kurikulum.doc

3
Desain Kurikulum IPS Dalam mendeisain kurikulum pendidikan IPS, termasuk dalam proses pembelajarannya, harus juga berangkat dari hakikat dan karakter peserta didik, bukan berorientasi pada materi semata (lih. Wayan Lasmawan, 2010: 2). Pendekatan esensialisme sudah saatnya untuk dimodifikasi dengan teori rekonstruksi sosial yang mengacu pada teori pendidikan interaksional (Nana Syaodih Sukmadinata, 1996: 6). Sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan kehidupan masyarakat, pembelajaran IPS harus dikembalikan sesuai dengan khitah konseptualnya yang bersifat terpadu yang menekankan pada interdisipliner dan trasdisipliner, dengan pembelajaran yang kontekstual dan transformatif, aktif dan partisipatif dalam perpektif nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Sesuai dengan maksud dan tujuannya, pembelajaran IPS harus memfokuskan perannya pada upaya mengembangkan pendidikan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungannya secara bermartabat. Proses pembelajaran IPS, harus dibangun sebagai sebuah proses transaksi kultural yang harus mengembangkan karakter sebagai bagian tak terpisahkan dari pengembangan IPTEKS pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan IPS saat ini yang lebih didominasi oleh praktik pendidikan di tingkat individual yang cenderung kognitif-intelektualistik, perlu diarahkan kembali sebagai wahana pembelajaran masyarakat, wahana pengembangan pendidikan karakter bangsa, sebagai proses pembangunan kecerdasan, akhlak dan kepribadian warga belajar secara utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum IPS di Indonesia menurut Waterworth (1997) menunjukkan bahwa IPS itu terdiri dari pengetahuan sosial, sejarah, geografi, dan ekonomi yang diajarkan berdasarkan pola expanding community (Stopsky and Lee, 1994). Dengan model seperti ini, sesungguhnya pendidikan IPS adalah pengintegrasian, modifikasi, adaptasi dari pengajaran ilmu-ilmu sosial (terutama sejarah, ekonomi, dan geografi) yang disesuaikan dengan tingkat umur dan perkembangan siswa di sekolah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

description

sss

Transcript of kurikulum.doc

Page 1: kurikulum.doc

Desain Kurikulum IPS Dalam mendeisain kurikulum pendidikan IPS, termasuk dalam proses pembelajarannya, harus juga berangkat dari hakikat dan karakter peserta didik, bukan berorientasi pada materi semata (lih. Wayan Lasmawan, 2010: 2). Pendekatan esensialisme sudah saatnya untuk dimodifikasi dengan teori rekonstruksi sosial yang mengacu pada teori pendidikan interaksional (Nana Syaodih Sukmadinata, 1996: 6). Sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan kehidupan masyarakat, pembelajaran IPS harus dikembalikan sesuai dengan khitah konseptualnya yang bersifat terpadu yang menekankan pada interdisipliner dan trasdisipliner, dengan pembelajaran yang kontekstual dan transformatif, aktif dan partisipatif dalam perpektif nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Sesuai dengan maksud dan tujuannya, pembelajaran IPS harus memfokuskan perannya pada upaya mengembangkan pendidikan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungannya secara bermartabat.

Proses pembelajaran IPS, harus dibangun sebagai sebuah proses transaksi kultural yang harus mengembangkan karakter sebagai bagian tak terpisahkan dari pengembangan IPTEKS pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan IPS saat ini yang lebih didominasi oleh praktik pendidikan di tingkat individual yang cenderung kognitif-intelektualistik, perlu diarahkan kembali sebagai wahana pembelajaran masyarakat, wahana pengembangan pendidikan karakter bangsa, sebagai proses pembangunan kecerdasan, akhlak dan kepribadian warga belajar secara utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum IPS di Indonesia menurut Waterworth (1997) menunjukkan bahwa IPS itu terdiri dari pengetahuan sosial, sejarah, geografi, dan ekonomi yang diajarkan berdasarkan pola expanding community (Stopsky and Lee, 1994). Dengan model seperti ini, sesungguhnya pendidikan IPS adalah pengintegrasian, modifikasi, adaptasi dari pengajaran ilmu-ilmu sosial (terutama sejarah, ekonomi, dan geografi) yang disesuaikan dengan tingkat umur dan perkembangan siswa di sekolah.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masayarakat yang

Page 2: kurikulum.doc

senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok.

Karena perubahan- perubahan dalam kehidupan itulah maka kurikulum pendidikan IPS juga harus mengalami perubahan dan perkembangan, terutama pada pendidikan Sekolah Dasar. Karena pada pendidikan Sekolah Dasaralah semua murid mendapatkan dasar-dasar pelajaran IPS yang kelak akan menjadi bekal dalam jenjang pendidikan berikutnya dan juga bekal dalam bermasayarakat.My name chania. I am the first child of two brothers. I was born in Mojokerto 02 October 1994. I am easy to memorize anything but difficult to calculate. My hobby is watching, especially watching movies and football. I often stayed up late to watch football on the television, and my mom hates it. If I like an actor or a football player, I would do anything to get a picture, t-shirts or anything related to him. I easily make friends with anyone but my temper if someone makes me upset. I am always trying to help my friend who got into trouble. and I was happy to do it.

   Pendekatan LingkunganDalam pendekatan lingkungan, IPS sebagai mata pelajaran yang membelajarkan peserta didik untuk

bermasyarakat, perlu memperhatikan lingkungan sebagai topik kajian, baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan fisik. Pendekatan ini bisa diawali dari lingkungan peserta didik yang paling dekat yaitu keluarga, untuk menanamkan nilai moral dan aktifitas bermasyarakat. Guru perlu mencermati lingkungan sebagai aspek yang berperan dalam membentuk perilaku peserta didik, seperti: lingkungan kauman, lingkungan perdagangan, lingkungan pertanian dsb.

Anak-anak usia sekolah dasar biasanya memiliki kepedulian yang mendalam terhadap sekelilingnya, yang jika doberi dukungan, akan mampu memikirkan tentang cara-cara yang imajinatif untuk mencitrakan lingkungan yang ‘hijau’. Selain itu mengunjungi tempat terbuka di sekitar sekolah akan meningkatkan kesadaran anak-anak dan memberikan ide bagi mereka untuk mengembangkannya lebih jauh di sekolah.