Kumpulan Tulisan BIUS - Edisi Perdana - Final With Cover

download Kumpulan Tulisan BIUS - Edisi Perdana - Final With Cover

of 87

Transcript of Kumpulan Tulisan BIUS - Edisi Perdana - Final With Cover

CERITA, CITA, DAN CINTA DARI PELOSOK NEGERIKumpulan 25 Tulisan Inspiratif oleh Penerima Beasiswa ITB untuk Semua Edisi Perdana Oktober 2010

untuk semua yang ingin membangkitkan asa dan meraih mimpi

semua royalti hasil penjualan buku akan didonasikan untuk program amal, khususnya untuk pengembangan wawasan dan self-development para BIUSers

2

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

CERITA, CITA, DAN CINTA DARI PELOSOK NEGERI Oleh: Penerima Beasiswa ITB untuk Semua (BIUS) Editor: FDV Wulansari Copyright 2010 by FDV Wulansari

Penyusun FDV Wulansari

Desain Sampul Agung eRBe

Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

3

Ucapan Terimakasih PenyusunPertama dan paling utama, kepada Sang Khalik, untuk menjadikan segalanya mungkin. Lalu, tentu saja kepada mereka, sang penulis! Adik-adikku tersayang, penerima Beasiswa ITB untuk Semua angkatan 2009 dan 2010. Tulisan-tulisan yang tersaji disini adalah karya mereka yang ditulis dalam rangka mengikuti program BIUS Mini Library. Silakan baca di halaman berikut untuk informasi lebih jauh tentang program ini. Nah, untuk adik-adik BIUS, ayo tambah semangat menulis yaa, supaya tulisannya bisa masuk ke edisi berikutnya Special thanks to Pomto, Nurul, Antika, Ryan, dan Anik, para koordinator angkatan untuk program BIUS Mini Library. Kemudian, kepada sahabat yang lebih dahulu menulis sehingga memacu saya untuk turut menerbitkan sesuatu. Sahabat yang sama ini pula yang menjadi donator utama program BIUS Mini Library. Thanks for everything, dear, you know who you are! Juga, kepada Mbak Betti Alisjahbana sebagai Ketua Tim Penyelenggara BIUS dan semua teman-teman relawan BIUS, you all contribute in one way or another, so thank you! Special thanks to Agung eRBe untuk desain cover keren yang selesai hanya dalam hitungan jam! Tak lupa, kepada Ollie dan tim @nulisbuku yang memacu semangat untuk ikut dalam 99 writers in 9 days! Last but not least, kepada Anda, pembaca dan pembeli buku ini, yang telah berkontribusi dalam program BIUS Mini Library, karena royalti buku ini sepenuhnya didedikasikan untuk program tersebut. Salut untuk Anda

4

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

tentang BIUS dan Mini LibraryBeasiswa ITB untuk Semua, atau biasa disingkat BIUS, adalah program yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anak yang pandai dan berjiwa pemimpin namun kurang mampu secara finansial. Beasiswa ini tak hanya membebaskan penerima dari biaya kuliah, namun juga memberikan bantuan biaya hidup bulanan serta berbagai kegiatan/pelatihan pengembangan diri dan wawasan. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di www.itbuntuksemua.com. Program BIUS Mini Library adalah inisiatif dari relawan independen (tidak terkait secara resmi dengan penyelenggara BIUS) yang ingin membantu mengembangkan potensi caloncalon pemimpin masa depan Program ini terbagi menjadi dua, yaitu Perpustakaan Bersama dan Writing Challenge. Setiap bulan, atau secara berkala, relawan akan menambah jumlah buku untuk koleksi Perpustakaan Bersama. Buku koleksi ini merupakan kombinasi dari pilihan adik-adik BIUS dan rekomendasi relawan. Dari koleksi saat ini, ada yang berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ada novel maupun self help book, dan tersebar dalam berbagai genre (tidak hanya buku-buku serius). Nah, kalau Writing Challenge adalah kompetisi menulis yang diadakan rutin dengan berbagai tema. BIUSers ditantang untuk menulis, baik sesuai tema ataupun tulisan bebas, demi mendapatkan book points. Setiap penulis pasti mendapatkan poin, tetapi besarannya berbeda tergantung dari kualitas tulisan, juga keberanian menggunakan bahasa Inggris yang baik dalam menulis. Buku ini baru merangkum 25 tulisan saja, masih banyak tulisan bagus lainnya yang semoga bisa diterbitkan secara berkala (amin!) untuk lebih menginspirasi mereka dalam menulis. Doakan kami, supaya rencana ini terwujud!

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

5

Daftar IsiMERAJUT ASA. PENGALAMAN YANG MENGIKAT RASA1. BIUS never end (Nur Chamidah) 2. Panca hasil bridging BIUS (Nurul Setia Pertiwi) 3. Ikan besar di kolam kecil (Ardian Rizaldi) 7 11 13

MENJEJAK LANGKAH. PERTAMA BERBAUR PADU4. Manusia dan pilar-pilar OSKM (Teguh Wibowo) 16 5. Kepadamu, yang masih baru (Edi Parlindungan Hutasoit) 19 6. Mahakarya Ganesha, an experience (Hesti Nuraini) 7. Euforia INKM, pesta selamat datang (Musa Mujaddid) 8. Revolusi inisiasi tuai kontroversi (Rian Setianto) 9. Mahasiswa non INKM (Nurul Setia Pertiwi) 21 22 24 26

MENGGAPAI CITA. KISAH-KISAH SERU, LUCU, JUGA HARU10. Refleksi seorang mahasiswa (Teguh Wibowo) 11. Sepenggal kata ridho (Azward Achmad Badawi) 12. Semester awal yang RUARRR BIASA (Karissa Mayangsunda Philomela) 13. Ketika impian menyapa (Nurul Setia Pertiwi) 30 33 40 42

MERAIH CINTA. DOA PENUH HARAP DARI PELOSOK NEGERI...14. Liburanku satu bulan di semester satu (Wulandari Purwaningrum) 15. Perekayasaan liburan yang sempat tertunda (Irwan NIrwansyah)6

47 49

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

16. Does Bandung have them? (Aida Roselina) 17. I Solo (Hesti Nuraini)

54 55

MENGEJAR MIMPI. DAN, MEREKA PUN TERUS BERLARI...18. Masa setelah masa (Musa Mujaddid) 19. Jejak kesuksesan (Mahdi Karim) 20. Seruan bahagia masa SD (Teguh Wibowo) 21. My dream job (Nur Chamidah) 57 58 61 66

EXTRAS. A FEW UNCATEGORIZED ONES22. Perjalanan pertama ke Cibaduyut (Azka Muji Burohman) 70 23. Ceritamu, ceritaku, cerita kita (Nurul Setia Pertiwi) 24. Mbak Tizi oh Mbak Tizi (Azward Achmad Badawi) 25. Lagu Dies BIUS (Piska Nizaria) 76 78 84

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

7

Merajut asa. Pengalaman yang mengikat rasaDua cerita pertama di buku ini adalah dari dua BIUSers yang saya yakin punya bakat menulis. Saya selalu menikmati membaca tulisan keduanya. Kali ini, mereka berkisah tentang bagaimana awalnya mereka hanya memberanikan diri bermimpi, namun akhirnya bisa terwujud, yaitu untuk kuliah di ITB. Utamanya, mereka berbagi kesan tentang program bridging yang mereka alami sebagai langkah pertama mereka dalam merajut asa di bangku kuliah, dan juga menjadi pengikat rasa kedekatan dengan teman-teman seperjuangan, para BIUSers. Ada juga satu cerita lagi dari seorang BIUSers tentang satu perspektif menarik tentang mimpi yang terwujud dan suatu pilihan hidup. Kita memang harus berani bermimpi, untuk menggapai cita yang tinggi, namun yang tak boleh lupa, tentu berusaha beriring doa.

Cerita Satu BIUS never endoleh NUR CHAMIDAH (Angkatan 2009) ditulis pada Agustus 2009 Tanpa terasa sebulan telah kulalui bersama kalian, orang-orang pilihan. Orang-orang terbaik bangsa yang telah berhasil menembus gerbang Institut Teknologi Bandung (ITB) dan telah berhasil menjadi salah satu bagian dari ITB. Sebulan itu telah kita lewati bersama dalam kegiatan bridging Beasiswa ITB

8

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

untuk Semua (BIUS). Selama sebulan pula kita telah bersama merajut asa menggapai cita dalam satu naungan: BIUS. Pada awalnya, aku hanya berpikir bahwa bridging adalah suatu kegiatan yang di dalamnya kita hanya akan diberi materi dan materi. Dan menurutku itu sangat membosankan. Di awal-awal masuk kegiatan bridging, aku masih belum enjoy dengan kegiatan bridging tersebut, karena selain belum menguasai materi, aku sendiri juga belum begitu mengenal anak-anak BIUS yang lain. Dan aku pun berpikir kalau mereka juga berpikiran sama dengan apa yang aku pikir. Oleh karena itu akupun tidak mencoba berkenalan dengan anak BIUS lainnya. Namun, ternyata jauh sekali dari dugaanku. Setelah sekian lama bersama, aku bagaikan menemukan oasis di padang pasir. Kini aku telah menemukan kembali sahabat-sahabatku yang dulu selalu bersamaku. Walaupun kami berasal dari berbagai daerah di seluruh pelosok Indonesia, tapi kami merasa bahwa kami adalah saudara senasib sepenanggungan. Dan bisa saling mengerti satu sama lain. Pernah di suatu saat, ketika kami mendapatkan tugas presentasi dari Ibu Betti Alisjahbana (Ketua Tim Penyelenggara BIUS), kami dibagi menjadi lima kelompok. Dan masing-masing kelompok harus membuat satu judul untuk dipresentasikan di depan semua anak-anak BIUS, bahkan di depan para relawan BIUS. Dalam kerja kelompok tersebut lah aku merasakan betapa rasa kekeluargaan di antara kami sedang tumbuh. Tidak hanya di antara anak putri BIUS ataupun di antara anak putra BIUS, namun di antara semua anak BIUS, aku benar-benar telah merasakan bahwa kami adalah satu keluarga. Satu lagi materi yang menarik dan berkesan bagiku adalah materi Mengenal Diri dan Emosi oleh Ibu Sri Wachyuni, psikolog ITB. Dalam materi tersebut aku bisa tahu diriku yang sebenarnya, diriku yang orang lain belum tahu. Yaitu, dirikuKumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 9

