Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

108
76 ANALISIS STRUKTURAL NOVEL LAILA MAJNUN DAN SITTI NURBAYA Pendekatan struktural merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum kita mengevaluasi karya sastra secara lebih mendalam dan secara menyeluruh, guna melihat struktur yang membangun k arya sastra. Langkah ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Teeuw, bahwa pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahuluan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadap suatu karya sastra. 1 Ia juga berpendapat bahwa pendekatan struktural merupakan prioritas pertama yang harus dilakukan sebelum kita menerapkan analisis yang lain. Tanpa adanya analisis struktural tersebut, maka unsur intrinsik yang dibangun di dalam karya sastra tidak dapat diketahui. Ia menambahkan pula bahwa analisis struktural terhadap suatu karya sastra bukan bertujuan untuk menyederhanakan suatu cerita, tetapi hal itu dilakukan agar kita dapat mengetahui maksud yang ingin ditunjukkan oleh sastrawan kepada pembaca karya sastra. analisis yang kita lakukan hanya berlaku sebagai alat dan bukan sebagai hasil. Apa yang kita lakukan bukanlah menyederhanakan suatu cerita ke dalam abstraksi-abstraksi atau memecah-mecahnya ke dalam fragmen-fragmen. Yang kita lakukan adalah mengeksplorasi kedalaman dan resonansi yang sengaja dilekatkan pengarang pada kejadian dan karakter -karakter tertentu. Dengan kata lain kita membaca keseluruhan cerita. 2 1 Teeuw, Loc. Cit., hlm. 61 2 Sugihastuti dan Irsyad, Teori Fiksi Robert Stanton , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 12

description

Sastra merupakan seni yang menggambarkan sebuah atau sebanyak mungkin suatu bagian kehidupan. Mulai dari pengalaman hidup yang menyenangkan, mendebarkan, menakutkan, tak terkecuali mengenai kisah percintaan yang mengharukan. Kisah percintaan dalam novel pun biasa pula hadir sebagai bumbu cerita guna membuat cerita semakin menarik. Novel-novel mengenai percintaan juga sempat melegenda dan banyak digandrungi oleh penikmat karya sastra, misalnya novel Sitti Nurbaya, San Pek Eng Tai, Laila Majnun, dan Romeo and Juliet. Bahkan semua cerita itu sudah pernah diadaptasi menjadi film. Sampai saat ini pun banyak novel-novel percintaan yang sudah diadaptasi menjadi film, seperti novel terbaru yang telah diadaptasi ke dalam film, yaitu Ketika Cinta Bertasbih, dan masih banyak pula yang lainnya, terutama cerita ciklit dan teenlet. Tak jarang di antara novel-novel tersebut memiliki tema yang sama dengan gaya penceritaan yang berbeda, misalkan saja pada novel Sitti Nurbaya, San Pek Eng Tai, Laila Majnun, dan Romeo and Juliet. Kempat novel ini adalah novel yang mengusung cerita percintaan, yaitu kasih tak sampai, di mana pada akhirnya adalah kematian yang menyatukan mereka, meski keempat novel-novel tersebut lahir di zaman dan tempat yang berbeda. Namun, yang akan di analisis hanyalah dua Laila Majnun dan Sitti Nurbaya yang memiliki banyak persamaan.Kelahiran novel Laila Majnun dan Sitti Nurbaya terpaut sangat jauh dan tempat yang sangat berbeda. Cerita Laila Majnun merupakan legenda dari Arab yang dituliskan Nizami pada abad ke 12 sedangkan novel Sitti Nurbaya adalah novel hasil pengarang Indonesia, khususnya Sumatra Barat yang dikarang oleh Marah Rushli pada abad ke 20. Banyak persamaan di antara keduanya. Persamaan bukanlah masalah, melainkan sebuah keunikan, karena dalam kehidupan persamaan sangat lumrah muncul, misalnya saja pada persamaan nama jalan yang diambil dari acuan yang sama, persamaan nama, bentuk wajah, warna kulit, serta persamaan-persamaan lain yang sifatnya lebih luas. Namun, dalam proses analisis yang ingin penulis lakukan, tujuannya adalah mencari apakah kedua novel yang berbeda zaman dan tempat ini memiliki hubungan secara hipogram? Atau kesamaan yang muncul pada kedua novel hanyalah kesamaan yang bersifat kebetulan? Untuk itu penulis mencoba membandingkan kedua novel ini berdasarkan kajian intertekstual.Tidak hanya berdasarkan persamaan secara struktur kedua novel yang dihadirkan kedua pengarang, tapi kali ini penulis mencoba melihat keterhubungan kedua novel ini berdasarkan latar historis. Jika kita kembali membuka sejarah, Indonesia pun pernah menjadi tempat persinggahan pedagang Persia, India, Cina, dan Arab pada saat penyebaran Islam. Penyebaran Islam di Indonesia pada saat itu melalui beberapa aspek penting, yaitu perdagangan, seni dan budaya, pendidikan (pesantren), pernikahan, dan tasawuf. Adapun bukti-bukti peninggalan Islam, yaitu ukiran batu nisan gaya Gujarat, adat istiadat dan budaya India islam, Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia dari Persia, pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar) dari Persia, pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen) dari Persia, dan menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan Islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka. Bukti lainnya tentang penyebaran Islam juga terlihat dengan munculnya nama “kampung Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan Islam. Gedung Batu di Semarang (masjid gaya China), beberapa makam China muslim, dan beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China juga memperkaya khasanah penginggalan penyebaran Islam. Selain itu, bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an) contohnya kata ibarat yang kata dasarnya dari ibrah ini yang bermakna pelajaran dan masih banyak lagi bahasa indonesia yang berasal dari bahasa Arab. Semua merupakan contoh dari peninggalan sejarah masuknya Islam dan masih memungkink

Transcript of Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

Page 1: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

76

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL LAILA MAJNUN

DAN SITTI NURBAYA

Pendekatan struktural merupakan langkah awal yang harus dilakukan

sebelum kita mengevaluasi karya sastra secara lebih mendalam dan secara

menyeluruh, guna melihat struktur yang membangun k arya sastra. Langkah ini

senada dengan apa yang dikatakan oleh Teeuw, bahwa pendekatan struktural

merupakan pekerjaan pendahuluan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti

sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadap suatu karya sastra. 1 Ia

juga berpendapat bahwa pendekatan struktural merupakan prioritas pertama yang

harus dilakukan sebelum kita menerapkan analisis yang lain. Tanpa adanya

analisis struktural tersebut, maka unsur intrinsik yang dibangun di dalam karya

sastra tidak dapat diketahui. Ia menambahkan pula bahwa analisis struktural

terhadap suatu karya sastra bukan bertujuan untuk menyederhanakan suatu cerita,

tetapi hal itu dilakukan agar kita dapat mengetahui maksud yang ingin

ditunjukkan oleh sastrawan kepada pembaca karya sastra.

analisis yang kita lakukan hanya berlaku sebagai alat dan bukansebagai hasil. Apa yang kita lakukan bukanlah menyederhanakansuatu cerita ke dalam abstraksi -abstraksi atau memecah-mecahnyake dalam fragmen-fragmen. Yang kita lakukan adalahmengeksplorasi kedalaman dan resonansi yang sengaja dilekatkanpengarang pada kejadian dan karakter -karakter tertentu. Dengankata lain kita membaca keseluruhan cerita. 2

1 Teeuw, Loc. Cit., hlm. 612 Sugihastuti dan Irsyad, Teori Fiksi Robert Stanton , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),

hlm. 12

Page 2: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

77

Pendekatan struktural yang akan digunakan peneliti dalam menganalisis

novel Laila Majnun dan Siti Nurbaya juga memiliki fungsi yang sama seperti

yang dikatakan oleh Stanton dan A. Teeuw, yaitu mempermudah dalam

memahami maksud yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui

fakta-fakta yang terdapat di dalam cerita, seperti alur, latar, dan tokoh.

Inti dari bab ini adalah uraian analisis struktural terhadap novel Laila

Majnun karya Nizami dan Sitti Nurbaya karya Marah Rusli berdasarkan tema,

alur, tokoh dan penokohan, baru setelah itu hasil analisisnya akan dibandingkan

atas persamaan dan perbedaannya, serta menentukan apakah novel Laila Majnun

menjadi hipogram dari novel Sitti Nurbaya.

3.1 Analisis Tema

Setiap karya sastra yang ditulis oleh pengarang didasari atas suatu

persoalan tertentu, hal itu memang tidak dapat dipungkiri, karena karya sastra

haruslah berangkat dari suatu ide dasar yang kemudian dikembangkan menjadi

rangkaian-rangkaian kalimat, paragraf, hingga membentuk suatu keutuhan cerita.

Cara bertutur dan cara mengembangkan ide adalah berdasarkan pribadi masing -

masing sastrawan, karena tiap sastrawan memiliki perbedaan gaya pengembangan

ide dasar (tema). Begitu pula dengan Nizami dan Marah Rusli yang mempunyai

gaya pengembangan ide dasar yang berbeda, meskipun ide dasar itu berangkat

dari satu hal yang serupa. Namun, yang kali in i akan penulis teliti bukanlah

bagaimana gaya pengembangan ide dasar itu, tetapi ide dasar sebagai tema itu

sendiri.

Page 3: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

78

Robert Stanton mengatakan bahwa tema dapat dipandang sebagai dasar

cerita atau gagasan dasar umum sebuah novel. Dasar cerita berarti tujua n utama

cerita yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. 3 Ia menarik

kesimpulan bahwa tema adalah makna sebuah cerita yang secara khusus

menerangkan sebagian unsur -unsurnya dengan cara yang sederhana.

Tema bersinonim pula dengan ide utama /dasar dan tujuan utama cerita.

Dengan demikian, di dalam tema tercakup persoalan dan tujuan atau amanat yang

hendak disampaikan pengarang kepada pembaca.

Tema di dalam sebuah cerita bersifat individual sekaligusuniversal. Tema memberi kekuatan dan menega skan kebersatuankejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkankehidupan di dalam konteksnya yang paling umum. 4

Berdasarkan definisi tema tersebut dapat disimpulkan secara kasar bahwa

tema adalah sebuah kesatuan yang terwakilkan. Jika kita andaikan, tema

merupakan cakupan semua isi cerita yang bersifat inti, yaitu intisari dari kelopak,

daun, ranting, batang, dan akar. Kesemuanya saling melengkapi hingga akhirnya

menghasilkan intisari (tema) yang nantinya dapat pula digunakan untuk

menghasilkan cerita baru, yaitu buah cerita. Masih sangat rumit dan sangat tidak

jelas memang pengertian tentang tema, karena Stanton pun berpendapat masih

sulit untuk mendefinisikan tema secara jelas. Bahkan ia mengibaratkan tema

sebagai sebuah “maksud” yang merujuk kepada fungsi dan bukan sebagai

definisi.5 Namun, ada pula landasan teori yang mampu menggambarkan

3 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalamLayar Terkembang, (Bandung: Katarsis, 2003) hlm.13

4 Ibid., hlm.75 Ibid., hlm. 39

Page 4: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

79

bagaimana tema itu, yaitu teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro yang

dikutip oleh Sofia dalam buku Feminisme dan Sastra . Dalam hal itu,

Nurgiyantoro mengatakan bahwa tema dibedakan menjadi dua, yaitu tema mayor

dan tema minor. Makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar

umum cerita disebut tema mayor, sedangkan makna -makna lain atau makna-

makna tambahan dalam cerita disebut tema minor. 6 Jadi, kita harus menemukan

tema minor terlebih dulu untuk dapat menentukan tema mayor sebuah cerita.

Berdasarkan definisi inilah pengkaji akan menentukan tema pada novel Laila

Majnun dan Sitti Nurbaya.

Secara umum cerita dalam novel Laila Majnun dan Sitt i Nurbaya

mengangkat cerita mengenai perjuangan mendapatkan seseorang yang dicintai

dengan akhir yang tragis, yaitu kematian. Qais (Majnun) dan Laila, Samsulbahri

(Letnan Mas) dan Sitti Nurbaya berjuang dengan doa dan segala ikhtiar hanya

untuk mendapatkan restu orangtua, walau pada akhirnya sampai meninggal pun

mereka tak mendapatkan apa yang menjadi harapan dan cita -citanya.

Qais (Majnun) dan Samsulbahri (Letnam Mas) adalah tokoh utama dalam

cerita Laila Majnun dan Sitti Nurbaya. Mereka dikisahkan sebagai seorang

pemuda yang tersiksa karena cinta. Setiap perbuatan yang dilakukannya selalu

membuat orang bersimpati, atau sebaliknya semakin membenci dan mencemooh.

Walaupun demikian ia tetap menjalani apa yang dipikirkannya adalah kebenaran

dan terus mengejar impiannya pantang menyerah, walapun kebenaran yang

mereka jalani untuk sebuah cinta bersifat subjektif, tak ada ukuran yang jelas, dan

6 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra, (Menguak Citra Perempuan dalam“Layar Terkembang”), (Bandung: Katarsis, 2003), hlm. 13

Page 5: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

80

sangat memungkinkan sekali jika sesuatu yang dianggap benar untuk seseora ng

maka dianggap salah untuk orang lain.

Masalah yang diangkatnya dalam cerita lebih banyak pada 1) keluarga 2)

subjektifitas cinta (pertentangan ideologi cinta kaum muda dan tua) 3) Takdir.

Semua permasalahan tersebut adalah tema minor, yang berpangkal pada tema

mayor cerita, yaitu kasih tak sampai. Laila Majnun dan Sitti Nurbaya diceritakan

dengan menggunakan gaya bahasa puisi yang mendayu-dayu, penuh dengan

simbol-simbol yang melambangkan keindahan seorang wanita. Berikut ini adalah

uraian masing-masing permasalahan:

3.1.1 Keluarga

Cerita Laila Majnun diawali oleh deskripsi keluarga besar, di mana

keluarga itu dikepalai oleh seorang Sayid yang sangat mashyur dan kaya raya,

tetapi tidak memiliki anak. Ia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan

seorang anak, sampai akhirnya ia pun dikarunia seorang anak y ang sangat tampan.

Sang Sayid gembira bukan main, karena seorang buah hati yang didambakan

akhirnya hadir di tengah keluarga mereka. Anak itu diberinya nama Qais. Semua

ditunjukkan pada kutipan paragraf berikut ini:

Al kisah, pada zaman dahulu, di negeri A rab, hiduplah seseorangpemimpin kabilah, seorang Sayid, yang sangat termansyur. BaniAmir nama kabilah itu. Tidak ada seorang pun yang dapatmenandingi kekayaan dan kejayaan sang Sayid.Kegagahberaniannya telah mansyur di seluruh jazirah Arab.Kedermawanannya kepada para fakir miskin dan keramah -tamahannya dalam para musafir terkenal kemana -mana. Namun,meskipun ia dicintai oleh semua orang dan mendapatkan tempatterhormat layaknya seorang sultan atau kalifah, dia tidak merasabahagia. Sebuah kesedihan yan g sangat mendalam menggerogoti

Page 6: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

81

hatinya dan menggelapkan hari -harinya. Sang Sayid tidakmemiliki anak.

Dan demikianlah sang Sayid selalu berdo’a, berpuasa, danberderma hingga, ketika ia baru saja akan menyerah, Tuhanakhirnya mengabulkan permintaannya. Ia dianugerahi seoranganak laki-laki, seorang anak yang cantik bagaikan sekuntummawar yang baru mekar, seperti sebuah berlian yangkecemerlangannya dapat mengubah malam menjadi siang. Untukmerayakan kelahiran anak yang didambanya itu, sang Sayidmembuka pundi-pundi hartanya kemudian menyebarkanemasnya seolah-olah emas itu adalah pasir. Ia ingin membagikebahagiaannya kepada semua orang. Sebuah pesta perayaanbesar-besaran pun diadakan. (hlm. 1 -3)

Keinginan Sang Sayid sangatlah wajar, karena jika kita m emahami tujuan dari

pembentukkan keluarga adalah mendapatkan keturunan, seperti yang dikatakan

oleh Hannah dan Margaret M. Yustin, bahwa tujuan pembentukan sebuah

keluarga, yaitu: memperoleh keturunan, mencari kebahagiaan, mengembangkan

kepribadian, dan menjadi bagian dari masyarakat atau negara. Pengertian lain dari

keluarga adalah sebuah unit sosial terkecil yang menjadi wadah tiap orang untuk

pertama kali belajar berinteraksi dan memahami karakter. Sehingga dapat

dikatakan, melalui perkembangan, keluarga dapat membentuk karakter seorang

anak. Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk membentuk sebuah

keluarga. Tujuan manusia membentuk sebuah keluarga yaitu untuk memperoleh

keturunan. Keturunannya inilah yang kelak akan meneruskan garis kekeluargaan.

Setiap pasangan suami istri di dalam kehidupannya pasti mendapatkan keinginan

alamiah, yaitu semacam dorongan dalam diri untuk memperoleh sang buah hati.

Dorongan ini sangat kuat, sehingga akan memunculkan perasaan kecewa jika di

dalam perkawinannya tidak menghasilkan keturunan.

Page 7: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

82

Cerita berlanjut ketika Qais sudah berajak dewasa. Sang Sayid, sebagai

orang tua yang baik tentunya memikirkan masa depan anaknya, untuk itu ia

memasukkan anaknya ke sekolah dengan harapan agar anaknya nanti dapat

menjadi seorang yang pandai dan memeliki kemampuan yang lebih baik daripada

orangtuanya.

Menyadari kebutuhan anaknya akan pendidikan, sang Sayidkemudian menempatkan Qais di bawah seorang bimbingan guruyang sangat termasyhur akan ketinggian ilmunya, seorang ulamayang kepadanyalah semua bangsawan Arab mempercayakan anakmereka agar anak-anak mereka memperoleh kearifan sertakecakapan yang dibutuhkan untuk menghadapai kerasnyakehidupan di gurun pasir. Sudah saatnya membuang maninan -mainan mereka dan menggantinya dengan b uku-buku pelajaran.(hlm 5)

Dari penggalan paragraf di atas dapat kita ketahui kalau Sang Sayid,

sebagai kepala keluarga, adalah seorang kepala keluarga yang menyadari

tanggung jawabnya. Ia melaksanakan tanggung jawabnya demi sebuah harapan

agar anaknya mampu menjadi seseorang yang pandai, arif, dan bijaksana. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa sang Sayid telah melaksanakan tugasnya sebagai

orangtua, dan dapat juga dikatakan kalau sebagai orangtua, ia adalah orangtua

yang penuh tanggungjawab dan sayang kepada anaknya.

Apa yang dilakukan oleh sang Sayid senada dengan tujuan pokok

orangtua, yaitu membiarkan dan memberanikan si anak ke luar. Harapannya,

dengan ke luar itu anak akan cukup mendapat bekal untuk menjadi orang dewasa

yang bertanggung jawab. Anak-anak mempunyai dua kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi agar berfungsi efektif sebagai anak dewasa, yaitu kebutuhan

Page 8: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

83

individualitas dan kebutuhan hubungan. Tujuan lain orangtua yaitu mengusahakan

agar perkembangan dua kondisi itu seimbang. 7

Usaha Sang Sayid pun tidaklah sia-sia, karena Qais terbentuk menjadi

seorang yang pandai, arif, selain ketampanan yang dimilikinya. Itu semua

ditunjukkan dalam paragraf kutipan berikut.

Qais adalah seorang murid yang tekun dan memiliki semangatbelajar yang tinggi. Dalam waktu yang singkat, ia telahmengalahkan teman-teman sekelasnya dalam semua bidangpelajaran. Ia adalah murid terbaik yang pernah diajari oleh sangguru. Qais sangat unggul dalam membaca dan menulis. Ketika iaberbicara, baik itu dalam diskusi serius ata u hanya sebuahpercakapan biasa, lidahnya akan menebarkan mutiara -mutiarakearifan. Betapa menyenangkan bila mendengarkannya bicara.(hlm5)

Cerita terus berlanjut sampai akhirnya Qais merasakan jatuh cinta pada

seorang wanita, yaitu Laila. Mereka saling m encintai dan menjalin hubungan

secara rahasia. Namun, ketika hubungan mereka mulai diketahui oleh banyak

orang, mereka saling menahan keinginan yang mereka rasakan. Tapi itu justru

membuat Qais kehilangan kesadaran dan menjadi gila, lalu orang -orang

memanggilnya dengan sebutan Majnun.

Qais yang sudah menjadi majnun masih saja terus mendambakan Laila.

Suatu ketika Majnun nekad mengunjungi tenda laila dan karena itu adalah

keluarga Laila menjadi sangat benci pada Majnun. Mereka memasang penjagaan

di sekitar tenda mereka untuk mencegah Majnun kembali datang.

Tidak lama kemudian berita tentang kunjungan rahasia Majnunke tenda Laila tersebar. Anggota kabilah Laila menjadi marah.

7 David Field, Kepribadian Keluarga (Kenalilah Keluarga Anda dan Jadilah Diri AndaSendiri), (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 27

Page 9: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

84

Sepanjang siang dan malam, mereka menjaga area sekitar tendaLaila untuk mencegah Majnun kembali. Perlahan-lahan, tanpapernah berbuat kesalahan, Laila menjadi tawanan dari kabilahnyasendiri... dan dari cinta Majnun. (hlm 19)

Dapat kita lihat pada paragraf kutipan di atas, kalau Majnun mendapat

pertentangan dari keluarga Laila yang s angat tidak menyetujui hubungan mereka.

Majnun bergerak demi cinta untuk mendapatkan Laila dan keluarga Laila

berjuang untuk memisahkan Majnun dari Laila. Semakin jelas lagi peranan

keluarga Laila yang ingin disampaikan oleh Nizami, yaitu melindungi.

Melindungi di sini dalam artian bahwa apa yang dilakukan oleh keluarga Laila

adalah demi nama baik mereka. Cinta memang akan selamanya berada pada taraf

subjektifitas, karena terkadang cinta menimbulkan perbuatan -perbuatan yang

irasional, dan setiap orang akan memiliki reaksi tersendiri dalam menanggapinya.

Semua masalah sebenarnya berpangkal dari ketidak berdayaan Majnun

akan cinta yang menggelora di dalam hatinya, sehingga cinta itu justru

membuatnya kehilangan akal sehat dan melakukan perbuatan -perbuatan yang

irasional. Seandainya saja Majnun bisa menahan perasaan cinta, tentu saja

semuanya akan menjadi jalan yang berbeda. Tetapi apa yang ingin ditunjukkan

oleh Nizami adalah sisi berbeda seseorang dalam menghadapi cinta. Ia menjual

keunikan seseorang dalam me nanggapi permasalahan yang sebetulnya sangat

umum dan mulai membosankan. Nizami merancang cerita Laila Majnun dari

cerita umum dan membosankan menjadi cerita yang unik dan mengharukan,

karena apa yang dilakukan Majnun adalah awal dari polemik dia dengan ke luarga

Laila. Secara tak sadar apa yang dilakukan Majnun justru membakar sebuah

Page 10: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

85

sumbu dinamit yang siap meledak untuk menjadi sebuah letusan masalah, sampai

pada akhirnya keluarga Laila menjadi sangat benci pada Majnun dan berniat akan

membunuhnya.

Sebagai seorang ayah, sang Sayid sangat sedih ketika melihat anak yang

pernah sangat didambakannya kehadirannya sakit. Ia dan seluruh keluarga

memiliki harapan agar Qais dapat sembuh. Mereka mencoba menyembuhkan

penyakitnya dengan melakukan berbagai cara, mulai dari membujuknya,

mengajaknya untuk pergi haji dengan harapan penyakit anaknya segera sembuh,

juga melamar Laila. Namun, usaha yang mereka lakukan selalu mendapatkan

kegagalan, karena Qais lebih memilih dirinya seperti itu, juga karena keluarga

Laila yang tidak sudi anaknya menikah dengan orang gila.

Akhirnya, tiba waktunya bagi mereka untuk melaksanakanibadah haji. Sambil menggenggam tangan anaknya dengan hati -hati, sang Sayid berkata, Inilah, Anakku, Rumah dari Dia yangmenjadi kawan dari siapapun yang tidak memiliki kawan. InilahRumah Dia yang mampu menyembuhkan semua penyakit yangtidak ada obatnya sekalipun. Benar, Anakku, inilah di mana –Insya Allah – satu lembaran dari kehidupanmu berakhir dansebuah lembaran baru dalam kehidupanmu dimulai... (hlm 32)

Tuhanku! Mereka semua menyuruhku untuk menghilangkanLaila dari pikiranku dan memadamkan hasrat di dalam hatikupadanya. Namun, aku memohon kepada -Mu, Tuhan, pahatlahbayangannya lebih dalam di dalam mata hatiku dan buatlahhasratku kepadanya semakin kuat! Ambillah apa yang tersisadari ragaku dan berikan semua padanya; ambillah seluruh usiahidupku yang tersisa dan tambahkanlah padanya.

Duhai Tuhanku! Biarlah ia mencaci -makiku, menghukumku,menyiksaku – aku tidak peduli. Aku rela mengorbankan hidupk udemi keindahannya. Bukankah kau dapat melihat bagaimana akuterbakar karena dia? Dan meski aku mengetahui bahwa aku tidakakan pernah terbebas dari kepedihan ini, aku rela. Karenamemang inilah takdirku. Karena itu, demi Tuhan, demi Engkaudan demi cinta, biarkan cintaku tumbuh semakin kuat di setiap

Page 11: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

86

waktu yang berlalu. Cinta adalah satu -satunya yang kumiliki,cinta adalah diriku apa adanya, dan cinta adalah satu -satunyatujuan akhir hidupku! (hlm 33)

Selanjutnya pertentangan yang terjadi adalah pertenta ngan-pertentangan

antara perjuangan Majnun untuk mendapatkan Laila dan perjuangan keluarga

Laila untuk menjauhkan Majnun dari kehidupan Laila, yaitu dengan menikahkan

Laila pada saudagar kaya raya. Setelah pernikahan Laila dan saudagar kaya itu

terdengar oleh Majnun, ia semakin bersedih dan menyendiri. Sampai semua yang

telah dilakukan oleh keluarga untuk membuat Majnun sembuh tidak berhasil

dilakukan, akhirnya ibu Majnun meninggal dunia karena kesedihannya, lalu

disusul oleh sang Sayid yang juga tidak taha n dengan apa yang diderita oleh

anaknya. Majnun pun semakin menderita dengan jalan yang telah ia pilih. Ia

semakin tenggelam dalam selimut kesedihannya yang abadi hingga ia kembali ke

dalam bumi.

Hampir serupa dengan Laila Majnun, novel Sitti Nurbaya diawalai dengan

pengenalan tokoh dan deskripsi tentang keluarga. Diceritakan bahwa Samsulbhari

adalah anak Sutan Mahmud Syah, seorang penghulu di Padang, dan Sitti Nurbaya

adalah anak seorang saudagar besar di Padang, yaitu Baginda Sulaiman.

Anak laki-laki yang dipanggil Sam oleh temannya tadi, ialahSamsulbahri, anak Sutan Mahmud Syah. Penghulu di Padang:seorang yang berpangkat dan berbangsa tinggi. Anak ini telah dikelas 7 sekolah Belanda Pasar Abancang. Oleh sebab ia seoranganak yang pandai, gurunya telah memintakan kepada Pemerintah,supaya ia dapat meneruskan pelajarannya pada sekolah DokterJawa di Jakarta.Temannya yang dipanggil Nur tadi ialah Sitti Nurbaya, anakBaginda Sulaiman, seorang saudagar kaya di Padang, yangmempunyai beberapa toko yang bes ar-besar, kebun yang lebar-lebar serta beberapa perahu di laut, untuk pembawaperdagangannya melalui Lautan. (hlm 14)

Page 12: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

87

Diceritakan pula Sutan Mahmud Syah memiliki seorang saudara

perempuan yang bernama Rubiah dan anaknya bernama Rukiah. Rubiah sebagai

kakak dari Sutan Mahmud merasa anaknya ditelantarkan, mengingat pada saat itu

beradasarkan adat di Padang, mamak (paman) bertang gung jawab penuh kepada

keponakannnya. Dari situlah timbul masalah keluarga di antara mereka, karena

putri Rubiah iri kepada perlakuan baik yang diberikan Sutan Mahmud kepada

Samsulbahri, sedangkan anaknya, Rukiah, merasa disia -siakan.

“Lihatlah! Memang benar sangkaku, pikiranmu telah berubahdaripada yang diadatkan di Padang ini. Istrimu sudahlah, sebab iatinggal di rumahmu, tetapi anakmu? Bukanlah ada mamandanya,saudara istrimu? Bukankan anakmu itu kemenakannya? Bukankahdia yang harus memelihara anakmu menurut adat kita?” mendakwaputri Rubiah. “atau telah lupa pula engkau adat nenek moyang kitaitu?” (hlm 21)

Permasalahan di atas mengakibatkan Putri Rubiah merasa Sutan Mahmud diguna -

guna oleh istrinya, Sitti Maryam, sehingga ia dan adiknya pun, Hamzah, mencari

seorang dukun untuk menyembuhkan Sutan Mahmud, bahkan berniat membunuh

dan menggunai-gunai Sitti Maryam. Permasalahan kelu arga ini tidak dilanjutkan

oleh pengarang terhenti ketika mereka bertemu dengan dukun yang diajukan oleh

Hamzah untuk membunuh Sitti Maryam.

Beralih pada apa yang dilakukan Sutan Mahmud dalam mendidik anaknya,

yaitu memasukkan Samsulbahri ke sekolah yang t erbaik dan lebih tinggi lagi. Apa

yang dilakukan Sutan Mahmud adalah melaksanakan tanggung jawab yang

diberikan Tuhan atas anaknya yang semata wayang. Ia menyekolahkan anaknya

Page 13: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

88

dengan maksud Samsulbahri dapat menjadi anak yang pandai dan mampu

mengarungi kerasnya kehidupan di masa depan.

