Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil

download Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil

of 31

Transcript of Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil

Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil

Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil

Written by dr. Awi Muliadi Wijaya, MKM

Sunday, 28 February 2010 07:00

Sasaran Pelatihan Program DokcilPeserta didik (siswa) Sekolah Dasar kelas 4 dan 5 dengan jumlah 10-20 orang.KompetensiSetelah mengikuti pelatihan maka peserta didik akan memiliki kompetensi:1. Memahami program UKS dan Dokter Kecil2. Bersikap dan berperilaku sehat3. Menggerakkan dan membimbing teman dalam melaksanakan pengamatan kebersihan, kesehatan pribadi dan penyuluhan kesehatan4. Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan kesehatan di sekolah5. Melakukan pengenalan tanda-tanda penyakit, kesehatan lingkungan, dll6. Melakukan pengamatan kebersihan di sekolah7. Membuat laporan kegiatan Dokter Kecil8. Mengetahui hal-hal khusus apa saja yang perlu dilaporkan kepada guru UKS/Kepala Sekolah/guru yang ditunjukTujuan Pelatihan DokcilTujuan UmumMeningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta membangun sikap positif peserta didik dalam pelaksanaan upaya program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).Tujuan KhususMembentuk peserta didik menjadi dokter kecil yang memiliki kompetensi khusus (seperti telah diuraikan di bagian atas)Materi Pelatihan DokcilMateri Dasar: Program UKS Program Dokter Kecil

Materi Inti: Kesehatan lingkungan Pencegahan penyakit menular Kesehatan gigi dan mulut Kesehatan indera penglihatan Kesehatan indera pendengaran Imunisasi Gizi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) NAPZA Pemeriksaan Kesehatan PesertaMateri Penunjang Membangun komitmen belajarMetode dan Proses1. Tahap pencairanSebelum pelatihan dimulai, perlu dilakukan proses pencairan. Proses pencairan dilakukan menggunakan metode dinamika kelompok dimana para pelaksana, pelatih dan peserta pelatihan berkumpul di suatu ruangan untuk saling berkenalan, mengisi kuesioner (misalnya mengenai hal-hal yang disukai, tidak disukai, harapan,kekhawatiran, dll), membuat permainan, dst. Tujuannya untuk: membangun komitmen belajar agar peserta siap mengikuti pelatihan, membuat kesepakatan tentang norma yang akan dipakai selama pelatihan dan membuat kontrak belajar.

2. Tahap pembekalan materiTahapan dimana peserta didik dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan Dokter Kecil. Materi yang diberikan lebih dititikberatkan pada peningkatan pemahaman peserta didik tentang berbagai faktor penyebab penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama. Teknik penyampaian dalam pembekalan materi menggunakan metode ceramah diikuti tanya jawab, diskusi kelompok dan studi kasus.3. Tahap konsolidasiMerupakan tahap internalisasi komprehensif dari pengetahuan dan ketrampilan yang diterima pada tahap pembekalan. Pada tahap ini peserta didik diberikan tugas untuk menanggulangi 'kasus', menyusun rencana kegiatan pencegahan dan menanggulangi masalah kesehatan di lingkungan sekolah.Penyelenggaraan 1. PelaksanaTim Pembina UKS tingkat Kabupaten/Kecamatan dan Tim Pelaksana UKS, dipimpin oleh Dokter Puskesmas.2.Perencanaan di Tingkat Kecamatan Pertemuan petugas kesehatan danTim PembinaUKS tingkat Kecamatan Persiapan sarana dan biaya yang diperlukan Persiapan pelatihan Dokter Kecil Persiapan administrasi3. PelatihPetugas Kesehatan (Dokter Puskesmas/Petugas UKS) Guru UKS/Penjaskes atau Guru lain yang ditunjuk.4.Waktu dan TempatWaktu:Teori dan praktek 45 jam mata pelajaran dengan setiap mata pelajaran45 menit. Dalam pelaksanaannya diatur oleh Kepala Sekolah, diberikan secara ekstra kurikuler atau dapat juga dalam masa liburan sekolah.Tempat:Kegiatan pelatihan diselenggarakan di ruang kelas, ruang UKS dan lapangan atau yang ditentukan oleh penyelenggara.5.EvaluasiEvaluasi dapat dilakukan pada: Peserta pelatihan Penyelenggara pelatihanTujuan evaluasi: Mengetahui adanya peningkatan pengetahuan peserta didiksesudah pelatihan dibandingkan dengan sebelum pelatihan Mengetahui keberhasilan pelatihan Mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraanpelatihan dimasa yang akan datang.6.Sertifikat Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan Dokter Kecil diberikan sertifikat yang ditandatangani Ketua Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota atau Pejabat berwenang di daerah. Pemberian sertifikat dilaksanakan pada hari-hari besar khusus, antara lain Hari Kesehatan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, HUT ProklamasiRI, hari Anak Nasional, dll.7. BiayaSumber dana dapat berasal dari Pemerintah Daerah atau Komite Sekolah/Swadaya.8.Pelaporan Laporan tertulis tentang penyelenggaraan pelatihan dibuat oleh Ketua Penyelenggara sebanyak minimal 3 rangkap, yaitu untuk:1. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota 2. Tim Pembina UKS Kecamatan 3. ArsipContoh Kurikulum Pelatihan Dokter KecilNo.Materi Pelatihan Waktu Pembelajaran TPPLJumlahA.MATERI DASAR (MD) 1.Program UKS1--12.Program Dokter Kecil1--1B.MATERI INTI (MI) 1.Kesehatan Lingkungan Lingkungan hidup manusia Rumah Sehat Air dan kesehatan Air limbah dan kesehatan Sampah dan kesehatan Kotoran manusia dan kesehatan 28-102.Pencegahan Penyakit Menular Pencegahan Penyakit Menular Langsung Pencegahan Penyakit Menular Bersumber Binatang 33-63.Kesehatan Gigi dan mulut Bagian gigi dan mulut Penyakit gigi dan mulut Pencegahan penyakit gigi dan mulut 23-54.Kesehatan Indera Penglihatan Menjaga kesehatan mata Pencegahan penyakit mata 21-35.Kesehatan Indera Pendengaran Menjaga kesehatan pendengaran Pencegahan gangguan pendengarandan Penyakit Telinga 21-36.Immunisasi 1--17.Gizi Pengetahuan Gizi Dasar Kantin sekolah Pemantauan Pertumbuhan Peserta didik dengan KMS-Anak Sekolah 34-78.Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)13-49.NAPZA11-210.Pemeriksaan Kesehatan Peserta-1-1C.MATERI PENUNJANG 1Membangun komitmen belajar11-2JUMLAH2026-46Keterangan:T = TeoriP= PenugasanPL = Praktek lapanganSumber1. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, 2008, PedomanPelatihan Dokter Kecil.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).1Pelayanan kesehatan pada UKS adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS terlatih dan dokter kecil secara berjenjang (penjaringan awal oleh guru dan dokter kecil, penjaringan lanjutan oleh tenaga kesehatan).2Salah satu kegiatan untuk membina dan mengembangkan UKS adalah dengan mengadakan Lomba Cerdas Tangkas Dokter Kecil. Dokter Kecil adalah siswa yang dipilih guru untuk melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga, dan lingkungan sekolah.1. Program Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) 1a. PengertianUsaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah . Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21 tahun , yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 subkelompok yakni pra remaja ( 6-9 tahun ) dan remaja ( 10-19 tahun ).Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan Madrasah Ibtidaiyah.b. Tujuan UKS- Tujuan umumMeningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal-Tujuan khususMemupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswa, yang mencakup :1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpratisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.2. Sehat fisik, mental maupun sosial.3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA.2. Program Dokter Kecil 1a. PengertianDokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya.b. Tujuan- Tujuan umum Meningkatnya partisipasi siswa dalam program UKS Tujuan Khusus1. Agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah,di rumah dan lingkungannya.2. Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa dan orang lain untuk hidup sehat.c. Kriteria peserta :1. Siswa kelas 4 atau 5 SD atau MI dan belum pernah mendapatkan pelatihan dokter kecil.2. Berprestasi sekolah3. Berbadan sehat.4. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.5. Berpenampilan bersih dan berperilaku.6. Berbudi pekerti baik dan suka menolong.7. Izin orang tuad. Tugas dan kewajiban dokter kecil1. Selalu bersikap dan berperilaku sehat.2. Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing.3. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah maupun di rumah.4. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah.5. Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan ,antara lain : Pekan kebersihan, Pekan Gizi, Pekan Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain.e. Kegiatan dokter kecil1. Menggerakkan dan membimbing teman melaksanakan.a. Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribadi.b. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat badan.c. Penyuluhan Kesehatan.2. Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanaan kesehatan di sekolah , antara lain :a. Distribusi obat cacing, vitamin dan lain-lain.b. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).c. Pertolongan Pertama Pada Penyakit.3. Pengenalan dini tanda-tanda penyakit.4. Pengamatan kebersihan Ruang UKS , warung sekolah dan lingkungan sekolah.5. Pengamatan kebersihan di sekolah separti halaman sekolah, ruang kelas , perlengkapan, persediaan air bersih, tempat cuci, WC,kamar mandi, tempat sampah dan saluran pembuangan termasuk PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).6. Pencatatan dan pelaporan, antara lain Buku harian Dokter Kecil.7. Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru UKS / Kepala Sekolah / Guru yang ditunjuk.Konsep hidup sehat yang tercermin pada perilaku sehat dalam lingkungan sehat, perlu diperkenalkan seawal mungkin kepada generasi penerus dan selanjutnya dihayati dan diamalkan. Peserta didik bukanlah lagi semata-mata sebagai objek pembangunan kesehatan, melainkan sebagai subjek dan dengan demikian diharapkan mereka dapat berperan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pembangunan kesehatan.

