujuan Substansi Menteri Pekerjaan Umum RTRW. Capaian ini dibawah target tahun 2012 sebanyak 97 Kabupaten dan 37 Kota. Sehingga tingkat capaian kinerja indikator outcome 2 pada tahun 2012 sebesar 92,53%. Tidak maksimalnya pencapaian outcome ini dikarenakan:1. Masih belum selesainya perbaikan materi teknis RTRW Kabupaten Aceh Jaya, Kota Samarinda, dan Kota
Jayapura.2. Terlambatnya penyusunan materi teknis RTRW Kabupaten Alor dan Kota Pekanbaru3. Masih belum adanya kesepakatan terkait luasan lahan kehutanan di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Kutai
Timur.4. Terlambatnya proses pembahasan Ranperda di BKPRN untuk RTRW Kota Palangkaraya dan Kota Tidore
Kepulauan.5. Masih belum tercapainya kesepakatan trace jalan tol dalam kota di Kota Surabaya.6. Tidak tersedianya data spasial yang cukup bagi penyusunan RTRW Kota Subulussalam dan Kota Sorong
2. IKU JumlahProvinsi/Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pembinaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
88 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pencapaian persetujuan substansi yang diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Pencapaian Persetujuan Substansi Kabupaten Tahun 2012Grafik 3.1
0102030405060708090
100
Sumatera Jawa Bali NusaTenggara
Kalimantan Sulawesi MalukuPapua
Total
Target 37 1 10 28 11 10 97
Capaian 36 1 8 27 11 10 93
Jum
lah
Ka
bu
pa
ten
Pencapaian Persetujuan Substansi KabupatenTahun 2012
Terkait dengan upaya pembinaan penyelenggaraan penataan ruang terhadap provinsi/ kabupaten/kota, memperhatikan amanat Undang- Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pada pasal 78 ayat 4 butir b: semua peraturan daerah Provinsi tentang rencana tata ruang wilayah Provinsi disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan; dan c: semua peraturan daerah Provinsi tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 3(tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan, serta capaian persetujuan substansi RTRW. Ditjen Penataan Ruang pada tahun 2012 melakukan pembinaan/pendampingan terhadap pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota secara komprehensif dalam rangka penyelesaian Perda RTRW. Ditjen Penataan Ruang Perlakuan melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota melalui penempatan Tenaga Pendamping Daerah (TPD) di kabupaten/kota. Pelaksanaannya dilakukan dengan sistem kelola nasional yang meliputi manejemen pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi agar hasilnya dapat tercapai sesuai target.
89 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Grafik 3.2 Pencapaian Persetujuan Substansi Kabupaten Tahun 2012
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sumatera Jawa Bali NusaTenggara
Kalimantan Sulawesi MalukuPapua
Total
Target 18 3 1 6 4 5 37
Capaian 16 4 1 4 4 2 31
Jum
lah
Ko
ta
Pencapaian Persetujuan Substansi KabupatenTahun 2012
Upaya tersebut menghasilkan suatu capaian yang signifikan. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam penyelesaian perda RTRW, terutama untuk Perda RTRW Kabupaten. Secara lebih rinci pencapaian Perda RTRW Prov/Kab/Kota hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Pencapaian Perda RTRW Prov/Kab/Kota Hingga Tahun 2012Tabel 3.8
Tahun Provinsi Kabupaten Kota
s/d Th 2010 7 17 3
Th 2011 3 54 21
Th 2012 4 148 35
Total 14 202 56
Dengan telah diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota tersebut, pemerintah daerah telah memiliki acuan spasial pembangunan, sehingga ke depan, pembangunan di daerah akan lebih teratur, berwawasan lingkungan, bersinergi antarsektor, dan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
90 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Grafik 3.3 aPencapaian Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kot
Keberhasilan pelaksanaan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dalam mencapai outcome dan output, maka manfaat yang diperoleh bahwa dengan telah diterbitkannya Perpres KSN maupun Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota tersebut, Pemerintah dan pemerintah daerah telah memiliki acuan spasial pembangunan, sehingga ke depan, pembangunan di daerah akan lebih teratur, berwawasan lingkungan, bersinergi antarsektor, dan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.3.1.1.5 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Mendukung Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU
Capaian IKU Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Tabel 3.9
No Program/
Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi %
Pencapaian
Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tuga s Teknis Lainnya Kementerian PU
1.
Meningkatnya Koordinasi Administrasi Dan Kualitas Perencanaan, Pengaturan, Pengelolaan Keuangan Dan BMN
Jumlah
Dokumen Perencanaan Dan Pemograman (Jangka Menengah Dan Tahunan)
1
Renstra Kem.Pu 8
Renja S atminkal
1022
RKA K L
1RKP
1
N ota Keuangan
1 Renstra Kem.Pu
8 Renja S atminkal
1022
RKAK L
1RKP
1
N ota Keuangan
100
91 Bab III Akuntabilitas Kinerja
2. Penyusunan Dokumen Pelaporan Akuntabilitas Kinerja, Keuangan Dan BMN Dan Laporan Triwulan
1 Lap keuangan 1 Lakip
Kem.PU
2 Ped.
S ist. Perc
3
Lap. BMN
1 Lap keuangan 1 Lakip
Kem.PU
2 Ped.
S ist. Perc
3
Lap. BMN
100
3.
Penyusunan
Peraturan Perundang-Undangan Bidang
PU
Dan Permukiman
20
Dok
20
Dok
100
4
Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Dan SDM
Aparatur
Jumlah S DM
Aparatur yang Mendapat Pendidikan Dan Pelatihan
5.283
pegawai
5.213 pegawai
99
5.
Jumlah Pegawai yang terlayani Administrasi Kepegawaian serta Jumlah Tata Laksana Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disusun
16.892 pegawai
24
SOP
27.211 pegawai
25 SOP
132
No Program/ Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
Realisasi % Pencapaian
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU dapat dilihat di bawah ini:
Pencapaian IKU Jumlah Dokumen Perencanaan Dan Pemograman (Jangka Menengah Dan Tahunan) sebesar 100%, yaitu dari yang ditargetkan 5 Dokumen Perencanaan Dan Pemograman terealisasi sebanyak 5 dokumen Perencanaan dan Pemograman. Keberhasilan Pencapaian IKU di atas didukung oleh output terselesaikannya Dokumen Renstra Kementerian PU, Dokumen Rencana Kerja Kementerian PU, Dokumen Anggaran 1022 satker di lingkungan Kementerian PU, Dokumen Rencana Kerja Pemerintah dan Dokumen Nota keuangan.Adapun manfaat dengan tercapainya output tersebut bahwa tersedianya arah rencana strategis yang up to date, yang juga dituangkan dalam dokumen lainnya sehingga para pelaku pembangunan baik secara langsung maupun tidak dapat mengimplementasikannya.
1. IKU Jumlah Dokumen Perencanaan Dan Pemograman (Jangka Menengah Dan Tahunan).
92 Bab III Akuntabilitas Kinerja
2. IKU Penyusunan Dokumen Pelaporan Akuntabilitas Kinerja, Keuangan dan BMN dan Laporan Triwulan.
Pencapaian IKU Penyusunan Dokumen Pelaporan Akuntabilitas Kinerja, Keuangan Dan BMN Dan Laporan Triwulan sebesar 100% dari yang ditargetkan 7 Dokumen terealisasi sebesar 7 dokumen.Keberhasilan Pencapaian IKU di atas didukung oleh output terselesaikannya Laporan keuangan, Dokumen LAKIP Kementerian PU, Dokumen Pedoman Sistem Perencanaan dan Dokumen Laporan Barang Milik Negara.Manfaat dari kegiatan ini bahwa setiap pelaku pembangunan dapat mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaat sumber daya uang terhadap output maupun outcome yang dihasilkan, memperlihatkan akuntabilitas kinerja organisasi melalui penyusunan laporan kinerja maupun keungan, serta mempertanggungjawabkan bukti-bukti pengelolaan aset-aset dan barang milik negara yang diperoleh dari belanja organisasi.
3 . I K U Pe ny u s u n a n Pe ra t u ra n Perundang-Undangan Bidang PU Dan Permukiman
Pencapaian IKU Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang PU Dan Permukiman sebesar 100% dari yang ditargetkan 20 Dokumen peraturan perundang-undangan bidang PU terealisasi sebesar 20 dokumen.Keberhasilan Pencapaian IKU di atas didukung oleh output Penyusunan Peraturan Perundang-undangan bidang PU; Penyelesaian perkara/masalah hukum di lingkungan Kementerian PU; Pendidikan dan pelatihan SDM bidang hukum; Pengembangan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum, serta pelayanan perpustakaan; dan Penetapan Rumah Negara Golongan I dan II serta alih status Rumah Negara Golongan II menjadi golongan III.Manfaat dari kegiatan ini adalah diantaranya para pemangku kepentingan di bidang infrastruktur mendapatkan petunjuk maupun aturan yang lebih definitif dan berkekuatan hukum dalam rangka pembangunan bidang PU dan permukiman.
Sosialisasi Keb.
Penataan Pegawai di Makassar
93 Bab III Akuntabilitas Kinerja
4. IKU Jumlah SDM Aparatur yang Mendapat Pendidikan Dan Pelatihan.
5. IKU Jumlah Pegawai yang terlayani Administrasi Kepegawaian serta Jumlah Tata Laksana Standar.
Target IKU Jumlah SDM Aparatur yang Mendapat Pendidikan Dan Pelatihan pada tahun 2012 sebanyak 5.283 pegawai. Pencapaian IKU tersebut dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan kedinasan dan vokasi serta pelatihan yaitu sebanyak 5.213 pegawai (98,67%). Pencapaian ini di bawah target yang ditetapkan dikarenakan adanya kebijakan pemerintah melalui Inpres No. 7 tahun 2011 tentang Penghematan APBN serta hasil Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara DPR Komisi V dengan Kementerian/Lembaga untuk melaksanakan penghematan pada akun-akun tertentu dalam rangka untuk percepatan pencapaian target prioritas pembangunan nasional. Hal ini menyebabkan Pusdiklat dan Balai-Balai melakukan penghematan sebesar lebih dari 7 Milyar sehingga terdapat kegiatan diklat yang tidak dapat berjalan sesuai rencana dan menyebabkan realisasi outcome dan output Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, Kepemimpinan, Teknis dan Fungsional di Bidang PU dan Permukiman tidak dapat mencapai 100%. Selain itu, terdapat faktor internal seperti kompetensi SDM penyelenggara diklat yang masih perlu ditingkatkan, waktu pelaksanaan diklat yang perlu direncanakan lebih tepat serta ketersediaan pengajar. Juga terdapat faktor eksternal seperti kesiapan unit pengutus dalam mengirimkan peserta diklat.Manfaat dari kegiatan ini bahwa 5.213 pegawai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum memiliki kemampuan yang meningkat dari sebelumnya sehingga dapat meningkatkan efektivitas pemanfaatan sumber daya untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Kinerja Biro Kepegawaian dan Organisasi Tatalaksana ditinjau dari aspek keuangan maupun kinerja menunjukkan hasil lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2011. Secara trendline prosentase menunjukkan peningkatan sejalan dengan bertambahnya anggaran dari tahun ke tahun. Secara fisik, Biro Kepegawaian dan Ortala telah menghasilkan banyak produk dan peningkatan kinerja terutama terkait dengan peningkatan kelembagaan dalam bentuk tatalaksana dan peningkatan kualitas SDM aparatur. Proses perencanaan terhadap pelaksanaan kegiatan dan pengalokasian anggaran yang tepat serta kemampuan SDM untuk menelaah dan melaksanakan peraturan keuangan khususnya mengenai pelaksanaan program dan anggaran sangat menentukan kemajuan kinerja. Kegiatan ini menghasilkan manfaat yang cukup signifikan kepada pegawai diantaranya berupa efisiensi waktu proses administrasi kepegawaian, efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya dalam melaksanakan tugas fungsi organisasi, dan sebagainya.Pencapaian outcome dan output Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU baik yang kurang maupun yang melampaui target, telah menunjukkan manfaat yang cukup signifikan diantaranya adalah:
a. Kementerian PU lebih mantap dalam mendukung Program Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam output perencanaan sesuai dengan prioritas yang diamanahkan dalam RPJMN;
b. Setiap unit kerja di lingkungan Kementerian PU dapat mengukur efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas fungsinya dalam mencapai tujuan organisasi;
c. Kementerian PU mendapatkan pegawai yang kapasitas dan kompetensinya semakin meningkat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi, dan sebagainya.
d. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan pelaksanaan kegiatan dalam Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
94 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.1.1.6 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Mendukung Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU.
Capaian IKU Program Peningkatan Sarana dan Prasarana AparaturTabel 3.10
No Program/
Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja
Utama (IKU)
Target
Realisasi
%
Pencapaian
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU 1
Meningkatnya Kualitas Prasarana, Pengelolaan Data, Informasi Dan Komunikasi Publik
Jumlah
Peta Profil Infrastruktur
Dan Jaringan LAN
588 Peta
588 Peta
100
2
Jumlah Layanan
Informasi Publik
225buku 180
Temu Pers
296 buku 272 Temu Pers
141
3
Luas Bangunan Gedung Kantor Kementerian
PU yang
ditingkatkan dan dipelihara
91.678,6 m2
1 Unit Gedung
91.678,6 m2 1 Unit Gedung
100
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU dapat dilihat berikut ini:
Pencapaian IKU Jumlah Layanan Informasi Publik sebesar 100 % dari yang ditargetkan 588 peta infrastruktur terealisasi sebesar 588 peta infrastruktur. Manfaat dari kegiatan ini, bahwa seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum diantaranya adalah:§ Mendapat kemudahan untuk mengakses informasi maupun data baik data internal maupun data
eksternal yang nasional maupun internasional;§ Mendapat fasilitasi memperoleh data berupa peta infrastruktur; Kemudahan-kemudahan yang diperoleh oleh seluruh pegawai PU akan berimpak mempercepat proses
analisis bahkan pengambilan keputusan oleh pimpinan.
Pencapaian IKU Jumlah Layanan Informasi Publik sebesar 141% dari yang ditargetkan 25 buku dan 180 Temu Pers terealisasi sebesar 296 buku dan 272 Temu Pers. Pada tabel terlihat bahwa terdapat capaian IKU yang menunjukkan hasil melebihi target yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena beberapa alasan penting, yaitu:
1. IKU Jumlah Peta Profil Infrastruktur Dan Jaringan LAN
2. IKU Jumlah Layanan Informasi Publik
95 Bab III Akuntabilitas Kinerja
1. Dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat akan informasi publik di bidang ke-PU-an, pimpinan kementerian juga semakin intensif dalam menjelaskan berbagai kebijakan dan hasil pembangunan yang dilakukan. Hal ini berdampak pada banyaknya jumlah dokumen yang harus disediakan bagi pimpinan kementerian sebagai data yang perlu disampikan kepada seluruh stakeholders yang ditunjukkan dengan pencapaian target pada output Dokumen Informasi Publik bagi Pimpinan Kementerian.
2. Masyarakat yang haus akan informasi harus dipenuhi melalui berbagai macam publikasi yang dilakukan Puskom. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian yang melebihi target dalam publikasi melalui berbagai media, seperti televisi, radio, pameran, dan lain-lain. Publikasi ini ditunjang oleh output lain yaitu dokumentasi buku, foto, dan film ke-PU-an dan Permukiman yang juga menunjukkan pencapaian melebihi target.
3. Dinamika hubungan antara lembaga eksekutif dan legislatif telah membuat intensitas pertemuan antara Kementerian PU dengan DPR/DPD juga semakin tinggi. Terlebih lagi PUSKOM juga harus melakukan pendampingan kunjungan kerja anggota dewan ke berbagai proyek yang ditangani oleh Kementerian PU.
3. IKU Luas Bangunan Gedung Kantor Kementerian PU yang ditingkatkan dan dipeliharaPencapaian IKU Luas Bangunan Gedung Kantor Kementerian PU yang ditingkatkan dan dipelihara sebesar 100% dari yang ditargetkan 91.678,6 m2 dan 1 Unit Gedung terealisasi sebesar 91.678,6 m2 dan 1 Unit Gedung. Keberhasilan Pencapaian IKU di atas didukung oleh output terselesaikannya pemeliharaan gedung Kementerian PU dan terselesaikannya gedung utama Kementerian PUBerdasarkan hasil pengukuran kinerja pada tahun 2012 diperoleh nilai capaian output sebesar 100%, kondisi ini menunjukan bahwa kinerja yang dilaksanakan sesuai dengan kegiatan yang ada dan berhasil dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan capaian indikator outcome diperoleh nilai sebesar 100% yang menggambarkan bahwa hasil yang telah dicapai sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam penetapan kinerja tahun 2012.
96 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pada akhir tahun 2012 dengan tercapainya outcome dan output IKU di atas, Kementerian Pekerjaan Umum mendapatkan manfaat tambahan seperti:
a. Kemudahan akses data dan informasi sehingga telah mempercepat pengambilan keputusan;
b. Keterbukaan informasi dari Kementerian Pekerjaan Umum juga telah memberikan manfaat tingkat kepercayaan masyarakat konstruksi maupun masyarakat umum kepada Kementerian Umum semakin meningkat;
c. Dengan meningkatnya kenyamanan ruang kerja Pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dapat meningkatkan efektivitas kerja dengan telah selesainya Gedung Kementerian Pekerjaan Umum.
b. Hal ini sebagai bukti dari keberhasilan pelaksanaan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum.
3.1.1.7 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Mendukung Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
Tabel 3.11 Capaian IKU Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
No Program/
Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama
(IKU)
Target
Realisasi
%
Pencapaian
Program Pengawasan dan Peningka tan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
1 T erwujudnya Peningkatan Kepatuhan Dan Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Infrastruktur Yang Bebas KKN
Prosentase Menurunnya Tingkat Kebocoran Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
60% 48,51% 80,86
2 Prosentase Menurunnya Temuan Administratif Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
70 % 51,83% 74
97 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU dapat dilihat di bawah ini:
Pencapaian IKU Prosentase Menurunnya Tingkat Kebocoran Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU sebesar 80,86% dari yang ditargetkan 60% yaitu terealisasi sebesar 48,51%.
Pencapaian IKU Prosentase Menurunnya Temuan Administratif Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU sebesar 74% dari yang ditargetkan 70% yaitu terealisasi sebesar 51,83%.Untuk target kedua IKU tersebut diatas target tidak tercapai, hal ini terjadi karena beberapa hal antara lain:1. Banyaknya keterlambatan pekerjaan fisik di Satker terperiksa sehingga dikenakan denda dari nilai kontraknya.2. Rekomendasi yang diberikan oleh Auditor yang telah mengaudit tahun anggaran 2011 terhadap Auditi yang
terkena temuan kebocoran (02) tahun anggaran 2012 belum sepenuhnya tepat sehingga peningkatan kinerja Satker belum siginifikan.
3. Peran Inspektorat Jenderal selain audit belum dapat dilaksanakan secara keseluruhan dan peran yang bersifat pencegahan masih kurang.
4. Pengawasan Melekat.Masih lemahnya pengawasan melekat oleh atasan dan atau atasan langsung mengakibatkan masih tingginya penyimpangan terhadap peraturan perundangan. Pengawasan melekat sebagai salah satu kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan maupun swasta. Peningkatan fungsi pengawasan melekat di lingkungan aparatur pemerintah bertolak dari motivasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, dengan cara sedini mungkin mencegah terjadinya kekurangan dan kesalahan dalam merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing. Pelaksanaan pengawasan melekat yang demikian tersebut dapat mengurangi dan mencegah secara dini terjadinya berbagai kelemahan dan kekurangan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok masing-masing.
5. Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah.Pimpinan Instansi belum sepenuhnya menerapkan Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah sebagaimana diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008. Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP) merupakan Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
6 Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu: a) Lingkungan pengendalian
b) Penilaian risikoc) Kegiatan pengendaliand) Informasi dan komunikasie) Pemantauan pengendalian intern
1. IKU Prosentase Menurunnya Tingkat Kebocoran Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Lingkungan Kementerian PU
2. IKU Prosentase Menurunnya Temuan Administratif Dalam Pembangunan Infrastruktur di Lingkungan Kementerian PU
98 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Keterkaitan kelima unsur sistem pengendalian intern menjelaskan bahwa unsur yang terjalin erat satu dengan yang lainnya. Proses pengendalian menyatu pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai. Oleh karena itu, yang menjadi fondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai instansi pemerintah.
Manfaat dari kegiatan ini adalah seluruh pegawai di Kementerian Pekerjaan Umum akan lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugas fungsi serta lebih taat dan tertib administrasi untuk menjaga akuntabilitas. Secara keseluruhan manfaat ini akan memberikan impak berupa peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya dan pelaksanaan tugas fungsi, untuk mencapai manfaat yang sebesar-besarnya.
3.1.1.8 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Mendukung Program Penelitian Dan Pengembangan Kementerian PU
Capaian IKU Program Penelitian dan PengembanganTabel 3.12
No
Program/ Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target Realisasi %
Pencapaian
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU
1 Meningkatnya Iptek Dan Nspm (K) Siap Pakai
Prosentase Iptek Yang Masuk Bursa Teknologi Di Balitbang PU
24,87 % 31,00% 125
2 prosentase penambahan spmk yang diberlakukan oleh menteri
PU
45,45 % 47,90% 105
3
Prosentase
Pelayanan Teknis Yang Diterima Stakeholder
11,11
%
34,40%
309
4
Prosentase
T eknologi Tepat
Guna Yang Digunakan Oleh S takeholder
8,00
%
13,10%
164
Penjelasan lebih detail mengenai pencapaian masing-masing IKU Mendukung Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU dapat dilihat di bawah ini:
Pencapaian IKU Prosentase Iptek Yang Masuk Bursa Teknologi Di Balitbang PU sebesar 125% dari yang ditargetkan 24,84% terealisasi sebesar 31,00%.Keberhasilan pencapaian IKU di atas didukung oleh output-Output Jumlah Naskah Ilmiah Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK, Jumlah Rumusan Teknologi Hasil Litbangy Masuk Bursa IPTEK, Jumlah Model Fisik Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK, Jumlah Model Sistem Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK, Jumlah R-O Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK, dan Jumlah Prototipe Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK.
1. IKU Prosentase Iptek yang Masuk Bursa Teknologi Di Balitbang PU
99 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Contoh ilustrtasi/visualisasi dari IKU tersebut diatas diantaranya adalah “Blok Beton Terkunci”Pengembangan Teknologi “Blok Beton terkunci”, ditujukan untuk mengantisipasi semakin meningkatnya kerusakan Infrastruktur bidang keairan akibat perubahan iklim dan kerusakan lingkungan terkait dengan kegiatan manusia. Blok beton terkunci ini berfungsi mengurangi daya rusak air pada dasar sungai maupun tebing sungai. Oleh karena itu, penerapan teknologi ini dapat menunjang program MAPI dan program pengelolaan Lingkungan..
Susunan Blok Beton Terkunci kaki
Teknologi Pengendalian Pencemaran dan Perbaikan Kualitas Sumber-Sumber Air yang Tercemar, berbentuk Model Fisik Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang perlu dikaji kinerja elemen elemennya seperti bangunan aerasi, bangunan koagulasi beserta pengendapnya, bangunan dan elemen bangunan Instalasi lainnya. Gambar selanjutnya Adalah model bangunan Aerasi yang dikaji kinerjanya sebelum diaplikasikan dalam skala yang sesungguhnya prototypeSaluran aerasi yang terdiri dari bufflechannel dan cascade dapat meningkatkan oksigen terlarut sebesar 20,8% - 69,1%. Peningkatan oksigen terlarut tersebut menunjang tahapan selanjutnya, yaitu pengolahan biologi. Secara umum pengolahan biologi dengan memanfaatkan bakteri ini lebih dikenal dengan bioremediasi. Pengolahan biologi ini dapat mereduksi zat pencemar organik, sebesar 63%-87%.
Pengembangan teknologi ini berhubungan dengan program pengelolaan lingkungan, penyediaan air baku dalam rangka ketahanan pangan.
Prototipe Teknologi Rumah Murah Berbasis Bahan Baku Lokal
Tingginya kebutuhan rumah menjadi fokus permasalah dalam kegiatan ini, dimana kemampuan dalam penyediaan perumahan bergerak dalam skala deret hitung sedangkan pertumbuhan rumah baru bergerak pada skala deret ukur. Hal tersebut mengakibat backlog perumahan semakin hari semakin meningkat. Sampai saat ini jumlah backlog perumahan pencapai 7,8 juta unit dengan pertumbuhan rumah baru 800.000 unit
Gambar Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sistem Aerasi IPAL
100 Bab III Akuntabilitas Kinerja
per tahun. Sebagian besar kebutuhan rumah berada pada kelompok MBR dan hampir 20 juta rumah tangga berada pada kondisi miskin dan hampir miskin. Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan prototipe rumah contoh di beberapa daerah yang memiliki kebutuhan rumah tinggi untuk mempercepat pembangunan dan dapat direplikasi oleh masyarakat.
