Kurikulum Ku

75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung. Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untukberpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka

description

masih belum diperbaiki bos

Transcript of Kurikulum Ku

Page 1: Kurikulum Ku

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan

pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no.

19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional

pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar

kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar

sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h)

standar penilaian pendidikan.

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada

pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan

kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.

Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan

(berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana.

Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan

pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata

pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA  2 jam pelajaran, IPS 2 jam

pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya

dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang

berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan

anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir

holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan

menyebabkan kurang mengembangkan anak untukberpikir holistik dan

membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul

permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka

mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus

sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang

lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu

sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat

4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka

putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan

dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%,

dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-

Page 2: Kurikulum Ku

masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit  taman kanak-kanak. Hal itu

terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas

satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun

1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun

yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada 

pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar

peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu,

hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-

kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik

yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan

pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah

dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang

telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau

bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang

termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat

penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas

tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas

dalam makalah ini yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?

2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?

3. Apakah ciri-ciri dari pembelajaran terpadu?

4. Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu?

5. Mengapa pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah

dasar?

C.    Tujuan Penulisan

Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.

2. Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.

3. Untuk menidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran terpadu.

4. Untuk menidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu.

5. Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk

Page 3: Kurikulum Ku

diterapkan di tingkat sekolah dasar.

D.    Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:

1. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mahasiswa calon guru SD.

2. Dapat menunjang bahan mata kuliah Pembelajaran Terpadu.

3. Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik khusunya untuk guru SD

tentang model pembelajaran terpadu.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran Terpadu

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa

orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

1)      menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga

kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan

yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu

(integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu

(integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan

berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk

suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi

tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan

kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau

mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu,

pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan

secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran

tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

2)      menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses

pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada

dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari

pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan

IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar

mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar

seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna

kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran

terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep

yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Page 4: Kurikulum Ku

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang

memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik

(Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori

pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan

pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/

pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak

didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema

tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran

dan pembuatan keputusan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan

dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala

penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari

penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal

tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang

melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan

untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan

kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik

dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran

abstrak (Prabowo, 2000:3).

B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu

meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran

terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.

1. Prinsip penggalian tema antara lain : a). Tema hendaknya tidak terlalu luas,

namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi,

b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus

memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c). Tema harus

disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d). Tema yang

dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e).

Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik

yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya

mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat,

g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan

sumber belajar.

2. Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan

Page 5: Kurikulum Ku

menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses

belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok

harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,

c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak

terpikirkan dalam poses perencanaan.

3. Prinsip evaluatif adalah : a). memberi kesempatan kepada siswa untuk

melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu

mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai

berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati

dalam kontrak.

4. Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting  bagi perilaku

secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak

diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan

bermakna.

Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : a)

pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila

materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu; b)

Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat

situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur,

pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik

dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak

berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus

merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model

jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu

secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); c) Ada pula yang

melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir

minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara

pasti; d) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh.

Page 6: Kurikulum Ku

Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar

dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.

Pembelajaran ini dikenal dengan istilah “integrated day “ atau hari terpadu.

Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek

kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang

terlaksananya pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru memberikan

arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan

kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru.

Implikasi dari pembelajaran terpadu, bentuk hari terpadu, guru harus menentukan

waktu maupun jumlah hari untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi

dengan kegiatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba; (4) Pembelajaran

terpadu yang terbentuk dari tema sentral.

Implementasinya menuntut dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah

terstruktur. Pengorganisasian pada awal kegiatan mencakup penentuan tema

dengan mempertimbangkan alat, bahan, dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan

serta cara guru membantu siswa. Untuk pelaksanaanya guru bekerjasama dengan

guru kelas lainnya dalam merancang kegiatan belajar mengajar dengan memilih

tema sentral transportasi dalam kehidupan.

C.    Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu

Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran

terpadu, yaitu sebagai berikut:

1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran

terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu

fenomena dari segala sisi.

2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah

kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu

menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah

nyata di dalam kehidupannya.

3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-

inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang

secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa

pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini.

1. Berpusat pada anak

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak

Page 7: Kurikulum Ku

3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas

4. Memyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses

pembelajaran.

5. Bersikap luwes

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

anak.

D.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan

konvensional, yaitu sebagai berikut.

1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan

tingkat perkembangan anak.

2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan

peserta didik.

3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil

belajar akan dapat bertahan lebih lama.

4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan

sosial peserta didik.

5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan

permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta

didik.

6. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja

sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta

didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber;

sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan

dalam konteks yang lebih bermakna.

Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan,

terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan

evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan

tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang

Diknas (ttg:9) mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara

lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.

1. Aspek Guru

Page 8: Kurikulum Ku

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan

metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan

mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali

informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan

dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada

bidang kajian tertentu saja.

2. Aspek Peserta Didik

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang

cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan

menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila

sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan

terlambat.

3. Aspek Kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman

peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu

diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian

keberhasilan pembelajaran peserta didik.

4. Aspek Penilaian

Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh

(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari

beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

5. Aspek Suasana Pembelajaran

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian

dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan

sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan

substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar

belakang pendidikan guru itu sendiri.

E.     Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di Tingkat Sekolah

Dasar

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan:

(a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional

formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan

operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik

pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan

anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak

mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik;

perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu

terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik

Page 9: Kurikulum Ku

tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun

sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan,

dan lingkungannya.

Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam

pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan

pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP

atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini

mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:

1. asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau

oleh anak,

2. asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual

(konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),

3. asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah

topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari

anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,

4. asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan

menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.

Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini,

namun bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs

dan SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara

individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep

serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).

Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai

berikut.

1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak.

Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya

secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian

yang satu dengan yang lain.

2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru

mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu

melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa

berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala

pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan

Page 10: Kurikulum Ku

dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di

masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang

manusia secara utuh.

 Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum

terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning

(pembelajaran).  Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau

pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti

dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah

Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu

pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis

batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu

merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa

bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan

pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran

berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan

atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak

(Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam

pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan

siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa.

Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok

dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam

Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated

learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving

force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak

dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa

belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan

perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses

pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan

meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan

yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan

belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp

(1992:7) dalam Ahmad,  pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan

berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi

siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun

mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri,

Page 11: Kurikulum Ku

melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.

Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk

mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta,

dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya

agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak

digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang

utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu :

berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan

pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak

terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari

berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat

luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang

sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada

faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya

pada produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya

berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada

proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian

pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.

Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari,

menggali dan mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,

bermakna, dan otentik.

B.     Saran

Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks.

Untuk itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan

mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya

proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi

peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Page 12: Kurikulum Ku

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/model-pembelajaran-tematik-

pembelajaran-terpadu-latar-belakang-mengapa-disarankan-untuk-digunakan-di-sd-

dan-mi/

http://rbaryans.wordpress.com/2007/04/19/mengapa-memilih-pembelajaran-

terpadu/

http://www.p4tkipa.org/data/pembelajaranterpadu.pdf

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/prinsip-prinsip-pembelajaran-

terpadu/

Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2

Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi.

Page 13: Kurikulum Ku

MAKALAH SISTIM PEMBELAJARAN TERPADU

BAB IPENDAHULUAN

1.       Latar Belakang

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata pelajaran

dilakukan secara terpisah, misalnya IPA  2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa

Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran

yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan

tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir

holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang

mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul permasalahan pada kelas

rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka

mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu

sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima

3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%,

masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat

2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi

terutama yang hanya memiliki sedikit  taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah

terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti

pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta

didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada

pada  pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas

awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa

peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik

dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu,

perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar

dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti

pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam

Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di

Page 14: Kurikulum Ku

tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna

bagi kehidupan peserta didik.

2.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini

yaitu:a.      Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?

b.     Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?

c.      Mengapa pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah dasar?

3.       Tujuan Penulisan

Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:a.      Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.

b.     Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.

c.      Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk diterapkan di tingkat sekolah

dasar.

BAB IIPEMBAHASAN

1.        Pengertian Pembelajaran Terpadu

Terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan

ketergantungan satu dan lainnya, yaitu integrated curriculum (kurikulum terpadu) danintegrated

learning (pembelajaran terpadu).

Kurikulum terpadu adalah kurukulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui

pemaduan isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133).

Rasional pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut,

1.         Kebanyakan masalah dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar) bersifat interdisipliner,

sehingga untuk memahami, mempelajari dan memecahkannya diperlukan multi-skill.

2.         Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah.

3.         Memudahkan anak membuat hubungan antarskemata dan transfer pemahaman antarkonsteks.

4.         Demi efisiensi.

5.         Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.

Pemebalajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh  eksplorasi topic yang ada di dalam kurikulum

sehingga anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin

dalam waktu yang bersemaan.

Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu terletak

pada segi perencanaan dan pelaksanaannya.

Idealnya, pembelajaran terpadu harus bertolak dari kurikulum terpadu, tetapi kenyataan

menunjukkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran satu dengan

lainnya (separated subject curriculum) menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu (integrated

Page 15: Kurikulum Ku

learning).

Selain pendapat diatas, nampaknya ada juga pihak yang menyamakan antara konsepsi

pembelajaran terpadu dengan kurikulum terpadu. Landasan pemikiran yang digunakan adalah

bahwa pusat perhatian kurikulum terpadu terletak pada proses yang ditempuh seoarang siswa pada

saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan  yang harus

dikembangkannya. Atas dasar itu, pembelajran terpadu disikapi sebagai sebuah wawasan dan

aktivitas berpikir dalam merancang pembelajran yang di tujukanuntuk menghubungkan tema, topic

maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh siswa secara utuh/terpadu.

Pemeblajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajran

yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada

siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-

konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep

lain yang sudah mereka pahami.

Focus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa pada saat

berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus

dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajran

terpadu dapat dilihat sebagai :

a.         Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang

mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;

b.         Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara

serempak (simultan);

c.         Merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dalam bebrapa mata pelajaran yang berbeda,

dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.

       Pemebalajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of

interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari

mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya.

Pemebelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek

pembelajran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari teori

pembelajran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan

dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori pada tokoh Psikologi Gestalt,

(termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajran itu haruslah bermakna dan

menekankan juga pentingnya program pembelajran yang berorientasi pada kebutuhan

perkembangan anak.

Pelaksanaan pendekatan pembelajran terpadu inibertolak dari suatu topic atau tema yang dipilih

dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk

menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait

dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topic atau tema tersebut. Jika

dibandingkan dengan pendekan konvensional, maka pembelajran terpadu tampaknya lebih

menekankanpada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif pada

keterlibatan dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajran terpadu

ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by

doing).

2.        Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Terpadu

Page 16: Kurikulum Ku

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :

1.         Prinsip penggalian tema,

2.         Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu,

3.         Prinsip evaluasi dan

4.         Prinsip reaksi.

Prinsip penggalian tema antara lain :

1)        Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak

bidang studi,

2)        Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi

siswa untuk belajar selanjutnya

3)        Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.

4)        Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.

5)        Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam

rentang waktu belajar.

6)        Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari

masyarakat

7)        Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya :

1)        Guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses

belajar mengajar.

2)        Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut

adanya kerjasarna kelompok

3)        Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses

perencanaan.

Prinsip evaluatif adalah :

1)        Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi

lainnya,

2)        Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan

kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.

Prinsip reaksi  

Dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh

guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus

bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit

tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.

3.        Tujuan Pengembangan Model Pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:

1.         Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna. 

2.         Mengembangkan ketrampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.

Page 17: Kurikulum Ku

3.         Menumbuhkembangkan sifat positif, kebiasaan baik dan nilai nilai luhur yang diperlukan dalam

kehidupan

4.         Menumbuhkembangkan ketrampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta

menghargai pendapat orang lain.

5.         Meningkatkan gairah dalam belajar.

4.        Urgensi Pengembagan Model Pembelajaran Terpadu Pada Pendidikan Sekolah Dasar

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan:

1.         Sensori-motor,

2.         Pra operasional,

3.         Operasional konkrit, dan

4.         Operasional formal.

Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit,

sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru

memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini.

Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan

anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan

yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak

bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan

perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.

Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang

SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan

perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice).

Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh

guru, yaitu:

1.         Asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,

2.         Asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada

konseptual (abstrak),

3.         Asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru

harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan

terpadu,

4.         Asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses

manipulatif sambil bermain.

Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga

digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada

hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).

Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.