Apa yang dilakukan oleh Sutan Mahmud sama dengan apa yang tujuan

dari sang Sayid dalam Laila Majnun, dan senada dengan tujuan pokok orangtua,

yaitu membiarkan dan memberanikan si anak ke luar. Harapannya, dengan ke luar

itu anak akan cukup mendapat bekal untuk menjadi orang dewasa yang

bertanggung jawab. Anak-anak mempunyai dua kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi agar berfungsi efektif sebagai anak dewasa, yaitu kebutuhan

individualitas dan kebutuhan hubungan. Tujuan lain ora ngtua yaitu mengusahakan

agar perkembangan dua kondisi itu seimbang. 8 Tanggung jawab ini sangat

disadari oleh Sutan Mahmud, walapun akhirnya tindakkannya sebenarnya

bertentangan dengan adat Minang di jamannya dan mendapat pertentangan yang

besar dari keluarganya, yaitu Putri Rubiah dan Hamzah, sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Permaslahan lain yang timbul yang berhubungan dengan keluarga adalah

ketika Sitti Nurbaya dengan terpaksa memutuskan menikah dengan Datuk

Meringgih, karena belitan hutang yang ditimpakan oleh rentenir jahat, yaitu Datuk

Meringgih sendiri.

Mendengar perkataan ayahku ini, tiadalah dapat kutahan lagi sedihhatiku, hancur luluh rasa jantungku, lalu menangislah aku tersedu -sedu di dada ayahku, sehingga basahlah baju dan kakinnya , karenaair mataku yang bercucuran. Tiadalah kujawab perkataannyasepatah pun karena dadaku bagaikan pecah dan leherku bagaitekunci. (hlm 117)

8 David Field, Kepribadian Keluarga (Kenalilah Keluarga Anda dan Jadilah Diri AndaSendiri), (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 27

Page 14: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

89

“Oleh sebab hendak menolong aku, anakku menyerahkan dirinyakepadamu, untuk memuaskan hawa nafsumu dan hatimu, yangsebagai hati binatang itu.” Kata ayahku kepada Datuk Meringgih.“barulah sekarang kuketahui bahwa kejatuhanku ini semata -matakarena perbuatanmu juga karena busuk hatimu, dengki dan takdapat engkau melihat orang lain berharta seperti engkau. Denganberbuat pura-pura bersahabat karib dengan aku, kau perdayakanaku, sampai jatuh ke dalam tanganmu dan harus menurut sebarangkehendakmu yang keji itu. Tetapi tak apa, Datuk Meringgih!Tuhan tiada buta; lambat laun negkau beroleh juga hukuman ataskhianatmu ini,” lalu ayahku menuntun aku masuk ke dalam rumah.(hlm 120-121)

Baginda Sulaiman yang terbelit hutang dan ditimpa oleh kemalangan yang

sesungguhnya dibuat oleh Datuk Meringgih, hendak dimasukkan ke dalam

penjara. Dengan kelicikannya, Datuk Meringgih m enawarkan suatu perjanjian

pada Baginda Sulaiman, yaitu akan membebaskan seluruh hutang Baginda

Sulaiman jika Sitti Nurbaya menjadi istrinya. Sebenarnya Baginda Sulaiman lebih

memilih masuk penjara dibandingkan melepas anaknnya di mulut buaya, tetapi

tepat pada saat Baginda Sulaiman hendak dibawa polisi, Sitti Nurbaya yang

merasa sangat kasihan kepada ayahnya muncul dan dengan terpaksa mengatakan

kalau ia bersedia menjadi istri Datuk Meringgih. Apa yang dilakukan Sitti

Nurbaya adalah untuk menolong ayahnya yang sedang dalam musibah, sehingga

pada akhirnya ia justru mengesampingkan janjinya kepada Samsulbahri dengan

sangat terpaksa.

Permasalahn keluarga kembal muncul ketika Samsulbahri yang sedang

berbincang dengan Sitti Nurbaya bertemu dengan Datuk Merin ggih. Terjadi

perkelahian di antara Samsulbahri dan Datuk meringgih hingga menyebabkan

Datuk meringgih jatuh tersungkur. Perkelahian itu ternyata justru membawa duka

Page 15: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

90

di hati Nurbaya dan Samsulbahri, karena pada saat itu juga ayah Nurbaya,

Baginda Sulaiman meninggal dunia karena terjatuh saat ingin menghampiri Siiti

Nurbaya dan Samsulbahri. Di saat itu pula Sutan Mahmud Syah yang tidak

mengetahui duduk permasalahannya secara jelas justru mengusir Samsulbahri,

dan memutuskan hubungan ayah dan anak.

Setelah berheni sejurus, berkata pula Sutan Mahmud,“kesalahanmu ini tak dapat aku ampuni, karena sangat memberiaib. Pergilah engkau dari sini! Sebab aku tak hendak mengakuiengkau lagi. Yang berbuat demikian, bukan anakku.” (hlm 156)

Ternyata keputusan sutan Mahmud yang terburu-buru itu menyebabkan banyak

hal yang tidak diinginkan, yaitu hancurnya perasaan Samsulbahri sehingga ia

memutuskan untuk meninggalkan rumahnya secara diam -diam walapun ia sangat

merasa sedih karena meninggalkan dua orang yang sangat dikasihin ya, Sitti

Nurbaya dan Sitti Maryam, ibunya.

Tatkala pukul tiga malam, bangunlah ia perlahan -lahan dari tempattidurnya, lalu dimasukkannya sekalian pakaiannya ke dalampetinya dan keluarlah ia dari jendela biliknya. Setelah sampai kepintu pekarangan rumah orangtuanya, menolehlah ia ke belakang,ke rumah Nurbaya, lalu berhenti sejurus lamanya dan berkataperlahan-lahan, “Selamat tinggal ibu dan kekasihku! Aku hendakberjalan, barang ke mana dibawa nasibku yang malang ini. Jika adaumurku panjang, mungkin akan bertemu juga kita di dalam dunaini; jika tidak, bernanti-nantilah kita di akhirat. Di sanalah kitadapat bertemu pula, bercampur selama -lamanya, tiada bercerailagi. (hlm 157)

Permasalahan keluarga itu semakin berbuntut panjang, Sitti Maryam yang

terus merasa kehilangan Samsulbahri dan kesedihan di hatinya tak tertahankan

lagi. Ia terus mencari di mana Samsulbahri berada, dan ketika Samsulbahri tak

juga kunjung ditemukan, Sitti Maryam pun jatuh sakit.

Page 16: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

91

Keitka diketahui oleh ibunya pada keesokkan harinya , bahwaanaknya tak ada lagi, ributlah ia menyuruh cari ke sana ke mari,tetapi tiadalah bertemu, dan seorang pun tiada tahu ke manaperginya. Sebab sudah hatinya, berangkatlah ia tiga hari kemudianke Padang Panjang, ke rumah saudaranya. Di sanapun rupany atidak dapat dilipurkan hatinya, sehingga badannya makin lamamakin kurus dan akhirnya jatuh sakit, karena bercintakan anaknya.(hlm 157)

Selanjutnya yang terjadi pada kelanjutan ceritanya adalah perjuangan cinta

Samsulbahri dan Sitti Nurbaya yang dihal ang-halangi oleh Datuk Meringgih.

Tetang percintaan antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya akan dibahas pada sub

bab ideolgi cinta.

3.1.2 Ideologi Cinta

Maksud dari ideologi cinta adalah pertentangan tindakan tokoh atas

cintanya dengan apa yang diinginkan oleh or ang lain. Cinta yang dimaksud pun

lebih dikerucutkan kembali pada cinta yang berarti sebuah perasaan saling

memiliki antara dua manusia atau cinta antara dua sepasang kekasih. Cinta yang

sesungguhnya membuat Majnun dan Samsulbahri rela menderita dan pada

akhirnya justru mendapat pertentangan yang sangat kuat dari pihak -pihak oposisi.

Semua pertentangan itu semakin menguat karena apa yang dilakukan tokoh untuk

menghadapi pertentangan adalah sebuah tindakkan irasional yang membangun

dinding pertentangan menjadi semakin kokoh.

Dalam novel Liala Majnun, awal cerita dijelaskan bahwa cinta adalah yang

terindah bagi Qais dan Laila, apa lagi itu adalah cinta pertama bagi mereka.

Sebagai seorang yang mencintai, masing -masing dari mereka berusaha

menunjukkan betapa cintanya mereka. Mereka berusaha meyakinkan satu sama

Page 17: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

92

lain dengan melakukan hal -hal yang dapat membuat orang yang dicintai

merasakan cintanya, sehingga mereka lupa akan kenyataan yang harus mereka

lalui.

... Api yang telah menyala di dalam hati mereka berdua , dancahayanya saling memantul di antara mereka. lantas apa yang bisamereka lakukan untuk menjinakkan nyalanya? Tidak ada. Merekamasih remaja, dan remaja menerima apapun yang terjadi padadirinya tanpa banyak pertanyaan. Cinta adalah bejana anggur yangtelah mengisi penuh cawan mereka, dan mereka meminum apapunyang dituangkannya... (hlm. 6)

Dari kutipan di atas dapat kita lihat jika kedua tokoh, yaitu Laila dan Qais

memiliki perasaan yang sama, yaitu begitu mencintai pasangannya. Mereka begitu

ingin saling memiliki satu sama lain dengan cinta yang sangat besar di hati

mereka. Pada kalimat “api yang telah menyala di dalam hati mereka berdua, dan

cahayanya yang saling memantul di antara mereka” penulis mengungkapkan

kalau kedua tokoh saling mencintai dan menyayangi. Penulis yang berusaha

menggambarkan perasaan cinta tokoh -tokohnya sebagai api yang telah menyala di

dalam hati. Lalu dipertegas kembali dengan kata -kata “cahayanya yang saling

memantul” yang menggambarkan kalau mereka sama-sama saling mencintai dan

sama–sama saling memberikan jawaban atas masing -masing cinta mereka.

Dalam paragraf kutipan di atas penulis juga menggambarkan kalau Qais

dan Laila terlalu muda untuk mengerti cinta yang sebenarnya, mereka hanya tahu

cinta itu sebagai perasaan suka, s ayang, juga hasrat memiliki. Mereka tanpa ragu

melakukan apa yang mereka inginkan dan butuhkan, tanpa mengetahui

sebenarnya cinta jika sudah memasuki peranannya dalam kehidupan, di mana

cinta mengalami benturan-benturan dengan budaya, agama, dan norma -norma

Page 18: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

93

sosial di mana mereka tinggal dan itu digambarkan penulis dengan kata “ Mereka

masih remaja, dan remaja menerima apapun yang terjadi pada dirinya tanpa

banyak pertanyaan. Cinta adalah bejana anggur yang telah mengisi penuh cawan

mereka, dan mereka meminum apapun yang dituangkannya...” .

Sementara sepasang kekasih berjemur di dalam kemilau cintamereka masing-masing, mereguk anggur yang memabukkan danmenikmati surga keterlenaan, mata dunia sedang menyaksikanmereka... Mampukah mereka membaca gelagat dan me mecahkanisyarat tersembunyi dari cinta rahasia yang mengikat hati merekaberdua?.... (hlm. 10)

Pada kalimat “Sementara sepasang kekasih berjemur di dalam kemilau

cinta mereka masing-masing, mereguk anggur yang memabukkan dan menikmati

surga keterlenaan, mata dunia sedang menyaksikan mereka... “ penulis kembali

mempertegas kalau mereka sudah terlalu melupakan kenyataan. Mereka sudah

terlalu jauh melangkah bersama cinta mereka dengan mengibaratkan Laila dan

Qais sudah silau akan kemilau cinta. Sebagaimana y ang kita ketahui, silau adalah

keadaan ketika kita sudah tidak dapat melihat apa -apa lagi selain sumber cahaya

yang membuat kita silau, dan itulah yang dilihat oleh Laila dan Qais, hanya cinta.

Di sini penulis pun mempertegasnya kembali kalau mereka berdua juga sudah tak

sadar akan apa yang mereka lakukan, dengan mengibaratkannya sebagai seorang

mabuk dan menikmati surga keterlenaan. Mereka begitu tidak peduli dengan

keadaan sekitar sehingga tidak tahu bahwa mereka telah menjadi bahan

pembicaraan setiap orang. Sebagai anak dari pemimpin kabilah, mereka telah

melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan, yaitu hal yang tabu. Mereka

Page 19: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

94

dapat dianggap tidak menjaga nama baik mereka yang secara tidak langsung akan

terhubung pada nama baik kabilah.

Ada sesuatu yang menarik yang ditunjukkan penulis mengenai perilaku

Laila untuk menanggapi kisah cintanya yang tragis. Telah diceritakan jikalau

Majnun menunjukkan betapa besar cintanya dengan cara menangis meraung -

raung serta meneriakkan puisi -puisi tentang keindahan Laila ke seluruh penjuru

dengan keadaan yang sangat mengenaskan, Laila justru menyembunyikan

tangisnya dan diam seribu bahasa. Penulis membawa pembaca untuk berpikir

seolah Laila lebih tegar dibandingkan Majnun yang semakin kehilangan akal

sehatnya.

Perpisahan Qais dengan Laila mengakibatkan perpisahannya jugadengan semua orang yang dicintainya – dari sanak saudaranya,sahabat-sahabatnya, orang tuanya dan rumahnya. Jika Lailamenyembunyikan tangisannya, Qais menangis terang -erang,menunjukkan kedukaannya kepada dunia. (hlm 13)

Demikianlah apa yang mereka lakukan dan mereka kejar hanyalah cinta.

Bagi mereka tidak ada kehidupan lain yang harus dikejar selain cinta. Jika Majnun

memiliki cinta yang tak terbendung sehingga dia terus mengutarakan cintanya,

bahkan kepada setiap orang agar semua orang tahu kalau cintanya kepada Laila

adalah sangat besar, Laila justru memiliki karakter yang berbanding terbalik dari

Majnun. Cinta yang besar pada Laila justru dihadapinya dengan diam, yaitu

dengan menahan semua penderit aannya sendiri tanpa ada orang lain yang tahu.

Tindakkan Laila yang diam juga memiliki alasan lain, yaitu rasa sayang dan

hormat kepada orangtuanya.

Page 20: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

95

Sekiranya itu semua adalah subjektifitas cinta menurut mereka, tetapi

bagaimana dengan tanggapan orang dis ekitar mereka? Jawabannya adalah

berbeda dengan apa yang Laila dan Majnun rasakan. Terutama dari keluarga Laila

yang sangat menentang hubungan yang terjadi antara Laila dan Majnun. Mereka

sangat tidak merestui karena Majnun dianggap tidak layak menjadi sua mi dari

Laila. Majnun adalah orang gila yang selalu bergumam ke mana-mana

menyebarkan aib Laila dan keluarganya, sehingga anggota kabilah Laila pun

melakukan tindakkan-tindakkan untuk menjauhkan Laila dari Majnun. Pada

awalnya keluarga Laila hanya menaruh b eberapa penjaga untuk mencegah

Majnun datang ke tenda Laila.

Bagi keluarga Laila, keadaan ini tidak dapat dibiarkan lagi. Tidakhanya kehormatan Laila, tapi juga kehormatan seluruh kabilahsedang dipertaruhkan. Apakah mereka akan membiarkan namabaik kabilah mereka tercoreng oleh tingkah laku seorang lelaki giladari bani Amir ini? Apakah mereka akan tinggal diam sementaranama baik Laila ternodai? Mereka harus segera bertindak. Halpertama yang mereka lakukan adalah melarang Lailameninggalkan tendanya. Seorang penjaga ditempatkan di pintutendanya untuk mencegah Qais menemui Laila. Demikianlah,mereka menyembunyikan purnama dari pungguk yangmerindukannya. (hlm 11-12)

Ketika keluarga Laila mengerahkan beberapa penjaga untuk menjaga

tenda Laila dari kedatangan Majnun, itu merupakan sebuah reaksi pertentangan

juga penolakkan yang mungkin terasa sangat berlebihan, apa lagi yang dihadapi

hanya seorang Majnun. Jelas sekali tindakkan ini menunjukkan betapa tidak

sukanya keluarga Laila terhadap Majnun dan mereka dapat melakukan hal yang

lebih ekstrim jika Majnun berani melakukan hal yang lebih nekad. Semua itu

Page 21: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

96

ditunjukkan pada saat keluarga Majnun yang mencoba melamar Laila dengan

tujuan agar anaknya kembali sehat justru mendapat penolakkan yang sangat keras.

... “Kau telah berbicara dengan jelas, Saudaraku, kata -katamusangat dalam. Tapi engkau tidak dapat mengubah apa yang telahditetapkan oleh takdir hanya dengan kata -kata belaka. Apakahengkau benar-benar berpikir bahwa aku tidak akan melihat bahwaapa yang ada di balik kata-katamu? Apa yang telah kau tawarkanpadaku cukup menarik, tapi apa yang berada di bawah selubungitu, hal yang akan memberikan musuhku kegembiraan, lupa kausebut! Ya, memang, anakmu adalah pangeran para manusia,sebuah simbol pujaan cinta – dilihat dari kejauhan. Dan darikejauhan pun ia akan diterima bahkan dalam keluarga kalifahsendiri. Namun kita tahu bagaimana situasi yang sebenarnya,bukan? Apakah engkau mengira aku begitu terpencil dariperadaban hingga kabar dari luar tidak mencapa iku? Apakahengkau tidak menyadari bahwa cerita tentang kegilaan anakmutelah mashyur ke seuruh jazirah? Dan apakah engkau benar -benaryakin bahwa aku akan mengambil seorang laki -laki gila sebagaimantuku? Aku bersumpah demi Tuhan bahwa dia itu gila, danorang gila tidak boleh menjadi suami anakku.”“Oleh sebab itu duhai Saudaraku, aku mesti memintamu untukpergi. Nasihatku hanya satu: berdo’alah pada Tuhan agar anakmudisembuhkan dari penyakitnya. Sebelum dia sembuh, ku tidakingin mendengar pembicaraan mengenai cinta atau pernikahandiantara anakkmu dan anakku. Kuharap, duhai Saudaraku, kata -kataku sudah jelas kau mengerti.” (hlm 22 -23)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat kita lihat bagaimana penolakkan yang

dilakukan oleh ayah Laila adalah sebuah penolak kan yang dilakukan dalam

rangka menjaga nama baik keluarganya juga melindungi Laila. Pertanyaan

“apakah engkau mengira aku begitu terpencil dari peradaban hingga kabar dari

luar tidak mencapaiku?” menyatakan kalau ia tahu banyak tentang keadaan

Majnun yang gila dan mulai menyiratkan kalau ia menolak lamaran itu. Pada

akhirnya ia pun mempertegas penolakkannya kembali dengan kata -kata; “Aku

bersumpah demi Tuhan bahwa dia itu gila, dan orang gila tidak boleh menjadi

suami anakku. Oleh sebab itu duhai Saudaraku , aku mesti memintamu untuk

Page 22: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

97

pergi”. Kata ini juga mempertegas kalau ayah Laila berusaha melindungi Laila

dari Qais yang gila. Karena ia sangat sayang kepada anaknya itu, ia pun berusaha

sekuat tenaga untuk menjauhkan Laila dari orang gila yang mungkin dapa t

menyakiti Laila, tapi ia tidak memungkiri akan merestui anaknya jika saja Majnun

tidaklah gila. Itu diutarakannya dalam kata “ Nasihatku hanya satu: berdo’alah

pada Tuhan agar anakmu disembuhkan dari penyakitnya. Sebelum dia sembuh,

ku tidak ingin mendengar pembicaraan mengenai cin ta atau pernikahan diantara

anakmu dan anakku. Kuharap, duhai Saudaraku, kata -kataku sudah jelas kau

mengerti.”

Penolakan-penolakan yang dilakukan oleh ayah Laila bukan hanya dalam

keadaan baik-baik saja, tetapi dalam keadaan ya ng sangat terjepit, yaitu saat

Majnun dan Naufal memenangkan peperangan untuk merebut Laila. Di sini ayah

Laila lebih menerima jika Laila dibunuh daripada harus menikah dengan Majnun

yang gila. Seberapa besarnya benci ayah Laila pada Majnun terjawab melalu i

tindakkannya yang amat protektif.

“Kami telah mempertimbangkan perkataanmu dengan seksama.Inilah jawaban kami: Laila bukan mainan yang bisa dimiliki begitusaja oleh siapa pun yang menginginkannya. Secantik apa punrembulan, ia tidak dapat diraih oleh setiap orang yang jatuh cintakepadanya. Apakah kau berniat untuk merampas apa yang bukanmilikmu? Apakah engkau menyulut peperangan diantara kita demisesuatu yang bukan hakmu? Apakah engkau nekad memintasesuatu yang mustahil, kemudian mengancam kami den gankematian bila kami tidak memenuhi permintaanmu? Kau iblis darineraka! Majulah, kalahkan kami, jika kau mampu!” (hlm 70)

... Jika kau akan membiarkan anakku hidup, maka aku akan sangatberterima kasih. Jika kau berniat membunuhnya, maka bunuhlahdia! Sembelihlah lehernya dengan belatimu, hujamkan pedangmuke dalam jantungnya, injak-injak tubuhnya oleh kaki-kaki kudamujika kau menginginkannya. Aku tidak akan melawan.” (hlm 79)

Page 23: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

98

“Tapi ada satu hal yang tidak dapat aku terima. Tidak akan pernah selagi ak u

masih ayahnya, kuserahkan anakku kepada orang sinting ini, kepada iblis dalam

bentuk manusia ini, kepada orang gila ini, kepada ‘Majnun’ ini – tidak akan

pernah! Lebih baik aku ikat orang gila ini dengan rantai besi dan penjarakan ia,

bukan diikat oleh tali pernikahan dan membiarkannya berkeliaran!”

Sejak saat penolakkan itu Majnun semakin bersedih dan terpuruk dalam

keputusasaan. Orangtuannya pun tak mampu berbuat apa -apa lagi untuk

menyembuhkan Majnun. Sementara orangtuanya semakin bersedih melihat

anaknya menderita, Majnun justru memilih meninggalkan rumah dalam kesedihan

dan tinggal menyendiri di padang pasir. Cukup lama Majnun menyendiri dan

hilang dari peradaban, sampai suatu ketika ia berjumpa dengan seorang pemimpin

kabilah yang bernama Naufal. Na ufal sangat bersedih melihat Majnun yang kotor

dan menderita. Ia mendengarkan cerita tentang Majnun, sehingga Naufal

berpikiran kalau Majnun adalah orang baik yang pantas mendapatkan cintanya,

karena ia merasakan ketulusan cinta Majnun. Timbul empati di da lam dirinya,

sehingga ia berjanji kepada Majnun akan membawakan Laila padanya dengan

cara apa pun walaupun itu harus mempertaruhkan nyawanya.

... “Percayalah padaku, dan aku akan mengubah takdir burukmu:Laila akan menjadi milikmu. Aku berjanji dengan seg enaphatiku. Bahkan bila dia berubah menjadi burung dan terbang jauhke dalam langit Tuhan yang tak terbatas, atau menjadi sepercikapi dalam sebongkah batu api pada bebatuan di perut bumiTuhan, aku akan mencarinya dan membawakannya untukmu.Aku tidak akan istirahat sampai aku dapat mempersatukan kaliandalam pernikahan.” (hlm 62)

Page 24: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

99

“Apakah kau sungguh-sungguh meragukan kata-kataku?” tanyaNaufal. “Kalau begitu, marilah kita membuat perjanjian. DemiAllah Yang Maha Kuasa dan rasul -Nya Muhammad aku berjanjibahwa aku akan bertempur bagaikan singa untukmu dankepentinganmu, bahkan mengorbankan nyawaku jika harus.”(hlm 63)

Berdasarkan kutipan ini jelas sekali terlihat perbedaan persepsi cinta yang

ditunjukkan penulis pada karakter Naufal pada cara dia bertin dak dengan ayah

Majnun juga ayah Laila. Jika ayah Majnun mengambil tindakkan yang kontra

terhadap cinta yang dialami oleh Laila dan Majnun sedang ayah Majnun hanya

menanggapinya sebagai hal yang sudah kelewatan dan perlu disadarkan, maka

berbeda dengan Naufal. Di sini Naufal menganggap apa yang dilakukan Majnun

adalah hal yang wajar dan harus dibantunya. Kewajaran itu bisa tumbuh karena

Naufal termasuk golongan muda yang memiliki pemikiran berbeda dengan

golongan tua, dalam hal ini ayah Majnun dan ayah Lail a. Tentang Naufal yang

termasuk dalam golongan muda dapat terlihat dari kutipan berikut:

Jurang tempat dimana Majnun memutuskan untuk tinggal terletakdi sebuah daerah yang dikuasai oleh seorang pangeran Baduibernama Naufal. Keberanian dan kegigihannya d i medan perangtelah membuatnya dijuluki sebagai “Penghancur Bala Tentara”,tapi meskipun ia memiliki hati seganas singa dihadapan musuh -musuhnya, kepada teman-temannya sendiri ia sangat berbelaskasih. (hlm 59)

Dari kutipan kalimat di atas, terutama pad a frasa “pangeran Badui” adalah yang

menunjukkan kalau Nizami jelas -jelas membuat karakter Naufal sebagai pemuda

yang masih memiliki semangat berapi -api dalam menghadapi permasalahan. Jika

kita merujuk pada kata pangeran yang secara silsilah berarti adalah anak dari

seorang raja atau bisa dikatakan sebagai raja muda. Jelaslah sudah kalau Nizami

Page 25: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

100

memang menggolongkan Naufal sebagai pemuda. Dengan begitu dapat ditarik

kesimpulan kembali kalau secara implisit di sini Nizami menanamkan perbedaan

pemikiran antara golongan tua dan muda. Golongan tua yang bergerak dengan

penuh pemikiran serta pertimbangan baik buruk dan golongan muda yang lebih

bertindak berdasarkan perasaan dan semangat dengan sedikit pertimbangan baik

buruk.

Berbeda sedikit dengan Laila Majnun, dalam novel Sitti Nurbaya cerita

diawali oleh gambaran persahabatan yang kokoh antara dua insan manusia yang

berlainan jenis kelamin, yaitu Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, di mana

persahabatan mereka begitu lekat sehingga mereka merasa memiliki satu sama

lain bagaikan saudara kandung. Sampai pada suatu ketika, Samsulbahri pun

berani mengungkapkan isi hatinya yang mencintai Sitti Nurbaya lebih dari

sahabat maupun keluarga.

“Nurbaya, karena besok aku akan meninggalkan kota Padang ini,akan pergi ke rantau orang, entah berbalik entah tidak, sebab itusangkaku inilah waktunya akan membukakan rahasia hatiku.Ketahuilah olehmu, Nur, bahwa aku ini sangat cinta kepadamu.Percintaan ini telah lama aku sembunyikan dalam hatiku; sekarangbaru kubukakan, karena pada sangka ku, rahasia itu harus kauketahui, sebelum kita bercerai. Siapa tahu, barangkali tak dapat akukembali lagi; tak dapat bertemu pula. Jika tiada kubukakan rahasiaini kepadamu, pastilah ia menjadi sebagai duri di dalam dagingpadaku; terasa-rasa sebilang waktu.

Mula-mula percintaan itu memang percintaan persaudaraan. Akantetapi lama-kelamaan, dengan tiada kuketahui, bertukarlah iamenjadi cinta yang sebenar-benarnya cinta. (hlm 72-73)

“Aku pun demikian pula, SAM” jawab Nurbaya. “Tuhan saksikku,tak ada laki-laki yang kucintai di alam ini lebih dari engkau.Engkaulah suamiku dunia akhirat.” (hlm 76)

Page 26: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

101

Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bagaimana hubungan percintaan yang

dahulu selayaknya sebagai saudara berubah menjadi kisah cinta antara dua orang

manusia. Di saat Samsulbahri menyatakan cintanya, ternyata ia mendapat

sambutan yang hangat, karena sesungguhnya Sitti Nurbaya pun sangat mencintai

Samsulbahri dan bersedia menjadi istrinya dunia akhirat. Mereka pun merasakan

kebahagiaan saat itu.

Kebahagiaan mereka ternyata tidak bertahan lama. Setelah beberapa

waktu Samsulbahri pergi ke Jakarta, badai ujian menghantam kapal cinta mereka

yang ingin berlabuh. Orangtua Sitti Nurbaya mendapat ketidak beruntungan yang

berturut-turut; tokonya yang terbakar, kap al pengangkut barang-barang hasil

hutan yang tenggelam, dan kebun kelapanya yang membusuk. Ketika Baginda

Sulaiman akan mendapatkan ketidak beruntungannya lagi, Sitti Nurbaya tampil

sebagai penolong ayahnya. Ia rela menjadi istri dari Datuk Meringgih yang

sebetulnya tidak ia cintai, bahkan sangat ia benci. Nurbaya pun sadar bahwa yang

dilakukannya adalah perbuatan yang menghianati janji. Semenjak itulah ia mulai

terus berpikir di dalam ketidak bahagiaan dan rasa bersalah sehingga badannya

semakin kurus. Ternyata cinta Samsulbahri kepada Nurbaya sangat besar

sehingga Samsulbahri dapat mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Nurbaya.

Ia pun sangat memaklumi dan menaruh simpati kepada Nurbaya.

“Sungguh, Nur, “ jawab Samsu. “Apa sebabnya hatiku akanberubah kepadamu? Atas halmu pada waktu ini, tak boleh akuberkecil hati, karena sekalian itu bukan kesalahanmu, melainkangerak daripada Tuhan juga. Seharusnya karena engkau telahditimpa bahaya sedemikian itu, tambah kasih sayangku kepadamu,karena pertolongan dan berlaku atas dirimu pada waktu engkaudalam kesusahan ini, akan amat berharga. Janganlah engkau syak

Page 27: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

102

wasangka kepadaku! Walau bagaimana sekalipun, engkau tinggaladikku, tak dapat dan tak boleh kubuang -buang. Tali yang telahmemperhubungkan aku dengan engk au, telah tersimpul mati, takdapat diungkai lagi. Dagingmu telah menjadi dagingku, darahmutelah menjadi darahku; siapa dapat menceraikan kita?” (hlm 134)

Apa yang dilakukan Nurbaya dan Samsulbahri sesungguhnya

adalah perjuangan cinta mereka yang berte ntangan dengan adat dan

agama. Sesungguhnya Nurbaya sudah menjadi istri Datuk Meringgih,

maka tak dibenarkan mereka duduk dan berbincang berdua, karena akan

menimbulkan fitnah. Tetapi cinta mereka sangatlah besar, sehingga semua

itu terlupakan, akibatnya adalah ketika Datuk Meringgih melihat itu, ia

sangat marah besar dan berujung pada perkelahian antara Samsulbahri dan

Datuk Meringgih.

