kutbah ied 35 H

9
KHUTBAH IDUL FITRI 1435 H “METAMORFOSIS DIRI MENJADI MANUSIA FITRAH” ( H. Jamaludin Al Jef, M.Hum ) Jama‟ah sholat Idul Fitri rahimakumullah Di tengah rasa sedih karena ditinggal bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan, dan kesedihan melihat saudara-saudara kita di Gaza Palestina yang dibantai Israel la‟natullah, umat Islam sedunia merayakan kemenangan besar karena telah berhasil menunaikan tugas atau kewajiban puasa selama sebulan penuh. Allah menjadikan kita pribadi-pribadi taqwa yang fitri karena telah bersih dari dosa- dosa, bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Meskipun pada hari ini kita gembira dan sukacita, namun kegembiraan kita tidaklah sempurna manakala menyaksikan berbagai peristiwa menyedihkan menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia. Bagaimana kita bisa bergembira sementara saudara-saudara kita di Gaza-Palestina dibombardir dengan aneka senjata pemusnah oleh tentara-tentara Israel. Tidak sedikit yang menjadi korban, bahkan ratusan orang gugur menjadi syuhada. Masjid, pemukiman, rumah sakit, dan berbagai infrastruktur lainnyapun hancur dan luluh lantak. Betapa sedihnya hati ini, kita menyaksikan tubuh-tubuh bergelimpangan dengan penuh luka mengenaskan, mendengar tangisan bayi dan anak-anak yang memilukan, serta jeritan meminta pertolongan. Namun, tak banyak yang bisa kita lakukan. Kita sungguh kagum dan bangga dengan sikap ksatria saudara-saudara kita Gaza. Meskipun menghadapi gempuran tentara Israel, mereka tetap sabar dan tabah. Tak tampak sikap lemah, apalagi kata menyerah. Mereka melakukan perlawanan dengan gagah. Sehingga, mereka tak bisa ditundukkan Israel dengan mudah. Padahal, Gaza hanyalah sebuah kota dengan luas sekitar 365 km2. Itupun sudah diblokade dengan benteng tinggi yang mengelilinginya. Wahai saudara-saudara kami di

description

materi khutbah idul fitri tahun 1435 H./ 2014.

Transcript of kutbah ied 35 H

  • KHUTBAH IDUL FITRI 1435 H

    METAMORFOSIS DIRI MENJADI MANUSIA FITRAH

    ( H. Jamaludin Al Jef, M.Hum )

    Jamaah sholat Idul Fitri rahimakumullah

    Di tengah rasa sedih karena ditinggal bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan, dan kesedihan

    melihat saudara-saudara kita di Gaza Palestina yang dibantai Israel lanatullah, umat Islam sedunia

    merayakan kemenangan besar karena telah berhasil menunaikan tugas atau kewajiban puasa selama

    sebulan penuh. Allah menjadikan kita pribadi-pribadi taqwa yang fitri karena telah bersih dari dosa-

    dosa, bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.

    Meskipun pada hari ini kita gembira dan sukacita, namun kegembiraan kita tidaklah sempurna

    manakala menyaksikan berbagai peristiwa menyedihkan menimpa umat Islam di berbagai belahan

    dunia. Bagaimana kita bisa bergembira sementara saudara-saudara kita di Gaza-Palestina

    dibombardir dengan aneka senjata pemusnah oleh tentara-tentara Israel. Tidak sedikit yang menjadi

    korban, bahkan ratusan orang gugur menjadi syuhada. Masjid, pemukiman, rumah sakit, dan

    berbagai infrastruktur lainnyapun hancur dan luluh lantak. Betapa sedihnya hati ini, kita

    menyaksikan tubuh-tubuh bergelimpangan dengan penuh luka mengenaskan, mendengar tangisan

    bayi dan anak-anak yang memilukan, serta jeritan meminta pertolongan. Namun, tak banyak yang

    bisa kita lakukan.

    Kita sungguh kagum dan bangga dengan sikap ksatria saudara-saudara kita Gaza. Meskipun

    menghadapi gempuran tentara Israel, mereka tetap sabar dan tabah. Tak tampak sikap lemah, apalagi

    kata menyerah. Mereka melakukan perlawanan dengan gagah. Sehingga, mereka tak bisa

    ditundukkan Israel dengan mudah. Padahal, Gaza hanyalah sebuah kota dengan luas sekitar 365 km2.