Pengembangan Teknologi Green Building dan Rating Sistem
Pembangunan dan operasional bangunan gedung tercatat sebagai salah satu penyumbang kerusakan lingkungan, yang diakibatkan oleh pemanfaatan sumber daya alam yang kurang bijaksana. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan system rating yang digunakan untuk menilai green building yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Indonesia. Sistem rating dapat digunakan untuk mendorong masyarakat agar menerapkan konsep green building serta untuk mengetahui sejauh mana suatu bangunan memenuhi kriteria, Semakin banyak kriteria yang dipenuhi maka semakin tinggi rating bangunan tersebut. Keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya rating system green building yang memanfaatkan/ menerapkan teknologi puslitbangkim pada bangunan yang terintegrasi.
101 Bab III Akuntabilitas Kinerja
2. IKU Prosentase Penambahan SPMK yang Diberlakukan Oleh Menteri PUPencapaian IKU prosentase penambahan SPMK yang diberlakukan oleh menteri PU sebesar 105% dari yang ditargetkan 45,45% yaitu terealisasi sebesar 47,90%. Keberhasilan Pencapaian IKU di atas didukung oleh output jumlah penyelenggaraan diseminasi, sosialisasi dan TOT SPMK bidang ke PU-an.Contoh ilustrtasi/visualisasi dari IKU tersebut diatas diantaranya adalah Sosialisasi Teknologi Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya AirPada hari senin tanggal 30 April 2012, dilaksanakan kegiatan sosialisasi teknologi hasil penelitian dan pengembangan sumber daya air, kegiatan sosialisasi ini merupakan salah satu langkah untuk menyebarluasakan teknologi hasil litbang sumber daya air kepada pemangku kepentingan di bidang sumber daya air, teknologi yang disosialisasikan antara lain adalah: 1) Teknologi Aquifer Storage Recovery (ASR); 2) Irigasi Hemat Air; 3) Teknologi Pemecah Gelombang Ambang Rendah (PEGAR); 4) Teknologi Pengendalian dan Perbaikan Kualitas Badan Air Tercemar.
3. IKU Prosentase Pelayanan Teknis yang Diterima StakeholderPencapaian IKU Prosentase Pelayanan Teknis Yang Diterima Stakeholder sebesar 309% dari yang ditargetkan 11,11% terealisasi sebesar 34,40%. Keberhasilan Pencapaian IKU di atas didukung oleh output jumlah prosiding advis teknis yang diterapkan stakeholder (melalui instansi berwenang).Contoh ilustrtasi/visualisasi dari IKU tersebut diatas “Prosentase pelayanan teknis yang diterima oleh stakeholder“ dalam kaitannya dengan capaian outcome ini, dilakukan advis teknik dan pendampingan teknik. Dari sejumlah advis dan pendampingan teknik menghasilkan rekomendasi teknis. Rekomendasi tersebut dihasilkan dari paket pekerjaan (subkomponen) diantaranya adalah sebagai berikut:
102 Bab III Akuntabilitas Kinerja
1) Layanan Teknis Reguler 2) Layanan Teknis Inisiasi 3) Pendampingan dan Pengiriman Narasumber 4) Advis Teknis Bidang Geoteknik Jalan 5) Advis Teknis Bidang Perkerasan Jalan 6) Advis Teknis Bidang Jembatan 7) Advis Teknis Bidang Lalu Lintas Jalan
Secara umum, layanan teknis ini terbagi antara reguler dan inisiasi. Beberapa layanan teknis dengan rekomendasi teknis yang dihasilkan memberikan dampak yang besar bagi kualitas pekerjaan di lapangan. Contohnya adalah rekomendasi jalan dan jembatan nasional, antara lain: 1) Rekomendasi teknis bagi Satuan Tugas Khusus Audit Teknis dan Pengamanan Jembatan Bentang Panjang, meliputi Jembatan Siak III, Jembatan Rimbai Jaya, Jembatan Talumolo, Jembatan Musi II, Jembatan Mahakam, Jembatan Batanghari, dan Jembatan Barito. 2) Rekomendasi pemilihan bagi penelitian jalan tol dan sistem drainase di JORR. 3) Rekomendasi pemecahan kemacetan di Bandara Soekarno–Hatta.
Pencapaian IKU Prosentase Teknologi Tepat Guna Yang Digunakan Oleh Stakeholder sebesar 164% dari yang ditargetkan 8,00% terealisasi sebesar 13,10%. Keberhasilan Pencapaian IKU di atas didukung oleh output Jumlah naskah kebijakan hasil litbang yang masuk bursa IPTEK.Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat maupun stakeholder dengan adanya outcome hasil kelitbangan Kementerian PU adalah adalah sebagai berikut:1. Langsung dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal penyediaan sarana umum seperti
penyediaan air baku dan air minum, jalan raya, permukiman.2. Produk advis teknik yang langsung dapat diterapkan guna pemecahan masalah pembangunan
infrastruktur serta pemecahan masalah-masalah infrastruktur ke PU-an lainnya. 3. Mulai terbentuknya sistem pengumpulan dan pengelolaan serta penggunaan data hasil litbang
Kementerian PU. 4. Pertambahan buku hasil Litbang Kementerian PU yang di luncurkan ke masyarakat umum maupun
professional.
Keberhasilan dalam melaksanakan program penelitiaan dan pengembangan Kementerian PU, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat maupun stakeholder dengan adanya outcome hasil kelitbangan Kementerian PU adalah adalah sebagai berikut:
a. Langsung dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal penyediaan sarana umum seperti penyediaan air baku dan air minum, jalan raya, permukiman.
b. Produk advis teknik yang langsung dapat diterapkan guna pemecahan masalah pembangunan infrastruktur serta pemecahan masalah-masalah infrastruktur ke PU-an lainnya.
c. Mulai terbentuknya sistem pengumpulan dan pengelolaan serta penggunaan data hasil litbang Kementerian PU.
d. Pertambahan buku hasil Litbang Kementerian PU yang di luncurkan ke masyarakat umum maupun professional.
4. IKU Prosentase Teknologi Tepat Guna yang Digunakan Oleh Stakeholder
103 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.1.1.9 Capaian Indikator Kinerja Utama (Iku) Mendukung Program Pembinaan KonstruksiCapaian IKU Program Pembinaan KonstruksiTabel 3.13
No
Program/ Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target Realisasi %
Pencapaian
Program Pembinaan Konstruksi
1 Meningkatnya Kapasitas Dan Kinerja Pembina Jasa Konstruksi Di Pusat Dan Daerah
Jumlah Provinsi Dan Kabupaten/ Kota Yang Terbina Sesuai Dengan Peraturan Perundang - Undangan
4 provinsi
56 kab/kota
33 provinsi
78 kab/kota
100
2
Jumlah SDM
jasa konstruksi yang terlatih
4.820
orang
4.650 orang
96
3
Tingkat
Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global
1 Point Infrastructure GCI
-2
Point Infrastructure GCI
0
1.IKU Jumlah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Yang Terbina Sesuai Dengan Peraturan Perundang- Undangan.
Pencapaian IKU Jumlah Provinsi Dan Kabupaten/Kota yang Terbina Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan sebesar 100% dari yang ditargetkan 4 provinsi dan 56 Kab/kota terealisasi sebesar 33 provinsi dan 78 kab/kota.Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah Provinsi dan Kabupaten/Kota Yang Terbina Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan pada Tahun Anggaran 2012 ditetapkan 4 Provinsi dan 56 Kabupaten/Kota, dan pencapaian target pada Tahun Anggaran 2012 telah terbina sebanyak 33 Provinsi dan 78 Kabupaten/Kota. Sehingga selanjutnya secara akumulasi, capaian sampai dengan Tahun Anggaran 2012 sudah melampaui target sampai dengan Tahun Anggaran 2014 sejumlah 18 Provinsi dan 280 Kabupaten/Kota. Pencapaian tersebut dilaksanakan dengan metodologi pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Pembina Konstruksi Pemerintah Provinsi sebanyak 2 kali dan pelaksanaan Rapat Koordinasi Regional Pembina Jasa Konstruksi Daerah yang dibagi menjadi 2 regional.
104 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Kegiatan pembinaan Jakon di Provinsi maupun Kabupaten/Kota berdasarkan pelaksanaan yang telah dilaksanakan sangat diperlukan adanya, mengingat pembinaan Jakon ini hampir di sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota masih belum menjadi prioritas utama, padahal tanpa adanya pembinaan terhadap jasa konstruksi maka harapan terbangunnya infrastruktur yang handal dikhawatirkan tidak akan dapat terwujud. Pembinaan melalui peraturan perundang-undangan yang telah diterbitkan baik tingkat Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum antara lain meliputi materi:a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.b. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.c. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksid. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksie. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksif. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, dan;g. Peraturan perundangan lainnya yang diterbitkan oleh Menteri Pekerjaan Umum sebagai pertunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan dari peraturan perundangan jasa konstruksi (Permenpu 10/PRT/M/2010; Permenpu 24/PRT/M/2010; Permenpu 04/PRT/M/2011; Permenpu 05/PRT/M/2010; Permenpu 08/PRT/M/2010).
Pelatihan audit mutu internal
Pelatihan Green Construction Pelatihan TOT
2.IKU Jumlah SDM jasa konstruksi yang terlatih.Pencapaian IKU Jumlah SDM jasa konstruksi yang terlatih sebesar 96% dari yang ditargetkan 4.820 orang terealisasi sebesar 4.650 orang.Indikator Kinerja Jumlah SDM Jasa Konstruksi yang Terlatih pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 4.820 orang dengan mempergunakan alokasi APBN. Namun pelaksanaannya tidak mencapai target dimaksud yaitu hanya tercapai sebanyak 4.650 orang. Hal ini terjadi dikarenakan adanya kebijakan penghematan anggaran APBN-P 2012, sehingga ada kegiatan-kegiatan pelatihan tenaga kerja konstruksi yang jumlah target pesertanya berkurang.
105 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3. IKU Tingkat Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global.
Pencapaian IKU Tingkat Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global sebesar 0% dari yang ditargetkan naik 1 poin terealisasi sebesar turun 2 poin.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Tingkat Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Dalam Skala Global yang ditetapkan sejumlah 1 poin Global Competitive Index (GCI), World Economic Forum telah mengeluarkan rilisan mengenai indeks daya saing global untuk Indonesia pada TA 2012 yang hasilnya adalah sebagai berikut ini: Pelatihan Tukang
Tabel 3.14 Peningkatan Daya saing Industri Konstruksi Indonesia 2010-2013
YEAR GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX (GCI)
INFRASTRUCTURE PILLARS (BASIC REQUIREMENTS)
RANK SCORE RANK SCORE 2010-2011 44 4.43 82 3.56 2011-2012
46
4.38
76
3.77
2012-2013
50
4.40
78
3.75
Merujuk hasil rilisan tersebut, peningkatan daya saing industri konstruksi nasional dalam skala global
berdasarkan poin GCI untuk pilar infrastruktur (basic requirements) mulai tahun 2010 - 2011 sebagai baseline (rank: 82). Apabila dibandingkan dengan hasil capaian pada 2011 – 2012, diperiode 2012 – 2013 ini rank untuk pilar infrastruktur (basic requirements) turun sebesar 2 (dua) poin setelah sebelumnya mengalami peningkatan 6 (enam) poin, sehingga hal ini menunjukkan bahwa hasil kegiatan Badan Pembinaan Konstruksi yang diukur dengan indikator peningkatan poin GCI tidak relevan dengan hasil indikator output pendukungnya yang meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2011. Tabel berikut adalah sandingan hasil capaian Output yang menjadi pendukung indikator outcome ini:
Sandingan hasil capaian Output yang menjadi pendukung indikator peningkatan poin GCITabel 3.15
NO INDIKATOR OUTPUT CAPAIAN OUTPUT (%)
1. Jumlah pembinaan produktivitas dan daya saing industri konstruksi
85.71 100.00
2. Jumlah pengembangan pasar kontribusi luar negeri
40.00 60.00
3.
Jumlah pembinaan liberalisasi jasa konstruksi
100.00
100.00
106 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Walaupun output-output untuk menunjang outcome telah dilaksanakan secara maksimal Akan tetapi dalam kenyataanya hasil dari output-output tersebut tidak secara langsung mendukung pencapaian outcome tersebut. Ini terlihat dari poin GCI untuk pilar infrastruktur yang malah mengalami penurunan dari 76 menjadi 78. Hal ini menjadi indikasi bahwa outcome tersebut tidak 100% berada dalam rentang kendali Badan Pembinaan Konstruksi, akan tetapi Badan Pembinaan Konstruksi cukup berkeyakinan bahwa kinerja Badan Pembinaan Konstruksi di dalam mendukung peningkatan daya saing infrastruktur memiliki andil yang cukup besar.Keberhasilan Badan Pembinaan Konstruksi dalam melaksanakan Program Pembinaan Konstruksi telah memberikan manfaat bagi masyarakat konstruksi pada khususnya seperti:
a. Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatan konstruksi di daerahnya, sehingga dapat menghasilkan bangunan konstruksi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan;
b. Meningkatnya jumlah pekerja konstruksi serta kemampuan pekerja konstruksi sehingga mampu bekerja di luar negeri;
c. Meningkatnya pasar dan produktivitas konstruksi nasional serta meningkatnya daya saing industri konstruksi nasional di luar negeri.nasional serta meningkatnya daya saing industri konstruksi nasional di luar negeri.
3.1.2 Evaluasi Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sampai Dengan Tahun Berjalan (2010- 2012) Dibandingkan dengan Target Renstra 2010-2014
Realisasi Capaian IKU (2010-2012) Dibandingkan Dengan Target Renstra 2010-2014
Tabel 3.16
No
Program/ Sasaran Strategis
Uraian Indikator Kinerja Outcome/ IKU
SAT
Target
RENSTRA
2010-2014
Realisasi
(2010)
Realisasi
(2011)
Realisasi
(2012)
ToT.
realisasi
(2010-2012)
% Capaian total
realisasi Terhadap Rencana Renstra
1
meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa.
luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa
Ha
6.649.340
3.941.065
136.759
147.302
4.225.126
63
2 meningkatnya kebergantungan dan ketersediaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan
kapasitas tampung sumber air yang dibangun dan dijaga/ dipelihara Miliar m3 25.6 0.83 5,66 0.185 6.675 26
tingkat penyelenggaraan pengelolaan sDa terpadu
%
100
63,64
93,94
100
100
100
Debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk memenuhi
kebutuhan domestik, perkotaan dan industri
(dibangun/ ditingkatkan dan dioperasikan/ dipelihara)
M3/det
57.05
19,95
21,77
14.94
56.66
99
107 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3
berkurangnya luas kawasan yang terkena dampak
banjir
Luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir
Ha
120.400
30.940
33.331 137.695.57
201.966.57
168
4
meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah
tingkat
kemantapan jalan
%
94
87,04
87,72
90.82
90.82
97
tingkat
fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah menuju
60% kondisi
mantap
&
60
56
100
100
100
100
tingkat
penggunaan jalan nasional
miliar kend km
91,55
83,3
84,78
89,50
84,78
98
5
meningkatkan kapasitas jalan nasional
panjang
jalan yang panjang peningkatan
struktur/ pelebaran
jalan
Km
17.525
2.808
3.291,85
4.676
10.775,85
61
panjang
jalan baru yang dibangun
Km
1.845
320
394,07
1.320
2.034,07
110
6
meningkatnya kualitas
layanan air minum
dan sanitasi permukiman perkotaan
peningkatan
jumlah pelayanan air minum
Liter/det
kota/ikk
8.099
200
2.576
170
5.745
178
6.396
192
14.717
540
182
peningkatan
jumlah pelayanan sanitasi
kws
kab/kota
554
605
37
87
203
156
239
138
479
379
86
j umlah pemda/ pDam
yang dibina kemampuannya
PDAM
294
87
103
124
314
106
7
meningkatnya kualitas kawasan permukiman
dan penataan bangunan.
j umlah r usunawa yang di bangun
Twin Blok
250
40
65
53
158
63
j umlah kawasan permukiman
dan penataan bangunan yang direvitalisasi
Kws
666
137
322
411
459
130
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Outcome/ IKU SAT
Target
RENSTRA
2010-2014
Realisasi
(2010) Realisasi
(2011) Realisasi
(2012)
ToT.
realisasi
(2010-2012)
% Capaian total
realisasi Terhadap Rencana Renstra
108 Bab III Akuntabilitas Kinerja
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Outcome/ IKU SAT
Target
RENSTRA
2010-2014
Realisasi
(2010) Realisasi
(2011) Realisasi
(2012)
ToT.
realisasi
(2010-2012)
% Capaian total
realisasi Terhadap Rencana Renstra
109
8
meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/ kumuh/ nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat
j umlahkelurahan/ desa yang ditingkatkan infrastruktur permuklman perdesaan/ kumuh/ nelayan
Desa
37.920
14.848
16.792
16.517
48.157
127
9
terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan
dan standarisasi teknis bidang
penataan ruang
j umlah rencana tata ruang
dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur
jangka menengah pulau/ kepulauan
dan kawasan strategis nasional.
Raperpres
RPI2JM
58
83
9
0
25
8
10
12
44
20
76
j umlah provinsi/ kabupaten/kota yang mendapat pembinaan penyusunan
r encana tata
r uang
Wilayah (rtr W) prov/kab/
kota 520
0
48 262
44 93
31 355
123 68
10
meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, pengaturan, pengelolaan keuangan dan bmn
penyusunan dokumen perencanaan dan pemograman (jangka menengah dan tahunan)
·
renstra kem. pu
· renja satminkal
· RKAKL
· RKP
· nota keu.
3
40
5.635 L
5
5
1
8
1127
1
1
1
8
1.022
1
1
1
8
1.022
1
1
3
24
3.171
3
3
70
penyusunan dokumen pelaporan akuntabilitas kinerja, keuangan dan bmn dan laporan triwulan
· lap keuangan
· Lakip
kem. pu
· ev. Lakip
es i
· ped. s ist. perc
5
1
8
15
1
1
8
3
1
1
8
2
1
1
8
3
3
1
8
8
70
penyusunan peraturan perundang -
undangan bidang pu dan permukiman
Dok 26 20 20 20 60 230
Bab III Akuntabilitas Kinerja
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Outcome/ IKU SAT
Target
RENSTRA
2010-2014
Realisasi
(2010) Realisasi
(2011) Realisasi
(2012) ToT.
realisasi
(2010-2012)
% Capaian total
realisasi Terhadap Rencana Renstra
11
meningkatnya kualitas kelembagaan dan sDm aparatur
pendidikan
dan pelatihan sDm aparatur
Pegawai
9.850
7.880
5.694
5.213
18.787
191
pelaksanaan administrasi kepegawaian dan penyusunan tata laksana (sop )
Pegawai
SOP
8.000
97
6.459
0
25.664
16
27.211
25
27.211
41
340
42
12
meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik
penyusunan
peta profil
Infrastruktur dan layanan jaringan Lan
peta
unit pC
588
2500 198
2500 588
2.500 588
2500 588
2.500 100
pelayanan
informasi publik
buku
temu pers 153
174 96
212 356
316 296
272 748
800 488
459
peningkatan pemeliharaan bangunan gedung kantor kementerian pu M2 75.941 75.941 48.634 91.678.6 216.253 100
13 terwujudnya peningkatan kepatuhan dan akuntabilitas kinerja penyelenggara infrastruktur yang bebas kkn
prosentase menurunnya tingkat kebocoran
dalam pembangunan
infrastruktur di lingkungan kementerian
pu
%
80
72
59,99
48.51
72
90
prosentase menurunnya temuan administratif dalam pembangunan infrastruktur
di lingkungan kementerian pu
%
80
0
96,49
51.83
51.83
65
14
meningkatnya iptek dan nspm (k)
siap pakai
prosentase
iptek yang masuk
bursa teknologi di balitbang
pu
%
63
27
39,69
31.00
97.69
105,85
prosentase penambahan spmk yang diberlakukan oleh menteri
pu
%
78
38
33,96
47.90
119.86
153
prosentase pelayanan teknis yang diterima stakeholder
%
79
43
16,92
34.40
94.32
119
prosentase
teknologi tepat
guna yang digunakan oleh stakeholder
%
90
52
19,38
13.10
84.48
94
110 Bab III Akuntabilitas Kinerja
15 meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi di pusat dan daerah
j umlah provinsi dan kabupaten/ kota yang terbina sesuai dengan peraturan [perundang- undangan provinsi
kab/kota
33 495
16 160
33 495
33 56
33 495
100
j umlah SDM
jasa konstruksi yang terlatih
Orang
75.000
6.320. 20.462
4.650
31.432
35,84
tingkat
daya saing industri
konstruksi nasional dalam skala global
Point Infrastructur
e
GCI
5
3
1
0
4
80
No Program/ Sasaran
Strategis Uraian Indikator Kinerja
Outcome/ IKU SAT
Target
RENSTRA
2010-2014
Realisasi
(2010) Realisasi
(2011) Realisasi
(2012) ToT.
realisasi
(2010-2012)
% Capaian total
realisasi Terhadap Rencana Renstra
Tabel di atas menunjukkan bahwa capaian IKU sampai dengan tahun berjalan (2010-2012) dibandingkan dengan target renstra 2010-2014 adalah sebagai berikut:a. 22 dari 35 indikator kinerja utama Kementerian Pekerjaan Umum telah mendekati target RPJMN, bahkan
beberapa melampaui target;b. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya penajaman sasaran 2013 sekaligus refocusing kegiatan
2014 untuk mengejar target yang masih jauh dari jangkauan.
Berikut ini dijelaskan capaian kinerja Kementerian PU dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2012 dibandingkan dengan target RPJMN 2010-2014 yang harus dicapai. Selanjutnya dijelaskan pula masing masing arah kebijakan yang diambil Kementerian PU dalam mendukung tiap-tiap Prioritas Nasional, permasalahan yang terjadi, dan tindak lanjut yang diperlukan.
Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut: 1) Mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan padat karya (pro-growth & pro-job),
khususnya pertumbuhan sektor-sektor usaha yang melibatkan orang miskin (pro-poor) sehingga berkontribusi secara ekonomis terhadap upaya pengurangan tingkat kemiskinan;
2) Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memperkuat pembangunan yang inklusif dan berkeadilan melalui kemandirian ekonomi perdesaan, perbaikan pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan kapasitas masyarakat miskin dalam aspek akses permodalan, akses pasar, keterampilan usaha, produksi, dan kelembagaan usaha melalui koperasi, maupun pengoptimalan potensi daerah;
3) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan program-program pro-rakyat yang bertujuan untuk menyediakan akses fasilitas dasar bagi masyarakat nelayan, masyarakat miskin perkotaan, dan daerah tertinggal.
3.1.3 Evaluasi Pencapaian Kinerja Kementerian PU Terhadap Target RPJMN 2010- 2014.
1. Prioritas Nasional Ke-3 dan Ke-4: Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2010-2014
111 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut upaya penanggulangan kemiskinan difokuskan, antara lain pada 3 (tiga) hal, yaitu: penyempurnaan dan peningkatan efektivitas pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; peningkatan dan perluasan program-program pro-rakyat; dan peningkatan sinkronisasi dan efektivitas koordinasi penanggulangan kemiskinan serta harmonisasi antar pelaku.
Upaya-upaya penanggulangan kemiskinan terus dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Bidang Cipta Karya, dalam rangka memperbaiki kualitas dan akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar seperti air minum, sanitasi, dan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman lainnya. Berbagai program tersebut pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengurangi beban masyarakat miskin melalui penyediaan infrastruktur dasar secara bertahap.
Capaian Sasaran Pembangunan
Pencapaian Sasaran Pembangunan Sampai dengan 2012
Tabel 3.17
No Kegiatan/ indikator output Satuan Capaian Capaian
2010-2012
RPJMN 2010-2014 2010 2011 2012
1 Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman
Jumlah kecamatan yang dilayani oleh infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial pemberdayaan masyarakat miskin perdesaan PISEW/ RISE (mendukung prioritas 4/ Kemiskinan).
Kecamatan 237 237 237 237 185
Jumlah desa tertinggal yang terbangun sarana dan prasarana lingkungan permukiman (pemberdayaan masyarakat miskin perdesaan PPIP mendukung prioritas 4/kemiskinan)
Desa 3.900 5.862 5.592 15.354 8.803
Jumlah satuan unit hunian rumah susun yang terbangun dan infrastruktur pendukungnya (penangnan kumuh mendukung priori tas 6/ infrastruktur)
Unit/Twin Blok
40 65 53 158 270
2 Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, penyelenggaraan serta
pengembangan sistem Penyediaan Air Minum.
Jumlah kawasan dan desa yang terfasilitasi pembangunan air minum (akses air minum mendukung Prioritas 3/ Kesehatan)
Kawasan/
desa 260/2.807
598/1.811
772/2.314
1.630/6.932
1.063/4.650
3 Pengaturan, Pembinaan, pengawasan dan penyelenggaraan Dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan Termasuk Pengelolaa n Gedung
dan Rumah Negara
Jumlah Kelurahan/ desa yang mendapatkan pendampingan pemberdayaan sosial (pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan P2KP mendukung prioritas 4/ Kemiskinan
Desa
10.948
10.948
10.948
10.948
21.948
4 Pengaturan, Pembinaan, Pengawas an dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (air limbah, drainase) serta Pengembangan sumber
Pembiayaan dan Pola Investasi Persampahan.
