KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM -...

25
KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM STUDI KASUS TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MU’ALLAF Ririn Radiawati Kusuma Emi Zulaifah INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perpindahan agama dan faktor- faktor apakah yang mempengaruhi perpindahan agama. Agama adalah hal yang menyangkut perilaku, kepercayaan, dan pengalaman keberagamaan. Agama menyangkut semua aspek kehidupan. Disaat seseorang melakukan perpindahan agama, hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah. Membuat keputusan untuk berpindah agama tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena agama adalah meyangkut diri yang prinsipil. Lalu, bagimanakah proses seeorang untuk berpindah agama? Apakah faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berpindah agama? Dalam penelitian ini dikhususkan perpindahan agama dari non muslim menjadi muslim. Subjek penelitian ini adalah seseorang yang berpindah agama dari non muslim menjadi muslim (mu’allaf). Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah wawancara mendalam. Responden wawancara berjumlah empat orang. Dari wawancara tersebut didapatkan gambaran mengenai faktor yang menyebabkan seseorang berpindah agama dan bagaimana proses pengambilan keputusan berpindah agama. Faktor yang menyebabkan seseorang berpindah agama, spesifik dalam penelitian ini, adalah latar belakang agama responden dan ekspos nilai-nilai Islam dalam kehidupan responden. Proses pengambilan keputusan perpindahan agama dibagi menjadi dua proses, yaitu: (1) Proses perpindahan agama bertahap dan (2) Proses perpindahan agama spontan. Rincian mengenai hasil penelitian dideskripsikan dalam laporan penelitian ini. Kata kunci: konversi agama, mu’ allaf A. Pengantar Selama dua puluh tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta. Sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Dapat diperkirakan, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukan hal yang mustahil

Transcript of KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM -...

Page 1: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM STUDI KASUS TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PADA MU’ALLAF

Ririn Radiawati Kusuma

Emi Zulaifah

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perpindahan agama dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perpindahan agama. Agama adalah hal yang menyangkut perilaku, kepercayaan, dan pengalaman keberagamaan. Agama menyangkut semua aspek kehidupan. Disaat seseorang melakukan perpindahan agama, hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah. Membuat keputusan untuk berpindah agama tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena agama adalah meyangkut diri yang prinsipil. Lalu, bagimanakah proses seeorang untuk berpindah agama? Apakah faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berpindah agama? Dalam penelitian ini dikhususkan perpindahan agama dari non muslim menjadi muslim. Subjek penelitian ini adalah seseorang yang berpindah agama dari non muslim menjadi muslim (mu’allaf). Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah wawancara mendalam. Responden wawancara berjumlah empat orang. Dari wawancara tersebut didapatkan gambaran mengenai faktor yang menyebabkan seseorang berpindah agama dan bagaimana proses pengambilan keputusan berpindah agama. Faktor yang menyebabkan seseorang berpindah agama, spesifik dalam penelitian ini, adalah latar belakang agama responden dan ekspos nilai-nilai Islam dalam kehidupan responden. Proses pengambilan keputusan perpindahan agama dibagi menjadi dua proses, yaitu: (1) Proses perpindahan agama bertahap dan (2) Proses perpindahan agama spontan. Rincian mengenai hasil penelitian dideskripsikan dalam laporan penelitian ini. Kata kunci: konversi agama, mu’allaf

A. Pengantar

Selama dua puluh tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat

secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

Muslim dunia adalah 500 juta. Sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Dapat

diperkirakan, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukan hal yang mustahil

Page 2: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

2

jika jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama

terbesar di dunia (http://www.harunyahya.com/indo/artikel/067.htm 19/09/05).

Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk

yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tetapi juga jumlah mu’allaf (sebutan

bagi orang yang baru memeluk Islam) yang terus meningkat. Hal tersebut adalah suatu

fenomena yang menonjol, terutama setelah peristiwa pengeboman di World Trade

Center Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 yang tersangka utamanya

merupakan orang Muslim dibawah kepemimpinan Osama bin Laden. Serangan yang

dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim telah mengarahkan perhatian dunia

(khususnya warga Amerika) kepada Islam. Contoh dari kasus tersebut adalah cerita

salah satu mu’allaf yang bernama Khadija Evans yang bertempat tinggal di Alabama.

Khadija Evans berkonversi karena kejadian 11 September 2001

(http://www.islamfortoday.com/evans01.htm 19/09/05).

Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak asing lagi dalam

kehidupan sehari-hari, baik itu perpindahan agama dari bukan Muslim menjadi Muslim

ataupun sebaliknya. Tidak sedikit orang berpindah agama dengan alasan menikah. Bagi

pasangan yang berbeda agama dan ingin menikah, harus merelakan salah satu

kepercayaan yang mereka anut, hal ini dilakukan untuk mempermudah proses

pernikahan.

Menikah adalah salah satu contoh alasan mengapa orang berpindah agama. Turner

(1979), salah satu profesor di bidang Antropologi di Universitas Arizona, mengadakan

studi tentang orang-orang Mexican Indian yang berpindah agama menjadi protestan.

Hasil dari penelitian ini ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang

berpindah agama, yaitu : faktor sosial ekonomi, budaya, misionaris, dan faktor nasional

Page 3: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

3

(berkaitan dengan kewarganegaraan, hak milik, dan sebagainya). Bahkan ada penelitian

yang menggunakan konversi agama sebagai terapi bagi rehabilitasi pengguna narkoba,

dengan cara mengubah self-organization pengguna narkoba. Medianya adalah

mengubah para pengguna narkoba menjadi seseorang yang menganut Kristen (Ho-Yee

Ng, 2002).

