L 11 Skenario C Blok 18

59
SKENARIO C BLOK 18 Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk dan merangkak. Tristan anak pertama dari usia Ibu 27 tahun. Lahir spontan dengan bidan dengan kehamilan 39 minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan lahir 3.250 gram. Pada saat usia 6 bulan Tristan mengalami kejang yang disertai demam dan dirawat di RS selama 2 minggu. Sebelum terkena kejang dan demam itu Tristan sudah bisa tengkurap bolak-balik, sudah bisa tersenyum ke arah ibunya dan perkembangan lainnya sesuai usia. Sejak keluar dari RS Tristan mulai terlihat malas bergerak dan hanya bisa tengkurap saja. Sampai saat ini belum bisa duduk dan merangkan, belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur saring dan susu. Tristan juga belum bisa makan biskuit sendiri. Tristan sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis. Pemeriksaan fisik: Berat badan 7,5 kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Terdapat gerakan yang tidak terkontrol. Pada posisi tengkurap 1

Transcript of L 11 Skenario C Blok 18

Page 1: L 11 Skenario C Blok 18

SKENARIO C BLOK 18

Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk

dan merangkak. Tristan anak pertama dari usia Ibu 27 tahun. Lahir spontan

dengan bidan dengan kehamilan 39 minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan

dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir langsung menangis.

Berat badan lahir 3.250 gram. Pada saat usia 6 bulan Tristan mengalami kejang

yang disertai demam dan dirawat di RS selama 2 minggu. Sebelum terkena kejang

dan demam itu Tristan sudah bisa tengkurap bolak-balik, sudah bisa tersenyum ke

arah ibunya dan perkembangan lainnya sesuai usia. Sejak keluar dari RS Tristan

mulai terlihat malas bergerak dan hanya bisa tengkurap saja. Sampai saat ini

belum bisa duduk dan merangkan, belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi

bubur saring dan susu. Tristan juga belum bisa makan biskuit sendiri. Tristan

sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila menginginkan

sesuatu dia selalu menangis.

Pemeriksaan fisik:

Berat badan 7,5 kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm. Tidak ada

gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum

kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Terdapat

gerakan yang tidak terkontrol. Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan

menahan kepala beberapa detik. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan

tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada waktu

diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang. Tidak ada kelainan

anatomi pada kedua tungkai dan kaki. Hasil Tes bera: respon suara telinga kanan

dan kiri 30 dB

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Kejang : perubahan funsi otak mendadak dan sementara sebagai aktifitas

neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang

berlebihan

1

Page 2: L 11 Skenario C Blok 18

2. Merangkak : Bergerak dengan bertumpu pada tangan dan lutut

3. Gerakan yang tidak terkontrol : gerakan yang tidak teratur

4. Refleks tendon : reflek yang ditimbulkan oleh ketukan tajam pada tendon

atau otot di tempat yang tepat sehingga menghasilkan pengerutan segera

otot tersebut yang diikuti oleh kontraksinya.

5. Tes bera : Brainstem evoked response audimetry) tes untuk mengetahui

fungsi indera pendengaran yang umumnya dilakukan pada anak-anak

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Tristan anak laki-laki 18 bulan belum bisa duduk dan merangkak

2. Riwayat penyakit: Pada usia 6 bulan Tristan mengalami kejang yang

disertai demam, dirawat di RS selama 2 minggu

3. Riwayat perkembangan sebelum kejang:

- Sudah bisa tengkurap bolak-balik

- Sudah bisa tersenyum ke arah Ibunya

- Perkembangan lain sesuai usia

4. Riwayat perkembangan setelah kejang :

- Mulai terlihat malas bergerak

- Hanya bisa tengkurap

- Belum bisa duduk dan merangkak

- Belum bisa makan nasi (masih diberi bubur saring dan susu)

- Belum bisa makan biskuit sendiri

- Sudah bisa mengoceh (belum bisa memanggil mama dan papa)

- Bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis

5. Pemeriksaan Fisik:

- BB

- Panjang Badan

- Lingkar Kepala

- Gerakan yang tidak terkontrol

2

Page 3: L 11 Skenario C Blok 18

- Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras

- Posisi tengkurap hanya bisa menahan kepala beberapa detik

- Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3

- Lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk

- Reflek tendon meningkat

- Waktu diangkat vertical kedua tungkai saling menyilang (scissor

reflect)

- Hasil Tes bera respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB

III. ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana pertumbuhan normal bayi lahir hingga berusia 18 bulan?

Jawab:

Dilihat dari 3 aspek : berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala

Berat badan bagi bayi cukup bulan = 2500 -4000 g

Berat badan lahir rendah <2500g

Kehilangan berat badan pada minggu pertama <10%BB

BB bertambah setiap dua minggu sekali

Pada 6 bulan pertama : bertambah 150-250 g/minggu

o 6 bulan : 2xberat badan waktu lahir

6-9 bulan : 90-150 g/minggu

9-12 bulan : 60-90 gram/minggu

à 12 mo : 3 x berat badan waktu lahir

Tahun kedua : 40 g/minggu

TABLE 2. Formulas for Approximate Mean Weight and Height of

Normal Infants and Children

WEIGHT KILOGRAMS

At birth 3.25

3

Page 4: L 11 Skenario C Blok 18

3 ti 12 months Age (mo) + 9

2

1 to 6 years Age (yr) x 2 + 8

7 to 12 years Age (yr) x 7 – 5

2

HEIGHT CENTIMETERS

At birth 50

At 1 year 75

2 to 12 years Age (yr) x 6 + 77

Behrman RE, Vaughan VC III, eds. Nelson Textbook of Pediatrics, 13th

ed, Philadelphia, PA: WB Saunders Company;1987:11

Pada kasus : 18 bulan : Age (yr) x 2 + 8

: 1,5x2 + 8

: 11 kg

Panjang badan / tinggi badan

Age Body height / length

Newborn

1 yr

4 yr

+ 50 cm

1,5 x birth length

2 x birth length

4

Page 5: L 11 Skenario C Blok 18

5 yr

13 yr

2 x birth length + 5 cm

3 x birth length

Lingkar kepala

• Newborn : 33 – 35 cm

• 1 yr : 45 – 47 cm

• 2 yr : 48 – 50 cm

• 5 yr : 51 – 53 cm

• In first year head circ increases + 1 cm/mo

• From 2-7 yr increases + ½ cm / yr

• From 7-10 yr increases + 1/3 cm / yr

Pada kasus 18 bulan, lingkar kepala yang normal yaitu 48,4 cm

2. Bagaimana perkembangan normal bayi lahir hingga berusia 18 bulan?

Jawab:

Lihat di sintesis Tahap Tumbuh Kembang Anak

5

Page 6: L 11 Skenario C Blok 18

3. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kejang yang disertai

demam?

