Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

220

description

Tentang kupu-kupu di perbatasan Indonesia

Transcript of Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Page 1: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan
Page 2: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan
Page 3: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

MUKADIMAH

Page 4: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kupu-kupu tidak tahu warna sayap mereka.

Tapi orang-orang tahu betapa indahnya

mereka.

Seperti juga dirimu, tidak tahu betapa

indahnya dirimu,

Tapi Tuhan tahu betapa istimewanya

dirimu di mata-Nya..

Ketika kau tunduk dalam kata-Nya..

Ikhlas dalam takdir-Nya..

Tersenyum dalam bencana..

Tegar dalam ujian..

Teguh dalam pendirian..

Semoga kamu, aku dan kita semua termasuk

yang terindah di mata-Nya...

Page 5: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Daerah Perbatasan

Sesosok malaikat membawaku ke angkasa

Aku melihat sayap-sayap milik pejalan tirani terdahulu

Tangan dan kaki mereka terbelenggu

Leher mereka terjerat

Seolah-olah satu tangan iblis merasukinya.

Mereka memang bermata satu.

Sayap-sayap mereka membawanya ke sebuah kotak

Penuh akan warna dan rasa

Tangan-tangan mereka merambah warna

Mencampurkan nila dalam rasa

Dan, kotak pun menjadi kelam.

Ada tangisan dalam kotak,

Menjerit di antara tepuk tangan para pejalan tirani

Tragedi kemakhlukan.

Page 6: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Ada sebuah titik terang

Melebar menjadi sebuah garis.

Membagi kota menjadi dua warna.

Hitam.

Putih.

Garis itulah daerah perbatasan.

Tempat yang pernah aku diami.

Tempat yang kemudian harus ku putuskan.

Kita, suatu saat akan berada dalam daerah perbatasan

Antara hidup dan mati.

Cinta dan benci.

Pertemuan dan perpisahan.

Page 7: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Hitam atau putih.

Membunuh atau dibunuh.

Menang atau kalah.

Kanan atau kiri.

Kita akan berada dalam daerah perbatasan...

(ini masih berlanjut.....)

Page 8: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Daftar Isi

Mukadimah

Daerah perbatasan

Sekapur sirih

Puisi

1. Untuk mereka

2. Imagi cinta

3. Untuk kembali

4. Akhir sebuah perkenalan

5. Lilin kecil

6. Kepada sang dewi

7. Cinta penjelajah waktu

8. Maha cinta

9. Aku telah tiada

10. Kasih acak

11. Perasaan yang tenang

12. Tentang perasaanku kepadamu

13. Dua mimpi

14. Teruntuk do’a

15. Bayang-bayang #2

Page 9: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

16. MuKau

17. Logika

18. Maafkan aku Tuhan

Filosofi

1. KOtak

2. Nobita : “Kali Pertama”

3. Perubahan

4. Papan karnedes

Cerita

1. Sejarah jefrianalogica

2. 21:21

3. “Nok”

4. Brrraaakk!!

5. Kaca

6. Kamar mandiku, panggung konserku

7. Separuh nafas

8. Dia adalah dekat

9. Kurang dari 100%

10. Malaikat kecilku

11. Boneka gedhek-gedhek

Page 10: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Lirik

1. Aku milikmu

2. Pupus

3. Karena ku cinta kau

4. Ku ingin kau tahu

5. Cinta pertama dan terakhir

6. Hampa

7. Elang

8 Agustus 2009

1. Imagi cinta

2. Puisi untuk sebuah nama

3. Hujan rintik

4. Dan aku tak bisa bersikap lebih manis dari ini

5. Malam sepi

6. Sakit

7. Cinta pertama, kekasih pertama, sayangku

untukmu selamanya

8. Dua sejoli

9. Peta

10. Perpustakaan

11. Celengan (janji-2009)

Page 11: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tentang penulis

Ucapan terima kasih

Sebuah lanjutan

Page 12: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sekapur Sirih

Jefrianalogica merupakan blog pertama yang aku buat, tempat aku menulis berbagai hal. Dari puisi, kisah cinta, cerita, lirik bahkan filosofi. Banyak hal telah aku lewati dalam blog ini, sudah banyak perubahan harus terjadi pada blog ini, dan banyak pula hal yang telah aku tulis di blog ini. Aku ingin mendokumentasikan apa yang aku tulis ini, dalam sebuah buku berjudul,”kupu-kupu di daerah perbatasan”.

Kupu-kupu merupakan sebuah inspirasi dalam buku ini, bagaimana dia tumbuh dari sesuatu yang teracuhkan ketika masih menjadi kepompong, lalu tumbuh menjadi kupu-kupu yang manis, yang kemudian dia terbang melewati banyak negeri, melewati banyak daerah perbatasan suatu negeri. Seperti pula kita, tumbuh dari hal yang hina kemudian menjadi kupu-kupu dan kemudian terbang mencari hal baru melewati segala perbatasan.

Page 13: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tiada gading yang tak retak, seperti pula buku ini, tentu selalu ada kekurangan di dalamnya. Seperti itulah manusia.

Akhir kata, buku ini aku persembahkan kepada :

1. Allah SWT 2. Nabi Muhammad SAW 3. Ibuku, Kunanik 4. Bapakku, Gito Kisworo 5. Mbakku, Peni Kisworo wati 6. Mas Iparku, Mas Lutfi Alam Kurniawan 7. Cinta Pertamaku, I’anatul Karomah 8. Sahabat Sekamarku, Afif Nugrahanto 9. Sahabat yang ultah ke-20, Nur Khofifah

(Inung) 10. Sahabatku yang sedang diuji, Asrf, Aty, Yr. 11. Sahabat di sisi baikku. 12. Sahabat di sisi sebelum 19-ku

Kalian sungguh berarti buatku.

Semarang, 18 januari 2012

Page 14: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

PUISI

Persembahan : Jefrianalogica.blogspot.com

“setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan,

sedemikian pula, kala ini kita pertama

bertemu, suatu saat, akan ada masa kita akhir

berjumpa..

Pergilah dalam damai, cintailah segala

kenangan yang tercipta..”

Mahendra Kisworo Jefri

Page 15: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Untuk Mereka

(persembahan kepada keluargaku tercinta)

Dekaplah bayang wajah mereka

Mengimajinasikan saat mereka tiada

atau kau yang tiada.

Hingga kau pun sendiri, di hiruk pikuk dunia.

atau terdampar di kegelapan alam fana.

Peluklah, cinta mereka

Sebelum nafas habis menebas cintanya.

Semaikanlah tangis keharuan,

Dalam rasa kerinduan akan mereka.

Kala kau menatap potret mereka,

Page 16: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Berjuanglah, untuk cinta mereka

Yang telah mereka damaikan untukmu

Sebelum semua tawa menjadi sepi.

Dan senyum mereka jadi kebekuan.

Atau kau mati muda.

Tanpa kebanggaan apa-apa bagi mereka.

Saat ini, kau menangis.

Sebelum kau lupa

Dalam detak jam yang terasa hampa

Gambar-gambar wajah kebahagiaan mereka.

Sketsa kesedihan mereka.

Halusinasi kehilangan senyum mereka.

Saat ini, kau dalam garis perjuangan.

Page 17: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Membahagiakan mereka.

Menyelamatkan jiwa raga mereka.

Menangislah.

Demi kebahagiaan...

Demi mereka..

Page 18: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Imagi Cinta

(teruntuk : I’anatul Karomah)

Mencintaimu adalah sebuah imajinasi

Dimana aku melihat hal yang tak nyata

Mendengar yang tak bersuara

Berucap tak berbentuk kata

Aku menghadapi phobia akan imajinasi.

Saat aku bertemu dan mengenal awal-awal cinta.

Kamu sebuah inspirasi yang menggerogoti

imajinasiku,

Tentang alam semesta.

Ilmu pengetahuan,

atau manusia.

Aku mengerti akan keindahan,

Tapi kamu lebih dari sekedar keindahan.

Page 19: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kamulah kesederhanaan yang utuh,

dalam satu imajinasi yang meruntuhkan setiap

molekul egoku.

Datanglah, peluk aku.

Bukan hanya sekedar karangan imajinasiku.

Page 20: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Untuk Kembali

Kala hati ingin mencari kedamaian

Seribu penat hadir meracuni aliran darah

Menguak nista akan sebuah kenyataan

Bukanlah hal yang seharusnya kita tangiskan

Kita kuburkan,

Kita sucikan.

Hanyalah kita coba hidupkan serangkum jawaban

Walau hanya sekedar percikan mimpi

Semua hadir untuk kembali.

Page 21: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Akhir Sebuah Perkenalan

Kalau akhirnya nanti seperti ini

Kenapa kita dulu saling mengenal

Serta belajar merangkai kata-kata manis,

Lalu mengirimkannya tiap malam.

Kalau semua akan seperti ini,

Kenapa kau sebut namaku dan,

Aku tulis namamu

Sedang saat bertatap muka

Hanya setitik kemesraan tercipta

Kalau semuanya berakhir seperti ini

Page 22: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kenapa susah-susah ku cari engkau ke pelosok

dunia.

Sedang akhirnya, kau dan aku tenggelam dalam

samudera.

Kalau semua yang terjadi adalah tak saling percaya

Kenapa antara hati kita saling terbuka.

Dan (pada) akhirnya hanya tersisa luka.

Kalau pada akhirnya yang tercipta adalah saling

membenci.

Untuk apa belajar menghargai.

Sedang, kisah akhir bukanlah saling mencintai.

............

Takkan ku biarkan berakhir seperti ini!!

............

Page 23: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Lilin Kecil

Aku, lilin kecil di gelap malam.

Terbenam dalam belukar nafas-nafas kasar

Kala hari beranjak tua

Hiduplah aku, untuk terangmu.

Demi seutas hangat dalam cahaya kecilku.

Kau datang, resapi hangat yang ku hadirkan.

Detak jam kian berganti, waktu merangkak tua.

Lampu kerlap-kerlip pun perlahan hadir.

Lilin kecil pun mulai terusir.

Terbenam dalam cahaya lampu.

Seperti aku, yang harus melepaskanmu.

(belajar) melupakanmu

Karena telah ada cahaya lampu.

Lilin kecil kini tak terangi lagi malam-malammu

Page 24: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kepada Sang Dewi

Ruang dan waktuku, penuh akan lukisan wajahmu.

Engkau menelusupkan hangat kerinduan,

Akan canda tawa di gerai manis senyummu.

Aku merindukanmu lagi,

Walau alam semesta serentak kejam membatasi kilau

pertemuan kita.

Aku percaya akan melihat purnama,

Dan batas antara kita sirna.

Dalam peluk hangat, kita akan berjumpa.

Dalam genggam mesra, kita akan bersua.

Imajinasiku adalah kisah indah tentangmu.

Yang tangguh menjaga diri di belukar nafsu.

Bertahanlah, dalam penantian.

Page 25: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Warna-warni dalam ruang waktu tiadalah

membosankan.

Indah kan datang.

Penuh cahaya, masa depan kita lukiskan.

Page 26: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Cinta Penjelajah Waktu

Dalam dekap biru hamparan laut, beralaskan kedua

tangan

Aku terpana akan suasana.

Kenapa waktu begitu cepat berlalu?

Di belaian lembut angin, awan-awan putih berarak-

arakan melaju,

Membawakan cerita masa lalu.

Langit cerah, mentari memancarkan sinarnya.

Seperti juga 100 juta tahun yang lalu.

Seperti pun engkau.

Bidadari yang bersemayam dalam hatiku.

Di pantai sepi yang memancarkan senja kemerahan,

Deburan ombak datang membawa kenangan dari

lepas pantai nun jauh di sana.

“““.

Page 27: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Siapakah yang duduk di pasir ini 10 ribu tahun yang

lalu ?

Sebagaimana aku.

Siapakah yang basah kuyup kehujanan di pantai ini

6 ribu tahun yang lalu?

Sebagaimana aku.

Siapakah yang setia menunggu kekasihnya di pantai

ini 2 ribu tahun yang lalu?

Sebagaimana aku.

Sebagaimana aku.

Page 28: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Maha Cinta

Ketika susah, lebih aku bisa bertahan dalam

ketiadaan.

Namun, dalam perih tentangmu.

Aku merasakan sesak di dadaku.

Ku kira, itu (hanya) karena pengap udara kamarku.

Namun, sebanyak apapun oksigen ku hirup,

Sesak itu tiada hilang.

Seolah-olah itu jadi penyakitku kini.

Dalam cinta, ada benci.

Ku yakin, dalam duri-duri benci yang tumbuh itu,

adalah bahasa kasar dari perasaan cinta.

Dan, aku pernah merasakannya.

Ketika hawa iblis dalam tubuhku perlahan-lahan

keluar,

Aku memakan duri-duri benci itu.

Page 29: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tenggorokan ini terasa perih, dadaku terasa sesak.

Dan, jiwaku hampa.

Otakku berfikir untuk membunuhmu.

Namun, duri-duri itu membunuh jiwa iblisku.

Ku lihat cahaya-Nya.

Ku dengar suara-Nya.

Dan, ku rasakan cinta-Nya.

Masa-masa koma telah aku lewati.

Aku telah melihat surga,

Dan aku telah menyaksikan neraka.

Hidupku, baru lagi.

Dan 19 itu menjadi nol.

Namun, sesak itu masih ada.

Di sela sibukku, oksigen yang ku hirup,

Meresapkan ke otak.

Membawaku mengingatmu.

Page 30: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Cinta ini telah menjadi milikmu.

Janji ini telah ku tambatkan padamu.

Batas waktuku, adalah suatu saat,

Ketika kita bertemu.

Dan, Dia katakan : ‚ Tidak‛.

Itulah akhir.

Selama nafas masih berhembus.

Selama jantung masih berdetak.

Selama itulah aku mencoba.

Itulah awal.

Inilah kisah maha cinta.

Page 31: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Aku Telah Tiada

(in memorial : (Alm.) Abu bakar S.Pd)

(Cover: 12 September 2008)

Pergi.

aliran darahku berhenti

Nadiku.

mengisyaratkan mati.

(Namun) ini belumlah usai

Aku masih mengukir kerja

Kalian hadir di sini,

Sedang daya tak sampai menyapa

Terpaku.

Nadiku tiada lagi berdenyut

Jantungku tak lagi berdetak

Darahku.

Page 32: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

tak lagi mengalir.

Dan, nafasku berhenti memburu

Aku telah tiada!!

meninggalkan mereka!!

Tak lagi menata kerja!!

Atau berkawan dunia

Tuhan.

Tawakalku

Ikhtiarku

Berakhir di karangan bunga

Tak adakah waktu?

Untuk pesan kepada mereka

Page 33: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Untuk membereskan meja kerja

Tuhan,

kini aku di pintu-Mu

aku telah tiada!!

Page 34: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kasih Acak

Seperti apa harus ku ucap

Perlahan apa yang punya

Kelembutan guratanmu

Beranjak semakin mencium tanah

Manisnya belaian kasihmu

Ku takut kau pergi

Saat kau memberiku

Saat aku trauma sunyi

Seluruh yang kau bisa

Aku takut sendiri

Mungkin matipun rela

Tuhan, beri aku kasih abadi

Kau selalu ada untukku

Atau melebihi saat aku mati.

Page 35: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Perasaan yang Tenang

Aku teringat pada masa itu, tak tahu pasti kan ku

kejar

Meski pun tanganku menggenggammu,

hari esok terasa lama dan tak dapat ku gapai.

Tenangkan perasaanmu,

Tenangkan perasaanmu,

Sebaiknya kau cari.

Tenangkan perasaan,

Tenangkan perasaanmu,

Carilah sampai kau mengerti.

Di kerumunan api yang membias kita,

Di batu-batu yang menghantam kita.

Ku lihat mereka datang.

Tenangkanlah perasaanmu.

Page 36: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Ada jemarimu menyentuhku lembut,

Dengan bunga-bunga musim salju yang kini ada di

tanganku.

Kau memberiku janji tentang harapan esok bertemu

lagi.

Menembus kecepatan cahaya dengan telepati,

Bertemu di sebuah alam yang sama.

Kesedihan tak akan berjumpa melanda kita.

Terasa dingin tapi ku mohon,

Tenangkan perasaanmu.

Kita akan berpisah.

Setelah ini,

Pintu kita semakin jauh.

Tiba saatnya untuk berpisah,

Aku kan mengenangmu selalu.

Page 37: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tenangkanlah perasaanmu.

.......................

Setelah itu, pintu di ruang hampa tidak lagi muncul.

Page 38: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tentang Perasaanku Kepadamu

Aku tahu dalam keseharianku, ada dirimu di janjiku.

Aku tahu dalam setiap perjalanan waktuku, ada

akalku merasuki setiaku.

Dan ku tahu, egoisku menjadi batas yang selayaknya

aku rubuhkan.

Kau, bukanlah bidadari.

Kau, bukanlah dewi,

Dan juga bukan peri kecil utusan malaikat kecilku.

Namun, di keseharianku dulu.

Kau selalu mencoba bersama.

Kala melihatmu tersenyum manja, kau ingatkanku.

Kepada dia, yang kini jauh di negeri sana.

Kala mengajarimu yang aku bisa,

Page 39: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kau ingatkan aku,

Akan rangkaian momen yang mesra antara aku dan

dia.

Dan kau lah, ingatan yang tertinggal.

Aku suka melihatmu tersenyum karena candaku,

Seperti pun dia kala dulu.

Aku suka berjalan bersamamu,

Seperti pun dirinya waktu itu.

Waktu pun yang berbicara lebih banyak kepada kita.

Egoisme pun berbuat lebih banyak daripada kita.

Ku ingin kau minta maaf dan mengakui

kesalahanmu.

Berbicara secara langsung kepadaku,

Menatap langsung mataku.

Aku ingin kau yang memulai,

Bukan aku.

Page 40: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Karena kau yang salah.

Aku tersiksa akan penyakit dalam hati,

Aku terbelenggu akan jerat egoisme.

Otakku berkata, ‚ini harus berakhir‛.

Dalam bahasa yang lain, aku tak ingin

kehilanganmu.

Hari-hariku sepi tanpa ada canda tawa dalam

perkumpulan kita.

Kau yang biasanya bersamaku menemui mereka,

Kini terlihat bodoh memikirkan kesalahanmu.

Atau kau tak merasakan salah?

Atau bahkan bagimu aku yang salah?

Katakanlah maaf dan akuilah salahmu secara

langsung.

Tanpa ku paksa.

Dan tanpa terpaksa.

Seperti mereka-mereka yang salah padaku.

Page 41: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Katakanlah, kau kangen aku.

Katakanlah, kau butuh aku.

Hari berganti hari.

Masih saja sepi.

Page 42: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dua mimpi

Suara kereta..

Membaurkan mimpiku melihatnya.

Dia, sungguh terasa ada,

senyumnya yang indah,

menawarkan sejuta pesona.

Dia, bersama lelaki membahanakan diri.

Membataskan aku memeluknya lagi,

dan ku terjaga, ketika ia memandangku kecut.

Mengganti haluannya di pemberhentian.

Bau angin sawah..

Permai, membawa haluan mimpiku padanya.

Dia tersenyum kepadaku di samping ayahnya.

Tanganku, tiada terlihat merangkul bahunya..

Terlahir nasihat agar dia tahu.

Dan aku terjaga saat aku kan pergi..

Membawa sepedaku merajut mimpiku untuknya.

Ku serahkan sementara pada 2 malaikat itu.

Ku belum mau tertidur lagi.

Page 43: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Teruntuk Do’a

Disaat susah,

bisakah kita memberi suatu harapan?

Melawan segala keterbatasan yang ada,

menciptakan keajaiban yang tiada terduga..

Dan waktu yang tersisa, tinggal sedikit lagi.

Sungguh aku ingin melihat senyum manismu,

seperti dulu,

ketika cinta itu ada,

dan pahit pun terasa gula.

Tinggal sedikit sekali,

kembalilah,

peluk aku lagi

Page 44: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Bayang-Bayang #2

Sungguh, dalam diriku ku kekang bayang senyummu

Meleburkan dia yang akan jadi sejarah.

Kaulah yang kini aku rindukan.

Dan apakah yang kau rasa kini?

Sungguh, aku takut memangkas jarakku denganmu.

Karena aku tak mengerti apa yang kamu rasa.

Dan ku tahu, ada orang lain yang kamu bayang.

Yang menebarkan benih-benih impian jadi kasih

sayang.

Dan sekali lagikah aku memerankan bayang-

bayang?

‚Aku mencintaimu...‛

Dan itu tersimpan rapat dihati.

Bibirku diam.

Kata-kata-Nya batasi aku.

Page 45: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

MuKau

Di perbatasan akhir ini,

aku benar-benar berdiri sendiri.

Kata-kata-M(mu) sungguh menenangkan hati.

Nyata-nyata seperti titel yang K(k)au lekatkan

padaku.

Dan aku nervous, tapi aku senang.

Separuh lagi, aku ingin mendobrak.

Namun, lagi-lagi aku berdiri sendiri.

Langitku, temani aku lagi.

Secepatnya saja,

kau bisukan petir-petir dalam mendung itu.

Page 46: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Logika

("kepada pembodoh teguh")

Tuhan maha tahu,

Dia tahu kemampuan setiap otak manusia berbeda.

Maka dari itu, Dia ciptakan 'matematika tingkat

rendah'

untuk temukan solusi kehidupan. Kita punya

'matematika tingkat rendah'.

Dengan 'matematika tingkat rendah'

kita bisa mendengar jelas ucapan-Nya.

Merasuk ke jiwa.

Mengatur hati.

Tuhan maha adil.

Dia ciptakan kita sama.

Tak pernah bedakan garis hakikat kita,

dari sesuatu yang hina

menjadi malaikat yang terang bercahaya.

Tuhan maha cinta.

Dia tanamkan perasaan suka

pada hati tiap-tiap pria dan wanita.

Page 47: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tuhan maha pemurah.

Dia beri kita bumi yang mewah.

Dan Tuhan maha segalanya.

Dia tahu kehidupan ini hanyalah permainan

dan sendau gurau belaka.

Masihkah kita hanya inginkan surga?

Atau takut pada neraka?

Masihkah kita sombong?

Mengingkari kebodohan kita yang telah melekat

erat?

Kebenaran itu datang dari Tuhanmu

maka jangan sekali-kali kamu (takut atau) ragu.

Page 48: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Maafkan aku Tuhan

Aku melihat diriku, bukan lagi manusia.

Direkuh tangan-tangan binatang.

Inginku kembali di peluk-Mu.

Membuka orientasi tentang bingkai diri..

Karena ku pilihan-Mu.

Dan cinta, Ilmu pengetahuan.

Kehidupan.

Sosial.

Atau kolot.

Aku tahu,

Kau ciptakan logika.

Agar aku dipeluk-Mu.

Masih teringat,,,

Skenario-Mu, terangkanku.

Memperbaiki kehidupan(ku) yang (ku rasa) telah (di)

rusak.

Menyelamatkan orang-orang yang ku sayangi.

Dan: :

"Nok, jika suatu saat kita bisa bertemu dan

bersama,

aku harap kita di negeri yang sama.

Di jalan yang sama.

aku tak ingin kita jadi seperti semut yang berjalan

Page 49: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

di tepi-tepi rel yang berbeda....

Jika Dia beri aku kesempatan,

aku kan selamatknmu.

Sekarang, biar aku rintis jembatan kecil itu dan

bawa kau kesini.

aku yakin bisa selamatkanmu nok".

Dan aku tahu:

“Tuhan takkan merubah kita sebelum kita yang

merubahnya...

Sesusah apapun kehidupan, seburuk apapun

kehidupan,

Walau seperti kecoa yang meronta-ronta dalam

lubang hitam.

Aku yakin : tak ada kehidupan yang tak bisa

dirubah”

Memang perjalanan hidup seperti ini.

Semua berasal dari yang tak ada,

”maafkan aku Tuhan....”

Page 50: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Filosofi Persembahan jefrianalogica.blogspot.com

Page 51: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

KOtak

Prolog : “saat pertama kau

tanyakan kepadaku apa

yang akan aku lihat

tentang lingkaran yang

ada di dalam kotak, aku

jawab : ......”

