labirinitisd
-
Upload
fatwa-nirwana -
Category
Documents
-
view
44 -
download
10
description
Transcript of labirinitisd
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Labirinitis adalah sebuah inflamasi pada labirin yang terletak pada telinga
sebelah dalam.1,2 Salah satu fungsi dari telinga dalam adalah untuk mengatur
keseimbangan. Bila fungsi ini terganggu secara klinis, akan terjadi gangguan
keseimbangan dan pendengaran yang menghilang secara tiba – tiba dan dapat
mengenai satu telinga atau keduanya. Etiologi labirinitis kebanyakan disebabkan oleh
bakteri atau virus. Labirinitis yang disebabkan oleh proses autoimunne menyebabkan
proses iskemia pada pembuluh darah yang bisa mengakibatkan disfungsi yang
menyerupai labirinitis akut.2
Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intratemporal dari radang
telinga tengah.1,2 Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba mendapat
serangan vertigo, muntah dan kehilangan pendengaran harus waspada terhadap
timbulnya labirinitis supuratif. Bakteri masuk ke dalam melalui kanalikuli di dalam
tulang, hematogen atau limfogen. Paling sering melalui destruksi tulang oleh
kolesteatom dan merusak labirin vestibuler. Bila mengenai seluruh labirin disebut
labirinitis umum dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Jika infeksinya
terbatas akan menimbulkan labirinitis lokal dengan gejala vertigo yang ringan.1
Klasifikasi labirinitis terdiri dari labirinitis sirkumkripta, labirinitis difusa yang
terdiri dari serosa dan purulen, dan labirinitis laten.2
Labirinitis virus biasanya mengenai usia 30-60 tahun dan ini jarang diamati
pada anak-anak. Meningogenic supurative labirinitis biasanya mengenai anak-anak
yang berusia lebih dari 2 tahun. Otogenic supurative labirinitis dapat diamati pada
1
orang-orang dari segala usia. Serouse labirinitis lebih umum dalam anak kelompok
usia, dimana sebagian besar kedua kasus akut dan kronis otitis media diamati.2
Data epidemiologi labirinitis masih kurang, namun dari beberapa referensi
didapatkan penyebab terbanyak adalah virus. Prevalensi orang dengan pendengaran
yang hilang secara tiba-tiba diperkirakan 1 kasus di 10.000 orang. Satu studi yang
melaporkan bahwa 37 pasien 240 menyajikan dengan vertigo posisional disebabkan
oleh labirinitis virus.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
2.1.1 Anatomi
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan.
Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. 1,3
Gambar 1. Telinga normal
3
A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas aurikula, meatus akustikus eksternus dan membrane
timpani. Aurikulum disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis
yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar
otot lurik yang pada manusia rudimenter.1,3
Meatus akustikus eksternus berbentuk tabung dengan panjangnya kira-kira 2,5-
3 cm, manakala diameternya bervariasi yaitu lateral biasanya lebih lebar dari medial.
Meatus akustikus eksternus tediri dari dua bagian yaitu bagian lateral dan medial.
Bagian lateral adalah pars kartilagenus yaitu 1/3 luar merupakan lanjutan dari
aurikulum, mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumenalis serta kulit
melekat erat dengan perikondrium. Bagian medial adalah pars osseus yaitu 2/3 medial
merupakan bagian dari os temporalis, tidak berambut, ada penyempitan istmus yaitu
kira-kira 5 mm dari membrane timpani.1,3
Membran timpani memisahkan meatus akustikus eksternus dan telinga tengah.
