kurikulum 1999

36
Pendidikan Fisika Senin, 06 Mei 2013 Telaah Kurikulum Sekolah PENGERTIAN KURIKULUM, MANFAAT KURIKULUM DAN PERANAN KURIKULUM A.Pengertian Kurikulum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Menurut Beberapa Para Ahli : 1. Robert S. Flaming, Kurikulum pada sekolah modern dapat didefinisikan sebagai seluruh pengalaman belajar anak yang menjadi tanggung jawab sekolah. 2. Hilda Taba, mengartikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak 3. J. Galen Saylor dan William M. Alexander, menjelaskan The curriculum is the sumtotal of schools effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak itu belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolah atau di luar sekolah. 4. Harold B. Alberty cs. Memandang kurikulum sebagai all of the activities that the provided for the students by the school. Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar dan tidak diadakan

Transcript of kurikulum 1999

Pendidikan Fisika

Senin, 06 Mei 2013

Telaah Kurikulum Sekolah

PENGERTIAN KURIKULUM,MANFAAT KURIKULUM DAN PERANAN KURIKULUM

A.Pengertian Kurikulum.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.Menurut Beberapa Para Ahli :1. Robert S. Flaming, Kurikulum pada sekolah modern dapat didefinisikan sebagai seluruh pengalaman belajar anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.

2. Hilda Taba, mengartikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak

3. J. Galen Saylor dan William M. Alexander, menjelaskan The curriculum is the sumtotal of schools effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak itu belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolah atau di luar sekolah.

4. Harold B. Alberty cs. Memandang kurikulum sebagai all of the activities that the provided for the students by the school. Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar dan tidak diadakan pembatasan antara kegiatan di dalam dan di luar kelas.

5. B. Othanel Smith cs. Mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya.6. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller, kurikulum lebih luas dari pada hanya bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan mata pelajaran.7. Alice Miel, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.8. Depdikbud, kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dari definisi ini mencerminkan adanya : 1. Pendidikan itu adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan; 2. Di dalam kegiatan pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun/ diatur; 3. Rencana tersebut dilaksanakan di sekolah melalui cara yang telah ditetapkan.

9. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. ( UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ).10. William B. Ragam, Kurikulum adalah semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.

11. David Praff, Kurikulum adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan.

12. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

13. Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan.

14. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

15. Nengly and Evaras (1976)Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.

16. Inlow (1966)Kurikulum adalah susunan rangkaian dari hasil belajar yang disengaja. Kurikulum menggambarkan (atau paling tidak mengantisipasi) dari hasil pengajaran.

17. Saylor (1958)Kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi proses belajar mengajar baik langsung di kelas tempat bermain, atau di luar sekolah.

18. Dalam kamus Webster tahun 1955Kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus di tempatkan untuk mencapai suatu ijasah.

19. (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa)Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

20. Menurut (Al-Syaibany, 1997: 478)Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya.Apabila pengertian manhaj atau kurikulum dikaitkan dengan pendidikan, maka berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka

A. MANFAAT KURIKULUM1. Menghasilkan pembinaan/pelayanan yang berkualitas : Persiapan materi dan metode bisa lebih baik (waktu lebih banyak) Materi dan metode penyampaian lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Hasil lebih nyata karena adanya arah dan sasaran2. Pembinaan/pelayanan lebih efektif dan efisien: Dengan program yang jelas dan metode yang lebih tepat, sasaran bisa dicapai sesuai dengan yang diharapkan.3. Pelaksanaan dan hasil pelayanan/pembinaan bisa dievaluasi, sehingga bisa diperbaiki secara konkrit atau ditingkatkan mutunya. Dan bisa terus diperbaharui/disesuaikan.

1.Manfaat kurikulum bagi gurua. Kurikulum sebagai pedoman bagi guru dalam merancang, malaksanakan, dan menilai kegiatan pembelajaran.b. Membantu guru untuk memperbaiki situasi belajar.c. Membantu guru menunjang situasi belajar ke arah yang lebih baik.d. Membantu guru dalam mengadakan evaluasi kemajuan kegiatan belajar mengajar.e. Memberikan pengertian dan pemahaman yang baik bagi guru untuk menjalankan tugas sebagai pengajar yang baik di kelas.f. Mendorong guru untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program pendidikan.

2. Manfaat kurikulum bagi sekolaha. Kurikulum dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuanpendidikan, baik itu dalam tujuan nasional, institusional, kurikuler, maupun dalam tujuan instruksional. Dengan adanya suatu kurikulum maka tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu dapat tercapai.b. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan (KTSP).c. Memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan (KTSP).

3. Manfaat kurikulum bagi masyarakata. Sebagai acuan untuk berpartisipasi dalam membimbing putra/putrinya di sekolah (dalam hal ini orang tua sebagai bagian dari masyarakat).b. Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka memperlancar program pendidikan, serta dapat memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah.

PERANAN KURIKULUM

Peranan Kurikulum bagi Guru / PendidikGuru merupakan pendidik profesional, yang mana secara implisit ia telah merelakan dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang juga dimiliki oleh setiap orang tua. Para orangtua tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru, tentunya orang tua mengharapkan agar anaknya akan menemukan guru yang baik, berkompetensi dan berkualitas.

Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:

Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para anak didik.Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancarkan pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua dan masyarakat.Ikut memberikan kritik dan saran yang konstruktis demi penyempurnaan program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.

Atau dapat pula dikatakan bahwa guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku tetapi juga sebagai pengembang kurikulum dalam rangka pelaksanaan kurikulum tersebut.