Aku masih mengingat jelas moment saat itu, saat dalam

hatiku ada kebencian, ada kejenuhan, ada penyakit

dalam hatiku. Namun, di bawah restu-Nya kau tak

pernah menyerah memperjuangkan aku, padahal aku

sendiri dalam keadaaan malas dan lemah dalam

mencapai perjuanganku. Selalu dan selalu, ada

pertanyaan dalam hatiku, “sampai kapan ini akan terus

bertahan”, atau, “kapan kita akan jaya?”, dan atau

“kenapa kalian begitu antusias dan komitmen kepada

apa yang kalian perjuangkan?”. Sebuah pertanyaan

besar yang akan dijawab oleh waktu.

Dia selalu mengatakan bahwa aku bisa, bisa menjadi

yang terbaik. Tuhan memberiku logika, yang kata dia

adalah matematika tingkat rendah, yang semua orang

bisa. Dan kata dia, aku cerdas, aku selalu bermain

dengan otakku daripada dengan tenagaku. Kata dia, aku

jago stratergi dan kata dia, aku telah melebihi

Page 52: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

matematika tingkat rendah. Semua katanya menjadi satu

kalimat yang sangat kuat, “kamu pasti bisa jef...”.

Aku datang kepadamu. Dengan membawa penyakit

hatiku, hatiku mengatakan untuk tidak menemuinya,

namun nurani dan otakku mengatakan untuk

menemuinya. Aku tak ingin jatuh lebih dalam lagi ke

jurang neraka kebencian. Aku ingin sembuh dari

penyakit hatiku. Aku tak ingin jadi banci.

Matahari datang ke bumi dengan sinar hangatnya, aku

merasakan cahaya-Nya masuk ke dalam jiwaku. Cahaya

yang membuatku kuat dan berani menemuinya,

menerima kebenaran-Nya. Tak semua manusia berani

menerima kebenaran. Di depanku, kau mengucapkan

salam hangat yang selalu kau tujukan untukku tiap kita

bertemu. Semangatmu, kasih sayangmu, memberikan

suasana cerah yang menghapuskan mendung di hatiku.

Kau menggambarkan sebuah kotak besar dan 5 buah

lingkaran sembari berkata kepadaku :”jef, lihatlah

gambar ini. Ada 5 lingkaran di dalam kotak, apa yang

akan kamu lihat? Lingkarannya atau kotaknya...?”.

Aku pun menjawab dengan cepat, “aku memilih

lingkaran.”. kau mengulanginya lagi, :”jef, lihatlah

gambar ini. Ada 5 lingkaran di dalam kotak, apa yang

akan kamu lihat? Lingkarannya atau kotaknya...?”. dan

aku tetap kepada jawabanku,”lingkaran”.

Kau mengerutkan dahi dan menerangkan kepadaku :”jef,

lingkaran ini ibarat kita. Dengan warna yang berbeda

Page 53: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

jelas aku, kau dan juga mereka itu semuanya berbeda.

Sedangkan kotak ini, adalah tali persatuan kita. Kita

yang berbeda warna, disatukan oleh-Nya dalam satu

kotak kan? Jika kamu hanya meilhat lingkarannya, kamu

hanya akan melihat dirimu sendiri, kamu hanya akan

memikirkan dirimu sendiri, kamu akan mengalami stress

ketika lingkaran lain berbeda dengan kamu. Kamu akan

stress melihat orang lain berbeda pendapat denganmu.

Kau tidak akan bisa melihat betapa berharganya punya

sebuah kotak yang bisa menampung lingkaran itu. Kamu

tidak akan bisa merasakan betapa bahagianya punya

sebuah keluarga baru. Dan yang terburuk, suatu saat

kamu pasti akan berfikir untuk pergi dan keluar dari

kotak ini. Karena bagimu, kau hanya memikirkan dirimu

sendiri. Bagimu, tak ada tali persatuan yang mengikat

kita. Itulah suatu kerugian yang sangat besar jika kau

pergi.”

Lalu kau kembali menerangkan kepadaku lagi : “jika kau

melihat kotaknya, kau akan tahu betapa berharganya

suatu tali persatuan. Dimana kepentingan pribadi

dikalahkan oleh kepentingan bersama. Kau akan tahu,

betapa bahagianya punya sebuah keluarga. Kau akan

bisa menerima perbedaaan setiap individu. Kita hidup

secara sosial jef, setiap kita butuh orang lain,

sebagaimanapun orang lain butuh kamu. Aku butuh

kamu, dan kamu butuh aku. Bukankan tujuan kita sama?

Bukankah kita ingin menang, bukankah kita ingin buat

dunia ini harmoni? Bukankah itu pertanyaan yang selalu

kau tanyakan padaku? Kitalah yang menentukan jef, tapi

Page 54: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

kau tak kan bisa sendiri, sebagaimanapun aku, tak kan

bisa sendiri. Bersamalah kita bisa lebih kuat. Itulah

kenapa aku ada di sini, dan itulah kenapa kamu ada di

sini jef... pikirkanlah.... segala yang kau perjuangkan,

segala yang kita perjuangkan, kitalah yang menentukan.

Oleh karenanya kita semua disini, ku tahu kau pasti

bisa.”

............

Aku tertegun mendengar kata-katanya, ada pelajaran

besar saat itu, betapa keegoisanku runtuh oleh

nasehatnya. Apakah benar aku terlalu memikirkan diri

sendiri?

........

Epilog :“Saat kau kesal kepada seseorang, ingatlah

tentang kotak dan lingkaran. Betapa ruginya jika kita

harus kehilangan lingkaran lain, hanya karena penyakit

hati. Betapa sedihnya kehilangan lingkaran lain, entah

karena lingkaran itu keluar atau karena kotak itu hancur.

Betapa berharganya nyawa seorang manusia.”

Page 55: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Nobita : "Kali Pertama"

Nobita.. Nobita.. Nobita.. ini adalah cerita tentang seorang Nobita, yang lemah dan sering telat kalo berangkat ke sekolah. Suatu hari, si Nobita bangun kesiangan, dia belum buat pr. perasaan kalut, takut, dan berbagai rasa buruk lainnya

menghantui dia. Entah di marahin gurulah, ibulah. Doraemon pun sampai capek sama dia, apa yang dilakukan Nobita? Dalam pikirannya, terbesit untuk berhenti sekolah, dia lalu menulis surat permohonan berhenti sekolah. Saat dia menulis, ibunya masuk. dan... ternyata hari itu, adalah hari minggu, jadi libur, hehheee.. ada rasa malu dalam diri Nobita. Dia tidak jadi menulis surat tersebut, bukan karena tidak mau berhenti, tapi karena gak bisa nulisnya. singkat kata, Ia pun memutuskan tidak akan berangkat sekolah mulai saat itu juga. Doraemon pun kelabakan menghadapi tingkah polah

Page 56: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Nobita yang seperti ini. ia pun mengeluarkan permen "pertama kali" tapi si Nobita tetap tak mau minum. Dia stress berat!! Nobita diajak main ke tempat Shizuka pun tak mau. Saat si Nobita menguap, Doraemon melemparkan permen tersebut ke mulut Nobita dan... Masuk! goal... goalllll......!!! Lalu Doraemon mengajak paksa si Nobita ke rumah shizuka, disana.. ting.. tong.. ting.. tong Shizuka pun membukakan pintu, dan menyambut Nobita. Ketika itu, Nobita melihat Shizuka. Apa yang dirasakan Nobita ketika melihat shizuka saat itu, adalah seperti perasaan kali pertama ia bertemu Shizuka. Kekaguman akan manis wajah Shizuka. Shizuka lalu mengajaknya main di dalam, mereka bertiga bermain halma, main game, makan kue, baca komik, segala hal yang Nobita rasakan, terasa seperti pertama kali, entah itu makanan.. minuman.. atau pun mainan... Ada satu kata yang diucapkan Shizuka ketika Nobita akan pulang : "Aku iri dech dengan Nobita. seperti anak

Page 57: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

kecil yang baru pertama kali melihat sesuatu, semuanya terasa bergembira.." Singkat cerita, Nobita pun sampai di rumah. dan ketika dia akan tidur, terpikir olehnya... Untuk menggunakan mesin waktu, melihat malam sebelum dia berangkat sekolah untuk pertama kalinya, saat kelas 1 SD.. pada masa itu, terlihat Nobita kecil yang gembira, lari kesana-kemari, memakai tas dan topi sekolah dan sulit ditidurkan oleh ayah ibunya. "besok di sekolah banyak teman kan bu? gurunya mengajarkan bermacam-macam?" "iyah..sekarang kamu tidur ya nak,, biar besok bisa sekolah.. " "sekolah memang tempat yang menyenangkan buat Nobita..." dalam hati Nobita, "Saat semua kali pertama itu terasa enak ya, entah sejak kapan aku jadi benci sekolah.. aku tidak boleh bencii,, aku harus tetap sekolah dan semangat..!!!"

Page 58: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

...................................... Saat kalian merasakan bosan akan sesuatu hal.. ingatlah saat kali pertama kalian mengalaminya.. betapa hal itu sangat menyenangkan.. . jalanilah segalanya seperti saat pertama... "ya kan Nobita..? " ^_^

Page 59: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Perubahan

"Tak terasa ruang dan waktu terus berlalu, umur pun kian bertambah. mendekati 20 sekarang" Sebenarnya, tanpa kita cari pun, perubahan pasti ada dan akan selalu ada. Sama seperti kita, yang dari bayi tumbuh menjadi orang tua seperti ini. Adalah suatu

hasil dari perubahan. Dari pertambahan umur. Umurlah hasil dari perubahan ruang dan waktu, yang mendewasakan kita. Apakah kedewasaan itu? Tidak harus orang yang tua, tidak harus punya jabatan tinggi, dan tidak harus kaya. Lalu apa? Menurutku, dewasa itu adalah mampu membedakan yang mana yang salah dan yang mana yang benar, yang mana yang penting dan yang mana yang lebih penting. Intinya, dia mampu menggunakan akalnya, itulah sebabnya dia disebut 'dewa'sa. (Dewa=malaikat). Manusia pun bisa seperti malaikat, (maka) janganlah menyerah ketika bertatap dengan masa-masa sulit, karena dengan masa-masa sulit itu, kita bisa kembangkan 'sayap' kita, untuk terbang menggapai

Page 60: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

cinta-Nya. Mendewasakan kita. Masa-masa tersulit yaitu masa-masa transisi. Masa dimana kita berhadap perubahan. Proses dari perubahan itu memang tidaklah (selalu) enak. perubahan, tanpa kita cari pun, dia ada, selalu ada dan pasti akan datang. Sebab itu, bersiap siagalah engkau menghadapinya . . (Selalu) sabar 'n Jalanin aja . . "Aku pun sama seperti itu, kau mengajakku berjanji, mencari yang lebih baik,. tapi, aku memilih menjadi yang lebih baik. Di umurku yang kian renta ini, aku ingin menjadi lebih baik, lebih dewasa dari sebelumnya. ku harap kau pun juga disana. 2 tahun ini, hanya sekali aku mendengarmu mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Entahlah tahun ini. Perubahan pasti akan datang, kita sedang berjalan sendiri-sendiri, dan (suatu saat) akan menjadi 'two-top' sekali lagi." Teruntuk : 18 Juni & 18 Januari (duo 18)

Page 61: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Papan Karnedes

(teruntuk teman-teman mahasiswa)

Prolog : “jika kamu dan aku

mengalami hal yang sama

seperti di cerita papan

karnedes, apakah yang akan

kamu lakukan..?”

Ini adalah cerita kala aku

membaca komik Detektif

Kindaichi jilid 7-8 yang

berjudul,”Pembunuhan

danau patah hati”. Ada satu

kisah yang memilukan juga

inspiratif di dalamnya. Cerita

tentang papan karnedes. Dikisahkan dalam suatu

legenda, sebuah kapal mengalami pecah karam di

tengah lautan. Semua penumpangnya menceburkan diri

ke laut. Kapal sudah hancur, tinggal puing-puing kayu

bekas kapal. Ada seorang pria berhasil menyelamatkan

diri dari tenggelamnya kapal dengan berpegangan pada

sepotong papan. Di kejauhan, dia melihat ada seorang

gadis berenang menghampiri pria itu. Tampak wajah

gadis itu lelah dan kedinginan. Sang pria pun kasihan,

dia ingin membagi sedikit papannya untuk berpegangan

besama dengan gadis itu. Gadis itu berusaha

Page 62: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

menghampiri pria itu. Namun, pria tersebut tahu papan

tersebut akan tenggelam bila digunakan oleh 2 orang,

dan ketika gadis itu berusaha meraih papan tersebut, si

pria itu menepiskan tangannya. Dan, gadis itu pun

tenggelam karena tak mampu lagi berenang...

Dan kisah papan karnedes berulang kembali, ketika

dokter dalam tokoh kindaichi itu lolos dengan

mengorbankan nyawa pacar dari pelaku pembunuhan

danau patah hati. Dalam cerita, dokter tersebut dan juga

10 orang penumpang lainnya, berhasil menyelamatkan

diri dari tenggelamnya kapal dengan menaiki sekoci,

tiba-tiba ada seorang gadis yang tampak lelah dan

kedinginan berenang mendekati sekoci itu. Dia lalu

berpegangan pada sisi sekoci itu, dokter itu pun meraih

tangan gadis itu, berusaha untuk mempertahankannya.

Namun, sekoci menjadi oleng karena kelebihan beban.

Dan penyebabnya, adalah penambahan beban dari

gadis tersebut. Sama seperti papan karnedes, dokter itu

lalu mendorong gadis tersebut, dan sekoci pun tak lagi

oleng. Gadis tersebut tewas dan nyawa penumpang

pada sekoci tersebut selamat. Gadis itu ialah pacar dari

pelaku pembunuhan danau patah hati.

.........

Itulah kisah tragis dari papan karnedes, mengorbankan

nyawa seorang manusia untuk menyelamatkan jiwa

manusia-manusia lainnya. Dan inilah suatu pertanyaan

dari miyuki, “jika eiji di sana, pasti ia akan memberikan

papan itu untuk keiko tanpa ragu, karena dia benar-

Page 63: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

benar mencintai keiko. Hajime, jika kita mengalami hal

yang sama dengan yang ada papan karnedes, apakah

kau akan memberikan papan itu padaku, atau kau akan

mendorongku?”

Jawaban dari Kindaichi, “aku akan cari cara agar kita

berdua bisa selamat..”. sebuah jawaban singkat dengan

senyumnya yang khas. Sederhana tapi bermakna.

........

Inilah yang dipikirkan oleh Kindaichi, menurut dia

mengorbankan nyawa atau salah satu itu merupakan hal

yang konyol, sedang kita punya kesempatan buat

mendapatkan hal yang lebih baik. Selalu ada cara yang

lebih baik dari pada mengorbankan salah satu.

......

Belakangan ini, kita mendengar tentang mahasiswa yang

bakar diri di berita. Penyebabnya, dia frustasi melihat

kondisi RI saat ini. Di Express UNNES, dia disebut

sebagai Sarjana kehormatan. Dia mati untuk membela

rakyat. Pertanyaanku, pantaskah dia diberi sarjana

kehormatan? Bukankah sarjana adalah kaum intelektual

yang punya pikiran panjang? Apakah malaikat penanya

dalam kubur akan menyambut dia selayaknya

pahlawan? Padahal Tuhan melarang kita bunuh diri?

Apakah kita tak punya cara yang lebih baik dari pada

bakar diri?

...........

Page 64: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sungguh, bagiku itu konyol sekali. Dari pada disebut

sarjana kehormatan, dia lebih pantas disebut sarjana

kebakaran. Ya, pikirannya mengalami kebakaran alias

konsleting pada otaknya makanya dia bakar diri. lagi

pula, sistem di RI tak kan berubah dengan cara bakar

diri. sistem di RI juga tak kan berubah dengan demo-

demo anarkis mahasiswa. Memang, mahasiswa bisa

menurunkan Soekarno dan Soeharto dengan demo

mereka, namun apakah setelah 2 tokoh itu turun, RI jadi

lebih baik? Apakah penindasan rakyat hilang? Apakah

sikap anarkis mereka bisa merubah RI? Tidak, masih

kacau. Itu jawabannya.

..........

Jadi tak usahlah kalian para pembela rakyat bakar diri.

tak usahlah kalian bersikap anarkis merusak fasilitas

negara dan umum saat demo. Bukankah kita punya jalan

yang lebih baik? Mari kita bangun dengan damai.

........

Seperti jawaban Kindaichi.

........

Epilog : “aku akan cari cara agar kita berdua bisa

selamat..”.

Page 65: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Cerita

Persembahan

jefrianalogica.blogspot.com

Hidup

hanyalah

permainan

dan sendau

gurau belaka....

Page 66: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sejarah Jefrianalogica

“awal-awalnya, aku tak

pernah mengerti apa pun

tentang blog, facebook

bahkan email pun aku tak

tahu. Tapi yang jelas aku

tahu, aku suka akan

menulis dan aku

membutuhkannya. Seiring

berjalannya waktu, ini

adalah sebuah

persembahan untuk

kekasih pertamaku. Cerita dari cinta pertama…”

Medio 2006, aku baru mengerti akan internet. Saat

itu, situs yang ku buka tak jauh-jauh dari football,

motogp atau paling browsing tentang tugas. Ya, dulu

aku bukanlah seorang yang kecanduan internet, bagiku

bermain sepak bola atau PS2 jauh lebih menarik.

Kelas 2 SMA, sekitar pertengahan tahun 2008,

temanku bernama Muhtamarlah yang merubah pola

Page 67: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

pikirku, walau secara tak langsung. Ya, dari rasa

kesukaaannya bermain internet, entah itu buka email

atau browsing, aku jadi ikut ketularan. Kok bisa?? Ya

bisa, soalnya aku sekelas dengan dia, dan sering main

bareng dengannya. Salah satu dari my best friends…

aku tak ingat pasti, tapi yang pasti dialah yang

pertama membuat blog, waktu itu kalau tidak salah

dia diajari oleh wahid dan slamet. Sayang, saat kelas

2 aku lebih sibuk pada ekstrakulikuler, sehingga tidak

terlalu mendalami tentang internet. Bahkan Microsoft

publisher aja udah agak-agak lupa,hehehehe….

Hari berganti hari, waktu pun beranjak sedikit demi

sedikit. Kelas XII sekarang sudah didepan mata. Ya,

pada saat inilah, tahun 2009, pergantian dari kelas XI

menjadi kelas XII aku mulai apa yang namanya :

Blogging. Muhtamarlah yang membuatkan aku blog,

dengan template bawaan yang masih sederhana dari

blog itu sendiri. Dengan menggunakan alamat email

[email protected], blog ini melaju memulai

perjalanannya. Masih jelas dalam ingatanku, betapa

sulitnya memilih nama blog dan juga judul blog saat

itu. Akhirnya setelah melalui pemikiran yang

mendalam(ciee….) aku memilih judul blog ini :

Ideologi, sikap, otak. Judul yang aku ambil dari

albumnya Ahmad Band : Ideologi, sikap,otak. Dengan

Page 68: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

harapan aku bisa sesukses dan seidealisme dia. Ya,

Ahmad Dhani adalah tokoh yang sangat aku kagumi.

Kemudian untuk alamat URL blog, aku memilih nama

yeviso.blogspot.com, nama yeviso berasal dari kata

yev dan iso. Yev adalah nama panggilanku “Jef” akan

tetapi agak dilatinkan sehingga menjadi “Yev”.

Sedangkan iso adalah singkatan dari Ideologi, Sikap,

Otak.

Waktu itu, aku belum punya konsep mau diisi apakah

blog ini? Aku suka akan puisi maka pada akhirnya aku

isi blog ini dengan puisi-puisi, entah itu buatanku atau

buatan orang lain. Saat itu, blog ini terlalu banyak

gambar, ya, gambar-gambar tak jelas banyak

menghiasi blog ini. Seolah-olah blog ini tanpa konsep.

Pambagian label pun tak jelas, hanya asal isi saja.

Pertengahan 2009, aku jatuh cinta pada seorang

gadis, namanya I‟ana. Cinta memang membuat buta,

bagiku dia telah menjadi bagian yang hilang dariku.

Aku memberikan alamat dan password facebook dan

blogku kepada dia. Masa-masa ini akan menjadi batu

tapal bagi kehidupanku kedepannya. Waktu terus

berganti, kami mengalami banyak sekali badai, terlalu

banyak konflik diantara kami. Ini berimbas terhadap

blogku, tanpa bermaksud negative, ketika dia

Page 69: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

merubah password facebookku, ku rasa dia juga

merubah password blogku. Dan masa-masa aku

bersama dia, aku mengalami masa vakum dalam

posting. Aku mulai jarang menulis karena terlalu fokus

kepada I‟ana. Kalau pun menulis itu hanyalah copy

paste dari puisi orang. Setelah aku sadar kalau

blogku di-hack,aku pun mulai membenarkan semuanya.

Aku mengganti password blogku, menyembunyikan

alamat emailku, dan juga mengganti alamat blogku

menjadi : orakngerti.blogspot.com. kenapa namanya

terasa aneh?? Ini karena saat itu adalah masa-masa

frustasi aku konflik terus dengan dia. Orakngerti

artinya tidak tahu, karena aku tak mengerti kenapa

selalu ada badai antara kami. Orakngerti adalah

password facebookku sebelum diganti dan di-hack

oleh dia. Tapi pergantian ini sebenarnya tak

berpengaruh apapun terhadap tampilan atau pun label.

Intinya, tak ada perbedaan konsep antara yeviso

dengan orakngerti.

Badai memang pasti akan berlalu, tapi efek dari badai

itu, adalah sebuah perpisahan bagiku dengan dia. Aku

mengalami masa-masa transisi yang sangat berat.

Saat aku harus mulai berjalan sendiri tanpa dia.

Ketika melihat cowok cewek berjalan bareng, aku

merindukan masa-masa aku bersama dengan dia.

Page 70: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kerinduanku kepadanya menjadi sebuah do‟a, “aku

pasti akan bertemu dengannya lagi, dan sebelum itu,

aku harus jadi lebih baik dari aku dulu dan juga dari

dia. Aku harus memberikan persembahan terbaik

baginya.. karena aku sayang dia selamanya..”. beranjak

dari itulah, pada tahun 2011 awal, aku lalu mengganti

nama orakngerti.blogspot.com dengan

jefrianalogica.blogspot.com. apa arti dari nama blog

ini?? Itulah yang temanku tanyakan padaku.

Jefrianalogica membenahi elemen pada blog ini.

Awal-awal yang aku lakukan adalah menghapus posting

karya orang lain ataupun karyaku sendiri yang ku

anggap jelek. Banyak judul karya aku sendiri ku hapus,

seperti Ideologi sikap otak,banyak juga yang mati,

sebuah tanya, puisi gie, gadis bhakti praja dan masih

banyak yang lainnya. Penghapusan yang dulunya

sempat aku sesali. Kemudian yang kedua adalah

merubah template.

Aku mencari template model slide. Orang yang

berperan besar dalam perubahan template ini adalah

Wahyu Nugroho Setiawan. Dialah yang mengajariku

cara-cara membaca bahasa pemrograman dan juga

cara mengedit template terutama bahasa HTML.

Page 71: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Aku mulai belajar bahasa HTML dan merubah

tampilan blog. Awal-awalnya, template bawaaan ini

berwarna hijau tua, aku memasang jam, kalender, dan

bagde facebook. Label pun aku benahi, yang tadinya

tidak jelas, kemudian labelnya aku rubah menjadi 5

kategori yaitu :

8 Agustus 2009

Ini berisi tentang ceritaku bersama I‟ana,

entah berbentuk puisi ataupun cerita. Intinya,

isinya adalah kenanganku bersama I‟ana.

Puisi

Isinya adalah puisi-puisi karyaku, yang

berwarna-warni temanya.

Cerita

Isinya adalah tentang cerita yang kadang

inspirasinya dari kisahku dengan I‟ana yang

hanya berbentuk adegan atau pun cerita

tentang kehidupan sehari-hariku.

Catatan Kuliah

Isinya adalah cerita saat aku kuliah

Filosofi

Isinya adalah tentang inspirasi yang masuk ke

otakku yang kemudian aku ceritakan kepada

orang lain.

Page 72: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sedangkan Jefrianalogica memiliki arti

khusus, yaitu :

Jefri + analogi + logica

Sosok dari seorang jefri yang suka akan

analogi dan pemikiran logika.