Mendengar pantun ini, tiadalah tertahan oleh Nurbaya hatinya lagi,lalu dipeluknya Samsu dan diciumnya pipinya. Dibalas ol eh Samsucium kekasihnya ini dengan pelukan yang hasrat. Di dalamberpelukan dan bercium-ciuman itu, tiba-tiba terdengar di belakangmereka, suara Datuk meringgih berkata demikian, “Itulahsebabnya, maka keras benar hatimu akan pulang, dan tiada hendakberbalik padaku. Bukannya hendak menjaga ayahmu, sebagaikatamu, hanya kan bersenang-senangkan diri dengan kekasihmu.Inilah perbuatan kaum muda, kaum yang terpelajar, yang beradatsopan santun, tetapi memperdayakan suami, supaya dapat bersendagurau dengan laki-laki, di tempat gelap, sedang ayah sendiri, sakitkeras. Inilah rupanya kelebihan kaum muda daripada kaum kuno.Inilah yang dipelajari di sekolah tinggi, dengan belanja dan susahpayah yang tidak sedikit. Jika serupa ini, benar juga pikiran kamikaum kuno: kemajuan kaum muda itu, bukan akan meninggikanderajatnya, bahkan akan membawanya dari tempat yang mulia ketempat yang hina; membusukkan nama yang harum,menghilangkan derajat dan kemuliaan perempuan, sedang adat dankepandaian lama, yang berfaedah b agi perempuan disia-siakan.Tak harus perempuan yang demikian disia -siakan. Tak harusperempuan yang sedemikian dimajukan.” (Hlm 152)

Page 28: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

103

Dari kutipan di atas terlihat kesalahan yang dilakukan Samsulbahri dan

Sitti Nurbaya yang menyebabkan marahnya Datuk Meri nggih. Terlihat pula dari

dialog Datuk Meringgih yang menunjukkan perbedaan pandangan cinta yang

sesungguhnya dari kaum muda dan kaum tua. Kaum muda yang berilmu tinggi

tetapi lupa akan moral dan kaum tua yang berilmu rendah tetapi menjunjungi

tinggi adat yang berkenaan dengan moral, meskipun tabiat Datuk Meringgih lebih

buruk dari mereka, tetapi dalam hal ini kebenaran berada pada Datuk Meringgih.

Sebuah perlakuan wajar ketika ia melihat istrinya sedang bercumbu dengan lelaki

lain.

Berbeda dengan pandangan Datuk Meringgih, Samsulbahri melihat yang

mereka lakukan adalah sebuah perjuangan cinta. Mereka adalah korban sakit hati

dari Datuk Meringgih, sehingga hal yang mereka lakukan adalah sebuah

kewajaran untuk orang yang telah membuat mereka menderita.

... Oleh sebab bencinya Samsu kepada Datuk meringgih ini, karenateringat akan sumpahnya di Jakarta, tiadalah dapat ditahannyahatinya lagi lalau menjawab, “Tak perlu engkau berkata begitu!Bercerminlah engkau kepada dirimu sendiri! A dakah engkausendiri berlaku sopan santun berhati lurus dan benar, tahu adatistiadat? Jika ada iblis yang sejahat -jahatnya di atas dunia ini, tentuengkaulah iblis itu. (hlm 152)

Pertentangan mengenai kembali terjadi ketika Sutan Mahmud

menganggap apa yang dilakukan oleh Samsulba hri adalah sebuah kesalahan besar

yang menyebabkan aib, sehingga Sutan Mahmud marah besar dan mengusir

Samsulbahri serta tidak menganggapnya anak.

Setelah berheni sejurus, berkata pula Sutan Mahmud,“Kesalahanmu ini tak dapat aku ampuni, karena sangat memb eri

Page 29: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

104

aib. Pergilah engkau dari sini! Sebab aku tak hendak mengakuiengkau lagi. Yang berbuat demikian, bukan anakku.” (hlm 156)

Perbedaan pemikiran antara kaum muda dan tua juga tercermin dalam

kaliamat berikut:

Lagi pula, orang yang telah tua itu, berlai nan pikiran, kemauan,kesukaan, kelakuan, tabiat adat dan kepandaiannya dengan yangmuda. Kemauan yang tua misalnya jangan terlalu banyak berjalan,karena kekuatannya tidak seberapa lagi, tetapi yang muda, itulahyang dikehendakinya, karena takbetah selalu di rumah. Kesukaanyang muda misalnya, makanan yang keras -keras; tetapi si tua tidakmemakan makanan itu, walapun masih ingin, karena giginya takada lagi. Yang tua, biasanya tua pula fahamnya, tetapi yang muda,masih suka beriang-riang, bermain-main dan bersenda gurau.Tabiat dan adat pun acap kali berubah, bila umur telah tua. Akumasih menghargai segala keelokan dan kesenangan, tetapi DatukMeringgih ini, ingatan dan pikirannya tiada lain melainkan uangdan perniagaannya. Apa gunanya itu bagiku, bila ti ada dapatkupakai untuk memenuhi segala keinginan hatiku? Sekalian ituharus diingat pula oleh ibu -bapa, yang hendak mengawinkananaknya, karena sangatlah susahnya akan menyamakan sifat dankelakuan yang berbeda-beda itu. (hlm 147)

Pada kutipan di atas dapat terlihat jelas bagaimana perbedaan pemikiran

antara kaum muda dan tua yang ingin disampaikan pengarang dan terwakilkan

oleh tokoh Sitti Nurbaya. Dalam pemikirannya, kaum muda dan tua itu tidak akan

pernah sejalan karena perbedaan tingkat pemikiran kes enangan yang telah terpatri

di dalam pikiran mereka.

3.1.3 Takdir

Pada permasalahan ini, terlihat kalau tidak semua yang kita inginkan

terwujud karena takdir berbicara lain, walapun sudah berusaha sekuat tenaga dan

seluruh jiwa raga. Semua itu diwujudkan dala m novel Laila Majnun melalui

Page 30: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

105

tokoh-tokoh yang hadir di dalamnya. Semua tokoh itu akhirnya menjadi objek

penderita karena tidak mampu mewujudkan keinginannya.

Tokoh pertama yang tidak mampu mewujudkan keinginannya adalah

Naufal, sahabat Majnun yang berjanji akan membawakan Laila untuk Majnun

demi persahabatan mereka. Naufal mengalami kegagalan pada saat ia dapat

dengan mudah untuk mengambil Laila sebagai harta rampasan, tetapi karena

kecerdikan dan kepandaian ayah Laila dalam berbicara, justru Naufal menjadi

ragu untuk mempercayai sahabatnya itu. Naufal akhirnya melepaskan Laila

sekaligus terpaksa melepaskan tali persahabatan yang telah dijunjungnya karena

Majnun meninggalkannya dengan perasaan benci. Walapun setelah itu ia

menyuruh anak buahnya untuk mencari Majnun, tetapi ia tidak dapat

menemukannya, dan akhirnya dengan sedih ia berpikir kalau Majnun telah

meninggal dunia.

Maka, Naufal memutuskan untuk menarik kembali tuntutannyaakan harta rampasan perang, Laila, kemudian memberikan aba -abakepada pasukkannya untuk membongkar tenda mereka danberangkat pulang. (hlm 81)

Majnun menyentak tali kekang kudanya dan tanpa berpamitanmelesat melintasi gurun pasir menuju hutan belantara. Segera iahilang dari pandangan, meninggalkan Naufal dan anak buahnyayang menggaruk kepala mereka dalam ketakjuban. (hlm 83)

Beberapa hari setelah Naufal tiba di kotanya, ia membentuk sebuahtim guna mencari temannya itu. Ia telah, walau bagaimanapun,menjadi sayang kepada Majnun. Ia ingin menemukan temannya,untuk menenangkannya dan mengatakan kepadanya betapa iamenyayanginya, dan meyakinkannya bahwa ia tidak pernah berniatmenyakitinya.Tapi Majnun menghilang tanpa jejak. Dia bagaikan ditelan bumi.Seolah-olah namanya telah dihapus dari buku penciptaan. Tidaklama kemudian, Naufal telah sampai pada kesimpulan

Page 31: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

106

menyakitkan bahwa ia telah kehilangan sahabatnya selamanya.(hlm 83-84)

Seperti itulah, apa yang diperjuangkan Naufal akhirnya menjadi sia -sia karena

takdir telah berkehendak lain.

Tokoh kedua yang mengalami kegagalan dala m Novel Laila Majnun

adalah Sang Sayid, ayah Majnun. Sang Sayid yang sudah berusaha sekuat tenaga

untuk menyembuhkan penyakit anaknya ternyata harus menemui jalan buntu.

Usahanya selalu menemui kegagalan, mulai pada saat ia mengajak Majnun pergi

haji, melamar Laila, sampai pada akhirnya ia mencoba membujuk Majnun untuk

kembali tinggal bersamanya. Semua kegagalan itu membuatnya sangat tertekan.

Akhirnya sang sayid pun harus meninggal dunia dalam duka serta keinginan yang

tak tercapaikan.

“Selamat tinggal, anakku! Tidak akan pernah lagi aku dapatmelihatmu di dunia ini. Selamat tinggal! Perahu yang menunggukusudah siap untuk berlayar, dan tidak akan pernah kembali.Sungguh, aneh: aku merasa jiwaku telah terbang bebas! Selamattinggal, Anakku tersayang! Tidak akan pernah lagi kita berjumpadi dunia ini.... dan memang hanya dua hari berselang setelah orang tua itukembali di rumahnya, ia meninggal dunia. Jiwa dan arwahnyaakhirnya bebas. (hlm 149-150)

Tokoh ketiga yang mengalami kegagalan adalah Salim, paman Majnun

yang sangat menyayangi Majnun seperti anakknya sendiri. Salam mengalami

kegagalan dalam membujuk Majnun untuk kembali pada kewarasaannnya.

Meskipun ia sudah berusaha dengan mendatangi Majnun di sebuah gua tempatnya

berteduh, mencoba memberikan Majn un pakaian yang bagus juga makanan yang

sangat lezat, tetapi Majnun menolaknya dan tetap pada pendiriannya. Sampai

Page 32: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

107

pada usaha terakhir, yaitu membujuk Majnun dengan membawa ibunya, ia tidak

berhasil membujuk Majnun untuk kembali dan menelan kekecawaan.

Tokoh keempat yang mengalami kegagalan adalah Ibunda Majnun. Ketika

ia bersama Salim menemui Majnun untuk membujuknya terakhir kali dan

mendapatkan jawaban bahwa Majnun tidak bisa tinggal bersamanya, itu adalah

kegagalan terbesar baginya. Ia pun semakin mende rita dan akhirnya meninggal

dunia dalam penderitaan itu.

Majnun menjatuhkan tubuhnya ke tanah, menciumi kaki ibunyadan memohon untuk memaafkan dirinya. Tidak ada yang dapatdikatakan atau dilakukan perempuan tua itu; ia hanya menangistersedu-sedu mengucapkan selamat tinggal lalu pulang kembali kerumah bersama saudaranya, Salim. Waktu terus berlalu, tapi bebanpenderitaan yang ditanggunya oleh perempuan tua itu tidak jugaberkurang. Sedikit demi sedikit, ia menjadi orang asing dirumahnya sendiri; baginya; rumahnya telah menjadi penjara sepertiyang telah dikatakan oleh Majnun kesayangannya. Hasratnyauntuk hidup melemah hingga, suatu malam, jiwanya menyelinapmenembus kerangkeng penjara kehidupan dunia dan terbang jauhmendampingi suaminya yang telah bera da di dunia lain. (hlm 182)

Tokoh yang selanjutnya mengalami kegagalan dalam mencapai

keinginannya adalah Ibnu Salam, suami Laila. Ibnu Salam yang sangat begitu

mencintai Laila yang dengan kekayaan dan kegagahannya pada akhirnya dapat

menjadikan Laila istrinya justru mengalami penderitaan yang amat sangat.

Meskipun ia dapat menjadi suami Laila dan memiliki Laila, ia tidak dapat

memiliki hati Laila. Betapa pun kerasnya Ibnu Salam berusaha mendapatkan hati

Laila, ia selalu mengalami kebuntuan. Sebagai seoran g suami tentunya Ibnu

Salam berusaha menunaikan hasrat dan tugasnya pada Lai la, tetapi Laila selalu

menolaknya. Berbagai cara ia telah lakukan untuk membujuknya, tetapi ia tidak

Page 33: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

108

sekali pun mendapatkan hati Laila. Pada akhirnya itulah yang membuat Ibnu

Salam jatuh sakit dan meninggal dunia karena harapannya untuk dicintai Laila

tidak terwujud.

Dengan gelombang pertama dari banjir, tanah yang keras menjadilembut; dengan gelombang kedua, ia tersapu habis. Kali ini tidakada yang dapat dilakukan dokter untuk m enolong lelaki malang itu.Ibnu Salam masih muda, walapun penyakit dam kesedihannyatelah melemahkannya, jasmaninya yang kokoh tetap melawanserangan itu. Untuk beberapa hari, tampaknya ia akan dapatbertahan. Tapi kemudian nafasnya mulai melambat dan meme ndekhingga, di hari keempat, arwahnya meninggalkan tubuhnya danmenari terbawa angin, meninggalkan dunia yang penuh kesedihanini, lembah air mata ini. (hlm 208)

Selain tokoh-tokoh yang telah disebutkan sebelumnya, Laila adalah tokoh

yang juga mengalami hal yang sama, yaitu tokoh yang harus menghadapi takdir

kalau keinginan yang sangat diidam -idamkannya harus kandas. Laila harus

meninggal dunia dengan menahan penderitaannya karena mencintai Majnun.

Orangtua Laila yang sudah bersusah payah menjaga Laila da ri Majnun pun

akhirnya harus merelakan Laila meninggal dunia. Dapat dikatakan kedua

orangtuanya mengalami kegagalan dalam melindungi anaknya, sebab karena

perlakukan mereka terhadap Laila mengakibatkan Laila mendapatkan tekanan

batin yang amat sangat, hingga ia jatuh sakit dan meninggal dunia.

Tokoh terakhir yang mengalami kegagalan dalam mewujudkan

keinginannya adalah Majnun. Majnun yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk

mendapatkan Laila, bahkan sampai ia kehilangan akal sehat, akhirnya justru

mengalami penderitaan yang amat sangat. Untung tak mampu diraih dan

kemalangan tak mampu ditolak, semua orang yang ia sayangi meninggal dunia,

Page 34: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

109

mulai dari ibu, ayah, Laila sang kekasih hatinya, bahkan dirinya pun akhirnya

mati berkalang tanah. Cinta yang diagung -agungkannya ternyata tidak

membawanya kepada sebuah kebahagiaan sejati, tetapi jutru membawanya lebih

dalam ke jurang penderitaan dunia.

Majnun menutup matanya dan berbaring di atas makam Laila,mendekapkan tubuhnya kepada tanah dengan segenap tenaganyayang tersisa. Bibirnya yang kering bergerak -gerak dalam do’a yanglirih; kemudian, dengan kata -kata, “Laila, kekasihku….”Arwahnya terbebas, dan ia pun telah tiada. (hlm 220)

Dan begitu juga dalam kematian, sama seperti ketika ia masihhidup, Majnun ditinggalkan sendiri; bahkan burung nasar yangmelayang berputar-putar di atas makam itu tidak mau menghampiridia. Perlahan-lahan, jenazahnya berubah menjadi debu dankembali menjadi tanah, tidak meninggalkan apa pun selainbeberapa bongkah tulang. Baru setelah itu hewan-hewannyameninggalkan tuan mereka. Satu demi satu mereka kembali kebelantara, meninggalkan tuan mereka di belakang. (hlm 221)

Berdasarkan kutipan dan penjelasan di atas terlihat bahwa setiap tokoh

mengalami kegagalan dalam mewujudkan keinginannya. Keinginan yang

seyogyanya sangat diharapkan untuk menjadi kenyataan ternyata harus terhenti

karena takdir. Meskipun mereka semua telah berusaha dengan sekuat tenaga,

tetapi tetap takdir menentukan lain untuk mereka. Setidaknya itulah yang ingin

disampaikan oleh Nizami, bahwa takdir dari Yang Maha Kuasalah yang

menentukan semua pada akhirnya, tetapi dengan tidak menyalahkan takdir itu

pula dengan menyiratkan mereka berkumpul dan bahagia di alam lain.

Dalam Novel Sitti Nurbaya, takdir juga menjadi suatu hal yang penting

yang menggagalkan semua keinginan dan cita -cita para tokoh. Pengarang pun

mengahadirkan takdir dalam dialog tokoh Sitti Nurbaya, Samsulbahri, dan

Page 35: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

110

baginda Sulaiman. Secara tersirat takdir dapat ditangkap secara keseluruhan dari

jalannya cerita, sejak awal hingga akhir. Jika menilik jalannya cerita, sejak awal

Sitti Nurbaya dan Samsulbahri adalah dua orang sahabat karib yang kedua

keluarganya sangat dekat, tetapi karena ada suatu hal mereka akhirnya

terpisahkan. Sitti Nurbaya harus merelakan hid upnya menikah dengan Datuk

Meringgih. Setelah itu perjalan cinta mereka semakin rumit, meskipun Sitti

Nurbaya dan Samsulbahri sudah berusaha tapi akhirnya mereka pun harus

dipisahkan oleh takdir, yaitu kematian.

Takdir dianggap sebagai sebuah ketentuan da ri Tuhan yang menentukan

nasib manusia pada akhirnya. Begitulah yang dialami para tokoh dalam novel Sitti

Nurbaya, mereka percaya akan takdir mereka dan mereka pun mau tidak mau

menerimanya.

Hal-hal mengenai takdir yang muncul dalam novel Sitti Nurbaya, akan

diulas lebih lanjut sebagai berikut:

“tatkala aku hendak manaiki menara ini, tiba -tiba kelihatanlaholehku, engkau mengikut dari belakang, seorang diri. Oleh sebabitu kutunggulah engkau, supaya dapat naik bersama -sama. Tiba-tiba datanglah Engku Datuk Meringgih menghelakan engkau kebawah, lalu didukungnya, dibawanya lari. Karena panas hatiku,kurebutlah engkau dari tangannya, sehingga berkelahilah aku dandia. Oleh sebab ia lebih kuat daripadaku, dapatlah aku ditangkapdan dilontarkannya dari gunung i ni. Engkau pun, sebabmembantah, tiada mau mengikut kemauannya dijerumuskannyapula ke bawah. Maka jatuhlah pula kita berdua terguling -guling kekaki gunung ini, masuk ke dalam suatu lubang yang besar,sehingga tak dapat keluar lagi. Ketika itu bangunlah a ku dengansangat terperanjat... (hlm 53)

“Heran,” katanya dalam hati, tatkala ia duduk termenung seorangdiri, di atas sebuah batu, dalam pekarangan sekolah, “mimpikuyang dahulu itu datang pula menggoda pikiranku. Senanglahhatiku, tatkala ingatan kepada mimpi celaka itu mulai hilang; akan

Page 36: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

111

tetapi apakah sebabnya sekarang ini datang pula sekonyong -konyong menggoda hatiku?... (hlm 111)

Pada kutipan di atas terlihat bahwa Samsulbahri mendapatkan mimpi

buruk, mimpi yang selalu teringat serta mengundang peras aan khwatir pada

dirinya. Sebenarnya Samsulbahri sudah merasa kalau mimpi itu adalah sebuah

firasat yang harus ia jalani nanti, tetapi dalam hal ini ia masih ragu apakah mimpi

itu adalah firasat yang menunjukkan takdirnya kelak. Namun, ketika mimpi itu

kembali terulang, perasaan di dalam hatinya semakin yakin kalau itu adalah takdir

yang akan dijalaninya nanti, tetapi Samsulbahri tetap mecoba untuk

mengingkarinya dengan berusaha meragukannya. Akhrinya firasat itu menjadi

nyata. Dalam suratnya Sitti Nurbaya menjelaskan apa yang terjadi padanya atas

perbuatan Datuk Meringgih. Samsulbahri pun sangat marah kepada Datuk

Meringgih, suatu reaksi spontan yang serupa dengan mimpinya, yaitu mencoba

merebut Sitti Nurbaya dari tangan Datuk Meringgih yang jahat.

“sekarang apa hendak kukatakan? Karena demikianlah rupanyanasibku yang telah tertimpa. Walau bagaimana pun juga hendakkutolak atau kuhindarkan diriku padanya, niscaya akan sia -siabelaka pekerjaan itu, karena untung dan nasib manusia ditentukan,semenjak ia di rahim bunda kandung.Bukankah telah kukatakan dalam pepatah: malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih? Bukankah setahun yang telah lalu,telah engkau ketahui untungku, karena engkau telah mendapatmimpi tentang nasibku itu? Sekarang datanglah wakt unya rupanya,aku harus menepati nasibku itu, tak dapat dipungkiri lagi. Aduh aisia-sialah segala cita-cita dan kenang-kenanganku, lenyap segalaharapanku, putus tali tempat bergantung…?” (hlm 113)

Pada kutipan di atas terlihat bagaiman Sitti Nurbaya meng ungkapkan

takdir yang tidak diinginkannya. Ia pun pasrah atas takdir yang ditetapkan Tuhan

padanya. Ia merasa yakin bahwa takdirnya adalah menjadi istri dari Datuk

Page 37: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

112

Meringgih, seperti yang pernah diceritakan oleh Samsulbahri dahulu ketika

mereka sedang bermain-main ke gunung Padang. Semakin jelas bagaimana

pengarang mencoba menyisipkan takdir sebagai pembatas keinginan manusia.

Sebagaimana pun manusia berusaha dan berkeinginan, jika takdir mereka

menentukan tidak, maka mereka tidak akan dapat mencapai keingi nan itu.

Kita lanjutkan lagi dengan kutipan -kutipan yang mendukung peran takdir

dalam novel Sitti Nurbaya. Berikut ini adalah kutipan lain yang menyatakan

peranan takdir dari tokoh Baginda Sulaiman:

“Bukannya ia yang berbuat jahat,” kata ayahku. “melaink an nasibkitalah yang sedemikian.Ayahku karena ada sabarnya, rupanya dengan sepenuh -penuhhatinya menyerahkan untungnya kepada Tuhan Yang Mahakuasadan memohonkan karunianya. Itulah pula yang menimbulkan ajaibhatiku, karena kelak akan nyata kepadamu, ba hwa Tuhan telahmeninggakan kami dan tiada tolong kami lagi, walapun tiadakuketahui, apakah dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat.Segala kesengsaraan dan kecelakaan datangnya bertimpa -timpa,sebagai adalah kutuk yang telah jatuh ke atas kepala kami; karenadua hari kemudian daripada itu datanglah anak perahu ayahkuyang biasa membawa dan mengambil barang perniagaan dariTerusan dan Painan mengabarkan, kelima perahu ayahku telahkaram di laut, dilanggar topan yang berhembus, tatkala malamkebakaran itu. Suatu pun dari muatannya tak ada yang ketolongan,sedangkan sekalian anak perahu, niscaya akan mati di laut, jikatiada ditolong oleh perahu lain. (hlm 115)

Berdasarkan kutipan di atas terlihat jelas bagaimana pengarang kembali

memberikan rasa percaya kepada para tokohnya akan adanya takdir. Melalui

tokoh Sitti Nurbaya, Baginda Sulaiman berbicara tentang kepercayaannya pada

takdir. Ia percaya kalau yang semua kesialan yang tertimpa padanya bukanlah

karena perbuatan orang lain, melainkan karena nasibnya yang harus demikian.

Page 38: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

113

Begitu juga dengan kutipan di bawah ini yang membicarakan tentang kebenaran

adanya takdir.

”akan tetapi apa hendak dikata? Jika nasib akan jatuh sekaliannyaboleh menjadi sebab bagiku adalah untung itu sebagai katapepatah: disangka panas sampai petang, kiranya hujan tengah hari,di situlah nyata kebesaran Tuhan, yang boleh menjadi tamsil bagisegala hartawan. Jika dikehendakinya, harta yang sebagaimanabanyaknya pun dapat lenyap dalam sekejap mata.. (hlm 115)

Dalam pembahasan di atas dapat terlihat bagaimana takdir memiliki

peranan penting dalam kehidupan dan itu ditunjukkan oleh Marah Rushli dan

Nizami dalam masing-masing karya mereka. Takdir adalah ketentuan Tuhan yang

telah ditetapkan semenjak kita masih dalam rahim ibu mengenai n asib kita kelak.

Mengenai takdir ini, kedua pengarang mencoba menyisipkan pesan moral yang

sama, yaitu seberapa pun kuat kuat berusaha dan bercita -cita, jika takdir

bekehendak lain maka mau tidak mau kita harus menerimanya. Namun, mereka

tidak menggambarkan bahwa takdir adalah sebagai sesuatu yang ditakuti, karena

bagi mereka takdir adalah sesuatu yang hanya ada di dunia yang sementara ini.

Semua itu dapat ditangkap karena mereka memiliki background keislaman yang

sama kuat. Nizami adalah pengarang dari Per sia, yaitu salah satu negara yang

menyebarkan Islam dan Marah Rushli adalah seorang keturunan Islam yang taat,

yaitu keturunan dari Sentot Alabasyah, yang mana gelar “Syah”, menurut kisah

Islam adalah gelar yang diberikan orang -orang Persia pada raja-raja di Indonesia.

Pembahasan lebih lanjut menegenai kedua pengarang ini akan kita lakukan pada

tahap selanjutnya.

Page 39: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

114

3.2 Analisis Alur

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa -peristiwa yang terdapat

dalam sebuah cerita.9 Dari rangkaian peristiwa-peristiwa itulah kita dapat

mengetahui alur yang terdapat di dalam suatu cerita.

Alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa, tetapi setiapperistiwa itu dihubungkan secara kausal. Peristiwa yang satudisebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Perist iwakausal tidak terbatas pada hal -hal yang fisik saja seperti ujaranatau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter,kilasan-kilasan pandangannya, keputusan -keputusannya, dansegala yang menjadi variabel pengubah dalam dirinya. 10

Stanton mengatakan bahwa alur dapat diketahui dari suatu peristiwa yang

terjadi di dalam cerita. Peristiwa tersebut akan berkembang ke dalam peristiwa -

peristiwa yang lain yang akan membuat cerita menjadi lebih menarik dan tidak

membosankan. Tasrif seperti yang dikut ip oleh Sofia mengatakan, bahwa suatu

cerita yang lengkap terdiri atas lima bagian, yaitu (1) situation, merupakan bagian

yang melukiskan suatu keadaan, (2) generating circumstances , yaitu bagian yang

menunjukkan peristiwa-peristiwa yang bersangkut-paut mulai bergerak, (3) rising

action, yaitu bagian yang menunjukkan peristiwa -peristiwa yang mulai

memuncak, (4) climax, yaitu bagian yang menunjukkan puncak setelah peristiwa -

peristiwa situation, generating circumstances, dan rising action , dan (5)

denouement, bagian yang menunjukkan pemecahan soal dari semua peristiwa. 11

Tahap penyituasian merupakan tahap pembukaan cerita yang berfungsi

untuk melatarbelakangi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap ini

9 Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.26

10 Ibid11 Robert Stanton, Op. Cit. hlm.

Comment [i1]: Halaman berapa?

Page 40: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

115

biasanya berisi pelukisan dan pengenalan situ asi latar dan tokoh-tokoh cerita.

Tahap pemunculan konflik merupakan tahap awal munculnya konflik. Peristiwa -

peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Konflik -konflik

itu sendiri akan berkembang menjadi konflik -konflik pada tahap selanjutnya.

Tahap peningkatan konflik merupakan tahap pengembangan konflik yang telah

muncul sebelumnya. Pristiwa-pristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin

menegangkan. Tahap klimaks adalah tahap di mana konflik yang terjadi dan

dijalani oleh para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah

cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku terjadinya

konflik utama. Sedangkan tahap penyelesaian adalah tahap pemberian jalan

keluar. Pada tahap ini ketegangan yang ada diken dorkan. Teori inilah yang akan

digunakan untuk menganalisis novel Laila Majnun dan Sitti Nurbaya.

3.2.1 Permulaan Cerita

Pada bagian ini Nizami mengawali ceritan Laila Majnun dengan

memperkenalkan tokoh juga keinginan -keinginan tokoh. Pada permulaannya, ia

menceritakan tentang seorang Sayid yang begitu memiliki kekayaan dan

kehidupan yang sangat sempurna. Segala apa yang dia inginkan mampu ia

dapatkan. Dijelaskan pula bagaimana karakter sang Sayid yang sangat dermawan,

dicintai, dan dihormati oleh setiap orang. Pada tahap ini dijelaskan pula keinginan

sang Sayid yang masih belum tercapai, yaitu memiliki seorang anak sebagai

penerus garis keturunanya, padahal umurnya sudah cukup renta.

