LAKIN - Pertanian

76
LAKIN Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2016 Badan Karantina Pertanian 2016

Transcript of LAKIN - Pertanian

Page 1: LAKIN - Pertanian

LAKIN Pusat Karantina Hewan

dan Keamanan Hayati Hewani TA 2016

Badan Karantina Pertanian

2016

Page 2: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja i

KATA PENGANTAR

Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu

pada ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme; Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun

1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah; Keputusan Kepala LAN RI Nomor

239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah.

Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terdapat siklus

Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi

Kinerja dan kembali lagi ke Perencanaan Kinerja tahun berikutnya. Dalam

Perencanaan Kinerja keberadaan dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) unit

kerja sangat penting sebagai acuan kinerja. Renstra diturunkan setiap tahunnya

dalam bentuk Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan dirangkum dalam suatu bentuk

Penetapan Kinerja (PK). Dalam Pengukuran Kinerja sudah harus ditetapkan

indikator-indikator kinerja yang tepat (SMART = Specific, Measurable, Attainable,

Relevan, Time bound, Trackable).

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) merupakan bagian dari siklus SAKIP

yaitu Pelaporan Kinerja untuk menginformasikan pencapaian sasaran, informasi

kinerja yang telah diperjajikan, kemajuan pencapaian target jangka menengah,

evaluasi dan analisis capaian kinerja, pembandingan data kinerja, informasi

keuangan yang terkait pencapaian kinerja, permasalahan/hambatan yang dihadapi

dalam rangka pencapaian kinerja.

Page 3: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja ii

Kinerja instansi pemerintah dinilai dengan memperhatikan beberapa dokumen yang

menjadi acuan kinerja organisasi yaitu Rencana Strategis, Rencana Kinerja

Tahunan (RKT), Perjanjian Kinerja (PK), dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIN).

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani) memiliki

Sasaran berupa:

1. Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan hewan;

2. Meningkatnya kualitas laboratorium karantina hewan pada UPT Karantina

Pertanian;

3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko.

Pencapaian sasaran tersebut dilakukan dengan menyelesaikan kegiatan-kegiatan

yang telah ditandatangani dan ditetapkan dalam kontrak kinerja antara Kepala PKH

Kehani dengan Kepala Badan Karantina Pertanian dalam bentuk Perjanjian Kinerja

(PK). Keberhasilan PKH Kehani dalam mencapai PK menunjukkan performa kinerja

dari seluruh jajaran PKH Kehani.

Melalui LAKIN ini kami berharap pihak terkait dapat mengetahui dan atau menilai

kinerja PKH Kehani dan menjadi media pertanggungjawaban kinerja serta

digunakan sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan kinerja di tahun yang akan

datang.

Jakarta, Januari 2017

Kepala Pusat Karantina Hewan

Dan Keamanan Hayati Hewani

Sujarwanto

NIP. 1960.0301.1989.02.1.001

Page 4: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... I

DAFTAR ISI....................................................................................................... Iii

IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................... Iv

I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1. Organisasi dan Tata Kerja....................................................................... 2

2. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas.................................................... 2

3. Tugas dan Fungsi................................................................................... 4

II. PERJANJIAN KINERA................................................................................ 6

1. Moto......................................................................................................... 6

2. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja.................................................. 6

3. Penetapan Kinerja Tahun 2016............................................................... 9

III. KINERJA...................................................................................................... 13

1. Pengukuran Kinerja................................................................................. 13

2. Analisis Kinerja........................................................................................ 15

3. Matrik Pengukuran Kinerja.……………………………………………........ 58

4. Kinerja Tahun 2016................................................................................. 63

IV PENUTUP.................................................................................................... 64

Page 5: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iv

IKHTISAR EKSEKUTIF

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya sehingga Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati

Hewani (PKH Kehani), Badan Karantina Pertanian TA. 2017 selesai disusun.

Laporan kinerja berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai

tujuan/sasaran strategis instansi.

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani memiliki Tugas dan Fungsi

(Tusi) yaitu Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan

dan pengawasan keamanan hayati hewani. Sebagai upaya untuk menjalankan

tugas tersebut, PKH Kehani menjalanakan fungsi yaitu:

a. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan,

serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;

b. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan,

serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk hewan;

c. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan,

serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien species, agensia hayati,

produk rekayasa genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor

serta antar area.

Berdasarkan Rencana Strategis Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati

Hewani 2015-2019, PKH Kehani telah menetapkan sasaran dan indikator kinerja

tahun 2016 sebagaimana tercantum di dalam Perjanjian Kinerja sebagai berikut:

Page 6: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja v

Tabel 1. Perjanjian Kinerja PKH Kehani Tahun 2016

NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

1. Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan

Jumlah peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani

2 Dok

Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani

5 Dok

Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan keamanan hayati hewani

5 Lap

2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian

Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya

3 Dok

3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko

Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK

2 Dok

Berdasarkan perjanjian kinerja tersebut, selanjutnya dapat diukur capain kinerja

PKH Kehani Tahun Anggaran 2016 sebagai berikut:

Page 7: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja i

Tabel 2. Capaian Kinerja PKH Kehani 2016

Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi

Kegiatan Capaian Out Put

Tersusunnya

kebijakan teknis

perkarantinaan

Jumlah

peraturan/keput

usan Menteri

tentang

pencegahan

masuk dan

menyebarnya

HPHK, dan

keamanan

hayati hewani

2 Peraturan/Keputusan Menteri:

1. Tata cara tindakan karantina di

Pulau Karantina;

2. Tindakan Karantina Hewan

terhadap Pengeluaran Produk

Hewan Dari Wilayah Negara

Republik Indonesia

100%

100%

Kualitas yang dihasilkan:

1. Nota Dinas kepada Ka

Barantan dan SetbanTgl 10

Oktober 2016 (75%)

2. Nota Dinas kepada

KaBarantan dan Setban Tgl

24 Nopember 2016 (75%)

Jumlah

keputusan

Kepala Badan

Karantina

Pertanian

tentang

5 Keputusan Kepala Badan

Karantina Pertanian:

1. Pedoman Tindakan Karantina

Hewan Terhadap Alat Angkut

dan Kemasan

100%

Nota Dinas kepada

KaBarantan dan Setban Tgl 30

November 2016 (75%)

Page 8: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja ii

pencegahan

masuk dan

menyebarnya

HPHK, dan

keamanan

hayati hewani

2. Pedoman Tindakan Karantina

Hewan terhadap Vektor

3. Pedoman Tindakan Karantina

Hewan Di Tempat Pemeriksaan

Karantina

4. Analisis Risiko Pemasukan

Hewan Dari Luar Negeri

100%

100%

100%

Nota Dinas kepada

KaBarantan dan Setban Tgl 3

November 2016 (75%)

Nota Dinas kepada

KaBarantan dan Setban Tgl 7

Desember 2016 (75%)

Jumlah

dokumen

pembinaan,

dokumen

bimbingan

teknis dan

dokumen

monitoring

pencegahan

masuk dan

5 laporan sebagai berikut:

1. Laporan workshop nasional

hasil tindakan karantina hewan

2. Laporan workshop nasional

pengamatan status dan situasi

HPHK

100%

100%

Kualitas yang dihasilkan:

1. Nota Dinas kepada Ka

Barantan tgl 26 April 2016

2. Adopsi rumusan tindak

lanjut penyempurnaan

kebijakan dan operasional

(100%)

1. Nota Dinas kepada Ka

Barantan tgl 15 Agustus

2016

Page 9: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iii

menyebarnya

HPHK dan

keamanan

hayati hewani

3. Laporan National Animal

Quarantine Coordinating

Committe (NAQCC)

4. Laporan Pertemuan Komisi Ahli

Karantina Hewan

5.

100%

100%

100%

2. Adopsi rumusan tindak

lanjut dan Peta HPHK

(100%)

1. Nota Dinas kepada Ka

Barantan tgl 6 April 2016

2. Adopsi rumusan dan

rekomendasi tindak lanjut

(100%)

1. Adopsi rumusan tindak

lanjut penyempurnaan

kebijakan dan operasional

(100%)

Meningkatnya

kemampuan deteksi

risiko

Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK

2 Dokumen Bimbingan Teknis

Analisis Risiko Implementatif:

1. Analisis Risiko penyakit hewan

dari Luar Negeri (penyakit BSE

dari negara Meksiko).

1. 100%

Page 10: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja iv

2. Analisis Risiko di penyakit

hewan Antar Area (penyakit

Bruselosis dari Sulawesi

Selatan ke Kalimantan).

2. 100%

Page 11: LAKIN - Pertanian

2017

Pusat KH Kehani| Laporan Akuntabilitas Kinerja i

Keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian target PK ditentukan dengan persentase yang telah ditetapkan dengan klasifikasi sebagaiberikut: A. SANGAT BAIK : 96-100% B. BAIK : 76-95% C. CUKUP : 61-75% D. KURANG BAIK : ≤ 60%

Berdasarkan tabel 1, capaian target PKHKehani dapat dihitung sebagai

berikut:

Rerata nilai realisasi kegiatan: 100%

Rerata nilai kualitas hasil: 90%

Rerata capaian target: 95%

Setelah dilakukan perhitungan, capaian target PK PKHKehani adalah 95%

sehingga masuk dalam klasifikasi BAIK.

Beberapa hal yang menjadi hambatan dalam mencapai target yang telah

ditetapkan dengan mengacu pada indikator dapat dirangkum sebagai

berikut:

1. Tidak tersedianya SOP dan atau tidak ada implementasi mengenai

kepastian penetapan rancangan peraturan menteri.

2. Perubahan kebijakan Pemerintah pada awal tahun anggaran 2015

agar kegiatan diprioritaskan untuk diselenggarakan di fasilitas

Pemerintah dan bukan lagi di hotel memberi konsekuensi revisi

anggaran dan penyesuaian pelaksanaan kegiatan, sehingga realisasi

cenderung mundur.

3. Jumlah tim penyusun pada PKH Kehani yang berasal dari pejabat

fungsional Medik Veteriner Karantina Hewan kurang memadai,

sehingga personel tim penyusun tersebut terlibat dalam berbagai

kegiatan penyusunan kebijakan dan menjadi tidak fokus untuk

memprioritaskan rancangan kebijakan apa yang harus diselesaikan.

Page 12: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 1

BAB I

PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) berisi uraian pencapaian

sasaran strategis sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen PK dan

dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut sekurang-

kurangnya menyajikan informasi mengenai: a). pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi; b). realisasi pencapaian indikator kinerja organisasi;

c). penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja; dan d).

pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan

dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan.

Fokus pelaporan kinerja di dalam LAKIN adalah: (1).

Kementerian/Lembaga /Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan

pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat hasil (outcome); (2).

Unit kerja organisasi eselon I pada Kementerian/Lembaga dan Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melaporkan pencapaian tujuan/sasaran

strategis yang bersifat hasil (outcome) dan atau keluaran (output) penting;

(3). Unit kerja mandiri lainnya melaporkan pencapaian sasaran strategis

yang bersifat keluaran (output) penting dan atau keluaran (output) lainnya.

Dengan demikian, mengingat PKH Kehani diangap sebagai suatu Unit

Kerja Mandiri, maka fokus yang dilaporkan adalah pencapaian sasaran

strategis yang bersidat keluaran (output) penting dan atau keluaran

(output) lainnya.

Melalui penyusunan LAKIN PKH Kehani yang sesuai dengan pedoman,

diharapkan dapat diperoleh manfaat yaitu sebagai: a). Bahan evaluasi

kinerja PKH Kehani bagi pihak yang membutuhkan; b). Penyempurnaan

dokumen perencanaan PKH Kehani untuk periode yang akan datang; c).

Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan PKH Kehani yang

Page 13: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 2

akan datang; d). Penyempurnaan berbagai kebijakan PKH Kehani yang

diperlukan.

1. Organisasi dan Tata Kerja

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani)

dipimpin oleh Kepala Pusat dengan tingkat Jabatan Eselon 2A yang

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Karantina Pertanian.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala PKH Kehani selama tahun

2015 dibantu oleh Bidang Karantina Hewan Hidup; Bidang Karantina

Produk Hewan; Bidang Keamanan Hayati Hewani; dan Kelompok Jabatan

Fungsional.

Gambar 1. Struktur Organisasi PKH Kehani

2. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas

a) Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan nepotisme

(lembaran negara tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3851);

PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI

BIDANG KARANTINA HEWAN HIDUP

BIDANG KEAMANAN HAYATI

HEWAN

BIDANG KARANTINA PRODUK HEWAN

SUBBIDANG HEWAN IMPOR

SUBBIDANG HEWAN EKSPOR

DAN ANTAR AREA

SUBBIDANG PRODUK HEWAN IMPOR

SUBBIDANG PRODUK HEWAN EKSPOR

DAN ANTAR AREA

SUBBIDANG KEAMANAN HAYATI

HEWAN EKSPOR DAN ANTAR

AREA

SUBBIDANG KEAMANAN HAYATI

HEWAN IMPOR

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Page 14: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 3

b) Undang-undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan,

Ikan dan Tumbuhan;

c) Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan;

d) Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang Karantina

Hewan;

e) Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

f) Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 tentang Kementerian

Pertanian;

g) Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian;

h) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani memiiliki total

jumlah pegawai sebanyak 38 orang. Distribusi pegawai sesuai struktur

organisasi sebagaimana tercantum pada Tabel 3.

