kutbah ied 35 H
-
Upload
parasakti70 -
Category
Documents
-
view
93 -
download
4
description
Transcript of kutbah ied 35 H
-
KHUTBAH IDUL FITRI 1435 H
METAMORFOSIS DIRI MENJADI MANUSIA FITRAH
( H. Jamaludin Al Jef, M.Hum )
Jamaah sholat Idul Fitri rahimakumullah
Di tengah rasa sedih karena ditinggal bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan, dan kesedihan
melihat saudara-saudara kita di Gaza Palestina yang dibantai Israel lanatullah, umat Islam sedunia
merayakan kemenangan besar karena telah berhasil menunaikan tugas atau kewajiban puasa selama
sebulan penuh. Allah menjadikan kita pribadi-pribadi taqwa yang fitri karena telah bersih dari dosa-
dosa, bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.
Meskipun pada hari ini kita gembira dan sukacita, namun kegembiraan kita tidaklah sempurna
manakala menyaksikan berbagai peristiwa menyedihkan menimpa umat Islam di berbagai belahan
dunia. Bagaimana kita bisa bergembira sementara saudara-saudara kita di Gaza-Palestina
dibombardir dengan aneka senjata pemusnah oleh tentara-tentara Israel. Tidak sedikit yang menjadi
korban, bahkan ratusan orang gugur menjadi syuhada. Masjid, pemukiman, rumah sakit, dan
berbagai infrastruktur lainnyapun hancur dan luluh lantak. Betapa sedihnya hati ini, kita
menyaksikan tubuh-tubuh bergelimpangan dengan penuh luka mengenaskan, mendengar tangisan
bayi dan anak-anak yang memilukan, serta jeritan meminta pertolongan. Namun, tak banyak yang
bisa kita lakukan.
Kita sungguh kagum dan bangga dengan sikap ksatria saudara-saudara kita Gaza. Meskipun
menghadapi gempuran tentara Israel, mereka tetap sabar dan tabah. Tak tampak sikap lemah, apalagi
kata menyerah. Mereka melakukan perlawanan dengan gagah. Sehingga, mereka tak bisa
ditundukkan Israel dengan mudah. Padahal, Gaza hanyalah sebuah kota dengan luas sekitar 365 km2.
Itupun sudah diblokade dengan benteng tinggi yang mengelilinginya. Wahai saudara-saudara kami di
-
Gaza, kami berdoa semoga Allah swt segera memberikan keselamatan, kekuatan, pertolongan, dan
kemenangan untuk anda.
Marilah kita panjatkan puji dan puja kehadirat Allah Swt karena pada pagi hari ini kita masih
diberikan karunia untuk melakukan shalat ied, setelah sebelumnya kita diberi kesempatan untuk
menunaikan ibadah puasa. Mudah-mudahan kita dapat mensyukuri karunia ini dengan sungguh-
sungguh karena seringkali kita lupa akan karunia Allah ini. Karunia kesehatan dan kebahagiaan.
Sungguh beruntung kita semua karena Allah memberikan kemudahan dan kebahagiaan bagi kita
semua. Untuk itulah mari sekali lagi kita syukuri karunia Allah ini. Marilah kita kumandangkan
takbir.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamd
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Pemandangan di negeri kita ini sungguh sangat menyedihkan. Banyak orang-orang munafik di
sekitar kita. Kemunafikan telah menjadi sebuah tuntunan setelah sekian lama dipertontonkan dengan
berbagai ragam acrobat para pemain sandiwara di seputar kita, yang menjanjikan perolehan yang
sebegitu menarik bagi setiap orang di negeri kita tercinta. Sudah saatnya kita berbenah diri sebelum
membenahi orang lain. Ingat sabda Nabi s.a.w ibda bi nafsik . Kita harus segera mengawali
perubahan radikal dari diri kita sendiri sebelum kita berharap adanya perubahan eadikal pada
masyarakat kita.
Menyimak potongan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir bin Abdullah di
atas, sebagian ulama menjelaskan bahwa (dalam sabdanya pada hadis tersebut) Nabi s.a.w
berkeinginan untuk mendidik para sahabat agar mau berbuat sesuatu yang terbaik demi kemaslahatan
umat, dengan cara memulai dari hal yang paling kecil, diawali dengan tindakan konkret dari diri
sendiri, dengan contoh tindakan bersedekah melalui media pembebasan budak.
Karena Jabir bin Abdullah hanya memiliki harta yang layak ia sedekahkan pada saat itu berupa
seorang budak yang bisa dijual untuk dimerdekakan oleh siapapun yang peduli untuk membelinya.