Al kisah, pada zaman dahulu, di negeri Arab, hiduplah seseorangpemimpin kabilah, seorang Sayid, yang sangat termansyur. Bani

Page 41: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

116

Amir nama kabilah itu. Tidak ada seorang pun yang dapatmenandingi kekayaan dan kejayaan sang Sayid.Kegagahberaniannya telah mansyur di seluruh jazirah Arab.Kedermawanannya kepada para fakir miskin dan keramah-tamahannya dalam para musafir terkenal kemana -mana. Namun,meskipun ia dicintai oleh semua orang dan mendapatkan tempatterhormat layaknya seorang sultan atau kalifah, dia tidak merasabahagia. Sebuah kesedihan yang sangat mendalam menggerogotihatinya dan menggelapkan hari -harinya. Sang Sayid tidak memilikianak. (hlm 2)

Pada akhirnya, karena doa dan usaha yang sangat gigih, ia diberikan

seorang anak yang sangat tampan yang diberi nama Qais. Qais semakin lama

semakin bertumbuh besar. Diceritak an pula kalau Qais menjadi seorang pemuda

yang sangat mendekati sempurna. Wajahnya sangatlah tampan dan mampu

memikat siapapun yang melihatnya. Ia juga diceritakan memiliki kepandaian yang

lebih dibandingkan oleh anak-anak lain.

... selalu berdo’a, berpuasa, dan berderma hingga, ketika ia barusaja akan menyerah, Tuhan akhirnya mengabulkan permintaannya.Ia dianugerahi seorang anak laki -laki, seorang anak yang cantikbagaikan sekuntum mawar yang baru mekar, seperti sebuahberlian yang kecemerlangannya dap at mengubah malam menjadisiang... (hlm 3)

Bukan hanya itu, dalam kutipan kalimat di atas, ia juga diceritakan

memiliki kepandaian yang lebih dibandingkan anak -anak lain seusianya. Kearifan

sudah tampak jelas pada perilaku dan perkataan yang ke luar dari mulutnya.

Qais adalah seorang murid yang tekun dan memiliki semangatbelajar yang tinggi. Dalam waktu yang singkat, ia telahmengalahkan teman-teman sekelasnya dalam semua bidangpelajaran. Ia adalah murid terbaik yang pernah diajari oleh sangguru. Qais sangat unggul dalam membaca dan menulis. Ketika iaberbicara, baik itu dalam diskusi serius atau hanya sebuahpercakapan biasa, lidahnya akan menebarkan mutiara -mutiara

Page 42: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

117

kearifan. Betapa menyenangkan bila mendengarkannya bicara.(hlm 5)

Selanjutnya, diceritakan pula Laila, seorang gadis pujaan Qais yang menjadi

sumber semangat hidupnya. Pada penggambaran yang dilakukan Nizami, Laila

digambarkan sebagai seorang yang sangat cantik seperti pancaran sinar bulan

purnama. Ia melambangkan kecantikan -kecantikan Laila mulai dari rambutnya

yang hitam hingga kulitnya yang seputih susu.

Nama gadis itu adalah Laila, berasal dari kata dalam bahasa Arab“lail”, yang berarti “malam”. Sesui dengan namanya, rambut gadisitu sungguh sehitam malam, sementara dibawah bayanganrambutnya, wajahnya bersinar bagaikan bulan purnama yangmemancarkan keindahan cahaya. Matanya hitam, dalam, danbersinar-sinar, bagaikan mata seekor rusa. Dan dengan sebuahkibasan bulu matanya, ia mampu mengubah seluruh dunia inimenjadi puing-puing. Mulutnya yang mungil terbuka hanya untukmengucakpan hal-hal yang indah-indah. Apabila ada orang yangmenggodanyaa – baik dengan kata-kata atau dengan senyuman –pipinya akan memerah, seolah mawar merah merekah pada pipinyayang seputih susu. (hlm 6)

Qais begitu menyukainya semenjak ia pertama kali bertemu dan begitu

juga Laila yang terlena dengan ketampanan Qais. Setelah itu, kehidupan mereka

seolah menjadi sempurna berkali -kali lipat. Mereka menikmati kebahagiaan yang

tak terhingga.

... Api telah menyala di dalam hati mereka berdua, dan cahayanya salingmemantul di antara mereka, lantas apa yang bisa mereka lakukan untukmenjinakkan nyalanya? Tidak ada. Mereka masih remaja, dan remajamenerima apa pun yang terjadi pada dirinya tanpa banyak pertanyaan.Cinta adalah bejana anggur yang telah mengisi penuh cawan mereka, danmereka meminum apa pun yang dituangkannya. Lalu mereka menjadimabuk karena tidak menyadari kekuatan sang anggur. Mabuk yangpertama kali adalah selalu yang paling berat. Jatuh yang pertama kal iselalu yang paling menyakitkan. Luka yang pertama selalu menjadi yangterdalam. (hlm 6)

Page 43: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

118

Mereka seolah hanya tinggal berdua di dunia surga, sehingga mulai terlepas dari

batasan-batasan yang ada. Mereka tidak mendengar gunjingan -gunjingan orang

kepada mereka, karena mereka sudah terlalu terlena dan terperosok jauh ke dalam

perasaan cinta. Oleh karena itu, pada akhirnya keindahan yang mereka rasakan

harus berakhir setelah mereka jatuh terlena.

Sementara sepasang kekasih ini berjemur di dalam kemilau cintamereka masing-masing, merengguk anggur yang memabukkan danmenikmati surga keterlenaan, mata dunia sedang menyaksikanmereka. Apakah orang lain tahu apa yang telah terjadi antara Qaisdan Laila? Tidakkah mereka melihat curi -curi pandang dan tatapansembunyi-sembunyi yang berlangsung di antara mereka berdua?Mampukah mereka membaca gelagat dan memecahkan isyarattersembunyi dari cinta rahasia yang mengikat hati mereka berdua?Siapakah yang tahu tentang cinta mereka, seberapa banyakkahmereka tahu? Tidak ada yang dapat menjawabnya. (hlm 10)

Mereka saling memendam rasa cinta untuk menjaga kehormatan keluarga

dan diri mereka. Mereka mencoba mengecoh orang -orang yang memperhatikan

mereka, tetapi itu justru secara perlahan membakar hati mereka. Mereka terdiam

dan seolah tidak terjadi apa pun, tetapi di dalam hati mereka menjerit menahan

rasa rindu yang amat sangat. “Untuk menyelamatkan diri, dan melindungi cinta

mereka, mereka berusaha untuk tidak saling memandang satu sama lain serta

mengunci rapat bibir mereka yang lapar akan cinta.”

Itulah yang dilakukan Nizami untuk mengisi permulaan cerita, yaitu

dengan memperkenalkan tokoh dan menggambarkan keinginan -keinginan tokoh,

juga usaha mereka untuk mendapatkan keinginan itu. Tahap penyituasian para

tokoh serta keinginan-keinginannya dihadirkan pada bab 1 dan 2.

Page 44: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

119

Pada novel Sitti Nurbaya, tahap penyituasian juga digunakan pengarang

untuk mengenalkan tokoh dan situasi latar. Tahap penyituasian ini terjadi pada

Bab 1-3, yang mengisahkan pengenalan tokoh Samsulbahri, Si tti Nurbaya, Sutan

Mahmud, dan Datuk Meringgih. Dalam bab ini tokoh Samsulbahri dan Sitti

Nurbaya digambarkan memiliki kedekatan selayaknya keluarga. Pada bagian ini

pengarang mencoba membangun imajinasi pembaca terhadap tokoh utama dan

tokoh pendukung dalam novel, yaitu beberapa orang yang memiliki latar belakang

kehidupan yang sangat baik sehingga apa pun yang diinginkannya semuanya

adalah kebaikan.

... Sungguh pun demikian, Penghulu dan saudagar ini bukannyadua orang yang bersahabat karib saja, tetapi a dalah sebagai orangyang bersaudara kandung. Hampir setiap hari Saudagar BagindaSulaiman datang ke rumah Penghulu Sutan Mahmud Syah. Kalautidak, tentulah penghulu itu datang ke rumah saudagar ini. Jikaseorang mempunyai makanan, tak dapat tiada diberika n jugasebahagian kepada sahabatnya. Barang sesuatu yang akandiperbuatnya, dirundingkannya lebih dahulu dengan karibnya.Oleh sebab itulah, Samsulbahri dan Nurbaya tiada berasa oranglain lagi, melainkan serasa orang seibu sebapa keduanya. Istimewapula, karena mereka masing-masing anak tuanggal yang tiadaberadik, tiada berkakak. Dari kecil, sampai kepada waktu cerita inidimulai, kedua remaja itu belumlah pernah bercerai barang seharipun; boleh dikata makan sepiring, tidur sebantal. (hlm 15)

Pengenalan tokoh Samsulbahri dimulai sejak awal cerita ketika ia pulang

dari sekolah. Hal inilah yang mengantarkan pembaca pada suatu situasi yang

sangat menyenangkan dalam kehidupannya, karena semua yang didapatkannya

adalah yang hal terbaik (hlm 9). Penggambara n latar pun tergambar pada bab ini

seperti kutipan berikut.

Page 45: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

120

Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda,bernaung di bawah pohon ketapang yang rindang, di muka sekolahBelanda Pasar Abancang di Padang... (hlm 9)

pengenalan situasi latar yang digambarkan pada bab ini membangun imajinasi

pembaca terhadap situasi lingkungan tempat hidup tokkoh utama. Penggambaran

latar ini juga dapat menguatkan imajinasi pembaca akan kehidupan tokoh yang

sangat nyaman. Gambaran awal situasi latar ini menentukan latar belakang cerita

pada tahap selanjutnya.

Peristiwa bab 2 merupakan suatu permasalahan keluarga, yaitu

pertentangan antara paham lama yang memegang adat dengan paham baru yang

ingin merekonstruksi paham lama tanpa memusuhinya. Permasalahan ini terjad i

antara putri Rubiah dengan Sutan Mahmud Syah.

Pada bab 3, yang terjadi adalah rangsangan peristiwa yang akan menjadi

sebuah petunjuk untuk cerita ke depannya, yaitu Samsulbahri menyatakan mimpi

buruknya kepada Sitti Nurbaya (hlm 53). Pada bab ini dibica rakan mengenai hal

keberangkatan Samsulbahri ke Jakarta yang membuatnya sangat berat hati

meninggalkan orang-orang yang ia sayangi, terlebih setelah ia mendapatkan

mimpi buruk yang selalu terbayang-bayang dalam pikirannya.

Pengenalan tokoh lain juga terja di pada bab 1-3, yaitu Sitti Nurbaya (9-

10), Sutan Mahmud dan Baginda Sulaiman (hlm 14), Datuk meringgih (hlm 15).

Penggambaran tokoh-tokoh ini dibangun dengan tujuan agar pembaca menangkap

kesan bahwa tokoh-tokoh tersebutlah yang akan banyak memiliki inte nsitas

keterlibatan yang tinggi dengan tokoh Samsulbahri. Adanya tokoh -tokoh itulah

Page 46: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

121

yang nantinya akan menentukan arah tindakkan yang diambil tokoh Samsulbahri

pada kelanjutan ceritanya.

3.2.2 Tahap Pemunculan Konflik

Konflik dalam karya sastra merupaka n satu hal yang sangat penting dan

tidak dapat diabaikan. Karya sastra tanpa konflik akan menjadikannya hambar dan

tidak menarik, seperti langit tanpa awan, bintang, dan rembulan. Konflik dibangun

oleh pengarang agar pembaca menjadi lebih tertarik untuk me ngetahui cerita

selanjutnya. Membangun rasa penasaran pembaca untuk mengetahui apa yang

akan dilakukan tokoh-tokoh dalam menghadapi konflik. disitulah letak daya tarik

sebuah karya sastra. Konflik yang sederhana, dekat dengan pembaca, dan

penyelesaian konflik yang diambil tokoh itu bukanlah hal yang biasa dilakukan,

akan menjadikan karya sastra tersebut lebih diminati.

Konflik biasa terjadi bila tujuan tidak tercapai (kebutuhan tidakterpenuhi, kepuasan tidak diperoleh, nilai tidak dicapai, dll)karena alasan tertentu.12

Menurut Santoso, berdasarkan kutipan di atas, konfllik terjadi karena

adanya keinginan yang tidak tercapai atau suatu hal yang tidak berjalan sesuai

dengan harapan. Selain itu, hubungan yang tidak berjalan sesuai dengan apa yang

direncanakan dan diidam-idamkan juga dapat menimbulkan konflik. Dengan

begitu dapat kita tarik kesimpulan bahwa konflik akan muncul jika ketidakpuasan

hadir dalam diri.

12 Thomas Santoso, Teori-Teori Kekerasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 78

Page 47: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

122

Lebih detil lagi dari Santoso, Stanton mengatakan kalau konflik terdiri

atas konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal yaitu konflik antara

dua keinginan yang terdapat dalam diri seorang tokoh, sedangkan konflik

eksternal yaitu konflik antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain atau antara

tokoh dengan lingkungannya. 13 Dengan kata lain, konflik internal terjadi terhadap

seorang tokoh atau karakter yang mempunyai dua keinginan, tetapi ia tidak dapat

mewujudkan kedua keinginannya itu karena alasan tertentu. Maka timbulah rasa

penyesalan, kemarahan, dan mungkin kesedihan yang menjadi p angkal sebuah

konflik. Di dalam novel Laila Majnun terdapat dua konflik internal dan eksternal

yang dialami oleh para tokoh.

Qais tidak dapat menemukan jalan untuk keluar dari kesulitan dankebingungan yang dialaminya. Setelah kehilangan hatinya, kini ia jugakehilangan pikirannya. Yang dapat dilakukannya hanyalah berjalan kesana ke mari dalam keadaan tidak sadarkan diri, memuja kecantikan Lailadan menceritakan kebaikan -kebaikannya pada semua orang yangditemuinya. Semakin banyak orang yang berjumpa dan mendengarucapan-ucapannya, semakin bertambah ganjil penampilannya dan semakinaneh tingkah lakunya. Lalu orang -orang mulai menertawai danmencemoohnya. Mereka meneriakinya, “Inilah dia si orang gila, inilah diasi ‘majnun’!” (hlm 11)

Dalam kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana konflik sudah muncul

pada bab 3 secara internal. Di sini Qais diceritakan sudah tidak kuat menahan rasa

cinta yang harus dipendamnya. Ia mulai linglung dan kehilangan akal sehat. Ia

berjalan ke sana ke mari dan selalu memuja kecantikkan Laila tanpa

mempedulikan keadaannya. Orang-orang pun mulai memandangnya dengan aneh

dan heran, sampai akhirnya mereka memanggap Qais sudah menjadi gila dan

mereka juga mengganti namanya menjadi Si Majnun, atau “Si Gila”. Kehilangan

13 Op. Cit., hlm. 14

Page 48: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

123

kesadaram justru membuat Majnun semakin menjauhi keinginannya. Dengan

keadaan yang seperti itu ia jusru membuat Laila mendapat perlakuan khusus,

yaitu melarang Laila ke luar tenda dan menaruh penjaga di depan tendanya

dengan alasan agar ia tidak bertemu dengan Majnun .

Setelah itu keadaan semakin memburuk dan Majnun menjadi semakin

kehilangan kesadaran. Ia berkelana kesana -kemari melantunkan syair untuk Laila.

Sampai pada suatu ketika Majnun bersama teman -temannya diam-diam menemui

Laila. Ternyata kedatangan Majnun dik etahui oleh keluarga Laila. Karena merasa

nama baik mereka akan tercoreng jika kejadian itu terulang kembali maka

keluarga Laila mulai menaruh penjaga di sekeliling tenda Laila dan juga tidak

memperbolehkan Laila keluar dari tendanya. Pada saat inilah pert ama kali konflik

eksternal muncul, yaitu tertanamnya kebencian keluarga Laila, khususnya ayah

Laila, kepada Majnun.

Tidak lama kemudian berita tentang kunjungan rahasia Majnun ketenda Laila tersebar. Anggota kabilah Laila menjadi marah.Sepanjang siang dan malam, mereka menjaga area sekitar tendaLaila untuk mencegah Majnun kembali. Perlahan -lahan, tanpapernah berbuat kesalahan, Laila menjadi tawanan dari kabilahnyasendiri... dan dari cinta Majnun. (hlm 19)

Setelah itu kembali muncul konflik internal keluarga Majnun yang

mencoba untuk menyembuhkan Majnun dari keadaannya. Mereka mencoba untuk

membujuk Majnun melupakan Laila, bahkan sampai mengajak Majnun ke Mekah

agar anaknya itu tersadar. Tetapi apa yang dilakukan keluarga Majnun justru

membuat Majnun semakin mencintai Laila. Api yang berkobar di dalam hatinya

semakin membesar.

Page 49: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

124

Dengan munculnya pertentangan dari keluarga Laila yang menolak

kehadiran Majnun dalam kehidupan Laila juga dengan adanya keinginan keluarga

Majnun agar ia melupakan Laila akan m enimbulkan koflik-konlik yang semakin

berkembang, karena apa yang dilakukan oleh tokoh Mjanun justru menentang

semua tindakkan yang dilakukan terhadapnya. Kehadiran tokoh Laila yang selalu

menuruti orangtua dan memendam cintanya juga akan memberikan sebuah

konflik-konflik lain. Perbedaan jalan dalam menjalani cinta yang sama membuat

cerita semakin berkembang, sehingga konflik -konflik yang akan muncul di

dalamnya pun akan semakin meluas. Tahap pemunculan konflik ini disajikan

Nizami pada Bab 3-8 dan pada Bab selanjutnya konflik-konlik ini semakin

berkembang dan rumit.

Tahap pemunculan konflik dalam novel Sitti Nurbaya terjadi pada bab 4-6,

dimulai dari tindakkan putri Rubiah dan Hamzah yang menanggapi pemikiran

Sutan Mahmud adalah kesalahan yang telah diper buat oleh orang lain, yaitu Sitti

Maryam yang telah mengguna -gunai Sutan Mahmud. Mereka pun berencana

untuk menyewa jasa dukun dan mengguna -gunai Sitti Maryam, walapun dengan

itu mereka dapat membunuhnya.

...“Itu lebih baik,” jawab Sutan Hamzah. “Mati pun tak mengapa,karena perempuan semacam itu tak harus dipelihara. Setelah ia gilaatau mati, saudara hamba tentu mau kawin pula.”“Perkara rambut itu, nantilah hamba pergi ke rumahnya untukmengambilnya,” kata putri Rubiah. (hlm 63 -64)

Cerita ini adalah subtrack dari cerita utama yang tidak diteruskan lagi

kelanjutannya oleh pengarang. Walapun begitu, penulis menganggap ini adalah

sebuah bagian dari tahap pemunculan konflik.

Page 50: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

125

Konflik pada cerita utama sendiri muncul ketika Samsulbahri akan

berangkat ke Jakarta. Malam sebelum keberangkatannya ia menyatakn cintanya

pada Sitti Nurbaya. Ternyata Sitti Nurbaya juga sangat mencintainya, mereka pun

berdua akhrinya mengikat janji untuk menjadi suami istri dunia dan akhirat.

“Nurbaya, karena besok aku akan meninggalk an kota Padang ini,akan pergi ke rantau orang, entah berbalik entah tidak, sebab itusangkaku inilah waktunya akan membukakkan rahasia hatiku.Ketahuilah olehmu, Nur, bahwa aku ini sangat cinta kepadamu.Percintaan ini telah lama aku sembunyikan dalam hat iku; sekarangbaru kubukakan, karena pada sangkaku, rahasia itu harus kauketahui, sebelum kita bercerai. Siapa tahu, barangkali tak dapat akukembali lagi; tak dapat bertemu pula. Jika tiada kubukakan rahasiaini kepadamu, pastilah ia menjadi sebagai duri di dalam dagingpadaku; terasa-rasa sebilang waktu. (hlm 72)

“Aku pun demikian pula, Sam” jawab Nurbaya. “Tuhan saksiku,tak ada laki-laki di alam ini yang kucintai lain daripada engkau.Engkaulah suamiku dunia akhirat.” (hlm 76)

Di saat yang berdekatan Datuk Meringgih yang merasa terusik dengan

kekayaan yang dimiliki Baginda Sulaiman mulai merencanakan perbuatan

jahatnya seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

Bukan aku suruh engkau mencuri barang -barangnya, karenaberapakah yang akan terbawa olehm u? Aku bukan bodoh. Akutahu akal yang lebih baik, yaitu gudang -gudang dan toko-tokonya harus dibakar, perahu yang membawa barang -barangnyadari Painan harus ditenggelamkan dan orang -orang yang ada disana dibujuk, supaya jangan mau bekerja dengan dia lag i;sekalian pohon kelapanya di Ujung Karang, harus diobati, biarbusuk dan tak berbuah,” kata Datuk Meringgih dengan suarakeras, serta memukul-mukul telapak tangan kirinya dengantangan kanannya, yang dikepalkannya, karena geramnya. (hlm92)

Page 51: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

126

Rencana inilah yang nantinya akan membuat kehancuran bagi setiap tokoh. Bukan

hanya Baginda Sulaiman, tetapi Sitti Nurbaya dan Samsulbahri pun akan

menerima imbas dari rencana ini dalam kelanjutan cerita.

3.2.3 Tahap Peningkatan Konflik

Tahap peningkatan konflik te rjadi pada Bab 9-17. Pada Bab ini konflik

yang telah terjadi sebelumnya semakin berkembang. Di sini pertentangan yang

dintunjukkan oleh keluarga Laila terhadap Majnun semakin keras. Keluarga Laila

mengambil keputusan akan melakukan apa saja untuk menjinakk an Majnun,

meski dengan pedang. Itu berarti mereka siap membunuh Majnun jika Majnun

masih saja melakukan hal yang dapat mengganggu nama baik Laila dan

kabilahnya.

Segera setelah delegasi berbicara, sang Perdana Menteri bangkitdari singgasananya, mencabut pedangnya dan memperlihatkannyakepada seluruh anggota delegasi. “Jinakkan orang gila itu denganini, jika kalian mampu”, ujarnya. “Dan semoga kalian beruntunng.”(hlm 36)

Konflik yang berkembang selanjutnya adalah konflik internal di diri

Majnun. Majnun semakin terpuruk pada cintanya yang tak terbalaskan. Ia semakin

menjauhi kehidupan manusia dan pergi jauh ke belantara padang pasir dalam

kesendirian dengan terus menyenandungkan syair -syair yang memuja kecantikan

Laila dan ketidakberdayaannya pada cinta . Pada saat ayah Majnun mengajak

Majnun untuk kembali pun Majnun menolaknya, bahkan ia mengatakan kepada

ayahnya kalau yang terjadi padanya adalah suratan takdir yang tidak bisa

diubahnya. Ini menunjukkan ketidakberdayaan sang Sayid dalam memenuhi

Page 52: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

127

harapannya sekaligus sang Sayid merasa hatinya semakin hancur ketika ia

mengtahui anaknya menolak ajakannya. Sebagai orangtua ada perasaan gagal

dalam mendidik anaknya yang semata wayang. Penyesalan besar tergambar

dalam diri ayah Majnun.

“Duhai Anakku tersayang, kau lebih berharga bagiku daripadakehidupan itu sendiri. Aku mohon padamu, pulanglah! Apa yangkau dapat dari gunung ini selain kepedihan, kesenndirian, dan airmata? Kalau kau tetap di sini, kegilaanmu akan bertambah danpada akhirnya kau akan tersesat selamanya – bahkan tersesat daridirimu sendiri. Pedang kematian sudah bergantung di atas lehermu,sebagaimana ia juga bergantung di atas leher kita semua, olehsebab itu kau harus mengumpulkan semua kewarasanmu selagimasih ada waktu. Tinggalkan neraka in i dan kembalialah bersamakami; pilihlah kenikmatan, bukan kesengsaraan, dan jika kaumelakukan itu maka musuh-musuhmu akan menangis!” (hlm 41)

“Namun, duhai Ayahku, engkau memintaku untuk melakukansesuatu yang mustahil. Aku tidak memilih jalan yang aku tempuh:aku telah dilemparkan ke dalamnya. Aku terbelenggu dan terikatoleh rantai besi, tapi bukan aku yang mengikatkan belenggu itu.Aku menjadi budak dari cinta karena suratan dari takdirlah yangmenjadikanku seperti itu…”(hlm 43)

Laila yang selama ini membungkus perasaan cintanya dengan sangat rapi

akhirnya tidak sanggup menahan rasa ingin mengungkapkan. Suatu ketika ia pun

menyenandungkan perasaan cintanya kepada Majnun di taman. Secara tidak

sengaja, melalui perantara seorang pengembara yang tidak d ikenal, Laila

mendengarkan syair-syair Majnun yang tak berdaya menahan cintanya pada Laila.

Laila langsung menangis mendengarkannya. Laila merasakan kepedihan yang

dialami Majnun melalui syair -syair yang disenandungkan oleh musafir itu.

Pada saat itu teman Laila melihat Laila menangis mendengarkan syair dari

Majnun. Ia segera memberitahukan ibunya Laila. Mendengar itu justru ibunda

Page 53: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

128

Laila berkata dalam hati kalau Laila tidak boleh melakukan apa yang dihasratkan

oleh hatinya karena Majnun adalah seorang yang telah kehilangan kewarasannya.

Ibunda Laila berpikir seperti itu karena takut Laila menjadi gila seperti Majnun

yang kehilangan kewarasannya. Tetapi ia pun menentang pikirannya itu dengan

pemikiran lain, yaitu keterpisahan Laila dari Majnun akan membuat L aila binasa

dan kebinasaan Laila pasti akan menjadi kebinasaannya sendiri. Sekiranya

begitulah pergolakan konflik internal ibunda Laila dalam menangani kasus

percintaan Laila dan Majnun.

Lalu pada hari itu juga, teman Laila itu datang menemui ibundaLaila dan menceritakan segala yang ia lihat. Ibunda Laila mulaimenangis, tak memapu menanggung beban pikiran penderitaananak gadisnya. Tapi apa yang dapat ia lakukan? Sekuat apa pun iaberusaha, ia tidak dapat menemukan jalan keluar. “aku tidak bolehmembiarkan Laila melakukan apa yang dihasratkan oleh hatinya”,dia berkata pada dirinya sendiri, “karena Majnun sungguh gila dantidak boleh didekati. Jika Laila sampai melihat Majnun, maka diapun akan menjadi gila. Namun jika aku tetap bersabar,keterpisahannya dari Majnun akan membinasakannya. Dan apapunyang membinasakan Laila akan membinasakanku juga.” (hlm 55)

Konflik bertambah dengan munculnya Ibnu Salam. Ketika Ibnu Salam

melihat Laila menangis di taman justru ia terpesona dengan kecantikkan Laila.

Dengan segala yang ia miliki akhirnya Ibnu Salam mengirimkan delegasi untuk

melamar Laila. Meskipun saat itu ayah Laila berkata Ibnu Salam harus bersabar,

tetapi ia menerima lamaran Ibnu Salam tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya

perasaan Laila saat itu.

Di lain sisi, Majnun mendapat seorang teman yang bernama Naufal.

Naufal sangat kasihan kepada Majnun dan berjanji akan membawakan Laila

untuknya meski dengan cara apa pun. Di sini Majnun langsung tersenyum senang

Page 54: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

129

mendengar temannya berkata seperti itu. Seperti itulah perkembangan konflik

yang terjadi dan akan semakin berkembang menjadi klimaks cerita yang akan

menentukan kisah cinta antara Laila dan Majnun.

Dalam novel Sitti Nurbaya, tahap peningkatan konflik terjadi pada bab 7 -

10. Bab ini adalah proses di mana harta kekayaan milik Baginda Sulaiman ludes

dalam hitungan jam.

... Sejam kemudian daripada itu, habislah ketiga toko BagindaSulaiman terbakar dengan isinya. Tinggal abu dan bekas -bekasrumah saja lagi. Usaha yang bertahun -tahun, perceraian yangsekian lama, habis dimusnahkan api dalam sejam. Tatkala ituberhembuslah angin topan, disertai hujan yang sangat lebatsehingga api dalam sekejap mata pun padamlah. (hlm 109 -110)

Datuk meringgih telah berhasil menjalankan rencananya untuk membakar toko

Baginda Sulaiman hingga tiada barang yang tersisa. Mulailah terjadi malapetaka

yang berturut-turut pada Sitti Nurbaya. Di lain sisi mimpi buruk Samsulbahri

kembali datang menghantuinya, sehingga ia merasakan keganjilan yang amat

sangat pada mimpinya itu.

“Heran,” katanya dalam hati, tatkala ia duduk termenung seorangdiri, di atas sebuah batu, dalam pekarangan sekolah, “mimpikuyang dahulu itu datang pula menggoda pikiranku. Senanglahhatiku, tatkala ingatan kepada mimpi celaka itu mulai hilang; akantetapi apakah sebabnya sekarang ini datang pula sekonyong -konyong menggoda hatiku?... (hlm 111)

Apa yang dirasakan Samsulbahri ternyata menjadi kenyataan. Melalui

surat Nurbaya menceritakan semua penderitaan yang dialaminya. Semua

penderitaan yang diakibatkan oleh Datu k Meringgih, sebagaimana yang telah

Samsulbahri mimpi-mimpikan.

“sekarang apa hendak kukatakan? Karena demikianlah rupanyanasibku yang telah tertimpa. Walau bagaimana pun juga hendak

Page 55: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

130

kutolak atau kuhindarkan diriku padanya, niscaya akan sia -siabelaka pekerjaan itu, karena untung dan nasib manusia ditentukan,semenjak ia di rahim bunda kandung.Bukankah telah kukatakan dalam pepatah: malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih? Bukankah setahun yang telah lalu,telah engkau ketahui untungku, karena e ngkau telah mendapatmimpi tentang nasibku itu? Sekarang datanglah waktunya rupanya,aku harus menepati nasibku itu, tak dapat dipungkiri lagi. Aduahisia-sialah segala cita-cita dan kenang-kenanganku, lenyap segalaharapanku, putus tali tempat bergantung… ?” (hlm 113)

Ayahku karena ada sabarnya, rupanya dengan sepenuh -penuhhatinya menyerahkan untungnya kepada Tuhan Yang Mahakuasadan memohonkan karunianya. Itulah pula yang menimbulkan ajaibhatiku, karena kelak akan nyata kepadamu, bahwa Tuhan telahmeninggakan kami dan tiada tolong kami lagi, walapun tiadakuketahui, apakah dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat.Segala kesengsaraan dan kecelakaan datangnya bertimpa -timpa,sebagai adalah kutuk yang telah jatuh ke atas kepala kami; karenadua hari kemudian daripada itu datanglah anak perahu ayahkuyang biasa membawa dan mengambil barang perniagaan dariTerusan dan Painan mengabarkan, kelima perahu ayahku telahkaram di laut, dilanggar topan yang berhembus, tatkala malamkebakaran itu. Suatu pun dari mua tannya tak ada yang ketolongan,sedangkan sekalian anak perahu, niscaya akan mati di laut, jikatiada ditolong oleh perahu lain. (hlm 115)

Sitti Nurbaya telah menyadari kalau yang menjadi dalang dari

kesialan itu adalah Datuk Meringgih, tetapi ia dan Bag inda Sulaiman tidak

dapat berbuat apa-apa untuk menghukum. Bahkan untuk menghindar dari

kesialan selanjutnya pun mereka tidak bisa. Akhirnya mereka hanya bisa

menerima dengan pasrah semua kesialan itu dan berharap Tuhanlah yang

membalaskan semua penderitaan mereka kepada Datuk Meringgih.