yang tersembunyi. Aku juga menjadi tahu bahwa kami semua mempunyai ciri khas dan sifat masing-masing yang sama sekali berbeda. Memang, perbedaan itu indah. Dan memang, Tuhan itu Maha Adil, telah menciptakan kita dengan sesuatu yang berbeda-beda. Dari situ lah, aku baru merasakan, betapa sangat bermakna dan bermanfaatnya kegiatan bridging ini. Tidak hanya untuk diriku sendiri, namun juga untuk kami, semua anak-anak BIUS, bahkan untuk relawan BIUS. Dari kegiatan bridging Beasiswa ITB untuk semua inilah aku tahu apa arti sahabat, aku tahu apa arti kebersamaan. Dari kegiatan ini pula aku tahu dan aku mengerti bahwa kita semua diciptakan berbeda-beda bukan untuk saling bersaing dan saling memusuhi. Namun, kita diciptakan berbeda adalah agar kita bisa saling melengkapi di antara satu sama lain. Namun, di saat kegiatan bridging telah usai, ada satu ketakutan muncul dalam benakku. Di saat kita telah masuk masa perkuliahan besok, apakah kita akan terus menjadi satu hati seperti dalam masa-masa kita bridging? Karena aku sendiri tahu dan tahu diri, bahwa kita tidak hanya berasal dari satu fakultas ataupun sekolah yang sama. Dan kita mempunyai kebutuhan masing-masing untuk dipenuhi. Tapi aku yakin, bahwa kawan-kawanku BIUS tidak akan pernah melupakan sahabatnya, sahabat dalam suka maupun duka. Sahabat yang pernah bermain tebak-tebakan konyol (bumi itu bulat, segitiga, dua itu tiga, hewan bolly-bolly nya Verry sampai black magic). Dan aku juga yakin, mereka tidak akan melupakan masa-masa terindah di masa-masa bridging BIUS, masa di mana proses adaptasi menuju fase kehidupan yang baru dimulai. Masa yang penuh dengan romantika kehidupan. Kawankawanku BIUS, teruslah menatap dunia ini dengan semangat sejati seorang pemenang. Ciptakan harmoni kehidupan yang penuh arti. Untuk mengiringi putaran sang mentari, menjadi mega keemasan.

10

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Cerita Dua Panca hasil bridging BIUS (Pa Ha Bi Bi)oleh NURUL SETIA PERTIWI (Angkatan 2009) ditulis pada Agustus 2009 Dalam setiap doa dan renungan, ku teringat kala harapan masih di awan, tapi aku tak punya sayap untuk terbang Begitu banyak cerita, begitu banyak makna, begitu indah waktu yang kami lalui selama mengikuti program bridging Beasiswa ITB Untuk Semua (BIUS). Secara pribadi, saya sangat bersyukur dan bangga, nama saya ada dalam daftar penerima BIUS 2009. Selama ini, tak pernah terpikir saya akan kuliah di ITB, mendapat beasiswa pula. Bagi saya, hal itu hanya impian yang sulit dibawa ke dunia nyata. Namun, Allah Maha Besar dan Bijaksana. When theres a will, theres a way. Saya menemukan BIUS sebagai jalan menuju harapan hidup saya (atau BIUS yang menemukan saya?). Bisa dikatakan, pertemuan saya dengan BIUS, benar-benar suatu kebesaran Tuhan. BIUS benar-benar menakjubkan. Kegigihan para kakak relawan patut diacungi 2 jempol. Saya sangat kagum dengan semangat mereka. Apalagi setelah saya mengikuti bridging. Wah, setiap acaranya begitu menyenangkan dan berkesan. Banyak pelajaran yang kami, para BIUSers dapatkan dari alumni, relawan, dan narasumber yang berpengalaman. Manfaat bridging selama satu bulan telah saya rasakan. Materi dan kejadian selama bridging telah mempengaruhi pola pikir saya.

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

11

Atau lebih tepatnya BIUS, telah mengubah hidup dan paradigma saya tentang kehidupan. Pertama, mengenai tujuan hidup. Sebelum saya menemukan BIUS, saya berpikir, hidup saya adalah urusan Tuhan. Saya hanya berani memendam mimpi saya dalam-dalam tanpa berani melawan keadaan. Tidak ada tujuan. Mimpi itu ada, tapi untuk memikirkanya, saya terlalu takut untuk kecewa. Saya merasa, harus terus melanjutkan pendidikan. Sedangkan setelah itu? Entahlah. Saya sendiri terkadang malu saat mengingat kelemahan saya itu. Tapi, setelah mendapat materi dari narasumber favorit saya, Pak Dwi Larso mengenai entrepreneurship, saya mengerti. Setelah diskusi dan sharing dengan beliau, saya telah menetapkan tujuan hidup saya. Saya belajar mengenai orientasi kehidupan melalui beliau. Keseimbangan antara process oriented dengan result oriented. Kedua, saya menemukan motivasi. Para relawan memegang kendali besar dalam pengaruh ini. Semangat mereka memukau saya. Selama ini, yang ada dalam pikiran saya adalah motivasi = obsesi, obsesi = berlebihan. Namun tidak begitu kenyataan yang saya lihat pada perjuangan para relawan. Motivasi = obsesi, obsesi = tujuan, tujuan = hasil. Intinya, untuk mencapai tujuan, kita harus memiliki motivasi. Motivasi yang mendorong kita untuk berjuang meraih tujuan. Meski sulit, motivasi membuat segalanya mungkin terjadi. Ketiga, saya menemukan kehidupan. Kehidupan yang indah. Selama ini, hidup saya hanya berkutat antara rumah dan sekolah. Kehidupan terasa datar. Dalam pandangan saya, tak ada yang special dalam hidup. Sampai akhirnya keindahan itu hadir melalui kejadian-kejadian saat bridging. Bertemu dengan banyak orang yang sukses dengan beribu cerita yang menginspirasi, hidup di asrama dengan mandiri (hal yang sebenarnya bisa saya lakukan, tapi jarang saya kerjakan), dan

12

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

berada diantara teman-teman yang memiliki banyak perbedaan. Ya, perbedaan. Sesuatu yang telah membuat hidup lebih berwarna. Keempat, menghargai orang lain. Ternyata, banyak juga orang yang sensitif di dunia ini. Saya pikir hanya ada di sinetron. Melalui pertemanan di BIUS, saya jadi lebih tahu mengenai sifat orang lain dan cara menyikapinya. Kelima, dan yang paling utama adalah pertemanan, perkawanan, dan persahabatan. Tiga hal yang sangat berarti. Melalui BIUS, saya telah menemukan ketiganya. Padahal, dulu saya pikir hanya ada teman dan sahabat. Ternyata selama ini kata kawan telah saya lupakan. Apa bedanya? Banyak. Tapi perbedaan utamanya adalah seorang teman berkomunikasi dengan percakapan, seorang kawan berkomunikasi dengan pertolongan, dan seorang sahabat berkomunikasi dengan perasaan. Semuanya saya dapatkan di hari terakhir bridging. Disaat saya sakit dan benar-benar membutuhkan orang lain, mereka peduli. Kawan-kawan BIUS memang the best!!! Jadi, 5 hal utama tersebut, terangkum dalam Panca Hasil Bridging BIUS (Pa Ha Bi Bi) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Tujuan hidup yang paling utama. Motivasi bagi seluruh BIUSers untuk meraih butir pertama. Penemuan kehidupan dalam proses menjalankan butir pertama. Menghargai orang lain dan menjaga perkataan demi kelancaran terlaksananya butir pertama. Menjunjung tinggi pertemanan, perkawanan, dan persahabatan sebagai pondasi kokoh dalam membangun butir utama.

Yah, bridging BIUS 2009 memang telah berakhir. Namun kenangan itu, takkan pernah saya biarkan berakhir. SeluruhKumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 13

kenangan itu akan tetap hidup dalam hati para BIUSers, termasuk saya. Tetap semangat untuk membuat Indonesia Tersenyum. ITB Memang Untuk Semua. Ganbatte! Ternyata, harapan masih di awan Meski tak ada sayap untuk terbang, aku masih punya kawan, untuk menemani melanjutkan pendakian

Cerita Tiga Ikan besar di kolam keciloleh ARDIAN RIZALDI (Angkatan 2009) ditulis pada Februari 2010 Alhamdulillah, akhirnya (inilah kata-kata yang terucap setelah aku tepat berdiri di depan gerbang ITB). Impianku, akhirnya terwujud. Trilyunan doa yang kupanjatkan pada Ilahi, akhirnya terkabul. Usahaku yang memeras otak dan kelenjar keringatku, berbuah hasil yang membanggakan. Puaskah? Puas sih, tapi masih ada yang pengen dicapai lagi Rasa bangga dan rasa puas yang telah tumbuh dalam hatiku tak bertahan lama. ITB, Institut Teknologi Bandung, Institut Terbaik Bangsa. Tantangan baru, kehidupan baru. Aku berpikir, ini bukan lingkungan sembarangan. Dosennya TOP, reputasi HIGH, mahasiswanya GENIUS, hasil SNMPTN mahasiswanya the BEST. Ditambah lagi, untaian kalimat-kalimat curahan dari kakakkakak senior semakin meluluhkan rasa bangga dan puasku. Kata mereka, "Kuliah di ITB itu sulit", "Berat", dan lain-lain (sampai nggak kuat mikirnya). Semua itu menggiringku pada satu pikiran sekaligus pertanyaan, "Pantaskah orang sepertiku kuliah di ITB?", "Mampukah aku bersaing di gudangnya14 Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

mahasiswa X-cellent?" awal masuk kuliah.