Dan ternyata Jabir bin Abdullah pun berhasil menjualnya, sekaligus bersedekah dengan uang yang
dihasilkan dari menjual budak itu. Sementara sang budak juga segera dimerdekakan oleh tuan
barunya yang membeli dari Jabir bin Abdullah.
Inilah bagian dari proses pendidikan yang dlaksanakan oleh Nabi s.a.w, kepada umatnya. Pendidikan
yang tak harus disekat dengan tembok-tembok formalitas, namun dimulai dengan proses
pembiasaan. Karena Nabi s.a.w. sadar, bahwa proses transformasi nilai dan budaya tidak akan
tumbuh dan berkembang tanpa proses pembiasaan yang berkesinambungan.
Menguasai syahwat, menundukkannya untuk taat kepada Allah dan rasulNya, dengan cara
bersedekah dengan sesuatu yang tengah dicintainya untuk semata-mata (hanya) menukarnya dengan
ridha Allah yang dipandang oleh setiap orang yang beriman sebagai sesuatu yang jauh lebih berharga
dari apa pun yang telah, tengah dan akan dicintainya. Termasuk di dalamnya harta dunia yang kini
banyak tengah menjadi lebih dicintai daripada Allah yang seharusnya lebih dicintai dari apapun yang
ada didekatnya. Harta telah menjadi ilah (Tuhan) lain yang menjadi kendala untuk bertauhid.
Disamping tuhan-tuhan palsu lain (seperti tahta dan wanita) yang kini tengah menjadi sesuatu yang
diberhalakan oleh sekian banyak umat manusia.
-
Pendidikan yang harus kita lalui dalam perjalanan hidup kita tidak mengenal kata berhenti,
sebagaimana disebutkan dalam dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. (uthlubul al-ilma min al-mahdi ila
al-lahdi). Bahkan kehidupan itu sendiri bagi setiap muslim, harus dimaknai sebagai proses
pendidikan. Pendidikan adalah proses berkesinambungan untuk menjadi yang lebih baik dan atau
lebih sempurna.
Apa kaitan pernyataan ini dengan doktrin puasa dalam islam ? Tentu saja jawabannya bisa beragam.
Tetapi bagaimanapun juga puasa tidak terlepas dari proses pendidikan yang dilalui oleh setiap
muslim dalam semua aktivitas kehidupannya. Bahkan setiap muslim harus melalui puasa-puasa
dalam berbagai ragam aktivitasnya sebagaimana sang kupu-kupu bermetamorfosis untuk berproses
secara alami secara berkesinambungan dalam meraih jati dirinya.
Banyak ulama yang menyatakan bahwa makna esensial puasa adalah pendidikan yang berkelanjutan
bagi semua orang untuk menjadikan diri mereka lebih baik. Puasa setiap muslim seperti fenomena
metamorfosis kupu-kupu. Mengapa bisa begitu ? Ini karena mekanisme ibadah puasa mempunyai
efek dan hasil yang identik dengan metamorfosis kupu-kupu. Metamorfosis kupu-kupu benar-benar
mengajarkan proses berpuasa yang sempurna kepada kita (manusia) sebagai makhluk yang memiliki
kemampuan untuk berkarya dengan potensi piker dan zikirnya. Maka seperti halnya proses
metamorfosis kupu-kupu hendaknya dijadikan untuk melakukan evaluasi diri (muhasabah).
Pertama, mendidim kejujuran. Berpuasa memiliki target akhir pada ketakwaan (Q.S. Al-Baqarah ;
183)
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa,
Sedangkan salah satu refleksi ketakwaan dalam kehidupan adalah sikap jujur. Puasa memiliki
korelasi yang kuat dengan sikap positif ini. Seorang anak bisa saja mengaku berpuasa, padahal tanpa
sepengetahuan orang tuanya ia telah berbuka. Apalagi ibadah puasa ini hubungannya langsung
dengan Allah Yang Maha Mengetahui.
Kedua, puasa mendidik kerja keras. Allah SWT berfirman ;
105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Saat berpuasa, kita senantiasa dituntut untuk tetap bekerja. Bekerja keras bagi orang beriman
bukanlah suatu tuntutan karena adanya pengawasan dari atasan. Orang beriman akan senantiasa
merasa diawasi langsung oleh Allah SWT (muraqabatullah). Puasa akan mendidik orang tetap
-
bekerja meski tidak diawasi manusia. Perwujudan kerja keras ini dapat juga dilihat dari semangat
untuk menjalankan ibadah yang dianjurkan pada bulan Ramadhan. Seseorang yang jarang shalat
sekalipun, akan berusaha untuk menunaikan shalat secara lengkap dan tepat waktu, bahkan shalat
tarawih di bulan Ramadhan.
