L 11 Skenario C Blok 18
-
Upload
selli-novita-belinda -
Category
Documents
-
view
59 -
download
7
Transcript of L 11 Skenario C Blok 18
SKENARIO C BLOK 18
Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk
dan merangkak. Tristan anak pertama dari usia Ibu 27 tahun. Lahir spontan
dengan bidan dengan kehamilan 39 minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan
dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir langsung menangis.
Berat badan lahir 3.250 gram. Pada saat usia 6 bulan Tristan mengalami kejang
yang disertai demam dan dirawat di RS selama 2 minggu. Sebelum terkena kejang
dan demam itu Tristan sudah bisa tengkurap bolak-balik, sudah bisa tersenyum ke
arah ibunya dan perkembangan lainnya sesuai usia. Sejak keluar dari RS Tristan
mulai terlihat malas bergerak dan hanya bisa tengkurap saja. Sampai saat ini
belum bisa duduk dan merangkan, belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi
bubur saring dan susu. Tristan juga belum bisa makan biskuit sendiri. Tristan
sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila menginginkan
sesuatu dia selalu menangis.
Pemeriksaan fisik:
Berat badan 7,5 kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm. Tidak ada
gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum
kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Terdapat
gerakan yang tidak terkontrol. Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan
menahan kepala beberapa detik. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan
tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada waktu
diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang. Tidak ada kelainan
anatomi pada kedua tungkai dan kaki. Hasil Tes bera: respon suara telinga kanan
dan kiri 30 dB
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Kejang : perubahan funsi otak mendadak dan sementara sebagai aktifitas
neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang
berlebihan
1
2. Merangkak : Bergerak dengan bertumpu pada tangan dan lutut
3. Gerakan yang tidak terkontrol : gerakan yang tidak teratur
4. Refleks tendon : reflek yang ditimbulkan oleh ketukan tajam pada tendon
atau otot di tempat yang tepat sehingga menghasilkan pengerutan segera
otot tersebut yang diikuti oleh kontraksinya.
5. Tes bera : Brainstem evoked response audimetry) tes untuk mengetahui
fungsi indera pendengaran yang umumnya dilakukan pada anak-anak
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tristan anak laki-laki 18 bulan belum bisa duduk dan merangkak
2. Riwayat penyakit: Pada usia 6 bulan Tristan mengalami kejang yang
disertai demam, dirawat di RS selama 2 minggu
3. Riwayat perkembangan sebelum kejang:
- Sudah bisa tengkurap bolak-balik
- Sudah bisa tersenyum ke arah Ibunya
- Perkembangan lain sesuai usia
4. Riwayat perkembangan setelah kejang :
- Mulai terlihat malas bergerak
- Hanya bisa tengkurap
- Belum bisa duduk dan merangkak
- Belum bisa makan nasi (masih diberi bubur saring dan susu)
- Belum bisa makan biskuit sendiri
- Sudah bisa mengoceh (belum bisa memanggil mama dan papa)
- Bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis
5. Pemeriksaan Fisik:
- BB
- Panjang Badan
- Lingkar Kepala
- Gerakan yang tidak terkontrol
2
- Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras
- Posisi tengkurap hanya bisa menahan kepala beberapa detik
- Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3
- Lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk
- Reflek tendon meningkat
- Waktu diangkat vertical kedua tungkai saling menyilang (scissor
reflect)
- Hasil Tes bera respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB
III. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana pertumbuhan normal bayi lahir hingga berusia 18 bulan?
Jawab:
Dilihat dari 3 aspek : berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala
Berat badan bagi bayi cukup bulan = 2500 -4000 g
Berat badan lahir rendah <2500g
Kehilangan berat badan pada minggu pertama <10%BB
BB bertambah setiap dua minggu sekali
Pada 6 bulan pertama : bertambah 150-250 g/minggu
o 6 bulan : 2xberat badan waktu lahir
6-9 bulan : 90-150 g/minggu
9-12 bulan : 60-90 gram/minggu
à 12 mo : 3 x berat badan waktu lahir
Tahun kedua : 40 g/minggu
TABLE 2. Formulas for Approximate Mean Weight and Height of
Normal Infants and Children
WEIGHT KILOGRAMS
At birth 3.25
3
3 ti 12 months Age (mo) + 9
2
1 to 6 years Age (yr) x 2 + 8
7 to 12 years Age (yr) x 7 – 5
2
HEIGHT CENTIMETERS
At birth 50
At 1 year 75
2 to 12 years Age (yr) x 6 + 77
Behrman RE, Vaughan VC III, eds. Nelson Textbook of Pediatrics, 13th
ed, Philadelphia, PA: WB Saunders Company;1987:11
Pada kasus : 18 bulan : Age (yr) x 2 + 8
: 1,5x2 + 8
: 11 kg
Panjang badan / tinggi badan
Age Body height / length
Newborn
1 yr
4 yr
+ 50 cm
1,5 x birth length
2 x birth length
4
5 yr
13 yr
2 x birth length + 5 cm
3 x birth length
Lingkar kepala
• Newborn : 33 – 35 cm
• 1 yr : 45 – 47 cm
• 2 yr : 48 – 50 cm
• 5 yr : 51 – 53 cm
• In first year head circ increases + 1 cm/mo
• From 2-7 yr increases + ½ cm / yr
• From 7-10 yr increases + 1/3 cm / yr
Pada kasus 18 bulan, lingkar kepala yang normal yaitu 48,4 cm
2. Bagaimana perkembangan normal bayi lahir hingga berusia 18 bulan?
Jawab:
Lihat di sintesis Tahap Tumbuh Kembang Anak
5
3. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kejang yang disertai
demam?