Jumlah kawasan dan Desa yang berkualitas pembangunan sanitasi, air limbah, persampahan dan drainase (akses sanitasi me ndukung prioritas 3)
Kawasan
163
240
253
656
598
Pembangunan prasarana dan sarana air limbah dengan sistem on-site Kabupaten/kota (akses sanitasi mendukung prioritas 4/ Kemiskinan)
Kab/Kota
26
118
635
779
210
112 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Permasalahan Yang Dihadapi
Tindak Lanjut Yang Diperlukan
Permasalahan penanggulangan kemiskinan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) masih belum berkembangnya iklim usaha yang kondusif di daerah, sehingga belum mampu menarik
investasi lokal serta belum meluasnya budaya usaha di masyarakat, yang berakibat pada belum optimalnya kesempatan usaha ekonomi untuk peningkatan pendapatan dan daya beli di daerah;
2) masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial, dan masih terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik dan terlatih serta memiliki kemampuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial. Permasalahan pada pelaporan dan pendataan jumlah korban akibat bencana yang disampaikan dari lokasi bencana seringkali kurang tepat dan akurat;
3) tingkat pemenuhan beberapa kebutuhan dasar (indikator kemiskinan non pendapatan) misalnya pada kecukupan pangan (kalori), layanan kesehatan, air minum dan sanitasi masih rendah, dan cukup timpang antar golongan pendapatan;
4) pemenuhan hak dasar terutama bagi masyarakat miskin dan termarjinalkan perlu diperluas sejalan dengan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Dalam kaitan ini perbaikan akses penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) terutama bagi masyarakat yang memiliki tanah pertanian kurang dari 0,5 ha masih perlu dilakukan;
5) masih banyaknya rumah tangga yang meskipun sudah meningkat kesejahteraannya, namun masih berada pada kelompok hampir miskin, sehingga rentan terhadap gejolak ekonomi dan sosial (bencana alam, gangguan iklim dan konflik sosial). Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 menunjukkan jumlah Rumah Tangga Hampir Miskin (RTHM) masih sebanyak 7,66 juta rumah tangga, meningkat dibanding data PSE 2005 yang besarnya 6,97 juta rumah tangga;
6) permasalahan kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan yang berbeda antara Jawa/Bali dengan daerah lainnya, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda; dan
7) masih kurang optimalnya pelibatan masyarakat terutama masyarakat miskin dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan.
Penanggulangan kemiskinan tetap menjadi salah satu prioritas pembangunan tahun 2013 yaitu yang terfokus dalam rangka Peningkatan Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan. Hal ini mengandung makna bahwa berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2013 tersebut disinergikan agar benar-benar optimal dan efektif dalam pelaksanaannya. Sasaran kegiatan penanggulangan kemiskinan oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2013, berdasarkan pagu indikatif 2013, adalah:1) Pendampingan pemberdayaan sosial (P2KP/PNPM) di 10.923 Desa/kelurahan; 2) Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman perdesaan (PPIP dan RIS PNPM) di 3.400
desa; 3) Pengembangan Infrastrukutur Sosial Ekonomi Wilayah (RISE) di 79 kecamatan; 4) Pembangunan prasarana dan sarana air limbah di 507 kawasan (20 kawasan off site, 487 kawasan on site); 5) Pembangunan PS air minum di 275 kawasan MBR, 157 ibukota kecamatan, 1.610 desa rawan
air/tertinggal, 139 kawasan khusus (KAPET, Pemekaran, Perbatasan, Pelabuhan Perikanan, MP3EI, KKP) dan 3 kawasan regional.
113 Bab III Akuntabilitas Kinerja
2. Prioritas Nasional Ke-5: Ketahanan PanganArah Kebijakan Pembangunan Tahun 2010-2014Pada sidang kabinet tanggal 6 September 2011 di Jakarta, dan pada Rakortas perberasan tanggal 7 September 2011, Presiden Republik Indonesia menyatakan bahwa surplus 10 juta ton beras harus direalisasikan pada tahun 2014.
Target surplus 10 juta ton beras pertahun pada tahun 2014 tersebut memerlukan peningkatan produksi padi minimal 3.2% per tahun pada 2010–2012 dan 6.25% per tahun pada 2013–2014. Untuk itu perlu disusun upaya-upaya peningkatan produksi dan produktifitas pangan melalui serangkaian kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yang melibatkan kementerian/lembaga terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Dalam Negeri.
Ketahanan pangan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 diarahkan untuk mencapai kemandirian dalam bidang pangan yang ditandai dengan: (1) meningkatnya ketahanan pangan rakyat, yang tercermin dari meningkatnya status gizi ibu dan anak golongan rawan pangan; (2) membaiknya akses rumah tangga miskin terhadap pangan; (3) terpeliharanya swasembada beras dan tercapainya swasembada komoditi pangan pokok lainnya; (4) harga pangan yang terjangkau; (5) meningkatnya kesejahteraan petani yang antara lain tercermin dari membaiknya nilai tukar petani; serta (6) meningkatnya daya saing komoditas pertanian. Pencapaian ketahanan pangan nasional memerlukan dukungan penuh dari revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan, yang pada ujungnya diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mencapai sasaran Prioritas Ketahanan Pangan, kebijakan pembangunan ketahanan pangan diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan, terutama mencapai surplus beras 10 juta ton dan pangan pokok lainnya. Kebijakan tersebut dilakukan melalui (1) lahan, pengembangan kawasan dan tata ruang; (2) infrastruktur pertanian dan perdesaan; dan (3) adaptasi perubahan iklim.
Dalam rangka meningkatkan ketersediaan bahan pangan, beberapa upaya utama yang terkait dengan substansi inti lahan adalah memperlambat terjadinya konversi lahan dan peningkatan perluasan areal. Kebijakan untuk memperlambat konversi lahan pertanian didukung dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan peraturan-peraturan pemerintah pendukungnya pada tahun 2011 serta pengendalian dan penegakan hukum atas pelanggaran terhadap rencana tata ruang wilayah. Selanjutnya untuk mempercepat perluasan areal diarahkan melalui perluasan areal sawah dan pertanian lainnya yang dilakukan bersama-sama dengan petani, terutama yang berada di luar pulau Jawa.
114 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Arah kebijakan untuk peningkatan produksi pangan, didukung dengan kebijakan penyediaan infrastruktur pertanian, terutama dengan penyediaan sumber air irigasi melalui percepatan pembangunan tampungan air, perbaikan distribusi air irigasi melalui pembangunan daerah irigasi baru dengan prioritas areal yang ketersediaan airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah siap, serta peningkatan fungsi jaringan irigasi melalui rehabilitasi dan optimalisasi layanan irigasi. Untuk mendukung peningkatan akses masyarakat terhadap pangan telah dilakukan upaya perbaikandan pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan sistem efisiensi distribusi dan logistik serta memperkuat sistem konektivitas domestik, antara lain berupa Jalan Usaha Tani (JUT).
Pencapaian Sasaran Pembangunan Sampai Dengan 2012 Mendukung Ketahanan PanganTabel 3.18
RPJMN 2010-2014
CAPAIAN
RPJM
(2010-2014)
Substansi Inti
Sasaran
Indikator
Satuan
2010
2011
2012
Capaian
s/d 2012
INFRASTRUKTUR:
Pembangunan dan
pemeliharaan sarana
transportasi dan
angkutan, pengairan,
jaringan listrik, serta
teknologi komunikasi
dan sistem informasi
nasional yang
melayani daerah-
daerah sentra
produksi pertanian
demi peningkatan
kuantitas dan kualitas
produksi serta
kemampuan
pemasarannya
Pembangunan
dan
pemeliharaan
pengairan
yang melayani
daerah-
daerah sentra
produksi
pertanian
demi
peningkatan
kuantitas dan
kualitas
produksi
Luas layanan jaringan irigasi yang meningkat
Ha
115,000
66,249
94,792
276,041
129,380
Luas layanan jaringan irigasi yang direhabilitasi
Ha
293,044
284,137
589,443
1,166,624
1,340,000
Luas layanan jaringan irigasi yang dioperasikan dan
dipelihara
Ha
2,315,000
2,143,589
2,164,000
2,207,530
2,315,000
Luas layanan jaringan rawa yang meningkat
Ha
8,080
70,510
49,043
127,633
10,000
Luas layanan jaringan rawa yang direhabilitasi
Ha
79,373
120,810
194,951
395,134
450,000
Luas layanan jaringan rawa yang dioperasikan dan dipelihara
Ha
1,107,996
1,040,005
1,033,000
3,181,0
01
1,200,000
Jumlah sumur air tanah yang dibangun / ditingkatkan (unit)
sumur air
tanah
112
151
381
644
70
Jumlah sumur air tanah yang direhabilitasi (unit)
sumur air
tanah
444
540
471
1,455
1,875
Jumlah sumur air tanah yang dioperasikan dan dipelihara (unit)
sumur air
tanah
459
137
391
987
2,192
Luas layanan jaringan tata air tambak yang dibangun /ditingkatkan
Ha
1,021
8,068
6,623
15,712
1,000
Luas layanan jaringan tata air tambak yang direhabilitasi
Ha
2,800
8,205
27,945
38,950
175,000
Jumlah waduk yang dibangun
Waduk selesai dibangun
Buah
-
1
1
2
11
Embung/ situ selesai dibangun
Buah
32
105
175
312
158
Waduk dalam pelaksanaan
Buah
7
8
9
24
1
Jumlah waduk yang direhabilitasi
Waduk selesai direhabilitasi Buah 12 18 13 43 29
Waduk dalam pelaksanaan rehabilitasi
Buah -
Embung/ situ selesai direhabilitasi
Buah 21 41 74 136 298
Jumlah waduk/embung/situ yang diperasikan dan dipelihara
Buah
65
298
411
774
166
115 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Permasalahan Yang DihadapiUndang-undang No. 41 tahun 2009 juga akan diperkuat dengan Undang-undang di bidang Pertanahan yang diharapkan dapat menjamin ketersediaan tanah untuk pertanian pangan berkelanjutan dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Namun demikian rancangan undang-undang tersebut saat ini masih dalam pembahasan dan menghadapi masalah sulitnya koordinasi dan sinkronisasi antar sektor. Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya koordinasi dan sinkronisasi akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan melalui forum-forum yang sudah terbentuk seperti Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN).
Produksi pangan juga dihadapkan pada permasalahan terjadinya keragaman dan perubahan iklim yang menyebabkan terganggunya musim tanam bahkan dapat mengakibatkan gagal panen akibat terkena iklim ekstrim baik karena banjir atau kekeringan. Upaya tindaklanjut untuk mengatasi masalah tersebut akan melanjutkan upaya-upaya adaptasi terhadap perubahan iklim.
Produksi padi nasional juga dihadapkan pada permasalahan tingginya tingkat kerusakan jaringan irigasi nasional yang mencapai 52%, di sisi lain sekitar 85% produksi padi nasional dihasilkan dari lahan sawah beririgasi teknis tersebut. Selain itu, sebagian besar daerah irigasi teknis yang terbangun masih mengandalkan debit air disungai sehingga sangat rentan terhadap cuaca. Upaya tindak lanjut untuk menghadapi permasalahan tersebut terutama lebih difokuskan pada upaya rehabilitasi jaringan irigasi yang mengalami kerusakan, terutama pada daerah-daerah sentra pangan, serta optimalisasi layanan irigasi melalui operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi,dan tetap melanjutkan pembangunan jaringan irigasi yang baru.
Tahun 2012, Pemerintah mencanangkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang mentargetkan produksi 76,56 juta ton GKG. Permasalahannya kemampuan produksi pangan, pertanian, dan perikanan masih menghadapi kendala dan keterbatasan dukungan pengelolaan kapasitas sumber daya alam. Pada satu sisi, peningkatan permintaan akan bahan pangan terjadi seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya daya beli dan selera masyarakat akan bahan pangan, yang dipicu oleh membaiknya kondisi ekonomi dalam lima tahun ke depan. Di sisi lain, penurunan kuantitas dan kualitas sumber daya lahan, tambak dan air, akan menjadi kendala dan keterbatasan dalam meningkatkan kemampuan produksi komoditas pangan.
Terjadinya alih fungsi lahan pangan ke nonpertanian, degradasi lahan pertanian dan lahan tambak, keterbatasan sarana dan prasarana produksi pertanian dan perikanan, serta dampak negatif dari fenomena perubahan iklim, juga akan menjadi permasalahan lain yang akan mengurangi kemampuan produksi bahan pangan dalam lima tahun ke depan. Selain itu, dukungan infrastruktur pertanian masih kurang memadai sehingga dapat mengganggu peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. Kinerja jaringan irigasi belum dapat memenuhi kebutuhan air usaha tani terutama untuk pencapaian produksi padi dalam rangka mencapai kembali swasembada pangan nasional. Jaringan irigasi yang berfungsi juga mengalami kerusakan terutama disebabkan oleh kurang optimalnya operasi dan pemeliharaan.
Terkait dengan infrastruktur, khususnya infrastruktur irigasi, kondisi infrastruktur yang sudah tua dan cenderung mengalami kerusakan menyebabkan dukungannya terhadap peningkatan produksi belum optimal; serta terbatasnya infrastruktur transportasi menjadi salah satu penghalang akses masyarakat terhadap pangan.
116 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Rencana Tindak LanjutDalam rangka mengatasi keterbatasan sumber daya dalam upaya ketahanan pangan melalui pola ekstensifikasi, maka pemerintah perlu kembali menggalakkan program intensifikasi pertanian terutama di daerah-daerah yang mempunyai keterbatasan lahan. Guna mengendalikan alih fungsi lahan sawah produktif menjadi kawasan permukiman perlu dilakukan peningkatan koordinasi penataan ruang dengan instansi terkait dan pemerintah daerah. Langkah ini dilakukan seiring dengan upaya peningkatan produktivitas dan kualitas hasil sehingga usaha pertanian, terutama padi akan memberikan pendapatan dan keuntungan yang mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga petani serta pencapaian sasaran program ketahanan pangan nasional.
3. Prioritas Nasional 6: InfrastrukturArah Kebijakan Pembangunan Tahun 2010-2014Pembangunan infrastruktur memiliki peranan yang sangat strategis bagi peningkatan daya saing dan sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan visi dan misi dalam RPJMN2010-2014,prioritas nasional pembangunan infrastruktur terdiri dari 7 substansi inti program aksi antaralain: (1)Tanah dan tataruang; (2) Jalan; (3) Perhubungan; (4) Perumahan rakyat; (5) Pengendalian banjir; (6) Telekomunikasi; dan (7) Transportasi perkotaan. Dalam rangka untuk mendukung upaya pencapaian sasaran prioritas nasional tersebut maka arah kebijakan pembangunan infrastruktur akan difokuskan untuk: (1) Mewujudkan percepatan penyelesaian peraturan perundangan bidang penataan ruang sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan infrastruktur; (2) Meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal(SPM); (3) Mendukung peningkatan daya saing sektor riil; (4) Meningkatkan Kerjasama Pemerintah-Swasta(KPS).
Dalam rangka penyediaan infrastruktur dasar pada sektor perumahan, pemenuhan terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM) dilaksanakan melalui kegiatan pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa); fasilitasi pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas kawasan perumahan dan permukiman; serta fasilitasi dan stimulasi perumahan swadaya. Sementara dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, kebijakan yang ditempuh difokuskan untuk memperkuat konektivitas dan sistem logistik nasional, serta pengendalian dan pengurangan dampak kerusakan akibat banjiruntuk menjamin keberlanjutan kegiatan ekonomi dan keberlangsungan hidup masyarakat.Kebijakan yang ditempuh Pemerintah dalam meningkatkan konektivitas antara lain dilakukan melalui: (1) Mewujudkan percepatan penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Terpadu dari Program Investasi Jangka Menengah sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan infrastruktur, (2) meningkatkan keterhubungan (konektivitas) antarwilayah untuk mendukung kelancaran distribus ibarang/jasa serta mobilitas penumpang melalui preservasi dan peningkatan kapasitasprasarana jalan.Disamping itu, daya saing suatu Negara juga sangat dipengaruhi frekuensi kejadian bencana banjir karena dapat melumpuhkan jalur-jalur distribusi, menghambat aktivitas masyarakat, mengganggu kegiatan perekonomian serta menyebabkan potensi kerugian materi dan jiwa. Kebijakan yang ditempuh dalam mengurangi dampak banjir antara lain memprioritaskan penyelesaian pembangunan beberapa prasarana pengendalian banjir, diantaranya Kanal Banjir Timur Jakarta dan penanganan secara terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, baik secara struktural maupun nonstruktural. Penyelesaian Kanal Banjir Timur Jakarta termasuk infrastruktur pendukung dan pelengkapnya diharapkan dapat mengurangi daerah genangan akibat banjir di wilayah Jakarta yang setiap tahun menyebabkan kerugian
117 Bab III Akuntabilitas Kinerja
hancurnya infrastruktur pelayanan Pemerintah dan hilangnya potensi perekonomian masyarakat secara keseluruhan yang diperkirakan nilainya mencapai triliunan rupiah.
Berbeda dengan penyelesaian Kanal Banjir Timur Jakarta yang utamanya ditempuh melalui pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir, penanganan secara terpadu DAS Bengawan Solo akan ditempuh melalui beberapa pendekatan yang lebih komprehensif. Selain aspek pengendalian banjir melalui pembangunan dan rehabilitasi prasarana pengendali banjir, pendekatan konservasi dan pendayagunaan sumber daya air juga dilakukan di DAS Bengawan Solo. Pendekatan konservasi di lakukan untuk meningkatkan dan menjaga ketersediaan air melalui kegiatan pembangunan dan rehabilitasi prasarana sumber daya air seperti waduk dan embung. Sementara upaya pendayagunaan sumber daya air ditempuh melalui pengembangan daerah irigasi dan drainase yang terdapatdi DAS Bengawan Solo.
Dalam upaya perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional termasuk melakukan koordinasi dan fasilitasi proses penetapan dokumen-dokumen, dicapai melalui keserasian dan keselarasan program pembangunan yaitu program dalam RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, RTR PKN, PKSN di 33 provinsi. Sesuai dengan capaian 2010-2012 sebanyak 7 RTR Pulau/Kepulauan telah sampai pada tahap Perpres/Raperpres, 1 KSN Non Perkotaan dan 4 KSN Perkotaan telah sampai pada tahap Perpres, 33 provinsi dan 466 Kabupaten/Kotayang sudah menyelesikan RTRW sampai dengan tahapan persetujuan substansi (95% dari total target tahun 2010-2014), serta Rencana Terpadu Program dan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM). Dari segi pemanfaatan ruang, sebagai perwujudan RTRW kabupaten/kota telah dilaksanakan program pengembangan kota hijau antara lain untuk memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di 60 kawasan Perkotaan. Dari segi pengendalian pemanfaatan ruang telah dibentuk 295 PPNS (59% dari total target 2010-2014).
Pencapaian Sasaran RPJMN 2010-2014 Bidang Penataan Ruang
Pencapaian Sasaran Pembangunan Sampai Dengan Tahun 2012Bidang Penataan Ruang
Tabel 3.19
No Program/Kegiatan
Prioritas Sasaran Indikator
Capaian Capaian
Sampai
Dengan 2012
Target
2014 2010* 2011 2012*
IV PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
1
Pengembangan
Kapasitas dan
Pelembagaan
Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Meningkatnya SDM
Penataan Ruang
yang berkualitas
1.
Jumlah kegiatan
pelatihan bidang
penataan ruang yang
dilaksanakan
9
kegiatan
8
kegiatan
15
kegiatan
32
Kegiatan
29
kegiatan
2
Perencanaan,
Pemanfaatan, dan
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Nasional
termasuk Melakukan
Koordinasi dan Fasilitasi
Proses Penetapan
Dokumen-dokumen
yang dihasilkan
Keserasian dan
keselarasan
program
pembangunan yaitu
program dalam
RTRWN, RTR Pulau,
RTR KSN, PKSN
2.
Jumlah rencana tata
ruang yang telah
disinkronkan program
pembangunannya
16 provinsi
15 provinsi
2 provinsi
33 provinsi
33 provinsi
118 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3
Penyiapan dan
Penetapan materi
Peraturan Perundang -
undangan dan NSPK
Bidang
Tersusunnya PP
Sesuai Amanat UU
26/2007 yaitu :
PP tentang
Penyelenggaraan
Pembinaan
Penataan Ruang.
1.
Meningkatnya
(Presentase)
Penyelesaian PP
Sesuai Amanat UU
26/2007
16 NSPK
2 NSPK
2 NSPK
20
NSPK
60 NSPK
4
Perencanaan,
Pemanfaatan, dan
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Nasional
Termasuk Melakukan
Koordinasi dan Fasilitasi
Proses Peetapan
Dokumen-Dokumen
yang Dihasilkan
Tersusunnya
Perpres Sesuai
Amanat UU
26/2007:
Perpres RTR Pulau
Perpres RTR KSN
2.
Meningkatnya
Penyelesaian Perpres
sesuai Amanat UU
26/2007
3 Raperpres
KSN; 4
Raperpres
Pulau
1 RTR
Pulau; 1
Perpres
KSN; 15
Raperpres
KSN; 3
Raperpres
Pulau
3 RTR
Pulau; 16
Raperpres
KSN
7 RTR
Pulau dan
69 Perpres
KSN
5
Fasilitasi Penyusunan
Substansi Raperda
RTRW dan Rencana
Rincinya
Tersusunnya Perda
Sesuai Amanat UU
26/2007
Perda mengenai
RTRW Provinsi
Perda mengenai
RTRW Kabupaten
3.
Meningkatnya
Penyelesaian Perda
Provinsi dan
Kabupaten Amanat
UU 26/2007
Provinsi:
7 Perda
RTRW; 16
Persub
Kabupaten:
16 perda:
39 persub
Provinsi:
4 Perda
RTRW; 15
Persub
Kabupaten:
73 perda;
266 persub
Provinsi:
3 Perda
RTRW; 2
Persub
Kabupaten
: 67 perda;
72 persub
Provinsi:
14 Perda
RTRW; 33
Persub
Kabupaten:
156 perda;
377 persub
431
kegiatan
6 Peningkatan kualitas
hasil penyelenggaraan
penataan
Terlaksananya
bantek dan bintek
penataan ruang di
pusat dan daerah
4. Jumlah kegiatan stock
taking tata ruang
provinsi
1 Kegiatan 1 Kegiatan 0 2
Kegiatan
12
Kegiatan
5. Jumlah kabupaten
yang mendapatkan
bantek peningkatan
pelaksanaan
penataan ruang
kabupaten pemenang
PKPD
0 5 kab 0 5 kab 15 kab
6.
Jumlah kabupaten
yang mendapat
bimbingan teknis
penataan ruang
wilayah kab.
30 Kab
327 kab
392 kab
220 kab
7.
Jumlah kabupaten
yang mendapatkan
bimbingan teknis
pengembangan
wilayah/kawasan
pedesaaan dan
agropolitan
0
0
0
0
28
kawasan
8.
Jumlah kegiatan
bimbingan teknis
pemanfaatan dan
pengendalian
pemanfaatan ruang
wilayah provinsi
0
0
0
0
22
kegiatan
9.
Jumlah kawasan
andalan/koridor yang
mendapatkan arahan
pengembangan
0
6 koridor
6 koridor
12
koridor
15
Kawasan
No
Program/Kegiatan
Prioritas
Sasaran
Indikator
Capaian
Capaian
Sampai
Dengan 2012
Target
2014
2010*
2011
2012*
IV
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
119 Bab III Akuntabilitas Kinerja
7
Pembinaan PPNS
bidang Penataan Ruang
Terbinanya PPNS
bidang penataan
ruang
1.
Jumlah(orang)PPNS
yang dibina
177 orang
102 orang
69 orang
348 orang
500 orang
8
Perumusan Kebijakan,
Progran an Anggaran
Kerjasama Luar Negeri
serta Evaluasi Kinerja
Pelaksanaan Kegiatan
Laporan kinerja
penyelenggaraan
penataan ruang di
pusat dan daerah
2.
Jumlah
kegiatan
evaluasi kinerja
penyelenggaraan
penataan ruang
9
kegiatan
13
kegiatan
13
kegiatan
35
kegiatan
40
kegiatan
9
Perencanaan tata ruang
serta koordinasi
pemanfaatan ruang
kawasan metropolitan
serta pembinaan
pelaksanaan
pengembangan
permukiman
Tersusunnya
strategi
pengembangan
kelembagaan
inovasi
perencanaan (e-
planning),
penetapan zonasi
kegiatan di kota dan
penetapan bank
lahan untuk
pembangunan di
perkotaan
3.
