Kumpulan Yang Terbuang

104
KUMPULAN YANG TERBUANG

description

Naskah Kaifa

Transcript of Kumpulan Yang Terbuang

Page 1: Kumpulan Yang Terbuang

KUMPULAN YANG TERBUANG

Minna Audy dkkKaifa Publishing, 2013

Page 2: Kumpulan Yang Terbuang

Kumpulan Yang TerbuangCopyright © Kaifa Publishing, 2013

Penulis: Minna Audy dkkPenyunting: Restu Shofa MaulanaPenata Letak: Ndaru Septian AdliDesain Sampul: Galang Setianto

PenerbitKaifa Publishing (Member of Kaifa

Organizing)[email protected]

FB : Kaifa OrganizingTwitter : @publishingkaifa

Promosi dan Kerja Sama: [email protected]

Katalog Dalam TerbitanHak cipta dilindungi undang-undangAll Right Reserved

Minna Audy dkk | 2

Minna AudyKumpulan Yang Terbuang/ Restu Shofa Maulana ; Kaifa Publishing

Kaifa Publishing, 201392hal ; 14 x 20,5 cm

Cetakan 1, 2013I. Kumpulan Yang Terbuang II. Kaifa

Publishing

Page 3: Kumpulan Yang Terbuang

Ucapan Terima Kasih

Alhamdulillah ..Segala Puji ke hadirat Allah SWT karena berkat

izinNya kita semua dapat menyelesaikan Antologi Cerpen ini.

Selanjutnya, ucapan terima kasih untuk kedua orangtua yang selalu mendukung setiap

langkah yang saya tempuh dalam mengarungi lembah kehidupan.Juga terima kasih banyak

untuk kontributor di event kali ini.Terima kasih banyak untuk semua yang telah membantu proses penerbitan buku ini di Kaifa

Publishing.Terima kasih untuk para pembaca..

Semoga kalian senang membaca buku ini ..

Minna Audy, dkk

3 | Kumpulan Yang Terbuang

_____________________Minna Audy

Page 4: Kumpulan Yang Terbuang

DAFTAR ISI:

1. Ucapan Terima Kasih

Kasih..........................3

2. Daftar

Isi.........................................................4

3. Yang Malang Yang

Hilang..............................7

4. Dinding

Keraguan............................................9

5. Bisikan Rasa Mengartikan

Rasa...................11

6. Aku Dan

Mereka.............................................13

7. Hamp

a...............................................................

15

8. Cita Dan

Cinta…..............................................16

9. Korupsi Ada Karena Dia

Ada.......................18

Minna Audy dkk | 4

Page 5: Kumpulan Yang Terbuang

10.Setapak

Kaki...................................................19

11.Panggung

Penghujatan..................................21

12.

Perg

i................................................................

23

13.Suatu

Rasa......................................................25

14.Mimp

i................................................................

26

15.Kesepia

n..........................................................27

16.Mungkin Kau Sudah Tak Mencintaiku

Lagi...29

17.Puisik

u................................................................

...31

18.Selamat

Tinggal..................................................33

5 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 6: Kumpulan Yang Terbuang

19.Dosak

u................................................................

..35

20.Tongkat

Sihir......................................................37

21.Panggilan

Sakral.................................................38

22.Sesaa

t.................................................................

.40

23.Tak

Sampa

i.........................................................42

24.Sakur

a................................................................

.44

25.Apa Kau Tak

Mengenaliku?.............................45

26.Syair

Jele

k........................................................47

Minna Audy dkk | 6

Page 7: Kumpulan Yang Terbuang

27. Sedang

Sedih...................................................48

28. Sang

Narsi

s......................................................49

29. Jam

Mat

i...........................................................50

30.

Jik

a................................................................

....52

31. Penjahit

Langit................................................53

32. Labuhan

Terakhir...........................................55

33.Sajak

Lar

i.........................................................57

34. Elegi Satu

Cinta.............................................58

7 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 8: Kumpulan Yang Terbuang

35. Si Gelas

Belimbing.........................................60

36. Layang-

an.........................................................61

37. Serenada Musim

Semi..................................62

38. Noktah

Luka....................................................64

39. Satu

Ketuka

n...................................................65

40.

Purnam

a.............................................................6

6

41.

45

˚................................................................

.....67

42.

Lela

Minna Audy dkk | 8

Page 9: Kumpulan Yang Terbuang

h................................................................

...69

43. Catatan Bulan

Juni..........................................71

44.

Kami

s................................................................

..75

45.

Gore

s................................................................

..77

46.

Da

n................................................................

......78

47.

Ka

u................................................................

.......79

48.

Kenanga

9 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 10: Kumpulan Yang Terbuang

n.............................................................8

1

49. Tentang

Penulis.................................................82

YANG MALANG YANG

HILANG

(Oleh: Ambarwati)

Aku yang malang, Aku yang hilang.

Tertipu angin.

Terhanyut air.

Aku yang malang, Aku yang hilang.

Tertawa diam membatin seru.

Aku yang malang, Aku yang hilang.

Tak dapat bertahan.

Di kapal yang karam.

Minna Audy dkk | 10

Page 11: Kumpulan Yang Terbuang

Aku yang malang, Aku yang hilang.

Hatiku hilang, Cintaku melayang.

Aku yang malang, Aku yang hilang.

Kasihku sayang, Kasihku hilang.

Kasihku tersayang, Kasihku yang hilang.

Pulanglah, pergi.

Datanglah kembali.

11 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 12: Kumpulan Yang Terbuang

DINDING KERAGUAN

(Oleh: Ambarwati)

Putih hitam abu-abu.

Terang gulita remang-remang.

Terpanggil aku satu pilihan.

Antara jalan dan jurang.

Aku bingung, aku gamang.

Dinding keraguan makin kuat menghantam.