Faktor-faktor tersebut tidak mutlak, dan belum tentu berlaku bagi setiap orang yang

berpindah agama. Banyak ditemukan pengalaman menjadi seorang mu’allaf, contohnya

adalah Moch Sandy Tjandra yang menceritakan pengalamannya menjadi mu’allaf

dikarenakan pasangannya mengalami sakit yang tidak disembuhkan oleh dokter

manapun, dan memperoleh kesembuhan dengan Islam (www.isnet.org 03/08/05).

Tentang faktor misionaris (istilah ini sering digunakan untuk menyebut penyebaran

agama Kristen), memang ada penjelasannya secara tersendiri. Dalam Islam, penyebaran

agama disebut dengan berda’wah. Perintah berda’wah dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam

surat 16 : 125 (Al Faruqi, 1976), yang artinya adalah:

“Ajaklah kepada syariat Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik dan menarik, serta bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Tuhanmu betul-betul mengatahui orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dalam dalam dunia ilmiah, kajian tentang kehidupan beragama semakin banyak

diminati, khususnya dalam bidang ilmu Psikologi. Banyak buku-buku yang diterbitkan

berbicara mengenai agama. Contohnya saja buku yang pertama kali berbicara tentang

agama, The Psychology of Religion yang ditulis oleh Edwin Diller Starbuck pada tahun

1899. tak ketinggalan juga banyak jurnal-jurnal ilmiah yang mulai muncul, seperti The

Journal of Religious Psychology dan The American Journal of Religious Psychology and

Education (Subandi, 1994).

Page 4: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

4

Di Indonesia, banyak skripsi dan penelitian yang bertemakan agama. Baik itu

berbicara tentang relijiusitas, terapi agama, maupun pengalaman-pengalaman

keberagamaan. Konversi relijius ini juga termasuk salah satu isyu yang melengkapi

kajian ilmiah tentang agama.

Mengingat dalam kultur Indonesia agama adalah sesuatu yang sangat sensitif dan

merupakan suatu identitas, maka penulis ingin mengetahui alasan seseorang untuk

berpindah agama. Dalam pertanyaan singkat dapat disimpulkan: mengapa seseorang

berpindah agama, khususnya Islam. Pertimbangan lain, keputusan untuk berpindah

agama adalah suatu keputusan yang besar, karena agama merupakan sesuatu yang

mendasar dalam hidup dan menjadi prinsip seseorang. Pengambilan keputusan (decision

making) untuk berpindah agama memerlukan pertimbangan yang besar. Disaat

seseorang mulai untuk berpikir dalam pengambilan keputusan, pada saat itulah proses

decision making dimulai. Hal ini menimbulkan pertanyaan lanjutan untuk penulis,

bagaimana proses seeorang berpindah agama, dalam kasus ini adalah berpindah agama

menjadi Islam?

Penelitian tentang konversi agama telah banyak dilakukan dengan metode kualitatif.

Antara lain adalah: Religious Conversion and Community Development (Turner, 1979),

Drug Abuse and Self-Organization: A Personal Construct Study of Religious Conversion

in Drug Rehabilitation (Ho-Yee Ng, 2002), Religious Conversion and Personality Change

(Paloutzian, Richardson, & Rambo, 1999). Turner (1979) meneliti perpindahan agama

dalam suatu komunitas Mexican Indian yang berpindah karena misionaris dari umat

Kristiani. Sedangkan Ho-Yee Ng (2002) meneliti perpindahan agama sebagi media terapi

rehabilitasi. Paloutzian, dkk (1999) meneliti lebih fokus kepada perubahan kepribadian

orang-orang yang berpindah agama.

Page 5: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

5

Di Indonesia sendiri, fenomena konversi agama pernah diteiti oleh Ninik Indiarti

dengan judul “Proses Psikologis Konversi Agama Pada Mahasiswa yang Menjadi Muslim”.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penulis lebih fokus kepada faktor-faktor yang

menyebabkan seseorang berpindah agama dan proses decision making individu

sehingga individu tersebut memilih untuk berpindah menjadi seorang muslim,

sedangkan penelitian Ninik Indiarti bertujuan untuk memahami proses perubahan

psikologis, terutama proses perubahan nilai yang dialami oleh mahasiswa yang

berkonversi agama menjadi muslim.

B. Metode Penelitian

1. Subjek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah orang yang sudah berpindah ke agama Islam

(mu’allaf) dan tidak dibatasi asal agama. Subjek tidak dibatasi oleh jenis kelamin, usia

dan jenis pekerjaan.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara.

Wawancara merupakan salah satu metode penting dalam Psikologi. Hampir setiap

kegiatan dalam memahami individu menggunakan metode wawancara. Wawancara

penting karena dari wawancara tersebut akan didapatkan data-data dari individu atau

kelompok tentang makna subjektif yang dipahaminya terkait dengan suatu topik atau

isu (Stewart & Cash, 2000).

3. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Menurut

Jorgensen (Poerwandari, 2001), analisis adalah memecah, memisahkan, atau

Page 6: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

6

menguraikan materi penelitian ke dalam potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-

elemen atau unit-unit. Setelah data dipecah, peneliti memilah dan menyaring data untuk

memperoleh tipe, kelas sekuen, pola atau gambaran yang menyeluruh.

Menurut Poerwandari (2001), tahapan analisis data meliputi:

1. Membubuhkan kode awal pada materi yang diperoleh.

2. Menemukan pola (seeing) pada informasi yang tersedia, lalu

mengklasifikasikannya.