Untuk mencapai maksud di atas, maka sejak tahun 2005 di Puskesmas Cibadak mulai dirintis kegiatan Dokter Kecil yang terintegrasi dalam JPKM pola UKS. Kegiatan yang semula diawali di 1 Sekolah Dasar dengan 30 dokter kecil, kini telah mencapai 7 sekolah.

Dokter Kecil adalah peserta didik yang dipilih guru, guna ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri, keluarga, teman peserta didik pada khususnya dan sekolah pada umumnya.Tujuan :

1. Agar peserta didik dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain untuk hidup sehat

2. Agar peserta didik dapat membina teman-temannya dan berperan sebagai promotor dan motivator dalam menjalankan usaha kesehatan terhadap diri masing-masing

3. Agar peserta didik dapat membantu guru, keluarga dan masyarakat di sekolah dan di luar sekolah

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan dokter kecil adalah sebagai berikut :

1. Penandatanganan MoU JPKM Institusi Pendidikan antara Kepala Puskesmas dengan Kepala Sekolah, di mana salah satu paket MoU adalah pelatihan dokter kecil.

2. Pelatihan dokter kecil, di mana yang akan dilatih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Duduk di kelas 4, 5, 6 sekolah dasar

Berprestasi baik di kelas

Bersih dan berprilaku sehat

Bermoral baik dan suka menolong

Diizinkan orang tua

3. Pelantikan/pemberian sertifikat kepada dokter kecil yang lulus

Kurikulum Pelatihan dokter kecil terdiri dari 10 kali pertemuan dengan waktu 90 menit/pertemuan :

1. Pengertian UKS dan Dokter Kecil ( Pengajar : Dr. Dani Ramdhani )

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( Pengajar : Dr. Dani Ramdhani )

3. UPGK dan Pengukuran TB dan BB ( Pengajar : Ekawati Yoelianingsih )

4. Kebersihan Pribadi dan Lingkungan ( Pengajar : Tatang Suherman, AMKL )

5. Makanan Sehat dan Warung Sekolah ( Pengajar : Ekawati Yoelianingsih )

6. Kesehatan Mata dan Gigi ( Pengajar : Wilia Purwati )

7. Penyakit dan Cara Penanggulangannya ( Pengajar : Drg. Ika Sari Mustika Wati )

8. NAPZA dan AIDS ( Pengajar : Drg. Ika Sari Mustika Wati )

9. Obat-obatan Sederhana dan P3K ( Pengajar : Diana Vidyanti, A.M.Kep )

10. Ujian Kelulusan ( Tim Pengajar )

Handrawan Nadesul

Cucilah Tangan dengan Sabun

Edisi 557 | 13 Nov 2006 | Cetak Artikel IniSelamat bertemu kembali pembaca Perspektif Baru dengan saya Wimar Witoelar. Topik kita sekarang adalah kesehatan nasional secara umum dengan tamu kita Dr. Handrawan Nadesul. Dia adalah orang yang mempunyai kontribusi sangat banyak pada kesadaran pengetahuan mengenai kesehatan nasional, disamping disiplinnya sebagai dokter. Sekarang saya rasa peran Handrawan di Indonesia adalah dalam sosialisasi kesehatan. Dia membawakan rubrik kesehatan di sejumlah media dengan menulis kolom, buku, dan juga puisi walaupun bukan dalam bidang kesehatan.

Handrawan prihatin masyarakat Indonesia masih berperilaku tidak sehat terutama menyepelekan cuci tangan dengan sabun. Ada lebih dari 20 penyakit yang timbul akibat tidak cuci tangan dengan sabun dan salah satunya adalah diare. Saat ini angka diare di Indonesia masih tinggi bahkan menyebabkan kematian. Itu juga mengakibatkan anggaran pemerintah dalam bidang kesehatan yang sangat kecil habis untuk belanja obat. Obat untuk mengobati akibat ketidaktahuan pentingnya cuci tangan dengan sabun. Padahal semestinya yang diobati itu ketidaktahuannya melalui sosialisasi dan pendidikan.

Berikut wawancara Wimar Witoelar dengan Handrawan Nadesul.

Sekarang kalau berbicara mengenai kesehatan, kita ingat pada penyakit. Kita ingat ancaman penyakit yang sekarang ada dari Flu Burung, AIDS, sampai pada penyakit-penyakit epidemik sebagai akibat dari bencana alam seperti tsunami dan sebagainya. Tapi sebetulnya ancaman kesehatan paling konsisten yang mengakibatkan ketidaksehatan, kematian anak dari dulu sampai sekarang, ada dalam hal sehari-hari yaitu kesehatan secara umum. Bahkan Departemen Kesehatan (Depkes) sampai meluncurkan konsep Indonesia Sehat 2010. Barangkali dokter bisa menjelaskan apa sebetulnya ancaman kesehatan sehari-hari yang kita harus perhatikan dan bagaimana konsep Indonesia Sehat 2010 itu?

Sebetulnya Indonesia Sehat ini ada sejak zaman Presiden Habibie. Kalau tidak salah itu diluncurkan pada tahun 1999. Tujuannya supaya pada tahun 2010 masyarakat Indonesia itu kondusif untuk menjadi sehat. Artinya, bukan seluruhnya harus sehat pada saat itu tapi lingkungannya sudah sehat, perilakunya sudah sehat, layanannya sudah berkualitas dan sebagainya. Jadi ancaman yang Bung Wimar tanyakan itu saya menduga keras bahwa intinya itu ada di perilaku tidak sehat.