Jawab:
Faktor pasca natal:
Infeksi susunan saraf pusat
Trauma kepala/cedera kepala
Kejang akibat toksik
Gangguan metabolic
4. Apa saja dampak dari kejang yang disertai demam pada bayi usia 6 bulan?
Jawab:
Umumnya, kejang yang terjadi dalam waktu singkat tidaklah berbahaya.
Namun, perlu diwaspadai bila kejang berlangsung lama (lebih dari 5 menit)
dan sering berulang. Karena, setiap kali kejang akan terjadi kerusakan sel-sel
otak akibat kekurangan oksigen dalam otak. Sehingga, semakin lama dan
semakin sering kejang terjadi, sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak.
5. Mengapa Tristan mengalami gangguan perkembangan setelah mengalami
kejang disertai demam?
Jawab:
kemungkinan : faktor post/pasca natal (ex: infeksi SSP) à
kerusakan/gangguan pada sel-sela motorik pada SSP à palsi serebral à ↑
resiko terjadinya epilepsi à epilepsi pada anak palsi serebral palsi sulit
dikontrol à ↑ derajat gangguan motorik dan fungsi kognitif à Gangguan
perkembangan motorik dan kognitif lebih lanjut
Setelah terjadi palsi serebral à gangguan persepsi karena anak tidak bisa
mengeksplorasi lingkungan à gangguan perkembangan kognitif à tidak
dapat mengekspresikan diri secara efisisen (ex: bahasa)
6
Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan
àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak
àgangguan perkembangan khususnya sosial
Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan
àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak à ↓
pengalaman sensasi motorik yg dibutuhkan untuk perkembangan kognitif
Setelah terjadi palsi serebral à gangguan perkembangan motorik, sosial,
kognitif, dll à ↑ ketergantungan terhadap orang-orang disekitarnya à
keterlambatan maturitas emosi
6. Apa dampak dari Tristan yang belum bisa makan nasi dan biskuit? (gizi)
Jawab:
Bubur saring mengandung nutrisi yang sama seperti nasi yaitu karbohidrat
serta tiamin. Susu juga mengandung protein dan nutrisi yang mirip seperti
ASI. Kebutuhan bayi pada usia 18 bulan kian meningkat sejak 6 bulan
sehingga sebaiknya diberi makanan padat. Oleh itu, bisa di simpulkan
bahwa dari segi kualitatif nutrisinya adalah lengkap namun kuantitatif
adalah kurang menyebabkan tidak memenuhi kebutuhan tristan tadi yang
justeru mengakibatkan kurang nutrisi.
7. Apa interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
Test Result Reference Interpretasi
Berat badan 7,5 kg 11 kg Berada di bawah
persentil -3 SD (kurang
gizi)
Tinggi badan 75 kg 82 cm Berada di antara
persentil -2 SD dan -3
SD
Lingkar kepala 45 cm 48 cm Kecil ukuran kepala
7
Gambaran
dismorfik
Tidak ada Tidak ada Normal
Kondisi anak Sadar Sadar Normal
Kontak mata Ada Ada Normal
Gerakan Tidak
terkontrol
Dapat dikontrol Abnormal
Keadaan
perkembangan
Pada posisi
tengkurap
bisa
mengangkat
dan menahan
kepala
selama
beberapa
detik
Anak usia 18 bulan:
Bisa berlari, menangkap
bola
Gangguan
perkembangan
Kekuatan otot
tungkai
3 5 gerakan otot dapat
melawan gravitasi, tapi
tidak bisa menahan
tahanan pemeriksa
Lengan dan tungkai Kaku dan
susah diteku
Tidak kaku dan mudah
untuk ditekuk
Abnormal
Refleks tendon Meningkat Respon normal Ada kerusakan di UMN
Posisi tungkai
ketika diangkat
vertical
Kedua
tungkai
saling
menyilang
Tidak saling menyilang Abnormal
Tes Bera 30 dB 0-25 dB Tuli ringan
8. Bagaimana mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
8
kejang
Gangguan organisasi dan myelinisasi otak
Hipoperfusi otak
Gangguan serabut saraf yang mengontrol fungsi motorik dan tonus otot
Pertumbuhan otak terhambat
mikrosefali
Keterlambatan fungsi motorik
Gangguan traktus piramidalis
Disfungsi oromotor
Belum bisa merangkakBelum bisa memanggil mama/papa
Kesulitan makan
Nutrisi ↓
Kerusakan nervus VIII
UMN
Gangguan telinga (tuli ringan)
Tonus otot ↑
Lengan dan tungkai kaku dan susah ditekuk (fenomena pisau lipat)Refleks tendon ↑Posisi vertical kedua tungkai saling menyilang (fenomena scissoring lag)