Pikiran ini terus kusimpan hingga

Berdebar. Itulah yang kurasa saat awal pertama kuliah. Dari mataku, kulihat tatapan wajah-wajah yang seakan haus ilmu, lapar pelajaran. Dari hidungku, seakan kucium aroma orang JENIUS (tapi, sekarang lupa, baunya kayak gimana, hehehe) Dari telingaku, kudengar ucapan-ucapan calon generasi emas bangsa. Fiuh (aku menghela nafas)... pikiran aneh mulai muncul di otakku, "Sepertinya memang berat kuliah di ITB. Kenapa dulu aku nggak pilih I*S, A*G atau U*N aja ya. Mungkin di sana tak seberat di sini." Pikiran itu terus menggerogotiku hingga sampai ujian UTS. Yah, akibatnya, UTS 1 nggak maksimal. Hal itulah yang menghinggapiku di awal semester pertama, tetapi Alhamdulillah, aku dapat jawabannya di pertengahan dan akhir semester. Setelah UTS 1 berlangsung, tibalah saat pengumuman UTS 1. Hasilnya tak terduga (lumayanlah) dan, yang membuat rangkaian rasa minderku pudar, ternyata aku nggak parah-parah amat (masih ada-lah yang nilainya lebih puaraah dariku). Kejadian itu membuatku terus mematri kalimat, AKU BISA AKU HARUS BERADAPTASI "InnALLAHA laa yughyyiru biqoumin hatta yugoyyiruu maa bianfusihim" Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka (kaum tersebut) merubah nasibnya sendiri. QS. Ar-Ra'd:11. Benar, AKU HARUS BERUBAH (bukan jadi Superman, Spiderman, de el el ya, hehehe) tetapi berubah menjadi diri yang lebih baik. Dengan motivasi ini, aku MENGUBAH cara belajarku hingga akhirnya aku mendapat hasil yang memuaskan di akhir semester alias IP sesuai target. Alhamdulillah... Lalu, ada satu cerita dari seorang teman. Ada seseorang yang sudah diterima di T* ITB, tapi akhirnya dia nggak jadi masukKumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 15

dan dia milih masuk ke UN**. Dia bilang, "Lebih baik menjadi ikan yang besar di kolam yang kecil, daripada menjadi ikan yang kecil di kolam yang besar". Maksudnya, kalau dia masuk ke ITB, otomatis saingannya berat-berat, dan dia harus bersaing dengan mereka, akhirnya kalau nggak mampu bersaing, dia nggak bisa meraih yang terbaik di sana (jadi inget pemikiranku waktu awal semester 1, hehe). Beda kalau dia masuk ke UN**. Kalau masuk sana, saingannya relatif ringan, dan dia bisa menjadi yang terbaik di sana. 4 tahun berlalu dan akhirnya dia bisa menjadi lulusan terbaik di sana dan juga mendapat dua tawaran beasiswa S-2 ke Inggris dan Australia. Kualitas universitas di Inggris itu lebih baik daripada yang di Australia, tapi dia malah milih Australia dengan pertimbangan pemikiran yang sama, "Lebih baik menjadi ikan yang besar di kolam yang kecil, daripada menjadi ikan yang kecil di kolam yang besar". Finally, dia bisa jadi lulusan terbaik juga di sana. Menanggapi cerita itu, aku jadi bertanya-tanya, kenapa kok malah memilih menjadi ikan yang besar di kolam yang kecil? Kenapa nggak menjadi ikan raksasa di samudra yang luas? Siapa tahu dia bisa lebih sukses di kolam yang besar. Di awal semester aku pernah berpikiran seperti dia. Aku pernah berpikir lebih baik kuliah di universitas lain yang secara kualitas mungkin belum sebaik ITB, daripada nggak bisa bersaing.... Tapi, kini, aku nggak mau berpikiran seperti itu. Nggak ada kata menyerah dan putus asa dalam kamus hidupku. Berdoa dan berusaha, itulah kamus inti hidupku dalam menyelami sela-sela samudra kehidupan. So, hikmahnya, jangan pernah ada rasa minder dalam diri kita, gosok rasa minder dalam dinding hati kita dengan keyakinan, dan hiasilah dengan perubahan dalam diri kita (usaha). Sesungguhnya tiada satu pun di dunia ini yang mustahil, jka kita punya 3 hal, yaitu NIAT (cita-cita, keinginan), USAHA (belajar, bekerja, kuliah, dll), dan tentunya Izin ALLAH...

16

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Menjejak langkah. Pertama berbaur paduBeberapa BIUSers angkatan 2010 menulis pengalaman mereka tentang Orientasi Mahasiswa yang mereka alami, dimana untuk pertama kalinya, mereka berbaur dengan seluruh mahasiswa baru ITB. Dari sisi lain, BIUSers 2009 juga bercerita dari pandangan mereka saat pertamakalinya menjadi panitia orientasi.

Cerita Empat Manusia dan pilar-pilar OSKMoleh TEGUH WIBOWO (Angkatan 2009) ditulis pada September 2010 Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM) merupakan sebuah budaya kaderisasi terbesar yang ada di kampus ITB. Sebuah pintu gerbang bagi kemajuan kemahasiswaan kampus ITB. Bahkan ada sebuah pernyataan menyebut baiknya OSKM menentukan baiknya masa depan kemahasiswaan KM ITB, dan buruknya OSKM, adalah cikal bakal kemunduran kemahasiswaan KM ITB. OSKM memiliki struktur kepanitiaan yang kompleks dan teratur. Salah satu pilar kepanitiaan yang membedakan dengan kepanitiaan lain adalah adanya kepanitiaan yang disebut Panitia Lapangan. Panitia lapangan ini terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi Keamanan, Divisi Medik, dan Divisi Taplok (tatatertib kelompok). Tiga pilar inilah yang akan menggambarkan simbol keagungan kaderisasi kampus ITB. Jika dianalogkan dengan manusia, makhluk lemah yang memiliki

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

17

tiga pilar penopang hidup, yang membedakannya dengan mahluk-makhluk Tuhan yang lain. Tiga pilar ini adalah Nafsu, Akal (pikiran), dan Qolb (Hati). Pilar pertama panitia lapangan OSKM adalah Divisi Keamanan, yang bertugas mengamankan pelaksanaan OSKM. Keamanan mengajarkan dinamisasi lapangan, yang melatih olahrasa sebagai bagian dari managemen emosi. Sedangkan manusia memiliki Nafsu. Yang pada hakekatnya Nafsu adalah wajar dan harus terpenuhi. Namun jika berlebihan dan tak terkendali, nafsu itu akan menghancurkan manusia itu sendiri. Disinilah manusia belajar bagaimana melatih dinamisasi emosi. Manusia belajar bagaimana mendewasakan diri dengan memanage nafsunya agar memperoleh kesempurnaan diri. Pilar kedua adalah Divisi Medik yang bertugas menolong dan mengevakuasi orang sakit berlandaskan ilmu kemedisan. Medik mengajari kita mengembangkan skill pertolongan pertama yang berdasar pada ilmu. Medik adalah penjaga dari beribu-ribu nyawa peserta OSKM. Jika OSKM punya Medik, manusia dikaruniai Akal (pikiran). Akal sebagai pusat ilmu yang selalu membawa kita pada benar dan salah. Akal inilah sebagai corong ilmu dan sains yang digunakan untuk membangun peradaban. Akal inilah yang menjadi benteng penjaga keimanan dari berbagai godaan dunia yang menyesatkan. Pilar ketiga adalah Divisi Taplok, yang bertugas membimbing kelompok peserta OSKM agar tetap terjaga dalam cakupan koordinasi antara panita dan peserta. Taplok yang mengajari kita indahnya keikhlasan, Taplok yang mengajari kita indahnya berbagi pengetahuan. Taplok sebagai ujung tombak dari penyampaian materi OSKM, yang jika baik Taploknya, maka baikpula OSKMnya. Manusia pun memiliki Qolb (hati). Qolb merupakan pilar kesadaran yang akan membimbing manusia

18

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

ke jalan kebenaran. Qolb inilah pusat kita belajar keikhlasan dan sebagai koordinasi lini kehidupan. Rasulullah bersabda, Di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baik pula ia. Dan jika ia buruk, maka buruk pula ia. Segumpal daging itu adalah qolb." Al-Hadist Untuk menjadi Keamanan, Medik dan Taplok yang baik, seseorang harus dididik dan dilatih melalui diklat selama dua bulan. Selama masa ini pula diadakan ujian materi sebagai syarat lulus menjadi panitia lapangan OSKM. Diklat ini penting sebagai ajang uji coba dan pelatihan menghadapi pelaksanaan yang sebenarnya. Begitupun Manusia. Sejatinya, selama hidupnya adalah diklat dari Yang Maha Kuasa. Manusia diberi ujian oleh Allah, agar manusia semakin meningkat derajatnya. Dan semakin berat ujian/cobaan menandakan semakin tinggi derajat seseorang dihadapan Allah. Ketiga pilar OSKM, Keamanan, Medik, dan Taplok merupakan satu kesatuan lapangan yang tak dapat dipisahkan. Mereka tak dapat bekerja sendiri dan saling mendominasi. Mereka harus berkolaborasi dan dalam koordinasi agar tercapai keberhasilan OSKM. Sama dengan manusia, manusia tak dapat melepas tiga pilar, Nafsu, Akal, dan Qolb dari kehidupannya dan harus terjadi sinkronisasi diantara ketiganya. Apa jadinya jika manusia hanya mengedepankan nafsunya saja tanpa berpikir dan dibatasi oleh akal dan qolb. Mungkin manusia akan lebih rendah derajatnya dari binatang. Apa pula jadinya jika seseorang hanya mengedepankan akalnya saja tanpa dibatasi qolb. Orang itu akan menjadi paling sombong. Untuk Itulah Allah menciptakan nafsu, akal dan qolb. Tiga pilar inilah yang harus tekoordinasi dan ter-manage dengan baik jika seseorang ingin memperoleh kebahagiaan hidupnya.

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

19

Jika OSKM ingin berhasil. Tiga pilar, Keamanan, Medik, dan Taplok inilah yang harus terkoordinasi dan tersinkronisasi dengan baik. Jika manusia ingin memperoleh kebahagiaan hidupnya. Hiduplah dengan melakukan sinkronisasi dan koordinasi atas tiga pilar Nafsu, Akal, dan Qolb dengan baik.

Cerita Lima Kepadamu, yang masih baruoleh EDI PARLINDUNGAN HUTASOIT (Angkatan 2009) ditulis pada Agustus 2010 Tahun ajaran baru sudah datang. ITB berbahagia. Selain telah menciptakan sarjana-sarjana baru yang diharapkan dapat memberikan perubahan, ITB juga sedang menyambut siswasiswi terbaik bangsa yang diharapkan dapat menjadi pemimpin bangsa. Harapan besar disematkan pada mereka yang baru saja menikmati status baru mereka yakni Mahasiswa. Euforia diterimanya mereka sebagai mahasiswa Institut ini sangat terasa. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk meredam euforia mereka. Untuk mengubah kultur mereka. Untuk mengubah mainsheet mereka. Bahwa tidak mudah menjadi seorang Mahasiswa yang sebenarnya. Entah apa motivasi si mahasiswa baru hingga memilih institut ini sebagai alat tempa. Apakah sekedar ingin menunjukkan kepandaian mereka, kekayaan mereka?. Atau memang mereka dengan sadar dan sungguh-sungguh memilih ITB sebagai tempat yang tepat untuk menimba ilmu dan pengalaman hidup. Mudah-mudahan ini adalah pilihan mereka, bukan orang lain.