3. Peneliti memberikan perhatian kepada substansi data yang dikumpulkan.

4. Menemukan kata kunci dan tema.

Metode lain diungkapkan oleh Corbin dan Strauss (2003) dengan menganalisis data

melalui koding. Corbin dan Strauss membagi koding dalam tiga langkah, yaitu koding

terbuka (open coding), koding aksial (axial coding) dan koding selektif (selective

coding). Poerwandari (2003) secara ringkas menyimpulkan bahwa koding terbuka

memungkinkan peneliti mengidentifikasi ketegori-kategori, properti-properti dan

dimensi-dimensinya. Pada tahap berikutnya, koding aksial mengorganisasi data dengan

cara baru melalui dikembangkannya hubungan-hubungan (koneksi) di antara kategori-

kategori, atau diantara sub kategori dengan sub kategori-sub kategori dibawahnya.

Tahap terakhir adalah koding selektif, melalui mana peneliti menyeleksi kategori yang

paling mendasar, secara sistematis menghubungkannya.

Pada akhirnya memadukan analisis ke dalam suatu kerangka yang dinamakan matrik

kondisional yang merupakan kerangka analisis untuk teoritisasi data. Matrik kondisional

adalah alat bantu analisis, berupa diagram, untuk mempertimbangakan beragam kondisi

dan konsekuensi yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti. Matrik ini

Page 7: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

7

memungkinkan peneliti untuk membedakan dan menghubungkan tingkatan kondisi dan

konsekuensi (Corbin & Strauss, 2003).

D. Pembahasan

1. Decision Making

Dalam penelitian ini, ada dua tipe perpindahan agama, yaitu tipe spontan (sudden

conversion) dan tipe bertahap (gradual conversion). Scobie (Paloutzian, 1996)

mengatakan bahwa faktor emosi lebih menonjol dalam proses perpindahan agama

spontan, dan faktor kognitif lebih menonjol dalam proses perpindahan agama bertahap.

Hal ini sesuai dengan apa yang didapat dalam penelitian ini. Perpindahan agama yang

spontan lebih dikarenakan faktor afeksi, contohnya adalah merasa mendapat

ketenangan dan kesenangan jika melihat aktivitas agama Islam. Sedangkan untuk tipe

perpindahan bertahap, lebih menekankan kepada faktor kognisi. Faktor kognisi tersebut

meliputi keraguan terhadap agama lama, penjelasan agama lama tidak masuk akal, dan

lain sebagainya.

Dalam proses pengambilan keputusan, Sternberg (1999) menyampaikan bahwa ada

tiga teori, yaitu Classical Decision Making ( Utility Theory), Subjective Utility Theory,

Satisficing (Herbert Simon), dan Elimination by Aspect. Dari ketiga teori pengambilan

keputusan tersebut, di lain pihak, menurut Northcraft & Neale (1990) sebelum memulai

untuk mengambil keputusan, seeorang harus mengetahui masalahnya terlebih dahulu.

Northcraft & Neale (1990) menjabarkan tentang proses pengambilan keputusan dalam

perusahaan, yaitu mengetahui dan mendefinisikan masalah, pencarian informasi,

mencari alternatif pemecahan masalah, mengevaluasi dan membuat pilihan,

implementasi dan asesesmen terhadap keputusan yang telah diambil. Teori tersebut

Page 8: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

8

mungkin lebih ditekankan kepada penyelesaian masalah (problem solving) yang

berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah. Tetapi, ada

satu faktor yang penting dalam proses pengambilan keputusan yang telah diungkapkan

oleh Northcraft & Neale (1990) berkaitan dengan perpindahan agama, yaitu untuk

mengambil suatu keputusan, dibutuhkan pencarian informasi yang berkaitan dengan

pilihan-pilihan yang ada. Dalam kasus ini adalah pencarian informasi tentang Islam dan

jawaban dari semua pertanyaan yang sudah ada.

Lalu bila dilihat dari teori yang telah diungkapkan oleh Sternberg (1999),

pengambilan keputusan cenderung ditekankan kepada hal-hal yang nyata, realistis dan

hanya menyangkut satu aspek kehidupan, tetapi perpindahan agama adalah hal yang

menyangkut semua aspek hidup karena agama adalah pilihan yang akan ditanggung

sampai akhir hidup dan setelahnya.

a. Proses pengambilan keputusan pada perpindahan dengan tipe bertahap

Proses kognitif yang berkaitan dengan keraguan muncul pada Bb dan Ad. Hal

mungkin ada kaitannya dengan keribadian kedua responden yang ingin mencari tahu,

kritis dan rasional. Sungguh merupakan keindahan filosofis jika seseorang menemukan

keraguan dan akhirnya mendapat jawaban. Sedangkan Hn merasakan kenginan untuk

berpindah agama sejak lama, tetapi Hn melakukan proses kognitif untuk

mempertimbangkan keinginannya untuk masuk Islam. Untuk itu, maka proses

perpidahan yang dialami ketiga responden muncul secara bertahap. Selain keraguan,

faktor kognitif juga juga menyangkut emosi. Hal ini terjadi pada Hn. Walaupun tidak ada

keraguan, tetapi Hn mengalami proses pembelajaran nilai-nilai Islam melaui

mempelajari tasawuf. Faktor emosi muncul ada saat Hn menjalankan doa malam, puasa,

dan ingin berdzikir, Hn mengalami ketenangan yang mencerminkan emosi positif.

Page 9: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

9

Dari penelitian ini, ditemukan proses yang dilalui pada saat pengambilan keputusan

responden ketika memutuskan untuk berpindah agama, yaitu:

1. Ditemukan masalah, dalam hal ini masalah adalah kehadiran keraguan,

penurunan keyakinan, dan ketidaknyamanan menjalankan dua ritual

beragama.

2. Upaya yang dilakukan untuk mengimbangi permasalahan yang ada. Dalam

penelitian ini, upaya yang dilakukan berhubungan dengan proses cognitive

dissonance yang dialami oleh responden. Upaya yang dilakukan seperti

mencari informasi dan berdiskusi tentang apa yang dirasakan dan dialami

oleh responden kepada orang-orang yang dipercaya responden dapat

memberikan jawaban.