Jefri + I’ana + logica

Adalah do‟a dari seorang Jefri untuk kembali

bertemu dengan I‟ana. Berdasarkan logika itu

mungkin, karena ada suatu alasan yang tak bisa

diceritakan secara umum. Ada sebuah cerita

tentang adam dan hawa di Al-Qur‟an, hampir

mirip dengan kisahku dan I‟ana, sunatullah itu

ada dan Al-Qur‟an punya bagian yang bisa

dilogika.

Jefri + I’ana + Analogi + Logica

Kisah Jefri dan I‟ana adalah sebuah analogi

dari kisah cinta pertama di dunia yang

merupakan sebuah ramalan yang bisa dilogika.

Semoga kami bisa bertemu lagi.

Pembenahan tampilan dan konsep menjadi prioritas

utama. Nurhandayani mengajarkan aku bagaimana

membuat tampilan blogku menjadi lebih menarik. Ya,

dulu cursorku sederhana kini menjadi lebih variatif,

dulu tak ada tampilan daun jatuh, ini,, woooww.. keren

toh. Kemudian saat pertama kali mendengar lagu

Page 73: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Lukisan Hati karya D‟fussion band, saat itulah, aku

belajar bagaimana memasang musik pada blogku,

hingga akhirnya blogku menjadi keren seperti ini.

Blog ini, adalah persembahanku untuk I‟anatul

Karomah, cinta pertamaku.bukti perasaan sayangku

kepadanya. (kembalilah kesini nok…)

Akhir kata, inilah cerita awal mula blogku ada sampai

medio 22 November 2011, kedepannya, akan ada

perkembangan pastinya untuk menjadi yang lebih baik.

(thanks to : Muhtamar, Nur Handayani, Wahyu

Nugroho Setiawan, D’Fussion Band, Nur Wahid,

Ahmad Dhani, Nur Khofifah (Inung) , Afif

Nugrahanto ; kalian inspirasi bagiku).

Page 74: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

21:21

Maret 2011, Semarang.

Aku baru saja

menyelesaikan deadline

untuk tugas besok. Tekanan

kuat pada otakku

membuatku lupa akan

segalanya. Entah itu sms

yang masuk ke inbox hp-ku,

teriakan merdu radio tuaku

atau pun rasa lapar yang menggerogoti perutku. Ku

rebahkan sejenak tubuhku di kasur kamar kosku,

menerawangi sejenak kenangan-kenangan bersamanya

dulu, bersama kekasihku saat itu. Lumayanlah, untuk

melepas sejenak penat yang menyelimuti tubuhku.

Aku merasa kosong,dan pikiranku melayang saat itu,

November 2009, dua bulan setelah jadian dengan dia.

November identik dengan musim hujan, tapi geliat

rintik-rintik hujan tak menyurutkan langkahku

membawanya menikmati malam saat itu. Jam

menunjukkan pukul 9 malam, hujan belum juga reda.

Langit masih sombong dengan mendungnya. Aku dan

Page 75: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

dia terlalu lama menghabiskan waktu mencari tas kecil

untuknya. Menjelajahi kios demi kios di mall

terkemuka di kotaku, hingga akhirnya ketemu, tas

pink cantik dengan hiasan boneka puppy di setiap

sisinya.

Perut terasa lapar, setelah berjalan-jalan hampir 3

jam. Senyum jam menunjukkan pukul 20.45 WIB, mall

sudah akan tutup. Kedai-kedai makan sudah

mengemasi barang-barang mereka. Aku pun mengajak

dia keluar mall, menikmati gerimis yang membuat

malam semakin manis. Romantis, kata pujangga. Tak

ada warung nasi yang buka saat itu, beberapa lain

hanya menjual bakso dan soto. Dia tidak suka bakso,

takut ada boraks katanya, dan juga tidak memilih

soto, tidak suka makan taucho (bumbu campuran

untuk soto), karena dia alergi dengan taucho.

Akhirnya, kami berjalan dan memilih kedai “Burjo”,

sebuah kedai mie sederhana. “Ada menu apa saja

mbak?”, tanyaku kepada penjualnya. “Cuma ada

Indomie mas, kalau minuman ada es teh, es jeruk, teh

hangat, coffemix dan lainnya , mas sama mbaknya mau

pesan apa”?, tanyanya kepadaku. “kami pesan Indomie

goreng dua mbak, sama telur juga ya, sama minumnya

teh hangat dan coffemix”, jawab kekasihku. Dia

Page 76: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

memang paling mengerti aku, makanan apa yang aku

suka, minuman apa yang aku suka, dia tahu. Sembari

menunggu pesanan datang, kami bercanda, rintik-

rintik hujan masih saja turun, walau tak sederas tadi.

tak apalah, setidaknya malam ini jadi lebih romantis

dengan adanya gerimis.

Mungkin, bagi kebanyakan orang, kami membuat

mereka iri. Maklumlah, sepasang sejoli baru, semua

terasa mesra. Aku melihat jam di hpku, 21:21 WIB.

Angka yang unik, menurutku. “Aneh juga kenapa bisa

kembar ya”?, tanyaku dalam hati. Tak lama berselang,

pesanan pun datang. Indomie goreng dengan telur

mata sapi, bawang goreng yang bertaburan menghiasi

permukaannya, benar-benar terlihat lezat. Aromanya

yang harum, menggoda hati untuk segera

mencicipinya. Aku dan dia makan selayaknya sepasang

sejoli yang sedang dimabuk asmara, saling menyuapi,

mesra selayaknya pengantin yang sedang menikmati

bulan madu mereka. Kelezatan indomie, dengan mie-

nya yang kenyal, dan bumbunya yang sedap bercampur

dengan balutan cinta dan kemesraan, membuat malam

ini terasa indah. Aku menyebutnya : “21:21 special

moment”. Sejak itu, kami sering menghabiskan malam

minggu di kedai Indomie ini.

Page 77: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Lamunanku tentang masa itu terbuyar, teman

sekamarku datang membuka pintu. Tampak basah

kuyup dia, memang hari itu hujan turun deras sekali.

Tekanan pada saat menyelesaikan deadline tadi

sampai membuatku tak sadar kalau hujan tadi.

“Huufft... sudah setahun lebih moment itu terjadi,

dan sudah hampir setengah tahun aku tak bertemu

dia, sedang apa dia di Jakarta sana..”?, tanyaku dalam

hati. Hujan masih deras, perutku pun mulai meronta-

meronta minta diiisi. Ingin beli nasi pun tak mungkin,

mau masak nasi juga tak mungkin, beras sudah habis.

“Jef, gimana kalau kita masak mie aja, aku masih

punya persediaan di lemari, kan enak tuh dingin-dingin

begini masak yang anget-anget”?, tanya temanku.

“terserah kau sajalah, aku titip masakin ya, kepalaku

agak pusing, aku mau rebahan bentar.”, jawabku.

Tak beberapa lama, terdengar suara hitter dicuci.

Kami anak kos, memang menggunakan hitter atau

biasa disebut “teko lisitrik” untuk memasak mie. Air

pun dimasukkan ke hitter. Detik berganti detik, menit

berganti menit, air pun mendidih, temanku

memasukkan dua bungkus mie, aku tak tahu mie apa

itu. Tak beberapa lama, semua pun telah siap. Bau

sedap yang sangat ku kenal, tapi aku tak bisa

menerka, apa itu. “Jef, udah mateng nih, gari mangan

Page 78: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

thok (tinggal makan doang).”, kata temanku. “yo kang

(ya mas).”,jawabku. Aku pun segera bangun, dan....

astaga!! Bau yang sangat ku kenal itu ialah Indomie

goreng. Ku lihat dua bungkus indomie terserak di

lantai kamarku. “ Dasar temanku ini gak bisa rapi

sedikit”, batinku. Aku ingin tertawa menerima ini

semua, saat ku memikirkan dia di masa itu, special

moment itu, kini... huufftt.. Tuhan kau memang luar

biasa.

Dalam hati, aku berdoa, “Tuhan, semoga dia ingat apa

yang pernah dia alami bersamaku saat itu. Tuhan,

sedang apakah dia disana?”. Uppss.. aku lupa, ada

beberapa sms yang belum aku buka sejak tadi,

ternyata dari teman sekampusku, menanyakan

tentang deadline tugas tadi. Kulihat jam di hpku...

21:21 WIB. Astaga!!!

Semarang, April 2011

Jefri Mahendra Kisworo.

Page 79: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

“Nok”

Prolog :

“kamu ada-ada saja, disini,

aku tak kan kenapa-kenapa.

Kalau aku kenapa-kenapa,

siapa yang akan menjaga

adikku yang imut dan nakal

ini..”

Deg.. aku terjaga dari tidurku. Pikiranku terasa

melayang. Aku mencoba mengingat mimpiku tadi.

Entah kenapa, seolah-olah waktu terulang kembali,

seperti video yang diputar ulang. Bayangan tentang

dia tergambar jelas.

Hari masih terasa dingin, ku lihat jam di hape-ku,

masih menunjukkan pukul 2 pagi. Detak-detak jam

dinding, nyaring berbunyi seolah enggan kalah dengan

detak jantungku yang berpacu kencang. Ya, mimpi

tentang dia, membuatku merasakan seolah-olah

terbang menembus batas ruang waktu. Langit-langit

kamar terasa penuh gambar dirinya.

Page 80: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dua tahun sudah, hampir terlupa aku akan rasa

tangannya, akan hembusan nafasnya. Entah kenapa,

dia hadir lagi dalam mimpiku. Kata-kata yang ku

ucapkan padanya, bak janji kosongku padanya, sekuat

apapun aku menjaganya, tangan-Nya tetap lebih besar

dariku.

Pagi itu, hari terasa dingin. Matahari pagi masih malu-

malu menampakkan cahayanya. Daun-daun pun masih

bermandikan sejuknya embun. Udara pagi masih

terasa ramah, menawarkan kesejukkan bagi jiwa. Aku

mengajak dia jogging pagi ini. Setelah UAN selesai,

dan SNMPTN terlewati, hari-hari terakhirku, ku

habiskan bersama dia. Dialah “Nok-ku”. Aku sering

menyebut dia “Nok”, karena aku suka dengannya,

daripada “Dek”, sebutan “Nok” terasa lebih hangat

untuknya. Aku suka kepada sifat manjanya, sifat

lucunya dan manisnya dia.

Entah kenapa, kadang waktu terasa lebih cepat saat

bersama dia, pertemuanku dengannya pun seolah-olah

baru kemarin. Derap-derap langkah kaki kami pun

menjadi genderang pemecah kesunyian pagi itu.

Matahari pagi mulai terasa panas, lapangan tempat

kami bermain pun mulai ramai, banyak pedagang

Page 81: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

bertebaran menawarkan barang dagangannya, entah

itu makanan, minuman, baju atau pun yang lainnya.

“Nok, laper gak? Ku belikan maem yah..”, tanyaku.

“iyah.. mas , sama es juga.. bayarin ea...”

“wew,, maunya.. tak tinggal lho...”

“wek, ayolah...”,

“iya.. iya adikku..., wek.”, ejekku.

Aku meninggalkan dia di bangku taman lapangan dan

berlari menyeberang jalan. Lapangan ini memang salah

satunya berbatasan dengan jalan raya, sedang sisi-sisi

lainnya adalah taman. Para pedagang kebanyakan

berkerumunan di sisi lapangan yang dekat dengan

jalan raya, alasan mereka sektor situ lebih ramai

karena sering pengendara berhenti untuk berbelanja.

Huuffftt.. bikin macet saja.

Pedagang-pedagang tampak sibuk melayani

pembelinya, ada ibu-ibu dengan anaknya, ada mbak-

mbak dengan adiknya, membuatku lama sekali

mengantri, “tak apalah..‟, batinku. Aku membeli dua

bungkus nasi dan dua botol air minum, lalu secepatnya

aku berlalu, menuju tempat adikku menunggu tadi.

Page 82: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dari jauh, ku lihat dia gelisah, “ada apa

dengannya?”,tanyaku dalam hati.

“Nok, kamu kenapa?”,tanyaku setelah sampai di

depannya. Ada perasaan khawatirku pada dia, jangan-

jangan kesurupan,hehehe.. tapi apa dia katakan

membuatku terkejut.

“mas, aku takut kau pergi, saat kau pergi tadi terasa

lama sekali. Aku pernah baca cerita seorang adik yang

menunggu kakaknya membelikan makanan buat dia, si

adik menunggu kakaknya lama sekali, lama sekali..

hingga tedengar bunyi tabarakan, dan dia sadar..

kakaknya telah tiada!! Aku takut seperti itu...”

Sejenak aku terpana, aku merasakan perasaan halus

adikku ini, di balik sifat manja dan lucunya, dia

seorang gadis yang lembut.. jawabku, “kamu ada-ada

saja, disini, aku tak kan kenapa-kenapa. Kalau aku

kenapa-kenapa, siapa yang akan menjaga adikku yang

imut dan nakal ini..”

“selamanya.. sayangku untukmu nok, kamu pasti akan

ku jaga”

Hari pun berganti hari, suara mobil ambulans

meraung-meraung. Aku berlari secepat mungkin

Page 83: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

menuju ruang UGD. Tampak di sana seorang tua paruh

baya, berlumur darah di keningnya.

“Bapak siapa?”, tanyaku.

“aa..aku yang menabrak gadis tadi de‟..”, jawabnya.

Aku terkejut, “ha!! Apa yang bapak lakukan!!

Membawa mobil seenaknya!! Lihat perbuatan

bapak!!@#3##4$45%%..!!”

Hanya cacian yang keluar dari mulutku, ingin ku

membunuhnya. Jika nanti terjadi apa-apa pada adikku,

tak kan ku biarkan dia.

Waktu terasa berjalan lambat, “Drep!!”, pintu UGD

terbuka lebar, sesosok gadis cantik terbaring

diranjang dorong dibawa keluar. Melewatiku. Melewati

bapak itu. Wajah cantik itu, terlihat bibirnya beku,

ada senyum kecil di wajahnya. Dokter keluar dengan

wajah lusuh, kepadaku dia berkata,”Adikmu telah

meninggal . . .”

Aku tak percaya. Baru kemarin aku mengatakan bahwa

aku kan menjaganya. Kini dia pergi meninggalkan aku

untuk selamanya. Harusnya aku lah yang mati, bukan

dia. Aku tak bisa berkata apapun, hanya bisa

menangis, mengiringi senyum manisnya menjadi

Page 84: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

senyum beku. Nafas hangatnya kini sudah tak ada.

Wajah cerah itu kini menjadi wajah pucat. Dan sosok

yang lincah itu kini Cuma jadi sesosok bidadari cantik

yang terbujur kaku.

Ku kecup keningnya, untuk yang terakhir kalinya. Ada

sesimpul senyum beku di wajahnya. “maafkan aku Nok,

aku tak bisa menjagamu.. Aku sayang kamu

selamanya..”

Suara kereta membuyarkan lamunanku. Yah, karena

mimpiku pagi tadi. Aku memutuskan untuk pulang ke

kampung halaman. Aku ingin berziarah ke makam

adikku. Dari balik jendela terlihat lampu-lampu

melintas seolah-olah garis-garis bintang. Ada bayang

wajahmu di jendela kereta.

“maaf mas,, kursi ini kosong?”, tanya seorang gadis

kepadaku.

“ya .. kosong,, silakan”, jawabku sambil menoleh.. eh..

“Nok?”.

Page 85: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Epilog :

“Ternyata, Nok-ku, punya kakak yang juga saudara

kembarnya. Dia dipisahkan dari kakaknya ketika dia

akan belajar dewasa. Dan hari ini, aku bertemu

dengan kakaknya. Walau pun mereka kembar,

perasaan yang ku rasakan berbeda. Dan dia pulang ke

kampung halaman untuk berziarah ke makam adiknya.

Suatu kebetulan yang luar biasa.”

...dan kereta pun kembali melaju...

Page 86: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Brrraaakk!!

Derai ombak masih halus

menggapai kakiku. Senja

perlahan datang, matahari

mulai enggan menyinari

bumi, bersembunyi

membawa hangat sinarnya.

Aku masih merasakan sakit

di kepalaku. Ada bekas

memar tergambar di

keningku. Yah,, pukulan dia memang cukup keras. Aku

tak pernah bisa percaya, wajahnya yang memancarkan

kasih sayang, berubah buas karena ketidakpercayaan.

Seandainya dia lebih tahu, perasaan cinta ini seperti

laut, yang tiada habis airnya mesti terpanggang sinar

mentari. Dalam lamunku, cakrawala tampak

menggambarkan kamu menangis kini, karena seribu

kataku tak bisa meyakinkanmu, sejuta maafku tak

bisa menyejukkan hatimu.

“brraaakkk..!!!”, suara buku yang kau jatuhkan, masih

terngiang bebas dipikiranku. Seolah-olah angin ini

adalah roll film yang diputar kembali. Aku berusaha

menjelaskanmu, tentang puisi itu. “sungguh, aku gak

Page 87: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

ada apa-apa dengan dia, kami cuma berteman. Puisi

yang aku buatkan untuk dia, hanya untuk membantu

dia membuatkan tugasnya,, sungguh. Aku gak

bohong!!”. “Tapi kau buatkan dia tanpa izin dulu sama

aku, kamu anggap aku apa?? Ha?? Aku gak percaya

lagi ma kamu!! Aku benci kamu!!”.

“braaaakkkk...!!”, kembali kau membanting buku itu

lagi, apa pun yang ada, kau lemparkan padaku. Ada

tangis dalam amarahmu, aku tahu itu. Sungguh, aku

tak tahu bagaimana menjelaskan padamu,

“brraaaakkk.. duakkks..”, kau memukulku. Keras.

Sekeras hatimu yang tak bisa menerima penjelasanku.

Egoismu terpecah mempengaruhi aku. Darahku terasa

panas, ada kebencian muncul padamu saat itu. Aku

beranjak pergi, kau mencoba menahanku. Aku memilih

pergi. Hati ini telah terpengaruh emosi.

Dan.. aku pergi ke suatu pantai, pelabuhan batu .

pantai terpencil yang sunyi akan hiruk pikuk manusia,

tempatku menepikan sejenak emosiku. Akal sehatku,

meyakini perasaan cinta dan sayangku padamu, hati

kecilku, selalu berkata kaulah sebenarnya cinta

untukku. Tak pernah berharap aku menjauh darimu,

atau membuat benci antara kita..

Page 88: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Suara pantai terasa sejuk di telingaku. Pasir-pasir

menawarkan halus untuk merebahkan beban pikiranku.

“sssshhh... kepalaku rasanya sakit sekali..”. jam

menunjukkan pukul 6 sore, aku masih ingin disini.

Engganku, beranjak dari sini. Biar senja jadi

kekasihku saat ini. Kepalaku terasa sakit sekali,

dadaku terasa berdegup kencang, entah kenapa

hatiku gelisah.. seperti akan ada sesuatu yang akan

terjadi.

“perasaan cinta.. yang kini merasuki kehidupanku..

bersamamu.. kau t‟lah bawa aku melayang menembus

batas ruang waktu, damai „tuk kita...” . ringtone

hapeku berbunyi, serasa enggan aku membuka sms

yang masuk. namun perasaan terasa tak enak,

mengalahkan egoku. ku buka hapeku.

Ada satu pesan singkat :

“mas.. aku sakit..;-(”

Aku kaget. Ku buyarkan perasaan benciku padanya.

Langsung aku menuju rumahnya. Aku takut dia

kenapa-kenapa. Dia tampak lemah berbaring di

ranjang, wajahnya tampak putih pucat. Melihatku

datang, dia berusaha memelukku, seperti seorang

anak kecil yang mengharapkan pelukan ibunya ketika

Page 89: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

petir menggelegar. Aku langsung membawanya ke

Rumah Sakit di kotaku. Bagiku, dia sungguh berharga,

sebenci apapun aku padanya, tetap aku mencintainya.

Karena dia adalah bagian dari kisah hidupku, sebuah

batu perubahan dalam kehidupanku.

Rumah sakit terasa hening, detak-detak jam berpacu

dengan detak jantungku. Aku melihat wajah kecilmu,

di hapeku, foto saat engkau mengirimkannya padaku,

kau yang sungguh teramat manis, bergerak kesana

kesini, seperti peri kecil yang memaksaku

merindukanmu, yang mengalahkan egoku tentang

cinta. Kini, terbaring lemah, wajah kecil itu menjadi

wajah putih pucat, aku tak kan rela jika engkau pergi.

Di kesunyian ini, dalam kesendirian ini, sungguh

teramat sungguh, aku meminta kepada Tuhan :

“Tuhan, selamatkanlah dia”

Tuhan adalah Maha segalanya, dia mendengar satu

kalimat harapanku. Wajah pucat itu, berangsur-

angsur menjadi cerah. Awan mendung telah perlahan

pergi, aku meilhatmu bergerak lagi.

Dan hidupmu, hidupku, tetap berlanjut. Sakit kepalaku

perlahan-lahan hilang. Hari berganti hari, kau pun

sembuh. Namun, sekali dosa, tetaplah dosa (bagimu).

Page 90: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dan sekali salah tetaplah salah. Bagimu, tak ada

tempat atau kesempatan bagi pengkhianat. Bayang-

bayang tetaplah bayang-bayang. Sekali buku tertekuk

lembaran kertasnya, selama itu bekas tekukan itu

akan tetap ada. Salahku padamu, bukanlah terhapus,

tapi menjadi sesuatu catatan hitam yang mungkin

akan kau ingat seumur hidup. Dan , tipe-X maafku pun

tak bisa menghapusnya, malah menjadi sebuah

tumpukan coretan baru di catatan yang hendak ku

hapus itu. Kau tak (bisa) mempercayai aku lagi, walau

sungguh aku mencintaimu.

Setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan,

jalanilah waktu yang sedikit sekali dalam pertemuan

itu, sebelum datang waktu tangan melambai dan wajah

tak pernah berjumpa. Jika kau beruntung atau bahkan

berjodoh, berharaplah untuk pertemuan kembali.

Pasti kan tercipta pertemuan kembali. Seperti kisah

adam dan hawa. Berharaplah...

Dalam kesibukanku, setelah kata-kata perpisahan itu

turun, aku merasakan sakit di kepalaku. Tiap kali kau

sedih, kepalaku sakit. Tiap kali kau menangis, kepalaku

pun sakit. Tiap kali kau jatuh sakit, kepalaku pun

sakit. Namun, kau tak pernah (bisa) percaya, tak

pernah berusaha untuk percaya.

Page 91: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Januari.

Februari

Maret.

.....

Januari kedua..

....

Januari ketiga...

......

Di tahun ketiga pun...

Sakit di kepalaku masih ada.

Dan, “Brrraaaaakkk..!!!”.

Suara ombak memecah karang..

Lamunanku terbuyarkan, “apakah kau baik-baik saja

disana..?”.

......

Sakit.

Page 92: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kaca

Kau seperti kaca. Di

keseharianku, yang tiap

pagi selalu ku pandangi

wajahku di depan kaca,

betapa sempurnanya

Sang Kuasa menciptakan

diriku, yang utuh tiada kurang suatu apa pun, maka

nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Ku

melihat diriku sebagai sosok yang sempurna,

selayaknya Dia yang menyebutkan manusia itu makhluk

paling sempurna, dan kau –tiadalah berbeda- yang

elok selayaknya bunga mawar di sepiku, menjadi

bagian dari tulang rusukku. Dari sebuah pertemuan

yang kemudian menjadi alasanku untuk selalu melihat

kaca, melihat wajahku, apakah aku pantas

bersamamu? Dan kau dulu, selalu yakinkan aku, saat

kau memintaku menjadi pendamping hidupmu, saat kau

menangis kala kita akan dipisahkan. Saat kau

mendukungku ketika aku dipojokkan.

Kau seperti kaca, yang tiap hari rindu aku pandang.

Menatap wajahmu, seperti aku menatap cerminan

diriku, sebagai pantulan jawaban, pantaskah aku

Page 93: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

berdiri di sampingmu. Dan kau jawab: “pantas”,

seperti kala kau dulu genggam tanganku, berjalan

tanpa menghiraukan pandangan orang, karena dunia ini

terasa milik kita berdua.

Kau seperti kaca, yang selalu aku bersihkan kala kau

terasa buram. Kala jenuh dan sedih di wajahmu

datang, pertanyaan pun mengambang, bisakah aku

membahagiakanmu? Dan kau jawab: “bisa”, walau kita

belum bisa keliling dunia, senyum di wajahmu tetap

mengembang.