1.      Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf

perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat

Page 18: Kurikulum Ku

memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.

2.      Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak

dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai

sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala

pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan

permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang

sehat dalam memandang manusia secara utuh.

Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau

integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran).  Pada

pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat

dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.

(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk

mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-

pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang

menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan

pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan

pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses

pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad).

Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry,

yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa.

Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari

hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang

pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or

exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam

pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian,

siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya

yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun

emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan

konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat

menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam

Ahmad,  pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan

yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan

kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri,

melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.  Pembelajaran

terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema

yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran

terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar

tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara

Page 19: Kurikulum Ku

belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

BAB III

PENUTUP

1.        Kesimpulan

a.         Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan

siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan

mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

b.         Prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :

           Prinsip penggalian tema,

           Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu,

           Prinsip evaluasi dan

           Prinsip reaksi.

c.       Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga

digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada

hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).

5.        Saran

Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk

itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-

model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas

yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.

Page 20: Kurikulum Ku

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, (1994). Pemebelajran Terpadu sebagai Bentuk Penerapan Kurikulum 1994

Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah dalam seminar JPBS IKIP Malang, 26

November 1994.

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Page 21: Kurikulum Ku

BAB IIPEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM

Hal terpenting untuk mengetahui Kurikulum Terpadu yaitu kita terlebih dahulu harus

mengetahui definisi kurikulum terpadu. Berikut ini konsepsi kurikulum terpadu yang

dikemukakan oleh Susan dan Rebecca. secara sederhana kurikulum terpadu yaitu it is

about making connections (ini tentang suatu hubungan1. Untuk membantu

menjelaskan itu semua bisa dilihat dari definisi correlation atau integration yang

terdapat pada the National Council of Teachers of English (NCTE) tahun 1935

Correlation may be as slight as casual attention to related materials in other subject areas . . . a bit more intense when teachers plan it to make the materials of one subject interpret the problems or topics of another. Fusion designates the a combination of two subjects, usually under the same instructor or instructors. Integration: the unification of all subjects and experiences.

Untuk mempermudah memahami kurikulum terpadu Susan dan Rebecca

membuat pendekatan cara pengintegraisan dalam kurikulum terpadu. Ada 3 (tiga)

pendekatan pengintgrasian kurikulum terpadu menurut mereka yaitu pendekatan

multidisipliner (multidisciplinary approach), pendekatan interdisipliner (interdisciplinary

approach), dan pendekatan transdisipliner (intransdisciplinary approach). Berikut ini

penjelasan dari ketiga pendekatan tersebut:

1. Pendekatan Multidisipliner2 (multidisciplinary approach) merupakan suatu

pendekatan yang fokus utamanya yaitu pada disiplin ilmu. Guru yang

menggunakan pendekatan ini mengatur standar dari disiplin ilmu di sekitar

tema. Pendekatan ini hampir sama dengan model webbed (model jaring laba-

laba) dari Fogarty. Berikut ini gambar dari pendekatan multidispliner:

1 . Susan M. Dulisarake dan Rebecca C.Burns. Meeting Standards Through Integrated Curriculum.

Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), 2004. hal 7

2 . susan M. Dulisarake dan Rebecca C.Burns. Meeting Standards Through Integrated Curriculum. Hal

8

Page 22: Kurikulum Ku

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat beberapa disiplin ilmu merujuk pada satu tema. Ini artinya bahwa tema menjadi sentral dalam pendekatan multidisiipliner ini. Tema menjadi perekat dalam mengambil setiap standar yang ada pada setiap disiplin ilmu.

2. Pendekatan Interdisipliner (interdisciplinary approach) merupakan pendekatan yang mengintegrasikan subdisiplin ilmu kedalam suatu mata pelajaran. Misalnya mengintegrasikan materi membaca, menulis dan berbicara kedalam pelajara bahasa dan sastra. Atau juga mengintegrasikan pelajaran sejarah, geografi, ekonomi menjadi satu mata pelajaran yaitu ilmu pengetahuan sosial. Atau bisa juga mengintegrasikan pelajaran biologi, fisika dan kimia menjadi satu mata pelajaran yaitu ilmu pengetahuan alam. Berikut ini gambar dari pendekatan interdisipliner:

3. Pendekatan Transdisipliner (intransdisciplinary approach). Pengintegrasian pada pendekatantransdisciplinary yaitu dengan cara guru mengatur kurikulum dimana fokuskan ada pada masalah-masalah ataupun hal-hal yang menarik perhatian siswa. Pada pendekatan ini siswa dapat mengembangkan berbagai macam keterampilan hidup dengan cara menerapkan interdisipliner dan keterampilan disipliner kedalam suatu kehidupan yang nyata (real). Agar pendekatan transdisipliner dapat dilakukan dengan baik maka harus diperhatikan model pembelajran yang digunakan. Cara yang dapat ditempuh dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan transdisipliner yaitu dengan cara project-based learning atau biasa disebut dengan istilah problem based leraning. Menurut Chard ada 3 (tiga) langkah dalam merencanakan pembelajaran berbasis masalah (probelm based learning)a) Guru dan siswa memilih topik penelitian yang didasarkan pada minat siswa, standar

kurikulum, dansumber daya lokal.b) Guru mencari tahu apa yang siswa sudah ketahui dan membantu mereka untuk

memunculkanpertanyaan untuk mengeksplorasi. Guru juga menyediakan sumber daya bagi siswa dan kesempatan untuk bekerja di lapangan.

c) Siswa berbagi pekerjaan mereka dengan orang lain pada kegiatan terakhir. Siswa menampilkan hasil eksplorasi dan review serta mengevaluasi proyek yang telah mereka kerjakan

Berikuit ini adalah gambar dari pendekatan Transdisipliner

Page 23: Kurikulum Ku

Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function).Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap pebedaan di antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidaf berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.Diferensiasi berarti bahwa suatu produk atau jasa memiliki tidak saja keberbedaan dengan produk atau jasa yang sudah ada, melainkan juga merupakan titik keunggulan dibandingkan yang lainnya itu. Tetapi, diferensiasi tidak berarti ‘asal berbeda’, sehingga kalau sudah berbeda berarti pasti memiliki titik keunggulan yang dimaksud.===== 5. Kurikulum Diferensiasi (a) Kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward, 1980). (b)Kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang menantang sesuai dengan kemampuan siswa. Kurikulum yang mempunyai karakter cepat belajar, mampu menyelesaikan problem lebih cepat maupun keunggulan lain. (c). Kurikulum berdiferensiasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem eskalasi yang dapat memacu dan mewadahi secara integrasi pengembangan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Page 24: Kurikulum Ku