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dengan diameter kira-kira 1 cm. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan bagian
bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa
mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian
dalam. Serat inilah yang menyebabkan reflek cahaya, reflek cahaya terletak di
kuadran anterior inferior. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane
timpani disebut umbo. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik
garis searah dengan prosessus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu
di umbo, sehingga didapatkan bagian superior – anterior, superior- posterior, inferior
– anterior, inferior – posterior, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.1,3
4
B. Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruangan yang terisi udara yang
terletak dibagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan disebelah
posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring
melalui tuba eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan
didalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi dibagian
anterior pada celah tuba eustachius epitelnya selapais silindris bersilia.1,3
Di bagian dalam rongga ini terdapat tiga jenis tulang pendengaran yaitu : tulang
maleus, inkus, stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak, tanpa rongga sum-
sum tulang. Tulang maleus melekat pada membrane timpani. Tulang maleus dan inkus
tergantung pada ligament tipis diatap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat
pada tingkat celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada dua otot kecil yang
berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam
saluran diatas tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula kearah posterior kemudian
mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari
dinding medial ke lateral untuk berinsersi kedalam gagang maleus. Tendon otot
stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk pyramid dalam dinding posterior dan
berjalan anterior untuk berinsersi kedalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi
protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.1,3
C. Telinga Dalam
Telinga dalam adalah suatu system saluran dan rongga didalam pars petrosum
tulang temporalis. Telinga dalam dibentuk oleh labirin tulang (labirin osseosa) yang
didalamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimfe
sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimfe.1,3
Labirin tulang terdiri atas tiga komponen yaitu : kanalis semisirkularis,
vestibulum, koklea tulang. Labirin tulang ini disebelah luar berbatasan dengan
5
endosteum, sedangkan dibagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang
terdapat didalam labirin tulang oleh ruang perilimfe yang berisi cairan endolimfe.
Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan
rongga timpani melalui suatu membrane yang dikenal sebagai fenestra ovale. Ke
dalam vestibulum bermuara tiga buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis
semisirkularis anterior, kanalis semisirkularis posterior dan kanalis semisirkularis
lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis
mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada tiga saluran tetapi muaranya
hanya lima karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu
dengan ujung medial saluran anterior yang tidak berampula dan bermuara kedalam
bagian medial vestibulum oleh krus komunne. Kearah anterior rongga vestibulum
berhubungan dengan koklea tulang dan fenestra rotundum. Koklea merupakan tabung
berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-
perempat putaran. Sumbu koklea tulang disebut mediolus. Tonjolan tulang yang
terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang
disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion
spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus. 1,3
Labirin membranasea terletak didalam labirin tulang, merupakan suatu system
saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin
ini dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada
beberapa tempat terdapat lembaran –lembaran jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea.
Labirin membranasea terdiri atas duktus semisirkularis, membranasea, ultrikulus,
sakulus dan duktus koklearis. 1,3
2.1.2 FISIOLOGI
A. Pendengaran
6
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasi udara tertentu
dan menginterpretasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energi gelombang
tekanan menjadi impuls saraf, dan kortek cerebri mengkonversi impuls ini menjadi
bunyi. Bunyi memiliki frekuensi, amplitude dan bentuk gelombang. Frekuensi
gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi gelombang udara per unit waktu. Telinga
manusia dapat menangkap ferkuensi yang berfariasi dari sekitar 20 – 18000 Hertz
(Hz). Satu hertz adalah satu siklus per detik. Amplitudo adalah ukuran energi atau