Kau seperti kaca yang jernih dan bening, sehingga aku

bisa bebas melihat cahaya, yang hapuskan murungku

saat aku berfikir kejenuhan saat intrik datang, namun

kau menjawab,”semangat”. Kau tetap tertawa diatas

kejenuhanku, menumpuk rasa bosanku dengan

senyummu, menghapuskan murungku dengan canda dan

sifat manjamu.

Kau seperti kaca, yang tergantung manis di dinding

hatiku.

Kau seperti kaca.

Namun kaca itu, yang selalu tergantung dalam dinding

hati, perlahan-lahan goyah. Terlalu banyak gempa dan

Page 94: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

terlalu besar skala gempa yng menimpa. Hingga

akhirnya kaca itu jatuh. Pecah. Canda tawamu,

cintamu, sifat manjamu, senyummu, hancur. Aku tiada

bisa menikmati lagi kilauan magis cinta dalam kaca.

Kaca yang jatuh itu, pecah, menjadi beling-beling kaca

yang kemudian terserak kemana-kemana. Aku yang

gelap mata kalai itu, kesal, dan membuang baling-

beling itu ke lautan. Ombak dilautan membawa beling-

beling kaca itu ke penjuru dunia. Dan nyaris aku

lupakan tentang kaca itu.

Kini, aku hidup tanpa kaca itu. Tak ada lagi cerminan

diri, tak ada lagi kilauan cahaya yang membiaskan

gelisahku. Hidup seperti hampa saat kita tak bisa

bercermin, tak bisa melihat refleksi diri kita.

Namun, Tuhan maha tahu, dia mengembalikan beling-

beling kaca itu sedikit demi sedikit kepadaku.

Menamparkan ombak yang berisi beling kaca itu

kepadaku, airnya masuk ke tenggorokan beserta

beling kaca itu. Rasanya sesak di tenggorokan, dan

oksigen terasa sedikit sekali. Dalam hatiku, ada luka

yang terjadi karena goresan beling kaca itu. Rasanya

sakit sekali. Sakit sekali. Hampir dalam setiap detik

hidupku setelah itu, selalu menelan air laut yang

bercampur beling-beling kaca.

Page 95: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kau seperti kaca yang pecah, yang pecahan terbawa

pada setiap orang yang mirip denganmu yang ku temui.

Dan suasana saat bersamamu, sifatmu, manismu,

menjadi pecahan kaca yang terbawa dalam orang itu.

Dan itu seperti beling kaca yang menggores hati.

Rasanya sakit sekali. Kenangan masa lalu seolah

menjadi luka yang terbuka lebar dan mengucur darah.

Cinta ini seolah menjadi penyakit akut yang tiada bisa

sembuh.

Kau seperti kaca.

Dan beling kaca itu menggoreskan hatiku.

Aku mencintai kaca itu.

Page 96: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kamar Mandiku, Panggung Konserku

“Coba dengarkanlah

sumpahku, dari hati.. oh,

aku cinta kamu.. jangan

dengar kata mereka.. yang

tak ingin kita satu, yakinkan

aku milikmu.. aku milikmu...”

Itu lagu yang sering aku

nyanyikan pas aku mandi.

Ketika aku mandi, selalu

terbayang bagaimana aku berdiri di sebuah panggung

konser yang megah, yang di depanku berkerumunan

ribuan penonton, berdesak-desakan menunggu

penampilanku. Di belakangku, telah siap armada-

armada musisi sekelas Ahmad Dhani, Andra Maulana,

Yuke, dan Tyos Nugros mengiringi tiap nada yang akan

aku dendangkan.

Hari ini, langit terlihat gelap. Cahaya matahari hanya

menyinari 2/3 persen dari seluruh cahaya yang dia

sinarkan dalam sehari-hari. Padahal jam baru

menunjukkan pukul 3 sore, aku rasa hari akan menjadi

cucuran hujan dari Sang maha Kuasa. Aku menuju

Page 97: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

kamar mandi, ingin pipis. Ketika aku mengucurkan air

seniku, ketika hendak mengambil air buat menggabyur

bekas pipisku, Astaga!! Apa itu?? Sebuah makhluk

kecil tak bernyawa, panjang berwarna hijau tampak

mengambang di kolam kamar mandiku. Memang, kamar

mandiku ini aneh sekali. Pernah aku menemukan

seekor cecak mati mengambang di sana, kadang pula

aku menyaksikan puluhan semut meregang nyawa di

sana. Dan, pernah pula ada seekor tikus mati

mengenaskan di sana. Aku sempat berfikir, “mungkin

kolam ini adalah tempat yang stratergis buat bunuh

diri para makhluk-makhluk ciptaan Tuhan tersebut.

Ternyata semut, tikus dan cecak itu mudah putus asa

ya... >_<..”.

Kembali ke masalah tadi, aku masih tertegun, benda

apakah itu? Ku perhatikan benar-benar.. astaga!! Itu

sebuah ulat berwarna hijau. Tapi darimana?? Kosku

kan tidak pernah dekat hutan? Dulu, ketika ada

mencawak masuk ke kamar mandi sebelah timur, aku

juga bertanya, “itu mencawak dari mana ya?”. Padahal

mencawak kan hidup di rawa-rawa. Dan, kosku tidak

dekat rawa-rawa. Aku dan temanku sering menduga

itu adalah mencawak yang keluar dari kandang kebun

binatang fantasi pemilik surau, heheheh..^_^.

Page 98: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Bila teman-teman sering menonton film pokemon,

maka pasti akan pernah melihat makhluk ini. Ya, ini

makhluk lebih mirip seperti makhluk fantasi yang ada

dalam serial pokemon dari pada ulat dalam kehidupan

nyata. Hiiiii.... aku merasa jijik. Aku buang itu

pokemon. Aku evakuasi dia baik-baik, aku makamkan

dia baik-baik. Dan kini.. mataku tertuju pada kolam

kamar mandiku. Masa aku mau mandi air bekas itu?

Hiii..... bila ada pepatah : rumahku istanaku, maka aku

mau mempopulerkan istilah baru, kamar mandiku,

panggung konserku. Sebuah panggung yang baik, akan

menghasilkan performa yang luar biasa, begitu pula,

sebuah kamar mandi yang baik dan bersih, akan

melahirkan kulit yang mulus dan bersih, woowww....

Sedikit tentang kamar mandi, di dalam kamar mandi,

kita bisa mendapatkan energi alpha, contohnya kala

perut kita terasa mules. Badan jadi lemes. Apa yang

kita lakuin? Ya, ke kamar mandi. Yang tadinya, wajah

pucet dan pikiran negatif, setelah keluar kamar mandi

jadi positif lagi. Atau ketika kita stress, mandilah dan

menyanyilah di kamar mandi, energi alpha akan masuk

dan pikiran kita terasa lega.

Aku lalu membuka segel penyangga keluarnya air, aku

kuras air yang ada dalam bak kamar mandi. Woww..

Page 99: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

memang sudah kotor sekali bak mandi ini bah.. banyak

sekali lukisan-lukisan tanah di dasar kolam. Wah,

ternyata.. pantas sajalah. Kini, baru aku sadari, kalau

bak mandiku itu.. ternyata dalam juga!! Sungguh sulit

menghabiskan seluruh air di bak sampai benar-benar

habis. Dan kini, baru aku sadari.. sejak awal aku

ngekos disini, sampai aku semester 5, baru kali ini

aku membersihkan kamar mandi,hehheehe...T.T

Menit berganti menit, suara sanyo pun berbunyi

nyaring mengiringi derasnya air memenuhi bak

mandiku. Betapa bahagianya hati ini, melihat dasar

kolam yang jernih dan air yang bersih, dan

semuanya.... boleh minta suaranya? Ayo.... “Coba

dengarkanlah sumpahku, dari hati.. oh, aku cinta

kamu.. jangan dengar kata mereka.. yang tak ingin kita

satu, yakinkan aku milikmu.. aku milikmu...”

Thank you...

Aku telah selesai mandi

Memang, kamar mandiku, panggung konserku. ^_^.

Soal : “ dipunyai sebuah bak mandi berbentuk balok,

dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi, masing-

Page 100: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

masing adalah 1 meter, 1 meter dan 1,3 meter.

Pertanyaannya, berapakah volume maksimal balok agar

bisa dikuras habis saat dibersihkan?

Silahkan hitung sendiri.

Page 101: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Separuh Nafas

Rumah sakit. Tahun

‟90-an...

Ini adalah cerita

ibuku yang menunggui

aku. Di sepinya dunia

saat itu, masa-masa

aku tak mengenal

siapapun kecuali

sesosok wajah lembut

ibuku, aku bertarung

dengan nafasku. Aku

tak melihat apa pun atau pun merasakan apa pun.

Penerjemahanku mengenai hidup masihlah kosong. Ya,

mungkin karena baru berapa hari aku melihat dunia,

dan itu hanya sekelumit dari kotak-kotak yang

nantinya akan terbuka. Kata ibuku, nafasku seperti

garis-garis diskrit,, patah-patah. Memang itulah yang

diharapkan, seluruh orang yang di dalam ruangan itu,

kata ibuku, beliau berharap garis-garis patah-patah

itu tetap ada. Kata ibuku, nafasku terlihat pendek dan

berat. Seolah-olah oksigen dalam ruangan itu, terasa

terbatas. Padahal, tiga orang lain, yakni ibuku, ayahku,

Page 102: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

nenekku, tidaklah merasakan itu. Hanyalah aku,

berjuang untuk hidup. Tapi aku, tak pernah mengerti

saat itu, apakah aku berjuang untuk hidup? Sedang

aku, bernafas saja tidak tahu. Separuh nafasku di

nirwana kehidupan, separuh lagi di taman sunyi

kematian.

Rumah sakit. Pukul 11 malam...

Nafasku terasa berat, dan pendek-pendek. Malam

yang dingin tiada terasa dingin atau pun membosankan

bagi ibuku. Baginya, inilah medan peperangan antara

keputus asaan dengan secercah harapan. Dengan

bersenjatakan do‟a, ia berdiri tegar menghadapi

semua. Matanya menatap alat pengukur kehidupan dan

nafasku, detik demi detik, dia lewati pertempuran

dengan secercah harapan. Di do‟anya, terucap:

“Tuhan, mungkin ini hari terakhirku bisa melihatnya.

Kalau Kau menghendaki dia berumur panjang,

biarkanlah dia berumur panjang. Walau pun aku harus

susah karena kenakalannya, aku rela, asalkan dia

hidup. Namun, bila waktunya sedikit sekali, biarkanlah

aku melihat nafas terakhirnya...”

Rumah sakit. Pukul 2 malam...

Page 103: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tuhan adalah maha segalanya, dan do‟a yang diucapkan

ibuku itu, menjadi pedang penusuk keputus asaan,

menjadi cahaya penghapus kegelapan. Tuhan telah

memilihku untuk hidup. Kasih sayangnya, memelukku

erat. Nafasku perlahan-lahan normal, jarakku dengan

kematian semakin menjauh. Aku melihat cahaya lampu

menerangi senyuman harapan ibuku. Tangisnya beubah

menjadi tangis bahagia. Andai aku bisa berkata, ingin

ku katakan: “tak usah sedih ibu.. aku pasti hidup,

karena ku ingin melakukan sesuatu untuk segala

do‟amu..”.

“sesungguhnya, sesuatu perjuangan sudah dimulai,

jauh sebelum kita dilahirkan. Membunuh atau

terbunuh. Adalah sebuah hakikat yang sudah

ditetapkan sejak dulu kala..”

Dan hidupku, terasa lurus. Do‟a ibuku yang menukar

kerelaannya dengan kenakalanku, belumlah terwujud.

Tuhan, belumlah menagih janji atas do‟a ibuku. Aku

hidup sebagai manusia yang berfikir dengan logika. Ya,

mungkin kenakalanku, adalah pengingkaran kepada

sesuatu yang gaib. Kepada Tuhan yang menciptakan

alam semesta, kepada kesombongan untuk bisa

melakukan segalanya.

Page 104: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tuhan lebih mengetahui daripada aku. Dia-lah pemilik

maha kepastian akan segala rencana. Akulah bagian

kecil dari rencana-Nya.

Kota kecil di bumi Tuhan. Pertengahan 19-an...

Lagi-lagi aku bertarung dengan nafasku. Separuh

nafasku melayang tak tentu arah. Separuh menuju

kehidupan. Separuh lagi di sisi dingin kematian.

Otakku, merasakan hawa kehidupan, meresapkn

secercah keberanian, tapi pelukan dingin kematian,

seolah-olah enggan membiarkan aku hidup. Rasa takut

yang teramat sangat membatasi gerakku. Perasaan

dingin dari arah belakang, ketakutan meninggalkan

masa lalu, kebekuan dari arah kiri, jawaban-jawaban

buruk dari segala yang ku tanyakan, dan jawaban dari

ketidaktahuan atau prasangka saja, kabut tebal dari

arah kanan, mataku tak bisa mengetahui apa yang ada

dalam kabut itu, seolah-olah aku takut, dan dari arah

depan, dimana secercah harapan bertempur hebat

dengan keputus asaan. Ya, seperti sebuah de javu aku

kembali harus bertemu dengan secercah harapan dan

rasa putus asa. Dan ini bukan cerita ibuku lagi, dimana

akulah yang memperjuangkan kehidupanku, dimana aku

membuat do‟a untuk mengalahkan setan yang ada

dalam nafasku. Otakku mengatakan, “inilah hidupku,

Page 105: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

hidup itu sebuah pilihan, dan itu simpel , kita ambil

keputusan dan jangan pernah menyesalinya. Jalani

yang telah diputuskan, kelak syukur akan kau

panjatkan kepada-Nya..”. Namun, hatiku mengatakan

enggan. Perasaan buruk akan sebuah perkataan otak,

menjadi sebuah pengingkaran yang tak semestinya

ada.

Sekali lagi, Tuhan Maha segalanya. Di jurang kematian

yang curam dan sunyi itu, dimana aku hanya sendiri,

tanpa penjagaan setia ibuku, Tuhan menyelamatkan

aku. Rasa pengingkaranku akan keberadaan-Nya

runtuh, di kesombonganku, aku mengakui aku butuh

Dia. Rasa sayang-Nya memelukku erat seperti dulu,

ketika aku selamat dari cengkraman separuh nafas.

Aku melangkahkan kakiku, meninggalkan jurang

kematian menuju taman langit kehidupan. Nafasku

kembali normal, jiwa dan ragaku terasa hidup. Masa-

masa kritisku telah lewat, rasa muak akan kehidupan,

seperti kala ditinggal kekasih tercinta, rasa jijik

menghirup nafas seperti kala kekasihku

meninggalkanku, berubah seperti katak yang keluar

dari tempurung. Dari kesempitan dan kebodohan yang

telah kronis melekat. Dan itu semua telah berganti.

Inilah sesungguhnya kehidupan. Aku melihat wajah-

Page 106: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

wajah menyambut kehidupanku. Wajah-wajah asing

yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Aku seperti

bayi yang baru lahir, saat kalian tertawa, akulah yang

menangis.. tawa kalian adalah simphoni indah

penyambutanku. Tangisanku adalah harapan

kebahagiaan bagi kita semua.

Hari berganti hari, banyak hal yang tak ku mengerti

terjawab. Garis tanganku, yang telah Dia gariskan,

aku telah mengerti. Kini, aku sadar kenapa aku

dipisahkan dari sang hawa, kenapa aku selalu menjaga

jarakku dengannya, dan kenapa aku bisa selamat dari

hawa dingin malaikat kematian. Terima kasih Tuhanku,

Allah SWT.

(Thanks to : Allah SWT )

Page 107: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dia adalah Dekat

Prolog : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?"

Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat

dekat.…”

Terkadang, kita

selalu merasa

sombong. Merasa

kalau ketika ada

masalah, kita tidak

pernah bersyukur

atas masalah

tersebut. Kita tidak pernah merasakan pertolongan

Tuhan kala itu, padahal, bila kita telaah lebih

dalam,kita bisa merasakan betapa sayangnya Tuhan

kepada kita.

Sebuah kisah, ketika ayahku terkena stroke saat

bulan Ramadhan 2011, aku merasakan down yang

teramat sangat. Dimana keadaan masih berpacu

dengan kuliah dan juga tugas lainnya. Keadaan rumah

juga masih bereforia dengan baru menikahnya

mbakku, tapi Dia memberikan ujian dengan jatuhnya

ayahku terkena stroke. Aku tahu kalau ayah punya

Page 108: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

riwayat darah tinggi yang panjang, punya

kecenderungan makanan yang tidak sehat, perokok,

egoisme yang besar dan juga pemarah, namun aku

tahu kalau beliau punya kekuatan tubuh yang kuat.

Sakitnya Beliau terjadi di bulan ramadhan, tepat saat

mbakku dan mas Lutfi pulang ke rumah untuk sekedar

melepas rindu. Aku yang mendengar kabar sakitnya

beliau kaget, waktu itu, aku dapat smsnya malam hari.

Besok paginya aku langsung pulang ke Batang, padahal

aku dalam menunggu kepastian akan ujian Geoan.

Sesampainya di Batang, aku menuju ke ruang ICU

RSUD Batang, wah, di ruang ICU, berarti gawat

banget dong? Itulah yang ku pikirkan. Betapa tidak

aku menjadi berfikir negatif kepada Dia, bagaimana

tidak. Kami baru saja menyelenggarakan pesta

pernikahan mbakku yang berarti sebelumnya

menghabiskan banyak dana, lalu bagaimana tidak aku

harus melobi dosenku untuk menunda ujian geoan,

bagaimana tidak, mbakku dan ibuku harus

meninggalkan pekerjaannya sementara buat

menunggui bapakku, bagaimana tidak, aku harus

menunda bahkan mungkin membatalkan untuk masuk

bisnis Orion, dan bagaimana tidak, bila membayangkan

bapak tidak bisa apa-apa lagi, semuanya menjadi

Page 109: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

bilangan-bilangan negatif yang berseliweran di

kepalaku.

Ramadhan, 17. Sebuah ayat turun kepadaku : “Apakah

kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,

padahal belum datang kepadamu (cobaan)

sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum

kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan

kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-

macam cobaan,) sehingga berkatalah Rasul dan orang-

orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya

pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya

pertolongan Allah itu amat dekat.…” (QS: Al-

Baqarah 214). Pertolongan Allah amat dekat, ya itu

kata yang terngiang benar dalam hatiku. Meski aku

agak susah buat melaksanakan shalat saat itu, tapi

aku percaya bahwa pertolongan Allah amat dekat.

Dan, setidaknya 70% amanahku tercapai.

Ramadhan, 19. Surat-Nya menyejukkan hatiku, Dia

berkata : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan.”(QS :AlamNasyrah 5-6).

Dia meyakinkan aku, bahwa dalam satu kesulitan akan

ada 2 kemudahan, dan pasti badai itu akan berlalu.

Page 110: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Aku membuka hatiku kepada-Mu ya Allah, sudah

sepantasnya aku begitu. Terlalu muluk aku merasa

sombong. Dan bila aku telaah lagi kejadian awal

sakitnya bapak, betapa Dia telah menolongku. Andai

saja ketika bapakku terkena stroke, ibuku, mbak peni

dan mas lutfi tidak sedang di rumah, apa yang akan

terjadi? Atau, kalau pun mereka di rumah, tapi andai

saja ibu tidak bertanya kepada ayahku dan tidak

menyadari jawabannku ayahku yang tak jelas, dan

andai ibuku tak menghampiri ayahku yang waktu itu

duduk tiada berdaya, apa yang akan terjadi?

Andai maswik tidak perasa, kalau di rumah sedang ada

masalah besar, apa yang akan terjadi? Andai waktu

itu tak ada becak yang bisa dipakai buat mengantar?

Atau kalau pun ada, andai waktu mengantar ke RSUD

ada kejadian yang tak diharapkan terjadi. Bagaimana

nanti?

Atau kembali awal, bagaimana jika andai bapakku

terkena stroke sebelum dia sampai di rumah dan

sedang dalam perjalanan pulang sehabis beli iwak

manuk?

Andai.. andai.. dan andai. Tapi semua pengandaian itu

sirna, lihatlah betapa sayangnya Dia kepadaku, kepada

keluargaku, kepada bapakku dan juga kepada kita

Page 111: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

semua. Lihatlah, betapa dekatnya Dia menolongku,

menolong keluargaku, menolong bapakku, menolong

kita semua, sampai kita sendiri tak terasa ketika

ditolong-Nya. Sungguh maha segalanya Dia.

Hari-hari di rumah sakit adalah hari-hari yang

memuakkan. Kami seperti camping, banyak nyamuk,

mirip juga dengan barak pengungsian. Tapi, bila

ditelaah, betapa sayangnya Dia kepadaku. Aku

diberinya hiburan disamping kesulitan. Betapa lucunya

melihat nenek-nenek yang sepengungsian denganku,

dengan santainya merokok yang disebutnya ngampret.

Betapa pingin ketawanya, melihat pasien di sebelah

ranjang bapakku, walau sakit komplikasi tiga macam,

tetapi malah misuh-misuh tidak jelas. Walau dia ingat

Yang di atas sana, tapi mulutnya tetep aja bau hewan.

Atau betapa lucunya, mendengar ibuku bercerita

kalau teman sepengungsian kita, suaminya sakit,

tetapi ketika nama asli suaminya dipanggil oleh

petugas buat menemui keluarganya, sang istri malah

bingung dan tidak menjawab panggilan petugas.

Kenapa? Karena sang istri lupa nama asli sang suami.

Jadi dia tak menyahut ketika nama suaminya

dipanggil. Ada-ada saja.

Page 112: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Rumah sakit seperti kotak drama, dimana walau ada

kesedihan namun juga ada kelucuan. Ada hikmah

dibalik musibah. Di rumah sakit aku sadar, betapa

drama kehidupan sangatlah singkat. Dimana hati miris

melihat seorang ibu, menangis histeris melihat nafas

anaknya yang baru berumur 3 bulan habis. Betapa

sedihnya, sang istri yang lupa nama suaminya harus

menhan pedih ketika sang suami mengakhiri

perjuangannya dan menghadap Sang Kuasa. Semua

adalah pemain kotak drama rumah sakit.

Hari berganti hari, tak terasa ramadhan hampir

berakhir. Aku melewatkan hampir separuh bulan puasa

ini di rumah sakit. Dan tensi ayahku perlahan-lahan

turun walau belum terlalu stabil. Gerak tubuh ayahku

pun masih belum terlalu kuat, terutama bagian tubuh

sebalah kanan yang diserang. Tapi, kami memutuskan

untuk menjalani rawat inap. Pertimbangannya, selain

biaya, kami terutama bapakku sudah tidak betah di

rumah sakit. Kami juga sudah menyiapkan pengobatan

alternatif sebagai solusi. Kami tahu, obat dari dokter

tidak terlalu efekti untuk mengobati bapakku. Maka

dari itu, kami mengombinasikan obat dokter dan juga

obat alternatif.

Page 113: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Hari-hari setelah keluar dari rumah sakit pun,

bukanlah hari-hari yang mudah. Emosi dan ingatan

bapakku yang belum stabil, terkadang membuat

masalah di malam hari. Ada keputus asaan dalam

diriku, apakah ini akan berakhir? Dan Dia memberiku

jawaban : Hai orang-orang yang beriman,

bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan

tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan

bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung

(Ali Imran : 200). Disaat aku habis kesabaran, Dia

menyuruhku untuk terus bersabar dan menambah

kesabaran. Kesabaran tanpa batas yang dia harpkan

kepadaku.

Bulan berganti bulan, bapakku sedikit demi sedikit

beranjak membaik. Kini beliau sudah bisa bekerja

walau belum terlalu full. Dokter memvonis beliau tidak

boleh makan sembarangan, tidak boleh merokok, tidak

boleh berfikir terlalu berat dan marah-marah. Kini,

beliau lebih menghargai akan kehidupannya, akan

sangat berharganya keluarganya.

Dan sekarang, bagiku, aku bersyukur akan ujian ini,

betapa aku bisa menyelesaikan amanahku walau hanya

70%, aku bisa membersihkan harta orang tuaku

melalui zakat mereka yang dilewatkan padaku. Aku

Page 114: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

bisa lebih memahami betapa Allah maha tahu cara

mendewasakan diriku.