Jumlah kajian strategi
pengembangan
kelembagaan inovasi
perencanaan (e-
planning), penetapan
zonasi kegiatan di
kota dan penetapan
bank lahan untuk
pembangunan di
perkotaan
4 kegiatan
8 kegiatan
8 kegiatan
20
kegiatan
15
Kegiatan
Terselenggarnya
penyediaan basis
data dan informasi
perkotaan
4.
Jumlah pemutakhiran
basis data informasi
perkotaan
5 kegiatan
3 kegiatan
1 kegiatan
13
kegiatan
5 kegiatan
Meningkatnya
upaya pengelolaan
lingkungan dan
mitigasi bencana
alam dalam
perencanaan dan
pelaksanaan
rencana
pembangunan
perkotaan
5.
Jumlah kota pusaka,
rawan bencana, dan
PKPD yang
ditingkatkan kualitas
pengembangan
perkotaan dan
kapasitas
kelembagaannya
1
(kota
pusaka),
6 (kota
PKPD)
1
(kota
pusaka),
6 (kota
PKPD), 3
(kota
rawan
bencana)
10
(kota
pusaka),
3 (kota
PKPD)
12
31 Kota
Terslaksananya
pengembangan
perkotaan beserta
kapasitas
kelembagaannya,
terutama kota-kota
baru dan kota-kota
yang berkembang
pesat
6. Jumlah kota yang
memperoleh
pembinaan teknis
pelaksanaan
pengembangan
perkotaan dan
kapasitas
kelembagaannya
0 9 kota 85 kota 94 kota 109 kota
No
Program/Kegiatan
Prioritas
Sasaran
Indikator
Capaian
Capaian
Sampai
Dengan 2012
Target
2014
2010*
2011
2012*
IV
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Bidang Sumber Daya AirDalam rangaka penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir, diantaranya Banjir Kanal Timur Jakarta sebelum 2012 dan penanganan secara terpadu Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo sebelum 2013 sasaran yang ingin dicapai adalah: Pertama, terlindunginya kawasan seluas 48,66 ribu hektar dari bahaya banjir dan terlindunginya kawasan pantai sepanjang 80 km dari abrasi pantai serta terkendalinya 16 juta m3 lahar gunung berapi/sedimen, dicapai melalui:
120 Bab III Akuntabilitas Kinerja
RPJMN 2010-2014 CAPAIAN RPJM
(2010-2014) Substansi Inti Sasaran Indikator Satuan 2010 2011 2012 Capaian s/d 2012
PENGENDALIAN
BANJIR:
Penyelesaian
pembangunan
prasarana
pengendalian
banjir, diantaranya
Banjir Kanal Timur
Jakarta sebelum
2012 dan
penanganan
secara terpadu
Daerah Aliran
Sungai Bengawan
Solo sebelum
2013
Terlindunginya
kawasan seluas
48,66 ribu
hektar dari bahaya
banjir dan
terlindunginya
kawasan pantai
sepanjang 80 km
dari abrasi pantai
serta
terkendalinya 16
juta m3 lahar
gunung
berapi/sedimen
Panjang sarana/prasarana pengendali banjir yang dibangun (216 km)
KM 321 463.06 284.13 1,068.19 216
Panjang sarana/prasarana pengendali banjir yang direhabilitasi (386 km)
KM 171.19 143,62 321.84 636.65 386
Panjang sarana / prasarana pengendali banjir yang dioperasikan dan dipelihara (2.000 km) untuk mengamankan kawasan seluas 35,7 ribu hektar
KM 611 648.00
1,228 2,487 2,000
Jumlah sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang dibangun (28 buah) untuk mengendalikan lahar/sedimen dengan volume 16 juta m3
BUAH 13 43 46 102 28
Jumlah sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang direhabilitasi (85 unit) untuk mengendalikan lahar/sedimen dengan volume 6 juta m3
BUAH 5 18 49 72 85
Jumlah sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang dioperasikan dan dipelihara (150 unit) untuk mengendalikan lahar/sedimen dengan volume 12 juta m3
BUAH 11 5 47 63 50
Panjang sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (30 km)
KM 25.11 51.08 66.76 142.95 30
Panjang sarana/prasarana pengaman pantai yang direhabilitasi (50 km)
KM 3 2.45 4.46 9.91 50
Panjang sarana/prasarana pengaman pantai yang dipelihara (50 km )
KM 10 25,35 26 61.35 50
Tabel 3.20 Pencapaian Sasaran RPJMN Bidang Sumber Daya Air
121 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Diselesaikannya dan berfungsinya Banjir Kanal Timur untuk mengurangi daerah genangan akibat banjir di Wilayah Jakarta
Diselesaikannya pembangunan kanal timur paket 22 s/d 29
Paket
100%
Terselesai -kanya
pekerjaan tambahan
kanal Banjir Timur
Jakarta (Paket 30
dan 31).
-
Terselesai -kannya Banjir Kanal Timur
Terkendalinya bahaya banjir di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo
Terbangunnya
7 waduk di DAS Bengawan Solo
Waduk 4 waduk dalam pe-laksanaan
(Gonggang, Bendo,
Pidekso, Gondang)
1 waduk selesai
(Gonggang, 3 dalam pe-
laksanaan (Bendo,
Pidekso, Gondang)
3 dalam pe-laksanaan
(Bendo, Pidekso,
Gondang)
1 Waduk Selesai, 8 waduk dalam pe-
laksanaan
Terbangunnya prasaran a pengendali banjir di DAS Bengawan Solo
Unit pompa
2 unit pompa dan
4 buah hydraulic
submersible mobile
pump trailer
-
-
-
Terehabilitasinya prasarana
pengendali banjir di DAS Bengawan
Solo
Buah
Terehabilita
sinya pascabanjir Kali Madiun
Te-rehabilitasi-
nya pintu air
Demangan
Te-rehabilitasi tanggul sungai
Bengawan Solo (surakarta, sukoharjo,
madiun, bojonegoro,
lamongan)
Diselesaikannya pembangunan kanal timur paket 22 s/d 29
Paket
100%
Terselesaikanya
pekerjaan tambahan
kanal Banjir Timur
Jakarta (Paket 30
dan 31).
-
Ter -selesaikan-nya Banjir Kanal Timur
RPJMN 2010-2014
CAPAIAN
RPJM
(2010-2014) Substansi Inti
Sasaran
Indikator
Satuan
2010
2011
2012
Capaian
s/d 2012
1) pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir sampai dengan tahun 2014 sepanjang 216 km dengan progres sampai dengan tahun 2012 sepanjang 1.068 Km (495% dari total target sampai dengan tahun 2014/melebihi target);
2) sarana/prasaranapengendali banjir yang direhabilitasi sampai dengan tahun 2014sepanjang 386 km dengan progres sampai dengan tahun 2012 sepanjang 636.65 KM (165% dari total target sampai dengan 2014/melebihi target);
3) O & P sarana/prasarana pengendali banjir (2.000 Km) untuk mengamankan kawasan seluas 35,7 ribu hektar sampai dengan tahun 2012 mencapai 2.487 Km (124% dari total target sampai dengan 2014/melebihi target);
122 Bab III Akuntabilitas Kinerja
4) sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang dibangun (28 buah) untuk mengendalikan lahar/sedimen dengan volume 16 juta M3, sampai dengan tahun 2012 mencapai 102 buah (364% dari total target sampai dengan 2014/melebihi target);
5) sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang direhabilitasi (85 unit) untuk mengendalikan lahar/sedimen dengan volume 6 juta sampai dengan tahun 2012 mencapai 72 buah (85% dari total target sampai dengan 2014);
6) sarana/prasarana pengendalilahar/sedimen yang dioperasikan dan dipelihara (150 unit) untuk mengendalikan lahar/sedimen sampai dengan tahun 2012 mencapai 63 buah (126% dari total target sampai dengan 2014/melebihi);
7) sarana/prasaranapengaman pantai yang dibangun (30 Km) sampai dengan tahun 2012 M3 mencapai 142.95 Km (476% dari total target sampai dengan 2014/melebihi target);
8) panjang sarana/prasarana pengaman pantai yang direhabilitasi (50 km) sampai dengan tahun 2012 mencapai 9.91 Km (20% dari total target sampai dengan 2014); dan
9) panjang sarana/prasaranapengaman pantai yang dipelihara (50 km ) sampai dengan tahun 2012 mencapai 61.35 km (123% dari total target sampai dengan 2014) dan melebihi target.
Kedua, diselesaikannya dan berfungsinya Kanal Banjir Timur untuk mengurangi daerah genangan akibat banjir diWilayah Jakarta, dicapai melalui penyelesaian pembangunan antara lain: Kanal Timur paket 22 s/d 29 pada tahun2011. Dalam rangka pengendalian bahaya banjir di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, dicapai melalui:
1) pembangunan 7 waduk di DAS Bengawan Solo dengan progress sampai dengan 2012, 1 waduk selesai (Gonggang)dan 3 dalam pelaksanaan (Bendo, Pidekso, Gondang);
2) pembangunan prasarana pengendali banjir di DAS Bengawan Solo progress sampai dengan 2012 adalah pembangunan pompa banjir di 8 lokasi termasuk di Kab Madiun (1 lokasi) yang masuk dalam Inpres1/2010 serta terselesaikannya remaining work LSRIP Phase I;
3) rehabilitasi prasaranapengendali banjir di DAS BengawanSolo progress sampai dengan tahun 2012 adalah terehabilitasinya pascabanjir Kali Madiun dan terehabilitasinya pintu air Demangan.
Untuk bidang Bina Marga, sasaran terjaganya kualitas jalan dan jembatan sepanjang 171.695 Km dicapai melalui preservasi jalan dengan progres hingga 2012 sepanjang 101.995 Km (59% dari total target sampai dengan tahun 2014).
Bidang Bina Marga
123 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.21 Pencapaian RPJMN Bidang Bina Marga
NO
SUBSTANSI INTI/
KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN INDIKATOR
2010 2011 2012 TOTAL RPJMN
REALISASI REALISASI REALISASI TARGET REALISASI
(SAMPAI 2012)
1 Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan dan Jembatan Nasional
Terjaganya k ualitas jalan dan jembatan sepanjang 171.695 Km
Jumlah jalan yang dipreservasi sepanjang 171.695 Km
30.371,00 35.357,80 36.266,94 171.695,85 101.995,74
Jumlah jembatan yang dipreservasi sepanjang 602.944,40 Meter
100.824,00
223.733,95
289.909,19
602.944,38
614.467,14
Meningkatnya kapasitas dan kualitas jalan sepanjang 19.407,27 Km jalan nasional dan 26.957,83 meter jembatan
Jumlah jalan yang ditingkatkan kapasitasnya (pelebaran) sepanjang 19.370 Km
2.808,00
3.291,85
5.949,25
19.370,81
12.049,10
Jumlah jalan lingkar/bypass yang dibangun sepanjang 36,65 Km
-
-
-
36,64
0,00
Jumlah jembatan yang bangun sepanjang 16.157,83 meter
3.904,00
9.081,83
9.745,77
16.157,83
22.731,60
Jumlah flyover/underpass yang dibangun sepanjang 10.800 meter
3.767,00
3.464,75
6.889,73
10.800,00
14.121,48
Jumlah jalan strategis di lintas Selatan Jawa, perbatasan, terpencil dan terluar yang dibangun sepanjang 1.377,94 Km
274,15
301,78
925,31
1.377,95
1.501,24
2
Pembinaan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan dan Fasilitasi Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan
Meningkatnya kapasitas jalan tol sepanjang 120,35 Km
Jumlah jalan tol yang dibangun sepanjang 120,35Km
4,00
5,64
16,41
120,35
26,05
124 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Permasalahan dan Isu Strategis
Bidang Penataan ruang
Permasalahan di bidang infrastruktur di Indonesia diantaranya adalah: masih adanya ketimpangan pembangunan infrastruktur antara kawasan barat dan timur Indonesia, antara Pulau jawa dan pulau-pulau lainnya serta antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan; masih tertinggalnya pelayanan infrastruktur di Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain; makin maraknya pemekaran daerah otonom baru yang seringkali menyebabkan penurunan kualitas pelayanan infrastruktur di daerah tersebut; dan juga keterbatasan kapasitas pelayanan infrastruktur yang dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi.Secara umum hambatan dan kendala pelaksanaan 2011 yang dihadapi Kementerian PU belum berarti, namun terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian dan harus segera diselesaikan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, yaitu: 1) Balai yang merupakan unit pelaksana teknis Kementerian PU di daerah yang baru dibentuk dan
beroperasi pada tahun 2007, masih memerlukan koordinasi yang lebih baik dengan pemerintah daerah; 2) Penyediaan dana pendamping dari APBD dan belum ditetapkannya desa-desa penerima PPIP; 3) Pada program WISMP dan PISP terdapat perubahan pola dana pendamping menjadi pararel financing
yang memerlukan pengaturan baru 4) Pembebasan tanah untuk paket-paket jalan, bendungan, TPA dan Rusunawa; 5) Kelemahan kemampuan supply dan tata kelola produsen untuk penggunaan asbuton; 6) Masih terdapat berbagai kendala dalam pengembangan dan pembinaan jasa konstruksi untuk dapat
mendukung percepatan pembangunan infrastruktur.
Secara lebih khusus, dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang PU dan permukiman, ada beberapa tantangan yang dihadapi diantaranya:
1) Menyelesaikan dan melengkapi peraturan operasionalisasi Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri berupa norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) di bidang penataan ruang untuk mendukung implementasi penataan ruang di lapangan.
2) Melakukan percepatan penyelesaian Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Kawasan Strategis Nasional, serta Perda RTRW Provinsi/ Kabupaten/Kota sesuai dengan amanat Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, serta Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
3) Melakukan pembinaan penataan ruang, khususnya dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan serta peningkatan kemampuan aparat perencana maupun pelaksana pengendalian pemanfaatan ruang, baik di tingkat pusat maupun di daerah, untuk menjamin pelaksanaaan RTR yang semakin berkualitas serta dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif.
4) Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang terutama melalui dukungan sistem informasi dan monitoring penataan ruang di daerah untuk mengurangi terjadinya konflik pemanfaatan ruang antarsektor, antarwilayah, dan antarpemangku kepentingan.
125 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Bidang Sumber Daya Air
Bidang Bina Marga
1) Penurunan daya dukung SDA, baik untuk air permukaan maupun air tanah sebagai dampak dari laju deforestasi dan eksplorasi air tanah yang berlebihan yang telah menyebabkan land subsidence dan intrusi air asin/laut.
2) Pemenuhan target Millennium Development Goals (MDGs) yang menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari proporsi masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman harus dapat dengan mudah mengakses air untuk kebutuhan air minum.
3) Keseimbangan/neraca air antara jumlah kebutuhan air di berbagai sektor kehidupan, dan potensi kelebihan sumber daya air yang berlimpah di musim hujan selama 5 bulan
4) Laju alih fungsi lahan pertanian beririgasi yang rata-rata terjadi ± 100.000 Ha atau berkisar 1,4% per tahun.
5) Pengelolaan resiko guna memperkecil kerugian yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti banjir, lahar dingin, kekeringan, serta abrasi pantai dan pengaruh menurunnya kapasitas sumber air akibat sedimentasi.
6) Dampak negatif perubahan iklim global, khususnya banjir, kekeringan dan kenaikan muka air laut7) Kualitas SDM dalam pengelolaan SDA terpadu berbasis teknologi informasi
1) Pemenuhan kebutuhan prasarana jalan yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem transportasi nasional harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil, pusat kegiatan ekonomi kreatif, domestic connectivity, dan sistem logistik nasional dalam rangka pencapaian MDGs.
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna maupun pemanfaat jalan dalam memanfaatkan prasarana jalan yang tersedia.
3) Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan serta operasi dan pemeliharaan prasarana jalan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap prasarana jalan yang ada.
4) Menjaga integrasi nasional melalui sistem jaringan jalan nasional, keseimbangan pembangunan antarwilayah terutama percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), daerah tertinggal, daerah perbatasan, serta mengurangi kesenjangan dalam pulau maupun antara kota dan desa.
5) Mempertahankan peran dan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam pengembangan wilayah diantara berbagai gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi kebutuhan aksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet.
6) Mengantisipasi pertumbuhan prosentase kendaraan dibandingkan jalan yang telah mencapai 11:0,4 (pendekatan demand approach) yang terus akan mengalami peningkatan, terutama pada lintas utama dan wilayah perkotaan khususnya 8 (delapan) kota metropolitan.
7) Meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum jalan daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah, dan meningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan jalan.
8) Mengupayakan pengarusutamaan jender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang jalan, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.
126 Bab III Akuntabilitas Kinerja
9) Mengantisipasi kompetisi global baik dari segi SDM maupun kesempatan expansi dengan meningkatkan daya kompetisi yang terukur dalam GCI (Global Competitiveness Index) dan LPI (Logistic Performance index).10) Meningkatkan alternatif pembiayaan dan pola investasi jalan, salah satunya melalui pembentukan unit pengelola dana preservasi jalan sekaligus memperkenalkan insentif pemeliharaan jalan bagi Pemda.11) Mengupayakan penyelesaian masalah pengadaan tanah untuk pembangunan jalan dan/atau pelebaran jalan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah.
1) Perlunya penetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metropolitan/besar.
2) Meningkatkan keterpaduan penanganan drainase dari lingkungan terkecil hingga wilayah yang lebih luas dalam satu wilayah administrasi maupun antar kabupaten/kota dan provinsi.
3) Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan menuntut pelayanan sanitasi yang sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis.
4) Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya saing sebuah kota dan sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan.
5) Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan pembangunan prasarana air minum.
6) Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum.
7) Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar 820.000 unit rumah setiap tahunnya.
8) Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan.
9) Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir, longsor, kekumuhan, dan rawan kriminalitas.
10) Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan (green building) untuk mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global.
11) Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pemanfaatan ruang bagi permukiman.12) Menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional.13) Melanjutkan program pengembangan kawasan agropolitan.14) Peningkatan kesadaraan masyarakat terhadap isu gender dalam pelaksanaan kegiatan sub-bidang jalan, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.
Bidang Cipta Karya
127 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Bidang Jasa Konstruksi1) Adanya mandat terhadap Badan Pembinaan Konstruksi (BP Konstruksi) Kementerian PU sebagai
pembina jasa konstruksi nasional untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pemerintah perlu terus meningkatkan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, maupun pengawasan sejalan dengan meningkatnya perhatian dan harapan berbagai pihak terhadap jasa konstruksi.
2) Pembinaan jasa konstruksi selama ini masih dipersepsikan secara sempit sebagai bagian dari tugas Kementerian PU semata dan belum menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai tugas dan kewenangannya.
3) Meningkatnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembinaan jasa konstruksi sebagai tindak lanjut Surat Edaran Mendagri No. 601/2006 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi di Daerah dengan membentuk Tim Pembina Jasa Konstruksi daerah (TPJKD).
4) Unit struktural pembina jasa konstruksi daerah yang telah terbentuk belum seluruhnya efektif. Hal ini terjadi di antaranya karena belum adanya pedoman pembinaan dan petunjuk teknis mengenai pembentukan unit struktural pembina jasa konstruksi.
5) Asosiasi konstruksi juga masih lebih cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan jangka pendek kelompok masing-masing.
6) Forum jasa konstruksi belum efektif dalam menumbuhkembangkan usaha jasa konstruksi nasional serta memberi masukan bagi Pemerintah dalam menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi.
7) Perlunya memperkuat pasar konstruksi dan meningkatkan profesionalisme industri konstruksi.8) Termasuk perlunya memperkuat para pelaku usaha konstruksi kecil dan menengah dalam penguasaan
teknologi dan akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi.9) Masih seringnya terjadi kegagalan bangunan dan mutu konstruksi yang tidak sesuai standar teknis yang
di antaranya disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan belum konsistennya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (SMK3 Konstruksi) serta Sistem Manajemen Mutu Konstruksi (SMM Konstruksi) yang belum berjalan secara konsisten.
10) Belum efektifnya beberapa kebijakan percepatan investasi swasta beserta dukungan Pemerintah yang dapat disediakan.
11) 60% pasar jasa konstruksi Indonesia dikuasai oleh kontraktor asing yang jumlahnya sedikit, terutama di sektor migas. Sementara itu, 145 ribu kontraktor di Indonesia memperebutkan 40% pangsa pasar jasa konstruksi nasional yang umumnya disediakan pemerintah (APBN dan APBD).
12) Permintaan keterlibatan badan usaha/tenaga kerja konstruksi Indonesia di luar negeri terus meningkat.13) Masih belum dimilikinya database peralatan dan material konstruksi di tiap-tiap provinsi secara
lengkap.14) Proses sertifikasi yang masih kurang obyektif dan mahal, sehingga langsung atau tidak langsung
menyebabkan tenaga ahli dan tenaga terampil bidang konstruksi masih jauh dari cukup yang di antaranya disebabkan oleh pelaksanaan assessment sertifikasi belum sesuai ketentuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
15) Besarnya kebutuhan dana investasi infrastruktur yang harus dipenuhi dari investasi swasta (financing gap sebesar Rp 978 Triliun).
16) Berbagai potensi sumber pendanaan investasi infrastruktur belum dimanfaatkan secara maksimal.i
128 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tindak Lanjut Yang DiperlukanBidang Penataan Ruang
Bidang Sumber Daya Air
Sebagai tindak lanjut dalam upaya pembangunan infrastruktur yang efisien dan efektif, 1) perlunya disusun rencana induk sistem pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
serta rencana rinci/rencana detail tata ruang pada tingkat provinsi/kabupaten/kota dan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Pulau, Kawasan Strategis Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kota sebagai bagian integral dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota;
2) perlunya disusun arahan pembangunan jaringan infrastruktur yang dikaitkan dengan upaya mendorong kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi termasuk Perkotaan dan Perdesaan; upaya pembangunan infrastruktur regional yang dilakukan secara terpadu lintas wilayah administrasi dan lintas sektor dengan mengacu RTRWN, RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN (termasuk Kapet), RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
3) meningkatkan dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk peningkatan sektor-sektor strategis dan pengembangan kawasan cepat tumbuh;
4) meningkatkan dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk pengembangan sistem transportasi wilayah yang mendukung pusat-pusat ekonomi nasional dan regional; dan juga
5) meningkatkan dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk pengembangan potensi pertanian skala besar, membuka akses ke daerah-daerah tertinggal, pulau-pulau kecil, kawasan perbatasan antar Negara, dan pengembangan kawasan agropolitan/perdesaan.
Beberapa kegiatan utama Perencanaan Tata Ruang tahun 2010-2014 adalah penyiapan RTR KSN (termasuk Perpres/Raperpresnya) Pulau/Kepulauan, KSN, KSN Perkotaan. Langkah-langkah pemanfaatan ruang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan RTRW menjadi bentuk fisik yang konsisten sebagai Rencana Tata Ruang, melalui P2KH serta Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP), Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan (P2KPB), termasuk RPI2JM dan PPNS.
Dukungan infrastruktur sumber daya air dalam mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional pada tahun 2013 terus dilanjutkan untuk menyelesaikan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMN. Pada tahun 2013, untuk memulihkan kondisi lingkungan dan meningkatkan ketersediaan air bagi masyarakat dilakukan beberapa kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan dan konservasi waduk, embung, situ serta bangunan penampung air lainnya. Kegiatan tersebut antara lain meliputi: pelaksanaan kegiatan pembangunan 1buah waduk dan 252 buah embung; rehabilitasi 29 waduk dan 107 embung/situ, operasi & pemeliharaan 706 waduk/embung/situ; konservasi dan perbaikan jalur hijau di 36 kawasan sumber air.
Untuk mendukung program ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kinerja layanan prasana irigasi, pada tahun 2013 sedang dilaksanakan beberapa kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya. Kegiatan tersebut antara lain meliputi: peningkatan jaringan irigasi seluas 77.740,79 ha dan rawa seluas 32.632 ha; rehabilitasi jaringan irigasi 238.135 ha dan rawa seluas 119.073 ha; operasi & pemeliharaan jaringan irigasi seluas 2.278.510 ha dan rawa seluas 1.027.393 ha.