intensitas fluktuasi tekanan. Gelombang bunyi dengan amplitude yang berbeda di
interpretasikan sebagai perbedaan dalam kekerasan. Ukuran bunyi dalam decibel
(dB).1,2,3
Gelombang bunyi ditangkap oleh aurikulum dan di transmisikan ke dalam
meatus akustikus eksternus kemudian bergerak menuju kanalis akustikus internus
kearah membrane tympani. Gelombang bunyi menyebabkan vibrasi membrane
tympani.Sifat membrane adalah aperiodis yang tidak memiliki frekuensi alaminya
sendiri tetapi mengambil karakteristik vibrasi yang terjadi.1,3
Getaran tersebut menggetarkan membrane tympani di teruskan ke membrane
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane
timpani dengan fenestra ovale, Muskulus stapedius dan tensor timpani berkontraksi
secara reflektori sebagai respon terhadap bunyi yang keras. Kontraksi akan
menyebabkan membrane timpani menjadi tegang osikular lebih kaku dan dengan
demikian mengurangi transmisi suara.1,2,3
Eneregi getar yang telah di amplifikasikan ini diteruskan ke stapes yang akan
menggerakan fenestra ovale sehingga perilimf pada skala vestibuli bergerak. Getaran
menggerakan membrane reissner mendorong endolimf sehingga akan menimbulkan
gerakan relative antara membrane basilaris dan membrane tektorial. Proses ini
merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan defleksi seterosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari
7
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel-sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu di lanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1,3
B. KESEIMBANGAN
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan disekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptife reseptor keseimbangan terjadi dari macula yaitu reseptor
keseimbangan statis yang terdapat di utrikulus dan sakulus manakala krista ampularis
yaitu reseptor keseimbangan dinamis yang terdapat pada kanal semisirkular, bereaksi
terhadap gerakan rotasi pada sumbu bidang.1,2,3
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimf di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan
silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion kalsium akan
masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan
merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan
impuls sensorik melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas
silia terdorong kea rah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. 1,3
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energy mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimf di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energy biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
member informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.1,2,3
2.2 Labirinitis
A. Definisi
8
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin) yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang paling sering
dari radang telinga tengah.1,2,3
B. Epidemiologi
Labirinitis lebih sering terjadi setelah infeksi telinga tengah, meningitis, atau
infeksi saluran pernafasan atas. Hal ini juga dapat terjadi setelah trauma, tumor, atau
setelah menelan zat-zat beracun. Hal ini dianggap lebih umum pada wanita daripada
laki-laki. Viral labirinitis adalah bentuk paling umum labirinitis.4 Viral labirinitis
biasanya diamati pada orang dewasa berusia 30-60 tahun dan jarang diamati pada
anak-anak.2 Hal ini dapat dilakukan perbandingan laki-laki banding perempuang 2:1
sekitar dekade 4. Pada era pasca antibiotic, labirinitis bacteria jarang ditemukan.
Biasanya terlihat pada anak-anak dibawah 2 tahun ketika anak-anak paling banyak
resiko meningitis.4
C. Etiologi
a. Berikut adalah virus dan bacteria yang berpotensi menyebabkan labirinitis :
Cytomegalovirus
Mumps virus
Rubella virus
Parainfluenza virus
Influenza virus
Adenovirus
Varicella-zooster virus
Herpes Simplex virus
S. Pneumonia
N. Meningitidis
Mycobacteria tuberculosis
Bacteriodes species
9
Moraxella cattarhalis
b. Zat-zat toksik dan obat-obatan
D. Klasifikasi
Labirinitis dapat disebabkan oleh virus, bacterial, zat-zat toksik dan obat-
obatan. Labirinitis yang diakibatkan oleh bacterial terdapat dalam dua bentuk
labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat
berbentuk labirinitis serosa difusa dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis
supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik
difus.1,2,3
a. Labirinitis Viral 1,3
Etiologi
Infeksi saluran pernafasan atas, factor congenital yaitu infeksi campak dan
rubella pada trimester pertama atau infeksi cytomegalovirus pada kontraksi
uterus setelah persalinan yang menyebabkan kokleolabirinitis. Infeksi virus
ini menjalar secara hematogen ke telinga dalam.
Gejala Klinis
Menyebabkan gejala vertigo, mual, muntah, selama beberapa hari dan
minggu. Labirinitis viral bersifat tidak episodic dan tidak ada gejala
gangguan pendengaran.
Terapi
Vestibular supresent (diazepam)
Komplikasi
Komplikasi seperti hidrops endolimfatik dan penyakit Meniere’s.