Teringat aku satu pegangan.

Ia-lah Sang Tuan pemilik siang dan malam.

Namun aku lupa dimana gerangan Dia.

Sudah lama ku tak jumpa.

Dia menjauh?

Ah, bukan…

Aku yang lari penuh keraguan.

Biar kuingat-ingat dimana singgasana-Nya.

Biar kucari jalan bercerita dengan-Nya.Minna Audy dkk | 12

Page 13: Kumpulan Yang Terbuang

Tentang aku.

Tentang bimbang.

Biarlah hancur si dinding keraguan.

13 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 14: Kumpulan Yang Terbuang

BISIKAN RASA

MENGARTIKAN RASA

(Oleh: Anggit Fajar N.)

Entah siapa yang menjatuhkanku.

Hanya lubang kesakitan yang mendengar

tangis.

Karena tak seorangpun tahu.

Sedalam rasaku untuknya.

Bahkan sinarnya tak mampu melukiskan.

Hanya kesedihan yang tergambar.

Mustahil suaraku terdengar olehnya.

Tak mungkin ia sadar atas rasaku.

Selirih apapun bisikan.

Pastilah terdengar saat hati bernyanyi.

Benar, aku salah mencintaimu.

Dan bagiku…

Cinta tak mungkin hilang.

Hanya saja sentuhnya bukan lagi untukmu.

Yang pernah menyakitiku.

Karena aku sadar.Minna Audy dkk | 14

Page 15: Kumpulan Yang Terbuang

Yang berarti untukku hanya kau seorang.

Yang mampu mengartikan rasaku.

Dalam setiap hela napas kehidupan.

15 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 16: Kumpulan Yang Terbuang

AKU DAN MEREKA

(Oleh: Arumsari)

Hening bukan berarti sepi.

Bukan pula ku sendiri.

Tetapi kenapa tak ada satu suarapun yang

memanggilku.

Memanggil untuk mengajakku bermain

layaknya sebuah opera.

Aku hanya terpaku.

Menantikan sebuah adegan sandiwara.

Menipu banyak kepak dengan imajinasi.

Mereka sungguh cerdas.

Mereka sungguh menarik.

Tak ada satupun yang dapat aku bedakan.

Antara fakta dan sandiwara.

Mungkinkah mereka yang begitu pintar.

Ataukah aku yang terlalu bodoh.

Keadaan ini begitu sulit kupahami.Minna Audy dkk | 16

Page 17: Kumpulan Yang Terbuang

Aku masih menikmati heningnya duniaku.

Dunia yang begitu kecil.

Dunia yang mampu membuatku merasakan

segalanya.

Walaupun terasa menyedihkan.

Dengan semua ketidaktahuanku tentang

mereka.

17 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 18: Kumpulan Yang Terbuang

HAMPA

(Oleh: Endang Setyowati)

Di malamku yang sunyi.

Di pagiku yang sendiri.

Terbayang akan kenangan kita.

Janji yang dulu setia.

Dan kini kau mengingkarinya.

Kini kau menjauh dariku.

Melupakan cerita cinta kita yang dulu.

Namun tak sedikitpun sesal dalam hatiku.

Karena telah mencinta.

Dan kini aku hanya bisa menangis.

Dalam kehampaan terbayang akan semua

tentangmu.

Minna Audy dkk | 18

Page 19: Kumpulan Yang Terbuang

CITA DAN CINTA

(Oleh: Faesal Imadudin)

Cita impian.

Cinta khayalan.

Tertampung dalam sebuah wadah diri kita.

Cita berakal tulus.

Cinta berakar nafsu.

Ketika mereka berada.

Tak ada lagi hal.

Cita berujung asa.

Cinta berujung putus.

Ketika mereka beradu.

Yang tercipta ialah putus asa.

Ironi?

Cita tak sampai karena cinta.

Cinta tak sampai karena cita.

19 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 20: Kumpulan Yang Terbuang

KORUPSI ADA KARENA

DIA ADA

(Oleh: Galang Setianto)

Dia yang duduk.

Tak jarang mengantuk.

Sampai palu diketuk.

Bangun (pun) masih bercelatuk.

Memang terkutuk.

Dia yang kotor.

Dalam sidang diam dan molor.

Kadang buka situs kotor.

Tidak lain dan tidak bukan adalah koruptor.

Dia yang korupsi.

Ambil uang taruh laci.

Dimasuki ke slip gaji.

Tetap cari mati.

Minna Audy dkk | 20

Page 21: Kumpulan Yang Terbuang

SETAPAK KAKI

(Oleh: Galang Setianto)

Setapak kaki yang hendak mati

Tetap berdiri tanpa henti

Hanya untuk dikau termasih berseri

Diatas tangis dan luka

Kikisan kaki menapak jelas di raut wajah

Ribuan duri nyaris menusuk kaki

Jika bukan karena dikau, mungkin abu

Terbuang, debu

Tangisan demi tangisan

Air mata mengalir deras

Dan darah kali ini hanya tersenyum simpul

Menyambut pulangnya air mata ke muara

Pejamkanlah kelopak itu

Rasakan ketika air mata bisa menembusmu

Tangisan ini (pula)segumpal empedu dalam

gula kehidupan

Terteguknya empedu dalam muara

Termuntahkan akan jeritan jerit-menjerit21 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 22: Kumpulan Yang Terbuang

Ingin tersudahi tali yang menjerat (ini)

Pun tertakut padam sendiri.

Minna Audy dkk | 22

Page 23: Kumpulan Yang Terbuang

PANGGUNG

PENGHUJATAN

(Oleh: Galang Setianto)

Ketika rasa ini dibatasi

Cinta tak berani tinggi

Sayang tak mau panjang

Rindu tak lagi lebar

Bahkan harus terelakan kebahagiaanku buat

mereka

Aku hanya meneguk air mata ini untuk

berpesta

Entah berapa banyak air mata yang terjatuh

Aku benci

Muak, berbenar muak!