3. Insight. Kesadaran responden untuk berpindah agama menjadi Islam pada

saat berdialog dengan orang yang dipercaya dan atau mimpi spiritual yang

dialami oleh Hn.

4. Memperkuat keputusan dengan cara mempelajari Islam, berdiskusi,

membaca buku, dan menggunakan media lain yang dapat mendukung

keputusan yang akan diambil.

5. Koversi.

6. Memperkuat keputusan setelah berpindah yang fungsinya mendekati

evaluasi terhadap pengambilan keputusan. Nilai-nilai baru berperan dalam

mendukung keputusan yang telah diambil.

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa alasan responden untuk berpindah

agama menjadi Muslim adalah karena ditemukan kebenaran dalam Islam dan ditemukan

ketenangan dan kedekatan terhadap Tuhan melalui Islam. Hal ini mengingatkan penulis

Page 10: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

10

pada teori pengambilan keputusan yang dilontarkan oleh Tversky dan Kahneman

(Sternberg, 1999) yaitu Subjective Utility Theory. Teori ini yang paling mendekati

dengan proses pengambilan keputusan pada fenomena perpindahan agama. Karena,

responden cenderung mengurangi ketidanyamanan dan mencari yang paling tepat atau

yang lebih untung. Kriteria yang digunakan adalah menurut responden itu sendiri.

Perbedaan pengambilan keputusan biasa dengan pengambilan keputusan berpindah

agama adalah adanya variabel-variabel yang mempengaruhi proses pengambilan

keputusan tersebut. Meskipun pengambilan keputusan ini bersifat individu, tetapi tidak

lepas dari hambatan-hambatan, dukungan sosial, peran key person, dan munculnya

fenomena-fenomena atau pengalaman-pengalaman yang mendukung keputusan untuk

berpindah agama.

1. Key Person. Key person adalah seseorang yang berjasa atau seseorang yang

dijadikan tempat diskusi oleh responden. Contohnya Ad dengan ayahnya, Bb dengan

pengusaha tempe, dan Hn dengan Eyang Wahid.

2. Munculnya fenomena-fenomena atau pengalaman-pengalaman yang mendukung

perpindahan agama. Fenomena yang muncul dapat berupa mimpi spiritual, dialog

yang sangat mengena, dan muncul pengalaman piskologis yang positif berkaitan

dengan agama Islam.

3. Hambatan yang ada selama dan sesudah proses pengambilan keputusan

mempengaruhi konversi. Hambatan dapat berupa status ekonomi yang menurun,

dicemooh oleh lingkungan, teman-taman yang kurang mendukung, dan kepribadian

yang kaku untuk menerima sesuatu yang baru.

4. Strategi untuk menyelesaikan masalah atau hambatan yang ada. Sekali lagi, proses

cognitive dissonance muncul lagi sebagai munculnya ketidakcocokan antara

Page 11: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

11

keputusan yang telah dibuat dan anggapan lingkungan sosial. Selain itu, hambatan

yang berhubungan dengan diri pribadi responden juga memperngaruhi pengambilan

keputusan.

5. Dukungan lingkungan sosial. Dukungan dari lingkungan sosial yang dapat terdiri dari

keluarga, teman dekat, dan kelompok sosial sangat berarti untuk responden dalam

proses pengambilan keputusan.

Seperti yang telah diketahui, agama mencakup kehidupan seseorang baik pribadi

maupun sosial. Dalam penelitian ini, penulis menemukan hal yang menarik berkaitan

dengan proses pengambilan keputusan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

dalam proses pengambilan keputusan terdapat faktor dukungan keluarga dan

lingkungan sosial yang mempengaruhi proses perpindahan agama, Hal ini menimbulkan

satu pertanyaan baru, seberapa jauhkan peran keluarga dan lingkungan sosial dalam

pengambilan keputusan berpindah agama dan apakah keluarga dan lingkungan sosial

berpengaruh terhadap tingkat religiusitas seseorang. Karena, manusia selain sebagai

makhluk pribadi juga adalah makhluk sosial. Hal ini semakin menarik bila dilihat dari

kehidupa di Indonesia yang kental dengan kultur berkelompok atau bermasyarakat.

Fenomena perpindahan agama juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori

lain yang menggambarkan tentang proses kognitifnya, yaitu dengan konversi sebagai

analogi yang kreatif. Batson dkk (Paloutzian, 1996) menyatakan bahwa proses mental

yang terlibat dalam perpindahan agama adalah bagian dari kreativitas. Berdasarkan teori

kreativitas yang dikemukakan oleh Baston, Paloutzian (1996) menyimpulkan beberapa

tahap dalam perpindahan agama yang menggambarkan proses kreatif, yaitu (1) krisis

ekstensial, saat seseorang meraba-raba pertanyaan dasar seperti apa arti hidup, (2)

penyerahan diri, mencoba dan gagal menjawab pertanyaan dengan menggunakan sudut

Page 12: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

12

pandang kehidupan masa kini atau sudut pandang dunia, (3) pandangan baru,

pertanyaan dapat dijawab dengan menggunakan sudut pandang kepercayaan baru, (4)

hidup baru, menghasilkan perubahan perilaku dan cara baru dalam mengatasi masalah

kehidupan.

Mungkin tidak semua mengalami proses kreatif seperti yang telah dikemukakan oleh

Paloutzian (1996). Hal ini mungkin disebabkan karena karakter orang berbeda-beda dan

proses pengenalan tentang Islam yang berbeda juga yang menyebabkan proses yang

dialami menjadi berbeda.