20

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Hiruk-pikuk mulai terasa 2 bulan bahkan 3 bulan sebelum si Mahasiswa baru resmi menduduki kursi perkuliahan. Banyak orang mempersiapkan acara penyambutan Mahasiswa Baru. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran mereka demi menyambut adik-adik barunya. Bersiap dari pagi sampai malam. Yang putih menjadi hitam dan yang hitam menjadi tambah hitam. Terlihat kasihan. Tapi apakah demikian menurut persepsi sang kakak?. Ah, mereka tampak senang-senang saja. Mereka tampak bahagia mempersiapkan segalanya. Dengan harapan, semua yang mereka rencanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang mereka bayangkan selama ini. Mungkin, harapan inilah yang memacu semangat mereka. Berat memang tugas yang dipikul oleh si kakak. Tapi apa boleh buat. Mereka harus bisa mengubah kultur adik-adiknya dari siswa menjadi mahasiswa. Membuat yang manja menjadi mandiri. Menyadarkan mereka bahwa tugas yang disematkan kepadanya bukanlah perkara yang mudah. Bahwa kebebasan yang mereka dapat sekarang membutuhkan tanggung jawab yang sangat besar. Tidak hanya tanggung jawab kepada orang tua, tapi kepada bangsa dan negara. Dan butuh proses yang panjang untuk menanamkan hal ini. Itupun tergantung si adik. Apakah bersedia berubah atau tidak. Semoga semua kerja keras sang kakak membuahkan hasil yang manis. Semua proses yang mereka berikan kepada si adik terpatri di benak mereka. Agar semua yang telah dikorbankan tidaklah sia-sia. Sumbangsihku mungkin tak berarti, tapi ikhlas kubaktikan semua. Dengan tulus kuberikrar untuk selalu berjuang, setia kuusung panjiku, kibar jaya kampusku (Hymne KM ITB).

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

21

Cerita Enam Mahakarya Ganesha, an experienceoleh HESTI NURAINI (Angkatan 2010) ditulis pada Agustus 2010 White You protect us from The Red You make us feel safe You help us when we hurt You always smile when we meet You always show your angel face You always remind us to keep our health You are CAKRASERA Red You snap us everywhere You shout at us as if we are deaf You never smile to anyone You always show your evil face But actually, Everything you do to us is about To keep us safe on the way Thank you VARUNASTRA Blue You are the cheerful one You are the master of happiness You give us spirit everytime and everywhere You teach us about life You lead us to be a better person You show us how life goes on at campus You are really our ANTAKUSUMA And the most Colorful and Powerful one is us, MAHAKARYA GANESHA...22 Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Cerita Tujuh Euforia INKM, pesta selamat datangoleh MUSA MUJADDID (Angkatan 2010) ditulis pada Agustus 2010 Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater. Itulah salam hangat pertama yang digemuruhkan setibanya kami berada di bumi Ganesha. Semangat yang diajarkan kepada kami sebagai pembuka prosesi inisiasi ritual penyambutan putra-putri terbaik bangsa. Merupakan suatu rangkaian acara yang kami menyadari betapa perlunya ketika seseorang memasuki dunia baru hingga dapat memahami bagaimana seharusnya ia bertindak. Dunia mahasiswa merupakan dunia baru bagi kami pasca menjadi siswa. Yang telah mantan dari siswa. Kini naik derajat menjadi mahasiswa, maha-nya para siswa. Lalu apa sebenarnya embel-embel maha tersebut. Itulah yang kami pelajari di sini, INKM 2010. Rangkaian acara yang didesain sedemikian rupa oleh kakak angkatan yang berjuang keras mempersiapkan acara ini demi keberhasilan dan ketercapaian pemahaman substansi oleh mahasiswa baru. Meskipun terjadi hambatan akibat faktorfaktor X, kami tetap mengapresiasinya. Dari sinilah kami dapat memahami makna mahasiswa. Bahwa mahasiswa memiliki posisi, potensi, dan peran. Di mana manusia terbagi menjadi 3 kelompok, yakni manusia ekonomi, manusia politik, dan manusia sipil. Mahasiswa mempunyai posisi sebagai manusia sipil yang sanggup berperan sebagai manusia ekonomi dan manusia politik. Mahasiswa mampu memberikan kontrol di ketiga kelompok manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

23

Mahasiswa juga mempunyai potensi, yakni kemampuan yang mampu dikembangkan. Potensi itu adalah bahwa mahasiswa mempunyai keahlian, mempunyai multi disiplin ilmu, kritis, idealis, netral/independen, semangat, dan mempunyai kemudahan jaringan & afiliasi. Segudang potensi itu mampu dibangkitkan demi kemajuan bangsa ini. Mahasiswa pun mempunyai peran penting di masyarakat. Mahasiswa berperan sebagai guardian of value, iron stock, agent of change, dan role model. Guardian of value di mana mahasiswa sebagai penjaga nilai-nilai luhur di masyarakat agar tetap berjalan lurus sebagaimana mestinya. Iron stock di mana mahasiswa merupakan cadangan pemimpin masa depan yang nantinya menggantikan pemimpin sekarang ini. Mahasiswa sebagai agent of change di mana mahasiswa adalah aktor-aktor penggerak menuju perubahan yang lebih baik. Mahasiswa sebagai role model di mana mahasiswa adalah panutan bagi masyarakat. Dijadikan kiblat di mana masyarakat mencari sosok penuntun. Sekelumit ilmu yang kami dapatkan ini hingga kami menyadari batapa besar posisi, potensi dan peran mahasiswa. Tanggung jawab yang dipikulnya dan beban bangsa yang dihadapinya seharusnya mampu dijadikan pacuan untuk terus maju. Maka dari itu, majulah mahasiswa, buat perubahan kebaikan dan kemajuan bangsa. Jadikan kampus ini sebagai wahana pengembangan diri. Jaya Mahasiswa! Jaya Indonesia!!!

24

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Cerita Delapan Revolusi inisiasi tuai kontroversioleh RIAN SETIANTO (Angkatan 2010) ditulis pada Agustus 2010 Banyak orang berasumsi bahwa segala aspek kehidupan di masa kini memang harus mulai direvolusi dari pola lama menjadi baru. Pola lama dianggap sudah kuno sehingga mulai diciptakan pola-pola baru yang mereka anggap lebih revolusioner dan lebih baik. Tetapi tak jarang juga pola-pola baru itu memunculkan kontroversi dimana-mana. INKM (Inisiasi Keluarga Mahasiswa) ITB 2010 yang telah diselenggarakan ini menjadi salah satu bukti revolusi program orientasi mahasiswa baru ITB. Program INKM ini dinilai berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Terdapat beberapa perubahan esensial yang dilakukan pihak pusat (rektorat), yaitu: dari segi penamaan; sebelumnya OSKM, tahun ini INKM. Dari segi bentuk kegiatan; sebelumnya peran pendamping (taplok) begitu aplikatif dalam pembimbingan orientasi. Tahun ini bentuk kegiatan didominasi oleh orientasi secara kolektif seperti dalam kelas besar sehingga peran pendamping kelompok kecil tereduksi. Dari segi keamanan dan ketertiban; sebelumnya keamanan tidak begitu gencar digalakkan, tetapi tahun ini pihak UPT K3L (Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan) sangat gencar mencanangkan keamanan dan ketertiban peserta INKM. Revolusi ini telah menuai banyak kontroversi dari berbagai kalangan mahasiswa ITB, terutama panitia INKM. Pada topik ini saya akan banyak mengambil perspektif dari mahasiswa (panitia INKM). Menurut mereka, perubahan ini baik, tetapi tindakannya terlalu berlebihan. Mereka dilarang mengadakanKumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 25

pertemuan di luar agenda pusat walaupun sekedar untuk memberikan tugas. Akibatnya interaksi mahasiswa baru dengan Taplok tidak begitu mengena. Mereka kurang mendapatkan hubungan yang erat seperti tahun-tahun sebelumnya. Esensi tugas yang diberikan juga tidak begitu disinggung secara dalam. Panitia merasa dicurigai jika diadakan pertemuan di luar agenda, akan terjadi kejadian-kejadian seperti tradisi kuno ospek: kekerasan. Panitia merasa kecewa dan berpikir bahwa usaha mereka dalam diklat selama dua bulan sia-sia karena revolusi ini. Banyak rancangan mereka yang terhambat dilaksanakan karena batas-batas yang ditentukan, yang menurut mereka terlalu berlebihan. Rancangan ini sebenarnya bertujuan untuk memberikan esensi berharga dunia baru pada para peserta INKM, sehingga menurut mereka, INKM tahun ini nyaris sama sekali kehilangan makna. Pernyataan ini dipertegas dengan perbandingan orientasi tahun-tahun sebelumnya. Tak hanya itu, perencanaan acara puncak lagi-lagi terkena hambatan. Beredar rumor bahwa acara ini akan dibatalkan. Padahal acara ini akan dihadiri oleh massa kampus, yang merupakan tradisi ITB untuk menyambut keluarga ITB yang baru. Tetapi pada akhirnya acara ini tetap dilaksanakan, meskipun ada beberapa keganjilan terjadi. Acara hanya berjalan beberapa menit saja, terdiri dari pemutaran film pendek, sambutan Presiden KM, dan sambutan Rektor ITB. Setelah itu acara berakhir. Sepertinya acara tidak berjalan sesuai rencana panitia. Para mahasiswa baru peserta INKM pun merasakan hal yang sama. Mereka kehilangan makna masa orientasi yang dianggap paling berkesan. Bagaimana tidak, selama orientasi peserta hanya disuguhi ceramah-ceramah. Mereka hanya duduk mendengarkan, bagi yang mau mendengarkan.

26

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Revolusi memang tidak selalu berjalan mulus. Dalam prakteknya harus mempertimbangkan segala aspek kompleksitas dan fleksibilitas. Pola ini dipandang sangat penting untuk meminimalisir kontroversi yang mungkin timbul, terutama INKM (atau akan berbalik kembali menjadi OSKM?) pada tahun mendatang. Semoga makna selalu ada melimpah di setiap generasi selanjutnya.

Cerita Sembilan Mahasiswa Non-INKMoleh NURUL SETIA PERTIWI (Angkatan 2010) ditulis pada Agustus 2010 Sebuah tulisan yang memandang kaderisasi awal kampus Ganesha melalui kacamata dan sudut pandang berbeda... Sebuah kata tanya "kenapa" senantiasa terlintas dalam pikiran saya ketika mengikuti diklat calon panitia lapangan INKM yang ketika itu masih disebut sebagai OSKM. Kenapa saya harus ada di barisan ini? Kenapa waktu saya harus dihabiskan dengan lingkar wacana dan rangkaian kaderisasi itu? Kenapa harus ada acara seperti ini? Kalau saya berhenti dan meninggalkan diklat, memangnya kenapa? Namun, kenapa tidak diikuti saja?