DAFTAR PUSTAKA

Susan M. Dulisarake dan Rebecca C.Burns. Meeting Standards Through Integrated Curriculum. Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), 2004

Page 25: Kurikulum Ku

2. Kurikulum TerpaduKetika berusaha untuk mendefinisikan kurikulum terpadu, kita harus melihat beberapa istilah-istilah yang berkaitan dengan Kurikulum terpadu. Beberapa istilah yang sering ditemukan adalah pengajaran interdisipliner, pengajaran tematis,dan pengajaran sinergis. Beberapa definisi akan dikemukakan di sini, namun hanya melingkupi kurikulum terpadu bagi siswa SD.Definisi mendasar mengenai kurikulum terpadu diberikan oleh Humphreys (Humphreys, Post, and Ellis 1981) ketika ia menyatakan, “Studi terpadu adalah studi di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka” (h.11). Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, dan seni. Keterampilan dan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi. Dengan berpegang pada definisi tematis ini, Shoemaker mendefinisikan kurikulum terpadu sebagai:“...pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga melintasi batas-batas mata pelajaran, menggabungkan berbagai aspek kurikulum menjadi asosiasi yang bermakna untuk memfokuskan diri pada wilayah studi yang lebih luas. Kurikulum ini memandang pembelajaran dan pengajaran dalam cara yang menyeluruh dan merefleksikan dunia nyata, yang bersifat interaktif” (1989; h.5)

Dalam kerangka ini, terdapat berbagai tingkat integrasi, sebagaimana digambarkan oleh Palmer (1991, h. 59), yang mendeskripsikan praktik-praktik sebagai berikut.• Mengembangkan subtujuan lintas-kurikulum di dalam panduan kurikulum yang telah ada.• Mengembangkan model pembelajaran yang mencakup aktivitas dan penilaian lintas-kurikulum.• Mengembangkan pengayaan dan peningkatan aktivitas dengan fokus lintas-kurikulum yang mencakup saran “kontak” lintas-kurikulum di setiap tujuan.• Mengembangkan aktivitas penilaian yang bersifat lintas-kurikulum, mencakup roda perencanaan sampel dalam seluruh panduan kurikulum.

Deskripsi lebih lanjut disediakan oleh Glatthorn (1994, pp. 164-165). Definisi Dressel beranjak dari pertautan antara lingkup dalam mata pelajaran menuju penciptaan model-model baru untuk memahami dunia. Dalam kurikulum terpadu, pengalaman pembelajaran yang telah direncanakan tidak hanya membekali siswa dengan pandangan terpadu mengenai pengetahuan umum (melalui pembelajaran model, sistem, dan struktur kebudayaan), tapi juga memotivasi dan mengembangkan kekuatan pembelajar untuk memahami hubungan-hubungan baru dan menciptakan model, sistem, dan struktur baru (1958, hh. 3-25).Istilah lain yang seringkali digunakan untuk menyebut kurikulum terpadu adalah

Page 26: Kurikulum Ku

kurikulum interdisipliner. Kurikulum interdisipliner didefinisikan dalam Kamus Pendidikan sebagai “organisasi kurikulum yang melintasi batas-batas mata pelajaran untuk berfokus pada permasalahan kehidupan yang komprehensif atau area studi luas yang menggabungkan berbagai segmen kurikulum ke dalam asosiasi yang bermakna” (Good 1973). Persamaan di antara definisi tersebut dan definisi kurikulum terpadu sangat jelas. Jacobs mendefinisikan kurikulum interdisipliner sebagai “pandangan mengenai pengetahuan dan pendekatan kurikula yang menerapkan metodologi dan bahasa dari lebih dari satu disiplin ilmu untuk mengkaji tema, isu, permasalahan, topik, atau pengalaman sentral.” (1989, h.8). Pandangan ini didukung oleh Everett, yang mendefinisikan kurikulum interdisipliner sebagai kurikulum yang “mengombinasikan beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah proyek aktif karena dengan cara itulah siswa menemukan mata pelajaran yang digabungkan dengan dunia nyata dalam satu aktivitas.”Definisi di atas mendukung pandangan bahwa kurikulum terpadu adalah pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup. Terdapat kepercayaan yang kuat di antara mereka yang mendukung integrasi kurikulum bahwa sekolah harus memandang pendidikan sebagai proses mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan di abad ke-21, bukan mata pelajaran diskrit yang terbagi-bagi dalam departemen-departemen yang berbeda. Secara umum, seluruh definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdisipliner mencakup:• Kombinasi mata pelajaran• Penekanan pada kegiatan• Sumber di luar buku teks• Keterkaitan antarkonsep• Unit-unit tematis sebagai prinsip-prinsip organisasi• Jadwal yang fleksibel• Pengelompokkan siswa yang fleksibel

Page 27: Kurikulum Ku

KURIKULUM TERPADU, KBK

DAN KTSPBAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini perbincangan mengenai Kurikulum masih

merupakan topik terhangat dalam dinamika pendidikan

di Tanah Air. Diujicobakannya konsep baru Kurikulum

Terpadu, Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK) dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sedikit

mengagetkan dan menyita perhatian para guru,

termasuk pengamat dan pemerhati pendidikan.

Seminar, diskusi, dan berbagai bentuk penataran

berkaitan akan diberlakukannya konsep ini ramai

dilakukan banyak kalangan. Dari sejumlah kegiatan itu

muncul satu kesimpulan bahwa alasan utama lahirnya

konsep ini karena selama ini guru dipandang tidak

memiliki kompetensi, tidak profesional, dan tidak

memenuhi kriteria sebagai guru (digugu lan ditiru)

termasuk menjadi penyebab rendahnya mutu

pendidikan. Dengan konsep ini, ada setitik harapan

untuk terjadinya peningkatan mutu pendidikan di Tanah

Page 28: Kurikulum Ku

Air pada masa yang akan datang.

Sebagai bagian dari Kurikulum Terpadu, KBK dinilai oleh

sebagian guru sebagai konsep yang tidak menyentuh

persoalan dasar para guru sebagai pelaksana

pendidikan di lapangan, sehingga belum tentu akan

mengangkat citra pendidikan. Dari sejumlah kegiatan

yang diikuti para guru selama ini, seperti melalui

Kelompok Kerja Guru (KKG), justru “menggiring” para

guru untuk terus terbentur pada hal-hal yang keliru,

yaitu bagaimana menyiapkan dan mengerjakan

administrasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang baik

dan lengkap.