Perilaku tidak sehat itu kalau yang dramatis seperti perilaku seks bebas dan perilaku narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba). Namun kalau sehari-hari, apa perilaku yang tidak sehat itu?

Kalau kita membaca berita di media massa saat ini bahwa di Kalimantan Selatan ada 430 kasus diare dengan delapan diantaranya meninggal. Di Bandar Lampung, ada sekian puluh juga mengalami diare dengan 1- 2 orang meninggal. Ini ironis bagi bangsa sebesar Indonesia karena sampai saat ini angka diare masih tinggi dan mengakibatkan kematian. Kalau diare sampai mengakibatkan meninggal, itu satu hal yang blunder.

Apakah blunder itu dari individu atau masyarakat?

Ya dari individu, tapi itu tentu karena individunya tidak dimampukan untuk hidup sehat. Mereka tidak berobat cepat sehingga meninggal, atau juga karena tidak tahu padahal musibah itu mudah dihindari.

Bagaimana cara menghindarinya?

Kejadian-kejadian seperti itu semestinya tidak perlu terjadi jika ada penyuluhan. Kondisi masyarakat Indonesia ini boleh dikatakan dari 16% yang miskin mungkin separuhnya tidak menguasai atau tidak cerdas mengenai cara hidup sehat. Arti hidup sehat itu sederhana yaitu perilaku seseorang memilih makanan, menjaga, dan merawat tubuhnya, antara lain juga mencuci tangan. Di situ kuncinya.

Mengapa cuci tangan bisa menjadi masalah? Apa itu bisa mempunyai akibat yang lebih besar pada kesehatan?

Ya. Saya menghitung ada lebih dari 20 penyakit yang timbul akibat tidak cuci tangan.

Dokter, tolong sebutkan beberapa penyakit akibat tidak cuci tangan tersebut?

Misalnya, penyakit yang ditimbulkan oleh adanya transmisi kotoran, dalam istilah medis disebut fecal oral. fecal dari kotoran dan tinja itu mencemari minuman yang tidak dimasak atau tangan sendiri yang kotor.

Apakah itu barangkali hanya berlaku untuk orang yang senang memegang-megang tinja?

Tidak, tidak. Artinya, ini secara tidak langsung mencemari air minum, air dapur, air sungai. Ini E. Coli Pathogen.

Apa itu E.Coli?

Kuman coli pathogen. Kalau air tidak dimasak akan menjadi pathogen sehingga menimbulkan diare, typhoid, disentri, hepatitis A, tifus. Jadi semua penyakit-penyakit itu gara-gara sekadar tidak cuci tangan. Kalaupun cuci tangan hanya sekadar basah.

Maksudnya sekadar basah itu seperti cuci tangan di restoran yang hanya dikasih kobokan. Apakah itu hal kurang bagus?

Iya. Itu sebetulnya tidak higienis. Yang higienis adalah caranya. Sistematikanya itu diajarkan pada waktu sekolah.

Bagaimana kalau tissue basah?

Nah itu yang tidak betul juga. Itu mengembalikan kuman bolak-balik di situ.

Sejauh mana guru di sekolah, misalnya sekolah dasar sampai menengah, bisa mempromosikan kebiasaan cuci tangan yang sehat? Apa itu hanya terbatas pada pelajaran kesehatan?

Pengalaman saya sewaktu dulu bertugas di Puskesmas membentuk Dokter Kecil. Program Dokter Kecil berjalan, artinya mereka sebagai agen pengubah pada teman-temannya, adik kelasnya, atau kakak kelasnya. Dengan adanya Dokter Kecil maka perilaku sehat dibentuk. Bagaimana cuci tangan, bagaimana rumah yang sehat, lantai yang bersih, makanan yang sehat.

Saya ingin fokus pada cuci tangan karena itu kelihatannya kegiatan sehari-hari. Tapi saya mulai menangkap bahwa ada cara benar dan ada cara yang salah dalam mencuci tangan. Bagaimana cara cuci tangan yang benar dan berapa seringnya?

Sebetulnya setiap sebelum memegang sesuatu dan setiap setelah menyentuh sesuatu yang sifatnya publik seperti tombol lift, telepon umum, pegangan pintu kamar praktek dokter, microphone. Semua yang milik publik berpotensi untuk menularkan bibit penyakit. Artinya setiap setelah menyentuh sesuatu yang sifatnya publik maka wajib cuci tangan karena di sana tempat penularannya. Kita ingat di negara-negara maju sewaktu musim SARS, mereka melakukan setiap beberapa menit melap telepon umum, pegangan pintu, karena memang harus seperti itu.

Tadi katanya jangan cuci tangan di kobokan. Apakah itu maksudnya kita harus cuci tangan dengan air yang mengalir?

Iya, dengan air mengalir. Artinya kita memindahkan bibit penyakit itu dari permukaan tubuh kita mengalir ke luar. Kalau kobokan berarti bolak-balik kumannya ada di situ.

Bagaimanapun kemiskinan menjadi faktor kendala. Orang miskin kemungkinan tidak punya keran di rumah. Lalu bagaimana kalau tidak punya keran?

Ini menjadi masalah, air juga susah. Imam Prasodjo (pakar sosiologi Red) pernah mengatakan kita bicara tangan harus bersih tapi kalau fasilitas untuk cuci tangan saja tidak ada maka akan susah. Itu harus dibarengi dengan fasilitas adanya air yang mengalir.

Apakah mencuci tangan cukup dengan air saja atau harus dengan sabun atau obat keras?

Cuci tangan harus dengan sabun

Apa macam sabunnya?

Macam-macam terutama yang ada antiseptic. Artinya, anti pembunuh kuman.

Apakah sabun yang ada di pasaran seperti Lifebuoy bisa?

Ya, tentu bisa. Selain secara mekanis, juga secara kimiawi artinya zat yang terkandung di dalam sabun itu yang mengenyahkan kuman yang mungkin sudah melekat di kuku. Salah satu pendidikan praktis sebetulnya bagaimana meyakinkan publik atau awam bahwa kalau kuku itu kita periksa sebetulnya ada ribuan atau ratusan ribu kuman. Sewaktu pendidikan dokter kecil, kita membuat satu peragaan melihat satu kuku dengan mikroskop. Ternyata di kuku itu ada ribuan kuman.

Apakah kuman-kuman itu kalau dicuci dengan sabun bisa hilang?

Paling tidak dia hanyut secara mekanis terbawa air. Syukur-syukur kuman itu punah atau mati.

Jadi bukan soal imunisasi badan tapi soal mengenyahkan. Ini bukan urusan pemerintah saja. Apa yang orang bisa lakukan dalam hal ini dimana kemampuan pemerintah itu kurang?

Sebetulnya penyuluhan dari pemerintah. Jadi masyarakat yang dulunya tidak dididik hidup sehat, mereka mendapatkannya dari penyuluhan. Salah satu program pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang masih berlaku sampai sekarang adalah penyuluhan. Namun tenaga penyuluhan terus terang kurang. Masalah yang terjadi sekarang bahwa Puskesmas terus menerus mengobati saja korban dari ketidakbersihan atau korban dari tidak cuci tangan.

Orang bilang itu ada dikotomi. Di satu pihak orang sibuk menyembuhkan penyakit tapi penghindarannya kurang. Menurut Anda, apakah itu bisa berjalan bersamaan?