Berdasarkan analisis beban operasional saat ini PKH Kehani belum

memiliki tingkat kesesuaian yang memadai antara jumlah distribusi dan

kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap kebutuhan organisasi

sesuai tugas dan fungsi. Idealnya pada setiap Sub Bidang pada Pusat KH

Kehani terdiri masing-masing minimal 3 orang Dokter Hewan Pejabat

Fungsional, sehingga dalam 1 Bidang terdapat minimal 6 orang Dokter

Hewan Pejabat Fungsional. Kondisi pada saat ini, pada Bidang Karantina

Hewan Hidup jumlah Dokter Hewan selain pejabat eselon 4 ada 4 orang,

adapun pada Bidang Karantina Produk Hewan jumlah Dokter Hewan

selain pejabat eselon 4 ada 3 orang dan pada Bidang Keamanan Hayati

Hewani ada 4 orang.

Page 15: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 4

Tabel 3. Distribusi SDM Berdasarkan Organisasi Unit Kerja

NO. UNIT ORGANISASIJUMLAH

(Orang)

1. PUSAT KHKEHANI 1

1.1. Bidang Karantina Hewan Hidup 13

1.2. Bidang Karantina Produk Hewan 11

1.3. Bidang Keamanan Hayati Hewani 8

1.4 Kelompok Jabatan Fungsional 5

Jumlah 38

3. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pertanian; serta Peraturan Menteri Pertanian Republik

Indonesia Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa tugas Pusat

Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani adalah Melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan dan pengawasan

keamanan hayati hewani. Struktur organisasi Pusat KH Kehani

sebagaimana tercantum pada Gambar 1.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

43/Permentan/OT.010/8/20115 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementrian Pertanian menyatakan bahwa Kedudukan, Tugas Pokok dan

Fungsi Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani adalah

sebagai berikut:

a. Tugas

a) Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan

dan pengawasan keamanan hayati hewani;

b) Bidang Karantina Hewan Hidup mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;

c) Bidang Karantina Produk Hewan mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis,

Page 16: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 5

pemantauan dan evaluasi pelaksanaan perkarantinaan produk

hewan;

d) Bidang Keamanan Hayati Hewani mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien

species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan

media pembawa lain impor, ekspor serta antar area;

e) Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan

kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas Pusat Karantina Hewan dan Keamanan

Hayati Hewani menyelenggarakan fungsi:

a) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;

b) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk

hewan; dan

c) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien

species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan

media pembawa lain impor, ekspor serta antar area.

Page 17: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 6

BAB II

PERJANJIAN KINERJA

1. Moto

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani sebagai unit kerja

eselon 2 menetapkan Moto kinerja dengan mengacu pada Visi Badan

Karantina Pertanian, yaitu: Pusat Karantina Hewan dan Keamanan

Hayati Hewani sebagai Pusat Teknis yang Tangguh dan Terpercaya

Dalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati Hewan,

Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta Keamanan Pangan.

2. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja

Dalam rangka mengejawantahkan Moto PKH Kehani, telah ditentukan

Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja sesuai dengan Perjanjian Kinerja

PKH Kehani Tahun 2016, sebagai berikut:

Tabel 4. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja PKH Kehani 2016

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja

Tersusunnya kebijakan teknis

perkarantinaan

Jumlah peraturan/keputusan

Menteri tentang pencegahan

masuk dan menyebarnya HPHK,

dan keamanan hayati hewani

Jumlah keputusan Kepala Badan

Karantina Pertanian tentang

pencegahan masuk dan

menyebarnya HPHK, dan

keamanan hayati hewani

Jumlah dokumen pembinaan,

dokumen bimbingan teknis dan

dokumen monitoring pencegahan

masuk dan menyebarnya HPHK

dan keamanan hayati hewani

Page 18: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 7

Meningkatnya kualitas laboratorium

UPT karantina pertanian

Jumlah UPT yang laboratoriumnya

terakreditasi sesuai ruang lingkup

tugasnya

Meningkatnya kemampuan deteksi

risiko

Jumlah dokumen Analisis Resiko

HPHK

Berdasarkan rencana strategis PKH Kehani Tahun 2015-2019, target

sasaran kegiatan PKH Kehani adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Target sasaran PKH Kehani 2015-2019

Sasaran

Kegiatan 1

Indikator Kinerja 2015 2016 2017 2018 2019

Tersusunnya

kebijakan teknis

perkarantinaan

hewan

Jumlah

peraturan/keputusan

Menteri tentang

pencegahan masuk

dan menyebarnya

HPHK, dan

keamanan hayati

hewani

1 1 1 1 1

Jumlah keputusan

Kepala Badan

Karantina Pertanian

tentang pencegahan

masuk dan

menyebarnya

HPHK, dan

keamanan hayati

hewani

6 8 8 8 8

Page 19: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 8

Jumlah dokumen

pembinaan,

dokumen

bimbingan teknis

dan dokumen

monitoring

pencegahan masuk

dan menyebarnya

HPHK dan

keamanan hayati

hewani

18 18 18 18 18

Sasaran

Kegiatan 2

Meningkatnya

kualitas

laboratorium UPT

karantina

pertanian

Jumlah UPT yang

laboratoriumnya

terakreditasi sesuai

ruang lingkup

tugasnya

3 3 3 3 3

Sasaran

Kegiatan 3

Meningkatnya

kemampuan

deteksi risiko

Jumlah dokumen

Analisis Resiko

HPHK

2 10 10 10 10

Jenis-jenis kegiatan anggaran yang diselenggarakan pada tahun 2016

selanjutnya mengacu pada Renstra Pusat KH Kehani.

Page 20: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 9

3. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Dalam rangka menjalankan Renstra PKH Kehani, telah dijabarkan dalam

bentuk Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2016 sebagai berikut:

Tabel 6. Rencana Kinerja Tahunan 2016

No. Rencana Kegiatan Target

Realisasi

Rencana

Anggaran

(Rp)

Peningkatan Sistem Karantina

Hewan dan Keamanan Hayati

Hewani

7.227.012.000

1. Rumusan Kebijakan dan

Rekomendasi Karantina Hewan

dan Keamanan Hayati Hewani

25 Dokumen

7.227.012.000

1) Permentan Tata Cara Tindakan

KH di Pulau Karantina

2) Permentan Sistem Sertifikasi

Ekspor Produk Hewan

3) Penyusunan Pedoman Tindakan

Karantina Hewan Terhadap Alat

Angkut dan Kemasan

4) Penyusunan Pedoman Tindakan

Karantina Hewan Terhadap

Vektor HPHK

5) Penyusunan Pedoman Terhadap

TKH di TPK

6) Analisa Risiko Pemasukan

Hewan dari Luar Negeri

7) Verifikasi dan Analisa Resiko MP

HPHK ke Negara Asal

281.725.000

252.358.000

208.306.000

178.419.000

169,556,000

184.472.000

849.630.000

Page 21: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 10

8) Pembinaan/Bimbingan Teknis,

Monitoring dan Evaluasi

Karantina Hewan dan Kehani

(Sosialisasi Kebijakan Teknis

KH dan Kehani; Bimbingan

Teknis KH dan Kehani;

Pembinaan Teknis KH dan

Kehani; Monitoring

Implementasi Kebijakan KH

dan Kehani; Komisi Ahli

Karantina; Evaluasi

Implementasi Kebijakan Kh

dan Kehani; Koordinasi

Perkarantinaan Hewan dan

Kehani dengan instansi terkait;

Dukungan Internal

Perkarantinaan Hewan dan

Kehani)

9) Fasilitas Dukungan UPSUS

Capaian Peningkatan Produksi

Pangan di Propinsi Sulawesi

Utara

4.228.106.000

248.449.000

Selanjutnya dengan mengacu RKT dan anggaran yang telah ditetapkan,

PKH Kehani telah menentukan Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2016

sebagai berikut:

Page 22: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 11

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN

HAYATI HEWANI

NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

1. Tersusunnya kebijakan teknis

perkarantinaan

Jumlah peraturan/keputusan

Menteri tentang pencegahan

masuk dan menyebarnya

HPHK, dan keamanan hayati

hewani

2 Dok

Jumlah keputusan Kepala

Badan Karantina Pertanian

tentang pencegahan masuk dan

menyebarnya HPHK, dan

keamanan hayati hewani

8 Dok

Jumlah dokumen pembinaan,

dokumen bimbingan teknis dan

dokumen monitoring

pencegahan masuk dan

menyebarnya HPHK dan

keamanan hayati hewani

18 Lap

2. Meningkatnya kualitas

laboratorium UPT karantina

pertanian

Jumlah UPT yang

laboratoriumnya terakreditasi

sesuai ruang lingkup tugasnya

3 Dok

3. Meningkatnya kemampuan deteksi

risiko

Jumlah dokumen Analisis

Resiko HPHK

10 Dok

Page 23: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 12

Kegiatan Anggaran

1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan

Keamanan Hayati Hewani

Rp. 8.357.436.000

Jumlah anggaran yang diperlukan untuk mencapai Penetapan Kinerja

tersebut adalah Rp. 3.047.286.845

Keberhasilan dalam mencapai target PK, selanjutnya diukur berdasarkan

indikator yang telah ditetapkan dengan menggunakan rumus perhitungan

yang telah disepakati di Badan Karantina Pertanian. Pusat Karantina

Hewan dan Keamanan Hayati Hewani merupakan Unit Kerja Eselon II,

dengan demikian pelaporan terhadap capaian Penetapan Kinerja

mengacu pada Pasal 17 ayat (3) Peraturan Menteri Pendayagunan

Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2000 yaitu bahwa substansi yang

dilaporkan adalah pencapaian sasaran strategis yang bersifat keluaran

(output) penting dan atau keluaran (output) lainnya.

Page 24: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 13

BAB III

KINERJA

1. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja pada PKH Kehani Tahun 2015 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target Perjanjian Kinerja (PK) dengan capaian

kinerja serta memperhitungkannya dengan menggunakan rumus yang

telah ditentukan.

Keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian target PK ditentukan

dengan persentase yang telah ditetapkan dengan klasifikasi sebagai

berikut:

A. SANGAT BAIK : 96-100%

B. BAIK : 76-95%

C. CUKUP : 61-75%

D. KURANG BAIK : ≤ 60%

Capaian target PKH Kehani selanjutnya dinilai dengan menghitung nilai

rerata capaian target dan mencocokkan dengan klasifikasi persentase

kualitas kebijakan yang telah disepakati.

Page 25: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 14

Perjanjian Kinerja PH Kehani Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN

HAYATI HEWANI

NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

1. Tersusunnya kebijakan teknis

perkarantinaan

Jumlah peraturan/keputusan

Menteri tentang pencegahan

masuk dan menyebarnya

HPHK, dan keamanan hayati

hewani

2 Dok

Jumlah keputusan Kepala

Badan Karantina Pertanian

tentang pencegahan masuk dan

menyebarnya HPHK, dan

keamanan hayati hewani

8 Dok

Jumlah dokumen pembinaan,

dokumen bimbingan teknis dan

dokumen monitoring

pencegahan masuk dan

menyebarnya HPHK dan

keamanan hayati hewani

18 Lap

2. Meningkatnya kualitas

laboratorium UPT karantina

pertanian

Jumlah UPT yang

laboratoriumnya terakreditasi

sesuai ruang lingkup tugasnya

3 Dok

3. Meningkatnya kemampuan deteksi

risiko

Jumlah dokumen Analisis

Resiko HPHK

10 Dok

Kegiatan Anggaran

1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan

Keamanan Hayati Hewani

Rp. 8.357.436.000

Page 26: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 15

Jumlah anggaran yang diperlukan untuk mencapai Penetapan Kinerja

tersebut adalah Rp. 3.047.286.845.

Dalam menentukan keberhasilan PK, sesuai dengan capaian target yang

diperoleh.

2. ANALISIS KINERJA

Analisis kinerja dilakukan dengan memberikan bobot kualitas terhadap

capaian yang telah dihasilkan oleh PKH Kehani. Penilaian bobot kualitas

mengacu pada tabel sebagai berikut:

Tabel 7. Klasifikasi kualitas capaian

No. Bobot Nilai Keterangan

1. 100% Kebijakan telah ditetapkan dengan

terbitnya Surat Keputusan.

2. 75% Kebijakan belum ditetapkan dan

sudah disampaikan kepada Kepala

Badan Karantina Pertanian melalui

Nota Dinas agar dapat diproses lebih

lanjut.

3. 50% Kebijakan belum ditetapkan, naskah

belum terselesaikan, dan belum

disampaikan kepada Sekretariat

Badan Karantina Pertanian melalui

Nota Dinas.

Setelah dilakukan pembobotan selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai

dengan rumus.

Page 27: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 16

Analisis terhadap capaian PK PKH Kehani diuraikan sebagai berikut:

A. Rancangan Peraturan Menteri

1) Perumusan Tata Cara Tindakan Karantina Hewan di Pulau

Karantina

Pembangunan pertanian pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan

meningkatkan serta meratakan taraf hidup rakyat. Untuk mencapai tujuan

tersebut, sub sektor peternakan meletakkan salah satu prioritas utamanya

pada pengembangan usaha peternakan sapi dan kerbau melalui program

swasembada daging sapi dan kerbau.Salah satu indikator utama dalam

swasembada daging adalah populasi ternak sapi.Jika populasi ternak sapi

mencukupi untuk kebutuhan konsumsi daging maka dianggap telah

swasembada.

Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan, namun

peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi

yang memadai. Berdasarkan data sensus sapi dan kerbau nasional

(SUSENAS), konsumsi daging tahun 2011 berjumlah 1,87

kg/kapita/tahun. Dengan parameter pertumbuhan penduduk 1,49% dan

pertumbuhan ekonomi 6,6% maka perkiraan kosumsi daging tahun 2012

sebesar 1,89 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data tersebut diperkirakan

kebutuhan daging nasional tahun 2012 mencapai 484.000 ton.

Data SUSENAS juga menunjukkan potensi sapi potong, sapi perah dan

kerbau tahun 2011 tercatat 2.942.080 ekor, dan tahun 2012 jumlah

potensial stock sebesar 3.048.012 ekor, namun demikian hanya sebesar

80% potensial stok yang dapat dimanfaatkan menjadi ready stock,

sehingga hanya 2,4 juta ekor sapi atau setara dengan daging sebanyak

399. 320 ton yang dapat memasok kebutuhan dalam negeri, sehingga

terdapat selisih ready stock dengan kebutuhan nasional yang harus

dipenuhi melalui impor.

Page 28: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 17

Saat ini dalam memenuhi kebutuhan akan daging nasional tahun 2012

pemerintah melakukan importasi yang terdiri dari daging sapi 34.000 ton

dan sapi bakalan sebanyak 283.000 ekor (setara dengan 51.000 ton). Dari

data tersebut tampak bahwa terdapat peningkatan konsumsi daging tiap

tahun, hal ini bila tidak diimbangi dengan peningkatan produksi sapi dan

kerbau akan menyebabkan Indonesia akan terus bergantung pada impor

baik sapi bakalan maupun daging untuk memenuhi kebutuhan daging

nasional.

Importasi baik sapi bakalan maupun daging sapi berpotensi untuk masuk

dan tersebarnya agen penyakit eksotik berbahaya di wilayah RI.Hal ini

harus diantisipasi sebagai suatu sistem pengamanan negara terhadap

ancaman agen penyakit hewan yang dapat berdampak buruk, tidak saja

terhadap kesehatan hewan tetapi juga terhadap kesehatan manusia

(zoonosis).Fungsi pengamanan negara tersebut harus dioptimalkan oleh

Badan Karantina Pertanian sebagai institusi yang bertugas mencegah

masuk dan tersebarnya agen penyakit hewan dari dan ke dalam wilayah

negera Republik Indonesia.

Dalam upaya mengurangi importasi, pemerintah dalam hal ini

Kementerian Pertanian mencanangkan Program Swasembada Daging

Sapi Dan Kerbau (PSDSK) sejak tahun 2007. Salah satu program dalam

pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau adalah Peningkatan

kuantitas dan kualitas benih/bibit dengan mengoptimalkan sumberdaya

lokal.Ternak bibit yaitu ternak unggul yang memiliki mutu genetik tinggi

dan dihasilkan melalui proses pemuliaan, mampu bereproduksi sehingga

turunan yang dihasilkan memiliki ciri-ciri yang seragam, stabil, unik, dan

beridentitas. Beberapa daerah yang merupakan sentra sapi bibit kerap

menyebarkan ke daerah lain. Misalnya bibit sapi Grobogan, Jawa Tengah

akan dikembangkan ke Rokan Hulu Riau dalam upaya pengembangan

peternakan sapi daerah. Selain itu Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara,

yang ditetapkan sebagai kawasan penyangga daging nasional mensupply

Page 29: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 18

kebutuhan untuk wilayah Maluku, Papua, DKI Jakarta, Makassar, dan

Nusa Tenggara Timur.Hal ini yang perlu diwaspadai, dengan berbedanya

status hama penyakit antar wilayah Indonesia, maka perlu dilakukan

tindakan karantina terlebih dahulu sehingga penyebaran penyakit ke

daerah lain di dalam wilayah RI dapat dicegah.

Saat ini importasi hanya dapat dilakukan dari Australia, Selandia Baru,

dan Amerika Serikat. Ketiga negara itu sudah terbebas dari penyakit PMK.

Hal ini menyebabkan ketergantungan dan dominasi sapi dan daging sapi

impor hanya dari negara tersebut sehingga memicu harga yang relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan supply dari negara lain seperti Brazil,

India, dan Vanuatu. Tingginya harga daging menyebabkan konsumsi

perkapita daging indonesia yaitu 1,87 kg/kapita/tahun tergolong rendah

dan masih jauh dari konsumsi daging ideal yaitu 4,9 kg / kapita/ tahun.

Konsumsi daging sapi perkapita per tahun di Indonesia juga paling rendah

dibandingkan dengan 10 negara ASEAN lainnya. Sebagai perbandingan

Laos sudah mencapai 7 kg/kapita/tahun.

Tingginya permintaan akan daging namun disisi lain harga daging yang

tinggi memicu penyelundupan dan importasi daging ilegal terutama saat

permintaan daging meningkat tajam misalnya pada hari raya. Importasi

daging ilegal biasanya berasal negara yang belum bebas penyakit

hewan. Hal ini sangat berisiko terhadap kemungkinan penyebaran

penyakit hewan yang dibawa oleh media pembawa. Apalagi saat ini

Indonesia merupakan negara yang bebas dari beberapa penyakit hewan

yang sangat contagious dan zoonosis, diantaranya adalah Penyakit Mulut

dan Kuku (PMK/FMD), African swine fever (ASF), Bovine Spongiform

Encephalopathy (BSE), Contagious Bovine Pleuro Pneumonia (CBPP),

dan beberapa penyakit hewan lainnya.

Importasi dari negara yang belum bebas penyakit sebenarnya dapat

dilakukan disuatu wilayah yang ditetapkan sebagai pulau karantina,

Page 30: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 19

sebagaimana Brazil yang sudah menerapkan sistem pulau karantina

dengan mengisolasi hewan ternaknya di suatu wilayah untuk memastikan

ternak bebas dari PMK. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan OIE

Pasal 5.6.2c yang menyebutkan “kejadian penyakit/infeksi pada hewan

yang diimpor, di dalam lokasi karantina tidak akan mempengaruhi status

kesehatan hewan dari suatu negara atau zona”. Keberadaan pulau

karantina dapat mengantisipasi pemasukan daging ilegal, dimana daging

dari negara yang belum bebas diolah dan diberi perlakukan untuk

membebaskan dari penyakit dan kemudian didistribusikan ke wilyah RI.

Peningkatan volume dan frekuensi importasi hewan dan produk hewan

menyebabkan peningkatan risiko masuk dan tersebarnya hama penyakit

hewan karantina dan penyakit hewan eksotik yang dapat mengancam

kesehatan hewan, manusia dan kelestarian sumber daya alam hayati di

Indonesia. Introduksi penyakit yang sebelumnya tidak ada di Indonesia

telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Diantaranya ditemukanBovine

Viral Diarrhea (BVD) pada tahun 1997, Enzootic Bovine Leucosis (EBL)

pada tahun 2002, Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) pada tahun

2002,danParatuberculosispada tahun 2008, memprihatinkan dan perlu

mendapat perhatian. Oleh sebab itu diperlukan upaya penyelenggaraan

sistem karantina hewan yang maksimal dalam penyediaan sarana dan

prasarana tindakan karantina agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan

secara optimal.

Pelaksanaan tindakan karantina di border, secara teknis memerlukan

ketersediaan sarana dan prasarana berupa Instalasi Karantina Hewan

(IKH),yaitu lokasi berikut bangunan dan perlengkapan yang dibutuhkan

dalam melaksanakan tindakan karantina. Sampai saat ini Indonesia belum

memiliki Instalasi Karantina Hewan Permanen (IKHP) yang memadai dan

mencukupi untuk pelaksanaan tindakan karantina terhadap seluruh

importasi sapi bibit dan sapi potong. Selama ini kebutuhan terhadap

instalasi karantina hewan diatasi dengan menetapkan lokasi pemeliharaan

Page 31: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 20

(holding ground) pemilik sebagai Instalasi Karantina Hewan Sementara

(IKHS) untuk masa waktu satu tahun yang dapat diperpanjang kembali,

sebelum adanya IKH permanen milik pemerintah. Data tahun 2011 IKH

milik pemerintah terletak di10lokasi dengan daya tampung kurang dari

1.500 ekor.Sedangkan IKHS yang selama ini ditetapkan umumnya

berlokasi jauh dari tempat pemasukan (pelabuhan/bandara), tersebar di

berbagai wilayah, bahkan ada juga yang berada pada wilayah

pengembangan peternakan.Hal ini menjadi kendala dalam

mengoptimalisasi pelaksanaan tindakan karantina dilapangan.

Pulau karantina merupakan solusi swasembada daging nasional, dimana

Pulau karantina merupakan pulau yang dikhususkan untuk melakukan

tindakan karantina dengan jarak dan lokasi yang memenuhi syarat aman

terhadap kemungkinan penyebaran agen penyakit hewan serta dukungan

infrastruktur, antara lain kandang dan laboratorium yang memadai.

Keberadaan pulau khusus untuk tindakan karantina akan memudahkan

dalam proses mitigasi agen penyakit hewan yang ada dalam tubuh

hewan/ternak dan mengurangi jumlah IKHS yang ada saat ini, sehingga

tindakan karantina dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif .

Pulau karantina juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan

bibit/benih dalam rangka peningkatan mutu genetik ternak dalam negeri.

Saat ini indonesia belum memiliki pusat perbibitan yang memadai. Pusat

perbibitan merupakan sumber bagi ketersediaan bibit unggul untuk

pengembangan peternakan sapi.Perbedaan situasi penyakit antar daerah

provinsi berpotensi penyebaran bibit yang masih mengandung agen

penyakit.Untuk itu karantina perlu menyediakan fasilitas pengamanan

maksimum untuk menjamin bibit yang disebarkan sudah bebas

penyakit.Pulau karantina berperan agar ketersediaan benih bibit ternak

terjamin secara berkelanjutan dan bebas dari penyakit berbahaya.

Page 32: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 21

Konsep Pulau Karantina dapat difokuskan untuk tindakan karantina

terhadap media pembawa berisiko tinggi (high risk) terhadap

kemungkinan penyebaran penyakit hewan yang memiliki daya contagious

tinggi, memerlukan masa pengamatan yang lama, mendeteksi penyakit

hewan yang ditularkan melalui induk (maternal) dan berdampak terhadap

ekonomi serta kesehatan manusia (zoonosis). Prinsip dari pulau karantina

adalah memastikan media pembawa berisiko tinggi yang akan masuk ke

Indonesia bebas dari agen penyakit hewan. Keberadaan pulau karantina

ini memungkinkan pemasukan media pembawa dari negara yang berbeda

status kesehatannya dengan Indonesia (zone based). Hal ini sejalan

dengan kebijakan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang tidak lagi

menerapkan sistem negara (country based) terhadap status penyakit

hewan sebuah negara. Kebijakan pulau karantina juga akan mengurangi

ketergantungan akan sumber hewan/ternak dari satu atau dua negara

saja, serta membuka alternatif sumber hewan/ternak bibit/bakalan dari

negara lainnya yang masih tertular hama penyakit hewan karantina.

Pembangunan pulau karantina sangat mungkin direalisasikan karena

Indonesia memiliki banyak pulau yang dapat dijadikan salah satu alternatif

pulau karantina. Sistem pulau karantina dimana tindakan karantina

dilakukan di suatu pulau, sebelumnya telah ada di Amerika Serikat,

Australia dan Filipina.Karantina pulau merupakan suatu sistem terintegrasi

dari pelaksanaan tindakan karantina dalam upaya mencegah masuknya

agen penyakit hewan ke wilayah NKRI yang dilakukan di pulau khusus

(pulau karantina).

Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang sangat mendukung dalam

rangka meningkatkan potensi pertanian, namun seiring dengan globalisasi

maka perlindungan terhadap potensi bangsa harus dilakukan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan menjadi salah satu sentra

pertumbuhan ekonomi di dunia. Dengan penerapan pulau karantina,

Indonesia dianggap mampu dan sanggup sebagai negara penyedia bahan

Page 33: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 22

pangan dunia.Karantina yang tangguh juga melindungi Negara Republik

Indonesia dari ancaman Bioterorism dan Agroterorism, perlindungan

terhadap plasma nutfah dan keanekaragaman hayati. perlindungan

sumberdaya alam hayati hewani dari ancaman penyakit hewan, menjamin

ketentraman batin masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis,

foodborne diseases dan bahan berbahaya dalam pangan dan pakan,

mempertahankan status bebasnya wilayah Indonesia dari hama penyakit

hewan tertentu dari luar negeri dan antar area, meningkatkan daya saing

komoditas hewan dan produknya di pasar global dan domestik serta

menjamin kelancaran arus lalulintas perdagangan hewan dan produk

hewan.

Tindakan karantina hewan di Pulau Karantina perlu diatur secara khusus

karena pemasukan hewan melalui Pulau Karantina memiliki risiko

tersendiri dan cenderung membutuhkan tingkat kewaspadaan yang

sangat tinggi dibandingkan dengan pemasukan sapi yang sifatnya regular.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penyusunan

mengenai tata cara tindakan karantina hewan di Pulau Karantina dalam

bentuk Peraturan Menteri

Pencapaian PK berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang

Tata Cara Tindakan Karantina Hewan di Pulau Karantina dilaksanakan

dalam Kegiatan dilakukan dalam 8 (delapan) tahapan yaitu: 1). Persiapan

penyusunan permentan, 2). Penyusunan rancangan permentan, 3).