Andai, peristiwa itu tak ada. Tak kan ada kehangatan

kekeluargaan yang lebih baik dari ini. Tak ada

matahari yang bersinar lebih hangat dari ini. Badai

memang sedang akan berlalu. Matahari kini telah

berganti. Kami berdiri tegak menghadapi badai ini.

Karena kami yakin, sesudah kesulitan akan ada dua

kemudahan. Badai pasti berlalu....

Epilog : “kini, tiap kali melihat senyum di wajah

bapakku, di wajah ibuku, di wajah mbakku, aku

menyadari, betapa berharganya kebahagiaan bisa

bersama mereka. Dalam senang atau pun susah, dalam

dunia atau pun akhirat..”. “Dan apabila hamba-

hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka

(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.” (QS:

Al-Baqarah 186)

Page 115: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kurang dari 100%

Sering kita menjumpai

bahwa 100% untuk Tuhan,

dan sisanya untuk kita.

Berapa sisanya? 99, 98,...

atau berapa? Ku ingat

lagi, bahwa kita punya

99% dari 100% itu.

Bagaimana pun Tuhan

tidak akan merubah kehidupan kita sebelum kita yang

merubahnya, dalam arti lain kita bisa punya 100%.

Namun tetap 100% itu milik Tuhan, karena Dia tak

ada bandingannya di dunia ini. Kadang, kita sangat

kesal karena kita hanya bisa 99% dan gagal 100%

karena diambil oleh-Nya 1%, namun aku ingin

bercerita bagaimana kehilangan lebih dari satu persen

itu indah buat kita.

Sebuah kisah.

Ketika Porsajur 2011, aku menghadapi lawan yang

sangat ku kenal, anak kimia angkatanku. Satu hal, aku

Page 116: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

tak pernah kalah lawan dia dalam beberapa kali

latihan, namun anehnya, aku justru kalah saat

bertemu dia di final, dan itu 2 kali sekaligus.

Bagaimana tidak kecewa? Aku kalah oleh lawan yang

biasa aku kalahkan. Padahal, aku punya peluang 99%

menang.

Kecewa? Jelas. Kekalahan yang menyakitkan. Namun,

aku beruntung. Jika seandainya aku menang kala itu,

namaku akan besar di MIPA dan itu berbahaya bagiku

di kemudian hari. Kalau pun aku kalah, aku tahu

dimana letak kekuranganku. Kekalahanku berbuah

banyak prestasi di kemudian hari.

Sebuah kisah..

Dahulu, ayahku adalah orang yang cepat sekali

pemarah dan agak ringan tangan. Kondisinya saat itu,

beliau 100%, bahkan mungkin lebih. Beliau punya

kekuatan fisik yang luar biasa, tidak mudah sakit

Page 117: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

walau malam-malam hanya bertelanjang dada, pernah

jatuh dari motor, luka lumayan parah, namun bisa

pulang sendiri tanpa di antar orang lain, melawan rasa

sakit pada kepala, dan lolos dari itu, padahal saat itu

tensinya mencapai 200 lebih. Dan, banyak hal lain

yang menjadi kelebihan beliau tentang kekuatan

fisiknya. Namun, dibalik kekuatan fisiknya, beliau

merupakan orang yang keras terhadap keluarga jika

sedang marah, ringan tangan, dan egois. Ini sifat

buruk beliau, dari sifat baik yang ada pada dirinya.

Semua kekuatan yang mencapai 100% itu rubuh, kala

beliau terserang stroke pada Agustus 2011. Aku yakin

pada kekuatan beliau, kalau beliau dapat pulih 100%,

hari berganti hari, beliau pun beranjak membaik.

Namun, dalam pemulihannya, kekuatan beliau belum

bisa pulih 100%. Beliau belum bisa berjalan secepat

orang normal, belum bisa berbicara sejelas dulu,

masih sering lupa dan kekuatannya, belum sehebat

dulu. Ada kesedihan dalam hatiku, ketika melihat

beliau yang seperti ini. Seburuk-buruknya beliau,

tetap perasaan sayang dan cintaku kepadanya tidak

bisa dibohongi. Namun, suatu hari, ibuku memberikan

jawaban bijak tentang semua ini.

Page 118: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Ibuku bercerita, ketika itu, ibuku menonton tayangan

curhat dari hati ke hati bersama mama dedeh, ada

suatu jawaban luar biasa dari tayangan tersebut.

Dalam tayangan itu, ada seorang ibu yang mengalami

hal sama dengan ibuku, bahwa suaminya terkena

stroke, dan belum bisa pulih 100%, dan yang lebih

mengejutkan lagi, sifat suaminya hampir sama dengan

sifat ayahku. Apa jawab mamah dedeh? Jawaban

bijak darinya, bahwa hal tersebut adalah nikmat yang

tersembunyi. Allah sengaja mengambil beberapa

persen dari kekuatan suaminya, Allah mengambil

sedikit tenaga yang ada pada tangannya, agar

suaminya tidak lagi memukuli istrinya, Allah

mengambil sedikit kekuatan ingatannya, agar tidak

lagi memikirkan hal-hal yang buruk kepada istrinya,

Allah mengambil sedikit kejelasan dalam intonasinya,

agar tidak mengucapkan kata-kata kasar lagi pada

istrinya, dan Allah mengambil kekuatannya, sebagai

teguran dan kasih sayang-Nya pada suami dan

istrinya..

Dan kini, suaminya menjadi lebih baik daripada dahulu.

Walau harus kehilangan beberapa persen dari

kekuatannya, kebahagiaan tak lah harus lahir dari

Page 119: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

segala yang 100%. Keluargaku pun, menjadi lebih

harmonis daripada dahulu. Dia mengirimkan jawaban

dengan cara yang begitu indah.

Bersyukurlah, walau Allah mengambil beberapa

persen dari kita, jika kita ikhlas dan sabar, Dia akan

mengganti lebih dari 100% dari yang kita miliki.

Thanks to : Allah SWT.

Teruntuk : Bapakku, Gito Kisworo.

Page 120: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Malaikat Kecilku

Prolog : “ketika aku

masih di alam sana, alam

tempat nyawa masih

melayang bebas, alam

rahim, aku merasakan

kesenangan disini.

Seolah-olah enggan aku

beranjak pergi dari sini.

Suatu hari, Dia

memanggilku,

mengatakan bahwa aku harus bersiap-siap. Membawa

segala pakaian bakat dan topi perasaanku. Memakai

jubah akalku, aku bertanya kepada-Nya, “kenapa aku

harus bersiap-siap?”. Dia menjawab, “karena Aku

telah memilihmu untuk diri-Ku, bersiap-siaplah,

karena kau akan Ku turunkan ke dunia”. Aku bertanya

lagi, “aku tak mengerti apa pun tentang dunia, dan lagi

aku akan menjadi kecil dan lemah, apakah aku akan

bisa turun ke dunia?”. Dia menjawab, “ kau bisa

dengan kehendak-Ku”. Aku kembali bertanya, “aku

akan jadi kecil dan lemah, adakah yang akan

menjagaku sebelum aku jadi besar dan kuat?”, Dia

Page 121: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

menjawab, “ada”. Aku kembali bertanya,”aku akan

menjadi kecil dan lemah, adakah yang akan mengajari

aku menjadi besar dan kuat?”. Dia menjawab, “Ada”.

Aku lalu bertanya,”siapakah yang akan menjaga dan

mengajariku Tuhan?”. Dia menjawab,”seorang

malaikat.”. aku kembali bertanya, “siapakah nama

malaikat itu Tuhan?”. Tuhan pun menjawab, “Malaikat

itu bernama IBU”.

22 Desember lalu, kita merayakan apa yang namanya

hari ibu. Selalu dan selalu temanku yang bernama Ika,

menanyakan kepadaku, apa arti ibu bagiku? Aku hanya

jawab, “malaikat”. Ya, bagiku, ibuku adalah seorang

malaikat. Yang menjagaku dari kecil hingga sekarang

sebesar ini.

Malaikat kecilku itu, bernama ibu Kunanik. Seorang

malaikat kecil yang diutus untuk menjagaku. Betapa

sungguh, ibuku sangat menyayangiku sejak aku kecil

hingga sekarang. Beliau bekerja di pabrik Mikimoto,

sebagai seorang buruh. Walau begitu, aku tak pernah

merasakan malu atau sungkan kepada teman-teman

mengenai pekerjaan ibu, justru ada suatu kebanggaan

besar dalam diriku, betapa tidak, seorang buruh

pabrik, namun mampu menyekolahkan kedua anaknya

Page 122: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

sampai ke perguruan tinggi. Sebuah hal yang sangat

luar biasa. Tak sedikit orang tua yang punya

pekerjaan yang lebih bergaji besar, namun tak bisa

menyekolahkan anaknya, dan tak banyak buruh-buruh

lain yang bisa menyekolahkan anaknya sampai ke

perguruan tinggi. Inilah rahmat Allah kepada ibuku.

Sebagai seorang ibu, beliau terlahir bertanggung

jawab dan sangat mencintai keluarganya. Betapa tidak

selalu dan selalu beliau berusaha menjaga agar rumah

tangga kami utuh selamanya. Beliau selalu rela

berkorban demi anak-anaknya. Sejak kecil aku

ditanamkan oleh beliau sifat-sifat yang baik, masih

jelas aku ingat, ketika ibu menasehatiku kalau

mengalah itu bukan berarti kalah, biasanya itu ketika

aku bertengkar dengan kakakku. Atau, kala beliau

melarangku, untuk tidak merokok, dan sampai

sekarang, aku belum pernah tersentuh yang namanya

merokok. Aku tahu, sebenarnya amarah ibuku,

larangan ibuku, adalah sebuah bahasa lain dari kasih

sayangnya kepadaku. Aku pernah dilarang bermain di

bendungan, di pantai, walau akhirnya aku tetap nekat

pergi juga dan dimarahi, namun aku tahu, beliau

sayang kepadaku.

Sebuah kisah.

Page 123: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dulu, aku pernah menghilangkan sebuah benda yang

sangat-sangat berharga. Ada ketakutan dalam hatiku,

aku merasakan sangat dan sangat ketakutan kalau aku

akan dimarahi. Bagaimana tidak, aku menghilangkan

barang yang sangat berharga dan mahal harganya,

namun ketika aku berbicara jujur tentang hal itu,

ibuku malah berkata, “kamu tidak apa-apa kan de, gak

usah khawatir yang penting kamu sekarang tidak apa-

apa, barang itu masih bisa diganti, namun jika kamu

yang kenapa-kenapa, gak kan ada yang bisa ngganti.

Tidak ada di dunia ini yang jualan umur..”. sungguh,

aku menangis kala itu, bukan karena takut, namun

karena aku merasakan belaian lembut ibuku

menyentuh dinding nuraniku, perasaan cinta dan

sayangnya yang begitu mendalam menyelimuti hawa

takut dan dinginku menjadi hangat akan cinta. Dan,

aku menangis, terharu dalam kebiruan.

Kasih ibu itu sepanjang jalan, ketika anaknya berbuat

nakal atau membuat marah pun, ibuku tetap

menyayangiku. Ketika dulu aku ngambek dan minta hal

yang tak wajar, ibuku pun tetap sabar kepadaku.

Ketika kondisi rumah dalam keadaan kritis, ibuku pula

yang paling optimis semua bisa selesai. Ibuku selalu

berkata, bila saja bisa, dia rela kalau nyawanya

ditukarkan dengan nyawa anaknya…

Page 124: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dan sekali lagi, aku menangis terharu dalam sepiku.

Ibuku adalah semangatku, ketika aku jatuh. Ketika

prestasiku tak kunjung membaik, ibuku selalu

yakinkan kalau aku sudah lakukan yang terbaik dan

aku bisa jadi yang lebih baik dari ini.

Banyak hal yang aku pelajari dari ibuku, caranya

menyayangi anaknya, sifat pantang menyerahnya,

sifat rela berkorbannya, rasa cintanya yang sangat

mendalam kepada keluarganya.. dan sifatnya yang

melawan keterbatasan.

Sekarang, tiap senyumannya adalah bahagiaku. Aku

selalu berusaha agar dia tetap tersenyum, sedemikian

pula dia selalu membuatku tersenyum.

Epilog : “dan malaikat kecilku kini bertambah rapuh,

termakan rayap usia, namun sayang dan cintanya tiada

pernah rubuh oleh badai waktu. Kini, giliranku untuk

menjaga malaikat kecilku, membawanya terbang ke

tangan-Nya yang sesungguhnya. Dan malaikat

kecilku…adalah harapan terbesarku..”

Page 125: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Boneka Gedhek-Gedhek

(sebuah cerita..)

Prolog : “awal aku bertemu, aku malu-malu untuk berkenalan, aku tidak biasa berkenalan dengan cewek, rasanya gemetar..”

Namanya Nur Khofifah,

aku bertemu dengan dia

ketika kelas XII. Hmm…

kalau tidak salah akhir

mei 2009, tepatnya

tanggal 30. . Masih ingat, waktu itu ku kenalan dengan

dia di perpustakaan umum batang, yang ngenalin aku

dengan dia ialah Sita, temanku smp dulu. Eh, waktu

kenal,, namanya Inung. Owh.. ternyata belakangan aku

tahu, kalau Inung itu nama sapaan buat dia. Anaknya

enak, santun, cerdas, manis dan penuh semangat.

Pertama aku kenalan dengan dia, dia tersenyum..

manis banget...

Page 126: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Ya, akhirnya aku ajak dia dan Sita jalan-jalan, aku

ngajak temanku juga, namanya.. Supranoto. Biasa

dipanggil kampran. Hari itu, kami bersepeda ke

kramat, di waduk kedung ombo Batang. Walaupun

cuma beberapa jam saja, aku bisa belajar banyak dari

dia.

Esok paginya, kami bersepeda lagi ke Sigandu. Aku

ajak dia mengelilingi sedikit kota Batang yang cukup

cerah. Kami ke pasar tiban, di sana kami bertemu

dengan temanku Novi, wah.. sempat dikira yang tidak-

tidak antara aku dan dia oleh Novi. Aku ajak pula dia

melihat stadion Muhammad sarengat, yang tak

terawat, hehehe.. di sini, kali pertama aku melihat dia

naik sepeda federalku..^_^. Aku ajak dia main ke

rumahku juga. Kami bermain apa yang namanya

bridge,jujur, aku gak terlalu paham apa itu, tapi aku

tahu, itu menarik buat dipelajari. Biasanya aku cuma

bermain poker, butuh waktu buat aku untuk mendapat

izin bermain kartu dari ibuku, katanya sih haram.

Kalau buat aku sih, biasa saja, asal gak pakai uang

ajah.

Menit berganti menit, waktu terasa cepat sekali

berlalu. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11. Aku

sempat mengenalkan dia dengan mbakku, dan dia

disambut dengan hangat.

Page 127: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dan semua selesai, dia disini cuma 2 hari saja. Ada

sebuah kehilangan ketika dia akan pulang, seperti

kehilangan sesuatu yang telah lama aku genggam.

Seiring berjalannya waktu, aku kan dan pasti akan mengenal dia. Inung lahir 23 Februari 1992. Secara otomatis dia

berzodiak pisces. Jujur, aku sejak SD kagum sekali

dengan cewek pisces , ada sebuah alasan yang terlahir

pada masa-masa aku SD. Kali pertama aku suka cewek

waktu SD, dia berzodiak pisces. Cewek pisces mempunyai daya pesona yang luar biasa, biasanya

mereka terlahir dalam keanggunan dan kecantikan

yang natural. Mereka terlahir cerdas dan punya sifat

semangat dan pantang menyerah.

Inung tinggal di kaliwungu, kendal, lebih tepatnya di

Perumahan Kaliwungu Indah. Aku dulu pernah janji

buat main ke rumahnya. Kali pertama aku ke rumahnya

adalah pas aku melakukan registrasi mahasiswa

UNNES. Sebelum aku ke rumahnya, aku sempat ke

Gramedia buat beli‟in dia buku, karya Raditya Dika,

yang judulnya “Cinta Brontosaurus”. Entah dapat

inspirasi darimana aku ingin beli‟in dia buku. Mungkin

ya, karena bagiku dia istimewa.

Page 128: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Kali pertama aku ke rumahnya, aku bersama temanku

Afif. Dengan jaket anti angin, yang katanya Afif

nutupi spion, okelah, kita berangkat ke Kaliwungu.

Tidak terlalu sulit buat menemukan kompleks

perumahan Kaliwungu Indah, walau tidak ada plang

nama perumahan di gerbangnya, namun yang sulitnya

adalah, kala aku mencari rumahnya. Dari gerbang

perumahan dia bilang lurus lalu belok kiri kemudian

kanan, okelah, aku turuti. Eh, ternyata, kami kembali

ke tempat semula??? Ha??? Aku minta diulangi

petunjuknya, eh, ternyata masih sama. Si Afif udah

uring-uringan lagi, capek katanya. Dia bilang, “minta ancer-ancernya saja jef, dekat apa..”. Inung

menjawab kalau dekat dengan TPQ dan gangnya ada

patung garudanya. Akhirnya, kami mencari TPQ dan

gangnya saja, eh, sebelum ketemu, kami udh ketemu

dengan dia duluan.. untung-untung.

Kali pertama aku masuk rumahnya, rasanya aku

nervous banget. Jujur, aku gak terbiasa main ke

tempat cewek. Paling banter hanya ke tempat I‟ana.

Kami mengobrol banyak hal, tentang kuliah, tentang

apalah, sampai akhirnya waktu memisahkan kami. Pukul

setengah 9, aku dan Afif pamit pulang. Aku merasa

ada kekaguman dia padaku, namun aku justru takut

dia kagum denganku.

Ada banyak hal yang ku kagumi dari dia, semangatnya..

selalu saja aku kalah dari semangatnya. menurutku,

Page 129: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

meskipun dia lebih muda setahun dari aku, tapi aku

rasa dia lebih bijak. entahlah.. mungkin karena dia

anak pertama sedang aku anak kedua.

Ada banyak hal yang ku suka dari dia, manisnya,

suaranya, keceriaannya, ya, tipe orang berzodiak

pisces memang seperti itu. Dia juga lembut

menurutku, mungkin ada satu kesamaan antara dia,

mungkin dia pun tak sadar, kalo aku dan dia.. sama-

sama dilindungi-Nya.

Aku sempat kaget ketika dia punya pacar, mas falah

namanya. Dulu, dalam pikiranku, hampir tak mungkin

dia berpacaran, entahlah, yang penting sekarang dah

putus, hehehe...

Hari berganti hari, aku dan dia bertambah akrab.

Entahlah, setelah tidak adanya I‟ana, seperti ada yang

menarik aku padanya. Walau dalam hatiku selalu ada

I‟ana, tapi di dalam keseharianku juga masih

memikirkan Inung. Ada sebuah dualisme yang punya

tempatnya masing-masing. Aku tahu siapa yang aku

cintai dan aku tahu siapa yang aku kagumi.

Sering aku sms dan telfon dia, sekedar buat

komunikasi dan menjalin silaturahmi. Bagimana pun

semua terjadi karena terbiasa. Banyak momen-momen

antara aku dan dia, kala aku main ke rumah dia sendiri

dan tidak dengan temanku, kala aku mengantar dia

Page 130: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

pulang setelah monev PKM, kala aku, dia dan Sita

bersepeda bersama-sama di UNNES, dia rela jauh-

jauh datang ke UNNES.

Special moment #1. Kala dia dan Sita datang jauh-jauh ke UNNES buat bermain bersamaku.

Aku tak tahu sebenarnya yang berkepentingan buat

ke UNNES, dia atau Sita, Sita bilang Sita punya perlu

untuk cari tahu tentang info SNMPTN, padahal aku

sudah bilang, kalau sekarang sistemnya online jadi

semua bisa diakses melalui internet, tapi ya, sudahlah,

dan mereka pun ke sini pagi sekitar jam 8-an. Ini kali

pertama aku melihat Inung pakai celana biasanya

pakai rok,hehehe..

Jujur, sebenarnya bingung mau ngapain? Atau mau

bagaimana? Tadinya aku mau mengajak Afif buat

nemenin aku, berhubung dia ada kepentingan, ya

sudah, aku yang hadapi sendiri.

Aku mengajak kalian berdua bersepeda di sekitar

UNNES. Ya, untung kita bisa pinjam sepeda. Kau

terlihat manis hari ini, aku mesti berterima kasih

kepada Sita, karena dia ngajak kau buat ke sini. Dan

dia pulalah yang bayarin makan kita, padahal

seharusnya aku yang bayarin. Aku mengajak kalian

melihat kamarku, jelek memang, padahal udah sempat

ku rapikan dikit, hehehe.. untung sebelumnya aku

sudah sempat pinjam laptop, jadi kalian bisa sedikit

Page 131: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

terhibur dengan film 3 idiots . hujan pun turun, kalian

terhambat pulang. Setidaknya aku masih bisa melihat

wajah manismu lebih lama. Makasih sita. Dan ada satu

pertanyaan : “siapakah yang sebenarnya berkepentingan..?”. Special moment #2 Kala aku memberinya kado ultahnya yang ke-19. Sekali lagi aku tak tahu, dapat inspirasi darimana buat

memberi dia kado. Dan itu ada jauh-jauh hari sebelum

dia ulang tahun. Beberapa bulan sebelum dia ultah,

aku coba cari tahu tentang apa yang dia suka. Tadinya

aku mau beri dia boneka Doraemon, tapi kata

temannya, madya, Inung itu orangnya dewasa, jadi

kalau aku beri dia boneka, kesannya mengkanak-

kanakkan dia. Kemudian, aku berfikir buat beri dia

jam, eh, dia udah punya jam. Kan aneh kalau memakai

jam dua sekaligus,hehehe.. aku mau beri buku, aku

sudah pernah. Sampai akhirnya aku putuskan untuk

beli La Tahzan, beberapa hari setelah itu aku dapat

info, kalau Inung lagi demen baju batik warna merah

maroon. Kalau tidak salah, aku dapat info dari Sita.

Langsung saja aku begerak, berhubung aku tidak tahu

mode, aku harus mengajak cewek buat bantu milih,

tadinya aku mau pesan temanku yang jualan batik, tapi

setelah tahu kalau ambilnya di johar, ku gak jadi. Yah,

gak ada istimewanya dong... akhirnya aku putuskan

untuk beli di grosir pekalongan. Aku mengajak ibuku,

Page 132: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

beliau juga pingin beli batik. Aku tidak bilang kalau

aku beli batik buat ngado Inung, sungkan,hehehe..

memang aku agak tertutup kalau masalah cinta.

Setelah berputar-putar aku akhirnya dapatin juga

baju yang lumayan sesuai, agak bingung juga milih

ukurannya, akhirnya aku sms Madya, tanya ukuran

baju Inung apa? Dia jawab, “S”, ha?? Masa sih

sebegitu kecilnya Inung? Akhirnya aku pilih „M‟ saja,

kalau pun kegedean kan bisa dikecilin, beda kalau

kecil. Ibuku membelikan aku pasangan dari baju yang

aku belikan untuk inung, jadi beliau membelikan aku

kemeja batik warna merah maroon juga. Setelah

selesai membeli baju, tinggal memikirkan bagaimana

cara memberikannya kepada Inung. Aku jujur gak

berani kalau memberikan langsung. Aku lalu minta

tolong Sita, beruntungnya dia sekarang lagi

berdomisili di Kaliwungu. 4 hari sebelum ulang

tahunnya, aku mengajak Sita ketemuan buat nyerahin

kadonya ke Inung, jadi Inung satu-satunya cewek

yang aku beri kado dua sekaligus. Makasih ya sita.

Ada gambar dalam kado tersebut, ada pesan dalam

bungkusan tersebut dan semuanya untukmu Inung.

Selamat ulang tahun yang ke-19....^_^.

Special moment #3 Kala gantian dia yang mengado aku. Andai bisa memilih, aku tak ingin dapat kado di

ultahku yang ke-20. Bagiku, aku udah selesai di umur

Page 133: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

yang ke-19. Andai boleh memilih, aku ingin namaku di

tulis Mahendra Kisworo Jefri setelah umurku yang

ke-19. Ulang tahunku yang kali ini memang special

karena adanya pesta pernikahan Mbak peni yang

bertepatan dengan ulang tahunku. Dan Inung,

memberiku kado kecil,

Isinya sebuah kemeja,

yang dari dulu pingin aku

beli. Tahu saja kau..^_^.