Nampaknya begitu. Kalau kita memberikan ikan terus maka tentu anggaran negara akan habis. Saya melihat anggaran pemerintah dalam bidang kesehatan yang sangat kecil itu habis untuk belanja obat. Obat untuk mengobati akibat ketidaktahuan. Semestinya yang diobati itu ketidaktahuannya melalui sosialisasi dan pendidikan.

Apakah itu terutama lewat sekolah atau ada jalur lain selain sekolah formal?

Ya, yang selama ini bisa tercakup banyak adalah anak didik. Jadi pendidikan kesehatan di sekolah itu yang sebenarnya sangat mencakup luas. Jadi pembekalan dan penciptaan perilaku sehat itu dilakukan dalam pendidikan kesehatan sekolah.

Apakah ketidaktahuan itu lebih banyak terjadi pada anak-anak atau juga orangtua?

Anak-anak itu akan menjadi masyarakat. Kelak setelah mereka menjadi masyarakat maka mereka juga menjadi beban pemerintah karena ketidaktahuan itu.

Ada data bahwa di Indonesia sabun itu ada di mana-mana. Istilah pasarnya penetrasi sabun sudah hampir 100% dan sudah masuk desa. Tapi banyak yang tidak tahu cara mencuci tangan dengan baik. Bagaimana bisa salah cuci tangan?

Karena harus diajarkan dan dipraktekkan.

Saya takut salah mengenai ini. Misalnya, ini ada sabun dan air lalu saya mengambil sabun dan digosok-gosok ditaruh di bawah air. Bagaimana mungkin salah cara sederhana itu?

Itu karena tidak semua tercover dari permukaan tangan ini. Ada bagian-bagian yang tidak terkena. Misalnya, bagian di belakang jempol merupakan bagian yang paling sering tidak tersentuh.

Jadi jangan terburu-buru dalam mencuci tangan, dan mencuci tangan yang lama juga tidak apa-apa.

Persis. Sistematikanya adalah seluruh permukaan kulit tangan ini terkena oleh sabun.

Cucilah tangan dengan sabun. Itu adalah pesan sederhana yang kadang-kadang kita lupa. Jadi cucilah tangan dengan air yang mengalir, pakai sabun dan setiap inchi atau sentimeter dari setiap permukaan tangan dicuci. Apakah kalau kita makan di restauran mungkin lebih baik pakai sendok?

Ya, itu tentu lebih aman, tapi budaya kita membuat tetap adanya risiko.

Kalau dikatakan pemerintah belum melakukannya mungkin tidak sepenuhnya benar karena saya melihat beberapa lalu dan sampai sekarang ada gerakan mencuci tangan dengan sabun dari pemerintah. Pihak swasta juga seperti sabun Lifebuoy membuat satu kampanye ke sekolah-sekolah, ke guru-guru untuk mencuci tangan dengan sabun. Menurut dokter, apakah kita ini sudah berjalan di jalur yang benar atau masih kurang cepat?

Ini saya pikir pemulihan saja, tapi sumbernya bahwa pada anak-anak harus ditanamkan perilaku sehat mencuci tangan harus terus menerus diberikan. Kalau tidak nanti ada bolong-bolong terus dalam masyarakat. Jadi artinya dokter kecil harus kembali digiatkan karena kita melihat dalam Indonesia Sehat 2010 program usaha kesehatan sekolah juga ditekankan. Memampukan masyarakat artinya masyarakat sekolah juga supaya mereka berperilaku sehat dan salah satunya adalah bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar.

Menurut dokter, apakah mencuci tangan memang bagian dari budaya kita atau harus diintroduksi?

Ada pemeo bahwa tingkat kesehatan berkorelasi dengan pendidikan. Kalau pendidikannya kurang maka tingkat kesehatannya juga kurang.

Sebagai dokter yang tentunya mengamati seluruh spektrum penyakit dan kesehatan, apakah penyuluhan cuci tangan dengan sabun ini memang prioritas dibandingkan dengan kampanye kesehatan melawan penyakit-penyakit yang lebih dramatis itu?

Ya, ini terlihat dari penyakit dominasi rakyat kita adalah diare. Kalau kita melihat sampai tahun ini penderita diare 300 per 1.000 orang, ini angka yang sangat tinggi. Angka 300 penderita diare dari 1.000 populasi masih belum berubah kalau saya melihat kasus di Kalimantan Selatan dalam dua bulan terakhir ini ada 430 angka kejadian diare. Itu di satu desa yang kecil. Jadi kita bisa bayangkan angka diare untuk di seluruh Indonesia. Karena itu obat-obatan anti diare laku keras.

Apakah diare itu karena E.coli tadi sebagai akibat ketidakbersihan? Apakah kalau orang sudah cuci tangan bersih maka kemungkinan diarenya sudah turun secara drastis?

Faktor lain ada, seperti air yang dikonsumsi harus direbus juga. Tapi kalau cuci tangan sudah benar maka angka diare turun.

Apakah angka diare kita turun atau naik selama ini?

Mestinya turun. Tapi yang kita alami stagnan. Jadi sejak lima tahun yang lalu tetap tiga ratusan penderita diare. Ini angka nasional. Jadi segment penduduk yang berbeda-beda bisa punya angka yang berbeda-beda. Pada tahun 2010 ditargetkan menjadi 110 per 1.000 populasi. Jadi nanti ditargetkan sudah menurun sampai sepertiganya.

Indonesia sehat 2010 dicanangkan pada tahun 1999. Sekarang sudah lewat dari setengahnya. Menurut dokter, apakah itu sudah tercapai lebih dari setengahnya?

Saya kira belum. Karena itu ada gerakan yang disebut Desa Siaga. Mungkin Depkes sudah meluncurkan seperti itu dan kelihatannya target hari kesehatan nasional ke sana. Desa siaga yaitu desa yang masyarakatnya dimampukan untuk hidup sehat, punya fasilitas yang minimal Puskesmas di tingkat kecamatan, puskesmas pembantu, dan kegiatan kader pos pelayanan terpadu (Pos Yandu) digalakkan kembali.

Apakah pernah ada usaha untuk menyelipkan tema itu ke dalam pesan-pesan masyarakat seperti sinetron, film, dan iklan?

Saya tidak melihatnya karena itu tidak bisa dijual, barangkali kurang menjual.

Apa perlu ada role model?

Saya rasa perlu begitu karena mencuci tangan yang benar itu memang harus diperagakan. Tidak bisa hanya kita bicarakan saja karena mungkin mereka tetap keliru. Di Amerika pun sampai saat ini cuci tangan dan kebersihan tangan juga masih bermasalah. Hal lain barangkali setelah mencuci tangan kita memakai serbet yang juga kotor, serbet yang sudah sekian hari tidak dicuci. Jadi setelah bersih kita memengang kembali kuman. Maka di Amerika tidak lagi dipakai serbet, pakai tissue saja.

Karena dokter bukan guru sekolah, apa forum apa yang paling berguna untuk mensosialisasikan ide-ide ini?

Ya, saya rasa seperti Bung Wimar katakan bahwa televisi itu sangat efektif. Perlu ada sisipan yang memperagakan cuci tangan dengan benar, cukup satu gambar tetapi benar. Saya rasa itu cukup efektif sekali.

Apakah ini hanya masalah Indonesia saja dan bagaimana gambaran di negara lain?

Saya rasa sama. Ini masalah global, masalah yang sama kalau masyarakat miskin, fasilitas kurang.