Tak kunjungnya mereka bendungkan airnya

Apa maunya?

Jauh pun dari Jawa samampai Berlin sudah

terlaksana

Diam pun laksana percakapan semut dan lalat23 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 24: Kumpulan Yang Terbuang

Tak juga mereka buat surutnya laut

Laut benci-berbenci

Bicaralah agar puas!

Apakah kau (mereka) terlalu lapar menjadi sok

khalifah?

Hanya ocehan yang menguburku dalam

kemuakan

Hingga ku kirimkan surat kepada tuhan

Agar karma-Nya kian datang

Bukan pembalasan dendam

Tetapi pertanggungjawaban

Minna Audy dkk | 24

Page 25: Kumpulan Yang Terbuang

PERGI

(Oleh: Galang Setianto)

Hati ini merenung akan semua yang terjadi

Merana sepi karena sendiri

Tak ayal sesal mendera hati

Terasa remuk menuai duka

Sebuah rasa yang terbanggakan

Hilang dalam sekejap mata

Lengah tertipu daya rayuan bibir

Menyerang dada yang tak berdaya

Mengukir duka dalam nestapa

Ingin terulang waktu yang telah berlari

Nantian rindu hipnotis hati

Sosok bayang-bayang meneror hati

Hajat ingin tak terputus tali ini

Tapi takdir bicara lain

Pergi semakin pergi, jauh semakin jauh

Kini diri tersendiri meratapi mimpi

Tinggal buaian janji yang temani hati

Harap tak ingin lagi membina sayang 25 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 26: Kumpulan Yang Terbuang

Terhenti rasa ini, karena terlalu sakit tuk

diingat kembali.

Minna Audy dkk | 26

Page 27: Kumpulan Yang Terbuang

SUATU RASA

(Oleh: Gandeng Yustina)

Suatu rasa dengan berjuta makna.

Suatu rasa sejuta pesona.

Tiada rasa yang dapat menolak.

Satu rasa.

Beribu makna.

Tak ada daya menolaknya.

Namun kini hambar terasa.

Semua berkabung tiada arti.

Semua hanya ada dalam mimpi.

T’lah pergi dan takkan kembali.

Hingga layunya bunga abadi.

27 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 28: Kumpulan Yang Terbuang

MIMPI

(Oleh: Helmi Adib)

Dalam hidup pasti ada mimpi.

Tanpa mimpi hidup takkan jadi pasti.

Sejak kecil aku selalu bermimpi.

Untuk meraih masa depan yang pasti.

Aku selalu berharap suatu saat nanti.

Aku bisa menjadi orang yang berarti.

Karena itulah aku selalu bermimpi.

Bermimpi…

Dan bermimpi…

Dengan bermimpi aku bisa.

Mempunyai sebuah tujuan.

Agar bisa berguna.

Bagi orangtua bangsa dan negara.

KESEPIAN

Minna Audy dkk | 28

Page 29: Kumpulan Yang Terbuang

(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)

Aku berada di malam yang sepi.

Sendiri, dalam kekosongan.

Dengan tetes airmata.

Yang terus menetes tanpa henti.

Langit tampak begitu mendung.

Bulan dan bintang,

Yang sering muncul itu…

Kini tak terlihat sedikitpun.

Semuanya terasa gelap.

Hanya ada angin yang tertiup kencang.

Sehingga membuatku.

Kedinginan dan ketakutan.

Aku kesepian, kini aku sendirian.

Sungguh aku kesepian.

Tiada lagi tawa dan canda.

Yang ada hanyalah tangisan.

Dan airmata.

29 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 30: Kumpulan Yang Terbuang

MUNGKIN KAU SUDAH

TAK MENCINTAIKU LAGI

(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)

Masih saja aku mengingatmu.

Hingga aku terbangun dari tidurku.

Sepertinya ini akan sulit.

Meskipun setiap kali meyakinkan.

Hatiku untuk melepasmu.

Rasanya, aku masih merasakan.

Dengan jelas hangat tanganmu.

Saat menggandengku.

Rasanya, masih jelas terdengar suara.

Canda tawa-tawamu ditelingaku.

Sungguh aku tak ingin pergi darimu.

Namun kuharus melakukannya.

Aku tak ingin terus berada di sini.

Dengan rasa sakit dan ketakutan.

Karena mungkin kau tidak mencintaiku lagi.

Minna Audy dkk | 30

Page 31: Kumpulan Yang Terbuang

PUISIKU

(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)

Aku menulis sebuah puisi.

Sebuah puisi yang tak satupun orang mampu

memahami.

Aku menulis dengan tanganku.

Dan hatiku tanpa otakku.

Puisi itu mengalunkan irama, menurutku.

Tapi kata orang puisi itu sepi.

Puisi itu penuh makna, setahuku.

Tapi kata orang puisi itu kosong.

Biar!

Biar orang lain tak mengerti.

Biarkan orang lain tak memahami.

Untuk apa?

Jangankan puisi, diriku saja mereka tak pernah

mengerti.

Biarlah hanya aku yang mengerti puisiku.

Karena memang hanya aku yang mengerti

diriku.31 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 32: Kumpulan Yang Terbuang

Minna Audy dkk | 32

Page 33: Kumpulan Yang Terbuang

SELAMAT TINGGAL

(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)

Mungkin memang aku yang telah berubah.

Mungkin memang aku yang lain kini.

Mungkin aku yang sudah tak bisa

menerimamu lagi.

Mungkin aku yang sudah tak sanggup

menahanmu lagi.

Aku yang selalu menjadi

penghalangmu.

Aku yang selalu menjadi benalu

bagimu.

Mungkin aku bisa merubahmu.