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

27

dan masih banyak lagi pertanyaan yang berputar - putar dalam benak saya, terutama ketika orasi komandan lapangan. Bukan saya tidak mengerti tentang makna sebuah kaderisasi, saya mengerti pentingnya penurunan nilai, ilmu, maupun impresi awal kampus Ganesha. Namun, ada hal lain yang membuat saya seringkali bertanya-tanya tentang esensi dari diklat calon panitia ini, yaitu komitmen. Banyak hal yang membuat saya akhirnya memutuskan berhenti mengikuti diklat. Salah satunya adalah jadwal yang padat dan mengikat. Jadwal yang membuat saya meninggalkan aktivitas yang jauh lebih bermanfaat. Hanya semata-mata karena tugas yang banyak, dengan berbagai esensi yang tersirat maupun tersurat. Pengujian akan komitmen para calon panitia. Apakah dengan begitu mahasiswa-mahasiswa yang tidak mengikuti diklat adalah mahasiswa tanpa komitmen? Apakah mahasiswa-mahasiswa yang tidak mengikuti diklat adalah mahasiswa malas yang tidak mau keluar dari zona nyaman mereka? Apakah mahasiswa-mahasiswa yang tidak mengikuti diklat adalah mahasiswa-mahasiswa yang tidak bertanggung jawab terhadap generasi penerus kampus Ganesha? Tentu saja jawabannya TIDAK. Kalaupun ada yang memang seperti itu, sangat tidak adil jika kita melakukan generalisasi terhadap mereka. Karena pada kenyataannya, sebagian besar mereka yang tidak mengikuti diklat panitia INKM, memiliki alasan yang jauh lebih membanggakan sebagai seorang mahasiswa. Marilah kita bayangkan, liburan begitu panjang. Banyak hal yang dapat dilakukan. Waktu yang tepat untuk pelampiasan kegiatan sosial ataupun kegiatan organisasi diluar kampus.28 Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Mencari kehidupan diluar kelas "kandang emas Ganesha". Menjadi aktivis yang bukan sekadar MAHASISWA, melainkan juga MANUSIA. Namun, dengan adanya jadwal diklat yang padat, kebebasan dan petualangan itu tak bisa dilakukan secara optimal. Oleh karena itulah, sebagian besar aktivis sejati memilih untuk melakukan pembinaan atau menjalani kegiatannya di tempat lain. Di tempat yang memiliki manfaat jauh lebih banyak dan luar biasa. Sebagai contoh, anggota kegiatan Forum Indonesia Muda dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Alasan kuat yang mendorong mereka tidak intens dalam diklat INKM. Tindakan nyata yang lebih dari sekadar orasi, resume, ataupun esensi. Hal ini bukan pembelaan berhentinya saya dari diklat. Namun, saya hanya menunjukkan keprihatinan saya terhadap beberapa panitia yang mengeluh karena terenggutnya waktu liburan, kekecewaan akan tugas, dan sebagainya. Hal yang menurut saya gagal ditekankan kepada panitia INKM. Ketulusan, tujuan, dan pengorbanan. Rasa ikhlas membina diri sebagai pengkader mahasiswa baru terkikis oleh lelahnya menjalani rangkaian diklat. Tujuan yang sejak awal hanya ingin mengeksiskan diri, bertebaran dalam setiap sudut hati, dan memaksa berontak ketika tak ada kesempatan berinteraksi. Padahal, disanalah mereka seharusnya bangga dengan kekuatan mereka menjaga Ganesha muda tanpa tanda jasa. Pengorbanan telah kehilangan makna, terinjak-injak oleh euforia eksistensi. Komitmen yang berhasil dibangun memiliki sisi kelam dengan luka-luka berisi keluhan dan penyesalan. Oleh karena itulah, saya memandang gemerlap INKM tak pernah menyilaukan. Kata tanya "Kenapa" telah mengantarkan saya pada kritisasi proses kaderisasi awal 2010 ini. Mementahkan materi-materi yang hanya sekadar teori. Membuang jauh-jauh kebanggan, menjunjung tinggi kekuatan dalam ketulusan. Rangkaian teori sosial yang teraplikasikan

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

29

selama waktu liburan saya, segala macam kehidupan selama liburan panjang, penggalian impian, membuat saya tak pernah menyesal telah menghentikan aktivitas saya dalam diklat calon panitia INKM. Karena waktu adalah hal berharga yang tak pernah terulang. Tak akan pernah saya biarkan waktu-waktu saya terbakar api sesal dan menjadi abu. Kesempatan masih begitu besar untuk menjalani proses kaderisasi. Sebagai pengkader ataupun obyek pengkaderan. Kontribusi tak akan berhenti. Kontribusi tak mengenal batasan waktu. INKM hanya awal sambutan kekeluargaan. INKM hanya langkah kecil memasuki gerbang kehidupan kampus Ganesha ini. Masih banyak inisiasi-inisiasi selanjutnya yang menanti kontribusi lebih besar dan jauh lebih matang. Disanalah, mahasiswa non-INKM dengan alasan kuat perjuangan dan pencarian kehidupan akan berperan. Tak hanya melalui himpunan atau unit. Namun dalam kehidupan sosial yang jauh lebih besar. Karena waktu mereka tak hangus oleh sesal menjadi abu, melainkan menjadi emas yang jauh lebih berharga... Demi Tuhan, untuk bangsa, dan almamater!

30

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Menggapai cita. Kisah-kisah seru, lucu, juga haruBagian ini menyajikan beberapa kisah suka duka BIUSers dalam menjalani proses perkuliahan di tahun awal. Ada yang seru, lucu, juga haru, semua berpadu menjadi satu. Ada hikmah yang bisa diambil. Semoga!

Cerita Sepuluh Refleksi seorang mahasiswaoleh TEGUH WIBOWO (Angkatan 2009) ditulis pada Februari 2010 Masuk gerbang Kampus Ganesha menjadi harapan tertinggiku satu tahun lalu. Institut Teknologi Bandung menjadi sebuah mimpi tempat singgahku satu tahun lalu. Bermain bersama anak BIUS terasa berkabut kala itu. Satu tahun lalu, saat foto wajah imutku terpampang di ijazah SMAku. Satu tahun lalu, saat sepeda ontel menemaniku bersama seragam putih abuabuku yang lusuh. Tapi kini semua terasa mimpi, enam bulan sudah aku lewati jalan terjal kuliah di institut terbaik yang dimiliki bangsa ini. Satu semeter sudah kulewati proses pembelajaran di Institut Impianku satu tahun silam. Kampus ITB. Refleksi pembelajaranku kiranya tak cukup aku tuliskan di selembar note bertuliskan kata ayal ini. Tapi aku coba menjelaskan, minimal memaparkan pengalamanku satu semester ini. Tentunya aku jelaskan dengan kata-kataku sendiri. Kesan pertama pertemuan dengan Dosen ITB.Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 31

BRILIAN Aku lihat hampir semua dosen ITB diligent, cerdas, dan brilian otaknya. Buktinya mereka sanggup menurunkan rumus-rumus lewat teknik-teknik integrasi yang rumit. Rumit aku katakan, karena disitu tertulis cacing-cacing yang entah dari mana asalnya. Pendapat ini aku perkuat dengan kelebihan dosen ITB yang hampir semuanya pernah melanjutkan studi di luar negeri. (Tentunya orang-orang cerdas saja yang mampu belajar sampai keluar negeri). Tapi ada sisi kurang baik dari dosendosen ini. Kadang pinternya mereka hanya untuk mereka sendiri. Beliau-beliau kurang bisa menularkan atau bahkan sekedar mentransfer ilmu mereka kepada mahasiswa. (ah, atau aku saja yang bodoh dan tak mau memperhatikannya). SCARY Aku katakan sebagian saja Dosen ITB yang menakutkan. Misal, jika terlambat lebih dari 5 menit. Tak boleh ikut kuliah. Ada juga Dosen yang jika beliau sudah masuk ruangan, tak ada mahasiswa lagi yang boleh masuk. Anak-anak sering memanggilnya dosen killer. Argumen dosen paling-paling, Ya untuk melatih kedisiplinan kalian. Kalian tahu, kenapa bangsa ini tak kunjung maju? Itu karena ada orang-orang seperti kalian yang tak menghargai waktu. Orang-orang di luar negeri sana sangat menghargai waktunya. Jangankan terlambat, datang tepat waktu saja sudah memalukan bagi mereka. Kalau dosen sudah bicara demikian paling-paling kami jawab, Iya Pak. Tapi, kenyataanya aku masih sering terlambat. Eh bukan sering, hampir tiap hari malah. Kesan pertama pada Mata Kuliah. BIASA Awalnya saya merasa pelajaran di TPB ini biasa. Seperti belum ada getar-getir keresahan yang berarti. Ah, kalkulus 1B. Kan udah pernah di ajarin Mas Imam (relawan BIUS). Gampanglah...

32

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Kimia? Udah ada Pak Ook (Guru Kima SMAN 1 Purwokerto) yang dulu ngajarin banyak banget soal menyoal unsur, reaksireaksi kima dan bla-bla-bla. Kimia mudahlah... Fisika? Palingpaling cuma belajar pelajarannya Pak Newton (apel jatuh dari pohon) atau Archimedes (berendam di air seharian). Kecillah... TTKI? paling-paling belajar nulis ejaan yang benar. KPIP? Kan cuma konsep-konsep ilmu pengetahuan. Anak ITB pasti udah jago. PTI? Tiap hari juga hubungan ama Komputer. Semua mudah tak jadi masalah... Lambat laun, proses pembelajaran itu berjalan seiring berdetaknya waktu. Hari demi hari aku lewati. Kesanku pada pelajaran di ITB ini masih biasa. Biasa aku menghabiskan waktu belajar dengan teman-temanku. Walaupun jujur, belajarku tak sesering dan seserius dulu. Dulu saat seragam putih abu-abu melingkari tubuhku. Mungkin ini yang orang-orang sebut MAHASISWA. Sekarang, aku malah lebih banyak bermain. Menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tak berhubungan dengan pelajaran kuliah. Sampai habis masa satu semester. Kendalaku masih sama. Aku tak sesemangat dulu. Atau mungkin kini orientasiku beda. Seorang MAHASISWA punya tanggung jawab lebih. MAHASISWA yang dipundaknya telah terpatri janji-janji dan harapan-harapan rakyat negeri yang menanti uluran karya-karyanya. Apakah seperti itu? Entahlah, aku sendiri tak tahu. Yang jelas kini aku belajar menyeimbangkan antara kuliah dan aktivitas kemahasiswaan. Saat-saat seperti inilah, mulai ada kesulitan menghadapi mata kuliah yang aku sombongkan itu. UTS 1 Fisika-ku sangat memalukan. UTS 1 KPIP-ku tak sanggup melampaui angka 6.5. UTS 2 pun demikian, banyak nilai yang sepertinya tak kuharapkan. Ini serius, aku terlalu meremehkan pelajaran itu. Sampai saat-saat mendebarkan itu tiba. Yang dibarengi dengan liburan panjang sebulan waktu itu. Betapa terkejut diriku, saat kubuka situs ol.akademik.itb.ac.id. Ya Allah. Inilah keadilan-Mu.