Jawab:

Faktor pasca natal:

Infeksi susunan saraf pusat

Trauma kepala/cedera kepala

Kejang akibat toksik

Gangguan metabolic

4. Apa saja dampak dari kejang yang disertai demam pada bayi usia 6 bulan?

Jawab:

Umumnya, kejang yang terjadi dalam waktu singkat tidaklah berbahaya.

Namun, perlu diwaspadai bila kejang berlangsung lama (lebih dari 5 menit)

dan sering berulang. Karena, setiap kali kejang akan terjadi kerusakan sel-sel

otak akibat kekurangan oksigen dalam otak. Sehingga, semakin lama dan

semakin sering kejang terjadi, sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak.

5. Mengapa Tristan mengalami gangguan perkembangan setelah mengalami

kejang disertai demam?

Jawab:

kemungkinan : faktor post/pasca natal (ex: infeksi SSP) à

kerusakan/gangguan pada sel-sela motorik pada SSP à palsi serebral à ↑

resiko terjadinya epilepsi à epilepsi pada anak palsi serebral palsi sulit

dikontrol à ↑ derajat gangguan motorik dan fungsi kognitif à Gangguan

perkembangan motorik dan kognitif lebih lanjut

Setelah terjadi palsi serebral à gangguan persepsi karena anak tidak bisa

mengeksplorasi lingkungan à gangguan perkembangan kognitif à tidak

dapat mengekspresikan diri secara efisisen (ex: bahasa)

6

Page 7: L 11 Skenario C Blok 18

Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan

àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak

àgangguan perkembangan khususnya sosial

Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan

àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak à ↓

pengalaman sensasi motorik yg dibutuhkan untuk perkembangan kognitif

Setelah terjadi palsi serebral à gangguan perkembangan motorik, sosial,

kognitif, dll à ↑ ketergantungan terhadap orang-orang disekitarnya à

keterlambatan maturitas emosi

6. Apa dampak dari Tristan yang belum bisa makan nasi dan biskuit? (gizi)

Jawab:

Bubur saring mengandung nutrisi yang sama seperti nasi yaitu karbohidrat

serta tiamin. Susu juga mengandung protein dan nutrisi yang mirip seperti

ASI. Kebutuhan bayi pada usia 18 bulan kian meningkat sejak 6 bulan

sehingga sebaiknya diberi makanan padat. Oleh itu, bisa di simpulkan

bahwa dari segi kualitatif nutrisinya adalah lengkap namun kuantitatif

adalah kurang menyebabkan tidak memenuhi kebutuhan tristan tadi yang

justeru mengakibatkan kurang nutrisi.

7. Apa interpretasi hasil pemeriksaan fisik?

Jawab:

Test Result Reference Interpretasi

Berat badan 7,5 kg 11 kg Berada di bawah

persentil -3 SD (kurang

gizi)

Tinggi badan 75 kg 82 cm Berada di antara

persentil -2 SD dan -3

SD

Lingkar kepala 45 cm 48 cm Kecil ukuran kepala

7

Page 8: L 11 Skenario C Blok 18

Gambaran

dismorfik

Tidak ada Tidak ada Normal

Kondisi anak Sadar Sadar Normal

Kontak mata Ada Ada Normal

Gerakan Tidak

terkontrol

Dapat dikontrol Abnormal

Keadaan

perkembangan

Pada posisi

tengkurap

bisa

mengangkat

dan menahan

kepala

selama

beberapa

detik

Anak usia 18 bulan:

Bisa berlari, menangkap

bola

Gangguan

perkembangan

Kekuatan otot

tungkai

3 5 gerakan otot dapat

melawan gravitasi, tapi

tidak bisa menahan

tahanan pemeriksa

Lengan dan tungkai Kaku dan

susah diteku

Tidak kaku dan mudah

untuk ditekuk

Abnormal

Refleks tendon Meningkat Respon normal Ada kerusakan di UMN

Posisi tungkai

ketika diangkat

vertical

Kedua

tungkai

saling

menyilang

Tidak saling menyilang Abnormal

Tes Bera 30 dB 0-25 dB Tuli ringan

8. Bagaimana mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan fisik?

Jawab:

8

Page 9: L 11 Skenario C Blok 18

kejang

Gangguan organisasi dan myelinisasi otak

Hipoperfusi otak

Gangguan serabut saraf yang mengontrol fungsi motorik dan tonus otot

Pertumbuhan otak terhambat

mikrosefali

Keterlambatan fungsi motorik

Gangguan traktus piramidalis

Disfungsi oromotor

Belum bisa merangkakBelum bisa memanggil mama/papa

Kesulitan makan

Nutrisi ↓

Kerusakan nervus VIII

UMN

Gangguan telinga (tuli ringan)

Tonus otot ↑

Lengan dan tungkai kaku dan susah ditekuk (fenomena pisau lipat)Refleks tendon ↑Posisi vertical kedua tungkai saling menyilang (fenomena scissoring lag)

Menoleh ketika dipanggil dengan

keras

9. Apa saja diagnosis banding dari kasus ini?

Jawab:

9

Page 10: L 11 Skenario C Blok 18

Klasifikasi palsi serebralis):

a. Spastic CP à hemiplegia, quadriplegia, diplegia, paraplegia, monoplegia

b. Dyskinetic CP à korea, atetosis, koreoatetosis c. Ataxic CPd. Mixed CP (campuran dari dua tipe atau lebih)

CP tipe

spastic

CP tipe

diskinetic

CP tipe

ataxic

Sindrom

down

DMD(duscen

t muscle

distropy

kasus

Jenis kelamin Laki-laki >

perempuan

Laki-laki

>perempu

an

Laki-laki

>perempu

an

Laki-

laki

Motorik

kasar(duduk

dan

merangkak)