Ketiga, puasa mendidik untuk disiplin. Bayangkan hanya lebih cepat sedetik saja orang yang
berpuasa tidak mau untuk berbuka puasa, dan ini berlaku untuk semua orang. Belajar berdisiplin
bukan menyiksa diri sendiri, namun belajar tentang kesabaran dan kebahagiaan.
Keempat, puasa mengajarkan kesabaran. Pada hari lain di luar puasa sepertinya kemarahan begitu
mudah terjadi, namun pada waktu berpuasa kita diingatkan untuk bersabar agar pahala puasa kita
tidak batal.
Kelima, puasa mengajarkan rasa syukur. Orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan dahaga. Di
sinilah rasa kepekaan sosial kita dilatih, apakah dengan puasa kita bisa menjadi seorang dermawan.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah...
Jika puasa di bulan Ramadhan mampu mendidik manusia untuk menjadi pribadi-pribadi yang
berperilaku positif, maka ada pertanyaan kritis yang menggelitik kita. Mengapa sekian kali
Ramadhan dijalankan oleh umat Islam di Indonesia, akan tetapi angka kemaksiatan dan korupsi tidak
semakin turun malah ada kecenderungan mengalami kenaikan? Di manakah letak slahnya?
Jawabannya tentu pada manusianya. Sebab ternyata masih banyak orang yang masuk Ramadhan
tidak maksimal menjalankan ibadah-ibadah yang Allah dan rasulNya ajarkan.
Banyak orang masuk Ramadhan sekedar dengan semangat ritual saja, sementara hakikat keilmuan
yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang masuk Ramadhan semata
menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam hari mereka kembali ke dosa-dosa.
Banyak orang masuk Ramadhan bukan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk
meningkatkan omset-omset maksiat. Pun banyak orang masuk ramadhan dengan semangat di awal-
awal saja, sementara di akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah beritikaf dan memburu malam
lailatul qadar, malah kita sibuk dengan permainan-permainan.
Bahkan yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang hanya semangat beribadah di
bulan Ramadhan saja, begitu Ramadhan pergi semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan.
Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, setelah Ramadhan
kembali kosong dan sepi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd ...
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah
Tidak ada ajaran bahwa kita wajib mentaati Allah dan rasulNya hanya di bulan Ramadhan saja,
setelah itu kita kembali berbuat dosa. Ramadhan sebagai titik tolak kembali ke fitrah sejati. Bahwa
dari Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan.
Dalam surat An-Nahl ; 92 Allah berfirman :
-
92. dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat,
menjadi cerai berai kembali,
Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia.
Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang, sore hari ketika pintalan itu selesai ia cerai
beraikan kembali. Perhatikan! Allah melarang agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali.
Bahwa perbuatan sia-sia adalah kerugian yang nyata. Karena itu Nabi s.a.w. selalu mengingatkan
agar kita selalu istiqomah. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan
pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab : qul aamantu billahi tsummastaqim (katakana aku
beriman kepada Allah dan beristiqamahlah).
Demikianlah setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan
malam, siangnya kita berpuasa malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa
ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan?
Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis
seakan tidak kenal masjid lagi.
Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al-Quran, tetapi begitu
Ramadhan selesai Al-Quran dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah wanita yang Allah ceritakan
di atas. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai begitu Ramadhan habis semua ketaatan yang indah itu
dicerai beraikan kembali.
14 abad lebih yang lalu Rasulullah SAW. Memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa
sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalankan tata aturan agama. Mereka akan dilanda berbagai
krisis (sosial, politik, ekonomi, moral dan budaya) yang berkepanjangan.
Apabila akhir zaman semakin dekat maka banyak orang yang berpakaian jubah, dominasi
perdagangan, harta kekayaan melimpah, para pemilik modal diagungkan, kemesuman merajalela,
kanak-kanak dijadikan pemimpin, dominasi perempuan, kelaliman penguasa, manipulasi takaran
dan timbangan, orang lebih suka memelihara anjing piaraannya dari pada anaknya sendiri, tidak
menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang kecil, membiaknya anak-anak zina,
sampai-sampai orang bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik di
zaman itu hanya bisa mengatakan : tolonglah kalian menyingkir dari jalan, mereka berpakaian kulit
domba tetapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat. (HR.
Thabrani)
Fenomena sosial yang dikhawatirkan Rasulullah SAW tersebut pada kenyataannya telah
bermunculan di tengah-tengah bangsa ini. Kita dapat menyaksikan lahirnya manusia-manusia yang
secara lahir berpenampilan rapih, bersih, menarik, parlente, dengan gaya dan isi pembicaraan yang
memukau seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan
kepada kebenaran dan keadilan. Padahal kondisi sebenarnya adalah mereka membenci dan
memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan bahkan sekedar untuk dirinya sendiri.