Northcraft & Neale (1990) menyebutkan bahwa dalam proses pengambilan

keputusan seseorang melalui proses pencarian alternatif pilihan yang ada. Berbeda

dengan penelitian ini, proses pencarian alternatif tidak ada. Hal ini dapat dimungkinkan

karena latar belakang responden yang telah mengetahui Islam sebelumnya. Dapat

disimpulkan bahwa proses pencarian informasi terhadap masalah yang ada dipersempit

hanya dalam lingkup Islam.

Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan dengan bagan berikut:

Page 13: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

13

f. Proses pengambilan keputusan pada perpindahan dengan tipe spontan

Faktor afeksi ditemukan pada Hr. Hr mengalami pergolakan emosi pada saat peorses

perpindahan agama. Perpindahan yang secara tiba-tiba dan tanpa pertimbangan

apapun. Keinginan untuk berpindah tiba-tiba muncul dan saat itu juga Hr berpindah. Hr

mengatakan, semenjak Hr menemukan ketenangan dan kenyamanan melihat aktivitas

umat muslim, pada saat itu, keinginan untuk masuk Islam belum muncul. Alasan

mengapa perasaan ingin berpindah muncul secara tiba-tiba belum dapat dijelaskan

secara empiris. Mungkin hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan positif terhadap

aktivitas agama Islam yang muncul secara bertahap dan menumpuk dan tidak dapat

dibendung, sehingga membuat Hr mengungkapkan ide untuk berpindah agama secara

spontan. Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan dengan bagan berikut:

Mendefinisikan masalah: - cognitive

dissonance - keraguan

Pencarian informasi sehubungan dengan permasalahan

Insight

Evaluasi/ memperkuat setelah pengambilan keputusan

Konversi Upaya untuk memperkuat insight dan mencari motif pembenaran

Key person Fenomena/pen

galaman yg mendukung

Dukungan sosial Strategi

megatasi hambatan

Hambatan

Page 14: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

14

2. Faktor-faktor yang menyebabkan perpindahan agama

Latar belakang agama dalam kehidupan responden merupakan faktor yang

mendorong perpindahan agama, hal ini seperti yang disinyalir oleh Jalaluddin (1996)

yang menyatakan keluarga atau perbedaan agama di keluarga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama. Sedangkan ekspos nilai-nilai

Islam dalam kehidupan seseorang, juga dapat mempengaruhi seseorang untuk

berpindah agama. Hal ini ditegaskan dengan pendapat Jalaluddin (1996) bahwa

penyebab terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial tersebut

antara lain adalah pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat

keagamaan maupun non agama. Bentuk dari pernyataan ini adalah hubungan dengan

ilmu pengetahuan. Fenomena tersebut juga ditemukan dalam penelitian ini, yaitu pada

Hn dan Bb. Dalam hal ini, Hn menyebutkan bahwa Hn mengenal Islam pada saat Hn

mempelajari tasawuf (Hn/R3/ 0305, Brs: 35-38, 39-41, 85, 86-88, 167-175). Bb

Muncul masalah: penurunan keyakinan

Muncul emosi positif berkaitan dengan ibadah agama Islam

Konversi evaluasi dan memperkuat keputusan pasca pangambilan keputusan

Dukungan sosial

Page 15: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

15

menyebutkan bahwa mengenal Islam dari bangku kuliahnya (Bb/R4/ 0905, Brs: 12-17,

93-96, 98-100).

Pengaruh sosial lain adalah pengaruh kebiasaan rutin. Jalaluddin (1996)

mengatakan bahwa pengaruh kebiasaan rutin dapat mendorong seseorang atau

kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga terbiasa,

misalnya: menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat

keagamaan baik pada lembaga formal ataupun non formal. Dalam penelitian ini,

berkaitan erat dengan temuan di lapangan yang berupa toleransi terhadap agama lain

(Islam) yang tinggi. Hal ini ditemukan pada responden Ad dan Hr. Kedua responden

tersebut melakukan perilaku toleransi terhadap Islam yang sangat tinggi. Hal ini

dikarenakan dalam keluarga terdapat dua agama, yaitu agama Islam dan agama asal.

Hr misalnya, mengikuti kegiatan puasa selama bulan Ramadhan karena posisi Hr

sebagai seorang ibu yang harus menyiapkan sahurnya. Selain itu Hr juga menikahkan

anaknya dengan cara Islam. Toleransi Ad dengan agama Islam muncul pada saat Ad

melakukan dua ritual agama pada waktu kecil.

Penurunan keyakinan terdahulu sebagai akibat dari ekspos nilai-nilai Islam

menyebabkan seseorang mengalami suatu dampak dari penurunan keyakinan tersebut.

Dampak yang ditimbulkan dapat berupa dampak positif maupun negatif. Dampak

negatif, yaitu berupa perasaan bersalah dan ketidaknyamanan menjalankan dua ritual

agama, telah lama dibahas dalam literatur psikologi agama. Clark (1958) menyatakan

bahwa tahap pertama proses konversi dapat dilihat dari karakteristik yang berupa

konflik dan perjuangan mental yang aktif. Konflik dialami responden adalah pada saat

muncul rasa bersalah dan ketidaknyamanan menjalankan dua agama.

Page 16: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

16

Rasa bersalah muncul pada saat responden merasa menghianati agama yang

terdahulu, hal ini diungkapkan oleh Hn. Rasa bersalah juga dialami oleh Hr. Selain rasa

bersalah terhadap agama terdahulu, Hr juga merasa bersalah kepada kerabat, terutama

ayahnya, dan berlanjut sampai muncul mimpi yang mencerminkan rasa bersalah Hr.