Pembahasan rancangan permentan, 4). Workshop atau uji konsep

rancangan permentan, 5). Uji publik rancangan permentan, 6). Finalisasi

penyusunan rancangan permentan, 7). Permentan, dan 8). Pelaporan.

Hasil kegiatan berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang

Tata Cara Tindakan Karantina Hewan di Pulau Karantina selanjutnya

ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 10 Oktober

2016 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada

Sekretariat Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya.

Page 34: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 23

Rangkaian kegiatan perumusan tata cara tindakan karantina hewan antar

area dengan keluaran berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian

telah selesai dilaksanakan, dengan demikian PK dari kegiatan ini telah

berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%.

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Perumusan Tata Cara Tindakan

Karantina Hewan Antar Area dinilai tidak menemui kendala yang berarti

dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum

mencapai 100% karena rancangan peraturan yang dihasilkan belum

ditetapkan oleh Menteri.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan perumusan

tata cara tindakan karantina hewan di pulau karantina adalah sebesar Rp.

281.725.000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp.

219.915.700atau 78,06%.

2) Peraturan Menteri Tentang Tindakan Karantina Hewan terhadap

Pengeluaran Produk Hewan Dari Wilayah Negara Republik

Indonesia

Globalisasi dalam kerangka perdagangan internasional serta ancaman

yang sekaligus peluang dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) mendorong pemerintah Indonesia menghadapi tantangan yang

ada dalam hal kesehatan hewan, antara lain meningkatnya risiko

penyakit hewan yang dilalulintaskan melalui produk hewan,

peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kualitas produk

pertanian, penyelesaian kesenjangan regulasi yang ada. Kondisi ini

mendorong masing-masing negara memperketat persyaratan jaminan

Page 35: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 24

kesehatan, mutu dan keamanan hasil pertanian sebagai instrumen

pengendalian perdagangan antar negara.

MEA dapat menjadi kesempatan yang baik buat Indonesia karena

hambatan perdagangan akan berkurang, bahkan menjadi tidak ada.

Hal ini akan berdampak pada peningkatan ekspor yang pada akhirnya

akan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Namun

demikian dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap

menghadapi MEA 2015. Hal itu disebabkan daya saing ekonomi

nasional dan daerah belum siap. Keterbatasan infrastruktur dalam

negeri juga menjadi masalah krusial di masa mendatang. Wujud

kinerja MEA 2015 dari sisi karantina adalah fasilitasi kelancaran arus

barang/produk pertanian yang diperdagangkan. Dengan demikian,

salah satu fokus yang perlu mendapatkan perhatian serius

menyangkut kesetaraan sistem manajemen risiko antar negara

anggota MEA. (Renstra BARANTAN 2015-2019).

Dalam perdagangan internasional, peran Badan Karantina Pertanian

(BARANTAN) adalah 1) mengoperasionalkan persyaratan teknis

(persyaratan karantina) impor yang ditetapkan di 3 (tiga) titik yaitu

sebelum masuk (pre border), di tempat pemasukkan (at border) dan

setelah pemasukan (post border) dalam upaya tindakan perlindungan

terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan; 2)

memfasilitasi ekspor komoditas pertanian melalui pemeriksaan, audit,

verifikasi dan sertifikasi karantina ekspor agar persyaratan teknis yang

ditentukan negara pengimpor dapat terpenuhi; 3) turut serta

memverifikasi persyaratan teknis negara tujuan ekspor agar tetap

dalam koridor perjanjian SPS; 4) sebagai ‘Notification Body’ dan

‘National Enquiry Point’ Sanitary and Phytosanitary Agreement (SPS).

Berdasarkan data BARANTAN tahun 2015, terdapat beberapa jenis

bahan asal hewan (BAH) dan hasil bahan asal hewan (HBAH) ekspor,

Page 36: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 25

yaitu bulu; daging segar dan olahan untuk pakan, industri dan

konsumsi; jerohan babi dan sapi; kuku; kulit kambing, reptil, sapi,

satwa, dan ular; madu; sarang walet; susu sapi; keju; tanduk; telur

bebek/itik; telur tetas; tepung asal hewan dan unggas; tulang, dengan

frekuensi ekspor atau penerbitan sertifikat sanitasi produk hewan (KH-

10) sebanyak 20.087 kali.

Apabila dibandingkan dengan data eskpor BAH dan HBAH tahun 2013

dan 2014 terdapat kenaikan 2 kali lipat untuk setiap tahunnya. Adanya

MEA tidak menutup kemungkinan terjadi lonjakan ekspor jenis BAH

dan HBAH di tahun mendatang yang diprediksi 3 kali lipat dari tahun

2015.

Penerbitan sertifikat kesehatan bagi BAH dan HBAHoleh dokter hewan

karantina di tempat pengeluaran merupakan rantai akhir dari sistem

penerbitan sertifikat kesehatan dalam rangka penjaminan keamanan,

higiene dan sanitasi BAH dan HBAH dari hama penyakit hewan

karantina (HPHK), serta yang secara langsung atau tidak langsung

dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

1) Tahapan Kegiatan

Tahapan Kegiatan terdiri dari :

1. Persiapan penyusunanPermentan.

2. Penyusunan Rancangan Permentan

3. Pembahasan Rancangan Permentan

4. Workshop atau Uji Konsep Rancangan Permentan

5. Uji Publik Rancangan Permentan

6. Finalisasi Penyusunan Rancangan Permentan

2) Hasil Kegiatan

1. Outline rancangan Permentan Tindakan Karantina Hewan

terhadap Pengeluaran Produk Hewan dari Wilayah Negara

Republik Indonesia

Page 37: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 26

BAB I : KETENTUAN UMUM

- Definisi

- Maksud Dan Tujuan

- Ruang Lingkup

BAB II : PERSYARATAN KARANTINA HEWAN

BAB III : TINDAKAN KARANTINA HEWAN

- TKH di Tempat Pengeluaran yang Tidak Terdapat Alat Angkut

Langsung ke Negara Tujuan

- TKH untuk Produk Hewan Berupa Barang Bawaan

- TKH untuk Produk Hewan untuk Penelitian, Pameran, Contoh

BAB IV : PELAPORAN

BAB V : JENIS PRODUK HEWAN

BAB VI : KETENTUAN PENUTUP

2. Masukan dan tanggapan rapat rancangan Permentan Sertifikasi

Produk Hewan:

a. Ruang lingkup pelaporan akan dihilangkan dan dimasukkan

dalam proses TKH;

b. Akan disusun MP HPHK yang masuk dalam pengaturan di dalam

Permentan;

c. Untuk barang yang seharusnya diperiksa karantina namun lolos,

perlubantuan BC untuk membantu pengawasannya;

d. Disepakati sertifikat veteriner menjadi persyaratan jika

dipersyaratkan negara tujuan;

e. Istilah persyaratan teknis negara tujuan berubah menjadi

persyaratan negara tujuan;

f. TKH produk hewan untuk penelitian, pameran dan contoh akan

dijadikan satu dengan TKH produk hewan berupa barang bawaan

penumpang;

g. Tidak dilakukan pungutan PNBP di tempat pengeluaran ekspor

jika sudah dilakukan TKH di tempat pengeluaran asal;

Page 38: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 27

h. Maksimal barang bawaan penumpang yang awalnya sejumlah 10

kg atau 10 liter menjadi 20 kg atau 20 liter;

i. Khusus MP berupa daging, harus berasal dari RPH atau tempat

penjualan daging yang diawasi oleh dokter hewan berwenang di

bidang kesmavet;

j. MP HPHK berupa produk hewan dikelompokkan berdasarkan

tingkat kerentanan;

k. Penggolongan/pengelompokkan berdasarkan tingkat kerentanan

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian;

3) Keluaran Kegiatan

Rancangan Permentan Tentang Tindakan Karantina Hewan terhadap

Pengeluaran Produk Hewan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia

yang telah disampaikan kepada Sekretaris Badan Karantina dengan

Memo Dinas tanggal 24 November 2016

Rangkaian kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan demikian PK

dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%.

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan ini dinilai tidak menemui kendala

yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum

mencapai 100% karena rancangan Dokumen Induk yang dihasilkan

belum ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau

mendukung kegiatan Penyusunan Permentan Tindakan Karantina Hewan

Terhadap Pemasukan Dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan Dari

Page 39: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 28

Luar Negeri Atau Keluarnya Dari Dalam Wilayah Negara Republik

Indonesia adalah Rp. 252.358.000 dan realisasi penyerapan anggarannya

adalah Rp. 230.655.000 atau 91,40 %.

B. Rancangan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian

1) Pedoman Tindakan Karantina Hewan Terhadap Vektor Hama

Penyakit Hewan Karantina

Seiring dengan peningkatan lalu lintas hewan, bahan asal hewan, hasil

bahan asal hewan dan benda lain, mengakibatkan peningkatan risiko

masuk dan tersebarnya agen penyakit hewan, khususnya hama penyakit

hewan karantina (HPHK) yang dapat berdampak buruk bagi

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Tidak saja untuk kesehatan

hewan tetapi kesehatan manusia atau yang lebih dikenal dengan

zoonosis. Zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke

manusia atau sebaliknya. Salah satu bentuk zoonosis dapat terjadi melalui

kontak mekanis atau gigitan vektor. Dalam pedoman ini pengertian vektor

adalah arthropoda yang mempunyai potensi membawa hama penyakit

hewan karantina (HPHK). Arthropoda digolongkan menjadi dari 4 kelas,

yaitu insecta, chilopoda, diplopoda dan arachnida. Contoh kelas insecta

(hexapoda) antara lain nyamuk, lalat, kutu, dan kelas arachnida seperti

laba-laba, caplak, tungau dan kalajengking. Contoh kelas chilopoda

antara lain kaki seratus (kelabang). Sedangkan contoh kelas diplopoda

yaitu kaki seribu. Arthropoda yang menyerang atau tinggal di luar tubuh

hewan dan manusia disebut sebagai ektoparasit, sedangkan yang

terdapat dalam tubuh inang disebut sebagai endoparasit. Vektor sebagai

ektoparasit berperan memindahkan agen penyakit yang berasal dari

tubuhnya sendiri, maupun agen penyakit yang berasal dari satu inang

vertebrata ke inang lainnya serta berpotensi menjadi sumber penularan

penyakit, sebagai contoh nyamuk Aedes Aegypti yang berperan sebagai

vektor penyakit demam berdarah dan yelow fever. Demikian juga, vektor

yang dengan sengaja dibawa dan/atau dikirimkan sebagai media

pembawa, misalnya untuk penelitian keefektifan insektisida menggunakan

Page 40: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 29

vektor nyamuk Aedes Aegypti sebagai material percobaan, memerlukan

ruangan dan pemusnahan vektor secara khusus. Vektor dapat diberantas

dengan menggunakan insektisida dan akarisida yang efektif membunuh

vektor. Pemilihan insektisida tergantung pada jenis vektor yang dibawa

atau dikirimkan.

Pedoman Tindakan Karantina terhadap Vektor Hama Penyakit Hewan

Karantina disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dan

petunjuk dalam pelaksanaan tindakan karantina terhadap vektor hama

penyakit hewan karantina bagi petugas karantina hewan di tempat

pemasukan dan pengeluaran, sehingga vektor hama penyakit hewan

karantina tidak menjadi sumber penyebaran hama penyakit hewan

karantina.

Pencapaian PK berupa kegiatan Pedoman Tindakan Karantina Hewan

terhadap Vektor Hama Penyakit Penyakit Hewan Karantina, dilaksanakan

dalam 4 tahapan kegiatan yaitu: 1). Persiapan Pedoman/Juklak/Juknis, 2).

Penyusunan Pedoman/Juklak/Juknis, 3). Pembahasan

Pedoman/Juklak/Juknis, 4). Finalisasi Pedoman/Juklak/Juknis.

Hasil kegiatan berupa Pedoman Tindakan Karantina Hewan terhadap

Vektor HPHK selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian Memo

Dinas Tanggal 30 November 2016 kepada Kepala Badan Karantina

Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretariat Badan Karantina

Pertanian untuk diproses penetapannya.

Rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman TKH terhadap Vektor HPHK

telah selesai dilaksanakan dengan demikian PK dari kegiatan ini telah

berhasil dicapai dengan bobot kualitas ( 75) %.

Page 41: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 30

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan Pedoman Tindakan

Karantina terhadap Vektor HPHK dinilai tidak menemui kendala yang

berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum

mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum

ditetapkan oleh Kepala Badan.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau

mendukung kegiatan Perumusan Pedoman Tindakan Karantina Hewan

Terhadap Vektor HPHK adalah Rp.208,306,000 dan realisasi penyerapan

anggarannya adalah Rp.158,770,000 atau 76,22%.