Orang-orang seperti itulah yang kemudian popular disebut politisi busuk dan birokrat busuk.
Celakanya, tampilan diri yang dapat menutupi dan mengelabui pandangan orang tentang kondisi
bathin yang sesungguhnya sehingga menjalani hidup penuh dengan kepura-puraan telah menjadi
realitas sosial yang membudaya. Akibatnya terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya yang
-
pada akhirnya membiakkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar terhadap
keamanan dan kenyamanan hidup bermasyarakat.
Tentu saja gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan kemunafikan dan kepura-puraan di semua
sector kehidupan. Di sana ada politisi busuk, birokrat busuk, para pemimpin yang tidak berkualitas
yang kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang culas yang tidak
mengindahkan norma-norma, para suami yang tidak berdaya, dan merebaknya dekadensi moral yang
dilakukan masyarakat secara terang-terangan.
Dalam waktu yang sama ketidakberdayaan untuk memberantas berbagai jenis perilaku menyimpang
itu telah menyerang semua lapisan masyarakat. Akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi
berubah. Perilakunya telah melenceng jauh dari nilai-nilai dan aturan agama. Salah satunya adalah
pandangan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesucian diri dari segala perbuatan nista dan dari
bahaya hubungan seksual di luar nikah (zina).
Beberapa tahun lalu kita merasakan adanya suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa
berhubungan seksual diluar nikah adalah sesuatu yang sangat aib dan merupakan dosa besar yang
harus benar-benar dijauhi, baik oleh yang belum maupun yang sudah menikah. Pandangan ini
diterima sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila ada orang yang
melanggarnya akan mendapat perlakuan yang seragam dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja.
Ia akan menerima sangsi sosial berupa penyingkiran dari pergaulan sosial, dimusuhi, tidak
mendapatkan hak-haknya sebagai warga dsb. Akibatnya ia akan teralienasi dari masyarakatnya,
merasakan kehidupan yang sempit dan tersiksa, serta merasakan sebagai pihak yang terhukum. Hal
ini akan melahirkan perasaan jera yang efektif mengurangi frekuensi pengulangan.
Namun lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang ini. Berzina dianggap sebagai salah satu ciri gaya
hidup modern dan menutupi aibnya dengan dalih sebagai tuntutan zaman. Kemudian pandangan ini
dipopulerkan di tengah masyarakat, sehingga terjadi perubahan-perubahan norma sosial. Berbagai
perilaku menyimpang terjadi dimana-mana. Dari mulai kejahatan politik sampai kejahatan moral.
Akibatnya masyarakat merasa kesulitan untuk memilah dan membedakan mana perbuatan yang baik
yang dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat
membawa kesengsaraan pada kehidupan.
Berbagai realitas buruk ini tidak akan dapat berubah kecuali kita sendiri yang merubahnya. Allah
tidak akan merubah kondisi suatu kaum kecuali mereka merubahnya.
11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar Rad ; 13)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd ...
-
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah
Perubahan yang kita inginkan bukanlah perubahan yang hanya terjadi pada level individu saja, tetapi
kita menginginkan adanya perubahan secara menyeluruh. Kita menginginkan dunia yang lebih adil,
lebih damai, lebih bersahabat, dan lebih memberikan rahmatnya kepada manusia seluruhnya. Kita
ingin membangun peradaban baru sebagai pengganti peradaban yang ada saat ini.
Peradaban Islam dibangun dari landasan visi dan cita-cita Rasulullah saw, atas arahan wahyu Allah
SWT., yang kemudian tumbuh bersama perubahan pola piker yang kemudian terwujud dalam
perubahan perilaku, kebiasaan dan tradisi masyarakat arab ketika itu.
Peradaban Islam mampu bertahan selama 1400 tahun sebelum diambil alih oleh barat. Karena itu
jika kita ingin membangun peradaban yang baru untuk menggantikan peradaban barat yang
materialis dan hedonis ini, maka kita harus mulai dari merubah visi dan cita-cita hidup kita mulai
dari skala individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
26. Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan. (QS. As-Shaad; 26)
Demikianlah kita tidak akan mampu membangun peradaban baru tanpa melakukan perubahan dalam
diri kita. Kita harus merubah visi dan angan-angan kita dengan kuat. Kita jadikan Allah SWT
sebagai satu-satunya tujuan hidup kita. Hidup untuk Allah. Jika kita mampu nerubah angan-angan
dan visi hidup kita itu, secara perlahan kita akan mampu merubah persepsi dan pola piker kita yang
tidak Islami menjadi Islami. Kita jadikan Islam sebagai pedoman bagi seluruh urusan hidup kita. Kita
jadikan Islam sebagai landasan berpikir seluruh keputusan kita. Dari situ akan terbentuk perilaku dan
perbuatan Islami. Akhlak Islami akan lahir secara otomatis.