Menoleh ketika dipanggil dengan
keras
9. Apa saja diagnosis banding dari kasus ini?
Jawab:
9
Klasifikasi palsi serebralis):
a. Spastic CP à hemiplegia, quadriplegia, diplegia, paraplegia, monoplegia
b. Dyskinetic CP à korea, atetosis, koreoatetosis c. Ataxic CPd. Mixed CP (campuran dari dua tipe atau lebih)
CP tipe
spastic
CP tipe
diskinetic
CP tipe
ataxic
Sindrom
down
DMD(duscen
t muscle
distropy
kasus
Jenis kelamin Laki-laki >
perempuan
Laki-laki
>perempu
an
Laki-laki
>perempu
an
Laki-
laki
Motorik
kasar(duduk
dan
merangkak)
Terlambat
dan statis
Terlambat
dan statis
Terlambat
dan statis
Terlambat
atau
normal
Normal/
sedikitTerlam
bat padaawal
umur,
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
Belum
bisa
pada
usia 12
bulan
Anak pertama >62,5% >62,5% >>>62,5% _ _ +
Usia ibu <30thn <30thn <30thn >35thn _ 27 thn
Persalinan
spontan
87,5% 87,5% 87,5% _ _ +
Usia
kehamilan
75%
aterm/preter
m
75%
aterm/pret
erm
75%
aterm/pret
erm
aterm aterm Preterm
36
minggu
Antenatal care
canggih(radia
si)
FR FR FR _ _ +
Tidak >> + >> + >> + -/+ >>Langsung +
10
langsung
menangis
menangis
APGAR Asfiksia
berat
Asfiksia
berat
Asfiksia
berat
-/+ -/+ Asfiksi
a berat
BBL BBLR BBLR BBLR BBLR >>normal 3250
gram
norma
Motorik
halus(belum
bisa makan
nasi)
terlambat terlambat terlambat Normal/+
klo ada
kelainan
kongengita
l lain
Normal/
sedikitTerlam
bat padaawal
umur,
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
+
Bicara bahasa Resiko
bertambah
pada
quadriplegi
Biasa
terjadi
karna otot
orofarig
kena
normal terganggu terganggu Bisa
mama
danpap
a
Riwayat
kejang
>>spastic
quadriplegi
jarang - -/+ Jarang sekali _
BB >>malnutrisi >>malnutr
isi
>>malnutr
isi
Klo +
gangguan
kongenital
pencernaa
n
-/+ 6,6 kg
à
2:mode
rate
pertumbuhan Terganggu
karna
gangguan
otot
pencernaan(
Terganggu
karna
gangguan
otot
pencernaa
normal -/+ -/+ Tergan
ggu
11
otot
orofaring),s
usah
menelan
n(otot
orofaring)
mikrosefali + pada
quadriplegi
Jarang,
karna
kognisinya
jarang
kena
-, karna
yang kena
otak yang
mengatur
keseimban
gan dan
depth
preseption
-/+ -/+
Gambaran
dismorfik
- - - + _ _
Gerakan yang
tidak
terkontrol(cho
reoathetosis
_ + _ -/+ _ _
Refleks
primitif(moro,
menggengga
m, tendon
meningkat)
+ + + -/+ -/+ +
Kekuatan
kedua lengan
dan tungkai
menurun menurun menurun Normal/
menurun
menurun 3,
normal
nya 5
Lengan dan
tungkai kaku
dan susah
untuk ditekuk
+ rigiditas
+ rigiditas
_
_
_
_
-/+
-/+
-/+
-/+
+
+
Kedua
tungkai saling
rigiditas _ _ _ _ +
12
menyilang
pada posisi
vertikal
10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang masih diperlukan?
Jawab:
Tes-tes yang umumnya dilakukan, termasuk, EEG, analisa kromosom,
pemeriksaan cairan serebrospinal, pencitraan sepertgi cranial ultrasound,
computed tomography scan (CT Scan), dan magnetic resonance imaging scans
(MRIs). MRI juga digunakan untuk mengetahui letak dan luas lesi. Beberapa
tes ini dapat digunakan untuk menegakan diagnosis cerebral palsy.
11. Apa WD kasus ini ?
Jawab:
Serebral palsy tipe Spastic quadriplegia dan diskinetik (campuran)
12. Apa Etiologi dan faktor resiko kasus?
Jawab:
Berdasarkan artikel dari cerebralpalsy.org penyebab dari serebral palsi
(SP) adalah cedera otak atau malformasi otak yang terjadi ketika otak
berkembang, baik sebelum, sesaat, atau setelah kelahiran.
Faktor resiko:
Bayi― Bayi memiliki resiko terjadinya kerusakan otak daripada anak-ana
yang lebih tua
Premature atau BBLR ―anak-anak yang preterm atau BLLR lebih besar
resiko untuk menjadi SP-didapat (acquired)
13
Infeksi otak- Tidak mendapatkan vaksin dapat meningkatkan resiko
infeksi otak yang berlanjut ke SP
Cedera- kurang pengawasan orang dewasa akan meningkatkan resiko
cedera yang dapat berujung ke SP
Masalah dengan aliran darah ke otak- contoh stroke atau perdarahan di
otak yang berhubungan dengan pembekuan darah di otak, pembukuh darah
yang tidak terbentuk dengan baik, defek jantung yang terdapat pada saat
lahir, atau penyakit sel sabit
Table lokasi lesi dari masing-masing jenis CP: (Nadire berker, Selim
yalcin, 2010).
13. Bagaimana epidemiologi kasus ini?
Jawab:
Angka kejadian sekitar 1-5 per 1000 anak.
Laki-laki lebih banyak daripada wanita
Sering pada anak pertama
Angka kejadiannya lebih tinggi pada anak kembar
Umur ibu sering lebih dari 40 tahun
(Soetjiningsih, 2012)
14. Bagaimana patofisiologi kasus ini?
Jawab:
faktor post/pasca natal (ex: infeksi SSP) à kerusakan/gangguan pada sel-
sela motorik pada SSP à palsi serebral à ↑ resiko terjadinya epilepsi à
14
epilepsi pada anak palsi serebral palsi sulit dikontrol à ↑ derajat
gangguan motorik dan fungsi kognitif à Gangguan perkembangan
motorik dan kognitif lebih lanjut
Setelah terjadi palsi serebral à gangguan persepsi karena anak tidak bisa
mengeksplorasi lingkungan à gangguan perkembangan kognitif à tidak
dapat mengekspresikan diri secara efisisen (ex: bahasa)
Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan
àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak
àgangguan perkembangan khususnya sosial
Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan
àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak à ↓
pengalaman sensasi motorik yg dibutuhkan untuk perkembangan kognitif
Setelah terjadi palsi serebral à gangguan perkembangan motorik, sosial,
kognitif, dll à ↑ ketergantungan terhadap orang-orang disekitarnya à
kelambatan maturitas emosi
Pusat motorik di otak terletak di bagian posterior dari lobus frontalis. Di
bagian anterior dari lobus frontalis terletak pusat yang mengatur kestabilan
emosi dan personalitas serta tempat menyimpan ingatan baru. Lobus temporal,
parietal, dan oksipital juga sangat berpengaruh terhadap fungsi motorik, selain
juga untuk fungsi lainnya seperti kemampuan kognitif. Jadi bila terjadi
gangguan motorik yang berat seperti palsi serebral maka bagian otak yang
terkena pasti luas atau menyebar, atau dapat pula lokal, disertai oleh
penyumbatan aliran pembuluh darah besar, sumbatan aliran cairan
serebrospinal atau adanya aktivitas fokus epileptikus.