2) Perumusan Pedoman Tindakan Karantina Hewan terhadap Alat

Angkut, Kemasan dan Peralatan

Berkembangnya perdagangan global meningkatkan frekuensi

transportasi baik hewan, produk hewan dan benda lain (dalam istilah

karantina disebut sebagai media pembawa) yang dapat berpotensi

menyebarkan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK). Alat angkut,

kemasan, dan peralatan sebagai media pembawa berpotensi dalam

penularan HPHK karena berhubungan langsung dengan media

pembawa, sehingga kemungkinan terbawanya penyakit melalui sekreta

atau ekskreta seperti saliva, feses, urine yang menempel pada alat angkut

sangat besar. Sucihama merupakan tindakan karantina perlakuan yang

penting dilakukan untuk menginaktifkan dan membunuh agen penyakit

HPHK sehingga dapat mencegah masuk dan tersebarnya HPHK. Jika

dilakukan dengan benar, maka sucihama merupakan cara yang efektif

dan ekonomis dalam mengurangi bahaya penyebaran penyakit. Demikian

juga sebaliknya, jika proses sucihama yang tidak dilakukan dengan cara

Page 42: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 31

yang benar maka justru dapat menyebabkan penyebaran penyakit secara

tidak sengaja. Dengan demikian, petugas yang melakukan sucihama ini

perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip dasar, metode

maupun prosedur sucihama.

Pencapaian PK berupa Pedoman Tindakan Karantina Hewan Terhadap

Alat Angkut, Kemasan dan Peralatan. Kegiatan perumusan pedoman ini

dilaksanakan dalam dilaksanakan dalam 4 tahapan kegiatan yaitu: 1).

Persiapan Pedoman/Juklak/Juknis, 2). Penyusunan

Pedoman/Juklak/Juknis, 3). Pembahasan Pedoman/Juklak/Juknis, 4).

Finalisasi Pedoman/Juklak/Juknis.. Hasil kegiatan berupa Pedoman

Tindakan Karantina Hewan terhadap Alat Angkut, Kemasan dan Peralatan

dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 30 November 2016 kepada

Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretaris

Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya.

Rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Tindakan Karantina Hewan

Terhadap Alat Angkut, Kemasan dan Peralatan dengan keluaran berupa

Rancangan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian telah selesai

dilaksanakan, dengan demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai

dengan bobot kualitas (75 )%.

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Tindakan

Karantina Hewan Terhadap Alat Angkut, Kemasan dan Peralatan dinilai

tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah

berhasil dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum

Page 43: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 32

mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum

ditetapkan oleh Kepala Badan.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Perumusan

Pedoman Pedoman Tindakan Karantina Hewan Terhadap Alat Angkut,

Kemasan dan Peralatan adalah sebesar Rp. 178,419,000 dan realisasi

penyerapan anggarannya adalah Rp. 160,380,300 atau 89.89%.

3) Pedoman Tindakan Karantina Hewan Di Tempat Pemeriksaan

Karantina

Praktek perdagangan internasional saat ini, mengacu pada ketentuan

dan aturan main terhadap perdagangan bebas. Indonesia, sebagai

salah satu negara anggota WTO, harus siap dan dapat memanfaatkan

peluang maupun mengelola ancaman yang dapat terjadi dalam

perdagangan bebas tersebut. Komoditi dalam negeri, harus didorong

untuk dapat menembus pasar dunia, melalui perbaikan nilai jual (aspek

kesehatan yang berdampak pada kualitasnya). Di sisi lain, komoditi

dari negara lain yang akan masuk ke Indonesia, harus dapat dijamin

kesehatannya agar tidak menjadi sumber penularan hama penyakit

hewan karantina.

Standar-standar internasional yang menjadi acuan persyaratan

kesehatan hewan dalam perdagangan internasional (OIE dan CAC),

semakin berkembang dan merubah paradigma dari pengawasan

maksimum kepada pengelolaan risiko. Didukung dengan

perkembangan teknologi dan transportasi, maka kondisi yang terjadi

adalah volume dan frekuensi lalulintas MPHPHK semakin meningkat

setiap tahun. Tindakan proteksi terhadap komoditi luar negeri, sudah

tidak populer kecuali didasari oleh alasan ilmiah berdasarkan standar

internasional.

Page 44: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 33

Peningkatan arus perdagangan, tidak selalu berbanding lurus dengan

peningkatan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun sarana

dan prasarana. Sementara tuntutan yang dihadapi sebagai institusi

yang bertugas di tempat pemasukan dan pengeluaran, adalah turut

memfasilitasi percepatan arus barang di pelabuhan, dalam upaya

menurunkan dwelling time dan meningkatkan daya saing produk

Indonesia di pasar dunia. Jika prinsip pelaksanaan perkarantinaan

hewan masih menggunakan prinsip konvensional, dimana setiap

pemasukan MPHPHK harus dipastikan kesesuaiannya satu per satu,

maka hal ini berpotensi terhadap praktek pemeriksaan karantina yang

“ala kadarnya”.

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani mempunyai

peran strategis untuk menyikapi kondisi diatas. Sebagai unit kerja

yang mempunyai tugas dan fungsi menyusun kebijakan dibidang

perkarantinaan hewan, harus menyiapkan aturan main yang lebih

profesional dalam menghadapi tuntutan perdagangan bebas. Salah

satu konsep yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan

manajemen risiko, dimana yang dimaksud dalam hal ini adalah

manajemen risiko untuk pelayanan karantina hewan.

Badan Karantina Pertanian mulai melakukan manajemen risiko dalam

pelayanan karantina sejak tahun 2015, dengan ditetapkannya

Permentan No. 12 tahun 2015. Mencermati hasil monitoring dan

evaluasi yang dilakukan terhadap implementasinya, dipandang perlu

melakukan penyesuaian dan pengembangan manajemen risiko yang

telah ada seiring dengan perkembangan arah kebijakan pemerintah

saat ini. Memperhatikan hal diatas, maka kegiatan ini disepakati untuk

menyusun Rancang Induk Pengembangan Manajemen Risiko Dalam

Rangka Pelayanan Karantina Hewan.

Page 45: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 34

Sebagai institusi pemerintah, Badan Karantina Pertanian ikut terlibat

dalam program pemerintah terkait pengendalian risiko untuk

memperlancar arus barang di pelabuhan (Indonesia Single Risk

Management – ISRM), yang dicanangkan dalam Paket Kebijakan

Ekonomi Jilid XI. Mandat pengendalian risiko tersebut, menuntut agar

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani khususnya,

untuk melakukan pengembangan (up grade) terhadap manajemen

risiko yang berjalan saat ini.

Dokumen Rancang Induk Pengembangan Manajemen Risiko Dalam

Rangka Pelayanan Karantina Hewan ini ditetapkan dalam upaya

memberi arahan/panduan terhadap pengembangan manajemen risiko

KH yang telah ada, agar mengacu pada standar internasional (ISO

31000:2009), sehingga pengelolaan risiko dapat berjalan dengan baik.

Dokumen Rancang Induk ini memberi acuan dalam pelaksanaan

manajemen risiko berdasarkan ISO 31000:2009 tentang Risk

Management – Principles and Guidelines, manajemen risiko karantina

hewan, dan penanganan risiko.

Dokumen ini memuat cara melakukan penilaian risiko, yang terdiri dari:

a. Identifikasi risiko:

(1) Faktor teknis penularan HPHK :

• Tingkat kerentanan MP terhadap HPHK dan Kerusakan

(Perishable)

• Status negara asal

• Faktor iklim

• Jalur paparan MPHPHK pada hewan

(2) Protokol Karantina

(3) Faktor Pengguna Jasa

(4) Profiling Riwayat Pemasukan

b. Analisis Risiko

Page 46: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 35

Analisis risiko dilakukan terhadap faktor-faktor risiko yang telah

diidentifikasi, terhadap sejauh mana berpotensi membawa HPHK

c. Evaluasi Risiko

Evaluasi risiko dilakukan secara terprogram dan up to date untuk

pemutakhiran profil risiko yang telah ditetapkan di awal. UPTKP

harus menyampaikan laporan hasil TKH dan monitoring kepada

Pusat KHKehani, dan akan dianalisis pada masing-masing bidang

sesuai tugasnya.

Setiap 3 bulan, tim yang terdiri dari Bidang KPH, Bidang KHH dan

Bidang Kehani melakukan evaluasi terhadap:

a. hasil monitoring masing-masing bidang

b. Laporan UPTKP terkait temuan saat tindakan karantina

c. Laporan hasil monitoring UPTKP

Evaluasi dapat dilakukan sewaktu-waktu terutama jika terjadi

perubahan status dan situasi HPHK di negara asal.

Hasil monitoring dan temuan yang didapatkan, dikonversi kedalam

bobot nilai, agar dapat diketahui skor akhir terhadap suatu risiko,

sehingga dapat diketahui profil risiko terkini.

Dari hasil penilaian risiko diatas, dilakukan penanganan terhadap

risiko tersebut sebagai berikut:

a. Penanganan terhadap risiko tinggi:

• Tindakan karantina dilakukan di instalasi karantina hewan

• Dilakukan tindakan karantina detil/mendalam (konsekuensi

waktu yang dibutuhkan utk TKH lebih lama)

b. Penanganan terhadap risiko sedang:

Page 47: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 36

• Tindakan karantina dapat dilakukan di tempat pemasukan,

atau di IKH apabila tempat pemasukan belum mempunyai

sarana tempat pemeriksaan karantina

• Dilakukan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan

keabsahan dokumen

• Dilakukan pemeriksaan fisik

• Dilakukan pemeriksaan laboratorum jika dibutuhkan

• Dilakukan monitoring di tempat pemilik pasca pemasukan.

c. Penanganan terhadap risiko rendah:

• Dilakukan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan

keabsahan dokumen.

• Dilakukan pemeriksaan fisik sesekali di tempat pemasukan

untuk memastikan kesesuaian fisik dan dokumen

• Dilakukan monitoring di tempat pemilik pasca pemasukan.

Penanganan terhadap risiko ini berdasarkan profiling risiko yang

ditentukan saat evaluasi dalam rangka pemutakhiran profil risiko di

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani.

Penanganan risiko ini berlaku sampai dilakukan evaluasi

berikutnya.

Pencapaian PK berupa Rancangan Permentan yang dilaksanakan

dalam 4 tahapan kegiatan, yaitu: 1) Persiapan Penyusunan

Pedoman; 2) Penyusunan Pedoman; 3) Pembahasan Pedoman;

4) Finalisasi Penyusuna Pedoman

Hasil kegiatan berupa Rancangan Dokumen Induk Pengembangan

Manajemen Risiko Dalam Rangka Pelayanan Karantina Hewan

selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 7

Desember 2016 kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian dan

Page 48: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 37

ditembuskan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian untuk diproses

penetapannya.

Rangkaian kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan demikian PK

dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%.

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan ini dinilai tidak menemui kendala

yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum

mencapai 100% karena rancangan Dokumen Induk yang dihasilkan

belum ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau

mendukung kegiatan Penyusunan Dokumen Rancang Induk

Pengembangan Manajemen Risiko Dalam Rangka Pelayanan KH,

sebagai output kegiatan Penyusunan Pedoman Tindakan Karantina

Hewan di Tempat Pemeriksaan Karantina adalah Rp. 169,556,000 dan

realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp. 118,590,000 atau 69.94%.

C. Bimbingan Teknis/Pembinaan/Monitoring dan Evaluasi

1) Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina Hewan

Karantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan

pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan

Karantina (HPHK) sesuai dengan tugas pokok karantina yang tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,

Ikan dan Tumbuhan serta dilaksanakan dengan berpegang pada PP

Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan dengan memperhatikan

berbagai faktor strategis yang dapat mempengaruhinya.

Page 49: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 38

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan dan

pengawasan keamanan hayati hewani. Dalam melaksanakan tugas

tersebut, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani

menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup;

b. penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk hewan;

dan

c. penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan

pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien

species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan

media pembawa lain impor, ekspor serta antar area.

Dalam menjalankan fungsi evaluasinya, Pusat Karantina Hewan dan

Keamanan Hayati Hewani telah melakukan perjalanan monitoring dan

evaluasi ke Unit Pelaksanan Teknis Karantina Pertanian (UPTKP) dan

melakukan web monitoring dari aplikasi sistem informasi e-qvet. Melalui

hal tersebut, telah dapat diidentifikasi kesenjangan prosedural dan

keberagaman teknis operasional tindakan karantina hewan. Namun

demikian, terdapat beberapa kekurangan karena hasil teknis dari tindakan

karantina hewan tersebut belum dapat terpantau dan terevaluasi secara

menyeluruh dan substantif karena memiliki keterbatasan dalam

melakukan observasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan

adanya suatu pertemuan berskala nasional yang mempertemukan

petugas karantina hewan dari seluruh UPTKP guna memaparkan dan

mengevaluasi hasil tindakan karantina hewan yang telah dilakukan dalam

bentuk Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina Hewan. Dengan

demikian, maka evaluasi yang dilakukan oleh Pusat menjadi lengkap dan

diharapkan dapat menghasilkan tindak lanjut kebijakan dan tindak lanjut

Page 50: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 39

operasional yang dibutuhkan khususnya dalam mereduksi keberagaman

teknis operasional karantina hewan di UPTKP.