Tapi bukan hatimu.

Mungkin juga aku bisa menerimamu.

Tapi bukan kebohongan-

kebohonganmu.

33 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 34: Kumpulan Yang Terbuang

Aku

melepaskanmu…

Bukan ingin menyakitimu.

Aku pergi darimu…

Bukan ingin melukaimu.

Tapi aku ingin

membebaskanmu.

Dari belengguku.

Yang kutahu itu sulit bagimu.

Selamat tinggal.

Minna Audy dkk | 34

Page 35: Kumpulan Yang Terbuang

DOSAKU

(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)

Aku terletak di sebuah meja.

Seperti selembar kertas putih tapi ku tak

putih.

Bagai kertas dengan goresan-goresan tinta.

Namun aku sendiri.

Tuhan… aku ingin berkata pada-Mu.

Namun aku tak tahu apa yang harus

kukatakan.

Tuhan… kotorkan aku dengan

segala dosa yang telah kuperbuat.

Dengan nistaku ini.

Aku ingin kembali seperti selembar kertas.

Aku tak ingin sendiri lagi.

Namun apa dayaku?

Dosaku telah membekas di hati.

Di hati siapa?35 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 36: Kumpulan Yang Terbuang

Di hati semua orang yang telah kusakiti.

Minna Audy dkk | 36

Page 37: Kumpulan Yang Terbuang

TONGKAT SIHIR

(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)

Aku bermimpi memiliki tongkat sihir.

Kubuat sebuah rumah.

Tapi rumah itu tak berdinding.

Ku bangun semua harapanku di sana.

Tak ada dinding.

Namun selalu ada tempat untuk bersandar.

Tak ada selimut.

Namun selalu terasa hangat.

Tapi itu hanya ada dalam mimpiku.

37 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 38: Kumpulan Yang Terbuang

PANGGILAN SAKRAL

(Oleh: Latifah Oktafiyani)

Ketika matahari kemabali ke peraduannya.

Ketika burung-burung kembali ke sarangnya.

Ketika gema adzan mulai bergetar.

Ketika Sang Penggoda tak dapat bergerak di

balik ketakutan.

Panggilan sakral yang

menyejukkan.

Menggetarkan hati yang beku.

Membuka mata yang buta.

Menyirami jiwa gersang.

Sayang, sering tak didengar.

Oleh telinga yang terlalu tuli.

Oleh hati yang terlalu angkuh.

Jiwa-jiwa munafik tersesat.

Enggan mendengar panggilan sakral.

Bahkan dengan volume terkeras.Minna Audy dkk | 38

Page 39: Kumpulan Yang Terbuang

Panggilan yang terdengar di seluruh penjuru

negeri.

39 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 40: Kumpulan Yang Terbuang

SESAAT

(Oleh: Latifah Oktafiyani)

Kemolekan dunia yang fana.

Membutakan mata.

Desah suara yang mengundang menyumbat

telinga.

Gemerlap surga dunia yang menyilaukan.

Sesaat,

Dunia yang sesat,

Yang penuh tipu daya.

Permainan berulang dari nenek moyang.

Semakin terlelapkan dalam penuaan.

Sesaat,

Dunia yang sesaat.

Menyesatkan anak adam.

Hingga tak dapat kembali.

Berakhir di jurang kemaksiatan.

Minna Audy dkk | 40

Page 41: Kumpulan Yang Terbuang

Yang beriman, Yang Bertahan.

Yang Bertakwa, Yang Dapat Kembali.

Yang dekat dengan Tuhan.

Yang dapat menikmati indah dalam kebadian.

Bukan, Bukan indah sesaat.

41 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 42: Kumpulan Yang Terbuang

TAK SAMPAI

(Oleh: Latifah Oktafiyani)

Lembar-lembar usang yang terbuang.

Goresan tinta yang tertuang.

Terukir cerita cinta masa remaja.

Cinta dalam diri yang tersembunyi.

Cinta tentang mata yang tak terlalu

lebar.

Garis wajahnya yang tegas.

Tubuh tinggi dan kulit cokelat.

Baunya yang khas wangi.

Terbayang selalu dalam angan.

Suaranya yang terngiang-ngiang.

Detak jantung mempercepat laju.

Saat bertemu di lorong sekolah.

Sedih tak dapat disangsikan.

Ketika cinta tak dapat terungkap.Minna Audy dkk | 42

Page 43: Kumpulan Yang Terbuang

Tersembunyi dalam kepolosan.

Tertuang dalam catatan tatapan mata tak

terbalas.

Kehangatan kasih yang tak tersampaikan.

Terkunci dalam doa tersembunyi.

Tubuh tinggi dan kulit cokelat yang

mengacuhkan.

Biar seperti ini,

Dalam perasaan yang tak pasti.

Mengurung diri yang tak berani.

Merasa hati paling tersakiti.

Padahal diri tak mau mengakhiri.

43 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 44: Kumpulan Yang Terbuang

SAKURA

(Oleh: Marshelia Nindyastuti)

Seperti Sakura…

Semerbak di Musim Semi.

Dan kemerahannya yang tak abadi.

Kelopakmu ini hingga layu.

Seperti sakura…

Yang mengagungkan keindahan.

Tanpa tebersit kesombongan.

Dan kesenjaan yang membuatnya kuyu.

Seperti sakura…

Dan keabadiannya yang tak pernah ada.

Minna Audy dkk | 44

Page 45: Kumpulan Yang Terbuang

APA KAU TAK

MENGENALIKU?

(Oleh: Maulana A. M. A)

Apa kau tak mengenaliku?

Berbulan-bulan ku menunggumu.

Menunggu bersama sayang dan rindu.

Mengusap, berkata, harapan penting.

Menabur cinta melewati dinding.

Apa kau tak mengenaliku?