Peranan Kurikulum bagi SekolahKurikulum bagi sekolah yang bersangkutan mempunyai peranan sebagai berikut :a. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.b. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari hari di sekolah tersebut, peranan ini meliputi : Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan Orang yang bertanggungjawab dan melaksanakan program pendidikan

Peranan Kurikulum bagi Masyarakat

1. Peran kurikulum bagi masyarakata.Kurikulum turut membantu mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses social.b.Kurikulum turut membantu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks.c.Kurikulum turut aktif berpartisipasidalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis.d.Pengrtian Kurikulum.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif,dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masasekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat.

Dengan mengetahui kurikulum pada suatu sekolah, masyarakat, sebagai pemakai lulusan dapat melaksanakan sekurangkurangnya dua macam;Selain kedua hal di atas, melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat juga bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah.

Manfaat Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki manfaat masing masing tergantung pada situasi dan kondisi saat dimana kurikulum tersebut diberlakukan. Beberapa manfaat yang terdapat dalam KTSP, antara lain :

A. Manfaat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bagi Sekolah.

1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat.Pada pelaksanaan kurikulum dimasa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat pada situasi riil dilapangan dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal dan itu merupakan salahsatu bentuk penyebab kegagalan kurikulum yang ada di Indonesia.Penyeragaman kurikulum ini juga mengakibatkan pada beberapa kenyataan bahwa sekolah di daerah pertanian sama saja dengan sekolah di daerah pesisir pantai, sekolah di daerah industri sama dengan sekolah di daerah pariwisata, sehingga tidak memberikan potensi yang cukup bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan keunggulan khas yang ada di daerahnya, maka dengan adanya KTSP peerta didik memiliki kemampuan beradaptasi dengan daerah setempat karena ketrampilan yang diajarkan berdasarkan pada lingkungan dan kemampuan peserta didik.Dalam KTSP kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta sistem evaluasinya didesentralisasikan ke sekolah dan satuan pendidikan, sehingga pengembangan kurikulum diharapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel.Dengan adanya otonomi daerah, maka sekolah beserta komite sekolah dapat secara bersama sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai satuan yang baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam menyusun KTSP, oleh karena itu jika diperlukan sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal maupun horisontal. Secara vertikal sekolah dapat berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota, Dinas Pendidikan Propinsi dan Departemen Pendidikan, edangkan secara horisontal sekolah dapat bermitra dengan dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelyan dan lain lain agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benr benar mampu menjawab kebutuhan di daerah dimana sekolah tersebut berada.

2. KTSP memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.Pola kurikulum baru pada KTSP adalah memberi kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, KTSP ini memberi peluang pada sekolah-sekolah plus untuk lebih mengambangkan variasi kurikulum yang ditetapkan pemerintah.Dengan adanya KTSP maka sekolah plus bisa lebih bebas untuk menentukan kurikulumnya yang sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut.B. Manfaat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bagi Bagi Civitas Akademika1. Mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.

Dengan berpijak pada panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan menengah yang dibuat oleh BSNP sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengambangkan dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sehingga baik guru maupun kepala sekolah dituntut untuk lebih kreatif dalam pelaksanaan pembelajaran, agar kualitas pendidikan bisa lebih baik. Karena guru dan kepala sekolah serta manajeman sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam proes belajar mengajar, dan mereka adalah orang yang diberi tanggung jawab dalam mengembangkan dan melaksanakan kurikulum untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut. 2. Guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan.Pada kurikulum kurikulum sebelumnya peran guru adalah sebagai instruktur atau selalu memberi intruksi kepada siswa dan dianggap sebagai orang yang serba tahu segalanya, namun setelah adanya KTSP peran tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena dalam KTSP siswwa diposisikan sebagai subyek didik, bukan sebagai obyek didik, diaman siswa lebih dominan dalam proses pembelajaran, hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berpikir mandiri, karena salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebuh bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator dan tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya, sedangkan peran peserta didik adalah aktif dalam belajar dan mencerna pelajaran. Dalam KTSP dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran peserta didik aktif dan kritis, peserta didik tidak kosong tetapi sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk berkembang, maka dalam pembelajaran ini modelnya adalah model dialogis. Yang dimaksud dengan model dialogis adalah model mencari bersama antara guru dan peserta didik. Dengan adanya model dialogis ini maka peserta didik dapat mengungkapkan gagasannya dan dapat mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang tepat.Oleh karena itu dalam KTSP guru tidak hanya menjadi dikatator yang hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar, akan tetapi disini guru berperan sebagai fasilitator dan membebaskan peserta didik untuk berpikir, berkreasi dana berkembang.3. Adanya perubahan paradigma mengajarKegiatan mengajar bukan hanya sekedar mengingat fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian, akan tetapi kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluass wawasan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan menumbuhkan sejumlah sikap positif melalui cara bertindak atau berprilaku sebagai dampak hasil belajarnya karena tujuan guru mengajar adalah supaya peserta didik memahami apa yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahaman dalam kehidupan sehari-hari.Dalam proses belajar, guru diharapkan menggunakan berbagai macam metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk melatih berfikir, mantradisikan aktifitas kreatif, mengambangkan kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmtan bekerja sama, karena itu guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pemahamannya, untuk itu strategi belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesui untuk digunakan ketika akan menerapkan KTSP.C. Manfaat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bagi Siswa.1. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitik beratkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptable ( dapat diterima) bagi kebutuhan siswa. Dengan adanya otonomi maka tiap-tiap sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri, dan KTSP ini memungkinkan sekolah menitik beratkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswa, sebagai contoh sekolah yang berada di kawasan pariwisata dapat lebih memfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran dibidang kepariwisataan lainya, disini guru harus melibatkan peserta didik untuk mengenal, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar. Dalam bukunya E. Mulyasa menyatakan bahwa tujuan identifikasi kebutuhan adalah untuk melibatkan dan memotivikasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan oleh merek ebagai bagian dari kehidupannya dan mereka merasa memilikinya. Sehingga apabila murid sudah mengetahui kebutuhan belajarnya, maka suasana belajarnya akan lebih aktif serta mereka akan merasa lebih nyaman. KTSP ini membuat siswa lebih mudah karena diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi sisa dengan kultur daerahnya. 2. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 %.Dengan diberlakukannya KTSP maka beban belajar siswa pada kegiatan tatap muka sekitar 20% yaitu yang pada awalnya untuk tingkat SD, SMP, SMA masing-masing tiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit, sehingga pada KTSP ini jam pelajarannya dikurangi dengan rincian untuk tingkat SD menjadi 35 menit, tingkat SMP menjadi 40 menit sedangkan tingkat SMA 45 menit.Disamping jam pelajaran, bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa juga akan dikurangi, meskipun ada pengurangan jam pelajaran dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa.Alasan pengurangan jam belajar siswa tersebut karena selama ini jam pelajaran disekolah terlalu banyak, apalagi kegiatan belajar masih banyak yang terpaku pad kegiatan tatap muka di kelas, sehingga suasana yang tercipta menjadi terkesan sangat formal. Suasana formal yang diciptakan sekolahdan standar jam pelajaran yang relatif lama tentu akan memberikan dampak tersendiri pada psikologis anak, sehingga anak marasa jenuh dan kurang aktif dalam belajar, inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa jam pelajaran siswa perlu dikurangi dengan memotong sedikit pelajaran.