15. Bagaimana tatalaksana kasus ini?
Jawab:
Tujuan tatalaksana bukan membuat anak seperti anak normal lainnya. tetapi
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal
15
mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.
sehingga dalam menangani anak dengan palsi serebralis, gharus
memperhatikan berbagai aspek dan diperlukan kerjasama multi disiplin seperti
disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah syaraf, psikologi,
rehabilitasi medik, ahli wicara, pekerja sosial, dan guru sekolah luar biasa.
Disamping itu peran orang tua dan masyarakat.
Penatalaksanaan palsi serebralis dibagi menjadi 2 aspek
ASPEK MEDIS
a. Aspek medis umum
Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini.
karena sering terdapat kelainan p-ada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk
menyatakan keinginan untuk makan. pencatatan rutin perkembangan berat
badan anak perlu dilakukan
Hal lain yang sewajarnya dilaksanakan: imunisasi, perawatan kesehatan,
dan lain-lain
b. terapi dengan obat-obatan
diberi obat-obatan sesuai dengan kebutuhan anak, seperti obat-oabatan
untuk relaksasi otot, anti kejang, untuk atetosis, ataksia, psikotropik, dan
lain-lain
c. terapi melalui pemebedahan ortopedi
banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon
yang memendek akibat kekakuan/spastisistas otot, rasa sakit yang terlalu
menggangu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil. tujuan
tindakan ini adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat
atau untuk transfer dari fungsi.
d. fisioterapi
- teknik tradisional
latihan luas gerak sendi, “streching”, latihan penguatan dan
peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan
pindah, latihan jalan,. contohnya teknik dari deaver.
16
- “motor function training” dengan menggunakan sistemkhusus, yang
umumnya dikelompokkan sebagai neuromuskular facilitation
excercises. dimana digunakan pengetahuan neurofisiologidan
neuropatologi dari refleks didalam latihan, untuk mencapai suatu
postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini
berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan
ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila
dilakuakn berulang-ulang akan berintergrasi ke dalam pola gerak
motorik yang bersangkutan.
e. terapi okupasi
terytama latihan untuk melakukan akvitas sehari-hari, evaluasi
penggunaan alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas
bimanual. latihan bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola
dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.
f. ortotik
dengan menggunakan brace dan bidai, tongkat ketiak, tripod, walker, kursi
roda, dll.
g. terapi wicara
ASPEK NON MEDIS
a. pendidikan
memerlukan pendidikan khusus (sekolah luar biasa)
b. pekerjaan
pemeberian kesempatan kerja tetap diperlukan agar dapat meningkatkan
harga diri bagi penderita yang bersangkutan
c. masalah sosial
diperlukan pekerja sosiala untuk menyelesaikannya
d. lain-lain
rekreasi, olahraga, kesenian, dan aktivitas-aktivitas kemasyarakatan perlu
dilaksanakan oleh pederita ini./
17
16. Apa saja komplikasi kasus ini?
Jawab:
Sistem pencernaan dan nutrisi
– Failure to thrive dikarenakan gangguan menelan dan kontrol
oromotor yang kurang.
– Gastroesophageal reflux
– Konstipasi
Sistem pernapasan
– Risiko aspirasi pneumonia
– Penyakit paru kronik/bronchopulmonary dysplasia
– Bronkiolitis/asma
Kulit
– Ulser dekubitus dan sores
Orthopedic
– Kontraktur, dislokasi pinggang, dan skoliosis
Neurologic
– Epilepsy
– Hilangnya pendengaran
– Ketajaman penglihatan menurun
– Gangguan lapangan pandang karena kerusakan korteks
– Strabismus
Kognitif/psikologis/perilaku
– Retardasi mental
– Ketidakmampuan belajar
– Attention-deficit/hyperactivity disorder
– Kesulitan integrasi sensorik
– Risiko autis
– Peningkatan prevalensi depresi
17. Bagaimana prognosis kasus ini?
Jawab:
18
Quo ad vitam et functionam: Dubia
18. Bagaimana preventif kasus ini?
Jawab:
Imunisasi penyebab-penyebab yang mungkin bisa menyebabkan
ensefalitis meningitis
Menghindari trauma kepala dengan menciptakan lingkungan yang
aman untuk bayi, permukaan tempat bermain dibuat dari bahan-
bahan yang lembut
Pengawasan suhu bayi jika bayi mengalami demam
19. Apa tingkatan KDU kasus ini?
Jawab:
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujukLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
IV. HIPOTESIS
Tristan anak laki laki 18 bulan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan e.c palsi serebral tipe spastic quadriplegia + diskinetik (campuran)
V. KERANGKA KONSEP
19
Tristan, Bayi laki-laki , di usia 6 bulan mengalami kejang
disertai demam
Kerusakan sel-sel otak
- Kekuatan kedua
lengan dan tungkai
3
- Reflek tendon
meningkat
- Gerakan yang tidak
terkontrol
VI. SINTESIS
1. TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
Kurun waktu pertumbuhan dan perkembangan anak adalah 18 tahun 40
minggu, yaitu kurun waktu dari saat konsepsi sampai akhir masa remaja atau
20
Serebral Palsy
Tonus otot↑
Gangguan otot oromotor
Gangguan bicara
Gangguan pemberian asupan (GIZI)
Gangguan pertumbuhan (PB, BB, LK)
Gangguan Perkembangan (usia 18
bulan)
- Hanya bisa tengkurap
- Belum bisa duduk dan merangkak
- Sudah bisa mengoceh (belum bisa
memanggil mama dan papa)
- Bila menginginkan sesuatu dia
selalu menangis
Gangguan Saraf motorik
adolesen. Secara garis besar dibedakan 3 aspek tumbuh kembang anak yaitu
tumbuh kembang fisis, intelektual, dan psikososial.