Namun ada suatu hal yang

membuatku kagum, kau rela

jauh-jauh datang ke kosku

buat ngasih kado itu. Walau

tanggalnya kecepeten,

walau kita belum bisa

ketemu, namun aku

acungkan 4 jempol (tambah

2 jempol kaki,hehehe..) buat kamu Inung. Makasih ya..

Ada pesan dalam kado, dan ternyata baju itu memang

pas buatku, saking pasnya aku rasa badanku jadi

membesar, atau bajunya yang kekecilan yah?

Entahlah,, hehhehe...

Dan.. ini suatu deja vu saat aku merayakan umurku yang ke-18. Kenapa ya aku harus menolaknya saat itu?

Page 134: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Aku tak tahu banyak tentang masa lalu dia, yang jelas

aku tahu, dia dulu alumnus SMA N 1 Kaliwungu dan

kini sedang menempuh pendidikan di PGSD mangkang

UNNES. Sebuah jurusan yang cocok buat dia, dia

sangat menyukai anak-anak, ketika kali pertama dia

memberiku foto, juga foto bareng anak-anak. Dia

suka sekali makan tela-tela (jadi inget sesuatu..) jamur crispy, ikan belut, sayur daun singkong dan juga

kelengkeng. Dari makanan yang dia suka semua bisa

diterjemahkan ke lidahku kecuali sayur daun

singkong,hehehe.. aku tak tahu kenapa dia suka warna

hijau, sedang aku suka warna biru dan hitam. Dulu aku

suka warna hijau, tapi tak terlalu, itu karena aku

sering bermain di lapangan rumput, jadi aku suka

warna hijau.

Kadang aku berfikir, apakah aku pantas disandingkan

dengan dia? Dalam perjalanannya, aku memang tak

mengalami kesulitan ketika serius untuk benar-benar

bertemu dengannya, namun aku tak mau merusak

sebuah catatan antara aku dan dia dengan cara aku

punya perasaan kepadanya. Ada sebuah batas antara

aku dan dia, ada suatu perbedaan sangat mendasar

antara aku dan dia, dan masih ada orang lain di hati

kami masing-masing.

Aku pernah bercerita kepadanya kalau aku punya

nama panggilan di setiap generasiku, ketika SD, ada

yang memanggiku, unto, aku gak bisa cerita asal mula

nama panggilan itu, waktu SMP ada yang manggil aku

Page 135: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

jiwar, dan parahnya di SMA, aku dapat nama panggilan

sammy. Itu pas aku kelas XI. Tapi dari sekian nama

itu, nama unto lah yang paling sering aku dengar,

soalnya teman-temanku di kampung kada manggila aku

begitu. Dulu dia juga cerita kepadaku, kenapa di

panggil Inung, alasannya ya karena pas kecil dia tidak

bisa bilang „r‟, malah jadi „n‟, aku juga gak bisa bilang

„r‟ Cuma iya jadinya „L‟ bukan „n‟,hehehe... dia juga

bercerita kalau waktu SD dia dipanggil boneka gedhek-gedhek oleh teman-temannya. Gak tahu

kenapa?

Begitulah antara aku dan inung, bagiku dia juga

istimewa. Ada suatu impianku untuknya andai Tuhan

mengizinkan.

Chorus :

Ada satu yang ingin ku ucapkan padanya :

“kehadiranmu, menjadi bagian dari kehidupanku. Darimu aku banyak belajar sesuatu. Sekarang atau yang akan datang, tetap tak kan berubah. Dan aku tahu, ada yang ku rasa tentangmu.” ......................... Thanks to : Madya Prihastini & Nur Sita Mar’atun.

Page 136: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Lirik

Lagu itu seperti gadis, terasa indah

dalam hati.. membuatku terpesona

akan nada dan liriknya..

Persembahan

jefrianalogica.blogspot.com

Page 137: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Aku Milikmu

Terdengar lirih bisikanmu, diantara bayang-

bayangmu..

terucap kata cinta yang dulu tersimpan

dan tak mau pergi…

Sekejap cinta yang terjalin dan menjadi sebuah

cerita..

Yang tak mungkin terlupa dan tak mau pergi…

Mungkinkah ku miliki cinta seperti ini lagi

Jangan biarkan aku kehilangan dirimu..

Coba dengarkanlah sumpahku dari hati..

Aku cinta kamu..

Jangan dengar kata mereka

yang tak ingin kita satu,

Yakinkan aku milikmu..

Page 138: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Aku milikmu..

Jalinan cinta tulus suci terpadu terikat erat..

Jangan terpisah lagi,

Waktu kan menguji cinta kita berdua..

Mungkinkah ku miliki cinta seperti ini lagi

Jangan biarkan aku kehilangan dirimu..

Coba dengarkanlah sumpahku dari hati..

Aku cinta kamu..

Jangan dengar kata mereka

yang tak ingin kita satu,

Yakinkan aku milikmu..

Aku milikmu..

Aku milikmu…

Page 139: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Notes : “lagu ini udah lama banget aku dengar,

ketika awal-awal aku suka Dewa 19, entah kenapa

seiring berjalannya waktu, aroma lagu ini menjadi

kenyataan dalam perjalanan hidupku.

Dulu aku punya kekasih, entah kenapa aku akan

kehilangan kekasihku, seperti ada sebuah tangan

yang akan memisahkan kita berdua. saat itu aku

bertengkar dengan dia, waktu itu belum jadian, aku

memberikan lirik reffnya, karena dia berfikir, kalau

banyak orang tak suka akan hubungan kami. Dan

aku pun tak mau menyerah hanya karena itu,

karena aku suka kamu….

Walau pun pada akhirnya kami kini berpisah, ku

harap dia masih ingat akan lagu ini, dimana aku

berusaha meyakinkan dia, hingga akhirnya, kisah

itu kini hanya menjadi sebuah cerita manis yang

(mungkin) tak kan terulang lagi. Jujur, dalam

keseharianku, masih tetap ada bayang-bayangnya,

dan suaramu masih ada di hapeku, saat kata

manismu ku rekam saat itu. Kini semua itu

tinggallah cerita.

Dan, setiap kali lagu ini berputar, selalu ada

rentetan manis cerita kita berdua. Kala kemesraan

dalam genggaman kita. Aku rindu saat-saat itu.”

(Dewa 19-Album Format Masa Depan)

Page 140: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Pupus

Aku tak mengerti apa yang ku rasa..

Rindu yang tak pernah begitu hebatnya,

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu..

Meski kau tak kan pernah tahu..

Aku persembahkan hidupku untukmu..

Telah ku relakan hatiku padamu..

Namun kau masih bisu diam seribu bahasa..

Dan hati kecilku bicara..

Baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan..

Kau buat remuk seluruh hatiku...

Semoga waktu akan mengilhami sisi hatimu yang

beku,

Semoga akan datang keajaiban

Page 141: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

hingga akhirnya kau pun mau..

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu..

Meski kau tak kan pernah tahu..

Baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan..

Kau buat remuk seluruh hatiku...

Baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan..

Kau buat remuk seluruh hatiku...

Baru ku sadari.. (oh.. baru ku sadari..)

cintaku bertepuk sebelah tangan..(bertepuk

sebelah tangan..)

Kau buat remuk seluruh hatiku... (seluruh hatiku..

ooouuuoohhh....)

Page 142: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Notes : “sebuah lagu buat kamu yang cintanya

bertepuk sebelah tangan.. cinta itu bisa

menyenangkan banget, tapi bisa juga menyakitkan

banget.. ketika kita menyakiti seseorang yang kita

sukai, akan sangat sulit bagi kita mengembalikan

kepercayaannya. Itulah pupus yang aku alami, saat

ini yang ku rasakan adalah bertepuk sebelah

tangan, karena sulitnya mendapatkan maaf, lebih

dari itu, dia tak pernah tahu apa yang aku rasakan

kepadanya. Tak pernah tahu sedalam apa

perasaanku padanya, dan inilah pupus yang aku

rasakan. Bukan pupus gagal mendapatkan wanita

yang diimpikan, tapi pupus mempertahankan dan

mendapatkan kembali cintanya yang telah hilang.

Perubahan memang akan selalu ada..”

(Dewa 19-Album : Cintailah Cinta)

Page 143: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Karena Ku Cinta Kau

Jika ada yang bilang ku lupa kau

Jangan kau dengar

Jika ada yang bilang ku tak setia

Jangan kau dengar

Banyak cinta yang datang mendekat

Ku menolak,

Semua itu karena ku cinta kau...

Jika ada yang bilang ku tak baik

Jangan kau dengar

Jika ada yang bilang ku berubah

Jangan kau dengar

Banyak cinta yang datang mendekat

Ku menolak,

Semua itu karena ku cinta kau...

Kau...

Page 144: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Saat kau ingat aku, ku ingat kau

Saat kau rindu aku, ku juga rasa

Ku tahu kau selalu ingin denganku

Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan

Tuhan pun tahu ku cinta kau..

Jika kau tak percaya padaku,

sakitnya aku

Jika kau lebih dengar mereka,

sedih hatiku

Saat kau ingat aku, ku ingat kau

Saat kau rindu aku, ku juga rasa

Ku tahu kau selalu ingin denganku

Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan

Tuhan pun tahu ku cinta kau..

Page 145: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Saat kau ingat aku, ku ingat kau

Saat kau rindu aku, ku juga rasa

Ku tahu kau selalu ingin denganku

Kau tahu ku juga ingin denganmu..

Ku tahu kau selalu ingin denganku

Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan

Tuhan pun tahu ku cinta kau..

Page 146: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Notes : “kali pertama dengar lagu ini, adalah saat

aku dan dia bertengkar di rumahnya. Alasannya,

karena ku cemburu saat dia dengan cowok lain.

Saat dia inbox-an lewat fb dengan mantannya. Aku

ke rumahnya sambil membawa boneka. Saat

suasana sudah reda, dia memperdengarkan lagu ini,

masih jelas dalam ingatanku saat dia menyanyikan

bagian ini : Jika ada yang bilang ku lupa kau, jangan

kau dengar. Jika ada yang bilang ku tak setia,

jangan kau dengar. Banyak cinta yang datang

mendekat, ku menolak. Semua itu karena ku cinta

kau... dan sampai akhirnya aku tahu, dialah ....”

(Bunga Cita Lestari- Karena ku cinta kau)

Page 147: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Ku Ingin Kau Tahu

Selama aku pergi

Ku akan mengingatmu

Tak hanya sementara

Selalu dan selalu kurindukan

Senyummu untukku di sini

Ku ingin kau tahu

Meski pun ku jauh

Ku ada di hatimu

Ku ingin kau tahu

Meski pun kau jauh

Kau tetap milikku

Selamanya...

Page 148: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Ku bernyanyi untukmu

Untukmu yang kurindukan

Tetaplah setia menungguku

'Kan kembali

Ku ingin kau tahu

Meski pun ku jauh

Kau ada di hatiku

Ku ingin kau tahu

Meski pun kau jauh

Kau tetap milikku

Selamanya...

Page 149: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Notes : kali pertama ku dengar lagu ini adalah saat

aku bertengkar dengan dia. Simpel alasannya, aku

di anggap nyuekin dia,sebuah alasan simpel namun

aku tahu aku salah. Dalam kesibukanku,

sesungguhnya aku juga memikirkan dia. Waktu itu,

aku dan dia habis beli maem di sebuah warung

dekat rumahnya, dalam perjalanan pulang, dan

waktu itu juga aku mau pulang ke Semarang, dia

memperdengarkan lagu ini. Sebuah lagu yang

menyentuh hati. Dan dia berkata, “kamu tak pernah

mengatakan atau menyanyikan seperti ini..”.

(Adrian Martadinata- Ku ingin kau tahu)

Page 150: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Cinta Pertama dan Terakhir

Sebelumnya tak ada yang mampu

mengajakku untuk bertahan di kala sedih

sebelumnya ku ikat hatiku hanya untuk aku seorang

sekarang kau di sini,

hilang rasanya semua bimbang tangis kesepian

kau buat aku bertanya

kau buat aku mencari

tentang rasa ini

aku tak mengerti

akankah sama jadinya..

bila bukan kamu

lalu senyummu menyadarkanku

Page 151: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

kau cinta pertama dan terakhirku

sebelumnya tak mudah bagiku

tertawa sendiri di kehidupan yang kelam ini

sebelumnya rasanya tak perlu

membagi kisahku saat ada yang mengerti

sekarang kau di sini hilang rasanya

semua bimbang tangis kesepian

kau buat aku bertanya

kau buat aku mencari

tentang rasa ini

aku tak mengerti

akankah sama jadinya...

bila bukan kamu

Page 152: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

lalu senyummu menyadarkanku

kau cinta pertama dan terakhirku

bila suatu saat kau harus pergi

jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik

karena senyummu menyadarkanku

kaulah cinta pertama dan terakhirku

kau buat aku bertanya

kau buat aku mencari

tentang rasa ini

aku tak mengerti

akankah sama jadinya...

bila bukan kamu

lalu senyummu menyadarkanku

kau cinta pertama dan terakhirku

Page 153: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Notes : “kali pertama aku dengar lagu ini, adalah

dari dia. Ketika ia memperdengarkan lagu ini

kepadaku, waktu itu kami sedang bertengkar.

Dengan berfikir positif, meski aku adalah pacarnya

yang ketiga, mungkin bagi dia akulah cinta

pertamanya, sekaligus (mungkin) juga terakhirnya.

Namun yang pasti, dialah cinta pertamaku. Cinta

sejati tidak mudah buat ditebak. Banyak

penderitaan yang harus dilewati terlebih dahulu..”

(Sherina Munaf-Cinta pertama dan terakhir)

Page 154: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Hampa

Ku pejamkan mata ini, mencoba ‘tuk melupakan

Segala kenangan indah tentang dirimu,

Tentang mimpiku.

Semakin aku mencoba,

Bayangmu semakin nyata.

Merasuk hingga ke jiwa,

Tuhan tolonglah diriku...

Entah dimana dirimu berada,

Hampa terasa hidupku tanpa dirimu

Apakah di sana (kau) s’lalu merindukan aku,

Seperti diriku yang selalu merindukanmu..

Selalu merindukanmu...

Tak bisa aku ingkari engkaulah satu-satunya

Yang bisa membuat jiwaku yang pernah mati,

Page 155: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Menjadi berarti.

Namun kini kau menghilang bagaikan ditelan bumi.

Tak pernahkah kau sadari,

Arti cintamu untukku..

Entah dimana dirimu berada,

Hampa terasa hidupku tanpa dirimu

Apakah di sana (kau) s’lalu merindukan aku,

Seperti diriku yang selalu merindukanmu..

Selalu merindukanmu...

....................

Entah dimana dirimu berada,

Hampa terasa hidupku tanpa dirimu

Apakah di sana (kau) s’lalu merindukan aku,

Seperti diriku yang selalu merindukanmu..

Selalu merindukanmu...

...................

Entah dimana...

Page 156: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Notes : “selalu aku rindukan hadirnya dia,

setidaknya sedikit kabar tentang dia. Walau kadang

aku merasa miris bila mendengar kabar tentang dia,

namun selalu dan selalu aku rindukan kehadirannya

kembali. Dalam detak jantung yang terasa hampa,

ada bayangan tentang kisah-kisah aku dan dia. Kini,

yang aku tahu dia di Jakarta sana, dia tak pernah

hubungi aku, seperti aku pun sungkan buat hubungi

dia, kini, dia ku rasa tak lagi tinggal di kota kecil ini,

kota kelahirannya, kota tempat aku dan dia

bertemu untuk kali pertama. Tuhan, entah dimana

dia...”

(Ari lasso-Hampa)

Page 157: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Elang

Aku ingin terbang tinggi seperti elang

Melewati siang malam menembus awan

Ini tanganku untuk ku genggam

Ini tubuhku untuk peluk

Ini bibirku untuk kau cium

Tapi tak bisa kau miliki aku....

Tak usah kau terus tangisi..

Kepergianku..

Air mata tak ‘kan memanggilku..

Untuk kembali...

Aku adalah mimpi-mimpi sedang melintasi

Sang perawan yang bermain dengan perasaan

Page 158: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Ini tanganku untuk ku genggam (untuk ku genggam)

Ini tubuhku untuk peluk

Ini bibirku untuk kau cium (untuk kau cium)

Tapi tak bisa kau miliki aku....

Tak usah kau terus tangisi..

Kepergianku..

Air mata tak ‘kan memanggilku..

Untuk kembali...

.................

Ini tanganku untuk ku genggam (untuk ku genggam)

Ini tubuhku untuk peluk

Ini bibirku untuk kau cium (untuk kau cium)

Tapi tak bisa kau miliki aku....

Tak usah kau terus tangisi..

Kepergianku.. (untuk ku genggam)

Air mata tak ‘kan memanggilku..

Page 159: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Untuk kembali... (untuk kau cium)

Tak usah kau terus tangisi..

Kepergianku.. (untuk ku genggam)

Air mata tak ‘kan memanggilku..

Untuk kembali... (untuk kau cium)

...........

Aku adalah mimpi-mimpi tiada arti...

Aku ingin terbang tinggi...

Seperti elang....

Page 160: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Notes : “impian adalah sebuah kunci. Aku ingin

terbang tinggi seperti elang, mengepakkan sayap-

sayap impian menjadi sebuah garis kenyataan.

Walau ditinggal pilar, atau senyuman gadis pujaan

hati, aku tak kan kembali. Karena tempat ini tak

lagi aku tempati, aku telah di tempat yang berbeda.

Meski kau menangis memaksaku kembali, aku tak

kan kembali. Karena ku telah memilih. Kau lah yang

akan terbang ke sini.. sebagai elang yang masih

menjadi mimpiku..”

(Dewa 19- Album : The best of Dewa)

Page 161: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Persembahan :

Jefrianalogica.blogspot.com

Bila cinta

adalah sebuah

bunga,

Pertemuan

kitalah

benihnya..

8 Agustus 2009

Jefri & I’ana

Page 162: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Jika suatu saat – entah kapan- aku masih diberi

kesempatan untuk kembali.

Aku ingin menjadi malaikat, bukan manusia. Namun

bila aku masih menjadi manusia, aku memilih

menjadi tanah.

(Jefri Mahendra Kisworo-1 Januari 2010)

Page 163: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Imagi Cinta

(teruntuk : I’anatul Karomah)

Mencintaimu adalah sebuah

imajinasi

Dimana aku melihat hal yang

tak nyata

Mendengar yang tak bersuara

Berucap tak berbentuk kata

Aku menghadapi phobia akan imajinasi.

Saat aku bertemu dan mengenal awal-awal cinta.

Kamu sebuah inspirasi yang menggerogoti

imajinasiku,

Tentang alam semesta.

Ilmu pengetahuan,

atau manusia.

Aku mengerti akan keindahan,

Page 164: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tapi kamu lebih dari sekedar keindahan.

Kamulah kesederhanaan yang utuh,

dalam satu imajinasi yang meruntuhkan setiap

molekul egoku.

Datanglah, peluk aku.

Bukan hanya sekedar karangan imajinasiku.

Page 165: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Puisi untuk Sebuah Nama

(aku : ‚kita akan jumpa lagi disuatu hari, aku yakin

itu pasti terjadi‛)

Bagiku, kini kau hanya

sebuah nama.

Namun, sungguh; kau hidup.

Menanamkan benih-benih

rindu (yang semenjak dulu)

di hatiku.

Menjadikan bunga-bunga

cinta dalam kesungguhan bayang senyummu

kau membangunkan patahan-patahan mimpiku,

menjadi bangunan kenangan-kenangan kita dahulu

manis, pahit.

Yang menyatu di alam semesta, sebelum kau mati.

Dan menjadi sebuah nama : ‚ I’ana ‚.

Waktu tak bisa hapuskan namamu.

Page 166: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Biarkanlah engkau tetap disini.

Walau hanya sebatas nama.

Ruang dan waktu yang menggilas warnamu,

Tiada akan mengalihkan keabadian warna yang ku

lekatkan dalam matinya jasadmu.

Selamanya, sayangku untukmu.

Walau kau kini hanya sebuah nama.

Page 167: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Hujan Rintik

Aku masih mengingatnya..

sebuah karya yang aku buat

untuk kamu..

dan malam itu,

ketika hujan rintik..

kita bertengkar..

kita mengarungi kota..

hujan pun turun..

aku dekap kau..

merasakan kemesraan antara

kita..

dingin pun membahanakan cinta antara kita,

membuang lenyap emosi yang tercipta.

ketika hujan ini kan berakhir nanti..

senyumkanlah malam yang sama,

agar kita merasakan dekat.

aku masih mengingatnya..

malam itu, ketika malaikat hujan meringis..

melihat kita yang beradu emosi,

mengarungi kota..

Page 168: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dan malam itu jadi mesra.

percayalah padaku.

hanya kau yang aku cinta.

aku masih merindukan wajahmu..

yang lembut..

yang aku lihat kala itu

Page 169: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dan Aku Tak Bisa Bersikap Lebih Manis dari Ini

Dan aku tak bisa

lebih bersikap lebih

manis dari ini,

Tak pernah

berubah, masih

membela perasaan

yang sebenarnya

ingin aku acuhkan.

Wajah-wajah kita,

selama kita

bersama,

menjadi sebuah

kisah klasik yang tak berwajah.

Karena kita sombong.

Karena kita angkuh,

merasa gengsi akan sebuah lagi pertemuan kembali.

Dan aku tak bisa lebih menahan diri lagi kali ini,

Ketika dada rasa hampa

Nafas terasa tak berharga,

Page 170: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Hati yang berantakan

Mata menahan tangis,

Dan jiwa pun turut kosong.

Tidak untuk apa-apa, selain kau.

untukmu ‘nok’,

Kau yang aku sayang,

Kau yang selalu aku pikirkan

Kau.. yang aku cintai.

Aku masih mengingat,

Ketika kita menunggu hujan malam itu,

Dan kau ku dekap, kau dekap aku lebih erat.

menanti hujan reda,

oleh tatap dingin yang membenci peluk hangat kita.

atau kau yang lucu,

kala di kotak-kota huruf itu.

dan di laut, kita :

Merasakan tamparan ombak,

Belaian angin yang lembut selembut dirimu yang

dulu,

Sungguh, semua terasa hancur.

Remuk.

Page 171: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Runtuh.

Karena ego kita.

Karena mereka.

Nok, percayalah padaku.

Ketika kau sakit, aku pun sakit.

Ketika kau sedih, aku pun sama.

Ketika kau bersama mereka, aku perih.

Dan hanya kau yang aku cintai,

Nok, percayalah padaku.

tiada akan ku khianati engkau

““

Dan, sekarang kau pergi,

Tidak untuk apa-apa.

Tidak untukku.

Page 172: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Malam Sepi

ini adalah malam

dimana aku dicabik-

cabik bidadari

kesunyian

bidadari yang terlahir

dari persetubuhan

rinduku rindunya dulu.

aku masih memegang

tubuh rinduku,

dia, lalu merayuku.

aku menghisap zat yang

membuatku terisak,

terisak, di hamparan

permai benih-benih

yang telah mati.

bidadari, engkau memberiku apa?

lalu dia menghilang, meninggalkan kata: "ini zat

miliknya.."

lalu, aku sadarku tersayat,

aku berkata apa,

"kau yang di sana, seperti candu, membuatku sakaw,

tersiksa akan rindu, akan sebuah halus mesra

kenangan masa lalu, aku tak 'kan pernah

berhenti,saat ku sakit, justru semakin dalam ku

Page 173: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

tenggelam ( ku tak mau mengakuinya dulu ), saat itu

aku takut dalam cinta"

aku tersadar dari pembiusan,

ada 'sebuah karya picisan' ( semoga kau ingat)

dan aku tahu, malam ini begitu sepi.

Page 174: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sakit

(karya : I’anatul Karomah)

Kau tak tahu betapa hancurnya hatiku..

saat kau dengan yang lain..

bagiku kaulah bunga hatiku,

namun takdir cintaku berkata lain

Haruskah ku hapus lembaran-lembaran indah yang

lalu hanya karena cintamu?

Sakit rasanya kau membenciku dengan perlakuan

kasarmu

menyumpahiku, membuatku terluka.

Biarlah,, Tuhan tahu hanya dirimu yang kucinta.

Page 175: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Cinta Pertama, Kekasih Pertama, Sayangku

Untukmu Selamanya

Aku punya satu puisi yang membuat aku serasa bisa

melihat masa depan, berjudul : “Imagi Cinta”.