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

33

Tak ada hasil baik tanpa kerja keras. Walaupun kerja keras yang tak dibarengi doa pun percuma. Aku telah melupakan ungkapan, Lebih baik latihan perang dengan berlumuran keringat daripada saat perang berlumuran darah. Aku telah mengecewakan kedua orang tuaku. Ya Allah... Ampuni hambamu yang sombong ini. Ampuni hambamu yang terkadang mengumpat pada Dosen-dosen kami. Dosen yang seharusnya kami hormati, kami hargai. Ampuni juga hambamu yang tak mau mendengar nasihatnasihat dosen hamba. Hambamu yang terlalu percaya diri, sehingga lupa bahwa semua Ilmu itu datang dari Engkau ya Allah. Engkau yang berhak menambah atau mengilangkan ilmu yang semua bersumber dari-Mu. Kini kumulai lagi lembaran baru kehidupan di kampus ganesha. Menapaki jalan terjal yang terus menghadang. Halangan yang selamanya merintang. Dengan ucapan Bismillah, akan kucoba jalani lembaran semester dua ini dengan lebih baik. Amin.

Cerita Sebelas Sepenggal kata ridhooleh AZWARD ACHMAD BADAWI (Angkatan 2009) ditulis pada Februari 2010 Aarghhh bodoh, bodoh, bodoh (ini bukan pertama kalinya aku mengumpat), ceroboh luar biasa. Masak soal kalkulus yang mudah itu ga bisa ku kerjakan dengan baik? Aku memprediksi nilaiku ga bakal lebih dari 40 karena aku merasa hanya 1 soal yang dapat ku kerjakan dengan sempurna. Sedangkan 4 soal yang lain mungkin membuat dosen yang mengoreksi naskah soalku geleng-geleng kepala. Betapa bodohnya aku! Parah!!!34 Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Tragedi atau mungkin lebih pantas disebut sebagai musibah fatal itu terjadi di hari pertamaku UTS di ITB. Semua kupersiapkan sebaik-baiknya seperti waktu akan mengikuti ujian seleksi masuk ITB dulu (mungkin baiknya persiapanku itu setara dengan persiapan orang lain yang ga begitu baik sih). Tetapi, entah kenapa, ketika menghadapi 5 soal yang aku rasa tidak susah itu menjadi kacau karena aku gugup. Otakku terasa blank seperti masuk dunia kecerobohan. Aku mengerjakan soal dengan konsentrasi yang buruk. Semua hasil akhir perhitunganku tidak menghasilkan angka yang bagus. Aku keluar dari ruang ujian dengan muka kusut tak karuan sperti keledai bodoh. Aku semakin merasa semakin down ketika di luar kelas semua teman-teman sharing tentang jawaban ujian kalkulus tadi dan aku tahu bahwa semua jawabanku berbeda sama sekali dengan teman-teman sekelasku. Aku hampir mengulangi kisah ratapan tangis anak tiri karena saking kecewanya. Bayangkan saja jika belajar semaleman selama hampir satu minggu hanya menghasilkan otak kosong yang bahkan tidak nyaring bunyinya. Memilukan. Jalanku pun sempoyongan seperti orang mabuk dari GKU timur (sebuah gedung kuliah di ITB) menuju arah yang tak jelas. Namun ujian mentalku tak berhenti sampai disini. Allah mengirimkan ujian mental yang baru untukku. Ini bukti bahwa Tuhan masih cinta pada hamba yang bodoh sepertiku (amin, mudah-mudahan). Aku bertemu dengan dua orang yang tidak seharusnya aku temui (kalau aku tahu akan menambah parahnya batinku). Yah, namanya juga tata krama. Aku wajib menyapa mereka, N*ni dan N*rul. Coba anda tebak kata apa yang akan terlontar dari mulut mereka. Yups, Gimana kalkulusnya, Bad? itulah kalimat yang benar-benar aku benci waktu itu. Aku pun menjawab pasrah. Lagian ga ada untungnya aku tutup-tutupi. Lambat laun mereka pasti tahu. Parah, Nen, dengan muka kusut pastinya. Parahnya, mereka tidak cukup puas dengan jawabanku.Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 35

Emang jawabanmu berapa aja, Bad? keduanya menyambung. Mereka pun saling mencocokkan jawaban dengan muka penuh kemenangan Ganesha. Aku semakin yakin kalau aku akan dapat nilai kurang dari 40 karena jawabanku tidak ada yang sama dengan mereka. Aku pun ingin segera mengakhiri penderitaan ini. Daripada aku menangis dihadapan mereka, lebih baik nangis di kamar. Aku kan laki-laki, masak harus nangis karena ditolak sama kalkulus? Gengsi dong... Aku pun berpamitan pada mereka berdua. Aku benar-benar butuh obat mental. Aku merasa malu, bodoh, tolol, ceroboh. Aku malu karena aku penerima beasiswa yang seharusnya memberikan hasil terbaik terutama dalam hal akademik. Sambil jalan menuju asrama, aku kirim SMS pernyataan maaf dan pasrah kepada Mas Im*m. Tentang siapa itu Mas Im*m, ga perlu dibahas. Ini kan kisah tentang diriku. Dia hanya figuran disini. Termasuk N*rul, N*ni, dan semua organisme multiseluler yang akan anda temui dalam cerita ini. Yang jelas dia mengharapkan anak2 BIUS dapat prestasi akademik yang tinggi. Dengan gagalnya aku dalam UTS ini, Mas Im*m pasti kecewa luar biasa. Beberapa malam dia memberi tutorial kalkulus kepada anak2 BIUS. SMS yang kukirim kepadanya seperti ini: Asslmlkm, Mas Im*m. Daripada smpean kcwa pdQ nnti, lbh baik smpean kcwa skrg. Ujian kalkulusQ gagal total! Klo misalnya smpaen mw mrh, pukul aq, slhkan. Aq pntas mnerimanya mas aku udah mgecewakan smpean dengan PD-nya aku SMS seperti itu. Seolah Mas Im*m bakal peduli kepadaku. Tapi jangan salah, Allah memberiku penyejuk hati di dalam risauku. Mas Im*m membalas SMSku dengan indahnya: Hahaha.. Badawi, Badawi. apaan sih km ni? Udah. Jgn dpkirin. Yg ptg km udh brusaha. Yg ptg Allah ridho ats kjujuranmu dlm mgrjkan soal.

36

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Kalimat terahir inilah yang benar-benar menegakkan kepalaku yang sejak tadi menunduk karena ditindih oleh kalkulus. Kata ridho inilah selalu menjadi dasar perbuatanku hingga saat ini hingga saat ini. Meski awalnya aku tidak suka dengan kalimat pertama yang diucapkan Mas Im*m. Masak orang lagi sedih ditertawakan? Jahat banget kan? Tapi dari sinilah rasa kecewaku mulai sedikit berkurang. Kini aku dapat berjalan menju asrama dengan sedikit tersenyum manis (jangan protes, ini kata seseorang yang kini tengah mengagumiku). Di tengah jalan aku bertemu dengan seseorang yang kayaknya senasib denganku. Hati malaikatku tumbuh kembali. Aku ingin berbagi suka dan duka bersamanya. Semoga kami dapat saling meringankan beban, begitu maksudku. Namanya Fal*h. Aku perlu menceritakan tentang dia karena dia mengambil peran penting disini. Berbeda dengan figuran yang lain, di tengah perbincangan kami di jalan dia mengajakku makan di McD Dago. Inilah peran penting dia. Fal*h adalah SMA ku di SMA Negeri 1 Sidoarjo, Mud Volcano City. Kami sekelas selama dua tahun. Katanya dia juga ga sengaja terpeleset menjadi mahasiswa ITB sepertiku. Bedanya, dia terpeleset di pintu SNMPTN sedangkan aku di pintu USM TERPUSAT ITB dengan membawa bendera BIUS (Beasiswa ITB untuk Semua). Mengapa aku mengatakan ini terpeleset? Karena terpeleset dan menjadi mahasiswa ITB sama-sama sesuatu yang tak terduga dan tak disengaja. Mau pesan apa Bad? katanya. Aku kentang goreng saja, Fal. Jawabku, karena aku ga punya banyak duit. Aku belikan nasi dan ayam ya? Subhanallah... gumamku dalam hati. Kali ini aku benar-Benar menyebut asma Allah. Fabiayyi ala irobbikuma tukadzzibanKumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 37

(QS. Ar-Rahman:16). Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Kami pun berbincang panjang membahas UTS hari ini meski sedikit membuat hati miris bercampur tawa. Miris karena kalkulus, tertawa karena ayam goreng. Mungkin saat ini bisa jadi sangat romantis karena senja ini begitu hangat. Tak terasa adzan Maghrib pun berkumandang. Kami pulang..karena harus sholat Maghrib. Meski aku orang yang sangat ceroboh dalam mengerjakan soal ujian, aku berusaha untuk tidak ceroboh dalam menegakkan sholat tepat pada waktunya. Ciye Kalkulus Kalkulus... Kalkulus Astaghfirullah... aku akui itulah yang melayang di fikiranku mulai dari takbiratul ihram hingga salam. Aarghh memang tidak mudah melupakan kalkulus. Memang sebegitu pentingnya sarang cacing-cacing integral itu? Sampai sholat pun tak karuan jadinya. Mungkin aku terlalu benci atau terlalu cinta padanya. Anda lebih tau... Aku menyadari, aku belum ikhlas atas cobaan yang diberikan Allah ini. itulah kesalahan terbesarku. Ku mencoba mencari cara menghilangkan ketidak-ikhlasan dalam hatiku ini. Aku coba susun kalimat-kalimat motivasi dalam pikiranku. Sampai aku berhenti pada suatu ayat: A inna maal usriyusro. Inna maal usriyusro (QS.Al-Insyirah: 5-6). Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya besama kesulitan itu ada kemudahan. Rencana Allah selalu indah. Allah memberiku petunjuk untuk meringankan beban ini. Aku teringat kata-kata mas Im*m tadi sore. Kunci utama dalam kehidupan seorang muslim adalah mencari ridho Allah. Jika Allah ridho padaku, maka Allah akan memudahkan jalanku dan mengabulkan doaku. Untuk mencari ridho Allah, aku harus mendasari segala perbuatanku hanya karena Allah. Tragedi hari ini adalah secuil tantangan yang tidak seharusnya kutangisi. Tapi seharusnya menjadi batu loncatan38 Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

bagiku. Jika aku kecewa dengan cobaan ini, artinya aku telah salah dua langkah. Pertama, jika aku kecewa berarti aku mendasari ujianku dengan niat untuk mendapat nilai, bukan karena Allah. Kedua, jika aku kecewa akan cobaan ini berarti aku tidak bisa ikhlas dan tabah. Bagaimana aku bisa mencapai ridho-Nya jika aku tidak bisa tabah dan ikhlas ketika mendapat cobaan dari-Nya? Segera ku beristighfar, memohon ampun kepada Allah Aku pun tersenyam lega. Aku sobek selembar kalender bekas, kemudian bagian belakangnya aku tulis kenangan tak terlupakan hari ini.