Ketidaknyamanan menjalankan dua agama dialami oleh Bb dan Hn. Hn yang

menjalankan nilai-nilai Islam melalui tasawuf dan sekaligus sebagai aktifis gereja merasa

dilemma dengan aktivitasnya yang bertentangan. Ketidanyamanan Hn berhubungan erat

dengan rasa bersalah dan kekhawatiran Hn terhadap reaksi orang-orang terdekat jika

Hn berpindah agama. Bb mengalami ketidaknyamanan pada saat Bb sudah mengetahui

Islam adalah agama yang benar tetapi masih sulit untuk melepas pekerjaan yang lama.

Dampak positif yang dialami oleh responden berkaitan dengan penurunan

keyakinan adalah mencari tahu, emosi positif berkaitan dengan ritual agama baru dan

mimpi spiritual. Mencari tahu, dalam kasus ini, berkaitan dengan keraguan-keraguan

yang dialami oleh responden. Starbuck (Jalaluddin, 1996) menyatakan bahwa bahwa

salah satu faktor yang menimbulkan keraguan dalam diri manusia adalah pernyataan

kebutuhan manusia. Menurut Starbuck (Jalaluddin, 1996), manusia memiliki sifat

konservatif (senang dengan yang sudah ada) dan dorongan curiosity (dorongan ingin

tahu). Berdasarkan faktor bawaan ini maka keraguan memang harus ada dalam diri

manusia., karena hal itu merupakan pernyataan dari kebutuhan manusia normal.

Lebih spesifik, Jalaluddin (1996) menjabaran terjadinya keraguan yang disebabkan

oleh beberapa hal, antara lain mengenai:

1. Kepercayaan, menyangkut masalah ke-Tuhanan dan implikasinya, terutama (dalam

agama Kristen) status ke-Tuhanan sebagai trinitas.

Page 17: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

17

2. Tempat suci, menyangkut masalah pemuliaan dan pengagungan tempat-tempat suci

agama

3. Alat perlengkapan keagamaan, seperti fungsi salib dan rosario dalam Kristen

4. Fungsi dan tugas staf dalam lembaga keagamaan

5. Pemuka agama, biarawan dan biarawati

6. Perbedaan aliran keagamaan, sekte (dalam agama Kristen) atau mazhab (Islam)

Emosi positif yang dialami Hr adalah merasa tenang dan nyaman bila melihat

seorang muslim yang sedang menjalankan aktivitas agamanya. Paloutzian (1996) juga

mengatakan bahwa emosi ini dapat muncul pada saat seseorang merasa hatinya

tersentuh dan mendapatkan kenyamanan pada saat mendengarkan lagu-lagu di gereja.

Dampak positif lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah terjadinya mimpi

spiritual. Mimpi spiritual atau lebih dikenal dengan hidayah, dialami oleh Hn sebagai

suatu keinginan bawah sadar untuk masuk Islam. Menurut Freud (Nashori, 2002), mimpi

yang dialami oleh manusia adalah ekspresi dari pengalaman dan keinginan yang

terpendam. Dengan mimpi, seseorang secara tidak sadar berusaha memenuhi hasrat

dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang

diinginkan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa mimpi yang dialami oleh Hn dan Hr

terjadi. Hr merasa bersalah dan perasaan itu muncul dalam mimpi sebagai suatu hal

yang tidak dapat diungkapkan ke kehidupan nyata. Pada kasus Hn, bila dijelaskan

dengan teori Freud, maka keinginan Hn yang sangat untuk berpindah agama dan

terhambat oleh hambatan-hambatan yang diciptakannya sendiri, maka diungkapkan

dengan mimpi yang menyuruh Hn untuk segera berpindah.

Fenomena tentang mimpi yang dialami oleh Hn dapat juga dijelaskan dari sisi agama

atau spiritual. Para tokoh dan ahli agama mengungkapkan bahwa dalam agama Islam,

Page 18: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

18

sudah biasa dilakukan shalat istikhrah bila sedang bingung dalam menentukan pilihan.

Sholat ini bertujuan agar memperoleh petunjuk dari Allah melalui mimpi. Mimpi yang

terjadi adalah (dalam Islam) mimpi yang benar atau mimpi nubuwat. Mimpi yang

mengandung petunjuk-petunjuk yang benar dari Allah (Nashori, 2002).

3. Cognitive Dissonance

Adanya dampak positif dan negatif, membuat responden melakukan suatu perilaku

untuk mengimbangi dampak-dampak tersebut. Dalam ilmu Psikologi, perlaku ini disebut

cognitive dissonance. Festinger (Baron & Bryne. 1994) mengatakan bahwa cognitive

dissonance adalah suatu perasaan, biasanya tidak mengenakkan, yang meningkat pada

saat seseorang menemukan ketidakcocokan (inconsistency) diantara kedua sikap atau

antara sikap dan perilaku. Hal ini sangat berkaitan dengan proses pengambilan

keputusan karena individu diharuskan untuk memilih dari satu atau lebih pilihan.

Dalam melakukan sesuatu yang tidak cocok dengan sikap individu kadang-kadang

menyebabkan individu untuk mengubah sikap itu sendiri (Baron & Bryne, 1994). Dalam

penelitian ini, dapat dicontohkan dengan peristiwa munculnya dampak negatif dan upaya

untuk mengimbanginya agar responden tetap pada pilihan untuk berpindah. Dalam

kasus lain, Kazdin (2000) mencontohkan dengan pecandu rokok. Untuk mengurangi

ketidakcocokan, Kazdin (2000) menemukan bahwa seseorang akan melakukan perilaku-

perilaku untuk meyakinkan dirinya sendiri, mencari info untuk menguatkan perilakunya

dan mencontoh seseorang yang sukses dengan perilaku tersebut. Dalam penelitian ini,

perilaku yang muncul untu mengurangi ketidakcocokan adalah dengan meyakinkan diri

sendiri, mencari info dan adanya kemunculan emosi positif berkaitan dengan aktivitas

dalam agama Islam.