Imagi Cinta

Mencintaimu adalah sebuah imajinasi

Dimana aku melihat hal yang tak nyata

Mendengar yang tak bersuara

Berucap tak berbentuk kata.

Aku menghadapi phobia akan imajinasi

Saat aku bertemu,

Dan mengenal awal-awal cinta.

Kamu sebuah inspirasi yang menggerogoti imajinasiku

Tentang alam semesta,

Ilmu pengetahuan,

Atau manusia.

Page 176: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Aku mengerti akan keindahan,

Tapi kamu,

Lebih dari sekedar keindahan.

Kamulah kesederhanaan yang utuh,

Dalam satu imajinasi yang meruntuhkan setiap molekul

egoku.

Datanglah, peluk aku.

Bukan hanya sekedar karangan imajinasiku.

(Mei 2009)

Puisi yang lahir pada Mei 2009 -seingatku puisi ini aku

buat pada akhir Mei setelah UAN 2009- aku

mengarang puisi untuk seseorang yang aku cintai-

waktu itu aku belum bisa bilang cinta padanya- yaitu,

“I’anatul Karomah”.

Nok, masih ingat pertemuan kita dulu? Mungkin kamu

tak kan menyadarinya, pertemuan kita dimulai ketika

PTA Purbo, Kecamatan Bawang, saat hiking siang

pramuka. Aku masih ingat betul saat itu, kamu sebagai

Page 177: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

peserta, aku sebagai panitia-di bawah bendera

Gassmapala-bertemu kamu di pos bayangan sebelum

pos merayap, entah kenapa aku seolah-olah merasa

suatu saat aku kan „mengenal anak ini (kamu) saat itu.

Lalu aku mengikutimu ke pos merayap, saat itu, aku

melihatmu seperti merinding ketika akan merayap,

seperti akan terjadi sesuatu, ternyata benar, kamu

sakit!! Asmamu kambuh! Aku tak bisa ikut membantu,

sudah terlalu banyak yang turun tangan saat itu.

Setelah itu, disisa-sisa hari PTA aku tak melihatmu

lagi.

Haripun berlalu, masa-masa aku kelas XI dan kamu

kelas X di mulai, aku bertemu lagi denganmu, di

perkenalan Gassmapala. Yang masih ku ingat, saat itu-

dari kelas X- ada Wiwik, kamu, Fadhilla, Anya‟, Amik,

Erki, Novi dan Juno. Sebuah keberuntungan atau apa,

bertemu kamu lagi, maaf Nok, saat itu yang ku

rasakan adalah déjà vu dengan Wiwik Lestariningsih.

Ya, perasaan seperti pernah merasakan aroma di

dalam ruangan itu (XI IPS 3).

Aku mulai beraksi, memburu Wiwik, sms dia, bahkan

hal nyata yang paling konyol –menurutku- adalah

Page 178: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

ketika Ujian Akhir Semester 1, aku duduk bersama

temanmu Novira Mayasari (satu bangku, aku sebelah

kiri, Novira sebelah kanan) dan sebelahku kiriku,

Wiwik (dia duduk bersama Raras Putri P), konyol, tapi

nyata, aku ngerjain dia tapi malah duduk

berdampingan (semestinya kalau tidak dipotong

jarak), huuffftt.. itulah hidup.

Kemudian Wiwik pun menyuruh teman-temannya,

namanya Lia (belakangan aku tahu nama aslinya Erika),

kemudian juga ada Mbak Mirta, dan juga nomor XL

(nomormu) untuk membongkar “085642851995”

nomorku. Huuffttt… akhirnya ketahuan juga, dari

Mbak Mirta, hehehe…

Satu kejadian yang mengejutkan adalah ketika kamu

bertanya padaku (ketika kegiatan rutin Gassmapala

berakhir, di Base Camp), aku masih ingat kamu

bertanya, “Apakah kamu kenal Erika? Anak MAN?”.

Aku sempat kalap ketika kamu bertanya seperti itu,

aku sempat jawab “tidak”, tapi kemudian ketika di

parkiran, aku meralat jawaban tadi,aku tidak mau

bohong pada diri sendiri, aku bilang “ya, tapi apakah

yang kamu maksud adalah Lia (saat itu aku belum tahu

Page 179: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

kalau Lia itu Erika)”. Setelah pertemuan itu, kamu

(juga Wiwik) tak pernah masuk lagi dalam kegiatan

rutin Gassmapala, dan memilih masuk ke PMR.

Harus diakui, keakraban kita karena adanya dua

sosok, pertama adalah Wiwik Lestariningsih, kedua

adalah Muhtamar. Aku membutuhkanmu untuk bisa

mendapatkan Wiwik (saat itu), masih ingat ketika aku

hendak membantu Mbak Mirta, untuk bisa mencuri

perhatian Wiwik, waktu itu aku menitipkan buku

tentang filsafat hukum padamu untuk diberikan

kepada Mbak Mirta. Aku memutuskan malam itu aku

yang ambil buku itu untuk ku berikan sendiri buku itu

kepada Mbak Mirta, dan di sini akhirnya aku tahu,

kamu bohongi aku. Kamu bilang padaku kalau rumahmu

dekat rumah Ayogya(satu gang dengannya) dan yang

kedua, kamu bilang kamu belum punya pacar(aku tahu

belakangan, antara kamu dan sigit malam itu).

Haripun berlalu, aku melupakan itu, toh pada saat itu,

aku tak merasakan terlalu dalam untuk menyukaimu,

tapi ada satu yang ku tahu pasti, aku merasakan suatu

keharusan untuk melindungimu, dan aku merasakan

perasaan sayang padamu.

Page 180: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Entah kenapa dalam perkembangannya, aku justru

lebih dominan padamu, keseharianku selalu jadi harus

berusaha untuk mengenyahkan bayangmu dariku.

Masih ingat ketika kamu dan Fadhilla kesasar di

lapangan Kanoman selasa malam? Kamu (juga Dhila)

sms aku untuk menjemputmu di Lapangan kanoman,

aku sedang makan saat itu, dan setelah itu harus

belajar untuk UAN, aku bisa saja punya inisiatif

dengan membimbing kalian keluar dengan sms, tapi

aku pilih cara lain, ke lapangan dan membawa kalian

keluar dari lapangan Kanoman.

Hari-hariku pun jadi selalu ada kamu, Sabtu, 18 April

2009, kamu dan Fadhilla datang ke rumahku (sore-

sore lagi), Seperti terulang lagi Februari 2009 lalu,

ketika kamu juga Fadhilla datang ke rumahku (sore

juga), kau dan aku sholat di masjid, sedang Dhilla

menunggu di rumah, setelah kalian pulang, aku

diperingatkan untuk menasehati kalian agar kalau main

jangan sore-sore, tapi aku terlanjur lupa, dan kini

terulang lagi, kamu ke rumahku untuk ambil foto, ya,

timbal balik dari kerja sama kita (kerja sama?? Perih

tahu.), setelah kalian pulang aku kena marah ibuku

Page 181: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

(kata beliau :”gak ilok cah wadon dolan ing cah lanang

wayah meh maghrib”)

2 hari setelah itu, aku harus menghadapi UAN,

setelah terlepas dari UAN, aku jadi leluasa untuk

memikirkanmu. Dan, aku hanya sadar, bukan Wiwik

yang ku cintai, tapi kau. Dan aku benci harus

membohongi diriku sendiri, berpura-pura tidak

cemburu, menahan perih ketika kau justru

membicarakan orang lain, dan aku benci harus

mengenyahkan perasaan cinta ini, dan mengubahnya

menjadi perasaan menganggapmu adik. Benar kata Nur

Wachid, caraku memperlakukanmu, bukan seperti ku

anggap adik, tapi sebagai cinta, sebagai kekasih, ini

dikatakan setelah kasus contact monyet hape selesai,

kamu menuduhku menyuruh Nur wachid untuk

memberi gambar monyet di contact phonenya. Aku

berusaha menjelaskan di sms, lalu pada akhirnya kita

putuskan untuk kita selesaikan di perpustakaan umum.

Tapi, ketika aku di perpustakaan umum melihatmu

berdua dengan lelaki (entah siapa), aku mengurungkan

niatku, sakit, cemburu, membakar niatku. Entah ada

apa denganku saat itu?

Page 182: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Akhirnya aku memilih Nur Wachid yang menjelaskan,

karena dia yang punya hape,dan aku tinggalkan hapeku

di bawah (sengaja) agar kau datang ke aku, dan

menjelaskan tentang kebenaran. Dan aku tahu, kamu

tak kan datang (cewek kan tidak pantas menemui

cowok, mestinya cowok yang menemui cewek, tapi

untuk saat seperti ini lupakan perbedaaan gender,

siapa yang salah, dia yang menemui), tapi tak

apalah,setidaknya kau tinggalkan surat di bawah. Aku

masih simpan surat itu sampai pada akhirnya surat itu

kamu sobek. (Maafkan aku atas sikapku ini.)

Sekolah benar-benar jadi menyenangkan dengan

kehadiranmu, terutama suatu ruang yang disebut

perpustakaan smantang. Ya, kebanyakan sisa-sisa

waktuku di SMA ku habiskan bersamamu, kita sering

berjumpa di perpustakaan, entah itu membicarakan

Wiwik (sebenarnya hanya sebagai alasan agar aku bisa

melihatmu dari dekat), membicarakan Muhtamar (ini

bagian yang paling perih, makanya aku sering jawab

tidak jelas jika kau bertanya tentang dia),

membuatkan tugasmu, membaca buku, mengajarimu

(biasanya fisika dan kimia, huuffftt…sebenarnya aku

Page 183: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

malas soalnya mesti belajar lagi,hehehe..) atau

browsing di computer perpustakaan.

Ada satu kelucuan yang tak ku lupakan, kamu kan

sudah tahu kalau computer itu gak conect, masih saja

di pake, hehehe.. akhirnya kamu pakai hapeku buat

Fbnan (salah satu alasan pulsaku selau di atas 15rb

adalah agar bisa kamu pakai FBnan), singkatnya

hidupku jadi ada kamu, aku sadar, aku dijadikan

jembatan penghubung antara kamu dan muhtamar,

walau sebenarnya aku ingin menolak (kamu benar aku

tidak bisa tegas, aku memang sulit untuk mengatakan

“TIDAK” bila dimintai bantuan) karena aku tahu,

perasaan ini adalah cinta. Ternyata, tak hanya

Muhtamar yang harus aku hadapi, aku juga mesti bisa

menghilangkan bayang-bayang Wahidi. Sulit, karena

kamu bilang, aku mirip dengan wahidi. Sifat idealisku

mirip dengan dia katamu. Sebenarnya aku tersinggung.

Entah bagaimana caranya aku bisa tegar mengahadapi

ini, aku seolah-olah tak peduli, siapa yang kau suka.

Aku merasakan sedih jika kau tak ada, ketika kau

sakit karena jatuh dari motor, aku memutuskan untuk

menjengukmu dengan membawa Muhtamar-aku

bohongi Muhtamar, kataku mau menjenguk adikku,

Page 184: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

memang kamu adik kaelasku kan? hehehe… (karena

aku kira kehadiranku seorang tak mampu

mengembangkan senyum di wajahmu).

Sebuah kejutan bukan? Tapi kau tak tahu perasaanku,

biarlah, setidaknya mampu membuatmu melupakan

sejenak sakit di kakimu.

Masih ingat hari Minggu, aku mengajakmu (dengan

bawa motor sendiri-sendiri, aku sengaja agar aku bisa

menjaga perasaan ini) kita ke Siwatu, entahlah, apa

yang terpikir di benakku, sepertinya memberikan

suatu perasaan bahagia di hati seseorang yang

dicintai juga bisa memberikan perasaan bahagia pada

diri sendiri, tetapi yang aku lakukan juga beresiko

membakar perasaanku. Membawaku ke danau patah

hati yang dalam. Aku tak peduli, kau membawaku ke

Bandar, ke rumah Suci, bagiku ini hanya sebuah

pertemuan biasa.

Satu hal yang membuatku senang, adalah aku bisa di

dekatmu, melihatmu dari dekat, melindungi dan

menjagamu (walaupun dengan dua motor) setidaknya

sampai kita sampai di perpustakaan umum Batang. Aku

Page 185: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

harus meninggalkanmu saat itu, karena harus

mengantar ibuku. Dan, wow.. kamu bisa mengerti.

Minggu, kita pergi ke Mbak Din untuk membuat tugas

fisikamu, hufftt.. betapa sulitnya mengetik dengan

Equation editor, tapi suatu hal yang menyenangkan,

karena bisa bersamamu, memberikan suatu

pengorbanan padamu, masihkah pantas aku berpura-

pura tak mencintaimu? Benar-benar suatu

kebahagiaan menghabiskan waktu denganmu. Aku

mengntarmu sampai ke alun-alun, sebenarnya aku ingin

mengantar sampai rumah, tapi aku harus menjaga

perasaan ini, ada pertanyaan, siapakah aku di dalam

hatimu?

Selain perpustakaan smantang, tempat lain yang aku

suka adalah perpustakaan umum. Sama halnya

perpustakaan smantang, di perpustakaan umum kita

juga sering membicarakan mereka, membaca buku,

makan bareng di warung depan, membuatkan tugasmu,

atau sebagai jembatan penghubung antara kau dan

dan muhtamar (bagian paling perihnya). Ya, ketika kau

berbicara dengan Muhtamar, aku sering menjauh,

atau turun ke bawah, aku tak mau melihat itu, aku

Page 186: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

rasa aku tak kan mampu menahan perasan cemburu

atau patah hati ini.

18 Juni 2009, aku mengundangmu dalam pesta ulang

tahunku, pesta yang mungkin terakhir ini aku rayakan.

Kau datang dengan Fadhilla, dan ada Muhtamar juga.

Betapa sulit untuk berpura-pura menahan perasaan

ini, sakit, cemburu, cinta, dan aku semakin tak

mengerti. Kau berniat memberiku hadiah ulang tahun,

entah apa itu, aku tak mengerti, sayang, aku tak

pernah meminta apa pun, kehadiranmu pun cukup

membuatku bahagia, maafkan aku yang menolak

hadiahmu saat itu. Kaulah gadis pertama yang

berinisiatif memberiku kado ulang tahun.. makasih

I‟ana...

19 Juni 2009, aku tahu bahwa kita tak kan lagi satu

sekolah, akan jarang bertemu, tak mungkin bisa terus

bersama di perpustakaan Smantang (seperti biasa),

aku merasakan kerinduan, ketakutan yang teramat

sangat. maka aku pun meminta fotomu, sebagai hadiah

ulang tahunku kemarin..

Page 187: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sebelumnya aku tak

pernah merasakan ini,

aku takut kehilanganmu.

Akhirnya aku sadar,

bahwa aku benar-benar

jatuh cinta kepadamu

dan perasaan ini tak

bisa ditarik kembali.

Aku selalu memanggilmu dengan kata “Nok”, karena

itulah kamu ada, karena itulah cinta tercipta. Cinta

memang datang karena telah terbiasa.

Entah kenapa, teman-teman sering menyangka kita

pacaran, sampai Centeng juga, huuffftt.. tak ada yang

tahu pasti, ini adalah hal yang berat, Aku harus jadi

seorang pembohong, membohongi diri sendiri, bahwa

aku tak mencintaimu. Memang, keakraban kita kadang

aku pikir juga sudah melewati batas kakak dan adik,

aku terlalu berbuat banyak kepadamu, bahkan

melebihi yang Muhtamar lakuin padamu (aku rasa).

Aku sering mengantarmu, menjemputmu di sekolah

Page 188: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

(walau mesti pinjam motor, kini udah gak bisa lagi,

motornya udah gak ada, kecuali motor butut)

Kemudian aku pun lulus, dan bersiap meninggalkan

Smantang untuk ke UNNES, tapi aku belum siap untuk

meninggalkanmu. Di sinilah, aku mulai berfikir untuk

mengambil keputusan, menyatakan cinta padamu.

Mengungkapkan yang hampir setahun aku pendam, aku

mencintaimu. Tapi yang aku rasa, di dalam hatimu ada

dua orang, satu Muhtamar dan satu lagi wahidi. Satu

lagi yang membuatku ragu, kenapa selalu aku yang kau

tuduh? Ketika kasus Nur wachid, kemudian ketika sms

Bayu dulu, juga aku yang kau tuduh, ketika kau „bocor‟

di sekolah pun, aku yang kamu marahi, jika kau

memang cinta muhtamar, dan muhtamar juga

mencintaimu, mestinya kau minta tolong dia, kita kan

lihat responnya, tapi kau memarahi aku yang tak bisa

membantumu saat itu, aku menyesal sekali. Kemudian

aku membobol tabunganku, membeli boneka, semacam

beruang, yang kecil dipangku dan dipeluk yang besar.

Page 189: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sabtu, 8 Agustus

2009, malam minggu,

orang-orang sedang

mempersiapkan untuk

menyambut HUT RI

ke-64, bendera aneka

warna, jalan-jalan

yang dihias garis putih, dan malam cerah penuh

bintang. Aku membawa tas, besar sekali tampaknya.

Aku datang ke rumahmu, memastikan kau baik-baik

saja, sekitar jam 9, sebelum aku pulang, aku

memberimu suatu bungkusan besar di lapisi selotip

dan koran. Isinya adalah boneka tadi dan puisi

berjudul “Bayang-bayang”, di akhir kalimat itu aku

menulis, “umadap atnic nakasarem tukat uka”.

Boneka tadi, punya makna seandainya kau menolakku,

aku kan jadi kakak yang kan menjagamu, bisa

memangkumu, bisa memelukmu. Bisa merasakan

nafasmu, walau tak bisa memilikimu, bisa mencintaimu

tapi tak bisa dicintaimu dan bisa sedekat seperti

boneka itu, tapi bukan siapa-siapamu.

Page 190: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dan, malam itu, aku mengatakan : “Aku mencintaimu

I’ana..” dan kau pun menerimaku, aku tahu hidupku

akan lebih berat bersamamu sayangku I’ana…

( Cinta Pertama, Kekasih Pertama, Sayangku Untukmu

Selamanya/ditulis : 11 April 2010)

Page 191: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Dua Sejoli

Prolog :

“hawa tercipta di dunia...

Untuk menemani sang

adam..

Begitu juga dirimu..

Tercipta „tuk temani aku...”

I‟ana. Hmm.... I‟anatul Karomah. Nama yang cantik

untuk seseorang yang memang cantik. Aku pertama

kali bertemu I‟ana ketika PTA 2007 di Bawang,

Batang. Dia anak kedua dari 3 bersaudara. Punya

kakak, yang juga kembarannya, fadhilla, dan

seseorang adik, namanya ulin. Persahabatanku dengan

I‟ana dimulai ketika akhir aku kelas XI, saat aku akan

menuju kelas XII. Tuhan maha tahu, Dia

mempertemukan aku dan I‟ana disaat yang tepat, saat

masa-masa SMA-ku akan berakhir. Jujur, banyak hal

Page 192: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

yang aku suka dari dia. Dia sangat manis, lucu, baik

dan juga manja. Perasaanku ku tahan, saat pertama

bertemu pun, sebenarnya aku merasakan akan ada

sesuatu antara aku dan dia, dan itu hanyalah

menunggu waktu saja.

Sikapnya baik terhadap orang, dia punya kemampuan

untuk mendapatkan simpati dari orang, dan juga

memberi simpati terhadap orang. Ketertarikanku

dengan dia juga karena aku simpati dengannya, kadang

aku sering senyum sendiri bila melihat dia, agak

kekanak-kanakan memang, tapi sikap kekanak-kanakan

itu menimbulkan semangat hiperaktif yang luar biasa,

semangat yang ada dalam dirinya itu, kadang

membuatku iri.

Kadang, dia sering manja kepadaku. Memintaku untuk

membuatkan apa.. yah.. Aku memang suka dia. Aku

punya panggilan buat dia, sering ku memanggilnya :

”nok”. Kalau dalam bahasa indonesia artinya “de‟ “.

Tapi, aku tak suka dia memanggilku “mas”, aku lebih

suka dipanggil “Jef..”, yah.. walaupun dia adik kelasku.

Bagiku, dia seolah-olah segalanya. Mungkinkah, aku

tercipta untuk menjaganya? Sebab, perasaan aneh

muncul saat aku bertemu dengan dia. Dia punya

kemampuan yang spesial, kalau aku kuat dalam

Page 193: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

matematika, dia lebih kuat dalam bahasa inggris.

Kemampuannya dalam olah suara pun sebenarnya

bagus, andai ia punya kesempatan lebih. Jujur,

sebenarnya aku pun kadang iri dengan kemampuannya,

tapi itu yang membuatku ingin selalu berusaha lebih

baik daripada dia.

I‟ana, suka sekali makan makanan yang menurutku

sederhana banget, tempe kering, sambel dan sayur.

Kadang, makanan sederhana pun jadi makanan yang

sangat spesial bagi kebanyakan orang. Entah kenapa,

dia juga sangat suka memakan kacang, entah itu

kacang kulit atau pun kacang atom. Selain itu, dia suka

coklat juga, pantes manis kaya coklat, hehehe...

Aku tak tahu, bagaimana tipe orang Capcricorn, tapi

dia yang lahir 18 januari 1992, punya sesuatu yang

menghubungkan aku dengan dia. Ya, kami punya

kesamaan, sama-sama memakai kacamata, sama-sama

suka kucing, sama-sama suka browsing, dan sama-

sama punya egosime, gengsi dan ambisi yang besar.

Dan ada yang sesuatu yang tak mengerti, saat dia

sakit, entah kenapa aku pun merasakan sakit pada

kepalaku...

Selayaknya mata uang, dia pun punya sisi buruk, dia

sangat sulit memaafkan orang, atau menerima kembali

Page 194: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

kehadiran orang yang telah menyakitinya. Sikapnya

yang hiperaktif, kadang menjadi bumerang bagi

dirinya sendiri, kadang dia jadi salah menerjemahkan

maksud seseorang. Dia juga kadang tak bisa sabar,

intinya, saat dia disakiti, sangat sulit baginya

menerima kebenaran, sangat sulit untuk

menyembuhkannya. Nok, belajarlah untuk

mendengarkan.

Dulu, aku tak pernah berpikir untuk bisa bertemu

dengan dia.. dia alumnus SD Watesalit 02, sedang aku

alumnus SD Kasepuhan 01. Aku alumnus SMP 01

Batang, sedangkan dia alumnus SMP 03 Batang, namun

segala sesuatu pasti akan indah pada waktunya.

Pertemuanku dengan dia hanyalah menunggu waktu.

Agustus, 2009.

Cinta seperti benih, yang turun dari mata, disiram

oleh air pertemuan dalam keseharian, dipupuk oleh

pupuk kebersamaan, dicangkul oleh ujian, disinari oleh

hangat tawa, dan tumbuhlah.. bunga-bunga cinta, yang

beraneka warna, menghias dunia, tiada lagi kesunyian.

Telah tumbuh cinta dalam hatiku untuk dia. Pohon

cinta yang akan menentang badai.

”Aku mencintaimu I‟ana...”

Page 195: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Epilog :

Agustus, 2010 . . .

.... dan waktu pulalah yang memisahkan aku dengan dia.

Seharusnya kami, adalah dua sejoli. Seperti Adam dan

Hawa, yang dipisahkan dan diusir dari surga, aku dan

dia pun sama. Kami dipisahkan oleh Dia, diusir dari

surga, karena buah khuldi yang kami makan. Segalanya

terasa kacau, dan ini memang keputusan-Nya. Ini

memang salah kami.

Konflik antara kita, seperti badai yang menerpa pohon

cinta kita, bunga-bunganya lenyap. Terbang jauh,

terbawa angin. Batangnya ambruk, ditampar ganasnya

badai, tapi aku yakin, masih ada benih-benih itu . .

salah kita.

...sejarah pasti akan berulang,, jika Adam dan Hawa

dulu diusir dari surga, dipisahkan dari cinta mereka,

kita pun sama. Kita dipertemukan, dipisahkan. Dan

pasti nanti; “akan ada pertemuan kembali..”

Page 196: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

...dan ketika sadar, matahari telah di barat, hari telah

terasa senja. Telah terbentang jarak antara kita.

Aku ingin bertemu denganmu. Di senja ini, ingin ku

bawa engkau dipelukku. Memanjatkan maaf kepada-

Nya, tentang salah kita. Tuhan, satukanlah kami lagi.