Apakah ada satu kebijakan umum atau besar untuk membuat orang lebih sadar cuci tangan pakai sabun? Apakah ada gerakan seperti itu sekarang? Apakah ada kampanye masyarakat?

Saya rasa tidak ada, kecuali dari perusahaan yang memang mempunyai kepentingan dan produk. Kegiatan seperti itu yang mesti digencarkan dan disebarluaskan.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENINGKATAN ASI EKSKLUSIF

BAGI PETUGAS PUSKESMAS

DEPARTEMEN KESEHATAN, DIREKTORAT JENDERAL

BINKESMAS, DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

JAKARTA, 1997

I. PENDAHULUAN

Upaya Perbaikan Gizi (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi

masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu

golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta

usia lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan

penanggulangan kemiskinan secara nasional.

UPGK perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar lebih

berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara

nyata dan bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor epidemiologi,

geografri, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian

bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan

meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya

manusia yang memadai.

Masalah pelaksanaan ASI eksklusif masih memprihatinkan. data dari survey

demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu

yang memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya baru

mencapai 47%. Sedangkan dalam Repelita VI diatargetkan 80%. Hal ini

menunjukkan bahwa untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam

Repelita VI tersebut, masih banyak upaya yang harus dilakukan.

Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI

termasuk ASI Eksklusif sebenarnya telah memadai. Hal ini terbukti dengan telah

dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air

Susu Ibu) oleh Bapak Presiden pada Hari Ibu tanggal 22 Desember 1990

bertemakan Dengan ASI, Kaum Ibu Mempelopori Peningkatan Kualitas Manusia

Indonesia. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya mensukseskan peningkatan

penggunaan ASI secara lebih sungguh-sungguh dan berkesinambunag.

Untuk membantu pelaksanaan kegiatan peningkatan penggunaan ASI di

masyarakat, diperlukan pedoman bagi petugas kesehatan, di tingkat puskesmas

yang memuat secara terinci tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dalam

rangka peningkatan pemberian ASI Eksklusif, khususnya kegiatan pemantauan

dan tindak lanjut yang harus dilakukan berdasarkan hasil tersebut.

II. PELAKSANAAN PENINGKATAN ASI EKSKLUSIF

A. PENGERTIAN

ASI Eksklusif adalah perilaku dimana kepada bayi sampai dengan umur 4

(empat) bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa makanan dan atau

minuman lain kecuali sirup obat.

B. TUJUAN

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

1. Diperolehnya peningkatan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan

di tingkat puskesmas dalam upaya meningkatkan penggunaan ASI di

masyarakat.

2. Diperolehnya perubahan perilaku gizi masyarakat untuk selalu memberikan

ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai umur 4 bulan

3. Diperolehnya peningkatan angka ASI Eksklusif secara nasional menjadi 80%

pada tahun 2000.

C. KEGIATAN

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengamatan situasi

Pengamatan situasi dilakukan melalui pengumpulan data pencapaian ASI

Eksklusif, latar belakang budaya setempat, sumber daya dan sarana di

puskesmas dan kelompok di tingkat kecamatan.

a. Pencapaian ASI Eksklusif

Data yang dikumpulkan adalah pencapaian ASI Eksklusif, diperoleh melalui

register kohort balita dan anak pra sekolah yang tersedia di puskesmas.

Langkah-langkah kegiatan:

merekap jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif tingkat kecamatan

memberikan penyuluhan/pembinaan pada kader dalam GNPP-ASI

penghitungan prosentase cakupan AE1, AE2, AE3 dab AE4 berdasarkan data

kohort balita dan anak pra sekolah

membuat grafik

menginformasikan data tersebut kepada forum lintas program, lintas sektor

terkait, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lembaga swadaya masyarakat

setempat.

b. Latar belakang budaya setempat

Selain data teknis seperti pada butir (a) di atas, perlu juga diketahui data latar

belakang budaya setempat mengenai ASI Eksklusif. Data yang dikumpulkan

meliputi persepsi, kebiasaan, dan pola pemberian makan bayi dari masyarakat

setempat. Petugas melakukan pengamatan tentang persepsi, kebiasaan dan

pola pemberian makan bayi dari masyarakat setempat. Data ini diperoleh melalui

wawancara secara insidentil terhadap beberapa ibu balita atau lainnya yang

sedang berkunjung ke posyandu, pada saat petugas melakukan pembinaan. Jika

dijumpai salah persepsi dari masyarakat misalnya ibu tidak memberikan ASI

Eksklusif, ibu menghentikan ASI karena anak sakit, bayi diberi susu botol dsb.

maka petugas perlu memberikan penyuluhan dan pembinaan tentang pentingnya

ASI Eksklusif bagi pertumbuhan dan perkembangan balita.

c. Sumberdaya dan sarana

Disamping data di atas, juga dikumpulkan data penunjang seperti sumberdaya

dan sarana yang ada di daerah. Data yang dikumpulkan meliputi biaya, jumlah

dan macam tenaga, serta media penyuluhan yang tersedia di Puskesmas.

Sumberdaya yang ada antara lain tenaga gizi puskesmas (TPG), Bidan atau

perawat, PKK dan LSM. Sarana yang ada antara lain leaflet, booklet, dan poster

yang berkaitan dengan ASI Eksklusif yang dapat dimanfaatkan untuk

penyuluhan/pembinaan.

d. Kelompok-kelompok potensial

Tenaga gizi Puskesmas harus mengatahui kelompok potensial yang dapat

digunakan sebagai sasaran yang strategis dalam memberikan penyuluhan dan

motivasi kepada masyarakat. Kelompok ini mempunyai potensi yang cukup

besar dalam memsukseskan program, oleh karena itu perlu diciptakan

kerjasama yang baik antara petugas puskesmas dan kelompok potensial yang

ada di kecamatan. Kelompok potensial di tingkat kecamatan antara lain PKK,

Kelompok Wanita Tani (KWT) Karang Taruna, Kelompok Arisan dan Pengajian.

2. Penyebarluasan hasil pengamatan situasi

Data ASI Eksklusif, latar belakang budaya, sumberdaya dan sarana, dan

kelompok potensial diinformasikan kepada berbagai pihak baik lintas program,

lintas sektor terkait dalam pertemuan yang terpadu. Cara penyajian hasil dengan

menggunakan grafik, peta dan diagram. Dari pertemuan tersebut diharapkan

dapat dihasilkan kesepakatan tentang berbagai kegiatan yang dapat dilakukan

oleh setiap program/sektor atau LSM, sehingga mereka dapat berpartisipasi

untuk mempercepat pencapaian tujuan program ASI Eksklusif di Puskesmas.

Melalui pertemuan tersebut juga dapat diketahui masalah yang ada dan cara

pemecahannya.

3. Kegiatan Intervensi

a. Pendekatan kepada tokoh masyarakat

1). Advokasi atau pendekatan kepada pemimpin

Pendekatan kepada para pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama di daerah

setempat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan KIE dalam masyarakat

tentang pentingnya ASI bagi tumbuh kembang dan kecerdasan anak.

Tujuan: Agar tokoh masyarakat mengetahui dan berperan aktif dalam

menggerakkan masyarakat sasaran melalui komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE) sehingga pencapaian ASI Eksklusif meningkat.