Prognosis
Prognosis baik karena biasanya terjadi pada usia muda dan jika terapi yang
diberikan adekuat. Vertigo boleh sembuh dalam jangka masa satu minggu
10
tetapi gangguan keseimbangan akan tetap bertahan selepas beberapa bulan
jika terdapat stress.
b. Labirinitis Bakterial
Labirinitis Serosa Difus
Etiologi
Labirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis
sirkumskripta atau dapat terjadi primer pada otitis media akut dengan atau
tanpa kolesteatoma dan reaktivasi otomastoiditis kronis. Masuknya toksin
bacteria dan zat-zat yang diproduksi secara difus melalui membrane
fenestra ovale dan fenestra rotundum. Infeksi tersebut mencapai endosteum
melalui saluran darah. Selain itu, labirinitis serosa sering terjadi pada
operasi telinga dalam misalnya pada stapedektomi. Labirinitis serosa difus
ini adalah proses inflamasi yang steril.4
Pemeriksaan
Kelainan patologi yaitu inflamasi non purulen pada labirin. Pemeriksaan
histologik pada potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal
dengan eksudat serosa atau serofibrin.5
Gejala Klinis
Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo
spontan dengan derajat ringan-sedang dan nistagmus rotator, biasanya
kearah telinga yang sakit. Terdapat juga tuli sensorineural yang bersifat
sementara. Kadang-kadang disertai mual dan muntah, biasanya tidak berat.2
Terapi
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring total. Harus
diberikan antibiotika yang tepat dengan dosis yang adekuat untuk
mengeradikasi bacteria penyebab. Selain itu, untuk mengurangi gejala
11
gangguan keseimbangan diberikan sedative ringan. Pada stadium lanjut dari
otitis media akut diperlukan dreanase telinga tengah dan mastoidektomi
sederhana.6
Prognosis
Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan dan
kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf temporer yang
berat dapat menjadi tuli saraf yang permanen bila tidak diobati dengan
baik.
Labirinitis Supuratif Akut Difus
Etiologi
Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis
serosa yang infeksinya masuk melalui fenestra ovale dan fenestra
rotundum. Pada banyak kejadian, labirinitis ini terjadi sekunder dari otitis
media akut maupun kronik atau mastoiditis. Pada beberapa kasus abses
subdural atau meningitis, infeksi dapat menyebar ke dalam labirin dengan
atau tanpa terkenanya telinga tengah, sehingga menjadi labirin supuratif.
Bakteria secara langsung masuk ke dalam membrane dan erosi tulang
labirin.4
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan histologik didapatkan infiltraasi labirin oleh sel-sel
leukosit polimorfonuklear dan destruksi struktur jaringan lunak. Sebagian
dari tulang labirin nekrosis dan terbentuk jaringan granulasi yang dapat
menutup bagian tulang yang nekrotik tersebut. Keadaan ini akan
menyebabkan osifikasi labirin.5
Gejala klinis
12
Labirinitis supuratif akut difu, ditandai dengan tuli total pada telinga yang
sakit diikuti dengan vertigo yang berat, mual, muntah, dam mistagmus
spontan kearah telinga yang sehat. Selama fase akut, posisi pasien sangat
khas. Pasien akan berbaring pada sisi yang sakit, jadi kearah komponen
lambat nistagmus. Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo. Jika fungsi
koklea hancur, akan mengakibatkan tuli saraf total permanen.2
Terapi
Diperlukan tirah baring total selama fase akut, yang dapat berlangsung
sampai 6 minggu. Perbaikan terjadi bertahap, mulai dari hari pertama.