Memperhatikan hal tersebut serta mengacu pada

berbagai usulan mengenai usaha perbaikan sistem

pendidikan nasional, Pusat Kurikulum Balitbang Diknas

melakukanpilot study pengembangan model pendidikan

hak asasi manusia khusus di tingkat SD di Sektor

pendidikan pun tak luput dari gerakan reformasi.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dan berbagai praktik pendidikan

dikritik tajam dan dituntut untuk direformasi. Salah satu

tuntutan menonjol yaitu kurikulum 1994 dan

suplemennya harus ditinjau kembali. Pelajaran Budi

Pekerti dipertanyakan mengapa dihilangkan. Kehidupan

berbangsa dan bernegara pada masa Orde Baru yang

sentralistis, tertutup dan represif harus direformasi

menjadi pendidikan yang demokratis, terbuka dan

memberikan otonomi yang luas bagi daerah.

Page 29: Kurikulum Ku

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah,

sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, setiap sekolah/madrasah harus

mengembangkan kurikulum tersebut berdasarkan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI)

dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Satuan Pendidikan yang telah melakukan uji coba

kurikulum 2004 secara menyeluruh diperkirakan

mampu secara mandiri mengembangkan kurikulumnya

berdasarkan SKL, SI dan Panduan  Umum. Panduan

Umum yang diterbitkan oleh Depdiknas, dalam hal ini

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

memungkinkan satuan pendidikan tersebut, dan juga

sekolah/madrasah lain yang mempunyai kemampuan,

untuk  mengembangkan kurikulum mulai tahun ajaran

2006/2007.

Kenyataan di lapangan pemberlakuan KTSP tidak

seperti yang diharapkan oleh pemerintah, banyak

kendala dan permasalahan-permasalahan yang ditemui

oleh para guru dan pelaku pendidikan di sekolah. Sejak

kemunculannya, KTSP telah mengundang pro dan

kontra di kalangan akademisi dan praktisi pendidikan.

Menurut pengamatan penulis, pemberakuan KTSP

merupakan paling banyak mengundang perhatian

masyarakat Indonesia dibanding kurikulum-kurikulum

Page 30: Kurikulum Ku

yang lain.

 

B. RUMUSAN MASALAH

                 Berdasarkan uraian-uraian ermasalahan di

atas, penulis dapat merumskan beberapa masalah,

sebagai berikut:

     1. Apakah Kurikulum Terpadu untuk Pendidikan

Dasar?

2. Apa dan bagaimana pengembangan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dasar?

3. Apa dan bagaimana pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan    (KTSP) Pendidikan Dasar?

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

1. A.    KURIKULUM TERPADU

a. 1.      Pengertian dan latar belakang kurikulum

terpadu.

     Siswa di sekolah dasar khususnya di kelas-kelas

rendah menghayati pengalaman belajarnya secara

holistik. Siswa mengalami kesulitan dengan adanya

pemisahan pengalaman belajar seperti penyajian

pelajaran dalam bentuk mata pelajaran terpisah-pisah.

     Hal ini sesuai dengan konsep belajar Gestalt yang

mengutamakan pengetahuan yang dimiliki siswa

dimulai dari keseluruhan baru kemudian menuju

Page 31: Kurikulum Ku

bagian-bagian. Artinya dimata siswa melihat dirinya

sebagai pusat lingkungan yang merupakan keseluruhan

yang belum jelas unsur-unsurnya dengan pemaknaan

secara holistik yang berangkat dari yang bersifat

konkrit.

     Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum

yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata

pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam

bentuk unit atau keseluruhan (Hamalik, l993:32).

 

1. Komponen-komponen kurikulum terpadu

     Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan

kemungkinan belajar bagi para siswa. Kesempatan

belajar tersebut dirancang dan dilaksanakan secara

menyeluruh dengan mempertimbangkan hal-hal yang

berpengaruh,oleh karena itu diperlukan pengaturan,

kontrol, bimbingan agar proses belajar terarah

ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan yang

diharapkan. Kurikulum dirancang berdasarkan sistem

keterpaduan yang mempertimbangkan komponen-

komponen masukan, proses dan produk secara

seimbang dan setaraf.

     Pada komponen masukan, kurikulum dititikberatkan

pada mata mata pelajaran logis dan sistematis agar

siswa menguasai struktur

pengetahuan tertentu.Pada komponen proses,

kurikulum dititikberatkan pada pembentukan konsp

berfikir dan cara belajar yang diarahkan kepada

Page 32: Kurikulum Ku

pengembangan peta kognitif. Pada komponen produk,

kurikulum dititikberatkan pada pembentukan tingkah

laku spesifik.

     Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam

kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum

terpadu untuk mengembangkan kemampuan yang

merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman

belajar. Tingkah laku yang diterapkan adalah integrasi

atau behavior is the better integrated, terjadi

dikarenakan pengalaman-pengalaman dalam situasi

tertentu, bukan karena kecenderungan alami atau

kematangan kondisi temporer, sehingga perubahan

tingkah laku bersifat permanen dan bertalian dengan

situasi tertentu (Hilgard & Bower, l977:17).

     Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku,

sistem keterpaduan dikembangkan berdasarkan prisip-

prinsip sebagai berikut: suasana lapangan (field setting)

yang memungkinkan siswa menampilkan

kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri

sendiri (self development), pengembangan potensi

yang dimiliki masing-masing individu (self

actualization), proses belajar secara kelompok (social

learning), pengulangan dan penguatan (reinforcement),

pemecahan masalah-masalah (heuristik learning), dan

sikap percaya diri sendiri (self confidence).

 

1. Karakteristik kurikulum terpadu

     Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu

Page 33: Kurikulum Ku

(Integrated Curriculum) diantaranya adalah: (a)

berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi Pancasila,

(b) berdasarkan psikologi belajar Gestalt dan field

theory (c) berdasarkan landasan sosiologis dan

sosiokultural, (d) berdasarkan kebutuhan, minat dan

tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik, (e)

ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi

yang ada, (f) sistem penyampaiannya dengan

menggunakan sistem pengajaran unit yakni unit

pengalaman dan unit mata pelajaran dan (g) peran

guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan

peran siswa lebih menonjol dan guru cenderung

berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.