2). Orientasi

Tujuan: Agar tokoh masyarakat dan tokoh agama memperoleh kesamaan

persepsi tentang peranan ASI dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Untuk orientasi dapat dilakukan sebagai berikut:

lama orientasi 2-3 jam, terdiri dari penyampaian materi dan tanya jawab

sarana orientasi meliputi: poster dan leaflet tentang pentingnya ASI Eksklusif

dan bahaya pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini dan

terlalu lambat

materi orientasi meliputi beberapa aspek, diantaranya: dukungan politis

pemerintah terhadap ASI Eksklusif (pencanangan penggunaan ASI oleh

Bapak Presiden Suharto pada tanggal 22 Desember 1990 dengan tema:

Dengan ASI kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia

b. Pemberdayaan Bidan di Desa, Petugas Puskesmas dan Kader

Pemberdayaan bidan di desa dan kader dapat dilakukan melalui pelatihan guna

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menyebarluaskan PP-ASI.

1) Pelatihan

a). Petugas Puskesmas dan Bidan di Desa

Tujuan:

(1) meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas (tenaga pelaksana gizi/TPG)

dan bidan di desa dalam memantau pemberian ASI Eksklusif

(2) melakukan penyuluhan yang tepat dan efektif sesuai hasil pemantauan

Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan melalui:

pengamatan situasi/latar belakang masalah sosial budaya setempat

cara/teknik pelatihan menggunakan cara belajar orang dewasa, a.l. menggali

informasi dari para peserta pelatihan tentang masalah pemberian ASI yang

mereka ketahui dilapangan

persamaan persepsi tentang cara menyusui yang baik dan benar, pentingnya

kolostrum bagi kesehatan bayi dan bahayanya memberikan makanan

pralakteal bagi bayi

persamaan persepsi tentang indikator dan pemantauan ASI Eksklusif

tanya jawab

b) Kader

Tujuan:

(1) meningkatkan pengetahuan kader dalam pemantauan kecenderungan

pemberian ASI Eksklusif

(2) melakukan penyuluhan sederhana

Kepada kader diberikan pengetahuan PP-ASI seperti di atas dengan kedalaman

materi yang sederhana sesuai dengan kemampuan dan tugas kader di lapangan.

2) bimbingan teknis

Tujuan: memperoleh gambaran hasil kegiatan penyuluhan dan pemantauan

kegiatan PP-ASI sehingga dapat dilakukan penyesuaian dan perbaikan yang

diperlukan yang diperlukan.

Bimbingan teknis dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas pembantu, desa

dan posyandu.

Hal-hal yang harus dibina:

persamaan persepsi tentang indikator untuk pemantauan dan cara analisis

pelaporan

ketersediaan media KIE tentang ASI

c. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain

melalui penyuluhan massal, penyuluhan keluarga, penyuluhan kelompok dan

penyuluhan perorangan:

1) Penyuluhan massal

Penyuluhan massal dilakukan dengan memanfaatkan sarana/budaya yang ada

di masyarakat, seperti:

media tradisional, dengan memanfaatkan budaya setempat, seperti; wayang,

lenong, srimulat, dll

media cetak, misalnya, tabloit dengan menggunakan bahasa lokal

media elektonika, seperti radio, televisi (bila memungkinkan)

2) Penyuluhan keluarga

Dalam melakukan penyuluhan keluarga mencakup semua anggota keluarga

yang berpengaruh terhadap ibu seperti: Ayah, ibu, anak, anggota keluarga

lainnya (pengasuh anak, kakek, nenek, mertua).

3) Penyuluhan kelompok

Untuk penyuluhan kelompok dapat dilakukan pada:

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

PKK

Organisasi Wanita, misalnya Dharma Pertiwi, Dharma Wanita, dll

Kelompok khusus seperti, arisan, pengajian, dll.

4) Penyuluhan perorangan

Penyuluhan perorangan dapat dilakukan kepada:

Ibu-ibu balita

Tokoh: Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dll

Pamong: Kepala dusun, Kepala desa, Camat, dll.

Petugas: Kesehatan, BKKBN, Pertanian, Guru, dll

Swasta dan pengusaha

Isi materi penyuluhan a.l:

manfaat ASI Eksklusif bagi tumbuh kembang dan kecerdasan anak

pentingnya kolostrum bagi kesehatan bayi

pemberian ASI penting untuk kesehatan ibu, misalnya dapat menghindari

kanker payudara dan untuk menjarangkan kehamilan (KB)

meningkatkan kasih sayang antara ibu dan bayi

bagi wanita pekerja, usahakan tetap memberikan ASI pada anaknya dengan

cara khusus

tidak memberikan makanan pralakteal

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan penyuluhan pada ibu

hamil a.l:

mengikut sertakan suami dan anggota keluarga lain yang berpengaruh seperti

kakek, nenek, mertua, pengasuh anak, dll.

informasikan kepada ibu hamil, jangan melakukan pengurutan payudara

secara berlebihan

lakukan pemeriksaan terhadap kelainan payudara misalnya puting datar dan

puting tenggelam.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu memberikan penyuluhan a.l:

penggunaan materi KIE yang tepat

menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh masyarakat

melakukan persiapan tempat/ruangan

memasang poster/leaflet di tempat yang mudah dilihat

pesan-pesan gizi disesuaikan dengan umur bayi

bagi ibu yang perilakunya sudah baik dalam memberikan ASI diberi pujian dan

bagi yang belum sesuai diberi pengertian cara yang persuasif.

III. PEMANTAUAN ASI EKSKLUSIF

1. Indikator pemantauan

Dalam pemantauan ini pemberian ASI Eksklusif digunakan kode sebagai berikut:

AE1 = Apabila sampai berumur 1 bulan

hanya diberikan ASI saja

AE2 = Apabila sampai berumur 2 bulan

hanya diberikan ASI saja

AE3 = Apabila sampai berumur 3 bulan

hanya diberikan ASI saja

AE4 = Apabila sampai berumur 4 bulan

hanya diberikan ASI saja

2. Sasaran pemantauan

Sasaran pemantauan ASI Eksklusif adalah ibu-ibu yang melahirkan bayi pada

periode Januari - Desember setiap tahun (kohort tahunan)

3. Instrumen pemantauan

Register kohort balita dan anak pra sekolah (0-72 bulan)

4. Pelaksana pemantauan

Petugas\Puskesmas

5. Waktu pemantauan

Pemantaun dilaksanakan setiap bulan sesuai kegiatan Posyandu.

6. Cara pemantauan

1) kutip kolom 11-22 (sesuai bulan pelaksanaan posyandu) register kohort balita

dan anak pra sekolah (0-72 bulan)

2) rekapitulasi AE4

3) mengolah data dan menghitung proporsi AE4

4) menyajikan data dalam bentuk diagram ataupun peta

7. Pengolahan data

Rumus:

Jumlah bayi yang diberikan ASI saja sampai umur\4 bulan (AE4)

% AE4 ----------------------------------------------------------------------------------------------------- x 100% =

Jumlah seluruh bayi yang berumur 4 bulan

contoh sbb:

1) jumlah data AE4 (yaitu bayi yang hanya diberikan ASI saja sampai umur 4

bulan) misalnya 30 orang

2) jumlah bayi yang berumur 4 bulan, misalnya 80 orang

3) hitung persentase menyusui eksklusif sampai bayi 4 bulan sbb:

30

Persentase AE4 = ------------------ x 100% = 50%

60

Catatan:

Cara menghitung persentase AE1, AE2 dan AE3 sama seperti di atas. Setelah

selesai proses penghitungan, maka klasifikasikan hasil monitoring adalah

sebagai berikut:

warna hijau (baik), bila persentase AE4 80%

warna kuning (sedang) bila persentase AE4 antara 50% - < 80%

warna merah (kurang) bila persentase AE4 < 50%

8. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk:

a) Diagram balok

Hasil pengolahan data disajikan berupa diagram balok dengan menggunakan

warna seperti tersebut di atas. Penyajian data diharapkan dapat

menggambarkan kecenderungan situasi pemberian ASI Eksklusif dari waktu ke

waktu.

contoh:

Kecenderungan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Galuh

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Jan Peb Mar April Mei

b) Peta

Penyajian data untuk menggambarkan situasi pemberian ASI Eksklusif dapat

juga dilakukan dalam bentuk peta.