Ingat Bad UTS 1 Kalkulus GAGAL TOTAL!!!

Poster kebanggaan berukuran 90x60 cm dengan tulisan spidol snowman warna biru itu menjadi bahan tertawaan dan semangat bagiku. Meski Mahdi dan Verry sering protes karena tulisan tersebut mengganggu pandangan mereka. Bodo amat, lagipula si Pomto, Topan, dan Leo nggak protes. Aku bukannya egois atau tidak demokratis. Justru keputusan menempel poster di kamar itu berdasarkan mufakat secara tidak langsung yang disetujui oleh lebih banyak suara. Yakni aku, Pomto, Leo dan Topan. Aku berjanji, akan mencopot poster itu jika nilaiku bagus. Dan poster itu baru saja kucopot setelah pulang dari liburan semester ganjil yang lalu. Apakah anda ingin tau berapa nilai UTS 1 kalkulusku? Saya harap anda tidak tertawa apalagi bangga. Ternyata nilai kalkulusku 48 yang berarti indeksnya D. Aku bersyukur,Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 39

tersenyum bahagia karena nilainya lebih besar 8 angka dari prediksi awalku, 40. Rencana Allah selalu indah. Karena gagalnya aku dalam UTS 1 kalkulus menjadi cermin bagi diriku untuk menjadi insan yang lebih baik. 1. 2. Agar aku lebih keras dalam uasahaku (karena aku belajar asal-asalan saja). Agar aku tidak putus dari doa yang khusyu (aku selalu seenaknya berdoa. Berdoa kalau butuh saja, berdoa ala kadarnya, komat kamit tanpa mengerti dan memahami maknanya). Agar aku tidak sombong atas kemampuanku (nih sifatku yang biasa muncul kalo sukses dalam suatu hal). Agar aku tidak ceroboh atas kuasaku (biasanya kalau merasa bisa aku ceroboh banget). Agar aku waspada atas perbuatanku (nih, penyakit kurang teliti yang selalu mengiringi perbuatanku). Agar aku ikhlas atas cobaan dari-Nya (dalam cerita ini saja aku selalu menggerutu, nggak pernah ikhlas aku sadar). Dan, agar aku bersyukur atas segala nikmat-Nya (ini nih aku baru menyadari bahwa cobaan itu adalah nikmat kehidupan yang paling tinggi).

3. 4. 5. 6. 7.

Mungkin nikmatnya bercermin ini tidak akan kudapatkan jika Allah tidak memberiku cobaan dan tidak membukakan kerasnya pintu hatiku Nah, pada akhirnya nilai UTS 2 kalkulusku berindeks A. Ternyata aku ga bodoh-bodoh amat kan? Fabiayyi ala irobbikuma tukadzziban (QS. Ar-Rahman:16). Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

40

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Cerita Dua Belas Semester awal yang RUARRR BIASAoleh KARISSA MAYANGSUNDA PHILOMELA (Angkatan 2009) ditulis pada Februari 2010 Semester 1. Akhir dari satu perjuanganku: masuk ITB, yang juga berarti awal perjuanganku selanjutnya. Ya. Kini aku berada di sini. Di tengah-tengah hiruk pikuk aktivitas Bandung dengan para eksekutifnya, gedung-gedungnya, mahasiswa, angkot, dan tentu, sampah dan banjirnya. Menjadi seorang mahasiswa ITB dengan segala konsekuensi logisnya memang telah tertulis dalam dreamlist-ku sejak lama. Tapi ternyata banyak sekali hal yang belum terbayangkan sebelumnya. Perkuliahan Hmm, mantav (pake v) sekalih pokoknya. Perkuliahan pertamaku seperti nano nano: ramai rasanya. I mean, banyak hal baru yang berarti adaptasi mutlak diperlukan. Begadang untuk mengerjakan tugas mungkin sudah menjadi tradisi walaupun saat SMA kegiatan begadang sebagian besar kulakukan untuk kegiatan ekstrakurikuler (dulu aktivitas di ambalan sebagai judat memang menuntutku untuk sangat proaktif). Namun, entah karena cuaca bandung yang 'adem' atau posisi asrama yang (mungkin) diset agar para mahasiswa berolahraga dahulu sebelum ke kampus mengalahkan keangkuhan otot-ototku atau justru karena mentalku yang 'kalah', banyak sekali malam yang kulewatkan tanpa belajar. Padahal, kegiatan kemahasiswaan belum juga kuikuti. Di luar penyesalanku itu, aku menemukan suatu pembelajaran yang ruaaarrr biasa. Dari jatuh bangunnya aku mengejar kesejajaran materi, dari cara dosen mengajar yang sebagian menunjukkan

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

41

tanda-tanda gejala kecanduan teorema, atau dari posisi duduk teman sekelas. Hehe. Ekstrakurikuler Saat pertama kali menerima buku sakti pro KM, dengan semangat kulihat unit-unit kegiatan mahasiswa yang ada. Banyak sekali yang kutulis di lembar 'rencana kegiatan'. Dan ternyata hingga akhir semester 1, hanya beberapa aktivitas yang kujalani: GAMAIS, LSS, MATA', magang di Kabinet KM, dan kealumnian. Kecuali GAMAIS, empat bidang itu tak terencanakan sebelumnya, terutama LSS. Lucu memang jika kuingat kembali bahwa aku mendapat support untuk mendaftar ke stand LSS dari seorang teman asli Jawa Tengah, dan tekadku menjadi bulat sempurna pejal tak berongga (hoho) ketika kulihat Kak Bibit yang logat jawanya sangat kental menuliskan namanya di lembar oprec. Begini kata hatiku: Liat Ca! Kak Bibit aja daftar. Di mana harga dirimu sebagai pituin urang sunda? Katanya kamu teh mau jadi ahli waris kebudayaan sunda yang baik. Katanya mau ngamumule basa jeung budaya sunda. Sok atuh, masuk LSS heula. Jalanin aja dulu. Dan akhirnya logika mengiyakan melalui jemari yang menuliskan 'Karissa Mayangsunda Philomela' di bawah kolom 'Wasta'. Satu semester telah berlalu. Kini aku telah menemukan keluargaku di Bandung selain BIUS. Ya. Di sini. Unitku, keluargaku, rumahku. Aku bisa menemui mereka, saudarasaudaraku, bukan hanya dalam agenda formal, melainkan kapanpun. Di sini aku belajar banyak hal tentang kehidupan, yang tidak bisa kutemukan saat jam kuliah. Kecuali aktivitas ini, kuasumsikan tertera pada KSM masing-masing 2 SKS. Heu. Di unit-lah aku belajar mengenal berbagai karakter. Di sini juga aku belajar mengelola waktu (yang bisa dibagi itu cuma waktu,

42

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Kang Teh. Fokus itu gak bisa dibagi dalam satu tempat), bagaimana memaknai sebuah proses, dan buaanyaaak lagi. Dan yang membuatku betah adalah: Jeng jreng... Persaudaraan. Cinta itu indah, kawan... MindSet Inilah perubahan yang fenomenal sepanjang abad kehidupanku (udah berapa tahun ya?). Aku lebih membuka mata. Lebih aware dengan sekitarku, dan yang terpenting.. Haluan hidup agak berbelok beberapa derajat. Edupreneur, socialpreneur, dan technopreneur. Tiga kata itu kini menjadi GBHK yang baru. Tak ada kata 'aku' untuk kerja yang kelak kulakukan. Melainkan 'kita'. Dan itu semua kudapatkan di sini. Dalam semester awalku yang ruaaarrr biasa!

Cerita Tiga Belas Ketika impian menyapaoleh NURUL SETIA PERTIWI (Angkatan 2009) ditulis pada Februari 2010 Dalam esai ini, saya tidak akan menceritakan perjalanan kaku bertema akademik. Saya tidak menceritakan tentang UTS, UAS, tugas besar, dan lain-lain.Tidak ada keluhan tentang dosen killer atau pelit nilai. Namun inilah refleksi sebenarnya dari perkuliahan saya selama semester satu. 6 bulan yang saya refleksikan pada kehidupan saya di masa depan. 6 bulan untuk selamanya. Sepanjang semester satu, saya mencoba merencanakan keberhasilan. Membuat target-target yang saya pikir akanKumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 43

menjadi motivasi untuk saya. Namun, semua itu benar - benar tampak seperti hanya sampah ketika di akhir semester saya melihat semuanya, dan hampir semua target, gagal. Beberapa waktu saya hanya diam, dan memikirkan taraf usaha saya selama satu semester ini. Dan saya menyadari, usaha tersebut tidak kurang, melainkan benar-benar tidak ada. Hal tragis yang tampaknya begitu terlambat saya sadari. Atas dasar itulah, sebelum saya membuat esai ini, saya berusaha menyadari, apa yang menjadi akar sebenarnya dari semua masalah ini. Mereview semua hal yang mempengaruhi mindset saya, semua hal yang menjadi motivasi, dan semua hal baru yang saya pikir adalah sebuah harapan. Dan setelah menggali lebih dalam tentang keinginan dan impian saya, Alhamdulillah, saya menemukan mereka. Merekalah masalahnya. Tenang, namanya juga proses adaptasi, begitu komentar dari teman saya menanggapi target-target saya yang bernasib tragis. Tapi saya tidak bisa menerima pernyataan itu. Saya mengenal diri saya, dan saya tahu, adaptasi bukan musuh saya. Sesuatu yang terlalu naif untuk dijadikan kambing hitam dari permasalahan ini. Permasalahan yang bagi saya bukan hanya sekadar masalah akademik, melainkan juga tentang tujuan dan perjalanan hidup saya. Dan tanpa saya sadari, justru hal-hal yang saya prioritaskan selama ini, hal-hal yang saya anggap sebagai harapan, hal-hal yang saya anggap sebagai motivasi, adalah suatu belenggu. Merekalah masalahnya. Saya sendiri tidak percaya dengan apa yang saya temukan. Ternyata, begitu banyak hal-hal yang saya lupakan setelah saya menjalani perkuliahan selama satu semester ini. Harapan saya yang sesungguhnya dan alasan mengapa saya berada di ITB. Masalah yang saya temukan, mereka yang telah membuat saya melupakan semua hal terpenting itu. Mereka yang menjadi masalah. Mereka yang merupakan bagian dari mindmap saya selama 6 bulan belakangan. Mereka yang merupakan bagian