Kegiatan ini ditujukan untuk menyusun rekomendasi tindak lanjut yang

langsung dapat diadopsi dalam menyempurnakan kebijakan dan

operasional karantina hewan. Peserta dari kegiatan adalah Dokter Hewan

Karantina perwakilan dari seluruh UPTKP

Pencapaian PK berupa kegiatan Workshop Nasional Hasil Tindakan

Karantina Hewan dilaksanakan dalam 1 tahapan kegiatan. Hasil kegiatan

berupa Rumusan Tindak Lanjut yang meliputi aspek teknis umum,

tindakan karantina hewan impor, tindakan karantina hewan antar area,

dan tindakan karantina hewan ekspor. Rumusan tersebut selanjutnya

telah disusun dalam bentuk laporan dan telah dipergunakan sebagai

bahan pertimbangan pada saat dilakukannya Rapat Evaluasi Nasional

Tahun 2015.

Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas

100%.

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan kegiatan Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina

Hewan dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang

diharapkan telah berhasil dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah

100% karena rumusan tindak lanjut dalam bentuk laporan telah diadopsi

dalam Rapat Evaluasi Nasional Tahun 2015.

Page 51: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 40

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Workshop

Nasional Tindakan Kaarantina Hewan adalah sebesar Rp. 202.548.000

dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp. 201,828,000 atau

99,64%.

2) Workshop Nasional Pengamatan HPHK

Berdasarkan Pasal 76 ayat (1) PP No 82 Tahun 2000 tentang Karantina

Hewan, bahwa kebijaksanaan karantina dan pembatasan lalu lintas media

pembawa diatur berdasarkan penggolongan hama penyakit hewan

karantina dan pemetaan hama penyakit hewan karantina. Pemetaan

tersebut akan menggambarkan status suatu negara, area, atau tempat

yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan. Adapun pengamatan adalah

merupakan bagian dari tindakan karantina 8 P.

Berdasarkan Pasal 11 PP No 82 Tahun 2000 bahwa selain pengamatan

dilakukan di tempat pemasukan selama media pembawa diasingkan untuk

mengamati timbulnya gejala Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK),

pengamatan juga memiliki makna mengamati situasi hama penyakit

hewan karantina pada suatu negara, area, atau tempat. Pengamatan

terhadap situasi HPHK dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu secara

langsung dan/atau secara tidak langsung. Pengamatan secara langsung

dilakukan di tempat pemasukan, tempat pengeluaran, instalasi karantina,

tempat transit, dan diatas alat angkut. Pengamatan secara tidak langsung

dilakukan ditempat lainnya dengan melibatkan atau memperoleh informasi

dari pihak yang berwenang dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan Permentan No 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian,

maka UPTKP menyelenggarakan fungsi yaitu Pelaksanaan Pemantauan

Daerah Sebar HPHK. Fungsi pemantauan UPTKP tersebut selanjutnya

dilaksanakan dengan melakukan pengamatan status dan situasi HPHK

Page 52: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 41

pada area dimana UPTKP berada. Pengamatan status dan situasi HPHK

dilakukan secara tidak langsung, dengan memperoleh informasi dari

instansi berwenang yaitu Balai Besar Veteriner/Balai Veteriner, dan Dinas

yang membidangi fungsi kesehatan hewan di Propinsi, Kabupaten

dan/atau Kota. Dengan dilaksanakannya kegiatan pengamatan ini, maka

kegiatan pemantauan daerah sebar HPHK dengan metode pengambilan

sampel tidak dilakukan.

Informasi status dan situasi HPHK yang telah diperoleh selanjutnya

diverifikasi dan dikompilasi melalui kegiatan Workshop Pengamatan

HPHK dalam bentuk Peta Status dan Situasi HPHK yang akan dilakukan

pembaharuan setiap tahunnya.

Dengan adanya peta status dan situasi HPHK di Indonesia, kebijakan

pencegahan penyebaran HPHK di dalam wilayah negara Republik

Indonesia diharapkan akan menjadi lebih optimal.

Kegiatan ini ditujukan untuk menyusun peta status dan situasi HPHK

Indonesia sebagai dasar dalam penyusunan prioritas kebijakan

perkarantinaan hewan dan manajemen risiko pembatasan lalu lintas

media pembawa HPHK. Peserta dari kegiatan adalah Dokter Hewan

Karantina perwakilan dari seluruh UPTKP.

Pencapaian PK berupa kegiatan Workshop Nasional Pengamatan HPHK

dilaksanakan dalam 1 tahapan kegiatan. Hasil kegiatan berupa Rumusan

Tindak Lanjut dan Peta HPHK yang telah disusun dalam bentuk laporan

dan telah dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pada saat

dilakukannya Rapat Kerja Nasional Tahun 2017.

Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas

100%.

Page 53: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 42

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan kegiatan Workshop Nasional Pengamatan HPHK dinilai tidak

menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil

dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah

100% karena rumusan tindak lanjut dan Peta HPHK dalam bentuk laporan

telah digunakan dalam Rapat Kerja Nasional Tahun 2016.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Workshop

Nasional Pengamatan HPHK adalah sebesar Rp. 176.730.000 dan

realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp. 176,035,000 atau 99,61%.

3) National Animal Quarantine Coordinating Committe (NAQCC)

Karantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan

pencegahan masuk dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina

(HPHK) sesuai dengan tugas pokok karantina yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 dan PP Nomor 82 Tahun 2000.

Upaya pencegahan tersebut membutuhkan kerjasama dengan instansi

terkait khususnya kerjasama antara laboratorium karantina hewan

dengan laboratorium rujukan. Kerjasama tersebut telah dibentuk diawali

dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian (SK Mentan) Nomor

668/Kpts/KP.150/12/2002 dan SK Mentan Nomor 159/Kpts/

OT.220/3/2004 tanggal 16 Maret 2004 dan ditindaklanjuti dengan

Peraturan Menteri No. 51/Permentan/OT.140/10/2006 tanggal 17

Oktober 2006 yang merupakan pedoman teknis dalam tata hubungan

fungsional teknis dalam pemeriksaan, pengamatan dan perlakuan

HPHK. Upaya kerjasama tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan

pertemuan Operasional Komisi Kerjasama Karantina Hewan Nasional

(NAQCC) secara berkala yang melibatkan seluruh anggota NAQCC,

Page 54: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 43

sehingga pelaksanaan fungsi-fungsi karantina dan kesehatan hewan

dapat berjalan sinergis.

Tantangan regionalisasi global dalam bentuk MEA yang segera akan

berimplementasi pada Tahun 2016, menuntut masing-masing negara

anggota mempersiapkan diri secara optimal termasuk didalamnya

dalam rangka pencegahan dan perlindungan terhadap ancaman

kesehatan dan keamanan sumber daya hayati hewani.

Unit-unit jaringan kerja NAQCC terdiri dari laboratorium veteriner yang

berada dibawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

dan Laboratorium Karantina Hewan.

Berdasarkan Diktum Kedua Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

688/Kpts/KP.150/12/2002 tentang Komite Kerjasama Karantina Hewan

Nasional, NAQCC mempunyai tugas untuk:

a. memberi pertimbangan ilmiah dan teknis laboratorium

untukpenetapan kebijakan mengenai sistem dan mekanisme

pengawasan,pemeriksa, pengujian, surveillance dan monitoring

penyakit hewanmenular, zoonosis, food borne diseases, residu dan

cemaran mikroba dalam kaitan penyelenggaraan tindakan karantina;

b. melaksanakan jaringan kerja laboratorium veterinary

(laboratorynetwork) dengan melibatkan laboratorium terkait untuk

membentupengawasan lalu lintas ekspor/impor/interinsulair terhadap

komoditihewan dan produk-produknya;

c. merancang program survaillance secara nasional dengan

memanfaatkan dan memberdayakan laboratorium veteriner yang ada

di setiap lini/regional yang berkaitan dengan

penyelenggaraantindakan karantina hewan;

d. mempercepat proses akreditasi laboratorium veteriner serta

membantumengembangkan Sistem Informasi Karantina Hewan

nasional;

Page 55: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 44

e. melakukan pertemuan koordinasi laboratorium veteriner secara

berkala.

Terkait dengan tugas NAQCC mengenai pelaksanaan jaringan kerja

laboratorium, jejaring kerja laboratorium veteriner telah ditindaklanjuti

melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

51/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Tata Hubungan Kerja

Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan Dan Perlakuan Penyakit Hewan

Karantina. Berdasarkan Permentan tersebut, kerjasama antar

laboratorium Veteriner Karantina dengan laboratoriumveteriner lainnya

dapat dilakukan dalam hal:

a. Sumberdaya manusia.

Kerjasama laboratorium Veteriner Karantina dapat dilakukan

melaluipemanfaatan SDM kompeten yang tersedia pada

laboratorium veterinerlainnya.

b. Prasarana dan sarana.

Prasarana dan sarana pada laboratorium Veteriner Karantina

denganlaboratorium veteriner lainnya dapat saling dimanfaatkan

sesuai dengankompetensi masing-masing.

c. Penyediaan dan pengadaan standar serta reagensia.

Penyediaan dan pengadaan standar serta reagensia diperlukan

dalamupaya mendapatkan bahan yang bersertifikat.

d. Alih teknologi.

Alih teknologi dapat dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan

magangsesuai dengan kebutuhan masing-masing laboratorium

veteriner.

e. Kerjasama operasional.

Kerjasama operasional dapat dilakukan antar laboratorium veteriner dan

laboratorium lainnya melalui pengambilan dan pemeriksaan sampel dan

atau specimen.

Page 56: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 45

Kegiatan ini ditujukan untuk merancang tindak lanjut kerjasama jejaring

laboratorium yang terlingkup dalan NAQCC. Peserta dari kegiatan adalah

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, 26 Unit Pelaksana

Teknis Karantina Pertanian, 15 Perwakilan dari Instansi Terkait.

Pencapaian PK berupa kegiatan National Animal Quarantine Coordinating

Committe (NAQCC) dilaksanakan dalam 1 tahapan kegiatan. Hasil

kegiatan berupa Rumusan Tindak Lanjut yang telah disusun dalam bentuk

laporan dan telah dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pada saat

dilakukannya Rapat Kerja Nasional Tahun 2016.

Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan dengan capaian bobot kualitas

100%.

Evaluasi Pencapaian Kinerja

Pelaksanaan kegiatan National Animal Quarantine Coordinating Committe

(NAQCC) dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang

diharapkan telah berhasil dicapai.

Analisis Pencapaian Kinerja

Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan

dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja adalah

100% karena rumusan tindak lanjut dalam bentuk laporan telah digunakan

dalam Rapat Kerja Nasional Tahun 2016.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan National

Animal Quarantine Coordinating Committe (NAQCC) adalah sebesar Rp.

347.741.000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp.

347,703,000 atau 99,9%.

Page 57: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 46

4) Pertemuan Komisi Ahli Karantina Hewan

Karantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam

melakukan pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama

Penyakit Hewan Karantina (HPHK) sesuai dengan tugas pokok

karantina yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992

tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan serta dilaksanakan

dengan berpegang pada PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina

Hewan dengan memperhatikan berbagai faktor strategis yang dapat

mempengaruhinya.

Dalam upaya mencegah masuk, tersebar dan keluarnya hama

penyakit hewan karantina, Badan Karantina Pertanian menyusun

peraturan khususnya perkarantinaan hewan berdasarkan kajian ilmiah.

Badan Karantina Pertanian dalam mendukung kajian ilmiah, telah

menunjuk akademisi pakar penyakit hewan dari perguruan tinggi dan

praktisi yang ahli dibidang penyakit hewan dalam Surat Keputusan

Kepala Badan Karantina Pertanian tentang Komisi Ahli Karantina

Hewan.

Pertemuan komisi ahli karantina hewan dilaksanakan untuk membahas

hal-hal yang terkait kebijakan karantina hewan serta, baik sebagai

evaluasi terhadap kebijakan yang ada terhadap kebijakan yang perlu

disiapkan dalam upaya antisipasi masuk dan tersebarnya hama

penyakit hewan karantina.

Pertemuan Komisi Ahli Karantina Hewan, dilaksanakan sebagai

berikut:

a. Pertemuan di kantor pusat Badan Karantina Pertanian sebanyak 1

kali

b. Pertemuan di luar kantor pusat Badan Karantina Pertanian

sebanyak 1 kali

Page 58: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 47

Pertemuan Komisi Ahli Karantina Hewan menghasilkan rekomendasi

berupa:

a. Draft Protokol Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Daging

Kerbau Beku Dari India

Protokol ini telah disepakati dan ditandatangani oleh Indonesia dan

India, serta diimplementasikan sejak 25 Juli 2016, untuk pemasukan

daging kerbau beku dari India.

b. Draft Protokol Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Hasil Bahan

Asal Hewan Untuk Pakan Dari Amerika Serikat

Draft protokol ini sedang dalam pembahasan dengan pihak Amerika

Serikat

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau

mendukung kegiatan Pertemuan Komisi Ahli Karantina Hewan adalah Rp.

135,772,000 dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp.

89,304,650 atau 65.78 %.

5) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan TKH terhadap MPHPHK

di Tempat Pemasukan, Pengeluaran dan IKH

a. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan TKH terhadap BAH dan

HBAH di Tempat Pemasukan, Pengeluaran dan IKH

(perjalanan)

Output kegiatan ini antara lain:

(i) Menjadi bahan/data dukung dalam penyusunan Rancang

Induk Manajemen Risiko untuk Pelayanan KH

(ii) Menjadi bahan/data dukung dalam penyusunan rancangan

permentan PLB dan rancangan permentan Penetapan

Layanan Prioritas terhadap Pemasukan MPHPHK ke dalam

wilayah RI

Page 59: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 48

(iii) ......dst

6) Monitoring dan evaluasi implementasi kebijakan BAH dan HBAH

(Perjalanan)

Kegiatan ini menemukan bahwa pemahaman petugas karantina

terhadap kebijakan BAH dan HBAH khususnya karkas daging

dan/atau jeroan serta HBAH untuk pakan belum seragam. Temuan

monitoring ditindaklanjuti sebagai berikut:

(i) Surat Edaran Kepala Badan No. 9859/KR.120/L/09/2016

tentang Monitoring HBAH Untuk Pakan dari USA

(ii) Bimtek tindakan karantina hewan karkas, daging dan/atau

jeroan oleh BUTTMKP

(iii) ....................dst

7) Penilaian Tempat Pemrosesan Sarang Walet Ekspor Ke

Tiongkok

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

41/Permentan/OT.140/3/2013 Tentang Tindakan Karantina Hewan

Terhadap Pemasukan atau Pengeluaran Sarang Walet Ke Dan Dari

Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia dan Keputusan Kepala

Badan Karantina Pertanian Nomor 832/Kpts/OT.140/L/3/2013 tentang

Pedoman Persyaratan dan Tindakan Karantina Hewan terhadap

Pengeluaran Sarang Walet dari Dalam Wilayah Negara Republik

Indonesia ke Republik Rakyat China Pasal 3, tempat pemrosesan

sarang walet Indonesia yang akan dikeluarkan dengan tujuan

Tiongkok wajib diregistrasi dalam rangka penjaminan kesehatan

sarang walet yang dihasilkan serta penjaminan ketelusuran.

Penentuan kapasitas produksi suatu tempat pemrosesan yang akan

diregistrasi merupakan salah satu hal penting dalam penjaminan

Page 60: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 49

ketelusuran status kesehatan maupun kemampuan ekspor sarang

walet suatu perusahaan, selain melalui penerbitan sertifikat sanitasi

produk hewan oleh dokter hewan karantina untuk setiap kali ekspor

ke Tiongkok

Dalam rangka pemenuhan persyaratan ekspor sarang walet ke

Tiongkok perlu dilakukan bimbingan teknis bagi petugas karantina

dalam melakukan penilaian maupun verifikasi tempat pemrosesan

agar sesuai dengan Pedoman yang berlaku, maupun terhadap pemilik

dan staf perusahaan dalam rangka pemenuhan persyaratan ekspor.

c. Alasan dilakukannya Kegiatan

Perlu dilakukan penilaian tempat pemrosesan dalam rangka penetapan

nomor registrasi agar dapat memenuhi persyaratan dan menjamin

kandungan bahaya fisik, biologis dan residu sarang walet tidak melebihi

batas maksimal yang ditetapkan, menjamin bebas Avian influenza

melalui perlakuan pemanasan sarang walet jadi dengan alat pemanas

yang telah dilakukan sertiifkasi, sumber air dan persyaratan lainnya

sesuai Protokol dan Pedoman yang berlaku.

2. HASIL BIMBINGAN TEKNIS

Bimbingan teknis dilaksanakan untuk memberikan bimbingan kepada

petugas karantina hewan di UPTKP dalam melakukan penilaian

kelayakan tempat pemrosesan sarang walet ekspor ke Tiongkok

untuk ditetapkan sebagai Instalasi karantina Hewan (IKH) dan

memperoleh nomor registrasi tempat pemrosesan sarang walet dalam

pemenuhan persyaratan sesuai Protokol, termasuk penghitungan

kapasitas produksi dalam setahun. Selain itu, bimbingan teknis

dilakukan kepada petugas karantina hewan di UPTKP dalam

melakukan verifikasi alat pemanas sarang walet untuk ekspor ke

Tiongkok dan operator alat pemanas di perusahaan dalam melakukan

pemanasan sarang walet sesuai hasil verifikasi.

Page 61: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 50

Pada tahun 2016, ada beberapa perusahaan yang sudah mengajukan

permohonan ke Badan Karantina Pertanian untuk ditetapkan sebagai

IKH sarang walet ekspor ke Tiongkok dan memperoleh nomor

registrasi. Permohonan tersebut ditindaklanjuti oleh Pusat KH Kehani

dengan membuat surat penugasan penilaian IKH kepada UPTKP

setempat. Tim Verifikasi Tempat Pemrosesan dan Alat Pemanas

Sarang Walet Ekspor ke Tiongkok dari Pusat KH Kehani telah

melakukan bimbingan teknis kepada petugas karantina hewan di

UPTKP dalam melakukan penilaian terhadap tempat pemrosesan

sarang walet dan verifikasi alat pemanas yang digunakan untuk

ekspor sarang walet ke Tiongkok serta kepada operator alat pemanas

sarang walet di perusahaan sebagai berikut:

NO NAMA

PERUSAHAAN LOKASI IKH UPTKP

PETUGAS KH

OPERATOR ALAT

PEMANAS

1 PT. CROWN PRATAMA

Jl. Hadiah Utama IIA Blok F Kavling Polri RT. 004 RW. 002 No. 1438 Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat

BBKP Soekarno Hatta

3 2 orang

2 PT. ABADI LESTARI INDONESIA

Jl. Raya Bojonegoro-Babat RT. 007/RW. 001 Desa Balenrejo Kec. Balen, Kab. Bojonegoro, Jawa Timur

BBKP Surabaya

3 orang 2 orang

3 PT. FAICHEUNG BIRDNEST INDUSTRY

Jl. Brigjend Katamso BTN Villa Kayong Blok B No. 27 Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat

BKP Kls I Pontianak

3 orang 2 orang

4 PT. TONG HENG INVESMENT

Pergudangan Sentra Industri Terpadu III

BBKP Soekarno Hatta

2 orang 2 orang

Page 62: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 51

INDONESIA Blok J. No. 8 Pantai Indah Kapuk, Kamal Muara Penjaringan, Jakarta Utara

5 UD. MAJU JAYA

Jl. Kayangan Api RT. 031 RW. 003 Bojonegoro

BBKP Surabaya

2 orang 2 orang

6 PT. HADIAH SURGA

Komplek Kara Industrial Park Blok E No. 8 Batam Centre, Batam

BKP Kls I Batam

3 orang 2 orang

7 PT. WALETA ASIA JAYA

Canden RT. 07 RW. 03 Kel. Kutowinangun Lor, Kec. Tingkir, Kota Salatiga

BKP Kls I Semarang

4 orang 2 orang

8 PT. BAIT CITRA ABADI

Jl. Erlangga Barat IV No. 1 RT/RW: 09/04 Pleburan Semarang

BKP Kls I Semarang

4 orang 2 orang

Verifikasi tempat pemrosesan dilakukan dengan melihat dokumen

legalitas perusahaan dan proses produksi tempat pemrosesan. Hasil

verifikasi tempat pemrosesan dituangkan dalam suatu Berita Acara

yang ditandatangani kedua belah pihak (Pihak perusahaan dan Tim

Verifikasi), yang memuat dokumen legalitas perusahaan, persyaratan

sarana dan prasarana, Standar Operasional Prosedur (SOP), rincian

jumlah karyawan, penghitungan kapasitas produksi, temuan

ketidaksesuaian persyaratan teknis untuk ekspor sarang walet ke

Tiongkok sebagaimana yang ditetapkan dalam Protokol maupun

Pedoman yang berlaku, dan kesepakatan waktu pemenuhan

ketidaksesuaian. Pihak perusahaan menyampaikan hasil perbaikan

dalam bentuk foto atau dokumen (sebelum dan sesudah perbaikan).

Tim verifikasi akan melakukan verifikasi ulang jika foto/dokumen

perbaikan yang disampaikan belum cukup.

Pemanasan yang dilakukan pada sarang walet adalah pemanasan

basah dengan menggunakan uap air, bukan pemanasan kering

Page 63: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 52

dengan oven. Sumber panas alat pemanas dapat menggunakan gas

atau listrik. Verifikasi alat pemanas sarang walet ekspor ke Tiongkok

dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan posisi coldest point di

alat pemanas, dengan cara memasang beberapa sensor di dalam alat

pemanas. Posisi coldest point pada alat pemanas merupakan posisi

di alat pemanas yang paling lama mencapai suhu 700C. Selanjutnya

dibuat lubang pada kaki sarang walet (coldest point pada sarang

walet yaitu bagian sarang walet yang paling lama mencapai suhu

700C) dengan cara dibor (jangan sampai tembus) untuk dipasang

sensor. Sarang yang sudah dipasang sensor kemudian ditempatkan

pada posisi coldest point dan dilakukan pemanasan. Hasil verifikasi

alat pemanas sarang walet ekspor ke Tiongkok diperoleh alat

pemanas layak sebagai alat pemanas untuk ekspor sarang walet ke

Tiongkok dengan indikator suhu atau waktu yang sudah disesuaikan

dari hasil verifikasi untuk mencapai suhu 700C. Alat pemanas

dipasang sticker sebagai bukti telah dilakukan verifikasi dan layak

sebagai alat pemanas sarang walet bersih untuk ekspor ke Tiongkok.

3. KESIMPULAN

a. Tempat pemrosesan hasil verifikasi yang telah memenuhi memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan dalam Protokol dan Pedoman

ekspor sarang walet ke Tiongkok ditetapkan sebagai IKH sarang

walet dan diberi nomor registrasi.

b. Alat pemanas yang digunakan layak sebagai alat pemanas sarang

walet bersih untuk ekspor ke Tiongkok, dimana semua sarang walet

mencapai suhu 700C saat dipanaskan dan dipertahankan selama 3,5

detik.

4. REKOMENDASI

a. Perlu dilakukan verifikasi ulang terhadap tempat pemrosesan dan alat

pemanas sarang walet ekspor ke Tiongkok setiap tahun

Page 64: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 53

b. Setiap tahun disediakan anggaran untuk penilaian tempat

pemrosesan sarang walet karena perusahaan yang berniat ekspor

sarang walet ke Tiongkok semakin bertambah.

c. Pengadaan alat untuk verifikasi alat pemanas agar kedepannya

verifikasi alat pemanas dapat dilakukan sendiri oleh Karantina.

Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau

mendukung kegiatan Bimbingan Teknis Penilaian Tempat Pemrosesan

Sarang Walet Ekspor Ke Tiongkok adalah Rp. 50.000.000 dan realisasi

penyerapan anggarannya adalah Rp. 49.856.100 atau 99,71%.

D. Monitoring dan Evaluasi

b. Monev Sosialisasi Walet Dalam Rangka Kegiatan Fasilitasi

Pemenuhan Persyaratan Ekspor Sarang Walet Ke Tiongkok

Kegiatan fasilitasi dibuka Kepala Pusat Karantina Hewan dan

Keamanan Hayati Hewani dan diikuti oleh pelaku usaha walet

anggota APPSWI dan bukan anggota, dengan narasumber dari

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani,

Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kemendag,

Direktorat Kesmavet, BBUSKP, GS1 Indonesia dan Institut

Pertanian Bogor (IPB).

Kegiatan fasilitasi diselenggarakan pada hari Selasa, 25 Oktober

2016 di Ruang Rapat Lt. 7 Kantor Pusat Badan Karantina

Pertanian diikuti oleh 19 pelaku usaha sarang walet baik yang

telah maupun tidak menjadi anggota APPSWI dalam rangka

memberikan pengetahuan kepada pelaku usaha tentang

pemenuhan persyaratan untuk ekspor sarang walet ke Tiongkok,

dengan rumusan sebagai berikut:

1. Latar belakang yang mendasari diselenggarakannya kegiatan

fasilitasi adalah permintaan APPSWI melalui surat Sekretaris

Jenderal Asosiasi Pengusaha Pedagang Sarang Walet Indonesia

Page 65: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 54

(APPSWI) Nomor Lepas tanggal 15 Oktober 2016 hal permintaan

fasilitasi dan bimbingan teknis untuk pendalaman materi dalam

rangka pemenuhan persyaratan ekspor sarang walet Indonesia ke

RRT dan sebagai salah satu bentuk kegiatan Barantan dalam

mendukung akselerasi ekspor

2. Hasil pelaksanaan kegiatan fasilitasi sebagai berikut:

a. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani

menyampaikan materi tentang Persyaratan Teknis dan

Tahapan Pemenuhan Persyaratan Teknis Ekspor Sarang

Walet ke Tiongkok, Tata Cara Penetapan IKH, Nomor

Registrasi Tempat Pemrosesan dan Rumah Walet;

b. Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Ditjen

Perdagangan Luar Negeri Kemendag menyampaikan materi

tentang Kebijakan Ekspor Perdagangan Sarang Burung Walet.

Pada prinsipnya, Kemendag mendukung ekspor sarang walet

Indonesia dan memberi kemudahan dalam penerbitan Ekporter

Terdaftar Sarang Burung Walet (ET-SBW) tanpa dikenakan

biaya;

c. Direktorat Kesmavet menyampaikan materi tentang Sertifikasi

Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Sarang Burung Walet.

Untuk ekspor sarang burung walet ke Tiongkok disarankan

kepada pelaku usaha untuk mengurus sertifikat NKV level 1

agar lebih mudah dalam mendapatkan sertifikat HACCP.