Pertumbuhan fisis
Pertumbuhan fisis dapat dinilai melalui ukuran berat badan, panjang atau
tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Berat badan merupakan
tanda pertumbuhan yang paling sering digunakan, karena mudah berubah dan
mudah diukur. Berat badan mencerminkan kesehatan dan keadaan gizi anak saat
itu. Berat badan sangat terpengaruh oleh keadaan sehat tidaknya seorang anak.
Pertumbuhan fisis dapat dinilai baik dengan pemeriksaan klinis maupun dengan
metode antropometri yang disebut status gizi.
Pada masa pranatal pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh asupan
makanan ibu. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir
kehamilan ibu. Berat lahir sangat penting diketahui karena penggambaran secara
sederhana pertumbuhan intra uterin. Berat lahir bayi cukup bulan berkisar antara
3000-3500 gram. Selanjutnya pada triwulan pertama penambahan berat badan
berkisar antara 1000-1250 gram/bulan, triwulan kedua 500-600 gram/bulan,
triwulan ketiga 350-450 gram/bulan, dan triwulan akhir 250-350 gam/bulan. Perlu
dilakukan pengamatan secara berkala dan teratur sehingga diperoleh kurva berat
badan yang mengikuti pertumbuhan normal sesuai usia dan jenis kelamin.
Pada masa pra sekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun.
Pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai pacu tumbuh pra remaja dengan
kenaikan berat badan 3-3,5 kg/tahun. Selanjutnya diikuti dengan pacu tumbuh
adolesen. Pada anak perempuan mulai usia 8-10 ½ tahun sedangkan anak laki-laki
usia 10-12 ½ tahun Panjang badan merupakan ukuran yang sangat terpercaya
sebagai indikator pertumbuhan. Pada pengukuran panjang badan sangat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, suku bangsa, dan sosial ekonomi. Tinggi badan
merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisis yang sudah
lewat (stunting). Tinggi badan pengukurannya lebih sukar dilakukan, dan
pertambahannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pertambahan berat
badan . Panjang badan saat lahir berkisar antara 45 cm – 55 cm, rata-rata 50 cm.
Pada usia 1 tahun panjang badan sekitar 2 kali panjang lahir. Untuk usia di atas 1
tahun dapat dipergunakan rumus sebagai berikut : usia (tahun) x 6 + 77 cm.
21
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial, dan dapat dipakai
untuk penilaian pertumbuhan otak. Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat
adalah pada 6 bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu manfaat pengukuran
terbatas pada 6 bulan pertama sampai usia 3 tahun. Kurva L.K. Nellhaus dapat
dipergunakan sebagai acuan pengukuran lingkar kepala.
Dari penelitian-penelitian neurofisiologi penglihatan diketahui bahwa
perkembangan penglihatan sangat pesat terjadi dalam 6 bulan pertama sesudah
bayi lahir, dan masih terus berkembang sampai sempurna pada usia 8-10 tahun.
Fiksasi monokular sudah ada sejak bayi lahir dan berkembang sempurna usia 6 –
9 minggu. Pada usia 2-3 bulan bayi sudah dapat mengikuti dengan baik benda-
benda yang digerakkan di depannya.
Pendengaran merupakan salah satu panca indera manusia. Segera setelah
lahir memperlihatkan refleks moro atau refleks kejut bila mendengar bunyi
dengan intensitas tinggi. Usia 4 bulan bayi bereaksi dengan senyuman. Pada usia
4-6 bulan bayi mulai memutar kepala ke arah sumber bunyi. Usia 10-12 bulan
bayi sudah dapat melokalisir bunyi dari segala arah, verbalisasi mulai berkembang
untuk satu kata seperti ma-ma, pa-pa.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
Ketrampilan motorik atau gerak pada anak dibagi dalam 2 katagori, yaitu
ketrampilan tangan dan ketrampilan kaki. Perkembangan motorik kasar adalah
ketrampilan anak untuk menggunakan otot-otot besar dari anak tersebut. Secara
garis besar rata-rata usia pencapaian kemampuan motorik kasar pada bayi dan
anak adalah sebagai dalam tabel dibawah ini.
Pencapaian kemampuan tersebut mempunyai variasi luas, setiap anak berbeda
dalam pencapaian kemampuan tersebut. Masing-masing perkembangan
mempunyai kurun waktu pencapaian atau milestones perkembangan. (lihat Tabel
1)
Perkembangan motorik halus mencakup kemampuan gerak tangan dan jari serta
koordinasi antara penglihatan dan kemampuan gerakan tangan dan jari.