Contoh:

Peta pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Kecamatan Sewon, DIY Bulan

Agustus, 1997

Bahan rujukan informasi penting yang berkaitan dengan perilaku ASI

Eksklusif

1. Apa yang dimaksud dengan ASI Eksklusif ?

Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif yaitu perilaku dimana hanya memberikan

Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 4 (empat) bulan.

2. Apa yang dimaksud dengan kolostrum ?

Kolostrum (susu pertama) adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama

setelah bayi lahir (4-7 hari), berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental karena

mengandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk

kesehatan bayi.

3. Apa manfaat kolostrum bermanfaat bagi kesehatan bayi ?

Kolostrum sangan bermanfaat bagi kesehatan bayi karena dapat melindungi bayi

dari berbagai penyakit infeksi terutama diare, dan membantu pengeluaran

mekonium, yaitu kotoran bayi pertama yang berwarna hitam kehijauan.

4. Mengama menyusui selalu dianjurkan dan apa manfaat pemberian ASI ?

Karena ASI makanan yang lengkap zat gizinya bagi bayi.

Manfaat ASI:

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan mudah dicerna oleh sistem

pencernaan bayi

ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi, berguna untuk kecerdasan dan

pertumbuhan.

ASI mengandung asam amino essensial yang sangat penting untuk

meningkatkan jumlah sel otak bayi (berkaitan dengan kecerdasan bayi),

terutama sampai usia bayi 6 bulan. Bila pada periode tersebut terjadi

kekurangan gizi, akan terjadi penurunan jumlah sel otak sebanyak 15-20%.

ASI mengandung zat kekebalan, melindungi bayi dari berbagai penyakit

infeksi

ASI selalu aman dan bersih

ASI tidak pernah basi

ASI mempunyai suhu yang tepat, sehingga dapat langsung diberikan kepada

bayi setiap saat

ASI mengandung zat antibodi sehingga menghindarkan bayi dari alergi dan

diare

Manfaat menyusui:

Lebih mudah pemberiannya (ekonomis dan praktis)

Menyusui mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan anak

Menyusui dapat menjarangkan kelahiran (cara alamiah penunjang KB) jika

bayi disusui hanya ASI saja selama 4 bulan pertama, tanpa diselingi

makanan lainnya

Menghindarkan ibu dari kemungkinan timbulnya kanker payudara

Uterus cepat pulih

Ibu lebih sehat dan bayi tidak kegemukan

Mencegah timbulnya Diabetes Millitus pada masa bayi/anak-anak

Interaksi antara ibu dan bayi yang penting untuk perkembangan

kejiwaan/mental anak

5. Apakah yang dimaksud dengan makanan pralakteal ?

Makanan pralakteal adalah makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi

sebelum ASI keluar. Jenis-jenis makanan minuman tersebut a.l: air kelapa, air

tajin, madu, pisang, nasi yang dikunyah oleh ibunya, pepaya, dll.

6. Mengapa pemberian makanan dan minuman pralakteal berbahaya bagi

bayi ?

Pemberian makanan dan minuman pralateal berbahaya bagi bayi karena:

Saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencernakan makanan

atau minuman selain ASI

Makanan atau minuman lain sering mengandung kuman yang bisa membuat

bayi sakit

Jadi tidak boleh memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi selain ASI

sampai dengan usia 4 bulan, agar pertumbuhan dan kesehatan bayi tetap

terjaga baik.

7. Mengapa hanya ASI saja yang diberikan kepada bayi sejak lahir hingga

umur 4 bulan:

ASI saja cukup. Pada periode usia bayi 0-4 bulan, kebutuhan gizi bayi baik

kualitas maupun kuantitas terpenuhi dari ASI saja, tanpa harus diberikan

makanan ataupun minuman lainnya

Pemberian makanan lain akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi

kemampuan bayi untuk menghisap. Daya cerna bayi hanya cocok untuk ASI

Zat kekebalan dalam ASI maksimal dan dapat melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi

Asam lemak esensial dalam ASI bermanfaat untuk pertumbuhan otak,

sehingga merupakan dasar perkembangan kecerdasan bayi dikemudian hari

8. Kapan ibu mulai menyusui bayinya ?

Ibu harus menyusui bayinya sesegera mungkin yaitu pada periode 30 menit

setelah bayi lahir, karena daya hisap bayi pada saat itu paling kuat

Sentuhlah mulut dengan puting, sehingga bayi terangsang untuk menghisap,

meskipun ASI belum keluar. Melalui perlekatan antara ibu dan bayi,

perlakuan tersebut akan mempercepat proses pengeluaran ASI

Hisapan bayi akan merangsang keluarnya ASI.

9. Berapa lama ibu harus menyusui bayinya ?

Susuilah bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi

Menyusui dilakukan secara bergantian antara kedua payudara sampai

kosong hingga bayi tenang dan puas, biasanya + 10 menit.

10. Bagaimana cara menghentikan bayi menyusui ?

Menghentikan bayi menyusui dapat dilakukan dengan cara:

Bila bayi selesai disusui tapi mulutnya masih melekat pada puting susu ibu,

dapat dilakukan dengan menekan sudut mulut bayi dengan salah satu jari dan

bayi akan melepas puting dengan perlahan.

11. Bagaimana cara menyendawakan bayi setalah disusui ?

Menyendawakan bayi dapat dilakukan dengan cara: Meletakkan bayi pada bahu

ibu atau telungkup sampai bersendawa.

12. Bagaimana cara meningkatkan produksi ASI ?

Cara meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai

berikut:

Melakukan persiapan menyusui saat ibu sedang hamil

Susuilah bayi segera setalah bayi lahir

Susuilah bayi sesering mungkin. Semakin sering bayi menghisap puting susu,

semakin banyak ASI yang keluar

Susuilah bayi dari kedua payudara yang kiri dan kanan secara bergantian

pada setiap kali menyusui

Jangan memberikan makanan dan minuman lain selain ASI sampai dengan

usia bayi 4 bulan.

13. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan menyusui ?

Keberhasilan menyusui sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sbb:

Ibu harus yakin bahwa mampu menyusui

Ibu cukup minum (8-12 gelas/hari) dan makan lebih banyak makanan bergizi.

Usahakan makan 2 kali lebih banyak dari pada biasanya dan makan

makanan yang segar dan bervariasi setiap hari

Ibu dalam keadaan pikiran yang tenang, tentram dan santai

Perhatikan cara meletakkan bayi dan melekatkan puting pada mulut bayi

dengan benar

Makin sering payudara dihisap bayi, makin banyak produksi ASI

Pengertian dan dukungan keluarga, terutama dari suami sangat penting

14. Apa yang dimaksud dengan laktasi ?

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai

proses bayi mengisap dan menelan ASI

15. Bagaimana cara menyusui yang baik dan benar ?

Cara menyusui yang baik dan benar dapat dilakukan sbb:

Sebelum menyusui, sebaiknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu

Bersihkan puting susu dengan air hangat, kemudian dilap dengan kain yang

bersih

Letakkan kepala bayi pada lengkung siku dan bokong bayi ditahan dengan

telapak tangan (lihat gambar pada lampiran)

Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada

satu garis lurus

Waktu mulai menyusui, peganglah bagian bawah payudara dengan keempat

jari, dan ibu jari diletakkan di bagian atas payudara

Setuhkan puting pada bibir atau pipi bayi untuk merangsang agar mulut bayi

terbuka lebar

Masukkan seluruh puting dan sebahagian lingkaran di sekitar puting (areola)

ke mulut bayi

Ibu dan bayi harus berada dalam keadaan santai, tenang dan nyaman

16. Bagaimana cara menyimpan ASI ?

ASI dapat disimpan dalam wadah yang bersih (steril), tertutup dan dapat tahan

sampai: 6 jam pada suhu kamar. Sebelum diberikan kepada bayi dengan

sendok atau gelas, ASI dapat dihangatkan dengan merendam wadah ASI dalam

mangkok atau panci berisi air hangat/panas.