Sedative ringan diperlukan pada periode awal Fenobarbital 32mg yang
diberikan 3 kali sehari.6
Dosis antibiotik yang adekuat harus diberikan selama suatu periode baik
untuk mencegah komplikasi intracranial, maupun untuk mengobati
labirinitisnya. Harus dilakukan kultur untuk identifikasi kuman dan untuk
tes sensitivitas kuman. Antibiotik penisilin harus segera diberikan sebelum
hasil tes resistensi didapa, jika alergi terhadap penisilin dapat diberikan
tetrasiklin, dengan dosis tinggi secara parenteral. Respon klinik lebih utama
dari tes sensivitas kuman dalam menentukan jenis antibiotik.6
Drenase, atau membuang sebagian labirin yang rusak, dilakukan apabila
terdapat komplikasi intracranial dan tidak member respon terhadap
pengobatan dengan antibiotik.6
Labirinitis Kronik (Laten) Difus
Etiologi
Labirinitis supuratif stadium kronik atau laten dimulai, segera setelah gejala
vestibuler akut berkurang. Hal ini dimulai dari 2-6 minggu sesudah awal
periode akut.4
Pemeriksaan
13
Pemeriksaan patologi menunjukkan telinga dalam hampir seluruhnya terisi
oleh jaringan granulasi setelah 10 minggu serangan akut. Jaringan granulasi
secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan
kalsifikasi. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan-ruangan
labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun. Tes kalori tidak
menimbulkan respon disisi yang sakit.5
Gejala klinis
Terjadi tuli total disisi yang sakit. Vertigo ringan, nistagmus spontan
biasanya kearah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan.4
Terapi
Terapi lokal ditujukan kesetiap infeksi yang mungkin ada. Drenasi labirin
dilakukan apabila terdapat suatu fokus infeksi di labirin atau daerah
perilabirin telah menjalar atau dicurigai menyebar ke struktur intrakranial
dan tidak memberi respon terhadap terapi antibiotik.5
Labirinitis Toksik
Labirinitis toksik dapat disebabkan oleh keracunan zat-zat toksik seperti arsen,
zink, kuinin, dan pemakaian obat antibiotik yang ototoksik seperti streptomisin,
aminoglikosida, dan dihydrostreptomisin. Gejala yang timbul seperti vertigo,
tinnitus , dan tuli.2
E. Patofisiologi Alat Vestibuler
Rangsangan yang normal akan selalu menimbulkan gangguan vertigo, misalnya
pada tes kalori. Rangsangan abnormal dapat pula menimbulkan gangguan vertigo bila
terjadi kerusakan pada sistem vestibulernya, misalnya orang dengan paresis kanal akan
merasa terganggu bila naik perahu. Rangsangan normal dapat pula menimbulkan
vertigo pada orang normal, bila situasinya berubah, misalnya tanpa ruangan tanpa
bobot.3
14
Sistem vestibuler sangat sensitive terhadap perubahan konsentrasi O2 dalam
darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat menimbulkan
vertigo.Vertigo tidak akan timbul bila hanya pada perubahan konsentrasi O2 saja, tetapi
harus ada faktor lain yang menyertainya, misalnya skeloris pada salah satu dari arteri
auditiva interna, atau salah satu arteri tersebut terjepit. Dengan demikian bila ada
perubahan konsentrasi O2, hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian,
akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial antara vestibuler kanan dan kiri.
Akibatnya akan terjadi serangan vertigo.3
Perubahan konsentrasi O2 dapat terjadi, misalnya pada hipertensi,
spondiloartrosis servikal. Pada kelainan vasomotor, mekanisme terjadinya vertigo
disebabkan oleh karena terjadi perbedaan perilaku antara arteri auditiva interna kanan
dan kiri, sehingga menimbulkan perbedaan potensial antara vestibuler kanan dan kiri.3
F. Manifestasi Klinis
Vertigo (perubahan posisi)
Penurunan fungsi pendengaran secara tiba-tiba tipe koklear (unilateral atau
bilateral, ringan sampai berat, reversible)
Gangguan keseimbangan
Nistagmus spontan
Tinitus
Otorrhea
Mual, muntah
Demam 1,2,3
Gejala klinis mula-mula hanya terdapat gangguan keseimbangan dan tuli
saraf ringan. Pada keadaan yang lebih lanjut terdapat vertigo yang berat yang
disertai nausea, dan muntah, dan terdapat nistagmus horizontal.3
G. Prosedur Diagnostik
Gambaran Klinis
15
1. Anamnesis 1,2,3
Perjelas apa yang pasien maksud dengan vertigo, apakah berpengaruh
terhadap perubahan posisi secara cepat, onset, apakah sering timbul, berapa
lama apabila keluhan vertigo muncul (durasi), aktivitas atau saat tertentu
yang membuat keluhan muncul, tingkat keparahan sehingga kegiatan sehari-
hari terganggu.