129 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Bidang Bina Marga
Bidang Ke-Cipta Karya-an
Penyelenggaraan jaringan transportasi nasional ditujukan untuk mewujudkan media penghubung antarpulau, pusat permukiman, kawasan produksi, kawasan industri, terminal peti kemas, pelabuhan laut, bandara dan wilayah pontensial, sehingga terbentuk satu kesatuan sistem transportasi darat, laut dan udara. Jaringan transportasi nasional perlu dikembangkan saling terkait meliputi wilayah nasional dengan luar negeri, antarwilayah dan antarkota, dan dalam keterkaitan intra dan intermoda transportasi.Jaringan jalan, sebagai bagian dari elemen tata ruang dan elemen pembentukan struktur ruang wilayah serta bagian dari komponen infrastruktur wilayah, memiliki peran yang sangat vital bagi pemenuhan akesesibilitas dan mobilitas penduduk pada suatu wilayah. Dengan adanya pembangunan jalan diharapkan dapat memberikan pelayanan akses kepada masyarakat yang pada gilirannya dapat memberikan manfaat yang lebih luas, seperti mobilitas meningkat, distribusi produksi lebih lancar, dan lain sebagainya, yang pada gilirannya dapat memberikan kemanfaatan bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.Program Penyelenggaraan Jalan memiliki kegiatan utama yang akan dilakukan adalah pemeliharaan rutin jalan, pemeliharaan berkala jalan, dan kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan terutama yang ada di Jalan Nasional maupun di Jalan Provinsi yang sudah merupakan Strategis Nasional.Sesuai dengan RKP 2013 sasaran dari program tersebut untuk tahun 2013 adalah preservasi jalan sepanjang 35.094km, preservasi jembatan sepanjang 121.026 m, jalan yang ditingkatkan kapasitas/lebarnya sepanjang 3.956 Km, jalan yang dibangun sepanjang 218 km, jembatan yang dibangun sepanjang 7.164 m, Jalan Tol yang Terbangun oleh Swasta 118 Km, flyover/underpass yang dibangun sepanjang 640 m dan jalan strategis di lintas selatan Jawa, perbatasan, terpencil dan terluar dibangun sepanjang 392.70 km serta jalan tol yang dibangun sepanjang 47.20 km.Pada tahun 2013 akan dilakukan beberapa kegiatan strategis antara lain: dukungan terhadap 6 koridor MP3EI, melanjutkan penanganan lintas Pulau Sumatera, dukungan terhadap kawasan industri Dumai, Kawasan Pertambangan Muara Enim dan Sarolangun Jambi, penyelesaian jalan akses Kualanamu, akses Pelabuhan Belawan, melanjutkan Penanganan lintas di Pulau Jawa termasuk lintas Selatan Jawa, penyelesaian pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok, Dry port Cikarang, melanjutkan penanganan jalan lintas di Pulau Bali, melanjutkan penanganan jalan lintas NTB dan NTT, melanjutkan penanganan lintas Pulau Kalimantan, pembangunan Jembatan Tayan, pembangunan Jembatan Pulau Balang, dukungan terhadap kawasan industri Maloy, pembangunan jalan perbatasan Kalimantan, melanjutkan penanganan jalan lintas Pulau Sulawesi, melanjutkan penanganan lintas Kepulauan Maluku, pembangunan Jembatan Merah Putih, penanganan 11 ruas stratgis di Papua dan Papua Barat termasuk penanganan akses pelabuhan Arar dan Depapre serta pembukaan keterisolasian kawasan pegunungan tengah dan penanganan kawasan perbatasan.
Perumahan dan permukiman yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan menjadi faktor penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab dan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Beberapa upaya yang akan dilakukan antara lain memberikan fasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) serta infrastruktur pendukungnya.
130 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Sasaran Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam rangka mendukung prioritas nasional bidang infrastruktur pada tahun 2012, berdasarkan pagu indikatif 2012, adalah pembangunan 53 twin block rusunawa berserta infrastruktur pendukungnya.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang berisi rancangan induk kebijakan reformasi birokrasi secara nasional untuk kurun waktu 2010-2025 serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) berisi rancangan rinci program reformasi birokrasi berdasarkan dalam kurun waktu lima tahun 2010-2014 yang dijadikan sebagai landasan hukum oleh Kementerian Pekerjaan Umum dalam melaksanakan program RB tersebut, diprioritaskan terhadap 8 area perubahan yaitu Manajemen Perubahan, Penataan eraturan Perundang-undangan, Penguatan dan Penataan Ortala, Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Akuntabilitas, Pelayanan Publik, Monitoring dan Evaluasi. Berikut adalah hasil capaian reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum selama tahun 2012 yang mencangkup delapan area perubahan:
Pencapaian Program Manajemen Perubahan
3.1.4 Capaian Reformasi Birokrasi Kementerian Pu
1. PENCAPAIAN PROGRAM MANAJEMEN PERUBAHAN
Tabel 3.22
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR
PENCAPAIAN
REALISASI
PENCAPAIAN
TINDAK
LANJUT
2012
2012
M
a
n
a
j
e
m
e
n
P
e
r
u
b
a
h
a
n
Pembentukan Tim Manajemen Perubahan (MP)
-
Tim Program Management Office
Kementerian Pekerjaan Umum belum
disetujui pimpinam, dan
pada Desember
2012 diajukan kembali
Menunggu pembahasan dan persetujuan pimpinan
Penyusunan
strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian PU
Pengembangan
dokumen strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian PU
Kegiatan penyusunan strategi
perubahan dan komunikasi dikontraktualkan dan dilaksanakan oleh PT. Magna Transforma
Utama
Masih perlu
finalisasi dengan seluruh unit kerja
Sosialisasi dan
internalisasi manajemen perubahan dalam rangka
Reformasi Birokrasi
Pelaksanaan
sosialisasi dan internalisasi Manajemen Perubahan
Februari 2012 dilaksanakan
Pelatihan Change
Agent bersama Rumah Perubahan untuk seluruh Pejabat Es
II dan sebagian Es
III
Pemahaman
Perubahan harus sampai pada
seluruh elemen Kementerian Pekerjaan Umum
131 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Sepanjang tahun 2012, telah banyak kegiatan yang sifatnya mendukung pelaksanaan program manajemen perubahan, yang dilaksanakan oleh unit-unit organisasi dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Meskipun untuk tiga output utama program manajemen perubahan sebagaimana yang tertuang dalam road map RB PU menjadi tanggung jawab Kementerian, akan tetapi setiap unit organisasi mengembangkan pola-pola pelaksanaan atas program manajemen perubahan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing unit, antara lain:1. Penetapan 7 Pilar Manajemen (Penataan Ruang)2. Pelaksanaan Rutin Coffee Morning3. Family Gathering dan Outbound4. Penandatanganan Pakta Integritas5. Buku Saku Manajemen Perubahan6. Buku Saku Etiket Pegawai7. Penertiban Absen melalui fingerprint recording8. Sosialisasi Anti Korupsi9. Pelaksanaan Sistem Reward Sederhana10. Culture Value Assessment11. Sosialisasi Disiplin Pegawai dan Budaya Kerja Baru12. Pelaksanaan Kegiatan Character Building
2. PENCAPAIAN PROGRAM PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
Realisasi Rencana Aksi Pokja Penataan Peraturan Perundang-undangan berdasarkan
Matriks Penilaian Pelaksanaan RB Kementerian PU
Tabel 3.23
No
Sasaran/Target Output
(Parameter)
Outcome
(Proksi
Parameter)
Status
Monitoring Ket
B
Penataan
Peraturan
Perundang-undangan
1. Menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
a. Standard
perational Procedure (SOP) penyusunan peraturan erundang- undangan;
Adanya penyusunan SOP/ Pedoman Penyusunan atau pembentukan peraturan
Surat Edaran Menteri PU No.13/SE/M/2005 tentang tata cara penyusunan produk hukum di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
100% Sedang dalam proses penggantian yang disesuaikan dengan UU No.12Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
b. SOP
mengakomodir
langkah-langkah penyusunan peraturan perundang-
undangan
Secara
spesifik
dan substantif
telah
menegaskan kejelasan tujuan, kesesuaian
materi muatan, kejelasan rumusan
(agar
tidak tumpang
tindih dan disharmoni), dan keterbukaan
Sudah
ada
sistematika
/ bagan alir yang
menjadi prosedur
pembentukan Produk
hukum berupa Peraturan
Menteri,
Keputusan Menteri, Instruksi
Menteri,
dan Surat
Edaran
di lingkungan Kementerian sesuai
lampiran SE No.13/SE/M/2005.
100%
Sistematika
/ Bagan
Alir penyusunan peraturan menteri akan
disesuaikan dengan
UU
No.12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
132 Bab III Akuntabilitas Kinerja
c.
Pelaksanaan proses pengkajian
dan penyusunan peraturan telah
didukung
Routing/ Slip/Laporan/ Simpulan
Hasil
proses pengkajian/ penyusunan peraturan yang didukung
laporan
Sudah
ada
ketentuan bahwa
dalam
proses penyusunan peraturan di lingkungan
Kementerian PU
wajib memiliki
materi
teknis/
kajian
tematis/
draf
rancangan
peraturan menteri
sesuai
lampiran SE No.13/SE/M/2005
100%
Format
baku naskah
produk hukum
di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum akan dimutakhirkan sesuai
UU
No. 12
Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
d.
Telah dilakukan
pemetaan atas
peraturan perundang-undangan yang
diidentifikasi bermasalah (tumpang tindih, disharmoni, dan multi
tafsir)
serta hasil identifikasi
segera ditindaklanjuti.
Hasil
identifikasi
peraturan yang bermasalah diadministrasikan dengan tertib dan ada
upaya percepatan tindak lanjut penyelesaiannya.
1.
Proses
identifikasi
dilakukan
melalui sinkronisasi/
konsultasi publik
rancangan peraturan menteri
yang dilakukan oleh pemrakarsa;
2.
Telaahan peraturan perundang-
undangan untuk
menemukan permasalahan
tumpang tindih dan
disharmoni
100%
Telah
dilakukan
telaahan disharmoni terhadap peraturan perundang-
undangan
bidang Pekerjaan Umum yang diidentifikasi tumpang
tindih dengan peraturan yang
sederajat atau lebih tinggi.
2. Meningkatnya efektivitas
pengelolaan
peraturan perundang-undangan Kementerian
Pekerjaan Umum
a. Arsip
dan indeks
peraturan telah
dikelola secara
tertib, lengkap,
dan informatif
Peraturan
perundang-
undangan
telah
dimutakhirkan secara
lengkap, diklasifikasikan,
dan di
administrasikan
dengan
baik.
1. Peraturan
Menteri
yang telah
ditetapkan, akan melalui
tahap
pengundangan
ke
dalam Berita
Negara
RI;
2. Klasifikasi
peraturan menteri
beserta
produk hukum
lainnya
di
administrasikan oleh Biro Hukum
dan dapat diakses melalui
website www.pu.go.id
100%
Proses
katalogisasi produk
hukum
sejak
tahun 2010 telah
dimutakhirkan sejak
pengundangan
di Kementerian
Hukum
dan
HAM.
Arsip Hard / softcopy
Laporan Hasil Analisis /
kajian terpadu (satu
pintu)
Pengumpulan dan
penyimpanan arsip kajian dan
hasil telaahan terpisah
75%
-
No
Sasaran/Target Output
(Parameter) Outcome
(Proksi
Parameter) Status
Monitoring Ket
B
Penataan
Peraturan
Perundang-undangan
133 Bab III Akuntabilitas Kinerja
4. PENCAPAIAN PROGRAM PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI
Pada program Penataan dan Penguatan Organisasi, yang kebetulan secara fungsi melekat pada Biro Kepegawaian dan Ortala, kegiatan yang dilaksakan dapat dirinci sebagai berikut:Pada tahun 2012, kegiatan terkait organisasi diantaranya adalah: (i) evaluasi organisasi yang dilaksanakan pada beberapa unit kerja; (ii) kegiatan fasilitasi pembahasan tugas dan fungsi beberapa organisasi; dan (iii) persiapan penyusunan sistem aplikasi evaluasi beban kerja.
a. Evaluasi Organisasi Dalam hal belum finalnya instrument evaluasi yang disusun, maka untuk mengantisipasi banyaknya permintaan untuk peninjauan penyelenggaraan tugas fungsi, maka disusunlah form sederhana untuk pelaksanaan evaluasi ini. Instrument yang digunakan misalnya dari uji coba penerapan analisa jabatan, analisa beban kerja, dan sasaran kerja pegawai yang ketika menemui permalasahan dalam penerapannya, maka tugas dan fungsi yang ada perlu ditajamkan. Kegiatan ini baru dilaksanakan di BP Konstruksi dan Balai Cimanuk-Cisanggarung Direktorat Jenderal SDA. Karena basis programnya adalah by-request maka keterjangkauan pelaksanaan belum menyeluruh. Untuk itu, mulai tahun 2013, kegiatan evaluasi ini akan diprogramkan ke seluruh unit kerja secara bertahap.
b. Kegiatan Fasilitasi Pembahasan Tugas dan Fungsi Pada tahun 2012, terdapat beberapa pembahasan terkait pelaksanaan tugas dan fungsi, diantaranya adalah:1. Penyelesaian tugas dan fungsi jabatan Wakil Menteri.2. Revisi tugas dan fungsi inspektorat jenderal.3. Penyusunan Permen susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI
Kementerian PU. 4. Fasilitasi Penajaman tugas dan fungsi BPJT.5. Fasilitasi Penajaman tugas dan fungsi Badan Pengembangan Wilayah Suramadu.6. Fasilitasi Penajaman tugas dan fungsi Badan Pelaksana Pembangunan Jembatan Selat Sunda.7. Fasilitasi Penajaman tugas dan fungsi Badan Layanan Umum.8. Permintaan masukan teknis dalam rangka Penyusunan RPP Perubahan PP 41/2007.
c. Persiapan Penyusunan Aplikasi Evaluasi Beban Kerja. Pada tahun 2012, setelah disepakati, hal yang lebih krusial untuk dilaksanakan adalah penyusunan aplikasi analisa jabatan termasuk analisa beban kerja. Aplikasi ini telah dikembangkan dan masih diujicoba penerapannya di beberapa unit kerja termasuk Biro Kepegawaian dan Ortala. Setelah dianggap familiar dan minim koreksi, maka ke depan penyusunan analisis jabatan dan analisis beban kerja akan menggunakan aplikasi ini. Yang masih menjadi pekerjaan lanjutan adalah integrasi aplikasi ini dengan keberadaan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Kementerian Pekerjaan Umum.
Selanjutnya informasi rinci hasil pencapaian Road Map Program Penataan dan Penguatan Organisasiterlihat pada di bawah ini.
134 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.24 Pencapaian Roadmap Program Penataan dan Penguatan Organisasi
4. PENCAPAIAN PROGRAM SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR
A. Rapat Persiapan POKJA MSDM Dalam Rangka Reformasi Birokrasi
Pada tahun 2012, Pokja Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur telah melakukan Rapat dalam rangka pengisian Form Monitoring POKJA Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur yang berisi uraian kegiatan, output dan outcomekegiatan serta pelaksana masing-masing kegiatan Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, penyesuaian pengisian form monitoring dan evaluasi sesuai parameter PermenPAN No. 53 Tahun 2011, serta melakukan identifikasi dokumen yang dibutuhkan. Notulen Rapat terdapat pada lampiran. Rapat-rapat yang telah dilaksanakan oleh Pokja Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, antara lain:
Hari, Tanggal : Senin, 2 April 2012Waktu : 08.00 s.d 12.00 WIB
Tempat : Orchid Meeting Room, Cipaku Hotel Bandung
PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKATOR
PENCAPAIAN
REALSASI
PENCAPAIAN
TINDAK LANJUT
Restrukturisasi/penataa
n tugas dan fungsi unit
kerja pada Kementerian
PU
Evaluasi/audit organisasi
(UPT)
Evaluasi organisasi masih
sebatas menggunakan instrumen
anjab, ABK, dan formulir
sederhana
kesesuaian pelaksanaan tugas dan
fungsi
Akan dilaksanakan
secara serentak setelah
Pedoman Evaluasi disusun
pada tahun
2013
Penguatan unit
kerja yang menangani
organisasi, tatalaksana,
pelayanan publik,
Kepegawaian dan Diklat
1. Penguatan UPP Prioritas 1
2. Pembentukan Unit
Assessment berdasarkan
prioritas (untuk proses
mutasi dan promosi)
1. Penguatan UPP Prioritas I yang
rencananya akan membidik
pelaksanaan Quick Wins belum
dilaksanakan
2. Assessment Centre untuk proses
mutasi dan promosi belum
dilaksanakan
1. Quick Wins yang belum secara
resmi dilaunching melalui
Maklumat Publik menjadi
kendala tersendiri, akan tetapi
Pokja akan melakukan
inventarisasi
2. penguatan yang
dilakukan oleh
Koordinator QW
3. Asessment Centre masih
menunggu finalisasi
standar kompetensi
135 Bab III Akuntabilitas Kinerja
B. Rapat Hasil Monitoring Pokja Penataan Manajemen SDM Aparatur
Rapat Pembahasan progress pelaksanaan Pokja Penataan Manajemen SDM di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
6. PENCAPAIAN PROGRAM PENGUATAN PENGAWASAN
Hari, Tanggal : Rabu, 27 Juni 2012 Waktu : 13.00 s.d 16.00 WIB Tempat : Ruang Rapat Ampera, Gedung Utama Lantai 2 C.
Hari, Tanggal : Rabu, 25 Juli 2012 Waktu : 14.00 s.d 16.00 WIB
Tempat : Ruang Rapat Biro Kepegawaian dan Ortala, Gedung Baru Lantai 8
Adapun bobot pelaksanaan Pokja Penataan Sistem Manajemen SDM berdasarkan matriks penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi sesuai dengan PermenPAN No.53 Tahun 2011, adalah: a. Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM Aparatur pada masing-masing K/Lb. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur pada masing - masing K/Lc. Meningkatnya disiplin SDM Aparatur pada masing - masing K/Ld. Meningkatnya efektivitas manajemen SDM Aparatur pada masing - masing K/Le. Meningkatnya profesionalisme SDM Aparatur pada masing-masing K/L.f. Berdasarkan matriks penilaian tersebut, pada tahun 2012 Pokja Penataan Sistem Manajemen SDM
telah melakukan penilaian yang didasarkan pada ketersediaan dokumen dan identifikasi melalui Satminkal-satminkal yang ada di Kementerian Pekerjaan Umum
a. Tersusunnya SOP Penerapan SPIP(Sistem Pengendali Intern Pemerintah) di lingkungan Itjen Kementerian PU
b. Tersusunnya Strategi peningkatan peran APIP(Aparat Pengendali Intern Pemerintah) sebagai Quality Assurance dan Consulting.
Pencapaian Program PengawasanTabel 3.25
NO AKTIVITAS KELUARAN PROGRES
1 2 3 4
1 Pembentukan Tim Kerja QW
SK Irjen Kementerian PU tentang Pembentukan Tim QW Operasionalisasi WBK Bidang PBJ
100 %
2 Identifikasi Pemangku Kepentingan
Daftar Satuan Kerja / PPK, Balai, dan Satminkal
100 %
3 Identifikasi Output / Ke luaran Utama
Laporan Pendampingan QW
100 %
4
IdentifikasiHarapan Pe mangku Kepentingan
Penyedia Jasa yang berkualitas dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu
100 %
136 Bab III Akuntabilitas Kinerja
5
Penilaian Kinerja saat ini
Masih ditemukannya ;
a.
Sampai dengan bulan Juni 2011 status ikatan kontrak belum 100 %
b.
Banyak proses
PBJ memerlukan wak tu melebihi 45 s.d 50 hari sebagaima na ditetapkan dalam Per Pres Nomor 54 / 2010
c.
Banyak ketidak taatan peraturan per-uu-an yang berlaku
100 %
6
Peningkatan Kinerja
Harapan ;
a.
Sampai dengan bulan Maret 2012 sudah terikat kontrak
b. Pelaksanaan PBJ tepat waktu sesuai PerPres Nomor 54 Tahun 2010
c.
Tidak terjadi penyimpangan dari per-uu-an yang berlaku
100 %
7 Penyiapan Sumber Da ya
1. SK dan SPT Tim Satgas Pelaksana an Kegiatan QW 2. Diklat Audit Forensik
100 %
8 Penetapan QW Operasionalisasi WBK bidang PBJ pada kegiatan pemilihan penyedia Barang/ Jasa Konstruksi dengan nilai paket > 25 M diwilayah Pantura (Cikampek Sema rang) di lingkungan Kemen PU
100 %
9 Penyusunan Daftar Si mak Penilaian QW Operaionalisa si WBK
Daftar siman QW Operasionalisasi WBK
100 %
10 Penyusunan Dan Pe netapan standard pela yanan QW
Reviu Per Men PU Nomor 604/2006, ten tang Pedoman Pelaksanaan Audit pada Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa di lingkungan Kementerian PU (khusus pemilihan penyedia jasa konstruksi)
100 %
11
Penguatan Oeganisasi
Bagan Organisasi pelaksanaan QW
100 %
12
Penyusunan Anggaran
Biaya Pelaksanaan QW tercantum dalam DIPA Itjen 2012
100 %
13
Penetapan Metode Mo nev
Pedoman Monev Pelaksanaan QW
100 %
14
Penetapan Mekanisme Pelaporan Pelaksana an QW
Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan QW
100 %
NO
AKTIVITAS
KELUARAN
PROGRES
1
2
3
4
137 Bab III Akuntabilitas Kinerja
4. PENCAPAIAN PROGRAM PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJAProgram penguatan akuntabilitas kinerja dilaksanakan dengan mengacu pada 3 (tiga) kegiatan yaitu (a) Penguatan Akuntabilitas Instansi Pemerintah; (b) Pengembangan Sistem Manajemen Kinerja Organisasi; dan (c) Tersedianya Indikator Kinerja Utama Kementerian PU.Berdasarkan kegiatan tersebut pada tahun 2012 telah dilaksanakan kegiatan dengan pencapaian sebagai berikut:1. Penguatan Akuntabiltas Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum.
a) Perbaikan kualitas penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum baik di Kementerian maupun di masing-masing Unit Eselon I dan Unit Kerja eselon II melalui sosialisasi dan fasilitasi penyusunan LAKIP dan PK;
b) Terbitnya Instruksi Menteri PU No: 01/IN/M/2012 tanggal 11 Januari 2012 ttg Penyusunan, Pelaporan dan Evaluasi LAKIP 2011 dan PK Thn 2012;
c) Terbitnya Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi LAKIP di lingkungan Kementerian PU dengan Permen PU Nomor 09/PRT/M/2012;
d) Terbitnya Pedoman Penyusunan LAKIP dan PK di lingkungan Kementerian PU dengan Permen PU Nomor 17/PRT/M/2012;
e) Konsep Modul Penyusunan LAKIP di lingkungan Kementerian PU;f) Konsep Penyusunan SOP Peningkatan Kualitas Penyusunan LAKIP;g) Fasilitasi dan sosialisasi dalam penyusunan LAKIP 2012 dan PK 2013 kepada Unit Eselon I dan Unit
Kerja Eselon II serta Balai;h) Supervisi dan pendampingan penyusunan LAKIP 2012 dan PK 2013 kepada Unit Eselon II di masing-
masing Unit Eselon I;i) Perolehan peringkat LAKIP Kementerian PU dengan nilai 68,99 atau B.
2. Pengembangan Sistem Manajemen Kinerja Organisasia) Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka penyiapan Indikator Kinerja Organisasi
dan Individu;b) Workshop Peningkatan Pelaksanaan Program RB-PU dalam rangka penyelarasan pengembangan
kinerja organisasi dan individu;c) Konsep Pengelolaan sistem manajemen kinerja (organisasi dan individu).
3. Tersedianya Indikator Kinerja Utama Kementerian Pekerjaan Umum.a) IKU telah ditetapkan Permen PU 22/PRT/M/2010 dan menjadi dasar pengukuran dan penilaian
kinerja Kementerian PU 2011 (LAKIP 2011 predikat “B”);b) Evaluasi IKU dilakukan dalam rangka reviu Renstra 2010-2014 dan evaluasi LAKIP sesuai Permen PU
09/PRT/M/2012.
138 Bab III Akuntabilitas Kinerja
4. PENCAPAIAN PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIKa. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
·
·
·
·
Produk yang Sudah Dihasilkan:
Indikator Standar Pelayanan berdasarkan Peraturan Menteri PUKementerian PU pada dasarnya telah melakukan berbagai upaya perbaikan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur melalui penyediaan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) untuk masing-masing subbidang infrastruktur. Penyediaan pedoman ini sangatlah penting dalam upaya menghasilkan kualitas infrastruktur yang baik maupun manfaat setelah infrastruktur PU-Kim terbangun. Berikut adalah ilustrasi hasil inventarisasi NSPK di lingkungan Kementerian PU yang dapat dikategorikan sebagai standar pelayanan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.
Model Standar Pelayanan yang sudah dilaksanakan oleh UPT/ BalaiBeberapa UPT/ balai di lingkungan Kementerian PU telah menerapkan standar pelayanan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi unit organisasinya. Diantara UPT yang telah menerapkan standar pelayanan tersebut adalah Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak dan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana. Ketentuan mengenai penerapan standar pelayanan di kedua balai tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri PU No.08/PRT/M/2009 tentang Standar Pelayanan Minimum Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Wilayah Sungai Serayu Bogowonto dan Wilayah Sungai Progo Opak Serang dan Peraturan Menteri PU No. 10/PRT/M/2009 tentang Standar Pelayanan Minimum Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Wilayah Sungai Pemali Comal dan Wilayah Sungai Jratunseluna.