17. Bagaimana cara mengatasi puting datar dan terbenam ?

Puting datar dan terbenam dapat diatasi dengan cara:

Setiap selesai mandi pada periode kehamilan di atas 7 bulan, puting susu ditariktarik

sampai menonjol atau dengan bantuan pompa susu. Setelah lahir,

penarikan puting susu jangan dilakukan berlebihan.

18. Bagaimana cara mengatasi puting lecet dan nyeri ?

Untuk mengatasi puting lecet dan nyeri dapat dilakukan hal-hal sbb:

Mulai menyusui pada puting yang tidak lsakit

Susi sebelum bayi sangat lapar

Jangan membersihkan puting susu dengan sabun atau alkohol

Perbaiki posisi bayi pada saat menyusui

Perhatikan cara melepas mulut bayi dari puting

Keluarkan sedikit ASI untuk dioleskan pada puting selesai menyusui

Biarkan puting kering sebelum memakai BH

Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas

Usahakan bayi menghisap sampai aerola

19. Bagaimana cara mengatasi payudara bengkak dan puting nyeri ?

Untuk mengatasi payudara bengkak dan puting nyeri dapat dilakukan hal-hal

sbb:

Susuilah bayi setiap kali meminta

Keluarkan ASI dengan pompa atau tangan

Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat

Perbaiki cara meletakkan bayi (tubuh bayi menghadap perut ibu) dan cara

meletakkan bayi (letak mulut pada areola).

20. Bagaimana cara menyapih yang baik ?

Kurangi frekuensi menyusui secara bertahap

Tambah frekuensi makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan makanan

selingan

Jadwal menyusui terakhir, pada malam hari dihentikan

Tetap berikan perhatian dan kasih sayang

Menyapih sebaiknya di mulai pada masa anak berusia diatas 2 tahun.

PENGERTIAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PENGERTIAN

Pemberian ASI Eksklusif

Bayi hanya diberikan ASI saja, langsung atau tidak langsung (diperas). Secara

keseluruhan, pemberian ASI Eksklusif mencakup hal-hal sbb:

1. Hanya ASI sampai umur 4 bulan

2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir

3. Tidak memberikan makanan pralakteal seperti air gula atau air tajin kepada

bayi baru lahir

4. Menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand)

5. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama, yang bernilai gizi

tinggi) kepada bayi

6. Menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari

7. Cairan lain yang dibolehkan hanya vitamin/mineral dan obat dalam bentuk

drops atau sirup (WHO/Unicef, 1989).

Pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)

Disamping ASI, bayi diberikan makanan lain berupa makanan padat atau

setengah cair, termasuk susu. Definisi MP-ASI adalah makanan yang diberikan

disamping ASI kepada bayi mulai usia 4 bulan untuk mencapai kecukupan

gizinya.

Cara mengatasi permasalahan menyusui

a. Puting susu datar dan terpendam

Cara mangatasinya: Puting susu ditarik-tarik sampai menonjol, kalau perlu

dengan bantuan pompa susu.

b. Puting lecet adan nyeri

Hal ini disebabkan oleh karena posisi menyusui atau cara menghisap yang

salah, puting susu belum meregang (belum siap untuk disusui), dan hisapan bayi

sangat kuat.

Cara mengatasinya:

Mulai menyusui pada puting yang tidak sakit

Susui sebelum bayi sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat

Perbaiki cara menghisap, bibir bayi menutupi areola diantara gusi atas dan

bawah

Jangan membersihkan puting dengan sabun atau alkohol

Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusui.

Letakkan jari kelingking di sudut bawah

Keluarkan sedikit ASI untuk dioles pada puting selesai menyusui

Biarkan puting kering sebelum memakai BH

Kalau lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas

Usahakan bayi menghisap sampai kebagian hitam disekitar puting (aerola).

c. Payudara bengkak

Sekitar hari ke 3-4 payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai rasa

nyeri.

Cara mengatasinya:

Susuilah bayi sesuai kebutuhan

Susuilah bayi tanpa dijadwal sesuai kebutuhan

Keluarkan ASI dengan pompa atau manual dengan tangan bila produksi ASI

melebihi kebutuhan bayi

Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat

Lakukan pengurutan mulai dari puting kearah pangkal.

d. Saluran ASI tersumbat

Cara mengatasinya:

Kelurakan ASI dengan tangan/pompa

Kompres air hangat sebelum menyusui, kompres air dingin setelah menyusui

e. Radang payudara

Terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan. Tanda-tandanya adalah:

Kulit payudara tampak lebih merah

Payudara mengeras

Nyeri dan berbenjol-benjol

Cara mengatasinya:

Tetap menyusui bayi

Bila disrtai demam dan nyeri dapat diberi obat penurun demam dan

menghilangkan rasa nyeri

Bila belum berhasil segera rujuk ke Puskesmas

Lakukan perawatan payudara secara baik dan teratur.

f. Payudara abses

Abses pada payudara disebabkan karena radang payudara. Untuk sementara

payudara yang abses tidak dipakai untuk menyusui. Rujuk ke Puskesmas.

Setalah sembuh bayi dapat menyusui kembali.

g. Produksi ASI kurang

Ibu perlu menjaga ketenangan pikiran

Cukup istirahat dan mempertinggi rasa percaya diri akan kemampuan

menyusui bayinya

Makanan ibu cukup bergizi

Tingkatkan frekuensi menghisap/menyusui

h. Bingung puting

Bila ibu bekerja atau karena sesuatu hal bayi terpaksa diberikan susu buatan,

berikan dengan sendok, jangan dengan dot susu botol karena menyusui dari dot

berlainan dengan puting ibu. Ini untuk menghindari agar bayi tidak bingung

puting.

Mempertahankan dan mempertinggi produksi ASI.

Merawat payudara dan senam payudara. Memperhatikan makanan ibu

menyusui. Ibu menyusui makan lebih banyak dari biasanya dan minum 6-8 gelas

sehari. Banyak istirahat. Menjaga ketenangan pikiran dan mempertinggi rasa

percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya. Teruskan menyusui. Hisapan

bayi akan merangsang produksi ASI.

Relaktasi

Apabila menyusui terhenti untuk sementara karena sesuatu sebab dan ibu ingin

menyusui lagi, maka caranya adalah dengan memberikan kesempatan pada bayi

menghisap payudara 8-10 kali sehari, tiap kali selama 15 menit. Apabila puting

menjadi nyeri atau lecet, teruskan pemberian ASI tetapi waktunya lebih pendek,

yaitu 2-3 menit tiap kali. Kalau ASI belum keluar, beri susu formula pengganti

ASI sebagai tambahan. Rata-rata ASI diproduksi lagi setelah 1-2 minggu.