Terkait dengan gejala diatas (tinnitus, gangguan pendengaran tiba-tiba, sakit
kepala, penglihatan ganda, mati rasa, kesulitan menelan.)
Gejala penyerta : mual, muntah, demam, nyeri pada telinga.
Kebiasaan pribadi yang rutin dilakukan yang kira-kira terkait dengan
keluhan penyakit (minum obat-obatan yang bersifat ototoksik dalam jangka
waktu lama dan berlebihan, peminum alkohol.)
2. Pemeriksaan Fisik THT2
Pemeriksaan Otologik
Melakukan pemeriksaan eksternal untuk tanda-tanda mastoiditis, selulitis.
Memeriksa telinga kanal otitis eksterna, ottorhea, atau vesikel
Pemeriksaan telinga menyeluruh dengan otoscope atau mikroskop
memungkinkan diagnosis otitis media dan koleosteatom. Apabila ditemukan
ottorhea, harus menentukan akut atau kronis otitis media dengan mucus
membrane.
Pasien yang datang dengan keluhan kesulitan berjalan (keseimbangan)
biasanya setelah mendapatkan serangan akut, dengan didapatkan nistagmus
(gerakan bolak-balik mata yang involunter) (+)
Lakukan tes Romberg dan tes keseimbangan lainnya (disdiadokinesis, tes
jalan ditempat, Tes Nylan Barani), biasanya pasien tidak dapat berjalan lurus
atau tidak mampu mempertahankan posisi seimbang dalam jangka waktu
yang ditentukan.
16
Pada tes fistula dengan menekan tragus atau memompa balon Siegel makan
penderita akan merasa pusing atau rasa berputar, kadang-kadang dengan
pemberian obat tetes telinga akan menimbulkan keluhan vertigo.
Tes menggunakan garpu tala untuk mengetahui kualitas pendengaran (Tes
Rinne, Tes Weber, Tes Schwabach) untuk membedakan tuli konduktif, tuli
sensorineural dan tes berbisik untuk mengetahu kuantitas pendengaran. Pada
tes garpu tala maka akan didapatkan tuli saraf.
Harus tidak ada bukti defisit neurologis lain seperti kelemahan ekstremitas
atas atau ekstremitas bawah, kelemahan pada wajah.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pada radiologik selain tanda-tanda mastoiditis juga tampak fistel labirin pada
kanalis semisirkularis horizontal.1
2. CT – Scan
Pertimbangan dilakukannya CT – Scan pada kasus labirinitis, sebaiknya
dilakukan sebelum pengambilan sampel LCS pada yang dicurigai meningitis
akibat infeksi labirinitis yang berkelanjutan atau infeksi intrakranial yang
meluas ke telinga dalam. CT – Scan juga berguna untuk membantu
mengesampingkan mastoiditis sebagai sebuah penyebab yang potensial. CT –
Scan tulang temporal akan membantu dalam pengelolaan pasien dengan
kolesteatom dan labirinitis.