Aku sayang dia selamanya....

Sekarang, dimana dia? Cinta pertamaku.

“bukalah pintu jiwamu..

Dengar bisikan sanubari,

Semua adalah isyarat,

Isyarat dari Sang Pencipta..”

Page 197: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Peta

Februari 2009...

Sore ini terasa

cerah. Awan-

awan putih

berterbangan

beraturan

menghiasi

cakrawala. Aku

menatap

halaman

rumahku.

Rasa tidak enak

menghampiriku

melihat halaman

rumahku yang kotor. Hatiku tergerak untuk

membersihkannya.

Aku mengambil sapu di belakang dan perlahan-lahan

membersihkan dedaunan, plastik-plastik dan sampah-

sampah lainnya. Sedikit demi sedikit, halamanku

terlihat bersih. Dan, saat aku akan mengangkut

Page 198: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

sampah itu, kau datang. Bersama saudara kembarmu,

Fadhilla, kau ke rumahku. Dengan motor revomu, kau

memakai sepatu berhak tinggi, yang kata kau milik

ibumu, kau terlihat anggun. Aku tak menyangka

kedatanganmu, walau kau tadi sms tanya rumahku

dimana. Tapi aku tak menyangka kau akan datang.

Ini sebuah kejutan bagiku. Sebuah pelangi tanpa

hujan di perbatasan senja.

Ku persilahkan engkau masuk ke rumahku. Ku buatkan

engkau minuman. Aku masih bertanya, bagaimana

caranya kamu bisa tahu rumahku? Padahal aku tidak

memberi tahu? Dan, jawabannya, dari mbak Mirta,

kakaknya Wiwik. Kau minta dibuatkan peta agar kau

bisa ke rumahku. Ya, ini jadi sebuah kisah picisan

antara aku dan Wiwik. Bagimu, aku menyukai Wiwik,

memang, aku sering bercerita kepadamu tentang

kekagumanku terhadap Wiwik. Tapi itu hanya

kekaguman, perasaan suka yang aku rasakan, kini

bergeser kepadamu. Entah kenapa, aku jadi suka

tawamu, aku jadi rindu senyummu, dan pembelaanku

kini bergeser kepadamu. Intinya, perasaan cintaku

tumbuh kepadamu. Katamu, “yang buat peta memang

mbak mirta, tapi bolpointnya dari wiwik..”. apa

urusannya dengan itu semua, aku suka akan

Page 199: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

kedatanganmu kini, ku perkenalkan engkau dengan

suasana kamarku. Ku perkenalkan engkau dengan

gitarku, ku perkenalkan engkau dengan kucingku, dan

ku perkenalkan engkau dengan kakak dan bapakku.

Adzan maghrib berkumandang, sebenarnya aku

inginkan kau pulang sebelum adzan, namun berhubung

sudah terlanjur adzan, akhirnya kita shalat dulu. Ku

ajak kau shalat di masjid kampungku, sedang Fadilla,

karena dia lagi mens, hanya menunggu di rumah,

sambil ngobrol dengan kakakku. Aku tak tahu apa yang

mereka bicarakan. Kita berjalan bersama menuju

masjid, ku tunjukkan kau tempat wudhu.

Pujian-pujian kepada Tuhan berubah menjadi suasana

hening dan khitmat ketika shalat, aku tak bisa fokus

kepadaku shalatku. Yang ada hanya bayang senyummu.

Suasana berlanjut menjadi pujian kebesaran Tuhan,

aku keluar masjid, kau sudah menungguku di luar

masjid. Katamu, tadi ada temanku yang mengira kalau

kau adalah kakakku. Karena tadi kita berangkat

berjalan bersamaaan.

Senja telah beranjak malam, aku ucapkan salam

pertemuan kembali besok. Senang, bisa melihatmu

hari ini di rumahku. “ Selamat jalan I‟ana, baik-baik

sampai di rumah....^_^”

Page 200: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Perpustakaan

Prolog : “Kebanyakan

mereka yang menunggu

orang yang dinantinya,

orang yang dinantinya

selalu datang, walau pun

harus menunggu lama atau

bahkan terlambat. Sedangkan kau bahkan tidak

datang....”

Dalam benakku masih tergambar jelas sms yang kau

kirimkan padaku kala itu, sebuah kilas balik tentang

kesalahanku.

Akhir tahun 2008...

SMA Negeri 1 Batang. Buku buku masih berjejer

dengan manis di rak-rak buku. Lemari-lemari kaca

membentuk barisan siap siaga menanti sang tuannya

mengambil bukunya. Kipas angin berputar pelan

menebarkan hawa sejuk angin yang dihasilkannya.

Lampu-lampu bersinar meringankan tugas sang

mentari menyinari seluruh ruangan ini. Banyak manusia

Page 201: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

di ruangan ini, ada sang penjaga perpustakaan

bersama sekompi pasukannya di bagian peminjaman

dan pengembalian, ada siswa-siswi yang sedang asyik

membaca buku di mejanya masing-masing. Aku pun

duduk di meja ini, membaca koran hari ini, sembari

menunggu kedatanganmu.

Selalu dan selalu, suasana inilah yang selalu aku

tunggu. Ketika jam kita sama-sama kosong atau ketika

bel istirahat berbunyi. Tempat inilah, tempat kita

biasa bertemu. Meski kelasmu, XI IPA 2 di penjuru

belakang, kelasku XII IPA 1 di penjuru depan, kau

tetap rela datang ke tempat ini. Di tempat inilah, kita

membahas soal, bercanda, bercerita segala hal

tentang kita, bercerita tentang hal yang kau suka,

bercerita tentang orang yang sedang kita sukai,

bermain facebook, bermain komputer dan karena

semua itu, kita jadi dekat. Karena itu semua, teman-

teman mengira kita pacaran. Padahal aku tahu, siapa

yang kau suka, dan kau pun tahu, siapa orang yang

selalu aku ceritakan padamu.

Selalu dan selalu, ada sms di hapeku yang aku silent

kala pelajaran, sampai aku tak tahu kau sms aku dan

mengajakku bertemu di perpustakaan. Aku tak

datang, dan kau kecewa kepadaku. Kau mengirimkan

Page 202: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

sms kepadaku yang isinya kekecewaan dan marah

kepadaku, “Kebanyakan mereka yang menunggu orang

yang dinantinya, orang yang dinantinya selalu datang,

walau pun harus menunggu lama atau bahkan

terlambat. Sedangkan kau bahkan tidak datang....”.

Aku selalu minta maaf atas salahku, dan ini, memang

kesalahanku. Betapa aku meremehkan komunikasi,

padahal komunikasi itu sangat sangatlah penting bagi

kita.

Perpustakaan Umum Batang.

Entah kenapa, aku sangat suka bermain di

perpustakaan. Kali ini, tempat kita adalah

perpustakaan umum Batang. Selain perpustakaan SMA

1 Batang, kita sering bertemu di perpustakaan umum

Batang. Di hari minggu yang cerah, kadang kita buat

janji buat ke perpustakaan Batang. Sama halnya di

perpustakaan SMA 1 BAtang, di sini, kita membahas

soal, bercerita banyak hal tentang kita, bercerita

tentang hal yang kau suka, bercerita tentang orang

yang sedang kita sukai, bermain facebook, membaca

majalah, bertengkar pun pernah,bercanda dan juga

makan bareng. Seolah-olah ini menjadi rumah bagi

kita.

Page 203: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Pameran buku tahun 2009 pun diadakan. Gedung

wanita yang terletak disebelah barat Perpustakaan

Umum pun menjadi ramai untuk beberapa hari ke

depan. Hari minggu, aku mengajakmu ke pameran buku

itu. Melihat-lihat berbagai warna buku dan berbagai

event yang ada. Itu, kali pertama aku menggenggam

tanganmu, menggandeng tanganmu sembari menyusuri

stand demi stand. Kita seperti sepasang kekasih kala

itu, kau terlihat manja sekali memaksaku mengikuti

kemanapun langkahmu pergi. Meski kita harus

sembunyi karena kau takut ketahuan oleh senior-

senior Rohis kala kita makan bareng di luar, kau tetap

tersenyum. Katamu, kau tak setuju tentang larangan

pacaran yang diusung oleh mereka. Aku masih belum

bisa mencerna sampai ke situ.

........

Perpustakaan Umum Batang, 9 Agustus 2009....

Minggu ini, aku mengajakmu lagi. Malam kemarin, aku

menyatakan perasaanku kepadamu. Dan kini, kita

bertemu di sini, di sini pulalah kita berjalan

bergandengan tangan, di sini pulalah, kau merubah

status hubungan kita berdua, dari single menjadi

berpacaran. Adzan dhuhur berkumandang, kita

berdua turun ke lantai bawah, aku mengajakmu makan

Page 204: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

di warung depan, sehabis makan kita kembali ke

perpustakaan, ada sebuah mobil perpustakaan keliling

terparkir di depan, kacanya yang berlapis debu

menjadi sebuah papan tulis bagimu..

Kau menuliskan sebuah kalimat sakral... “ I love U ....”.

Betapa romantisnya dirimu sayang, sebuah moment

dalam buku kehidupanku yang tak mungkin bisa aku

lupakan. I love U too..

..................

Hari berganti hari, bulan berganti bulan...

Katamu, banyak orang tak suka akan hubungan kita,

ada pihak-pihak yang berusaha memisahkan kita. Aku

mengirimkan sebuah lirik lagu kepadamu.. “mungkinkah

ku miliki cinta seperti ini lagi, jangan biarkan aku

kehilangan dirimu... coba dengarkanlah sumpahku, dari

hati. Aku cinta kamu.. jangan dengar kata mereka

yang tak ingin kita satu, yakinkan aku milikmu....”.

Seiring berjalannya waktu, frekuensi kita bertemu

semakin jarang. Aku harus kuliah ke Semarang,

sedangkan kau tetap bersekolah di Batang. Kita paling

hanya bertemu seminggu 3x, jum‟at sampai minggu.

Setiap sebelum pulang, aku selalu pamitan dulu

Page 205: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

denganmu. Ada kerinduan yang aku rasakan ketika aku

akan pulang ke Batang dan ada rasa kehilangan saat

aku akan berangkat ke Semarang. Itulah yang

membuatmu mulai malas ke Perpustakaan Umum,

katamu, karena tak ada kehadiranku. Sampai akhirnya

kau pun terlambat mengembalikan buku dan tidak mau

mengembalikan buku itu, sampai kau dapat surat

panggilan dari petugas Perpustakaan dan sampai aku

yang mengantarmu ke perpustakaan umum. Ada-ada

saja, namun entah kenapa, aku sangat suka dengan

sifat manja dan kekanak-kanakanmu Nok. Aku siap

membayarkan dendamu sayang....

.......

Pertengahan Agustus 2011...

Aku duduk di meja perpustakaan umum, tempat di

mana kita dulu duduk berdua membahas soal,

bercerita banyak, bercanda,bertengkar dan bermain

facebook. Tempat duduk kita dulu, kala mesranya

menjadi kekasih, tempat kita dulu kala kita membuat

iri orang-orang dengan hubungan kita. Kini tempat

duduk itu menjadi kosong, aku hanya duduk sendiri,

membaca sambil separuh otakku membatasi

bayanganmu. Kini yang di sampingku hanyalah

bayangan kosong dirimu. Di keramaian ruangan ini, aku

Page 206: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

merasakan sepi dan hampa. Aku merindukan

kehadiranmu lagi di bangku sebelahku.

Epilog : “entah dimana dirimu berada.. hampa terasa

hidupku tanpa dirimu. Apakah di sana (kau) s‟lalu

merindukan aku? Seperti diriku yang s‟lalu

merindukanmu... s‟lalu merindukanmu...”.

Page 207: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Celengan (Janji-2009)

Epilog : “Cintaku tak harus...

miliki dirimu... meski perih

mengiris... iris segala janji....”

Pertengahan September 2009

Bulan ini adalah bulan

Ramadhan. Matahari bersinar

dengan hangatnya, angin

berhembus pelan-pelan membawakan langkah

bahagiaku untuk menghampirimu. Kau berdiri di depan

rumah menyambut kedatanganku. Kita berdua duduk

di hamparan hijau sawah depan rumahmu. Aku

menatap wajah manismu yang sendu karena sakit. Ya,

kau tidak berangkat sekolah hari ini, karena

kesalahanku tadi malam, namun kau tetap senang

bertemu denganku. Kita berbicara banyak hari ini,

tentang tadi malam dan juga tentang masa depan kita.

Aku meyakinkan dirimu tentang masa depan kita,

bahwa kita akan tetap bersama. Ada sebuah janji

Page 208: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

antara kita, di kelingking, kita berjanji : “janji, kita

akan bertemu lagi, dalam keadaan apa pun 5 tahun

lagi. Dalam sebuah perjumpaan yang sah, dalam

sebuah talinan yang suci. 5 tahun lagi...”

Inilah janji pertama kita. Tuhan yang menjadi

saksi.

Hari berganti hari, sedikit demi sedikit, umur janji

kita bertambah. Tuhan yang menjadi saksi janji kita

mengutus malaikat waktu unuk menguji kesetiaan janji

kita. Dia mengirimkan badai untuk menggoyahkan tali

persatuan kita.

Awal 2010, malam minggu.

Kau mengatakan kepadaku, bahwa kau merasakan

jenuh di rumah. Aku pun lalu mengajakmu keluar,

dalam perjalanan menghabiskan malam ini, kita sudah

berbicara format masa depan kita yaitu untuk

menabung bersama. Dimana dalam tabungan itu, ada

benih harapan kita. Untuk masa depan kita. Kau

berkata kepadaku, kita akan beli dua celengan dimana

kita akan menyisihkan uang kita tiap hari untuk

dimasukkan kedalam celelngan itu. Sedikit demi

sedikit, akan menjadi banyak. Kau berkata kepadaku,

kita akan buka rekening tabungan dari hasil uang

Page 209: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

celengan itu, dengan nama bersama. Kau berkata

kepadaku, rekening tabungan itu akan menjadi

rintisan untuk masa depan kita, untuk pernikahan kita

dan untuk format masa depan kita. Sungguh, malam

romantis yang penuh dengan harapan masa depan.

Dua buah celengan kita beli, celengan merah dan

celengan kuning. Kau memilih merah dan aku memilih

kuning.

...........

Malaikat waktu terus menjalankan roda perputaran

waktu.

Aku rutin memasukkan sedikit demi sedikit uangku

untuk dimasukkan ke dalam celengan kuningku, entah

itu 500, seribu atau pun lima ribu. Karena aku tahu,

masa depan lebih berharga dari pada masa lalu. Dan

kau pun sama, ku kagum terhadap komitmenmu yang

membawa celengan merahmu tiap kali ke sekolah. Itu

karena kau sangat berhati-hati dalam menyimpan

celengan itu, aku dan kau tahu, di rumah keadaan tak

lah aman untuk celengan merah yang sangat berharga.

Aku masih mengingat moment lucu tentang celengan

merahmu, ketika kita berdua di rumahmu dan kau

Page 210: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

bermanja-manjaan kepadaku, kau meminta uang seribu

kepadaku yang kemudian kau masukkan ke celengan

merahmu. Sifatmu yang kekanak-kanakan dan manja

saat itu, sungguh sangat membuatku tertawa dan

semakin sayang kepadamu. Kau memasukkan uang itu

lalu dengan sifat kekanan-kanakanmu kau

mencungkilnya lagi, sikapmu saat berhasil

mencungkilnya persis seperti anak kecil yang diberi

balon. Sungguh manja, tapi entah kenapa, aku justru

sangat suka sifat manjamu. Karena itulah, aku sayang

kamu I‟ana. Kau adalah bidadari pembawa warna di

hari-hariku. Dan aku tetap akan mengisi celenganku

untuk format masa depan kita, dan itu untukmu.

Inilah janji kedua. Tuhan yang menjadi saksi.

...........

Menjelang tes SIMAK UI 2010.

Matahari masih bersinar dengan teriknya, walau badai

datang dan tali yang mengikat kita semakin renggang.

Aku tetap berkomitmen bersamamu. Kau punya mimpi

untuk masuk UI, aku pun memperbolehkan.

Bagaimanapun, aku ingin kau sukses juga, karena ku

tahu kau punya kemampuan yang besar dalam

berbahasa inggris. Kita memang sama-sama cerdas,

Page 211: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

tapi sayang kita berbeda genre. Perbedaan itu indah,

jika kita bisa memaknainya. Aku sudah mempersiapkan

semuanya, dari akomodasi buat kamu, kemana kita

akan makan, dimana kamu akan menginap, dan berapa

orang yang akan kamu ajak. Ya, karena tesnya di

Semarang, aku bisa lebih menjagamu. Namun, apa

yang terjadi? Semua batal. Dan kau sms aku , ”aku

titip jagain Alfina ya jef.. dia sahabatku.”. ya, Alfina

ikut tes tersebut, dan karena kau yang memintaku

secara tulus, dan karena dia sahabatmu, aku pun janji

kepadamu untuk menjaganya.

Inilah janji ketiga. Tuhan yang jadi saksi.

.............

Malaikat waktu sangatlah kejam. Dia menyebarkan

badai pisau di garis waktuku dan dia. Tali kami yang

semakin renggang kini putus terpotong pisau-Nya. Aku

tak bisa menyalahkan-Nya, karena Dia maha tahu akan

semua rahasia alam semesta.

.......

I‟ana, walau kita sudah tidak bersama. Walau kita

terpisah batas ruang dan waktu, aku tetap menjaga

janji yang pernah aku ucapkan. Aku masih bertahan

Page 212: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

menunggu janji 5 tahun itu, aku masih menyisihkan

uangku untuk celengan kuningku, dan aku masih

menjaga Alfina yang kau titipkan padaku. Tuhan

pulalah yang jadi saksi atas segala yang aku lakukan.

Terhadap janji yang telah aku ucapkan. Ku harap kau

pun masih menggenggam janji yang pernah kita

ucapkan. Jika suatu saat kita bertemu lagi, aku janji.

Aku kan jadi lebih baik dari yang kau inginkan. Masih

ingat yang ku smskan padamu awal januari 2010 itu?

“jika suatu saat – entah kapan- aku masih diberi

kesempatan untuk kembali. Aku ingin menjadi

malaikat, bukan manusia. Namun bila aku masih

menjadi manusia, aku memilih menjadi tanah.”

Epilog : “malam-malamku bagai malam seribu bintang

bila kau disini...„tuk sekedar menemani ..„tuk melintasi

wangi yang selalu tersaji di satu sisi hati....”

Notes : “selamat ulang tahun yang ke 20 I‟ana, walau

kita belum bisa bertemu, namun selalu ada do‟a

untukmu. Semoga kau selalu sehat di sana, bahagia di

sana dan tambah baik dan dewasa saja..^_^..”

Page 213: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan
Page 214: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Tentang Penulis

Jefri Mahendra Kisworo,

dilahirkan di Batang pada

18 Juni 1991. Menempuh

pendidikan kali pertama di

TK Lestari Kasepuhan

Batang, kemudian

melanjutkan ke SD Negeri

1 Kasepuhan Batang (1997-

2003), SMP Negeri 1

Batang (2003-2006) dan

SMA Negeri 1 Batang

(2006-2009).

Saat ini, penulis masih tercatat dan aktif sebagai

Mahasiswa Pendidikan Matematika S1 Universitas

Negeri Semarang (UNNES) angkatan 2009. Buku

berjudul “Kupu-Kupu di Daerah Perbatasan” ini

merupakan buku pertama dari sang penulis. Ini

merupakan suatu persembahan dari blog pribadi sang

penulis, www.jefrianalogica.blogspot.com. “ideologi,

sikap, otak”.

Selain aktif sebagai mahasiswa, penulis juga aktif

berkecimpung dalam lembaga kemahasiswaan, seperti

Page 215: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

sebagai anggota KOPMA (2009-2011) dan sebagai

Penanggung jawab 2 di UKM Catur UNNES (September –

Desember2011), Ketua Umum UKM Catur UNNES

(Januari 2012 - sekarang). Penulis juga terdaftar sebagai

kiper utama tim futsal COMIC dan kiper cadangan dari

skuad Math Edu 2009.

Penulis juga sedikit mempersembahkan gelar dalam

kehidupannya, seperti berhasil membawa tim sepak

bola tarkam Briyan ke peringkat 4 kejuaraan tarkam

Kabundelan U-15, membawa tim futsal XII IPA 1

menduduki peringkat 3 dalam kejuaraan classmeeting

tahun 2009, Juara 1 Catur Aksioma XVII, XVIII, dan XIX

(2009, 2010, dan 2011), Juara 2 Catur Porsajur (2010),

Juara 1 Catur Porsajur (2011) dan peringkat 4 kategori

Catur Klasik tingkat Pomrayon (2011).

Penulis yang merupakan fans Dewa 19, Ahmad Dhani,

Gie, Ari lasso dan Once Mekel ini adalah pecinta keripik

pisang, coklat, ikan pindang, tempe dan juga susu

coklat. Hobinya adalah bermain sepak bola, catur, gitar,

bersepeda, menyanyi, membaca buku dan bermain

games. Warna yang disukainya adalah biru dan hitam.

“sabar dan jalanin aja Jef...”

Page 216: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Hidup tak pernah berjalan sendiri. Selalu ada drama,

cerita dan pelajaran yang berasal dari orang lain.

Dan, untuk semua itu, ada ucapan terima kasih aku

ucapkan kepada :

Allah SWT

Nabi Muhammad SAW

Ibuku tercinta, Kunanik.

Bapakku tercinta, Gito Kisworo

Nenekku, Warmu’ah

Mbakku, Mbak Peni Kisworo Wati

Mas iparku, Mas Lutfi Alam Kurniawan

Seluruh kerabatku yang tak mampu aku

sebutkan satu per satu

Sahabat sekamar kosku, Afif Nugrahanto

Cinta pertamaku, I’anatul Karomah

Sahabatku di Kaliwungu, Nur Khofifah

(Inung)

Asrf, yr, dan atya

Luq, shka, yyh, dzki, aira, lutfi, qiyu dan

para sahabat

Teman sekampusku, Wahyu Nugroho

Setiawan

Teman SMA-ku, Nur Wachid

Teman SMA-ku, Nur Handayani

Hani Prima Rasydta (Chendik)

Supranoto (Kampran)

Page 217: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Nur Sita Mar’atun

Madya Prihastini

Muhtamar

Ahmad Dhani dan Dewa 19

Ari Lasso

Serta pihak-pihak yang berperan dalam

memberiku motivasi.

Kalian sungguh sangat berharga buatku.

Shine on.

Page 218: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

(sebuah lanjutan...)

Cahaya akan datang di hari kemudian

Melewati daerah perbatasan

Cahaya yang menyilaukan mata para pejalan tirani

Hingga mata mereka satu-satunya buta.

Pelukan hangat akan tiba di waktu kemudian

Melewati daerah perbatasan

Pelukan yang membebaskan jiwa beku para tawanan

Pelukan yang menghangatkan pikiran bodoh para awam

Pelukan yang menyatu-utuhkan semua.

Tangan-tangan adil akan datang.

Menghukum setimpal tangan-tangan kelaliman.

Memotong jemari kefasikan.

Garis akan tegak di segala penjuru.

Damai sedamai-damainya.

Page 219: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

Sebuah cerita bahagia.

Do’a kami yang di daerah perbatasan.

Semangat kami, yang bersiap siaga di daerah perbatasan.

Demi kisah bahagia generasi masa depan.

Sebuah cerita bahagia,

Dari do’a dan kesabaran kami di daerah perbatasan.

Malaikat membawaku turun kembali.

Aku terbangun dari mimpi.

Dia memang sudah sepatutnya menjadi Raja atas segala

Tidak seperti saat ini.

End.

Page 220: Kupu-Kupu Di Daerah Perbatasan

“… kamulah kesederhanaan yang utuh dalam satu imajinasi

yang meruntuhkan setiap molekul egoku…”

“Jika suatu saat – entah kapan- aku masih diberi kesempatan

untuk kembali. Aku ingin menjadi malaikat, bukan manusia.

Namun bila aku masih menjadi manusia, aku memilih menjadi

tanah..”

“…Kau seperti kaca.. Dan beling kaca itu menggoreskan

hatiku.. Aku mencintai kaca itu….”

"Nok, jika suatu saat kita bisa bertemu dan bersama,

aku harap kita di negeri yang sama.

Di jalan yang sama….”