                 Keunggulan atau manfaat kurikulum terpadu

diantaranya, adalah:

(a) segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian

erat, (b) kurikulum ini sesuai denganpendapat-pendapat

modern tentang belajar, (c) memungkinkan hubungan

yang erat kaitannya antara sekolah dengan

masyarakat, (d) sesuai dengan faham domakratis,

(e)mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan, dan

kematangan pesera didik.

 

1. Model pembelajaran terpadu.

     Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan,

topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang

bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara

atau model dalam merencanakan pembelajaran

Page 34: Kurikulum Ku

terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah:

(1) fragmented, (2) connected, (3) nested,

(4) sequenced, (5) shared, (6)webbed, (7) threaded,

(8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.

     Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut. Gambar atau ilustrasi

digunakan untuk memebantu memehami uraian dari

setiap model.

1.Model Penggalan (Fragmented)

 

 

 

 

     Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang

hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja.

Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,

materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi

pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses

pembelajarannya, butir-butir materi tersebut

dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang

berbeda-beda.

2. Model Keterhubungan (Connected)

 

 

 

 

Page 35: Kurikulum Ku

 

     Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa

butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk

mata pelajaran tertentu.

     Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur,

membaca dan mengarang misalnya, dapat

dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran

tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk

kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja

pembentukan pemahaman, keterampilan dan

pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung

secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-

butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara

terpadu.

3. Model Sarang (Nested)

 

 

 

 

 

     Model nested merupakan pemaduan berbagai

bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui

sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan

jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan

pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata,

makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan

Page 36: Kurikulum Ku

keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi,

daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna

kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis

puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan

konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak

harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi

dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk

keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-

kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi.

Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal

ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam

membuat ungkapan dan mengarang puisi.

4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)

 

 

 

 

     Model sequenced merupakan model pemaduan

topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara

paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik

pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang

sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah

perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial

masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang

menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik

tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada

alokasi jam yang sama.

Page 37: Kurikulum Ku

5. Model Bagian (Shared)

 

 

 

     Model shared merupakan bentuk pemaduan

pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep atau

ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir

pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN

misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir

pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan

sebagainya.

6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

 

 

 

 

     Selanjutnya, model yang paling populer adalah

model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan

tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan

pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat

mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata

pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.

7. Model Galur (Threaded)

 

 

 

 

Page 38: Kurikulum Ku

     Model threaded merupakan model pemaduan

bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan

estimasi dalam matematika, ramalan terhadap

kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam

novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus

pada apa yang diesbut meta-curriculum.

8. Model Keterpaduan (Integrated)

 

 

     Model integrated merupakan pemaduan sejumlah

topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi

esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik

evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran

Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan

Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan

kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata

pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh

lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian

mata pelajaran. Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan

butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan

Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya.

Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang

lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk

menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari

berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut.

 

9. Model Celupan (Immersed)

 

Page 39: Kurikulum Ku

 

 

     Model immersed dirancang untuk membantu siswa

dalam menyaring dan memadukan berbagai

pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan

medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman

dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran.

10. Model Jaringan (Networked)

 

 

 

     Terakhir, model networked merupakan model

pemaduan pembelajaran yang mengandaikan

kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk

pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk

keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi

lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang

berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang

berlangsung secara terus-menerus karena adanya

hubungan timbal balik antara pemahaman dan

kenyataan yang dihadapi siswa.

1. B.     KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK

2004)

1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi

            Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002)

mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi

Page 40: Kurikulum Ku

merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang

kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,

penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan

pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam

pengembangan kurikulum sekolah.

Kurikulum ini berorientasi pada: (1) hasil dan dampak

yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui

serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan

(2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan

kebutuhannya.

           

2. Ciri-Ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi

            KBK berupaya mengkondisikan setiap peserta

didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap

dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak. Penyampaiannya harus bersifat

kontekstual dengan mempertimbangkan faktor

kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma,

integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja.

Dengan demikian  KBK berorientasi pada pendekatan

konstruktivisme.  Hal ini terlihat dari ciri-ciri KBK

sebagai berikut:

a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa,

baik secara individual maupun klasikal

b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman

c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi

d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga

Page 41: Kurikulum Ku

sumber belajar yang lain yang memenuhi unsur edukasi

e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam

upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

 

 

 

3. Prinsip – Prinsip KBK

             Dalam Pelayanan Profesional Kurikulum 2004

“Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK) yang

dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

(2003) dijelaskan bahwa prinsip-prinsip implementasi

meliputi:

1) kegiatan belajar mengajar,

2) penilaian berbasis kelas, dan

3) pengelolaan kurikulum berbasis.sekolah.

            Pengembangan kurikulum 2004 harus berkaitan

dengan tuntutan standar kompetensi, organisasi

pengalaman belajar, dan aktivitas untuk

mengembangkan dan menguasai kompetensi seefektif

mungkin. Proses pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi juga menggunakan asumsi bahwa siswa

yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan

keterampilan awal yang dibutuhkan untuk menguasai

kompetensi tertentu. Oleh karenanya pengembangan

Kurikulum 2004 perlu memperhatikan prinsip-prinsip

berikut:

1. Berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya

Page 42: Kurikulum Ku

(outcome oriented)

2. Berbasis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar

3. Bertolak dari Kompetensi Lulusan

4. Memperhatikan prinsip pengembangan kurikulum

yang berdifferensiasi

5. Mengembangkan aspek belajar secara utuh dan

menyeluruh (holistik), serta

6. Menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery

learning).

4. Komponen – Komponen Kurikulum Berbasis

Kompetensi

1) Kurikulum Hasil Belajar (KHB)

2) Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

3) Kegiatan Belajar Mengajar

4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah

 

5. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Berbasis

Kompetensi

     a. Kelebihan KBK

  1. Mengembangkan kompetensi siswa pada setiap

aspek mata pelajaran

  2. Mengembangakan pembelajaran berpusat pada

siswa (student oriented).

  3. Guru berwenang  menyusun silabus yan sesuai

dengan kondisi sekolah

  4. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan

Page 43: Kurikulum Ku

setiap aspek 

  5. Penilaian yang menekankan pada proses

 

b. Kelemahan KBK

1. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih

teacher oriented.

2. Kualitas SDM urutan 109 dari 179 negara Human

Development Index.

3.Tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif

karena kurang sarana 

4. Tidak ada payung hukum tentang pelaksanaan KBK

5. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah

disusun.

6. Urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar

berubah-ubah.