Aku tiada tekata-kata lagi; sejak terbakar toko-toko ayahku, hatikutak dapat kusenangkan. Acapkali menangislah aku pada malamhari mengenang nasibku yang malang ini. Mimpimu pun selaluterbayang-bayang di mataku. Setelah Datuk Meringgih menagihpiutangnya, tiadalah aku dapat tidur setiap malam, melainkanselalu menangis bersedih hati. Kerap kali aku terkejut, karenasebagai kelihatan olehku Datuk Meringgih datang menguasai aku.

Page 56: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

131

Dengan demikian, badanku menjadi kurus kering tinggal kulitpembalut tulang. Jika engkau lihat aku sekarang ini, pastilah takkenal lagi engkau kepadaku. Demikianlah perubahan badanku,karena sedih, susah, takut, dan makan hati.” (hlm 117)

Mendengar perkataan ayahku ini, tiadalah dapat kutahan lagi s edihhatiku, hancur luluh rasa jantungku, lalu menangislah aku tersedu -sedu di dada ayahku, sehingga basahlah baju dan kakinnya, karenaair mataku yang bercucuran. Tiadalah kujawab perkataannyasepatah pun karena dadaku bagaikan pecah dan leherku bagaitekunci. (hlm 117)

“Oleh sebab hendak menolong aku, anakku menyerahkan dirinyakepadamu, untuk memuaskan hawa nafsumu dan hatimu, yangsebagai hati binatang itu.” Kata ayahku kepada Datuk Meringgih.“barulah sekarang kuketahui bahwa kejatuhanku ini semata -matakarena perbuatanmu juga karena busuk hatimu, dengki dan takdapat engkau melihat orang lain berharta seperti engkau. Denganberbuat pura-pura bersahabat karib dengan aku, kau perdayakanaku, sampai jatuh ke dalam tanganmu dan harus menurut sebarangkehendakmu yang keji itu. Tetapi ta apa, Datuk Meringgih! Tuhantiada buta; lambat laun engkau beroleh juga hukuman ataskhianatmu ini,” lalu ayahku menuntun aku masuk ke dalam rumah.(hlm 120-121)

Penderitaan yang dialami kekasihnya dan disebabkan oleh Datuk

Meringgih membuat Samsulbahri sangat geram. Sampai pada suatu ketika ia

pulang kembali ke Padang dan bertemu dengan Sitti Nurbaya. Di sela pertemuan

itu, ia bertemu pula dengan Datuk Meringgih. Terjadilah pertengkaran yang

berujung pada pekelahian antara Samsulbahri dengan Datuk Meringgih.

Mendengar maki nista ini, merah padamlah muka DatukMeringgih, lalu diangkatnya tongkatnya dan dipalukannya kepadaSamsu. Tetapi tatkala itu juga Samsu melompat ke kiri, serayamenarik Nurbaya, sehingga palu Datuk Mering gih itu jatuhmengenai bangku, tempat mereka duduk tadi dan dengan segeraSamsu melompat ke hadapan, meninju muka Datuk Meringgihdengan kedua belah tangannya berturut -turut, serta kakinya punmenendang perut lawannya ini, sehingga jatuh Datuk Meringgih,terbanting ke tanah, lalu berteriak minta tolong, “Pendekar Lima,tolong aku!” (hlm 152)

Page 57: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

132

Perkelahian itu ternyata berujung duka yang sangat mendalam pada Sitti

Nurbaya juga Samsulbahri. Ayah Baginda Sulaiman yang mendengar terjadinya

perkelahian akhirnya memaksakan diri untuk bangun, sehingga ia terjatuh dan

meninggal. Perkelahian itu pun menyebabkan kemarahan Sutan Mahmud pada

Samsulbahri, sehingga Samsulbahri diusir dari rumahnya dan tidak diakuinya lagi

sebagai anak. Kedua musibah ini sangat membuat Sitt i Nurbaya dan Samsulbahri

semakin terpukul.

Maka menjeritlah Nurbaya menangis tersedu -sedu denganmengempas-empaskan dirinya, tak dapat disabarkan lagi, lalu jatuhpingsan. Mayat Baginda Sulaiman dan Nurbaya yang pingsan,diangkat oranglah ke dalam rumahny a, dibaringkan di ruangtengah dengan Nurbaya dan diciumkan minyak kelonyo kehidungnya, barulah ia sadarkan dirinya pula, lalu meratap amatsedih. (hlm 154)

Setelah berheni sejurus, berkata pula Sutan Mahmud,“Kesalahanmu ini tak dapat aku ampuni, karena sangat memberiaib. Pergilah engkau dari sini! Sebab aku tak hendak mengakuiengkau lagi. Yang berbuat demikian, bukan anakku.” (hlm 156)

Akhirnya, dengan perasaan sedih yang mendalam, Samsulbahri

meninggalkan Padang di malam yang gelap gulita, meninggal kan dua orang yang

sangat dikasihinya, yaitu ibunya dan Sitti Nurbaya.

Tatkala pukul tiga malam, bangunlah ia perlahan -lahan dari tempattidurnya, lalu dimasukkannya sekalian pakaiannya ke dalam petinyadan keluarlah ia dari jendela biliknya. Setelah sampa i ke pintupekarangan rumah orangtuanya, menolehlah ia ke belakang, kerumah Nurbaya, lalau berhenti sejurus lamanya dan berkataperlahan-lahan, “Selamat tinggal ibu dan kekasihku! Aku hendakberjalan, barang ke mana dibawa nasibku yang malang ini. Jika ad aumurku panjang, mungkin akan bertemu juga kita di dalam duna ini;jika tidak, bernanti-nantilah kita di akhirat. Di sanalah kita dapatbertemu pula, bercampur selama -lamanya, tiada bercerai lagi. (hlm157)

Page 58: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

133

Pertemuan Sitti Nurbaya dengan Samsulbahri dan perkelahian yang

dilakukan oleh Samsulbahri dan Datuk Meringgih menyebabkan konflik

hubungan keduanya akan berkembang menjadi klimaks cerita yang menentukan

kisah kehidupan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya.

32.4 Tahap Klimaks

Klimaks cerita Laila Majnun terjadi pada Bab 18-21. Peristiwa terjadi

ketika akhirnya Naufal ingin mewujudkan janjinya kepada Majnun, yaitu

mengambil Laila. Naufal bersama Majnun membawa banyak pasukan untuk

mengambil Laila secara paksa sekali pun.

“... Aku berjanji dengan segenap hatiku. Bahkan bila dia berubahmenjadi burung dan terbang jauh ke dalam langit Tuhan yang takterbatas, atau menjadi sepercik api dalam sebongkah batu api padabebatuan di perut bumi Tuhan, aku akan mencarinya danmembawakannya untukmu. Aku tidak akan is tirahat samapi akudapat mempersatukan kalian dalam pernikahan.” (hlm 63)

“Apakah kau sungguh-sungguh meragukan kata -kataku?” tanyaNaufal. “Kalau begitu, marilah kita membuat perjanjian. DemiAllah Yang Maha Kuasa dan Rasul -Nya Muhammad aku berjanjibahwa aku akan bertempur bagaikan singa untukmu dankepentinganmu, bahkan mengorbankan nyawaku jika harus.” (hlm64)

Kedatangn Naufal dengan pasukannya dan bersama Majnun tidak membuat ayah

Laila gentar dan memberikan Laila kepada Majnun, tetapi justru itu me mbuat

ayah Laila semakin benci pada Majnun. Ayah Laila pun mengumpulkan bala

tentara yang lebih banyak dibandingkan bala tentara Naufal. Ketegangan mulai

meninggi dengan adanya pertentangan yang berujung pada peperangan yang tidak

dapat terhindarkan lagi.

Page 59: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

134

“Aku, Naufal, dengan ini menyatakan niatku untuk berperangdenganmu. Pasukanku telah bersiaga dan kami siap untukbertempur denganmu sampai tetes darah terakhir hingga kamimemperoleh kemenangan. Ada satu jalan keluar untuk mencegahperang ini, yaitu bila kalian menyerahkan Laila padaku; jika kalianmenolak, maka pedang yang akan berbicara. Aku bertekadmenyerahkan Laila ke tangan orang yang sangat mencintainya,satu-satunya lelaki di dunia ini yang patut mendapatkannya. Itulahtujuanku.” (hlm 69)

“Kami telah mempertimbangkan perkataanmu dengan seksama.Inilah jawaban kami: Laila bukan mainan yang bisa dimiliki begitusaja oleh siapa pun yang menginginkannya. Secantik apa punrembulan, ia tidak dapat diraih oleh setiap orang yang jatuh cintakepadanya. Apakah kau berniat untuk merampas apa yang bukanmilikmu? Apakah engkau menyulut peperangan di antara kita demisesuatu yang bukan hakmu? Apakah engkau nekad memintasesuatu yang mustahil, kemudian mengancam kami dengankematian bila kami tidak memenuhi permin taanmu? Kau iblis darineraka! Majulah, kalahkan kami, jika kau mampu!” (hlm 70)

Perang terjadi di medan laga sangatlah sengit, tetapi tak kalah sengit

perang pun terjadi di dalam hati Majnun. Konflik internal yang sangat kuat terjadi

di dalam hatinya sehingga ia menghianati temannya dengan perasaannya yang

mendukung dan mendoakan pasukan musuh. Majnun yang seyogyanya harus

mendoakan dan mendukung orang yang membantunya justru mendoakan orang

lain karena dorongan hatinya yang tidak tertahankan.

Akhirnya, perasaan itu menjadi terlalu kuat untuk dapat iatundukkan. Bilamana seorang prajurit musuh menyerang ataumenjatuhkan anak buah Naufal dari pelana kuda, ia bersorak sorai;bilamana seorang prajurit Naufal menetak musuh, ia meraungsedih. (hlm 72)

Perang yang begitu sengit akhirnya ditunda dengan diadakannya gencatan senjata.

Pasukan Naufal menyetujuinya dan menarik pasukannya mundur. Ketegangan

masih tetap tinggi, karena dengan mundurnya Nauafal dan pasukannya membuat

Majnun merasa sangsi dengan kesunggu han Naufal bahkan menyalahkan Naufal.

Bahkan Majnun mengancam Naufal kalau dia akan memutuskan hubungan

Page 60: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

135

persahabatannya dan melupakan bagaimana ia menghianati temannya pada saat

peperangan.

“Dan sekarnag engkau telah berhasil dalam membuat temankumenjadi musuhku. Pintu yang ingin kumasuki dalam kedamaian,berkat kau, terkunci selamanya sementara kuncinya telah merekabuang.!“engkau telah merubah niat baikku menjadi keburukkan, semuaatas nama persahabatan! Engkau bukan temanku; aku, dengan inimemutuskan tali persahabatan denganmu. Bagaimana mungkinkita bisa bersahabat? Aku merasa bagaikan seorang raja dalamcatur yang disekak mati oleh kudanya sendiri! Aku merasabagaikan anjing penjaga yang ditembus oleh anak panah yangdiarahkan oleh sang penggembala kepada srigala.“Memang engkau sangat agung ketika tiba saatnya untukberderma, tapi ketika harus memenuhi janjimu, kau begitu kerdil.Bahkan sangat kerdil. (hlm 75-76)

Mendengar pernyataan temannya seperti itu Naufal merasa sangat malu, hingga

akhirnya ia membawa lebih banyak pasukan untuk mengambil Laila. Kembali

peperangan terjadi dengan sengit hingga akhirnya Naufal memenangkan

peperangan itu. Tenyata kemenangan Naufal dalam peperangan bukanlah

kemenangan yang sebenarnya, karena meskipun Naufal dan pas ukannya

memenangkan peperang tetapi mereka tidak berhasil untuk mendapatkan Laila

sebagai rampasan perang. Berkat kepandaian ayah Laila dalam bernegosiasi dan

berbicara Laila akhirnya tidak dapat direbut oleh Naufal dan itu merupakan

kemenangan besar bagi ayah Laila atas Majnun.

Begitu selesai berbicara, seorang lelaki dari kabilah yang kalahmaju mendekati Naufal. Ia adalah ayah Laila, punggunya telahbungkuk oleh penderitaan dan rasa malu. Perlahan, ia berlutut dihadapan Naufal. Bersujud di tanah, di ka ki sang pemenang danmulai mengiba. “ Hai Naufal! Kau adalah kebanggaan orang -orangArab dan pengeran seluruh manusia! Aku adalah seorang renta –orangtua yang hatinya telah ahncur dan punggungnya telahbungkuk oleh pergantian waktu. Malapetaka telah membu atku

Page 61: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

136

bersimpuh; duka cita telah menyesakkanku. Kesalahan dankekejian ini telah ditumpahkan ke atas pundakku dan bila akuberpikir tentang darah yang telah tertumpah karena aku, akuberharap bahwa bumi Tuhan ini akan terbelah dan menelankuhidup-hidup. Sekarang waktunya untuk kau memutuskan. Jika kauakan membiarkan anakku hidup, maka aku akan berterima kasih.Jika kau berniat membunuhnya, maka bunuhlah dia! Sembelihlahlehernya dengan belatimu, hujamkan pedangmu ke dalamjantungnya, injak-injak tubuhnya dengan kaki-kaki kudamu jikamenginginkannya. Aku tidak melawan.“tapi ada satu hal yang tidak dapat aku terima. Tidak akan pernah,selagi aku masih ayahnya, kuserahkan anakku kepada orang sintingini, kepada iblis dalam bentuk manusia ini, kepada orang gila ini,kepada “majnun” ini – tidak akan pernah! Lebih baik kau ikatorang gila ini dengan rantai besi dan penjarakan ia, bukan diikatdengan tali pernikahan dan membiarkannya berkeliaran. (hlm 79 -80)

Dengan perkataan seperti kutipan di atas Naufal menjadi bimbang. Kali ini para

pembantu dan penasihat Naufallah yang menghianati Majnun dengan

menyalahkannya. Mereka berkata bahwa semua kesalahan ini, yaitu Majnun tidak

dapat memiliki Laila adalah atas kesalahan dan dosanya sendiri. Ini membuat

Majnun menjadi berang. Ia sangat marah kepada sahabatnya karena merasa telah

dikhianati. Setelah mengutarakan kalimat -kalimat kekecewaannya, ia pun

menyentakkan tali kekang kudanya tanpa berpamitan, melintasi gurun pasir,

menuju hutan belantara. Ini adalah klimaks dalam n ovel Laila Majnun, yaitu di

mana Majnun telah menganggap semua orang adalah musuhnya yang siap

menjatuhkannya ke dalam jurang penderitaan. Apa yang dilakukannya justru

adalah kesalahan yang membuat dia semakin terpuruk, hingga akhirnya ia harus

menerima konsekuensi atas semuanya, yaitu kekecewaan yang sangat mendalam.

Pada novel Sitti Nurbaya, klimaks cerita terjadi pada bab 11 -13. peristiwa

yang terjadi adalah setelah meninggalnya Baginda Sulaiman dan diusirnya

Page 62: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

137

Samsulbahri, Sitti Nurbaya kabur dari Datuk Meringgih dan pergi ke Jakarta

untuk menemui Samsulbahri. Tak disangka perbuatannya itu diketahui oleh Datuk

Meringgih yang mengirim orang untuk membunuhnya. Ketika gagal, ia juga

mengadukan tuduhan palsu kepada polisi kalau Sitti Nurbaya telah mencuri uan g

di rumahnya, sehingga Sitti Nurbaya dengan terpaksa harus kembali ke Padang.

Dalam hal yang sedemikian, tiba -tiba kelihatan seorang laki-laki,yang berpakaian serba hitam, datang dengan cepat mendekatiNurbaya, yang sedang duduk di kursinya, tak dapat be rdiri, karenapusing. Dengan segera orang itu memegang badan Nurbaya, lalumengangkat dan membawanya ke sisi kapal, hendakmelemparkannya ke dalam laut. Tatkala dilihat oleh Nurbayaorang itu yaitu Pendekar Lima, yang dikenalnya, hendak menikamSamsulbahri dulu, berteriaklah ia minta tolong serta berkuat,hendak melepaskan dirinya dari tangan penjahat ini. (hlm 179)

Pada keesokkan harinya, berlayarlah Nurbaya pulang ke Padang,bersama-sama kusir Ali, diantarkan oleh seorang opas polisi.Dengan tolong Allah, adalah selamat perjalanan itu tiada kurangsuatu apa.Setelah sampai di Padang diperiksalah perkara itu, dan nyatalahbahwa Nurbaya tiada bersalah apa -apa, dalam perkara ini,hanyalah khianat Datuk Meringgih, yang pura -pura berbuatsebagai barang dan uangnya dilarikan Nurbaya, supaya istrinya inidikirimkan kembali ke Padang. (hlm 190)

Permaslahan itu membuat Datuk Meringgih semakin geram, sehingga

suatu saat ia pun kembali menyuruh orang untuk membunuh Sitti Nurbaya. Sitti

Nurbaya akhirnya tewas di tan gan orang suruhan Datuk Meringgih. Hampir

bersamaan dengan itu, ibu Samsulbahri, Sitti Maryam, pun akhirnya meninggal

dunia karena tidak kuat menahan penderitaan. Dua orang yang Samsulbahri cintai

kini telah meninggalkannya.

“Masakan keempatnya dimakan Nur baya sebab sebuah lemangpun cukup untuk membawa dua tiga orang ke pintu kubur. Akantetapi, tahu benarkah engkau, keempatnya berisi gula?”

Page 63: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

138

“Tahu, sebab yang berisi gula itu, kupisahkan.”“Jika demikian, tentulah sampai maksud kita, sekali ini,” kataPendekar Lima.“Turutlah aku!” lalu hilanglah keduanya pada tempat gelap.Pada keesokkan harinya, tatkala sampai kabar kematian Nurbayaini kepada Sitti Maryam, yang sedang sakit keras di kampungsebelah, karena terkejut ditinggalkan anaknya Samsu, tiba -tibaberpulanglah pula Ibu Samsulbahri ini, sebab kabar itu rupanyasangat menyedihkan hatinya. (hlm 214)

Meninggalnya kedua orang yang disayangi merupakan puncak dari emosi

Samsulbahri, emosi yang tiada tertahankan lagi olehnya, emosi yang

membawanya ke dalam jurang keputusasaan. Setelah ia mendengar kedua orang

yang sangat dicintainya meninggal, Samsulbahri merasa sangat putus asa.

Pengharapan yang selalu dijunjungnya untuk bertahan hidup kini sudah

meninggalkannya. Ia pun menulis surat terakhir kepada ayah da n temannya,

menyatakan kalau ia memutuskan untuk bunuh diri dengan menembakkan pistol

ke kepalanya.

Setelah sejurus ia mencari, kelihatanlah olehnya dari jauh sebagaiorang duduk di atas sebuah bangku, membelakang kepadanya.Tangannya yang kanan diangkatnya ke kepalanya, seperti hendakmemberi tabik. Tatkala diperhatikan benar orang ini, nyatalah yangduduk itu Samsu, yang sedang mengacungkan sebuah pistol kekepalanya. Dengan tiada berpikir lagi menjeritlah ia, “Samsu, ingatakan dirimu!” sambil melompat m emburu sahabatnya itu.

Akan tetapi terlambat, karena tatkala itu juga didengarnya bunyipistol dan dilihatnya Samsu rebah ke bangku. Segera Arifin lari kebangku itu dan di sana dilihatnya sahabatnya ini tiada ingatkan dirilagi dan kepalanya berlumuran d arah. Arifin tiadalah terkata -katadan tak tahu apa yang akan diperbuatnya, lalu berteriak mintatolong. (hlm 227)

Page 64: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

139

3.2.5 Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini semua konflik yang terjadi diselesaikan atau diberikan jalan

keluar dengan mengendorkan ketegang an. Dalam novel Laila Majnun tahap ini

berjalan sangat lambat, karena Nizami menceritakan penyelesaian dalam bentuk

kesedihan yang sangatlah lambat. Tahap ini berjalan dari bab 22 -53.

Setelah konflik besar yang terjadi sebelumnya, Majnun menyembunyikan

dirinya di padang pasir seorang diri. Ia hanya melakukan kegiatan yang bersifat

menghukum dirinya sendiri. Bahkan ia rela tangan dan kakinya terikat rantai besi,

badannya dicambuk, dan ditonton orang banyak. Ini merupakan konsekuensi yang

ia ambil sendiri untuk menebus kesalahannya.

Majnun berlutut di tanah dan memohon kepadanya: “ demi kasihsayang Tuhan, lepaskan rantai dari tangan dan kaki lelaki malangini dan kenakan mereka padaku, karena akulah yang seharusnyadirantai, bukan dia! Kau lihat, aku benar -benar gila!“benar, aku adalah si malang sial yang pikirannya telahdibinasakan oleh cinta. Ikat aku dan bawalah aku bersamamu!Pertontonkan aku dalam belenggu rantai, bukan dia, dan berapapun yang kau peroleh silahkan kau simpan; aku tidak tertarikkepada uangmu sedikit pun.” (hlm 98-99)

Lihat telah menjadi apa aku! Aku menjalankan penebus dosakarena aku telah membuatmu dan kaummu menderita di tanganNaufal. Untuk menebus dosaku, aku telah mengorbankankebebasanku dan inilah aku, dibelenggu dan terikat , menanti untukdisiksa. Aku tahu aku telah bersalah, dan beban dosaku begitubesar hingga aku tidak akan pernah dimaafkan. (hlm 99-100)

Di lain sisi keputusan Majnun yang menghukum dirinya sendiri ternyata

berakibat pada orang-orang yang disayanginya. Ayahnya yang merasa dirinya

telah gagal mengajak dan mendidik anak akhirnya meninggal dunia dalam

kedukaan. Ia tak sanggup menanggung beban penderitaan pikirannya.

Page 65: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

140

Hari-hari siangnya sama gelapnya dengan malamnya. Dia akanduduk di pojok tendanya, menunggu sebuah isyarat yang akanmengabarkan keberangkatannya menuju tempat peristirahatanterakhir yang abadi. Dia tahu bahwa isyarat itu tidak akan lama lagidatang, karena dia telah melewati ketiga papan penunjuk yangmenuju ajal: Penderitaan, kelemahan, dan K erentaan.… Dan hanya dua hari berselang setelah orang tua itu kembali dirumahnya, ia meninggal dunia. Jiwa dan arwahnya akhirnya bebas.(hlm 130)

Begitu pula dengan ibunda Majnun yang meninggal dalam kedukaan karena ia

tidak bisa membujuk anaknya untuk kembali.

Salim merangkul pundak keponakkannya dan berbicara denganhati-hati, “ibumu menderita ketidakbahagiaan yang sangat hebatketika ia masih hidup. Sekarang ia telah pergi, ia telahmengucapkan selamat tinggal pada rumah penderitaan ini dan telahpergi ke tempat yang lebih baik. Kau tidak bersamanya ketika iapergi, namun pikirannya bersamamu. Di akhir hayatnya, iamerindukanmu sebagaimana dulu ayahmu merindukanmu. (hlm184)

Laila yang tak sanggup menanggung beban penderitaan hidup karena harus terus

menahan cintanya pun akhirnya meninggal dunia setelah penyakit bersarang

ditubuhnya.

“bibir Laila bergetar dan, dengan air mata mengalir di pipinya, diamemanggil nama kekasihnya untuk terakhir kalinya. Ketikasuaranya melemah, cahaya di matanya meredup dan arwahnyamelayang bebas dari belenggunya. (hlm 214)

Semua penderitaan Majnun telah sempurna. Setelah ayah, ibunya, dan kini orang

yang paling dicintainya meninggalkannya, ia pun semakin terpuruk dalam

penderitaan. Ia menggeliat-geliat di tanah seperti ular gila yang menjaga hartanya.

Dalam kesedihannya Majnun pun meninggal dunia di atas makam Laila.

Majnun menutup matanya dan berbaring di atas makam Laila,mendekapkan tubuhnya kepada tanah dengan segenap tenaganyayang tersisa. Bibirnya yang kering be rgerak-gerak dalam do’a yang

Page 66: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

141

lirih; kemudian, dengan kata -kata, “Laila, kekasihku….”Arwahnya terbebas, dan ia pun telah tiada. (hlm 220)

Akhirnya ia dimakamkan berdampingan dengan makam Laila. Karena hanya

dalam kematianlah mereka dapat bersanding untuk selamanya.

Setelah hewan-hewan itu pergi, orang-orang mulai beranimendatangi makam itu. Anggota dari kedua kabilah – kabilah Lailadan kabilah Majnun – datang untuk bersimpuh dan menangis padamakam di mana orang kesayangan mereka terbaring. Hanya dalamkematian, mereka diizinkan untuk bersanding. Sebuah nisan dibuat,dan di atasnya ditatah kata-kata:

Sepasang kekasih terbaring dalam kesunyian,Disandingkan di dalam rahim gelap kematian.Sejati dalam cinta, setia dalam penantian,Satu hati, satu jiwa di dalam surga keabadian.

(hlm 220-221)

Dalam Novel Sitti Nurbaya tahap penyelesaian terjadi di bab 14 -16. Pada

bab sebelumnya pengarang seolah menutup cerita dengan kematian Samsulbahri.

Pengarang mencoba membawa pembaca berpikir bahwa Samsulbahri sudah

meninggal dunia. Sebagai gantinya, pada tahap ini muncu lah sosok baru, yaitu

Letnan Mas, seorang tentara Belanda yang berasal dari Padang. Letnan Mas

adalah tentara yang sangat ditakuti oleh musuh -musuhnya, karena hampir di

setiap peperangan berhasil dimenang kannya.

Di padang terjadi pemberontakkan besar -besaran yang dipimpin oleh

Datuk Meringgih mengenai penolakkan kebijakkan belasting, Letnan Mas pun

dikirim ke Padang untuk menanganinya. Setelah ia sampai di Padang, segera ia

menuju tempat pemakaman Nurbaya , Sitti Maryam, dan Baginda Sulaiman. Di

sinilah diketahui kalau Letnan Mas adalah Samsulbahri yang masih hidup.

Page 67: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

142

...tatkala dibacanya huruf yang tertulis pada batu nisa kubur yangsaling berdekat-dekatan itu nyatalah kepadanya, bahwa kuburitulah yang dicarinya. Karena tiada tertahan oleh Letnan Mashatinya, segeralah ia masuk ke dalam makam ini, lalu berlutut diantara kedua kubur yang berjauh -jauhan itu, sambil memelukkeduanya dengan kedua belah tangannya. Di situ menangislah iatersedu-sedu, seraya meratap demikian, “Aduhai Nurbaya danIbu yang sangat hamba cintai! Mengapakah sampai hati benarmeninggalkan hamba seorang diri di dunia ini? Berjalan tiadahendak berkata-kata, pergi tiada hendak membawa -bawa.Mengapakah tiada hamba diajak pergi bersama -sama dan tiadadinantikan hamba, supaya boleh hamba temani, dalam perjalananyang jauh itu? Dan tatkala telah ditinggalkan, mengapa tidaklekas dijemput, dibiarkan sepuluh tahun lamanya mengembarakesana-kemari, mencari jalan akan mengikut bunda dan adinda,sehingga sampai, sehingga sampai pada waktu ini pekerjaan itusia-sia belaka. (hlm 257)

Peperangan pun dimulai dengan sengit, sampai pada saat perang antara

Letnan Mas dan Datuk Meringgih. Mereka saling berhadap -hadapan satu lawan

satu. Datuk Meringgih sangat terkejut ketika mengetahui bahwa Letnan Mas

adalah Samsulbahri. Perkelahian di antara mereka pun terjadi lagi.

Seteleh diamat-amatinya Letnan Mas ini, terperanjatlah ia lalusurut beberapa langkah ke belakang, seraya berteriak,“Samsulbahri! Engkau tiada mati?” atau setannyakah ini?” “Seketika itu ia melompat ke muka, hendak menetak Letnan Mas.Letnan Mas lalu melompat ke kanan, lalu berkata, “Tunggudahulu, Datuk Meringgih! Karena banyak yang terasa dalamhatiku, yang hendak kukatakan padamu, sebelum aku terpaksamenyabut nyawamu.” (hlm 260)

Sejenak Samsulbahri menyatakan kegeramannya kepada Datuk Meringgih

sbelum perang antara Datuk Meringgih berlanjut. Ketika Letnan Mas selesai

berbicara, ia pun segera mengangkat pistolnya ke arah Datuk Meringgih d an

seketika itu melompatlah Datuk Meringgih ke hadapan Letnan Mas dan

menetaknya. Pada akhirnya Letnan Mas berhasil menembak Datuk Meringgih dan

Page 68: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

143

Datuk Meringgih berhasil menetak kepala Letnan Mas. Kedua orang itu pun

roboh secara bersamaan.