Dulu kutanam dengan cinta.

Hingga tunas dari taruhan nyawa.

Menumbuhkanmu dengan air gunung

putih segar.

Tiupan kehidupan mengujimu tegar.

Apa kau masih tak mengenaliku?

Tak apa buah hati harapan waktu.

Kau pohon kuat kekar.

Aku bahagia lega segar.

Aku dapat lapuk menuju ketenangan.

Jadi debu akhir hidup bahagia tertiup angin.45 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 46: Kumpulan Yang Terbuang

Dan Tuhan Maha Tau.

Terima kasih anakku.

Minna Audy dkk | 46

Page 47: Kumpulan Yang Terbuang

SYAIR JELEK

(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)

Kusyairkan kata-kata yang kubikin sendiri.

Kubisikkan ke setiap kuping di balik pintu tak

mengerti.

Syairku diabaikan.

“Elegi monyet jelek, biarlah jelek.”

Syairku menjadi elegi.

Kucuri elegi tiap-tiap penyair mati.

Kusamarkan bau bangkainya.

Aku menyanyikan elegiorang lain.

Sampai- sampai aku lupa elegiku sendiri.

Elegiku marah.

Elegiku berontak.

Biar saja si penyair kehilangan otak!

47 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 48: Kumpulan Yang Terbuang

SEDANG SEDIH

(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)

Ssshh…

Diam.

Bulan sedang merajuk malam ini.

Enggan aku mengasah kuping untuk

keluhannya.

Dia berkabung.

Untuk lintang-lintang kecil yang merajut Sang

Pembangkang di keningnya.

Minna Audy dkk | 48

Page 49: Kumpulan Yang Terbuang

SANG NARSIS

(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)

Aduhai…

Siapa gerangan berbayang bulan di sungai.

Elok berkecipak air kubelai.

Hendak kukecup namun tak jua sampai.

Sang Narsis…

Dicumbunya bayangnya sendiri.

Bukan kepalang sakit sukma meringis.

Tak tahu perih, mencinta imaji.

Payahlah…

Mengadu dadu tak sampai waktu.

Dia terkutuk.

Sampai kapan cintanya terantuk-antuk.

49 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 50: Kumpulan Yang Terbuang

JAM MATI

(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)

Tik tok..tik tok…

Jam berdetik meringkik mengikik.

Mengejek nyawa-nyawa di antara jarumnya.

Tik tok… tik tok…

Jam berdetik pada angka dua.

Selalu angka yang sama.

Dan entah pada apa.

Tik tok… tik tok…

Tidak bisa diam.

Tik tok… tik tok…

Berisik.

Tik tok… tik tok…

Berhenti.

Mati.

Tik tok… tik tok…

Menyakiti.

Meski kuserahkan padanya sepi.

Minna Audy dkk | 50

Page 51: Kumpulan Yang Terbuang

JIKA

(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)

Jika elegiku mengembunkan tangis.

Maka biarkanlah aku berkidung.

Kaulah senandung.

Dan aku kesangsian.

Jika elegiku mengembunkan tangis.

Biarkanlah.

Namun, kalaupun jika…

Kau tahu.

51 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 52: Kumpulan Yang Terbuang

PENJAHIT LANGIT

(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)

Akulah Sang Penjahit Langit.

Kuselipkan benang di sela lintang.

Berserakan.Tapi segera harus kurapikan.

Akulah Sang penjahit Langit.

Kuhampar saja mesin berisik.

Lindungi Gaia dari monster lumut bersisik.

Biar saja manusia tak berkutik.

Akulah Sang Penjahit Langit.

Langit kehilangan kancing.

Benang-benangku berjatuhan.

Sehelai,

Dua ratus helai…

Monster lumut bersisik menyeringai.

Aku bersembunyi di balik meja mesin jahit.

Dan bunyinya berderit menggigit.

Siapa aku?Minna Audy dkk | 52

Page 53: Kumpulan Yang Terbuang

Akulah Sang Penjahit Langit.

53 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 54: Kumpulan Yang Terbuang

LABUHAN TERAKHIR

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Sampai,

Telah sampai kapal.

Di sebuah dermaga.

Mengikis garis ombak.

Datang ke tepian.

Agar tak hanyut.

Datang ia setelah badai.

Dengan secerca rindu pada simpai.

Sampai maut sampai.

Ya...

Telah sampai kapal.

Membawa angan.

Yang menyayat rindu berdebu.

Di alam penuh keluh.

Aku merindu.

Huh..

Kini bersama lagu.

Terhenti saat kapal ke tepi lagi.Minna Audy dkk | 54

Page 55: Kumpulan Yang Terbuang

55 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 56: Kumpulan Yang Terbuang

SAJAK LARI

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Satu

Dua tiba

Tiga menyusul

Empat ia menyelip

Lima datanglah juga

Enam berlari terburu

Tujuh melampaui semua

Delapan seterusnya

Tak ada hingga

Minna Audy dkk | 56

Page 57: Kumpulan Yang Terbuang

ELEGI SATU CINTA

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Aku dan samudera…

Juga sang camar.

Bernyanyi sendu.

Sebuah elegi.

Yang terjuntai oleh tali cintaku.

Sungguh kumerindu.

Tak ingin berlalu.

Aku menyayat cinta.

Yang hanya kata.

Kau tanam benih duka.

Aku rela…

Aku terjaga…

Di palung duka.

Walau elegi terheti,

Namun gaungnya,

Samar menyayat duka.

Hingga purnama berhenti,

Pasangkan laut tangisku.

Hingga kau berlabuh,

57 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 58: Kumpulan Yang Terbuang

Ke palung dukaku.

Minna Audy dkk | 58

Page 59: Kumpulan Yang Terbuang

SI GELAS BELIMBING

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Jika memang engkau kaca.

Dan memang engkau kaca.