           

 

1. C.    KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

(KTSP 2006)

 

1. 1.      Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh

dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat

satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Page 44: Kurikulum Ku

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional

pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan

pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri

atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari

kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu

Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional

dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional

Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP

jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh

satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL

serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari

itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan

lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan

PP 19/2005.

Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyusun

Panduan Penyusunan KTSP yang terdiri dari dua

bagianpertama, Panduan Umum yang memuat

ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat

Page 45: Kurikulum Ku

diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu

pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang

terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan

umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003

dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah

yang harus diacu dalam pengembangan KTSP, kedua,

model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir

pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL

dengan berpedoman pada Panduan Umum yang

dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak

dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan

hendaknya digunakan sebagai referensi.

Panduan pengembangan kurikulum tersebut disusun

antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta

didik untuk :

1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa,

2. belajar untuk memahami dan menghayati,

3. belajar untuk mampu melaksanakan dan

berbuat secara efektif,

4. belajar untuk hidup bersama dan berguna

untuk orang lain, dan

5. belajar untuk membangun dan menemukan jati

diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif

dan menyenangkan.

 

1. 2.      LANDASAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN

Page 46: Kurikulum Ku

PENDIDIKAN

Landasan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) adalah :

1)     Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP,

adalah  Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4);

Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2);  Pasal 36

ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38

ayat (1), (2).

2)     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP,

adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1),

(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat  (1), (2), (3), (4), (5),

(6), (7), (8);  Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1),

(2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1),

(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),

(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1),

(2), (3); Pasal 20.

3)   Standar Isi

      SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi

untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah :

kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap

mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis

dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI

Page 47: Kurikulum Ku

ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.

4)   Standar Kompetensi Lulusan

SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan

sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas

No. 23 Tahun 2006.

 

1. 3.                  Prinsip-Prinsip Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh

setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah

koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan

dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan

berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum

yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan

pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan

KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan

disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan

berpedoman pada SI dan SKL serta panduan

penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,

dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

Page 48: Kurikulum Ku

peserta didik memiliki posisi sentral untuk

mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. Untuk mendukung

pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi

peserta didik disesuaikan dengan potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral

berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta

didik.

2)      Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,

jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan

tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,

budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib

kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri

secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan

kesinambungan yang bermakna dan tepat

antarsubstansi.

3)      Tanggap terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang

berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat

Page 49: Kurikulum Ku

dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar

peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4)      Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan

pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin

relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,

termasuk di dalamnya kehidupan  kemasyarakatan,

dunia usaha dan  dunia kerja. Oleh karena itu,

pengembangan keterampilan pribadi,  keterampilan 

berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,

dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5)      Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi

kompetensi,   bidang kajian keilmuan dan mata

pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6)        Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,

pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan

keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,

nonformal, dan informal  dengan memperhatikan

kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia

seutuhnya.

7)      Seimbang antara kepentingan nasional dan

kepentingan daerah.

Page 50: Kurikulum Ku

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk

membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan

daerah harus saling mengisi dan memberdayakan

sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

1. 4.      Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut.

1)        Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi

dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara

utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua

mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman

dan takwa serta akhlak mulia.

2)        Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat

sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan

peserta didik

Pendidikan merupakan proses sistematik untuk

meningkatkan martabat manusia secara holistik yang

memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,

psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan

dengan itu,  kurikulum disusun dengan memperhatikan

potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan

intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan

Page 51: Kurikulum Ku

kinestetik peserta didik.

3)        Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan

lingkungan

Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan

keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing

daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan

karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.

Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman

tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan

dengan kebutuhan pengembangan daerah. 

4)        Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk

mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis

perlu memperhatikan keragaman dan mendorong

partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan

wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus

ditampung secara berimbang dan saling mengisi.

5)        Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung

tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa

kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh

sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup

untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.

Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan

kejuruan  dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi.

6)        Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni

Page 52: Kurikulum Ku

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang

membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana

IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama

perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan

adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS

sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan

perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus

dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan

sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni. 

7)        Agama

Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung

peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan

tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat

beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua

mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan

iman, taqwa dan akhlak mulia.

8)        Dinamika perkembangan global

Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada

individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika

dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan

antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu

yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai

kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku

dan bangsa lain.

9)        Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan

wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi

Page 53: Kurikulum Ku

landasan penting bagi upaya memelihara persatuan

dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh

karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya

wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan

nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam 

wilayah NKRI.

10)     Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan

menunjang kelestarian keragaman budaya.

Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat

harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum

mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

11)   Kesetaraan Jender

Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya

pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan

kesetaraan jender.

1. 12.   Karakteristik satuan pendidikan

Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi,

misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.

 

1. 5.      Komponen Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

1)        Tujuan Pendikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan

menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum

pendidikan berikut.

Page 54: Kurikulum Ku

1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan

dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2. Tujuan pendidikan menengah adalah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

sesuai dengan kejuruannya.

 

 

 

2)      Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi

lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan

dan kepribadian

3. Kelompok mata pelajaran  ilmu pengetahuan

dan teknologi

4. Kelompok mata pelajaran estetika

Page 55: Kurikulum Ku

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga

dan kesehatan

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui

muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana

diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.

Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang

keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar

bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping

itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan

diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

1. a.      Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu masing-masing

tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur

kurikulum yang tercantum dalam SI

1. b.      Muatan lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan

ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan

daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian

dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak

sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.

Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan

pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran

keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran,

sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap

jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan

pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata

Page 56: Kurikulum Ku

pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti

bahwa dalam satua tahun satuan pendidikan dapat

menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.

1. c.         Kegiatan pengembangan diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik

sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh

konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat

dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara

lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang

berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan

sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik

serta kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan

kelompok ilmiah remaja.

Khusus untuk sekolah menengah kejuruan

pengembangan diri terutama ditujukan untuk

pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.

Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus

menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan

kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta

didik.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.

Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara

kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.

Page 57: Kurikulum Ku

1. d.        Pengaturan beban belajar

1)    Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh

tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,

baik katagori standar maupun mandiri.

2)  Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada

sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam

struktur kurikulum. Pengaturan  alokasi waktu untuk

setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester

ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat

dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar

yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan

menambah maksimum empat jam pembelajaran per

minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam

pembelajaran tambahan mempertimbangkan

kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi,

di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain

yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam

struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.