    Itupun sudah diblokade dengan benteng tinggi yang mengelilinginya. Wahai saudara-saudara kami di

  • Gaza, kami berdoa semoga Allah swt segera memberikan keselamatan, kekuatan, pertolongan, dan

    kemenangan untuk anda.

    Marilah kita panjatkan puji dan puja kehadirat Allah Swt karena pada pagi hari ini kita masih

    diberikan karunia untuk melakukan shalat ied, setelah sebelumnya kita diberi kesempatan untuk

    menunaikan ibadah puasa. Mudah-mudahan kita dapat mensyukuri karunia ini dengan sungguh-

    sungguh karena seringkali kita lupa akan karunia Allah ini. Karunia kesehatan dan kebahagiaan.

    Sungguh beruntung kita semua karena Allah memberikan kemudahan dan kebahagiaan bagi kita

    semua. Untuk itulah mari sekali lagi kita syukuri karunia Allah ini. Marilah kita kumandangkan

    takbir.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamd

    Kaum Muslimin Rahimakumullah

    Pemandangan di negeri kita ini sungguh sangat menyedihkan. Banyak orang-orang munafik di

    sekitar kita. Kemunafikan telah menjadi sebuah tuntunan setelah sekian lama dipertontonkan dengan

    berbagai ragam acrobat para pemain sandiwara di seputar kita, yang menjanjikan perolehan yang

    sebegitu menarik bagi setiap orang di negeri kita tercinta. Sudah saatnya kita berbenah diri sebelum

    membenahi orang lain. Ingat sabda Nabi s.a.w ibda bi nafsik . Kita harus segera mengawali

    perubahan radikal dari diri kita sendiri sebelum kita berharap adanya perubahan eadikal pada

    masyarakat kita.

    Menyimak potongan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir bin Abdullah di

    atas, sebagian ulama menjelaskan bahwa (dalam sabdanya pada hadis tersebut) Nabi s.a.w

    berkeinginan untuk mendidik para sahabat agar mau berbuat sesuatu yang terbaik demi kemaslahatan

    umat, dengan cara memulai dari hal yang paling kecil, diawali dengan tindakan konkret dari diri

    sendiri, dengan contoh tindakan bersedekah melalui media pembebasan budak.

    Karena Jabir bin Abdullah hanya memiliki harta yang layak ia sedekahkan pada saat itu berupa

    seorang budak yang bisa dijual untuk dimerdekakan oleh siapapun yang peduli untuk membelinya.

    Dan ternyata Jabir bin Abdullah pun berhasil menjualnya, sekaligus bersedekah dengan uang yang

    dihasilkan dari menjual budak itu. Sementara sang budak juga segera dimerdekakan oleh tuan

    barunya yang membeli dari Jabir bin Abdullah.

    Inilah bagian dari proses pendidikan yang dlaksanakan oleh Nabi s.a.w, kepada umatnya. Pendidikan

    yang tak harus disekat dengan tembok-tembok formalitas, namun dimulai dengan proses

    pembiasaan. Karena Nabi s.a.w. sadar, bahwa proses transformasi nilai dan budaya tidak akan

    tumbuh dan berkembang tanpa proses pembiasaan yang berkesinambungan.

    Menguasai syahwat, menundukkannya untuk taat kepada Allah dan rasulNya, dengan cara

    bersedekah dengan sesuatu yang tengah dicintainya untuk semata-mata (hanya) menukarnya dengan

    ridha Allah yang dipandang oleh setiap orang yang beriman sebagai sesuatu yang jauh lebih berharga

    dari apa pun yang telah, tengah dan akan dicintainya. Termasuk di dalamnya harta dunia yang kini

    banyak tengah menjadi lebih dicintai daripada Allah yang seharusnya lebih dicintai dari apapun yang

    ada didekatnya. Harta telah menjadi ilah (Tuhan) lain yang menjadi kendala untuk bertauhid.

    Disamping tuhan-tuhan palsu lain (seperti tahta dan wanita) yang kini tengah menjadi sesuatu yang

    diberhalakan oleh sekian banyak umat manusia.

  • Pendidikan yang harus kita lalui dalam perjalanan hidup kita tidak mengenal kata berhenti,

    sebagaimana disebutkan dalam dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. (uthlubul al-ilma min al-mahdi ila

    al-lahdi). Bahkan kehidupan itu sendiri bagi setiap muslim, harus dimaknai sebagai proses

    pendidikan. Pendidikan adalah proses berkesinambungan untuk menjadi yang lebih baik dan atau

    lebih sempurna.