CT – Scan noncontrast adalah yang terbaik untuk menggambarkan fibrosis, dan
kalsifikasi dari labirin membranous pada orang dengan labirinitis kronis.2
3. MRI
MRI dapat digunakan untuk membantu mencegah neuroma akustik, stroke,
abses otak atau hematoma epidural sebagai potensi penyebab vertigo dan
kehilangan pendengaran. Koklea depan dan kanal-kanal semisirkular
17
meningkatkan pada t1 weighted postcontrast gambar pada orang dengan akut
dan subakut labirinitis. Temuan ini sangat spesifik dan berkolerasi dengan
subjektif penilaian, dan beberapa pasien mengalami perbaikan dalam tekhnik
MRI ini dan dapat dijadikan studi pilihan untuk dicurigai labirinitis.2,3
I. Diagnosis Banding
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Vestibular neuritis
Meniere Disease
J. Komplikasi
Kehilangan pendengaran secara permanen
Gangguan Keseimbangan
K. Penatalaksanaan
Terapi lokal harus ditujukan ke setiap infeksi yang mungkin ada. Pemberian
antibiotic jika labirinitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa obat antivirus
mungkin berguna jika kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus. Obat-obatan
antiemetic dan obat penenang atau hypnotics membantu mengontrol gejala dan
membantu agar pasien tetap tenang selama serangan vertigo berlangsung.
Antihistamin dapat diberikan jiak kondisi berhubungan dengan alergi. Pasien
mungkin perlu istirahat di tempat tidur selama beberapa hari, cukup minum dan
membatasi sedikit aktivitas fisik yang berat untuk mempertahankan hidrasi dan
mencegah terjadinya vertigo.1,2,3
Drainase bedah atau eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu fokus
di labirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigai menyebar ke struktur
intrakranial dan tidak memberi respon terhadap terapi antibiotik. Bila ada indikasi
dapat dilakukan mastoiditis. Bila dicurigai ada fokus infeksi dilabirin atau di os
petrosus, dapat dilakukan drainase labirin dengan salah satu operasi labirin. Setiap
sekuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N VII. Bila
18
saraf fasial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila
dilakukan operasi tulang temporal, maka harus diberikan antibiotik sebelum dan
sesudah operasi. Jika kehilangan pendengaran secara permanen maka alat bantu
dengar akan bermanfaat.1,2,3
L. Prognosis
Pemulihan spontan umumnya terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu. Fungsi labirin dapat kembali normal tergantung pada kecepatan dan
keefektifan dari pengobatan yang didapat. Gejala vertigo yang berat biasanya akan
hilang dalam beberapa hari sampai 3 minggu, tetapi gangguan keseimbangan
mungkin bertahan selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan, terutama
bila melakukan gerakan-gerakan cepat. Setelah gejala labirinitis telah diselesaikan,
maka resiko terjadinya kekambuhan labirinitis akan sama dengan individu yang
belum pernah menderita labirinitis. Kekambuhan yang terjadi biasanya lebih ringan.
Pada umumnya, prognosis jangka panjang untuk pasien labirinitis baik dan sebagian
besar pasien sembuh sempurna.1,2,3
Dalam beberapa kasus, pendengaran dapat menyebabkan kerusakan yang parah
pada labirin, yang mengakibatkan hilangnya pendengaran secara permanen. Bahkan
ketika terjadi kerusakan permanen, otak masih dapat beradaptasi dengan cukup baik
untuk mengatasi gejala dalam periode hari atau bulan.1,2,3
19
BAB III
KESIMPULAN
Labirinitis adalah infeksi telinga dalam (labirin) yang disebabkan oleh bakteri
atau virus. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang paling sering dari
radang telinga dalam. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut
labirinitis umum, dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan
labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo
saja dan tuli saraf saja. Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang
perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis
supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis
serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif
akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus. Gejala klinis yaitu gangguan
vestibular, vertigo, nistagmus, mual, muntah, serta gangguan fungsi pendengaran
sensorineural. Terapi local harus ditujukan ke setiap infeksi yang mungkin ada.
Drainase bedah atau eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu focus di
labirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigai menyebar ke struktur
intrakranial dan tidak memberi respon terhadap terapi antibiotik. Bila ada indikasi
dapat dilakukan mastoidektomi. Terapi dilakukan secara pengawasan yang ketat dan
20
terus menerus untuk mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan
vestibulokoklea yang permanen.
21