Labview

36
PRAKTIKUM SISTEM PENGENDALIAN OTOMATIS P-2 PRAKTIKUM SIMULASI PENGENDALIAN SUHU PADA PCT 13 DENGAN LABVIEW 2012 Disusun Oleh : Febrilia Ramadani 2412100032 Asisten Pembimbing Afif Rachman A. 2411100052 S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015

description

Labview

Transcript of Labview

  • 1

    PRAKTIKUM SISTEM PENGENDALIAN OTOMATIS P-2 PRAKTIKUM SIMULASI PENGENDALIAN SUHU PADA PCT 13 DENGAN LABVIEW 2012

    Disusun Oleh : Febrilia Ramadani 2412100032 Asisten Pembimbing

    Afif Rachman A. 2411100052

    S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015

  • i

    PRAKTIKUM SISTEM PENGENDALIAN OTOMATIS P-2 PRAKTIKUM SIMULASI PENGENDALIAN SUHU PADA PCT 13 DENGAN LABVIEW 2012 Disusun Oleh : Febrilia Ramadani 2412100032 Asisten Pembimbing Afif Rachman A. 2411100052 S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015

  • ii

    ABSTRAK

    Perangkat lunak yang berhubungan dengan sistem

    pengendalian, salah satunya adalah Labview. Perangkat lunak

    Labview ini dapat digunakan untuk sistem pengendalian pada

    sebuah plant jika sudah diintegrasi dengan hadware National

    Instument Field Point. Untuk itu maka di dalam praktikum ini

    akan mempelajari tentang Labview agar dapat mengendalikan

    sebuah plant yaitu PCT 13 untuk pengendalian suhu. Percobaan

    dilakukan dalam simulasi dan real plan. Dari praktikum yang

    telah dilaksanakan dengan menggunakan simulasi, didapatkan

    hasil bahwa nilai parameter PID yang memiliki respon sistem

    terbaik adalah dengan menggunakan parameter Kc = 48, Ti = 21,

    Td = 2.64. Kemudian pada percobaan secara real plan,

    didapatkan respon yang terbaik yaitu menggunakan nilai Kc=20,

    Ti=0.05, dan Td=0.02 untuk set point sebesar 40oC, menggunakan

    Kc=21, Ti=0.05, dan Td=0.01 untuk set point sebesar 45oC dan

    pada set point 50oC parameter yang menghasilkan respon yang

    baik dengan menggunakan Kc=25, Ti=0.08, dan Td=0.01

    Kata Kunci : LabVIEW, Pengendalian, PID, real plan

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas

    kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kami dapat

    menyelesaikan laporan praktikum ini dengan sebaik-baiknya.

    Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi

    kita Muhammad SAW.

    Dalam Laporan praktikum yang berjudul Simulasi Pengendalian Suhu Pada PCT 13 dengan Labview 2012 ini membahas mengenai pengendalian suhu pada plant PCT 13

    menggunakan software Labview 2012. Kami berharap laporan ini

    nantinya dapat bermanfaat bagi pembacanya.Tidak lupa kami

    juga mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten praktikum

    yang telah membimbing kami selama praktikum maupun dalam

    penyusunan laporan ini.

    Kami mengetahui masih terdapat banyak kesalahan dalam

    penyusunan laporan. Oleh karena itu kritikdan saran sangat kami

    butuhkan sebagai perbaikan dalam penyusunan laporan praktikum

    berikutnya.

    Surabaya, 22 April 2015

    Hormat Kami,

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ......................................................................... i

    Abstrak .................................................................................... ii

    Kata Pengantar ........................................................................ iii

    Daftar Isi ................................................................................. iv

    Daftar Gambar ......................................................................... v

    Daftar Tabel ............................................................................ vi

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah....................................................... 1

    1.3 Tujuan ......................................................................... 2

    1.4 Sistematika Laporan ................................................... 2

    BAB II DASAR TEORI ........................................................ 3

    2.1 Labview 2012 ............................................................. 3

    2.2 Mode Control .............................................................. 7

    BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ........................... 13

    3.1 Alat dan Bahan ........................................................... 13

    3.2 Prosedur Percobaan .................................................... 13

    BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............. 15

    4.1 Analisa data ................................................................ 15

    4.2 Pembahasan ................................................................ 21

    BAB V PENUTUP ................................................................. 23

    5.1 Kesimpulan ................................................................. 23

    5.2 Saran ........................................................................... 23

    DAFTAR PUSTAKA.25 LAMPIRAN

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Blok Diagram Pengendalian Suhu ..................... 3