Apa Itu Kurikulum 1999

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.Kurikulum 1994 lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya yaitu mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 yang berorientasi tujuan dan pendekatan proses yang dimiliki Kurikulum 1984. Beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum sehingga Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada merevisi dan pengurangan beban sejumlah materi.

Kurikulum 1999 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

Kurikulum 1999 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.

Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

Kurikulum Tahun 1994 Pembahasan mengenai kurikulum dapat ditelaah dari tiga sudut pandang.Pandangan pertama berhubungan dengan aspek teori dan telukis dalam kurikulumberdasarkan apa yang tercantum dlam olumen tertulis. Kurikulum sekolah dalamdokumen tertulis dikenal dengan istilah intended curriculum memuat tiga hal,yaitu (1) dokumen yang memuat garis-garis besar pokok bahasan, (2) dokumenyang memuat panduan pelaksanaan pembelajaran, dan (3) dokumen baku yangmemuat panduan penilaian hasil belajar siswa. Kurikulum dalam pandangan kedua tercemin dalam proses pembelajaranyang dilaksanakan oleh guru di kelas atau dikenal dengan istilah implementedcurriculum. Kurikulum dalam pandangan kedua ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar termasuk pelaksanaan penilaian hasilbelajar siswa oleh guru. Sedangkan pandangan ketiga yang dikenal attained curriculum adalah kurikulum yang tercermin dalam belajar yang dicapai siswa baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor pada akhir satuan waktupembelajaran, mulai dari satuan terkecil yaitu program satuan pelajaran (dalam kurikulum 2006 disebut RPP) sampai dengan satuan terbesar yaitu satu jenjang pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan preseorangan atau kelompok, danbentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan danlandasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terusmemperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikannasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulumdituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuhkesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunyadilihat dari hal tersebut. Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkalimenimbulkan persoalan baru, sehingga pada tahap awal implementasinyamemiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai penyelenggara prosespendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini membutuhkan energiyang besar hanya untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan kurikulumbaru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perluadaptasi terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu yang sudah biasaditerapkannya. Kurikulum setelah diimplementasikan di lapangan, maka akan dilakukanevaluasi oleh para pakar untuk mengetahui apakah kurikulum yang sudah disusuntersebut mempunyai kelemahan-kelemahan dan masih sesuai dengan kebutuhanpada jamannya. Sejak Kurikulum 1964 sampai dengan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) 2006, bahkan sebelum Kurikulum 1964 perubahan kurikulumselalu dilakukan, sehingga begitu banyak hasil telaah kurikulum. Berdasarkanuraian di atas, maka pada makalah ini yang akan dibahas dikhususkan menelaahKurikulum 1994 pada mata pelajaran Matematika beserta dengan permasalahannya.

Persamaan dan Perbedaan Kurikulum 1999 dengan KBK, dan KTSPTahun pelajaran baru segera dimulai, semua civitas akademik sekolah juga sudah mulai bersiap-siap untuk mempersipakan segala sesuatu untuk menyambut tahun pelajaran baru. Mulai dari kepala sekolah, guru, dan staf sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Termasuk yang tidak kalah pentingnya adalah menyusun kurikulum. Sambil mempersiapkan menyusun kurikulum KTSP yang baru, alangkah baiknya kita review kembali kurikulum yang sudah pernah kita terapkan, Menurut sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia kita sudah beberapa kali menerapkan, merubah, mengganti kurikulum hingga akhirnya yang terakhir sekarang ini yaitu KTSP. Nah..yang akan saya bahas untuk bahan perbandingan yaitu kurikulum 1999, Kurikulum KBK 2004, dan yang sekarang Kurikulum KTSP 2006.