... “Terimalah hukumanku!” lalu Samsu mengangkat pistolnya,menembak Datuk Meringgih. Tetapi tatkala itu juga DatukMeringgih melompat ke muka, menetak Sasulbahri denganparangnya, sambil berteriak, “Rasailah olehku bekas tanganku, haianjing Belanda!”Setelah itu juga rebahlah keduanya ke tanah; Datuk Meringgihkarena kena peluru Samsulbahri, yang menmbus dada danjantungnya dan Samsulbahri, karena kena parang Datuk Meringgihkepalanya. (hlm 263)

Untuk sesaat Letnan Mas berhasil ditolong oleh serdadunya, sebelum

akhirnya ia meninggal di rumah sakit di hadapan ayahnya sendiri yang masih

belum mengetahui kalau ia adalah Samsulbahri.

“Letnan Mas?” tanya Dokter dengan heran.“Ya, Letnan Mas, yang datang kemari untuk berperang denganperusuh di Padang.” Kata Sutan Mahmud pul a.“Tiada lain, melainkan inilah dia, yang baru meninggal dunia ini,”jawab dokter.Tatkala Sutan Mahmud mendengar perkataan dokter ini,terpekiklah ia, lalu memeluk dan menciumi mayat itu, sambilmenangis tersedu-sedu; karena sekarang nyatalah olehnya, si sakityang baru meninggal itu, tiada lain melainkan anaknya sendiri,Samsulbahri, yang telah sepuluh tahun dirindu -rindukannya,sekarang meninggal di hadapannya, dengan tiada dikenalnya. (hlm267)

Tibalah akhir dari sebuah cerita dengan meninggalnya sem ua

keluarga yang dikuburkan secara berdampingan. Sebuah akhir yang tragis

dalam kebersamaan, meski hanya tercipta di liang lahat.

... Kelima kubur itu sama besar dan sama bentuknya. Pada tiap -tiapkepala kubur ini, ada batu nisan dari marmer, yang bertuli skandengan huruf air mas. Di kubur yang pertama tertulis “Inilah kuburBaginda Sulaiman, meninggal pada tanggal 5 Ramadan, tahun1315”

Page 69: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

144

Pada nisan yang kedua tertulis “Inilah kubur SittiNurbaya, binti Baginda Sulaiman meninggal pada 5 Zulhidjdjahtahun 1315”

Pada nisan yang ketiga tertulis “Inilah kubur Samsulbahri,anak Sutan Mahmud, Penghulu Padang, meninggal pada 5 Syafartahun 1326”

Pada nisan yang ketiga tertulis “Inilah kubur SittiMaryam, istri Sutan Mahmud, Penghulu Padang, meninggal pada5 Zulhidjdjah tahun 1315”

Pada nisan yang keempat tertulis “Inilah kubur SutanMahmud, Penghulu Padang, meninggal pada 8 Rabiulawal tahun1326” (hlm 271)

3.3 Anlisis Tokoh Dan Penokohan

Peristiwa yang terjadi dalam cerita merupakan perbuatan atau aksi yang

dilakukan oleh tokoh-tokoh. Jalan cerita dapat berkembang dengan adanya

tindakan yang dilakukan oleh para tokoh. Selanjutnya Tjahjono menjelaskan

bahwa tokoh merupakan tokoh -tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan

penokohan, adalah cara pengarang melukiskan tokoh-tokoh dalam cerita yang

ditulisnya.14

Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro adalah orang -orang

yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti y ang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. 15 Dengan

demikian, tokoh merupakan sosok fiksi dalam cerita yang memiliki sifat dan

karakter tertentu yang memiliki fungsi untuk membangun jalannya cerita.

14 Liberatus Tengsoe Tjahjono, Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi , (Ende-Flores: Nusa Indah, 1988), hlm.138

15 Sofia, op.cit., hlm.15

Page 70: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

145

Dari segi kapasitas peran, tokoh cerita terbagi atas tokoh utama (sentral)

dan tokoh tambahan (periferal). Sebagaimana dikatakan Nurgiyantoro melalui

Adib Sofia bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel, sedangkan tokoh tambahan (periferal) merupakan

tokoh yang mendukung cerita dan perwatakan tokoh utama. 16 Dari segi intensitas

keterlibatannya dalam cerita, tokoh utama paling banyak memegang peranan

dalam membangun cerita. Hal ini juga dapat dilihat dari intensitas hubungan

keterlibatannya dengan tokoh lainnya. Sebaliknya, tokoh tambahan hanya sedikit

memiliki intensitas keterlibatannya dalam peristiwa cerita, namun kehadiran

tokoh tambahan dapat mendukung cerita dan perwatakan tokoh utama.

Keberadaan tokoh-tokoh ini diperlukan agar tingkah laku dan perbu atan,

peristiwa, dan kejadian yang dialami oleh tokoh utama menjadi wajar, hidup, dan

menarik. Kehadiran tokoh tambahan juga dapat memperjelas tema yang hendak

diusung oleh pengarang.

Dari segi cara menampilkan tokoh di dalam cerita, dibedakan menjadi dua,

yaitu tokoh datar (sederhana) dan tokoh bulat. Tokoh datar merupakan tokoh yang

lebih dominan ditonjolkan satu kualitas pribadi tertentu. Tingkah laku tokoh datar

bersifat monoton, sederhana, dan hanya mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh

bulat merupakan kebalikan dari tokoh datar, ia dapat menampilkan watak dan

tingkah laku yang bermacam-macam.17

Dilihat dari segi fungsi penampilan tokoh dalam cerita dapat berupa tokoh

protagonis, antagonis, dan tritagonis. Tokoh protagonis merupakan

16 Sofia, ibid., hlm.1617 Sofia, ibid., hlm. 17

Page 71: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

146

pengejawantahan dari norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca,

tokoh antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Istilah tokoh tritagonis biasanya

mengacu pada tokoh yang menjadi penengah. 18

Setiap tokoh dalam cerita memiliki perwatakan yang membentuk perilaku

tokoh yang bersangkutan dalam cerita. Panuti -Sudjiman dalam Sofia mengatakan

bahwa penokohan merupakan cara penyajian watak tokoh dan penciptaan citra

tokoh yang dilakukan oleh pengarang. Perwa takan dalam tokoh dimanifestasikan

oleh pengarang melalui ciri -ciri lahir, sifat, dan sikap tokoh. Untuk melihat

penokohan dalam cerita dapat menggunakan metode analitik, dramatik, dan

kontekstual. Metode analitik biasanya pengarang langsung menggambarkan sifat-

sifat tokoh, hasrat, pikiran, dan perasaannya. Dalam teks biasanya secara eksplisit

disebutkan oleh pengarang. Pada cara dramatik, pengarang tidak menggambarkan

sifat-sifat tokoh secara langsung. Pembaca sendiri yang menyimpulkan sifat -sifat

tokoh melalui pikiran, cakapan, dan perilaku tokoh yang digambarkan oleh

pengarang. Adapun metode kontekstual menyimpulkan watak tokoh dari bahasa

yang dipergunakan pengarang di dalam mengacu pada tokoh. 19

Teori di atas merupakan sumber acuan pengkaji untuk mengaka ji novel

Laila Majnun dan Sitti Nurbaya yang akan dibahas selanjutnya.

18 Mido, Op.Cit., hlm.3819 Sofia, Op.Cit., hlm. 18

Page 72: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

147

3.3.1 Anlisis Tokoh

Dalam Novel Laila Majnun, yang menjadi tokoh sentral atau utamanya

adalah Qais atau Majnun. Hal ini dapat dilihat dari intensitas tokoh Majnun yang

sangat tinggi dengan tokoh-tokoh lain, juga karena selalu dimunculkan pengarang

tiap bab cerita dari awal hingga akhir. Isi novel hampir semua perjalanan hidup

Qais dengan seluruh konflik yang dialaminya, mulai ketika ia lahir dengan penuh

kebahagiaan sampai ketika ia mening gal dunia dengan penuh tangis dan derai

airmata.

Dan demikianlah sang Sayid selalu berdo’a, berpuasa, danberderma hingga, ketika ia baru saja akan menyerah, Tuhanakhirnya mengabulkan permintaannya. Ia dianugerahi seoranganak laki-laki, seorang anak yang cantik bagaikan sekuntummawar yang baru mekar, seperti sebuah berlian yangkecemerlangannya dapat mengubah malam menjadi siang. Untukmerayakan kelahiran anak yang didambanya itu, sang Sayidmembuka pundi-pundi hartanya kemudian menyebarkan emasnyaseolah-olah emas itu adalah pasir. Ia ingin membagikebahagiaannya kepada semua orang. Sebuah pesta perayaanbesar-besaran pun diadakan. (hlm 3)

Kutipan di atas adalah gambaran lahirnya Qais sebagai seorang anak yang

sangat diharapakan dan membawa kebahagiaa n pada setiap orang, terutama

keluarganya. Sang Sayid yang telah lama mendambakan hadirnya seorang anak,

akhirnya dapat terwujud. Ia pun membagi kebahagiaannya itu kepada setiap orang

dengan membagi-bagikan hartanya seperti hartanya itu terbuat dari pasir yang

tidak berharga. Namun semua itu tidak bertahan lama, sampai ketika saat Qais

beranjak dewasa dan mengalami jatuh cinta pertama kalinya, semua kesenangan

dan kebahagiaan itu berubah. Qais pun mulai kehilangan kesadaran akibat

cintanya pada Laila yang tak mampu dibendungnya.

Page 73: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

148

Qais tidak dapat menemukan jalan untuk keluar dari kesulitan dankebingungan yang dialaminya. Setelah kehilangan hatinya, kini iajuga kehilangan pikirannya. Yang dapat dilakukannya hanyalahberjalan kesana kemari dalam keadaan tida k sadarkan diri, memujakecantikan Laila dan menceritakan kebaikan -kebaikannya padasemua orang yang ditemuinya.. semakin banyak orang yangberjumpa dan mendengar ucapan -ucapannya, semakin bertambahganjil penampilannya dan semakin aneh tingkah lakunya. La luorang-orang mulai menertawai dan mencemoohnya. Merekameneriakinya, “Inilah dia si orang gila, inilah dia si ‘majnun’!”(hlm 11)

Kutipan di atas merupakan awal kehilangan kesadaran yang juga awal dari petaka

baginya. Dengan hilangnya kesadaran, hilangl ah pula harapannya untuk

mendapatkan Laila. Nama Qais pun secara berangsur berganti menjadi nama

Majnun, nama yang diberikan tiap orang yang melihatnya.

Karena perilakunya yang ganjil ayah Laila tak mengijinkan Qais yang

sudah menjadi Majnun untuk menemui Laila. Ia menaruh beberapa penjaga untuk

mencegah Qais datang menemui Laila sampai pada suatu ketika pada rapat

dengan perdana menteri kalifah, diambil keputusan bahwa Majnun telah

mencemarkan nama baik kabilah dan diperbolehkan mengambil tindakkan

membunuh untuk menjinakkannya.

Tokoh tambahan yang memiliki intensitas keterlibatan tinggi dengan tokoh

utama adalah tokoh Sayid, Ayah Laila, Laila, dan Naufal. Tokoh tambahan yang

memiliki keterlibatan paling tinggi pertama adalah Laila, karena Laila adalah

seorang yang sangat dicintai Qais (Majnun). Semenjak pertemuannya dengan

Laila, Qais merasakan hal yang tidak pernah dirasakannya hatinya. Tokoh Laila

memang bukan penyebab Majnun kehilangan akal sehat, tetapi akibat mencintai

Laila, Majnun menjadi kehilangan kesadaran. Ia selalu menggumamkan Laila

Page 74: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

149

melalui syair-syairnya di mana pun dan kapan pun. Begitu pun apa yang

dilakukan Laila secara diam-diam mengagumi syair-syair yang digumamkan

Majnun dan secara diam-diam mengutarakan isi hatinya dalam kesendirian.

“Duhai belahan hatiku,” desahnya, “Bukankah kita diciptakanuntuk satu sama lain? Betapa mulianya engkau, dan betapa penuhgairahnya hatimu! Betapa menyedihkannya bagiku untukmengingat bahwa hati kita pernah bersatu: sekarang belati dinginperpisahan telah membelah mereka. Andai saja kau dapat berjalanmelewati gerbang itu dan masuk ke dalam taman ini; kemudian,kekasihku, hati kita akan bersatu kembali! Andai saja kau dapatduduk di sampingku dan menatap mataku; maka, kekasihku, kauakan memuaskan hasrat terdalamku. Tapi, mungkin kau telahterlanjur sangat menderita karena aku sehingga kau tidak ingin lagimemiliki cintaku, atau untuk sekedar memandang keindahantaman ini.” (hlm 54-55)

Laila adalah hati Majnun dan meskipun mereka kerap sekali melakukan i nteraksi

secara tidak langsung, dalam artian lebih sering berbalas syair dan berkirim surat

atau melalui perantara orang lain, tetapi apa yang dilakukan Majnun dan Laila

saling mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu saling menjaga cinta mereka

masing-masing

Tokoh tambahan lain yang memiliki intensitas keterlibatan tinggi adalah

sang Sayid, ayah Qais (Majnun). Sang Sayid adalah orang yang sangat

menyayangi Qais (Majnun). Pada awal cerita juga diceritakan bagaimana ia

sangat mengharapkan kehadiran Majnun dala m kehidupannya, dan ketika Majnun

akhirnya hadir dalam kehidupan sang Sayid. Ia mengapresiasikan kesenangannya

itu dengan membagi-bagikan hartanya kepada setiap orang (hlm 3). Untung tak

sapat diraih dan malang tak dapat ditolak, anak kesayangan yang telah dididik dan

diharapkan menjadi seorang yang berhasil dan dapat menggantikannya justru

Page 75: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

150

kehilangan kesadaran. Sisa hidupnya hanya dilakukan untuk mengembalikan

kesadaran Majnun. Berbagai macam usaha telah ia lakukan untuk menyadarkan

anaknya, mulai dari mendoakan anaknya (hlm 20), melamar Laila (hlm 21),

mengajak Majnun untuk pergi haji (hlm 31), sampai ketika saat ia akan meninggal

dunia, ia tetap berusaha untuk menyadarkan Majnun.

“Duhai Anakku! Ayo, temanilah aku sekali lagi untuk sisa usiakuyang sudah tidak banyak lagi tertinggal. Hari -hariku telah berakhir,bagiku, malam telah mendekat. Jika kau tidak pulang bersamakuhari ini, esok kau tidak akan pernah menemukanku lagi. Aku harusberangkat, dan kau harus mengenakan jubahku dan mengambilalih tempatkku. Tidak lama lagi penderitaanku akan berakhir danaku akan berada dalam kedamaian, Insya Allah.” (hlm 124)

Tokoh tambahan berikutnya adalah Ayah Laila. Ayah Laila adalah tokoh

tambahan yang juga memiliki intensitas tinggi dengan Majnun. Ayah Laila adalah

seorang yang sanngat membenci Majnun dan tidak merestui jika Laila harus

bersama Majnun. Baginya lebih baik Laila dibunuh bila harus bersama dengan

Majnun.

“...Sekarang waktunya kau untuk memutuskan. Jika kau akanmembiarkan anakku hidup, maka aku akan sa ngat berterima kasih.Jika kau berniat membunuhnya, maka bunuhlah dia! Sembelihlahlehernya dengan belatimu, hujamkan pedangmu ke dalamjantungnya, injak-injak tubuhnya oleh kaki-kaki kudamu jika kaumenginginkannya. Aku tidak akan melawan.”“Tapi ada satu hal yang tidak dapat aku terima. Tidak akan pernahselagi aku masih ayahnya, kuserakan anakku kepada orang sintingini, kepada iblis dalam bentuk manusia ini, kepada orang gila ini,kepada ‘Majnun’ ini – tidak akan pernah! Lebih baik aku ikatorang gila ini dengan rantai besi dan penjarakan ia, bukan diikatoleh tali pernikahan dan membiarkannya berkeliaran!” (hlm 79 -80)

Tokoh tambahan lain adalah Naufal. Naufal adalah sahabat Majnun, orang

yang sangat mendukung Majnun untuk mendapatkan Laila. Naufal per tama kali

Page 76: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

151

bertemu Majnun ketika ia menemukan Majnun meringkuk di padang pasir.

Setelah mendengarkan cerita tentang Majnun dari bujangnya, akhirnya Naufal

merasa empati dan berjanji akan membawakan Laila pada Majnun. Naufal adalah

satu-satunya tokoh yang berhasil membuat Majnun tersenyum dan kembali

berharap, walapun untuk sejenak.

Majnun bahagia, namun Naufal lebih bahagia lagi, karena dialahyang menciptakan keajaiban ini. Ia bagaikan awan di musim panasyang mencurahkan air hujannya di bumi yang gersang. Setiap hari,ia akan membawakan hadiah-hadiah baru untuk temannya yangbaru sembuh; tidak ada satu pun yang terlalu mahal atauberlebihan-lebihan. Ia menjaga Majnun tetap disisinya sepanjangwaktu, menolak untuk berpisah darinya bahkan untuk semenit pun.(hlm 65)

Tokoh-tokoh tambahan dalam novel yang sedikit sekali muncul, tetapi

memiliki keberadaan yang sangat berarti guna menjelaskan sifat dari tokoh utama

antara lain Ibunda Majnun (180), ibunda Laila (55), Salim Amiri (paman Majnun)

(hlm 173), perdana menteri kalifah (hlm 36), seorang anggota kabilah (hlm 36),

seorang badui (hlm 37), bujang Naufal (hlm 55), prajurit Naufal (hlm 72),

pemburu 1 (hlm 85), pemburu 2 (hlm 93), perempuan tua (hlm 98), perantara (hlm

105), laki-laki berjubah hitam (hlm 113), pemburu 3 (hlm 131), orang tua (hlm

154).

Berdasarkan cara menampilkannya, tokoh dalam cerita dibedakan menjadi

dua, yaitu tokoh datar dan tokoh bulat. Dalam cerita rekaan, tokoh datar

diungkapkan satu segi watak atau sikap tertentu saja dari si tokoh. T okoh datar

bersifat statis dan monoton; watak tokoh datar sedikit sekali berubah, bahkan

tidak berubah sama sekali dalam cerita. Sedangkan tokoh bulat merupakan

Page 77: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

152

kebalikan dari tokoh datar, ia dapat menampilkan lebih dari satu ciri segi watak

dalam cerita sehingga tokoh itu dapat dibedakan dari tokoh yang lain. Berbagi

watak tokoh itu tidak ditampilkan sekaligus, tetapi berangsur -angsur mengalami

perbuahan mengikuti perubahan keadaan. Tokoh bulat ini lebih menyerupai

kehidupan manusia yang sesungguhnya.

Tokoh utama dalam cerita, yaitu Qais (Majnun), dapat digolongkan ke

dalam tokoh bulat yang memiliki beragam tingkah laku. Perubahan karakter sudah

dimulai pada awal-awal cerita dan setelah ia mengalami kehilangan kesadaran,

perubahan sikap dan tingkah laku ke rap kali terjadi. Pada awal cerita Qais

digambarkan sebagai seorang yang tampan dan pandai. Kepandaian yang

dimilikinnya jauh melebihi teman-temannya.

Qais adalah seorang murid yang tekun dan memiliki semangatbelajar yang tinggi. Dalam waktu yang singka t, ia telahmengalahkan teman-teman sekelasnya dalam semua bidangpelajaran. Ia adalah murid terbaik yang pernah diajari oleh sangguru. Qais sangat unggul dalam membaca dan menulis. Ketika iaberbicara, baik itu dalam diskusi serius atau hanya sebuahpercakapan biasa, lidahnya akan menebarkan mutiara -mutiarakearifan. Betapa menyenangkan bila mendengarkannya bicara.(hlm 5)

Akan tetapi, setelah ia berjumpa dengan Laila dan mencintainya, perlahan -lahan

kepandaian serta ketampanannya memudar dan akhirnya me nghilang ketika ia

kehilangan hati dan kesadarannya.

Qais tidak dapat menemukan jalan untuk keluar dari kesulitan dankebingungan yang dialaminya. Setelah kehilangan hatinya, kini iajuga kehilangan pikirannya. Yang dapat dilakukannya hanyalahberjalan kesana kemari dalam keadaan tidak sadarkan diri, memujakecantikan Laila dan menceritakan kebaikan -kebaikannya padasemua orang yang ditemuinya. Semakin banyak orang yangberjumpa dan mendengar ucapan -ucapannya, semakin bertambahganjil penampilannya dan semakin aneh tingkah lakunya. Lalu

Page 78: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

153

orang-orang mulai menertawai dan mencemoohnya. Merekameneriakinya, “Inilah dia si orang gila, inilah dia si ‘majnun’!”(hlm 11)

Mulai saat itulah orang-orang mengganti nama Qais dengan sebutan Majnun,

yang berarti orang gila. Dan mulai saat itu pula ia berkeliaran ke sana ke mari

dengan keadaan yang sangat tak terurus, hingga akhirnya ia memutuskan untuk

mengasingkan diri ke gurun pasir.

Setelah kepergiannya meninggalkan semua kenanagan persahabatan,

keluarga, hingga rasa lapar, nyaris tidak ada orang yang mampu mengubah

pemikirannya untuk kembali menjadi Qais, bahkan ayah dan seluruh keluarganya

tidak mampu untuk menghidupkan harapannya sedikit pun. Tapi tidak disangka,

suatu saat datang seseorang yang mampu menghidupkan h arapannya kembali,

yaitu Naufal. Walapun hanya sejenak, tetapi disedikit waktu itu Majnun telah

berubah kembali menjadi Qais. Bersama Naufal Majnun tidak pantas lagi disbeut

Majnun, karena untuk pertama kalinya ia mandi dan memakai pakaian yang layak.

Harapannya mulai tumbuh kembali, juga semangatnya yang telah mati kembali

hidup.

Di bawah perlindungan teman barunya, Majnun tidak pantas lagidijuluki “Majnun”. Hanya dalam beberapa hari kegilannya telahmenghilang dan ia telah berubah menjadi Qais lagi, seor angpemuda terhormat yang mulia dan tampan seperti dulu. Untukpertama kalinya setelah berbulan -bulan ia mandi; kemudian iamengenakan serban dan jubah terbaik yang telah disiapkan Naufaluntuknya. Selera makannya telah kembali dan ia makan danminum dengan bernafsu, ditemani oleh kawan -kawan barunya,melantunkan puisi dan sajak-sajaknya pada mereka dan bukan lagipada angin dan awan. Rona kembali mengalir di pipinya yangcekung dan pucat; setelah bungkuk seperti ilalang yang patah, iakini berdiri tinggi dan tegap bagaikan sebuah pohon muda yangkokoh. Bunga, yang mahkotanya dulu disapu badai, mulai mekarkembali. (hlm 64)

Page 79: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

154

Perubahan itu tidak bertahan lama, karena setelah Naufal gagal

mewujudkan janjinya dan memberikan Laila pada Majnun, ia kembali kehil angan

kesadarannya. Majnun pun kembali menyendiri ke gurun pasir dan hidup bersama

binatang-binatang yang dianggapnya sebagai keluarga.

Semenjak itu tidak ada lagi yang mampu membuat Majnun berubah

kembali menjadi Qais. Perlahan-lahan penderitaan datang bertubi-tubi, mulai dari

ayah yang sangat sayang padanya meninggal dunia, lalu ibunya pun akhirnya

turut meninggalkannya, hingga akhirnya Laila yang merupakan satu -satunya

orang yang disayanginya meninggal, ia pun dengan perlahan menuju ajalnya

dalam kesedihan yang tak terhingga.

Tokoh-tokoh tambahan dalam novel yang merupakan tokoh -tokoh yang

dapat digolongkan ke dalam tokoh datar (sederhana). Tokoh -tokoh tambahan ini

hanya sedikit sekali mengalami perubahan watak, sehingga karakternya bersifat

monoton.

Jika dilihat dari segi fungsi penampilan tokoh dalam cerita dapat berupa

tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Pada waktu membaca sebuah novel,

pembaca sering mengidetifikasikan diri, memberikan simpati dan empati, atau

melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tertentu. Tokoh yang disikapi

demikian disebut tokoh protagonis. Tokoh protagonis merupakan

pengejawantahan dari norma-norma ideal bagi pembaca. Dalam cerita ini tokoh -

tokoh protagonis diwakili oleh tokoh Qais (Majnun), Ayah Majnun, Ibund a

Majnun, Laila, Naufal, dan Salim Amiri. Majnun merupakan seorang yang

Page 80: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

155

kesadarannya menghilang karena memperjuangkan cintanya yang telah

terpisahkan oleh takdir. Ayah Majnun merupakan seseorang yang selalu berusaha

untuk membuat Majnun kembali dalam kesad arannya. Ibunda Majnun merupakan

sosok orangtua yang amat sayang pada Majnun, sama seperti ayah Majnun yang

berusaha untuk mengembalikan kesadaran Majnun. Naufal merupakan sahabat

terbaik Majnun yang membela dan memperjuangkan apa yang diinginkan

Majnun, dan Naufal adalah satu-satunya orang yang sempat memberikan

kebahagiaan pada Majnun dan mengembalikan kesadarannya, walapun ternyata

hanya sementara. Salim Amiri merupakan paman Majnun yang sangat sayang dan

berusaha untuk menyadarkan Majnun. Adapun tokoh a ntagonis merupakan tokoh

yang menjadi penentang utama dengan tokoh protagonis. Tokoh ini diwakili oleh

Ayah Laila, Ibunda Laila, Perdana Menteri kalifah, dan Seorang Badui. Mereka

semua merupakan orang yang menentang dan menghalangi cinta Majnun pada

Laila. Sedangkan yang tergolong tokoh tritagonis atau netral adalah Ibnu salam,

Salam, pemburu 1, pemburu 2, perempuan, bujang Naufal, pemburu 3, perantara

Ibnu Salam, dan laki-laki berjubah. Semuanya merupakan orang -oarang yang

tidak mencampuri permasalahan ut ama, karena masing-masing memiliki

permasalahan lain yang berbeda dengan permasalahan utama.

Setelah membahas tokoh novel Laila Majnnun, selanjutnya kita akan

membahas tokoh dalam novel Sitti Nurbaya. Jika dalam novel Laila Majnun

dalam segi kapasitas peran yang menjadi tokoh sentral adalah Qais (Majnun),

maka dalam novel Sitti Nurbaya yang menjadi tokoh sentral adalah Samsulbahri.

Hal ini dapat terlihat dari intensitas kehadiran tokoh Samsulbahri yang tinggi

Page 81: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

156

dalam novel, dari awal hingga akhir, juga keter libatannya dengan tokoh-tokoh

lain. Novel Sitti Nurbaya secara umum berisi perjuangan cinta Samsulbahri dalam

mendapatkan Sitti Nurbaya kekasihnya. Sampai pada ketika Sitti Nurbaya

meninggal, tujuan dari Samsulbahri berubah menjadi balas dendam atas kemati an

Sitti Nurbaya.

“Heran,” katanya dalam hati, tatkala ia duduk termenung seorangdiri, di atas sebuah batu, dalam pekarangan sekolah, “mimpikuyang dahulu itu datang pula menggoda pikiranku. Senanglahhatiku, tatkala ingatan kepada mimpi celaka itu mulai hilang; akantetapi apakah sebabnya sekarang ini datang pula sekonyong -konyong menggoda hatiku?... (hlm 111))

Kutipan di atas merupakan awal cerita penderitaan yang dialami

Samsulbahri. Sekiranya ia mulai kembali terganggu oleh mimpi -mimpi buruk

yang merupakan pertanda baginya atas peristiwa yang akan ia alami bersama Sitti

Nurbaya nanti. Pada kenyataannya, di kapung halamannya, Sitti Nurbaya sudah

mengalami banyak musibah, semua harta kekayaan milik ayahnya, baginda

Sulaiman, ludes dan menyisakan hutang pada seorang rentenir jahat, Datuk

Meringgih, hingga akhirnya Sitti Nurbaya terpaksa menikah dengan Datuk

Meringgih demi menolong ayahnya. Mendengar cerita itu, ia pun sangat sedih

atas peristiwa yang terjadi pada kekasihnya, juga geram pada Datuk Meringgi h

yang telah mencelakai kekasihnya.

“Sungguh, Nur, “ jawab Samsu. “Apa sebabnya hatiku akanberubah kepadamu? Atas halmu pada waktu ini, tak boleh akuberkecil hati, karena sekalian itu bukan kesalahanmu, melainkangerak daripada Tuhan juga. Seharusnya kar ena engkau telahditimpa bahaya sedemikian itu, tambah kasih sayangku kepadamu,karena pertolongan dan berlaku atas dirimu pada waktu engkaudalam kesusahan ini, akan amat berharga. Janganlah engkau syakwasangka kepadaku! Walau bagaimana sekalipun, engkau tinggaladikku, tak dapat dan tak boleh kubuang -buang. Tali yang telah

Page 82: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

157

memperhubungkan aku dengan engkau, telah tersimpul mati, takdapat diungkai lagi. Dagingmu telah menjadi dagingku, darahmutelah menjadi darahku; siapa dapat menceraikan kita?” (hlm 13 4)

Apa yang terjadi pada Sitti Nurbaya rupanya tidak membuat cintanya

hilang begitu saja, justru ia malah semakin sayang kepada Sitti Nurbaya atas

musibah yang telah ditimpakan Datuk Meringgih padanya. Semuanya adalah

kesalahan dari Datuk Meringgih yang t elah menghancurkan kehidupan Sitti

Nurbaya demi harta dan kekuasaan dalam perdagangan. Kejadian ini pun

membuatnya sangat benci pada Datuk Meringgih.

Tokoh tambahan yang memiliki intensitas keterlibatan yang tinggi dengan

tokoh utama adalah Sitti Nurbaya, Sutan Mahmud, dan Datuk meringgih. Tokoh

tambahan yang paling tinggi intesitasnya dengan tokoh utama adalah tokoh Sitti

Nurbaya. Sitti Nurbaya merupakan kekasih samsulbahri. Keterlibatan tokoh ini

sangatlah besar. Sitti Nurbaya merupakan orang yang menjadi alasan Samsulbahri

dalam melakukan setiap tindakkan yang diambilnya.