Mereka mungkin diam.

Namun sampai sekarang.

Sampai gelembung mulutnya.

Mereka tak diam.

Kisruh tentang kaca.

Tentang beningmu itu.

Mereka kaku.

Mereka ragu.

Apakah kau benar si kaca belimbing?

Mungkin kau pecah saja dirimu.

Agar mereka diam.

Agar mereka percaya.

Bahwa memang kaubelimbing dari kaca.

LAYANG-AN

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

59 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 60: Kumpulan Yang Terbuang

Kutinggalkan utara melaju ke timur.

Rehat sesaat.

Kutinggalkan timur melaju ke selatan.

Rehat sesaat.

Kutinggalkan selatan melaju ke barat.

Rehat sesaat.

Kutinggalkan barat melaju ke utara.

Rehat sesaat.

Kutinggalkan utara melaju ke selatan.

Rehat sesaat.

Kutinggalkan selatan melaju ke barat.

Rehat sesaat.

Kutinggalkan barat melaju ke timur.

Tamat sesaat.

SERENADA MUSIM SEMI

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Jalanku menujumu,dibagiannya.

Ku jumpa dengan serpih titik,lara,luka.

Serba-serbi tentang suka.

Tentang gugur autumn.

Minna Audy dkk | 60

Page 61: Kumpulan Yang Terbuang

Di semi,

Tak kujumpai dibagiannya.

Tawa,tentang dara…

Tentang semi yang pertama.

Di jalan yang ke-lima,enam.

Akan menujumu.

Memeluk elegi.

Dari hembus sisa nafasmu.

‘Kan ku terka,walau itu adanya.

Kau layak muson,datang tak nampak.

Menerka,tak bisa aku elak.

Menghempas,wahai lara.

61 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 62: Kumpulan Yang Terbuang

NOKTAH LUKA

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Bulan satu,bersinar merindu.

Kemari kemarau sukar meniru.

Terheran mega tentang rasa.

Tentang jiwa diantara pemegang raga.

Jiwa kala itu terpenuhi dahaga.

Sukarlah mengelak apapun cinta.

Meringkuk peringai berperi curiga.

Maka terbanglah logika kemananya suka.

Telah membekas noktah satu luka.

Meurngnya mengharap pada murka.

Guna menghapus noktah luka ke satu.

Murungnya gusar merindu dahulu.

Kepada pemuja untuk mengadu.

Sukar gusar mengakar jadi padu.

Pada ia satu,dua,tiga dan seterusnya…

SATU KETUKAN

Minna Audy dkk | 62

Page 63: Kumpulan Yang Terbuang

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Satu ketukan, kalut bertuan

Satu ketukan, beribu berlarian

Satu ketukan, darah menajdi bah

Satu ketukan, bumi terbelah

merekah

Satu ketukan, dunia samudera

Satu ketukan, tiang-tiang

melayang

Satu ketukan, langit melilit

Satu ketukan, bumi bulan

bertemuan

Satu ketukan, akhir peradaban

63 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 64: Kumpulan Yang Terbuang

PURNAMA

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Bulan penuh.

Bulan peluh.

Namun riuh.

Hadirkan gemuruh.

Sekalian luruh.

Bentangan peluh.

Pelukan jauh.

Purnama kini.

Sampai terkini.

Mudahan hakiki.

Mudahan perhati.

Minna Audy dkk | 64

Page 65: Kumpulan Yang Terbuang

45˚

(Oleh: Ndaru Septian Adli)

Kami merapat,

hormat

kami sempurnakan

45˚

Wahai yang

terhormat,

Kami penat

melihat

menjilat

menjerat

mengerat

Kamu muncrat

Kami tegak

siap-gerak

sesaat

serentak65 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 66: Kumpulan Yang Terbuang

LELAH

(Oleh: Nisa Erlinda)

Diam ku berbisik renungku berdoa.

Rinduku datang tangisku mengalir.

Lemah ku tak berdaya.

Marah ku melunjak.

Ah… apa itu?

Aku tak tahu.

Entah sampai kapan.

Aku lelah…

Tak tahu apa yang harus kulakukan.

Ingin ku rasanya berteriak.

Biar semua tahu apa yang kurasa.

Tuhan…

Apakah ini baying kata yang ingin ku ucap.

Tapi…Minna Audy dkk | 66

Page 67: Kumpulan Yang Terbuang

Tak sedikitpun terucap.

Aku hanya bisa diam.

Diam…

Diam…

67 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 68: Kumpulan Yang Terbuang

CATATAN BULAN JUNI

(Oleh: Restu Shofa Maelana)

Kususuri pagi petang,

Perlahan remang remang.

Langkahku tak bersuara.

Tapi embun membasah sampai mata kakiku.

Hmm, melatinya tak mau kalah,

tebar pesona keharuman padaku.

-Siapa yang mati?-

Sadar, tak beralasanku disini.

Tapi entah apa...

Menarik diri dari sisi,

Aku masih menyusuri jalan beraspal namun

berembun ini.

Ringan saja langkah ini..

-Tanpa sesalkah?-Minna Audy dkk | 68

Page 69: Kumpulan Yang Terbuang

Lalu, aku belok di tikungan itu.

Benda berpendar jatuh tepat di atas

pundakku...

Ah....lampu jalan ini rusak, menciprat panas ke

pipiku.

-Apa maksudnya?-

Pagi petang, tak pernah sepetang ini.

Bulan sedang bermuka pucat pula…

Seperti ingin menjatuhkan diri,

ke pelukanku…

Akupun tak habis pikir,

Mengapa perlu ku sesalkan?

mengapa harus kecewa menghinggap?

Ini Juni..

Tak pernah sedingin ini sebelumnya..

Ini kemarau..

Menambah kering rerumputan..

Gersang pula rambutku ini..