Persamaan KBK dan KTSP:

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memilki tujuan yang sama terhadap kemajuan dunia pendidikan di indonesia yaitu sama-sama bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia indonesia yang berkompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsa, berbudi pekerti yang luhur, serta bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945.Perbedaan KBK dengan KTSP:Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas 2002) memiliki karakteristik sebagai berikut:Pencapaian kompetensi siswa (individual/klasikal)Berorientasi pada hasil belajar dan keberagamanPenyampaian pembelajaran dengan pendekatan dan metode bervariasiSumber belajar guru dan sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatifPenilaian menekankan pada proses dan hasil belajar (penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi)Menggunakan sistem sentralisasil penuh dari pusatKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut :Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikanMendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20%.KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006

No Aspek Kurikulum 1999 Kurikulum 2004/KBK Kurikulum KTSP 1. Filosofis Struktur keilmuan yang menghasilkan isi mata pelajaran.daya serap kurikulum Struktur keilmuan dan perkembangan psikologis siswa. Sehingga berdasar pada kompetensi lulusannya Struktur keilmuan dan perkembangan psikologis siswa dan Standar Kompetensi Lulusan 2. Tujuan Agar siswa menguasai materi yang tercantum dalam GBPP Semua siswa memiliki kompetensi yang ditetapkan Semua siswa berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya berdasarkan kompetensi yang ditetapkan. 3 Sifat Bersifat populis, yaitu yang memberlakukan sistem kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesia. Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut. 4 Subtansi materi Semua materi ditentukan oleh pemerintah Pemerintan menetapkan kompetensi yang berlaku secara nasional dan daerah/sekolah berhak menetapkan standar yang lebih tinggi sesuai kemampuan daerah/sekolah Pemerintah menetapkan kompetensi yang berlaku secara nasional dan semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP. Dimana silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP dan guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 5 Cara Pembelajaran Ceramah Guru dipandang sebagai sumber belajar Siswa aktif Mengembangkan berbagai metode pembelajaran Guru sebagai fasilitator Siswa aktif Mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006

1. Landasan Hukum Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004UU No. 20/1999 Pemerintah-an DaerahUU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenanganUU No. 20/2003 SisdiknasPP No. 19/2005 SPNPermendiknas No. 22/2006 Standar IsiPermendiknas No. 23/2006 Standar Kompetensi Lulusan2. Implementasi /PelaksanaanKurikulumBukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RIKeputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL3. Ideologi Pendidik-an yang Dianut Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitifLiberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif4. Sifat (1) Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakanCenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.5. Sifat (2) Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP6. Pendekatan Berbasis KompetensiTerdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator PencapaianBerbasis KompetensiHanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru7. Struktur Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)Ada perubahan nama mata pelajaranAda penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolahAda pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)Ada perubahan nama mata pelajaranKN dan IPS di SD dipisah lagiAda perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran8. Beban Belajar Jumlah Jam/minggu :SD/MI = 26-32/mingguSMP/MTs = 32/mingguSMA/SMK = 38-39/mingguLama belajar per 1 JP:SD = 35 menitSMP = 40 menitSMA/MA = 45 menitJumlah Jam/minggu :SD/MI 1-3 = 27/mingguSD/MI 4-6 = 32/mingguSMP/MTs = 32/mingguSMA/MA= 38-39/mingguLama belajar per 1 JP:SD/MI = 35 menitSMP/MTs = 40 menitSMA/MA = 45 menit9. PengembanganKurikulum lebihlanjutHanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario PembelajaranSemua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSPGuru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)10. PrinsipPengembanganKurikulumKeimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai BudayaPenguatan Integritas NasionalKeseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan KinestetikaKesamaan Memperoleh KesempatanPerkembangan Pengetahuan dan Teknologi InformasiPengembangan Kecakapan HidupBelajar Sepanjang Hayat Berpusat pada AnakPendekatan Menyeluruh dan KemitraanBerpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannyaBeragam dan terpaduTanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Relevan dengan kebutuhan kehidupanMenyeluruh dan berkesinam-bunganBelajar sepanjang hayatSeimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah11. PrinsipPelaksanaanKurikulumTidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.Menegakkan lima pilar