    Apa kaitan pernyataan ini dengan doktrin puasa dalam islam ? Tentu saja jawabannya bisa beragam.

    Tetapi bagaimanapun juga puasa tidak terlepas dari proses pendidikan yang dilalui oleh setiap

    muslim dalam semua aktivitas kehidupannya. Bahkan setiap muslim harus melalui puasa-puasa

    dalam berbagai ragam aktivitasnya sebagaimana sang kupu-kupu bermetamorfosis untuk berproses

    secara alami secara berkesinambungan dalam meraih jati dirinya.

    Banyak ulama yang menyatakan bahwa makna esensial puasa adalah pendidikan yang berkelanjutan

    bagi semua orang untuk menjadikan diri mereka lebih baik. Puasa setiap muslim seperti fenomena

    metamorfosis kupu-kupu. Mengapa bisa begitu ? Ini karena mekanisme ibadah puasa mempunyai

    efek dan hasil yang identik dengan metamorfosis kupu-kupu. Metamorfosis kupu-kupu benar-benar

    mengajarkan proses berpuasa yang sempurna kepada kita (manusia) sebagai makhluk yang memiliki

    kemampuan untuk berkarya dengan potensi piker dan zikirnya. Maka seperti halnya proses

    metamorfosis kupu-kupu hendaknya dijadikan untuk melakukan evaluasi diri (muhasabah).

    Pertama, mendidim kejujuran. Berpuasa memiliki target akhir pada ketakwaan (Q.S. Al-Baqarah ;

    183)

    183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum

    kamu agar kamu bertakwa,

    Sedangkan salah satu refleksi ketakwaan dalam kehidupan adalah sikap jujur. Puasa memiliki

    korelasi yang kuat dengan sikap positif ini. Seorang anak bisa saja mengaku berpuasa, padahal tanpa

    sepengetahuan orang tuanya ia telah berbuka. Apalagi ibadah puasa ini hubungannya langsung

    dengan Allah Yang Maha Mengetahui.

    Kedua, puasa mendidik kerja keras. Allah SWT berfirman ;

    105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat

    pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

    diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

    Saat berpuasa, kita senantiasa dituntut untuk tetap bekerja. Bekerja keras bagi orang beriman

    bukanlah suatu tuntutan karena adanya pengawasan dari atasan. Orang beriman akan senantiasa

    merasa diawasi langsung oleh Allah SWT (muraqabatullah). Puasa akan mendidik orang tetap

  • bekerja meski tidak diawasi manusia. Perwujudan kerja keras ini dapat juga dilihat dari semangat

    untuk menjalankan ibadah yang dianjurkan pada bulan Ramadhan. Seseorang yang jarang shalat

    sekalipun, akan berusaha untuk menunaikan shalat secara lengkap dan tepat waktu, bahkan shalat

    tarawih di bulan Ramadhan.

    Ketiga, puasa mendidik untuk disiplin. Bayangkan hanya lebih cepat sedetik saja orang yang

    berpuasa tidak mau untuk berbuka puasa, dan ini berlaku untuk semua orang. Belajar berdisiplin

    bukan menyiksa diri sendiri, namun belajar tentang kesabaran dan kebahagiaan.

    Keempat, puasa mengajarkan kesabaran. Pada hari lain di luar puasa sepertinya kemarahan begitu

    mudah terjadi, namun pada waktu berpuasa kita diingatkan untuk bersabar agar pahala puasa kita

    tidak batal.

    Kelima, puasa mengajarkan rasa syukur. Orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan dahaga. Di

    sinilah rasa kepekaan sosial kita dilatih, apakah dengan puasa kita bisa menjadi seorang dermawan.

    Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah...

    Jika puasa di bulan Ramadhan mampu mendidik manusia untuk menjadi pribadi-pribadi yang

    berperilaku positif, maka ada pertanyaan kritis yang menggelitik kita. Mengapa sekian kali

    Ramadhan dijalankan oleh umat Islam di Indonesia, akan tetapi angka kemaksiatan dan korupsi tidak

    semakin turun malah ada kecenderungan mengalami kenaikan? Di manakah letak slahnya?