Contohnya seperti menjimpit, menggenggam atau menggambar. Kemampuan
pemecahan masalah visual-motorik halus merupakan indikator yang baru dari
22
intelegensi di kemudian hari. Kemampuan ini dipengaruhi oleh matangnya fungsi
motorik berupa postur dan koordinasi saraf otot yang baik, fungsi penglihatan
yang akurat, dan kecerdasan. (lihat Tabel 2)
Jenis perkembangan Umur
Tengkurap
Terlentang dari tengkurap
Duduk ditopang
Duduk tanpa ditopang
Merayap
Duduk sendiri
Merangkak
Rambatan
Berjalan
Berjalan mundur
Berlari
Berjalan naik tangga
Melompat
4 bulan
5 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
8 bulan
9 bulan
12 bulan
14 bulan
16 bulan
20 bulan
27 bulan
Tabel 1. Tahapan perkembangan motorik kasar
VISUAL
- fiksasi pandangan
- mengikuti benda melalui garis tengah
- mengetahui adanya benda kecil
MOTORIK HALUS
- telapak tangan terbuka
- menyatukan kedua tangan
- memindahkan benda antara ke dua
tangan
- meraih unilateral
- pincer grasp imatur
- pincer grasp matur dengan jari
Lahir
2 bulan
5 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
9 bulan
11 bulan
23
- melepaskan kubus di bawah gelas
MENGGAMBAR
- mencoret 12 bulan
- meniru membuat garis
- membuat garis spontan
- membuat garis horizontal & vertikal
- meniru membuat lingkaran
- membuat lingkaran spontan tanpa
melihat contoh
PEMECAHAN MASALAH
- memeriksa benda 7-8 bulan
- melemparkan benda 9 bulan
- membuka penutup mainan 10 bulan
- meletakkan kubus di bawah gelas 11
bulan
MELAKSANAKAN TUGAS
- memasukkan biji ke dalam botol 12
- melepaskan biji dengan meniru 14
- melepaskan biji spontan
MENYUSUN KUBUS (SISI KUBUS
2,5 cm)
- menyusun 2 kubus 15 bulan
- menyusun 3 kubus 16 bulan
- kereta api dengan 4 kubus 2 tahun
- kereta api dengan cerobong asap
- jembatan dari 3 kubus 3 tahun
- pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun
- tangga dan dinding dari beberapa
kubus tanpa melihat contoh
MAKAN
- makan biskuit yang dipegang
-minum dari gelas sendiri
12 bulan
12 bulan
15 bulan
18 bulan
25-27 bulan
30 bulan
3 tahun
7-8 bulan
9 bulan
10 bulan
11 bulan
12 bulan
14 bulan
16 bulan
15 bulan
16 bulan
2 tahun
2 ½ tahun
3 tahun
4 tahun
6 tahun
9 bulan
12 bulan
24
/menggunakan sendok
BERPAKAIAN
- membuka baju sendiri
- memakai baju
- membuka kancing
- memasang kancing
- mengikat tali sepatu
24 bulan
36 bulan
36 bulan
48 bulan
60 bulan
Tabel 2. Tahapan perkembangan motorik halus
Kemampuan berbahasa Usia
25
Reaksi terhadap suara
Senyum sosial
Mengeluarkan suara agguu-aguu
Menggumam
Mengucapkan dadada, dada
Kata pertama yang benar
Kata kedua yang benar
Kata baru 4-6 kata
Menguasai 7 – 20 kata
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata)
Kalimat terdiri dari 3 kata
Perbendaharaan sampai 14.000 kata, menyebut
3 kata sifat, kegunaan benda, bicara sebagian /
seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna,
menyebut jenis kegiatan
Pengertian akan bahasa lebih kompleks,
ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat
0,5 bulan
5 minggu
2 bulan
6 bulan
8 bulan
11 bulan
12 bulan
12-15 bulan
16-17 bulan
18 –30 bulan
2 – 3 tahun
3 – 5 tahun
6 tahun
Tabel 3. Perkembangan fungsi berbahasa
26
Perkembangan Psikososial, kognitif dan moral Perkambangan psikososial adalah proses perkembangan mental emosional
seseorang dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
pengalaman-pengalamannya. Sedangkan perkembangan kognitif meliputi
pengembangan proses pikir dan kemampuan intelektual / inteligentif lainnya.
Perkembangan moral meliputi proses belajar menyesuaikan dengan norma
perilaku yang diterima lingkungan masyarakat / budaya di mana seseorang itu
hidup.
27
28
29
Tabel 1-5 dikutip dari Buku Pedoman PelatihanDETEKSI DINI & PENATALAKSANAAN KORBAN CHILD ABUSE and NEGLECT (2004)
2. PALSI SEREBRAL
Definisi
Suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi
perkembangan otak normal dengan gambran klinis dapt berubah selama
hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
30
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan
serebelum dan kelainan mental.2
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yangterjadi pada suatu
kurun waktu dalam perkembangan anak,mengenai sel-sel motorik di dalam
susunan saraf pusat, bersifatkronik dan tidak progresif akibat kelainan atau
cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupunlesi
serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda
neuron perifer akan berubah akibat maturasiserebral.3
Epidemiologi
Merupakan kelainan motorik yang banyak ditemukan pada anak
Angka kejadian 1-5 per 1000 anak
Laki-laki lebih sering dari pada wanita
Sering terdapat pada anak pertama
Angka kejadian lebih tinggi pada bayi BBLR, anak kembar, ibu diatas usia 40
th, dan ibu multipara
Etiologi dan Faktor resiko
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tigaperiodeyaitu:
1) Pranatal :
a) Malformasi kongenital.
b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainanjanin (misalnya;
rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
c) Radiasi.
d) Tok gravidarum.
e) Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta,plasenta previa, anoksi
maternal, atau tali pusat yang abnormal).
2) Perinatal :
a) Anoksia/hipoksia.
b) Perdarahan intra kranial.
c) Trauma lahir.
d) Prematuritas.
3) Postnatal :
31
a) Trauma kapitis.
b) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,
ensefalomielitis.
c) Kern icterus.
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih
berperan daripada faktor pascanatal. Studi olehNelson dkk (1986)
menyebutkan bayi denganberat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi
prenatal, faktorgenetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin
merupakan faktor penyebab cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir,sedangkan
faktor perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai
dari lahir sampai satu bulan kehidupan. Sedangkan faktor pasca natal mulai
dari bulan pertamakehidupan sampai 2 tahun, atau sampai 5tahun, atau
sampai 16 tahun.
32
Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsyadalah
sebagai berikut:
1) Tipe spastis atau piramidal.