belajar:belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,belajar untuk memahami dan menghayati,belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.12. PedomanPelaksanaanKurikulumBahasa PengantarIntrakurikulerEkstrakurikulerRemedial, pengayaan, akselerasiBimbingan & KonselingNilai-nilai PancasilaBudi PekertiTenaga KependidikanSumber dan Sarana BelajarTahap PelaksanaanPengembangan SilabusPengelolaan Kurikulumlainnya dari Kurikulum Beberapa Fakta yang Membuat Kita Bangga dengan Bahasa IndonesiaKompetensi Dasar dan Isi Buku pada KTSP Dianggap Terlalu Sulit untuk Siswa SDPerbandingan Struktur Kurikulum 2013 dan KTSPBaca Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 DisiniUji Publik Kurikulum 2013Pramuka Akan Menjadi Mata Pelajaran Wajib di Kurikulum 2013Pada Kurikulum 2013, Mata Pelajaran Dikembangkan Berdasarkan Kompetens2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1999Kurikulum Tahun 1999 pembahasan mengenai kurikulum dapat ditelaah dari tiga sudut pandang. Pandangan pertama berhubungan dengan aspek teori dn telukis dalam kurikulum berdasarkan apa yang tercantum dlam olumen tertulis. Kurikulum sekolah dalam dokumen tertulis dikenal dengan istilah intended curriculum memuat tiga hal, yaitu (1) dokumen yang memuat garis-garis besar pokok bahasan, (2) dokumen yang memuat panduan pelaksanaan pembelajaran, dan (3) dokumen baku yang memuat panduan penilaian hasil belajar siswa.Kurikulum dalam pandangan kedua tercemin dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas atau dikenal dengan istilah implemented curriculum. Kurikulum dalam pandangan kedua ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar termasuk pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa oleh guru. Sedangkan pandangan ketiga yang dikenal attained curriculum adalah kurikulum yang tercermin dalam belajar yang dicapai siswa baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor pada akhir satuan waktu pembelajaran, mulai dari satuan terkecil yaitu program satuan pelajaran (dalam kurikulum 2006 disebut RPP) sampai dengan satuan terbesar yaitu satu jenjang pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan preseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Sejalan dengan ketiga pandangan tersebut maka kualitas pendidikan matematika pada tiap jenjang pendidikan dapat ditinjau dari kualitas kurikulum tertulis dan relevansinya dengan pelaksanaan kurikulum oleh guru, dan hasil belajar yang dicapai siswa.Kurikulum dalam dokumen tertulis pada umunya disusun oleh para pakar bidang studi, guru bidang studi yang sejenis yang telah berpengalaman serta pihak lain yang berwenang. Betapapun tingginya kualitas kurikulum dalam dokumen tertulis tanpa implementasi kurikulum yang ditampilkan oleh guru dengan baik, maka kualitas pendidikan yang tinggi sulit terwujud. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan memerlukan pembahasan yang saling terkait mengenai ketiga pandangan kurikulum di atas.Karakteristik Kurikulum 1999Kurikulum 1999 pada dasarnya dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tigatahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.Dalam kurikulum tahun 1999, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari (http://syarifulfahmi.blogspot.com/2009/10). Salah satu tujuan umum yang ada pada kurikulum matematikatahun 1994 adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahankeadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihanbertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif,dan efisien. Salah satu kegiatan yang memungkinkan agar tujuan tersebut bisatercapai adalah siswa diharapkan mau mengikuti anjang kompetensi dalam bidangmatematika, baik di dalam kota maupun di luar kota, bahkan kalalumemungkinkan siswa diikutsertakan dalam anjang kompetensi di luar negeri.Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut :1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.2. Pembelajaran di sekolah lebih berorientasi kepada materi pelajaran/isi, sehingga materi pelajaran cukup padat.3. Memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.Dalam pelaksanaan kegiatan, guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.2.2. Seputar Permasalahan Kurikulum 1999Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut :1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.3. Proses pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran. Target pembelajaran pada penyampaian materi.4. Evaluasi atau sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif. Keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan atas dasar perolehan nilai yang dapat diperbandingkan dengan nilai siswa lain. Ujian hanya menggunakan teknik paper and pencil test.Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.3. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.4. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.5. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah . Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang. Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh praktisi pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran matematika mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan murid serta tuntutan lingkungan.Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna

meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Kesimpulan

Setelah sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumahhanya kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian. Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soalseolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-olah hanya otoritas dari seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan sehari-hari. Bahkan pembelajaran model diatas semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulitdan tidak menarik. Dengan fakta-fakta tersebut dan dengan semangat UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah maka pada tahun 2004 pemerintahmelaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi.

Kecakapan Hidup

Latar Belakang Kecakapan Hidup (Life Skill)

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Dalam setiap GBHN dan REPELITA selalu tercantum bahwa peningkatan mutu merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah diiaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku/bahan ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas lainnya. Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Dari dalam negeri diketahui bahwa NIM SD sampai Sekolah Menengah relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku keseharian siswa, juga banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Tawuran antar siswa kini sudah menjadi berita biasa. Jika dulu tawuran diikuti siswa-siswa SLTA di kota besar, kini sudah menjalar sampai ke SLTP di kota kabupaten. Dari dunia usaha juga muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, kalangan SLTP merasa bekal lulusan SD kurang baik untuk memasuki SLTP, kalangan SLTA merasa lulusan SLTP tidak siap mengikuti pembelajaran di Sekolah Menengah, dan kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan SLTA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Kini juga muncul gejala lulusan SLTP dan SLTA banyak yang menjadi pengangguran di pedesaan, karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan seakan mencabut peserta didik dari lingkungannya sehingga menjadi asing di masyarakatnya sendiri. Dari komparasi intemasional, mutu pendidikan di Indonesia juga kurang menggembirakan. Fakta itu menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan di Indonesia. Pada hal pendidikan yang bermutu merupakan syarat pokok untuk peningkatan mutu SDM dalam memasuki era kesejagatan. Sejarah menunjukkan negara yang memperhatikan mutu pendidikan ternyatamengalami perkembangan yang mengagumkan, seakan membuktikan bahwa hasil pendidikan berupa sumberdaya manusia yang bermutu, menjadi modal dasar yang sangat kokoh bagi perkembangan suatu negara. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah penyempurnaan yang mendasar, konsisten dan sistematik. Untuk maksud tersebut, pendidikan perlu dikembalikan kepada prinsip dasamya, yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia (humanisasi), Pendidikan juga harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri, sambil meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat dan lingkungannya. Di samping itu periu dikembangkan kesadaran bersama bahwa: (1) komitmen peningkatan mutu pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, baik sebagai pribadi-pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa, merupakan langkah strategis pembangunan nasional, sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan Undang-undang Dasar 1945, dan (2) pemerataan daya tampung pendidikan harus disertai pemerataan mutu pendidikan, sehingga mampu menjangkau seluruh masyarakat. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa sangat diperlukan pola pendidikan yang dengan sengaja dirancang untuk membekaii peserta didik dengan kecakapan hidup, yang secara integratif memadukan kecakapan generik dan spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan jelas manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan penumpukan pengetahuan yang tidak bermakna. Pendidikan harus diarahkan untuk kehidupan anak didik dan tidak berhenti pada penguasaan materi pelajaran. Pengalaman Hidup Mariiah kita ingat-ingat teman kita yang dianggap sukses menjalani kehidupan dan kemudian kita cermati kemampuan apa yang mereka miliki sehingga sukses, atau setidaknya dapat bertahan hidup dalam situasi yang serba berubah. Jika ditanyakan mengapa dia sukses, umumnya kita akan menyatakan, mereka sukses karena: jujur, disiplin, kerja keras, ulet, pandai bergaul dan bermasyarakat, pandai melihat peluang dan memanfaatkan secara cerdas, serta memiliki banyak kiat sehingga mampu mengatasi masaiah yang dihadapi secara kreatif. Mari kita simak bersama kisah sukses berikut ini. ada sekelompok anak muda yang mampu memanfaatkan sampah yang selalu menjadi masaiah di lingkungannya menjadi pupuk kompos dan bahan batako. Mereka mampu meyakinkan masyarakat untuk memisahkan sampah organik {sampah yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, ikan dan hewan) dan sampah anorganik {sampah yang berasal dari bahan tambang dan sintetis), sebelum dibuang ke tempat sampah. Di tempat penampungan, sampah organik diolah menjadi kompos sedangkan sampah anorganik sebagian dijual sebagai bahan daur ulang. -kisah dengan latar beiakang di atas menunjukkan bahwa sang tokoh mampu memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengatasi problema yang dihadapi, dengan memanfaatkan benda dan situasi yang ada di sekitarnya. Bukankah itu identik dengan teman yang kita anggap sebagai orang sukses tadi? Mereka sama-sama mampu memanfaatkan pengetahuan yang dimiiiki untuk menggunakan benda, peralatan dan situasi yang ada untuk memecahkan dan mengatasi problema yang dihadapi. Dengan merenungkan dan befajar dari pengalaman hidup masing-masing, kita akan menyadari bahwa dalam kehidupan setiap orang selalu menghadapi masaiah yang harus dipecahkan secara kreatifTantangan Masa Depan Sementara mutu pendidikan di Indonesia belum menggembirakan, tantangan di masa depan sangat berat. Didalam negeri krisis ekonomi menyebabkan angka pengangguran terns meningkat dan pada akhir tahun 2001 telah mencapai 40 juta. Mengingat krisis ekonomi tersebut tampaknya belum segera pulih, maka angka pengangguran juga belum segera dapat turun, sehingga pendidikan perlu berperan aktif membantu mengatasi pengangguran tersebut. Di bidang pendidikan sendiri, diketahui terdapat 88,4% lulusan SLTA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, dan 34,4% lulusan SLTP yang tidak melanjutkan ke SLTA). Mereka perlu mendapat perhatian agar tidak menambah jumlah angka pengangguran yang sudah sedemikian besar. Hal ini berarti bahwa perlu dipikirkan bagaimana pendidikan dapat berperan mengubah manusia-beban menjadi manusia-produktif, bekal apa yang perlu diberikan kepada peserta didik agar dapat segera memasuki dunia kerja, sehingga setidaknya mampu menghidupi dirinya, syukur jika dapat turut menghidupi keluarga. Di samping itu, tanpa harus mengganti kurikulum, perlu pula dipikirkan bagaimana proses pendidikan dapat lebih bermakna bagi peserta didik. Konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Jika tidak, maka tenaga kerja Indonesia akan tersisih oleh tenaga kerja asing dari negeri jiran Malaysia, Philipina, Bangladesh, India, dan sebagainya, sehingga menjadi penonton di negeri sendiri. Pada hal selama ini tenaga kerja Indonesia belum mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Sekali lagi bidang pendidikan perlu secara aktif berperan mempersiapkan calon tenaga kerja agar mampu bersaing dengan rekan mereka dari negara lain. Selain itu banyak ahli menyebutkan bahwa era informasi kini telah menggantikan era industri. Secara timbal balik dengan perkembangan ipteks, era informasi ternyata mampu mengubah poia kehidupan dan mempercepat pekerjaan. Orang kini harus siap menghadapi kenyataan bahwa pekerjaan yang ditekuni mengalami perubahan dan memerlukan peningkatan kecakapan untuk menanganinya. Bersamaan dengan itu, era kompetisi yang cenderung individualistik kini sudah bergeser ke era komunalitas, yang memeiiukan kesadaran untuk saiing mengerti dan saling membantu, Oleh karena itu, pendidikan kini juga harus memperhatikan perkembangan tersebut.