    Jawabannya tentu pada manusianya. Sebab ternyata masih banyak orang yang masuk Ramadhan

    tidak maksimal menjalankan ibadah-ibadah yang Allah dan rasulNya ajarkan.

    Banyak orang masuk Ramadhan sekedar dengan semangat ritual saja, sementara hakikat keilmuan

    yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang masuk Ramadhan semata

    menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam hari mereka kembali ke dosa-dosa.

    Banyak orang masuk Ramadhan bukan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk

    meningkatkan omset-omset maksiat. Pun banyak orang masuk ramadhan dengan semangat di awal-

    awal saja, sementara di akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah beritikaf dan memburu malam

    lailatul qadar, malah kita sibuk dengan permainan-permainan.

    Bahkan yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang hanya semangat beribadah di

    bulan Ramadhan saja, begitu Ramadhan pergi semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan.

    Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, setelah Ramadhan

    kembali kosong dan sepi.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd ...

    Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah

    Tidak ada ajaran bahwa kita wajib mentaati Allah dan rasulNya hanya di bulan Ramadhan saja,

    setelah itu kita kembali berbuat dosa. Ramadhan sebagai titik tolak kembali ke fitrah sejati. Bahwa

    dari Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan.

    Dalam surat An-Nahl ; 92 Allah berfirman :

  • 92. dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat,

    menjadi cerai berai kembali,

    Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia.

    Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang, sore hari ketika pintalan itu selesai ia cerai

    beraikan kembali. Perhatikan! Allah melarang agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali.

    Bahwa perbuatan sia-sia adalah kerugian yang nyata. Karena itu Nabi s.a.w. selalu mengingatkan

    agar kita selalu istiqomah. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan

    pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab : qul aamantu billahi tsummastaqim (katakana aku

    beriman kepada Allah dan beristiqamahlah).

    Demikianlah setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan

    malam, siangnya kita berpuasa malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa

    ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan?

    Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis

    seakan tidak kenal masjid lagi.

    Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al-Quran, tetapi begitu

    Ramadhan selesai Al-Quran dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah wanita yang Allah ceritakan

    di atas. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai begitu Ramadhan habis semua ketaatan yang indah itu

    dicerai beraikan kembali.

    14 abad lebih yang lalu Rasulullah SAW. Memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa

    sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalankan tata aturan agama. Mereka akan dilanda berbagai

    krisis (sosial, politik, ekonomi, moral dan budaya) yang berkepanjangan.

    Apabila akhir zaman semakin dekat maka banyak orang yang berpakaian jubah, dominasi

    perdagangan, harta kekayaan melimpah, para pemilik modal diagungkan, kemesuman merajalela,

    kanak-kanak dijadikan pemimpin, dominasi perempuan, kelaliman penguasa, manipulasi takaran

    dan timbangan, orang lebih suka memelihara anjing piaraannya dari pada anaknya sendiri, tidak

    menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang kecil, membiaknya anak-anak zina,

    sampai-sampai orang bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik di

    zaman itu hanya bisa mengatakan : tolonglah kalian menyingkir dari jalan, mereka berpakaian kulit

    domba tetapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat. (HR.

    Thabrani)

    Fenomena sosial yang dikhawatirkan Rasulullah SAW tersebut pada kenyataannya telah

    bermunculan di tengah-tengah bangsa ini. Kita dapat menyaksikan lahirnya manusia-manusia yang

    secara lahir berpenampilan rapih, bersih, menarik, parlente, dengan gaya dan isi pembicaraan yang

    memukau seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan

    kepada kebenaran dan keadilan. Padahal kondisi sebenarnya adalah mereka membenci dan

    memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan bahkan sekedar untuk dirinya sendiri.

    Orang-orang seperti itulah yang kemudian popular disebut politisi busuk dan birokrat busuk.

    Celakanya, tampilan diri yang dapat menutupi dan mengelabui pandangan orang tentang kondisi

    bathin yang sesungguhnya sehingga menjalani hidup penuh dengan kepura-puraan telah menjadi

    realitas sosial yang membudaya. Akibatnya terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya yang

  • pada akhirnya membiakkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar terhadap

    keamanan dan kenyamanan hidup bermasyarakat.

    Tentu saja gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan kemunafikan dan kepura-puraan di semua

    sector kehidupan. Di sana ada politisi busuk, birokrat busuk, para pemimpin yang tidak berkualitas

    yang kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang culas yang tidak

    mengindahkan norma-norma, para suami yang tidak berdaya, dan merebaknya dekadensi moral yang

    dilakukan masyarakat secara terang-terangan.