Perilaku yang dibangun dan dijaga konsistensinya akan menumbuhkan kebiasaan Islami. Kebiasaan
Islami yang dapat kita tularkan dan dakwahkan kepada masyarakat kita, sehingga mereka
mempunyai kebiasaan Islami juga, akan memunculkan budaya Islami. Budaya Islami yang dianut
oleh suatu masyarakat bahkan suatu bangsa dalam kurun waktu panjang akan melahirkan sebuah
peradaban. Itulah peradaban Islami yang kita cita-citakan. Sebuah peradaban yang membawa rahmat
bagi seluruh alam.
Sebuah peradaban yang jauh dari nilai-nilai materialis, hedonis, koruptif, tidak bermoral,
manipulative, penuh dengan kedustaan dan kebiadaban. Kita menginginkan peradaban yang adil,
bermartabat, amanah, jujur, sederhana, dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Itulah peradaban
yang diangankan seluruh umat manusia, andaikan mereka tahu betapa indahnya peradaban Islam ini.
-
Melalui Ramadhan dan Idul Fitri ini saatnya kita kembali kepada fitrah kita. Kita kembali melihat
dan menyusun angan-angan dan cita-cita hidup kita, obsesi kita, menuju kehidupan yang lebih baik
dan lebih diridhoi Allah SWT. dimasa yang akan datang.
Bulan Ramadhan adalah masa yang tepat bagi kita untuk menyudahi kerusakan dan kerugian dan
menggantinya dengan fitrah dan kebenaran (al-haq). Bulan puasa adalah bulan pertobatan. Jika kita
ingin terhindar dari ancaman menjadi kayu bakar neraka jahanam, maka kita harus senantiasa
waspada terhadap segala kemungkinan yang dapat menjerumuskannya, dengan cara bertobat kepada
Allah SWT dan berusaha mengantisipasi sebab-sebab yang dapat membangkitkan keinginan kita
untuk berbuat dosa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd ...
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah
Alangkah indahnya jika bangsa ini kemudian dipenuhi oleh pertobatan kepompong setelah masa
kerusakan ulat, karena tidak lama lagi bangsa ini akan dipenuhi kupu-kupu. Akan bermunculan
manusia-manusia fitrah yang selalu menebar kebajikan. Akan tetapi alangkah pahitnya jika
kepompong ini kembali menjadi ulat, kerakusan kembali merajalela, kaum papa semakin
menderita. Akhir hayatnya, sang ulat ini akan mati dalam keadaan buruk rupa bersama keburukan
perilakunya. Naudzubillah.
Doa Penutup
Ya Allah ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, pernaikilah diantara
mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah
mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah
Engkau buat dengan mereka, menagkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Illah yang
hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.
Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah
dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali
kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah
kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.
Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dab
jadikanlah kami membenci kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk
orang yang mendapat petunjuk.
Ya Allah, berilah kesabaran kepada kami atas kebenaran, keteguhan dalam menjalankan perintah,
akhir kesudahan yang baik dan afiyah dari setiap musibah, bebas dari segala dosa, keuntungan dari
setiap kebaikan, keberhasilan dengan surge dan selamat dari api neraka, wahai zat yang Maha
Pengasih.
Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, amal kami dari riya, lisan kami dari dusta, dan
bersihkan mata kami dari khianat, sesungguhnya Engkau mengetahui pengkhianatan mata dan apa
yang disembunyikan dalam dada.
-
Ya Allah, cukupkan diri kami dengan yang halal dari yang haram, dengan kataatan kepadaMu dari
maksiat kepadaMu, dan dengan karuniaMu dari selainMu, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri
sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
Ya Allah, jadikanlah amal kami yang terbaik adalah akhirnya, dan umur kami yang terbaik adalah
penghujungnya, dan hari terbaik kami adalah hari bertemu Engkau.
Ya Allah, perbaikilah (akhirat) para pemimpin kaum muslimin, bimbinglah mereka dalam
menegakkan keadilan, menyayangi, dan memperhatikan kepentingan rakyat. Tumbuhkan kecintaan
rakyat kepada mereka dan kecintaan mereka kepada rakyat.
Ya Allah, Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal dan doa kami), sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.