    Gambar 2.2 Font Panel dan Diagram Blok ............................ 4

    Gambar 2.3 Tool Pallete ........................................................ 5

    Gambar 2.4 Control Pallete PID Labview ............................. 6

    Gambar 2.5 PID Advanced .................................................... 7

    Gambar 3.1 (a) Tampilan awal Labview ............................... 13

    Gambar 3.1 (b) Tampilan Font Panel dan Diagram Blok ...... 13

    Gambar 3.2 Tampilan front panel temperature and level

    control simulation using Compact Fieldpoint ..... 14

    Gambar 3.3 Tampilan awal LabVIEW untuk PID gains and

    Process Flow Chart ............................................. 14

    Gambar 4.1 Respon P controller Kc = 80 .............................. 15

    Gambar 4.2 Respon PI controller Kc = 32, Ti = 33.6 ............ 16

    Gambar 4.3 Respon PID controller Kc = 48, Ti = 21,

    Td = 2.64 ............................................................. 16

    Gambar 4.4 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=20, Ti=0.05, dan Td=0.02 ................ 17

    Gambar 4.5 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=19, Ti=0.05, dan Td=0.02 ................ 17

    Gambar 4.6 G18rafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.06, dan Td=0.02 ................ 18

    Gambar 4.7 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.06, dan Td=0.02 ................ 18

    Gambar 4.8 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.06, dan Td=0.01 ................ 19

    Gambar 4.9 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.05, dan Td=0.01 ................ 19

    Gambar 4.10 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.05, dan Td=0.01 ................ 20

    Gambar 4.11 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=25, Ti=0.05, dan Td=0.01 ................ 20

    Gambar 4.12 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=25, Ti=0.08, dan Td=0.01 ................ 21

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Efek PID pada system lup tertutup ......................... 11

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan

    perkembangan industri yang semakin pesat khususnya dalam

    dunia industri. Sekumpulan komponen yang terdapat dalam

    kegiatan industri menghasilkan berbagai macam sistem seperti

    control, monitoring, dan proses agar menghasilkan suatu produk

    yang dapat dimanfaatkan. Sistem pengendalian adalah suatu

    proses atau pengendalian terhadap suatu atau beberapa besaran

    sehingga berada pada suatu harga atau range tertentu. Hampir

    semua proses dalam dunia industri membutuhkan peralatan-

    peralatan otomatis untuk mengendalikan parameter parameter prosesnya. Banyaknya peralatan-peralatan otomatis

    membutuhkan keahlian dalam mengendalikan dan

    mengoperasikan dengan sebuah perangkat lunak yang terhubung

    dengan computer.

    Perangkat lunak yang berhubungan dengan sistem

    pengendalian, salah satunya adalah Labview. Perangkat lunak

    Labvew ini dapat digunakan untuk sistem pengendalian pada

    sebuah plant jika sudah diintegrasi dengan hadware National

    Instument Field Point. Untuk itu maka di dalam praktikum ini

    akan mempelajari tentang Labview agar dapat mengendalikan

    sebuah plant.

    1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari praktikum ini adalah

    a. Bagaimana cara konfigurasi hardware National Instrument Field Point yang digunakan untuk

    mengendalikan besarnya suhu pada PCT 13?

    b. Bagaimana cara pemograman Labview 2012? c. Bagaimana peran mode Kontrol PID secara Real Time?

  • 2

    1.3 Tujuan Tujuan dari praktium ini adalah

    a. Dapat mengetahui konfigurasi hardware National Instrument Field Point yang digunakan untuk

    mengendalikan besarnya suhu pada PCT 13.

    b. Dapat mengetahui cara pemrogramman Labview 2012. c. Dapat mengetahui peran mode Kontrol PID secara Real

    Time.

    1.4 Sistematika Laporan Dalam penyusunan laporan praktikum ini terdiri atas lima

    bab yaitu :

    a. Bab I berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, dan sistematika dalam membuat laporan praktikum ini.

    b. Bab II berisi teori penunjang yang diambil dari jurnal atau buku yang dapat dijadikan landasan teori dalam

    melakukan praktikum ini.

    c. Bab III berisi metodologi percobaan yang terdiri atas peralatan praktikum dan prosedur praktikum ini, beserta

    penjelasan singkatnya.

    d. Bab IV berisi analisa percobaan dan pembahasan

    praktikum.

    e. Bab V adalah bab terakhir yang berisi kesimpulan dari

    praktikum dan saran untuk praktikum supaya praktikum

    berikutnya berjalan lebih baik.