Terlambat

dan statis

Terlambat

dan statis

Terlambat

dan statis

Terlambat

atau

normal

Normal/

sedikitTerlam

bat padaawal

umur,

selanjutnya

mengalami

kemunduran

progresif

Belum

bisa

pada

usia 12

bulan

Anak pertama >62,5% >62,5% >>>62,5% _ _ +

Usia ibu <30thn <30thn <30thn >35thn _ 27 thn

Persalinan

spontan

87,5% 87,5% 87,5% _ _ +

Usia

kehamilan

75%

aterm/preter

m

75%

aterm/pret

erm

75%

aterm/pret

erm

aterm aterm Preterm

36

minggu

Antenatal care

canggih(radia

si)

FR FR FR _ _ +

Tidak >> + >> + >> + -/+ >>Langsung +

10

Page 11: L 11 Skenario C Blok 18

langsung

menangis

menangis

APGAR Asfiksia

berat

Asfiksia

berat

Asfiksia

berat

-/+ -/+ Asfiksi

a berat

BBL BBLR BBLR BBLR BBLR >>normal 3250

gram

norma

Motorik

halus(belum

bisa makan

nasi)

terlambat terlambat terlambat Normal/+

klo ada

kelainan

kongengita

l lain

Normal/

sedikitTerlam

bat padaawal

umur,

selanjutnya

mengalami

kemunduran

progresif

+

Bicara bahasa Resiko

bertambah

pada

quadriplegi

Biasa

terjadi

karna otot

orofarig

kena

normal terganggu terganggu Bisa

mama

danpap

a

Riwayat

kejang

>>spastic

quadriplegi

jarang - -/+ Jarang sekali _

BB >>malnutrisi >>malnutr

isi

>>malnutr

isi

Klo +

gangguan

kongenital

pencernaa

n

-/+ 6,6 kg

à

2:mode

rate

pertumbuhan Terganggu

karna

gangguan

otot

pencernaan(

Terganggu

karna

gangguan

otot

pencernaa

normal -/+ -/+ Tergan

ggu

11

Page 12: L 11 Skenario C Blok 18

otot

orofaring),s

usah

menelan

n(otot

orofaring)

mikrosefali + pada

quadriplegi

Jarang,

karna

kognisinya

jarang

kena

-, karna

yang kena

otak yang

mengatur

keseimban

gan dan

depth

preseption

-/+ -/+

Gambaran

dismorfik

- - - + _ _

Gerakan yang

tidak

terkontrol(cho

reoathetosis

_ + _ -/+ _ _

Refleks

primitif(moro,

menggengga

m, tendon

meningkat)

+ + + -/+ -/+ +

Kekuatan

kedua lengan

dan tungkai

menurun menurun menurun Normal/

menurun

menurun 3,

normal

nya 5

Lengan dan

tungkai kaku

dan susah

untuk ditekuk

+ rigiditas

+ rigiditas

_

_

_

_

-/+

-/+

-/+

-/+

+

+

Kedua

tungkai saling

rigiditas _ _ _ _ +

12

Page 13: L 11 Skenario C Blok 18

menyilang

pada posisi

vertikal

10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang masih diperlukan?

Jawab:

Tes-tes yang umumnya dilakukan, termasuk, EEG, analisa kromosom,

pemeriksaan cairan serebrospinal, pencitraan sepertgi cranial ultrasound,

computed tomography scan (CT Scan), dan magnetic resonance imaging scans

(MRIs). MRI juga digunakan untuk mengetahui letak dan luas lesi. Beberapa

tes ini dapat digunakan untuk menegakan diagnosis cerebral palsy.

11. Apa WD kasus ini ?

Jawab:

Serebral palsy tipe Spastic quadriplegia dan diskinetik (campuran)

12. Apa Etiologi dan faktor resiko kasus?

Jawab:

Berdasarkan artikel dari cerebralpalsy.org penyebab dari serebral palsi

(SP) adalah cedera otak atau malformasi otak yang terjadi ketika otak

berkembang, baik sebelum, sesaat, atau setelah kelahiran.

Faktor resiko:

Bayi― Bayi memiliki resiko terjadinya kerusakan otak daripada anak-ana

yang lebih tua

Premature atau BBLR ―anak-anak yang preterm atau BLLR lebih besar

resiko untuk menjadi SP-didapat (acquired)

13

Page 14: L 11 Skenario C Blok 18

Infeksi otak- Tidak mendapatkan vaksin dapat meningkatkan resiko

infeksi otak yang berlanjut ke SP

Cedera- kurang pengawasan orang dewasa akan meningkatkan resiko

cedera yang dapat berujung ke SP

Masalah dengan aliran darah ke otak- contoh stroke atau perdarahan di

otak yang berhubungan dengan pembekuan darah di otak, pembukuh darah

yang tidak terbentuk dengan baik, defek jantung yang terdapat pada saat

lahir, atau penyakit sel sabit

Table lokasi lesi dari masing-masing jenis CP: (Nadire berker, Selim

yalcin, 2010).

13. Bagaimana epidemiologi kasus ini?

Jawab:

Angka kejadian sekitar 1-5 per 1000 anak.

Laki-laki lebih banyak daripada wanita

Sering pada anak pertama

Angka kejadiannya lebih tinggi pada anak kembar

Umur ibu sering lebih dari 40 tahun

(Soetjiningsih, 2012)

14. Bagaimana patofisiologi kasus ini?

Jawab:

faktor post/pasca natal (ex: infeksi SSP) à kerusakan/gangguan pada sel-

sela motorik pada SSP à palsi serebral à ↑ resiko terjadinya epilepsi à

14

Page 15: L 11 Skenario C Blok 18

epilepsi pada anak palsi serebral palsi sulit dikontrol à ↑ derajat

gangguan motorik dan fungsi kognitif à Gangguan perkembangan

motorik dan kognitif lebih lanjut

Setelah terjadi palsi serebral à gangguan persepsi karena anak tidak bisa

mengeksplorasi lingkungan à gangguan perkembangan kognitif à tidak

dapat mengekspresikan diri secara efisisen (ex: bahasa)

Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan

àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak

àgangguan perkembangan khususnya sosial

Setelah terjadi palsi serebral à ↓ respon bayi terhadap lingkungan

àberpengaruh timbal balik pada ibu à ↓ interaksi sosial ibu-anak à ↓

pengalaman sensasi motorik yg dibutuhkan untuk perkembangan kognitif

Setelah terjadi palsi serebral à gangguan perkembangan motorik, sosial,

kognitif, dll à ↑ ketergantungan terhadap orang-orang disekitarnya à

kelambatan maturitas emosi

Pusat motorik di otak terletak di bagian posterior dari lobus frontalis. Di

bagian anterior dari lobus frontalis terletak pusat yang mengatur kestabilan

emosi dan personalitas serta tempat menyimpan ingatan baru. Lobus temporal,

parietal, dan oksipital juga sangat berpengaruh terhadap fungsi motorik, selain

juga untuk fungsi lainnya seperti kemampuan kognitif. Jadi bila terjadi

gangguan motorik yang berat seperti palsi serebral maka bagian otak yang

terkena pasti luas atau menyebar, atau dapat pula lokal, disertai oleh

penyumbatan aliran pembuluh darah besar, sumbatan aliran cairan

serebrospinal atau adanya aktivitas fokus epileptikus.

15. Bagaimana tatalaksana kasus ini?

Jawab:

Tujuan tatalaksana bukan membuat anak seperti anak normal lainnya. tetapi

mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal

15

Page 16: L 11 Skenario C Blok 18

mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari

tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.

sehingga dalam menangani anak dengan palsi serebralis, gharus

memperhatikan berbagai aspek dan diperlukan kerjasama multi disiplin seperti

disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah syaraf, psikologi,

rehabilitasi medik, ahli wicara, pekerja sosial, dan guru sekolah luar biasa.

Disamping itu peran orang tua dan masyarakat.

Penatalaksanaan palsi serebralis dibagi menjadi 2 aspek

ASPEK MEDIS

a. Aspek medis umum

Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini.

karena sering terdapat kelainan p-ada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk

menyatakan keinginan untuk makan. pencatatan rutin perkembangan berat

badan anak perlu dilakukan

Hal lain yang sewajarnya dilaksanakan: imunisasi, perawatan kesehatan,

dan lain-lain

b. terapi dengan obat-obatan

diberi obat-obatan sesuai dengan kebutuhan anak, seperti obat-oabatan

untuk relaksasi otot, anti kejang, untuk atetosis, ataksia, psikotropik, dan

lain-lain

c. terapi melalui pemebedahan ortopedi

banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon

yang memendek akibat kekakuan/spastisistas otot, rasa sakit yang terlalu

menggangu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil. tujuan

tindakan ini adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat

atau untuk transfer dari fungsi.

d. fisioterapi

- teknik tradisional

latihan luas gerak sendi, “streching”, latihan penguatan dan

peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan

pindah, latihan jalan,. contohnya teknik dari deaver.

16

Page 17: L 11 Skenario C Blok 18

- “motor function training” dengan menggunakan sistemkhusus, yang

umumnya dikelompokkan sebagai neuromuskular facilitation

excercises. dimana digunakan pengetahuan neurofisiologidan

neuropatologi dari refleks didalam latihan, untuk mencapai suatu

postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini

berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan

ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila

dilakuakn berulang-ulang akan berintergrasi ke dalam pola gerak

motorik yang bersangkutan.

e. terapi okupasi

terytama latihan untuk melakukan akvitas sehari-hari, evaluasi

penggunaan alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas

bimanual. latihan bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola

dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.

f. ortotik

dengan menggunakan brace dan bidai, tongkat ketiak, tripod, walker, kursi

roda, dll.

g. terapi wicara

ASPEK NON MEDIS

a. pendidikan

memerlukan pendidikan khusus (sekolah luar biasa)

b. pekerjaan

pemeberian kesempatan kerja tetap diperlukan agar dapat meningkatkan

harga diri bagi penderita yang bersangkutan

c. masalah sosial

diperlukan pekerja sosiala untuk menyelesaikannya

d. lain-lain

rekreasi, olahraga, kesenian, dan aktivitas-aktivitas kemasyarakatan perlu

dilaksanakan oleh pederita ini./

17

Page 18: L 11 Skenario C Blok 18

16. Apa saja komplikasi kasus ini?

Jawab:

Sistem pencernaan dan nutrisi

– Failure to thrive dikarenakan gangguan menelan dan kontrol

oromotor yang kurang.

– Gastroesophageal reflux

– Konstipasi

Sistem pernapasan

– Risiko aspirasi pneumonia

– Penyakit paru kronik/bronchopulmonary dysplasia

– Bronkiolitis/asma

Kulit

– Ulser dekubitus dan sores

Orthopedic

– Kontraktur, dislokasi pinggang, dan skoliosis

Neurologic

– Epilepsy

– Hilangnya pendengaran

– Ketajaman penglihatan menurun

– Gangguan lapangan pandang karena kerusakan korteks

– Strabismus

Kognitif/psikologis/perilaku

– Retardasi mental

– Ketidakmampuan belajar

– Attention-deficit/hyperactivity disorder

– Kesulitan integrasi sensorik

– Risiko autis

– Peningkatan prevalensi depresi

17. Bagaimana prognosis kasus ini?

Jawab:

18

Page 19: L 11 Skenario C Blok 18

Quo ad vitam et functionam: Dubia

18. Bagaimana preventif kasus ini?

Jawab:

Imunisasi penyebab-penyebab yang mungkin bisa menyebabkan

ensefalitis meningitis

Menghindari trauma kepala dengan menciptakan lingkungan yang

aman untuk bayi, permukaan tempat bermain dibuat dari bahan-

bahan yang lembut

Pengawasan suhu bayi jika bayi mengalami demam

19. Apa tingkatan KDU kasus ini?

Jawab:

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujukLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

IV. HIPOTESIS

Tristan anak laki laki 18 bulan mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan e.c palsi serebral tipe spastic quadriplegia + diskinetik (campuran)

V. KERANGKA KONSEP

19

Tristan, Bayi laki-laki , di usia 6 bulan mengalami kejang

disertai demam

Kerusakan sel-sel otak

- Kekuatan kedua

lengan dan tungkai

3

- Reflek tendon

meningkat

- Gerakan yang tidak

terkontrol

Page 20: L 11 Skenario C Blok 18

VI. SINTESIS

1. TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Kurun waktu pertumbuhan dan perkembangan anak adalah 18 tahun 40

minggu, yaitu kurun waktu dari saat konsepsi sampai akhir masa remaja atau

20

Serebral Palsy

Tonus otot↑

Gangguan otot oromotor

Gangguan bicara

Gangguan pemberian asupan (GIZI)

Gangguan pertumbuhan (PB, BB, LK)

Gangguan Perkembangan (usia 18

bulan)

- Hanya bisa tengkurap

- Belum bisa duduk dan merangkak

- Sudah bisa mengoceh (belum bisa

memanggil mama dan papa)

- Bila menginginkan sesuatu dia

selalu menangis

Gangguan Saraf motorik

Page 21: L 11 Skenario C Blok 18

adolesen. Secara garis besar dibedakan 3 aspek tumbuh kembang anak yaitu

tumbuh kembang fisis, intelektual, dan psikososial.