Page 19: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

19

Ada tiga macam teori tentang cognitive dissonance. Kazdin (2000) membaginya

atas dasar eksperimen klasik yang dilakukan oleh beberapa tokoh terdahulu. Teori

tersebut antara lain:

1. Post-decision dissonance. Teori ini menjelaskan tentang bila seseorang membuat

keputusan yang sulit, maka individu tersebut akan mengalami ketidakcocokan

karena semua aspek negatif dari alternatif yang dipilih tidak cocok dengan memilih

alternatif itu sendiri. Di pihak lain, aspek positif alternatif yang tidak dipakai tidak

cocok dengan menolak alternatif itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada

ketidakcocokan antara aspek-aspek yang diinginkan dengan kenyataan pemilihan

alternatif. Brehm (Kazdin, 2000) menyatakan bahwa dalam beberapa menit setelah

membuat keputusan yang sulit, maka seseorang akan mengurangi ketidakcocokan

tersebut dengan menyebarkan evaluasi dari kedua alternatif – membuat diri mereka

percaya bahwa alternatif yang telah dipilih lebih menarik daripada pemikiran yang

terdahulu – dan alternatif yang tidak dipilih tidak menarik. Hal ini dialami oleh

responden dengan menciptakan keyakinan-keyakinan yang positif tentang keputusan

yang telah diambil. Sikap lain yang mendukung adalah bahwa responden mecari

tahu tentang keraguan, menemukan emosi positif berkaitan dengan aktivitas

beribadah agama Islam.

2. Effort and dissonance. Teori ini menyatakan bahwa semakin berat seseorang

berjuang untuk sesuatu, maka sesuatu itu akan semakin berharga. Untuk

mengurangi ketidakcocokan, seseorang akan mendistorsi persepsi semua aitem

untuk menjadi positif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sugesti sangat penting dalam

teori ini. Hal ini dilami oleh Bb yang meganggap pencarian Tuhan itu penting karena

itu adalah sebagai pembanding dan hal yang prinsipil. Jadi, anggapan bahwa untuk

Page 20: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

20

mencari Tuhan adalah suatu yang penting, maka semakin berusaha, maka akan

semakin berharga.

3. Induced compliance. Ketika seseorang disuruh untuk mengeluarkan suatu

pernyataan yang berlawanan dengan kepercayaan atau pendapat pribadinya, maka

dorongan terbesar dapat membuat seseorang untuk merubah pendapat pribadinya

seiring dengan pernyataan yang telah dibuat. Ketidakcocokan dikurangi dengan cara

meyakinkan diri bahwa pernyataan yang dibuat sangat dekat dengan realitanya.

Cognitive dissonance adalah situasi yang tidak mengenakkan, seseorang yang

mengalami hal ini akan termotivasi untuk menguranginya. Baron & Bryne (1994)

menjelasakan adanya beberapa kemungkinan untuk mengurangi perasaan itu, antara

lain:

1. Individu dapat merubah sikapnya sehingga menjadi konsisten dengan perilaku

individu tersebut.

2. Individu akan merubah kognisi mengenai perilaku mereka.

3. Dissonance dapat dikurangi dengan cara mendapatkan informasi baru yang

mendukung sikap atau perilaku yang semula tidak cocok.

4. Dissonance dapat dikurangi dengan cara meminilisasi pentingnya

ketidakkonsistenan. Atau dengan kata lain, dengan meyakinkan diri.

Kedua pendapat tersebut memang tidak jauh berbeda. Bagian yang paling menarik

adalah, dalam proses perpindahan agama, seseorang mengalami cognitive dissonance

dan responden berusaha menyeimbangkan dengan cara yang telah disebutkan, yaitu

mencari informasi, meyakinkan diri, dan merubah kognisi. Ketidakcocokan ditimbulkan

oleh nilai-nilai yang terdahulu yang tidak cocok dengan nilai-nilai baru atau agama yang

lama tidak sesuai dengan pemahaman responden itu sendiri. Hal lain yang

Page 21: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

21

mempengaruhi ketidakcocokan adalah pengaruh dari lingkungan. Kerabat, teman dan

lingkungan yang tidak mendukung tentu tidak cocok dengan pandangan responden

tentang ketidakcocokan dengan agama lama. Jadi, ada dua fenomena cognitive

dissonance disini. Pertama adalah ketidakcocokan (dissonance) antara agama lama

dengan pemahaman atau pengalaman pribadi responden. Hal ini terjadi pada responden

yang mengalami keraguan, penurunan aktivitas agama, dan penggunaan nilai-nilai Islam

yang tidak sesuai dengan agama lama. Koping yang terjadi adalah responden berusaha

mencari informasi untuk menyeimbangkan atau mengatasi ketidakcocokan tersebut.

Selain itu, munculnya reaksi emosi positif yang merupakan perubahan kognisi terhadap

perilaku yang mucul karena jarang melakukan kegiatan agama terdahulu.

Kedua, adanya ketidakcocokan antara respon lingkungan sosial (dalam hal ini adalah

lingkungan keluarga, teman, dan komunitas lama) dengan pilihan yang diambil oleh

responden. Untuk mengatasi ketidakcocokan tersebut, responden berusaha untuk yakin

dengan pilihannya. Hal yang menarik dari fenomena perpindahan agama adalah

responden mengurangi ketidakcocokan dengan tawakal dan tetap fokus kepada sesuatu

yang dianggapnya benar.

Pengambilan keputusan untuk berpindah agama tidak semudah membalikkan

telapak tangan. Beberapa teori pengambilan keputusan dilontarkan oleh tokoh-tokoh

Psikologi, tetapi belum bisa mewakili secara keseluruhan detil proses pengambilan

keputusan perpindahan agama. Dari penelitian ini, ditemukan perbedaan dari teori

proses pengambilan keputusan yang telah ada.