Konsep Dasar Kecakapan Hidup (Life Skill)

Kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya Pengertian kecakapan hidup, lebih luas dari keterampilan untuk bekerja atau tenaga kerja terampil. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pension, tetap memerlukan kecakapan hidup (life skill). Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh pendidikan kejuruan memerlukan kecakapan hidup dalam arti yang luas.Macam-macam Kecakapan Hidup ( Life Skill )

Kecakapan hidup dapat di bagi menjadi empat jenis, yaitua. Kecakapan Personal ( Personal Skill )Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skil);Kecakapan kesadaran diri pada dasarnya merupakan penghayatan sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup: (1) kecakapan menggali dan menemukan informasi, (2) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, serta (3) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.Kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skili/GLS), yang mencakup kecakapan personal (personal skill/PS) dan kecakapan sosial (social skitl/SS). Kecakapan personal mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill), sedangkan kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).

b.Kecakapan Sosial ( Social Skill)Kecakapan sosial atau kecakapan antarpersonal mencakaup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati, dan kecakapan bekerja sama. Dua kecakapan hidup yang di atas disebut sebagai kecakapan hidup (life skill) yang bersifat umum atau generic. Kecakapan hidup (life skill) tersebut diperlukan oleh siapapun, baik mereka yang bekerja, yang tidak bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan. Kecakapan hidup yang bersifat spesifik diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus tertentu. Untuk mengatasi problema mobil yang mogok diperlukan kecakapan khusus tentang mesin mobil. Untuk memecahkan masalah dagangan yang tidak laku, tentu diperlukan kecakapan pemasaran. Untuk mampu melakukan pengembangan biologi molekuler tentu diperlukan keahlian di bidang bio-teknologi.Kecakapan hidup (life skill) yang bersifat khusus biasanya disebut juga sebagai komptensi teknis yang terkait dengan materi pelajaran atau mata-diklat tertentu dan pendekatan pembelajarannya. Kecakapan hidup (life skill) khusus ini mencakup kecakapan pengembangan akademik dan kecakapan vokasional yang terkait dengan pekerjaan tertentu. Kecakapan bekerjasama sangat diperiukan karena sebagai makhfuk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerjasama dengan manusia lain. Kerjasama bukan sekedar kerja bersama tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai dan sating membantu. Studi mutakhir menunjukkan kemampuan kerjasama seperti itu sangat diperiukan untuk membangun semangat komunalitas yang harmonis. Kecakapan kerjasama tidak hanya antar teman kerja yang setingkaf tetapi juga dengan atasan dan bawahan. Dengan rekan kerja yang setingkat, kecakapan kerjasama akan menjadikan seseorang sebagai teman kerja yang terpercaya dan menyenangkan. Dengan atasan, kecakapan kerjasama akan menjadikan seseorang sebagai staf yang terpercaya, sedangkan dengan bawahan akan menjadikan seseorang sebagai pimpinan tim kerja yang berempati kepada bawahan. Seorang akan menjadi rekan kerja yang menyenangkan, jika mau mengambil tanggung jawab (take responsibility) dari tugasnya, menghargai pekerjaan orang lain dan ringan tangan membantu teman yang memerlukan. Seseorang akan menjadi staf yang terpercaya, jika mampu menunjukkan tanggung jawab, dedikasi, kemampuan, inisiatif dan kreativrtas kerja sesuai dengan tugas yang diberikan. Seseorang akan menjadi pimpinan tim kerja yang menyenangkan jika memiliki kecakapan membimbing bawahan dan memperhatikan kesulitan yang dialami dengan penuh empati, serta dapat menyelesaikan konflik secara bijak. Kecakapan kerjasama tidak hanya dapat dikembangkan lewat mata pelajaran Kewarganegaraan atau Agama, tetapi dapat melalui semua mata pelajaran. Melalui mata pelajaran Ekonomi, kerjasama dapat dikembangkan dalam mengerjakan tugas kelompok, karyawisata, maupun bentuk kegiatan lainnya

c. Kecakapan Akademik ( Academic Skill )Kecakapan akademik yang seringkali juga disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional pada kecakapan hidup (life skill) yang bersifat umum. Jika kecakapan berpikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/ keilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain: kecakapan melakukan identifikasi variable dan menjelaskan hubungannya apda suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan.Kecakap Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS), yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memeriukan pemikiran, sehingga mencakup kecakapan mengidentifikasi variabel dan hubungan antara satu dengan lainnya (identifying variables and describing relationship among them), kecakapan merumuskan hipotesis (constructing hypotheses), dan kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian (designing and implementing a research).

d.Kecakapan Vocasional ( Vocasional Skill )Kecakapan vokasional atau kecakapan kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.Perlu disadari, antara general life skill dan specific life skill yaitu antara kecakapan mengenal diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik serta kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah-pisah atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang terjadi adalah peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memeriukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional mencakup kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill)an vokasional (vocasional skill)

4.1 Pengintegrasian Life Skill dalam Silabus PENGINTEGRASIAN LIFE SKILL DALAM PENGALAMAN BELAJARPENGINTEGRASIAN KOMPONEN LIFE SKILL DALAM SILABUS :Standar Kompetensi Kompetensi dasar Materi Pokok Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber/Bahan/Alat

STRATEGI PEMBEKALAN LIFE SKILL DI SMA1. Melalui reorientasi pembelajaran :Tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru Tidak dikemas dalam bentuk materi tambahan yang disisipkan mata pelajaran lain Tidak memerlukan tambahan alokasi waktu Tidak memerlukan jenis buku baru Dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun. 2. Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatandan metoda yang variatif, sehingga :Siswa lebih aktif Iklim belajar menyenagkan Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang fasilitator Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan Siswa terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber Menggeser teaching menjadi learning 3. Melalui Pembekalan kecakapan vokasional (bagi siswa yangberpotensi tidak melanjutkan) :Tidak mengurangi jam belajar efektif yang ditetapkan dalam struktur kurikulum SMA Tidak menambah mata pelajaran dan fasilitas sekolah Mengacu pada jenis keahlian yang dibutuhkan pasar kerja sekitarnya Bekerjasama dengan penyelenggara diklat di sekitar sekolah a.l; SMK, SMU lainnya, lembaga diklat, lembaga kursus, politeknik, dll. Menawarkan paket keahlian kepada siswa dan orang tua 4. Contoh pengintegrasian life skill :