Aku tiada tekata-kata lagi; sejak terbakar toko-toko ayahku, hatikutak dapat kusenangkan. Acapkali menangislah aku pada malamhari mengenang nasibku yang malang ini. Mimpimu pun selaluterbayang-bayang di mataku. Setelah Datuk Meringgih menagihpiutangnya, tiadalah aku dapat tidur setiap malam, melainkanselalu menangis bersedih hati. Kerap kali aku terkejut, karenasebagai kelihatan olehku Datuk Meringgih datang menguasai aku.Dengan demikian, badanku menjadi kurus kering tinggal kulitpembalut tulang. Jika engkau lihat aku sekarang ini, pastilah takkenal lagi engkau kepadaku. Demikianlah perubahan badannku,karena sedih, susah, takut, dan makan hati.” (hlm 117)

Keterlibatan Sitti Nurbaya terhadap tokoh Samsulbahri dapat dilihat ketika

Sitti Nurbaya mulai mengalami musibah yang bertubi -tubi. Setelah semua

Page 83: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

158

tokonya terbakar, kapal-kapal pengangkut barangnya tenggelam, kebun kelapanya

busuk, dan orang-orang yang berhutang pada ayahnya me nghilang untuk tidak

membayar, maka lengkaplah penderitaan yang dialami oleh Sitti Nurbaya karena

ia harus menjadi istri dari Datuk Meringgih, orang yang berperan besar dalam

musibah-musibah itu. Penderitaan yang dialami oleh Sitti Nurbaya inilah yang

membuat Samsulbahri geram pada Datuk Meringgih, sehingga pertentangan pun

mulai terukir antara Datuk Meringgih dengan Samsulbahri.

Tokoh tambahan lainnya adalah Datuk Meringgih. Merupakan tokoh yang

paling dibenci oleh Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Datuk Mer inggih merupakan

seorang rentenir tamak, pelit, dan tua yang telah melakukan perbuatan curang

dalam persaingan dagang dengan Baginda Sulaiman, Ayah Sitti Nurbaya. Ia

adalah otak dari semua kehancuran dan musibah yang dialami Sitti Nurbaya

seperti yang telah dibicarakan sebelumnya. Ia pun memberikan pinjaman kepada

Baginda Sulaiman dengan maksud lain di baliknya. Dengan begitu, setelah jatuh

tempo, akhirnya ia pun memberikan pilihan pada Baginda Sulaiman untuk masuk

penjara atau merelakan Sitti Nurbaya menja di istrinya karena tidak mampu

membayar.

“Oleh sebab hendak menolong aku, anakku menyerahkan dirinyakepadamu, untuk memuaskan hawa nafsumu dan hatimu, yangsebagai hati binatang itu.” Kata ayahku kepada Datuk Meringgih.“barulah sekarang kuketahui bahwa kejatuhanku ini semata-matakarena perbuatanmu juga karena busuk hatimu, dengki dan takdapat engkau melihat orang lain berharta seperti engkau. Denganberbuat pura-pura bersahabat karib dengan aku, kau perdayakanaku, sampai jatuh ke dalam tanganmu dan ha rus menurut sebarangkehendakmu yang keji itu. Tetapi tak apa, Datuk Meringgih!Tuhan tiada buta; lambat laun negkau beroleh juga hukuman ataskhianatmu ini, lalu ayahku menuntun aku masuk ke dalam rumah.”(hlm 120-121)

Page 84: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

159

Tokoh berikutnya yang memiliki int ensitas keterlibatan tinggi dengan

tokoh utama adalah Sutan Mahmud. Sutan Mahmud adalah ayah dari Samsulbahri

yang sebetulnya sangat menyayangi Samsulbahri. Meskipun secara adat

Samsulbahri bukalah tanggungjawabnya, tetapi ia tetap menanggung dan

menyekolahkan Samsulbahri hingga ke jenjang yang tinggi, walapun dengan

perbuatannya itu ia dimusuhi oleh saudaranya, Hamzah dan Rubiah. Kesalahan

besarnya muncul dari reaksi spontan, yaitu mengusir Samsulbahri dari rumah dan

berkata tidak menganggapnya anak. Perny ataan itulah yang membuat Samsulbahri

kabur dari rumah dan tidak memiliki pegangan hidup lagi.

Setelah berhenti sejurus, berkata pula Sutan Mahmud,“Kesalahanmu ini tak dapat aku ampuni, karena sangat memberiaib. Pergilah engkau dari sini! Sebab aku tak h endak mengakuiengkau lagi. Yang berbuat demikian, bukan anakku.” (hlm 156)

Tokoh-tokoh tambahan dalam novel yang sedikit sekalli muncul dalam

cerita, tetapi keberadaan mereka tetap diperlukan untuk menunjang dan

menjelaskan sifat tokoh utama antara lain tokoh Pak Ali, Baginda Sulaiman,

Rukiah, Rubiah, Hamzah, Bahtiar, Arifin, Sitti maryam, Pendekar Lima, Putri

Kamariah, Sitti Alimah, Van Sta. Tokoh Kapten yang memrintahkan Letnan Mas

dan Vansta untuk menangani kerusuhan di Padang, dan polisi yang memerik sa

Sitti Nurbaya di Jakarta.

Berdasarkan cara menampilkannya, tokoh utama dalam cerita, yaitu

Samsulbahri, dapat digolongkan ke dalam tokoh bulat yang memiliki beragam

tingkah laku. Tokoh Samsu pada awal cerita digambarkan sebagai seorang

Page 85: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

160

periang, pintar, pemberani, dan baik hati. Pada awal permasalahan muncul pun

digambarkan bagaimana tokoh Samsulbahri ini dengan tenang menghadapi semua

masalahnya.

“Sungguh, Nur”, jawab Samsu. “Apa sebabnya hatiku akanberubah kepadamu? Atas halmu pada waktu ini, tak bole h akuberkecil hati, karena sekalian itu bukan kesalahnmu, melainkangerak daripada Tuhan juga. Seharusnya karena engkau telahditimpa bahaya sedemikian itu, tambah kasih sayangku kepadamu,karena pertolongan dan berlaku atas dirimu pada waktu engkaudalam kesusahan ini, akan amat berharga. Janganlah engkau syakwasangka kepadaku! Walau bagaimana sekalipun, engkau tinggaladikku, tak dapat dan tak boleh kubuang -buang. Tali yang telahmemperhubungkan aku dengan engkau, telah tersimpul mati, takdapat diungkai lagi. Dagingmu telah menjadi dagingku, darahmutelah menjadi darahku; siapa dapat menceraikan kita?” (hlm 134)

Perubahan sikap juga terjadi ketika Samsulbahri bertemu dengan Datuk

Meringgih. Darahnya mendidih ketika melihat Datuk Meringgih dihadapannya .

Karena dendamnya yang amat sangat, ia pun tak mampu lagi menjaga sikapnya

walaupun pada saat itu ia memang melakukan sebuah kesalahan besar.

Mendengar maki nista ini, merah padamlah muka DatukMeringgih, lalu diangkatnya tongkatnya dan dipalukannya kepa daSamsu. Tetapi tatkala itu juga Samsu melompat ke kiri, serayamenarik Nurbaya, sehingga palu Datuk Meringgih itu jatuhmengenai bangku, tempat mereka duduk tadi dan dengan segeraSamsu melompat ke hadapan, meninju muka Datuk Meringgihdengan kedua belah tangannya berturut-turut, serta kakinya punmenendang perut lawannya ini, sehingga jatuh Datuk Meringgih,terbanting ke tanah, lalu berteriak minta tolong, “Pendekar Limat,tolong aku!” (hlm 152)

Kelanjutannya, tekanan demi tekanan yang dialami Samsulbah ri berhasil

membuatnya menjadi patah arang sehingga ia sempat melakukan percobaan

bunuh diri ketika Sitti Nurbaya meninggal dunia karena di bunuh oleh Datuk

Page 86: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

161

Meringgih. Meskipun percobaan bunuh dirinya tidak berhasil dan ia bisa

diselamatkan, tetapi semua orang hanya tahu kalau Samsulbahri sudah meninggal

dunia. Maka muncullah kembali Samsulbahri dengan mengganti namanya

menjadi letnan Mas. Semenjak inilah kehidupannya dijalaninya hanya untuk

membalaskan dendam pada Datuk Meringgih.

Samsulbahri yang dahulu merupakan seorang pelajar yang bercita -cita dan

bersekolah untuk menjadi dokter berubah menjadi seorang tentara, seorang letnan

yang gagah berani yang ditakuti oleh setiap musuh -musuhnya dalam peperangan.

Tatkala kami akan lari, kudengar musuh berteriak, “Kafir hitam,,Mas! Kafir hitam, Mas!”

Rupanya telah dikenalnya namaku. Lagi pula dalam peperangan ituTeuku Putih kena kelewang sedaduku. Oleh sebab itu undurlahmusuh selangkah-selangkah, sehingga akhirnya tiada kedengaranlagi suara bedilnya. (hlm 241)

Sifat sayangnya pun berubah menjadi menjadi sifat pendendam saat

berhadapan dengan Datuk Meringgih untuk kedua kalinya. Ia menganggap Datuk

Meringgih adalah seseorang yang telah memiliki kesalahan besar dan patuh untuk

dibunuh. Ia pun melakukan perlawan an yang ekstrim dengan membunuh Datuk

Meringgih sebagai pembalasan sakit hatinya.

Setelah sejurus berdiam diri, berkatalah pula Samsulbahri denganmenyapu air matanya, yang tak dapat ditahannya, “Hai DatukMeringgih! Sekarang akan kuperlihatkan kepadamu, b ahwa adalagi yang lebih berkuasa dari hartamu itu. Walapun seratus kalilebih banyak hartamu dari yang ada sekarang ini, tiadalah akan iadadpat mengubah pikiranku, hendak membalas kejahatanmu itu datiadalah dapat ia menolong melepaskan engkau dari dala mtanganku. Terimalah olehmu hukumanku!” lalu Samsulbahrimengangkat pestolnya, menembak Datuk Meringgih. Tetapi tatkalaitu juga Datuk Meringgih melompat ke muka, menetakSamsulbahri dengan parangnya, sambil berteriak, “Rasailah pulaolehmu bekas tanganku , hai anjing Belanda!”

Page 87: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

162

Setelah itu juga rebahlah keduanya ke tanah; Datuk Meringgihkena peluru Samsulbahri, yang menembus dada dan jantungnyadan Samsulbahri, karena kena parang Datuk Meringgih kepalanya.(hlm 263)

Pada dasarnya perubahan sikap atau t ingkah laku Samsulbahri sebagai

bentuk resistensi seseorang yang mengalami tekanan dalam hidupnya.

Permasalahan kehidupan yang pelik yang dialami Samsulbahri memuncak ketika

Sitti Nurbaya meninggal dunia karena perbuatan dari Datuk Meringgih, ia pun

bertekad akan membalaskan dendam sakit hatinya juga sakit hati Sitti Nurbaya.

Walapun ia harus menerima konsekuensi dari perlawanan yang ia lakukan, yaitu

harus mati di tangan Datuk Meringgih.

Tokoh-tokoh tambahan dalam novel merupakan tokoh -tokoh yang dapat

digolongkan ke dalam tokoh datar (sederhana). Tokoh -tokoh tambahan ini hanya

sedikit sekalli mengalami perubahan watak, sehingga karakternya bersifat

monoton.

Jika dilihat dari segi fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh

Samsulbahri merupakan wakil dar i tokoh-tokoh protagonis. Samsulbahri adalah

tokoh yang berjuang untuk mendapatkan cinta dan keadilan dalam hidupnya.

Sedangkan Sitti Nurbaya merupakan tokoh yang disayangi Samsulbahri yang

menjadi objek kejahatan. Sitti Nurbaya dan Samsulbahri berdua berj uang untuk

mendapatkan cinta mereka. Adapun tokoh antagonis diwakili oleh Datuk

meringgih, pendekar lima, dan pendekar empat. Ketiganya merupakan tokoh -

tokoh penentang utama yang berhubungan langsung dengan tokoh Samsulbahri.

Ketiga tokoh inilah yang menyebabkan kesengsaraan pada Samsulbahri.

Page 88: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

163

Sedangkan tokoh Tritagonis adalah tokoh -tokoh yang tidak berhubungan

langsung dengan tokoh utama dan tidak mencampuri permaslaahan tokoh utama.

Tokoh tritagonis ini diwakili oleh kusir Ali, Rukiah, Rubiah, Hamzah, Bah tiar,

Putri Kamariah, Sitti Alimah, dan Arifin.

3.3.2 Anlisis Penokohan

Dalam novel Laila Majnun, penokohan kebanyakan didasarkan pada

metode analitik dan metode dramatik yang dimanfaatkan untuk memudahkan

pembaca dalam mengenali watak para tokoh. Deskripsi me ngenai tokoh Qais

digambarkan dengan metode analitik dan metode dramatik oleh pengarang,

sebagaimana yang terlihat dalam kutipan berikut:

...Ia dianugerahi seorang anak laki -laki, seorang anak yang cantikbagaikan sekuntum mawar yang baru mekar, seperti s ebuah berlian yangkecemerlangannya dapat mengubah malam menjadi siang... (hl m 3)

Setahun setelah berlalu, kecantikkan bayi laki -laki itu telah merekahsempurna. Ia tumbuh menjadi seorang anak yang ceria dan periang –sekuntum bungan yang dirawat penuh ke lembutan di dalam kebun mawarkebahagiaan masa kanak-kanak.di akhir usianya yang ke tujuh, garis -gariskedawasaan mulai tampak di pipinya yang semerah mawar. Siapapun yangmemandangnya, bahkan dari kejauhan sekalipun, akan mendoakankeberkahan Tuhan atasnya. Dan di akhir usianya yang kesepuluh, orang -orang menceritakan kisah-kisah tentang ketampanannya seolah -olahmereka sedang mengisahkan sebuah dongeng. (hlm 3 -4)

Pada kutipan di atas secara analitik terlihat bahwa Qais memiliki wajah

yang tampan semenjak ia terlahir. Sebuah anugrah yang diberikan Tuhan atas

dirinya, sehingga ia menjadi pembicara setiap orang yang melihatnya. Bukan

hanya tampan, tetapi Qais memiliki kepandaian yang jauh melebihi teman -teman

sebayanya. Pengarang menggambarkannya sebagai se seorang yang sempruna,

Page 89: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

164

baik fisik maupun kepandaiannya, sebagaimana yang terlihat dalam kutipan

paragraf berikut:

Qais adalah seorang murid yang tekun dan memiliki semangat belajaryang tinggi. Dalam waktu yang singkat, ia telah mengalahkan teman -teman sekelasnya dalam semua bidang pelajaran. Ia adalah murid terbaikyang pernah diajari oleh sang guru. Qais sangat unggul dalam membacadan menulis. Ketika ia berbicara, baik itu dalam diskusi serius atau hanyasebuah percakapan biasa, lidahnya akan menebarkan mutiara-mutiarakearifan. Betapa menyenangkan bila mendengarkannya bicara (hlm 5).

Bedasarkan kutipan di atas secara analitik Majnun digambarkan pengarang

sebagai seseorang yang bijaksana dan pandai dalam berbicara. Ia juga

digambarkan sebagai seseorang yang pandai dalam membuat syair -syair yang

indah sehingga setiap kata yang diucapkannya mampu membuat orang terpana.

Selain kesemuanya itu, jika dilihat secara analititk, ternyata Qais juga

merupakan seseorang yang memiliki pribadi yang lemah. Secara tidak sadar

cintanya kepada Laila justru membuat dia terpuruk dan semakin kehilangan

kesadaran. Hidup dengan penuh kebahagian sontak hilang dari hadapannya dan ia

pun memilih untuk hidup bebas dalam kesendirian.

Qais tidak dapat menemukan jalan untuk keluar da ri kesulitan dankebingungan yang dialaminya. Setelah kehilangan hatinya, kini iajuga kehilangan pikirannya. Yang dapat dilakukannya hanyalahberjalan kesana kemari dalam keadaan tidak sadarkan diri, memujakecantikan Laila dan menceritakan kebaikan -kebaikannya padasemua orang yang ditemuinya. Semakin banyak orang yangberjumpa dan mendengar ucapan -ucapannya, semakin bertambahganjil penampilannya dan semakin aneh tingkah lakunya. Laluorang-orang mulai menertawai dan mencemoohnya. Merekameneriakinya, “Inilah dia si orang gila, inilah dia si ‘majnun’!”(hlm 11)

Page 90: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

165

Kutipan di atas jelas menunjukkan bagaimana Majnun mulai kehilangan

pikiran jernihnya ketika ia harus terpisahkan dari cintanya, Laila. Semakin lama ia

menjadi semakin kehilangan kesadaran. Ia p un tidak mempedulikan orang-orang

disekitarnya, bahkan ia tidak mempedulikan dirinya sendiri, sehingga ketika

oranng-orang memanggilnya dengan sebutan “Majnun”, orang gila, ia tidak

peduli. Dalam pikirannya hanya ada satu, yaitu memuja kecantikan Laila dan

memberitahukannya kepada seluruh dunia kalau Laila adalah seorang yang

sempurna baginya.

Secara dramatik terlihat pula kalau Qais adalah seorang pribadi yang

lemah. Secara sadar ia mengetahui kalau ia menderita karena cintanya pada Laila,

akan tetapi apa yang dilakukannya? Ia justru tetap menjaga perasaan itu pada saat

semua orang yang menyayanginya menasehati dan mengajaknya untuk berpikir

dengan jernih, bahkan sampai meminta kepada Tuhan agar perasaan itu tetap

berada di hatinya walapun ia harus mengala mi berbagai macam penderitaan. Yang

dilakukannya hanyalah mengikuti kata hatinya tanpa menggunakan pikiran

jernihnya.

Teman-teman Majnun mendatangi Majnun dan mulaimempengaruhi dia. “ kenapa engkau hanya mengharapkan Laila?”ujar mereka. “ Ada banyak gadi s-gadis lain di kabilahmu sendiriyang sama menariknya dengan Laila: harum wanginya, cantikbagaikan melati dan bibirnya seperti kuncup mawar, serta mataseperti bunga narsis – gadis-gadis cantik yang barangkali bahkanlebih menarik daripada gadis yang tel ah mencuri hatimu itu!Ayolah, daripa terus menerus menyiksa hatimu yang malang hanyakarena seorang yang tidak dapat kau miliki, temukan seseorangyang akan menentukan dan mengisi hatimu dengan kebahagiaan!Pilihlah seorang istri dari kabilahmu sendiri, s eorang teman hidupyang layak untukmu. Lupakan Laila. Relakan saja dia pergi!” (hlm25)

Page 91: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

166

“Laila, kekasihku, belahan hatiku! Aku adalah budakmu,korbanmu: aku adalah sang pemburu yang tertangkap oleh hewanburuannya! Jiwaku tidak mampu melawan tuan yangmemilikinya. Jika dia berkata, ‘Minum anggur cinta danmabuklah!’, maka aku akan menurut; jika dia berkata, ‘Jadilah gilaoleh hasrat!’, siapakah aku hingga berani melawannya? Tidakmungkin orang gila seperti Majnun bisa dijinakkan, makajanganlah coba menjinakkanku. Harapan apa lagi yang ada bagihati yang telah remuk seperti hatiku? Satu -satunya keinginankuadalah agar tanah dibawahku terbuka dan menelanku hidup -hidup,atau sebuah halilintar akan keluar dari langit dan menyambarkumati! Siapakah yang dapat mengantarkanku ke hadapan malaikatmaut? Adakah orang yang dapat menyelamatkan diriku dari dirikusendiri, hingga seluruh dunia akan menjadi aman dari kegilaanku?Aku sungguh-sungguh gila; aku adalah orang aneh, tidak waras,iblis dalam bentuk manusia. Aku adalah aib bagi keluargakusendiri dan menjadi duri dalam daging kabilahku: jika namakudisebut, maka semua orang yang mengenalku akan menundukkankepalanya karena malu. Siapa pun boleh menumpahkan darahku:aku tidak akan menuntut balas. Karena aku adalah orang yang laridari hukum, maka, siapa pun yang membunuhku tidak akandihukum.” (hlm 27-28)

“Duhai Tuhanku! Biarlah ia mencaci -makiku, menghukumku,menyiksaku – aku tidak peduli. Aku rela mengorbankan hidupkudemi keindahannya. Bukankah kau dapat meliha t bagaimana akuterbakar karena dia? Dan meski aku mengetahui bahwa aku tidakakan pernah terbebas dari kepedihan ini, aku rela. Karena memanginilah takdirku. Karena itu, demi Tuhan, demi Engkau dan demicinta, biarkan cintaku tumbuh semakin kuat di setia p waktu yangberlalu. Cinta adalah satu-satunya yang kumiliki, cinta adalahdiriku apa adanya, dan cinta adalah satu -satunya tujuan akhirhidupku!” (hlm 33-34)

Secara analitik terlihat bagaimana Majnun adalah seorang pribadi yang

plin-plan dan tidak punya pendirian. Ia tidak bisa mengendalikan pikirannya,

karena kebenaran menurutnya hanyalah untuk Laila. Secara analitik pengarang

banyak mennggambarkan tokoh Majnun melalui dialog tokoh lain dalam cerita.

Hal ini dapat dilihat dari pendapat prajurit Naufal, penasehat Naufal, dan

Page 92: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

167

masyarkat (tokoh tambahan yang mengukuhkan Majnun sebagai seorang yang

benar-benar pantas untuk disalahkan).

...“Kenapa engkau ini, Tuan? Mengapa engkau menikmati perangini dari kejauhan? Dan mengapa engkau bersorak gembira ketikapasukan musuh berhasli bergerak maju? Apakah engkau lupabahwa kami di sini demi engkau? Tidakkah kau sadari bahwa kamisemua di sini mempertaruhkan nyawa demi engkau?” (hlm 72)

“Orang tua itu benar,” katanya, “Orang gila ini, Majnun, adalahbudak nafsu. Pikiran-pikiran penghianatan dan pemberontakkanmendominasi seluruh dirinya. Dia tidak cocok untuk melamarsiapa pun untuk dinikahi. Jelas sekali pikirannya tidak waras dankita tidak bisa mecayainya...” (hlm 81)

... “Apa maksud perbuatanmu ini? Kelakua n apa ini? Untukpertama kalinya, setidaknya dalam kertas, kau dan kekasihmudisatukan, tapi kau malah menyobek dirimu dari dia, bahkanmembuang dia. Jelaskan ini! (hlm 156)

Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bagimana Majnun menjadi

seseorang yang sangat plin-plan, tidak memiliki pendirian, bahkan dapat

dikatakan sebagai penghianat. Pada saat sahabatnya mempertaruhkan nyawa

melawan musuh untuk memenuhi keinginan dirinya, ia malah mendukung

musuhnya. Dan pada saat seseorang yang kasihan padanya, la lu menyatukan

namanya dalam sebuah kertas untuk pertama kali, Majnun justru merobek nama

Laila dan membuangnya, sedangkan namanya ia simpan.

Secara dramatik pengarang juga menceritakan Majnun sebagai seseorang

yang penyayang.

“Jangan kau apa-apakan binatang yang malang itu!” teriaknya.“aku adalah orang asing di negeri ini, maka aku adalah tamumu disini; tidak baik bagi seorang tuan rumah untuk menolakpermintaan orang yang datang mengunjunginya! Sekarang,lepaskan jerat dari leher mereka dan bebaskan me reka! Apakah

Page 93: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

168

bumi ini sudah begitu sempit untuk menampung semua mahlukciptaan Tuhan? Apa kesalahan mereka hingga kau hendakmembantai mereka?...” (hlm 85)

“Tidakkah kau memikirkan keluarga mahkluk ini? Tidakkah kautahu bahwa anak cucunya sedang menanti bapak mereka kembali?Apa yang akan dikatakan oleh mahkluk ini jika ia mampuberbicara? Ia akan mengutukmu; ia akan meminta Tuhan untukmembuatmu menderita sebagaimana kau telah membuatkeluarganya menderita. (hlm 89)

Berdasarkan kutipan di atas dapat ter lihat bahwa Majnun pada dasarnya

adalah seorang yang penyayang. Meskipun pikirannya kacau, tetapi sifat

penyayang dalam dirinya tidak hilang. Ia merasa tidak tega melihat binatang yang

akan disembelih walapun seyogyanya kehadiran binatang dan tumbuhan di d unia

ini adalah untuk membantu manusia.

Tokoh Laila, yang merupakan kekasih hati yang selalu dipuja oleh

Majnun, secara fisik memiliki penampilan yang sangat cantik. Secara analitik

pengarang langsung mendeskripsikan kecantikan Laila dengan pengibaratan.

Banyak sekali penggambaran kecantikan yang pengarang berikan kepada tokoh

Laila, seolah tokoh Laila adalah tokoh manusia yang paling mendekati sempurna,

dan tentunya berdasarkan subjektifitas pengarang.

Nama gadis itu adalah Laila, berasal dari kata dalam bahasa Arab“lail”, yang berarti “malam”. Sesuai dengan namanya, rambutgadis itu sungguh sehitam malam, sementara dibawah bayanganrambutnya, wajahnya bersinar bagikan bulan purnama yangmemancarkan keindahan cahaya. Matanya hitam, dalam, danbersinar-sinar, bagaikan mata seekor rusa. Dan dengan sebuahkibasan bulu matanya, ia mampu mengubah seluruh dunia inimenjadi puing-puing. Mulutnya yang mungil terbuka hanya untukmengucakpan hal-hal yang indah-indah. Apabila ada orang yangmenggodanya – baik dengan kata-kata atau dengan senyuman –pipinya akan memerah, seolah mawar merah merekah padapipinya yang seputih susu. (hlm 6)

Page 94: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

169

...Murid-murid laki-laki yang lain pun ikut terpesona oleh kemilaucahayanya yang membutakan mata. Selama pelajaran, merekaakan memandangi Laila dengan mulut menganga, sampai sangguru harus memukul mereka dengan tongkat agar mereka kembaliberkonsentrasi. Jika sekolah sedang libur, mereka akanberkerumun di sepanjang jalan yang dilalui Laila, berharap dapatmemandang sekilas lesung d i pipinya. Dan jika mereka berhasilmelakukannya, mereka akan merasa bagaikan buah delima yangtelah masak dan siap meledak dalam hasrat. (hlm 9)

Sementara itu, kembang yang dulu masih berupa kuncup sekarangtelah merekah sempurna, laila tumbuh semakin ca ntik setiapharinya. Sekilas tatapan matanya mampu membuat ratusan rajabersimpuh di kakinya; satu senyuman dari bibir merah delimanyaakan cukup untuk menaklukan sebuah armada tentara, bila diamenginginkannya. (hlm 49)

Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat penggambaran ciri -ciri fisik

Laila yang sangat cantik dengan rambutnya yang hitam, matanya yang bulat,

kulitnya yang putih, dan bibirnya yang tipis. Jika ia tersenyum karena malu maka

pipinya kan merah merona. Bukan hanya itu, Laila juga digambark an sebagai

seorang wanita yang sopan dan santun melalui kalimat, “Mulutnya yang mungil

terbuka hanya untuk mengucakpan hal -hal yang indah-indah”. Berdasarkan

kalimat tersebut juga dapat dianalitik kalau Laila adalah seorang pendiam yang

hanya mengeluarkan kata-kata yang seperlunya saja dan setiap kata yang keluar

adalah kata yang baik.

Adapun secara analitik gambaran kecantikkan Laila dapat terlihat pula

pada dialog tokoh tambahan, orangtua yang menjadi perantara ketika Majnun dan

Laila melakukan surat menyurat.

“Pada saat itu sebuah sungai kecil yang jernih sedang mengalirmembelah oasis itu, bagaikan sungai susu dan madu yang mengalirdi surga, namun ketika sosok yang cantik ini berbicara, kata -katayang mengalir dari bibirnya begitu manis dan indahnya hin ggasungai kecil itu berhenti beriak dan bergemericik, seolah -olah ia

Page 95: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

170

tunduk kepada tiap untaian kata -kata gadis ini. Sedangkan matanya– yah, apa yang dapat kukatakan?! Bahkan seekor singa pun akansegera jatuh tidak sadarkan diri begitu menatap mata inda h gadisitu!”Parasnya bagaikan sebuah kitab terindah yang didalamnya telahtertulis semua huruf-huruf terhalus dan terindah dari aksara kita.Rambutnya berombak seperti kait dalam huruf “jim”; tubuhnyasama semampai dengan rampingnya dengan sebuah “alif” ;mulutnya melingkar seperti sebuah “mim”. Yah, jika kaumerangkai ketiga huruf-huruf ini bersama, mereka akan berbunyi“jam” [gelas piala], dan memang seperti itulah dia: gelas pialakristal, yang tak ternilai menggambarkan rahasia dari alamsemesta!”Matanya bagaikan bunga narsis yang merekah di mulut sungai:lihat ke dalamnya dan kau akan dapat melihat mimpi -mimpinya!Tetapi aku tidak dapat melukiskan kecantikannya hanya dengansedikit kata-kata ini, karena kecantikannya bagaikan cahayakehidupan. Namun, kecantikannya tergores oleh keletihan yangtimbul dari hati yang patah. Kesedihan telah membuatnyabersimpuh; untuk sekian lama air mata telah memenuhi matanyahingga ia hampir tidak dapat melihat.” (hlm 156)Secara Analitik tokoh Laila juga digambarkan sebagai tokoh yang

pendiam dan patuh kepada orangtua. Ia lebih lebih memilih merahasiakan isi

hatinya yang sesungguhnya daripada ia harus mengecewakan orangtuanya.