Pertumbuhan fisis

Pertumbuhan fisis dapat dinilai melalui ukuran berat badan, panjang atau

tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Berat badan merupakan

tanda pertumbuhan yang paling sering digunakan, karena mudah berubah dan

mudah diukur. Berat badan mencerminkan kesehatan dan keadaan gizi anak saat

itu. Berat badan sangat terpengaruh oleh keadaan sehat tidaknya seorang anak.

Pertumbuhan fisis dapat dinilai baik dengan pemeriksaan klinis maupun dengan

metode antropometri yang disebut status gizi.

Pada masa pranatal pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh asupan

makanan ibu. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir

kehamilan ibu. Berat lahir sangat penting diketahui karena penggambaran secara

sederhana pertumbuhan intra uterin. Berat lahir bayi cukup bulan berkisar antara

3000-3500 gram. Selanjutnya pada triwulan pertama penambahan berat badan

berkisar antara 1000-1250 gram/bulan, triwulan kedua 500-600 gram/bulan,

triwulan ketiga 350-450 gram/bulan, dan triwulan akhir 250-350 gam/bulan. Perlu

dilakukan pengamatan secara berkala dan teratur sehingga diperoleh kurva berat

badan yang mengikuti pertumbuhan normal sesuai usia dan jenis kelamin.

Pada masa pra sekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun.

Pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai pacu tumbuh pra remaja dengan

kenaikan berat badan 3-3,5 kg/tahun. Selanjutnya diikuti dengan pacu tumbuh

adolesen. Pada anak perempuan mulai usia 8-10 ½ tahun sedangkan anak laki-laki

usia 10-12 ½ tahun Panjang badan merupakan ukuran yang sangat terpercaya

sebagai indikator pertumbuhan. Pada pengukuran panjang badan sangat

dipengaruhi oleh jenis kelamin, suku bangsa, dan sosial ekonomi. Tinggi badan

merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisis yang sudah

lewat (stunting). Tinggi badan pengukurannya lebih sukar dilakukan, dan

pertambahannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pertambahan berat

badan . Panjang badan saat lahir berkisar antara 45 cm – 55 cm, rata-rata 50 cm.

Pada usia 1 tahun panjang badan sekitar 2 kali panjang lahir. Untuk usia di atas 1

tahun dapat dipergunakan rumus sebagai berikut : usia (tahun) x 6 + 77 cm.

21

Page 22: L 11 Skenario C Blok 18

Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial, dan dapat dipakai

untuk penilaian pertumbuhan otak. Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat

adalah pada 6 bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu manfaat pengukuran

terbatas pada 6 bulan pertama sampai usia 3 tahun. Kurva L.K. Nellhaus dapat

dipergunakan sebagai acuan pengukuran lingkar kepala.

Dari penelitian-penelitian neurofisiologi penglihatan diketahui bahwa

perkembangan penglihatan sangat pesat terjadi dalam 6 bulan pertama sesudah

bayi lahir, dan masih terus berkembang sampai sempurna pada usia 8-10 tahun.

Fiksasi monokular sudah ada sejak bayi lahir dan berkembang sempurna usia 6 –

9 minggu. Pada usia 2-3 bulan bayi sudah dapat mengikuti dengan baik benda-

benda yang digerakkan di depannya.

Pendengaran merupakan salah satu panca indera manusia. Segera setelah

lahir memperlihatkan refleks moro atau refleks kejut bila mendengar bunyi

dengan intensitas tinggi. Usia 4 bulan bayi bereaksi dengan senyuman. Pada usia

4-6 bulan bayi mulai memutar kepala ke arah sumber bunyi. Usia 10-12 bulan

bayi sudah dapat melokalisir bunyi dari segala arah, verbalisasi mulai berkembang

untuk satu kata seperti ma-ma, pa-pa.

Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus

Ketrampilan motorik atau gerak pada anak dibagi dalam 2 katagori, yaitu

ketrampilan tangan dan ketrampilan kaki. Perkembangan motorik kasar adalah

ketrampilan anak untuk menggunakan otot-otot besar dari anak tersebut. Secara

garis besar rata-rata usia pencapaian kemampuan motorik kasar pada bayi dan

anak adalah sebagai dalam tabel dibawah ini.

Pencapaian kemampuan tersebut mempunyai variasi luas, setiap anak berbeda

dalam pencapaian kemampuan tersebut. Masing-masing perkembangan

mempunyai kurun waktu pencapaian atau milestones perkembangan. (lihat Tabel

1)

Perkembangan motorik halus mencakup kemampuan gerak tangan dan jari serta

koordinasi antara penglihatan dan kemampuan gerakan tangan dan jari.