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :
a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).
b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.
c) Kecenderungan timbul kontraktur.
d) Refleks patologis.
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:
33
2) Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan
involunter,seperti atetosis, distonia, ataksia.Tipe ini sering disertai
gangguan emosional dan retardasimental. Di samping itu juga
dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai
timbul klonus.Pada tipe ini kontraktunjarang ditemukan, apabila
mengenaisaraf otak bisa terlihat wajah yang asimetris.
3) Tipe campuran
Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di
atas,misalnya hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea.
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional.
1) Ringan:
34
Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari-
hari sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali
membutuhkan bantuan khusus.
2) Sedang:
Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan
bermacam-macam bantuan khusus atau pendidikan khusus
agardapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau
berbicara.Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan
penderita dapatmengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara
sehingga dapatbergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat
dengan baik.
3) Berat:
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas
fisikdan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang
lain.Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat
Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung
dalamrumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini
hanyauntuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang
akanmenimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi
keluarganyamaupun lingkungannya.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan
luasnyajaringan otak yang mengalami kerusakan.
1) Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,
triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastikatau campuran.
2) Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengantonus yang dapat
bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
3) Ataksia
35
Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita
biasanya memperlihatkan tonus yang menurun(hipotoni), dan menunjukkan
perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan
semua pergerakanserba canggung.
4) Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
5) Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anakdengan cerebral
palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesisspastik dan ataksia. Cerebral
palsy yang disertai dengan retardasimental pada umumnya disebabkan oleh
anoksia serebri yangcukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang
menyeluruh.
Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebritidak
mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggotagerak yang dapat
digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan
tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi
secara positif.
6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya:hemianopsia,
strabismus, atau kelainan refraksi), gangguanbicara, gangguari sensibilitas.
7) Problem emosional terutama pada saat remaja
Penatalaksanaan
Pada penderita cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai dengan lesi
yang terjadi di otak, bersama-sama dengan gangguan motorik. Dengan
kondisi tersebut penanganan penderita cerebral palsy memerlukan kerjasama
yang baik dan merupakan satu tim yang terdiri atas dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, fisioterapis, okupasional
terapis, dokter gigi dan ahli gizi.
Tujuan utama terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan meningkatkan
kemampuan untuk beraktifitas mandiri, fungsi sosial dan intelektual.Tujuan
pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya, tetapi
36
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal
mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.
Penatalaksanaan untuk Cerebral Palsy terdiri dari:
Terapi non farmakologis
- Edukasi dan motivasi keluarga
Orang tua dididik bagaimana menangani anaknya pada aktivitas harian
seperti makan, menggendong, memakai pakaian, mandi, dan bermain-main
dengan cara yang akan membatasi pengaruh tonus otot abnormal.
- Fisioterapi (untuk motorik kasar)
Fisioterapi segera dimulai secara intensif dan dilakukan sepanjang penderita
hidup, orang tua dapat membantu latihan di rumah. Fisioterapi meliputi:
Teknik tradisional
Meliputi latihan gerak sendi, latihan penguatan dan peningkatan
daya tahan otot, serta latihan duduk, berdiri dan jalan.
Motor function training” dengan menggunakan system khusus,
yang umumnya dikelompokkan sebagai “neuromuscular
facilitation exercise”. Dimana digunakan pengetahuan
neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks didalam latihan,
untuk mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki. Secara
umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan
beberapa bentuk stimulasi akan ditimbulkan reaksi otot yang
dikehendaki, yang kemudian bila ini dilakukan berulang-ulang
akan berintegrasi ke dalam pola gerak motorik yang
bersangkutan.
Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath,
Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos.
- Terapi Okupasi (untuk motorik halus)
Okupasional terapi meliputi latihan fungsi tangan, aktifitas bimanual, latihan
aktifitas hidup sehari-hari, modifikasi tingkah laku dan sosialisasi.
37
- Terapi wicara
Bertujuan untuk mengembangkan anak agar dapat berbahasa secara pasif dan
aktif.
- Terapi Ortotik
Dilakukan dengan penggunaan bracing.
Bertujuan untuk mengurangi beban aksial, stabilisasi, untuk pencegahan, dan
koreksi deformitas.
Pemakaian nightsplint mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang
terjadi selama tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.
Alat bantu yang dipergunakan berupa kruk ketiak, rolator, walker, dan kursi
roda manual/listrik.
- Pemakaian alat bantu
Pada penderita tipe spastik quadriplegia ditatalaksana dengan kursi roda
bermotor, alat makan khusus, pembiasaan cara duduk.
- Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental,
maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (SLB).
Terapi farmakologis
1. Relaxan otot golongan benzodiazepin dan baklofen.
2. Botolinum toxin (Botox) intramuskuler dapat mengurangi spastisitas untuk 3-
6 bulan. Hal ini akan meningkatkan luas gerak sendi atau range of movement
(ROM), menurunkan deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi
dan okupasional terapi, dan mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.
Bagaimanakah peluang tumbuh kembang anak dengan palsi serebral di
kemudian hari?
Peluang tumbuh kembang pasien palsi serebral tergantung dari beratnya
kerusakan jaringan otak yang terjadi dan tatalaksana kelainan motorik dan
kelainan lain yang menyertainya. Deteksi dini dan rehabiltasi sedini mungkin
akan memberikan hasil tumbuh kembang yang optimal. Tatalaksana pasien
palsi serebral bersifat multidisiplin, dapat melibatkan dokter anak, dokter
rehabilitasi medis, dokter mata, dokter THT, dokter saraf, dokter bedah
38
ortopedi, terapis, ahli gizi dan lainnya tergantung dari kelainan yang ada pada
pasien. Perlu diketahui bahwa tidak semua pasien palsi serebral mempunyai
kepandaian yang kurang. Palsi serebral yang hanya mengenai ke dua
ekstremitas bawah umumnya mempunyai kepandaian yang sama seperti anak
normal. Deteksi dini dan stimulasi dini terus menerus akan menghasilkan
tumbuh kembang anak yang paling maksimal.
3. EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY
Dikenal juga sebagai Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA), Evoked
Response Audiometry (ERA) atau Auditory Brainstem Audiometry (ABR) yaitu
suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII. caranya
dengan merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh
perjalanan mulai telinga dalam hingga inti-inti tertentu di batang otak.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan elektroda permukaan yang
dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus mastoid atau lobules telinga.
Cara pemeriksaan ini mudah, tidak invasif dan bersifat objektif.
Prinsip pemeriksaan BERA adalah menilai perubahan potensial listrik di
otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi. Rangsang bunyi yang
diberikan melalui headphones akan menempuh perjalanan melalui saraf ke N.VIII
di koklea (gelombang I), nucleus koklearis (gelombang II), nucleus olivarius
superior (gelombang III(), lemnikus lateralis (gelombang IV), kolikulus inferior
(gelombang V) kemudian menuju ke korteks auditorius di lobus temporal otak.
Perubahan potensial listrik di otak akan diterima oleh ketiga elektroda di kulit
kepala, dari gelombang yang timbul di setiap nucleus saraf sepanjang jalur saraf
pendengaran tersebut dapat dinilai bentuk gelombang dan waktu yang diperlukan
dari saat pemberian rangsang suara sampai mencapai nucleus-nukleus tersebut.
Dengan demikian setiap keterlambatan waktu untuk mencapai masing-masing
nucleus saraf dapat memberi arti klinis keadaan saraf pendengaran maupun
jaringan otak disekitarnya. BERA dapat memberikan informasi mengenai keadaan
neurofisiologi, neuroanatomi dari saraf-saraf tersebut hingga pusat-pusat yang
39
lebih tinggi dengan menilai gelombang yang timbul lebih akhir atau latensi yang
memanjang.
Pemeriksaan BERA sangat bermanfaat terutama pada keadaan tidak
memungkinkan dilakukan pemeriksaan pendengaran biasa, misalnya pada bayi,
anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku, intelegensia rendah, cacat ganda,
kesadaran menurun. Pada orang dewasa dapat untuk memeriksa orang yang
berpura-pura tuli (malingering) atau ada kecurigaan tuli saraf retrokoklea.
Cara melakukan pemeriksaan BERA, menggunakan tiga buah elektroda
yang diletakkan di vertex atau dahi dan di belakang kedua telinga (pada processus
mastoideus), atau pada kedua lobules auricular yang dihubungkan dengan
preamplifier. Untuk menilai fungsi batang otak pada umumnya digunakan bunyi
rangsang Click, karena dapat mengurangi artefak. Rangsang ini diberikan melalui
headphones secara unilateral dan rekaman dilakukan pada masing-masing telinga.
Reaksi yang timbul akibat rangsang suara sepanjang jalur saraf pendengaran dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian. Pembagian ini berdasarkan waktu yang
diperlukan mulai dari saat pemberian rangsang suara sampai menimbulkan reaksi
dalam bentuk gelombang, yaitu Early response timbul dalam waktu kurang dari
10 mili detik, merupakan reaksi dari batang otak. Middle response antara 10-50
mili detik, merupakan reaksi dari thalamus dan korteks auditorius primer, Late
response antara 50-500 mili detik merupakan reaksi dari area auditorius primer
dan sekitarnya.
Salah satu faktor penting dalam menganalisa gelombang BERA adalah
menentukan masa laten, yaitu waktu (milidetik) yang diperlukan sejak stimulus
diberikan sampai terjadi evoked potential untuk masing-masing gelombang (gel I
sampai IV). Dikenal 3 jenis masa laten (1) masa laten absolute dan (2) masa laten
antar gelombang (interwave latency atau interpeak latency) dan (3) masa laten
antar telinga (interaural latency). Masa laten absolute gelombang I adalah waktu
yang dibutuhkan sejak pemberian stimulus sampai timbulnya gelombang I. masa
laten antar gelombang adalah selisih waktu antar gelombang misalnya masa laten
antar gelombang I-III, III-V, I-V. masa laten antar telinga yaitu membandingkan
masa laten absolute gelombang yang sama pada kedua telinga. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pemanjangan masa laten fisiologik yang terjadi bila intensitas
40
stimulus diperkecil. Terdapatnya pemanjangan masa laten pada beberapa
frekuensi menunjukkan adanya suatu gangguan konduksi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Saing B. Faktor pada kejang demam pertama yang berhubungan dengan
terjadinya kejang demam berulang(Studi selama 5 tahun). Medan: Balai
Penerbit FK-USU,1999:1–44.
Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1995;1–52.
Berker nadire, Yalcin selim. 2010. The HELP Guide to Cerebral Palsy Second
Edition. No: 8 in Pediatric Orthopedics & Rehabilitation Series.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak/oleh Soetjiningsih; editor, IG. N.
Gde Ranuh. Jakarta: EGC.
Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Cerebral Palsy
Spastic Diplegi Dengan Terapi Latihan Metode Bobath Di YPAC
Surakarta. KTI tidak diterbitkan. Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Adnyana, I Made Oka. 1995. Tinjauan Kepustakaan: Cerebral Palsy Ditinjau dari
Aspek Neurologis. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No 104.
Buranda, Theopilus. dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pratiwi, Gusti. 2011. Karakteristik Penderita Cerebral Palsy yang mendapatkan
pelayanan Fisioterapi di Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:
Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok
Ukur Kemampuan Gerak Anak CP. Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas
Kesehatan.
Buku Pedoman Pelatihan “DETEKSI DINI & PENATALAKSANAAN
KORBAN CHILD ABUSE and NEGLECT” Bagi Tenaga Profesional
Kesehatan,. 2004. DEPKES RI
42