Sertifikat NKV untuk produk hewan yang akan diekspor,

penilaian dilakukan oleh pengawas Kesmavet Dinas Propinsi

dengan pendampingan dari Direktorat Kesmavet;

d. Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP)

menyampaikan materi tentang Uji Laboratotium yang Dilakukan

untuk Sarang Walet yang Diekspor. Disampaikan tentang

metode uji, jumlah sampel yang dibutuhkan, dan lama waktu

pemeriksaan;

Page 66: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 55

e. GS1 Indonesia menyampaikan materi tentang Manfaat GS1

Standar Pada Dunia Perdagangan. Materi ini perlu diberikan

kepada pelaku usaha agar dapat memenuhi salah satu

persyaratan yang diminta Tiongkok yaitu

traceability/ketelusuran;

f. Divisi Kesmavet FKH IPB menyampaikan materi tentang

Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di

Industri Sarang Burung Walet dan Verifikasi Alat Pemanas di

Industri Sarang Burung Walet;

1. Rencana tindak lanjut:

a. APPSWI akan mendorong dan mendukung anggotanya untuk

mempercepat pemenuhan persyaratan teknis ekspor sarang

walet ke Tiongkoksesuai peraturan yang ada;

b. Pemerintah siap memberikan dukungan dan fasilitasi terhadap

pelaku usaha yang berkomitmen untuk ekspor sarang walet ke

Tiongkok baik sebagai anggota APPSWI maupun yang bukan

anggota.

D. Akreditasi Laboratorium Karantina Hewan di UPTKP

Pada tahun 2016, telah dilakukan upaya capaian akreditasi laboratorium

karantina hewan pada UPTKP. Hasil yang diperoleh adalah akreditasi

dengan ruang lingkup pengajian sebagai berikut:

Tabel 8. Lab UPTKP Terakreditasi Tahun 2016

Page 67: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 56

NO UPKTKP Status Laboratorium

1 BBUSKP Akreditasi

2 BBKP Surabaya Akreditasi 3 BBKP Tj. Priok Akreditasi

4 BBKP Belawan Akreditasi

5 BBKP Makassar Akreditasi

6 BBKP Soekarno-Hatta Akreditasi

7 BKP Kls I Palembang Akreditasi 8 BKP Kls I Denpasar Akreditasi

9 BKP Kls I Semarang Proses Akreditasi

10 BKP Kls I Balikpapan Akreditasi

11 BKP Kls I Bandar Lampung Akreditasi

12 BKP Kls I Pekanbaru Persiapan Akreditasi

13 BKP Kls I Pontianak Proses Akreditasi (Tindakan Perbaikan Hasil Assesment)

14 BKP Kls I Kupang Persiapan Akreditasi

15 BKP Kls I Banjarmasin Akreditasi

16 BKP Kls I Mataram Akreditasi

17 BKP Kls I Manado Persiapan Akreditasi

18 BKP Kls I Padang Proses Akreditasi (Tindakan Perbaikan Hasil Assesment)

19 BKP Kls I Jayapura Akreditasi

20 BKP Kls I Jambi Akreditasi

21 BKP Kls I Batam Akreditasi

22 BKP Kls II Medan Akreditasi

23 BKP Kls II Tanjung Pinang Akreditasi

24 BKP Kls II Ternate Persiapan Akreditasi

25 BKP Kls II Kendari Akreditasi

26 BKP Kls II Pangkal Pinang Akreditasi

27 BKP Kls II Tarakan Persiapan Akreditasi 28 BKP Kls II Cilegon Akreditasi

29 BKP Kls II Yogyakarta Akreditasi

30 BKP Kls II Palangkaraya Akreditasi

31 BKP Kls II Palu Persiapan Akreditasi

32 BKP Kls II Gorontalo Persiapan Akreditasi

33 SKP Kelas I Biak Proses Akreditasi (Tindakan Perbaikan Hasil Assesment)

34 SKP Kelas I Entikong Persiapan Akreditasi

35 SKP Kelas I Tj. Balai Asahan Persiapan Akreditasi

36 SKP Kelas I Cilacap Persiapan Akreditasi

37 SKP Kelas I Sumbawa Besar Persiapan Akreditasi

38 SKP Kelas I Banda Aceh Akreditasi

Page 68: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 57

Sesuai target PK bahwa 3 laboratorium pada UPTKP telah berhasil

akreditasi dengan ruang ruang lingkup sesuai kebutuhan operasional.

Dengan demikian, maka telah diperoleh capaian dengan bobot kualitas

100%.

E. Kemampuan Deteksi Risiko

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani pada tahun 2016,

dalam rangka meningkatkan kemampuan deteksi risiko telah

menghasilkan output berupa:

1. Dokumen Analisis Risiko penyakit hewan dari Luar Negeri (penyakit

BSE dari negara Meksiko).

2. Dokumen Analisis Risiko penyakit hewan Antar Area (penyakit

Bruselosis dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan).

Dengan demikian, maka telah diperoleh capaian dengan bobot kualitas

100%.

39 SKP Kelas I Sorong Persiapan Akreditasi

41 SKP Kelas I Ambon Persiapan Akreditasi

42 SKP Kelas I Bengkulu Akreditasi

43 SKP Kelas I Timika Persiapan Akreditasi

44 SKP Kelas I Merauke Persiapan Akreditasi

45 SKP Kelas I Bandung Persiapan Akreditasi

46 SKP Kelas I Pare-pare Akreditasi

47 SKP Kelas II Tj. Balai Karimun Persiapan Akreditasi

48 SKP Kelas II Ende Persiapan Akreditasi

49 SKP Kelas II Mamuju Akreditasi

50 SKP Kelas II Monokwari Persiapan Akreditasi

51 SKP Kelas II Bangkalan Akreditasi

Page 69: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 58

3. MATRIK PENGUKURAN KINERJA

Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani telah target PK tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 9. Capaian target PK PKH Kehani Tahun 2016

Sasaran Indikator Kinerja Target Pelaksanaan

Kegiatan Capaian Out Put

Tersusunnya

kebijakan teknis

perkarantinaan

Jumlah

peraturan/keput

usan Menteri

tentang

pencegahan

masuk dan

menyebarnya

HPHK, dan

keamanan

hayati hewani

2 Peraturan/Keputusan Menteri:

1. Tata cara tindakan karantina di

Pulau Karantina;

2. Tindakan Karantina Hewan

terhadap Pengeluaran Produk

Hewan Dari Wilayah Negara

Republik Indonesia

100%

100%

Kualitas yang dihasilkan:

1. Nota Dinas kepada Ka Barantan

dan SetbanTgl 10 Oktober 2016

(75%)

2. Nota Dinas kepada KaBarantan dan Setban tanggal 24 November 2016 (75%)

Page 70: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 59

Jumlah

keputusan

Kepala Badan

Karantina

Pertanian

tentang

pencegahan

masuk dan

menyebarnya

HPHK, dan

keamanan

hayati hewani

5 Keputusan Kepala Badan

Karantina Pertanian:

1. Pedoman Tindakan

Karantina Hewan Terhadap

Alat Angkut dan Kemasan

2. Pedoman Tindakan

Karantina Hewan terhadap

Vektor

3. Pedoman Tindakan

Karantina Hewan Di Tempat

Pemeriksaan Karantina

4. Analisis Risiko Pemasukan

Hewan Dari Luar Negeri

100%

100%

100%

100%

Kualitas yang dihasilkan:

Nota Dinas kepada KaBarantan dan

Setban Tgl 30 November 2016

(75%)

Nota Dinas kepada KaBarantan dan

Setban Tgl 3 November 2016 (75%)

Nota Dinas kepada KaBarantan dan

Setban Tgl 7 Desember 2016 (75%)

Page 71: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 60

Jumlah

dokumen

pembinaan,

dokumen

bimbingan

teknis dan

dokumen

monitoring

pencegahan

masuk dan

menyebarnya

HPHK dan

keamanan

hayati hewani

5 laporan sebagai berikut:

1. Laporan workshop nasional

hasil tindakan karantina

hewan

2. Laporan workshop nasional

pengamatan status dan situasi

HPHK

3. Laporan National Animal

Quarantine Coordinating

Committe (NAQCC)

4. Laporan Pertemuan Komisi

Ahli Karantina Hewan

5.

100%

100%

100%

100%

Kualitas yang dihasilkan:

1. Nota Dinas kepada Ka

Barantan tgl 26 April 2016

2. Adopsi rumusan tindak lanjut

penyempurnaan kebijakan

dan operasional (100%)

1. Nota Dinas kepada Ka

Barantan tgl 15 Agustus 2016

2. Adopsi rumusan tindak lanjut

dan Peta HPHK (100%)

1. Nota Dinas kepada Ka

Barantan tgl 6 April 2016

2. Adopsi rumusan dan

rekomendasi tindak lanjut

(100%)

1. Adopsi rumusan tindak lanjut

penyempurnaan kebijakan

dan operasional (100%)

Page 72: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 61

Meningkatnya

kemampuan

deteksi risiko

Jumlah

dokumen

Analisis Resiko

HPHK

2 Dokumen Bimbingan Teknis

Analisis Risiko Implementatif:

1. Analisis Risiko penyakit hewan

dari Luar Negeri (penyakit BSE

dari negara Meksiko).

2. Analisis Risiko di penyakit

hewan Antar Area (penyakit

Bruselosis dari Sulawesi

Selatan ke Kalimantan).

1. 100%

2. 100%

Kualitas yang dihasilkan:

Page 73: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 62

Berdasarkan tabel 9, capaian target Pusat KH Kehani dapat dihitung

sebagai berikut:

Rerata nilai pelaksanaan kegiatan: 100%

Rerata nilai kualitas hasil: 90%

Rerata capaian target: 95%

Setelah dilakukan perhitungan, capaian target PK PKHKehani adalah 95%

sehingga masuk dalam klasifikasi BAIK.

Berdasarkan UU No 10 Tahun 2004 yang telah diubah

menjadi UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan yang mana pada Pasal 5 huruf d bahwa dalam

membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan

pada azas peraturan perundang-undangan yang baik, salah satunya

adalah dapat dilaksanakan, yang artinya bahwa harus

memperhitungkan efektifitas peraturan perundangan tersebut di dalam

masyarakat baik secara filosofis, sosiologis maupun yuridis. Dengan

demikian Pusat KH Kehani dalam menghasilkan 6 (enam) Kebijakan

tersebut dinilai dapat berimplementasi dalam operasional pelayanan dan

pengawasan karena:

a. Dalam pengumpulan dan/atau pembahasan bahan telah

memperhatikan permasalahan teknis operasional yang sedang

dihadapi;

b. Setiap tahapan pembahasannya telah melibatkan UPTKP dan/atau

stakeholders terkait;

c. Telah mengacu pada Renstra dan kebijakan Pimpinan;

Total jumlah anggaran kegiatan Penetapan Kinerja tahun 2012 adalah

Rp. 2.069.759.000 dengan realisasi sebesar Rp. 2.062.427.200 atau

100.4%. Adapun total jumlah anggaran seluruh kegiatan Pusat KH Kehani

Page 74: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 63

adalah Rp. 7.327.319.000 dengan realisasi Rp. 6.843.984.892 atau

93,40%.

Page 75: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 64

4. KINERJA TAHUN 2016

Pada tahun 2016, belum terdapat penetapan rancangan peraturan menteri

maupun keputusan kepala badan karantina pertanian yang ditargetkan

menjadi PK.

Pada tahun 2016, PKH KEHANI perlu berupaya untuk mengupayakan

penetapan rancangan peraturan menteri dan rancangan keputusan kepala

badan yang telah disusun rancangannya pada tahun 2015.

Terdapat beberapa peraturan dan pedoman teknis yang ditetapkan pada

tahun 2016 meskipun bukan merupakan PK, yaitu:

1. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor:

87/Kpts/KR.120/L/1/2016 tentang Petunjuk Teknis Tindakan Karantina

Hewan terhadap Hewan Penular Rabies;

2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor:

406/KPTS/KR.150/L/3/2016 tentang Petunjuk Teknis Pemantauan

Lokasi dan Pembangunan Instalasi Karantina Hewan untuk Ruminansia

Besar;

3. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor:

1209/KPTS/KR.110/L/8/2016 tentang Petunjuk Teknis Analisis Risiko

Hama Penyakit Hewan Karantina.

4. Pedoman Kepala Badan Karantina Pertanian Keputusan Nomor:

1237/KPTS/KR.140/L/8/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindakan

Karantina Terhadap Pemasukan Karkas, Daging Dan/Atau Jeroan Ke

Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

Page 76: LAKIN - Pertanian

2016

PKH Kehani | LAKIN 65

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan pengukuran kinerja, dapat disimpulkan bahwa seluruh PK

Tahun 2016 telah dicapai oleh PKH KEHANI dengan nilai 95 % sehingga

masuk dalam klasifikasi BAIK.

Dalam upaya pencapaian tersebut, hambatan utama yang dihadapi

adalah ketidakpastian waktu tindak lanjut proses penetapan rancangan

kebijakan yang telah dihasilkan oleh Pusat KH&Kehani. Hal tersebut

tercermin dari proses penetapan kebijakan yang berlarut-larut dan tidak

memiliki target waktu penyelesaian penetapan. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, dibutuhkan adanya SOP penyelesaian proses

penetapan kebijakan dengan target waktu tertentu setelah rancangan

kebijakan dinotadinaskan oleh PKH&Kehani kepada Sekretariat Badan

Karantina Pertanian.