Tidak ada hal yang sempurna, begitu juga dengan penelitian ini. Peneliti merasa

kurang menggali variabel-variabel yang memengaruhi proses pengambilan keputusan

dan laju pengaruhnya, apakah kecil atau besar, apakah saling mempengaruhi atau

Page 22: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

22

hanya satu arah saja. Padahal, variabel-variabel yang mempengaruhi pengambilan

keputusan untuk berpindah agama menarik untuk dibahas. Dalam penelitian ini,

variabel-variabel yang mempengaruhi perpindahan agama muncul hanya sepintas saja.

Maka untuk penelitian selanjutnya, diharap untuk lebih menggali variabel-variabel

tersebut.

F. Saran

1. Saran untuk responden

Saran untuk responden dalam penelitian ini adalah untuk selalu fokus dan tidak

peduli dengan hal-hal negatif yang dibicarakan mengenai responden. Responden

diharapkan dapat membagi pengalamannya dengan umat muslim lainnya. Karena

seorang yang muslim dari lahir belum tentu sepandai mu’allaf. Sebaiknya responden

mengurangi keresahannya dengan tetap tawakal dan menumbuhkan keyakinan-

keyakinan untuk menjadi muslim.

2. Saran untuk penelitian selanjutnya

Dalam penelitian ini lebih fokus kepada perpindahan dari non muslim menjadi

muslim, disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk mengambil topik perpindahan

agama dari muslim menjadi non muslim. Asumsinya adalah bahwa Islam adalah

agama yang sempurna, bila dilihat dari sudut pandang umat Muslim, tetapi kenapa

seseorang berpindah untuk memeluk agama yang lebih tua dan banyak diragukan?

Motif apa yang membuat seseorang berpindah menjadi non muslim?

Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk mengambil responden yang lebih

variatif, baik itu dari latar belakang agama maupun motivasi untuk berpindah.

Misalnya karena alasan menikah, dipaksa, dan lain sebagainya.

Page 23: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

23

Dalam penelitian ini juga ditemukan peran lingkungan sosial terhadap proses

perpindahan agama. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengangkat topik ini

sebagai fokus penelitian. Hal lain yang juga menarik adalah peranan lingkungan

sosial terhadap kadar keagamaan seseorang.

G. Daftar Pustaka

Al-Faruqi, Ismail. 1976. On The Nature of Islamic Da’wah. International Review of Mission, 260, 391-409

Baron, A. Robert & Bryne, Donn. 1994. Social Psychology: Understanding Human Interaction. Massachusetts: Allyn and Bacon

Clark, W. H. 1967. The Psychology of Religion. New York: The MacMillan Co.

Fontana, David. 2003. Psychology, Religion, and Spirituality. Corn Wall: MPG Books, Ltd.

Hady, Aslam. 1986. Pengantar Filsafat Agama. Jakarta: CV. Rajawali.

Ho-Yee Ng. 2002. Drug Abuse and Self-Organization: A Personal Construct Study of Religious Conversion in Drug Rehabilitation. Journal of Constructivist Psychology, 15, 263-278

Indarti, Ninik. 2001. Proses Psikologis Konversi Agama Pada Mahasiswa yang Menjadi Muslim. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Kazdin, A. E. 2000. Encyclopedia of Psychology volume 2. New York: Oxford University Press

Kazdin, A. E. 2000. Encyclopedia of Psychology volume 7. New York: Oxford University Press

Kumolohadi, Retno. 2005. Psikodiagnostik VI: Wawancara. Hand out (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Landis, Judson R. 1971. Sociology: Concept and Characteristic. California: Wadsworth Publishing Company Inc

Page 24: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

24

Nashori, Fuad. 2002. Mimpi Nubuwat: Menetaskan Mimpi yang Benar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nashori, Fuad. 2002. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Northcraft, Gregory & Neale, Margareth. 1990. Organizational Behavior: A Management Challenge. USA: The Dryden Press

Popenoe, David. 1977. Sociology. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Paloutzian, Raymond F., Richardson, James T. dan Rambo, Lewis R. 1999. Religious Conversion and Personality Change. Jounal of Personality, 67:6, 1047-1079.

Paloutzian, Raymond F. 1996. Invitation to the Psychology of Religion. Massachusetts: Allyn and Bacon

Poerwandari .E, Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.

Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Reed, Stephen K. 1999. Cognition 5th Edition. USA: Wadsworth/Thomson Learning.

Rokeach, Milton. 1968. Beliefs, Attitudes and Values. San Francisco: Jossey-Bass. Inc.

Sternberg, R. J. 1999. Cognitive Psychology 2nd Edition. USA: Yale University.

Stewart, Charles J. dan Cash, William B. 2000. Interviewing: Priciples and Practices 9th edition. USA: Mc. Graw Hill

Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. 2003.Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Subandi. 1994. Psikologi Agama: Sebuah Tinjauan Historis. Bulletin Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1, 7-9

Turner, Paul R. 1979. Religious Conversion and Community Development. Journal For The Scientific Study of Religion, 18, 252-260

Page 25: KUPUTUSKAN MENJADI MUSLIM - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · Di Indonesia, fenomena perpindahan agama mungkin sudah tidak

25

Sumber dari internet:

Evans, Khadija. 2001. How We Came To Embrace Islam. http://www.islamfortoday.com/evans01.htm19/09/05

Tjandra, Moch Sandy. 1996. Perjalanan Menjadi Mualaf. Http://www.isnet.org/archive-milis/archive96/aug96/0025.html03/08/05

Yahya, Harun. 2005. Islam: Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa. http://www.harunyahya.com/indo/artikel/067.htm19/09/05