PENGALAMAN BELAJAR PEMBEKALAN LIFE SKILL 1. 1.wiwismum 4 macam surat perorangan Menggali informasi Sadar akan eksistensi diri Sadar akan potensi diri 2. Siswa menentukan karakteristik surat, melalui diskusi kelompok Mengolah informasi Bekerjasama Berkomunikasi lisan Berkomunikasi tertulis Mengambil keputusan 3. Siswa memaparkan hasil diskusi kelompok Komunikasi lisan Menghargai pendapat orang lain Mengambil keputusan Komunikasi tertulis Mampu memecahkan masalah IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN :

RANCANGAN SKENARIO PEMBELAJARANStrategi Pembelajaran :Aktifitas guru (interaktif) Aktifitas siswa (kegiatan mandiri/kelompok) Bahan Pembelajaran :LKS, Lembar Informasi: Modul/Bahan AjarAlat Pembelajaran :Alat praktek/peragaTempat Pembelajaran:Di luar/di dalam kelas/sekolahStrategi Penilaian :Harian, mingguan, bulanan, semesteran (blok)

Kesimpulan

Rumusan Masalah dan Pemecahannya Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia kini menghadapi masalah yang serius, dengan indikator: 1. cukup banyak lulusan SLTP dan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikan, yang jika tidak bekerja akan menambah jumlah pengangguran, 2. banyak lulusan SLTP dan SLTA yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang didapat dari sekolah kedalam kehidupan sehari-hari, sehingga seakan-akan mereka terasing di lingkungannya sendiri dan seringkali menjadi sumber keributan, dan 3. secara komparatif mutu pendidikan kita tergolong sangat rendah di unia, sementara itu dengan beriakunya AFTA sejak 1 Januari 2003, tenaga kerja asing akan segera masuk ke Indonesia, sehingga jika tidak siap kita akan menjadi pecundang di negara sendiri. Ketika indikator pendidikan tersebut di atas diajukan, beberapa orang menyatakan bahwa hal itu disebabkan oleh rendahnya mutu guru, kurangnya sarana dan kecilnya biaya operasional pendidikan. Tentu kita setuju dengan pendapat tersebut, namun tampaknya masih ada penyebab lain yang sangat mendasar, yaitu orientasi pendidikan. Seperti yang diuraikan terdahulu, pendidikan kita selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek pendidikan sehari-hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan pendidikan beryujuan untuk menguasai mata pelajaran Bagaimana keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi ersebut dapat digunakan untuk memecahkan probiema kehidupan, kurang mendapat perhatian. Pendidikan seakan teriepas dari kehidupan keseharian, seakan-akan pendidikan untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu siswa tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Jika ditanyakan kepada siswa, mengapa dia belajar Matematika, Biologi, dan sebagainya, mereka tidak tahu. Jika dipaksa untuk menjawab, jawaban yang sering muncul adalah karena itu merupakan mata pelajaran di sekolah. Oleh karena itu pendidikan menjadi tidak bermakna bagi siswa, karena siswa tidak mengetahui manfaat dari apa yang dipelajari dan tidak tahu bagaimana menggunakan materi ajar untuk memecahkan probiema sehari-hari. Akibatnya siswa tidak termotivasi, karena tidak mengetahui manfaat dari apa yang dipelajari, dan setelah lulus mereka juga tidak tahu bagaimana menerapkan apa yang dipelajari. Dengan demikian tidak mengherankan jika motivasi belajar siswa pada umumnya rendah dan setelah mereka lulus, juga tidak tahu apa yang harus dikerjakan, kecuaii untuk melanjutkan sekolah dan menggunakan ijasah untuk melamar pekerjaan. Bertolak dari masalah tersebut, kiranya periu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan dapat membekaii peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu kemampuan dan keberanian 1 menghadapi problema kehidupan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran/mata diklat/mata kuliah menjadi kecakapan hidup yang diperiukan seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya. Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaigus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Putra.www.google.co.idhttp://www.slideshare.net/AhmadWahyudinRocknRoll/kurikulum-1994-dan-suplemen-kurikulum-1999http://www.slideshare.net/AhmadWahyudinRocknRoll/kurikulum-tahun-1994-baruhttp://www.na.wordpress.com/2013/02/06/persamaan-dan-perbedaan-kurikulum-berbasis-kompetensi-kbk-dan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan-ktsp

Diposkan oleh ayu wandira di 00.34

Kirimkan Ini lewat Email

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6745999275713368291&postID=6082628228648465517&target=blog" \o "BlogThis!" \t "_blank" BlogThis!

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6745999275713368291&postID=6082628228648465517&target=twitter" \o "Berbagi ke Twitter" \t "_blank" Berbagi ke Twitter

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6745999275713368291&postID=6082628228648465517&target=facebook" \o "Berbagi ke Facebook" \t "_blank" Berbagi ke Facebook

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6745999275713368291&postID=6082628228648465517&target=pinterest" \o "Bagikan ke Pinterest" \t "_blank" Bagikan ke Pinterest