Selain kedua balai tersebut, sekarang ini sedang diterapkan uji coba standar pelayanan (quick win) di 3 (tiga) unit organisasi, yakni:- Ditjen Bina Marga, melalui upaya Preservasi Jalan Terukur dengan Penambalan Lubang dalam 5 Hari
di Ruas Pantura Cikampek–Semarang (meliputi Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V).
- Inspektorat Jenderal, melalui upaya penerapan Wilayah Bebas Korupsi dengan studi kasus meliputi kegiatan pengadaan barang dan jasa untuk Ruas Pantura Cikampek–Semarang.
- Balitbang, melalui upaya penerapan PULSA (Pelayanan Untuk Laboratorium, Sertifikasi, dan Advis Teknik). Pelaksanaan quick win ini diharapkan dapat memberikan momentum yang optimal dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian PU.
Inventarisasi Standar Pelayanan Kementerian Pekerjaan UmumUpaya peningkatan kualitas pelayanan publik dihadapkan pada amanat untuk menetapkan dan menerapkan standar pelayanan di tiap unit kerja. Upaya pemetaan (identifikasi) standar pelayanan ini telah dilakukan sejak tahun 2011 dan dimulai dari standar pelayanan unit kerja eselon III.
139 Bab III Akuntabilitas Kinerja
b. Upaya Tindak Lanjut
9. PENCAPAIAN PROGRAM MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN
A. Monitoring
B. Evaluasi Tahunan
Pencapaian Prioritas RB PU
Dalam rangka upaya pengembangan sistem pelayanan publik Kementerian PU, maka Pokja Peningkatan Kualitas PelayananPublik akan melakukan kegiatan sebagai berikut:1. Penajaman/memilih Standar Pelayanan dan konsolidasi pokja pendukung serta penerapan PermenPAN RB no. 36
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan. 2. Penyiapan mekanisme Penilaian Mandiri.Penguatan unit/organisasi pelayanan (sertifikasi satker/unit kerja es. II)
untuk melaksanakan peningkatan pelayanan dan penilaianmandiri.
Program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dilaksnaakan dengan mengacu pada 3 (tiga) kegiatan yaitu (1) Monitoring, (2) Evaluasi Tahunan, (3) Evaluasi Menyeluruh Akhir Tahun 2014. Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2012, telah dilaksanakan kegiatan dengan pencapaian sebagai berikut:
- Dilakukannya Focus Group Discussion (FGD) intern Pokja Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan untuk menetapkan metode monitoring dan penetapan nilai hasil pelaksanaan kegiatan pada masing-masing program mikro RB.
- Dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengundang wakil dari setiap Pokja RB Kementerian PU untuk mengetahui kemajuan secara periodik pelaksanaan kegiatan dimasing-masing Program RB Kementraian PU dan untuk memberitahukan hasil penilaian yang dilakukan Pokja Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan terhadap kemajuan masing masing Pokja dalam melaksanakan program didalam Road Map RB Kementerian PU.- Telah terdokumantasi data 8 program mikro RB serta program quick win Kementerian PU.- Telah dilakukan monitoring pada 8 program mikro RB serta program quick win Kementerian PU.- Telah ditetapkan metode penilaian kemajuan pelaksanaan RB pada masing-masing program dengan mengacu pada
Road Map RB Kementerian PU dan Permen PAN RB No. 53 Tahun 2012 untuk mengukur kinerja kegiatan, unit kerja dan individu melalui sistem yang akuntabel.
- Telah dilakukan penilaian kemajuan pelaksanaan kegiatan masing-masing program mikro RB Kementerian PU.- Terlaporkannya hasil evaluasi tahunan program RB tahun 2012.
Pencapaian prioritas RBPU pada tahun 2012 sesuai dengan target yang telah ditetapkan akan terlihat pada beberapa hal sebagai berikut:1. Dari sasaran peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat dengan target telah ditetapkannya 30%
standar pelayanan Kementerian PU, saat ini dalam proses penilaian.2. Untuk nilai LAKIP 2012, berdasarkan penilaian dari Kementerian PAN & RB, Kementerian PU telah memperoleh nilai B. Adapun untuk perumusan Sistem Penilaian Kinerja Kementerian PU, baik untuk penilaian kinerja organisasi maupun untuk kinerja individu tahun ini masih taraf pengembangan.3. Dalam pencapaian target opini WTP dari BPK, tahun ini masih dalam proses penilaian.4. Unit Quick Win telah melaksanakan SPIP dengan hasil cukup.5. Sedangkan semua satminkal telah mempunyai kode etik jabatan dan keikutsertaan pada program PIAK (Penilaian Insiatif Anti Korupsi) bernilai cukup, sampai saat ini belum dapat dilaporkan.
140 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.2 EVALUASI DAN ANALISIS ANGGARANPada Tahun Anggaran 2012 Kementerian Pekerjaan Umum mendapat dana untuk sembilan program sebesar Rp 75.504.974.086.000,00 dengan realisasi anggaran sebesar Rp 68.017.214.562.000,00 sehingga besarnya persentase penyerapan anggaran pada tahun 2012 adalah sebesar 90,08%. Anggaran Kementerian PU tersebut diatas sebagian besar terbagi kepada 3 (tiga) program Kementerian PU yaitu Program Pengelolaan Sumber daya Air sebesar RP 19.086.067.532.000,00; Program Penyelenggaraan Jalan sebesar Rp 40.339.780.740.000,00; dan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman sebesar Rp 13.843.337.162.000,00. Untuk penjelasan secara rinci evaluasi anggaran per program dapat dilihat di bawah ini.
3.2.1 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pengelolaan Sumber Daya AirEvaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pengelolaan Sumber Daya AirTabel 3.26
PROGRAM PAGU
(x Rp 1.000) REALISASI
ANGGARAN (x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK)
AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Pengelolaan Sumber Daya Air
16.445.000.100 19.086.067.532 16.487.803.674 86.39
Pencapaian anggaran Program Pengelolaan Sumber Daya Air pada Tahun 2012 adalah sebesar 86.39 % terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Pengelolaan Sumber Daya Air secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:
Adanya pegawai Ditjen Sumber Daya Air yang purna tugas di tahun 2012, sehingga alokasi dana belanja pegawai tidak maksimal penyerapannya.
Belanja barang yang dilaksanakan tahun 2012 hanya terserap 87,63 % hal ini disebabkan karena adanya beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Ditjen Sumber Daya Air terutama kegiatan yang melalui tender, ada beberapa tender yang penawaran kurang dari pagu yang dialokasikan, permohonan izin kegiatan multiyears yang tidak keluar, permasalahan pembebasan tanah yang terhambat. Kegiatan Belanja Modal hanya terserap 86,02% hal ini diakibatkan pada harga penawaran kurang dari pagu yang dialokasikan, sehingga tidak terserap 100%.
·
·
141 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.2.2Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Penyelenggaran Jalan
Tabel 3.27 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Penyelenggaran Jalan
PROGRAM
PAGU (x Rp 1.000)
REALISASI ANGGARAN
(x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK)
AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Penyelenggaraan Jalan 30.950.000.190 40.339.780.740 36.687.313.549 90.95
Pencapaian anggaran Program Penyelenggaraan Jalan pada Tahun 2012 adalah sebesar 90.95% terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Penyelenggaraan Jalan secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:1. Pada Output bahan jalan dan jembatan, rendahnya penyerapan dana disebabkan karena Satuan
Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV pada paket pengadaan rangka baja jembatan Loan Agreement Spanyol belum cair sehingga belum dapat terealisasi (masih bintang di Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan)
2. Pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu yaitu terdapat permasalahan pada Paket Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 (Loan) belum terealisasi karena Loan Agreement antara Kementerian Keuangan dan Exim Bank of China baru ditandatangani pada bulan 12 November 2012, dan juga diakibatkan karena bidang lahan yang belum terbebaskan berpengaruh terhadap desain, sehinggadiperlukan perubahan desain.
3. Adapun dana tambahan pada DIPA masih diblokir oleh Kementerian Keuangan, dan pembukaan blokir oleh Kementerian Keuangan dilakukan pada awal bulan Oktober 2012, sehingga penyerapan mengalami keterlambatan. Selain hal tersebut ada beberapa pemotongan anggaran pada beberapa kegiatan sebagai anggaran sisa kontrak, serta terdapat kegiatan yang tidak dilaksanakan karena telah terjadi pelimpahan wewenang pada tahun 2012
142 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.28 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
PROGRAM
PAGU (x Rp 1.000)
REALISASI ANGGARAN
(x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK)
AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
12.829.999.930 13.843.337.162 12.923.805.346 93.35
Pencapaian anggaran Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman pada Tahun 2012 adalah sebesar 93.35 % terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:1. Terdapat output yang pencapaiannya hanya 33% yaitu output Laporan Penyelenggaraan Habitat. Hal ini
terjadi karena dikarenakan ada 2 (dua) output yang pencapaiannya di bawah 100% yaitu Prasarana dan Sarana Gedung, Kantor dan Peralatan (88,89%) serta Infrastruktur Tanggap Darurat/Cadangan Mendesak (96%). Output Prasarana dan Sarana Gedung, Kantor dan Peralatan tidak tercapai 100% karena terdapat 1 (satu) paket kegiatan yaitu rehabilitasi gedung kantor Direktorat Jenderal Cipta Karya yang tidak dapat dilaksanakan karena gagal dalam lelang, sudah dilakukan lelang sebanyak 3 (tiga) kali namun gagal dalam evaluasi. Output Infrastruktur Tanggap Darurat/Cadangan Mendesak tidak dapat tercapai 100% karena terdapat 1 paket kegiatan yaitu pengadaan Photo Voltage yang tidak dapat dilaksanakan karena putus kontrak.
2. Adanya pemotongan untuk penghematan biaya perjalanan dinas dan pemblokiran dana pada belanja model untuk pembelian kendaraan roda empat.
Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Penyelenggaraan Penataan Ruang3.2.4 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Tabel 3.29
PROGRAM
PAGU (x Rp 1.000)
REALISASI ANGGARAN (x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK)
AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Penyelenggaraan Penataan Ruang
781.563.121. 749.996.643 677.434.266 90.32
143
3.2.3 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pencapaian anggaran Program Penyelenggaraan Penataan Ruang pada Tahun 2012 adalah sebesar 90.32 % terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Penyelenggaraan Penataan Ruang secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:
Pada kegiatan peningkatan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau dilaksanakan di 26 kota dan 34 kabupaten yang merupakan kegiatan fisik, yang dalam pelaksanaannya ada 4 kota (Bukittinggi, Sawahlunto, Pariaman dan Ambon) dan 3 kabupaten (Pesisir Selatan, Pemalang, dan Banyumas) yang tidak dapat menyelesaikan kegiatan tersebut. Tidak dapatnya diselesaikan kegiatan ini dikarenakan:
Adanya kendala dalam penyediaan lokasi untuk RTH: Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, dan kota Ambon
Adanya kendala dalam proses pelelangan kegiatan: Kabupaten Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Bukittinggi dan Kota Sawahlunto.
2. Fasilitasi Percepatan Persetujuan Substansi dan Perda RTRW Kab/KotaPekerjaan ini bergantung pada kondisi proses penyusunan RTRW di masing-masing Kab/Kota sehingga progresnya berjalan lambat.
3. Penyebab lain dari kecilnya penyerapan adalah tidak dapat sepenuhnya terealisasi kegiatan promosi KAPET/fasilitasi pengembangan potensi investasi KAPET. Hal ini dikarenakan rencana kegiatan promosi Luar Negeri yang direncanakan akan diikuti di tahun 2012 tidak sepenuhnya dapat terealisasi sehingga penyerapan untuk pekerjaan ini juga relatif kecil.
3.2.5 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
1. Peningkatan Kuantitas RTH Perkotaan
·
·
Tabel 3.30
PROGRAM PAGU
(x Rp 1.000) REALISASI
ANGGARAN (x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK) AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU
126.233.000
121.494.897
71.501.273
58.85
144 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pencapaian anggaran Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU pada Tahun 2012 adalah sebesar 58.85% terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PU secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:Kelemahan atas Pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi, dan Visi Inspektorat JenderalSumber daya manusia yang menyandang predikat auditor adalah 91 orang dan dengan jumlah yang sangat terbatas tersebut berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pengawasan. Dengan terbatasnya jumlah auditor tersebut, pelaksanaan tugas pengawasan semakin berat, pada tahun 2012 terdapat 19 orang mengalami pensiun, sehingga jumlah auditor pada tahun 2012 sebanyak 91 orang terdiri dari Auditor Madya = 16 orang, Auditor Muda/Pertama = 68 orang, Auditor Pelaksana =7 orang. Di lain pihak terdapat kendala dalam rekruitmen auditor, dengan demikian apabila dibandingkan dengan beban tugas, jumlah auditor masih kurang, sehingga belum dapat menjangkau seluruh Satker/Pejabat Pembuat Komitmen yang ada.
Evaluasi dan Analisis Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU
3.2.6 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU.
Tabel 3.31
PROGRAM PAGU
(x Rp 1.000) REALISASI
ANGGARAN (x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK) AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU.
716.432.066
693.198.547
557.765.366
80.46
145 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pencapaian anggaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU pada Tahun 2012 adalah sebesar 80.46 % terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PU dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:
Adanya dana yang diblokir oleh kementerian keuangan, karena kurang lengkapnya data untuk melaksanakan kegiatan tersebut.Adanya kebijakan penghematan anggaran yang berlaku untuk setiap kementerian/lembaga diantaranya adalah pembarasan perjalanan dinas.
Evaluasi dan Analisis Anggaran Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU
1.
2.
3.2.7 Evaluasi dan Analisis Anggaran Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUTabel 3.32
PROGRAM
PAGU (x Rp 1.000)
REALISASI ANGGARAN
(x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK)
AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU
419.822.000 417.035.995 384.452.184 92.19
Pencapaian anggaran Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU pada Tahun 2012 adalah sebesar 92.19 % terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:1. Ketidaksiapan pelaksana kegiatan (khususnya penyiapan dokumen lelang untuk pekerjaan kontraktual), keterlambatan pembentukan ULP, terdapat 2 paket yang mengalami gagal lelang, tertundanya penandatanganan kerjasama dengan Perumnas terkait kegiatan rumah murah, keterlambatan dari pihak satker dalam proses pengajuan anggaran.2. Adanya perubahan lokasi kegiatan.3. Adanya blokir anggaran dan penghematan perjalanan dinas
146 Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.2.7 Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pembinaan Konstruksi Evaluasi Dan Analisis Anggaran Program Pembinaan KonstruksiTabel 3.33
PROGRAM PAGU
(x Rp 1.000) REALISASI
ANGGARAN (x Rp 1.000)
% PENCAPAIAN
THD PAGU AKHIR AWAL
(Dokumen PK)
AKHIR
(Lap.E-Mon 4 Mar 2013)
Pembinaan Konstruksi
274.585.890 254.062.570 227.138.904 89.40
Pencapaian anggaran Program Pembinaan Konstruksi pada Tahun 2012 adalah sebesar 89.40 % terhadap pagu akhir. Adanya gap pencapaian ini di sebabkan adanya beberapa perubahan anggaran yang terjadi selama tahun 2012 diantaranya adalah pengurangan pagu awal, karena adanya Dana blokir (termasuk dana cadangan); terdapat dana sisa lelang dan terdapat dana yang tidak terserap.Permasalahan terhadap penyerapan dana tersebut tidak mempengaruhi kinerja Program Pembinaan Konstruksi secara keseluruhan, namun penjelasan permasalahan utama dalam penyerapan dana tersebut sebagai berikut:1. Adanya efisiensi kegiatan dengan pemindahan lokasi dari beberapa tempat di luar Jawa ke lokasi di pulau
Jawa seperti: di Bandung dan sebagian di Jakarta, perubahan tempat penyelenggaraan dari rencana di hotel menjadi di kantor. Dengan demikian belanja perjalanan dinas dapat dihemat.
2. Adanya kebijakan pengetatan perjalanan dinas luar negeri, sehingga jumlah anggota delegasi yang ditugaskan kurang dari yang direncanakan.
3. Dari 5 (lima) laporan kegiatan Promosi/Road Show/Pameran Konstruksi dan Investasi Infrastruktur (1 (satu) lokasi di dalam negeri dan 4 (empat) lokasi di mancanegara), hanya terealisasi 3 (tiga) laporan (1 (satu) lokasi di dalam negeri dan 2 (dua) di luar negeri). Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, keamanan dan pasar konstruksi di negara tujuan yang belum stabil (khususnya di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara), sehingga para pelaku usaha nasional masih ragu untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan dimaksud. Disamping itu, pada umumnya pelaku usaha nasional masih fokus pada pasar konstruksi domestik.
4. Terdapat sisa lelang dari paket kontraktual yang tidak dapat termanfaatkan.
Sepanjang tahun 2012 terdapat beberapa catatan penting terkait pelaksanaan pembangunan infrastruktur ke-PU-an yang memerlukan perhatian guna pelaksanaan di tahun berikutnya, yaitu:
Beberapa penyelenggaraan program memerlukan adanya dukungan peraturan perundang-undangan, diantaranya adalah Bapekon dalam rangka mendorong dan internalisasi gerakan “Green Building”, dan juga kebutuhan peraturan perundangan yang diperlukan BPJT dalam upaya percepatan pembangunan jalan tol.
3.3 HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA
1. Dukungan Peraturan
147 Bab III Akuntabilitas Kinerja
2. Pengembangan basis data
3. Percepatan Proses Pengadaan.
4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan di Daerah.
5. Persiapan Organisasi Pelaksana di Daerah.
6. Peningkatan Kualitas Manajemen Kegiatan.
7. Kerjasama dengan Kementerian/Lembaga lain.
8. Pembinaan Teknik.
9. Penajaman Tugas Pokok Dan Fungsi
10. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
Data yang akurat dan terkini dapat memberikan dasar penyusunan program dan kegiatan yang tepat sasaran. Koordinasi dengan BPS Pusat maupun BPS di tingkat Kota/Kabupaten sebagai salah satu sumber data yang akurat di Indonesia perlu dilakukan. Sementara itu sistem manajamen data dan informasi juga perlu terus disempurnakan.
Penyebab terhambatnya pelaksanaan beberapa kegiatan adalah terkait dengan proses pengadaan penyedia jasa konsultansi atau konstruksi. Oleh karena itu, pada tahun anggaran yang akan datang, perlu dipercepat mulainya proses pengadaan penyedia jasa untuk menghindari tidak terlaksananya kegiatan.
Keberhasilan pencapaian tujuan pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman sangat ditentukan oleh kemampuan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan.
Mengingat beberapa komponen kegiatan banyak ditentukan oleh pelaksana di daerah, seperti kegiatan yang banyak dilaksanakan melalui mekanisme SKPA terutama untuk subsektor Cipta Karya, pembentukan dan penetapan organisasi pelaksana di Daerah perlu disiapkan sejak awal tahun anggaran. Hal ini untuk menghindari keterlambatan penyerapan dana SKPA.
Penyiapan rencana penyerapan anggaran (Kurva S) pada tahap persiapan dan pengawasan secara ketat pada tahap pelaksanaan dengan mengacu pada jadwal pelaksanaan dan rencana penyerapan anggaran yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dalam penilaian Adipura sebagai trigger perubahan kepedulian pimpinan kabupaten/kota terhadap sanitasi.
Dalam rangka peningkatan kinerja pegawai, perlu ditingkatkan kualitas pembinaan dan pelatihan sesuai dengan disiplin ilmu yang bersangkutan dan tupoksi masing-masing. Hal ini penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, skill, dan kinerja pegawai yang pada akhirnya menunjang peningkatan kualitas kinerja institusi.
Perlu dilakukan penajaman tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian PU serta perlu mengevaluasi tugas pokok dan fungsi yang belum dijalankan secara optimal.
Perlu peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, melalui pelatihan/seminar/ workshop, peningkatan keterlibatan dan tanggung jawab staf pada substansi, serta penambahan staf profesional bila diperlukan.
148 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tindak Turun Tangan Yang Telah Dilakukan Atas Permasalahan Yang TerjadiSelama kurun waktu tahun 2012 terdapat permasalahan yang terjadi di lingkungan Kementerian PU. Untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi telah dilakukan tindak turun tangan diantaranya adalah:Di bidang pelaporan keuangan, untuk mengantisipasi agar hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK-RI atas Laporan Keuangan Kementerian PU tidak lagi menghasilkan opini disclaimer, Kementerian PU telah mengambil langkah-langkah tindak sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini. Upaya-upaya tersebut antara lain:1. Telah disusun Draft Pedoman Penyusunan Neraca Awal dalam rangka pelaksanaan SAI, saat ini sedang
dalam proses penetapan pedoman; 2. Sesuai dengan Keppres No. 17 tahun 2007 tentang Tim Penertiban BMN, Kementerian PU telah membentuk Tim
Penertiban dan Inventarisasi BMN tingkat Kementerian berdasarkan SK Menteri PU No. 227/KPTS/M/2008 yang melibatkan Kementerian Keuangan (DJKN);
3. Telah dilakukan penerapan klasifikasi anggaran sesuai Bagan Akun Standar (BAS) di lingkungan Kementerian PU; 4. Telah dibentuk Kesepakatan Bersama antara Kementerian PU dengan Badan Pertanahan Negara (BPN)
dalam rangka panatausahaan aset berupa pensertifikatan tanah di lingkungan Kementerian PU; 5. Dalam rangka meningkatkan opini BPK dan kualitas laporan keuangan Kementerian PU, Kementerian PU
telah membentuk Tim Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian PU bersama-sama dengan BPKP.
Berkaitan dengan aspek sumber daya manusia Kementerian Pekerjaan Umum, secara keseluruhan jumlah pegawai adalah sekitar 18.000 orang yang saat ini telah dan sedang melaksanakan program-program peningkatan kualitas SDM yang meliputi:1. Kegiatan Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja dalam rangka meningkatkan kinerja terhadap
penyempurnaan tugas dan fungsi Kementerian PU yang dituangkan dalam Peraturan Menteri PU nomor: 08/PRT/M/2010. Program Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja juga dimaksudkan untuk mempersiapkan organisasi Kementerian PU dalam mewujudkan good governance. Finalisasi kegiatan ini digunakan sebagai bahan untuk menyusun standar kompetensi jabatan, yang dapat dimanfaatkan dalam menyusun spesifikasi/pembobotan jabatan yang bermuara pada sistem pengimbalan yang adil dan layak;
2. Dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas teknis substantif maupun umum unit kerja/organisasi, setiap tahunnya disediakan program diklat teknis bagi para pegawai;
3. Peningkatan budaya kerja organisasi yang telah dirintis sejak beberapa tahun yang lalu, khususnya diarahkan bagi para pegawai baru guna menumbuhkembangkan etos kerja, tanggung jawab moral, produktivitas dan kinerja pelayanan;
4. Pelaksanaan reformasi birokrasi yang saat ini diawali dengan menyusun kajian tentang reformasi birokrasi yang diharapkan nantinya dapat tersusun grand design termasuk konsep rencana aksi reformasi birokrasi Kementerian PU tahun 2010-2014 dan program-program yang dapat dicapai dalam waktu singkat (quick wins);
5. Upaya meningkatkan kualitas database pegawai secara berkesinambungan dilakukan untuk memperoleh data kepegawaian yang benar, lengkap dan akurat. Disamping itu, hampir seluruh pegawai telah memperoleh NIP baru (18 digit) dan diharapkan akhir tahun ini seluruh pegawai sudah memiliki NIP baru;
149 Bab III Akuntabilitas Kinerja
6. Pengumuman tentang Pengadaan PNS Kementerian PU untuk merekrut CPNS dari jalur pelamar umum telah dilayangkan termasuk melalui Internet/On-line. Formasi yang tersedia tahun 2010 untuk sebanyak 2100 orang dari berbagai jurusan/program studi;
7. Membuka kesempatan bagi para pegawai untuk meningkatkan kemampuan dan keahliannya melalui program pendidikan formal, baik di dalam negeri maupun luar negeri;
8. Pengembangan kompetensi bagi para pejabat fungsional dilakukan melalui program pelatihan fungsional dan teknis yang dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. Saat ini telah direkrut sekitar kurang lebih 800 pejabat fungsional dari 27 jenis jabatan fungsional yang ada di Kementerian PU;
9. Dalam upaya mendukung terciptanya good governance and clean government, telah diterbitkan beberapa Peraturan Menteri PU termasuk penggantian peraturan lama dengan yang baru.
Demikian halnya dengan pengelolaan aset barang milik negara (BMN) sejak tahun 2007 telah diambil langkah-langkah menuju perbaikan yang diantaranya dengan menerbitkan beberapa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Peraturan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2007 tentang Perkuatan dan Pengamanan Hak
atas Tanah Dep. Pekerjaan Umum; 2. Peraturan Menteri Pekerjaan 02/PRT/M/2009 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan
Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 227/KPTS/M/2008 tentang Pembentukan Tim Penertiban dan Inventarisasi BMN di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 293/KPTS/M/2008 tentang Pembentukan Tim Inventarisasi Rumah Negara Golongan I dan Golongan II di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 286.1/KPTS/M/2008 tentang Penetapan Kembali Status Rumah Negara Golongan I dan Penunjukkan Pejabat Eselon I Sebagai Penghuni di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, yang terdiri dari 6 (enam) unit Rumah Negara (RN) Gol I;
6. Kesepakatan Bersama dengan Badan Pertanahan Nasional RI (BPN RI) yang telah ditandatangani pada tanggal 19 Desember 2008 oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Kepala BPN RI Nomor 07/PKS/M/2008 (8-SKB-BPN RI-2008);
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2009 tentang Pedoman Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai.