    Dalam waktu yang sama ketidakberdayaan untuk memberantas berbagai jenis perilaku menyimpang

    itu telah menyerang semua lapisan masyarakat. Akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi

    berubah. Perilakunya telah melenceng jauh dari nilai-nilai dan aturan agama. Salah satunya adalah

    pandangan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesucian diri dari segala perbuatan nista dan dari

    bahaya hubungan seksual di luar nikah (zina).

    Beberapa tahun lalu kita merasakan adanya suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa

    berhubungan seksual diluar nikah adalah sesuatu yang sangat aib dan merupakan dosa besar yang

    harus benar-benar dijauhi, baik oleh yang belum maupun yang sudah menikah. Pandangan ini

    diterima sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila ada orang yang

    melanggarnya akan mendapat perlakuan yang seragam dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja.

    Ia akan menerima sangsi sosial berupa penyingkiran dari pergaulan sosial, dimusuhi, tidak

    mendapatkan hak-haknya sebagai warga dsb. Akibatnya ia akan teralienasi dari masyarakatnya,

    merasakan kehidupan yang sempit dan tersiksa, serta merasakan sebagai pihak yang terhukum. Hal

    ini akan melahirkan perasaan jera yang efektif mengurangi frekuensi pengulangan.

    Namun lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang ini. Berzina dianggap sebagai salah satu ciri gaya

    hidup modern dan menutupi aibnya dengan dalih sebagai tuntutan zaman. Kemudian pandangan ini

    dipopulerkan di tengah masyarakat, sehingga terjadi perubahan-perubahan norma sosial. Berbagai

    perilaku menyimpang terjadi dimana-mana. Dari mulai kejahatan politik sampai kejahatan moral.

    Akibatnya masyarakat merasa kesulitan untuk memilah dan membedakan mana perbuatan yang baik

    yang dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat

    membawa kesengsaraan pada kehidupan.

    Berbagai realitas buruk ini tidak akan dapat berubah kecuali kita sendiri yang merubahnya. Allah

    tidak akan merubah kondisi suatu kaum kecuali mereka merubahnya.

    11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka

    menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

    merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu

    kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar Rad ; 13)

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd ...

  • Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah

    Perubahan yang kita inginkan bukanlah perubahan yang hanya terjadi pada level individu saja, tetapi

    kita menginginkan adanya perubahan secara menyeluruh. Kita menginginkan dunia yang lebih adil,

    lebih damai, lebih bersahabat, dan lebih memberikan rahmatnya kepada manusia seluruhnya. Kita

    ingin membangun peradaban baru sebagai pengganti peradaban yang ada saat ini.

    Peradaban Islam dibangun dari landasan visi dan cita-cita Rasulullah saw, atas arahan wahyu Allah

    SWT., yang kemudian tumbuh bersama perubahan pola piker yang kemudian terwujud dalam

    perubahan perilaku, kebiasaan dan tradisi masyarakat arab ketika itu.

    Peradaban Islam mampu bertahan selama 1400 tahun sebelum diambil alih oleh barat. Karena itu

    jika kita ingin membangun peradaban yang baru untuk menggantikan peradaban barat yang

    materialis dan hedonis ini, maka kita harus mulai dari merubah visi dan cita-cita hidup kita mulai

    dari skala individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa.

    26. Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan

    (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu

    dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka

    melupakan hari perhitungan. (QS. As-Shaad; 26)

    Demikianlah kita tidak akan mampu membangun peradaban baru tanpa melakukan perubahan dalam

    diri kita. Kita harus merubah visi dan angan-angan kita dengan kuat. Kita jadikan Allah SWT

    sebagai satu-satunya tujuan hidup kita. Hidup untuk Allah. Jika kita mampu nerubah angan-angan

    dan visi hidup kita itu, secara perlahan kita akan mampu merubah persepsi dan pola piker kita yang

    tidak Islami menjadi Islami. Kita jadikan Islam sebagai pedoman bagi seluruh urusan hidup kita. Kita

    jadikan Islam sebagai landasan berpikir seluruh keputusan kita. Dari situ akan terbentuk perilaku dan

    perbuatan Islami. Akhlak Islami akan lahir secara otomatis.