Contohnya seperti menjimpit, menggenggam atau menggambar. Kemampuan

pemecahan masalah visual-motorik halus merupakan indikator yang baru dari

22

Page 23: L 11 Skenario C Blok 18

intelegensi di kemudian hari. Kemampuan ini dipengaruhi oleh matangnya fungsi

motorik berupa postur dan koordinasi saraf otot yang baik, fungsi penglihatan

yang akurat, dan kecerdasan. (lihat Tabel 2)

Jenis perkembangan Umur

Tengkurap

Terlentang dari tengkurap

Duduk ditopang

Duduk tanpa ditopang

Merayap

Duduk sendiri

Merangkak

Rambatan

Berjalan

Berjalan mundur

Berlari

Berjalan naik tangga

Melompat

4 bulan

5 bulan

5 bulan

6 bulan

7 bulan

8 bulan

8 bulan

9 bulan

12 bulan

14 bulan

16 bulan

20 bulan

27 bulan

Tabel 1. Tahapan perkembangan motorik kasar

VISUAL

- fiksasi pandangan

- mengikuti benda melalui garis tengah

- mengetahui adanya benda kecil

MOTORIK HALUS

- telapak tangan terbuka

- menyatukan kedua tangan

- memindahkan benda antara ke dua

tangan

- meraih unilateral

- pincer grasp imatur

- pincer grasp matur dengan jari

Lahir

2 bulan

5 bulan

3 bulan

4 bulan

5 bulan

6 bulan

9 bulan

11 bulan

23

Page 24: L 11 Skenario C Blok 18

- melepaskan kubus di bawah gelas

MENGGAMBAR

- mencoret 12 bulan

- meniru membuat garis

- membuat garis spontan

- membuat garis horizontal & vertikal

- meniru membuat lingkaran

- membuat lingkaran spontan tanpa

melihat contoh

PEMECAHAN MASALAH

- memeriksa benda 7-8 bulan

- melemparkan benda 9 bulan

- membuka penutup mainan 10 bulan

- meletakkan kubus di bawah gelas 11

bulan

MELAKSANAKAN TUGAS

- memasukkan biji ke dalam botol 12

- melepaskan biji dengan meniru 14

- melepaskan biji spontan

MENYUSUN KUBUS (SISI KUBUS

2,5 cm)

- menyusun 2 kubus 15 bulan

- menyusun 3 kubus 16 bulan

- kereta api dengan 4 kubus 2 tahun

- kereta api dengan cerobong asap

- jembatan dari 3 kubus 3 tahun

- pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun

- tangga dan dinding dari beberapa

kubus tanpa melihat contoh

MAKAN

- makan biskuit yang dipegang

-minum dari gelas sendiri

12 bulan

12 bulan

15 bulan

18 bulan

25-27 bulan

30 bulan

3 tahun

7-8 bulan

9 bulan

10 bulan

11 bulan

12 bulan

14 bulan

16 bulan

15 bulan

16 bulan

2 tahun

2 ½ tahun

3 tahun

4 tahun

6 tahun

9 bulan

12 bulan

24

Page 25: L 11 Skenario C Blok 18

/menggunakan sendok

BERPAKAIAN

- membuka baju sendiri

- memakai baju

- membuka kancing

- memasang kancing

- mengikat tali sepatu

24 bulan

36 bulan

36 bulan

48 bulan

60 bulan

Tabel 2. Tahapan perkembangan motorik halus

Kemampuan berbahasa Usia

25

Page 26: L 11 Skenario C Blok 18

Reaksi terhadap suara

Senyum sosial

Mengeluarkan suara agguu-aguu

Menggumam

Mengucapkan dadada, dada

Kata pertama yang benar

Kata kedua yang benar

Kata baru 4-6 kata

Menguasai 7 – 20 kata

Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata)

Kalimat terdiri dari 3 kata

Perbendaharaan sampai 14.000 kata, menyebut

3 kata sifat, kegunaan benda, bicara sebagian /

seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna,

menyebut jenis kegiatan

Pengertian akan bahasa lebih kompleks,

ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat

0,5 bulan

5 minggu

2 bulan

6 bulan

8 bulan

11 bulan

12 bulan

12-15 bulan

16-17 bulan

18 –30 bulan

2 – 3 tahun

3 – 5 tahun

6 tahun

Tabel 3. Perkembangan fungsi berbahasa

26

Page 27: L 11 Skenario C Blok 18

Perkembangan Psikososial, kognitif dan moral Perkambangan psikososial adalah proses perkembangan mental emosional

seseorang dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

pengalaman-pengalamannya. Sedangkan perkembangan kognitif meliputi

pengembangan proses pikir dan kemampuan intelektual / inteligentif lainnya.

Perkembangan moral meliputi proses belajar menyesuaikan dengan norma

perilaku yang diterima lingkungan masyarakat / budaya di mana seseorang itu

hidup.

27

Page 28: L 11 Skenario C Blok 18

28

Page 29: L 11 Skenario C Blok 18

29

Page 30: L 11 Skenario C Blok 18

Tabel 1-5 dikutip dari Buku Pedoman PelatihanDETEKSI DINI & PENATALAKSANAAN KORBAN CHILD ABUSE and NEGLECT (2004)

2. PALSI SEREBRAL

Definisi

Suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,

terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi

perkembangan otak normal dengan gambran klinis dapt berubah selama

hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai

30

Page 31: L 11 Skenario C Blok 18

kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan

serebelum dan kelainan mental.2

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yangterjadi pada suatu

kurun waktu dalam perkembangan anak,mengenai sel-sel motorik di dalam

susunan saraf pusat, bersifatkronik dan tidak progresif akibat kelainan atau

cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupunlesi

serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda

neuron perifer akan berubah akibat maturasiserebral.3

Epidemiologi

Merupakan kelainan motorik yang banyak ditemukan pada anak

Angka kejadian 1-5 per 1000 anak

Laki-laki lebih sering dari pada wanita

Sering terdapat pada anak pertama

Angka kejadian lebih tinggi pada bayi BBLR, anak kembar, ibu diatas usia 40

th, dan ibu multipara

Etiologi dan Faktor resiko

Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tigaperiodeyaitu:

1) Pranatal :

a) Malformasi kongenital.

b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainanjanin (misalnya;

rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).

c) Radiasi.

d) Tok gravidarum.

e) Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta,plasenta previa, anoksi

maternal, atau tali pusat yang abnormal).

2) Perinatal :

a) Anoksia/hipoksia.

b) Perdarahan intra kranial.

c) Trauma lahir.

d) Prematuritas.

3) Postnatal :

31

Page 32: L 11 Skenario C Blok 18

a) Trauma kapitis.

b) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,

ensefalomielitis.

c) Kern icterus.

Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih

berperan daripada faktor pascanatal. Studi olehNelson dkk (1986)

menyebutkan bayi denganberat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi

prenatal, faktorgenetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin

merupakan faktor penyebab cerebral palsy.

Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir,sedangkan

faktor perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai

dari lahir sampai satu bulan kehidupan. Sedangkan faktor pasca natal mulai

dari bulan pertamakehidupan sampai 2 tahun, atau sampai 5tahun, atau

sampai 16 tahun.