Dan tidak ada yang dapat dilakukan Laila untuk menghalanginya.Lagi pula, ia harus menyembunyikan kesedihannya-kesedihanyang akan mengoyak hatinya menjadi dua. Hanya bila sedangsendirilah, ia dapat melepas topengnya dan membiarkan air matakesepiannya mengalir... (hlm 12)

Laila mendengarkan, tersenyum dan mengangguk demimenyenangkan ayahnya, tapi hatinya hancur. Ia merasa bahwa iaakan segera mati karena duka, tapi tentu saja ia tidak dapatmenampakkan perasaannya yang sesungguhnya.Hari berganti hari dan ia terus menderita dalam kesunyian,berpura-pura tersenyum dan tertawa serta menjawab de ngansemestinya jika ia diajak biacara, tapi begitu malam tiba ia akanmelompat ke tempat tidurnya dan menangis, aman dari semuamata yang mengintip, hingga tak ada lagi airmata yang tersisa.(hlm 103-104).

Page 96: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

171

Kutipan di atas menjelaskan bagaimana Laila sela lu menyembunyikan

perasaannya dari semua orang. ia berusaha sekuat mungkin menahan isi hatinya

agar semua orang tidak mengetahui kalau sebenarnya dia juga sangat mencintai

Majnun. Ia melakukan apa yang tidak dikehendaki hatinya hanya untuk

menyenangkan orangtuanya.

Adapun, kecantikan bukan satu -satunya karunia Laila, dia pun memiliki

kepandaian dalam seni berpuisi. Secara analitik kepandaian Laila ini tergambar

dalam penggalan paragraf berikut:

Adapun, kecantikan bukan satu -satunya karunia Laila, dia punmemiliki kepandaian dalam seni berpuisi. Oleh sebab itu, ia akanmenghapalkan syair-syair Majnun ke dalam ingatannya begitu diamendengarnya; kemudian, setelah menguntai mutiara -mutiarakearifan Majnun itu ke dalam sebuah rangkaian mawar syair, diaakan merangkai syair-syair balasannya. Dia akan menulis syair -syair itu di atas helai-helai daun, menuliskan alamat tujuan daun -daun itu dengan pesan-pesan pendek seperti: “Bunga melatimengirim kidung ini untuk pohon cemara”, kemudian menebarkanmereka ke dalam angin ketika tidak ada seorang pun yang melihat.(hlm 50-51)

Selain kecantikkan Laila juga tergambarkan sebagai pribadi pandai dalam

menguntai kata seperti halnya Majnun. Ia mendengarkan sayair -syair Majnun

yang diucapkan oleh orang-orang lalu membalas syair tersebut dengan syairnya

pada sehelai daun, lalu menyebarkannya ketika tidak ada orang yang melihat.

Dengan begitu, secara eksplisit jelas sekali Laila memiliki kepandaian dalam

menulis puisi.

Adapun tokoh sang Sayid secara analitik dideskripsikan oleh pengarang

sebagai berikut:

Al kisah, pada zaman dahulu, di negeri Arab, hiduplah seseorangpemimpin kabilah, seorang Sayid, yang sangat termansyur. Bani

Page 97: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

172

Amir nama kabilah itu. Tidak ada seorang pun yang dapatmenandingi kekayaan dan kejayaan sang Sayid. K egagahberaniannya telah mansyur di seluruh jazirah Arab.Kedermawanannya kepada para fakir miskin dan keramah -tamahannya dalam para musafir terkenal kemana -mana. (hlm 2)

... Untuk merayakan kelahiran anak yang didambakannya itu, sangSayid membuka pundi-pundi hartanya kemudian menyebarkanemasnya seolah-olah emas itu adalah pasir. Ia ingin membagikebahagiaannya kepada semua orang. Sebuah pesta perayaanbesar-besaran pun diadakan. (hlm 3)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Sayid adalah seorang y ang

terpandang dan memiliki kekuasaan. Ia adalah pemimpin kabilah Bani Amir.

Kekayaan dan kemasyhurannya sangat terkenal, tetapi dengan semua itu ia tidak

menjadi seorang pribadi yang congkak. Justru ia menjadi seorang yang sangat

dermawan dan ramah kepada fakir miskin. Berdasarkan kutipan di atas juga

terlihat bahwa sang Sayid merupakan seorang yang gagah berani dan kegagah

beraniannya telah diakui oleh seluruh jazirah Arab.

Secara analitik sang Sayid juga dingambarkan sebagai orangtua yang

memiliki pandangan jauh ke depan sebagaimana terlihat dari kutipan berikut:

Menyadari kebutuhan anaknya akan pendidikkan, sang Sayidkemudian menempatkan Qais di bawah bimbingan seorang guruyang sangat termasyhur akan ketinggian ilmunya, seorang ulamayang kepadanyalah semua bangsawan Arab mempercayakan anak -anak mereka agar anak-anak mereka memperoleh kearifan sertakecakapan yang dibutuhkan untuk menghadapi kerasnyakehidupan di gurun pasir. Sudah saatnya membuang mainan -mainan mereka dan menggantinya dengan buku -buku perlajaran.(hlm 5)

Setelah merasa anaknya cukup umur sang Sayid pun memasukkan Majnun ke

sekolah terbaik di jazirah Arab agar Majnun. Secara analitik sang Sayid

digambarkan sebagai seseorang yang memiliki perencanaan ke depan yang baik,

Page 98: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

173

dalam artian kecintaan sang Sayid kepada Qais membuatnya merencanakan

anaknya untuk menjadi seseorang yang pandai, berani, dan arif bijaksana, dengan

menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik di jazirah Arab. Secara analitik

kalimat di atas juga menunjukkan bentuk kasih say ang sang Sayid yang tidak

memanjakan anaknya agar anaknya kelak mampu menghadapi kerasnya

kehidupan, meskipun akhirnya apa yang terjadi jauh dari yang diharapkannya.

Tokoh berikutnya adalah ayah Laila. Ayah Laila secara analitik

merupakan seorang tokoh yang berani, memiliki kekuasaan, dan terhormat di

kabilahnya. Secara dramatik dapat terlihat pada tindakkan berikut:

Bagi keluarga Laila, keadaan ini tidak dapat dibiarkan lagi. Tidakhanya kehormatan Laila, tapi juga kehormatan seluruh kabilahsedang dipertaruhkan. Apakah mereka akan membiarkan namabaik kabilah mereka tercoreng oleh tingkah laku seorang lelaki giladari bani Amir ini? Apakah mereka akan tinggal diam sementaranama baik Laila ternodai? Mereka harus segera bertindak. Halpertama yang mereka lakukan adalah melarang Lailameninggalkan tendanya. Seorang penjaga ditempatkan di pintutendanya untuk mencegah Qais menemui Laila. (hlm 11 -12)

... Dan memang, ia dan kabilahnya diterima dengan sangat ramaholeh kabilah Laila, mereka diperlakukan sangat baik. Segera, tuanrumahnya bertanya kepada sang Sayid mengenai kedatangannya.Apakah ia membutuhkan pertolongan? Apakah merekamembutuhkan bantuan dalam sebuah perseteruan atau sebuahpeperangan? Sang Sayid menelan ludah, membersihkankerongkongannya, lalu menatap mata ayah Laila. (hlm 21)

Ayah Laila merasa terhina dengan kedatangan Majnun ke tenda Laila, karena

menurutnya kedatangan Majnun akan menjatuhkan kehormatan seluruh kabilah.

Ia pun memberi penjagaan didepan tenda Laila agar Majnun tak dapat kemb ali

dan menajatuhkan nama baiknya untuk kedua kalinya. Berdasarkan kutipan di

atas dapat terlihat secara implisit bagaimana kedudukkan ayah Laila yang

Page 99: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

174

terhormat dalam masyarakat. Kedudukan ayah Laila di dalam kabilahnya bisa

disimpulkan sebagai seorang pemimpin, sama seperti halnya sang Sayid.

Secara analitik ayah Laila juga digambarkan sebagai seorang yang

memiliki harga diri yang tinggi. Sifat ini ditunjukkan oleh paragraf kutipan

berikut ini:

... Ayah Laila, seorang lelaki yang harga dirinya sangat t inggi,mengangguk perlahan dan menjawab, “Kau telah berbicara denganjelas, Saudaraku, kata-katamu sangat dalam. Tapi engkau tidakdapat mengubah apa yang telah ditetapkan oleh takdir hanyadengan kata-kata belaka. Apakah engkau benar -benar berpikirbahwa aku tidak akan melihat bahwa apa yang ada di balik kata -katamu? Apa yang telah kau tawarkan padaku cukup menarik, tapiapa yang berada di bawah selubung itu, hal yang akan memberikanmusuhku kegembiraan, lupa kau sebut! (hlm 22 -23)

Pengarang secara singkat menyatakan melalui deskripsinya bahwa ayah Laila

adalah seseorang yang memiliki harga diri tinggi, lalu pengarang pun

menguatkannya melalui tindakkan tokoh ayah Laila, yaitu dengan tegas menolak

pinangan ayah Laila untuk Majnun.

Secara dramatik ayah Laila memiliki satu kebencian, yaitu benci kepada

Majnun. Yang ditunjukkan dalam penggalan dialog berikut:

Begitu ia selesai bicara, seorang lelaki dari kabilah yang kalahmaju mendekati Naufal. Ia adalah ayah Laila, punggungnya telahbungkuk oleh penderitaan dan rasa malu. Perlahan ia berlutut dihadapan Naufal, bersujud di tanah, di kaki sang pemenang danmulai mengiba. “Hai, Naufal! Kau adalah kebanggaan orang -orangArab dan pengeran seluruh manusia! Aku adalah seorang renta –orang tua yang hatinya telah h ancur dan punggungnya telahbungkuk oleh pergantian waktu. Malapetaka telah membuatkubersimpuh; duka cita telah menyesakkanku. Kesalahan dankekejian ini telah ditimpakan ke atas pundakku dan bila akuberpikir tengtang darah yang telah tumpah karena aku, akuberharap bahwa bumi Tuhan ini akan terbelah dan menelankuhidup-hidup. Sekarang waktunya kau untuk memutuskan. Jika kauakan membiarkan anakku hidup, maka aku akan sangat berterima

Page 100: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

175

kasih. Jika kau berniat membunuhnya, maka bunuhlah dia!Sembelihlah lehernya dengan belatimu, hujamkan pedangmu kedalam jantungnya, injak-injak tubuhnya oleh kaki-kaki kudamujika kau menginginkannya. Aku tidak akan melawan.”“Tapi ada satu hal yang tidak dapat aku terima. Tidak akan pernahselagi aku masih ayahnya, kuseraka n anakku kepada orang sintingini, kepada iblis dalam bentuk manusia ini, kepada orang gila ini,kepada ‘Majnun’ ini – tidak akan pernah! Lebih baik aku ikatorang gila ini dengan rantai besi dan penjarakan ia, bukan diikatoleh tali pernikahan dan membiarkannya berkeliaran!” (hlm 79)

Penggalan dialog di atas mengindikasikan kebencian ayah Laila kepada Majnun.

Setelah kalah dalam peperang, kebencian itu juga tidak hilang dalam pikirannya,

malah justru semakin bertambah. Ia lebih memilih jika Laila dibunuh daripada

harus menerima Majnun menikah dengan Majnun. Ayah Laila secara analitik juga

dikatakan sebagai seseorang yang pandai berbicara, sebagaimana ditunjukkan

dalam paragraf berikut:

Untuk sesaat, kefasihan berbicara dan kehebatan kata -katanyamembuat Naufal terdiam. Namun ia tidak merasa marah terhadapsosok bungkuk yang bersimpuh di tanah di depannya. Dengantegas namun penuh kelembutan, dia menjawab, “Berdirilah, orangtua! Meskipun aku sedang di atas angin, aku tidak berniat untukmembawa putrimu dengan paksaan. Seorang gadis yang dibawadengan paksaan bagaikan makanan tanpa garam: aku akanmembawanya darimu hanya jika kau ikhlas melepasnya.” (hlm 80)

Sebagaimana yang dintunjukkan pada penggalan paragraf di atas, dengan

kepandaiannya berbicara, ayah Laila mampu menyentuh hati Naufal sehingga

keinginan Naufal untuk membawa anaknya secara paksaan menghilang dan

berganti dengan kasihan.

Adapun tokoh Naufal secara analitik dideskripsikan oleh pengarang

sebagai berikut:

Jurang tempat dimana Majnun memutusk an untuk tinggal terletakdi sebuah daerah yang dikuasai oleh seorang pangeran Badui

Page 101: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

176

bernama Naufal. Keberanian dan kegigihannya di medan perangtelah membuatnya dijuluki sebagai “Penghancur Bala Tentara”,tapi meskipun ia memiliki hati seganas singa di hadapan musuh-musuhnya, kepada teman-temannya sendiri ia sangat berbelaskasih. (hlm 59)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Naufal merupakan seorang pangeran

dari Badui yang sangat gagah berani dan memiliki hati yang baik.

Kegagahberaniannya telah terkenal di seluruh Jazirah Arab. tidak ada ciri-ciri

fisik secara langsung digunakan pengarang untuk mendeskripsikan tokoh Naufal.

Secara dramatik terlihat bahwa tokoh Naufal merupakan tokoh yang

gagah berani. Setiap kata yang diutarakannya penuh dengan ke tegasan dan

semangat yang tinggi. Ia juga digambarkan sebagai sahabat yang baik untuk

Majnun, karena secara sadar ia menyatakan kerelaannya berperang demi

keinginan Majnnun.

“Aku, Naufal, dengan ini menyatakan niatku untuk berperangdenganmu. Pasukanku te lah bersiaga dan kami siap untukbertempur denganmu sampai tetes darah terakhir hingga kamimemperoleh kemenangan. Ada satu jalan keluar untuk mencegahperang ini, yaitu bila kalian menyerahkan Laila padaku; jika kalianmenolak, maka pedang yang akan berbi cara. Aku bertekadmenyerahkan Laila ke tangan orang yang sangat mencintainya,satu-satunya lelaki di dunia ini yang patut mendapatkannya. Itulahtujuanku.” (hlm 69)

Berdasarkan uraian di atas mengenai tokoh dan penokohan, dapat

dikatakan bahwa para tokoh merupakan pengembangan ide pengarang berkenaan

dengan kehidupan masyarakat pada zamannya. Adanya keberadaan tokoh

bawahan, memberikan dukungan dan eksistensi tokoh utama dalam cerita. Terkait

dengan tokoh utama yang menjadi objek cerita, penggambaran pen garang akan

sosok Majnun merupakan penggambaran akan ketidak berdayaan manusia atas

Page 102: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

177

takdir. Begitu pula yang digambarkan pengarang pada tokoh -tokoh bawahan yang

lain (tokoh Sang Sayid, Naufal, Laila, ayah Laila) mengesankan manusia

hanyalah pelaksana. Seberapapun keinginannya dan seberapapun usaha yang

dilakukan untuknya, tetap takdir yang menentukan semuanya.

Sama seperti Laila Majnun, penokohan dalam novel Sitti Nurbaya juga

didasarkan pada metode analitik dan metode dramatik yang dimanfaatkan untuk

mempermudah pembaca dalam mengenali watak para tokoh. Deskripsi mengenai

tokoh Samsulbahri dalam novel digambarkan dengan metode analitik dan metode

dramatik oleh pengarang, sebagaimana yang terlihat dalam kutipan berikut:

...Kulitnya kuning sebagai kuning lang sat, rambut dan matanyahitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar dan tinggi,nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnyamancung dan mulutnya halus. Badannya sedang, tak gemuk dantak kurus, tetapi tegap. Pada wajah mukanya ya ng jernih dantenang, berbayang, bahwa ia seorang yang lurus, tetapi keras hati:tak mudah di bantah, barang sesuatu maksudnya. Menilik pakaiandan rumah sekolahnya, nyata ia adalah seorang yang mampu dantertib sopannya menyatakan ia anak seorang yang ber bangsatinggi. (hlm 9)

Pada kutipan di atas secara analitik terlihat bahwa Samsulbahri memiliki

wajah yang tampan dengan postur badan yang tegap, hidung mancung, dan mulut

yang halus. Ia juga merupakan seorang anak yang sopan dan baik hati. Selain itu

dapat dilihat pula kalau ia adalah anak dari seseorang yang berada meskipun pada

jaman penjajahan Belanda. Jelas seklai pengarang ingin menggambarkan

Samsulbahri itu sebagai seorang yang tampan dan berbudi pekerti yang baik

walapun agak sedikit keras kepala.

Page 103: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

178

Pengarang juga menggambarkan tokoh Samsulbahri sebagai sosok yang

pandai, baik secara analitik maupun secara dramatik. Secara dramatik kepandaian

Samsulbahri muncul pada dialog berikut:

Nah, jarum itu misalkan lah si A, yang menunggang kuda dari P keM, dan jarum pendeknya si B, yang berjalan kaki dari P ke N.”Kata si Sam.“sekarang berapakah kecepatan perjalanan kedua jarum itu?” tanyaSam pula.“Jarum apanjang 60 menit dan ajrum pendek 5 menit,” jawab Nur.“Jadi berapa perbedaan perjalanan kedua jarum itu dalam sejam?”“55 menit,” jawab si Nur.“Nah, suruhlah kedua mereka itu sama -sama berangkat! Si A dariP ke M, dan si B dari P ke N,” kata Sam pula.“O, ya benar, benar!” kata si Nur. “sekarang mengertilah aku.”“Ya, kalau tahu rahasia hitungan, mudah benar mencarinya,bukan?”(hlm 13)

Pada kutipan dialog di atas jelas tergambar bagaimana kepandaian

Samsulbahri ketika ia mengajari Sitti Nurbaya dalam bidang matematika.

Penggunaan istilah pada bidang-bidang yang akan ia hitung menunjukkan betapa

ia mengerti hal yang sukar dimengerti orang lain, dalam hal ini Sitti Nurbaya.

Secara analitik kepandaian Samsulbahri juga dihadirkan oleh pengarang pada

kutipan berikut:

...anak ini telah di kelas 7 sekolah Belanda Pasar Abancang. Olehsebab ia seorang anak yang pandai, gurunya telah memintakankepada Pemerintah, supaya ia dapat meneruskan pelajarannya padasekolah Dokter Jawa di Jakarta. (hlm 14)

Samsulbahri mendapat rekomendasi dari gurunya untuk meneruskan sekolahnya

ke Jakarta sebagai dokter. Sekolah Dokte r adalah sekolah yang hanya bisa

dimasuki oleh anak-anak yang memiliki kepandaian dan ketelitian. Jelas sekali,

pengarang sekali lagi menggambarkan bagaimana sosok Samsulbahri sebagai

Page 104: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

179

seorang yang pandai. Selain pandai Samsulbahri juga sekali lagi digambar kan

sebagai seseorang yang jujur, berbudi bahasa baik, santun, dan suka menolong

yang lemah. Itu tergambar secara analitik pada kutipan berikut:

Ia bukan seorang anak yang pandai sahaja, tingkah lakunya punbaik: tertib, sopan santun, serta halus budi baha sanya. Lagi pula ialurus hati dan boleh dipercayai. Walapun ia rupanya sebagaiseorang anak yang lemah lembut, akn tetapi jika perlu, tidaklahtakut ia menguji kekuatan dan keberanianya dengan siapa saja:lebih-lebih untuk membela yang lemah. Dalam hal it u, tiadalah iapandang memandang bangsa atau pangkat. (hlm 14)

Sikap lain dari Samsulbahri yang sedikit menyimpang pun secara dramatik

dimunculkan oleh pengarang, sebagaimana yang terlihat dalam kutipan berikut:

...di balas oleh Samsu cium kekasihnya in i dengan pelukan hasrat.Di dalam berpeluk dan bercium-ciuman itu...(hlm 152)

Sikap Samsulbahri pada kutipan di atas merupakan sikap yang kurang terpuji.

Sitti Nurbaya memang kekasihnya, tetapi secara sah Sitti Nurbaya adalah istri dari

Datuk Meringgih. Seharusnya Samsulbahri mampu menahan hasratnya pada Sitti

Nurbaya selama Sitti Nurbaya masih menjadi istri Datuk Meringgih. Kesalahan

inilah yang akhirnya menyebabkan ia harus menerima konsekuensi untuk dirinya

sendiri, juga Sitti Nurbaya. Karena dengan kes alahan ini, Datuk Meringgih

menjadi sangat benci kepada Sitti Nurbaya dan akhirnya pun membunuh Sitti

Nurbaya, sedangkan Samsulbahri harus menerima pengusiran ayahnya juga tidak

diakuinya kembali Samsulbahri menjadi anaknya.

Tokoh Sitti Nurbaya atau yang biasa disebut Nur, yang merupakan kekasih

dari Samsulbahri, secara fisik dan penampilan melalui metode analitik dijelaskan

kalau ia adalah seorang wanita yang sangat cantik.

Page 105: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

180

Rambutnya yang hitam dan tebal itu, dijalinnya dan diikat denganbenang sutera, dan diberinya pula berpita hitam di ujungnya.Gaunnya (baju nona-nona) terbuat dari kain batis, yangberkembang merah jambu. Dengan tangan kirinya dipegang sebuahbatu tulis dan sebuah kotak yang berisi anak batu, pensil, pena, danlain-lain sebagainya; dan tangan kanannya adalah sebuah payungsutera kuning muda, yang berbunga dan berpinggir hijau.

Alangkah elok parasnya anak perawan ini, tatkala berdirisedemikian! Seakan-akan dagang yang rawan, yang bercintakansesuatu, yang tak mudah diperolehnya. Pipin ya sebagai pauhdilayang, yang kemerah-merahan warnanya kena bayangan bajudan payungnya, bertambah merah rupanya, kena panas matahari.Apabila tertawa, cekunglah kedua pipinya, menambahkan manisrupanya; istimewa pula karena pada pipi kirinya ada tahi lal at yanghitam. Pandangan matanya tenang dan lembut, sebagai janda barubangun tidur. Hidungnya mancung, sebagai bunga melur, bibirnyahalus, sebagai delima merekah, dan di antara kedua bibir itukelihatan giginya, rapat berjejer, sebagai dua baris gading y angputih. Dagunya sebagai lebah bergantung... (hlm 9 -10)

Pada kutipan di atas secara analitik terlihat bahwa Sitti Nurbaya memil iki

wajah yang cantik. Kecantikannya ditunjukkan pengarang melalui gaya

bahasa perumpamaan. Pengarang secara dramatik juga men gambarkan

toko Sitti Nurbaya melalui dialog yang dikatakan tokoh Ludi dan Mualim

(tokoh tambahan yang mewakili masyarakat desa yang mengkukuhkan

kecantikkan Sitti Nurbaya), sebagai berikut:

Kira-kira sejam setelah itu, datanglah seorang mualim kapal,meminta surat pelayaran. Tatkala sampai ia ke dekat Nurbay a danterlihat olehnya kecantikan perempuan ini, berbisik-bisiklah iadengan keraninya, dalam bahasa Belanda, “Bagaimana pikiranmutentang perempuan ini, Ludi?”“Ini sesungguhnya bunga ros di Padang,” ja wab Ludi. (hlm 175)

Secara analitik pengarang juga memberikan gambaran bahwa Sitti

Nurbaya adalah anak seorang dari keluarga yang berada (kaya), seperti yang

tergambar dalam kutipan berikut:

Page 106: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

181

Menurut bangun tubuh, warna kulit dan perhiasan gadis ini,nyatalah ia bangsa anak negeri di sana: orang kaya atau orang yangberpangkat tinggi. Barangsiapa memandangnya, tak dapat tiadaakan merasa tertarik oleh sesuatu tali rahasia, yang mengikat hati,dan jika mendengar suaranya, terlalailah daripada sesuatupekerjaan. Sekalian orang bersangka, anak ini kelak, jika telahsampai umurnya, niscaya akan menjadi sekuntum bunga, kembangkota padang, yang semerbak b aunya sampai ke mana-mana,menjadikan asyik berahi segala kumbang dan rama -rama yang adadi sana. (hlm 10)

Dari kutipan di atas terlihat jelas kalau Sitti Nurbaya digambarkan sebagai

anak orang kaya dengan kecantikkan yang dimilikinya. Sekali lagi pengarang

secara analitik menunjukkan Sitti Nurbaya adalah kembang Padang dan

kecantikkan yang dimilikinya adalah kecantikan yang mampu menggoda setiap

lelaki Padang ketika melihatnya.

Secara analitik Sitti Nurbaya juga memiliki sifat yang baik, yaitu

penyabar, penuh kasih sayang, dan pintar, sehingga ia disukai teman -temannya,

seperti pada kutipan berikut:

Anak ini pun seorang gadis, yang dapat dikatakan tiada bercacat,karena bukan rupanya saja yang cantik, tetapi kelakuan danadatnya, tertib dan sopannya, serta kebaikan hatinya, tiadalahkurang daripada kecantikkannya. (hlm 14)Oleh sebab itu anak seorang yang kaya dan karena ia cerdik danpandai pula, ia disukai dan disayangi oleh teman -temannya. (hlm79)

Secara dramatik Sitti Nurbaya juga digambarkan pengarang sebagai orang

yang penyabar, seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

“Ah, jangan sam. Kasihanilah oran tua itu! Karena ia bukan barusehari dua bekerja pada ayahmu, melainkan telah bertahun -tahun.Dan di dalam waktu yang sekian lamanya itu, belum ada ia berbuatkesalahan apa-apa. Bagaimanakah rasanya, kalau kita sendirisudah setua itu, masih dimarahi ju ga? Pada sangkaku, tentulah adaalangan apa-apa padanya. Jangan-jangan ia mendapat kecelakaandi tengah jalan. (hlm 10)

Page 107: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

182

Adapun secara analitik tokoh Datuk Meringgih dideskripsikan pengarang

sebagai berikut:

Itulah Datuk Meringgih, saudagar Padang yang term ashyurkayanya, sampai ke negeri -negeri lain. Pada masa itu, di antarasaudagar-saudagar bangsa Melayu di Padanng, tiada seorang pundapat melawan kekayaan Datuk meringgih ini. Hampir sekali tokodan rumah yang besar di Gedang, kepunyaannya. Hampir sekalia ntanah di Padang, tertulis di atas namanya. Sawahnya beratus piringdan kebunnya beratus bahu. Hampir sekalian perahunya yangberlabuh di muara, di dalam tangannya. Sekalian rotan dan damar,serta hasil hutan yang lain -lain, yang datang dari Painan danTerusan, masuk ke dalam penyimpanannya... (hlm 15)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Datuk Meringgih merupakan

seorang saudagar besar di Padang. Kekayaannya sangatlah berlimpah dan tak ada

seorang pun yang mampu menyamai kekayaan yang dimiliki Datuk Meringgih di

Padang. Mengenai ciri-ciri fisik Datuk meringgih, secara analitik peng arang

menggambarkannya sebagai berikut:

...Rupanya buruk, umurnya telah lanjut, bangsanya rendah,pangkat dan kepandaiannya pun tak ada, selain daripadakepandaian berdagang. Akan tetapi kekuasaan uangnya, yangtinggi menjadi rendah, yang keras menjadi lunak dan yang jauhmenjadi dekat. (hlm 16)

Badannya kurus tinggi, punggungnya bungkuk udang, dadanyacekung, serta kakinya pengkar, kepalanya besar, tetapi tipis dimuka, serta sulah pula. Rambutnya tinggal sedikit sekelilingkepalanya itu, telah putih sebagai kapas di busur. Misai danjanggutnya panjang, tetapi hanya beberapa helai saja, tergantungpada dagu dan ujung bibirnya, melengkung ke bawah. Umurnyalebih dari setengah abad. Matanya kecil, tetapi tajam, hidungnyabungkuk, mulutnya besar, seperti telinga gajah, kulit mukanyaberkarut-marut dan penuh dengan bekas penyakit cacar... (hlm 84)

Dari kutipan di atas terlihat kalau tokoh Datuk Meringgih adalah orangtua

yang buruk rupa dan tidak memiliki keahlian lain kecuali berdagang. Namun

karena kekayaannya yang sangat melimpah, ia pun banyak dikagumi oleh rekan -

Page 108: Laila Majnun Dan Sitti Nurbaya

183

rekannya. Secara analitik pengarang juga menggambarkan tokoh Datuk

Meringgih sebagai seorang tamak akan kekuasaan dan kekayaan. Selain itu ia

juga digambarkan sebagai seorang yang sangat pelit, seperti yang terlihat pada

kutipan berikut:

... saudagar ini adalah seorang yang bakhil, loba dan tamak, tiadapengasih dan penyayang, serta bengis kasar budipekertinya. Asal i aakan beroleh uang, asal akan sampai maksudnya, tiadalahdiindahkannya barang sesuatu, tiadalah ditakutinya barang apa pundan tiadalah ia pandang-memandang. Terbujur lalu, terbelintangpatah, katanya. (hlm 84)

Sedangkan tokoh Sutan Mahmud secara analit ik digambarkan pengarang

sebagai seorang saudagar kaya berpangkat tinggi yang memimpin sebuah wilayah.

Anak laki-laki yang dipanggil Sam oleh temannya tadi, ialahSamsulbahri, anak Sutan Mahmud Syah. Penghulu di Padang:seorang yang berpangkat dan berbangsa tinggi..(hlm 14)

Secara analitik Sutan Mahmud juga digambarkan sebagai seorang yang

tampan, gagah, penyayang, dan berkelakuakn baik, sehingga ia pun menjadi

Penghulu yang lebih dipandang daripada penghulu -penghulu lain yang ada di kota

Padang, seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

Memang gagah rupanya Penghulu ini duduk di atas bendinya,bertopangkan tongkat ruyung dengan kedua belah tangannya.Destarnya yang berbentuk “ciling menurun” itu adalah sebagaisuatu mahkota di atas kepalanya. Bajunya j as putih, berkancing“leter W,” dan ujung lengan bajunya berpetam sebagai baju opsir.Celananya celana panjang putih, sedang di antara baju dan celanakelihatan sarungnya, yang terjuntai hampir ke lututnya. Sepatunyasepatu kasut, yang diperbuat dari kuli t perlak hitam.

... Di antara Penghulu-penghulu yang delapan di kota Padangwaktu itu, Sutan Mahmud inilah yang terlebih di pandang orang,karena bangsanya tinggi, rupanya elok, tingkah lakunya pun baik;pengasih peyanyang kepada anak buahnya, serta adil dan lurusdalam pekerjaannya. (hlm 20)