Benar memang .

69 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 70: Kumpulan Yang Terbuang

Dan memang benar, pemikiranku sudah usang

meski tak mau hatiku layu terendam...

-Insomnia?-

Dipagi petang, seperti ini?

Angin menubruk hebat dadaku,

Oh… Benarkah ini?

Mereka mati?

Berserakan kemana mana mayat,

Apa?

Ini bukan embun?

Ini darah?

Ini bukan bau melati?

Ini bau darah?

Aku lalu ingat...

Akulah pembunuh mereka...

Mereka kubunuh bukan tanpa alasan

Ku lanjutkan jalan ketimur...

Dengan masih menetes, lumuran darah di kiri

tanganku.....

Minna Audy dkk | 70

Page 71: Kumpulan Yang Terbuang

-25juni2011-

71 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 72: Kumpulan Yang Terbuang

KAMIS

(Oleh: Ria F. Hidayati)

Kamis…

Kala datang gerimis.

Menyentuh hati nan tipis.

Jeritan dalam tangis.

Kamis…

Rasa penuh egois

Takkan habis

Takkan pernah digubris

Kamis…

Galau tengah berbaris.

Duka merajuk sadis.

Sungguh tak tertepis.

Kamis…

Kisah yang romantik.

Kisah nan dramatis.Minna Audy dkk | 72

Page 73: Kumpulan Yang Terbuang

73 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 74: Kumpulan Yang Terbuang

GORES

(Oleh: Riskita Aksanti)

Goresan-goresan tinta.

Jadikan rangkaian kata-kata indah.

Indah jika terdapat kata-kata kiasan.

Yang mengubah kata menjadi makna.

Hidup ini memang indah.

Karena hidup dapat menjadi sejarah.

Namun hidupku tak seperti kata-kata kiasan.

Yang seperti, andaikan…

Semua terpampang nyata.

Semua terlihat di depan mata.

Semua orang mungkin bisa.

Tapi tak semuanya pasti bisa.

Minna Audy dkk | 74

Page 75: Kumpulan Yang Terbuang

DAN

(Oleh: Avril)

Dan bila suatu kapan.

Tembikar retak tiada bertuan.

Pecah cahaya seribu malam.

Gemuruh rasa penuh keluh.

Luruh lirih melagu peluh.

Dalam ketemaraman senja menuju gulana.

Menanggung resah….

Menyerbak putik bunga mati.

Dan bila suatu kapan.

Asa rapuh bergugur renta tua.

Padanya…

Ada musim abadi kelam.

75 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 76: Kumpulan Yang Terbuang

KAU

(Oleh: Avril)

Seperti Sushi,

Mentah tak berarah.

Hanya bentuk Sushi,

Abstrak,

Terbalut gurihnya nori.

Mengapit sumpit.

Pedas wasabi.

Bulat dorayaki.

Bundar melingkar di atas piring.

Seperti Sushi,

Mentah tak berarah.

Hanya bentuk Sushi,

Abstrak,

Terbalut gurihnya nori.

Mengapit di antara sumpit.

Pedas bagai wasabi.

Bulat bagai dorayaki.Minna Audy dkk | 76

Page 77: Kumpulan Yang Terbuang

Bundar melingkar di atas piring.

77 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 78: Kumpulan Yang Terbuang

KENANGAN

(Oleh: Chuchuen Lestari)

Kau hadir dalam keseharianku

Kau juga tawarkan tawa di kehidupanku

Meski hanya tersimpan di hati

Membuat semua lebih berarti

Khayalan tentangmu tersisa di memoriku

Kau pergi jauh tinggalkan diriku di masa lalu

Kini hati berusaha lupakan kenangan yang ada

Semakin kucoba, hati semakin tak bisa

Minna Audy dkk | 78

Page 79: Kumpulan Yang Terbuang

Tentang Penulis:

Ambarwati lahir pada 19 Maret 1996 di

Pekalongan.Gadis yang hobi mendengarkan

musik dan membolak-balik kamus ini

bertempat tinggal di Ds. Tanjungsari, Kajen,

Pekalongan.Bercita-cita sebagai Guru Bahasa

Jerman mengikuti jejak wali kelasnya Herr

Kisworo.Ia dapat dihubungi melalui

facebookAmbar-ssi PetalsChullpa atau

melalui email:

[email protected]

Anggit Fajar N. T dilahirkan secara normal di

Pekalongan, 13 November 1996.Dia tinggal

di Sidomulyo, Kec. Lebakbarang, Pekalongan.

Ia menyukai semua hal yang berhubungan

dengan teknologi perkomputeran. Hobinya

adalah berolahraga dan bermain game.

Cowok pemalas ini tidak begitu pintar dalam

79 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 80: Kumpulan Yang Terbuang

pelajaran, tapi ia yakin akan menemui

kesuksesan di masa depan. Emailnya:

[email protected]

Arumsari lahir di Pekalongan, 21 November

1996.Ia tinggal di Desa Harjosari, Kec. Doro,

Kab. Pekalongan.Gadis yang masih aktif di

kelas XII ini bercita-cita untuk menjadi Guru

Bahasa Indonesia sejati. Dapat dihubungi

melalui:

[email protected]

Endang Setyowati lahir di Pekalongan pada 7

Januari 1995, tinggal di Kandangserang,

Pekalongan.Gadis yang bercita-cita sebagai

guru Bahasa Jawa ini sedang duduk di kelas

XII Jurusan Bahasa di SMA 1 Kajen.Ia dapat

dihubung melalui emailnya:

[email protected]

Faesal Imadudin lahir di Pekalongan, 4

desember 1996.Cowok dengan rambut tegak

Minna Audy dkk | 80

Page 81: Kumpulan Yang Terbuang

ini sangat menyukai hal-hal yang berbau seni

dan mengekspresikan diri sesukanya.Ia

tinggal di Desa Tambakroto, Kajen,

Pekalongan. Prestasi yang pernah ia raih saat

ini belum ada. Dapat dihubungi melalui

email:

[email protected]

Galang Setianto lahir di Pekalongan, 28 Juni

1996.Merupakan pribadi yang sederhana aje

tapi berwibawa.Sangat menyukai hal-hal yang

berhubungan dengan desain. Cowok yang hobi

browsing dan membaca koran ini tinggal di Ds.