Menteri Pekerjaanan Umum (PU) Djoko Kirmanto mewakili pejabat di lingkungan PU menerima Elshinta Award dalam rangka HUT Radio Elshinta ke-44 dan HUT Program Elshinta News and Talk yang ke-12, Selasa (14/2/2012) di Jakarta. Penghargaan tersebut diberikan sebagai apresiasi Elshinta kepada pejabat di kementerian/lembaga terutama para pejabat Negara yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai narasumber dalam pemberitaan di Elshinta.
3.4 PENGHARGAAN YANG DITERIMA KEMENTERIAN PU DARI PIHAK KE-31. Menteri PU Terima Penghargaan Elshinta
150 Bab III Akuntabilitas Kinerja
Penghargaan juga diberikan kepada instansi, narasumber dan pendengar yang selama ini memberikan kontribusi pemberitaan kepada stasiun radio teresbut. Serta, penghargaan kepada insan peduli. Untuk kategori penghargaan yang diberikan kepada para pendengar diantaranya adalah pemberi SMS terbanyak, informasi yang memiliki nilai berita tinggi dan kepada pendengar yang memberikan informasi melalui sosial media twitter.Tema dalam perayaan HUT program Elshita News and Talk ke-12 adalah The Power of Social Network, memiliki arti kekuatan ikatan antara Radio Elshinta dengan para pendengar yang telah menyatu dan menjadi kekuatan sosial media yang sebenarnya.
1. Apresiasi Terhadap Sistem Aplikasi E-MonitoringSistem aplikasi e-Monitoring telah dikenal di Indonesia yang dibuktikan dengan:a. Apresiasi dari Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) pada rapat tanggal 12 April
2012 di Hotel Borobudur yaitu Permintaan TEPPA kepada Biro Perencanaan dan KLN Kementerian PU untuk menyiapkan aplikasi monitoring secara elektronik (e-Monitoring) yang bersifat lebih umum untuk dapat digunakan oleh semua Kementerian/Lembaga.
b. Surat dari Kementerian Perdagangan nomor 93/SJ-DAG.1-04/SD/03/2012 tanggal 16 Maret 2012 perihal Permohonan sebagai Narasumber Konsolidasi dan Sosialisasi e-Monitoring Kementerian Perdagangan
c. Surat Kepala Biro Perencanaan dan KLN nomor UM.02.06-Sr/136 tanggal 28 Agustus 2012 perihal Undangan informasi awal penerapan aplikasi e-Monitoring K/L kepada 6 (enam) Kementerian/Lembaga yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kementerian Perdagangan, Kejaksaan RI, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, dan Badan Pengawasan Wilayah Suramadu-Madura.
d. Surat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor Und.506/BNPB/SU/11/2012 tanggal 19 November 2012, permintaan mengirim narasumber pada sosialiasi e-Monitoring BNPB.
e. Diterbitkannya Standar Biaya Keluaran (SBK) Sistim Pelaporan Secara Elektronik (e-Monitoring) Satuan Kerja Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2012 sesuai Permen Keuangan nomor 120/PMK.02/2012 sebagai apresiasi terhadap pelaporan pelaksanaan anggaran menggunakan aplikasi e-Monitoring yang dilakukan oleh petugas e-Monitoring sejak tahun 2009 sampai saat ini (surat menteri keuangan nomor S-115/MK.2/2012 perihal revisi Standar Biaya Keluaran TA 2012 Sistim Pelaporan Secara Elektronik (e-Monitoring) Kementerian Pekerjaan Umum.
151 Bab III Akuntabilitas Kinerja
1. Penghargaan Terhadap Pembangunan Gedung Utama Kementerian PU.
2. Penghargaan Terhadap Pengarusutamaan Gender Bidang Pekerjaan Umum
Pengakuan terhadap pembangunan dan rehabilitasi Gedung Utama Kementerian PU :1. Penghargaan dari Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam bentuk Berita Acara Evaluation
Assesment Board Assembly Nomor: NB/PP/Dr-CA/0)1/XII/2010 tanggal assesment 12 November 2012 yaitu Pengakuan Atas Desain dan Perencanaan Yang Memenuhi Kaidah Greenship untuk Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum dengan peringkat Platinum.
2. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung Kementerian Pekerjaan Umum nomor 63/SLF/2012 tanggal 13 Juli 2012 dari Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai outcomes.
Penghargaan berupa Tropy Anugerah Parahita Ekapraya Tahun 2012 Kategori Tingkat Pertama sebagai Kementerian dan Lembaga yang memiliki komitmen dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan Gender sebagai outcomes kegiatan Pengarusutamaan Gender Bidang Pekerjaan Umum.
KEMENTERIAN PU MENDAPAT PENGHARGAAN APE TAHUN 2012DENGAN KATEGORI TINGKAT UTAMA DAN DISERAHKAN
LANGSUNG DARI PRESIDEN KE MENTERI PU SECARA LANGSUNG DIGEDUNG SMESCO-JAKARTA
152 Bab III Akuntabilitas Kinerja
1. Penghargaan Keterbukaan Informasi PublikKementerian Pekerjaan Umum meraih penghargaan sebagai Badan Publik terbaik terkait pelaksanaan Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Penghargaan tersebut didasarkan atas hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat. Penghargaan ini diserahkan pada Hari Hak untuk Tahu Sedunia (International Right To Know Day).Hak untuk tahu adalah hak asasi setiap warga yang telah dijamin oleh konstitusi, yaitu pasal 28 F Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
Pelaksanaan Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang diberlakukan sejak 1 Mei 2010 merupakan penjabaran konkrit dari amanat konstitusi itu. Dengan demikian hak warga negara untuk mengakses informasi publik dijamin oleh Undang-Undang. Masyarakat perlu lebih menyadari akan pentingnya informasi tentang kebijakan publik.
153 Bab III Akuntabilitas Kinerja
BAB IVPenutup
4.1. KESIMPULAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban atas kinerja lembaga dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010–2014 yang berisi uraian tentang capaian Indikator Kinerja Utama yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2012.
Dari Analisis Akuntabilitas Kinerja dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan dalam DIPA Kementerian PU Tahun 2012 telah dapat dilaksanakan dengan baik. Kinerja Kementerian PU pada Tahun Anggaran 2012 ini mencapai Kinerja keuangan 90,08 % dan kinerja fisik berkisar antara 80% sampai diatas 100%.
Pelaksanan program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian PU memerlukan koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antara Pemerintah Pusat , Pemerintah Daerah dengan Dunia Usaha agar keseluruhan sumber daya yang ada dapat digunakan secara optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur yang lebih merata. Oleh karenanya penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang berbasis penataan ruang perlu dilandasi dengan kerangka peraturan perundang-undangan yang mantap dan supportif dan menjadi dasar bagi penyelenggaraan pembangunan infrastruktur ke depan yang lebih terpadu dan efektif yang mengedepankan proses partisipatif dan menghasilkan output dan outcome yang optimal.
Namun demikian, keberhasilan yang dicapai Kementerian PU tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dijumpai, baik bersifat internal maupun eksternal. Kondisi ini diantisipasi dengan cara melakukan evaluasi secara berkala atas kendala/hambatan yang dijumpai, sehingga diketahui penyebab timbulnya hambatan-hambatan dalam pencapaian kinerja. Menyadari hal tersebut, seluruh aparat Kementerian PU telah mempersiapkan strategi-strategi pemecahannya, sehingga tahun-tahun mendatang hambatan-hambatan tersebut dapat diminimalisir. Selain itu, belum semua Indikator Kinerja Utama mencapai kinerjanya
155 Bab IV Penutup
Bab IVPenutup
secara maksimal, hal ini disebabkan karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu pelaksanaan, sehingga diharapkan pencapaian Indikator Kinerja Utama yang belum maksimal dapat dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya.
4.2 REKOMENDASIBerdasarkan hasil evaluasi kinerja Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012, untuk meningkatkan kinerja pada tahun yang akan datang perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perumusan sasaran dan kegiatan beserta indikator kinerjanya akan terus ditingkatkan. Penetapan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan akan lebih diselaraskan dengan kemampuan sumber daya yang ada baik sumberdaya manusia, dana maupun lainnya. Meningkatkan koordinasi antar Bidang dan Unit Kerja dalam setiap pelaksanaan kegiatan.
2. Melakukan penggalian dan pengembangan potensi sumberdaya yang dilakukan secara berlanjut, ditingkatkan dan dikembangkan.
3. Meningkatkan kemampuan dan disiplin/etos kerja Sumber Daya Manusia aparatur sebagai motor penggerak kegiatan pembangunan untuk membentuk citra aparatur yang disiplin, profesional, produktif dan berdedikasi tinggi.
4. Meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi baik kuantitas maupun kualitasnya.5. Dalam rangka sinergi dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah akan terus meningkatkan perhatian yang
lebih besar pada aspek peningkatan kapasitas daerah (local capacity building) sehingga kompetensi dan kemandirian Pemerintah Daerah dapat dicapai dalam tempo yang tidak terlalu lama. Oleh karena itu, tugas Pemerintah untuk mempercepat penyusunan peraturan-peraturan pelaksanaan berupa Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) termasuk peraturan daerah serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, kam- panye/sosialisasi, pertukaran pengalaman, dan penyebarluasan NSPK yang sekaligus sebagai landasan untuk pelaksanaan tahun berikutnya.
Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PU ini dapat memberikan gambaran Kinerja Kementerian PU selama Tahun 2012 kepada pihak-pihak terkait baik sebagai stakeholder ataupun lainnya yang telah ikut mengambil bagian dengan berpartisipasi aktif membantu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian PU yang dijiwai semangat kebersamaan untuk mencapai cita-cita bersama.
156 Bab IV Penutup
LAMPIRAN DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012
N
o
Pro
gram
/
Sasa
ran
Str
ate
gis
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Targ
et
P
rogr
am
Pe
nge
lola
an S
um
be
r D
aya
Air
1
Men
ingk
atn
ya L
ayan
an
Jari
nga
n Ir
igas
i Dan
Raw
a
Luas
C
aku
pan
Lay
anan
Jar
inga
n Ir
igas
i Dan
Raw
a
(Dib
angu
n/
Dit
ingk
atka
n D
an D
iop
eras
ikan
/ D
ipel
ihar
a)
23
4.7
20
ha
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
3
.51
5.0
00
ha
(dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
2
Men
ingk
atn
ya
Keb
erga
ntu
nga
n D
an
Ket
erse
dia
an A
ir U
ntu
k
Mem
enu
hi B
erb
agai
Keb
utu
han
Kap
asit
as
Tam
pu
ng
Su
mb
er
Air
Yan
g D
iban
gun
/ D
itin
gkat
kan
Dan
Dija
ga/
Dip
elih
ara
(Wad
uk,
Em
bu
ng
/ Si
tu)
0,2
28
mili
ar m
3 (
dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
2
,50
m
iliar
m3
Dio
pe
rasi
kan
/dip
elih
ara
Pro
sen
tase
pen
cap
aian
Pen
yele
ngg
araa
n P
enge
lola
an SD
A
Terp
adu
ole
h B
ala
-bal
ai S
DA
15
bal
ai (
pen
erap
an 5
0%
)
1
7 b
alai
(p
ener
apan
20
%)
Deb
it
air
laya
nan
sar
ana/
pra
sara
na
air
bak
u u
ntu
k
mem
enu
hi k
ebu
tuh
an d
om
esti
k, p
erko
taan
dan
ind
ust
ri
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n d
an d
iop
eras
ikan
/ d
ipel
ihar
a)
8,7
0
m3
/det
(d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
)
7
,50
m3
/det
(d
iop
eras
ikan
/ d
ipel
ihar
a)
3
Ber
kura
ngn
ya
Luas
K
awas
an Y
ang
Terk
ena
Dam
pak
Ban
jir
Luas
kaw
asan
yan
g te
rlin
du
ng
dar
i bah
aya
ban
jir
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n d
an o
per
asi/
pem
elih
araa
n)
10
.62
0
ha
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
8
.11
0
ha
(op
eras
i/ p
emel
ihar
aan
)
TAB
EL R
ENC
AN
A K
INER
JA T
AH
UN
AN
(R
KT)
KEM
ENTE
RIA
N P
EKER
JAA
N U
MU
M T
AH
UN
20
12
158 Lampiran
P
rogr
am Pe
nye
len
ggar
aan
Jal
an
4
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
La
yan
an J
alan
Nas
ion
al
Dan
Pen
gelo
laan
Ja
lan
D
aera
h
Tin
gkat
K
eman
tap
an J
alan
9
0,5
0%
Tin
gkat
Fa
silit
asi P
enye
len
ggar
aan
Jal
an D
aera
h
Men
uju
60
% K
on
dis
i Man
tap
10
0%
Tin
gkat
Pe
ngg
un
aan
Jal
an N
asio
nal
8
7,7
0
mili
ar k
end
km
5
Men
ingk
atka
n K
apas
itas
Ja
lan
Nas
ion
al
Pan
jan
g Pe
nin
gkat
an S
tru
ktu
r/ P
eleb
aran
Jal
an
4.3
50
km
Pan
jan
g
Jala
n B
aru
Ya
ng
Dib
angu
n
38
1
km
Pro
gram
Pe
mb
inaa
n d
an P
en
gem
ban
gan
Infr
astr
ukt
ur
Pe
rmu
kim
an
6
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
La
yan
an A
ir M
inu
m D
an
San
itas
i Per
mu
kim
an
Perk
ota
an
Pen
ingk
atan
Ju
mla
h P
elay
anan
Air
Min
um
5.6
34
Lit
er/d
et
1
65
IKK
Pe
nin
gkat
an J
um
lah
Pel
ayan
an S
anit
asi
14
3 k
ab/k
ota
2
22
kw
s
Ju
mla
h P
emd
a/P
DA
M y
ang
dib
ina
kem
amp
uan
nya
97
PD
AM
7
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
K
awas
an P
erm
uki
man
Dan
Pe
nat
aan
Ru
ang.
Jum
lah
Ru
sun
awa
Yan
g D
iban
gun
48
Twin
Blo
k
Ju
mla
h K
awas
an P
erm
uki
man
Dan
Pen
ataa
n B
angu
nan
Ya
ng
Dir
evit
alis
asi
24
5
KW
S
No
P
rogr
am/
Sasa
ran
Str
ate
gis
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Targ
et
159 Lampiran
No
Pro
gram
/
Sasa
ran
Str
ate
gis
Ura
ian In
dik
ato
r K
ine
rja
Uta
ma
(IK
U)
Targ
et
8
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
In
fras
tru
ktu
r Pe
rmu
kim
an
Perd
esaa
n/
Ku
mu
h/
Nel
ayan
Den
gan
Pola
Pem
ber
day
aan
M
asya
raka
t
Jum
lah
Kel
ura
han
/Des
a Ya
ng
Dit
ingk
atka
n In
fras
tru
ktu
r Pe
rmu
klm
an P
erd
esaa
n/
Ku
mu
h/
Nel
ayan
16
.54
8
Des
a
Pro
gram
Pe
nye
len
ggar
aan
Pe
nat
aan
Ru
ang
9
Ter
wu
jud
nya
Per
um
usa
n
Dan
Pel
aksa
naa
n K
ebija
kan
Dan
Sta
nd
aris
asi T
ekn
is
Bid
ang
Pen
ataa
n R
uan
g
Jum
lah
Ren
can
a Ta
ta R
uan
g D
an R
enca
na
Terp
adu
P
rogr
am P
enge
mb
anga
n In
fras
tru
ktu
r
Jan
gka
Men
enga
h P
ula
u/
Kep
ula
uan
Dan
Kaw
asan
Str
ateg
is
Nas
ion
al.
6
Rap
erp
res
( 5
Rap
resp
res
KSN
no
n p
erko
taan
,
1
Rap
erp
res
per
kota
an),
12
RP
I2JM
(9
K
SN N
on
Per
kota
an,
3 K
SN
perk
ota
an)
Jum
lah
Pro
vin
si/
Kab
up
aten
/
Ko
ta
Yan
g M
end
apat
Pe
mb
inaa
n P
enyu
sun
an R
enca
na
Tata
Ru
ang
Wila
yah
(R
TRW
)
97
kab
up
aten
37
ko
ta
Pro
gram
Du
kun
gan
Man
aje
me
n d
an P
ela
ksan
aan
Tu
gas
Tekn
is L
ain
nya
Ke
me
nte
rian
PU
10
Men
ingk
atn
ya K
oo
rdin
asi,
Ad
min
istr
asi D
an K
ual
itas
Pe
ren
can
aan
, Pen
gatu
ran
, Pe
nge
lola
an K
euan
gan
Dan
B
MN
Ju
mla
h
Do
kum
en P
eren
can
aan
Dan
Pem
ogr
aman
(J
angk
a M
enen
gah
Dan
Tah
un
an
)
1
Ren
tra
Kem
.PU
8
Ren
jaS
atm
inka
l
10
22
RK
AK
L
1R
KP
1
No
ta K
euan
gan
Pen
yusu
nan
Do
kum
en P
elap
ora
n A
kun
tab
ilita
s K
iner
ja,
Keu
anga
n D
an B
MN
Dan
Lap
ora
n T
riw
ula
n
1 L
ap k
euan
gan
1 L
akip
Kem
.PU
2 P
ed.
Sis
t. P
erc
3
Lap
. BM
N
160 Lampiran
No
Pro
gram
/
Sasa
ran
Str
ate
gis
Ura
ian In
dik
ato
r K
ine
rja
Uta
ma
(IK
U)
Targ
et
11
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
K
elem
bag
aan
Dan
SD
M
Ap
arat
ur
Jum
lah
SD
M
Ap
arat
ur
yan
g M
end
apat
Pen
did
ikan
Dan
Pe
lati
han
5.2
83
peg
awai
Jum
lah
Peg
awai
yan
g te
rlay
ani
Ad
min
istr
asi
Kep
egaw
aian
ser
ta J
um
lah
Tat
a La
ksan
a S
tan
dar
O
per
asio
nal
Pro
sed
ur
(SO
P)
yan
g d
isu
sun
16
.89
2 p
egaw
ai
24
SOP
Pro
gram
Pe
nin
gkat
an S
aran
a d
an P
rasa
ran
a A
par
atu
r K
em
en
teri
an P
U
12
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
P
rasa
ran
a, P
enge
lola
an
Dat
a, In
form
asi D
an
Ko
mu
nik
asi P
ub
lik
Jum
lah
Peta
Pro
fil I
nfr
astr
ukt
ur
Dan
Jar
inga
n L
AN
58
8 P
eta
Jum
lah
Lay
anan
Info
rmas
i Pu
blik
22
5 b
uku
18
0
Tem
u P
ers
Luas
Ban
gun
an G
edu
ng
Kan
tor
Kem
ente
rian
PU
yan
g d
itin
gkat
kan
dan
dip
elih
ara
95
.18
0,6
m2
Pro
gram
Pe
nga
was
an d
an P
en
ingk
atan
Aku
nta
bili
tas
Ap
arat
ur
Ke
me
nte
rian
PU
13
Ter
wu
jud
nya
Pen
ingk
atan
K
epat
uh
an D
an
Aku
nta
bili
tas
Kin
erja
Pen
yele
ngg
araa
n
Infr
astr
ukt
ur
Yan
g B
ebas
K
KN
Pro
sen
tase
Men
uru
nn
ya T
ingk
at K
ebo
cora
n D
alam
Pe
mb
angu
nan
Infr
astr
ukt
ur
Di L
ingk
un
gan
Kem
ente
rian
PU
70
%
Pro
sen
tase
Men
uru
nn
ya T
emu
an A
dm
inis
trat
if D
alam
Pe
mb
angu
nan
Infr
astr
ukt
ur
Di L
ingk
un
gan
K
emen
teri
an P
U
70
%
161 Lampiran
No
Pro
gram
/
Sasa
ran
Str
ate
gis
Ura
ian In
dik
ato
r K
ine
rja
Uta
ma
(IK
U)
Targ
et
P
rogr
am P
em
bin
aan
Ko
nst
ruks
i
15
M
enin
gkat
nya
K
apas
itas
D
an K
iner
ja P
emb
ina
Jasa
K
on
stru
ksi D
i Pu
sat
Dan
D
aera
h
Jum
lah
Pro
vin
si D
an K
abu
pat
en/
K
ota
Yan
g Te
rbin
a Se
suai
Den
gan
Per
atu
ran
Per
un
dan
g-
U
nd
anga
n
4 p
rovi
nsi
5
6 k
ab/k
ota
Jum
lah
SD
M
jasa
ko
nst
ruks
i yan
g te
rlat
ih
15
.00
0 o
ran
g
Tin
gkat
Day
a Sa
ing
Ind
ust
ri K
on
stru
ksi N
asio
nal
Dal
am
Skal
a G
lob
al
1 P
oin
t In
fras
tru
ctu
re G
CI
162 Lampiran
LAMPIRAN DOKUMEN PENETAPAN KINERJA (PK)
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMTAHUN 2012
PEN
ETA
PAN
KIN
ERJA
KEM
ENTE
RIA
N P
EKER
JAA
N U
MU
M T
AH
UN
20
12
164 Lampiran
N
o
Sa
sara
n
Stra
tegi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
P
rogr
am
An
ggar
an
(Rp
)
1
Men
ingk
atn
ya L
ayan
an
Jari
nga
n Ir
igas
i Dan
R
awa
Luas
C
aku
pan
Lay
anan
Jar
inga
n
Irig
asi D
an R
awa
(Dib
angu
n/
Dit
ingk
atka
n D
an D
iop
eras
ikan
/ D
ipel
ihar
a)
10
4.7
58
h
a (d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
) Pro
gram
P
en
gelo
laan
Su
mb
er
Day
a A
ir
16
.44
5.0
00
.10
0.0
00
3.0
28
.22
9
ha
(dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
2
M
enin
gkat
nya
K
eber
gan
tun
gan
Dan
K
eter
sed
iaan
Air
Un
tuk
Mem
enu
hi B
erb
agai
K
ebu
tuh
an
Kap
asit
as
Ta
mp
un
g
Su
mb
er
Air
Yan
g D
iban
gun
/ D
itin
gkat
kan
Dan
Dija
ga/
Dip
elih
ara
(Wad
uk,
Em
bu
ng
/ Si
tu)
18
5.0
73
.09
0,1
1 M
3
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
3.4
32
.12
8.9
00
m3
D
iop
eras
ikan
/
d
ipel
ihar
a
P
rose
nta
se p
enca
pai
an
Pe
nye
len
ggar
aan
Pen
gelo
laan
SDA
Te
rpad
u o
leh
Bal
a-b
alai
SD
A
21
bal
ai
(p
ener
apan
50
%)
10
bal
ai
(p
ener
apan
20
%)
D
ebit
air
laya
nan
sar
ana/
pra
sara
na
air
bak
u u
ntu
k m
emen
uh
i ke
bu
tuh
an d
om
esti
k, p
erko
taan
dan
in
du
stri
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n d
an
dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
14
,73
m3
/det
(d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
)
1
4,2
9
m3
/det
(d
iop
eras
ikan
/ d
ipel
ihar
a)
PEN
ETA
PAN
KIN
ERJA
KEM
ENTE
RIA
N P
EKER
JAA
N U
MU
M T
AH
UN
20
12
165 Lampiran
3
Ber
kura
ngn
ya
Luas
K
awas
an Y
ang
Terk
ena
Dam
pak
Ban
jir
Luas
kaw
asan
yan
g te
rlin
du
ng
dar
i b
ahay
a b
anjir
(d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
dan
op
eras
i/
pem
elih
araa
n)
12
.85
8
ha
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
47
6.3
91
,86
ha
(op
eras
i/ p
emel
ihar
aan
)
4
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
La
yan
an J
alan
Nas
ion
al
Dan
Pen
gelo
laan
Jala
n
Dae
rah
Ti
ngk
at
Kem
anta
pan
Jal
an
90
,50
%
Pro
gram
Pe
nye
len
ggar
aan
Ja
lan
30
.95
0.0
00
.19
0.0
00
Tin
gkat
Fasi
litas
i Pen
yele
ngg
araa
n
Jala
n D
aera
h M
enu
ju 6
0%
Ko
nd
isi
Man
tap
10
0%
Tin
gkat
Pen
ggu
naa
n J
alan
Nas
ion
al
87
,70
mili
ar k
end
km
5
Men
ingk
atka
n
Kap
asit
as J
alan
N
asio
nal
Pa
nja
ng
Pen
ingk
atan
Str
ukt
ur/
Pe
leb
aran
Jal
an
3.6
66
km
Pan
jan
g
Jala
n B
aru
Yan
g D
iban
gun
58
9
km
6
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
Laya
nan
Air
Min
um
Dan
Sa
nit
asi P
erm
uki
man
Pe
rko
taan
Pen
ingk
atan
Ju
mla
h P
elay
anan
Air
M
inu
m
5
.63
4 L
iter
/det
18
6
IKK
P
rogr
am
Pe
mb
inaa
n d
an
Pe
nge
mb
anga
n
Infr
astr
ukt
ur
Pe
rmu
kim
an
12
.82
9.9
99
.93
0.0
00
Pen
ingk
atan
Ju
mla
h P
elay
anan
Sa
nit
asi
1
43
k
ab/k
ota
23
1
kw
s
Jum
lah
Pem
da/
PD
AM
yan
g d
ibin
a ke
mam
pu
ann
ya
12
4
PD
AM
N
o
Sa
sara
n
Stra
tegi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
P
rogr
am
An
ggar
an
(Rp
)
166 Lampiran
7
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
K
awas
an P
erm
uki
man
D
an P
enat
aan
Ru
ang.