  • 3

    BAB II

    DASAR TEORI

    Pengendaian suhu aliran fluida dengan menggunakan

    software LABVIEW 2012 akan di intergrasi dengan hardware

    National Instrument Field Point yang digunakan sebagai

    interface antara LABVIEW 2012 dengan plant yang akan

    dikendalikan yaitu PCT 13. Diagram block dari sistem

    pengendalian laju aliran (flow) dengan menggunakan LABVIEW

    2012 dapat dilihat pada dibawah ini:

    Gambar 2.1 Blok diagram sistem pengendalian suhu

    2.1 Labview 2012

    Labview adalah sebuah software pemrograman buatan

    national instrument dengan konsep yang berbeda seperti

    bahasa pemrograman lainnya yaitu: C++, Matlab, atau visual

    basic, tetapi mempunyai fungi yang sama. Bahasa pemrograman

    labview berbasis pada grafis atau blok diagram sementara yang

    lain menggunakan basis text. Labview bekerja mempunyai dua

    bagian yaitu: front panel digunakan sebagai user interface yang

    akan mensimulasikan panel untuk instrument dan block

    diagram digunakan sebagai source code dibuat dan berfungsi

    sebagai instruksi untuk front panel[1].

    Labview

    Transmitter

    r

    PCT 13

    Tref Tout

  • 4

    Gambar 2.2 Font panel dan diagram blok

    Menu bar pada front panel labview.

    fungsi dari masing-masing bagian adalah:

    a. Run : mengeksekusi VI sampai process selesai b. Run continuously : mengeksekusi VI secara kontinu, setelah

    satu proses selesai maka VI kembali dieksekusi sampai abort

    ditekan.

    c. Abort : menghentikan eksekusi. d. Pause : menghentikan eksekusi sementara e. Highlight : melihat alur dari jalan program secara berlaha

    pada front panel.

    f. Start single stepping: mengeksekusi VI per step g. Align object : mengatur tampilan obejk h. Distribute objek : mengatur tampilan beberapa objek i. Recorder : mengatur tampilan beberapa objek yang saling

    bertumpukan

    j. Icon : gambar yang ditampilkan VI tersebut bila dijadikan sub VI

  • 5

    2.1.1 Tool Pallete

    Dalam membuat suatu VI ada beberapa tools yang

    harus dipakai dan masing mempunyai kegunaannya:

    Gambar 2.3 Tool pallete

    1. Operate value: mengubah nilai parameter dari suatu objek 2. Connect wire : menghubungkan beberapa objek dengan kabel 3. Set/clear breakpoint : membuat atau menghilangkan sebuah

    breakpoint

    4. Probe data : membuat sebuah probe yang berfungsi untuk monitoring data

    5. Object Pop Up: menu yang berhubungkan dengan objek tersebut tersebut atau memunculkan daftar objek

    6. Position /size/select: memindahkan, mengubahkan ukuran atau memilih suatu objek

    7. Edit text : mengedit atau membuat tulisan. 8. Scroll window : memindahkan sudut pandangan pada layar 9. Get color : mengambil sampel warna 10. Set color : mengubah warna dan suatu objek.

    2.1.2 Control Palette

    Dalam pemrograman berbasis grafis, hal yang perlu

    dilakukan untuk membuat suata program adalah menaruh

    beberapa fungsi dan kemudian menghubungkan dengan kabel

    pada bagian diagram. Fungsi-fungsi tersebut terletak pada

    control palette. Banyak fungsi yang terletak dalam control palette

    bervariasi tergantung pada seberapa lengkap LABVIEW yang

  • 6

    diinstall. Pada praktikum ini menggunakan control & simulation,

    PID palette yang digunakan untuk membuat kontrol PID

    pada front panel LABVIEW[1].