    Perilaku yang dibangun dan dijaga konsistensinya akan menumbuhkan kebiasaan Islami. Kebiasaan

    Islami yang dapat kita tularkan dan dakwahkan kepada masyarakat kita, sehingga mereka

    mempunyai kebiasaan Islami juga, akan memunculkan budaya Islami. Budaya Islami yang dianut

    oleh suatu masyarakat bahkan suatu bangsa dalam kurun waktu panjang akan melahirkan sebuah

    peradaban. Itulah peradaban Islami yang kita cita-citakan. Sebuah peradaban yang membawa rahmat

    bagi seluruh alam.

    Sebuah peradaban yang jauh dari nilai-nilai materialis, hedonis, koruptif, tidak bermoral,

    manipulative, penuh dengan kedustaan dan kebiadaban. Kita menginginkan peradaban yang adil,

    bermartabat, amanah, jujur, sederhana, dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Itulah peradaban

    yang diangankan seluruh umat manusia, andaikan mereka tahu betapa indahnya peradaban Islam ini.

  • Melalui Ramadhan dan Idul Fitri ini saatnya kita kembali kepada fitrah kita. Kita kembali melihat

    dan menyusun angan-angan dan cita-cita hidup kita, obsesi kita, menuju kehidupan yang lebih baik

    dan lebih diridhoi Allah SWT. dimasa yang akan datang.

    Bulan Ramadhan adalah masa yang tepat bagi kita untuk menyudahi kerusakan dan kerugian dan

    menggantinya dengan fitrah dan kebenaran (al-haq). Bulan puasa adalah bulan pertobatan. Jika kita

    ingin terhindar dari ancaman menjadi kayu bakar neraka jahanam, maka kita harus senantiasa

    waspada terhadap segala kemungkinan yang dapat menjerumuskannya, dengan cara bertobat kepada

    Allah SWT dan berusaha mengantisipasi sebab-sebab yang dapat membangkitkan keinginan kita

    untuk berbuat dosa.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd ...

    Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah

    Alangkah indahnya jika bangsa ini kemudian dipenuhi oleh pertobatan kepompong setelah masa

    kerusakan ulat, karena tidak lama lagi bangsa ini akan dipenuhi kupu-kupu. Akan bermunculan

    manusia-manusia fitrah yang selalu menebar kebajikan. Akan tetapi alangkah pahitnya jika

    kepompong ini kembali menjadi ulat, kerakusan kembali merajalela, kaum papa semakin

    menderita. Akhir hayatnya, sang ulat ini akan mati dalam keadaan buruk rupa bersama keburukan

    perilakunya. Naudzubillah.

    Doa Penutup

    Ya Allah ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, pernaikilah diantara

    mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah

    mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah

    Engkau buat dengan mereka, menagkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Illah yang

    hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.

    Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah

    dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali

    kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah

    kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.

    Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dab

    jadikanlah kami membenci kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk

    orang yang mendapat petunjuk.

    Ya Allah, berilah kesabaran kepada kami atas kebenaran, keteguhan dalam menjalankan perintah,

    akhir kesudahan yang baik dan afiyah dari setiap musibah, bebas dari segala dosa, keuntungan dari

    setiap kebaikan, keberhasilan dengan surge dan selamat dari api neraka, wahai zat yang Maha

    Pengasih.

    Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, amal kami dari riya, lisan kami dari dusta, dan

    bersihkan mata kami dari khianat, sesungguhnya Engkau mengetahui pengkhianatan mata dan apa

    yang disembunyikan dalam dada.

  • Ya Allah, cukupkan diri kami dengan yang halal dari yang haram, dengan kataatan kepadaMu dari

    maksiat kepadaMu, dan dengan karuniaMu dari selainMu, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri

    sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.

    Ya Allah, jadikanlah amal kami yang terbaik adalah akhirnya, dan umur kami yang terbaik adalah

    penghujungnya, dan hari terbaik kami adalah hari bertemu Engkau.

    Ya Allah, perbaikilah (akhirat) para pemimpin kaum muslimin, bimbinglah mereka dalam

    menegakkan keadilan, menyayangi, dan memperhatikan kepentingan rakyat. Tumbuhkan kecintaan

    rakyat kepada mereka dan kecintaan mereka kepada rakyat.

    Ya Allah, Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal dan doa kami), sesungguhnya Engkaulah yang

    Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha

    Penerima taubat lagi Maha Penyayang.