44

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

dari diri saya sendiri. Mereka aadalah saya. Sesungguhnya, sayalah masalahnya. Mimpi-mimpi saya yang sebenarnya telah terkubur dalam setelah saya masuk ITB. Harapan tentang cita-cita yang tak ada hubungannya dengan yang namanya teknik. Mungkin ini yang namanya tidak jujur dengan mimpi. Dan dampaknya, ketidaknyamanan dan pemberontakan tersirat dari perjalanan saya menapaki semester satu ini, dengan IP perdana yang tak pernah saya targetkan, hasil dari tidak adanya usaha yang saya lakukan. Poin utamanya, sepanjang semester saya tertekan. Saya pikir, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan akan membantu saya meraih mimpi. Tapi ternyata salah, hal itu terlalu nyata untuk disebut mimpi. Terlalu realistis. Tanpa sadar, saya terpaksa belajar, terpaksa mengerjakan tugas, tanpa ada niatan untuk menyerap intisari dari semuanya. Tentu saja hal tersebut menghasilkan sesuatu yang juga tidak maksimal. Liburan pun tiba, disaat pikiran saya kembali tenang, mimpi mimpi itu hadir, menyapa saya, dan saya tahu bahwa mereka adalah mimpi saya yang sebenarnya. Mereka yang telah lama saya lupakan karena saya memaksakan diri untuk berpikir logis menjalani kenyataan. Awalnya saya ragu. Sungguh, saya meyakini bahwa Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ini adalah yang terbaik bagi saya. Sampai sekarang pun tetap begitu. Ada hal lain yang mendasari semua ketidaknyamanan saya. Ada satu hal lagi yang terlewatkan. Sepanjang liburan, saya mencoba menggali jauh lebih dalam, dan ingatan saya tentang semua impian ini benar-benar membuat saya lega. Perasaan yang tampaknya tak pernah saya selama 6 bulan terakhir. Kelegaan dimana saya merasa bebas. Bebas bermimpi, bebas berharap, bebas memilih impian dan harapan. Otak saya kembali bekerja dengan baik, memikirkan,Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua 45

akan saya bawa kemana semua impian ini. Dengan melalui hari hari insomnia selama liburan, saya mencoba bertanya pada diri sendiri. Apa yang saya impikan? Apa yang menjadi alasan saya berada di ITB? Apa yang menjadi tujuan saya? dan masih banyak lagi pertanyaan lain. Saya mencoba bicara dengan diri saya, tentang harapan, impian, dan cita cita. Bicara pada Yang Maha Mengetahui, Allah SWT, tentang semua rencana-Nya pada saya, rencana Yang Maha Kuasa mengantarkan saya di ITB, di Fakultas Tenik Sipil dan Lingkungan. Hingga akhirnya ketika saya mengetikan esai ini, saya telah menemukan benang merah dari semua masalah ini. Tujuan hidup, itulah yang ada dalam pikiran saya selama kurang lebih 6 bulan ini setelah program bridging Beasiswa ITB untuk Semua. Bermanfaat bagi orang lain, bermanfaat bagi dunia, bermanfaat bagi bumi, mengemban amanah Sang Pencipta dengan cara yang saya pilih untuk menjadi khalifah di bumiNya. Itulah tujuan hidup saya. Dan dengan segala kesempurnaan-Nya, Allah SWT menuntun saya sampai disini. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Situasi yang dekat dengan tujuan itu. Namun, baru saya sadari, ternyata saya punya impian berbeda, saya punya impian yang jauh dari itu. Impian yang sempat terlupakan karena realita yang tak sejalan. Karenanya, saya harus bisa memposisikan impian itu pada tempatnya. Tempat yang indah dimana ia akan menanti untuk saya bawa ke dunia nyata. Ada beda, antara tujuan dan mimpi. Terpisahkan oleh kenyataan. Itulah yang saya lupakan. Keterpaksaan saya selama satu semester adalah akibat fokus saya pada tujuan hidup yang terlalu realistis. Lagi-lagi saya harus mengambil istilah tidak jujur dengan mimpi, namun memang itulah yang terjadi. Antara keinginan dan kebutuhan, harus saya satukan pemaknaannya. Perjuangan menempuh perkuliahan ini bukan sesuatu yang sia-sia. Karena dengan cara inilah Allah SWT

46

Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

membantu saya sampai pada tujuan hidup utama. Dan ketika impian tak sejalan dengan itu semua, impian itu harus tetap bersama saya, menyemangati saya, membentuk sketsa rancangan masa depan yang indah. Hingga tak ada lagi keterpaksaan maupun harapan kosong yang dapat mengikat imajinasi saya tentang kehidupan. Membebaskan imajinasi, membebaskan mimpi Tenangkan jiwa, selami arti hidup ini Akan datang cahaya, sosok impian luar biasa, dan ketika ia menyapa, tak boleh ada yang menghalanginya untuk terwujud di dunia nyata. (Aamiin) Jadi, inti dari hasil refleksi semester satu yang saya dapatkan adalah, ketika kita membutuhkan apa yang kita sukai dan kita menyukai apa yang kita butuhkan, kita akan benar-benar akan tahu apa yang kita inginkan. Semester Dua menjelang, it will be great!

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

47

Meraih cinta. Doa penuh harap dari pelosok negeriSaat liburan tiba, sebagian besar BIUSers pun mudik (kecuali yang memang tinggal di Bandung ya), kembali ke keluarga dan kampung halaman masing-masing yang sudah sangat dirindukan. Lalu, saat mereka kembali ke Bandung, tentu ada jutaan asa dalam doa yang dipanjatkan oleh Ayah Bunda mereka. Berharap yang terbaik bagi putra putri yang sedang menyiapkan masa depan. Dalam bagian ini, diceritakan beberapa kisah pulang kampung, pengalaman mereka saat liburan, juga ekspresi kerinduan pada kampung halaman mereka.

Cerita Empat Belas Liburanku satu bulan di semester satuoleh WULANDARI PURWANINGRUM (Angkatan 2009) ditulis pada Februari 2010 Setelah 5 bulan kuliah, libur semester 1 tiba juga. Hari itu 29 Desember 2009 saya bersama 7 temen BIUSers mudik bareng ke Jogja. Saya tidak langsung pulang ke Solo karena mau ke rumah Kakek-Nenek dulu di Magelang. Saya pikir sudah 1 tahun saya tidak bertemu dengan Kakek-Nenek, sebaiknya liburan ini mampir dulu. Sesampainya di Stasiun Lempuyangan, saya dijemput adik sepupu saya. Kakek-Nenek dengan ciuman dan pelukan hangatnya menyambut saya dengan penuh pancaran kebahagiaan. Suasananya benar-benar tak terlupakan. Rencananya saya pengen liburan di Magelang 3 hari saja, tapi48 Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

Nenek melarang saya untuk pulang karena masih sangat kangen. Akhirnya saya pulang ke Solo tanggal 5 Januari 2010 diantar Kakek-Nenek yang juga ingin bertemu adik saya yang baru berusia 6 bulan (liburan di Magelang menjadi 7 hari). Saya menghabiskan liburan di rumah selama 15 hari. Awalnya ada agenda presentasi ke seluruh SMA di Solo dan sekitarnya. Selain itu ada acara try out akbar 16 kota se-Jawa dan Sumatera. Namun, karena cuaca yang kurang mendukung, saya tidak bisa ikut secara langsung. Setelah rangkaian presentasi berlangsung, ada beberapa anak SMA kelas 3 yang SMS ke saya, mereka bertanya-tanya tentang ITB dan ragam beasiswa yang ada di ITB. Dengan penuh semangat saya balas SMS mereka, meski belum pernah ketemu dengan anak SMA tersebut. Menurut saya mereka adalah anak-anak yang punya mimpi besar yang harus terus dimotivasi untuk mau melangkah mewujudkan mimpi itu. Hal yang paling membahagiakan saya selama liburan itu adalah adanya info bahwa adik-adik kelas yang dulu saya support dari Bandung (karena dulu belum liburan) untuk ikut seleksi BIUS 2010, Alhamdulillah banyak yang lulus seleksi tahap awal. Mereka bisa ikut tes PMBP di Daerah secara gratis. Namun, ada hal yang membuat saya sedih, karena saya tidak jadi reuni dengan 5 orang sahabat saya yang kini di UGM, UI, UNS, STAN, BSM hanya karena mereka belum liburan. Tapi, saat saya balik ke Bandung, mereka baru mudik, so sad Meskipun begitu saya yakin, insyaAllah di liburan semester 2 nanti kami akan ketemu lagi melepas rindu dan berbagi pengalaman masing-masing seperti saat SMA dulu. Pada 17 Januari 2010 saya diajak ke Book Fair di Goro AsSalam Solo oleh 2 orang kakak sepupu, di sana saya membeli buku yang menurut saya sangat bagus, judulnya How to be a Truly Moslem Girl, thats so amazing.

Kumpulan Tulisan Penerima Beasiswa ITB Untuk Semua

49

Selama liburan di rumah, saya membantu ibu untuk memasak, mengurus rumah dan mengasuh adik. Banyak nasehat yang ibu berikan sesekali saat saya membantunya memasak ataupun tengah mengobrol santai. Saya dapat melihat dengan jelas senyum kebahagiaan dan merasakan adanya kerinduan mendalam pada diri keluarga saya, terutama ibu. Akhirnya tanggal 20 Januari 2010 saya pulang ke Bandung naik kereta bersama teman. Saat itu gemercik hujan mengiringi kepergian saya. Saya tahu ibu sangat berat melepas melepas saya balik ke Bandung lagi, tapi dengan bijak ibu mengantarkan kepergian saya dengan selaksa doa dan harapannya. Ibu, engkaulah wanita terhebat dalam hidupku, Wulan sangat menyayangimu

Cerita Lima Belas Perekayasaan liburan yang sempat tertundaoleh IRWAN NIRWANSYAH (Angkatan 2009) ditulis pada September 2010 Liburan kali ini adalah luapan dan akumulasi dari kebosanan tanpa libur. Setelah di liburan semester kemarin tidak menikmati betapa nikmatnya libur. Hal ini dikarenakan padatnya jadwal diklat untuk menjadi panitia OSKM. Akan tetapi, itu memang sangat bermanfaat bagi saya terutama. Saya pun tidak akan pernah menyesal menggugurkan hari libur saya menjadi hari-hari panjang yang dipenuhi pengalaman tak ternilai dari sebuah pembinaan dan gerakan kemahasiswaan. Perencanaan matang tentang liburan kali ini dilakukan. Segala hal tentang kegiatan liburan pun disusun. Mulai dari Itikaf untuk mendapatkan keagungan Lailatul Qadr, belajar50 Cerita, Cita, dan Cinta dari Pelosok Negeri

mengendarai mobil, berkumpul bersama teman semasa SMA, hingga penguatan hapalan Al Quran. Semua terbagi-bagi dalam periode yang telah ditentukan. Intinya liburan ini harus produktif. Liburan yang tertunda dimulai. Ramadhan adalah sebuah momen yang sangat pantas untuk sebuah liburan. Jejak kaki menapak di kerasnya tanah Batavia, setelah sebelumnya perjalanan 2.5 jam dengan travel yang cukup membosankan. Melihat kebisingan kota