    Gambar 2.4 Control panel PID labview

    Dalam praktikum ini hanya menggunakan PID

    advanced, sebagai kontroler fungsi PID lanjut (PID Advanced)

    menerapkan sebuah fungsi kontroller PID dalam bentuk

    penjumlahan, contohnya adalah P, I dan D dijumlahkan, dengan

    parameter pengendalian Kc, Ti dan Td. (Lebih tepatnya, bentuk

    penjumlahan akan membentuk sebuah fungsi pengendali PID

    ideal. Bentuk penjumlahan lain adalah betuk parallel dengan

    parameter pengendali Kc, Ki = Kc/Ti dan Kd = Kc*Td). Fungsi

    pengendali PID ini menerapkan anti-wind up dan dapat dipasang

    pada modus manual. Pilihan yang tersedia adalah gain yang non-

    linier, dan bobot setpoint yang dikurangi dalam jumlah yang

    proporsional. Fungsi pengendali ini tidak memiliki fliter low

    pass pada penggunaan derivatif. (Pada penerapan, fungsi

    pengendali lanjut selalu digunakan, dikarenakan oleh kurangnya

    pilihan mode manual).

  • 7

    Gambar 2.5 PID Advanced (DBL)

    2.2 Mode Controller

    Controller merupakan peralatan utama dalam pengendalian

    suatu variabel proses. Pada controller ini terjadi proses

    pengolahan sinyal input pengendalian dari transmitter.

    Controller akan membandingkan sinyal input dengan setting

    value yang kita kehendaki. Apabila sinyal input terlalu besar

    dari setting value yang diberikan maka controller akan berusaha

    memperkecilnya begitu pula sebaliknya. Besarnya koreksi dari

    kesalahan input tergantung dari mode controllernya. Mode

    controller tersebut terdiri dari mode proportional, mode

    integral, mode derivatif dan kombinasinya. Adapun macam dari

    aksi pengontrolannya, yaitu

    a. Pengontrol On/Off Aksi pengendalian dari controller ini hanya mempunyai

    dua kedudukan, maksimum atau minimum, tergantung dari

    variable terkontrolnya, apakah lebih besar atau lebih kecil

    dari set poin.

    b. Pengontrol PID Pengontrol PID adalah pengontrol konvensional yang

    banyak dipakai dalam dunia industri. Pengontrol PID akan

    memberikan aksi kepada Control Valve berdasarkan besar

    error yang diperoleh. Suhu fluida yang diinginkan disebut dengan

    Set Point. Error adalah perbedaan dari Set Point dengan suhu air

    aktual. Persamaan Pengontrol PID adalah :

  • 8

    Keterangan :

    mv(t) adalah output dari pengontrol PID atau Manipulated

    Variable

    Kp adalah konstanta Proporsional

    Ti adalah konstanta Integral

    Td adalah konstanta Detivatif

    e(t) adalah error (selisih antara set point dengan level aktual)

    Persamaan Pengontrol PID diatas dapat juga dituliskan

    sebagai berikut :

    Dengan

    Untuk lebih memaksimalkan kerja pengontrol diperlukan

    nilai batas minimum dan maksimum yang akan membatasi nilai

    Manipulated Variable yang dihasilkan.

    c. Pengontrol Proporsional Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang

    sebanding/proporsional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih

    antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya).

    Ciri-ciri pengontrol proporsional :

    1. Jika nilai Kp kecil, pengontrol proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga

    akan menghasilkan respon sistem yang lambat (menambah

    rise time).

    2. Jika nilai Kp dinaikkan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai keadaan mantapnya (mengurangi

    rise time).

  • 9

    3. Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak

    stabil atau respon sistem akan berosilasi.

    4. Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error, tetapi tidak menghilangkannya.

    d. Pengontrol Integral Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon sistem

    yang memiliki kesalahan keadaan mantap nol (Error Steady State

    = 0 ). Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur integrator,

    pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran sistem

    dengan kesalahan keadaan mantapnya nol. Keluaran pengontrol

    ini merupakan hasil penjumlahan yang terus menerus dari

    perubahan

    masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,

    maka keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya

    perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral

    merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan /

    error.

    Bila nilai e(t) naik 2 kali, maka laju perubahan u(t) terhadap

    waktu menjadi 2 kali lebih cepat. Bila e(t) tetap, maka nilai u(t)

    akan tetap seperti semula.

    Ciri-ciri pengontrol integral :

    1. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga pengontrol integral cenderung

    memperlambat respon.

    2. Ketika sinyal kesalahan berharga nil, keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai sebelumnya.

    3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi

    oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.