Nyamok, Kajen, Pekalongan. Dapat dihubungi

melalui facebook Galang Setianto atau melalui

email:

[email protected]

Gandeng Yustina adalah gadis kelahiran 17

Oktober 1996 yang masih aktif di kelas XII.Ia

tinggal di Dk. Nambang, Gg. Mbang Asri

RT/RW 01/01 Ds. Nyamok, Kajen,

81 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 82: Kumpulan Yang Terbuang

Pekalongan. Ia dapat dihubungi melalui

facebooknya Yustina Gayus atau melalui

email:

[email protected]

Helmi Adib lahir di Pekalongan, 4 September

1996.Ia menyukai hal-hal yang berbau

teknologi, olahraga dan musik.Ia terobsesi

untuk menjadi seseorang yang ahli dalam

teknologi dan membuat orangtuanya

tersenyum bahagia. Dapat dihubungi melalui

email:

[email protected]

Kiki Rauha Wasadad lahir di Pekalongan, 11

Februari 1996. Gadis dengan bintang

aquarius ini tinggal di Kesesi,

Pekalongan.Gadis yang gemar menyanyi ini

sangat ingin menjadi seorang koki.Ia dapat

dihubungi melalui email:

[email protected]

Minna Audy dkk | 82

Page 83: Kumpulan Yang Terbuang

Latifah Oktafiyani lahir di Pekalongan, 6

Oktober 1996.Memiliki cita-cita sebagai

penyiar berita yang handal.Gadis yang hobi

menulis puisi dan artikel ini sekarang

bertempat tinggal di Pekiringan Alit, Kec.

Kajen, Pekalongan. Emailnya:

[email protected]

Marshelia Nindyastuti merupakan gadis

berusia 17 tahun yang sangat gemar

membaca.Impiannya saat ini adalah menjadi

orang yang berpengaruh di dunia dengan

motonya kebahagiaan paling indah yaitu

saat mimpi menjadi nyata.Gadis ini dapat

dihubungi melalui email:

[email protected]

Maulana A. M. A

Minna Audy Ameliann Nz adalah gadis

kelahiran Pekalongan, 4 Maret 1997. Gadis

yang ingin mendapat Nobel Sastra ini

83 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 84: Kumpulan Yang Terbuang

bertempat tinggal di Ds. Gejlig, Kajen,

Pekalongan. Hobinya menulis novel, cerpen,

puisi dan menyanyi. Dapat dihubungi melalui

email:

[email protected]

Ndaru Septian Adli lahir pada tanggal 13

September 1996 di Ds. Jatiroyom, Kec.

Bodeh, Kab. Pemalang. Sekarang tinggal di

tempat itu juga. Ia dapat dikunjungi melalui

twitternya @NdaruSeptian, atau melalui

email:

[email protected]

Nisa Erlinda lahir di Pekalongan, 14 Agustus

1996. Gadis yang hobi menonton tv ini

beralamat di Ds. Wangandowo, Bojong,

Pekalongan. Gadis berbintang leo ini dapat

dihubungi melalui email :

[email protected]

Minna Audy dkk | 84

Page 85: Kumpulan Yang Terbuang

Restu Shofa Maelana lahir di Semarang, 2

Desember 1995. Hobinya tidur dan tidak

suka dingin.Anak pertama dari dua

bersaudara ini sekarang tinggal di Perum

Griya Kajen Indah, Pekalongan.Ia dapat

dihubungi melalui email:

[email protected]

Ria Fika Hidayati adalah gadis kelahiran

Pekalongan, 27 Agustus 1995.Hobinya

mendengarkan musik, menonton film dan

membaca.Gadis berbintang virgo ini bercita-

cita menjaadi guru Bahasa Asing. Gadis ini

sekarang bertempat tinggal di Desa

Pedawang, Karanganyar, Pekalongan. Ia

dapat dihubungi melalui :

[email protected]

Riskita Aksanti dilahirkan di Pekalongan pada

26 Juli 1996.Gadis yang biasa dipanggil Santi

ini sangat menyukai olahraga, terutama

jogging dan bulutangkis.Gadis berbintang

85 | Kumpulan Yang Terbuang

Page 86: Kumpulan Yang Terbuang

Leo ini bercita-cita menjadi polisi.ia dapat

dihubungi melalui email:

[email protected]

Avril lahir di Pekalongan, 14 Juli 1995 dengan

nama Yulia Purnama Safari.Gadis berdarah

Jawa-Betawi ini tinggal di Kedungwuni,

Pekalongan. Gadis yang bercita-cita menjadi

orang sukses ini sekarang disibukkan dalam

kegiatan seperti dance community,

skateboard dan band. Gadis yang easy going

ini dapat dihubungi melalui email:

[email protected]

Chuchuen Lestari adalah gadis kelahiran 8

Juni 1996. Gadis yang akrab disapa

Chuchuen ini memiliki hobi mendengarkan

musik yang biasa ia lakukan di masa

senggang. Ia bercita-cita menjadi seorang

pengusaha, untuk mewujudkan cita-citanya

tersebut, dia berusaha untuk menjadi pribadi

Minna Audy dkk | 86

Page 87: Kumpulan Yang Terbuang

yang disiplin waktu. Emailnya yang dapat

dihubungi:

[email protected]

87 | Kumpulan Yang Terbuang