Jum
lah
Ru
sun
awa
Yan
g D
iban
gun
48
Twin
Blo
k
Pro
gram
Pe
mb
inaa
n d
an
Pe
nge
mb
anga
n
Infr
astr
ukt
ur
Pe
rmu
kim
an
Jum
lah
Kaw
asan
Per
mu
kim
an D
an
Pen
ataa
n B
angu
nan
Yan
g D
irev
ital
isas
i
3
74
KW
S
8
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
In
fras
tru
ktu
r Pe
rmu
kim
an
Perd
esaa
n/
Ku
mu
h/
Nel
ayan
Den
gan
Pola
Pem
ber
day
aan
M
asya
raka
t
Jum
lah
Kel
ura
han
/Des
a Ya
ng
Dit
ingk
atka
n In
fras
tru
ktu
r Pe
rmu
klm
an P
erd
esaa
n/
Ku
mu
h/
Nel
ayan
1
3.5
99
Des
a
9
Ter
wu
jud
nya
Pe
rum
usa
n D
an
Pela
ksan
aan
Keb
ijaka
n
Dan
Sta
nd
aris
asi T
ekn
is
Bid
ang
Pen
ataa
n R
uan
g
Jum
lah
Ren
can
a Ta
ta R
uan
g D
an
Ren
can
a Te
rpad
u P
rogr
am
Pen
gem
ban
gan
Infr
astr
ukt
ur
Ja
ngk
a M
enen
gah
Pu
lau
/ K
epu
lau
an
Dan
K
awas
an
Stra
tegi
s N
asio
nal
.
11
Rap
erp
res
(8 R
aper
pre
s K
SN
no
n
per
kota
an,
3 R
aper
pre
s p
erko
taan
),
12
rp
i2jm
(3
pu
lau
/
kep
ula
uan
,
4 k
sn
perk
ota
an, d
an 5
KSN
N
on
Per
kota
an)
Pro
gram
Pe
nye
len
ggar
aan
P
en
ataa
n R
uan
g
7
81
.56
3.1
21
.00
0
Jum
lah
Pro
vin
si/
Kab
up
aten
/
Ko
ta
Yan
g M
end
apat
Pem
bin
aan
Pe
nyu
sun
an R
enca
na
Tata
Ru
ang
Wila
yah
(R
TRW
)
97
kab
up
aten
37
ko
ta
10
M
enin
gkat
nya
K
oo
rdin
asi,
Ad
min
istr
asi D
an
Ku
alit
as P
eren
can
aan
, Pe
nga
tura
n,
Jum
lah
Do
kum
en P
eren
can
aan
Dan
Pe
mo
gram
an (
Jan
gka
Men
enga
h
Dan
Tah
un
an)
1 R
enst
a K
em.P
U
8 R
enja
Sat
min
kal
1
02
2
RK
AK
L
1R
KP
1
N
ota
Keu
anga
n
Pro
gram
D
uku
nga
n
Man
aje
me
n d
an
Pe
laks
anaa
n
Tuga
s Te
knis
50
7.4
32
.46
2.0
00
N
o
Sa
sara
n
Stra
tegi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
P
rogr
am
An
ggar
an
(Rp
)
167 Lampiran
11
M
enin
gkat
nya
Ku
alit
as
Kel
emb
agaa
n D
an S
DM
A
par
atu
r
Jum
lah
SD
M A
par
atu
r ya
ng
Men
dap
at P
end
idik
an D
an P
elat
ihan
5.2
83
p
egaw
ai
Jum
lah
Peg
awai
yan
g te
rlay
ani
Ad
min
istr
asi K
epeg
awai
an s
erta
Ju
mla
h T
ata
Laks
ana
Stan
dar
O
per
asio
nal
Pro
sed
ur
(SO
P)
yan
g d
isu
sun
16
.89
2 p
egaw
ai
24
SO
P
12
Men
ingk
atn
ya K
ual
itas
P
rasa
ran
a, P
enge
lola
an
Dat
a, In
form
asi D
an
Ko
mu
nik
asi P
ub
lik
Jum
lah
Peta
Pro
fil I
nfr
astr
ukt
ur
Dan
Ja
rin
gan
LA
N
58
8 P
eta
Pro
gram
P
en
ingk
atan
Sa
ran
a d
an
Pra
sara
na
Ap
arat
ur
Ke
me
nte
rian
PU
20
8.9
99
.60
4.0
00
Jum
lah
Lay
anan
Info
rmas
i Pu
blik
22
5 b
uku
18
0
Tem
u P
ers
Lu
as B
angu
nan
Ged
un
g Kan
tor
Kem
ente
rian
PU
yan
g d
itin
gkat
kan
d
an d
ipel
ihar
a
91
.67
8,6
m2
1 U
nit
Ged
un
g
N
o
Sa
sara
n
Stra
tegi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
P
rogr
am
An
ggar
an
(Rp
)
168 Lampiran
13
T
erw
uju
dn
ya
Pen
ingk
atan
Kep
atu
han
D
an A
kun
tab
ilita
s K
iner
ja
Pen
yele
ngg
araa
n
Infr
astr
ukt
ur
Yan
g B
ebas
KK
N
Pro
sen
tase
Men
uru
nn
ya T
ingk
at
Keb
oco
ran
Dal
am P
emb
angu
nan
In
fras
tru
ktu
r D
i Lin
gku
nga
n
Kem
ente
rian
PU
60
%
Pro
gram
P
en
gaw
asan
dan
P
en
ingk
atan
A
kun
tab
ilita
s A
par
atu
r K
em
en
teri
an P
U
12
6.2
33
.00
0.0
00
Pro
sen
tase
Men
uru
nn
ya T
emu
an
Ad
min
istr
atif
Dal
am P
emb
angu
nan
In
fras
tru
ktu
r D
i Lin
gku
nga
n
Kem
ente
rian
PU
70
%
14
Men
ingk
atn
ya
Ipte
k D
an N
spm
(K)
Siap
Pa
kai
Pro
sen
tase
Ipte
k Ya
ng
Mas
uk
Bu
rsa
Tekn
olo
gi D
i Bal
itb
ang
PU
24
,87
%
Pro
gram
P
en
elit
ian
dan
P
en
gem
ban
gan
K
em
en
teri
an P
U
41
9.8
22
.00
0.0
00
pro
sen
tase
pen
amb
ahan
sp
mk
yan
g d
iber
laku
kan
ole
h m
ente
ri
PU
45
,45
%
P
rose
nta
se
Pela
yan
an T
ekn
is Y
ang
Dit
erim
a St
akeh
old
er
11
,11
%
N
o
Sa
sara
n
Stra
tegi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
P
rogr
am
An
ggar
an
(Rp
)
169 Lampiran
170 Lampiran
LAMPIRAN DOKUMEN PENGUKURAN KINERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2012
No
Pro
gram
/
Sasa
ran
Str
ate
gis
Ura
ian
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Targ
et
Re
alis
asi
%
Pe
nca
pai
an
An
ggar
an (
x R
p. 1
.00
0.0
00,
-)
Pag
u
Aw
al
Pag
u
Akh
ir
Re
alis
asi
%
Cap
aian
Pro
gram
Pe
nge
lola
an S
um
be
r D
aya
Air
16
.44
5.0
00
.1
19
.08
6.0
67
,5
16
.48
7.8
03
,7
86
.39
1
Men
ingk
atn
ya
Laya
nan
Jar
inga
n
Irig
asi D
an R
awa
Luas
Cak
up
an L
ayan
an J
arin
gan
Ir
igas
i Dan
Raw
a (D
iban
gun
/ D
itin
gkat
kan
Dan
Dio
per
asik
an/
Dip
elih
ara)
1
04
.75
8
ha
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
3.0
28
.22
9
ha
(dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
14
3.8
35
h
a (d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
)
3.1
07
.00
0
ha
(dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
13
7
10
3
2
Men
ingk
atn
ya
Keb
erga
ntu
nga
n
Dan
Ket
erse
dia
an
Air
Un
tuk
Mem
enu
hi
Ber
bag
ai
Keb
utu
han
Kap
asit
as
Tam
pu
ng
Sum
ber
Air
Yan
g D
iban
gun
/ D
itin
gkat
kan
Dan
Dija
ga/
Dip
elih
ara
(Wad
uk,
Em
bu
ng
/ Si
tu)
18
5.0
73
.09
0,1
1
m3
(d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
)
3.4
32
.12
8.9
00
m3
Dio
per
asik
an/
dip
elih
ara
18
5.0
73
.09
0,1
1
m3
(d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
)
3.4
32
.12
8.9
00
m3
Dio
per
asik
an/
dip
elih
ara
10
0
10
0
Pro
sen
tase
pen
cap
aian
Pen
yele
ngg
araa
n P
enge
lola
an
SDA
Terp
adu
ole
h B
ala-
bal
ai S
DA
21
bal
ai
(pen
erap
an 5
0%
)
10
bal
ai
(pen
erap
an 2
0%
) 22
ba
lai
(pen
erap
an 5
0%
)
13
bal
ai
(pen
erap
an 2
0%
)
10
5
13
0
Deb
it air
laya
nan
sar
ana/
p
rasa
ran
a ai
r b
aku
un
tuk
mem
enu
hi k
ebu
tuh
an d
om
esti
k,
per
kota
an d
an in
du
stri
(d
iban
gun
/
dit
ingk
atka
n d
an
dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
14
,73
m
3/d
et
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
14
,29
m
3/d
et
(dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
14
,94
m3
/det
(d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
)
1
5,1
6 m
3/d
et
(dio
per
asik
an/
dip
elih
ara)
10
1
1
06
PEN
ETA
PAN
KIN
ERJA
KEM
ENTE
RIA
N P
EKER
JAA
N U
MU
M T
AH
UN
20
12
172 Lampiran
3
B
erku
ran
gnya
Lu
as
Kaw
asan
Yan
g Te
rken
a D
amp
ak
Ban
jir
Luas
ka
was
an y
ang
terl
ind
un
g d
ari b
ahay
a b
anjir
(d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
dan
op
eras
i/
pem
elih
araa
n)
12
.85
8
h
a (d
iban
gun
/ d
itin
gkat
kan
)
47
6.3
91
,86
h
a
(op
eras
i/
pem
elih
araa
n)
13
7.6
95
,57
ha
(dib
angu
n/
dit
ingk
atka
n)
47
6.3
91
,86
h
a
(op
eras
i/
pem
elih
araa
n)
1.0
70
10
0
P
rogr
am
Pe
nye
len
ggar
aan
Jal
an
30
.95
0.0
00
,2
40
.33
9.7
80
,7
36
.68
7.3
13
,5
90
,95
4
Men
ingk
atn
ya
Ku
alit
as L
ayan
an
Jala
n N
asio
nal
Dan
Pe
nge
lola
an Jala
n
Dae
rah
Tin
gkat
K
eman
tap
an J
alan
9
0,5
0%
9
0,8
2%
10
1
Tin
gkat
Fa
silit
asi
Pen
yele
ngg
araa
n J
alan
D
aera
h
Men
uju
60
% K
on
dis
i Man
tap
10
0%
1
00
%
10
0
Tin
gkat
Pen
ggu
naa
n J
alan
N
asio
nal
87
,70
mili
ar k
end
km
89
,50m
iliar
ken
d
km
10
2
5
Men
ingk
atka
n
Kap
asit
as J
alan
N
asio
nal
Pan
jan
g Pe
nin
gkat
an S
tru
ktu
r/
Pele
bar
an J
alan
3.6
66
km
4.6
76
km
12
8
Pan
jan
g
Jala
n B
aru
Yan
g D
iban
gun
58
9
km
1.3
20
km
22
4
Pro
gram
Pe
mb
inaa
n d
an P
en
gem
ban
gan
Infr
astr
ukt
ur
Pe
rmu
kim
an
12
.82
9.9
99
,9
13
.84
3.3
37
,2
12
.92
3.8
05
,3
93
,35
6
Men
ingk
atn
ya
Ku
alit
as
Laya
nan
A
ir M
inu
m D
an
San
itas
i Pe
rmu
kim
an
Perk
ota
an
Pen
ingk
atan
Ju
mla
h P
elay
anan
A
ir M
inu
m
5.6
34
Lit
er/d
et
18
6
IKK
6.3
96
Lite
r/d
et
19
2 IK
K
11
3.5
3
10
3.2
3
Pe
nin
gkat
an J
um
lah
Pel
ayan
an
San
itas
i
14
3 k
ab/k
ota
23
1
kw
s
13
8 k
ab/k
ota
23
9 k
ws
96
.50
10
3.4
6
Ju
mla
h P
emd
a/P
DA
M y
ang
dib
ina
kem
amp
uan
nya
12
4
PD
AM
12
4 P
DA
M
10
0
N
o
Pro
gram
/
Sa
sara
n S
trat
egi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
Re
alis
asi
%
P
en
cap
aian
An
ggar
an (
x R
p. 1
.00
0.0
00,
-)
P
agu
Aw
al
Pag
u
Akh
ir
Re
alis
asi
%
Cap
aian
173 Lampiran
7
Men
ingk
atn
ya
Ku
alit
as K
awas
an
Perm
uki
man
Dan
Pe
nat
aan
Ru
ang.
Jum
lah
Ru
sun
awa
Yan
g D
iban
gun
48
Tw
in
Blo
k
53
Tw
in
Blo
k
11
0.4
2
Jum
lah
Kaw
asan
Per
mu
kim
an
Dan
Pen
ataa
n B
angu
nan
Yan
g D
irev
ital
isas
i
37
4
KW
S
41
1 K
WS
1
09
.9
8
Men
ingk
atn
ya
Ku
alit
as
In
fras
tru
ktu
r Pe
rmu
kim
an
Perd
esaa
n/
Ku
mu
h/
Nel
ayan
D
enga
n
Pola
Jum
lah
Kel
ura
han
/Des
a Ya
ng
Dit
ingk
atka
n In
fras
tru
ktu
r Pe
rmu
klm
an P
erd
esaa
n/
Ku
mu
h/
Nel
ayan
13
.59
9
Des
a
16
.51
7 D
esa
12
1.4
6
Pro
gram
Pe
nye
len
ggar
aan
Pe
nat
aan
Ru
ang
78
1.5
63
,1
74
9.9
96
,6
67
7.4
34
,3
90
,32
9
Ter
wu
jud
nya
Pe
rum
usa
n D
an
Pela
ksan
aan
K
ebija
kan
Dan
St
and
aris
asi T
ekn
is
Bid
ang
Pen
ataa
n
Ru
ang
Jum
lah
Ren
can
a Ta
ta R
uan
g D
an
Ren
can
a Te
rpad
u P
rogr
am
Pen
gem
ban
gan
Infr
astr
ukt
ur
Jan
gka
Men
enga
h P
ula
u/
Kep
ula
uan
Dan
Kaw
asan
St
rate
gis
Nas
ion
al.
11
Rap
erp
res
(8 R
aper
pre
s K
SN
no
n p
erko
taan
,
3
Rap
erp
res
KSN
p
erko
taan
),
12
R
PI2
JM(3
Pu
lau
, 5 K
SN
No
n
perk
ota
an, 5
K
SN P
erko
taan
)
10
Rap
erp
res
( 8
Rap
erp
res
KSN
no
n p
erko
taan
,
2 R
aper
pre
s K
SN
per
kota
an),
12
R
PI2
JM(3
Pu
lau
, 5
KSN
No
n
perk
ota
an,
5K
SN P
erko
taan
)
95,
45
Jum
lah
Pro
vin
si/
Kab
up
aten
/
Ko
ta
Yan
g M
end
apat
Pem
bin
aan
Pe
nyu
sun
an R
enca
na
Tata
Ru
ang
Wila
yah
(R
TRW
)
97
kab
up
aten
37
ko
ta
93
kab
up
aten
31
ko
ta
92
,53
N
o
Pro
gram
/
Sa
sara
n S
trat
egi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
Re
alis
asi
%
P
en
cap
aian
An
ggar
an (
x R
p. 1
.00
0.0
00,
-)
P
agu
Aw
al
Pag
u
Akh
ir
Re
alis
asi
%
Cap
aian
174 Lampiran
Pro
gram
Du
kun
gan
Man
aje
me
n d
an P
ela
ksan
aan
Tu
gas
Tekn
is L
ain
nya
Ke
me
nte
rian
PU
50
7.4
32
.5
38
6.3
87
,8
36
5.8
44
,5
94
.68
10
Men
ingk
atn
ya
Ko
ord
inas
i, A
dm
inis
tras
i Dan
K
ual
itas
Pe
ren
can
aan
, Pe
nga
tura
n,
Pen
gelo
laan
K
euan
gan
Dan
B
MN
Jum
lah
Do
kum
en P
eren
can
aan
D
an P
emo
gram
an (
Jan
gka
Men
enga
h D
an T
ahu
nan
)
1
Ren
stra
K
em.P
u
8
Ren
ja S
atm
inka
l
10
22
RK
AK
L
1R
KP
1
No
ta K
euan
gan
1
Ren
stra
K
em.P
u
8
Ren
jaS
atm
inka
l
10
22
RK
AK
L
1RK
P
1
No
ta K
euan
gan
10
0
Pen
yusu
nan
Do
kum
en P
elap
ora
n
Aku
nta
bili
tas
Kin
erja
, Keu
anga
n
Dan
BM
N D
an L
apo
ran
Tri
wu
lan
1 L
ap k
euan
gan
1 L
akip
Kem
.PU
2 P
ed. S
ist.
Per
c
3 Lap
. BM
N
1 L
ap k
euan
gan
1 L
akip
Kem
.PU
2 P
ed.
Sis
t. P
erc
3
Lap
. BM
N
10
0
Pen
yusu
nan
Pe
ratu
ran
Pe
run
dan
g-U
nd
anga
n B
idan
g
PU
Dan
Per
mu
kim
an
20 D
ok
2
0
Do
k
10
0
11
M
enin
gkat
nya
K
ual
itas
K
elem
bag
aan
Dan
SD
M
Ap
arat
ur
Jum
lah
SD
M
Ap
arat
ur
yan
g M
end
apat
Pen
did
ikan
Dan
Pe
lati
han
5.2
83
peg
awai
5
.21
3 p
egaw
ai
99
Jum
lah
Peg
awai
yan
g te
rlay
ani
Ad
min
istr
asi K
epeg
awai
an s
erta
Ju
mla
h T
ata
Laks
ana
Stan
dar
O
per
asio
nal
Pro
sed
ur
(SO
P)
yan
g d
isu
sun
16
.89
2 p
egaw
ai
24 SO
P
27
.21
1 pe
gaw
ai
25
SO
P
13
2
Pro
gram
Pe
nin
gkat
an S
aran
a d
an P
rasa
ran
a A
par
atu
r K
em
en
teri
an P
U
20
8.9
99
.6
30
6.8
10
,8
19
1.9
20
,9
62
,55
1
2
Men
ingk
atn
ya
Ku
alit
as P
rasa
ran
a,
Pen
gelo
laan
Dat
a,
Info
rmas
i Dan
K
om
un
ikas
i Pu
blik
Jum
lah
Peta
Pro
fil I
nfr
astr
ukt
ur
Dan
Jar
inga
n L
AN
58
8 P
eta
58
8 P
eta
10
0
Jum
lah
Lay
anan
Info
rmas
i Pu
blik
22
5b
uku
18
0 Tem
u P
ers
29
6 b
uku
27
2 T
emu
Per
s
14
1
N
o
Pro
gram
/
Sa
sara
n S
trat
egi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
Re
alis
asi
%
P
en
cap
aian
An
ggar
an (
x R
p. 1
.00
0.0
00,
-)
P
agu
Aw
al
Pag
u
Akh
ir
Re
alis
asi
%
Cap
aian
175 Lampiran
Pro
gram
Pe
nga
was
an d
an P
en
ingk
atan
Aku
nta
bili
tas
Ap
arat
ur
Ke
me
nte
rian
PU
12
6.2
33
.0
12
1.4
94
.9
71
.50
1.3
58
.85
13
Ter
wu
jud
nya
Pe
nin
gkat
an
Kep
atu
han
Dan
A
kun
tab
ilita
s
Kin
erja
Pe
nye
len
ggar
aan
In
fras
tru
ktu
r Ya
ng
Beb
as K
KN
Pro
sen
tase
Men
uru
nn
ya T
ingk
at
Keb
oco
ran
Dal
am P
emb
angu
nan
In
fras
tru
ktu
r D
i Lin
gku
nga
n
Kem
ente
rian
PU
60
%
48
,51%
80
,86
Pro
sen
tase
Men
uru
nn
ya T
emu
an
Ad
min
istr
atif
Dal
am
Pem
ban
gun
an In
fras
tru
ktu
r D
i Li
ngk
un
gan
Kem
ente
rian
PU
70
%
51
,83
%
74
Pro
gram
Pe
ne
litia
n d
an P
en
gem
ban
gan
Ke
me
nte
rian
PU
41
9.8
22
,0
41
7.0
35
,9
38
4.4
52
,2
92
,19
14
Men
ingk
atn
ya
Ipte
k D
an N
spm
(K)
Siap
Pak
ai
P
rose
nta
se
Ipte
k Ya
ng
Mas
uk
Bu
rsa
Tekn
olo
gi D
i Bal
itb
ang
PU
24
.87
%
31
.0 %
12
5
pro
sen
tase
pen
amb
ahan
sp
mk
yan
g d
iber
laku
kan
ole
h m
ente
ri
PU
4
5,4
5 %
47
.90
%
105
Pro
sen
tase
Pela
yan
an T
ekn
is
Yan
g D
iter
ima
Stak
eho
lder
1
1,1
1 %
34
.40
%
30
9
Pro
sen
tase
T
ekn
olo
gi T
epat
Gu
na
Yan
g D
igu
nak
an O
leh
S
take
ho
lder
8,0
0 %
13
.10
%
16
4
N
o
Pro
gram
/
Sa
sara
n S
trat
egi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
Re
alis
asi
%
P
en
cap
aian
An
ggar
an (
x R
p. 1
.00
0.0
00,
-)
P
agu
Aw
al
Pag
u
Akh
ir
Re
alis
asi
%
Cap
aian
176 Lampiran
15
M
enin
gkat
nya
K
apas
itas
Dan
K
iner
ja P
emb
ina
Jasa
Ko
nst
ruks
i Di
Pu
sat
Dan
Dae
rah
Jum
lah
Pro
vin
si D
an K
abu
pat
en/
K
ota
Yan
g Te
rbin
a Se
suai
Den
gan
Pe
ratu
ran
Per
un
dan
g- U
nd
anga
n
4 p
rovi
nsi
5
6 k
ab/k
ota
4 p
rovi
nsi
5
6 k
ab/k
ota
10
0
Jum
lah
SD
M
jasa
ko
nst
ruks
i ya
ng
terl
atih
4.8
20
ora
ng
4.6
50
ora
ng
96
Tin
gkat
Day
a Sa
ing
Ind
ust
ri
Ko
nst
ruks
i Nas
ion
al D
alam
Ska
la
Glo
bal
1 P
oin
t In
fras
tru
ctu
re
GC
I
-2 P
oin
t In
fras
tru
ctu
re G
CI
0
N
o
Pro
gram
/
Sa
sara
n S
trat
egi
s
U
raia
n
Ind
ikat
or
Kin
erj
a U
tam
a (I
KU
)
Ta
rget
Re
alis
asi
%
P
en
cap
aian
An
ggar
an (
x R
p. 1
.00
0.0
00,
-)
P
agu
Aw
al
Pag
u
Akh
ir
Re
alis
asi
%
Cap
aian
177 Lampiran
FOTO-FOTO KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL SUMBER
DAYA AIR TAHUN 2012
FOTO-FOTO KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
TAHUN 2012
FOTO-FOTO KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
TAHUN 2012
FOTO-FOTO KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
TAHUN 2012
FOTO-FOTO KEGIATAN BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
TAHUN 2012
FOTO-FOTO KEGIATAN BADAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN TAHUN 2012