    4. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi semakin besar nilai

    konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari

    sinyal keluaran pengontrol.

    e. Pengontrol Derivatif

  • 10

    Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya

    suatu operasi derivatif. Perubahan yang mendadak pada masukan

    pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan

    cepat. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran

    pengontrol juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila

    sinyal masukan berubah mendadak dan menaik (berbentuk fungsi

    step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal

    masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya

    justru merupakan fungsi step yang besar magnitudenya sangat

    dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan factor

    konstanta Kd.

    Ciri-ciri pengontrol derivatif :

    1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada masukannya (berupa perubahan sinyal

    kesalahan)

    2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai

    Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.

    3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga pengontrol ini dapat menghasilkan

    koreksi yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan

    menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat

    mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi

    yang bersifat korektif dan cenderung meningkatkan stabilitas

    sistem.

    4. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan mengurangi overshoot.

    Berdasarkan karakteristik pengontrol ini, pengontrol

    diferensial umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal

    suatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan pada keadaan

    tunaknya. Kerja pengontrol diferensial hanyalah efektif pada

    lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh sebab itu

    pengontrol diferensial tidak pernah digunakan tanpa ada kontroler

    lainnya.

  • 11

    Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan

    Derivatif pada sistem lup tertutup disimpulkan pada table berikut

    ini :

    Tabel 2.1 Efek PID pada system lup tertutup Respon

    Lup

    Tertutup

    Rise

    Time Overshoot

    Settling

    Time

    Steady-State

    Error

    Proporsion

    al

    Menurun

    kan

    Meningkat

    kan

    Perubahan

    Kecil

    Menurunkan/

    mengurangi

    Integral Menurun

    kan

    Meningkat

    kan

    Meningkat

    kan Mengeliminasi

    Derivatif Perubaha

    n Kecil

    Menurunk

    an

    Menurunk

    an

    Perubahan

    kecil

    2.2.1 Pengontrol PID

    Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing

    pengontrol P, I dan D dapat saling menutupi dengan

    menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi pengontrol

    proporsional plus integral plus diferensial (pengontrol PID).

    Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing secara

    keseluruhan bertujuan :

    mempercepat reaksi sebuah sistem mencapai set point-nya

    menghilangkan offset

    menghasilkan perubahan awal yang besar dan mengurangi overshoot.

    Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh

    kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D. Penyetelan

    konstanta Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkan penonjolan sifat

    dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta

    tersebut dapat disetel lebih menonjol disbanding yang lain.

    Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi

    pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.

  • 12

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 13

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Peralatan Percobaan

    Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum sebagai

    berikut :

    a. Labview 2012 dan hardware NationalInstrument Field Point

    b. Satu set PCT 13 + kabel penghubung LM35

    c. Rangkaian Triac

    d. Pompa sirkulasi air dingin

    3.2 Prosedur Percobaan

    Langkah-langkah percobaan ini adalah sebagai berikut :

    a. Labview 2012 diklik, kemudian blank VI di klik untuk membuat front panel dan block diagram

    Gambar 3.1 (a) Tampilan awal LabVIEW (b) Tampilan front

    panel & block diagram

    b. Kemudian akan muncul tampilan Front Panel secara lengkap seperti pada gambar dibawah ini.

  • 14

    Gambar 3.2 Tampilan front panel temperature and level control

    simulation using Compact Fieldpoint

    Gambar 3.3 Tampilan awal LabVIEW untuk PID gains and

    Process Flow Chart

    c. Power supply dinyalakan untuk pompa dan heater d. Set point temperature diatur sesuai yang diinginkan e. Tuning pengendalian dilakukan pada temperature f. Respon sistem di amati dan di catat. (waktu dan temperature) g. Pengambilan data dan tuning dilakukan sebanyak 5 kali

  • 15

    15

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisis Data Pada praktikum kali ini dilakukan dengan simulasi

    menggunakan Labview dengan menggunakan metode Zieger

    Nichole. Data hasil dari simulasi tersebut dapat diperoleh sebagai

    berikut :

    4.1.1 Data Simulasi Labview Metode Zieger Nichole Pada dimulasi menggunakan Labview ini dicarai

    terlebih dahulu nilai Kc yang menghasilkan repon yang

    memiliki amplitude tetap, dan diberilah nilai Kc sebesar 80

    sehingga menghasilkan respon seperti pada Grafik 4.1

    berikut.