3)  Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket

untuk SD/MI/SDLB 0% – 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% – 50%

dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% –  60% dari waktu

kegiatan tatap muka mata pelajaran yang

bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut

mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta

didik dalam mencapai kompetensi.

4)  Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan

praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

Page 58: Kurikulum Ku

Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu

jam tatap muka.

1. e.         Ketuntasan belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah

ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar

antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-

masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus

menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan

mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata

peserta didik serta kemampuan sumber daya

pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria

ketuntasan belajar secara terus menerus untuk

mencapai kriteria ketuntasan ideal.

1. f.         Kenaikan kelas dan kelulusan

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun

ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-

masing direktorat teknis terkait.

Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1),

peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan

pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

1)    menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

2)    memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir

untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan

dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan

kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan

kesehatan;

Page 59: Kurikulum Ku

3)    lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

4)    lulus Ujian Nasional.

1. g.        Penjurusan

Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII SMA/MA

dengan kriteria tertentu, sedangkan di sekolah dasar

tidak ada penjurusan

1. h.        Pendidikan kecakapan hidup

                                    1)    Kurikulum untuk

SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,

SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan

hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan

sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan

vokasional.

                                    2)    Pendidikan kecakapan hidup

dapat merupakan bagian integral dari pendidikan

semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul

yang direncanakan secara khusus.

                                    3)    Pendidikan kecakapan hidup

dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan

yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan

formal lain dan/atau nonformal.

1. i.          Pendidikan berbasis keunggulan lokal

dan global

1)     Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan

lokal dan kebutuhan daya saing global dalam  aspek

ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan

Page 60: Kurikulum Ku

komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya

bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta

didik.

2)     Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan

dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan

lokal dan global.

3)     Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran

dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.

4)     Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat

diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal

lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh

akreditasi.

 

1. 6.      Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan

1)   Analisis Konteks

1. Mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan

dalam penyusunan KTSP.

2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan

pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan

tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan

program-program.

3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada

di masyarakat dan lingkungan sekitar:  komite

sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan,

asosiasi  profesi, dunia industri dan dunia kerja,

sumber daya alam dan sosial budaya.

Page 61: Kurikulum Ku

 

2)   Mekanisme Penyusunan

1. a.      Tim Penyusun

Tim penyusun KTSP pada  SD, SMP, SMA dan SMK terdiri

atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua

merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun

melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta

pihak lain yang terkait.  di Supervisi dilakukan oleh

dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan

tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat

provinsi untuk SMA dan SMK.

Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI,

MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala

madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam

kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan

nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi

dilakukan oleh departemen yang menangani urusan

pemerintahan di bidang agama. 

Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan

khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB)  terdiri atas guru,

konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap

anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan

komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang

terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang

bertanggung jawab di bidang pendidikan.

1. b.      Kegiatan

Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan

perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat

Page 62: Kurikulum Ku

berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya

sekolah/madrasah dan/atau kelompok

sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka

waktu sebelum tahun pelajaran baru. 

Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar

meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan

revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian.

Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan

diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.  

1. c.       Pemberlakuan

Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK

dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah

mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan

diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang

bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan

SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK.

Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan

berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat

pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh

departemen yang menangani urusan pemerintahan di

bidang agama.

Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB,

SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala

sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite

sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung

jawab di bidang pendidikan.

 

 

Page 63: Kurikulum Ku

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

1. A.    KESIMPULAN

a. 1.  Kurikulum terpadu merupakan bentuk

kurikulum yang meniadakan batas-batas antara

berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan

pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.

2. Ada tiga macam komponen dalam kurikulum terpadu

yaitu, komponen masukan, proses dan produk yang

dilaksanakan secara seimbang dan setaraf

3. Ciri-ciri kurikulum terpadu yaitu, berdasarkan (a)

berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi Pancasila,

(b) psikologi belajar Gestalt dan field theory (c)

landasan sosiologis dan sosiokultural, (d) kebutuhan,

minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta

didik, (e) ditunjang oleh semua mata pelajaran, (f)

menggunakan sistem pengajaran, (g) peran guru sama

aktifnya dengan peran peserta didik.

4. Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK)

mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 

1) Pemberdayaan sekolah dan daerah

2) Memuat Standar Kompetensi

3) Kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan

Page 64: Kurikulum Ku

terprogram

4) Pengenalan mata pelajaran TIK

5) Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

6) Pendekatan tematik di kelas I dan II SD/MI untuk

memperhatikan     

          kelompok usia

7) Kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan

kajian dari kelas I

          sampai kelas XI.

8) Pendidikan dasar 9 tahun

9) Penekanan pada kemampuan Membaca, Menulis,

dan Berhitung

10) Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada

setiap mata

       pelajaran untuk mencapai kompetensi

11) Adanya muatan lokal

12) Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 35 menit

untuk SD

1. KTSP adalah kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kalender pendidikan, dan silabus.

2. Landasan KTSP adalah UU nomor 20 tahun

2003 tentang SPN, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, Standar Isi dan Standar

Page 65: Kurikulum Ku

Kompetensi Lulusan (SKL).

3. Pengembangan KTSP harus mengikuti 7 prinsip

pengembangan KTSP.

4. KTSP mengacu pada Acuan opersional yang

terdiri dari 12 butir acuan operasional.

5. Komponen KTSP terdiri dari Tujuan Pendidikan

Tingkat Satuan Pendidikan serta Stuktur dan Muatan

Kurikulum.

6. Silabus sebagai bagian dari KTSP harus

dikembangkan berdasarkan prinsip dan langkah-

langkah pengembangan silabus.

7. Pelaksanaan KTSP melalui prosedur analisis

konteks dan mekanisme penyusunan yang terdiri

dari pembentukan tim penyusun, kegiatan

penyusunan dan pemberlakuan KTSP.

 

1. B.     SARAN

 

Mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Dasar PPS

yang berkecimpung langsung di dunia pendidikan,

harus memahami, mampu menyusun dan

melaksanakan Kurikulum yang telah diberlakukan

secara baik dan benar.

 

 

 

 

 

Page 66: Kurikulum Ku

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

BSNP. 2007. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Jakarta:BSNP

 

Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran:

Penantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, dan SBI.

Malang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Malang.

 

http://file.upi.edu/direktori/ DUAL-MODES/ INOVASI

PENDIDIKAN/ Modul 4 inovasi kurikulum. Diakses 11 Juli

2012

 

Puskur. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

 

______________. Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Sinar Grafika

 

_____________. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.