32

Page 33: L 11 Skenario C Blok 18

Klasifikasi

Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsyadalah

sebagai berikut:

1) Tipe spastis atau piramidal.

Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :

a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).

b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.

c) Kecenderungan timbul kontraktur.

d) Refleks patologis.

Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:

33

Page 34: L 11 Skenario C Blok 18

2) Tipe ekstrapiramidal

Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan

involunter,seperti atetosis, distonia, ataksia.Tipe ini sering disertai

gangguan emosional dan retardasimental. Di samping itu juga

dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai

timbul klonus.Pada tipe ini kontraktunjarang ditemukan, apabila

mengenaisaraf otak bisa terlihat wajah yang asimetris.

3) Tipe campuran

Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di

atas,misalnya hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea.

Berdasarkan derajat kemampuan fungsional.

1) Ringan:

34

Page 35: L 11 Skenario C Blok 18

Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari-

hari sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali

membutuhkan bantuan khusus.

2) Sedang:

Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan

bermacam-macam bantuan khusus atau pendidikan khusus

agardapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau

berbicara.Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan

penderita dapatmengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara

sehingga dapatbergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat

dengan baik.

3) Berat:

Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas

fisikdan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang

lain.Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat

Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung

dalamrumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini

hanyauntuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang

akanmenimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi

keluarganyamaupun lingkungannya.

Manifestasi Klinik

Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan

luasnyajaringan otak yang mengalami kerusakan.

1) Paralisis

Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,

triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastikatau campuran.

2) Gerakan involunter

Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengantonus yang dapat

bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.

3) Ataksia

35

Page 36: L 11 Skenario C Blok 18

Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita

biasanya memperlihatkan tonus yang menurun(hipotoni), dan menunjukkan

perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan

semua pergerakanserba canggung.

4) Kejang

Dapat bersifat umum atau fokal.

5) Gangguan perkembangan mental

Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anakdengan cerebral

palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesisspastik dan ataksia. Cerebral

palsy yang disertai dengan retardasimental pada umumnya disebabkan oleh

anoksia serebri yangcukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang

menyeluruh.

Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebritidak

mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggotagerak yang dapat

digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan

tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi

secara positif.

6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya:hemianopsia,

strabismus, atau kelainan refraksi), gangguanbicara, gangguari sensibilitas.

7) Problem emosional terutama pada saat remaja

Penatalaksanaan

Pada penderita cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai dengan lesi

yang terjadi di otak, bersama-sama dengan gangguan motorik. Dengan

kondisi tersebut penanganan penderita cerebral palsy memerlukan kerjasama

yang baik dan merupakan satu tim yang terdiri atas dokter anak, neurolog,

psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, fisioterapis, okupasional

terapis, dokter gigi dan ahli gizi.

Tujuan utama terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan meningkatkan

kemampuan untuk beraktifitas mandiri, fungsi sosial dan intelektual.Tujuan

pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya, tetapi

36

Page 37: L 11 Skenario C Blok 18

mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal

mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari

tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.

Penatalaksanaan untuk Cerebral Palsy terdiri dari:

Terapi non farmakologis

- Edukasi dan motivasi keluarga

Orang tua dididik bagaimana menangani anaknya pada aktivitas harian

seperti makan, menggendong, memakai pakaian, mandi, dan bermain-main

dengan cara yang akan membatasi pengaruh tonus otot abnormal.

- Fisioterapi (untuk motorik kasar)

Fisioterapi segera dimulai secara intensif dan dilakukan sepanjang penderita

hidup, orang tua dapat membantu latihan di rumah. Fisioterapi meliputi:

Teknik tradisional

Meliputi latihan gerak sendi, latihan penguatan dan peningkatan

daya tahan otot, serta latihan duduk, berdiri dan jalan.

Motor function training” dengan menggunakan system khusus,

yang umumnya dikelompokkan sebagai “neuromuscular

facilitation exercise”. Dimana digunakan pengetahuan

neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks didalam latihan,

untuk mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki. Secara

umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan

beberapa bentuk stimulasi akan ditimbulkan reaksi otot yang

dikehendaki, yang kemudian bila ini dilakukan berulang-ulang

akan berintegrasi ke dalam pola gerak motorik yang

bersangkutan.

Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath,

Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos.

- Terapi Okupasi (untuk motorik halus)

Okupasional terapi meliputi latihan fungsi tangan, aktifitas bimanual, latihan

aktifitas hidup sehari-hari, modifikasi tingkah laku dan sosialisasi.

37

Page 38: L 11 Skenario C Blok 18

- Terapi wicara

Bertujuan untuk mengembangkan anak agar dapat berbahasa secara pasif dan

aktif.

- Terapi Ortotik

Dilakukan dengan penggunaan bracing.

Bertujuan untuk mengurangi beban aksial, stabilisasi, untuk pencegahan, dan

koreksi deformitas.

Pemakaian nightsplint mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang

terjadi selama tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.

Alat bantu yang dipergunakan berupa kruk ketiak, rolator, walker, dan kursi

roda manual/listrik.

- Pemakaian alat bantu

Pada penderita tipe spastik quadriplegia ditatalaksana dengan kursi roda

bermotor, alat makan khusus, pembiasaan cara duduk.

- Pendidikan

Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental,

maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (SLB).

Terapi farmakologis

1. Relaxan otot golongan benzodiazepin dan baklofen.

2. Botolinum toxin (Botox) intramuskuler dapat mengurangi spastisitas untuk 3-

6 bulan. Hal ini akan meningkatkan luas gerak sendi atau range of movement

(ROM), menurunkan deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi

dan okupasional terapi, dan mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.

Bagaimanakah peluang tumbuh kembang anak dengan palsi serebral di

kemudian hari?

Peluang tumbuh kembang pasien palsi serebral tergantung dari beratnya

kerusakan jaringan otak yang terjadi dan tatalaksana kelainan motorik dan

kelainan lain yang menyertainya. Deteksi dini dan rehabiltasi sedini mungkin

akan memberikan hasil tumbuh kembang yang optimal. Tatalaksana pasien

palsi serebral bersifat multidisiplin, dapat melibatkan dokter anak, dokter

rehabilitasi medis, dokter mata, dokter THT, dokter saraf, dokter bedah

38

Page 39: L 11 Skenario C Blok 18

ortopedi, terapis, ahli gizi dan lainnya tergantung dari kelainan yang ada pada

pasien. Perlu diketahui bahwa tidak semua pasien palsi serebral mempunyai

kepandaian yang kurang. Palsi serebral yang hanya mengenai ke dua

ekstremitas bawah umumnya mempunyai kepandaian yang sama seperti anak

normal. Deteksi dini dan stimulasi dini terus menerus akan menghasilkan

tumbuh kembang anak yang paling maksimal.

3. EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY

Dikenal juga sebagai Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA), Evoked

Response Audiometry (ERA) atau Auditory Brainstem Audiometry (ABR) yaitu

suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII. caranya

dengan merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh

perjalanan mulai telinga dalam hingga inti-inti tertentu di batang otak.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan elektroda permukaan yang

dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus mastoid atau lobules telinga.

Cara pemeriksaan ini mudah, tidak invasif dan bersifat objektif.

Prinsip pemeriksaan BERA adalah menilai perubahan potensial listrik di

otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi. Rangsang bunyi yang

diberikan melalui headphones akan menempuh perjalanan melalui saraf ke N.VIII

di koklea (gelombang I), nucleus koklearis (gelombang II), nucleus olivarius

superior (gelombang III(), lemnikus lateralis (gelombang IV), kolikulus inferior

(gelombang V) kemudian menuju ke korteks auditorius di lobus temporal otak.

Perubahan potensial listrik di otak akan diterima oleh ketiga elektroda di kulit

kepala, dari gelombang yang timbul di setiap nucleus saraf sepanjang jalur saraf

pendengaran tersebut dapat dinilai bentuk gelombang dan waktu yang diperlukan

dari saat pemberian rangsang suara sampai mencapai nucleus-nukleus tersebut.

Dengan demikian setiap keterlambatan waktu untuk mencapai masing-masing

nucleus saraf dapat memberi arti klinis keadaan saraf pendengaran maupun

jaringan otak disekitarnya. BERA dapat memberikan informasi mengenai keadaan

neurofisiologi, neuroanatomi dari saraf-saraf tersebut hingga pusat-pusat yang

39

Page 40: L 11 Skenario C Blok 18

lebih tinggi dengan menilai gelombang yang timbul lebih akhir atau latensi yang

memanjang.

Pemeriksaan BERA sangat bermanfaat terutama pada keadaan tidak

memungkinkan dilakukan pemeriksaan pendengaran biasa, misalnya pada bayi,

anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku, intelegensia rendah, cacat ganda,

kesadaran menurun. Pada orang dewasa dapat untuk memeriksa orang yang

berpura-pura tuli (malingering) atau ada kecurigaan tuli saraf retrokoklea.

Cara melakukan pemeriksaan BERA, menggunakan tiga buah elektroda

yang diletakkan di vertex atau dahi dan di belakang kedua telinga (pada processus

mastoideus), atau pada kedua lobules auricular yang dihubungkan dengan

preamplifier. Untuk menilai fungsi batang otak pada umumnya digunakan bunyi

rangsang Click, karena dapat mengurangi artefak. Rangsang ini diberikan melalui

headphones secara unilateral dan rekaman dilakukan pada masing-masing telinga.

Reaksi yang timbul akibat rangsang suara sepanjang jalur saraf pendengaran dapat

dibedakan menjadi beberapa bagian. Pembagian ini berdasarkan waktu yang

diperlukan mulai dari saat pemberian rangsang suara sampai menimbulkan reaksi

dalam bentuk gelombang, yaitu Early response timbul dalam waktu kurang dari

10 mili detik, merupakan reaksi dari batang otak. Middle response antara 10-50

mili detik, merupakan reaksi dari thalamus dan korteks auditorius primer, Late

response antara 50-500 mili detik merupakan reaksi dari area auditorius primer

dan sekitarnya.

Salah satu faktor penting dalam menganalisa gelombang BERA adalah

menentukan masa laten, yaitu waktu (milidetik) yang diperlukan sejak stimulus

diberikan sampai terjadi evoked potential untuk masing-masing gelombang (gel I

sampai IV). Dikenal 3 jenis masa laten (1) masa laten absolute dan (2) masa laten

antar gelombang (interwave latency atau interpeak latency) dan (3) masa laten

antar telinga (interaural latency). Masa laten absolute gelombang I adalah waktu

yang dibutuhkan sejak pemberian stimulus sampai timbulnya gelombang I. masa

laten antar gelombang adalah selisih waktu antar gelombang misalnya masa laten

antar gelombang I-III, III-V, I-V. masa laten antar telinga yaitu membandingkan

masa laten absolute gelombang yang sama pada kedua telinga. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah pemanjangan masa laten fisiologik yang terjadi bila intensitas

40

Page 41: L 11 Skenario C Blok 18

stimulus diperkecil. Terdapatnya pemanjangan masa laten pada beberapa

frekuensi menunjukkan adanya suatu gangguan konduksi.

41

Page 42: L 11 Skenario C Blok 18

DAFTAR PUSTAKA

Saing B. Faktor pada kejang demam pertama yang berhubungan dengan

terjadinya kejang demam berulang(Studi selama 5 tahun). Medan: Balai

Penerbit FK-USU,1999:1–44.

Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1995;1–52.

Berker nadire, Yalcin selim. 2010. The HELP Guide to Cerebral Palsy Second

Edition. No: 8 in Pediatric Orthopedics & Rehabilitation Series.

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak/oleh Soetjiningsih; editor, IG. N.

Gde Ranuh. Jakarta: EGC.

Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Cerebral Palsy

Spastic Diplegi Dengan Terapi Latihan Metode Bobath Di YPAC

Surakarta. KTI tidak diterbitkan. Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Adnyana, I Made Oka. 1995. Tinjauan Kepustakaan: Cerebral Palsy Ditinjau dari

Aspek Neurologis. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No 104.

Buranda, Theopilus. dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Pratiwi, Gusti. 2011. Karakteristik Penderita Cerebral Palsy yang mendapatkan

pelayanan Fisioterapi di Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:

Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok

Ukur Kemampuan Gerak Anak CP. Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas

Kesehatan.

Buku Pedoman Pelatihan “DETEKSI DINI & PENATALAKSANAAN

KORBAN CHILD ABUSE and NEGLECT” Bagi Tenaga Profesional

Kesehatan,. 2004. DEPKES RI

42