    Gambar 4.1 Respon P controller Kc = 80

    Dari nilai Kc yang sudah didapatkan kemudian dapat

    dicari parameter-parameter seperti Kp, Ti dan Td

  • 16

    Gambar 4.2 Respon PI controller Kc = 32, Ti = 33.6

    Gambar 4.3 Respon PID controller Kc = 48, Ti = 21, Td =

    2.64

    4.1.2 Data Real Plan Pada subbab ini ditampilkan grafik serta screenshot

    ketika proses tunning P, PI, maupun PID di software

    LabView. Dari hasil Percobaan tersebut dapat diperoleh

    Grafik seperti pada gambar-gambar berikut ini.

  • 17

    Set Point 40 oC

    Gambar 4.4 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=20, Ti=0.05, dan Td=0.02

    Gambar 4.5 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=19, Ti=0.05, dan Td=0.02

  • 18

    Gambar 4.6 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.06, dan Td=0.02

    Set point 45 oC

    Gambar 4.7 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.06, dan Td=0.02

  • 19

    Gambar 4.8 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.06, dan Td=0.01

    Gambar 4.9 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.05, dan Td=0.01

  • 20

    Set Point 50oC

    Gambar 4.10 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=21, Ti=0.05, dan Td=0.01

    Gambar 4.11 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=25, Ti=0.05, dan Td=0.01

  • 21

    Gambar 4.12 Grafik dan proses tunning PID di labview pada

    kondisi Kc=25, Ti=0.08, dan Td=0.01

    4.2 Pembahasan

    Percobaan kali ini yaitu menetukan nilai Kp, Ti, dan Td pada

    pengendalian suhu. Metode yang digunakan pada saat simulasi

    berupa tuning Ziger Nicol dan Trial and Error. Percobaan yang

    dilakukan pada metode Ziger Nicol dengan cara menggunakan

    rumus empiris dengan mencari Kp terlebih dahulu agar respon

    yang diberikan memiliki satu gelombang yang sesuai, lalu dipakai

    selanjutnya untuk memperoleh nilai Kp, Ti dan Td sesuai respon

    yang diinginkan. Metode Trial and Error dilakukan dengan cara

    mencoba coba Kp, Ti dan Td agar mendapat respon yang baik,

    dimana setpoint dan data keluaran hanya memiliki kurang dari 5

    % error steady-state. Selain error steady-state yang diperhatikan,

    waktu dari overshoot untuk kembali mendekati setpoint. Pada

    percobaan menggunakan metode Ziger Nicole hasil respon yang

    palin baik didapatkan dengan menggunakan parameter Kc = 48,

    Ti = 21, Td = 2.64.

  • 22

    Percobaan pada plant sesungguhnya yang menggunakan

    temperature dan level kontrol, dilakukan tiga kali pengambilan

    data dari setpoint yang berbeda. Setpoint yang diatur adalah suhu

    dengan 40,45 dan 50 derajat. Dari ketiga percobaan dengan

    setpoint yang berbeda, untuk mencapai error steady-state yang

    rendah, maka memberikan Kp yang nilainya kecil dengan Ti dan

    Td juga bernilai kecil. Kemudian pada percobaan secara real

    plan, didapatkan respon yang terbaik yaitu menggunakan nilai

    Kc=20, Ti=0.05, dan Td=0.02 untuk set point sebesar 40oC,

    menggunakan Kc=21, Ti=0.05, dan Td=0.01 untuk set point

    sebesar 45oC dan pada set point 50oC parameter yang

    menghasilkan respon yang baik dengan menggunakan Kc=25,

    Ti=0.08, dan Td=0.01

  • 23

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali adalah

    sebagai berikut :

    1. dari praktikum yang telah dilaksanakan dengan menggunakan simulasi, didapatkan hasil bahwa nilai parameter PID yang

    memiliki respon sistem terbaik adalah dengan menggunakan

    parameter Kc = 48, Ti = 21, Td = 2.64.

    2. pada percobaan secara real plan, didapatkan respon yang terbaik yaitu menggunakan nilai Kc=20, Ti=0.05, dan Td=0.02

    untuk set point sebesar 40oC,

    3. pada percobaan secara real plan, didapatkan respon yang terbaik yaitu menggunakan Kc=21, Ti=0.05, dan Td=0.01

    untuk set point sebesar 45oC dan

    4. pada percobaan secara real plan pada set point 50oC parameter yang menghasilkan respon yang baik dengan menggunakan

    Kc=25, Ti=0.08, dan Td=0.01

    5.2 Saran

    Saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya

    adalah sebagai berikut :

    a. praktikan diajari mengenai konfigurasi hardware dan software yang digunakan

    b. seharusnya Plant dan konfigurasi Labview dan hardware National Instrument sudah selesai agar praktikan dapat

    langsung mengambil data.

  • 24

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Asisten Praktikum SPO, 2015. Praktikum Simulasi Pengendalian Suhu Pada PCT 13 Dengan Labview 2012. Laboratorium Rekayas Instrumentasi dan Control, Jurusan

    Teknik Fisika, FTI-ITS. Surabaya.

  • Lampiran

    Tugas Khusus Resume Journal

    Judul : Direct synthesis Method Based kontroler Design for Cold Rolling Mill

    Penulis : S.Umamaheswari, Dr.V.Palanisamy, dan

    Dr.M.Chidambaram

    Penerbit : International Journal of Control and Automation

    Vol. 3, No. 2, June, 2010

    I. Resume

    Latar Belakang

    Web guide pada proses cold rolling mill (CRM) memiliki

    fungsi utama untuk mengatur (adjustment) garis tengah gulungan

    pada garis tengah dengan proses. Proses yang cepat dapat

    mengakibatkan simpangan yang besar antara posisi tengah

    gulungan dengan garis proses. Untuk mengendalikan web guide,

    maka diperlukan kontroler berupa hydraulic driver atau electrical

    kontroler. Metode Direct Synthesis (DS) akan dibandingkan

    dengan metode tuning PID kontroler yang umum yaitu metode

    Zieger-Nichols (Z-N) dan Internal Model Control (IMC).

    Metode Penelitian

    Model sistem web guide menggunakan hubungan geometris

    pemandu dengan menghiraukan massa dan stiffnes dari web

    digunakan untuk membuat 3 model plant. Ketiga model plant

    dibuat masing-masing berdasarkan nilai minimum, maksimum,

    dan rerata dari nilai interval alami dari variabel yang berkaitan.

    Model tersebut diberi pendekatan FOPTD (first-order plus time

    delay) dengan sistem integrator menggunakan metode Sundaresan

    dan Krishnamurthy. Pada penelitian ini, metode yang diusulkan

    oleh Seshagirirao et. al digunakan untuk merancang PID kontroler

    untuk sistem FOPTD ditambah Integrator dan dibandingkan

    dengan yang sesuai model asli dan metode IMC dan Ziegler-

    Nichols. Metode direct synthesis digunakan untuk pelacakan set-

    point, metode desain kontroler sederhana dengan hanya satu

    kontroler dalam umpan balik tunggal digunakan (IFOPTD)

  • 27

    integrator ditambah FOPTD. Namun, dengan kontroler

    konvensional, mungkin ada masalah seperti overshoot yang besar

    dan waktu penyelesaian yang lama.

    Hasil dan Diskusi

    Dari percobaan yang dilakukan diperoleh nilai ISE dan IAE

    dari ketiga metode pada ketiga model sebagai berikut:

    Proses Kontroler ISE IAE

    Model 1 DS 0.177 33.2

    IMC 190.3 480

    Z-N 0.83 143.9

    Model 1 DS 0.73 143.9

    IMC 245 629

    Z-N 57.61 174

    Model 1 DS 0.396 87.29

    IMC 176.8 456

    Z-N 20.51 874.8

    Kesimpulan Model matematika dari web guide sistem CRM disetel (tune)

    menggunakan PID kontroler dengan metode DS dan

    dibandingkan dengan IMC dan ZN. Kinerja kontrol yang kuat

    dicapai dengan metode Direct Synthesis. Kontroler yang

    dirancang pada model reduced(Rmodel) menggunakan DS

    bekerja dengan baik untuk semua sistem asli dan memberikan

    kinerja yang kuat.

    II. Pembahasan Dari hasil penelitian pada jurnal di atas, dapat diambil

    kesimpulan bahwa lontrol PID Direct Synthesis merupakan salah

    satu metode tuning PID yang dapat menjejaki/tracking model

    pada respons sistem closed-loop yang diinginkan. Metode ini

    menggunakan strategi teknik penempatan pole (pole placement)

    dan domain frekuensi, seperti halnya spesifikasi gain margin dan

    phase margin. Hal ini sangat berbeda dengan metode tuning

  • Ziegler-Nichols atau dengan metode tuning Cohen-Coon yang

    mendapatkan parameter-parameter PID-nya berdasarkan kurva

    reaksi transient atau osilasinya.